aku terbangun akibat suara motor itu

9

Click here to load reader

Upload: ikrom-zain

Post on 04-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

keep smile

TRANSCRIPT

Page 1: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

Aku terbangun akibat suara motor itu. Dia lewat lagi. Segera kumelangkah ke ruang tamu dan ternyata memang benar. Dengan keringatnya yang masih basah, aku bisa mencium aroma laki-laki yang kuat. Tangannya yang kekar semakin menambah nafsuku kepadanya. Motor Yamaha Vixion itu semakin mendekat. Kali ini aku melihat tatapan wajahnya yang kecapekan. Hasrat untuk memilikinya semakin tinggi.

Aku memutar otak. Bagaimana aku bisa mendapatkannya? Aku tak tahan lagi. Ardi. Lelaki yang sudah membuatku tak bisa tidur selama berbulan-bulan ini. Seorang pemain basket dengan keturunan Sunda-Jawa. Tubuhnya atletis dengan enam bidang di perutnya. Yang aku suka darinya adalah karena dia pengendara motor Sport. Kegagahannya semakin sempurna. Aku tak tahu mengapa begitu tergila-gila dengan pria pengendara sport. Jantan dan benar-benar menggairahkan. Ingin rasanya memeluk mereka saat mereka berkendara. Tapi sebenarnya aku ingin melihat mereka tak berdaya dengan motor itu. Aku ingin melihat mereka kesakitan setelah aku melihat keperkasaan mereka. Ya, aku ingin itu. Tertawa dan menari saat mereka benar-benar merasa tersiksa.

Akhirnya aku punya ide. Cukup gila. Akan kujebak si Ardi di jalan. Ya, di jalan. Tentunya di jalan yang sepi. Aku akan membuatnya benar-benar lemah. Untuk melaksanakan rencanaku ini, kupanggil dua temanku yang juga maniak dengan si Ardi ini. Mereka rupanya ingin menghabisinya karena pernah dikalahkan saat drag race. Hmm, jodoh sekali.

Beberapa hari ini aku memantau kegiatannya. Mulai dari basket hingga fitnes. Rupanya dia sering melewati jalan di komplek sebelum kosku. Di komplek itu ada banyak rumah kosong dan gang-gang buntu. Akan kujebak dia agar menuju gang buntu yang sepi. Tapi, entah ada angin apa, tiba-tiba dia datang ke kosku. “Eh tumben Di loe ke sini?” kataku. “Iya steve, gue minta tolong loe dong”, katanya. “Hmm, minta tolong apa nih?” “Guwe mau minta anter loe dong beli jersey. Lagi males jalan sendiri nih.” Wah kesempatan. Pikirku. Aku akan minta bonceng dan menjalankan rencanaku. Sungguh ini di luar dugaan. “Oke. Tapi motorku lagi ngadat nih. Gimna?” “Oh loe guwe bonceng aja. Gampang deh. Tar kita jalan jam lima sore ya”. “Oke deh,” kataku. Lalu kuhubungi teman-temanku. Aku ubah rencana dari sebelumnya. Aku ingin mencicipinya dulu di atas motor.

Singkat cerita aku pun diboncengnya. Aroma parfumnya benar-benar menyengat. Sesekali kupeluk erat pingganya. Aku bermodus takut jatuh karena dia menggeber motornya dengan kencang. Dan sebuah jersey basket berwarna biru sudah ia dapatkan. “Menurut loe bagus nggak?” tanyanya. “Sip deh. Loe pake aja langsung.” Kataku. “Gitu ya. Iya deh kebetulan aku juga sekalian maen basket. Eh loe mau ikut?” “Gimana ya. Gue mau ada urusan di komplek.” “Oh gitu, yaudah. Guwe anterin.” Dia pun memakai jersey itu dan akan memakai jaketnya. “Eh loe apa gak panas tuh pake jaket. Mending ga usah deh. Gue aja kegerahan”, kataku. Mulai aku beraksi. “Gitu ya. Ya udah kulepas aja.” Dia pun melepas jaketnya dan hanya tersisa jersey basket yang tentunya berupa singlet itu. Kami pun berangkat. Dan ku-SMS temanku agar siap-siap. Karena cuaca panas keringat Ardi pun meleleh. Kuseka dengan tanganku di bagian punggungnya. Dan aku pun lagi-lagi memeluknya. Hembusan nafas, tetesan keringat, dan di atas motor sport. Oh surga dunia. Kulihat ke arah spion wajahnya berkonsentrasi ke jalan. Oh akhirnya aku segera mendapatkanmu. Ardi memang perkasa. Sering ia melakukan manuver di jalan dengan kece[atan tinggi. Aku merasa sedang terbang bersama superman.

Hingga pada suatu jalan di komplek yang cukup sepi dua pengendara motor sport dengan ukuran lebih besar mengikuti laju kami. “Eh Di loe lihat dua orang itu kok ikuti kita terus?” tanyaku. “Hmmm iya. Siapa ya mereka?” “Duh kok aku jadi parno, jangan-jangan mereka begal. Ini kan udah mulai malam” “Tenang aja. Loe gak usah takut. Ada gue. Lagian ni motor bisa diandelin. Loe pasti aman” Oh jawaban lelaki yang kuidam-idamkan. “Loe pegangan yang kuat ya. Gue mau ngebut.” Dan aku pun memeluknya. Aku senang sekali. Dia berusaha sekuat tenaga melindungiku. Tapi dia tampaknya cukup khawatir. Dua orang temanku itu masih bisa mengikutinya. “Sial. Kenapa mereka cepat sekali. Aku harus lebih cepat”, katanya. Aku pun memeluknya lebih erat dan erat. Tetesan keringatnya semakin mengucur deras. Dia

Page 2: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

panik. Yah itu yang aku mau. Perhatiannya muali terpecah. Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kuremas penisnya dengan tiba-tiba. Ia pun kaget. Laju motornya pun melambat. “Eh Steve, loe apa-apaan?” “Eh maaf aku takut banget nih,” “Guwe bilang kan gak usah takut. Ada guwe dan.... “Arkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh............. “Mampus loe Di” kataku Kedua temanku berhasil menyusul kami. Dua buah setrum mengarah ke kedua rusuknya. Motor kami pun oleng tapi Ardi masih berhasil menguasainya. “Steve loe mau ap...... arkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh............. Sekarang kupegang penisnya. Dan “Arkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...................... Dua temanku lagi-lagi berhasil menyetrum rusuknya. Ardi masih ingin bertahan. Hingga salah seorang temanku berhasil mencabut kunci motornya. Motor Ardi pun berhenti tepat di gang buntu. Tanpa ada siapa-siapa. “”Arkhhhhhhhhhhhhhh...ampun.,,,,,loe mau apa sih?” Kini kedua setruman itu kembali menyengatnya. Sambil kuremas penisnya. Dia berusaha meronta tapi terhalang karena berusaha berdiri di atas motor. “Gue mau loe. Guwe obsesi sama loe. Sekarang di atas motor ini guwe bakal siksa loe. Satu temanku terus menyetrumnya. Satu temanku yang lain tetap menegakkan motor yang kutumpangi. Aku berusaha memegangi Ardi. Keringatnya semakin bercucuran deras. Segera kuremas dadanya. Kucium keteknya. Kuremas lagi penisnya. “Ampunnnnn arkhhhhhhhhh guwe,,,,, arkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh... “Steve kita hajar terus. Guwe masih gak terima kalah darinya,”kata salah satu temanku. “Arkhhhhhhhhhhhhhhh....kalian jahat. Aku masih tetap arkh...............” “tetap apa? Tetap jago dari guwe? Sekarang liat motor loe, mampus loe......” satu temanku pun mengambil palu dan mulai memcahkan speedometer motor Ardi. Aku terus memainkan putingnya. Satu temanku yang lain masih menyetrumnya. “Arkhhhhhhhhhhhh.....motorku,.,,,jangan .....arkhhhhhhhhhhhhh..............

Dan temanku berhasil menghancurkan motornya. Sambil terus meronta-ronta, Ardi berusaha menyelamatkan motornya. Hingga akupun mengambil sapu tangan yang telah kubasahi dengan larutan kloroform dan menempelkannya ke mulutnya. Dia tetap meronta tapi tak lama kemudian dia pingsan. Kami membawanya ke sebuah gudang yang telah kami rencanakan. Sambil masih tak sadarkan diri, temanku mengikat tubuhnya di atas sebuah meja kayu. Lalu temanku menyiramnya dengan air dingin. “Bangun loe,,, jagoan” Ardi pun membuka matanya. “Di mana ini? Kenapa kalian mengikatku?” “Hahah, loe sudah jadi milik kami sekarang. Sebentar lagi kami akan memakanmu,” kataku dengan puas. Aku menciumnya dan mencoba meraih bibirnya. Dia meronta dan menghindari ciumanku. Temanku lalu meninju perutnya. “Akhh,, apa mau kalian. Tolong lepaskan aku,,” rintihnya. “Dengar jagoan, kau menurut saja. Kalau kau masih melawan, kami tak segan membunuhmu”. Kami pun mulai bergerilya. Kupasangkan lakban pada mulutnya agar tak teriak. Kulihat tetesan keringat memebasahi wajahnya. Kuawali dengan baju singletnya. Kugunting dengan paksa. Dia menggeliat seakan berkata agar aku tak melakukannya. Lalu kuremas puting susunya dengan keras. “MMMpphhhh......’ rintihannya terdengar keras. Temanku yang lain membuka celananya. Hingga semua bajunya terlepas. Semua keperkasaanya lenyap. Temanku mengawali dengan memainkan penisnya. Ardi masih mencoba meronta-ronta. Tak kehabisan akal, temanku mengambil dildo yang sudah disiapkan. Sebuah serangan mendadak pun dilancarkan. Ardi menggeliat keras. Wajahnya memerah. Aku mengelus dadanya yang bidang dan memainkan puting susunya. Kunikmati bagian itu sambil kujilat manis dengan seksama. Tubuhnya yang licin akibat berkeringat semakin menambah kenikmatan. Belum lagi bau parfumnya yang masih tersisa. Ardi masih mencoba meronta-ronta. Karena perbuatannya mengganggu kenikmatanku, kuambil alat penyetrum serangga. Segera kusetrumkan tepat mengenai puting susunya. Ardi pun kelenjotan. “MMpphhhh,,,mphhhh.....”erangan demi erangan tak kuhiraukan. Lalu kukunyah putingnya seperti permen karet. Kini bagian di sekitar putingnya tampak merah. Kukunyah terus sambil kunikmati wajah kesakitannya. Wajah yang biasanya kekar kini memelas tak berdaya. Temanku masih memainkan penisnya dengan dildo. Merangsang agar bertambah besar. Saat semakin besar, mereka melepasnya dan mulai mengulumnya. Jadilah seluruh bagian tubuh Ardi kini dalam genggaman kami. Beberapa saat kemudian, kami mulai merencanakan untuk mengambil kekuatannya. Apalagi kalau mengambil spermanya sampai habis. Kami pun lalu mengambil vibrator dan mulai menyerang penisnya. Tak

Page 3: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

disangka, Ardi meronta-ronta sangat keras. Tak habis akal, kuambil alat setrum serangga tadi dan mulai menyetrum dadanya, “”MMMMMMMMMMMMphhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.... erangan panjang yang memilukan terdengar. Temanku mengambil wadah untuk menampung spermanya. Benar saja, tak lama kemudian, muncratan sperma keluar dari tubuhnya. Aku tak mengambil kesempatan. Kuserap dulu sperma pertama ini, oh sungguh nikmat. Lalu bergiliran teman-temanku menyeruputnya. Beberapa saat kemudian tak ada lagi sperma yang keluar. Temanku yang penasaran terus meremas penisnya yang memerah hingga tetes terakhir. “Kayaknya dia capek. Beri dia rehat,”kataku. Mereka pun setuju. Mereka pergi keluar sebentar untuk membeli rokok. Akupun menjaga Ardi sendirian.

Kubuka lakbannya. Dia menyumah serapahaiku. Aku tersenyum. “Kau,,,,mau,,, apa?” sambil terengah-engah dia bertanya hal bodoh itu lagi. “Ardi ardi. Kenapa kau sungguh menggemaskan,” kataku sambil membelai wajahnya. “Aku,,, arhgggggg... hancur,, sekarang arghhhhh apa kau puas?” tanyanya. “Hahah, belum. Ini baru permulaan,”

Setelah temanku kembali kini kami siap memerahnya kembali. Kali ini mulutnya tak kami sumpal. Benar saja, rintihannya semakin memilukan. “Arghhhhhh, ampunnn,,,,, jangannn.........” Ronde kedua spermanya keluar lebih banyak. “Diam kau!” bentak temanku sambil menyundutkan rokoknya. “Arrghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.........mmmmph arghgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.....jangaaaaaaaaaaaaaaan...sakiiiit,” Aku puas. Sungguh sangat puas. Pria gagah dengan motornya itu kini tak berdaya. Croooooooooooooooooooooooot.... cairan sperma Ardi terus keluar. Seluruh kekuatannya berhasil kami serap. Hingga 6 kali istirahat akhirnya sperma Ardi benar-benar habis. Dia terkulai lemas sambil berkeringat. Tak terasa hari sudah malam. Temanku pun memutuskan untuk pulang. Aku akan bermalam di sana. Mereka menjamin tempat ini aman. Malam itu kembali kujamah tubuhnya. Tapi kali ini hanya sedikit kecupan dan belaian. Hingga pada suatu saat kudengar pintu gudang terdobrak. “Jangan bergerak.... ini Polisi. Angkat tangan !” Aku mengengadahkan tanganku. Kulihat ada tiga polisi gagah di depanku. Aku pun menyerah dan tanganku diborgol salah satu dari mereka. Sambil kulihat dua polisi lain mencoba membebaskan Ardi. Hmmm kena kalian, pikirku dalam hati. (Bersambung)

Satu polisi memborgolku. Aku dicerca berbagai pertanyaan yang betubi-tubi. Aku hanya menggeleng tanda tak mau menjawab. Dia pun lalu memukulku. Begitu terjadi berulang-ulang. Sementara dua polisi lain membantu Ardi berjalan. Mereka berusaha membawa kami keluar dari gudang itu. Tapi, tiba-tiba saja, lampu di gudang itu padam. Aku pun tersenyum dalam hati. Mereka melakukan apa yang sudah kami renacakan. Satu temanku memiliki alat pengendali jeabakan yang sudah kami siapkan. Ketika lampu padam, kami sudah merencanakan akan melakukan jebakan dengan member cairan eter yang sering digunakan untuk bius. Temaku yang belum berhasil ditangkap oleh ketiga polis itu lalu membius mereka satu persatu.

“Hei,, apa-apan ini?” kata salah satu polis yang tiba-tiba saja dicengkeram tangannya oleh temanku.

“Apa yang ………….” Belum sempat dia melanjutkan kalimatnya tubuh kekarnya sudah tumbang. Lalu dua polisi lain yang membawa Ardi juga bernasib sama. Tumbang satu per satu.

Mereka kami ikat berdiri dengan posisi X dengan kuat. Sekuat apapun mereka berontak tak akam mampu terlepas. Sementara Ardi kami ikat berhadapan dengan polisi itu. Kami beri kesempatan padanya untuk melihat drama penyiksaan yang lebih kejam daripada yang ia rasakan.

Page 4: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

Beberapa saat kemudian, kami nyalakan lampu gudang. Salah satu dari mereka pun sadar.

“Akhh apa yang kalian lakukan? Perbuatan kalian melanggar hukum. Cepat kalian lepaskan kami atau……”

“Hahaha, atau apa, kalian mau menagkap kami? Ayo tangkap kalau bias. Justru sekarang kalian yang kami tangkap,” kataku.

Aku mendekati polisi itu. Eko Kevaster. Hmmm nama yang cukup keren sekeren wajahnya yang mirip artis sinetron. Kulihat badannya tegap meski tak terlalu besar. Tapi tetap wajahnya yang benar-benar mempesona. Seperti pemeran Superman Retruns. Sempurna. Ditambah gaya rambutnya yang spike. Uh, rasanya ingin aku menikmatinya.

Kudekati tubuhnya. Kucium aroma tubuhnya. Masih terasa aroma parfum lelaki yang menusuk. Aku mulai dari sabuk besar yang ia kenakan. Kujelajahi bagian itu

“Apa yang akan kau….”? Spontan dia meronta.

“Diam kau!” bentakku. Aku tak segan mencubit bagian perut di atas sabukanya.

“Akhhh. “ sebuah erangan halus kudengar, aku semakin bernafsu memakan superhero ini.

Kubelai wajahnya dengan lembut. Kulihat ekspresi jijik dan ketakutan dari wajahnya. Aku suka ini. Polisi gagah dan superkeren itu kini takluk.

Lalu sedikit demi sedikit kubuka kancing baju dinasnya yang ketat. Oh sungguh seperti merobek baju superman yang membuatnya kuat itu. Baju yang kini akan kulucuti, yang membuat kekuatannya hilang satu per satu.

Tiba-tiba saja dia meludahiku.

“Bedebah, beraninya kau!” bentakku.

“Kau mau apa hei. Kau sudah melecehkan polisi. Yang bertugas mulia melindungi masyarakat.” Katanya

“Hahahah, apa, melindungi? Lihat, kau lindungi saja dirimu tak bias. Sekarang kau akan kumakan.”

Aku sudah tak sabar. Temanku lalu menutup mulut dengan tangannya. Dia meronta keras sekali.

“Mmmmmphhh………… erangannya bagaikan superman yang sedang diberikan Krypton,

Lalu aku membuka kancingnya lagi. Tapi, sebelumnya kutemukan lencana besar yang membuatnya terlihat gagah.

“Oh, ini lencana kebesaranmu. Kini akan kuambil. Sebentar lagi kau akan tak punya apa-apa.”

Page 5: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

Dia menggeleng. Aku lepas lencananya satu per satu. Mulai dari yang berbentuk sayap. Lalu lencana itu kupatahkan. Sseperti halnya kupatahkan sayapnya agar ia tak bias terbang. Lalu lencana besar bergambar logo polisi.

“Dia semakin meronta. Lalu kuremas penisnya agar ia diam,

“Mmppph…..mpppphhhhh……” Dia semakin berontak. Temanku lalu mempererat dekapan ke mulutnya. Setelah puas menguliti lencananya aku lalu meneruskan gerilya ke bagian badannya. Kulepas lagi bajunya tapi tak semuanya. Kubiarkan dadanya terlihat dengan indahnya. Oh ternyata polisi ini sudah sixpact.

“Hahaha, kau benar-benar menarik. Kini aku akan melahapmu,”

Kujilati dada polisi itu yang basah karena keringat dingin. Kugigit putingnya seperti permen lollipop yang sangat nikmat. Dia masih menggelenjing.

“Mphhhhhhh……” keringatnya semakin mengucur deras.

“Buka ikatan mulutnya!” kataku pada temanku.

“Akhhhhh, kau memang biadab. Apa lagi maumu?” tanyanya.

“ini baru permulaan. Sekarang kita lanjut” kataku sambil tiba-tiba menyetrumkan alat kejut ke tubuh sixpactnya.

“Akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…..ampuuuuuuuuuuuuuuuuun……komandaaaaaaaaaaan tolooooooooooooooooooooonggggggggggggg” dia mengerang dan semakin menggelenjot.

“Ukhhhhhh….sakiiit…..”

Mendengar teriakan polisi eko dua temannya pun siuman.

“hei, apa yang kalian lakukan pada anak buahku?” kata salahs eorang dari mereka. Oh ini rupanya komandannya.

“tenang saja ndan, kami hanya ingin menikmatiny,” kataku

“Apa? Kalian memang kejam!”

Aku tak menggubrisnya. Lalu kembali aku melahap polisi eko. Kutekan dadanya yang kini benar-benar basah oleh keringat dengan baju ketatnya yang terbuka sebagian. Kusetrumkan lagi kea rah perut sixpactnya. Titik lemahnya.

“Arkkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…….jangaannnnn. kumuhooooooooooon, sakiiiiiiiiiiiiiiiiiit!”

Kulihat perut sixpactnya mulai memerah. Tubuh kekarnya mulai lemah. Lalu kubuka perlahan resletingnya tanpa membuka sabuknya. Sambil kuhisap bagian selangkangan hingga dadanya.

Page 6: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

“Mppphhh, ampun Bang, jangan lakukan ini!” pintanya.

“Hahaha, kau menyerah rupanya. Hei lihat, pahlawan super ini sudah takluk. Mana kekuatanmu? Mana perlindunganmu?”

Kurobek CDnya dan kukeluarkan penisnya. Oh sungguh luar biasa. Besar sekali. Kumainkan perlahan. Dia masih mencoba meronta. Tapi kurasakan tak sekuat sebelumnya. Dia sudah lemas. Palagi keringatnya mengalir sangat deras. Rambutnya sudah basah oleh keringat.

“Oh sebentar. Aku punya permainan. Bagaimana kalau kita main tinju-tinjuan?”

“Wah ide bagus bro. Gimana caranya?”

“Ya gini aja” aku langsung mengarahkan tinjuan kea rah sabuknya.

“Akhhhhhhhhhhhhhhhhh…..” erangan keras keluar dari mulutnya.

Teman-temanku lalu melakukan bergantian. Hingga sabuknya patah. Sabuk berlogo polisi itu kini tak bernyawa.

“Jangan… kumohon cukup. Aku sudah kau hancurkan…jangan” dia memelas.

“hahah, belum, masih ada selanjutnya.” Kataku

Lalu aku memasngkan alat vibrator ke penisnya. Dia menggelenjot kesakitan. Badan sixpactnya bergerak seakan mau melepaskan diri. Tapi itu sia-sia.

“Arkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………jangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan…………………”

Vibrator itu memompa sperma dari tubuhnya agar keluar. Seperti emnyerap seluruh energi polisi ganteng itu sampai habis. Lalu sperma pun keluar dengan banyaknya. Tak kusia-siaakan kesempatan ini. Kuhisap sampai habis seperti memerah susu sapi.

“Arrkhhhhhhh… kekuatanku…..tidakkkkkkkkkkk….’

Lalu teman-temanku menyedot satu per satu.

“Ayo kita hitung teman-temam “ kataku saat kulihat penisnya akan mengeluarkan spremanya.

“1……2………..3 Eeeee yaaaaa!” benar saja. Muntahan besar sperma keluar dan menggenangi wajah kami yang siap melahapnya.

“Ayo hitung lagi……….”

“1……2………..3 Eeeee yaaaaa!” kali ini muntahan lebih besar. Gelinjotan tubuh sixpact polisi eko semakin keras. Temanku ada yang menjilati perut sixpactnya ada yang menjilati ketiaknya. Pokoknya. Kami seperti singa lapar yang sedang memakan rusa.

Page 7: Aku Terbangun Akibat Suara Motor Itu

“Ayo hitung lagi……….”

“1……2………..3… kali ini tak keluar.

“Bro kayaknya sudah habis.” Kata temanku.

Kulihat wajahnya sangat pucat. Matanya sayu. Tubuh sixpactnya tak menggelinjot sekuat tadi.

Aku tak kehilangan akal. Kuurut dengan perlahan bagian testinsya. Bagian perut sixpactnya yang kini seakan menjadi memori sisa kejayaan masa lalunya saat masih gagahnya.

Kuurut terus hingga kulihat tanda-tanda akan keluar lagi.

“Ayo bro kita hitung lagi. Kekuatannya masih ada. Ayo kita serap lagi sampai habis!”

“1……2………..3… dan croooooooooooooooooooooooooooooooooot. Muntahan sperma dengan jumlah paling banyak memenuhi wajahnku. Kuminum dengan sangat lahap.

“Arkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………” erangan keras keluar dari tubuhnya.

Kini ia memejamkan matanya. Wajahnya kini sangat pucat. Tubuh sixpactnya kini licin oleh keringatnya. Baju dinasnya sangat basah. Aku sangat puas. Masih ada 2 polisi yang siap kulahap lagi.

Bripda Eko Kevaster Pakpahan. Kulihat nama itu di dadanya. Dan kini sang pelindung itu sedang tidur bersama teman-temanku yang terus menyerap keringatnya dengan gigitan-gigitannya. (Bersambung).