al-maktabah vol. 15, desember 2016 : 1-10

113

Upload: others

Post on 03-May-2022

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10
Page 2: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

1

EFEKTIVITAS PELATIHAN ORS (ONLINE RESEARCH SKILLS)UNTUK MENDUKUNG STUDI DAN PENELITIAN MAHASISWA

DI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Oleh : Mufid & Ari Zuntriana

The focus of this research is to evaluate the effectiveness of Online Research Skill (ORS) training program in supporting students to study and conduct their research at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. The purpose is to explore how effective the ORS training in supporting their study performance. This study used research quantitative method with Kirkpatrick model approach added. Kirkpatrick Model is used to evaluate the effectiveness of ORS training program at the level of participants’ reaction and participants training process. In general, the result of the study found that the training is effective, and by 86.5% have contributed to the achievement of training objectives. However, the training still needs some improvements, specifically the use of more advanced media technology for the next courses. Thus, based on those results, the researchers recommend that the LI-ORS curriculum need to be revised/improved based on participants’ views and SCONUL curriculum.

Keywords: online research skills, information literacy, training evaluation, kirkpatrick model.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas program pelatihan kemampuan riset online (ORS) didalam mendukung mahasiswa melakukan penelitian di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelatihan ORS didalam mendukung kinerja pembelajaran. Kajian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan model Kirkpatrick. Model Kirkpatrick digunakan untuk mengevaluasi efektifitas program pelatihan ORS pada tingkat reaksi dan proses partisipasi peserta. Hasil penelitian yang ditemukan adalah program pelatihan berjalan efektif, 86,5% responden menyatakan bahwa program pelatihan telah memberikan kontribusi didalam mendukung pencapaian tujuan pelatihan. Meskipun demikian program pelatihan ini masih memerlukan berbagai perbaikan dan peningkatan khususnya penggunaan teknologi media pada tingkat lanjut (advanced media technology) pada program-program pelatihan selanjutnya. Berdasarkan hasil temuan didalam penelitian ini, peneliti merekomendasikan kurikulum pengajaran literasi informasi tentang kemampuan riset online (LI-ORS) perlu ditingkatkan berdasarkan pandangan peserta dan berdasarkan kurikulum SCONUL.

Kata Kunci : efektivitas pelatihan ORS, literasi informasi, evaluasi pelatihan, model kirkpatric

Abstract

Abstrak

A. PENDAHULUAN

Pusat Perpustakaan merupakan salah satu Arkanul Jamiah dalam penentu keberhasilan untuk mencapai cita-cita UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Oleh karenanya, manajemen perpustakaan berkomitmen kuat untuk mengoptimalkan fungsinya sebagai pusat sumber belajar bagi sivitas akademika.

Sejak tahun 2013, Pusat Perpustakaan menyelenggarakan program pelatihan Online

Research Skills (ORS) untuk mendukung perbaikan kualitas studi dan penelitian mahasiswa. Program ORS merupakan upaya nyata Pusat Perpustakaan dalam mendukung tercapainya 9 Program GBHU UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menuju regional recognition and reputation (2011-2020).

Namun, selama penyelenggaraan ORS, manajemen Pusat Perpustakaan belum

Page 3: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Mufid & Ari Zuntriana: Efektivitas Pelatihan ORS untuk Mendukung Studi dan Penelitian Mahasiswa

2

melakukan evaluasi pelatihan secara serius dalam bentuk penelitian ilmiah. Manajemen perpustakaan belum mengetahui seberapa efektif pelatihan ORS dalam membantu mahasiswa untuk meningkatkan kualitas studi dan penelitian mereka. Satu-satunya yang menjadi tolok ukur keberhasilan adalah besarnya antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ORS.

Di tengah-tengah banjir informasi (information overload) saat ini, kemampuan mahasiswa melakukan pencarian informasi online adalah sangat urgen. Dengan menguasai materi ORS, mahasiswa dapat menghemat sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu) dalam menyelesaikan tugas penulisan ilmiah maupun penelitian. Diharapkan melalui pelatihan ORS mahasiswa akan cukup terbekali untuk nantinya menjadi manusia yang melek digital (digital literate) dan pembelajar seumur hidup. Kualitas SDM mahasiswa dalam bidang literasi digital dan penulisan ilmiah yang baik tentu juga akan mendukung tercapainya cita-cita besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk meraih prestasi berupa world class university.

Penelitian mengenai efektivitas pelatihan ORS ataupun literasi informasi masih terbatas di Indonesia. Ditambah dengan realita bahwa belum banyak perpustakaan perguruan tinggi yang telah menyelenggarakan pelatihan serupa. Pendidikan pemustaka (user education) yang selama ini dijalankan oleh mayoritas perguruan tinggi di Indonesia masih hanya sebatas orientasi atau pengenalan perpustakaan (Winata & Djunaidi, 2015).

Untuk itu, maka penelitian evaluasi ORS untuk mendukung studi dan penelitian mahasiswa di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menuju World Class University bertujuan:

a. Untuk mengetahui tingkat efektifitas penyelenggaraan pelatihan ORS kepada mahasiswa

b. Untuk mengetahui jenis-jenis skill literasi digital yang dibutuhkan mahasiswa

c. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan skill literasi digital

d. Untuk membantu Pusat Perpustakaan

dalam mendesain dan menyusun kurikulum literasi informasi dan strategi pelatihan ORS yang lebih baik di tahun-tahun mendatang.

B. TINJAUAN LITERATUR

1) Konsep Online Research Skills dan Literasi Informasi Digital

Istilah online research skills sering juga disebut dengan internet/web research skills yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan dalam melakukan temu balik informasi (information retrieval) di ranah internet. Jika ditarik ke dalam lingkup literasi informasi, maka ORS berada di bawah cakupan materi literasi digital (digital literacy) atau ada yang menyebutnya dengan istilah literasi elektronik atau e-literacy.

Menurut Martin (dalam Kenton & Blummer, 2010), e-literacy merupakan kesadaran, skill, pemahaman, dan pendekatan yang bersifat evaluatif-reflektif dalam melakukan tugas-tugas di lingkungan yang kaya informasi dan terdukung oleh TI. Sedangkan menurut Hague dan Williamson (dalam (Poore, 2014), mendefinisikan literasi digital sebagai “(kemampuan untuk) mengetahui bagaimana teknologi dan media mempengaruhi cara kita menemukan informasi, berkomunikasi dengan orang lain, dan memperoleh pengetahuan dan pemahaman.” Ada tiga tingkat dalam literasi digital (Poore, 2014), yaitu: literasi digital fungsional (functional digital literacy), literasi digital jejaring (network digital literacy), dan literasi digital kritis (critical digital literacy).

Ada dua konsep berbeda yang saling berkelindan dalam literasi digital, yaitu internet skills literacy dan internet information literacy. Literasi skill internet dimaknai sebagai seperangkat kemampuan dasar untuk mengakses/menggunakan teknologi internet, termasuk di dalamnya adalah kemampuan melakukan navigasi di lingkungan hypermedia (Kim & Yang, 2015). Sedangkan literasi informasi internet lebih kepada kemampuan untuk memahami, menganalisa, mengevaluasi, serta menghasilkan informasi saat berada dalam situasi di mana jumlah informasi yang diperoleh sangat melimpah

Page 4: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

3

(Kim & Yang, 2015). Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi informasi internet merupakan kemampuan yang bersifat lanjutan dari kemampuan berinternet dasar.

Di perguruan tinggi, literasi digital sangat diperlukan karena mahasiswa, terutama tahun-tahun pertama, umumnya belum memiliki pemahaman konseptual yang memadai tentang bagaimana informasi dikelola dan bagaimana sistem mesin pencari bekerja (Brown, 2014). Sebagai pengguna aktif internet, bisa jadi mahasiswa merupakan pengguna yang handal atau memiliki tingkat literasi internet yang baik. Namun belum tentu mereka juga memiliki literasi informasi internet yang baik pula. Pengalaman seseorang dalam menggunakan internet dapat meningkatkan kemampuan literasi skillnya dalam berinternet, namun tidak pada aspek kemampuan literasi informasinya (van Deursen & van Dijk, 2011).

Literasi informasi merupakan konsep luas yang berkembang dari istilah pelatihan penggunaan perpustakaan (library instruction) atau di Indonesia sering dikenal dengan orientasi perpustakaan. Jika sebelumnya mahasiswa hanya diajarkan bagaimana cara mengakses dan menggunakan koleksi dan jasa informasi di perpustakaan, maka dalam era literasi informasi mahasiswa diajarkan bagaimana mengakses dan menggunakan informasi dalam arti yang lebih luas.

Dalam kelas literasi informasi, anak didik antara lain dibekali mengenai teknik pencarian (informasi) online, pengetahuan tentang format dokumentasi, serta pengembangan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) pada saat mengevaluasi sebuah sumber informasi (Swanson & Jagman, 2014). Sehingga, literasi digital bukan hanya sekadar kemampuan untuk menggunakan perangkat lunak atau mengoperasikan perangkat digital, namun juga mencakup kemampuan lain yang bersifat lebih kompleks, yaitu: kemampuan kognitif, motorik, sosiologis, dan emosi (Kenton & Blummer, 2010).

Ada beberapa macam keahlian yang dapat dikategorikan sebagai literasi digital, di antaranya meliputi: photovisual literacy skill, reproduction literacy skill, information literacy skill, branching literacy, and socio-

emotional literacy (Eshet-Alkali dan Amichai-Hamburger dalam (Kenton & Blummer, 2010). Untuk menguasai kemampuan literasi tersebut, mahasiswa perlu terlebih dulu menguasai penggunaan komputer, peramban (browser), program-program perangkat lunak, dan pangkalan data.

Mahasiswa tingkat sarjana umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut (Asher, 2014):

a. “Mereka mulai mempelajari skill pencarian yang diperlukan untuk mengeksplorasi koleksi perpustakaan

b. Mereka membutuhkan lingkungan yang ramah pemustaka (user friendly), menawarkan bantuan dan mendorong munculnya pertanyaan

c. Mereka perlu dikenalkan dengan karakteristik ilmiah dari jasa dan koleksi perpustakaan universitas.”

Karena masih berada dalam tingkat pertama dan masa awal kuliah (freshman students), mahasiswa S1 membutuhkan partisipasi aktif pustakawan dalam membantu mereka untuk membentuk kemampuan literasi informasi, tanpa harus dengan tidak menghargai pengalaman mereka berinteraksi dengan internet sebelumnya.

Dalam materi pelatihan ORS, idealnya, mahasiswa juga diajarkan bagaimana memanfaatkan informasi yang diperoleh menurut norma dan etika ilmiah yang berlaku. Dalam kelas ahli (advanced), misalnya, mahasiswa diajarkan bagaimana aturan dalam mengutip dan memparafrase secara benar. Di kelas pelatihan mahasiswa yang selama ini diselenggarakan oleh Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, pustakawan belum memberikan materi ini secara utuh karena alokasi waktu yang cukup sempit. Bentuk dari materi etika ilmiah ini sebagian telah tersampaikan seiring dengan pemberian materi praktek mengenai perangkat lunak manajemen referensi, dalam hal ini pustakawan UIN Maliki Malang menggunakan software Zotero.

Page 5: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Mufid & Ari Zuntriana: Efektivitas Pelatihan ORS untuk Mendukung Studi dan Penelitian Mahasiswa

4

2) Evaluasi Efektivitas Program Pelatihan Online Research Skills (ORS)

Menurut (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2007) efektivitas suatu program memiliki sepuluh persyaratan yaitu: melandaskan program pada kebutuhan peserta; menentukan tujuan pelatihan; menjadwalkan (pelatihan) pada waktu yang tepat; mempertimbangkan tempat; mengundang peserta yang tepat; memilih pelatih yang efektif; menggunakan metode dan alat pembelajaran yg tepat; memastikan tujuan pelatihan tercapai; memuaskan peserta; dan mengevaluasi kegiatan pelatihan.

Gambar 1. Model Evaluasi Pelatihan Kirkpatrick

Dalam konteks penelitian ini, maka efektivitas program pelatihan yang dimaksud adalah tingkat keberhasilan dalam menyelenggarakan kegiatan program pelatihan ORS di Pusat Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan model Kirkpatrick. Metode Kirkpatrick ini digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program pelatihan ORS yaitu pada tingkat reaksi peserta dan proses pelatihan peserta. Peserta pelatihan ORS adalah mahasiswa semester lima, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kemudian keseluruhan peserta dijadikan sampel penelitian. Jumlah peserta pelatihan sebanyak 67 Peserta yang terdiri dari 37 laki-laki dan 30 perempuan. Namun jumlah peserta yang memberikan jawaban pada pre-post test sejumlah 54 peserta. Untuk itu, data yang akan diolah dan dianalisis sebagai bahan evaluasi pelatihan ORS adalah 54 peserta yang terdiri dari 30 laki-laki dan 24 perempuan

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

1. Evaluasi tahapan reaksi peserta dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh peserta pelatihan berupa lembar evaluasi

peserta2. Evaluasi tahapan kedua berupa pre-post

test, yaitu memberikan tes awal sebelum pelatihan dan tes akhir setelah pelatihan.

3. Evaluasi tahapan proses penelusuran dokumentasi untuk mendapatkan data sekunder.

Selanjutnya untuk mengetahui relevansi dan efektivitas program pelatihan ORS, peneliti mensyaratkan nilai “sangat baik” dan “baik” lebih besar atau sama dengan 80%.

D. PEMBAHASAN

1) Analisis Deskripsi Butir Soal pre-post test pelatihan ORS

Butir-butir soal untuk menguji peserta pada pre-post test terdiri dari 15 (lima belas) butir soal. Seluruh butir tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta sebelum dan sesudah pelatihan ORS. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pelatihan ORS dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Kemampuan peserta dalam memberikan jawaban pada setiap butir soal beragam.

Tabel. 1 Hasil Pre-post test Pelatihan ORS

Test

Pen

ger

tian

op

en a

cces

s

Sub

scri

pti

on

bas

ed jo

urna

l

Dat

abas

e e-

jour

nal y

ang

dila

ngg

an U

IN M

alan

g

Co

nto

h su

mb

er in

form

asi i

lmia

h

Per

bed

aan

buk

u d

eng

an ju

rnal

Lang

kah

per

tam

a d

alam

pen

elus

uran

info

rmas

i ilm

iah

Fun

gsi

Bo

ole

an L

og

ic

Tig

a o

per

ato

r B

oo

lean

Lo

gic

Fun

gsi

Ref

eren

cing

man

agem

ent

soft

war

e

Ref

eren

cing

man

agem

ent

soft

war

e ya

ng g

rati

s

Fun

gsi

Go

og

le D

rive

Jeni

s la

yana

n G

oo

gle

Dri

ve u

ntuk

pen

gum

pul

an d

ata

Jeni

s la

yana

n G

oo

gle

Dri

ve u

ntuk

ko

lab

ora

tif

pen

ulis

an

Atu

ran

pen

gut

ipan

kar

ya il

mia

h

Co

nto

h p

enul

isan

APA

Sty

le

Pre test 96% 65% 22% 100% 24% 83% 81% 98% 59% 83% 94% 59% 91% 76% 30%

Post test 93% 72% 94% 98% 41% 54% 80% 94% 72% 98% 91% 65% 96% 78% 44%

Hasil pre test pada umumnya peserta dalam memahami materi ORS sebelum pelatihan adalah sangat baik, kecuali ada beberapa butir soal

Page 6: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

5

yang sangat kurang. Di antaranya pengetahuan terhadap jurnal elektronik yang dilanggan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, perbedaan antara buku dan artikel jurnal, jenis gaya penulisan (referencing style) khususnya APA Style, dan fungsi aplikasi manajemen referensi (referencing management software). Namun mereka memiliki cukup pengetahuan tentang jurnal berbayar/berlangganan (subscription based journal).

Kemudian hasil post test, secara keseluru-han peserta mengalami peningkatan pemaha-man terhadap materi yang diberikan. Terdapat sembilan butir yang mengalami peningkatan persentasenya dan sebaliknya terdapat enam butir yang justru mengalami penurunan persentasenya. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman sebagian peserta terhadap materi yang diberikan meningkat lebih baik, namun sebagian yang lain, justru pemahaman peserta mengalami penurunan.

Berdasarkan pada hasil pre-post test di atas, kemudian dilakukan analisis dengan uji t untuk melihat ada dan tidaknya perubahan/peningkatan pengetahuan peserta setelah mengikuti pelatihan ORS. Hasil analisis statistik ditunjukkan pada Diagram di bawah ini.

Diagram Hasil Uji t Terhadap Hasil Pre-post test Pelatihan ORS

Berdasarkan olah data statistik dapat diketahui bahwa rata-rata nilai pre-test dan post-test menunjukkan perubahan positif. Nilai rata-rata post-test lebih tinggi (78.0) daripada nilai rata-rata pre-test (70.9). Pengetahuan awal sebelum dilakukan pelatihan, peserta perempuan lebih tinggi (74.7) daripada pengetahuan peserta laki-laki (67.8), namun setelah dilakukan pelatihan, peserta laki-laki mengalami peningkatan

lebih baik (78.7) daripada peserta perempuan (77.2). Pengetahuan peserta secara umum meningkat sebesar 7%, peserta laki-laki 11 % dan perempuan hanya 3% mengalami peningkatan pengetahuannya setelah mengikuti pelatihan. Secara keseluruhan peserta mengalami perubahan pada tingkat sedang 53% (0.5313), namun jika dilihat dari jenis kelamin, maka hanya peserta laki-laki yang mengalami perubahan pengetahuan setelah mengikuti pelatihan sebesar 83% (0.8305), dan peserta perempuan tidak mengalami perubahan sama sekali (0.0000).

Secara umum jika ditinjau dari hasil pre-post test, tingkat efektivitas kegiatan pelatihan ORS sangat efektif bagi peserta laki-laki yang memberikan dampak perubahan sebesar 83%, dan sebaliknya tidak efektif bagi peserta perempuan karena dampak pelatihan bagi perempuan sebesar 0%. Namun, secara keseluruhan pelatihan ORS berlangsung pada tingkatan efektivitas “sedang” yaitu sebesar 53% .

2) Analisis Deskripsi Butir Soal Eval-uasi Reaksi Peserta

Butir-butir soal yang dijadikan instrumen untuk mengetahui reaksi peserta setelah mengikuti pelatihan ORS dibagi menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan secara kuantitatif dan pendekatan secara kualitatif. Butir-butir soal untuk analisis kuantitatif terdiri dari sepuluh butir pertanyaan yang terbagi dalam dua aspek yaitu tiga butir pertanyaan merupakan aspek untuk melihat tingkat relevansi yaitu (butir 1,2, dan 10), dan tujuh butir untuk mengetahui tingkat efektivitas pelatihan (butir 3,4,5,6,7,8,9). Hasil reaksi peserta ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Instrumen Kuantitatif Evaluasi Reaksi Peserta Terhadap Pelatihan ORS

Pertanyaan

Jumlah JawabanA B C D E

TotalSb Baik Cukup Kurang SK

Pengetahuan Peserta 4 36 10 4 0 54Kualitas Materi 8 39 7 0 0 54Fasilitas belajar 16 34 3 0 1 54Pemahaman Tujuan Pelatihan 15 30 8 1 0 54

Efektivitas metode 6 30 15 2 1 54Modul pelatihan 19 30 5 0 0 54Waktu pelatihan 19 30 5 0 0 54Susunan materi 19 30 5 0 0 54Pelatih menguasai materi 19 30 5 0 0 54Peningkatan pemahaman peserta 19 30 5 0 0 54

(%) 26.7% 59.1% 12.6% 1.3% 0.4% 100%

Page 7: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Mufid & Ari Zuntriana: Efektivitas Pelatihan ORS untuk Mendukung Studi dan Penelitian Mahasiswa

6

Berdasarkan Tabel 2 di atas, maka secara umum reaksi peserta setelah mengikuti pelatihan ORS sangat positif, yaitu peserta memberikan penilaian terhadap pelatihan ORS sangat baik sebesar 26.7%, baik sebesar 59.1%, dan cukup sebesar 12.6%. Namun demikian masih ada peserta yang memberikan penilaian sangat kurang sebesar 0.4%.

Tabel 3 Persentase Jumlah jawabanInstrumen Kuantitatif berdasar relevansi

dan Efektifitas pelatihan ORS

Kelompok Pertanyaan% Sangat

Baik dan Baik

% Cukup % Kurang

% Sangat Kurang

Relevan* √ 1,2 & 10 84.0% 13.6% 2.5% 0.0%

Efektif* √ 3,4,5,6,7,8,9 86.5% 12.2% 0.8% 0.5%

Selanjutnya, jika dilihat dari tingkat relevansi dan efektivitas pelatihan ORS sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 3, maka menurut peserta bahwa tingkat relevan pelatihan sebesar 84.0% dan tingkat efektivitas pelatihan sebesar 86.5%. Hal ini berarti bahwa pelatihan telah memenuhi standar relevansi dan standar efektivitas karena standar efektivitas dan relevansi pelatihan minimal sebesar 80%. Besarnya relevansi dan efektivitas pelatihan berdampak pada besarnya kontribusi pada tercapainya tujuan.

Kemudian secara kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang harapan dan masukan peserta terhadap pelatihan ORS. Evaluasi reaksi peserta dari aspek harapan mereka terhadap keberlangsungan pelatihan ORS diberikan lima butir pertanyaan. Hasil dari jawaban mereka terhadap lima butir pertanyaan sangat beragam seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jawaban Kualitatif Reaksi Peserta Setelah Mengi-

kuti Pelatihan ORS

Butir Per-tanyaan

Reaksi Peserta Jumlah

1. Apa yang anda sukai dari pelatihan ini?

Metode 9

Materi 3

Praktek 4

Akomodasi 4

5. Peruba-han apa yang diperlu-kan dalam pelatihan ini agar menja-di lebih baik?

Workshop 1

Materi diperkaya 8

Fasilitas pelatihan ditingkatkan 7

Penguasaan materi pelatih perlu diting-katkan

2

Metode diperbaiki 10

Praktek diperbanyak 2

Sosialisasi ditingkat-kan 1

Waktu pelatihan diperpanjang 3

13. Apa yang anda lakukan setelah mengikuti pelatihan ini?

Menerapkan materi pelatihan 36

Mencari sumber-sum-ber lain yang terkait dengan materi

6

Menyebarkan ilmu dan materi kepada orang lain

1

16. Apa-kah ada kesulitan dalam mengikuti pelatihan ini?

Ya 17

Tidak 26

18. Apakah anda memiliki pendapat lain?

Sosialisasi diperlukan/ tindak lanjut 1

Waktu dan metode pelatihan 7

Materi diperluas 3

Sudah cukup 1

Hasil reaksi peserta dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Peserta menyukai pelatihan ORS dari aspek metode, materi, praktek dan akomodasi

Page 8: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

7

yang disedikan oleh panitia. Aspek metode adalah yang paling disukai oleh peserta.

2) Peserta menginginkan perubahan pelatihan ORS ke arah lebih baik dengan cara antara lain, tindak lanjut pengembangan materi, metode dan waktu pelatihan; fasilitas belajar seperti, LCD proyektor, video tutorial; sosialisasi pelatihan; dan penguasaan materi pelatih. Aspek yang paling diinginkan agar ditindaklanjuti adalah metode dan kedalaman materi pelatihan.

3) Setelah pelatihan, peserta berkeinginan / berencana untuk menerapkan materi pelatihan; mencari sumber lain terkait dengan materi; menyebarkan ilmu /sharing pengetahuan kepada orang lain. Aspek yang paling banyak akan direncanakan peserta setelah pelatihan adalah menerapkan materi yang diajarkan.

4) Sebagian peserta dalam mengikuti pelatihan masih mengalami kesulitan.

5) Sebagian besar peserta berpendapat bahwa pelatihan perlu disosialisasikan; materi, metode dan waktu perlu dikaji ulang;

3) Tingkat Efektifitas Penyeleng-garaan Pelatihan ORS di Pusat Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Efektivitas dan relevansi merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan suatu pelatihan. Besar kecilnya perubahan yang dihasilkan oleh suatu pelatihan menunjukkan besar kecilnya kontribusi pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, semakin besar kontribusi terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif suatu pelatihan (Mahmudi, 2005)

Berdasarkan olah data statistik pada pre-post test di atas, secara umum pelatihan ORS memberikan perubahan positif yaitu materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut mampu meningkatkan pemahaman dan ketrampilan peserta. Sementara tingkat efektivitas kegiatan pelatihan ORS berjalan sangat efektif bagi peserta laki-laki, dan sebaliknya tidak efektif bagi peserta perempuan. Namun, secara keseluruhan

pelatihan ORS berlangsung pada tingkatan efektivitas “sedang”.

Pelatihan ORS selama ini yang diselenggarakan oleh Pusat Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang masih belum memberikan dampak positif bagi peserta perempuan dan hanya berdampak positif bagi peserta laki-laki. Berdasarkan nilai post-test peserta perempuan, hampir 50% dari mereka nilainya tidak mengalami peningkatan, sebagian justru menurun.

Hasil evaluasi reaksi peserta menggambarkan bahwa aspek metode, materi, praktek dan akomodasi yang disediakan oleh panitia merupakan aspek yang paling disukai oleh peserta. Namun sebagian peserta masih mengalami kesulitan untuk mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, sebagian besar peserta berpendapat bahwa seharusnya waktu sosialisasi perlu ditambah dan perlunya mengkaji ulang materi, metode dan waktu pelaksanaan pelatihan.

Sementara rencana ingin dilakukan atau tindaklanjut peserta setelah pelatihan adalah adanya keinginan peserta untuk menerapkan materi pelatihan; mencari sumber lain terkait dengan materi; menyebarkan ilmu/sharing pengetahuan kepada orang lain. Aspek yang paling banyak akan direncanakan peserta setelah pelatihan adalah menerapkan materi yang diajarkan untuk menyelesaikan studi dan penelitian mereka.

4) Jenis-Jenis Pengetahuan dan Skill Literasi Digital yang Dibutuhkan Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Berdasarkan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa jenis-jenis pengetahuan dan skill/keterampilan literasi digital yang dibutuhkan dalam mendukung studi dan penelitian mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah pengenalan dan praktek pemanfaatan sumber-sumber informasi online, khususnya database yang dilanggan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yaitu Proquest, Emerald dan Springer. Pengenalan dan praktek pemanfaatan RMS untuk pengorganisasian informasi ilmiah online (e-resources) berupa artikel e-journal, ebook, dan sumber-sumber informasi online

Page 9: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Mufid & Ari Zuntriana: Efektivitas Pelatihan ORS untuk Mendukung Studi dan Penelitian Mahasiswa

8

lainnya. Pengenalan dan praktek model-model pengutipan dan penulisan daftar referensi (referencing styles) yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah atau karya penelitian. Model yang perlu dikenalkan dan dipraktekkan adalah Chicago Style, APA Style, dan MLA Style. Pengenalan dan praktek sarana kolaboratif online khususnya Google Drive sebagai sarana kolaboratif meliputi Google Form, Google Doc, dan Google Slides untuk presentasi.

5) Peningkatan Kemampuan Ma-hasiswa dalam Penguasaan Skill Literasi Digital

Berdasarkan analisis reaksi peserta di atas, aspek yang paling diinginkan peserta dalam upaya perbaikan adalah melakukan perbaikan aspek metode penyampaian materi oleh pelatih dan kedalaman materi pelatihan. Oleh karena itu, pihak perpustakaan perlu melakukan perbaikan-perbaikan, antara lain:

a. Pengembangan materi pelatihan, b. Mengevaluasi metode pelatihan yang

diterapkanc. Menambah waktu pelatihand. Menyediakan fasilitas belajar seperti, LCD

proyektor, video tutorial;e. Meningkatkan dan memperpanjang durasi

kegiatan sosialisasi pelatihan kepada mahasiswa

f. Penguasaan materi pelatih perlu ditingkatkan

6) Desain Kurikulum Literasi Infor-masi dan Strategi Pelatihan ORS Berdasarkan Masukan Peserta.

Berdasarkan hasil analisis efektifitas pelatihan ORS di atas, maka kurikulum literasi informasi untuk ORS diperlukan revisi/perbaikan. Konstruksi kurikulum dikembangkan berdasarkan draft kurikulum literasi informasi PTKIN. Draft kurikulum ini mengacu pada kurikulum SCONUL yaitu kurikulum yang berlandaskan pada 7 pilar. Berdasarkan revisi kurikulum di atas, maka modul pelatihan juga akan direvisi, baik dari sisi materi, metode dan waktu.

Strategi yang telah diterapkan pada setiap pelatihan ORS selama ini belum berjalan

dengan maksimal. berdasarkan masukan dari peserta pelatihan, maka re-desain strategi pelatihan ORS perlu dilakukan agar pelatihan mampu mendukung lebih baik lagi dalam mencapai tujuan. Rencana perbaikan strategi di antaranya adalah:

1) Sosialisasi pelatihan melalui berbagai media dengan waktu yang mencukupi

2) Menerapkan manajemen waktu dengan lebih baik

3) Penambahan waktu sesuai dengan kebutuhan modul pelatihan yang terbagi dalam dua sesi (pagi dan siang)

4) Penyediaan teknologi media pelatihan yang lebih representatif

5) Metode penyampaian materi menggunakan pendekatan partisipasi peserta

Dari uraian hasil evaluasi pelatihan ORS di atas, menunjukkan bahwa pelatihan ORS sudah berjalan dengan efektif, dan materi yang diberikan relevan dengan kebutuhan. Hal ini berarti penyelenggaraan pelatihan ORS selama ini telah memberikan kontribusi nyata dalam mendukung studi dan penelitian mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Namun demikian, masih ditemukan beberapa kendala yang menghambat peserta untuk mengikuti pelatihan diperlukan upaya perbaikan untuk lebih optimal dalam mencapai tujuan pelatihan.

Berdasarkan temuan penelitian tersebut, maka dapat disebut juga bahwa hasil pelatihan ini berkontribusi riil dalam mendukung studi dan penelitian mahasiswa. Dalam jangka panjang, jika hasil evaluasi ini diterapkan dalam pelatihan-pelatihan ORS (Online Research Skills) di masa mendatang maka ini tentu akan berdampak sangat positif dalam upaya penguatan skills mahasiswa dan perbaikan mutu karya ilmiah yang dihasilkan. Hal ini tentu akan mendukung dan mengakselerasi proses tercapainya tujuan Universitas berupa World Class University.

KESIMPULAN

1. Tingkat efektivitas pelatihan ORS bagi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim telah berjalan secara efektif sebesar 84.0% dan relevansi materi yang disampaikan sebesar 86.5%. Hal ini berarti hasil pelatihan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan

Page 10: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

9

ORS. Namun, tingkat efektivitas yang sudah dicapai masih perlu ditingkatkan khususnya penyiapan teknologi media pelatihan yang lebih representatif.

2. Jenis-jenis pengetahuan dan skill/ketrampilan literasi digital yang dibutuhkan dalam mendukung studi dan penelitian mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah pengetahuan dan skill tentang sumber-sumber informasi online, pengorganisasian informasi ilmiah online, referencing styles dan sarana kolaboratif.

3. Upaya peningkatan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan skill literasi digital melalui pendekatan berupa: pengembangan materi pelatihan, memperbaiki metode pelatih dalam menyampaikan materi, penambahan waktu pelatihan, menyediakan teknologi media pelatihan yang lebih representatif, dan memberikan alokasi waktu yang cukup untuk sosialiasi kegiatan.

4. Kurikulum LI-ORS perlu direvisi/diperbaiki. Desain konstruksi kurikulum dikembangkan berdasarkan draft kurikulum literasi informasi PTKIN. Draft kurikulum ini mengacu pada kurikulum SCONUL yaitu kurikulum yang berlandaskan pada 7 pilar.

DAFTAR PUSTAKA

Asher, A. D. (2014). Search epistemology: teach-ing students about information discovery. In Not just where to click: teaching students how to think about information. Chicago: Association of College & Research Librar-ies.

Brown, P. (2014). Studying sources: truth, meth-od, and teaching bibliography. In Not just where to click: teaching students how to think about information (pp. 139–154). Chicago: Association of College & Research Libraries.

Kenton, J., & Blummer, B. (2010). Promoting Digital Literacy Skills: Examples from the Literature and Implications for Academic Librarians. Community & Junior Col-lege Libraries, 16(2), 84–99. http://doi.org/10.1080/02763911003688737

Kim, E., & Yang, S. (2015). Internet literacy and digital natives’ civic engagement: Internet skill literacy or Internet information litera-cy? Journal of Youth Studies, 1–19. http://

doi.org/10.1080/13676261.2015.1083961Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2007). Im-

plementing The Four Levels: A Practical Guide for Effective Evaluation of Train-ing Program.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik (1st ed.). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Poore, M. (2014). Studying and researching with social media. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.

Swanson, T. A., & Jagman, H. (Eds.). (2014). Not just where to click: teaching students how to think about information. Chicago: Asso-ciation of College and Research Libraries, a division of the American Library Associ-ation.

van Deursen, A., & van Dijk, J. (2011). Internet skills and the digital divide. New Media & Society, 13(6), 893–911. http://doi.org/10.1177/1461444810386774

Winata, A. P., & Djunaidi, A. (2015). Efektifitas Pelatihan Literasi Informasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 11: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

11

DUKUNGAN KOLEKSI PUSAT PERPUSTAKAANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTABAGI AKTIVITAS PENELITIAN DOSEN

Oleh : Siti Maryam

Abstract

This article discuses the evaluation of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Library collection. The focus of evaluation is on book collections that have been cited by the lecturers in their research activites. By using citation analysis, the objective of the evaluation is to measure how the book collection at the Center Library of UIN Jakarta fulfill the information resources needed by the lecturer (researcher) in the university. The population of this evaluation are all of books cited by the UIN Jakarta lecturers in their research report in 2014. The number of the population are 4.999 books (titles), and 539 titles of them (more than 10%) were taken as samples. The samples of the book have verified with the UIN Jakarta Center Library Catalog (TULIS) to ensure if the books are avalaible at the collection or not.

The findingt of this research is among 539 books title, only 180 title (33%)are avalaible in the UIN Jakarta Center Library collection. Thus the conclusion of the evaluation is that the collection of books at UIN Jakarta Center Library are not fully support to the need of research activites in 2014.

Keywords: evaluation, library collection, academic library, research, lecturer

Abstrak

Artikel ini membahas hasil penelitian tentang Evaluasi Koleksi Perpustakaan UIN Syarif Hidayayullah Jakarta dengan fokus pada koleksi buku pendukung penelitian para dosen tahun 2014. Penelitian deskriptif tersebut bertujuan untuk mengukur sejauh mana koleksi buku yang tersedia pada Pusat Perpustakaan UIN Jakarta telah memenuhi kebutuhan sumber informasi bagi penelitian dosen di lingkungan UIN Jakarta. Populasi peneltian ini adalah seluruh buku yang disitasi dalam laporan penelitian dosen tahun 2014, sebanyak 4.999 judul, dan sampel untuk evaluasi diambil sebanyak 539 judul (lebih dari 10%). Evaluasi dilakukan melalui verifikasi antara data kebutuhan penelitian dengan data ketersediaan koleksi pada Pusat Perpustakaan UIN Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sampel 538 judul buku tersebut setelah diverifikasi dengan data koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ternyata hanya tersedia sebanyak 180 judul saja atau setara dengan 33%. Jadi disimpulkan bahwa tingkat ketersediaan koleksi buku Pusat Perpustakaan UIN Jakarta yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dosen tahun 2014 masih kurang.

Kata Kunci: evaluasi, koleksi perpustakaan, perpustakaan perguruan tinggi, penelitian, dosen

Page 12: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

12

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber informasi bagi para seluruh sivitas akademika UIN Jakarta terkait program Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selalu berupaya keras mengembangkan berbagai jenis koleksi bahan pustaka baik sumber informasi tercetak (printed material) maupun bahan atau sumber-sumber informasi non cetak (non-printed material). Sebagai komponen pendukung utama dalam perguruan tinggi perpustakaan di lingkungan UIN Jakarta berdasarkan kebijakan rektor (Prof. Dr. Azyumardi Azra) pada tahun 1999 telah dikategorikan menjadi dua yaitu Perpustakaan Pusat (Perpustakaan Utama atau sekarang disebut Pusat Perpustakaan) sebagai perpustakaan riset (research library) dan perpustakaan fakultas sebagai working library. Pusat Perpustakaan sebagai perpustakaan riset tentu harus memiliki perbedaan dalam hal koleksi yang dikembangkannya, ia harus fokus pada pengembangan koleksi pendukung riset dan koleksi-koleksi yang bersifat pengayaan, sedangkan untuk koleksi wajib sesuai mata kuliah atau kurkulum harus dikembangkan oleh perpustakaan fakultas masing-masing (sebagai working library) sesuai program studi dan bidang ilmu yang dikembangkannya.

*) Dosen Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pertanyaan yang muncul adalah apakah Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebagai research library sudah menyediakan sumber-sumber informasi atau bahan pustaka yang diperlukan dalam penelitian para dosen dengan jumlah yang memadai? Apakah Pusat Perpustakaan sudah mampu memenuhi kebutuhan sumber informasi penelitian para dosen? Sejauh manakah ketersediaan sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut tersedia pada koleksi perpustakaan ?

Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan di atas adalah dengan melakukan penilaian atau

evaluasi terhadap koleksi yang telah tersedia di perpustakaan itu sendiri. Karena itu maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Berdasar Analisa Sitasi Penelitian Para Dosen. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat berbagai sumber informasi yang disitir atau disitasi oleh para dosen dalam penelitian mereka. Dari analisa sitiran tersebut diperoleh daftar rinci mengenai berbagai jenis sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dan ini sesungguhnya merupakan upaya untuk mengetahui dan memetakan sumber informasi apa saja yang sesungguhnya dibutuhkan oleh para dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendukung penelitian mereka. Dalam konteks perpustakaan hal ini disebut sebagai need analysis.

Selanjutnya hasil dari need analysis yang berupa daftar rinci dari berbagai bentuk sumber informasi berupa daftar bibliografi tersebut diverifikasi ketersediaannya dalam koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi atau mengukur sejauh mana kebutuhan riil akan sumber informasi tersebut tersedia di perpustakaan.

2. Masalah Penelitian

Jenis dan bentuk sumber informasi yang disitasi dalam penelitian sangat beragam seperti buku (cetak maupun elektronik), serial (seperti jurnal, majalah, bulletin, bahkan surat kabar), lalu ada yang berupa paper atau makalah seminar ataupun konferensi (ada yang diterbitkan dalam bentuk prosiding ada juga yang tidak), dan ada juga sumber lain seperti skripsi, tesis, disertasi, manuskrip, arsip, hasil wawancara, laporan hasil penelitian dan lain sebagainya. Idealnya perpustakaan dapat menyediakan semua format sumber informasi tersebut, tetapi dengan berbagai kendala yang dihadapi maka biasanya hanya sebagian saja yang dapat diakomodir oleh perpustakaan. Sumber informasi seperti manuskrip, atau karya akademik (skripsi, tesis, disertasi) dari perguruan tinggi lain dan berbagai hasil penelitian dari institusi atau

Page 13: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

13

perguruan tinggi lain adalah beberapa contoh sumber informasi yang sulit untuk dikoleksi oleh suatu perpustakaan perguruan tinggi. Dengan alasan tersebut serta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka evaluasi dibatasi hanya pada ketersediaan sumber informasi berupa buku yang digunakan atau disitir oleh para dosen dalam penelitian mereka pada tahun 2014. Jadi sejauh manakah buku yang digunakan tersebut tersedia dalam koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta?

3. Tujuan dan Metode Penelitian

Secara secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengkompilasi data riil kebutuhan sumber informasi yang digunakan atau disitasi dalam penelitian para dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Memetakan dan mendeskripsikan berbagai jenis kebutuhan sumber informasi yang disitasi dalam penelitian para dosen tahun 2014

3) Mengevaluasi koleksi buku yang tersedia pada Pusat Perpustakaan UIN Jakartta berdasarkan data riil kebutuhan sumber informasi penelitian dosen tahun 2014.

Dari segi metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan analisis kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data bibliografi dari seluruh laporan penelitian dosen UIN Jakarta pada tahun 2014. Setelah terhimpun selanjutnya data bibliografi dikelompokkan berdasar jenis dan format sumber tersebut meliputi jenis bahan buku, artikel jurnal, majalah, sumber internet, laporan dari instansi lain, dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan utama maka yang dijadikan populasi hanyalah sumber informasi berupa buku dengan pertimbangan diantaranya karena buku merupakan bahan pustaka yang paling lazim dan paling mungkin untuk dikoleksi oleh perpustakaan. Dari data buku yang sudah terkompilasi selanjutnya diambil sampel sebesar 15% secara sistematis.

B. TINJAUAN LITERATUR

1. Dosen dan Penelitian

Dosen adalah unsur pelaksana akademik yang berperan penting bagi suatu perguruan tinggi. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Dalam pasal 60 poin (a) undang-undang tersebut disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kewajiban tersebut terangkum secara ringkas dalam tri dharma perguruan tinggi. Dipertegas lagi pada pasal 72 ayat 1 tentang beban kerja dosen yang mencakup kegiatan pokok yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, rnelakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat.

Pada ayat 2 dalam undang-undang tersebut selanjutnya dijelaskan bahwa beban kerja tersebut pada setiap semester disepadankan dengan sekurang-kurangnya 12 (dua belas) satuan kredit semester (SKS), dan sebanyak-banyaknya 16 (enam belas) satuan kredit semester. Dan pasal 3 menyebutkan bahwa untuk pengaturan beban kerja tersebut ketentuannya diserahkan kepada satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Karena itu kemudian setiap perguran tinggi menetapkan rubrik untuk beban kerja dosen masing-masing.

Jadi, selain melakukan pengajaran dosen berkewajiban juga melakukan penelitian. Sesuai dengan ketentuan PP No 37 tahun 2009 tentang Dosen pasal 8 disebutkan bahwa beban kerja pendidikan dan penelitian paling sedikit sepadan dengan 9 (sembilan) SKS yang dilaksanakan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Begitu pentingnya kegiatan penelitian ini, maka seorang dosen bahkan

Page 14: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

14

bisa memperoleh cuti untuk keperluan penelitian, hal ini tercantum dalam PP tersebut pasal 32 yang menyebutkan bahwa dosen dapat memperoleh cuti untuk studi dan penelitian atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olahraga dengan tetap memperoleh gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lainnya berupa tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta maslahat tambahan yang terkait dengan tugas sebagai dosen secara penuh. Cuti untuk studi dan penelitian tersebut diberikan oleh pemimpin perguruan tinggi, bagi yang menjabat asisten ahli atau lektor adalah 5 (lima) tahun sekali, dan bagi lektor kepala atau profesor 4 (empat) tahun sekali.

Memperkuat hal di atas Sanusi Uwes mengatakan bahwa perguruan tinggi merupakan lembaga tempat komunitas manusia yang mengabdi pada kreasi pengetahuan baru melalui riset, dan lembaga yang didedikasikan pada penyebaran pengetahuan melalui berbagai model mengajar pada tingkat tinggi. Karena itu sivitas akademika perguruan tinggi khususnya unsur pelaksana akademik memiliki tiga tanggung jawab besar yang melekat yakni pendidikan (dalam bentuk kegiatan membimbing), penelitian, dan pengabdian pada masyarakat melalui praktek demi kepentingan dan kesejahteraan hidup masyarakat.

Untuk menjalankan semua tanggung jawab tersebut terutama sekali dalam hal penelitian maka dosen harus didukung oleh ketersediaan sumber-sumber informasi yang memadai dan kemudahan akses terhadap sumber-sumber tersebut. Hal ini menjadi tanggung jawab dan peran yang harus dijalankan oleh perpustakaan perguruan tinggi.

2. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Bagi suatu perguruan tinggi, perpustakaan merupakan salah satu pilar penting bagi terlaksananya tri dharma perguruan tinggi karena perpustakaan memiliki peran yang strategis dalam mendukung proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Karenanya seringkali perpustakaan disebut sebagai jantung perguruan tinggi (the heart

of campuss). Menurut Abdul Rahman Saleh

sebagai salah satu komponen penting bagi perguruan tinggi yang bersifat akademik maka dalam menunjang pelaksanaaan dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran, perpustakaan perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk menghimpun, mengorganisasikan, menyediakan, serta menyebar luaskan informasi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam hal ini perpustakaan harus berusaha untuk memperkaya pengetahuan sivitas akademika terutama para dosen dan mahasiswa, mempertinggi kualitas pengajaran dan mempertinggi mutu hasil belajar mahasiswa.

Selanjutnya dalam rangka menunjang dharma kedua yaitu penelitian, perpustakaan perguruan tinggi harus berusaha mengumpulkan, mengelola, menyediakan, serta menyebarluaskan dan melestarikan berbagai sumber informasi yang relevan sebagai sumber literatur bagi suatu penelitian. Sedangkan sebagai penunjang dharma ketiga yaitu pengabdian pada masyarakat maka perpustakaan perguruan tinggi harus berusaha mengumpulkan, mengolah, serta menyebarluaskan dan melestarikan hasil-hasil penelitian ilmiah sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sukarman juga menegaskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian integral dari suatu perguruan tinggi, sehingga ia diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma perguruan tinggi, dan khuus pada dharma kedua perpustakaan harus mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi para peneliti.

Perpustakaan bertugas menyediakan informasi untuk mendukung suatu penelitian, baik berupa buku, majalah, kamus atau literatur-literatur lainnya. Keberadaan literatur dalam kegiatan penelitian mempunyai peranan yang penting, dan sebagian dari kegagalan suatu penelitian disebabkan antara lain karena keterbatasan literatur sebagai sumber informasi. Mahasiswa dalam menyelesaikan kegiatan penelitianya berharap perpustakaan dapat menyediakan literatur pendukung yang diperlukan.

Page 15: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

15

Maka sangat jelas bahwa tugas inti dari perpustakaan perguruan tinggi adalah menghimpun, mengelola dan mendistribusikan berbagai sumber informasi (bahan pustaka) yang dibutuhkan oleh para sivitas akademika. Dalam hal ini perpustakaan merupakan pusat jasa layanan informasi yang berfungsi sebagai interface antara dua dunia, yaitu khazanah sumber informasi (dalam berbagai format: buku, jurnal, multimedia, e-book, online journal, dsb) pada satu sisi dan kebutuhan akan sumber informasi masyarakat pengguna (pemustaka) di sisi yang lain. FW. Lancaster

menggambarkan fungsi-fungsi tersebut secara sederhana dengan diagram sebagai berikut :

Gambar 1: Fungsi Jasa Layanan Informasi Sumber : FW. Lancaster, Information Retrieval System:

Characteristics, Testing and Evaluation. 2nd ed. New York: Wiley, 1979.

Tampak jelas pada diagram di atas bahwa tugas pertama perpustakaan sebagai pusat jasa layanan informasi adalah mengumpulkan atau menghimpun berbagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat pengguna atau pemustaka. Setelah berbagai sumber informasi tersebut dihimpun melalui beberapa metode pengadaan seperti pembelian, tukar-menukar, hadiah atau hibah dan lain sebagainya, maka tugas kedua perpustakaan adalah mengorganisasikan koleksi bahan pustaka tersebut sedemikian rupa agar mudah diakses dan ditemukan kembali ketika diperlukan. Dalam hal organisasi informasi perpustakaan harus melakukan pengolahan bahan pustaka yang meliputi pengatalogan deskriptif, pengindeksan subjek (klasifikasi dan penentuan tajuk subjek), dan menyiapkan wakil dokumen berupa katalog (cetak ataupun elektronik) sehingga memudahkan pemustaka untuk mengakses data tersebut, dan fisik dokumen dari semua bahan pustaka harus disusun secara sistematis (terorganisasi) dalam rak-rak penyimpanan yang

memudahkan pemustaka menemukannya kembali saat memerlukannya. Lalu tugas yang ketiga adalah perpustakaaan harus melayankan atau mendistribusikan sumber informasi yang telah dikoleksinya tersebut kepada masyarakat agar terjadi apa yang disebut desiminasi informasi (desimination of information).

Terkait dengan tugas pertama yaitu menghimpun dan menyimpan bahan pustaka maka setiap perpustakaan perguruan tinggi harus melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan koleksi (collection development) yang benar-benar mampu mendukung terlaksananya tri dharma perguruan tinggi. Karena itu maka menurut Sukarman secara rinci tugas perpustakaan perguruan tinggi dalam hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran

2) Menyediakan berbagai bahan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studi mahasiswa

3) Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang di perlukan bagi para peneliti

4) Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru, baik berupa bahan tercetak maupun tidak tercetak

5) Menyediakan fasilitas, yang memungkinkan pengguna mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan.

Karena itu maka kegiatan pengembangan koleksi bahan pustaka (collection development) di perpustakaan perguruan tinggi merupakan hal yang sangat penting, dan harus benar-benar dilakukan dengan mengacu kepada kebutuhan sivitas akademika. Kegiatan ini tidak sekedar pengadaan bahan pustaka semata tetapi meliputi beberapa komponen yang saling terkait satu dan yang lainnya, diantaranya adalah: need analysis, selection, evaluation, dan deselection. Komponen-

Page 16: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

16

komponen kegiatan tersebut merupakan siklus yang terus-menerus harus dilakukan oleh perpustakaan.

Need analysis dan evaluation adalah dua komponen yang sangat penting. Setiap perpustakaan terutama perpustakaan perguruan tinggi idealnya selalu melakukan need analysis (menganalisa sumber informasi yang dibutuhkan pemustaka). Melalui analisa ini akan diperoleh data pasti mengenai berbagai sumber informasi yang sebenarnya dibutuhkan, sehingga perpustakaan akan mudah menentukan bahan-nahan pustaka yang akan diadakan. Di sisi lain jika jumlah koleksi perpustakaan sudah cukup besar maka perlu dilakukan evaluasi terhadap koleksi tersebut, sehingga dapat diketahui sejauh mana koleksi tersebut memenuhi kebutuhan para sivitas akademika.

Setidaknya dikenal dua teknik evaluasi, pertama adalah evaluasi berdasar koleksi itu sendiri, dan yang kedua adalah evaluasi berdasar penggunaan atas koleksi tersebut. Teknik pertama dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat ketersediaan koleksi yang telah berhasil dikembangkan oleh suatu perpustakaan, dan dapat dilakukan misalnya dengan menilai koleksi yang ada berdasarkan pada suatu standar tertentu, juga dapat dilaksanakan dengan menilai tingkat relevansi antara kebutuhan pemustaka dengan koleksi yang tersedia di perpustakaan, dan ini kita sebut sebagai evaluasi berdasar kebutuhan.

Evaluasi koleksi berdasar kebutuhan bisa dilaksanakan apabila telah tersedia data mengenai kebutuhan itu sendiri. Kebutuhan sumber informasi di perguruan tinggi bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya kebutuhan untuk kurikulum perkuliahan yang biasanya tercantum dalam silabi tiap mata kuliah, bisa juga dilihat dari sumber-sumber yang disitasi (disitir) oleh sivitas akademika dalam berbagai karya ilmiah yang mereka hasilkan, misalnya laporan hasil penelitian yang ditulis oleh para dosen. Telah dikemukakan bahwa sesuai peraturan yang berlaku setiap dosen selain mengajar juga berkewajiban meneliti, dan untuk keperluan penelitian itu maka perpustakaan sebagai pusat layanan jasa informasi dan sebagai pendukung tri dharma harus menyediakan

berbagai sumber informasi yang dibutuhkan untuk mendukung proses penelitian tersebut.

3. Pembinaan dan Pengembangan Koleksi

Pengembangan koleksi merupakan proses universal bagi perpustakaan dan pusat-pusat informasidan merupakan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan dan lebih luas dari sekedar pengadaan bahan pustaka (sumber informasi). Pungki Purnomo mengutip Corbin dan Magrill menulis bahwa pengembangan koleksi dimaksudkan untuk membina koleksi dengan sebaik-baiknya sesuai kondisi perpustakaan dan masyarakat yang dilayani.

Pengembangan koleksi adalah serangkaian proses kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan pemustaka dengan sumber informasi yang ada di lingkungan perpustakaan atau unit informasi lainnya.

Akhtar Husain dkk juga mengemukakan bahwa pengembangan koleksi meliputi aktivitas seperti penilaian kebutuhan pengguna, evaluasi koleksi yang tersedia, penetapan kebijakan seleksi, kordinasi seleksi, evaluasi ulang dan penyimpanan sebagian koleksi, serta perencanaan resource sharing. Jadi, pengembangan koleksi bukan aktivitas tunggal, tetapi merupakan sekelompok aktivitas(8). Pengadaan biasanya dibedakan dari pengembangan koleksi, dan merujuk pada proses verifikasi, pemesanan, hingga pembayaran. Komponen-komponen dalam pengembangan koleksi merupakan unsur-unsur yang saling terkait satu dengan yang lainnya, namun dapat dikatakan bahwa ujung tombak dari pengembangan koleksi adalah pada proses pengadaan (acquisition). Perlu dicatat bahwa pengadaan bukanlah pengembangan koleksi itu sendiri, masih ada elemen lain yang sangat erat berkaitan dalam pengembangan koleksi ini. Jika perpustakaan berhenti menambahkan bahan-bahan yang segar (baru) ke dalam koleksinya maka akan segera berdampak negatif pada layanan perpustakaan tesebut.

Pengembangan koleksi merupakan proses yang terus-menerus berlangsung dan di dalamnya terdapat setidaknya enam

Page 17: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

17

komponen yang saling terkait satu dengan lainnya. Keenam komponen tersebut adalah: 1) analisa kebutuhan pemustaka (community analysis), 2) kebijakan pengembangan koleksi (collection development policy), 3) seleksi (selection), 4) pengadaan (acquisition), 5) evaluasi (evaluaition), dan 6) penyiangan (weeding). Edward G. Evans menggambarkan tentang komponen pengembangan koleksi tersebut sebagai berikut:

Gambar2: Diagram Proses dan Komponen Pengembangan Koleksi Perpustakaan.

Sumber: Edward G. Evans, Developing Library and Information Center Collection, hal.17

Agar koleksi bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan kuat dan seimbang, maka keenam komponen tersebut di atas harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan setiap perpustakaan terutama perpustakaan perguruan tinggi harus memiliki sumber daya manusia yang memahami setiap komponen tersebut serta memiliki kompetensi untuk melakukan tugas tersebut dengan baik. Terkait dengan tema pembahasan artikel ini maka tidak semua komponen dari pengembangan koleksi tersebut dibahas satu persatu, pembahasan hanya akan difokuskan pada satu komponen saja yaitu evaluasi.

4. Evaluasi Koleksi

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan koleksi. Evaluasi sangat penting dilakukan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pengembangan koleksi yang telah dilakukan oleh suatu perpustakaan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah kegiatan pengembangan koleksi telah dilakukan secara konsisten berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan, apakah koleksi yang ada telah memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna (pemustaka), apakah secara kuantitaif jumlah koleksi di perpustakaan telah memenuhi standar yang ditentukan, dan secara kualitatif apakah koleksi yang ada sudah baik, dan sebagainya.

Evaluasi koleksi bisa dilakukan terhadap koleksi itu sendiri maupun terhadap penggunaannya. Evaluasi terhadap koleksi akan menghasilkan informasi mengenai aspek seperti : jumlah kopi untuk setiap judul dalam subjek tertentu, format bahan pustaka yang tersedia, usia dan kondisi bahan pustaka, keluasan dan kedalaman ruang lingkup koleksi, bahasa yang digunakan dalam sumber informasi yang tersedia, juga informasi mengenai bahan-bahan yang digunakan dan yang tidak digunakan.1 Menurut Evans sebelum melaksanakan evaluasi perpustakaan harus terlebih dahulu menetapkan secara hati-hati maksud dan tujuan evaluasi tersebut.2

Peggy Johnson menyebut evaluasi sebagai collection analysis, dan ini merupakan bagian yang penting dari manajemen koleksi yang efektif. Begitu para pustakawan mempelajari lebih jauh tentang koleksi dan penggunaannya, maka mereka akan lebih bisa mengelola koleksi tersebut--pertumbuhan, pemeliharaan, perbaikan, penyimpanan, penyiangan, dan sebagainya -- dalam kaitannya dengan kebutuhan pemustaka dan misi perpustakaan serta lembaga induknya.3 Analisa atau evaluasi koleksi seharusnya dilakukan secara terus-menerus, dengan metodologi khusus dan monitoring berkesinambungan, sehingga akan menghasilkan informasi mengenai potret dari kondisi koleksi terkini (existing collection) dan mengenai perkembangan pencapaian tujuan lebih jauh.

Page 18: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

18

Para pakar seperti Mosher (1979), Gorman (2000), Clayton (2001), Crowfod (2006) telah menghasilkan literatur yang berharga mengenai evaluasi koleksi tersebut. Penekanan evaluasi juga berkembang, yakni untuk menjaga keseimbangan antara input dan output serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam manajemen koleksi.4 Magrill dan Corbin mengemukakan pendapatnya tentang evaluasi sebagai berikut:

“collection evaluation is concerned with how collection is in terms of the kinds of materials in it and the value of each item in relation to the items not in the collections, to the community being served and to the librariy’s potencial users”.

Jadi evaluasi koleksi itu terkait dengan sejauh mana koleksi meliputi jenis bahan pustaka di dalamnya dan nilai tiap item dalam hubungannya dengan item yang tidak ada dalam koleksi tersebut untuk masyarakat yang dilayani dan untuk potensial user perpustakaan. Sementara Nisonger seperti dikutip oleh Kanwal Amin, berpendapat bahwa: ”on the most fundamental level, the term means assessing intrinsic quality of the library’s holdings. On the broader level the term includes determining how well the collection is serving its purpose and meeting pattern information needs.5 .

Pada tingkat yang paling mendasar istilah evaluasi koleksi berarti mengukur kualitas koleksi yang dimiliki perpustakaan. Pada tingkat yang lebih luas istilah evaluasi koleksi berarti menentukan sebaik apa koleksi mencapai tujuannya dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna informasi.

Sementara Nisonger mengemukakan bahwa telah banyak literatur internasional yang membahas penelitian tentang evaluasi, pengukuran, outcome dan akuntabilitas layanan perpustakaan, di mana istilah evaluation lebih populer digunakan dalam literatur Amerika, dan istilah assessment lebih populer digunakan dalam literatur di Inggris. Menurutnya semua jenis layanan perpustakaan perlu dievaluasi, tetapi bagaimanapun koleksi lebih penting untuk dievaluasi karena ia telah menghabiskan anggaran yang sangat besar.6

Nisonger (1992, 2003) mengemukakan

adanya dikotomi dalam evaluasi koleksi seperti evaluasi berbasis koleksi dengan evaluasi berbasis pemustaka (collection-centered vs. client centered), kuantitatif dengan kualitatif (qualitative vs. quantitative), masukan dengan luaran (inputs vs. outputs), evaluasi mikro dengan evaluasi makro (micro-evaluation to macroevaluation). Literatur terkini menekankan metode evaluasi berbasis pada pengguna (user-centered evaluation). Studi yang dilakukan oleh Agee (2005) memperlihatkan bahwa evaluasi koleksi memiliki implikasi bagi kesuksesan manajemen koleksi untuk masa mendatang, manajemen sumber daya keuangan, dan format seleksi yang efektif.

Terkait metode evaluasi koleksi, Pastine (1996) mengidentifikasi sejumlah metodologi yang telah digunakan pada perpustakaan-perpustakaan akademik dan perpustakaan riset. Beberapa metode bersandar pada pengumpulan data kualitatif atau statistik kuantitatif yang melibatkan variabel-variabel seperti jumlah item koleksi terkini, jumlah item yang ditambahkan atau kecepatan pertumbuhan dan item-item yang tersedia bagi tiap mahasiswa dibandingkan dengan daftar yang direkomendasikan atau dibandingkan dengan koleksi perpustakaan yang sejenis, dan kajian terhadap usia koleksi. Pendekatan kualitatif termasuk analisis statistik sirkulasi dan peminjaman antar perpustakaan (inter library lending) dan kajian terhadap penggunaan bahan-bahan di tempat (di perpustakaan).

Metode lain dari evaluasi koleksi adalah studi mengenai sitasi dan bibliografi dari publikasi guna menemukan apakah item-item yang disitasi tersedia dalam koleksi. Pengukuran kepuasan pemustaka juga merupakan salah satu metode evaluasi koleksi. Credaro (2001) telah mengidentifikasi tiga cara mengevaluasi koleksi perpustakaan yaitu: pertama, survey opini pengguna yang berpusat pada user (pemustaka) melalui kuesioner atau interview, kedua, pendekatan conspectus yang melibatkan penggunaan deskriptor subjek; dan ketiga adalah pendekatan cumulative, yang mengkombinasikan metode pertama dan kedua. Credaro menyimpulkan bahwa “keberhasilan metode evaluasi apapun

Page 19: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

19

tergantung pada sebaik apa metode tersebut mencapai tujuannya.” Pada evaluasi sumber multimedia, Lamb (2004) menyetujui tiga metode, yaitu pemetaan koleksi, statistik sirkulasi, dan survey pengguna.7

Pungki Purnomo berpendapat bahwa kajian analisis sitiran (sitasi) dianggap sebagai kajian kuantitatif yang lebih akurat dibandingkan dengan kajian yang menggunakan pendekatan lain. Kajian analisis sitiran ini mendasarkan kajian pada catatan kaki atau bibliografi atau daftar pustaka atau rujukan suatu karya ilmiah dengan melihat kepada pengungkapan buku-buku dan jurnal-jurnal atau sumber-sumber informasi lain yang yang paling sering disitir.8 Kajian sitasi merupakan jenis bibliometrics, yang merupakan laporan kuantitatif dari properties yang menggambarkan dan memprediksi sifat penggunaan literatur ilmiah. Sumber-sumber penerbitan ditelusur dari rujukan bibliografis, dan sitasi ini digunakan untuk menganalisa koleksi. Studi sitasi ini berasumsi bahwa makin banyak suatu publikasi disitasi berarti makin bernilai, akan secara terus-menerus digunakan, dan konsekuensinya menjadi lebih penting untuk dikoleksi oleh perpustakaan. Kajian sitasi ini terkait erat dengan pengecekan daftar, dan umumnya digunakan pada perpustakaan akademik dan perpustakaan riset, ia terdiri dari peringkat jumlah ataupun frekuensi suatu dokumen disitir dalam suatu karya yang diterbitkan seperti dalam footnote, bibliografi, atau dalam sarana indeks dan abstrak, dan membandingkannya dengan koleksi suatu perpustakaan.

Dalam studi sitasi ini terdapat dua pendekatan dasar yaitu studi sitasi berdasar pada penggunaan literatur oleh banyak ilmuwan, dan sitasi yang dilakukan dalam satu perpustakaan khusus berdasarkan pada penggunaan literatur oleh para pemustaka. Penekanannya adalah pada berapa kali suatu item bahan pustaka disitir sehingga dapat ditentukan tingkat kepentingannya. Data yang dikumpulkan dalam kajian sitasi ini dapat disusun dalam kategori-kategori untuk memudahkan dianalisis. Kajian sitasi juga bisa mengidentifikasi trend dalam literatur. Kajian sitasi biasanya memakan banyak waktu dan tenaga.

Ada beberapa keuntungan dari evaluasi koleksi, menurut Lamb (2004) seperti dikutip oleh Oshegale bahwa evaluasi koleksi dapat membantu pusakawan untuk mereview kekuatan dan kelemahan koleksi yang telah ada melalui representasi grafis. Sementara menurut Franklin, Essex, dan Hamilton, evaluasi koleksi dapat digunakan untuk penganggaran, dengan membandingkan koleksi pada subjek tertentu dengan kurikulum pada bidang tersebut. Ketika koleksi cocok dengan kurikulum maka dia akan digunakan. Sementara Pastine mengemukakan bahwa reputasi perpustakaan akademik (perpustakaan perguruan tinggi) tidak lagi didasarkan semata-mata pada kuantitas dan besarnya volume koleksi, tetapi lebih dilihat dari kualitas koleksi yang ada serta kemampuan-kemampuan akses.9

Markless dan Streatfield (2006) menerangkan mengapa kita memerlukan fakta-fakta dari pengaruh (impact) perpustakaan melalui evaluasi dan membahas model evaluasi yang berbeda. Munculnya paradigma digital, assesment menjadi meluas, mencakup penggunaan koleksi digital, website, dan juga akses. Literatur tentang evaluasi dari negara berkembang sebagian besar ditujukan pada isu-isu produksi buku, pengadaan, dan kekurangan sumber daya manusia dan finansial.

Dengan memperhatikan uraian di atas maka menjadi jelas bahwa sebenarnya evaluasi koleksi merupakan hal yang sangat penting dilakukan, dan setiap perpustakaan seharusnya melakukan hal tersebut, terutama sekali perpustakaan perguruan tinggi, seperti yang dilakukan oleh perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi di India dan Pakistan ataupun negara-negara lainnya.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Mengingat tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta, maka perlu terlebih dahulu diuraikan di sini profil singkat Pusat Perpustakaan UIN Jakarta itu sendiri khususnya tentang koleksi yang telah dimilikinya. Selain iu juga perlu deskripsi ringkas dari laporan penelitian dosen UIN

Page 20: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

20

Jakarta tahun 2014 beserta sumber-sumber informasi yang disitasi di dalamnya.

1. Sekilas tentang Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta

Sejak berdiripada tahun 1957 hanya ada satu perpustakaan di IAIN (yang sekarang menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,namun pada tahun 1999 berdasarkan kebijakan yang tertuang dalam SK Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 040 Tahun 1999 tentang Rencana Induk Pengembangan (RIP) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1999/2000-2003/2004, Perpustakaan IAIN Jakarta dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Perpustakaan Utama sebagai perpustakaan riset, Perpustakaan Fakultas sebagai perpustakaan kerja (Library Working), dan Perpustakaan Pasca Sarjana sebagai perpustakaan khusus.

Sesuai dengan Ortaker yang ditetapkan oleh Kemenag RI, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatulah Jakarta berubah nama menjadi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Meskipun demikian fungsinya tetap sama yakni sebagai perpustakaan riset. Perpustakaan-perpustakaan yang ada di setiap fakultas juga tetap dipertahankan sebagai perpustakaan kerja (working library). Tujuan didirikannya Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk mendukung terlaksananya seluruh program Tri Darma perguruan tinggi yaitu bidang pengajaran dan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan selengkap mungkin sumber informasi (bahan-bahan pustaka) yang sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka Pusat Perpustakaan UIN Jakarta telah mene-tapkan visi yaitu: Menjadi pusat informasi, sumber referensi dan sumber belajar yang lengkap dan terkemuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan baik ilmu umum maupun bidang ilmu ke-Islaman. Visi tersebut menyiratkan bahwa Pusat Perpus-takaan UIN Jakarta diharapkan menjadi per-pustakaan riset yang unggul, handal dan ter-depan sebagai pusat sumber informasi dalam pengkajian, pengembangan, pengintegrasian

dan penerapan ilmu-ilmu pengetahuan yang berorientasi pada nilai-nilai ke-Islaman, kema-nusiaan dan ke-Indonesiaan dalam jaringan informasi nasional dan dan internasional.

Pusat Perpustakaan UIN Jakarta telah menetapkan sebelas misi yang harus dijalankan untuk mencapai visi tersebut, dan misi yang pertama adalah “menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang ke-Islaman dan bidang-bidang umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat10. Misi ini secara jelas dan tegas menyiratkan bahwa perpustakaan harus menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang ke-Islaman dan bidang ilmu umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kelengkapan koleksi dapat dilihat dari kelengkapan berbagai bidang subjek koleksi yang dimiliki, artinya semua bidang ilmu yang dipelajari di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta harus disediakan kebutuhan sumber informasinya. Lengkap juga diartikan bahwa koleksi yang ada di perpustakaan dapat memenuhi semua kebutuhan civitas akademika dalam semua jenjang pendidkan yang diselenggarakan (S1, S2, dan S3). Kelengkapan koleksi juga bisa dilihat dari aspek format sumber pustaka yang tersedia, tidak hanya format tercetak (printed material) saja tetapi meliputi koleksi non printed seperti online journal database, e-book, serta format-format elektronik lainnya yang berupa audio-visual dan multimedia.

Karena itulah maka Pusat Perpustakaan selalu berupaya keras melaksanakan kegiatan pengembangan koleksi. Berbagai cara atau metode pengadaan bahan pustaka dilaksanakan baik melalui pembelian, tukar-menukar, hadiah atau hibah dan juga melalui kerja sama. Metode pembelian bahan pustaka yang ditempuh oleh Pusat Perpustakaan terutama adalah melalui anggaran BOPTN (DIPA). Setiap tahun UIN Jakarta mengalokasikan dana BOPTN dengan jumlah yang cukup besar untuk pembelian buku cetak, online journal database, dan juga e-book database.

Kerjasama antara lain dijalin dengan Kedutaan Amerika yaitu berupa American

Page 21: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

21

Corner, dari sini Pusat Perpustakaan memperoleh berbagai sumber informasi (bahan pustaka) tercetak seperti buku, majalah, dan jurnal, dan juga bahan elektronik seperti berbagai film, bahkan diberi juga akses terhadap elibrary.usa yaitu online database yang memuat berbagai buku, jurnal, artikel-arrikel dalam semua bidang ilmu pengetahuan. Kerjasama juga dijalin dengan Kedutaan Canada yakni dengan membuka Canadian Resource Center, di mana Pusat Perpustakaan memperoleh buku-buku dalam jumlah yang cukup besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama sekali mengenai multikulturalisme. Corner-corner lain yang juga telah memperkaya koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Saudi Arabia Corner, dengan koleksi-koleksi yang semuanya berbahasa Arab dan terutama berisi bidang ilmu ke-Islaman, dan Munawir Corner yang merupakan hasil kerjasama dengan keluarga Almarhum Munawir Sjadzali (mantan Menteri Agama RI) yang menyerahkan koleksi-koleksi pribadi Menteri Agama tersebut yang umumnya berbahasa Arab.

Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebagiannya diperoleh dari hadiah/hibah baik dari individu maupun lembaga/yayasan. The Asia Foundation (TAF) adalah yayasan yang berkontribusi cukup signifikan dalam meningkatkan jumlah koleksi di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta. Melalui Program Books for Asia selama beberapa tahun terhitung sejak tahun 2006-2010 TAF secara rutin mengirimkan buku-buku cetak dan juga elektronik dalam jumlah yang cukup besar uang mencakup berbagai bidang ilmu umum seperti matematika, kimia, fisika, teknologi informasi, lingkungan, hukum, ekonomi, manejemen, bahasa, dan lain sebagainya. Hibah buku tersebut telah meningkatkan jumlah koleksi Pusat Perpustakaan khususnya bidang ilmu-ilmu umum secara signifikan.

Hingga saat ini koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah cukup bervariasi, meliputi bahan cetak (printed material) terdiri dari buku, jurnal, karya akademik (skripsi, tesis dan disertasi), laporan hasil penelitian, dsb, juga bahan-bahan non cetak yang terdiri dari e-book, online journal, bahan

multimedia, dan lain sebagainya. Sampai akhir tahun 2015 jumlah rincian koleksi yang ada adalah sebagai berikut:

No Jenis Koleksi Jumlah

1 Buku 38.435 judul

2 Skripsi, Tesis, Disertasi 34.704 judul

4 Multimedia 585 judul

5 Jurnal 825 judul

6 Majalah 365 judul

7 E-book 5489 judul

8 Online journal database 9 database

Sumber: Statistik Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta 2015

1) Koleksi BukuSecara umum koleksi buku pada Pusat

Perpustakaan UIN Jakarta terbagi menjadi dua kategori besar yaitu koleksi buku-buku referens yang hanya dapat dibaca di perpustakaan dan koleksi umum yaitu koleksi buku-buku yang disirkulasikan dan dipinjamkan keluar ata dibawa pulang oleh pemustaka dalam jangkawaktu tertentu. Karena melayani seluruh mahasiswa dari semua fakultas, maka Pusat Perpustakaan UIN Jakarta selama ini telah menyediakan koleksi umum untuk semua bidang studi. Meskipun demikian dari cakupan subjeknya koleksi buku tersebut dapat dikategorikan dalam dua kelompok besar dan ditempatkan secara terpisah yaitu buku dalam bidang ilmu agama (ke-Islaman) yang disusun berdasarkan skema klasifikasi Islam dari Departemen Agama, dan buku-buku bidang ilmu umum yang disusun berdasar skema klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).

2) Koleksi Karya AkademikKoleksi karya akademik Pusat

Perpustakaan UIN Jakarta terdiri dari skripsi, tesis dan disertasi. Koleksi ini merupakan koleksi deposit (wajib simpan) dari karya sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini karya akademik tersebut selain dalam format cetak juga sudah tersedia dalam format digital yang dapat diakses melalui layanan multimedia dan repositori UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Koleksi E-Book

Page 22: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

22

Jumlah koleksi e-book di Pusat Perpus-takaan UIN Jakarta cukup banyak. Pengem-bangan koleksi ini telah dimulai sejak tahun 2009, ketika itu untuk pertama kalinya Per-pustakaan membeli 1000 judul e-book. Saat ini e-book yang sudah tersedia hampir 5000 judul dengan rincian sbb:

No Nama Database E-Book Jumlah

1 Cambridge E-Book 500 judul

2 Emerald E-Book Series 140 judul

3 Oxford Scholarship 209 judul

4 Oxford Islamic Studies (ency-clopedia)

1 judul

5 IG Group E-books ((Columbia Univ. Press, Liverpool Univ. Press, Princeton Univ. Press, University of California)

2239 judul

6 Bril Online Middle East and Islamic Studies

2400 judul

Jumlah 5489 judul

Sumber: Data Statistik KoleksiPusat Perpustakaan UIN Jakarta 2015

4) Koleksi Online JournalSesuai dengan perkembangan zaman

yang mengedepankan teknologi informasi, maka perpustakaan juga melanggan beberapa online journal databases, antara lain: Oxford Islamic Studies, Oxford Journal, Jstor, Springerlinks, Gale Cencage Learning (terdiri dari Religion and Philosophy Collection dan Information and Library Science Collection), Cambridge Journal, IEEE, AAAS Science, dsb.

5) Koleksi Terbitan Berkala Pusat Perpustakaan UIN Jakarta juga

mengoleksi jurnal dan majalah yang diperoleh dengan cara tukar-menukar atau hadiah dari lembaga lain. Di samping itu Pusat Perpustakaan juga melanggan lima judul surat kabar harian yaitu Republika, Kompas, Media Indonesia, Jakarta Post, dan Tempo, dan juga melanggan majalah seperti Forum, Gatra, Trubus, Times, dsb. Jenis koleksi lain yang dimiliki Pusat Perpustakaan UIN Jakarta adalah koleksi multimedia berupa DVD, VCD, dan sebagainya, dan koleksi ini telah dikelola dan dilayankan dengan baik melalui layanan multimedia interaktif

yang menggunakan suatu aplikasi khusus yang bersifat edutainment. Jumlah koleksi mutimedia hingga saat ini telah mencapai lebih dari 1500 (seribu lima ratus) judul.

2. Penelitian Dosen UIN Jakarta Tahun 2014

Sesuai dengan visi, misi dan tujuan untuk menjadi universitas riset (research university), maka setiap tahun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadikan penelitian sebagai salah satu program utama dan menyediakan alokasi anggaran yang cukup besar untuk program penelitian tersebut. Pada tahun 2014 Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalokasikan anggaran untuk membiayai dua ratus delapan puluh empat (284) judul penelitian, terdiri dari: 50 judul Penelitian Pemula; 120 judul Penelitian Madya; 80 judul Penelitian Berbasis Publikasi Nasional Terakreditasi; 29 judul Penelitian Berbasis Publikasi Internasional; dam 5 judul Penelitian Unggulan.11

Kategori Penelitian Pemula dan Penelitian Madya bertujuan untuk melakukan penguatan kapasitas dosen di bidang penelitian, sedangkan penelitian Penelitian Berbasis Publikasi Nasional, Penelitian Berbasis Publiasi Internasional, dan penelitian Unggulan bertujuan untuk mencapai target UIN Jakarta sebagai Universitas Riset. Penelitian Pemula dan Penelitian Madya merupakan penelitian individu yang diperuntukkan bagi dosen dan fungsional lain seperti pustakawan dan laboran yang memiliki pendidikan maksimal S2, dan memiliki latar belakang keilmuan sesuai tema penelitian. Output yang diharapkan adalah satu artikel yang siap atau sudah diterima untuk diterbitkan di jurnal.

Adapun Penelitian Berbasis Publikasi Nasional adalah penelitian yang outputnya dua artikel yang siap atau sudah diterima untuk dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi, dan ini diperuntukkan bagi dosen tetap maupun tidak tetap, yang minimal sudah memiliki satu publikasi artikel ilmiah di jurnal, penelitian ini dapat dilaksanakan secara individu atau kolektif maksimal 2 orang peneliti, diutamakan dari lintas fakultas atau lintas keahlian. Kategori lainnya adalah Penelitian Berbasis Publikasi Internasional

Page 23: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

23

diperuntukkan bagi dosen (semua status), pendidikan minimal S2, memiliki latar belakang keilmuan yang sesuai dengan tema penelitian, dapat dilaksanakan secara individual atau kolektif maksimal 3 orang, dan diprioritaskan berasal dari lintas fakultas atau lintas keahlian; salah satunya memiliki minimal 1 publikasi artikel ilmiah di jurnal nasional terakreditasi. Output penelitian ini adalah dua artikel yang siap atau sudah diterima untuk dipublikasi di jurnal internasional, atau 1 artikel untuk jurnal internasional dan 1 artikel untuk jurnal nasional terakreditasi.

Dan Penelitian Unggulan merupakan penelitian yang outputnya dua artikel yang siap untuk dipublikasi atau yang sudah diterima untuk publikasi di jurnal nasional dan atau internasional dan juga produk untuk dipatenkan (jika ada). Penelitian ini dilaksanakan kolektif dengan maksimal 4 orang dosen diutamakan dari lintas fakultas atau lintas keahlian, atau salah satu tim telah memiliki minimal 1 publikasi artikel ilmiah di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional, pendidikan minimal S2, memiliki latar belakang keilmuan sesuai tema penelitian yang dilaksanakan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa jumlah penelitian dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 adalah sebanyak 284 judul terdiri dari lima kategori penelitian. Namun setelah dilakukan dokumentasi terhadap data-data laporan penelitian para dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang difasilitasi oleh Lembaga Penelitian UIN Jakarta pada tahun 2014 tersebut, penulis hanya berhasil memperoleh data sebanyak 217 judul penelitian dengan rincian sesuai kategori penelitian dosen pada tahun 2014 seperti terlihat pada tabel berikut:

No Kategori Penelitian Jumlah %

1 Penelitian Pemula 42 judul 19%

2 Penelitian Madya 95 judul 44%

3 Penelitian Berbasis Pub-likasi Nasional

56 judul 26%

4 Penelitian Berbasis Pub-likasi Internasional

21 judul 10%

5 Penelitian Unggulan 3 judul 1%

Jumlah 217 judul 100%

Tema atau topik yang diteliti sangat beragam sesuai dengan minat dan bidang keahlian dari setiap dosen (peneliti) yang bersangkutan, namun secara garis besar ada tujuh tema utama untuk penelitian tahun 2014 sesuai yang tercantum dalam Pengumuman Hibah Penelitian Tahun 2014, tertanggal 14 Pebruari 2014 yaitu: 1) Integrasi Keislaman, Keilmuan dan Keindonesiaan, 2) Lingkungan, Energi, Bioteknologi, dan Keberlanjutan Pembangunan, 3) Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, 4) Masyarakat Sipil dan Negara, 5) Pendidikan untuk Semua: Politik, Kebijakan, Akses dan Kesempatan, 6)Agama dalam Perubahan Masyarakat Dunia 7)Teknologi, Informasi, dan Management

Dari 217 judul laporan penelitian tersebut di atas kemudian penulis mengkompilasi semua sumber informasi yang disitasi (disitir) di dalamnya. Daftar sumber informasi (data bibliografi) itulah yang selanjutnya digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi sejauh mana koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mampu memenuhi kebutuhan penelitian para dosen. Data bibliografi tersebut terlebih dahulu dikategorikan berdasar jenisnya, baru kemudian dipilih jenis sumber informasi berupa buku yang gunakan untuk evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara memverifikasi data bibliografi buku tersebut dengan data koleksi dalam database TULIS (katalog Pusat Perpustakaan UIN Jakarta).

3. Sumber Sitasi Penelitian Dosen Tahun 2014

Dari 217 judul laporan penelitian yang ada, penulis berhasil menghimpun sejumlah 8.333 judul data bibliografi yang disitir oleh para peneliti (dosen) sebagai berikut:

No Kategori Penelitian Jumlah Sum-ber Sitasi

%

1 Penelitian pemula 1199 judul 14%

2 Penelitian Madya 3130 judul 38%

3 Penelitian Berbasis-Publikasi Nasional

2773 judul 33%

4 Penelitian Berbasis-Publikasi Internasional

1075 judul 13%

5 Penelitian Unggulan 147 judul 2%

Jumlah 8333 judul 100%

Page 24: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

24

Selanjutnya penulis mengelompokkan data sumber informasi yang disitasi tersebut berdasar-kan format atau jenis sumber informasi, dari sini kemudian diketahui bahwa secara umum sum-ber-sumber informasi yang digunakan oleh para dosen dalam penelitian mereka pada tahun 2014 adalah sama, yaitu meliputi berbagai jenis sum-ber informasi, yaitu:

a) buku (cetak maupun elektronik)b) jurnal ilmiah (cetak maupun elektronik/

online), c) majalah atau buletin,d) laporan kegiatan,e) paper-paper kegiatan ilmiah seperti seminar,

simposium, konferens, kolokium, diskusi ilmiah, dan sebagainya.

f) Karya akademik berupa skripsi, tesis dan disertasi,

g) laporan-laporan penelitian, diktat, laporan PKM, dan

h) Sumber online dari internet (web, repository, dll).Adapun jumlah masing-masing jenis

sumber informasi tersebut pada tiap kategori penelitian bervariasi, tetapi secara umum, dapat dikatakan bahwa ‘buku’ dan ‘jurnal’ merupakan jenis sumber informasi yang dominan disitasi pada setiap kategori penelitian. Bahkan setelah dihitung kemudian diketahui bahwa diantara jenis sumber informasi yang disitasi dalam penelitian para dosen UIN Jakarta tahun 2014 tersebut, buku masih menjadi sumber sitasi yang sangat dominan dengan jumlah total sebanyak 4.999 judul. Bahan kedua yang juga banyak disitasi adalah jurnal yaitu sebanyak 2177 judul. Dan jenis sumber informasi berikutnya yang banyak disitasi adalah internet yaitu sebanyak 812, meliputi web page, repository, dan sebagainya. Kecenderungan itu terlihat pada semua kategori penelitian (Penelitian Pemula, Penelitian Madya, Penelitian Berbasis Publikasi Nasional, Penelitian Berbasis Publikasi Internasional, dan Penelitian Unggulan). Sementara format sumber informasi lainnya seperti paper atau makalah seminar, makalah diskusi ilmiah, makalah konferens, makalah kolokium, makalah simposium dsb, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan juga format-format lainnya digunakan dengan jumlah yang sedikit pada setiap kategori penelitian, jadi tidak signifikan

bahkan tidak selalu ada pada tiap kategori penelitian.

Karena buku menjadi sumber informasi yang dominan disitasi dalam penelitian pada dosen tersebut, maka data buku itulah yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta. Alasan lain mengapa penelitian ini difokuskan pada sitasi buku, adalah karena keterbatasan waktu, tidak mungkin dalam waktu singkat penulis melakukan verifikasi keseluruhan sumber sitasi yang jumlahnya mencapai 8.333 judul, dan alasan berikutnya adalah karena beberapa sumber sitasi merupakan publikasi yang sangat sulit untuk diadakan atau dikoleksi perpustakaan seperti manuskrip, transkrip manuskrip, karya akademik (skripsi, tesis, disertasi) perguruan tinggi lain. Sumber sitasi berupa internet juga tidak perlu dimasukkan untuk dievaluasi karena sumber tersebut biasanya bersifat open dan dapat diakses oleh siapa saja dari mana saja tanpa harus melalui perpustakaan, seperti repository misalnya, ataupun suatu web page.

4. Jumlah Buku yang di Sitasi

Jumlah total buku yang disitasi dalam penelitian semua kategori penelitian dosen UIN Jakarta tahun 2014 cukup banyak yaitu mencapai 4.999 judul dengan rincian seperti pada tabel berikut ini :

No Kategori PenelitianJumlah

Buku disi-tasi

Persen-tase

1 Penelitian Pemula 756 judul 15%

2 Penelitian Madya 2060 judul 41%

3 Penelitian Berbasis Publikasi Nasional

1595 judul 32%

4 Penelitian Berbasis Publikasi Interna-sional

508 judul 10%

5 Penelitian Unggu-lan

80 judul 1%

Jumlah 4999 judul 100%

Maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 4.999 judul buku, jumlah yang cukup besar, karenanya untuk keperluan verifikasi dengan data koleksi Pusat Perpustakaan, diambil sampel sebesar masing-masing 10% dari jumlah sitasi pada tiap kategori penelitian,

Page 25: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

25

kecuali pada kategori penelitian unggulan sampel diambil lebih dari 10% karena populasinya kurang dari 100 judul. Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah sebanyak 539 judul buku dengan rincian sebagai berikut:

No Kategori Penelitian Jumlah Pou-pulasi

Jumlah Sampel

1 Penelitian Pemula 756 judul 77 judul

2 Penelitian Madya 2060 judul 206 judul

3 Penelitian Berbasis Publikasi Nasional

1595 judul 159 judul

4 Penelitian Berbasis Publikasi Internasional

508 judul 52 judul

5 Penelitian Unggulan 80 judul 45 judul

Jumlah 4999 judul 539 judul

5. Ketersediaan Buku yang di Sitasi

Setelah dilakukan verifikasi data bibliografi buku dari seluruh sampel tersebut di atas dengan data koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui OPAC (Online Public Access Catalog) yang berbasis database TULIS, dan setelah ditabulasi dan dihitung maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Tingkat Ketersediaan Buku untuk Penelitian Pemula, dari populasi 756 dan sampel 77 judul, yang tersedia hanya 36 judul (47%), dan sisanya sebanyak 41 (53%) tidak tersedia. Sesuai dengan parameter penilaian persentase ketersediaan berada pada kisaran antara 41-60%, ini berarti Pusat Perpustakaan telah menyediakan buku yang dibutuhkan dalam Penelitian Pemula ini dengan jumlah cukup, meskipun yang tidak tersedia jumlahnya lebih banyak.

b. Tingkat Ketersediaan Buku untuk Penelitian Madya, sampel buku yang disitasi dan diverifikasi keberadaannya dalam koleksi adalah sebanyak 206 judul, dan hanya tersedia 79 judul (38%), yang berada pada kisaran 21-40% yang berartti jumlah koleksi Pusat Perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dosen tahun 2014 (kategori Penelitian Madya) masih kurang. Sedangkan sisanya sebanyak 127 judul (62%) tidak tersedia.

c. Tingkat Ketersediaan Buku untuk Penelitian Nasional. Hasil verifikasi terhadap 159 judul buku yang dijadikan sampel, hanya tersedia

40 judul (25%) saja, dan sisanya sebanyak 119 judul (75%) tidak tersedia. Sesuai parameter penilaian yang telah ditetapkan maka koleksi tersebut masih kurang karena berada pada kisaran 21-40%.

d. Tingkat Ketersediaan Buku untuk Penelitian Internasional. Jumlah sampel buku untuk katgeori penelitian ini adalah 52 judul, dan setelah diverifikasi dengan database koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata hanya 12 judul (23%) yang tersedia. Sesuai parameter penilaian yang telah ditetapkan angka tersebut berada pada kisaran 21-40%, artinya jumlah koleksi yang dapat memenuhi kebutuhan sumber informasi yang disitir dosen dalam Penelitian Berbasis Publikasi Internasional ini masih kurang. Dan data buku yang tidak tersedia lebih banyak yakni 40 judul (77%).

e. Tingkat Ketersediaan Buku untuk Penelitian Unggulan, sampel buku untuk penelitian kategori ini sebanyak 45 judul, dan setelah diverifikasi dengan data koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta maka diketahui hanya 13 judul (29%) yang tersedia dalam koleksi, selebihnya yaitu 71% atau 32 judul tidak tersedia dalam koleksi. Jadi sesuai parameter penilaian yang telah ditentukan angka tersebut berada pada kisaran 0-20% yang berarti sangat kurang.

Dari uraian di atas maka secara keseluruhan dari semua kategori penelitian yang ada, jumlah ketersediaan buku yang disitasi dapat direkap sebagai berikut:

No Kategori Pe-nelitian

Jumlah (judul)

Pop-ulasi

Sam-pel

Ada Tidak Ada

1 Penelitian Pemula

756 77 36 41

2 Penelitian Madya

2060 206 79 127

3 Penelitian Berbasis Pub-likasi Nasional

1595 15940 119

4 Penelitian Berbasis Pub-likasi Interna-sional

508 52

12 40

5 Penelitian Unggulan

80 45 13 32

Jumlah 4999 539 180 59

Page 26: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Siti Maryam; Dukungan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Bagi Aktivitas Penelitian Dosen

26

Jadi secara keseluruhan, jumlah ketersediaan koleksi buku yang dibutuhkan dalam penelitian para dosen tahun 2014 hanya 180 judul (33%) dari total sampel sebanyak 539 judul yang dib-utuhkan. Persentase tersebut berada pada kisaran 21-40%, dan ini berarti bahwa dukungan koleksi buku Pusat Perpustakaan UIN Jakarta untuk pe-nelitian masih kurang. Hal ini tentu terjadi kare-na berbagai faktor yang perlu diteliti lebih jauh.

A. PENUTUP

Sebagai penutup penulis perlu sampaikan bahwa penelitian di atas memiliki beberapa keterbatasan. Dari sisi lokasi penelitian ini hanya dibatasi pada koleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak melibatkan koleksi-koleksi dari perpustakaan-perpustakaan fakultas di lingkungan UIN Jakarta, padahal tidak menutup kemungkinan buku-buku yang dibutuhkan untuk penelitian tersebut sebenarnya telah tersedia di perpustakaan fakultas. Misalnya untuk buku-buku bidang sain dan kedokteran yang dibutuhkan dalam penelitian dosen memang tidak tersedia pada koleksi Pusat Perpustakaan tetapi tersedia di Perpustakaan Fakultas Kedokteran atau pada Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi. Jadi hasil penelitian ini juga terbatas dan tidak bisa digeneralisir atau disimpulkan bahwa Perpustakaan UIN Jakarta (secara keseluruhan) belum memenuhi kebutuhan sumber informasi untuk penelitian para dosen.

Yang kedua, penelitian ini juga terbatas dari segi format bahan pustaka yang dievaluasi, yaitu dibatasi pada format buku saja, padahal koleksi selain buku seperti jurnal, majalah, dan format lainnya juga telah dikembangkan oleh perpustakaan UIN Jakarta baik Pusat Perpustakaan maupun perpustakaan fakultas. Jadi tidak menutup kemungkinan juga bahwa jurnal-jurnal atau bahan lainnya yang disitasi dalam penelitian para dosen sebenarnya tersedia atau setidaknya dapat diakses melalui Pusat Perpustakaan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena Pusat Perpustakaan juga telah melanggan beberapa online journal database yang memuat jurnal-jurnal ilmiah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Dan keterbatasan lainnya adalah bahwa

penelitian ini hanya mengungkapkan kebutuhan sumber informasi para dosen di lingkungan UIN Jakarta untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang mereka lakukan pada hanya pada tahun 2014, tidak mencakup penelitian-penelitian pada waktu atau tahun-tahun sebelumnya maupun sesudahnya.

Daftar Pustaka:

Acquisition & storage1 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 ayat 2.2 Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan

Mutu Dosen. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, h. 25.

3 Abdul Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, h. 18

4 Sukarman, Pedoman Umum Pengelolahan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi, h. 5

5 FW. Lancaster, Information Retrieval System: Characteristics, Testing and Evaluation. 2nd ed. New York: Wiley, 1979.

1 Peggy Johnson. Fundamentals of Collection Development and Management. Chicago:. American Library Association, 2004, h. 268.

2 G. Erdward Evans, Developing Library and Information Center Collection, h. 430

3 Peggy Johnson. Fundamentals of Collection Development and Management, h. 269

4 Kanwal Ameen. The culture of collection evaluation in Pakistan. Library Philosophy and Practice. 2010. Retrieved from http://go.galegroup.com/ps/i.

Library Staff Staff1 Sukarman, Pedoman Umum Pengelolahan

Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi, h. 52 Edward G. Evans, Developing Library and

Information Collection. 4th ed. Colorado: Library Unlimited, 2000, hal. 16

3 Pungki Purnomo dan Ida Farida, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 109.

4 Hussain, A., Kumar, K., & Singh, N. (2008). A survey of collection development practices in technical institutes in Ghaziabad, Utter Pradesh, India. Library Philosophy and Practice. Retrieved from http://go.galegroup.com/ps/i.d?id=GALE%7CA179077116&v=2.1&u=iduinjkt&it=r&p=PPIS&sw=w&asid=4f5b16504f1655b797769c3f58cecf5d

5 Edward G. Evans, Developing Library and

Page 27: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 11-28

27

Information Center Collection, 6 Kanwaal Ameen. The Culttue of Collection

Evaluation in Pakistan7 Oseghale, O. (2008). Faculty opinion as

collection evaluation method: a case study of Redeemer’s University Library. Library Philosophy and Practice. Retrieved from http://go.galegroup.com/ps/

8 Pungki Purnomo dan Ida Farida. Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 90-91

9 Oseghale, O. (2008). Faculty opinion as collection evaluation method: a case study of Redeemer’s University Library. Library Philosophy and Practice. Retrieved from http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%

10 Pusat Perpustakaan UIN Jakarta, Buku Pedoman Penggunaan Perpustakaan UIN Jakarta , 2014, hal.

11 Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Jakarta, Pengumuman Hibah Penelitian Tahun 2014, tertanggal 14 Peb 2014.

Page 28: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40

29

PUSTAKAWAN AKADEMIKSEBAGAI MITRA RISET DI PERGURUAN TINGGI

Oleh : Ulpah Andayani

This paper deals with the role of academic librarians in higher education program. The focus of the study is to explain the roles of academic librarians as research partner in the higher education programs. Based on the analysis of the literatures, it was found that academic librarians have a strategic role in successing the research program. There are three main roles of academic librarians in the research activities, that are providing information research services, conducting research skills training, and assisting academic members in publishing and disseminating the research findings. Furthermore, the Librarians serve and assist the researchers individually in performing the research activities, as well as arrange and implement programs in groups or classes program in teaching research skills through information literacy program. Through the teaching of information literacy, the academicians are provided the ability to identify the sources of information, the ability to search information, and the ability to manage the citations.

Keywords : university library, academic librarian, research consultant, information literacy, scientific publishing

Tulisam ini berkaitan dengan peran pustakawan akademik sebagai mitra atau partner dalam penyelenggaraan program riset di perguruan tinggi. Berdasarkan analisis terhadap literatur, ditemukan bahwa pustakawan akademik memiliki peran yang strategis dalam kesuksesan program riset . Secara umum peran pustakawan akademik dalam kegiatan riset ditunjukan pada perannya dalam memberikan konsultasi riset, melaksanakan program pengajaran kemampuan riset, dan membantu dalam penerbitan dan penyebarluasan hasil-hasil riset. Pustakawan tidak hanya melayani dan mendampingi peneliti secara individual dalam melakukan kegiatan riset, tetapi juga merencanakan dan melaksanakan program-program secara kelompok atau program-program kelas dalam memberikan pengajaran kemampuan riset melalui program pendidikan literasi informasi bagi para sivitas akademika. Melalui pengajaran literasi informasi, para sivitas akademika dibekali kemampuan mengenali sumber-sumber informasi, kemampuan menelusur informasi, dan mengelola sitasi.

Kata kunci: perpustakaan universitas, pustakawan akademik, konsultan riset, literasi informasi, penerbitan karya ilmiah

Abstract

Abstrak

A. PENDAHULUAN

Salah satu tugas utama suatu perguruan tinggi adalah memproduksi ilmu pengetahuan (knowledge production). Keberadaan perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, temuan serta inovasi yang berguna bagi kehidupan masyarakat dan bangsa. Para sivitas akademika, karenanya, didorong untuk

melakukan berbagai kegiatan riset yang hasilnya dapat berguna tidak hanya untuk kepentingan keilmuan, tetapi juga untuk kepentingan kemanusiaan.

Untuk memperkuat fungsi riset perguruan tinggi, pemerintah kemudian menggabungkan pendidikan tinggi dalam Kementerian Riset dan Teknologi. Oleh banyak kalangan,

Page 29: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

30

Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi

dimasukannya pendidikan tinggi dalam suatu kementerian sehingga menjadi Kementerian RisTek dan Dikti dinilai sangat tepat. Melalui penggabungan ini diharapkan perguruan tinggi benar-benar menjadi basis riset nasional, dan menjadi instrumen penting dalam kemajuan dan kesejahteraan bangsa (Pratomo, 2014; Haryadi, 2014). Selain itu, penggabungan ini juga dapat mempercepat kebijakan pendidikan nasional menuju terwujudnya perguruan tinggi atau universitas berbasis riset, atau dikenal dengan universitas riset (research university).

Untuk mewujudkan visi riset perguruan tinggi, keterlibatan semua komponen pendidikan tinggi dan peran aktif dari segenap masyarakat kampus merupakan suatu keharusan. Selain tersedianya anggaran yang cukup dan fasilitas serta infrastruktur yang memadai untuk kegiatan riset, kerjasama dan kemitraan merupakan pondasi bagi keberlangsungan program riset di perguruan tinggi. Dalam hal ini, perpustakaan dan pustakawan merupakan bagian penting dalam kegiatan riset perguruan tinggi. Selain ketersediaan sumber-sumber informasi atau literature di perpustakaan, para pustakawan akademik juga harus didorong untuk memainkan peran yang strategisnya sebagai mitra atau partner dalam kegiatan riset para sivitas akademika perguruan tinggi.

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai peran pustakawan akademik sebagai mitra riset sivitas akademika perguruan tinggi.

B. PEMBAHASAN

1. Perubahan Peran Pustakawan Akademik

Secara umum, yang dimaksud dengan pustakawan akademik adalah para pustakawan yang bekerja di perpustakaan perguruan tinggi. Tanggung jawab atau peran utama pustakawan akademik adalah mendukung terselenggaranya berbagai kegiatan akademik perguruan tinggi. Dalam konteks Indonesia, kegiatan akademik tersebut tercantum dalam program Tri Dharma perguruan tinggi yaitu mencakup kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian

masyarakat. Oleh karena itu pustakawan di lingkungan perguruan tinggi harus mampu bekerja sama dengan masyarakat akademik seperti dosen, mahasiswa, dan staf universitas lainnya demi tercapainya tujuan pergruruan tinggi yang bersangkutan.

Selain harus memahami sistem sosial tempat bekerja, pustakawan juga dituntut untuk memahami lingkungan tugas sebagai pustakawan. Pustakawan sebagai seorang profesional di bidang perpustakaan dan informasi dihadapkan dengan perubahan yang terjadi di lingkungan tugasnya. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) telah membawa pengaruh yang siginifikan di bidang perpustakaan. Selain mengubah paradigma kepustakawanan, perkembangan TIK juga berpengaruh terhadap tata kelola dan penyelenggaraan perpustakaan. Perubahan ini juga menuntut perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi untuk menata kembali perannya di tengah-tengah masyarakat, baik masyarakat kampus maupun masyarakat secara lebih luas. Siregar (2008) menekankan pentingnya perpustakaan-perpustakaan akademik melakukan re-orientasi fungsi dengan mempertimbangkan penataan lingkungan perpustakaan yang lebih disenangi oleh para mahasiswa, serta mengoptimalkan para dosen sebagai sumber daya utama dalam melayani para mahasiswa dengan cara memperkaya akses informasi guna meningkatkan produktifitas para dosen dalam menghasilkan karya-karya ilmiah. Selain itu, perpustakaan akademik juga didorong untuk dapat mempublikasi hasil-hasil riset para sivitas melalui media yang dapat menjangkau masyarakat secara luas.

Selain secara kelembagaan, perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap peran pustakawan pada level individu. Dalam salah satu tulisan tentang peran pustakawan, Also dkk (2007) mengidentifikasi pentingnya pustakawan akademik untuk berperan lebih aktif dan menjalin hubungan dengan pihak-pihak lain pada tingkat universitas. Pustakawan akademik harus mampu menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat kampus lainnya.

Berkaitan dengan perubahan peran ini, dalam hal ini suatu kutipan dari Rice-Lively

Page 30: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40

31

and Racine (1997) menarik untuk dicermati. Dalam salah satu tulisannya yang berjudul The Role of Academic Librarian in the Era of Information Technology, Rice-Lively and Racine (1997) mengemukakan bahwa “the function of the librarian seemed to be evolving from the keeper of the books to that of network navigator”. Kutipan ini menunjukkan adanya perubahan peran pustakawan akibat terjadinya perubahan lingkungan tugas. Pustakawan akademik, menurut Rice-Lively and Racine (1997), telah mengalami perubahan peran dari seorang penjaga buku menjadi seorang navigator jaringan (network navigator). Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan produksi informasi berlimpah ruah, dan tersebar dalam berbagai pangkalan data yang satu dengan lainnya terhubung dalam suatu jaringan global. Oleh karena itu, pustakawan akademik tidak lagi terbatas pada menyediakan bahan-bahan yang diperlukan pemustaka dan secara pasif menunggu dan melayani kebutuhan informasi para pemustaka, akan tetapi harus secara proaktif mengarahkan pemustaka pada sumber-sumber informasi yang secara potensial relevan dengan kebutuhannya.

Tentu saja untuk menjalankan peran tersebut, pustakawan akademik sebagai profesional informasi dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang perpustakaan. Kualifikasi berkaitan dengan latar belakang dan tingkat pendidikan pustakawan, sedangkan kompetensi menyangkut kemampuan seorang pustakawan dalam melaksanakan tugas-tugas kepustakawanan di perguruan tinggi. Latar belakang dan tingkat pendidikan seorang pustakawan memiliki pengaruh yang besar dalam pelaksanaan tugas-tugas kepustakawanan. Demikian juga kompetensi, pustakawan akan dapat bekerja secara efektif dan efisien apabila didukung oleh kompetensi yang sesuai dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam kaitannya dengan kompetensi pustakawan akademik, Farmer (2007) menekankan pentingnya pustakawan akademik untuk memiliki empat kemampuan fundamental, yaitu (1) pengetahuan secara

umum atau wawasan ilmu pengetahuan, (2) pengetahuan tentang perpustakaan, (2) pengetahuan tentang riset, dan (4) pengetahuan tentang teknologi.

Sementara secara khusus Kumar (2007) menegaskan bahwa kemajuan di bidang TIK mengharuskan pustakawan akademik untuk mengikuti perubahan yang terjadi, dan menyesuaikan peran dengan perubahan tersebut dalam rangka memberikan layanan perpustakaan yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi. Untuk menjalankan peran di era teknologi, pustakawan akademik harus (1) menguasai teknologi yang diterapkan di perpustakaan, (2) dapat membantu pemustaka dalam mendapatkan informasi yang diperlukan, (3) memiliki pengetahuan berkaitan dengan manajemen informasi digital, (4) beradaptasi dengan berbagai perubahan perkembangan teknologi (Kumar, 2009).

2. Peran Pustakawan dalam Riset di Perguruan Tinggi

Salah satu peran penting yang harus dilakukan oleh pustakawan akademik adalah sebagai mitra atau partner dalam kegiatan riset di perguruan tinggi. Riset sebagai suatu karakteristik utama suatu perguruan tinggi perlu mendapatkan penguatan dari seluruh komponen universitas, tidak terkecuali pustakawan. Tentu saja, penguatan ini akan sangat beragam tergantung dari kapasitas dan kapabilitas masing-masing dari masyarakat kampus. Tugas pimpinan universitas adalah menyediakan anggaran dan fasilitas lainnya yang mendukung terselenggaranya riset di perguruan tinggi. Sedangkan staf administrasi diharapkan dapat memfasilitasi penyelenggaraan riset secara administrasi sehingga para peneliti tidak terbebani dengan berbagai persoalan administrasi yang secara substantif tidak berkaitan dengan kegiatan riset. Bagaimana halnya dengan para pustakawan ?

Menurut Kennedy & Brancolini (2012), pustakawan akademik harus mampu bekerjasama dengan para sivitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa dalam berbagai kegiatan penelitian. Salah satu tugas utama pustakawan akademik adalah menjamin

Page 31: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

32

Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi

terselenggaranya kegiatan riset di perguruan tinggi melalui penyediaan sumber-sumber yang diperlukan dan menyelenggarakan program instruksional yang diperlukan untuk mendukung kegiatan riset. Farmer (2007) menekankan pentingnya pustakawan akademik untuk memiliki pengetahuan tentang riset agar mereka dapat memberikan pengajaran kepada para mahasiswa hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan riset. Selanjutnya, dalam satu paper berjudul “Engaging Research: Libraries in a Shifting Academic Paradigm” yang disampaikan pada kongres IFLA ke 78 di Helsinki tahun 2012, Luce & Grohsgal (2012) menjelaskan bahwa pustakawan akademik harus berkontribusi dalam kegiatan riset di perguruan tinggi.

Secara garis besar, partnership antara pustakawan akademik dan sivitas akademika dalam kegiatan riset di perguruang tinggi dijelaskan sebagai berikut.

1. Konsultasi Riset (research consultant)Salah satu tugas utama perpustakaan ak-

ademik adalah menjamin terselenggaranya kegiatan riset di perguruan tinggi. Untuk menjalankan tugas tersebut, pustakawan ak-ademik harus dapat melayani para sivitas akademika, terutama untuk keperluan riset. Jaguszewski dan Williams (2013) dalam pem-bahasannya tentang liaison librarian menge-mukakan beberapa peran penting pustakawan akadamik dalam kegiatan riset di perguruan tinggi. Menurutnya, pustakawan akademik harus dapat berperan sebagai konsultan riset (research consultant). Melalui layanan refe-rensi (reference desk service), pustakawan akademik melayani para peneliti baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen untuk mendapatkan sumber-sumber informasi yang diperlukan, dan atau membimbing mereka da-lam menggunakan perangkat teknologi dalam menelusur informasi seperti database online, jurnal elektronik, dan lain-lain.

Ballmer (2016) menyebutkan beberapa hal yang harus dilakukan pustakawan akademik dalam memberikan layanan informasi riset, yaitu meliputi :

a Membantu pemustaka menemukan bahan-bahan atau sumber-sumber informasi yang diperlukan, dan menawarkan bimbingan

proyek riset secara lebih dalam

b Menjawab pertanyaan referens, baik secara langsung, online atau melalui telepeon

c Membantu dalam penggunaan katalog, databatase, dan sumber-sumber informasi online lainnya

d Membantu menemukan sumber informasi yang berada di luar atau di perpustakaan lain

e Membantu para dosen mendapatkan hasil-hasil riset terdahulu berkenaan dengan subjek penelitian

Berkaitan dengan konsultasi riset, Stamatoplos (2009) bahkan menyatakan bahwa pustakawan akademik harus berperan dalam membimbing atau menjadi mentor kegiatan penelitian bagi mahasiswa tingkat sarjana (undergraduate).

2. Pengajaran Kemampuan Riset (research skills)

Selain memberikan informasi untuk keperluan riset, pustakawan akademik juga berperan dalam pemberian pengajaran kepada sivitas akademika kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam kegiatan riset. Banyak perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi yang telah melakukan peran ini dalam bentuk pemberian kemampuan riset berbasis perpustakaan atau library research skills. Program ini menjadi tanggung jawab dan tugas dari pustakawan akademik.

Jaguszewski dan Williams (2013) menekankan pentingnya program pengajaran kemampuan riset (research skill) bagi para sivitas akademika yang dilakukan oleh pustakawan akademik. Pustakawan akademik dituntut untuk dapat merencanakan dan menyelenggarakan program pendidikan literasi informasi (information literacy) yang diarahkan memberikan bekal kemampuan bagi para sivitas akademika dalam melakukan riset. Selanjutnya, Ballmer (2016) menyebutkan bahwa tiga hal yang harus dilakukan pustakawan akademik berkenaan dengan pengarajaran informasi untuk keperluan riset, yaitu (1) memberikan orientasi perpustakaan, (2) mengajarkan kemampuan spesifik mengenai teknik dan alat riset, dan (3) mengajarkan kemampuan

Page 32: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40

33

literasi riset dan informasi

Berkaitan dengan pengajaran kemampuan riset, beberapa kemampuan dasar yang penting diberikan kepada para sivitas akademika antara lain adalah sebagai berikut;

a. Kemampuan mengenali sumber-sumber informasiKegiatan riset memerlukan dukungan

sumber-sumber informasi atau literatur yang memadai. Sumber-sumber informasi diperlukan sebagai dasar untuk memahami topik yang menjadi bahan kajian, dan untuk melihat hasil-hasil kajian atau penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain berkenaan dengan topik. Pustakawan akademik, oleh karenanya, harus mampu mengajarkan kepada para sivitas akademika berkenaan dengan jenis-jenis dan bentuk-bentuk sumber-sumber informasi yang relevan dengan riset yang sedang dilakukannya.

Dilihat dari karakteristik atau sifat informasi, misalnya, sumber-sumber informasi dapat dibedakan ke dalam sumber informasi primer, skunder, dan tertier. Masing-masing jenis sumber informasi ini memiliki fungsi yang berbeda dalam kegiatan riset. Untuk memperoleh pemahaman awal mengenai suatu topik, peneliti dapat menggunakan sumber informasi sekunder seperti buku teks, dan ensiklopedia. Akan tetapi, untuk keperluan literature review, seorang peneliti memerlukan sumber-sumber informasi primer seperti jurnal ilmiah atau refereed journal, laporan teknis, dan lain-lain. Selain itu, peneliti juga memerlukan sumber informasi bibliografi atau sumber tersier untuk mendapatkan sumber primer atau sumber sekunder seperti bibliografi.

Selain memahami karakteristik terbitan atau sumber informasi, peneliti juga harus menguasai bentuk-bentuk terbitan, terutama dalam bentuk elektronik. Hal ini karena dewasa ini sumber-sumber informasi tersebut telah diterbitkan dalam bentuk elektronik seperti e-book, ejournals, dan online database. Pengetahuan dan penguasaan seseorang terhadap sumber-sumber informasi elektronik sangat membantu dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk kegiatan riset. Sumber-sumber informasi primer,

sekunder, dan tersier kini telah banyak diterbitkan dalam bentuk elektronik, dan karenanya penguasaan terhadap sumber-sumber elektronik akan sangat membantu peneliti dalam melakukan kegiatan riset. Secara umum, terdapat sumber-sumber informasi elektronik yang menyediakan informasi secara fulltext dan yang hanya menyediakan sumber informasi bibliografi.

Di era teknologi, sumber-sumber informasi yang memuat informasi secara fulteks tersimpan dalam suatu database yang dapat diakses secara online. Terdapat database yang menyediakan akses secara bebas atau gratis, dan akses berbayar. Di antara database yang menyediakan akses secara fulteks adalah ScienceDirect, SpringerLink, Cengage, J-Stor, Emerald, dan lain-lain.

Figur 1Database Full text Emerald

Sumber : http://www.emeraldinsight.com/

Selain database yang menyediakan akses fulteks, terdapat juga database yang menyediakan akses pada level data bibliografi atau bibliographic databases. Bibliographic database merupakan database yang berisi informasi mengenai cantuman deskriptif tentang buku, artikel jurnal, prosiding, dam koleksi audio-visual. Termasuk dalam jenis ini adalah katalog perpustakaan seperti katalog OCLC atau WolrdCat dan OneSearch Gate, atau database jurnal seperti ISI Web of Knowledge, Scopus, dan lain-lain. Untuk subyek yang spesifik, terdapat Index Islamicus, Anthropological Index Online, dan Index to the Study of Religious.

Page 33: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

34

Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi

Figur 2Database Bibliografis WorldCat

Sumber : https://www.worldcat.org/

b. Kemampuan Penelusuran Informasi

Salah satu kemampuan riset (research skill) yang penting diberikan kepada para sivitas akademika adalah kemampuan menelusur dan menemukan informasi yang diperlukan untuk kegiatan riset. Seorang peneliti memerlukan dukungan literatur yang cukup untuk membahas topik yang dikaji. Selain itu mereke juga memerlukan literatur berkenaan dengan hasil-hasil riset sebelumnya (literature review). Untuk mendapatkan literatur yang diperlukannya, seorang peneliti harus memiliki kemampuan penelusuran informasi. Pustakawan akademik, dalam hal ini, dituntut untuk berperan memberikan pengajaran informasi berkenaan dengan teknik dan strategi penelusuran, serta menjelaskan sumber-sumber informasi yang secara potensial dapat digunakan dalam penelitian.

Kemampuan menelusur informasi ini menjadi semakin penting di era teknologi. Di era ini, produksi informasi dan penerbitan berlangsung dengan sangat cepat dan jumlahnya dangat masif. Dari aspek penerbitan, perkembangan dalam dunia publishing telah mendorong publikasi elektronik dan digital yang dapat diakses secara online. Ketersediaan digital resources ini harus diikuti oleh kemampuan mengakses dan menelusur sumber online yang dapat didaya gunakan untuk melakukan riset-riset akademik. Menurut Marchionini (1998) strategi penelusuran sumber-sumber online akan membantu didalam menemukan ketepatan sumber informasi didalam online databases. Keahlian menelusur akan memperkaya peneliti dengan literatur ilmiah dalam berbagai sumber (buku, jurnal,majalah,prosiding, database elektronik)

yang akan menghasilkan riset ilmiah yang reliable dan handal.

Dalam kaitannya dengan kemampuan menelusur dan menemukan informasi yang diperlukan untuk kegiatan riset, pustakawan akademik perlu mengenalkan dua aspek penting, yaitu (1) mengenalkan alat sumber-sumber informasi, dan (2) mengenalkan strategi penelusuran terhadap sumber informasi.

1) Pengenalan tehadap Alat Penelusuran InformasiDalam kegiatan penelusuran informasi

, seorang peneliti juga perlu menguasai alat penelusuran yang akan digunakan untuk mendapatkan sumber informasi yang diperlukan. Alat penelusuran dimaksud adalah sarana yang digunakan untuk menelusur atau menemukan informasi yang diperlukan. Di perpustakaan, alat-alat penelusuran informasi tersebut berupa katalog, bibliografi, dan indeks. Sedangkan, di website atau sumber informasi dalam jaringan internet, alat telusur tersebut berupa search engine dan directory.

Banyaknya informasi yang tersedia internet tersebut memerlukan keahlian di dalam menelusurnya. Beberapa perusahaan komersial kemudian menjadikan hal ini sebagai peluang untuk menciptakaan mesin pencari informasi yang disebut search engine. Melalui search engine, kumpulan informasi tersebut ditata atau diindeks sedemikian rupa sehingga membentuk kategori tertentu yang dapat memudahkan para pemakai dalam menelusurnya. Tujuan search engine adalah untuk mempermudah pengguna dalam melakukan pencarian suatu informasi di internet. Program search engine merupakan program yang menyaring berjuta-juta halaman situs yang tersimpan diindex untuk dicari kesamaan dari pencarian dan mengurutkannya dalam urutan yag kira-kira relevan dengan kata kunci deskripsi. Di antara serach engine yang sangat bermanfaat bagi peneliti adalah Google Scholar atau Google Cendekia.

Page 34: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40

35

Figur 4Alat Penelusuran Google Scholar atau Google Cendekia

Sumber : https://scholar.google.co.id/

Dalam kaitannya dengan kegiatan riset, Google Scholar menawarkan bantuan untuk menemukan informasi atau artikel ilmiah, baik secara fulteks langsung maupun merujuk pada suatu jurnal tertentu. Selain itu, Google Scholar juga menyediakan saran untuk membuat sitasi atau rujukan pada artikel yang ditemukan berdasarkan gaya rujukan seperti APA, MLA, dan ISO 690.

Selain search engine, alat telusur sumber elektronik lainnya adalah direktori. Di antara directory yang penting diketahui oleh para peneliti adalah direktori open access journal atau disingkat DOAJ. Direktori ini menyediakan akses ke jurnal-jurnal berikut artikel yang dimuat yang dapat diakses secara gratis atau free.

Figur 5Alat Penelusuran Directory of Open Access Journals

2) Penggunaan Alat dan Strategi PenelusuranSetelah menentukan alat penelusuran

yang digunakan, langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi penelusuran. Dalam tahap ini, menurut Marchionini (1998), terdapat beberapa konsep yang perlu dipahami oleh seorang peneliti, yaitu mencakup sebagai berikut :

a) Kemampuan mendefenisikan dan memahami masalah penelitian dengan merumuskan konsep - konsep kunci (key

concepts) dan konsep-konsep yang

berkaitan (relationship)b) Kemampuan memilih sistem penelusuranc) Kemampuan memformulasikan queryd) Kemampuan melaksanakan penelusurane) Kemampuan mengevaluasi hasil

penelusuran (exemine search)

Secara skematis, proses penelusuran informasi tersebut digambarkan Marchionini

(1998) pada figure 6.

Figur 6Proses Penelusuran Informasi

Sumber : Marchionini (1998)

Skema tersebut menggambarkan bahwa proses penelusuran dimulai ketika seorang peneliti menyadari adanya kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi tersebut berkaitan dengan keterbatasan peneliti dalam memahami topik penelitian, baik secara konseptual maupun dalam mendapatkan literatur yang berkaitan. Untuk mendapatkan literatur yang benar-benar relevan dengan kebutuhan tersebut. Pustakawan akademik terutama pustakawan referens dapat berperan mendampingin peneliti dengan melakukan wawancara referens (reference interview) untuk memastikan kebutuh informasi peneliti. Dalam tahap ini, beberapa konsep kunci (key concepts) dan konsep yang relevan diidentifikasi untuk menggambarkan kebutuhan informasi.

Langkah selanjutnya adalah menentukan sumber informasi yang akan digunakan untuk mencari informasi. Dalam tahap ini, pustakawan akademik dapat membantu peneliti dalam menggunakan sarana penelusuran seperti katalog, indeks, atau menggunakan pangkalan data (database) untuk menemukan informasi yang diperlukan tersebut. Setelah menentukan sumber informasi atau system

Page 35: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

36

Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi

penelusuran yang akan digunakan, langkah berikutnya adalah merumuskan permintaan atau queri. Permintaan ini berupa konsep atau gabungan konsep yang mewakili kebutuhan informasi yang akan diajukan atau dimasukan dalam system penelusuran. Dalam sistem penelusuran online, queri ini bersifat lebih dinamis karena pencarian informasi dapat dilakukan dalam banyak alternatif teknik pencarian seperti melalui kosa kata terkendali (controlled vocabularies), atau kosa kata fulteks (full text vocabulary). Untuk mengeksekusi permintaan, pencari informasi dalam sistem online hanya mengetik kata cari tersebut dalam suatu sistem. Beberapa sistem pencarian menyediakan sistem pencaraian sederhana (simple search), dan sistem pencarian lebih lanjut (advance serach). Pada advance search, pencari informasi dapat melakukan pembatasan dalam pencarian informasi tergantung dari kebutuhan informasinya seperti lingkup subyek, tahun penerbitan, bentuk sumber informasi dan lain-lain. Beberapa sistem penelusuran kini telah menyediakan sarana penelusuran secara berfaset yang memberikan pilihan-pilihan bagi pencari informasi untuk membatasi penelusuran informasi berdasarkan kriteria tertentu.

Figure 7Advance Search

Sumber : https://www.worldcat.org/advancedsearch

Selanjutnya, berdasarkan informasi yang ditemukan oleh sistem, peneliti akan menilai dengan memilih dan memilah informasi berdasarkan kebutuhan infromasi. Informasi yang benar-benar relevan dengan kebutuhannya akan digunakan untuk keperluan risetnya.

c. Mengelola sitasi (managing citations)Selain mengajarkan tentang sumber-

sumber informasi dan penggunaan alat

penelusuran serta strategi penelusuran, hal lainnya yang penting diajarkan kepada para sivitas akademika adalah pengelolaan sitasi. Pengelolaan sitasi merupakan aspek penting dalam penulisan karya ilmiah, termasuk dalam penyusunan hasil penelitian. Menerbitkan laporan penelitian baik dalam bentuk monograf atau artikel jurnal memerlukan ketrampilan dalam pengelolaan sitasi. Sitasi atau pengutipan merupakan kegiatan mengambil ide atau gagasan orang lain dan menjadikannya sebagai bagian dari suatu karya.

Dalam penyusunan karya ilmiah, pengelolaan sitasi menjadi aspek krusial yang harus diperhatikan para peneliti agar terhindar dari isu plagiarisme. Saat ini banyak sekali sarana-sarana pengelolaan bibliografi (bibliographic management tools) yang tersedia yang dapat digunakan oleh para peneliti, mahasiswa dan para sivitas akademika didalam menyimpan, mengorganisasikan dan mengelola referensi atau sumber-sumber rujukan ketika menulis laporan penelitian, tesis, disertasi, artikel jurnal dan publikasi lainnya. Ada beberapa sarana manajemen referensi yang popular digunakan oleh kalangan peneliti didalam mengelola sumber-sumber rujukan penelitian, yaitu :

a) CiteUlike (www.citeulike.org)b) Colwiz (www.colwiz.com)c) EndNote Onlin (www.myendnoteweb.

com)d) EndNote Desktop (www.endnote.com)e) Mendeley (www.mendeley.com)f) Papers (www.papersapp.com)g) ReadCube (www.readcube.com)h) RefWorks (www.refworks.com)i) Zotero (www.zotero.org)

Dari sejumlah sarana manajemen referensi diatas, EndNote, Mendeley dan Zotero merupakan reference management tools yang paling popular dan paling banyak digunakan. Reference management tools meruapakan materi atau kemampuan yang harus diajarkaan pada pengajaran research skills dalam program literasi informasi bagi para sivitas akademika.

Page 36: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40

37

3. Penerbitan dan Penyebarluasan Hasil-hasil Riset

Peran pustakawan akademik lainnya dalam kegiatan riset di perguruan tinggi berkaitan dengan kegiatan penerbitan dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian para sivitas akademika.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pustakawan akademik pada tahap penerbitan dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

a. Refereed versus Predatory JournalsJurnal atau majalah ilmiah merupakan

sarana komunikasi terpenting bagi para sivitas akademika atau peneliti. Jurnal ilmiah menyajikan informasi ilmiah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli. Salah satu persoalan penting dalam penerbitan hasil penelitian adalah pemilihan jurnal yang sesuai dengan hasil penelitian. Pustakawan akademik dapat memberikan informasi dan menyarankan para peneliti untuk menerbitkan hasil-hasil penelitiannya pada jurnal-jurnal yang terakreditasi, atau jurnal yang kredibel atau refereed atau reviewed journals.

Untuk keperluan praktis, terutama jurnal-jurnal yang diakui sebagai media publikasi dan komunikasi ilmiah para dosen dan peneliti kampus, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyarankan untuk menhindari penerbitan pada media berikut :

1) Jurnal palsu berdasarkan Surat Direktur Diktendik seperti jurnal JAM, Didaktika, dan Agritek

2) Jurnal Nasional tidak terakreditasi dan meragukan seperi jurnal PERCIKAN oleh IKBUJ, jurnal INOVASI oleh Himpunan Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana asal SUMUT, jurnal Aktualita oleh Kantor KPN- Kopertis wilayah IX Sulawesi, dan lain-lain

3) Jurnal Internasional Palsu seperti International Journal of Business and Social Science (USA), dan Asian Social Science (Canada)

4) Jurnal yang dipertanyakan

(questionable journals)

Berdasarkan hal tersebut, beberapa hal yang penting dilakukan oleh pustakawan akademik adalah sebagai berikut :

a) Untuk jurnal nasional, pustakawan dapat menyarankan para penelitin untuk merujuk jurnal-jurnal yang terakreditasi oleh Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2016), atau Database jurnal Ilmiah Indonesia (2016).

b) Untuk penerbitan artikel jurnal internasional, Pustakawan juga harus menginformasikan jurnal-jurnal yang termasuk dalam kategori predatory journals atau jurnal yang tidak diakui. Beall (2016) mendaftar lebih dari 923 jurnal termasuk dalam kategori predatory journals.

c) Sedangkan untuk jurnal-jurnal yang diakui, jurnal-jurnal tersebut harus diindeks dalam ISI (International Scientific Indexing) atau Scopus. Untuk mengecek profil jurnal dan tingkat kredibilitas suatu jurnal ilmiah yang diindeks dalam Scopus dapat dilihat dari SCimago Journal Rank atau SJR (http://www.scimagojr.com/).

b. Standar format penulisan artikel

Selain pemilihan jurnal yang kredibel dan sesuai bidang keilmuan, standar atau format penulisan suatu jurnal juga perlu dipertimbangkan dalam penerbitan suatu artikel. Beberapa jurnal terakreditasi baik tingkat nasional maupun internasional memiliki gaya penulisan dan format yang berbeda. Pustakawan akademik, karenanya dapat menginformasikan dan mengajarkan gaya-gaya penulisan dan format yang dikehendaki oleh masing-masing jurnal. Secara umum, menuurt Indrawan (2008), format artikel dalam jurnal ilmiah –kajian konseptual maupun hasil penelitian empiris- pada

Page 37: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

38

Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi

umumnya mencakup, bagian: (1) judul, (2) nama penulis, (3) abstrak dan kata-kata kunci, (4) pendahuluan, (5) isi (6) penutup atau rangkuman, dan (7) daftar rujukan/pustaka.

Berikut ini adalah contoh format dan gaya penulisan beberapa jurnal ilmiah. Untuk format artikel jurnal yang diindeks oleh ISI, format artikel terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :

1) Project title2) Abstract3) Introduction4) Methods5) Results and Discussion 6) Conclusioins and Future Conside-ration

Rincian dari masing-masing aspek dapat dilihat lebih lanjut pada template artikel riset ISI. Untuk jurnal-jurnal bidang teknologi yang tergabung dalam IEEE dapat dilihat pada IEEE.org.

c. Penyebarluasan Hasil Penelitian dalam Institutional Repositories

Selain dalam proses riset, pustakawan akademik mitra riset memiliki peran dalam penyebarluasan hasil-hasil penelitian dalam repository universitas. Repositori universitas atau sering disebut dengan institutional repositories merupakan koleksi digital yang menyimpan hasil karya intelektual dari satu atau beberapa masyarakat universitas (Crow, 2002; Lynch, 2003). Koleksi-koleksi digital yang dapat dikelola dalam Institutional Repository tersebut menurut Bailey (2008) dan Crawford (2011), mencakup beragam jenis yang dihasilkan oleh para ilmuwan dari berbagai unit, misalnya laporan teknis, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, gambar digital, bahan garfis, dan bahan bahan ajar.

Pengelolaan institutional repository di kalangan perguruan tinggi selain untuk penyimpanan dokumen universitas (McGovern, 2008), dan untuk penyediaan akses terbuka terhadap berbagai terbitan sebagai bentuk komunikasi ilmiah di kalangan

ilmuwan (Wust, 2006; Palmer, 2008 ; Duranceau, 2008; Crawford, 2011), atau untuk peningkatan kinerja lembaga / universitas (Johnson, 2002; Bailey, 2008), open access repository ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan penelitian yang dilakukan oleh para sivitas akademika (McCord, 2003).

Dalam kerangka penyebarluasab hasil-hasil penelitian melalui sistem institutional repository, menurut Bailey (2008) pustakawan akademik terutama pustakawan referens memiliki peran sebagai berikut :

1) Merumuskan kebijakan dan prosedur pengembangan repsoitori

2) Memberi masukan dalam pengembangan interface sistem repositori

3) Membantu dalam identifikasi kegiatan self-archiving

4) Mempromosikan repositori di kalangan sivitas akademika

5) Menjelaskan tentang kebijakan lisensi penerbitan (Creative Commons Licensing)

6) Membantu dalam proses deposit7) Melakukan verifikasi terhadap

metadata repositori8) Memberikan pelatihan penggunaan

sistem repositori9) Membantu dalam pemanfaatan

repsoitori

Uraian tersebut menunjukkan bahwa pustakawan akademik memiliki peran yang strategis dalam kegiatan riset di perguruan tinggi. Mulai dari tahap persiapan riset, pelaksanaan riset, dan pasca kegiatan riset, terdapat ruang-ruang bagi pustakawan untuk bekerjasama dengan para sivitas akademika dalam kegiatan riset. Oleh karena itu penting, bagi pustakawan untuk memperkuat kompetensi terutama dengan membekali kemampuan yang diperlukan dalam pemberian layanan informasi untuk riset maupun untuk melaksanakan program-program pengajaran literasi informasi bagi para sivitas akademika.

Page 38: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40

39

PENUTUP

Perpustakaan memiliki peran yang strategis dalam penyelanggaraan program Tri Dharma perguruan tinggi, khusus dalam kegiatan riset. Selain menyediakan sumber-sumber yang diperlukan untuk kegiatan riset, perpustakaan melalui pustakawan akademik juga berperan dalam memberikan layanan dan edukasi tentang riset. Pustakawan akademik dapat menyediakan layanan konsultasi riset, dan menyelenggarakan pengajaran kemampuan riset (research skill) melalui program pendidikan literasi informasi bagi para sivitas akademika.

DAFTAR PUSTAKA

Alsop, J., & Bordonaro, K. (2007). Multiple roles of academic librarians. Electronic Journal of Academic and Special Librarianship, 8(1). Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://southernlibrarianship.icaap.org/content/v08n01/alsop_j01.htm

Article Templates and Instructions. Diakses tanggal 10 November 2016 dari https://www.ieee.org/publications_standards/publications/authors/author_templates.html

Bailey, C. W. (2008). Institutional Repositories , Tout de Suite. San Francisco, California. Retrieved January 03, 2013 from http://digital-scholarship.org/ts/irtoutsuite.pdf

Ballmer, Amy (2016). Research & Instructional Services. New York: State University. Diakses tgl. 5 November 2016 dari https://www.fitnyc.edu/library/research/

Beall, Jeffrey (2016). Beall’s List of Predatory Open Access Publisher. Diakses tanggal 10 November 2016 dari https://scholarlyoa.c o m / 2 0 1 6 / 0 1 / 0 5 / b e a l l s - l i s t - o f -predatory-publishers-2016/

Crawford, W. (2011). Open access: what you need to know now. American Library Association.

Crow, R. (2002). The Case for Institutional Repositories : A SPARC Position Paper. Scholarly Publishing, 1-37. Retrieved January 03, 2013 from http://www.arl.org/sparc/bm~doc/ir_final_release_102.pdf

Directory of Open Access Journals (DOAJ). (2016). Diakses tanggal 10 November 2016 dari https://doaj.org/

Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2016). Akreditasi Jurnal Nasional. Diakses tanggal 10 November 2016 dari http://arjuna.ristekdikti.go.id/

index.php/daftarjurnalctl/index/1/ Duranceau, Ellen Finnie (2008). The “Wealth of

Networks” and Institutional Repositories: MIT, Dspace, and the Future of the Scholarly Commons. Library Trends, 57(2), 244-261

Farmer, L. (Ed.). (2007). The human side of reference and information services in academic libraries: adding value in the digital world. Oxford, England: Chandos Publishing.

Haryadi (2014). Ini Alasan Jokowi-JK Ingin Ada Kementerian yang Khusus Urusi Riset dan Teknologi. Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://nasional.kompas.com/read/2014/09/19/22071971/Ini.Alasan.Jokowi-JK.Ingin.Ada.Kementerian.yang.Khusus.Urusi.Riset.dan.Teknologi

Indrawan, Rully (2008). Isi, Format, dan rambu Akrediatsi Jurnal. Diakses tanggal 10 November 2016 dari https://rullyindrawan.wordpress.com/2008/12/02/isi-format-dan-rambu-akreditasi-jurnal/

ISI Research Paper Template. Diakses tanggal 10 November 2016 dari https://docs.google.com/document/d/1Ydr21-YkYeLgE_qzTLEul-fODs26SqmOi7EBZO8xYkM/edit

Jaguszewski, J., & Williams, K. (2013). New roles for new times: Transforming liaison roles in research libraries. Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://www.arl.org/storage/documents/publications/nrnt-liaison-roles-revised.pdf

Johnson, Richard K. (2002). Partnering with Faculty to Enhance Scholarly Communication. D-Lib Magazine 8 (11). Retrieved January 03, 2012 from http://www.dlib.org/dlib/november02/johnson/11johnson.html

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2016). Jurnal yang Perlu Dipertimbangkan untuk Kenaikan Pangkat/Jabatan Dosen. Diakses tanggal 10 November 2016 dari http://pak.dikti.go.id/portal/?p=41

Kennedy, M. R., & Brancolini, K. R. (2012). Academic librarian research: a survey of attitudes, involvement, and perceived capabilities. College & Research Libraries, crl-276.

Kumar, M. (2009). Academic libraries in electronic environment: Paradigm shift. In International Conference on Academic Libraries (ICAL), University of Delhi (North Campus), Delhi, India (pp. 5-8). Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://crl.du.ac.in/ical09/papers/index_files/ical-16_182_384_3_RV.pdf

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2016). Daftar Jurnal Ilmiah Terakreditasi LIPI. Diakses tanggal 10 November 2016 dari

Page 39: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

40

Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Daftar-Jurnal-Ilmiah-Akreditasi-LIPI.html

Luce, Rick & Grohsgal, Leah Weinryb (2012). Engaging Research: Libraries in a Shifting Academic Paradigm. World Library and Information Congress 78th IFLA General Conference and Assembly. Helsinki. Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://www.ifla.org/past-wlic/2012/94-luce-en.pdf

Lynch, Clifford A. (2003) Institutional Repositories: Essential Infrastructure for Scholarship in the Digital Age Share Print. ARL: A Bimonthly Report, 226 (Feb 2003), 1-7. Retrieved January 03, 2012 from http://www.arl.org/resources/pubs/br/br226/br226ir.shtml

Marchionini, G. (1998). Information seeking in electronic environments . Cambridge university press.

McCord, A. (2003). Institutional repositories: Enhancing teaching, learning, and research. EDUCAUSE Evolving Technologies Committee white paper. URL: http://sitemaker. umich. edu/dams/files/etcom-2003-repositories. pdf [December 4, 2003].

McGovern, N. Y., & McKay, A. C. (2008). Leveraging short-term opportunities to address long-term obligations: a perspective on institutional repositories and digital preservation programs. Library trends, 57(2), 262-279.

Palmer, Carole L. Lauren C. Teffeau & Mark P. Newton (2008). Strategies for Institutional Repository Develeopment: A Case Study of Three Evolving Initiatives. Library Trend, 57(2), 142-167

Pratomo, Gito Yudha (2014). Penggabungan Ristek dan Dikti Dinilai Tepat. Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141027132053-199-8301/penggabungan-ristek-dan-dikti-dinilai-tepat/

Rice-Lively, M. L., & Racine, J. D. (1997). The role of academic librarians in the era of information technology. The Journal of Academic Librarianship, 23(1), 31-41.

Siregar, A. R. (2010). Perluasan Peran Perpus-takaan Perguruan Tinggi. Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16086/1/pus-jun2008-(1).pdf

Stamatoplos, A. (2009). The role of academic libraries in mentored undergraduate research: A model of engagement in the academic community. College & Research Libraries, 70(3), 235-249. Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://dspace.nelson.usf.edu/xmlui/bitstream/h a n d l e / 1 0 8 0 6 / 8 7 7 5 / R o l e % 2 0 o f % 2 0Academic%20Libraries.pdf;sequence=1

Page 40: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

41

ANALISIS BIBLIOMETRIKA ISLAM: STUDI KASUS DOKUMENTASI PUBLIKASI ILMIAH

DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh : Nuryudi

The research on analysis bibliometrics aimed to find out the development of Islamic sciences by looking at the productivity of the publication published in scientific journals. The research discusses the productivity of Islamic publication at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in the last five years (2010 - 2014) based on e-journal bibliographic with 498 articles. The finding of the research is the field of Shariah and Law study is the most progressive and most productive in the last five years. The indicators, more than 235 researchers contribute to the scientific publications of the period with the accumulation of 293 articles with 4 titles published in electronic journal. Meanwhile the field of Islamic Theology showed 107 titles of articles from 87 authors recorded on the three major journal in the same period. Others is Multi-disciplinary field registered around 98 scientific articles from 75 scientists recorded on three journal titles related to the fields. In conclusion, Sharia-law is the prominent field of study in productivity and publicity of scientific Islamic publication in this period.

Keywords: scientific publication, islamic bibliometrics, scholarship productivity

Penelitian analisis bibliometriks ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan keilmuan bidang ke-Islaman dengan cara melihat produktivitas karya yang telah diterbitkan lewat journal ilmiah. Disini dipaparkan gambaran produktivitas penerbitan karya ilmiah pada tiga bidang ke-Islaman di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam periode lima tahun terakhir (2010 – 2014) berdasarkan data dari bibliografi e-journal dengan 498 artikel. Bidang yang lain tidak dapat dianalisis karena inkonsistensi publikasi online dan keterbatasan data yg ditemukan. Hasilnya, bidang kajian Syari’ah dan Hukum merupakan bidang subjek dengan karya ilmiah yang paling progresif dan paling produktif dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Indikatornya, lebih dari 235 peneliti tercatat berkontribusi dalam publikasi ilmiah pada periode tersebut dengan akumulasi 293 artikel yang tertera dalam arsip 4 judul journal elektronik. Sementara bidang Ushuluddin menunjukkan 107 judul artikel dari 87 penulis yang terekam dalam 3 journal utama dalam kurun waktu yang sama. Dan bidang Multi-disiplin mendaftarkan sekitar 98 artikel ilmiah dari 75 ilmuan yang datanya terekam pada tiga judul journal bidang terkait. Dengan demikian, Syariah-Hukum sebagai bidang yang paling unggul dalam produktifitas dan publisitas karya ilmiah ke-Islaman dalam kurun waktu tersebut.

Kata kunci: publikasi ilmiah, bibliometrika islam, produktivitas keilmuan

Abstract

Abstrak

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan berbagai karya ilmiah perlu diberikan kemudahan bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk memperoleh sumber informasi. Kebutuhan sumber informasi digunakan oleh mereka

baik untuk keperluan penguasaan, pendalaman dan pengayaan keahlian pada bidang yang relevan maupun untuk menguatkan atau membandingkan berbagai konsep-konsep yang dimilikinya sebagai hasil dari penyelidikan dan

Page 41: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

42

penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian dapat saling menguatkan atau juga bisa jadi membantahnya. Karena itu, akses terhadap setiap artikel ilmiah harus mudah dilakukan dan full-tekt dokumen harus dapat dengan mudah diperoleh. Maka dari itu, setiap upaya pengelolaan dokumen dalam berbagai ragam karya publikasi ilmiah khususnya journal ilmiah harus dibarengi dengan tersedianya perangkat petunjuk untuk memudahkan akses koleksi tersebut.

Kemudahan akses terhadap dokumen publikasi ilmiah dapat dibangun dengan menciptakan berbagai infrastruktur, seperti indeks, abstraks, katalog dst., baik bersifat tradisional-manual maupun berbasis sistem digital online. Upaya ini biasanya dilakukan dengan mengelola sedemikian rupa sistem bibliografi yang terkait dengan setiap dokumen tersebut. Dalam upaya ini biasanya setiap bibliografi terkait dengan setiap dokumen diindeks dan disusun dalam sebuah daftar khusus bibliografi atau diimput dalam sistem komputerisasi yang dapat diakses secara online. Sehingga, semakin banyak terbitan yang dipublikasikan akan semakin banyak entri bibliografi yang dihasilkan. Akibatnya, hal ini akan membutuhkan tenaga, waktu dan energi yang tidak sedikit untuk mengelolanya dengan baik. Jadi, semakin besar daftar bibliografi sebagai cermin besarnya terbitan ilmiah akan semakin kompleks pengelolaannya untuk kemudahan akses. Dan juga semakin kompleks untuk diketahui perkembangan dan pertumbuhan keilmuan sesuai dengan klasifikasi bidangnya. Demikian juga penerbitan publikasi ilmiah dalam kajian ke-Islaman yang tercermin dalam bentuk bibliografi sesuai dengan bidang-bidang kajian yang ada dalam Islam.

Bibliografi Islam baik yang bersifat konvensional maupun yang kontemporer membutuhkan bukan saja kemudahan akses untuk dokumen-dokumen yang besangkutan tetapi juga gambaran pertumbuhan bidang-bidang keilmuan tersebut. Sebagai bahan referensi ilmiah bibliografi Islam harus memberikan gambaran yang jelas dan kemudahan akses terhadap setiap penerbitan dan publikasi karya ilmiah yang dikehendaki setiap pemustaka/peneliti. Sehingga setiap

upaya penelitan dan kegiatan akademis yang akan memanfaatkan bahan-bahan sumber informasi tersebut sebagai referensi ilmiah dan acuan sitasi karya penulisan dapat difasilitasi dengan mudah. Setiap aktifitas sitasi dan referensi tehadap sumber-sumber informasi ilmiah tersebut akan membantu para peneliti untuk mengidentifikasi setiap konsep acuan yang diperlukannya, dan selanjutnya membantu masyarakat akademisi untuk mengetahui arah perkembangan keilmuan yang menjadi bidang kajiaannya. Untuk kemudahan tersebut maka pruduktifitas penerbitan ilmiah harus dapat dipetakan dalam sebuah matrik statistik lewat satu cabang ilmu bibliometriks.

Bibliometrika dikenal sebagai bidang kajian yang dapat mengungkapkan besaran dan keunggulan suatu bidang ilmu tertentu bahkan suatu lembaga pendidikan tertentu lewat penerapan berbagai teori di dalamnya seperti analisis kepengarangan, analisis sitiran, webometrik (bibliometrik berbasis web), kerjasama kepengarangan, keusangan dokumen, faktor dampak, dsb. Disamping itu, dengan biblimetrika juga dapat diketahui bagaimana produktifitas dan sebaran atau distribusi publikasi ilmiah tersebut dalam bidang keilmuannya. Dari aktifitas penelitian semacam ini akan dapat dilihat perkembangan suatu ilmu dengan cara mengamati dan mencermati hubungan kedekatan antar dokumen yang relevan dalam berbagai bentuk, baik tercetek maupun elektronik. Salah satu subjek kajian bibliometrika dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi ini bisa ikut berperan dalam menyajikan peta perkembangan keilmuan tertentu, termasuk diantaranya untuk menyajikan potret dinamika aspek kajian ilmu-ilmu ke-Islaman kontemporer.

Sekarang ini banyak tokoh-tokoh pemikir muslim yang giat menggali dan menganalisis temuan-temuan di berbagai bidang keilmuan, seperti di bidang ekonomi syariah dan kaitannya dengan konsep-konsep ke-Islaman kontemporer. Paradigma ini perlu terus diamati dan disebarluaskan informasinya untuk kemajuan perkembanngan keilmuan dengan berbagai ragam sumber informasi yang up to date dan komprehensif.

Page 42: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

43

Selanjutnya dengan kegiatan penelitian ini dapat pula digambarkan rasio pertumbuhan publikasi ilmiah berbanding dengan kuantitas para pengampu (dosen, ilmuan dan peneliti) yang tergabung pada masing-masing bidang keilmuan tersebut. Dan akan terlihat pula seberapa besar sumbangannya dalam kajian-kajian tersebut sebagai bagian kontribusi pertumbuhan dan perkembangan keilmuan ke-Islaman di indonesia. Hal ini dapat dilihat berdasarkan peran kelembagaan dari setiap institusi Pendidikan Tinggi Islam Indonesia (PTAI) yang salah satunya adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Matrik produktifitas dan sebaran dokumen publikasi ke-Islaman kontemporer akan menjadi salah satu indikator kontribusi pemikiran Islam terhadap umatnya, untuk menyelesaikan berbagai persoalan umat yang semakin kompleks dan kompetitif. Hal ini khususnya nyata bila produk karya ilmiah tersebut sebagian besar atau seluruhnya merupakan produk penelitian yang didasarkan pada pencarian solusi persoalan umat dewasa ini. Seiring dengan profil pertumbuhan tersebut maka subject-subject atau bidang-bidang kajian yang memberikan kontribusi besar tentunya patut mendapatkan apresiasi dan telah mencerminkan pertumbuhan yang baik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat luas dimana Islam sebagai mayoritas penduduk di Indonesia. Data dan informasi terkait dalam penelitian tentang publikasi ilmiah ini memberikan tampilan deskripsi perkembangan pemikiran dan keilmuan Islam secara kongkrit dan akurat lewat ilustrasi produktifitas ilmuan pada bidang yang bersangkutan.

Pusat sumber informasi dan pusat dokumentasi publikasi ilmiah khususnya di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat menawarkan berbagai sumber informasi khusunya dalam kaitannya dengan data bibliografi artikel sebagai bagian kajian dalam ilmu perpustakaan dan informasi. Lokasi ini merupakan lokasi utama penyimpanan dan dokumentasi koleksi publikasi ilmiah ke-Islaman yang telah berkembang sejak lama seiring dengan pertumbuhan program-program pendidikan yang dikelola oleh organisasi terkait. Dalam penelitian ini data

bibliografi diperoleh dari sumber infomasi khususnya dalam format journal ilmiah, tidak termasuk majalah populer atau bentuk sumber informasi lain.

Sampai saat ini, sesungguhnya berkaitan dengan bidang kajian penelitian dengan tema bibliomertiks telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada bidang ilmu tertentu atau dengan pendekatan salah satu sub cabang bibliometriks. Sementara ini, untuk kajian pada topik ilmu-ilmu ke-Islaman belum pernah dilakukan di Indonesia. Sehingga, hal ini merupakan topik kajian yang menarik unuk diselenggarakan.

2. Permasalahan Penelitian

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini agar lebih jelas dan mudah diselenggarakan maka tema kajian ini difokuskan pada pengkajian bibliografi publikasi ilmiah ke-Islaman di lingkungan UIN Jakarta. Artinya, pembahasan tidak termasuk ragam bibliografi kajian keislaman yang diterbitkan di luar Institusi ini. Pembahasan tersebut juga dibatasi pada penyelidikan bahan pustaka journal ilmiah yang terdapat pada dokumentasi publikasi elektronik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekurangnya terdapat tiga hal sebagai cakupan batas persoalan yang menjadi fokus penelitian ini yakni (1) Dari segi teori yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada implementasi aspek produktifitas ilmiah dalam subject tertentu, (2) Peran kepengarangan terkait dengan pertumbuhan kajian ilmiah ke-Islaman; (3) identias journal dalam area/zona tertentu lewat penilaian keterkaitannya dengan subject yang dikaji.

a. Rumusan Masalah:

1. Bagaimana produktivitas penerbitan karya ilmiah pada bidang-bidang ke-Islaman di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah jakarta dalam 2010 - 2014?

2. Bagaimana peran pengarang dalam kontribusi ilmiah mereka pada bidang-bidang keislaman?

3. Bagaimana identitas eksistensi journal dalam area subject kajian ilmiah ke-Islaman di indonesia?

Page 43: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

44

b. Tujuan Dan Manfaat

1. Untuk mememperoleh gambaran pro-duktivitas penerbitan karya ilmiah pada bidang-bidang ke-Islaman di lingkun-gan UIN Syarif Hidayatullah dalam peri-ode 2010 – 2014.

2. Untuk mengetahui peran pengarang dalam kontribusi imiah pada bidang-bidang ke-Islaman.

3. Untuk mengetahui identitas dan eksistensi jurnal dalam area subject kajian ilmiah ke-Islaman.

B. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Secara konseptual telah banyak para ahli yang menjelaskan konsep bibliometrika ini dalam penerapannya pada berbagai aktivitas penelitian di bidang ilmu perpusakaan dan informasi. Secara ringkas Richard dalam bukunya mengutip Wallace (1989) yang menyatakan bahwa yang dimaksud bibliometika adalah: “the application of quantitative methods to study of information resources”; penerapan metode kuantitatif terhadap kajian literatur sumber informasi. Selanjutnya dia menjelaskan, “Such a field explores patterns in the production of knowledge as well as the patterns of its use. ... bibliometric studies can also provide a broader understanding of entire disciplines, revealing with authors are most productive within a discipline and which countries or language produce greater amounts of materials within a field.” 1Bahwa kajian seperti itu akan melakukan eksplorasi pola-pola produktivitas [publikasi informasi] dan juga bagaimana pola-pola pemanfaatannya. Kajian bibliometrika juga dapat memberikan pemahaman yang lebih luas terhadap keseluruhan disiplin-didiplin ilmu, mengungkapkan nama-nama pengarang mana yang paling produktif dalam suatu disiplin ilmu serta negara mana atau bahasa apa yang memproduksi [karya ilmiah] lebih banyak dalam suatu bidang ilmu.

Konsep biblioetrika ini merupakan penerapan analisis kuantitatif terhadap kajian

1 Richard E. Rubin. Foundations of Library and Information science. London: Neal Schuman Publishers, inc, Hal 46.

literatur yang dilengkapi dengan teori-teori dasar yang tiga diantaranya yaitu: hukum Lotka, hukum Bradford, dan hukum Zipt. Nama-nama teori ini sesuai dengan nama para pencetus yang telah pertama-tama menggunakannya untuk melakukan analisis bibliografi dari berbagai ragam literatur publikasi informasi. Hukum tersebut dijadikan sebagai patokan atau acuan analisis kuantitatif oleh para peneliti di bidang perpustakaan dan informasi. Secara sederhana acuan tersebut menyatakan bahwa hukum Lotka (1926) berfungsi untuk menghitung distribusi produktivitas publiksi ilmiah oleh berbagai pengarang, hukum Bradford berperan dalam mendeskripsikan dokumen (biasanya majalah) dalam subject disiplin ilmu tertentu dimana kajian dilakukan dengan menganalisis jumlah artikel yang terbit dalam sebuah jurnal pada periode tertentu; Dan hukum Zipf (1933) bertugas untuk memberikan peringkat kata dan frekuensi pengulangan yang terdapat dalam literatur makalah atau artikel. Pengulangan kata tersebut disusun menurut jumlah prekuensinya dan diranking dari yang paling sering ke yang paling jarang diulang.

Sebagai penjelasan implementasi teori bibliometriks - hukum Lotka (Lotka’s law) tersebut Richard mengemukakan sebagi berikut:

“Lotka (1926) observed that with a body of literature, there are a few authors who contribute a large number of publications, a larger number of authors who contribute a smaller group of publications, and then many authors who contribute a few or only one publication. This relationship was expresse as (1/n2), where n is the number of contributions. Hense, the number of authors making three contributions at the field would be one-ninth (3 pangkat2) of the total number of authors. The number of authors making four contributions would be one-sixteenth (4 pangkat 2). The pattern quikly becomes obvious; far fewer authors will be contributing a large number of contributions. Unlike actual physical laws, Lotka’s law is not a perfect description of how authors and publications are related within a discipline, but generally it is a good estimate.” 2

2 Richard E. Rubin. Foundations of Library and Information Science. London: Neal Schuman

Page 44: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

45

Dari teks ini dapat dipahami bahwa dalam literatur [bidang ilmu tertentu] terdapat sedikit pengarang yang memberikan kontribusi ilmiah dengan jumlah yang besar, terdapat banyak pengarang yang berkontribusi sedikit publikasi, dan kemudian banyak lagi pengarang yang berkontribusi sangat sedikit bahkan hanya satu terbitan. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus ‘satu per n pangkat 2’ dimana n merupakan jumlah bilangan kontribusi tersebut. Jadi pengarang yang berkontribusi tiga artikel adalah se-per-sembilan dari keseluruhan jumlah penulis dibidangnya, dan yang berkontribusi empat artikel sejumlah se-per-enambelas dari total pengarang aktif pada bidang terkait.

Sedianya enam subjek utama (Dakwah, Syariah, Adab, Tarbiyah, Ushuludin, Dan Islamic Studies) dalam kajian Islam dalam penelitian ini dipetakan dengan teori bibliometriks, dimana produktivitas publikasi ilmiah relevan yang telah tersedia sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2014 dikaji secara intensif. Tetapi kerena inkonsistensi publikasi online dan keterbataan data yang diperoleh pada periode tersebut, maka tidak semua subjek bisa dianalisis. Adapun secara grafis kerangka teori pada penelitian ini dapat disaksikan pada diagram berikut ini.

DIAGRAM KONSEP PENELITIAN dan KERANGKA TEORI

Publishers, inc, Hal 47.

C. METODOLOGI1. Deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan metode kuantitatif, dimaksudkan penelitian ini akan diarahkan untuk memperoleh data dan temuan secara deskriftif terhadap berbagai persoalan bibliometrika publikasi ke-Islaman di Indonesia. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi deskriptif tentang persoalan publikasi ilmiah ke-Islaman sebagai bagian dari upaya pengamatan perkembangan keilmuan lewat penerbitan di Indonesia, khususnya koleksi publikasi ilmiah ke-Islaman. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang komprehensif dan akurat tentang peta publikasi ke-Islaman dan masalah-masalah terkait. Penelitian deskriptif ini akan memberikan gambaran yang detail tentang pola-pola kecenderungan perkembangan publikasi ilmiah pada bidang subject masing-masing, dan dijelaskan secara komprehensif peran kepengarangan dan keberadaan publikasi journal ilmiah pada subject yang bersangkutan.

Meskipun demikian, walaupun pada dasarnya penelitian ini menggunakana metode kuantitatif untuk pengumpulan data dan analisanya, tetapi untuk beberapa hal tidak semua dapat terselesaikan dengan metode tersebut maka dilakukan pendekatan kualitatif dengan purposive sampling dalam pengumpulan data bukan dengan cara random, sehingga hanya journal yang memiliki bibliografi elektronik secara lengkap dalam periode lima tahun terakhir yang ditetapkan sebagai sumber data analisis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan upaya menjamin objektivitas analisis data dimana bidang tertentu yang tidak ditemukan bibliografi journalnya secara kronologis dan sistematis dala cakupan periode waktu tertentu dapat mengurangi objektivitas analisis produktifitas pengagarang. Kelengkapan data dalam periode tersebut sangat menentukan bagaimana pola produktivitas ilmiah pengarang pada bidang yang bersangkutan. Sehingga terdapat beberapa bidang yang tidak dijadikan sampel, dan dalam penelitan ini sampel hanya diambil dari tiga bidang

Page 45: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

46

pokok, yakni Syari’ah – Hukum, Ushuluddin, Dan Multi Disiplin Islam (Islamic Studies).

1. Subjek Penelitian

Subjek utama dalam penelitian ini adalah pusat sumber informasi dan pusat dokumentasi publikasi ilmiah khususnya di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lokasi ini merupakan lokasi utama penyimpanan dan dokumentasi koleksi publikasi ilmiah ke-Islaman. Dalam penelitian ini journal sumber infomasi tersebut adalah khususnya format journal ilmiah yang terkonsentrasi pada dokumentasi publisitas e-journal atau open journal sistem (OJS) UIN, tidak termasuk majalah populer atau bentuk-bentuk sumber informasi yang lain.

2. Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah berbagai ragam publikasi ilmiah yang berupa artikel ilmiah ke-Islaman yang tertera di berbagai jurnal dalam penerbitan online UIN. Journal yang menjadi sampel ditentukan secara purposife dan proporsional. Journal-journal yang terbit secara kronologis dan sistematis serta memberikan data elektroniks yang representatif dalam bidangnya menjadi bagian penting dalam kuantitas sampel. Besaran sampel penelitian diperoleh dengan asumsi bahwa total populasi bibliografi ke-Islaman sampai dengan tahun 2015 adalah sekitar 2000 artikel ilmiah. Sampel diperoleh dari perhitungan 10-20 % dari populasi sehingga didapat sekitar 500 cantuman artikel yang dapat dianalisis.

2 Kelemahan data indeks eletronik journal (OJS)

Sistem OJS atau Open Journal Sistem yang dikelola UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sistem online yang tergolong baru, dimana proses uploading data bibliografi journal dalam publikasi lima tahun terakhir belum semua dilakukan. Artinya, journal yang memiliki dokumentasi file digital meskipun sudah lama masih mungkin menjadi bagian dari koleksi elektronik journal tersebut bila arsip journal yang bersangkutan dikelola dengan baik dan diintegrasikan. Sebaliknya

bila journal yang bersanguktan tidak meilikinya secara soft kopi maka dikhawatirkan tidak dapat mewakilkan artikel-artikelnya di upload secara online ke dalam database online tersebut. Hal ini terlihat untuk beberapa journal yang nampaknya dikelola dengan baik memiliki arsip file digital yang komrehensif, khusunya untuk periode lima tahun terakhir. Ketersediaan data pada database ini sangat membatu analisis penelitian ini bila data bibliogarafi yang terkait dengan journal dimaksud tersedia secara lengkap. Sistem OJS ini memungkinkan setiap journal untuk dapat diindeks dan memberikan akses terbuka setiap judul artikel yang dipublikasikan pada setiap nomor terbitnya. Namun demikian, masih banyak journal tidak memiliki data bibliografi yang lengkap dan sistematis. Tambahan pula terdapat journal-journal tergolong baru berdiri yang awal mula terbitnya seiring dengan masa pengembangan OJS tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, meskipun judul-judul artikel dan kepengarangan dapat diketahui dengan mudah, tetapi database online tersebut belum mendaftar bibliogafi artikel-artikel dalam berbagai journal relevan secara utuh dan reprensentatif. Hal ini menjadi bagian kendala sumber acuan analisis perkembangan atau pertumbuhan karya ilmiah dalam bidang-bidang yang bersangkutan. Sementara itu pusat dokumentasi yang lain, khususnya tercetak, tidak dapat diandalkan baik dari sisi organisasi koleksi maupun ketersediaannya. Dengan adanya kendala tersebut maka teori bradford yang berperan dalam mendeskripsikan dokumen sesuai subject disiplin ilmu, dimana kajian dilakukan dengan menganalisis jumlah artikel yang terbit dalam sebuah jurnal pada periode tertentu, tidak bisa dilaksanakan secara maksimal pada semua bidang yang dianalisis. Hal ini karena tidak semua judul journal yang telah teridentifikasi dapat diperoleh data bibliografinya baik dari arsip data tercetak maupun elektronik yang ada di pusat dokumentasi informasi dan perputakaan di lingkungan UIN Jakarta. Sehingga terbitan artikel dalam periode tertentu sulit teridentifikasi dengan pasti.

Page 46: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

47

a) Analisa Relevansi Subjek

Data yang telah terurai dan dipaparkan secara terstruktur memungkinkan untuk dapat dilakukan pengelompokan kategori subject. Pada tahap ini harus setiap entri kontent bibliografi artikel harus dapat teridentifikasi subject tertentu secara jelas. Redaksi entri subject dan sub-subject tertentu harus dapat diupayakan untuk mengelompok dan bersusun secara sistematis. Filing ini memungkinkan data dapat memberikan jumlah kuantifikasi setiap field yang diperlukan untuk memudahkan identifikasi subject bibliografi artikel tersebut. Sehingga, terlihat dengan mudah hubungan, keterkaitan dan perbedaan kategorinya kepada setiap subject yang telah ditetapkan. Pada tahap ini akan terlihat intensitas keterkaitan subject tersebut pada setiap journal ilmiah yang sedang dikaji baik journal-journal inti (core) maupun yang kemudian hanya sebagai penunjang subject disiplin tertentu. Aspek hubungan korelasi pada tahap ini dapat digambarkan dalam sebuah matriks yang korelatif sehingga peran masing-masing journal pada subjeknya dapat ditentukan.

Analisis yang kemudian dilakukan adalah terhadap beberapa Journal yang secara continue dan konsisten terindeks dalam database elektronik journal (OJS) UIN Jakarta, khususnya untuk bidang Syari’ah, Ushuludin dan Islamic Studies yang dapat memberikan data cukup komprehensif dan sistematis. Hukum Bradford dan Lotka yang berfungsi untuk mengamati perkembangan produktivitas dan publisitas ilmiah oleh berbagai pengarang di sini dapat dilakukan dengan baik terhadap sampel bibliorafi journal tersebut. Sedangkan untuk hukum zipf (1933) yang berfungsi sebagai alat analisis prekuensi kata dan relevansi subjek yang terdapat dalam literatur, dalam penelitian ini tidak terjangkau penerapannya. Sebagai gantinya digunakan analisis berdasarkan otoritas dan cakupan penerbitan.

b) Identifikasi Produktivitas Penerbitan

Pada tahap ini, tabulasi data yang telah dijabarkan secara deskriptif dan sistematis kemudian disarikan lagi menjadi sebuah matrik tabulasi korelatif pengarang dengan

produktivias ilmiahnya. Gambaran secara kronologis penerbitan ilmiah dalam kurun waktu tertentu disajikan dengan lebih sederhana agar dapat diamati dengan mudah hasil karya setiap nama pengarang terkait. Deskripsi tersebut juga dapat menunjukkan fluktuasi penerbitan pada tahun-tahun tertentu dalam durasi yang telah ditetapkan dari tahun 2010 sampai 2014. Analisis produktifitas publikasi ini juga dapat menggambarkan aspek hubungan korelasi terkait dengan eksistensi subject tertentu. Dalam sebuah matriks tabel, setiap presentasi subject akan berkaitan atau mendapatkan nilai kuantitas frewensi penerbitan publikasi ilmiah yang relevan. Relatifitas frekuensi mulai dapat disaksikan dimana presentasi subject secara keseluruhan dapat mencerminkan kuantitas dan fluktuasi kontribusi artikel ilmiah yang berbeda-beda.

c) Penyajian Data.

Dengan metode kuantitatif ini dihara-pkan peneliti dapat memaparkan secara efisien serta dapat menginterpretasikan data temuan yang diperoleh yang telah dipresentasikan secara numerik. Sesuai dengan data yang tersedia, maka pada tahap ini dilakukn penjelasan secara siste-matis seiring dengan sajian tabel data ola-han yang telah disarikan dan ditampikan secara lebih sederhana dan akurat. Pada tahap ini landasan teori dan kerangka konseptual harus selalu diamati dan ter-us dicermati sehingga upaya interpretasi dan pembahasan tema-tema terkait tidak menyimpang dari kerangka teori dan kon-sep dasar yang telah dibangun. Analisa dan pembahasan data dapat menciptakan hubungan antara temuan-temuan baru, hasil penelitan sebelumnya dan konsep yang telah dibangun yang akan memben-tuk wacana yang positif dan memberikan informasi yang bermanfaat. Pada tahap pembahasan dan interpretasi ini juga dapat diperkuat dengan membandingkan atau mencocokan dengan pendapat para ahli pada bidang tersebut. Dengan demikian, penyajian data dan pembahasan permasalah-

Page 47: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

48

an dapat dipaparkan secara jelas dan objektif yang memungkinkan usaha menyusunan kes-impulan dapat dilakukan dengan mudah.

D. HASIL PENELITIAN

Pada bagian pertama analisa data berusaha untuk menyelesaikan persoalan bagaimana produktivitas penerbitan karya ilmiah pada bidang-bidang ke-Islaman di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010 – 2014). Untuk mendapatkan kemudahan deskripsi dan analisis data berdasarkan bibliografi journal yang diperoleh dalam penerbitan di lingkungan UIN Jakarta, kemudian ditetapkan sebanyak 26 judul journal yang telah teridentifikasi. Jurnal tersebut kemudian diverifikasi dengan melengkapi informasi tentang tahun terbit dan kala terbitnya. Tahun pertama terbit dapat memberikan informasi bagaimana gambaran usia jurnal dan bagaimana produktifitasnya. Tidak semua jurnal memperoleh data tentang tahun pertama terbit karena tidak ditemukan informasi terkait dengan keterangan tersebut. Beberapa data tentang tahun terbit juga kadang meragukan untuk dicatat sebagai tahun waktu pertama terbit. Data tentang tahun pertama kali terbit ini sedapat mungkin diberikan secara akurat atau bila data tidak diperoleh maka diupayakan untuk memprediksi sedemikian rupa sehingga data waktu yang diberikan diperkirakan mendekati waktu pertama diterbitkan. Dari data tentang tahun terbit journal ilmiah tersebut diatas dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam usia journal keislaman dari yang tertua (1983) sampai yang termuda (2014).

D1. Bagaimana produktivitas penerbitan karya ilmiah pada bidang-bidang ke-Islaman di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010 – 2014).

Journal yang dipandang telah berperan dalam peningkatan perkembangan kajian subjek yang bersangkutan ditetapkan sebagai sumber analisis data, terutama journal yang memiliki kontinuitas penerbitan lima tahun terakhir dengan bibliografi artikel yang lengkap. Maka dari itu, tidak semua journal dalam subjek tertentu dapat dianalis secara tuntas sesuai dengan pertumbuhan dan

produktifitas ilmiah yang dihasilkan. Dari observasi penerbitan journal UIN, diperoleh informasi beragam judul journal tersebut terkait dengan enam sub-bidang ke-Islaman yang telah dipaparkan dalam tabel berikut:

No Bidang Kajian Journal

1Syari’ah, Hukum & Ekonomi Islam

a) Salam: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar’b) Cita Hukumc) Iqtishadd) Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah

2Ushuluddin

a) Refleksi: jurnal kajian agama dan filsafatb) Sabda: Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Hadisc) Journal of Qur’an and Hadith Studiesd) Journal Ilmu Ushuluddin

3Peradaban Islam

a) Kultur: The Indonesian Jour-nal For Muslim Cultures.

b) Al-Turats : Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya Dan Agama,

c) Narasi: Media Penelitian Agama Dan Budaya,

d) Manuskripta,

4

Multi-disiplin Islam (Studi Islam)

a) Studia Islamika : Internation-al Journal

b) Al-Zahra: Jurnal Studi Islam Komprehensif

c) Indo-Islamika: Journal Of Islamic Sciences

d) Jauharah : Jurnal Pemikiran Islam Konstektual

e) Mimbar : Jurnal Agama dan Budaya

5Pendidikan Islam.

a) Tarbiya: Journal Of Educa-tion In Muslim Society

b) Didaktika Islamika

c) Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebaha-sa-Araban

d) Afaq Arabiyyah: Jurnal Pen-didikan Bahasa Arab

6Dakwah dan Komunikasi Islam

a) Dakwah: Jurnal Kajian Dak-wah Dan Komunikasi

b) Harkat: Jurnal Media Komu-nikasi Jender

c) Journal Manajemen Dakwah

Penelitian ini bermaksud untuk melakukan komparasi semua sub-bidang subject ke-Islaman, tetapi bertujuan untuk memberikan gambaran pertumbuhan dan produktifitas karya ilmiah berdasarkan sumber data dan sumber bibliografi yang akumulatif. Data yang sistematis, komprehensif dan akumulatif

Page 48: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

49

dibutuhkan untuk mengetahui pertumbuhan dan produktifitas ilmiah pada bidang-bidang terkait secara objektif. Oleh karena itu, karena keterbatasan data yang terakumulasi disini data yang ada tidak dapat digunakan untuk melakukan komparasi pertumbuhan antar bidang ke-Islaman tersebut. Tetapi pada sumber data yang telah ditetapkan dan diperoleh sekitar 498 bibliografi artikel dalam kurun lima tahun terakhir dapat dijadikan bahan analisis dan dipandang cukup memadai sebagai representasi bahan kajian guna melihat pertumbuhan keilmuan dan produktifitas pengarang pada bidang terkait.

Enam bidang kajian ke-Islaman telah diupayakan dianalisis, karena keterbatasan waktu dan sumber data yang dapat diperoleh maka disini hanya dipaparkan tiga bidang dalam analisis produktifitas pengarang, yakni: Syari’ah-Hukum, Ushuluddin, dan Multi-Disiplin (Studi Islam). Pada tiga bidang ini telah ditemukan journal-journal dengan data bibliografi yang dipandang representatif untuk analisis. Untuk itu diupayakan diperoleh data bibligrafi yang sistematis, komprehensif dan up to date. Journal-journal relevan diuraikan bagaimana gambaran produktifitas dan publisitas karya ilmiahnya dalam lima tahun terakhir. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa bidang Syari’ah merupakan bidang kajian yang paling berkembang dan produktif dalam melahirkan artikel ilmiah dibandingkan dengan ke dua bidang lain tersebut berdasarkan sumber data yang terdapat pada OJS UIN Syarif Hidayatullah jakarta. Disini bidang Syari’ah – Hukum nampak paling progresif dalam melibatkan penulis berkontribusi dalam penulisan artikel ilmiah. Namun demikian hal ini tidak dapat dibandinkan dengan bidang lain di luar ketiga subjek tersebut karena belum dapat dilakukan akumulasi data yang bersangkutan secara tuntas dalam periode yang sama.

Dari paparan data yang diperoleh diketahui bahwa pada bidang Syari’ah dan Hukum telah terjadi perkembangan yang pesat dalam hal kontribusi pengarang terhadap pembinaan subjek terkait. Dari analisis bibliografi artikel ilmiah dalam empat journal selama periode 5 tahun terakhir sekurangnya tercatat 236 penulis atau peneliti yang berkontribusi

dalam artikel ilmiah bidang Syari’ah – Hukum. Sebanyak 294 judul artikel terkait berhasil diakumulasikan dari ketiga sumber tersebut, yang telah mendaftar nomor-nomor bibliografinya publikasi ilmiah. Pada sumber journal yang lain dalam bidang multi disiplin khususnya Indo-Islamika, dimana terdapat publikasi kajian syariah dengan jumlah yang cukup signifikan, yakni 7 artikel dalam tahun penerbitan 2012. Paparan ini menunjukkan perkembangan yang sangat produktif dalam pembinaan dan pengayaan bidang ilmu Syari’ah.

D.2. Bagaimana Peran Pengarang dalam Kontribusi Ilmiah pada bidang-bidang Ke-Islaman.

Tabel Analisis Produktifitas Pengarang Bidang Syari’ah-Hukum (2010-2014) dari Empat Journal

Produktifitas Prekwensi Penerbitan

Total1 2 3 4

Jumlah pengarang 188 39 9 0 236

Duplikasi 0 39 18 0  

Total artikel 188 78 27 0 293

Prosentase 79,66 16,53 3,81 0 100,00

Diperoleh sekitar 236 orang penyumbang artikel pada subjek Syariah-Hukum dalam periode lima tahun terakhir. Sebanyak 188 penulis atau sebesar 79,66 % adalah mereka yang hanya berkontribusi satu kali dalam periode lima tahun terakhir. Sebesar 16,53 % atau sebanyak 39 orang berkontribusi dua kali penerbitan pada kurun waktu tersebut, seperti terlihat pada tabel di atas. Sedangkan yang telah berkontribusi tiga kali publikasi artikel ilmiah bidang syari’ah hukum adalah sebesar 3,81 atau sebanyak 9 orang pengarang, yakni : Andi Iswandi, Arip Purkon, Asmawi, Djawahir Hejazziey, Khamami Zada, M. Atho Mudzhar, M. Nur Rianto Al Arif, Nurul Huda, Rizqon

Page 49: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

50

Halal Syah Aji. Jumlah mereka sangat sedikit dibandingkan dengan para penulis kelompok kebanyakan dengan satu kali dalam kurun waktu empat sampai lima tahun.

Tabel Analisis Produktifitas Pengarang Bidang Ushuludin (2010-2014) dari Tiga Journal

Produktifitas Prekwensi PenerbitanTotal

1 2 3 4Jumlah pengarang 72 11 3 1 87

Duplikasi 0 11 6 3 /

Total 72 22 9 4 107

Prekuensi 82,76 12,64 3,45 1,15 100,00

Sedangkan untuk bidang Ushuluddin, dari analisis bibliografi artikel ilmiah dalam tiga journal tersebut selama periode lima tahun terakhir sekurangnya tercatat 87 penulis atau peneliti yang berkontribusi dalam publikasi ilmiah bidang tersebut; Dan diperoleh sekitar 107 judul artikel yang berhasil diakumulasikan dari ketiga sumber journal. Partisipasi ini menunjukkan produktifitas pengarang yang aktif stabil pada pembinaan dan

pengayaan bidang ilmu terkait.

Dari gambaran peran penulis terlihat bahwa budaya penulisan di bidang ini juga begitu dinamis, dimana teridentifikasi satu orang penulis yang tergolong sangat aktif dalam periode tersebut. Dia behasil mempublikasikan empat kali artikel ilmiah, yaitu Izza Rohman. Sedangkan pada periode tersebut yang telah berhasil tiga kali berkontribusi artikel ilmiah adalah sebesar 3,45 atau hanya sebanyak 3 orang penulis. Meraka adalah Jajang A Rohmana, Kusmana, dan Eva Nugraha. Selanjutnya terdapat sebesar 12,64 % atau sebanyak 11 orang mampu berkontribusi dua kali penerbitan artikel ilmiah dalam periode tersebut, nama-nama mereka adalah, Agus Darmaji, Andi Rahman, Ary Budianto, Budhy Munawar Rachman, Fuad Mahbub Siraj , Lilik Ummi Kaltsum, Media Zainul Bahri, Mohammad Anwar Syarifuddin, Mudhofir Abdullah, Nanang

Tahqiq, Rifqi Muhammad Fatkhi. Sebanyak 72 penulis atau sebesar 82,76 % adalah mereka yang hanya berkontribusi satu kali dalam periode tersebut.

Tabel Analisis Produktifitas Pengarang Bidang Studi Islam (2011-2015) dari Tiga Journal

PengarangPrekwensi Penerbitan

Total1 2 3 4

Jumlah Pengarang 75 7 3 0 85

Duplikasi 0 7 6 0 /

Total 75 14 9 0 98

Prosentase (%) 88,24 8,24 3,53 0 100,00

Pada bidang Multi-Disiplin (Studi Islam), dua journal yang mewakili untuk dianalisis adalah journal Studia Islamika dan Journal Indo-Islamika. Analisis Produktifitas Pengarang tersebut dapat disaksikan pada tabel tersebut di atas. Dari paparan data bibliografi dapat diketahui bahwa pada bidang multi disiplin (studi islam) telah terjadi perkembangan yang intens dan dinamis dalam hal kontribusi karya ilmiah pengarang terhadap kajian terkait. Dari analisis bibliografi artikel ilmiah dalam tiga journal tersebut selama periode 5 tahun terakhir sekurangnya tercatat 85 penulis atau peneliti yang berkontribusi dalam publikasi ilmiah bidang Multi-Disiplin Islam atau Islamic Studies. Sekurangnya terdapat 98 judul artikel kajian yang bersifat komprehensif berhasil diakumulasikan dari kedua sumber tersebut.

Dari gambaran peran penulis terlihat bahwa penulisan artikel ilmiah Islam di bidang multi disiplin ini juga terlihat begitu intensif, namun pola produktifitas didominasi oleh penulis satu kali dalam periode tersebut. Sebanyak 75 penulis atau sebesar 88,24 % adalah mereka yang hanya berkontribusi satu kali dalam periode tersebut. Yang berkontribusi dua kali bahkan jauh lebih kecil, yakni sebesar 8,24% atau sebanyak 7 orang pada penerbitan dua journal ilmiah tersebut. Mereka itu adalah : Oman Fathurahman, Peter G. Riddell, M. Nur Rianto Al Arif, Jajang A. Rohmana, Dadi Darmadi, Arrazy Hasyim, dan Ali Munhanif.

Page 50: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

51

Sedangkan pada periode tersebut yang telah berkontribusi tiga kali adalah sebesar 3,53% atau sebanyak 3 orang pengarang, yakni : Suprapto, Syofyan Hadi, dan Jamaluddin.

D.3. Bagaimana eksistensi journal dalam area subject kajian ilmiah ke-Islaman

Masing-masing jurnal pada bidangnya dapat diukur kedalaman kajiannya dengan melihat produktifitas publikasi artikel yang bersangkutan secara intensif dan komprehensif. Keluasan dan kedalaman serta relevansinya pada subjek terkait menentukan posisi journal pada bidang tersebut apakah berperan sebagai sumber utama (core journal) ataukah sebagai penunjang pada bidang tersebut. Hal itu tercermin dari keseriusan journal mengelola dan menerbitkan berbagai karya ilmiah yang relevan dan esensial pada bidang terkait.

Indikator untuk mengetahui posisi utama (core journal) dapat dilihat dari beberapa unsur, diantaranya dengan memperhatikan konsentrasi otoritas lembaga penerbitan journal tersebut, bagaimana relevansi judul-judul artikel yang dipublikasi, dan bagaimana fokus-cakupan bahasan artikel-artikel yang tertera di dalam setiap nomor journal. Penerbit journal pada umumnya memberikan informasi tentang deskripsi tujuan dan cakupan bidang kajian dari journal yang bersangkutan. Hal ini juga dapat diidentifikasi dari desripsi tajuk subjek dan kata kunci serta abstraksi pada setiap bibliogafi artikel ilmiah yang dipublikasikan.

Dari data tentang tujuan publikasi serta keluasan dan kedalaman cakupan, terlihat bahwa terdapat journal yang merupakan sumber referensi utama pada suatu bidang atau subjek kajian pada pakultas dan jurusan tertentu. Tetapi juga sebagian lain merupakan kajian multidisiplin atau ekstensi kajian keislaman atau sering disebut studi islam, yang mencakup berbagai aspek kajian yang berkembang dalam ilmu-ilmu ke-Islaman. Journal pada golongan yang kedua ini meskipun bukan sebagai core atau pokok utama referensi pengembangan subjek tertentu tetapi memegang peran penting

dan berfungsi sebagai kelanjutan kajian dari berbagai bidang tersebut.

Dari paparan deskripsi tabel di bawah ini dapat dilihat keterkaitan (relevansi) berbagai journal pada bidangnya masing-masing. Pencari informasi perlu mengenali nama-nama journal tersebut dengan baik guna menemukan tema-tema subjek bahasan yang lebih fokus dan relevan, termasuk juga journal-journal lain yang mendukung subjek tersebut. Hal ini juga penting bagi pustakawan yang berkecimpung dalam pengembangan koleksi perpustakaan untuk mengelola journal terkait sesuai dengan bidang kajian baik yang bersifat tercetak ataupun elektronik dengan memastikan ketersediaan dokumen dan menyediakan akses kepada sumber rujukan tersebut dengan mudah. Pustakwan dan pihak-pihak terkait dengan dokumentasi sumber-sumber informasi ilmiah di lingkugan UIN perlu menyadari bersama untuk tetap mengelola sumber-sumber referensi tersebut tetap utuh, lengkap dan dapat diakses dengan mudah baik untuk keperluan rujukan akademik maupun untuk tujuan tinjauan literatur penelitian. Setelah dilakukan kajian otoritas penerbitan dan cakupan bahasan dari journal-journal ke-Islaman yang tersedia di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maka deskripsi journal sesuai dengan pokok kajiannya dapat dilihat pada tabel berikut:

No Bidang

KajianJournal Pokok (Core Journal)

Journal pendukung

1 Syari’ah, Hukum & Ekonomi

Islam

a) Salamb) Cita Hukumc) Iqtishadd) Ahkam:Jurnal

Ilmu Syariah

a) Studia Islamika : International Journal

b) Al-Zahra: Jurnal Studi Islam Komprehensif

c) Journal Indo-Islamika: Journal of Islamic Sciences

d) Etikonomie) Signifikanf) Tauhidinomics

2 Ushuluddin a) Refleksi: Jurnal Kajian Agama dan Filsafat

b) Sabda: Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Hadis

c) Journal of Qur’an and Hadith Studies

d) Journal Ilmu Ushuluddin

g) Studia Islamika : International Journal

h) Al-Zahra: Jurnal Studi Islam Komprehensif

i) Journal Indo-Islamika: Journal of Islamic Sciences

Page 51: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

52

3 Perad-aban dan

Kebudayaan Islam

a) Kultur: The Indonesian Journal For Muslim Cultures.

b) al-Turats : Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya Dan Agama,

c) Narasi: Media Penelitian Agama Dan Budaya,

d) Manuskripta,e) Mimbar :

Jurnal Agama dan Budaya

a) Studia Islamika : International Journal

b) Al-Zahra: Jurnal studi islam komprehensif

c) Indo-Islamika: Journal of Islamic Sciences

d) Dialektikae) Jauharahf) Journal of

Islamic Past and Present (JIPP)

4 Pendidikan Islam.

a) Tarbiya: Journal of Education in Muslim Society

b) Didaktika Islamika

c) Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasa-araban

d) Afaq Arabiyyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab

a) Sosio Didaktika: Social Science Education Journal

b) Edusainsc) Tazkiya Journal

Of Psychologyd) Dialektikae) Islam Dan

Lingkungan Hidup:

f) Medika Islamika

5 Dakwah dan Komunikasi

Islam

a) Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi

b) Harkat: Jurnal Media Komunikasi Jender

c) Journal Manajemen Dakwah

d) Journal Komunikasi dan Penyiaran Islam

a) Studia Islamika : International Journal.

b) AL-Zahra: Jurnal studi islam komprehensif

c) Journal Indo-Islamika: Journal of Islamic Sciences

F. PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk melakukan komparasi semua bidang subject ke-Islaman, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memberikan gambaran pertumbuhan dan produktifitas karya ilmiah berdasarkan sumber data dan sumber bibliografi yang akumulatif. Data yang sistematis, komprehensif dan akumulatif dibutuhkan untuk memperoleh analisis pertumbuhan dan produktifitas ilmiah pada bidang-bidang terkait secara objectif. Oleh karena itu karena keterbatasan data yang terakumulasi disini data yang diperoleh tidak digunakan untuk melakukan komparasi pertumbuhan antar semua bidang ke-Islaman tersebut. Tetapi dari sumber data yang telah ditetapkan sekitar 500

records dan diperoleh sekitar 498 bibliografi artikel dari beragam journal dalam tiga bidang subjek dapat dijadikan bahan analisis dan disini dipandang cukup memadai sebagai representasi guna melihat pertumbuhan keilmuan dan produktifitas pengarang pada bidang terkait selama periode lima tahun terakhir.

Dari hasil analisis data dapat dikatakan bahwa bidang syari’ah merupakan bidang kajian yang paling berkembang dan produktif dalam melahirkan artikel ilmiah dibandingkan dengan ke dua bidang yang lain. Disini bidang Syari’ah-Hukum nampak paling attractive dalam melibatkan penulis berkontribusi dalam penulisan artikel ilmiah. Namun demikian hal ini tidak dapat dibandingkan lebih dengan bidang lain di luar ketiga subject tersebut karena tidak dapat diperoleh akumulasi data secara konsisten dan representatif dari sumber yang bersangkutan dalam periode yang sama. Misalnya, untuk subjek kebudayaan Islam ditemukan sekitar 54 artikel dari 49 penulis pada dua journal (al Turast dan Manuskripta), lima orang dari jumlah tersebut adalah mereka yang menulis dua kali artikel. Untuk bidang pendidikan Islam (Tarbiyah) ditemukan sekitar 62 artikel dari 56 penulis dengan 3 orang mereka adalah yang mampu menulis dua kali penerbitan artikel dalam kurun waktu tersebut. Karena sumber data bidang-bidang ini tidak diperoleh secara konsisten, data ini tidak dianalisis lebih lanjut.

Uniknya, bila pola produktifitas artikel ilmiah dibandingkan terhadap ketiga bidang yang dianalisis tersebut diatas timbul gambaran yang menunjukkan kemiripan pola dimana katagori penulis yang sangat produktif adalah mereka yang jumlahnya sangat sedikit, sekitar 3,5 % dan lebih kecil lagi jumlahnya atau sekitar 1,1 %. Fenomena ini khususnya terlihat pada bidang Ushuluddin. Hal ini sejalan dengan teori Lotka tetapi polanya lebih rendah dari teori tersebut. Secara ringkas gambaran perbandingan pola prosentase dan produktifitas dapat disaksikan pada tabel berikut:

Page 52: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

53

Produktifitas (dalam lima

tahun terakhir)1x 2x 3x 4x Total

Prosentase (Syari’ah) 79,75 16,46 3,80 0 100,00

Prosentase (Multi-disiplin) 88,24 8,24 3,53 0 100,00

Prekuensi (Ushuluddin) 82,76 12,64 3,45 1,15 100,00

Dari analisa data tiga bidang tersebut, terdapat hal yang unik yang dapat disaksikan bahwa nilai terendah prosentasi pengarang dengan publikasi satu kali penerbitan dalam durasi lima tahun terakhir justru terjadi pada Syari’ah, padahal bidang ini telah diidentifikasi memiliki paling banyak kontributor artikel ilmiah sekitar 80% (236 penulis). Namun hal ini masih lebih rendah dari idealitas penulis dengan satu kali publikasi, yang semestinya dibawah 60%. Sedangkan untuk kategori penulis produktif dalam periode tersebut dengan berkontribusi 3 kali publikasi menunjukkan kesamaan pola dimana dicatat sekitar 3,6 % penulis termasuk dalam golongan tersebut. hal ini terlihat jelas juga pada syari’ah meskipun jumlah kontributornya terindikasi cukup tinggi. Fenomena ini sejalan dengan teori Lotka tersebut di atas miskipun data menunjukkan tingkat produktifitas yang rendah.

Pada bidang Multi-disiplin (Islamic Studies), tingkat produktifitas penulis dengan dua kali penerbitan dalam kurun lima tahun terlihat sangat rerendah, sekitar 8%, dibandingkan dengan kedua bidang yang lain. Sepertinya tingkat prosentase ini tidak dapat dijadikan parameter ukuran produktifitas journal tersebut karena mengingat karakter dari etika penulisan yang ketat, lebih mendalam dan komprehensif. Sehingga rendahnya kuantitas jumlah penulis dalam satu publikasi bukan tolak ukur kemajuan perkembangan atau kemunduran journal tersebut, karena boleh jadi tingkat kesulitan dan kedalaman kajian yang dibahas telah menyebabkan terbatasnya kuantitas penulisan dan prekuensi publikasi.

Beberapa journal kajian yang bersifat universal atau multi-disiplin Islam, seperti Studia Islamika : International Journal, AL-Zahra: Jurnal studi

Islam komprehensif, dan Journal Indo-Islamika, merupakan jurnal lintas disiplin yang di dalamnya membahas Islam secara komprehensif. Karena itu sumber ini juga berposisi dan berperan sebagai pendukung beberapa core journal pada subject-subject ke-Islaman di lingkungan UIN.

G. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Setelah menganalisa data yang diperoleh dengan cara mencermati otoritas penerbitan, keluasan dan kedalaman bibliografi artikel dalam beberapa bidang kajian ke-Islaman, maka dapat diketahui dinamika produtivitas karya ilmiah pada bidang kajian yang bersangkutan. Setelah dilakukan analisis produktivitas pengarang dalam berbagai journal ilmiah terkait, yang ditetapkan sebagai sumber dan objek kajian bibliografi pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan data dari bibliografi e-journal UIN, bidang kajian ke-Islaman Syari’ah dan Hukum merupakan bidang subjek dengan karya ilmiah yang sangat produktif, progresif dan berkembang pesat dalam kurun waktu lima tahun terakhir dibandingkan dua bidang yang lain : Ushuludin dan Multi-disiplin. Lebih dari 235 peneliti tercatat berkontribusi dalam publikasi ilmiah bidang Syari’ah-Hukum pada periode tersebut dengan akumulasi sejumlah 293 artikel ilmiah yang tertera dalam arsip journal elektronik UIN dari 4 judul journal utama. Jumlah ini belum termasuk beragam artikel yang terbit di journal yang lain. Sementara bidang Ushuluddin mencatat sekitar 107 judul artikel dari 72 penulis yang terekam dalam 3 journal utama dalam kurun waktu yang sama. Dan bidang Multi-disiplin (Studi Islam) mendaftarkan sekitar 98 artikel ilmiah dari 75 ilmuan yang data dokumennya terekam dalam arsip elektronik dari tiga judul journal bidang terkait. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kajian Syariah telah memberikan produktifitas dan publisitas ilmiah ke-

Page 53: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Nuryudi, M.LIS: Pustakawan Analisis Bibliometrika Islam: Studi Kasus Dokumentasi Publikasi Ilmiah di UIN Jakarta

54

Islaman yang paling progresif dan paling unggul berdasarkan sumber OJS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada periode lima tahun terakhir.

2. Dari analisa dua bidang subjek dan satu bidang multi-disiplin dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pola produktifitas artikel ilmiah dari masing masing bidang memiliki kesamaan model pola dimana prosentase penulis yang paling produktif berjumlah sangat kecil, sedangkan penulis yang (kurang produktif) hanya mempublikasikan satu kali karya ilmiahnya pada periode lima tahun terakhir sangat besar jumlahnya. Jika diklasifikasi maka, sebagian mereka yang tergolong produktif dengan 3x publikasi dalam lima tahun terakir berjumlah sekitar 3-9 orang penulis untuk masing-masing subjek atau sekitar 3-4 % dari keseluruhan penulis yang aktif terlibat dalam pengayaan artikel ilmiah pada journal masing-masing, diikuti oleh sebagian mereka pada posisi golongan menengah (cukup produktif) dengan 2 x publikasi dengan jumlah yang lebih besar (8-16%) pada kurun periode tersebut. Tetapi hanya 1 orang yang paling produktif yang mampu menulis 4 kali publikasi ilmiah dalam periode tersebut. Pola publisitas ilmiah ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan ideal publisitas karya ilmiah sesuai dengan teori Lotka.

3. Deskripsi core journal (journal utama) sesuai bidangnya:

Setelah dilakukan berbagai kajian dan analisis ketersediaan journal ke-Islaman di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah maka dapat diketahui deskripsi journal sesuai dengan pokok wilayah kajiannya dan beberapa journal pendukung untuk subjek kajian terkait dapat dilihat pada tabel matrik pada bagian pembahasan. Journal yang dihasilkan oleh prodi masing-masing merupakan journal utama pada bidangnya, sedangkan journal pendukung dapat diperoleh dari beberapa unit fakultas lain atau dari lembaga studi lanjut seperti sekolah paska sarjana, dan

studi lintas disipin seperti kajian bidang psikologi untuk pendidikan sebagai pendukung kajian pendidikan (tarbiyah). Untuk pendukung kajian Tarbiyah juga dapat diperoleh dari journal Islam dan Saints seperti journal Islam dan Lingkungan Hidup dan Medika Islamika, demikian juga publikasi Dirasat Islamiyah untuk mendukung berbagai kajian lain khususnya Syari’ah, Ushuluddin dan Peradaban Islam. Dari segi perkembangan judul journal menurut bidang subjek masing-masing, nampaknya bidang ilmu Peradaban Islam merupakan kajian yang memiliki dukungan pertumbuhan journal yang sangat komprehensif, demikian juga bidang Tarbiyah.

2. SARAN - SARAN

Berdasarkan pengalaman penelitian dan kendala yang dialami dalam proses penelitian dan ditemukannya kelemahan-kelamahan dalam sistem database dan sistem informasi perpustakaan maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Sistem perpusakaan dan informasi UIN Jakarta hendaknya melakukan perbaikan sistem katalog dan indeksing sumber-sumber ke-Islaman sehingga data bibligrafi dan aktual teks karya ilmiah dapat tersedia secara lengkap dan sistematis dalam arsip database baik dalam jaringan off-line, online elektronik, maupun maunal.

2. Lembaga perpusakaan terkait di lingkungan UIN Jakarta khususnya perpustaaan pusat hendaknya selalu melakukan perbaikan sistem organisasi dan penataan koleksi journal tercetak agar susunan koleksi selalu tetap terjaga sistem temu kembali yang sistematis, up to date dan mudah diakses oleh semua user.

3. Untuk para peneliti lain pada bidang sama dalam kajian biliometrika karya ke-Islaman agar dapat melanjutkan dengan kajian dan penelitian yang lebih luas atau mendalam, untuk mendapatkan gambaran hasil yang lebih komprehensif lagi

4. Diketahui banyak sekali penulis hanya sekali

Page 54: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 41-56

55

publikasi dalam kurun waktu empat sampai dengan lima tahun, lembaga penelitian dan lembaga lain terkait hendaknya selalu mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan produktifitas dan publikasi karya ilmiah di bidangnya masing-masing. Hal ini khususnya pada homebase bidang kajian yang partisipasi dan produktifitas ilmiahnya rendah, yang mayoritas tenaga edukatornya bekontribusi selama 4 -5 tahun terakhir hanya satu kali penerbitan.

5. Para prodi dan lembaga terkait berkemauan untuk menerbitkan journal baru atau peningkatan publikasi ilmiah kontemporer sesuai dengan problematika, kajian dan fenomena masyarakat modern. Per prodi 1 journal untuk mendukung dinamika pertumbuhan ilmu dan peningkatan kualitas, serta penguatan bidang kajian ke-Islaman.

6. Untuk lembaga-lembaga kajian di lingkungan UIN agar dapat menyediakan SDM khusus untuk pengelolaan journal ilmiah, agar journal yang sudah diciptakan dapat terus terbit secara periodik, kontinyu dan konsisten baik secara manual maupun elektronik.

DAFTAR PUSTAKA

Andrea Diem and Stefan C. Wolter. The Use of Bibliometrics to Measure Research Per-formance in Education Sciences. Re-search in Higher Education. Vol. 54, No. 1 (February 2013) (pp. 86-114).

Arsenova, Iskra. New application of bibliometics. www.sciencedirect.com

Charless H. Busha dan Stephen P. Harter. Re-search Methods in Librarianship: Tech-niques and Intepretation. New York: Aca-demic press, 1980.

Bopp, Richard E. Reference and Information Ser-vices: an Introduction, 3ed. Colorado: Li-braries unlimited. 2001

Christian Smith. http://www.nada.kth.se/~ccs/Publications/bibliometry.pdf

E. Beck, Susan. And Kate Manual. Practical Re-search Methods for Librarians and In-formation Professionals - Blibliometrics. London: Neal-Schuman Publishers, Inc. 2008.

Georges Toops. The Problem of Bibliometry: http://www.kaowarsom.be/documents/

evaluation/Stoops_Problem_bibliome-try_Reflections_Use_Evaluation_Research_South.pdf

Jean-Pierre V. M. Hérubel. Historical Bibliomet-rics: Its Purpose and Significance to the History of Disciplines. Libraries & Cul-ture,Vol. 34, No. 4 (Fall, 1999), pp. 380-388.http://www.jstor.org/stable/25548766

J. J. Hubert. Bibliometric Models for Journal Productivity. Social Indicators Research, Vol. 4, No. 4 (Oct., 1977), pp. 441-473. http://www.jstor.org/stable/27521841

Neuman, W. Lawrence. Social research method: qualitatif and quantitative approaches. New York: Pearson Education, 2003.

Pendit, Putu Laxman (2003), Penelitian Ilmu Per-pustakaan dan Informasi: Sebuah Pen-gantar Diskusi Epistemologi dan Metod-ologi. Jakarta: JIP-FSUI.

Richard E. Rubin. Foundations of Library and In-formation science. London: Neal Schuman Publishers, inc.

Simon Michael Braune. Islam as Practiced by the Kazak: A Bibliography for Scholars. MELA Notes, Middle East Librarians Associa-tion No. 78 (2005), pp. 1-17. http://www.jstor.org/stable/20839899

Page 55: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

57

MANAJEMEN TATA RUANG PERPUSTAKAAN PESANTRENMADANI ALAUDDIN PAO-PAO MAKASSAR

Oleh : Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli

This paper discusses the library building design at school library Madani Alauddin Pao-pao. The library building design is one of the aspect of library development that has the prominent role in carrying out and successing the library functions. A good library design has significant impact to increase users’ interest to visit and use the library services due to the the comfort of the study environment. The purpose of the research ís to examine the library building design of Pesantren Madani Alauddin Pao-pao and to know whether the school library of Pesantren Madani Pao-pao has fulfilled the National standard of school library (SNP 009:2011).

Keywords : library building design, library building management, pesantren library

Tulisan ini membahas tentang manajemen tata ruang perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao. Tata ruang merupakan salah satu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan. Tata ruang yang baik membuat para pengunjung merasa nyaman berada di perpustakaan yang diharapkan dapat meningkatkan minat pengguna untuk mengunjungi dan memanfaatkan layanan perpustakaan. Tujuan dalam penelitan ini adalah untuk mengetahui manajemen tata ruang Pesantren Madani Alauddin Pao-pao dan untuk mengetahui apakah perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao sudah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan Sekolah (SNP 009:2011).

Kata Kunci : manajemen tata ruang, pesantren madani, standar nasional perpustakaan sekolah

Abstract

Abstrak

A. PENDAHULUAN

Perpustakaan sebagai pusat informasi memiliki tugas dan fungsi yang harus dijalankan setiap saat, seperti kegiatan administrasi, menyediakan informasi dan memberikan layanan yang optimal. Eksistensinya sebagai suatu tempat untuk memperoleh informasi dianggap sangat urgen demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Perpustakaan sekolah menurut Standar Nasional Indonesia adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, serta merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung

tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para murid. Dalam penyelenggaraannya, perpustakaan memerlukan ruang tersendiri beserta berbagai pelengkapannya. Semakin lengkap perlengkapannya semakin menunjang penyelenggaraan perpustakaan sekolah tersebut. Ruang dan perlengkapan yang tersedia harus ditata dan dirawat dengan baik sehingga dapat menunjang penyelenggaraan perpustakaan sekolah secara efektif dan efisien (Bafadal, 2008:150).

Page 56: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

58

Tata ruang merupakan salah satu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan. Tata ruang yang baik membuat para pengunjung merasa nyaman berada di perpustakaan yang diharapkan dapat meningkatkan minat pemustaka untuk mengunjungi dan memanfaatkan layanan perpustakaan (Prastowo, 2012: 304).

Pesantren Madani Alauddin Pao-pao didirikan oleh Yayasan Keluarga Besar UIN Alauddin Makassar. Pesantren ini merupakan Laboratory School Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar dan memiliki perpustakaan yang berada di sekitar lokasi pesantren tepatnya di samping ruangan guru. Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao sudah menerapkan sistem otomasi perpustakaan dan ruangannya sudah dilengkapi dengan fasilitas, seperti komputer dan AC. Namun, perpustakaan masih kurang memperhatikan aspek keindahan penataan ruangan.

Perpustakaan terlihat kurang terawat dan kurang tertata dengan baik, mungkin dikarenakan penanggung jawab perpustakaan bukan seorang pustakawan yang berlatar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan, melainkan seorang guru dengan jadwal mengajar yang cukup padat sehingga tidak memiliki waktu luang untuk mengurus perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao.

Tata ruang perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao juga terlihat kurang menarik dan kurang nyaman. Hal ini dikarenakan tidak adanya fasilitas meja baca, kurangnya jumlah rak, dan banyaknya tumpukan kardus berisi buku di sekitar rak yang mengganggu kenyamanan pemustaka, sehingga tata ruang perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao belum sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Masalah lainnya, pesantren tidak memiliki banyak ruangan sehingga perpustakaan dan laboratorium komputer digabung menjadi satu ruangan dan hanya dibatasi oleh rak buku. Hal ini yang membuat pemustaka kurang nyaman berada di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu cara

agar perpustakaan tetap berada pada fungsi dan tujuannya, maka perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao perlu menerapkan manajemen tata ruang. Hal ini pula yang membuat penulis tertarik untuk membahas dan meneliti lebih jauh mengenai tata ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao.

B. TINJAUAN TEORITIS 1. Manajemen Perpustakaan

a. Pengertian Manajemen

Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa perancis kuno management, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam di antaranya :

Manajemen sebagai pengetahuan tentang proses penggunaan dan pengelolaan sumber daya, manusia, modal, dan peralatan lainnya secara terpadu dan efektif untuk mencapai sasaran yang diharapkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013 : 559).

Manajemen sebagai pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi (draft , 2002 : 8)

Manajemen sebagai suatu ilmu juga seni untuk membuat orang lain mau dan bersedia berkerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama oleh sebab itu manajemen memerlukan konsep dasar pengetahuan, kemampuan untuk menganalisis situasi, kondisi, sumber daya manusia yang ada dan memikirkan cara yang tepat untuk melaksanakan kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan (Ahmad , 2002 : 4)

Manajemen sebagai proses melaksanakan dan mengatur sehingga dipandang sebagai cara untuk memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang

Page 57: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

59

telah ditentukan (Mathar, 2012 : 17)

Manajemen adalah suatu proses di mana kita harus mengatur memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

Manajemen Perpustakaan dapat diartikan sebagai upaya sebuah organisasi perpustakaan untuk mencapai tujuan yang tertuang di dalam visi dan misi organisasi melalui sebuah proses yang dilakukan secara bersama atau berkelompok.

b. Kegiatan Manajemen

Henri Fayol mengemukakan bahwa perpustakaan sebaiknya melakukan kegiatan sebagai berikut :

1) Planning (perencanaan)

Perencanaan merupakan langkah awal dalam merumuskan segala hal. Layanan perpustakaan akan sangat efektif dam efisien jika dimulai dengan kegiatan perencanaan, khususnya yang berhubungan dengan analisis kebutuhan pemustaka.

2) Organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian perpustakaan dilakukan setelah melakukan analisis terhadap sumber daya yang dimiliki oleh perpustakaan itu sendiri.

3) Commanding (pengkomandoan)

Pengkomandoan sangat identik dengan kecakapan seorang pimpinan atau manajer. Seorang pemimpin perpustakaan sebaiknya memahami konsep-konsep manajerial yang baik agar dia mampu memahami karakter dan kemampuan staf dan pustakawan lingkup kerja organisasinya.

4) Coordinating (pengkoordinasian)

Kordinasi antar bagian dalam sebuah organisasi sangat ditentukan oleh struktur organisasi. Kapabilitas sebuah organisasi dapat diukur secara kasat mata melalui struktur organisasinya.

5) Controlling (pengkontrolan)

Kontrol terhadap kinerja organisasi dapat dilakukan secara internal

maupun eksternal dengan cara melibatkan pihak luar untuk menjadi pengontrol independen (Mathar, 2012 : 6).

2. Tata Ruang Perpustakaan

a. Pengertian Tata Ruang Perpustakaan

Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk dapat memikat perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional (Suwarno, 2011: 45).

Ruangan yang tertata rapi dan buku–buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemustaka tertarik untuk membaca buku dan betah berada di perpustakaan (Anugrah, 2013).

Tata ruang adalah penataan atau penyusunan segala fasilitas di ruang atau gedung yang tersedia (Bafadal, 2009: 163).

Tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman leluasa dan bebas bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja (Sedarmayanti , 2001: 125).

Tata ruang perpustakaan adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan dengan upaya penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada tata letak dan susunan yang tepat serta pengaturan tempat kerja sehingga memberi kepuasan kerja para pustakawan dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif disebuah perpustakaan.

b. Tujuan, Asas-asas, dan Sistem Tata Ruang Perpustakaan

Pengaturan tata ruang yang menarik dan fungsional akan

Page 58: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

60

mengakibatkan pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan dapat diatur secara tertib dan lancar. Dengan demikian komunikasi baik antar petugas perpustakaan (pustakawan) maupun pengguna perpustakaan akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta mendapatkan pencapaian efisiensi dan kenyamanan kerja.

Tata atau penataan ruang perpustakaan bertujuan untuk :

1) memperoleh efektivitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran.

2) menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara dan nyaman warna.

3) meningkatkan kualitas pelayanan.

4) meningkatkan kinerja petugas perpustakaan (Lasa HS, 2005: 148).

Di samping tujuan tata ruang perpustakaan yang harus dicapai, perlu juga diperhatikan asas-asas tata ruang, agar penataan dan pemanfaatan ruangan dapat tertata dengan baik. Adapun asas–asas tata ruang antara lain:

1) asas jarak; yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

2) asas rangkaian karya; yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

3) asas pemanfataan; yaitu tata susunan ruang yang memanfaatkan sepenuhnya ruang yang ada (Lasa HS, 2005: 149).

Untuk kenyamanan pengguna maupun petugas dalam meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan efektifitas kerjanya di dalam ruangan perpustakaan, perlu diperhatikan penataan ruang seperti ruang baca, ruang koleksi dan ruang sirkulasi dengan menggunakan beberapa sistem tata ruang perpustakaan yaitu:

1) Sistem tata sekat ; yaitu cara

pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Dalam sistem ini, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan dan mengembalikan koleksi yang dipinjam atau dibaca di tempat itu. Namun demikian sistem ini bisa juga diterapkan pada sistem terbuka, yakni pemustaka mengambil sendiri lalu dicatatkan/dilaporkan kepada petugas, selanjutnya petugaslah yang mengembalikan ke rak semula.

2) Sistem tata parak ; yaitu sistem pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat atau dibaca di ruang lain yang tersedia. Cara ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam terbuka.

3) Sistem tata baur ; yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem pinjam terbuka (Lasa HS, 2005: 158).

c. Ruangan Perpustakaan

Ruangan perpustakaan adalah salah satu unsur yang paling dominan dari eksistensi atau keberadaan suatu perpustakaan (Prastowo, 2012: 300).

Menurut Yusuf dan Suhendar dalam Prastowo (2012: 301) ruangan perpustakaan yang dimaksud adalah tempat diselenggarakannya perpustakaan. Demikian pentingnya kedudukan ruangan perpustakaan, sehingga banyak ahli yang memberikan batasan perpustakaan sebagai “ruangan” tempat dihimpunnya berbagai macam sumber informasi. Tanpa ruangan, perpustakaan tidak akan dapat menjalankan perpustakaan dengan baik.

Page 59: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

61

Pada dasarnya suatu perpustakaan yang paling sederhana sekalipun harus memiliki sejumlah ruangan yang mempunyai fungsi yang berlainan. Dengan kata lain, suatu perpustakaan mempunyai ruang pokok, yang merupakan kebutuhan minimal setiap perpustakaan.

Adapun ruangan yang minimal harus dimiliki sebuah perpustakaan adalah sebagai berikut :

1) Ruang koleksi

Ruang koleksi adalah tempat penyimpanan koleksi perpustakaan, luas ruangan ini tergantung pada jenis dan jumlah bahan pustaka yang dimiliki serta besar kecilnya luas bangunan perpustakaan. Ruangan koleksi dapat terdiri dari suatu ruangan atau beberapa ruang, misalnya ruang koleksi buku, ruang koleksi majalah, ruang koleksi referensi, ruang koleksi Audio Visual dan lain-lain.

2) Ruang baca

Ruang baca adalah ruang yang digunakan untuk membaca bahan pustaka. Luas ruangan ini tergantung pada jumlah pembaca/pemakai jasa perpustakaan.

3) Ruang pelayanan

Ruang Pelayanan adalah tempat peminjaman dan pengembalian buku, meminta keterangan kepada petugas, menitipkan barang atau tas, mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog.

4) Ruang kerja teknis administrasi

Ruang Kerja Teknis Administrasi adalah ruangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan, seperti pemerosesan bahan pustaka mulai dari pengadaan sampai bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan kepada pemakai perpustakaan, ruang tata usaha untuk kepala perpustakaan dan stafnya, dan ruang untuk memperbaiki bahan pustaka yang rusak.

5) Ruang khusus

Ruang khusus adalah ruang yang terdiri dari kamar kecil, ruang diskusi/pertemuan, ruang bercerita untuk anak-anak dan ruang lain untuk kantin (Departmen Pendidikan Nasional RI, 2004: 5)

Dari sekian jumlah ruangan perpustakaan yang disebutkan di atas, perlu mengadakan pengaturan sedemikian rupa, sehingga memberikan kesan sejuk, menyenangkan, bagi petugas perpustakaan serta dapat mengundang para pemakai menggunakan bahan perpustakaan serta membacanya.

Ruang perpustakaan adalah tempat atau bagian tertentu dalam suatu gedung perpustakaan yang memiliki fungsi tertentu seperti ruang koleksi, ruang untuk pengguna (baca), dan ruang staf pelayanan. Desain interior perpustakaan yang mengintegrasikan nilai-nilai estetika akan berdampak terhadap pemanfaatan jasa perpustakaan oleh pengguna (Fahmi, 2013)

d. Lingkungan dan Kondisi Fisik Tata Ruang Perpustakaan

Penataan ruang perpustakaan yang serasi, bersih dan tenang dapat mempengaruhi kenyamaan pengguna perpustakaan untuk berlama-lama berada di perpustakaan, serta dapat meningkatkan kinerja petugas perpustakaan. Untuk itu, penataaan ruangan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek.

Salah satu cara yang dilakukan pustakawan adalah penataan ruangan yang menarik dan fungsional. Selain itu, perpustakaan harus memperhatikan faktor lingkungan fisik pada tata ruang perpustakaan, karena lingkungan dan kondisi fisik tata ruang yang baik dapat mempengaruhi hasil kinerja seseorang.

Bila kondisi lingkungan kerja baik, seseorang tersebut mampu melakukan kegiatannya secara optimal dengan

Page 60: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

62

baik, sehat, nyaman, dan tenang.

Menurut Lasa HS (2005: 161) yang termasuk fisik tata ruang perpustakaan adalah:

1) Tata letak

Di dalam suatu perpustakaan penempatan dan penataan perabot maupun kelengkapan lainnya serta bahan–bahan bacaan perlu diletakkan dan ditata sedemikian rupa agar apa yang disajikan kelihatan menarik minat pemustaka.

Perlu diperhatikan bahwa tata letak perabot dan perlengkapan perpustakaan diupayakan mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu, agar dapat menghilangkan kesan yang membosankan dan menjenuhkan serta memberikan suasana yang lebih segar dan menyenangkan baik bagi pengguna perpustakaan maupun penyelenggara perpustakaan.

2) Ventilasi (ventilasi/suhu ruangan)

Ventilasi secara sederhana dapat diartikan sebagai perputaran udara secara bebas di dalam suatu ruangan. Demikian halnya perpustakaan adalah suatu bangunan harus mempunyai sistem ventilasi karena ventilasi merupakan salah satu komponen yang terdapat pada kondisi fisik tata ruang perpustakaan, yang dapat membantu perputaran udara dengan lancar yang akan memberikan kenyamanan dan kesegaran udara bagi penyelenggara perpustakaan maupun penggunanya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan ventilasi adalah :

a) menempatkan lubang ventilasi jendela/ lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan.

b) mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin.

c) mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang,

(sekurang–kurangnya 10% dari luas ruang yang bersangkutan).

Penentuan letak lubang ventilasi juga perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban yang rendah sehingga keamanan dari koleksi buku dan pustaka yang lain dapat terjamin. Terdapat dua macam sistem ventilasi yang digunakan oleh perpustakaan, yaitu ventilasi pasif dan ventilasi aktif.

Ventilasi pasif, ventilasi yang didapatkan dari alam. Caranya dengan membuat lubang angin atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin lokal. Ventilasi aktif adalah ventilasi yang menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu menggunakan AC karena temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan yang stabil dapat menjaga keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengar dan komputer (Purwanti, 2007: 9).

Kedua jenis ventilasi tersebut mempunyai peran untuk kenyamanan dan keawetan koleksi buku dan bahan pustaka lainnya maupun peralatan (perabot) untuk mencegah gangguan serangga dan cendawan buku. Disamping itu ia juga berperan untuk menjaga kesetabilan temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan, sehingga kenyamanan pada ruang perpustakaan tetap terjaga dengan baik, sebab kondisi dalam ruangan akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam melaksanakan pekerjaan di ruangan tersebut.

3) Pencahayaan (penerangan)

Perpustakaan merupakan tempat berbagai jenis kegiatan melihat, dari yang mudah sampai kepada yang sulit, dari membaca huruf besar dengan kontras yang baik antara huruf yang besar dan kertas sampai kepada tulisan tangan dengan pensil yang keras pada kertas kelabu. Dalam pencahayaan ruangan perpustakaan harus cukup terang untuk pengguna supaya bisa

Page 61: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

63

membaca dan mempelajari buku-buku tertentu agar mata tidak mudah lelah, tata ruang perpustakaan yang baik tidak menimbulkan ruangan menjadi gelap dan terang sekali (Maulani, 2012).

Adapun usaha yang ditempuh agar penerangan tidak menyebabkan penurunan gairah membaca serta tidak membuat silau (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004; 132) adalah:

a) Menghindari sinar matahari secara langsung serta memilih secara langsung lampu yang dapat memberikan sifat dan penerangan yang tepat.

b) Memilih jenis lampu yang dapat memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat. Misalnya, lampu pijar akan memberikan cahaya yang bersifat setempat, lampu TL/ PL/ Fluorescent akan memberikan cahaya yang merata, lampu sorot akan memberikan cahaya yang terfokos pada objek tertentu.

4) Pewarnaan

Warna sangat mempengaruhi orang yang bekerja dan membaca di perpustakaan. Warna juga dapat mengoptimalkan konsentrasi dan mempengaruhi jiwa seseorang yang dapat membuat seseorang menjadi nyaman, dan hangat. Warna harus diperhatikan dalam tata ruang perpustakaan untuk mencegah kesan gelap dan silau didalam ruangan penggunaan warna yang tepat pada perpustakaan adalah warna yang menyejukkan agar tidak menyilaukan (Maulani, 2012).

Warna yang kondusif untuk ruang perpustakaan antara lain sebagai berikut :

a) Warna merah menggambarkan panas, warna kegemaran, dan kegiatan bekerja. Warna ini berguna untuk merangsang panca indra dan jiwa agar bermanfaat dalam melaksanakan tugasnya.

b) Warna kuning menggambarkan

kehangatan. Warna ini akan merangsang mata dan syaraf dan dapat menimbulkan perasaan gembira.

c) Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian. Oleh karena itu, warna ini cocok untuk tempat–tempat ibadah, dan lainnya (Lasa HS, 2005: 164).

Pemilihan warna untuk suatu ruangan perpustakaan sangat erat hubungannya dengan faktor penerangan. Artinya, harus diperhatikan nilai–nilai pemantulannya. Warna dinding sebelah bawah misalnya, harus lebih gelap dari warna dinding sebelah atas, agar tidak terjadi pemantulan dari bagian lain ruang tersebut.

Pemilihan warna yang sesuai untuk ruang dalam akan memberikan kesan suasana yang menyenangkan dan menarik, dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja sehingga akan mampu meningkatkan produktivitas kerja, dan juga dapat mengurangi kelelahan (Lasa HS, 2005: 164).

Sementara itu, menurut Purwono dalam Suryanto (2006: 355), menyatakan bahwa ”Pemilihan warna untuk suatu ruangan agar tampil indah dan nyaman dipadukan dengan perabot, asesoris pendukung tata ruang serta sistem pencahayaan akan menghadirkan suasana ruang yang berbeda-beda. Seperti warna terang (kuning, orange, merah) membuat ruangan terasa meriah, hangat dan akrab.”

Pilihan warna dinding juga dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana tenang, maka pilihan warna dasar ruangan hendaknya jangan terlalu tajam dan mencolok. Warna netral dan tenang sangat menunjang suasana tenang di perpustakaan (Darmono, 2001: 202).

Dari uraian di atas jelas bahwa warna memiliki pengaruh psikologis bagi manusia. Pemilihan warna yang tepat akan sangat mempengaruhi jiwa seseorang yang dapat membuat

Page 62: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

64

suasana nyaman, hangat, yang pada gilirannya akan membuat seseorang serta dapat bertahan lebih lama lagi di dalam suatu gedung perpustakaan. Demikian sebaliknya pemilihan warna yang tidak sesuai akan mengakibatkan kejenuhan, rasa bosan, kurang nyaman dan lain sebagainya.

.d. Standar Nasional Perpustakaan (SNP

009:2011)

Standar Nasional Perpustakaan (SNP 009:2011) dimaksudkan untuk menyediakan acuan tentang penyelenggara perpustakaan sekolah menengah atas/Madrasah aliyah baik negeri maupun swasta.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, khususnya pasal 23 ayat (1) yang menyatakan setiap sekolah menengah atas/madrasah aliyah wajib menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi Standar Nasional Perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Perpustakaan ini juga ditegaskan dalam pasal 11 yaitu bahwa Standar Nasional Perpustakaan terdiri atas : standar koleksi perpustakaan, standar sarana dan prasarana perpustakaan, standar pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan, standar penyelenggara perpustakaan dan standar pengelolaan perpustakaan (Departmen Pendidikan Nasional RI, 2011: 47).

3. Perpustakaan Sekolah

a. Pengertian Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah adalah suatu tempat dimana para siswa memperoleh akses terhadap informasi dan pengetahuan. Perpustakaan merupakan fasilitas pendukung proses pengajaran dan pembelajaran melalui penyediaan bahan pustaka dan pelayanan yang sesuai dengan kurikulum sekolah (Siregar, 2004 : 9).

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan karyawan dari suatu sekolah tertentu. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah yaitu pendidikan

dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah (Rahayuningsih, 2007 : 6).

Pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan sekolah yang merupakan salah satu sarana dan fasilitas penyelenggaraan pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki perpustakaan yang memadai (Sutarno, 2006 : 39).

Dari beberapa pengertian perpustakaan sekolah di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di lingkungan sekolah yang sebagai bagian integral dari sekolah, merupakan komponen utama pendidikan di sekolah, yang diharapkan dapat menunjang agar proses pendidikan dapat berlangsung lancar dan berhasil baik.

b. Tujuan Perpustakaan Sekolah

Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik (siswa atau murid), serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1) mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2) membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3) menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

4) menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum

5) mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.

6) memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.

7) memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan

Page 63: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

65

lainnya (Yusuf, 2005 : 3).

c. Fungsi Perpustakaan Sekolah

Menurut Sutarno (2006 : 58) fungsi perpustakaan adalah, “suatu tugas atau jabatan yang harus dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai kegiatan utama yaitu menghimpun, memelihara dan memberdayakan semua koleksi bahan pustaka”.

Darmono (2001 : 3) menyatakan bahwa secara umum perpustakaan memiliki beberapa fungsi umum sebagai berikut :

1) fungsi informasi2) fungsi pendidikan3) fungsi kebudayaan4) fungsi rekreasi5) fungsi penelitian6) fungsi deposit

Dari beberapa fungsi tersebut maka dapat dilihat bahwa perpustakaan menjadi satu kesatuan integral (terpadu) yang tidak hanya memenuhi minat siswa membaca buku tetapi diharapkan membantu siswa memperluas dan memperdalam pengetahuan.

d. Tugas Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar di sekolah memiliki tugas sebagai berikut :

1) menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus-menerus bahan koleksi atau sumber informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku, majalah, surat kabar, dan jenis koleksi lainnya.

2) mengolah sumber informasi tersebut dengan menggunakan sistem dan cara tertentu, sejak dari bahan-bahan tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada siap untuk disajikan atau dilayangkan kepada para penggunanya yakni para siswa dan guru di lingkungan sekolah yang bersangkutan.

3) menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan kepentingannya yang berbeda satu

dengan yang lainnya (Yusuf, 2005 : 7).

Tugas pokok perpustakaan sekolah adalah, “perpustakaan sekolah bertugas menunjang proses pendidikan dengan menyediakan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan kurikulum sekolah dan ilmu pengetahuan tambahan yang lain (Sutarno, 2006 : 40).

Tugas pokok perpustakaan sekolah adalah menghimpun atau mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan sumber-sumber informasi kepada seluruh pengguna perpustakaan sekolah.

C. METODE PENELITIAN

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti disajikan dalam bentuk uraian naratif. Pada dasarnya pemaparan data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data (Mania, 2013: 40).

Pendekatan penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan menggunakan strategi-strategi yang bersifat interaktif, fleksibel dan multi strategi, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman dan lain-lain. Hal tersebut karena penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena social dari sudut pandang partisipan (Sugiyono, 2005).

Di dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggali data deskriptif selengkap mungkin yang berupa ucapan hasil wawancara nantinya, ataupun dari data-data tertulis lainnya yang mendukung terhadap kepentingan Peneliti. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengungkapkan data-data deskriptif tentang manajemen tata ruang

Page 64: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

66

di perpustakaan pesantren Madani Alauddin Pao-pao, Gowa.

Penelitian ini berlokasi di perpustakaan pesantren Madani Alauddin Pao-Pao jalan Bontotangnga Pao-pao, kelurahan Paccinongang, kecamatan Somba Opu, kabupaten Gowa. Alasan pemilihan tempat ini karena peneliti menemukan permasalahan tata ruang di perpustakaan tersebut saat sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan alasan ekonomis dekat dari kampus UIN Alauddin dan dari rumah.

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, dari 4 Januari 2016 hingga 5 Februari 2016 di perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao, Gowa.

Informan pada penelitian ini adalah Bapak Drs. H. Andi Achtuh. AB Pasinrengi, M.Pd.I sebagai direktur pesantren, Ibu Herna, S. Ag sebagai penanggung jawab perpustakaan, dan Syahrul Akram sebagai salah satu santri pesantren yang menggunakan layanan perpustakaan.

Tabel 1Informan Pesantren Madani

Alauddin Pao-Pao, Gowa

No. Nama lengkap Jabatan

1.Drs. H. Andi Achruh. AB

Pasinrengi, M.Pd.IDirektur Pesantren

2. Herna, S.Ag Penanggung Jawab Perpustakaan

3. Syahrul Akram Santri Pesantren (Pemustaka)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga macam teknik dalam pengumpulan data, yaitu observasi (pengamatan), interview (wawancara) dan dokumentasi.

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan (verifikasi).

Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini meliputi uji credibility (validitas internal), uji transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan uji confirmability (obyektivitas). Dalam hal

ini, karena penelitian yang digunakan adalah studi kasus data tunggal, maka peneliti hanya akan menguji validitas dan reliabilitasnya dengan tiga uji yaitu:

1. Uji kredibilitas (validitas internal) Kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negative, dan menggunakan bahan referensi yang cukup.

2. Uji Transferability (validitas eksternal)3. Uji Dependability (reliabilitas) (Sugiyono 2007, 121)

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Manajemen tata ruang di perpustakaan pesantren Madani Pao-Pao Alauddin, Gowa

Terkait dengan latar belakang yang dimiliki penanggung jawab perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao yaitu Pendidikan Agama Islam, penanggung jawab perpustakaan tidak memiliki dasar pengetahuan yang baik untuk mengelola perpustakaan dengan baik dan benar.

Penanggung jawab perpustakaan, Herna, S.Ag. sudah 2 tahun bekerja sebagai penanggung jawab perpustakaan dan beliau merasa selama bekerja di perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao sangat ingin berbuat banyak untuk perpustakaan, akan tetapi dia tidak tahu mengembangkan perpustakaan sesuai dengan standar karena tidak berlatar belakang bidang Ilmu Perpustakaan.

Pentingnya manajemen tata ruang menurut penanggung jawab perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao sangat penting sekali karena segala sesuatu itu apabila dike-lola dengan baik pasti hasilnya akan baik pula.

Di sini terlihat betapa pentingnya seorang pengelola perpustakaan memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan sehingga dapat dengan mudah mengelola perpustakaan sesuai dengan standar nasional perpustakaan sekolah.

Page 65: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

67

a. Tujuan tata ruang

Tujuan tata ruang adalah untuk menata ruang perpustakaan itu sehingga tampak lebih baik kemudian bisa menarik simpati bagi siswa ataupun guru-guru untuk mengunjungi perpustakaan.

Tata atau penataan ruang perpus-takaan bertujuan untuk memperoleh efektivitas kegiatan dan efisiensi wak-tu, tenaga dan anggaran, menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara dan nyaman war-na, meningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan kinerja petugas per-pustakaan.

b. Sistem tata ruangPenanggung jawab perpustakaan

Pesantren Madani Alauddin Pao-pao tidak mengetahui sistem tata ruang yang digunakan di perpustakaannya. Sistem tata ruang yang digunakan di perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao adalah sistem tata baur, karena perpustakaan Pesantren madani mengkombinasikan antara penempatan ruang koleksi dan ruang baca dan pemustaka dapat mengambil buku dan mengembalikan buku sendiri di rak perpustakaan Pesantren madani Alauddin Pao-Pao.

c. Ruangan perpustakaan

Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao memiliki area koleksi, area baca dan area pelayanan. Namun, perpustakaan belum memiliki ruang tersendiri untuk koleksi, ruang pelayanan, ruang teknis administrasi dan ruang khusus perpustakaan.

Ruangan yang minimal harus dimiliki sebuah perpustakaan adalah ruang koleksi, ruang baca, ruang pelayanan, ruang kerja teknis administrasi, dan ruang khusus. Ini menunjukkan ruangan perpustakaan di Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao belum memenuhi standar nasional perpustakaan sekolah.

d. Lingkungan dan kondisi fisik tata ruang perpustakaan

1) Ventilasi udara

Ventilasi udara perpustakaan Pesant-ren Madani Alauddin Pao-pao memiliki ventilasi udara, akan tetapi ventilasi uda-ranya itu ditutup dengan karya-karya santri yang berbahan kayu dan dos. Hal tersebut disebabkan karena perpus-takaannya menggunakan AC.

2) Pencahayaan

Pencahayaan ruangan perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao berasal dari sinar matahari yang menembus ruangan melalui jendela-jendela yang ada di perpustakaan. Karena banyaknya jendela yang ada di perpustakaan sehingga lampu ruangan perpustakaan hanya digunakan ketika sore dan malam hari.

e. Masalah yang dihadapi perpustakaan

Masalah yang dihadapi perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao ialah karena perpustakaan berada satu ruangan dengan laboratorium komputer. Pemustaka merasa sangat terganggu saat berada di perpustakaan dikarenakan kebisingan dari ruang laboratorium komputer.

Pesantren Madani Alauddin Pao-pao kekurangan ruangan sehingga perpustakaan dan laboratorium komputer digabung menjadi satu ruangan. Untuk menjadikan perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao berjalan sesuai dengan efektif dan efisien, maka Pesantren Madani Alauddin Pao-pao seharusnya memisahkan antara ruangan perpustakaan dan laboratorium.

2. Standar Nasional Perpustakaan (SNP 009:2011) Pesantren Madani Pao-Pao Alauddin, Gowa a. Gedung perpustakaan

Luas gedung perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao 6 x 1 meter. Perpustakaan dikatakan memenuhi standar apabila perpustakaan tersebut menyediakan gedung atau ruang yang cukup untuk koleksi, staf dan pemustakanya dengan ketentuan bila

3 sampai 6 rombongan belajar seluas 112

, 7 sampai 12 rombongan belajar seluas

168 , 13 sampai 18 rombongan belajar

Page 66: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

68

seluas 224 , 19 sampai 27 rombongan

belajar seluas 280 . Lebar minimal

perpustakaan adalah 5 .

Berdasarkan pernyataan di atas perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao belum memenuhi Standar Nasional Perpustakaan.

b. Area perpustakaan

Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao memiliki area koleksi, area baca dan area kerja namun belum memiliki area multimedia. Standar Nasional Perpustakaan (SNP 009:2011) mengenai area perpustakaan:

Gedung/ ruang perpustakaan sekurang-kurangnya meliputi; area koleksi, area baca, area kerja, dan area multimedia

Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao juga belum memenuhi Standar Nasional Perpustakaan karena belum memiliki area multimedia.

c. Sarana perpustakaan

Sarana yang dimiliki perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao meliputi : rak buku 7 buah, rak majalah 1 buah, rak surat kabar 1 buah, meja baca 2 buah, kursi baca tidak ada, kursi kerja 2 buah, lemari catalog tidak ada, lemari tidak ada, papan pengumuman 1 buah, meja sirkulasi 1 buah, majalah dinding tidak ada, rak buku referensi 1 buah, perangkat komputer/administrasi 1 buah, perangkat internet tidak ada, fasilitas OPAC 1 buah, Tv tidak ada, pemutar DVD tidak ada, tempat sampah 1 buah, jam dinding 1 buah.

Dalam memenuhi Standar Nasional Perpustakaan, perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan sekurang-kurangnya meliputi; rak buku 15 buah, rak majalah 1 buah, rak surat kabar 1 buah, meja baca 15 buah, kursi baca 30 buah, kursi kerja 3 buah, lemari katalog 1 buah, lemari 2 buah, papan pengumuman 1 buah, meja sirkulasi 1 buah, majalah dinding 1 buah, rak buku referensi 2 buah, perangkat komputer/ administrasi 1 buah, perangkat internet 2 buah, fasilitas OPAC 1 buah, Tv 1 buah, pemutar DVD 1 buah, tempat sampah 3 buah, jam dinding 2 buah.

Sarana perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao ada yang sudah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan dan ada juga yang belum memenuhi Standar Nasional Perpustakaan.

d. Lokasi perpustakaan

Lokasi perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao berada di pusat kegiatan pembelajaran yang mudah dilihat serta mudah dijangkau oleh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan.

Dalam memenuhi Standar Nasional, lokasi perpustakaan juga perlu diperhatikan yakni lokasi perpustakaan harus berada di pusat kegiatan pembelajaran yang mudah dilihat serta mudah dijangkau oleh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan.

Lokasi perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao sudah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan hal ini dilihat karena lokasi perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao sangat strategis.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan manajemen tata ruang perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao dan Standar Nasional Perpustakaan (SNP 009:2011) tentang ruangan perpustakaan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Pesantren Madani Alauddin Pao-pao masih dalam tahap pembangunan atau perkembangan sehingga ruangannya belum terlalu banyak dan untuk memanfaatkan itu perpustakaan dan laboratorium komputer di gabung menjadi satu ruangan dampaknya kembali ke pemustaka yang tidak dapat menikmati layanan perpustakaan dengan baik akibatnya pemustaka tidak dapat konsentrasi atau merasa sangat terganggu apabila ia membaca dan ada juga santri yang belajar di laboratorium, sistem tata ruang yang digunakan perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao adalah sistem tata baur yang dimana penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pemustaka lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri buku. Perpusatakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao 2 buah meja

Page 67: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 57-70

69

akan tetapi tidak memilki kursi baca sebab perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao menggunakan sistem lesehan atau duduk dilantai yang beralaskan tikar atau karpet. Perpustakaaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao memilki ventilasi udara akan tetapi tertutupi dengan karya santri-santri yang berbahan kayu dan dos sebab perpustakaannya menggunakan AC. Sistem pencahayaan di Pesantren Madani Alauddin Pao-pao dari matahari langsung yang menembus jendela-jendela perpustakaan.

2. Ruangan perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao terkait dengan kebutuhan pemustaka sudah terpenuhi untuk bagian area perpustakaan dan lokasi perpustakaan sebagaimana yang ada dalam Standar Nasional Perpustakaan (SNP 009:20011) . Hanya saja gedung / ruang perpustakaan dan sarana perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao yang belum memenuhi Standar Nasional Perpustakaa (SNP 009:20011) sebagaimana mestinya. Tapi, pihak sekolah maupun pihak perpustakaan akan berusaha dalam memenuhi sarana tersebut.

Mengacu pada hasil kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan manajemen tata ruang dan SNP 009:2011, peneliti memberikan saran ataupun kritik sebagai berikut :

1. Agar perpustakaan selain dapat menjalankan fungsinya dan tugasnya dengan baik maka perpustakaan harus memilki ruangan tersendiri dan tidak digabung lagi dengan laboratorium komputer.

2. Penerapan Penerapan SNP 009:2011 perlu diwujudkan oelh setiap perpustakaan khususnya perpustakaan sekolah menengah atas/ madrasah aliyah, agar suatu perpustakaan selain dapat mejalankan dapat menjalankan fungsinya dan tugasnya dengan baik akan tercipta pula suatu perpustakaan yang ideal yang menunjang segala aspek kebutuhan pemustaka utamanya dalam hal pengetahuan informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-pao belum bisa dikatakan memenuhi Standar Nasional Perpustakaan sebab masih banyak sarana perpustakaan yang belum terpenuhi.

Dari beberapa criteria yang ada dalam SNP 009:2011 kiranya pihak perpustakaan perlu menyesuaikan dan memenuhi criteria standar lainnya yang belum memenuhi criteria SNP 009:2011 khususnya sarana perpustakaan.

Daftar Pustaka

Ahmad, Riska. Pengolahan Program BK. Padang: Universitas Negeri Padang, 2002.

Anugrah, Dexa. “Penataan Ruangan di Perpus-takaan Umum Kota Solok”. Jurnal Infor-masi Perpustakaan dan Kearsipan, 1. 2 (2013): 2

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cip-ta. Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006.

Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Se-kolah. Jakarta: Bumi Askara, 2009.

Damopolli, Muljono. Pedoman Penelitian Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi dan Laporan Penelitian. Makas-sar: Alauddin Press, 2014.

Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpus-takaan Sekolah. Jakarta: Grasindo,

2001.Departmen Pendidikan Nasional RI. Perpus-

takaan Perguruan Tinggi: Buku Pe-doman. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004.

----------. Pedoman Umum Penyelenggara Perpus-takaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Na-sional, 2005.

Draft, Richard L. Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2002.

Fahmi, Yusri. “Desain Gedung Perpustakaan Per-guruan Tinggi”. Jurnal Khizanah Al-Hik-mah, 1. 2 (2013): 5

Lasa HS. Membina Perpustakaan Madrasah & Sekolah Islam. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2005.

----------. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yog-yakarta: Pinus Book Publisher, 2007.

Iskandar. “Pengaruh Tata Ruang Perpustakaan Terhadap Peningkatan Kunjungan Pemus-taka di UPT Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar”. Skripsi. Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora

Page 68: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Muhammad Azwar & Agung Nugraha Rusli: Pustakawan Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesantren Madani Alauddin Pao-Pao Makassar

70

UIN Alauddin, 2013.Mania, Sitti. Metodologi Penelitian Pendidikan

dan Sosial. Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Mathar, Muh. Quraisy. Manajemen dan Organ-isasi Perpustakaan. Makassar: Alauddin University Press, 2012.

Maulani, Irfan Fauzi. “Pengaruh Tata Ruang terha-dap Motivasi Kerja”. E-journal Mahasiswa Universitas Padjadjaran, 1. 1 (2012): 3-4

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi; Bandung: PT Remaja Rosda-karya, 2011.

Permata, Sari. Rumah Muslim yang di Takuti Setan : Kunci Dahsyat Rumahku Adalah Surgaku. Jakarta: Kunci Iman,

Prastowo, Andi. Manajemen Perpustakaan Se-kolah Profesional. Yogyakarta: Diva press, 2012.

Purwanti, Sri. Tata Ruang, Perabot dan Perleng-kapan Perpustakaan Sekolah. Surabaya: Mimbar Pustaka, 2007.

Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indone-sia. Jakarta Selatan: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013.

Rahayuningsih. Pengelolaan Perpustakaan. Yog-yakarta: Graha Ilmu, 2007.

Rodin, R. “Penerapan Knowladge Management di Perpustakaan: Studi Kasus di Perpustakaan STAIN Curup”. Khizanah al-Hikma, 1. 2 ,

(2013): 40 Sedarmayanti. Dasar-dasar Pengetahuan ten-

tang: Manajemen Perkantoran. Bandung: Mandar Maju, 2001.

Siregar, A. Ridwan. Perpustakaan: Energi Pem-bangunan Bangsa. Medan: USU Press, 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kual-itatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

---------. Memahami Penelitian Kualitatif. Band-ung: Alfabeta, 2005.

---------. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2014.

Sulistiyo-Basuki. Pengantar dokumentasi. Band-ung: Rekayasa Sains, 2004.

Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto, 2006.

Suwarno, Wiji. Perpustakaan dan Buku. Jogja-karta: AR-Ruzz Media, 2011.

Undang –Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Ten-tang Perpustakaan. Jakarta: Tamita Utama, 2009.

Page 69: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 71-80

71

IMPLEMETASI PENGELOLAAN REKODDI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA (FT UI)

Oleh : Dyah Puspitasari Sri Rahayu

In carrying out its activities, the organization will produce substantive and facilitatice records.Those records created by the organization must be managed properly to be easily used and retrieved by the organization as the evidence of the organization’s activities. This study aims to determine the implementation of records management run by Technology Faculty at University of Indonesia. Qualitative method is the approach in this research method with interviewing informants to get the valid data. The finding of the research is the management of records in Technology Faculty is decentralized under the responsibility of each unit in Faculty. In managing the records, each units have different ways to manage. The principle of record managemnet, they are easy to retrieve, when they are needed and requested.

Keywords : manajemen rekod, rekod, organisasi, rekod FT UI, record management, record organization

Dalam menjalankan kegiatannya, organisasi akan menghasilkan rekod subtantif dan rekod fasilitatif. Rekod yang telah tercipta oleh organisasi harus dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk kegiatan organisasi dan sebagai bukti kegiatan organisasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pengelolaan rekod di FT UI yang telah mereka jalankan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan informan-informan untuk mendapatkan data yang valid. Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan rekod di FT UI dilakukan secara desentralisasi sehingga rekod-rekod yang tercipta menjadi tanggung jawab masing-masing unit atau individu yang menciptakannya. Dalam mengelola rekod setiap unit kerja mempunyai cara yang berbeda-beda hal ini karena kegiatan pengelolaan rekod sudah menjadi kegiatan yang rutin dan turun temurun sehingga walaupun FT UI sudah mendapatkan peraturan baru dalam pengelolaan rekod namun pegawai tetap menggunakan kebiasaan dan pemahaman mereka masing masing dalam mengelola rekod yang penting bagi mereka adalah rekod tersebut dapat ditemukan pada saat pimpinan membutuhkan.

Kata Kunci : rekod subtantif, rekor fasilitatif

A. Latar Belakang

Abstract

Abstrak

Sebuah organisasi adalah tempat orang-orang saling bekerjasama untuk menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi organisasi yang berupa kegiatan subtantif dan kegiatan fasilitatif. Fungsi substantif adalah fungsi yang berhubungan dengan visi dan misi organisasi tersebut sedangkan

fungsi fasilitatif adalah fungsi yang berguna untuk menunjang kegiatan subtantif. Fungsi organisasi merupakan tanggung jawab tertulis dari organisasi untuk menyelesaikan tujuan utama sebagaimana yang diharapkan (lawanda, 2006). Dalam menjalankan fungsinya, organisasi tidak akan pernah lepas

Page 70: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Dyah Puspitasari Sri Rahayu: Pustakawan Implemetasi Pengelolaan Rekod di Fakultas Teknik Universitas Indonesia

72

dari yang namanya informasi. Artinya adalah bahwa organisasi hanya dapat hidup jika ada informasi baik itu yang diterima atau yang diciptakan. Informasi yang terekam di setiap unit kerja yang berhubungan dengan kegiatan kerjanya inilah yang disebut sebagai rekod. Rekod merupakan hasil sertaan (by product) kegiatan fungsi bisnis organisasi dan berguna sebagai bukti.

Organisasi perlu mengelola rekod agar dapat dimanfaatkan dengan tepat dan berdayaguna. Pengelolaan rekod harus dikelola dengan baik untuk memastikan penciptaan dan penangkapan, pengelolaan dan akses terhadap rekod setiap saat (Upward, 2000) sehingga diperlukan sistem pengelolaan rekod yang terdiri kebijakan, pedoman dan prosedur kerja pengelolaan rekod (Prabowo, 2009).

Fakultas teknik Universitas Indonesia adalah salah satu contoh organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Dalam menjalankan operasional FT UI pasti akan menghasilkan rekod baik subtantif maupun fasilitataif. Contoh rekod subtantif yang dihasilkan adalah rekod mahasiswa mulai dari mahasiswa mendaftar sampai dengan mahasiswa lulus kuliah, sedangkan contoh rekod fasilitatif adalah bukti pembayaran SPP yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar mereka selama perkuliahan.

Rekod-rekod yang diterima atau yang dihasilkan oleh FT UI harus dikelola dengan baik untuk menghasilkan temu kembali informasi yang dibutuhkan untuk menunjang kegaitan operasional FT UI. Sehingga dalam penelitian ini akan di bahas tentang bagaimana FT UI dalam mengelola rekod yang mereka terima dan hasilkan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan rekod di FT UI yang telah mereka jalankan.

D. Tinjuan Literatur

Di Indonesia rekod disebut sebagai arsip dinamis. Arsip dinamis adalah arsip yang

digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu (UU No.43 Tahun 2009 pada Bab I, pasal 1 Ayat 3). Rekod dapat berupa tulisan, gambar atau suara yang terekam dalam berbagai media penyimpanan seperti kertas, hardisk, CD dan lain-lain. Rekod ditemukan dalam berbagai format dan bentuk, biasanya dalam bentuk kertas dan tulisan, namun tidak menutup kemungkinan dalam bentuk peta, gambar atau bahkan suara. Dengan adanya teknologi informasi rekod juga ditemukan dalam bentuk database, e-mail, atau dokumen lain sesuai dengan teknologi yang digunakan.

Untuk menjadi bukti, maka rekod harus mempunyai konten, struktur dan konteks. Konten adalah isi informasi yang ada dalam rekod tersebut, konteks adalah berhubungan dengan proses dimana rekod sebagai bagiannya, rekod diciptakan dan digunakan. Struktur adalah format rekod dan media yang digunakan untuk menyimpannya (Wiggins, 2000).

Cara yang paling popular untuk melihat manajemen rekod adalah dengan menggunakan model daur hidup. Dengan model ini maka rekod dikatakan mempunyai daur hidup mulai dari penciptaan atau penerimaan rekod, distribusi yaitu siapa yang berhak menerima rekod tersebut baik internal atau eksternal organisasi, penggunaan seperti untuk membuat keputusan, referensi, dan kebutuhan hukum, pemeliharaan meliputi penyimpanan, temu kembali dan perlindungan sampai dengan disposisi yaitu di simpan untuk berapa lama atau dimusnahkan sebagiamana yang diperlihatkan oleh gambar berikut:

Rekod sebagai bukti kegiatan organisasi perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan rekod disebut dengan manajemen rekod. Manajemen rekod adalah suatu kontrol yang sistematik terhadap rekod meliputi proses daur hidup rekod tersebut (ARMA dictionary)

Page 71: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 71-80

73

yaitu mulai dari penciptaan atau penerimaan, melalui suatu proses, distribusi, pengelolaan, penyimpanan dan penemuan kembali sampai dengan disposisi. Pengelolaan ini juga berfungsi sebagai kontrol atau pengendalian rekod selain sebagai bukti dan penyampai informasi (Lawanda, 2006). Tata kelola rekod (recordkeeping) adalah bagian dari manajemen yang bertanggung jawab terhadap efisiensi dan kontrol terhadap pembuatan, penerimaan, pengelolaan, penggunaan, disposisi rekod dan penyediaan bukti transaksi bisnis yang lengkap, tepat dan handal dalam bentuk informasi terekam.

Recordkeeping adalah aksi pendokumentasian aktifitas dengan cara penciptaan, mengumpulkan atau menerima rekod dan memastikan bahwa rekod tersedia, dapat dipahami dan berguna selama dibutuhkan. Sistem tata kelola rekod merupakan sistem informasi bisnis yang dirancang sebagai bukti aktivitas bisnis, mengelola rekod serta menyediakan bilamana diperlukan (Sulistyo-Basuki, 2003). Kegiatan pengelolaan rekod merupakan kegiatan perancangan desain sistem pengelolaan rekod yang mencakup pembuatan prosedur pengelolaan rekod

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana implementasi pengelolaan rekod FT UI dalam mendukung fungsi bisnis organisasi. Dalam penelitian informasi digali melalui observasi dan wawancara Dekan, Sekretaris Fakultas, Manajer Umum, Sekretaris Dekan, Sekretaris Manajer Umum, Staf Bagian Ekspedisi, Staf Bagian Kepegawaian, Staf Bagian Akademik untuk mendapatkan gambaran pengelolaan rekod di FT UI.

F. Hasil dan Pembahasan

Rekod digunakan sebagai bukti kegiatan bisnis organisasi, referensi kerja dan pengambilan keputusan (Read-Smith & Ginn & Kallaus, 2002) sehingga perlu dikelola dengan baik. Berikut adalah jawaban pertanyaan tentang pentingnya rekod dan

pengelolaan rekod di FT UI. Dekan berkata :

“….arsip penting, UI kalau minta laporan sukanya mendadak, kalau arsip tidak kita kelola bagaimana saya membuat laporan secara cepat.”

Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Fakultas :

“…ya pentinglah. Yang sering terjadi tuh mahasiswa complain nilai, kok nilainya begini.kita kasih lihat arsip nilai bahwa dari dosen memang seperti itu.”

Hal ini didukung juga oleh pernyataan Manajer Umum :

“…kalau lagi buat borang, kalau ga ada data atau arsip kita kelimpungan..tidak bisa ngapa-ngapain tuh”

Hal serupa juga dinyatakan oleh Informan

“…harus dikelola..kalau tidak ntar kalau Dekan nyari surat atau apa kita ga bisa nyariin ya bisa marah besar.”

Di FT UI, rekod perlu dikelola supaya mudah dalam temu kembali rekod yang diperlukan untuk mendukung fungsi bisnis organisasi. Fungsi organisasi FT UI tidak akan berjalan jika tidak didukung oleh rekod baik yang diciptakan atau diterima oleh FT UI sehingga pengelolaan rekod di FT UI sangat penting untuk mendukung berjalannya fungsi organisasi. Pengelolaan rekod di FT UI saat ini merupakan bagian dari wewenang dan tanggung jawab Manajer Umum, SDM dan Fasilitas (Manajer Umum) sebagaimana tertuang dalam deskripsi pekerjaan yaitu Ekspedisi Surat masuk dan surat keluar:Menerima surat masuk ke FT UI, Distribusi Surat Masuk ke FT UI, Pengiriman Surat Keluar ke FT UI, Prosedure pengarsipan surat dan dokumen dan Pembuatan dan updating SOP bidang non akademik

Pengelolaan rekod adalah kegiatan yang mencakup pengelolaan dan penataan rekod yang dimulai dari tahap penciptaan sampai kepada tahap pemusnahan atau penyimpanan selamanya. Pengelolaan rekod dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan organisasi terhadap akses informasi secara efisien untuk melaksanakan pekerjaan

Page 72: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Dyah Puspitasari Sri Rahayu: Pustakawan Implemetasi Pengelolaan Rekod di Fakultas Teknik Universitas Indonesia

74

operasional, tuntutan hukum atau untuk memori organisasi. Kegiatan pengelolaan rekod merupakan suatu upaya untuk menjamin bahwa informasi yang dikandung didalamnya dapat digunakan dan ditemukan kembali secara cepat, tepat, dan mudah selain itu juga untuk menjamin informasi yang ada dalam rekod tidak mengalami perubahan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang (Kennedy&Schauder,1998).

Di FT UI saat ini tidak ada unit kerja tersendiri yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan rekod FT UI. Pengelolaan rekod merupakan tanggung jawab masing-masing pegawai FT UI. Seperti yang diuraikan di atas, dilihat dari deskripsi pekerjaan yang ada, pengelolaan rekod FT UI sebenarnya berada pada bagian ekspedisi. Namun dalam kenyataannya bagian ekspedisi ini tidak berjalan dengan baik karena hanya ditangani oleh satu orang dan dibantu oleh dua orang driver sebagai cadangan jika pegawai ekspedisi tidak berada di tempat. Bagian ekspedisi hanya berfungsi sebagai penerima surat dan dokumen dari luar FT UI yang melalui pos dan pengirim surat dan dokumen FT UI yang menggunakan jasa bagian ekspedisi.

Pengelolaan rekod di FT UI bersifat desentralisasi dilihat dari asas pengorganisasian rekodnya yang berarti bahwa pengelolaan rekod dilakukan dan di tempatkan di unit kerja yang paling sering menggunakannya atau di central file (Kennedy & Schauder, 1998). Penerapan pengelolaan rekod FT UI dilakukan oleh setiap pegawai dalam unit kerja untuk mendukung kegitan operasional organisasi.

Sekretaris mengelola dan menyimpan rekod yang diterima dan dihasilkan oleh atasannya, masing-masing pegawai bagian keuangan, kepegawaian dan akademik mengelola rekodnya sendiri masing-masing; termasuk didalamnya adalah rekod korespondensi. Pengelolaan rekod baik sentralisasi atau desentralisasi yang perlu dipastikan adalah pengelolaannya harus sesuai dengan standar dan aturan baku organisasi. Pedoman dibuat untuk menstandarkan pengelolaan rekod masing-masing unit kerja atau pegawai yang mengelola rekod agar terjadi kesamaan dalam pengelolaannya dan

diperlukan koordinasi antara manajer rekod dengan manajer lainnya agar duplikasi rekod bisa diminimalisir dan untuk memastikan (Kennedy & Schauder, 1998).

1) Penciptaan Rekod

Sekretaris dan pegawai FT UI setiap hari selain bertanggungjawab dalam menerima dan mengelola rekod yang mereka terima. Informan 1 dan Informan 2 menerima rekod yang diperuntukkan bagi Dekan dan Manajer Umum dari bagian ekspedisi, pos, departemen atau melalui Fax. Untuk Manajer Umum rekod juga berasal dari disposisi Dekan atau juga rekod

yang diciptakan oleh Dekan dan Manajer Umum. Informan 1 juga menerima rekod yang diciptakan oleh Dekan, juga menerima rekod yang diciptakan oleh semua unit kerja di FT UI dengan catatan yang memberikan salinannya ke Informan 1. Berikut penjelasan Informan 1:

“…semua surat keluar saya arsipkan jika mereka ngasih..dulu saya menagih yang ga ngasih surat, tapi lama-lama males juga.ehm karena kadang mereka tidak begitu menghargai pekerjaan saya.”

Rekod yang diterima Bu Kamti dan Monika dicatat dalam sistem registrasi secara elektronik namun masih sebatas pada surat atau rekod korespondesi. Setelah dilakukan pencatatan, surat yang diterima oleh Bu Kamti dan Monika kemudian diberi lembar disposisi (lihat lampiran 10). Lembar disposisi adalah formulir isian yang dipergunakan oleh pimpinan untuk menuliskan disposisi dan dipergunakan sebagai pengendali kerja (Lawanda, 2006).

Rekod yang diterima oleh informan 1 atau informan 2 kemudian ditaruh di meja Dekan atau Manajer Umum untuk diproses lebih lanjut oleh Dekan atau Manajer Umum. Surat yang sudah diproses diberikan ke Informan 1atau Informan 2 untuk diproses sesuai dengan isi dalam lembar disposisi. Pencatatan isi dalam lembar disposisi ke dalam pencatatan regristrasi elektronik dilakukan sebelum rekod korespondesi tersebut diproses lebih lanjut oleh Informan 1atau Informan 2. Jika isi lembar disposisi tersebut berupa perintah

Page 73: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 71-80

75

untuk didisposisikan maka sekretaris Dekan memberikan rekod korespondensi tersebut sesuai dengan isi disposisi seperti contohnya ke Sekretaris Fakultas. Jika disposisi lebih dari satu maka Informan 1menggandakan rekod korespondensi tersebut sesuai dengan jumlah disposisi baru kemudian diberikan ke bagian ekspedisi untuk didistribusikan sesuai dengan isi disposisi tersebut. Jika dalam isi lembar disposisi adalah arsip maka rekod korespondensi tersebut akan dikelola lebih lanjut oleh Informan 1.

Dekan dalam mendisposisikan rekod korespondensi kadang tidak melalui Informan 1sebagaimana pernyataan Informan 1 berikut:

“…nah itu dia mbak, kadang bapak (Dekan) main kasih aja jika orang yang bersangkutan ada di ruang bapak..ya ini kosong (pencatatan regristrasi bagian keterangan). Berarti belum balik ke saya lagi masih di meja Bapak.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan Informan 2 :

“…kadang Pak Tono langsung kasih ke orang yang bersangkutan jika pas ada di ruang jadi ga melalui saya. Bingungnya nanti kalau pas pak Tono nanya surat itu, padahal dicatatn saya masih ada di Bapak, saya sih kadang fotocopi, takut ilang, Pak nadhi orangnya lupaan.”

Hal seperti ini yang sering membuat rekod tidak diketahui keberadaannya, walaupun sudah dilakukan pencatatan namun jika pimpinan tidak menyadari pentingnya pencacatan pergerakan rekod tersebut tidak banyak berarti sehingga perlu adanya prosedur yang baku tentang pencatatan pergerakan rekod yang di ketahui dan dipatuhi oleh semua pihak yang dibuat oleh manajer rekod (IRMT, 1999).

Informan 3 menjelaskan rekod apa saja yang dia terima dalam kaitannya dengan bidang kepegawaian bagian staf administrasi seperti surat lamaran PNS atau Honorer, SK kenaikan pangkat dan golongan, SK kenaikan gaji berkala, DP-3, Daftar Urut Kepangkatan, KP4, data pribadi pegawai seperti kartu pegawai, surat nikah, akte lahir pegawai, istri dan anak. Informan 3 juga bertanggung

jawab terhadap rekod yang diciptakan oleh Manajer Umum yang Informan 3 buat terkait dengan kepegawaian seperti surat untuk mengajukan pensiun dan Taspen. Informan 5 juga menerima rekod yang berhubungan dengan pekerjaannya seperti jadwal mengajar, Soal UTS dan UAS, Jadwal UAS, rekapan perkuliahan untuk dosen luar biasa, dan SK mengajar Dosen Luar Biasa.

Informan 4 menerima formulir Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari unit kerja atau Departemen dengan disertai dokumen-dokumen penunjang jika kegiatan sudah dilaksnakan atau bisa juga Formulir surat Permohonan Uang Muka (SPUM) jika kegiatan belum dilaksanakan. Semua berkas yang masuk ke Informan 4 kemudian diverifikasi kelengkapan dokumennya, jika sudah lengkap kemudian dikirim ke bagian keuangan UI untuk diproses lebih lanjut jika belum berkas yang kurang lengkap dikembalikan ke unit atau departemen. Bagian keuangan UI kemudian akan memberitahukan jika pengajuan sudah diproses, uang sudah di kirim ke rekening dan FT UI diminta untuk mengambil rekod BBK (Bukti Bank keluar). Rekod BBK yang sudah di ambil kemudian di jadikan satu dengan berkas pengajuannya.

Kegiatan yang dilakukan oleh pegawai diatas yaitu penerimaan rekod dari unit kerja lain oleh peneliti dilihat sebagai tahap penciptaan rekod. Seperti di jelaskan diatas bahwa di FT UI penciptaan rekod hanya dilakukan oleh Dekan, wakil Dekan, Sekretaris Fakultas dan Manajer. Kegiatan penciptaan ini meliputi:

a) Registrasi

Registrasi atau pencatatan rekod bertujuan untuk menyediakan bukti bahwa rekod telah diciptakan atau di tangkap dalam sistem pengelolaan rekod (Kennedy & Schauder, 1998). Namun hal ini masih belum sepenuhnya dilakukan di FT UI, pencatatn masih sebatas pada rekod korespondensi, rekod keuangan, Peraturan, Surat Keputusan Rektor dan surta keputusan dekan yang masih dilakukan secara manual dengan buku agenda.

Rekod yang diciptakan dan diterima Dekan dan manajer umum dicatat dalam sistem register oleh Informan 1 dan Informan 2 namun

Page 74: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Dyah Puspitasari Sri Rahayu: Pustakawan Implemetasi Pengelolaan Rekod di Fakultas Teknik Universitas Indonesia

76

masih sebatas pada rekod korespondensi. Rekod keuangan yang diterima oleh Informan 4 juga dilakukan pencatatan dalam sistem registrasi secara elektronik sedangkan rekod yang diterima oleh Informan 5 dan Informan 3 belum dilakukan pencatatan sebagiamana penjelasan mereka berikut ini:

Informan 3- Wah saya ga pernah nyatet-nyatet..kan semua ada di SIPEG jadi ya nyari di SIPEG aja.untuk surat masuk dan keluar gapernah dicatat, begini aja. Lagian kan dah dicatat ma sekretarisManajer Umum atau Informan 1. Semua pusatnya di Informan 1.Informan 5 - Ya begini aja mbak, ga pake nyatet-nyatet. Kan semuanya dah rutin. Untuk surat semua kan dah di Informan 1atau sekretarismanajer pendidikan, kita cuma tembusan jadi ga penting.

Hal-hal yang perlu ada dalam registrasi/pencatatan minimal ada dua yaitu identitas unik rekod yang diciptakan atau ditangkap dan tanggal dibuat atau diterima oleh organisasi. selain itu bisa juga di tambah dengan informasi seperti nama pengirim/pembuat, alamat pengirim/pembuat, judul, lokasi penyimpanan,hubungan dengan rekod yang lain, disposal dan lain-lain (Kennedy,1998; IRMT, 1999). Sistem registrasi juga bisa digunakan untuk sarana temukembali rekod pada saat diperlukan.

b) Klasifikasi

Klasifikasi adalah proses di mana rekod organisasi di kategorikan atau dikelompokkan (Kennedy & Schauder, 1998). Klasifikasi ini bertujuan untuk mempermudah dalam temu kembali rekod. Informan 1selain melakukan pencatatan disistem register juga melakukan kegiatan klasifikasi yaitu berdasarkan bentuk fisik rekod tersebut seperti Surat Keputusan Rektor, Surat Keputusan Dekan, MoU dan Laporan yang disusun secara kronologis dan berdasarkan asal surat tersebut yaitu surat masuk dan surat keluar yang disusun secara kronologis juga.

Rekod Manajer Umum oleh Informan 2 di klasifikasikan berdasarkan subjeknya yaitu Pengukuhan Guru Besar, Other, Dosen Inti, Askes, Perpustakaan, File Pak Tono, SDM,

dan Surat Perintah Kerja (SPK). Informan 3 mengklasifikasikan Rekod Korespondensi yang diterima dalam odner berdasarkan surat masuk dan surat keluar untuk rekod kepegawaian dikelompokkan berdasarkan departemen yang disusun berdasarkan nama pegawai sedangkan Informan 5 mengklasifikasikan rekod yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan subjek yaitu SK Mengajar per semester, Jadwal Perkuliahan per semester per departemen dan soal-soal ujian per semester. Sama dengan Informan 3, Informan 5 mengklasifikasikan surat berdasarkan surat masuk dan surat keluar. Informan 4semua rekod keuangan yang diterima disusun berdasarkan no urut kronologis kedatangan rekod tersebut per hari.

Dalam mengklasifikasikan rekod baik In-forman 1, Informan 2 , Informan 4, Informan 3 dan Informan 5 belum menggunakan pe-doman klasifikasi, mereka melakukan ber-dasarkan subjektifitas dan meneruskan apa yang telah dilakukan pegawai sebelumnya. Kegiatan klasifikasi seharusnya dilakukan berdasarkan standar atau pedoman tertentu yang disusun secara sistematis untuk menja-min konsistensi dalam pengelompokkan re-kod sehingga memudahkan dalam kegiatan identifikasi, temu kembali, penyimpanan dan pemindahan rekod.

c) Pengindeksan

Pengindeksan merupakan proses penciptaan istilah atau kode pada setiap rekod untuk keperluan temu kembali (Kennedy & Schauder, 1998). Informan 1 dan yang lainnya sebetulnya tidak mengetahui tentang apa itu indeks dan mereka juga merasa tidak melakukannya namun sebetulnya mereka sudah melakukan pengindeksan yaitu memberi istilah atau kode untuk rekod yang tercipta untuk keperluan temu kembali rekod tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh para subjek berikut:

Informan 1 Ya itu tadi. Surat keputusan Dekan, trus surat masuk surat keluar per tahunInforman 2 Lihat perihalnya aja mbakInforman 3 Apa ya..biasanya saya nyari lihat departemen apa,namanya siapa, ya

Page 75: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 71-80

77

udah gitu ajaInforman 4 Ehm…saya kasih no urut mbak, dari berapa sampai ke berapa. Berapanya tidak tentu tergantung odner tersebut muat berapaInforman 5 Bisanya lihat mata kuliah apa, semester berapa..

Setiap rekod harus diberikan indeks baik dalam bentuk kata atau kode untuk dapat mempermudah temu kembali rekod. Istilah/kata atau kode yang diberikan pada saat kegiatan klasifikasi merupakan suatu bentuk indeks yang dapat digunakan untuk sarana temu kembali.

d) Pemberkasan

Pemberkasan adalah kegiatan penyusunan rekod berdasarkan sistematika tertentu guna mempermudah temu kembali. Rekod Dekan disimpan ke dalam odner sesuai dengan label dalam odner tersebut seperti SK Rektor, SK Dekan, Surat Masuk (Tahun), dan Surat Keluar (Tahun) yang disusun secara kronologis. Odner-odner tersebut disimpan di lemari-lemari ruangan Informan 1untuk yang berumur lima tahun. Lebih dari lima tahun odner-odner tersebut dipindahkan ke lemari ruang rapat dan jika lemari ruang rapat sudah penuh maka odner di lemari ruang rapat dipindahkan ke gudang yang diletakkan secara asal-asalan oleh Office Boy.

Informan 2 memberkaskan rekod Manajer Umum berdasarkan masalah yang ada. Odner diberi label sesuai permasalahnnya. Penyusunannya diurutkan permasalah yang diletakkan di belakang meja kerjanya. Selain rekod yang dia kelola, disekitar meja kerjanya juga ada rekod Manajer Umum dari sekretaris terdahulu yang diletakkan begitu saja oleh Informan 2 . Informan 2 tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap rekod tersebut.

Rekod kepegawaian disimpan oleh Informan 3 dalam roll o’pack di ruangan pegawai akademik bagian nilai. Selain rekod kepegawaian ruangan tersebut juga berisi rekod nilai dan rekod soal. File-file kepegawaian disusun berdasarkan nama orang per departemen dalam map gantung. Penempatan rekod dalam map gantung dilakukan secara kronologis. Untuk rekod

korespondensi disusun secara kronologis didalam odner sesuai asal surat yaitu surat masuk atau surat keluar.

Odner tersebut kemudian diletakkan didalam filling cabinet. Informan 5 memberkaskan rekod soal, jadwal perkuliahan, SK mengajar ke dalam odner sesuai dengan label yang ada. Odner-odner tersebut kemudian disusun didalam filling cabinet. Sedangkan untuk rekod korespondensi sama seperti yang dilakukan oleh Informan 3.

Rekod keuangan yang sudah diberi kode oleh Informan 4kemudian di masukkan ke dalam odner yang sudah diberi indeks yaitu nomor urut awal rekod sampai no urut terakhir. Odner-odner tersebut kemudian disusun secara sistematika berdasarkan sistem numeric pada awalnya, namun karena volume rekod yang tercipta banyak sementara lemari dan filling cabinet dan ruangan terbatas akhirnya odner-odner tersebut ditempatkan dimana ada ruang kosong disekitar ruangan Informan 4dan akhirnya odner-odner tersebut sering membuat orang tersandung waktu masuk ke ruangan Bu Maria.

Pemberkasan yang dilakukan oleh pegawai FT UI pada dasarnya sudah mengelompokkan rekodnya berdasarkan seri atau mempunyai kesamaan ciri (Kennedy & Schauder, 1998) yang kemudian rekod disimpan dan disusun dengan memperhatikan kelompok rekod tersebut.

2) Pemeliharaan

Rekod yang disimpan perlu dipelihara dengan baik agar dapat terus digunakan dan ditemukan kembali dengan cepat. Pemeliharaan ini meliputi pemeliharaan terhadap isi dan fisik rekod tersebut (Millar, 2006). Rekod FT UI yang dikelola oleh subjek masih banyak yang berupa rekod kertas sehingga pemeliharaan fisiknya mengikuti karakteristik kertas yang dipergunakan. Ruangan penyimpanan rekod perlu diatur supaya kertas tidak mudah rusak yang meliputi suhu yang dianjurkan adalah sekitar 16-190C, kelembaban ruangan adalah 60%, terhindar dari cahaya matahari dan bebas polusi. Secara umum ruangan FT UI sudah memenuhi kriteria tersebut antara lain :

Page 76: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Dyah Puspitasari Sri Rahayu: Pustakawan Implemetasi Pengelolaan Rekod di Fakultas Teknik Universitas Indonesia

78

suhu ruangan yang berkisar antara 18-190C, bebas dari sinar matahari dan polusi udara namun sayang penempatan rekod kadang tidak memperhatikan factor kelembaban, rekod di FT UI diletakkan di seluruh raungan termasuk disudut-sudut ruangan dan gudang. Gudang tempat penyimpanan rekod yang sudah berumur lima tahunan dekat dengan toilet dan terlalu lembab. Dalam gudang tersebut juga ditemukan rekod blue print FT UI yang selama ini tidak disasari oleh pimpinan dan pegawai bahwa rekod blue print termasuk rekod vital yang harus dikelola dengan baik. Untuk kelembaban FT UI belum mempunyai alat pengatur dan pengukur kelembaban ruangan. Selain itu ruangan tempat menyimpan rekod harus terhindar dari air, api dan pencurian. Gedung FT UI letaknya jauh dari resiko kebanjiran. Ruang FT UI belum ada alat pendeteksi kebakaran sehingga tahun 2001 pernah terjadi kebakaran di FT UI yang memusnahkan semua rekod Dekanat.

Selain pemeliharaan fisik rekod yang perlu menjadi perhatian juga dan yang paling penting adalah pemeliharaan isi informasi dari rekod tersebut. Selama ini prosedur peminjam dan pengembalian rekod belum ada di semua bagian, peminjaman yang diberlakukan oleh subjek selama ini berdasarkan atas rasa saling percaya. Rekod yang dipinjam walaupun hanya sebentar atau di foto copi perlu dilakukan pencatatan, selain untuk mengetahui keberadaan rekod tersebut juga untuk melacak jika terjadi kebocoran informasi (IRMT, 1999).

Rekod yang menjadi tanggung jawab informan selama ini ditempatkan di sekitar ruang kerja informan atau di seluruh ruangan tanpa ada pengamanan dan pengawasan. Di FT UI belum ada ruang khusus tempat menyimpan rekod. Rekod FT UI belum dipisahkan antara rekod aktif dan rekod inaktif. Pencarian rekod yang akan di pinjam di FT UI selama ini dapat dilakukan oleh peminjam sendiri atau dicarikan oleh informan. Seperti yang diungkapkan oleh Informan 1:

“…kalau pegawai yang meminjam arsip, biasanya SK Dekan, saya suruh cari sendiri.

Hal senada juga diungkapkan oleh

Informan 3:

“…ya kadang ada pegawai yang nyari sendiri filenya..saya kadang ga enak mau negur, atau ruangan memang ga ada orang, ruang arsip bebas di masuki siapa saja.”

Sehingga selama penelitian ditemukan ada beberapa rekod yang tidak ada atau hilang di FT UI termasuk didalamnya adalah rekod vital FT UI. Rekod harus terjaga isi dan keasliannya agar tercipta rekod yang lengkap, up to date, dapat dipercaya dan akurat. Sehingga selain perlu sistem pengelolaan juga perlu adanya ruangan khusus tempat penyimpan rekod yang aman dari orang yang tidak berhak mengaksesnya (Wiggins, 2000).

3) Penilaian dan Penyusutan

Penilaian adalah proses memutuskan rekod yang dibutuhkan dan perlu disimpan untuk nilai berkelanjutan dan berapa lama penyimpanannya sedangkan penyusutan adalah aksi yang diambil terhadap rekod sebagai konsekuensi dari penilaian. Tahun 2003 pernah dilakukan proses penilaian dan penyusutan rekod FT UI yang bekerja sama dengan Perpusnas namun setelah itu subjek tidak pernah melakukan penilaian dan penyusutan rekod yang menjadi tanggung jawab mereka. Rekod FT UI belum dipilah mana yang rekod aktif dan rekod inaktif semua masih menjadi satu didalam odner.

Informan 1berkata :

“…saya belum pernah memilah arsip, biasanya satu odner ini yang sudah satu tahunan akan saya pindahkan ke lemari di ruang rapat kemudian jika sudah lima tahun pindah ke gudang untuk arsip surat kalau SK tetap di lemari ruang rapat.“

Pemilahan rekod merupakan proses penyusutan rekod untuk menentukan rekod yang masih aktif dan rekod yang sudah in aktif. Penyusutan bertujuan untuk mengurangi jumlah arsip yang tercipta dengan cara pemindahan tempat penyimpanan rekod, pemusnahan rekod dan penyerahan rekod bernilai guna permanen ke pusat arsip (Rifai, 2007). Informan 5 dan Informan 3 pernah melakukan penyusutan dan pemusnahan

Page 77: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 71-80

79

terhadap rekod korespondensi yang biasanya sudah berumur lima tahunan tanpa menggunakan berita acara namun untuk file nilai dan kepegawain belum pernah dilakukan penyusutan dan pemusnahan karena mereka menganggap rekod tersebut bernilai permanen. Pemusnahan dilakukan dengan cara dicacah. Berikut pernyataan Informan 3 :

“…file kepegawaian ga boleh dimusnahain, dari tahun 64 semua ada, baik yang dah pension atau meninggal, itu kan penting. Untuk surat ya kadang kita musnahin sendiri, biasanya kitakan Cuma tembusan, semua ada dib u sarmi. Musnahin ga pake berita acara, ya musnahin aja, dengan cara di cacah.”

Hal ini didukung oleh pernyataan Informan 5

“…nilai ga boleh dimusnahin…alumni kadang masih ada yang nyari..Belum pernah milah-milah surat, yang ke kita kan tembusan jadi ga penting, semua ada di Informan 1atau sekretaris manajer pendidikan. Kalau dah lima tahun kadang saya musnahin sendiri..jadwal perkuliahan, soal juga kadang saya musnahin aja. Kalau dah lima tahun kan dah ga di pakai lagi, ga ada yang nyari”

Penyusutan dilakukan sejak mulai tahap penciptaan, subjek dapat melakukan penyu-sutan termasuk didalamnya pemusnahan na-mun harus dengan menggunakan pedoman dan membuat berita acara yang berguna un-tuk bukti pemusnahan terhadap rekod yang sudah dimusnahkan (Read-Smith & Ginn & Kallaus, 2002).

Bu Maria, Informan 2 dan Informan 1belum pernah melakukan pemusnahan. Hal ini disebabkan karena mereka takut jika sewaktu-waktu rekod tersebut masih di cari dan dibutuhkan.seperti yang diungkapkan oleh Bu Maria.

“…saya ga pernah musnahin, padahal ada di undang-undang tuh yang bilang disimpan sepuluh tahun, direktur keuangn UI juga bilang ga usah di simpan semua cukup BBK aja, tapi saya takut ntar kalau ada audit.mau mindahin dari ruangan aja ga berani, takut masih dibutuhkan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Informan 2

“…saya belum berani musnahin apalagi punya sekretaris yang lama,takut kalau masih dibutuhkan.”

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Pen dan Pennix (1998) bahwa pegawai yang bekerja dengan menggunakan rekod mulai dari tahap penciptaan lebih tertarik pada tersedianya rekod setiap dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka. Pegawai tersebut biasanya tidak begitu perhatian pada jadwal retensi, sistem pemberkasan standar dan biaya yang dibutuhkan dan biasanya akan memberikan

G. Kesimpulan

Pengelolaan rekod di FT UI berdasarkan asas desentralisasi dan dilakukan oleh masing-masing unit kerja atau individu berdasarkan pemahaman yang mereka miliki, sehingga prosedur atau SOP yang sudah ada di FT UI, yang merupakan prosedur baku dari universitas indonesia tidak banyak digunakan. Dalam pengelolaan rekodnya di FT UI baik pimpinan ataupun pegawai tidak terlalu memikirkan aturan yang diutamakan oleh mereka adalah temu kembali informasi yang cepat dan tepat. Semua pegawai harus bertanggung jawab terhadap rekod yang mereka kelola dan sewaktu-waktu pimpinan membutuhkan maka rekod tersebut harus tersedia. Di FT UI dalam mengelola rekod setiap unit kerja mempunyai cara yang berbeda-beda hal ini karena kegiatan pengelolaan rekod sudah menjadi kegiatan yang rutin dan turun temurun sehingga walaupun FT UI sudah endapatkan peraturan baru dalam pengelolaan rekod namun pegawai tetap menggunakan kebiasaan dan pemahaman mereka masing masing daam mengelola rekod yang penting bagi mereka adalah rekod tersebut ketemu pada saat pimpinan membutuhkan.

Page 78: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Dyah Puspitasari Sri Rahayu: Pustakawan Implemetasi Pengelolaan Rekod di Fakultas Teknik Universitas Indonesia

80

DAFTAR PUSTAKA

Millar, Laura. (2006). An Obligation of Trust: Spec-ulations on Accountability and Description. The American Archivist, 69(1), 60-78. Avaiable online at http://www.jstor.org/sta-ble/4029431 (accessed on 31 Oct 2010)

Prabowo, Banu. (2009). Sistem manajemen Mutu Bidang penyelenggaraan Kearsipan sebagai Upaya menjamin Akuntabilitas dan Trans-paransi Hukum : Kajian penyelenggaraan Kearsipan berbasis ISO. Indonesia Nation-al archive Journal, 4(1), 35-56

Indonesia. (2009). Undang-undang RI No.43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan. Jakarta: Indonesia National Archive (ANRI).

Kennedy, Jay. & Schauder, Cherryl. (1998). Re-cords Management : a Guide to Corporate Recordkeeping. Australia : Longman

Lawanda, Ike Aswary. (2006). Mengelola Data Informasi Perkantoran. Bogor : Penerbit Akademia

Read-Smith, Judith. Ginn, Mary Lea & Kallaus, Norman E. (2002). Records Management. Australia : South-Western Thomson Learn-ing

Sulistyo-Basuki. 2003. Pengantar Dokumentasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Rifai, Agus. (2008). Evaluasi Terhadap Pengelo-laan Dokumen/Arsip di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta : Re-search Institution of Islamic University

Wiggins, Bob. (2000). Effective Document Man-agement : Unlocking Corporate Knowl-edge. England : Gower

Upward, F. (2000). Electronic recordkeeping: documenting the future: record and record-keeping: introducing new concepts. The State Records of New South Wales. Avail-able online at http://www.records.nsw.gov.au/publicsector /erk/dtf/append-2.htm (access on 20 maret 2011)

Page 79: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

81

EVALUASI KEMAMPUAN LITERASIINFORMASI PEMUSTAKA

PERPUSTAKAAN STAIN CURUP MENGGUNAKANSTANDAR YANG DIKEMBANGKAN ACRL

Oleh: Rhoni Rodin

Abstract

This study aims to identify and evaluate user ability of information literacy STAIN Curup’s Library, by applying the model Information Literacy Competency Standards developed by Association of College and Research Libraries (ACRL). This type of research is analytical descriptive. The population in this study are all users of STAIN Curup’s Library from semester I, III, V, VII, IX, the number of users are 2760. The sampling taken with Accidental sampling technique. Data collection techniques using questionnaires, interviews and documentation. Mechanical processing of data by the data checking (Editing), give the code (Coding) and data preparation (Tabulation). While the technique of data analysis using descriptive analysis. The results of this research generally shows that 59% of respondents always include the author’s name and the source on any citations in their work. This shows that users are already have the ability to understanding the problems of economics, law and social associated with use of information legally and by ethics. Furthermore, 41% of respondents always formulate steps when going to search information. It shows most users are formulate the first things that will look for the information. Then 52% of respondents always use strategies in search of information. From these results, it can be concluded that most users are have good information literacy skills in finding the information they need.

Keywords: information literacy, user, STAIN curup’s library.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kemampuan literasi informasi pemustaka Perpustakaan STAIN Curup, dengan menerapkan model Standar Kompetensi Literasi Informasi yang dikembangkan oleh Associationof College and Research Libraries (ACRL). Tipe penelitian ini adalah deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Perpustakaan STAIN Curup baik semester I, III, V, VII, IX, yaitu sejumlah 2760 pemustaka. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Accidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data dengan cara pemeriksaan data (Editing), memberi kode (Coding) dan penyusunan data (Tabulasi). Sedangkan Teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa 59% responden menjawab selalu mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada setiap kutipan dalam karyanya. Hal ini menunjukkan bahwa pemustaka telah mempunyai kemampuan memahami berbagai masalah ekonomi, hukum dan sosial terkait dengan penggunaan informasi secara legal dan berdasarkan etika. Selanjutnya 41% responden menjawab selalu merumuskan langkah ketika akan melakukan pencarian informasi. Hal ini menunjukkan sebagian besar pemustaka merumuskan terlebih dahulu hal-hal yang akan dicarikan informasinya. Kemudian 52% responden menjawab selalu menggunakan strategi dalam penelusuran informasi. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar pemustaka telah mempunyai kemampuan literasi informasi yang baik dalam mencari informasi yang mereka butuhkan.

Kata Kunci: literasi informasi, pemustaka, perpustakaan STAIN curup.

Page 80: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Rhoni Rodin: Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan Stain Curup Menggunakan Standar yang Dikembangkan Acrl

82

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pengelola dan penyedia informasi memiliki peran dalam membangun generasi literet. Perlu sebuah upaya untuk memprogramkan kegiatan yang dapat meningkatkan skill dalam bidang penelusuran informasi. Masih banyak perpustakaan yang belum melakukan langkah untuk menjadikan pengguna perpustakaan sebagai pengguna yang mandiri dalam menelusur informasi. Bahkan di perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki koleksi beragam dan layanan yang beragam pula. Oleh sebab itu, untuk dapat mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif diperlukan suatu keterampilan yang biasa disebut dengan keterampilan literasi informasi (Jonner Hasugian, 2008:35).

Sejalan dengan hal tersebut, maka Yusuf (2012) dalam salah satu kesimpulan penelitiannya, menyebutkan bahwa “kemampuan mahasiswa menentukan jenis dan batas informasi dapat dikatakan masih kurang baik karena sebagian mahasiswa tidak pernah merumuskan masalah terlebih dahulu sebelum melakukan pencarian informasi dan hanya menggunakan salah satu jenis sumber informasi.” Tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa sebagai salah satu jenis pemustaka pada Perpustakaan Perguruan Tinggi, kemampuan literasi informasinya sangat mempengaruhi pemanfaatan informasi dalam menunjang kegiatan perkuliahannya. Kemampuan litearsi informasi mahasiswa akan berpengaruh pada kualitas dari hasil informasi yang ditemukan. Sehingga menurut Jonner Hasugian (2008:38) kemampuan tersebut membuat seseorang mahasiswa akan dapat menentukan banyaknya informasi yang dapat diserap, dan lebih dari itu mahasiswa semakin mampu menyelesaikan masalah secara kritis, logis, dan tidak mudah diperdaya oleh informasi yang diterima tanpa evaluasi. Oleh sebab itu diperlukan standar kompetensi yang perlu dipahami supaya tidak larut dan diperdaya informasi.

Untuk mengetahui tentang kompetensi yang dimiliki, maka diperlukan standar

yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi literasi informasi yang dimiliki oleh mahasiswa. Ada banyak terdapat standar kompetensi tentang literasi informasi.Salah satunya adalah standar yang telah dikeluarkan oleh Associationof College and Research Libraries (ACRL) tentang standar kompetensi literasi informasi untuk Pendidikan Tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, mengevaluasi dan menganalisis tingkat kemampuan literasi informasi pemustaka khususnya mahasiswa pengguna Perpustakaan STAIN Curup. Untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi informasi dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan standar kompetensi literasi informasi yang telah dikembangkan oleh Associationof College and Research Libraries (ACRL).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kemampuan literasi informasi pemustaka khususnya mahasiswa di Perpustakaan STAIN Curup?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian tersebut di atas, melalui penelitian ini diharapkan terdapat penjelasan yang menyeluruh mengenai kemampuan literasi informasi pemustaka khususnya mahasiswa STAIN Curup.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Manfaat secara akademiknya adalah :

1. Bagi ilmu perpustakaan dan informasi, dapat memperkaya khazanah penelitian terutama dalam bidang literasi informasi di perguruan tinggi.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan literasi informasi.

3. Memberikan kontribusi terhadap kajian tentang konsep-konsep literasi informasi di perpustakaan perguruan tinggi.

Page 81: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

83

Manfaat secara praktisnya adalah :

1. Sebagai masukan bagi Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi mahasiswa.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program penyelenggaraan layanan pada umumnya.

3. Bagi perpustakaan STAIN Curup, penelitian tentang studi terhadap tingkat kemampuan literasi informasi pemustaka ini akan bermanfaat bagi pengembangan mutu layanan perpustakaan.

B. LANDASAN TEORI 1. Literasi Informasi

Hannelore mendefinisikan Literasi Informasi sebagai set of abilities to ‘recognize when information is needed and have ability to locate, evaluate, and use needed information effectively “Kemampuan untuk mengetahui ketika informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara efektif.” Selanjutnya menurut Lasa HS (2009: 190) literasi informasi disebut juga melek informasi, yakni kesadaran akan kebutuhan informasi seseorang, mengidentifikasi, pengaksesan secara efektif efisien, mengevaluasi, dan menggabungkan informasi secara legal ke dalam pengetahuan dan mengkomunikasikan informasi itu. Sementara A.Tri Susiati dalam Amstrong dan webber (2008: 40) menyatakan bahwa “Information literacy is knowing when and why you need information, where to find and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner.”Hal ini juga senada dengan definisi yang disampaikan dalam (SNI 7330–2009) bahwa literasi informasi adalah “kemampuan untuk mengenal kebutuhan informasi untuk memahkan masalah, mengembangkan gagasan, mengajukan pertanyaan penting, menggunakan berbagai strategi pengumpulan informasi, menetapkan informasi yang cocok, relevan dan otentik.”

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan oleh para pakar diatas dapat dipahami bahwa literasi informasi merupakan seperangkat kemampuan yang diperlukan

individu untuk mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Kompleksitas informasi yang berlimpah di media internet, menyebabkan information seeker dihadapkan dengan pilihan yang beragam. Keaslian, validitas, dan reliabilitas informasi yang muncul di internet adalah format tanpa filter, termasuk grafis, aural, dan tekstual. Kondisi yang demikian ini menimbulkan tantangan baru bagi individu dalam mengevaluasi dan memahami informasi yang disajikan. Oleh karena itu, menurut Riah Wiratningsih bahwa individu yangsudah kompeten dalam bidang literasi (melek huruf) ini diharapkan mampu:

1. Menentukan sejauh mana informasi yang dibutuhkan

2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien

3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumber yang kritis

4. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi basis pengetahuan seseorang

5. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu

6. Memahami isu-isu ekonomi, hukum,dansosial seputar penggunaan informasi, dan akses dan menggunakan informasi secara etis dan legal.

Sehingga dengan adanya kemampuan atau kompetensi dalam melakukan literasi informasi ini diharapkan informasi yang akan ditemukan dan dimanfaatkan mempunyai nilai guna bagi pencari informasi. Oleh karena itu, menurut Doyle dalam Mega Apriyanti (2010:11) bahwa seseorang disebut memiliki keahlian literasi informasi jika orang tersebut:

• Mampumenyadarikebutuhaninformasinya• Mampumenyadari informasi yang akurat

dan lengkap merupakan dasar dalam membuat keputusan yang benar

• Mampu mengidentifikasi sumber-sumberpotensial dari suatu informasi

• Mampu membangun strategi pencarianyang tepat

• Mampu mengakses berbagai sumberinformasi termasuk teknologi dasar lainnya

• Mampumengevaluasiinformasi

Page 82: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Rhoni Rodin: Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan Stain Curup Menggunakan Standar yang Dikembangkan Acrl

84

• Mampu mengelola informasi untukmengaplikasikannya/ mempraktekkannya

• Mampu megintegrasikan informasi yangbaru dengan pengetahuan lama yang telah dimilikinya

• Mampu menggunakan infromasi dengankritis dan untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa literasi informasi merupakan kemampuan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana memanfaatkannya, termasuk pula kemampuan mengevaluasi informasi yang akan digunakan sehingga informasi dapat diperoleh secara efektif dan efisien.

2. Standar Kompetensi Literasi Informasi

Rumusan tentang standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi dilakukan oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL telah mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi. Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Standar kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000: 8-14) tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan.

a. Mahasiswa mendefinisikan dan men-yampaikan kebutuhan informasinya.

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari in-formasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang dibutuhkan.

2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara

efektif dan efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif.

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan.

e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya.

3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru.

d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi.

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan.

f. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil.

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi

Page 83: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

85

memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi.

3. Literasi Informasi dan Perpus-takaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi pada um-umnya membekali mahasiswa dengan literasi yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan yaitu cara mengakses koleksi perpustakaan. Peningkatan layanan biasanya lebih tertuju pada fasilitas komputer atau laboratorium komputer, koneksi internet nirkabel, jenis koleksi, dan sistem informasi perpustakaan.Dengan fasilitas IT tersebut, kemampuan yang menjadi sorotan adalah literasi komputer.Ma-hasiswa diarahkanmemiliki kemampuan men-goperasikan komputer, sehingga paling tidak, masalah penggunaan OPAC terselesaikan. Beberapa keterampilan yang biasanya diajar-kan perpustakaan adalah:

1. Orientasi perpustakaan; cara meng-gunakan koleksi dan memanfaatkan layanan perpustakaan.

2. Pengoperasian komputer dan internet. 3. Penelusuran artikel pada online database

yang dilanggan. 4. Pemanfaatan layanan online kampus:

email, forum mahasiswa, file trans-fer, e-class dan sebagainya.(Repository USU)

Salah satu implementasi kegiatan literasi informasi di perpustakaan perguruan tinggi adalah kegiatan user education. Kegiatan ini seharusnya terintegrasi dengan kurikulum pendidikan di Perguruan Tinggi, namun hal ini tidak terjadi di sebagain besar pendidikan tinggi di Indonesia. Kegiatan user education akan menciptakan kemampuan literacy. “The American Library Association assists and

promotes libraries in helping children and adults develop the skills they need-the ability to read and use computers understanding that the ability to seek and effectively utilize information resources isessential in a global information society.”(ALA). Dari pernyataan tersebut perlu upaya pengenalan perpustakaan dalam mengembangkan atau membentuk kemampuan menelusur informasi secara cepat dan tepat.

Keterampilan dalam literasi informasi memberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa belajar mandiri, karena mereka menjadi terlibat dalam menggunakan berbagai sumber informasi untuk memperluas pengetahuan mereka, mengajukan pertanyaan informasi, dan mempertajam pemikiran kritis mereka untuk menjadi self-directed learning.

ACRL menjelaskan bahwa “Because information literacy augments students’ competency with evaluating, managing, and using information, it is now considered by several regional and discipline-based accreditation associations as a key outcome for college students.”Literasi informasi adalah komponen kunci dari belajar sepanjang hayat. Mengembangkan pembelajar seumur hidup merupakan misi lembaga pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa individu memiliki kemampuan intelektual penalaran dan berpikir kritis, dan dengan membantu mereka membangun kerangka kerja untuk belajar bagaimana belajar, perguruan tinggi dan memberikan dasaruntuk pertumbuhan yang berkelanjutan sepanjang karier mereka, serta dalam peranmereka sebagai warga negara informasi dan anggota masyarakat.

C. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Menurut Mardalis (2008:14), Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak mungkin meninggalkan setiap unsur, komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriptif analitik. Metode penelitian deskriptif analitik, yaitu penelitian dengan cara memusatkan diri

Page 84: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Rhoni Rodin: Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan Stain Curup Menggunakan Standar yang Dikembangkan Acrl

86

pada masalah yang aktual, mengumpulkan data yang relevan, menjelaskan kemudian menganalisa dan dapat ditarik kesimpulan tentang masalah yang dihadapi (Husein, 1997: 37). Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui dan mengevaluasi tingkat kemapuan literasi infromasi pemustaka Perpustakaan STAIN Curup.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan STAIN Curup yang beralamat di Jalan Dr. AK Gani No. 01 Kelurahan Dusun Curup, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu.Penelitian ini dilakukan dari tanggal 01 Oktober sampai dengan 29 Oktober 2016.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pemustaka dari Perpustakaan STAIN Curup. Pemustaka dalam hal ini didefinisikan sebagai pemustaka yang datang dan langsung menggunakan sendiri layanan perpustakaan. Sedangkan objek penelitiannya adalah kemampuan literasi informasi pemustaka.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Powell dan Connaway (2004) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan populasi merupakan keseluruhan hal (cases) yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kemudian Sugiyono (2007, p. 90) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya dan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STAIN Curup yang merupakan anggota aktif Perpustakaan STAIN Curup. Penentuan sampel penelitian ini didasarkan pada teknik Accidental Sampling yaitu dengan memberikan angket kuesioner kepada pemustaka yang menggunakan layanan

perpustakaan. Nasution (1995, p. 98) dan Sugiyono (2000, p. 77) menyatakan bahwa teknik “sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”.. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemustaka yang ditemui sewaktu penelitian. Oleh karena itu, pengambilan sampel hanya dibatasi selama waktu penelitian saja dengan mengambil semua subjek yang memenuhi kriteria pengguna sebagai responden.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan menggunakan metode skala, yaitu suatu metode pengambilan data dimana data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh melalui pernyataan atau pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden mengenai suatu hal yang disajikan dalam bentuk suatu daftar pertanyaan (Sugiyono, 1994: 173). Dalam hal ini, metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Metode Kuesioner/ Angket

Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih dan dijawab secara langsung oleh responden. Bentuk pernyataan dibuat dengan sederhana dan bahasa yang mudah dipahami oleh responden.Angket yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan metode Skala Likert.

2. Wawancara atau InterviewWawancara ini dapat dipakai untuk

melengkapi data yang diperoleh melalui observasi (Mardalis: 2007: 64).

3. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah anggota Perpustakaan STAIN Curup.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis

Page 85: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

87

deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dalam penelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. ProfilPemustaka Perpustakaan

STAIN Curup

Berdasarkan data di aplikasi Senayan Library Management System (SLIMs) diperoleh informasi bahwa hingga saat ini jumlah pemustaka Perpustakaan STAIN Curup adalah 2760 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Diagram 1. Jenis Keanggotaan Perpustakaan STAIN Curup

Berdasarkan diagram 1 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jenis keanggotaan perpustakaan terbesar adalah mahasiswa dengan 2533 orang (91,78%). Sedangkan Jenis keanggotaan terkecil jumlahnya adalah karyawan dengan 79 orang (2,86%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota perpustakaan merupakan dari kalangan mahasiswa.

2. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini meliputi program studi dan semester. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota perpustakaan yang merupakan mahasiswa STAIN Curup. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Selama penelitian, berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada responden, diperoleh data tentang program studi yang terbanyak adalah Pendidikan Agama Islam dengan jumlah 49 orang (49%) dari 100 jumlah

responden keseluruhan. Sedangkan program studi yang paling sedikit yang memanfaatkan layanan perpustakaan adalah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), dan Prodi Ilmu Al-qur’an dan Tafsir (IAT), masing-masing dengan jumlah 2 responden (2%) dari total 100 responden sebagai sampel penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut., seperti digambarkan pada diagram berikut ini :

Diagram 3. Responden Berdasarkan Pro-gram Studi

Kemudian jika karakteristik responden dilihat dari semesternya, maka Semester I menempati posisi teratas dengan jumlah 36 orang responden atau 36% dari keseluruhan jumlah responden.Sedangkan responden yang menempati posisi terendah adalah semester IX dengan jumlah 1 orang atau 1% dari total responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 4. Responden Berdasarkan Semester

Berdasarkan diagram 4 tersebut diperoleh gambaran bahwa responden terbesar adalah

Page 86: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Rhoni Rodin: Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan Stain Curup Menggunakan Standar yang Dikembangkan Acrl

88

Semester I dengan jumlah 36 orang (36%) dari total 100 responden. Menurut hemat penulis, hal dilatarbelakangi karena banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen sebagai upaya untuk memperkenalkan tata cara pembelajaran (perkuliahan) di perguruan tinggi. Sebagaimana kita ketahui bahwa metode dan teknik perkuliahan sangat berbeda ketika berada di bangku sekolah menengah.Oleh karena itu, pemberian tugas oleh dosen merupakan pembelajaran bagi mahasiswa untuk memahami dan menerapkan metode belajar di perguruan tinggi.

3. Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan STAIN Curup Berdasarkan Model ACRL

Evaluasi adalah proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Sehingga dengan demikian dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah penilaian terhadap pemustaka yang mengunjungi dan menggunakan layanan Perpustakaan STAIN Curup, terutama dilihat dari aspek bagaimana cara pemustaka melakukan literasi informasi. Hal ini harus dilakukan mengingat sebagian besar pemustaka Perpustaakaan Perguruan Tinggi adalah mahasiswa. Dengan prediket mahasiswa ini seharusnya pemustaka harus berubah paradigm berpikirnya, berbeda caramencari dan menemukan informasinya. Dimana dalam konteks penelitian ini, penulis akan melihat kemampuan Literasi Informasi pemustaka berdasarkan model Literasi Informasi yang dikembangkan oleh ACRL.

4. Evaluasi Secara Umum

Evaluasi secara umum ini didapat dengan cara melihat prosentase item pernyataan yang paling banyak dipilih oleh responden. Hasil tabulasi menunjukkan bahwa jawaban responden terhadap jawaban “Selalu” terdapat pada item pernyataan kuesioner nomor 24 dengan 59 responden (59%) menjawab Selalu

terhadap item pernyataan tersebut. Adapun hasil analisis data dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1Jawaban Responden tentang Saya selalu men-cantumkan nama pengarang dan sumbernya

pada setiap kutipan dalam karya saya

No Jawaban Responden

Frekuensi (orang)

Persentase

1 Selalu (SL) 59 59%

2 Sering (SR) 26 26%

3 Kadang-kadang (KK)

10 10%

4 Tidak Pernah (TP)

5 5%

To-tal

100 100%

Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa 59% responden menjawab selalu Saya selalu mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada setiap kutipan dalam karya saya. Hal ini menunjukkan sebagian besar pemustaka selalu mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada setiap kutipan yang dibuatnya.

Sedangkan jawaban responden terhadap pilihan “Sering” posisi tertinggi ditempati butir pernyataan 13. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2Jawaban Responden tentang Jika saya mem-peroleh informasi yang hasilnya lebih dari satu, saya akan mengevaluasi dan menggu-

nakan beberapa informasi yang dirasa cocok

No Jawaban Responden Frekuensi (orang)

Persentase

1 Selalu (SL) 33 33%

2 Sering (SR) 48 48%

3 Kadang-kadang (KK) 15 15%

4 Tidak Pernah (TP) 4 4%

Total 100 100%

Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan tabel 2 tersebut terlihat dengan jelas bahwa 48 responden (48%) menyatakan bahwa mereka sering mengevaluasi dan menggunakan beberapa informasi yang cocok ketika mereka memperoleh informasi yang hasilnya lebih dari satu.

Page 87: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

89

Selanjutnya untuk item jawaban “Kadang-kadang” yang paling banyak dipilih responden ditempati oleh butir pernyataan nomor 17. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3Jawaban Responden tentang Jika saya sudah

menemukan beberapa informasi yang di-harapkan, saya mengolah informasi tersebut menjadi bentuk yang baru dan menyebarkan

kembali

No Jawaban Responden Frekuensi (orang)

Persen-tase

1 Selalu (SL) 12 12%

2 Sering (SR) 32 32%

3 Kadang-kadang (KK) 48 48%

4 Tidak Pernah (TP) 8 8%

Total 100 100%

Sumber : Data yang diolah

Pada tabel 3 tersebut terlihat dengan jelas bahwa ketika pemustaka menemukan beberapa informasi yang diharapkan, untuk selanjutnya mereka kadang-kadang mengolah informasi tersebut menjadi bentuk yang baru dan menyebarkan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu dan tidak sering mereka melakukan hal tersebut.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan, diketahui bahwa penilaian atau evaluasi dan pendapat mahasiswa terhadap akses internet dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4Jawaban Responden tentang Merumuskan

langkah dalam pencarian informasi

No Jawaban Responden Frekuensi (orang)

Persen-tase

1 Selalu (SL) 41 41%

2 Sering (SR) 32 32%

3 Kadang-kadang (KK) 26 26%

4 Tidak Pernah (TP) 1 1%

Total 100 100%

Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukkan bahwa 41% menjawab selalu merumuskan langkah ketika akan melakukan pencarian

informasi. Hal ini menunjukkan sebagian besar pemustaka merumuskan terlebih dahulu hal-hal yang akan dicarikan informasinya dengan adanya rumusan ini diharapkan informasi mudah ditemukan, terstruktur dan hasilnya pun sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 5Jawaban Responden tentang Strategi pen-

elusuran informasi

No Jawaban Responden Frekuensi (orang)

Persentase

1 Selalu (SL) 52 52%

2 Sering (SR) 30 30%

3 Kadang-kadang (KK) 15 15%

4 Tidak Pernah (TP) 3 3%

Total 100 100%Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa 52% menjawab selalu menggunakan strategi dalam penelusuran informasi. Hal ini menunjukkan sebagian besar (50 + 1) responden telah menggunakan strategi dalam menelusur informasi yang mereka perlukan.Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pemustaka telah mampu mengakses informasi secara efektif dan efisien.

5. Evaluasi Berdasarkan Dimensi Standar Kompetensi

Evaluasi berdasarkan dimensi Standar Kompetensi Literasi Informasi yang dikembangkan oleh ACRL ini meliputi :

1. Kemampuan Menentukan Jenis Karak-teristik dan Ruang LingkupInformasi yang Diperlukan.

2. Kemampuan Mengakses Informasi yang Diperlukan secara Efektif dan Efisien.

3. Kemampuan Mengevaluasi Informasi Beserta Sumbernya secara Kritis.

4. Kemampuan Menggunakan dan Mengko-munikasikan Informasi secara Efektif un-tuk Mencapai Tujuan Tertentu

5. Kemampuan Memahami Berbagai Mas-alah Ekonomi, Hukum dan Sosial Terkait dengan Penggunaan Informasi Secara Le-gal dan Berdasarkan Etika

Page 88: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Rhoni Rodin: Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan Stain Curup Menggunakan Standar yang Dikembangkan Acrl

90

Evaluasi berdasarkan dimensi standar kompetensi ini didapat dengan cara mentabulasi jumlah dan persentase responden yang menjawab terhadap seluruh item pernyataan pada setiap dimensi standar kompetensi. Dimana yang menjadi stressing adalah dengan jawaban “Selalu” dan persentase jawaban tertinggi.

Dari hasil tabulasi menunjukkan bahwa item pernyataan nomor 1 menempati urutan teratas dalam hal jawaban “Selalu” terhadap pernyataan yang disampaikan dalam kuesioner. Sedangkan jawaban terbanyak diperoleh item pernyataan nomor 3 pada alternative jawaban “Sering”. Hasil tabulasi data dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6Hasil Evaluasi Berdasarkan

Dimensi Kemampuan Menentukan Jenis Karakteristik dan Ruang LingkupInforma-

si yang Diperlukan

Pilihan JawabanItem Pernyataan

1 2 3 4

Selalu 41 20 23 35

Sering 32 45 46 28

Kadang-kadang 26 33 27 32

Tidak Pernah 1 2 4 5

Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan tabel 6 tersebut terlihat dengan jelas bahwa pemustaka sebagian besar sudah mempunyai kemampuan untuk menentukan jenis karakteristik dan ruang lingkup informasi yang mereka perlukan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Riah Wiratningsih bahwa individu yangsudah kompeten dalam bidang literasi(melek huruf) ini diharapkan mampu menentukan sejauh mana informasi yang dibutuhkan.

Sedangkan dimensi “Kemampuan Mengakses Informasi yang Diperlukan secara Efektif dan Efisien”, diperoleh data sebagai berikut.

Diagram 5 Kemampuan Mengakses Informasi yang Diperlukan secara Efektif dan Efisien

Berdasarkan diagram 5 tersebut terlihat dengan jelas bahwa sebagian besar telah mempunyai kemampuan untuk mengakses informasi secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat dengan jelas dengan tingginya jumlah responden yang menjawab “Selalu” terhadap seluruh item pernyataan pada item ini. Kecuali item pernyataan nomor 9 yang tertinggi adalah pilihan jawaban “Kadang-kadang”. Riah Wiratningsih menyatakan bahwa individu yang sudah kompeten dalam bidang literasi(melek huruf) ini diharapkan mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.

Untuk selanjutnya dimensi Kemampuan Mengevaluasi Informasi Beserta Sumbernya secara Kritis. Pada dimensi ini terlihat bahwa item jawaban “Sering” menempati posisi tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemustaka tidak selalu mengevaluasi informasi beserta sumbernya secara kritis. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu bagi mereka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 6

Page 89: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

91

Kemampuan Mengevaluasi Informasi Beser-ta Sumbernya secara Kritis

Sedangkan dimensi Kemampuan Menggunakan dan Mengkomunikasikan Informasi secara Efektif untuk Mencapai Tujuan Tertentu, pada item pernyataan nomor 17 merupakan item yang mendapat jawaban tertinggi untuk item jawaban “Kadang-kadang”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 7 di bawah ini.

Diagram 7Kemampuan Menggunakan dan Mengkomu-nikasikan Informasi secara Efektif untuk

Mencapai Tujuan Tertentu

Pada hasil evaluasi pada dimensi “Kemampuan Memahami Berbagai Masalah Ekonomi, Hukum dan Sosial Terkait dengan Penggunaan Informasi Secara Legal dan Berdasarkan Etika”, dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram 8 Kemampuan Memahami Berbagai Masalah

Ekonomi, Hukum dan Sosial Terkait dengan Penggunaan Informasi Secara Legal dan

Berdasarkan Etika

Berdasarkan hasil pengolahan angket dan tabulasi data, baik data yang disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram, dapat dipahami bahwa sebagian besar pemustaka Perpustakaan STAIN Curup telah mempunyai kemampuan untuk mencari, mengevaluasi,

mengolah dan memanfaatkan informasi. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya frekuensi jawaban responden yang tinggi pada jawaban “Selalu”. Oleh karena itu, hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Doyle dalam Mega Apriyanti (2010:11) bahwa seseorang disebut memiliki keahlian literasi informasi jika orang tersebut:

• Mampumenyadarikebutuhaninformasinya• Mampumenyadari informasi yang akurat

dan lengkap merupakan dasar dalam membuat keputusan yang benar

• Mampu mengidentifikasi sumber-sumberpotensial dari suatu informasi

• Mampu membangun strategi pencarianyang tepat

• Mampu mengakses berbagai sumberinformasi termasuk teknologi dasar lainnya

• Mampumengevaluasiinformasi• Mampu mengelola informasi untuk

mengaplikasikannya/ mempraktekkannya• Mampu megintegrasikan informasi yang

baru dengan pengetahuan lama yang telah dimilikinya

• Mampu menggunakan infromasi dengankritis dan untuk menyelesaikan masalah.

Di sisi lain Literasi Informasi ini merupakan keterampilan yang sangat urgen untuk diterapkan di perpustakaan perguruan tinggi, mengingat perpustakaan perguruan tinggi berada di lingkungan akademik. Keterampilan ini bukan hanya harus dimiliki para pemustaka, akan tetapi pustakawannya pun harus terlebih dahulu ahli dalam hal literasi informasi ini.

D. PENUTUP 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar pemustaka telah mempunyai kemampuan untuk melakukan literasi informasi. Hal ini dibuktikan berdasarkan jawaban responden bahwa ketika mencari informasi maka pemustaka selalu merumuskan langkah dalam pencarian informasi dengan prosentase 41% (41 responden menjawab Selalu). Kemudian

Page 90: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Rhoni Rodin: Evaluasi Kemampuan Literasi Informasi Pemustaka Perpustakaan Stain Curup Menggunakan Standar yang Dikembangkan Acrl

92

ketika mencari informasi sebagian besar pemustaka telah menggunakan strategi dalam menelusur informasi yaitu 52 responden (52%) menjawab “Selalu”.

2. Pernyataan bahwa “Saya selalu mencantumkan nama pengarang dan sumbernya pada setiap kutipan dalam karya saya” merupakan pernyataan yang mendapat skor tertinggi yaitu ada 59 responden (59%) yang menjawab “Selalu”. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar pemustaka telah mempunyai “Kemampuan Memahami Berbagai Masalah Ekonomi, Hukum dan Sosial Terkait dengan Penggunaan Informasi Secara Legal dan Berdasarkan Etika”.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan di atas, maka ada beberapa saran kepada pihak manajemen perpustakaan STAIN Curup, yaitu

1. Ada beberapa Standar kompetensi Literasi Informasi yang masih perlu mendapat perhatian, diantaranya butir pernyataan 21 yang menjawab “Tidak Pernah” mencapai 23 responden (23%), yaitu Saya memilih media seperti blog sebagai media publikasi hasil karya untuk diketahui oleh orang banyak di lokasi yang berbeda-berbeda dan dengan biaya yang murah dan praktis. Berdasarkan hal ini artinya masih banyak pemustaka yang belum memahami kompetensi ini.

2. Perlu adanya peningkatan kemampuan literasi informasi bagi pemustaka (mahasiswa). Mengingat sebagian besar pemustaka Perpustakaan STAIN Curup adalah mahasiswa dari berbagai program studi. Kesemua mahasiswa ini mempunyai tingkat kemampuan literasi informasi yang berbeda dan beragam. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi mahasiswa maka harus dan perlu dilaksanakan salah satunya pendidikan pemakai (user education) harus diterapkan pada setiap perguruan tinggi.

Demikianlah hasil penelitian ini penulis

sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka

ACRL. 2000. Information Literacy Competency Standards for Higher Education. Chica-go: Association of College and Research Libraries.

--------. Information Literacy Competency Stan-dards for Higher Education. Diunduh dari http://www.ala.org/acrl/standards/infor-mationliteracycompetency, pada tanggal 06/10/2016.

ALA (American Library Association).Literacy.Diunduh dari http://www.ala.org/abouta-la/missionpriorities/keyactionareas, pada tanggal 07/10/2016.

A.Tri Susiati, Literasi Informasi Berbasis Hu-manisme di Perpustakaan Perguruan Tinggi, dalam Khoirul Maslahah, Nusrot-ul Hasanah. (ed.) Bunga rampai Layanan Perpustakaan Berbasis Humanisme (Surakarta : Perpustakaan IAIN Surakarta, 2013). hlm. 73-97.

Badan Standarisasi Nasional.(2009). SNI 7330:2009; Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Jonner Hasugian. 2008. Urgensi Literasi Infor-masi dalam Kurikulum Berbasis Kompe-tensi di Perguruan Tinggi.Dalam Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hannelore Rader, Information iteracy a global perspective, London: Facet publishing.

Husein Umar. 1997. Metodelogi Penelitian Ap-likasi dalam Pemasaran. Jakarta: Grame-dia.

Lasa HS.2009. Kamus Kepustakawanan Indone-sia.Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.

Mega Apriyanti. (2010). Literasi Informasi Pemustaka; Studi Kasus di Perpustakaan DKI Jakarta.Jakarta: Fakultas Ilmu Penge-tahuan Budaya Universitas Indonesia.

Mardalis.2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara.Nasution, S. (1995).Metode research : penelitian

ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.Powell, Ronald R & Connaway, Lynn Silipigni.

(2004). Basic research methods for librar-ians.Westport : Libraries Unlimited.

Repository USU. Literasi Informasi dalam Per-

Page 91: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember : 81-94

93

pustakaan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51928/4/Chap-ter%20II.pdf, pada tanggal 06/10/2016.

Riah Wiratningsih. Literasi Informasi di Perpus-takaan Perguruan Tinggi (Akses e-jurnal UPT Perpustakaan UNS).Diunduh dari http://riah.staff.uns.ac.id/2015/05/07/literasi-informasi-di-perguruan-tinggi-ak-ses-e-journal-upt-perpustakaan-uns/, pada tanggal 05/10/2016.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian adminis-trasi : dilengkapi dengan metode R&D. Bandung : Alfabeta.

---------. (2000). Metode penelitian bisnis.Bandung : Alfabeta

Sulistyo-Basuki. Literasi Informasi dan Literasi Digital. Diunduh dari https://sulistyobasu-ki.wordpress.com/2013/03/25/literasi-in-formasi-dan-literasi-digital/, pada tanggal 07/10/2016.

Yusuf Dzul Ikram al-Hamidy.(2012). Kemam-puan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Wali Songo Semarang Menurut Association of Col-lege and Research Libraries. Semarang: Universitas Diponegoro. Diunduh dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=74983&val=4723, pada tanggal 05/10/2016.

Page 92: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

95

KOMPETENSI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Oleh: Yusnimar

This study discusses the competencies of librarians at State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta in facing the ASEAN Economic Community (AEC). The purpose of the research is to analyze the competencies of librarians at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta and their readiness to face the competitiveness in the AEC era. This study uses questionnaires for data collection supoorted by observation and interviews. Descriptive analysis is employed for data analysis. The finding of the research shown that the librarian of the State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah have fulfiled the required comptencies but have not been ready to compete in the AEC era so that they need to strengthen their competencies.

Keywords: academic librarian, librarian competency, the asean economic community (AEC)

Penelitian ini membahas tentang kompetensi pustakawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis kompetensi yang dimiliki oleh pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan kesiapannya dalam menghadapi persaingan tenaga kerja di era MEA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan penyebaran angket atau kuesioner dalam menganalisa hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah memiliki kompetensi, namun belum siap dalam menghadapi MEA sehingga masih perlu peningkatan kompetensi baik professional maupun kompetensi lainnya.

Kata kunci: pustakwan akademik, kompetensi pustakawan, masyarakat ekonomi asean (MEA)

Abstract

Abstrak

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah didepan mata, dimana negara ASEAN akan membentuk sebuah pasar tunggal di negara Asia Tenggara pada akhir 2015 nanti, artinya seluruh negara di ASEAN akan terintegrasi antara satu Negara dengan Negara yang lainnya. MEA akan menjadikan daya saing ASEAN meningkat dan mampu menyaingi negara lain di Asia, sehingga dapat menarik investasi asing masuk kenegara ASEAN. Dalam rangka mensejahterakan rakyat sangat diperlukan

investasi asing ini, karena dapat menambah lapangan kerja, dimana dengan bertambahnya lapangan kerja, sudah dipastikan akan mengurangi pengangguran sehingga rakyat menjadi makmur dan sejahtera. Hal ini sangat berpengaruh terhadap sumber daya manusia terutama pada tenaga profesional, karena MEA tidak hanya bergerak dalam perdagangan, namun juga tenaga kerja profesional termasuk didalamnya tenaga pustakawan. Kedatangan MEA diperkirakan nanti akan menjadikan

Page 93: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

96

satu negara akan mudah menjual barang dan jasa ke negara-negara lain diseluruh Asia Tenggara, sehingga akan terjadi persaingan semakin ketat. Barang siapa mampu bersaing akan diberdayakan, dan barang siapa tidak mampu bersaing akan tersingkirkan. Oleh karena itu MEA dapat menjadi ancaman bagi yang tidak memiliki kompetensi, dan dapat menguntungkan bagi yang memiliki kompetensi. Untuk memenangkan kompetisi tersebut tentunya pustakawan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu termasuk tersedianya pustakawan yang berkualitas dan inovatif agar tidak ter-eliminasi dari persaingan global. Dalam hal ini, pustakawan harus mampu meningkatkan kompetensinya. Perpustakaan bisa maju, bila ditunjang dengan pustakawan-pustakawan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.

Seiring dengan perkembangan globalisa-si informasi, dan ilmu pengetahuan semakin meningkat, pustakawan tidak boleh keting-galan. Dengan meningkatkan kompetensi, pustakawan tidak akan khawatir dan mampu menghadapi tantangan-tantangan yang mun-cul dalam menyambut MEA nanti.

Perkembangan globalisasi informasi ini membawa banyak dampak, salah satunya mengenai nasib pustakawan. Perkembangan Teknologi Informasi semakin meningkat, pustakawan sebagai tenaga profesional yang bergerak di bidang informasi harus mampu merubah nasibnya dengan meningkatkan kemampuannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahaun.

2. Identifikasi Masalah Penelitian

Perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi, berarti perpustakaan merupakan hal yang sangat penting keberadaannya pada suatu perguruan tinggi. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah salah satu perguruan tinggi yang terkemuka, dan untuk mewujudkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Bertaraf Internasional sudah selayaknya meningkatkan kualitas pegawainya termasuk pustakawan, karena pustakawan mempunyai peranan penting dalam dunia perpustakaan dan sekaligus merupakan penentu maju dan mundurnya sebuah perpustakaan.

Pustakawan yang memiliki kompetensi akan meningkatkan kualitas perpustakaan, sebaliknya pustakawan yang tidak memiliki kompetensi akan menjadikan perpustakaan tidak berkualitas. Pustakawan dituntut untuk mampu mempersiapkan drinya dalam mengantisipasi persaingan dan tantangan-tantangan yang harus dihadapi setelah kedatangan MEA nanti.

Pada saat ini yang sangat mendesak adalah kesiapan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghadapi MEA. Karena MEA akan berkaitan dengan kemampuan seseorang un-tuk berkompetisi dan bekerjasama demi me-menuhi kebutuhan, dimana pustakawan dan kemampuannya berinteraksi dengan lingkun-gannya menjadi faktor yang amat penting. Dengan demikian, apa yang harus dilakukan oleh pustakawan, khususnya pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di era MEA? Mau tidak mau pustakawan harus mengem-bangkan kiprah kepustakawanannya dengan keilmuan pustakawan, praktek kepustakawa-nan, aplikasi teknologi, profesionalisme pus-takawan, dan organisasi profesi.

Permasalahan yang ada sekarang sejauh mana MEA dapat mempengaruhi kompeten-si pustakawana di lingkungan UIN Syarif Hi-dayatrullah Jakarta, sejauh mana mereka siap menghadapi kedatangan MEA, kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pus-takawan, sehingga mampu bersaing dengan pustakawan lainnya se Asia Tenggara, dan langkah-langkah apa saja yang harus dilaku-kan oleh pustakawan UIN Syarif Hidayatul-lah Jakarta dalam rangka menghadapi MEA tersebut. Kemudian apakah pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah memiliki sertifikasi kompetensi, untuk menyambut ke-datangan MEA yang akan datang nanti, kare-na meningkatkan daya saing tenaga kerja ha-rus segera dilakukan dengan meningkatkan kemampuan, jika tidak mau dikalahkan.

Menjelang kedatangan MEA, Pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, harus mempersiapkan diri sehingga mampu bersaing disamping dengan cara meningkatkan kompetensi atau kemampuannya dengan memiliki pengetahuan yang cukup pustakawan juga harus mempunyai keterampilan dan sikap, oleh karena itu dalam hal ini

Page 94: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

97

pustakawan perlu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang harus dimilikinya. Dengan memiliki ketiga komponen tersebut, pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah siap berkompetisi di era MEA nanti. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 tentang pelakasanaan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 35 ayat 1 bahwa pustakawan harus memiliki sertifikat kompetensi, kemudian pasal 35 ayat 2 berbunyi, sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi dasar pertimbangan untuk peningkatan karier pustakawan, selanjutnya pasal 35 ayat 3 menyebutkan bahwa sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh lembaga sertifikasi. Maka dari itu, setiap pustakawan harus memiliki sertifikat kompetensi yang diberikan oleh lembaga sertifikasi, sehingga mampu untuk meningkatkan karier pustakawan disisi lain juga memiliki kualifikasi dan kompetensi agar mampu berkompetisi di era MEA nanti.

Menurut pengetahuan penulis, pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hanya 5 orang yang baru memiliki sertifikasi kompetensi. Dengan memiliki sertifikat kompetensi, pustakawan akan mampu berkompetisi menghadapi MEA. Tidak kalah penting juga mampu meningkatkan kerjasama dengan sesama pustakawan baik nasional maupun internasional, sehingga tidak dapat tersaingi oleh pustakawan lainnya. Pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pelayan jasa informasi bagi civitas akademika harus berani menghadapi berbagai macam tantangan karena kebutuhan masyarakat kampus akan informasi sangat beragam, maka diperlukan pustakawan yang berkualitas yang mampu bersaing, terutama dalam menghadapi MEA.

3. Pembatasan Masalah Penelitian

Untuk tidak terjadi perluasan masalah maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas adalah hanya sebatas sejauh mana kemampuan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta siap menghadapi MEA.

4. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang timbul tersebut diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana pemahaman pustakawan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap MEA?2. Bagaimana kompetensi pustakawan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi MEA?

5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:1. Untuk menganalisa pemahaman pus-

takawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap MEA.

2. Untuk menganalisa kompetensi pus-takawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi MEA.

6. Kegunaan (Manfaat) Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai hal:

1. Meningkatkan kemampuan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

2. Meningkatnya kemampuan pustakawan, akan meningkatkan kualitas perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sebagai salah satu kajian untuk meningkatkan kinerja pustakawan dalam melaksanakan tugasnya.

B. KAJIAN TEORI DAN PENGJUAN HIPOTESIS

1. Deskripsi Teoritik

a. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Ting-gi mempunyai peranan penting ke-beradaannya dalam mendukung seluruh kegiatan Civitas akademika di Perguru-an Tinggi tersebut. Perpustakaan pergu-ruan tinggi adalah suatu unit operasionil yang mengelola seluruh masalah per-pustakaan di perguruan tinggi. Sulistyo Basuki dalam bukunya mengatakan bahwa perpustakaan perguruan ting-gi adalah perpustakaan yang terdapat

Page 95: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

98

pada perguruan tinggi, badan bawahan-nya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, yang tujuan utamanya adalah membantu perguru-an tinggi bersangkutan untuk menca-pai tujuannya. Soeatminah mengatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit pelaksana teknis di dalam suatu perguruan tinggi, bertugas sebagai penunjang untuk menyelengga-rakan perguruan tinggi. Jadi dapat diam-bil kesimpulan bahwa perpustakaan per-guruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi yang bertugas membantu perguruan tinggi dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Terlihat dari penjelasan diatas bahwa perpustakaan merupakan hal yang pent-ing keberadaannya disuatu Perguruan Tinggi, maka harus ditingkatkan kuali-tasnya. Salah satu adalah dengan mem-bina pustakawannya.

b. Kompetensi

Kompetensi berasal dari bahasa Inggeris “competence”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berasal dari kata kompeten cakap (mengetahui). Bisa diartikan kemampuan, artinya kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menuju kesuksesan pada umumnya dalam dunia kerja. Untuk lebih jelasnya kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

c. Pustakawan

Pustakawan adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang per-pustakaan. Dalam Undang-undang No 43 tahun 2007 tentang perpustakaan memberi batasan bahwa pustakawan adalah seorang yang memiliki kompe-tensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Menurut Peraturan pemerintah Republik Indo-nesia Nomor 24 tahun 2014 tentang

pelaksanaan undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan bah-wa Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan dan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melak-sanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

d. Kompetensi Pustakawan

Kompetensi pustakawan adalah kemampuan yang dimiliki oleh pus-takawan dalam menjalankan tugasn-ya di perpustakaan. Dengan demikian pustakawan harus mempunyai penge-tahuan, keterampilan, kemudian juga sikap kerja. Dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia menyatakan bahwa kompetensi pustakawan adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah Republiki Indonesia No-mor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 31 bahwa Standar Tenaga Perpus-takaan memuat kriteria minimal men-genai kualifiksi akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Kemudian Peraturan Pemerintah yang sama diatas, pasal 32 ayat 4 bahwa pustakawan, tenaga teknis perpustakaan, tenaga ahli dalam bidang perpustakaan, dan kepala perpustakaan memiliki tugas pokok, kualifikasi, dan/atau kompetensi. Penjelasan dari Pera-turan Pemerintah diatas dapat diarti-kan bahwa seorang pustakawan harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi dalam menjalankan tugasnya di perpustakaan

Kompetensi pustakawan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap tersebut dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan SKKNI Sektor Jasa Kemasyarakatan,

Page 96: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

99

Sosial Budaya, Hiburan dan Perorang Bidang Perpustakaan menjadi SKKNI dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: Kelompok unit kompetensi umum, kelompok unit kompetensi inti, dan kelompk unit kompetensi khusus. .

Ketiga kelompok kompetensi tersebut sangat dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas di perpustakaan. Kemudian juga menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 tentang pelakasanaan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan bahwa ciri-ciri kompetensi pustakawan ada dua yaitu kompetensi professional dan personal. Kompetensi professional mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja. Sedangkan kompetensi personal mencakup aspek kepribadian dan interaksi social. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi professional pustakawan adalah pengetahuan pustakawan dalam berbagai bidang, baik dalam bidang teknologi dan informasi, manajemen, maupun dalam bidang penelitian yang digunakan untuk pelayanan di perpustakaan baik pelayanan teknis maupun layanan pemakai. Selanjutnya kompetensi individu pustakawan adalah keterampilan dan sikap yang dimiliki pustakawan agar mampu bekerja dalam bidang perpustakaan.

e. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

MEA singkatan dari Masyarakat Ekonomi Asean merupakan langkah lebih maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas. Untuk mewujudkan MEA pada akhir tahun 2015, seluruh negara Asean harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, inventasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana digariskan dalam MEA Blueprint (Departemen Perdagangan: 25). MEA Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara anggota Asean untuk terwujudnya MEA.

f. Sejarah Terbentuknya MEA

Gagasan terbentuknya integrasi ASEAN dimulai pada tahun 1997. Dimana pada ssat itu, ASEAN merencanakan suatu gagasan pembentukan integrasi di wilayah ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vison 2020 ketika berlansungnya ASEAN Second Informal Summit di Kuala Lumpur. Gagasan ini diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of action yang disepakati pada tahun 1998. Kemudian melalui deklerasi Bali. Concord II pada tahun 2003 di Bali, Komunitas ASEAN 2020 diimplementasikan melalui 3 pilar yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic Communty, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Namun pada saat ASEAN Summit ke 12 pada tahun 2007, dalam Cebu Declaration, ASEAN memutuskan untuk mempercepat pembentukan integrasi kawasan ASEAN menjadi 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) datang untuk menggantikan ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang sudah ada sejak tahun 2003. AFTA disahkan pada saat ASEAN Summit ke IV di Singapura pada bulan Januari 1992 bersama penandatanganan Deklarasi Singapura dan Perjanjian untuk Meningkatkan Kerjasama Ekonomi ASEAN (Singapore Declaration and Agreement for Enhancing ASEAN Economic Cooperation. Kehadiran AFTA juga telah membuka jalan liberalisasi dengan Negara-negara di luar anggota ASEAN melalui pembentukan ASEAN Bilateral FTA dengan beberapa Negara mitra seperti China, Jepang,Korea Selatan, Australia New Zealand, dan India

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mencapai Tujuan penelitian yang disebutkan diatas, hal yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan Kajian Pustaka (literature Review), Kajian Pustaka yang dilakukan meliputi hasil penelitian yang relevan yang telah ada sebelumnya yang sudah barang tentu membahas mengenai kata kunci penelitian, dalam hal ini adalah Kompetensi

Page 97: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

100

Pustakawan, Pengaruh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Penulis tidak menemukan penelitian sebelumnya yang sama persis, namun ada beberapa kajian pustaka yang mendekati, tapi bukan hasil penelitian. Adapun Kajian Pustaka tersebut yang berhasil penulis kumpulkan sebagai dasar penentuan Variabel dalam penelitian kali ini adalah:

Strategi Pustakawan Indonesia dalam Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community.

Peneliti : Nita Adiyati (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Semester 7C Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2015.

Artikel ini membahas mengenai bagaimana strategi yang dilakukan oleh pustakawan khususnya di Indonesia dalam menghadapi AEC atau MEA 2015. Dalam kajian pustaka ini, jika dibandingkan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan adalah sama-sama membahas tentang pustakawan menyambut MEA, namun judul berbeda. Artikel ini membahas tentang pustakawan Indonesia sedangkan penulis membahas khusus pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kerangka Konseptual

Bagan 2.3. Kerangka Konseptual

Bagan diatas terlihat bagaimana kehadiran MEA dapat mempengaruhi kemampuan pustakawan. Ketika seorang pustakawan mempunyai kemampuan untuk berkompetisi akan dapat diberdayakan, dan sebaliknya jika seorang pustakawan tidak mempunyai kemampuan berkompetisi maka akan ditinggalkan. Maka dari itu, dalam penelitian ini perlu dicari tahu bagaimana kemapuan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi MEA, sehingga mampu berkompetisi dengan Negara lain di Asia Tenggara.

4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Metodologi Penelitian yang digunakan, maka peneliti mencoba melakukan Hipotesa atau Argumen yang akan diuji kebenarannya dimana nantinya hasil penelitian akan menerima atau menolak Hipotesis tersebut.

Adapun Hipotesis saat ini adalah:

H1: Kurangnya pemahaman pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap MEA.

H2: Kurangnya kompetensi pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi MEA.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian bertempat di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Waktu Penelitian

Tabel 3.1.

No KegiatanBulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pengajuan Proposal mulai 6 Maret s.d 10 April 2015

2 Seleksi proposal (terdiri dari seleksi administrasi dan review proposal) 13 – 27 April 2015

3 Pengumuman hasil seleksi pada 30 April 2015

4 Presentasi penelitian tanggal 4 – 6 Mei 2015

5 Pe n a n d at a n g a n a n SPK akan dilaksanakan pada tanggal 11 – 12 Mei 2015

6 Pencairan dana dilaksanakan 2 tahap Juni dan November 2015

7 P e l a k s a n a a n penelitian dimulai Mei – Nopember 2015

8 Diskusi dan konsultasi d i s e l e n g g a r a k a n selama masa p e n e l i t i a n berlangsung mulai Mei – Nopember 2015

9 Artikel ilmiah beserta laporan proses penelitain dan laporan keuangan diserahkan ke Puslitpen paling lambat tanggal 16 Nopember 2015 (paling akhir)

2. Metode Penelitian

Untuk mempelancar proses penelitian, maka diperlukan data penunjang Penelitian dimana diangkat dari sebuah fakta atau

Page 98: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

101

pendapat yang didasarkan pada sebuah kebenaran (realita). Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menyelesaikan Penelitian ini maka akan digunakan metode penelitian sebagai berikut:

a. Tipe penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang tujuannya untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana kemampuan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi MEA Penelitian adalah penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.

b. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan uantitatif yaitu penelitian dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. Penelitian dibatasi dengan pembagian kuesioner kepada para pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang bersumber dari responden yang ditemui langsung di lapangan (lokasi penelitian) yaitu para pustakawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku, literatur, dokumen, dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini kurang

dari 30 orang maka teknik penetuan sampel adalah teknik sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini sering

digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel kurang dari 30 orang. Ida Bagoes dan Kasto dalam buku Metode Penelitian Survei (editor Masri Singarimbun dan Sofian Effendi) menyatakan bahwa, agar dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga, maka seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya sampel yang diambil sehingga presesinya dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui cara dan tahapan berikut:

a. Penelitan kepustakaan.

Penelitian kepustakaan adalah suatu kajian atas bahan-bahan tertulis atau literatur-literatur yang memuat tentang pendidikan perpustakaan atau yang relevan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian kepustakaan ini adalah sebagai landasan teori untuk membahas tentang kemampuan pustakawan dalam menyambut kedatangan MEA.

b. Penelitian lapangan.

Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data langsung mengenai subyek penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penyebaran angket atau kuesioner. Kuesioner merupakan alat pengumpulan data dari responden melalui beberapa pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan terbuka, tertutup dan pertanyaan kombinasi antara terbuka dan tertutup serta pertanyaan semi terbuka.Dengan pertanyaan tersebut maka responden dapat memberikan jawaban yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan tipe penelitian deskriptif yang digunakan penulis, yaitu untuk menggali sebanyak mungkin Sejauh mana kompetensi pustakawan siap menghadapi MEA.

Page 99: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

102

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner kombinasi antara tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup, dimana responden disuruh memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner terbuka, responden disuruh menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

5. Teknik Analisis Data

a. Pengolahan Penyajian Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Hasil analisa data merupakan pengungkapan hasil survei yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis kuantitatif untuk menghitung prosentase hasil penelitian. Data penelitian yang sudah diolah dituangkan dalam bentuk total.

Langkah selanjutnya data akan dikelompokkan dari data yang diperoleh melalui jawaban responden. Analisa data, dimulai dari analisa data kelompok demi kelompok, setiap analisa data diikuti dengan pengambilan kesimpulan sementara yang merupakan hasil perbandingan anatara data yang diperoleh dengan prosentasenya. Selanjutnya diikuti dengan analisa data secara keseluruhan. Perhitungan perumusan data digunakan rumus sebagai berikut:

P = f / N x 100 %

Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuesi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of case ( Jumlah frekuensi /Individu).

Untuk penilaian hasil data yang didapat maka dipakai parameter dalam penafsiran nilai persentase tersebut, adalah :

0 % = Tidak ada satupun1 % - 25 % = Sebagian kecil26 % - 49 % = Hampir setengahnya50 % = Setengahnya

51 % - 75 % = Sebagian besar76 % - 99 % = Hampir Seluruhnya100 % = Seluruhnya

6. Penyajian Data

Data yang sudah diolah akan disajikan sebagai berikut:

1) Menyusun jawaban dalam tabel berisi jumlah, persentase dan nilai rata-rata dari setiap jawaban

2) Menyusun jawaban dalam bentuk tabel berisi jumlah, persentase dan nilai rata-rata untuk setiap kelompok pertanyaan

3) Menyusun skor akhir dari seluruh jawaban responden dalam bentuk tabel untuk mengetahui nilai akhir masing-masing responden.

Agar dapat mengetahui kesimpulan dari penelitian ini maka jawaban responden akan dianalisis dengan menggunakan cara analisis berdasarkan persentase jawaban; jawaban responden akan digolongkan ke dalam dua kutub, yaitu kutub positif atau negative, dengan ketentuan sebagai berikut: a) positif apabila persentase jawaban setuju, lebih besar dari jawaban tidak setuju; b) negatif apabila persentase jawaban tidak setuju dari responden lebih besar dari jawaban setuju.

7. Hipotesis Statistik

Teknik penentuan sampel dalam peneltian ini adalah teknik sampling Jenuh (sampling sensus) dimana seluruh populasi digunakan, dengan demikian penulis tidak mengunakan hipotesis statistik. Karena Ivan Prasetya dalam artikelnya menyebutkan bahwa hipotesis statistik tidak wajib digunakan jika kita mengambil sampel dari populasi (sensus).

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis menyajikan dan menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai kompetensi pustakawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN) dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hasil penelitian disajikan dalam

Page 100: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

103

bentuk tabel berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian.

1. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan input data penelitian ini penulis menggunakan metode kuisioner yakni salah satu cara dalam pengumpulan data dengan jalan menggunakan daftar pernyataan dan pertanyaan yang diajukan untuk dijawab secara tertulis oleh responden, dimana responden diharapkan dapat menilai dirinya sendiri, mengenai kompetensi dalam dalam menjalankan tugas di perpustakaan.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk melakukan pengukuran terhadap gejala yang ada pada saat penelitian dilakukan.

Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif yaitu metode yang tujuannya untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena–fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan menyajikannya apa adanya. Sebagaimana telah diungkapkan di bab 3 bahwa populasi dalam penelitian ini kurang dari 30 orang maka teknik penetuan sampel adalah teknik sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel kurang dari 30 orang.

2. Pengolahan Data

Tujuan dari pengolahan data ini adalah untuk penyederhanaan dalam penyajian data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk yang tersusun dengan baik serta rapi. Adapun analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh kegiatan penelitian, sebab pada bagian inilah diungkapkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pengungkapan hasil penelitian yang digali dari pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan kepada responden.

Data penelitian yang sudah diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel, hasil jawaban dari responden kemudian dihitung

porsentasenya. Setiap analisis data disertai dengan pengambilan kesimpulan sementara yang merupakan hasil perbandingan antara data yang diperoleh dengan porsentasenya. Perhitungan perumusan data digunakan rumus sebagai berikut :

P = f / N x 100 %

Keterangan :

P = ProsentaseF = Frekuesi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of case ( Jumlah frekuensi /Individu)

Untuk penilaian hasil data yang didapat maka dipakai parameter dalam penafsiran nilai persentase tersebut, adalah :0 % = Sama sekali tidak memiliki kompetensi1 % - 25 % = Sebagian kecil saja yang memiliki kompetensi26%-49 % = Hampir setengahnya memiliki kompetensi50% = Setengahnya memiliki kompetensi51% -75% = Sebagian besar memiliki kompetensi76%-99 % = Hampir Seluruhnya memiliki kompetensi

100 % = Seluruhnya memiliki kompetensi

Adapun lembaran kuesioner disebarkan kepada semua pustakawan yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 27 eksemplar, karena jumlah populasi sedikit, semua kuesioner dapat kembali seluruhnya. maka penulis yakin bahwa penemuan dan kesimpulan yang diperoleh adalah sah (valid).

3. Deskripsi Data

Penelitian ini mengukur kompeensi pustakawan yang terdapat pada UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta. Kompetensi tersebut diukur berdasarkan standar nasional dan internasional.

Penelitian ini dilakukan terhadap pustakawan UIN antara tanggal 23 - 25 September 2015 dan 1 – 16 Oktober 2015. Sebanyak 27 pustakawan UIN menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu terdapat 12 orang (40,74%) sampel yang baru bekerja sebagai pustakawan UIN selama kurang dari 5 tahun, terdapat 2 orang (11,11%) sampel yang baru bekerja sebagai pustakawan UIN selama antara 6 – 10 tahun, terdapat 6 orang (22,22%) sampel yang bekerja sebagai pustakawan UIN selama antara 11 – 15 tahun, terdapat 2 orang

Page 101: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

104

(7,41%) sampel yang sudah bekerja sebagai pustakawan UIN selama antara 16 – 20 tahun, dan terdapat 5 orang (18,52%) sampel yang sudah bekerja sebagai pustakawan UIN selama lebih dari 20 tahun. Jangka waktu bekerja atau pengalaman bekerja dapat menunjukkan besar kecilnya kompetensi seorang pustakawan. Seseorang yang sudah lama bekerja sangat memungkinkan mempunyai kompetensi lebih dibandingkan dengan orang yang baru beberapa tahun bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11-15, 16-20, dan 20 tahun keatas dianggap sudah memunyai kompetensi dalam bidang perpustakaan, namun demikian pustakawan untuk menambah pengetahuan tetap harus menambah pendikdikannya baik formal maupun non formal. Dengan demikian dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pustakawan UIN Jakarta terdapat hanya 48,15% (hampir setengahnya yang memiliki kompetensi).

Disisi lain, sebagaimana dijelaskan diatas pendidikan tak kalah penting untuk menambah kompetensi pustakawan. Karena akan lebih baik hasilnya setiap kompetensi yang di miliki diiringi dengan suatu teori. Teori hanya bisa didapatkan melalui jenjang pendidikan. Salah satu syarat seseorang disebut profesional dia harus memilki pendidikan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan resmi baik swasta maupun pemerintah pada strata pendidikan minimal diploma (D3). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan BAB IV Bagian ke 5 Pasal 33 Ayat 1, pustakawan memiliki kualifikasi akademik paling rendah diploma II (D-II). Hasil penelitian menunjukkan pustakawan yang memiliki pendidikan SLTA 3 orang (11,11%), yang memiliki pendidikan D3 1 orang (3,70%), yang memiliki pendidikan S1 15 orang (55,56%), dan yang memiliki pendidian S2 8 orang (29,63%). Dengan demikian pustakawan UIN Jakarta yang memiliki kompetensi D3, S1, S2, jumlah seluruhnya sebanyak 24 orang (88,89%) yaitu hampir Seluruhnya memiliki kompetensi.

Tidak kalah penting, jenjang jabatan juga sangat mempengaruhi tingkat kompetensi pustakawan, makin tinggi jabatan fungsional

seorang pustakawan, semakin tinggi pula tingkat kompetensi pustakawan tersebut. Jenjang jabatan pustakawan ada dua tingkat yaitu tingkat ahli dan tingkat terampil. Tingkat terampil terdiri pustakawan pelaksana terdapat 2 orang (7,41%), pustakawan pelaksana lanjutan terdapat 2 orang (7,41%), Pustakawan penyelia 1 orang (1,70%). Kemudian tingkat ahli terdiri dari pustakawan pertama 9 orang (33,33%), pustakawan muda 6 orang (22.22%), pustakawan madya 6 orang (22,22%), pustakawan utama 1orang (1,70%). Penjelasan diatas adalah pustakawan yang ada di UIN Jakarta, dilihat dari segi jenjang jabatan. Dianggap yang mempunyai kompetensi lebih adalah pustakawan tingkat ahli, setelah dijumlah terdapat 22 orang (81,48%) yaitu hampir seluruhnya memiliki kompetensi.

Latar belakang pendidikan yaitu pustakawan atau non pustakawan, yang dianggap memiliki kompetensi lebih dibidang perpustakaan adalah pustakawan yang mempunyai latar belakang pendidikan perpustakaan. Hasil analisa terdapat 20 orang (74,07%) pustakawan UIN Jakarta yang memilki latar belakang pendidikan perpustakaan, yaitu sebagian besar memiliki kompetensi.

Jabatan sekarang perlu dianalisa, karena apabila seorang pustakawan mempunyai jabatan berarti pustakawan tersebut sudah mempunya skill dalam memimpin. Hasil analisa pustakawan yang sedang menjabat saat ini baik sebagai kepala urusan perpustakan, kepala sub bagian, maupun kepala perpustakaan terdapat 16 orang (59,25%) yaitu sebagian besar memiliki kompetensi.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berikutnya penulis membahas mengenai kompetensi pustakawan UIN Syarif Hidayatuyatullah Jakarta diukur berdasarkan standar, baik nasional maupun internasional yaitu analisis data mengenai kompetensi pustakawan UIN Jakarta yang dimiliki pada saat mengisi kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner tersebut dibagi kedalam 5 indikator yang pertama adalah kompetensi profesional, yang kedua adalah kompetensi personal, yang ketiga adalah kompetensi umum, yang keempat adalah kompetensi inti, dan yang kelima kompetensi

Page 102: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

105

khusus. Terakhir penulis menganalisa sejauh mana pengetahuan pustakawan UIN mengenai MEA.

Pengukuran berdasarkan tabel terdapat hasil positif kompetensi pustakawan UIN Jakarta, seperti terdapat dalam tabel dibawah ini :

Tabel.4.1

No Kemampuan Jumlah %

Kompetensi Profesional

1 Kemampuan mengevaluasi pangkalan data CD-ROM dan on-line. 70,37%

2Kemampuan memahami buku teks, jurnal-jurnal, dan elektronik yang terbaik dalam bidang khusus.

81,48%

3

Kemampuan memilih buku-buku yang relevan dengan kebutuhan pemakai dengan menggunakan strategi dalam pemilihan dan menganalisanya sesuai dengan tujuan organisasi.

88,89%

4Memiliki pendidikan lain, disamping juga memiliki pendidikan ilmu perpustakaan.

59,26%

5Kemampuan membuat rencana strategis yang sesuai dengan tujuan organisasi.

96,30%

6Kemampuan menyelenggarakan manajemen, pengawasan, dan proses anggaran yang efektif.

74,07%

7 Kemampuan membangun tim staf layanan informasi yang efektif. 81,48%

8Kemampuan memperoleh dokumen-dokumen dalam bentuk cetak maupun elektronik.

81,48%

9 Kemampuan membangun koleksi inti dalam perpustakaan. 77,78%

10 Kemampuan menganalisa dan menyatukan informasi yang dibutuhkan. 77,78%

11Kemampuan mengembangkan tesaurus khusus dan daftar istilah indeks untuk pangkalan data.

37,04%

12Kemampuan memberikan kursus internet untuk para pemakai perpustakaan, dan

85,19%

13 Keikutsertaan dalam pelatihan dan pengajaran terkini. 51,85%

14Pelayanan dalam pemecahan masalah, jika ada karyawan lain yang melakukan akses informasi dari komputer.

74,07%

15 Kemampuan menyediakan bantuan layanan referensi secara on-line. 77,78%

16

Kemampuan melakukan penilaian kebutuhan secara rutin dengan menggunakan instrumen seperti kuesioner, wawancara dengan kelompok khusus dan narasumber.

62,96%

17 Kemampuan membuat katalog koleksi secra on-line. 70,37%

18Kemampuan menghubungkan penelusuran katalog dengan layanan pengiriman dokumen.

59,26%

19

Kemampuan bekerjasama dengan tim manajemen informasi untuk memilih piranti lunak dan piranti keras yang tepat untuk akses ke katalog perpustakaan dan pangkalan data lainnya.

59,26%

20Kemampuan menyediakan layanan pendukung untuk pemakai layanan informasi elektronik.

51,85%

21 Update produk baru informasi elektronik dan cara-cara pengirimannya. 55,56%

22 Kemampuan mengembangkan rencana bisnis untuk perpustakaan. 55,56%

23Kemampuan menghitung pengembalian investasi untuk perpustakaan dan layanannya.

14,81%

24 Kemampuan mengembangkan rencana pemasaran untuk perpustakaan. 62,96%

25 Kemampuan melakukan kajian benchmarking. 59,26%

26Pelaporan kepada manajemen mengenai usaha perbaikan kualitas secara terus menerus.

81,48%

27Kemampuan menunjukkan bahwa perpustakaan dan layanan informasi dapat menambah nilai organisasi.

81,48%

28Kemampuan berperan sebagai sumber daya manajemen kualitas bagi organisasi, termasuk sertifikasi ISO 9000.

59,26%

29

Kemampuan membuat pangkalan data dokumen internal seperti laporan, panduan teknis atau bahan-bahan yang digunakan untuk proyek-proyek khusus.

55,56%

30 Kemampuan membuat file dokumen lengkap agar mudah ditelusur. 77,78%

31 Kemampuan menyediakan panduan teknis online. 51,85%

32

Kemampuan membuat situs dalam jaringan web untuk organisasi dan menghubungkanya dengan situs lain dalam internet.

40,74%

33

Partisipasi dalam kegiatan manajemen pengetahuan untuk menciptakan, menangkap, mempertukarkan, menggunakan, mengkomunikasikan modal intelektual organisasi secara terus menerus.

62,96%

34

Kemampuan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penilaian kebutuhan, perencanaan dan evaluasi program.

66,67%

Page 103: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

106

35

Kemampuan mengembangkan pengukuran frekuensi penggunaan layanan, kepuasan pemakai dan dampak informasi terhadap pengambilan keputusan dalam organisasi.

62,96%

36

Mencari peluang untuk perbaikan dan berusahan untuk menjadi yang terbaik di kelas layanan penting, seperti : kesiagaan informasi, referensi dan pemanfaatan bersama sumber daya secara aktif.

55,56%

37 Selalu berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian. 51,85%

38

Selalu memantau arah gejala industri dan penyebaran informasi untuk orang-orang penting dalam organisasi atau klien secara perorangan.

44,44%

39Kemampuan memfokuskan kembali layanan informasi sesuai kebutuhan baru dalam bisnis.

48,15%

40Kemampuan melakukan pengiriman dokumen tepat waktu untuk mencapai fleksibilitas maksimal

62,96%

41

Selalu memantau pembelian produk informasi oleh institusi lain untuk menjamin bahwa produk tersebut efektif dari segi biaya dan sejalan dengan kebutuhan organisasi saat ini.

37,04%

42 Selalu berpartisipasi dalam perencanaan strategis dalam organisasi. 59,26%

43

Selalu menginformasikan kepada manajemen mengenai masalah hak cipta dan kesesuaiannya dengan hukum hak cipta.

66,67%

44 Selalu melakukan negosiasi kontrak dengan penyedia pangkalan data. 40,74%

45 Kemampuan memperoleh informasi paten. 37,04%

46 Kemampuan mengembangkan kebijakan informasi untuk organisasi. 55,56%

Kompetensi Personal

47Kemampuan mencari unpan balik kinerja dan menggunakannya untuk perbaikan secara terus menerus.

77,78%

48 Kemampuan melakukan kajian pemakai secara rutin. 62,96%

49

Selalu menanyakan kepada pemakai perpustakaan apakah mereka menemukan informasi yang relevan dan bernilai.

74,07%

50Selalu berbagi pengetahuan yang baru dengan orang lain dalam konferensi atau literatur profesional.

62,96%

51

Selalu menggunakan pengetahuan hasil penelitian kepustakawanan khusus sebagai sumber daya untuk memperbaiki layanan.

81,48%

52Selalu mengambil peran baru dalam organisasi yang memerlukan seorang pemimpin informasi

40,74%

53

Menggunakan pengetahuan dan keahlian perpustakaan untuk memecahkan berbagai masalah-masalah informasi dalam arti luas.

74,07%

54

Kemampuan memperluas koleksi perpustakaan tidak terbatas pada media tradisional seperti buku dan jurnal, namun juga menciptakan perpustakaan tanpa dinding.

74,07%

55

Memahami bahwa pencarian informasi dan penggunaannya sebagai bagian dari proses kreatif bagi individu dan organisasi.

81,48%

56Selalu memandang perpustakaan dan layanan informasi sebagai bagian dari sebuah proses

92,59%

57

Selalu memberikan prioritas tertinggi pada permintaan penting untuk informasi yang kritis bagi keuntungan kompetitif organisasi.

81,48%

58

Selalu mengantisipasi arah gejala dan secara proaktif mengatur kembali perpustakaan dan layanan informasi untuk mengambil keuntungan daripadanya.

62,96%

59

Saya mampu menjalin aliansi dengan profesional Sistem Informasi Manajemen (MIS) untuk mengoptimalkan keseimbangan antara pengetahuan dan keahlian.

62,96%

60Saya mampu menyediakan kepemimpinan pada tim manajemen informasi.

48,15%

61

Saya mampu membangun kerjasama dengan perpustakaan atau layanan informasi lain, baik di dalam maupun di luar organisasi untuk mengoptimalkan resource sharing.

77,78%

62

Saya mampu menjalin aliansi dengan pemilik pangkalan data dan penyedia informasi lain untuk meningkatkan produk dan layanan.

62,96%

63

Saya selalu menjalin aliansi dengan peneliti fakultas ilmu perustakaan dan informasi untuk melakukan kajian-kajian yang terkait secara praktis.

70,37%

64 Saya selalu menghargai orang lain agar kita diperlakukan sama. 81,48%

65Saya mampu mengenali kekuatan sendiri dan kekuatan orang lain dengan seimbang.

81,48%

66

Saya mampu mengirim informasi tepat waktu dan tepat sasaran dan mengharapkan orang lain bertindak sama.

81,48%

67

Jika saya seorang pemimpin, saya mampu menciptakan lingkungan pemecahan masalah dimana konstribusi setiap orang disambut dan dihargai.

88,89%

68Saya mampu membantu orang lain untuk mengoptimalkan kontribusi mereka.

88,89%

Page 104: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

107

69

Saya mampu menjadi seorang pemimpin yang selalu mendengarkan terlebih dahulu sebelum kemudian melatih staf dan lainnya untuk mengembangkan solusi mereka sendiri.

74,07%

70Saya mampu mendukung dan berpartisipasi dalam program bimbingan.

85,19%

71 Saya mampu menyelenggarakan rapat secara efektif. 85,19%

72 Saya mampu mempersentasikan gagasan secara jelas dan antusias. 85,19%

73 Saya mampu menulis teks secara jelas dan mudah dimengerti. 92,59%

74 Saya selalu menggunakan bahasa yang umum. 88,89%

75Saya mampu meminta umpan balik dalam keahlian berkomunikasi dan menggunakannya untuk perbaikan diri.

85,19%

76 Saya menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. 37,04%

77Saya menguasai semua bahasa yang terdapat di Negara ASEAN baik lisan maupun tulisan.

14,81%

78 Dapat bekerjasama dengan baik dalam suatu tim kerja. 77,78%

79

Saya selalu meningkatkan kinerja pribadi dan anggota lainnya melalui peluang belajar secara formal maupun informal.

85,19%

80

Saya selalu mempelajari dan mengembangkan kualitas seorang pemimpin yang baik dan mengetahui cara untuk melatih kepemimpinan tersebut.

92,59%

81

Saya dapat membagi peran kepemimpinan dengan yang lain dan memberi kesempatan orang lain untuk berperan sebagai pemimpin.

85,19%

82Saya mampu melatih kepemimpinan di lingkungan perpustakaan, sebagai anggota tim, atau unit dalam organisasi.

77,78%

83Saya mampu mencari peluang untuk melatih kepemimpinan yang berhubungan dengan profesi.

81,48%

84 Saya selalu mengakui kontribusi dari seluruh anggota tim. 85,19%

85

Saya memahami bahwa agar penggunaan sumber daya manusia paling efektif, diperlukan perencanaan secara hati-hati dan terus menerus.

85,19%

86

Saya mampu mengembangkan suatu pendekatan pada perencanaan dan manajemen waktu yang menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional.

70,37%

87

Saya mampu meninjau tujuan secara teratur, memprioritaskannya dan memastikan bahwa proporsi tepat dari kegiatan harian terkait dengan tujuan pribadi dan professional.

66,67%

88Saya selalu berusaha meniti karir dengan belajar terus menerus dan mengembangkan pengetahuan.

88,89%

89Saya memiliki tanggungjawab pribadi untuk perencanaan jangka panjang dan mencari

77,78%

90

Saya mampu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan pengetahuan terus menerus dan menghargai kontribusi masyarakat.

88,89%

91

Saya memelihara rasa menghargai diri sendiri yang kuat berdasarkan pencapaian keseimbangan antara tujuan pribadi dan profesional.

88,89%

92

Saya pernah aktif dalam asosiasi pustakawan khusus dan asosiasi professional lainnya dan menggunakan peluang ini untuk berbagi pengetahuan dan keahlian, untuk studi banding dengan penyedia layanan informasi lainnya, membentuk kemitraan dan aliansi.

74,07%

93

Saya memahami akan kebutuhan suatu forum dimana para professional informasi dapat saling berkomunikasi, bicara satu suara dalam hal kebijakan informasi yang penting, seperti hak cipta dan infrastruktur informasi global.

85,19%

94

Saya dapat menerima tanggung jawab yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula dan merespon kebutuhan akan perubahan.

77,78%

95Saya memelihara sifat positif dan membantu orang lain untuk melakukan yang sama.

92,59%

96Saya tidak pernah berkata bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan dan selalu mencari pemecahan masalah.

92,59%

97

Saya selalu menolong orang lain untuk mengembangkan gagasan mereka dengan cara menyediakan informasi yang benar.

92,59%

98 Saya selalu mencari hal-hal yang baru. 85,19%

99

Saya mampu melihat dan menggunakan teknologi sebagai alat yang memungkinkan untuk mendapatkan gagasan, produk, dan layanan informasi yang baru.

88,89%

Kompetensi Umum

100

Cara Pustakawan UIN dalam meningkatkan kemampuan di bidang perpustakaan (pendidikan formal, pelatihan, kursus, kegiatan workshop dan seminar, belajar dari pengalaman)

48,15%

101Keikutsertaan dalam Ujian Kompetensi Pustakawan yang Diadakan oleh Perpustakaan Nasional

37,04%

102 Jenis Ujian Kompetensi Pustakawan yang Pernah Diikuti 29,63%,

103Kepemilikan Sertifikasi Pustakawan yang Dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional

33,33%

Page 105: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

108

104 Kemampuan mengoperasikan komputer 96,30%

105Kemampuan Mengoperasikan Perangkat Lunak Komputer – Microsoft (Word, Excel,

51.85%

106 Kemampuan Pengelolaan File dalam Komputer 44,44%

107 Kemampuan Penggunaan Perangkat Keras Komputer - Printer 44,44%

108Teknologi Informasi dalam Perpustakaan Membantu Pustakawan dalam Memberikan Pelayanan

96,30%

109 Bahasa Asing yang Dikuasai (Inggris, Arab, Jerman, Belanda, Jepang) (62,96%

110 Kemampuan membuat Rencana Kerja 96.30%

111 Kemampuan Mempersiapkan Materi Rencana Kerja 96,30%

112 Kemampuan Mempersiapkan Materi Laporan Kerja Perpustakaan 92,59%

113 Kemampuan Membuat Laporan Kerja Perpustakaan 96,30%

Kompetensi Inti

114

Melakukan Seleksi Bahan Perpustakaan Adalah Mengidentifikasi Bahan-Bahan Perpustakaan untuk Keperluan Pengadaan dan Pengembangan Bahan Perpustakaan.

96,30%

115 Alat Seleksi Adalah Alat yang Digunakan untuk Pemilihan Bahan Perpustakaan. 100%

116Menyusun Daftar Desiderata Adalah Salah Satu Langkah dalam Melakukan Seleksi Bahan Perpustakaan.

92,59%

117

Dalam melakukan kegiatan pengadaan bahan perpustakaan, apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan peraturan dan / atau kebijakan tentang pengadaan bahan perpustakaan?

59,26%

118

Ketika melakukan kegiatan pengadaan bahan perpustakaan, ada bahan perpustakaan yang tidak sesuai dengan permintaan, tidak perlu

81,48%

119 Kemampuan melakukan pengkatalogan deskriptif bahan perpustakaan 92,59%

120

Dalam rangka menyiapkan pengatalogan deskriptif bahan perpustakaan, bahan perpustakaan yang akan dikatalog tidak perlu diidentifikasi.

85,19%

121 Deskripsi bahan perpustakaan harus dibuat dalam format standar. 88,89%

122Setelah selesai membuat katalog deskriptif bahan perpustakaan, verifikasi tidak perlu lagi dilakukan.

88,89%

123 Kemampuan melakukan pengkatalogan subyek bahan perpustakaan 92,59%

124 Kemampuan menentukan subyek suatu bahan perpustakaan 92,59%

125Dalam menentukan tajuk subyek, subyek harus disesuaikan dengan daftar tajuk subyek.

88,89%

126 Dalam menentukan notasi kelas tidak harus disesuaikan dengan subyek. 77,78%

127 Kemampuan melakukan verifikasi pengkatalogan subyek 88,89%

128Alih media adalah salah satu cara dari kegiatan perbaikan bahan perpustakaan.

85,19%

129

Bahan material yang diberikan untuk memperbaiki bahan perpustakaan yang rusak harus memiliki kekuatan yang sama dengan bahan material yang telah dimiliki oleh bahan.

92,59%

130 Udara lembab membuat bahan pustaka menjadi rusak. 92,59%

131

Circulation services adalah layanan perpustakaan berupa pemberian pelayanan peminjaman dan pengembalian bahan perpustaka.

96,30%

132

Kerjasama antara sejumlah perpustakaan dalam bentuk saling memanfaatkan sumber daya dan layanan informasi semua perpustakaan yang terlibat disebut:

77,78%

133 Kemampuan membuat statistik peminjaman dan pengembalian 85.19%

134Pemustaka yang kurang sopan, sering membuat Bapak/Ibu merasa jengkel dan marah.

44,44%

135

Memberikan pengajaran kepada pemustaka dalam menyeleksi dengan menggunakan alat-alat dan strategi penelusuran yang sesuai untuk menemukan informasi adalah termasuk layanan referensi.

77,78%

136Sumber biografi dan sumber geografi adalah termasuk jenis-jenis sumber referensi.

96,30%

137Katalog, indeks, abstarak, dan bibliogafi adalah termasuk alat bantu penelusran informasi sederhana.

88,89%

138Dalam melakukan kegiatan promosi perpustakaan, harus mempunyai dasar ilmu marketing.

70,37%

139Dalam melakukan kegiatan promosi perpustakaan, tidak perlu menggunakan teknologi.

96,30%

140Kemampuan mengelola dan memanfaatkan informasi sesuai dengan kebutuhan disebut literasi informasi.

88,89%

141Kemampuan menggunakan katalog on-line dalam kegiatan menelusur informasi

96,30%

142 Kemampuan menggunakan jaringan internet untuk layanan perpustakaan 96,30%

Kompetensi Kuhusus

143 Kemampuan membuat disain tata ruang perpustakaan 85.19%

144 Manusia bisa menjadi perusak bahan perpustakaan. 85.19%

Page 106: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 95-110

109

145

Mengidentifikasi kondisi berbagai jenis bahan perpustakaan adalah keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan perbaikan bahan pustaka.

92,59%

146 Kemampuan menggunakan tajuk subyek dan thesaurus 81,48%

147 Kemampuan menyusun literatur sekunder 66,67%

148

Layanan penelusuran informasi khusus tentang suatu subyek disebut juga layanan penelusuran informasi kompleks.

81,48%

149 Kemampuan melakukan kajian bidang perpustakaan 81,48%

150 Kemampuan membuat karya tulis ilmiah 81,48%

151

Membaca cepat, kemampuan menulis, dan berfikir ilmiah termasuk keterampilan yang diperlukan dalam membuat karya ilmiah.

92,59%

Pengetahuan Tentang MEA152 MEA adalah: 62,96%

153Dampak MEA bagi kemampuan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44,44%

154

Pustakawan yang mempunyai kemampuan akan diberdayakan, jika pustakawan tidak mempunyai kemampuan akan ditinggalkan.

55,56%

155

Dengan kedatangan MEA pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus memiliki kompetensi, agar mampu besaing dengan Negara-negara lain di ASEAN.

96.30%

156 Kemampuan pustakawan UIN dalam menghadapi MEA. 66,67%

5. Pengujian Hipotesis

Berdasar hasil analisa, bila diambil skor rata-rata kemampuan pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 74,82% . Hal tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar sudah memiliki kompetensi, namun belum mampu menghadapi MEA.

Selanjutnya mengenai pengetahuan tentang MEA, berdasarkan hasil analisa terdapat skor rata-rata 65,18 %. Dengan demikian pengetahuan pustakawan UIN Syarif hidayatullah Jakarta sebagian besar sudah mengetahui apa yang disebut MEA.

6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penulis dalam penelitian ini pertama dengan menggunakan kuesioner, ada beberapa jawaban dari populasi tidak sesuai

dengan keadaan sebenarnya. Kedua sebagian dari populasi ketika mengisi kuesioner, terlalu mengulur waktu sehingga memakan waktu yang panjang untuk menebar kuesioner.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan

Pustakawan adalah merupakan ujung tombak berdirinya sebuah perpustakaan. Meningkatkan kompetensi pustakawan merupakan hal yang sangat penting dilakukan, agar tidak tesaingi oleh pustakawan-pustakawan diseluruh ASEAN, dan mampu menembus pasar ASEAN.

Berdasar hasil analisa, sebagian besar pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah memiliki kompetensi, baik kompetensi profesional, personal, kompetensi umum, kompetensi inti, dan maupu kompetensi khusus. Namun sebagian besar tersebut, walaupun sudah memiliki kompetensi, mereka belum siap menghadapi MEA. Karena ketika menjawab dalam kuesioner adalah skor tertinggi adalah setuju, padahal dalam kesiapan menghadapi MEA, diharapkan jawabannya adalah sangat setuju. Sekitar 80% menjawab setuju dan 20 % menjawab sangat setuju.

B. Implikasi

Setelah melakukan penelitian tentang kompetensi pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik kompetensi professional, personal, kompetensi umum, kompetensi inti maupn kompetensi khusus pada dasarnya sudah cukup memadai, namun belum siap menghadapi MEA.

2. Rekomendasi

Banyak pengetahuan yang harus dimiliki oleh pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memningkatkan kompetensi, dari satu sisi mereka harus memiliki kemampuan professional mereka sebagai pustakawan. Disisi lain mereka juga harus memiliki kompetensi lain sebagai penunjang pekerjaan mereka sebagai pustawan, seperti

Page 107: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Yusnimar, S.IP : Kompetensi Pustakawan UIN Jakarta Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

110

kemampuan berbahasa. Dalam menghadapi MEA, kemampuan berbahasa merupakan hal yang sangat penting dikuasai karena bahasa adalah merupakan alat komunikasi yang mampu menembus dunia. Tanpa memiliki kemampuan berbahasa, tidak akan mampu merebut pasar asean, dengan demikian pustakawan UIN Jakarta disamping harus mampu meningkatkan kompetensi profesionalnya dibidang perpustakaan, juga harus meningkatkan kompetensinya dibidang bahasa, teknologi informasi, Dan kemudian juga pustakawan juga harus meningkatkan skill manajerial. Semua tidak akan terwujud tanpa dukungan pihak pinpinan UIN syarif Hidayatullah sebagai lembaga induknya.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sujono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 1999.

Departemen Perdagangan. “Kesiapan Indonesia Menuju ASEAN Community 2015 - ITB | Berita.” Diakses 11 November 2015. http://www.itb.ac.id/news/4390.xhtml.

Hermawan Warsito. Pengantar Metodologi Pene-litian : Buku Panduan Mahasiswa ,. Ja-karta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Ivan Prasetya. “CONTOH Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik - GODISNOWHERETM.” Diakses 16 November 2015. http://www.b0chun.com/blog/2011/03/03/contoh-hi-potesis-penelitian-dan-hipotesis-statistik/.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Margono. Metodologi pendidikan. Jakarta: Rine-ka Cipta, 2000.

Masri Singarimbun (editor). Metode Peneltian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989.

M. Fishbein dan I Ajzen. Belief, Attitudes, Inten-tion, and Behavior : An Introduction to Theory and Research. Massachusetts: Ad-dison-Wesley Publishing, 1975.

Noatmodjo. Ilmu Prilaku dan Sikap. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

“Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Un-dang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Ten-tang Perpustakaan.” Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 14 April 2014.

Proyek Pengembangan Perpustakaan Departe-men Pendidikan dan Kebudayaan, Pe-doman / Standard Perpustakaan Pergu-ruan Tinggi. Jakarta, 1977.

Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

“pustakawan | Ariastana78’s Blog.” Pustakawan Profesional, 2015. https://ariastana78.wordpress.com/tag/pustakawan/.

Rachmi Hertanti. “Ancaman MEA 2015, Momentum Bangkitnya Gerakan Buruh ASEAN | Per-satuan Perjuangan Indonesia.” Diakses 17 November 2015. https://ppijkt.wordpress.com/2014/10/06/ancaman-mea-2015-mo-mentum-bangkitnya-gerakan-buruh-asean/.

Setiawati. Proses Pembelajaran dalam Pendi-dikan Kesehatan. Jakarta: TIM, 2008.

“SKKNI_Bidang_PErpustakaan.pdf.” Diakses 12 November 2015. http://pustakawan.pnri.go.id/uploads/document/SKKNI_Bidang_PErpustakaan.pdf.

Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri. Pen-didikan Keterampilan. Jakarta: Depdik-bud, n.d.

“Startegi Pustakawan Indonesia dalam Menghada-pi AEC | Berbagi Ilmu Pengetahuan.” Diak-ses 11 November 2015. https://nitaadiyati.wordpress.com/2015/01/11/startegi-pus-takawan-indonesia-dalam-menghadapi-aec/.

Subana.M dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pe-dekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, n.d.

Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

“Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,” n.d.

“undang-undang republik indonesia nomor 43 ta-hun 2007 tentang perpustakaan - Penelusu-ran Google.” Diakses 12 November 2015. https://www.google.com/search?q=un-dang-undang+republik+indonesia+no-mor+43+tahun+2007+tentang+perpus-takaan&ie=utf-8&oe=utf-8.

Page 108: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 111-116

111

LAYANAN REFERENSIDI PUSAT PERPUSTAKAAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh: Maryulisman

This paper discusses about Reference Service at Central Library of State Islamic University, The objective of this article is to describe the practices of reference services and the barriers in delivering the services. Based on the study it was found that the reference service doesn’t function properly either in the type of the service or the service system provided. The service system is offered manually. Moreover, the competencies of reference librarians are still unsufficcient, particularly the competency of Arabic proficiency. It can hinder considerably in delivering reference services effectively.

Keywords: reference service barriers, delivering service, reference librarian competencies

Tulisan ini membahas Layanan referensi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan gambaran tentang pelaksanaan layanan referensi serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian layanan referensi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan studi yang dilakukan layanan referensi di Pusat Perpustakaan masih terbatas atau masih belum berfungsi secara maksimal baik jenis layanan yang ditawarkan maupun sistem layanan yang sediakan. Sitem layanan yang diberikan masih bersifat manual. Selain itu, kompetensi yang dimiliki oleh pustakawan referensi belum cukup memadai. Kompetensi dalam penguasaan bahasa asing terutama penggunaan bahasa Arab menjadi kendala dalam menggunakan bahan-bahan referensi berbahasa asing.

Kata Kunci: layanan referensi, rerpustakaan perguruan tinggi

Abstract

Abstrak

A. Pendahuluan

Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu perpustakaan diantara beberapa perpustakaan fakultas yang ada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemustaka yang mencari informasi ke Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentunya berasal dari mahasiswa berbagai fakultas. Ini berarti koleksi layanan referensi yang disediakan oleh Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih beragam.

Seorang pustakawan referensi dituntut untuk dapat melayani kebutuhan

pemustaka. Koleksi yang berada di Bagian Layanan Referensi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara lain berupa biografi, Bibliografi, sumber geografi, indeks, abstrak, direktori, kamus, ensiklopedia dan almanak. Sumber-sumber koleksi layanan referensi tersebut menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

(Alfons dkk, 2014) Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi, yang berjalan secara sistematis dan terencana dimana terdapat suatu proses kegiatan dengan masyarakat ilmiah didalamnya. Pendidikan tinggi merupakan

Page 109: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Maryulisman, S.IP : Layanan Referensi Di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta

112

tempat untuk mempelajari, menggali, mengkaji atau meneliti dan mengembangkan ilmu secara bebas dan objektif. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Perguruan tinggi sebagai wahana ideal untuk menciptakan masyarakat belajar perlu adanya perpustakaan sebagai suatu unsur penunjang tercapainya tujuan perguruan tinggi. Perpustakaan merupakan bagian intergral dari sebuah lembaga pendidikan yang menyediakan informasi bagi para pemakai khususnya mahasiswa, hal tersebut sesuai dengan Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kemudian Pengguna perpustakaan adalah faktor utama dalam kegiatan jasa referensi. Pengguna dapat dikatakan sebagai orang yang berhubungan dengan menyediakan koleksi referensi. Koleksi referensi terdiri dari berbagai jenis seperti kamus, ensiklopedi, tesis, karya ilmiah, bahan ajar, laporan penelitian, laporan akhir, disertasi, jurnal dan juga majalah. koleksi ini digunakan oleh mahasiswa untuk kebutuhan informasi dasar seperti arti sebuah istilah, uraian suatu pengertian, alamat orang atau instansi serta data statistik tertentu.

B. Pengertian Layanan Referensi

Suharyanto dalam buku Glosarium Istilah Perpustakaan menyebutkan bahwa layanan referensi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh pustakawan referensi untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka (secara pribadi, melalui telepon atau elektronik) tidak terbatas untuk menjawab pertanyaan substantive, memberikan pengajaran kepada pemustaka dalam menyeleksi, menggunakan ala-alat dan strategi penelusuran yang sesuai untuk menemukan informasi, melakukan penelusuran dalam rangka memnuhi kebutuhan pemustaka, mengarahkan pemustaka ke sumber daya perpustakaan, membantu dalam evaluasi informasi,

merujuk pelanggan pada sumber daya di luar perpustakaan, membuat statistic referensi dan berpartisipasi dalam pengembangan koleksi referensi.

Layanan informasi dan referensi diperlukan di perpustakaan karena banyak cara mengakses informasi di perpustakaan yang memiliki koleksi yang beragam. Meskipun pengorganisasian koleksi perpustakaan dianggap mudah oleh pustakawan namun bagi pemustaka tentunya pengorganisasian koleksi tersebut menjadikannya sulit dalam menemukan informasi yang dibutuhkannya. Untuk menjembatani antara pemustaka dengan sumber informasi yang ada di perpustakaan diperlukan layanan informasi dan referensi.

C. Tujuan Layanan Referensi

Tujuan pelayanan referensi adalah untuk memenuhi kebutuhan pemustaka men-cakup mencari informasi dan menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan. Seorang staf referensi perlu memahami bah-wa meja informasi adalah bagain penting se-buah perpustakaan. Pelayanan yang diberikan di meja informasi berbeda bergantung dari je-nis perpustakaan, sumber yang ada, dan staf.

D. Jenis Kegiatan Layanan Referensi

Jasa rujukan dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu:

1. Jasa dasar yang mencakup: Pemberian informasi umum, penyediaan informasi khusus, bantuan dalam menelusur dokumen, bantuan dalam menggunakan katalog, dan jasa bantuan menggunakan buku rujukan.

2. Jasa yang lazim dilaksanakan, antara lain: Pinjam antar perpustakaan, tendon (reservation) buku, orientasi perputakaan, instruksi bibliografi, kunjungan perpustakaan, menyelenggarakan pameran termasuk pameran buku yang baru diterima, memberikan izin sementara bagi pemakai bukan anggota perpustakaan, membantu penerbitan perpustakaan, jasa bimbingan pembaca, jasa pengindeksan dan abstrak, kompilasi bibliografi,

Page 110: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 111-116

113

pembuatan kliping, pembuatan jajaran vertikal berisi pamflet prospektus, brosur, dan sebagainya.

3. Jasa yang jarang dilakukan antara lain: Pameran majalah mutakhir, pembentukan jajaran khusus seperti jajaran berisi kegiaan dan peristiwa mutakhir atau surat menyurat masa lalu dari badan induk, reproduksi dokumen, jasa terjemahan, jasa referal

Disamping tugas di atas, bagian referensi juga masih memiliki fungsi lain seperti: Pemilihan buku, mengolah tesis dan disertasi, mengawasi katalog perpustakaan, mengawasi pengembalian buku referensi ke rak, penjilidan, dan kegiatan lainnya.

American Library Association – Reference Service Division menyatakan ada dua jenis jasa rujukan yaitu jasa langsung dan tidak langsung. Pada jasa rujukan langsung, bantuan personil langsung diberikan pada pemustaka artinya pustakawan langsung membantu pemakai mencari informasi. Bantuan ini dapat berupa instruksi pemakaian perpustakaan dan memberikan informasi yang diperlukan pemustaka. Jasa referensi tidak langsung dapat berupa penyusunan katalog, bibliografi, bantuan rujukan lainnya, pemilihan dokumen, penyusunan bagian referensi, pembuatan jajaran informasi relevan, serta berbagai fungsi lain seperti fotokopi, pengawasan ruang baca, pinjam antar perpustakaan, dan sebagainya.

E. Evolusi Pelayanan Referensi

(Rosa, 2012) Dengan digunakannya teknologi informasi di perpustakaan, kebanyakan perpustakaan masa kini adalah lembaga hibrida yang menyimpan dokumen digital maupun tradisional atau tercetak. Dalam keadaan seperti ini, pustakawan referensi akan memainkan perannya sebagai navigator, yang akan menemani dan membimbing pemustaka untuk mendapatkan sumber informasi yang bermanfaat membuka cakrawala pengetahuan luas tanpa batas. Para pemustaka akan senantiasa memerlukan bantuan dan bimbingan pustakawan referensi dalam menenggarai sumber informasi yang paling tepat.

Teknologi memungkinkan kita mengakses

sumber informasi yang berada di luar perpustakaan dan memberikan cara yang lebih mudah, konsekuensinya pustakawan harus tetap memainkan perannya sebagai manager informasi dan memberikan pelayanan informasi yang terbaik. Koleksi dan pelayanan perpustakaan akan lebih mudah digunakan, dan perpustakaan akan selalu berusaha memberikan nilai tambah informasi yang diperlukan pemustaka pada sumber yang tersedia yang dikelola dengan baik.

(Hildawati Almah, 2013) Awal Pelayanan referensi maya diluncurkan pada pertengahan 1980-an, terutama oleh perpustakaan akademis dan medis, dan disediakan melalui surel. Penerapan awal ini berdasarkan dua alasan, pertama untuk memperpanjang jam layanan bahwa pertanyaan dapat dikirimkan ke meja referensi, dan untuk menggali potensi jaringan kampus yang pada waktu itu menggunakan teknologi baru . OCLC (2007) On-line Computer Library Centre merumuskan bahwa referensi maya adalah pelayanan referensi yang menggunakan teknologi komputer dan komunikasi untuk memberikan pelayanan referensi kepada pemustaka kapan saja dan dimana saja.Pelayanan referensi secar digital adalah sebuah pelayanan pada perpustakaan yang dilakukan secara online (terpasang) dan traksaksi referensi dikomunikasikan dengan media computer.Hal ini dilakukan agar pelayanan referensi tidak saja terbatas pada waktu dan tempat tertentu.pemakai dapat melakukan konsultasi melalui email dari rumah atau tempat kerja dan tempat lainnya. Di samping itu, pelayanan referensi secara digital akan lebih cepat jika dibarengi dengan adanya kemampuan SDM dibidang Teknologi informasi. Bentuk-bentuk Pelayanan 1. Email 2. Webforms 3. Chat Using commercial applications

(Cassell dan Hiremath, 2011) Layanan referensi tatap muka telah mengalami penurunan setelah internet menjadi bagian utama dalam kehidupan pemustaka. Perpustakaan juga mencatat penurunan pertanyaan referensi dan peningkatan pertanyaan yang lebih rumit. Pemustaka hanya berkonsultasi kepada pustakawan referensi setelah tidak berhasil memperoleh

Page 111: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Maryulisman, S.IP : Layanan Referensi Di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta

114

informasi dari internet. Model baru dari layanan referensi sebagai upaya kompensasi penurunan layanan referensi tatap muka. Beberapa perpustakaan mulai meninggalkan meja informasi dan lebih memilih perpustakaan lainnya dengan menggunakan telepon, surat elektronik, chat dan IM. Perpustakaan lainnya menggabungkan layanan perpustakaan dalam satu tempat yang terdiri dari layanan referensi, layanan fotokopi, dan bantuan dengan komputasi.

F. Layanan Referensi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1) Jumlah Koleksi Referensi

Sumber-sumber referensi yang dikoleksi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah antara lain: sumber biografi, bibliografi, sumber geografi, indeks, abstrak, direktori, kamus, ensiklopedia, almanak, dan sumber-sumber referensi lainnya. Jumlah koleksi yang ada di layanan referensi adalah 2738 judul, yang terdiri dari 599 judul koleksi referensi Islam dan 2139 judul koleksi referensi umum.

Beberapa koleksi referensi berbahasa arab antara lain:

a. Mu’jam al-udaba’ au irsyad al-arib ila maghfirah al-adib

b. al-Mausu’ah al-’Arabiyyahc. Mu’jam al-hadharah al-mashriyah al-

qadimahd. Mu’jam al-mufahrase. Atlas al-Quranf. Fahrasu Ahaditsg. Athlas al-hadits al-Nabawih. al-Qamus al-fiqhiyah lughatan wa

istilahani. Mausu’ah fiqh ‘Abdullah ibn ‘Umar:

‘ashr wa hayatuhj. Mu’jam fiqh al-salaf ‘itratan wa

shahabatan wa tabi’ink. Mu’jam al ulama al-Arabyl. Al-’alam: qamus tarjin li ashar al-rijal

wanisa’i min al-’arbi wa al-munta’aribin wa al-mustasyirqin

2) Jenis-jenis Layanan Referensi yang ditawarkan

Pusat Perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki dua jenis layanan referensi yaitu layanan referensi koleksi Islam dan layanan referensi koleksi umum. Layanan referensi terletak di lantai 5 gedung Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Prosedur pemberian Layanan Referensi

Koleksi referensi tidak boleh dipinjamkan melainkan hanya boleh dibaca ditempat dan bagi anggota yang sangat memerlukan informasi dari koleksi referensi maka diperbolehkan meminjam koleksi referensi tersebut untuk difotokopi dalam waktu maksimal satu jam, dengan syarat mengisi formulir yang disediakan dan meninggalkan kartu anggota/kartu identitas yang masih berlaku.

Tentunya terdapat perbedaan perlakuan terhadap kedua jenis layanan referensi tersebut. Perbedaan mencolok lebih kepada penguasaan bahasa. Untuk koleksi layanan referensi Islam yang koleksinya menggunakan Bahasa Arab maka agar pustakawan referensi dapat memberikan informasi kepada pemustaka, pustakawan referensinya harus menguasai Bahasa Arab.

Pustakawan referensi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hanya ada satu orang saja. Namun bukan berarti semua pertanyaan referensi ditangani oleh satu orang saja. Bagi pustakawan lainnya tentunya dipersilahkan untuk dapat membantu menjawab pertanyaan referensi. Walaupun tidak ada papan informasi yang menjelaskan keberadaan pustakawan referensi, pemustaka sudah mengetahui bahwa pustakawan yang menempati lantai 5 (ruang layanan referensi) akan membantu menjawab pertanyaan referensi.

Hingga saat ini pelayanan referensi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih bersifat manual. Layanan referensi baru sebatas bertemu langsung antara pemustaka dan pustakawan. Belum ada fasilitas berupa call centre atau e-mail yang bisa digunakan pemustaka sebagai sarana bertanya kepada pustakawan referen.

Kegiatan pustakawan referensipun hanya sebatas memberitahukan informasi letak koleksi referensi yang sedang diperlukan

Page 112: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 111-116

115

oleh pemustaka. Selanjutnya pemustaka sendiri yang akan mencari informasi yang diperlukannya tersebut. Kegiatan seperti ini dikenal dengan penelusuran informasi.

G. Kendala yang Dihadapi Pustakawan Referensi

Kendala yang terjadi pada pustakawan referensi di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini adalah penguasaan bahasa asing. Terutama dalam penggunaan koleksi kitab-kitab berbahasa Arab. Misalkan saja ketika ada pemustaka yang bertanya mengenai dalil-dalil hadits atas suatu hal maka setidaknya pustakawan referensi harus memahami bahasa Arab dari hal yang dimaksud pemustaka tersebut. Setelah mengetahui bahasa Arabnya selanjutnya pustakawan mengarahkan pemustaka tersebut ke rak koleksi kitab-kitab hadits. Dari beberapa kitab-kitab hadits diperlukan pula pengetahuan cara pencarian informasinya karena penelusuran hadis harus ke sumber aslinya.

(Wanda Listiani, 2007) Persoalan dalam layanan referensi bukanlah dalam menemukan sumber-sumber yang cukup, melainkan dalam memilih sumber-sumber yang paling tepat dari antara banyak sumber potensial lainnya, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi setiap perpustakaan, yang pada saat ini khususnya dijadikan sebagai tolok ukur keunggulan daya saing lembaga. Layanan yang berkualitas adalah upaya maksimal yang mampu diberikan oleh pustakawan dari suatu jasa layanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pemakai sehingga tercapai suatu kepuasaan. Terdapat empat hal untuk mengukur kualitas layanan referensi yaitu ketepatan layanan, layanan yang ramah serta selalu siap menolong, kecepatan layanan, dan kemampuan pustakawan untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul dan terhadap keluhan yang disampaikan pengguna.

(Lasi dan Eko Setiawan, 2012) Kepuasan pengguna perpustakaan berkaitan erat dengan kualitas layanan, yang dapat memberikan dorongan kepada pengguna untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perpustakaan.

Dengan terjalinnya hubungan, diharapkan perpustakaan dapat memahami harapan dan kebutuhan pengguna, sehingga meningkatkan kepuasan pengguna dengan memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimalkan atau meniadakan pengalaman yang kurang menyenangkan.

Layanan perpustakaan yang tidak dapat memuaskan pengguna akan menghadapi masalah yang kompleks karena pengguna yang tidak puas akan menyampaikan pengalaman buruknya kepada orang lain. Oleh karena itu, perpustakaan harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengimplementasikan, dan mengendalikan kualitas layanan dengan baik sehingga layanan yang diberikan dapat memuaskan pengguna.

Perpustakaan perlu melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pengguna. Melalui pemantauan dan pengukuran kepuasan pengguna, umpan balik dan masukan dari pengguna dapat diperoleh untuk pengembangan strategi dan implementasi peningkatan kepuasan pengguna perpustakaan.

Memberikan jawaban pada pertanyaan yang diajukan pemustaka tidak selalu berjalan lancar. Beberapa hal yang menghambat kelancaran berakar dari pustakawan referensi sendiri. Tidak jarang seorang pustakawan memberikan informasi yang salah karena sudah kadaluwarsa, tentu saja tidak akurat.

H. Penutup

Layanan referensi sebagai bagian dari layanan perpustakaan akan menjadi layanan yang diminati oleh pemustaka ketika layanan yang diberikan pustakawan referensi dapat menjawab pertanyaan dan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang diajukan pemustaka. Terlebih Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi jantungnya perguruan tinggi harus mempersiapkan pustakawan referensi yang kaya akan pengetahuan informasi dari sumber-sumber koleksi yang dilayaninya.

Dengan berkembangnya teknologi

Page 113: Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 1-10

Maryulisman, S.IP : Layanan Referensi Di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta

116

informasi, sebaiknya pustakawan referensi tidak menyerah begitu saja ketika informasi yang dibutuhkan pemustaka tidak ditemukan dalam perpustakaan. Pustakawan referensi dapat memanfaatkan internet atau bertanya langsung ke perpustakaan atau pusat informasi lainnya.

Daftar Pustaka

Widyawan, Rosa, Pelayanan Referensi: Berawal dari Senyuman, Bandung: Bahtera Ilmu, 2012

Wanda Listiani, Mengukur Kualitas Layanan Referensi. Fihris Vol. II No. 1 Januari - Juni 2007

Hildawati Almah, 2013), Pengembangan Layanan Referensi di Perpustakaan (Antara Hara-pan dan Kenyataan), Jurnal Iqra’ Vol. 07 No.01 Mei, 2013

(Lasi Dan Eko Setiawan, 2012), Analisis Kepua-san Pengguna Layanan Referensi Melalui E-Mail Di Perpustakaan Universitas Sura-baya, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. 21, No. 1 April 2012

Suharyanto, Glosarium Istilah Perpustakaan, Pare: FAM Publishing, 2014

World Encyclopedia of Library and Information Service, Chicago: American Library Associ-ation, 1993

Sulistio Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Ja-karta: Gramedia, 1993

Cassel, Kay Ann and Uma Hiremath, Reference and Information Services in the 21st Cen-tury, London: Neal-Schuman Publishing, 2011