akademi keperawatan propinsi bengkulu.docx
TRANSCRIPT
AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU
Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu
Tahun Ajaran 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita telah
diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat makalah
seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita
sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Serta
kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.
Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya,
serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yang
dapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
penyusun
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan 2
tujuan umum 2
tujuan khusus 2
1. Metode penulisan 3
2. Sistematika penulisan 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS 3
2.1 Konsep Dasar 4
2.1.1 Pengertian 5
2.1.2 Etiologi 5
2.1.3 Manifestasi klinis 6
2.1.4 Patofisiologis 7
2.1.5 Klasifikasi 8
2.1.6 Proses penyembuhan tulang 9
2.1.7 Pemeriksaan penunjang 10
2.1.8 penatalaksanaan 11
2.1.9 Komplikasi 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian 13
2.2.2 Analisa data 14
2.2.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan 14
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian 18
3.1.1 Identitas klien 18
3.1.2 Keluhan utama 19
3.1.3Riwayat kesehatan 19
3.1.4 Data psikologis 19
3.1.5 Data sosial 20
3.1.6 Data spiritual 20
3.1.7 Kebiasaan sehari-hari 20
3.1.8 Pemeriksaan fisik 21
3.1.9 Pengobatan 23
3.2 Analisa data 24
3.2 Diagnosa 25
3.3 Intervensi 25
3.4 Implementasi 28
3.5 Evaluasi 31
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya
bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah "kesemrawutan"
arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan
kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut
sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur
adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya
oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan
infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan
pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu
dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur
melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan
fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur
tertutup Tibia Sinistra, Penulis mampu :
a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada
fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
.b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur
tertutup Tibia Fibula Sinistra
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur fraktur
tertutup Tibia Fibula Sinistra
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur
tertutup Tibia Fibula Sinistra
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur
tertutup Tibia Fibula Sinistra
f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta
penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
1.3 METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode
deskriptif melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik
pengumpulan data seperti wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim
kesehatan yang lain serta data dari catatan medik klien. Setelah itu data diolah
dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi
dan di evaluasi.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari
laporan kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5
bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi Keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan
dengan teori yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap
setiap Diagnosa Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung,
Faktor Penghambat serta Solusi.
BAB V : PENUTUP
Yang meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. konsep dasar
2.1.1 PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress
pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun
yang parsial.
Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.
2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
2)
Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker
tulang dan lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
(Corwin, 2001 : 298)
2.1.3 MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal
Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)
2.1.4 PATOFISILOGIS
2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS
a) Fraktur komplet
Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur tidak komplet
Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
c) Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya
tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka
Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen
frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan
infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
1) Grade I :Luka bersih, panjang <>
2) Grade II :Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan
jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang
paling berat.
e) Jenis khusus fraktur
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang
patah, sedang sisi lainnya membengkok.
2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis
tengah tulang.
4)
Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa fragmen
6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong
kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan
tulang wajah)
7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami
kompresi (terjadi pada tulang belakang)
8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang
berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)
9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament
atau tendon pada perlekatannya
10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong
ke fragmen tulang lainnya.
(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358)
2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang
a. Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang
rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot)
terjadi 1 – 2 x 24 jam.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur
sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen
tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari
kedua kecelakaan terjadi.
c. Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada
fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah
menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah
menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada
minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks
fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8
bulan.
(Rasjad, 1998 : 399 – 401)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c.
Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal
setelah trauma).
e.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
(Doenges, 2000 : 762)
2.1.8 Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya
adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis
kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh
penderita sendiri.
b. Reduksi
Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti
letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam
ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri
selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok
saraf lokal.
c. Retensi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik
fiksator eksterna.
d. Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan
cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union
dan non union.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon
(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)
1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1`pengkajian
1. identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung
jawab dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan
kecelakaan, patah tulang
Riwayat kesehatan dahulu
Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur
seperti klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.
1. Aktivitas istirahat
Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan
imobilitas
2. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat
bagian yang terkena.
3. Neurosensori
Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan.
4. Kenyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.
5. Keamanan
Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal
2.2.2 Analisa data
1. Data subjektif
Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri
Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri)
Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri
1. Data objktif
Gangguan mobilitas
Edema pada esktremitas yang fraktur
Adanya deformitas
Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur
Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan
2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi
1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ;
2363)
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat
dengan tepat
Intervensi :
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
gips, pembebat, traksi.
2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena
3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas
dalm gips.
4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas
(0-10)
5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan
cedera.
6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri
7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring
8. Kolaborasi
- Beri obat sesuai indikasi
- Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan
Rasional
1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang /
tegangan jaringan yang cedera
2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema,
menurunkan nyeri
3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan
produksi panas dalam gips yang kering
4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri.
5. Membantu menghilangkan astetas
6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri
7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal
dan kelelahan otot
8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme otot
Menurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi
nyeri.
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
Intervensi :
1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera
2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada
ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang
tersakit
4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic
5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas)
6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 – 3000 mliter / hr termasuk
air asam, jus.
Rasional :
1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri
tentang keterbatasan fisik actual
2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tunas otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah
kontraktur / afroji
3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan
tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot
4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul
5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri
langsung
6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi
urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.
1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbuka
Intervensi :
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan,
perubahan warna
2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering
dan bebas kerutan
3. Ubah posisi dengan sering
4. Traksi tulang dan perawatan kulit.
Rasional :
5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah
yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema
6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit
7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal
8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan
Intervensi :
1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas
2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri
3. Berikan perawatan pen / kawat steril
4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang
tidak enak
5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara
6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local
7. Berikan obat sesuai indikasi
3. Rasional
1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi
kemerahan abrasi
2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local
3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
4. Menghindari infeksi
5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus
6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.
( Doenges, 2000 )
)
(Doenges. 2000. 761 – 774).
BAB III
LAPORAN KASUS
Tangggal masuk : 28 Desember 2010
Tanggal pengkajian : 29 Desember 2010
No reg : 497541
Ruang : Seruni
Diagnoda medik : CLOSE
FRAKTUR TIBIA FIBULA
SINISTRA
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas klien
Nama :Ny.N
Umur :66 Tahun
Agama :islam
Jenis kelamin :perempuan
Pekerjaan :IRT
Alamat :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu
Penanggung Jawab :
Nama :Ny.S
Umur :50 Tahun
Jenis kelamin :perempuan
Hub.dgn klien :keponakan
3.1.2 Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri
3.1.3Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan
keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah
ditabrak sepeda motor.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak
lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang
patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan
skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien
selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan ataupun menular lainnya.
3.1.4 Data psikologis
Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat
sembuh.
3.1.5 Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang
lain selalu menunggu nya.
3.1.6 Data spiritual
Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh.
3.1.7 Kebiasaan sehari-hari
No. Kebiasaan dirumah Dirumah sakit
1. Nutrisi
2.
a.Makanan
frekuensi
jenis
makanan
b.Minuman
frekuensi
-jenis minuman
Eliminasi
a.BAB
frekuensi
konsistensi
warna
b.BAK
frekuensi
warna
bau
3x sehari
Nasi,lauk
pauk,sayur
6-7 gelas /hari
Air putih
1x/hari
Lembek
3x sehari
Nasi, lauk-pauk, sayur
6-7 gelas/hari
Air putih
1x/hari
Lembek
Kuning
3.
jumlah
Istirahat tidur
lama tidur
gangguan
tidur
Personal hygiene
mandi
gosok gigi
Aktivitas
Kuning
4-5x/hari
Jernih
kekuningan
Khas
+ 1300 cc/hari
6-7 jam/hari
Tidak ada
Terpasang kateter
Jernih kekuningan
Khas
+1300cc/hari
6-7 jam/hari
Tidak ada
Dilap 1x/hari
1x/hari
4.
5.
2x/hari
2x/hari
Klien bisa
melakukan
aktivitas
Secara mandiri
Klien selalu dibantu oleh keluarga
dan perawat dalam melakukan
aktivitas
3.1.8 Pemeriksaan fisik
keadaan umum :lemah
kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg P : 18x/Menit
N : 81x/Menit S : 36,5'c
1.Kepala
inspeksi :simetris,distribusi rambut merata
palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
2.Mata
inspeksi :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an
ikterik
palpasi :tidak ada nyeri tekan
3.Hidung
inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping
hidung
palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
4.Telinga
inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran
Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
5.Mulut
inspeksi :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
6.Leher
inspeksi :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan
7.Dada
inspeksi :simetris,pergerakan dinding dada baik
palpasi :tidak ada nyeri tekan
auskultasi :bunyi nafas vesikuler
perkusi :bunyi rensonan
8.Abdomen
inspeksi :simetris,tidak ada bekas operasi
auskultasi :bunyi bising usus (+)
perkusi :bunyi timpani
palpasi :tidak ada nyeri tekan
9.Ekstremitas
atas :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik
bawah :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak
bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka
10.Genetalia
inspeksi :simetris,terpasang kateter
palpasi :tidak ada nyeri tekan
3.1.9 THERAPY
1.cairan RL 20 tts/menit
2.citicholine 3x1 (IV)
3.keterolac 3x1 (IV)
4.taxef 2x1 gr (14/st)
5.pronalges supp
6dexamethason 2x1 amp (IV)
7.rannitidin 2x1 amp (IV)
3.2 ANALISA DATA
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Data Senjang Interprestasi
Data Masalah
1 DS :
Klien mengatakan nyeri pada
betis sebelah kiri kerena patah
DO :
Fraktur
Diskontinuitas
Gangguan rasa
nyaman nyeri
KLien tampak lemah
Skala nyeri 4
Tampak edema pada bagian
fraktur
Nyeri bertambah jika pada
bagian yang fraktur di gerakkan
tulang
Pergeseran
fragmen tulang
Nyeri
2 DS :
Keluarga klien mengatakan
aktivitas klien selalu dibantu oleh
keluarga
DO :
Klien tampak selalu di bantu oleh
keluarga dan perawat dalam
melakukan aktivitas
Fraktur
Diskontinuitas
tulang
Gangguan
mobilitas fisik
Fraktur pada 1/3 tibia fibula
sinistra
Perubahan
jaringan sekitar
Pergeseran
fragmen tulang
Depormitas
Gangguan fungsi
Gangguan
mobilitas fisik
3.2 DIAGNOSA
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Diagnoasa Keparawatan Tanggal
Dtemukan Paraf
Tanggal
teratasi Paraf
1
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
terputusnya kontinuitas jaringan
pada tulang / fraktur
29-12-2010
2 Gangguan mobilitas fisik b.d
kelemahan29-12-2010
3.3 INTERVENSI
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi
Keperawatan Rasional Paraf
1 Setelah
dilakukan
perawatan
selama 3x24 jam
di harapkan
gangguan rasa
nyaman nyeri
dapat
berkurang / atau
teratasi dengan
criteria hasil :
Klien tidak
mengeluh nyeri
Skala
nyeri0
Pertahankan
imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah
baring, gips /
pembidaian
Tinggikan dan
dukung eksremitas
yang terkena
Evaluasi keluhan
nyeri, perhatikan lokasi,
karakteristik dan
Menghilangkan
nyeri dan mencegah
kesalahan posisi tulang
atau jaringan yang
cedera
Meningkatkan
aliran balik vena,
menurunkan edema, dan
menuunkan nyeri
Mempengaruhi
pilihan / pengawasan
kefektifan intervensi
Menurunkan
edema / pembentukan
hematum, menurunkan
sensasi nyeri
Untuk
menurunkan nyeri atau
spasme otot
intensitas nyeri
Lakukan
kompres dingin 24-48
jam pertama sesuai
keperluan
Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
2 Setelah
dilakukan
perawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
gangguan
mobilitas fisik
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
Kaji derajat
imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera
Pasien mungkin
dibatasi oleh pandangan
diri / persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual,
memerlukan informasi
Berguna untuk
mempertahankan posisi
fungsional eksremitas
tangan / kaki, mencegah
kontraktur
Mobilisasi dini
Klien
melakukan
aktivitas secara
mandiri
Beriakn papan
kaki, bebat pergelangan
Berikan / bantu
mobilisasi dengan kursi
roda, kruk, tongkat,
sesegera mungkin,
intruksikan keamanan
dalam menggunakan
alat mobilisasi
Awasi TD
dengan melakukan
menurunkan komplikasi
tirah baring,
meningkatkan
penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ
Hipertensi pertural
adalah masalah umum
menyertai tirah baring
lama dan dapat
memerlukan intervensi
khusus
aktivitas
3.4 IMPLEMENTASI
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Tanggal
/ jam Implementasi Respon hasil Paraf
1 22-12-
2010
-mempertahankan
mobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring dan spalk
-meninggikan dan
Nyeri berkurang
mendukung ekstrimitas yang
terkena
-mengevaluasi keluhan
nyeri lokasi,karakteristik dan
intensitasnya
-mengukur TD pasien
Mengkolaborasikan
pemberian obat analgetik sesuai
indikasi yaitu:keterolac
membantu mobilisasi
dengan kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam menggunakan
alat mobilitas
Nyeri berkurang
tapi masih edema
Neri p[ada
eksremitas bawah
sebelah kiri (tibia-
fibula) Nyeri nyilu skala
4
TD : 150/90
mmHg
Mempertahankan
mobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring dan spalk
Meninggikan dan
mendukung eksremitas yang
terkena
Mengevaluasi keluhan
nyeri
Mengukur TD pasien
Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik sesuai
indikasi yaitu : ketrolak
membantu mobilisasi
dengan kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam menggunakan
alat mobilitas
Mempertahankan
mobilasasi bagian yang sakit
dengan tirah baring dan spalk
Meninggikan dan
medukung eksremitas yang
terkena
Mengevaluasi keluhan nyeri
Mengukur TD pasien
Ketrolak 2x1
amp IV
Membantu
menyembuhkan dan
menormalisakan
fungsikan organ
Nyeri berkurang
30-12-
2010
Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik sesuai
indikasi yaitu : ketrolak
membantu mobilisasi
dengan kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam menggunakan
alat mobilitas
Nyeri berkurang
tapi masih edema
Skala nyeri 4
TD : 130/90
Ketrolak 2x1
amp IV
Membantu
penyembuhan dan
normalisai fungsi organ
Nyeri berkurang
Nyeri berkurang
tapi masih edema
Skala nyeri 3
TD : 130/90
Ketrolak 2x1
amp IV
Membantu
penyebuhan dan
normalisasi fungsi
organ
3.5 EVALUASI
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
Hr/tgl/jam No. Evaluasi Keperawatan paraf
Jum'at,
31,des
2010
1.
S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O : skala nyeri:3
klien masih tampak lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jum'at
31,des
2010
2. S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih
dibantu oleh keluarga
O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
1. kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress
pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai
dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi
langsung yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu
sendiri, selain itu juga penulis mendapatkan informasi dari perawat dan
catatan medic pasien.
2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah
dilakukan pengkajian yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas
jaringan pada tulang / fraktur
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis
mengacu pada konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan
dengan kemampuan pasien dan ruangan perawatan pasien
4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak
melakukan semua yangada dalam rencana keperawatan karena
keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada
5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan
rencana yang telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum
teratasi.
2. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan
minimalkan pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang
dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah
berupaya untuk beristirahat total.
2. Bagi lahan peraktek
Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup
panjang dan sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian
perawatan kepada penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan
tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklah
mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan
pasien fraktur tibia.