abstrak faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMENORE
PADA MAHASISWI DI AKADEMI KEBIDANAN MEULIGO
MEULABOH TAHUN 2013
Wahyu Fitriana1, Rahmayani
2
xi + 43 halaman, 8 tabel, 1 gambar, 12 lampiran
Latar Belakang : Di Indonesia angka kejadian nyeri haid terdiri dari 54,89% nyeri haid
primer dan 9,36% nyeri sekunder. Biasanya gejala tersebut pada wanita usia reproduktif
3-5 tahun setelah mengalami haid pertama, dan pada wanita yang belum pernah hamil.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013
Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional dilakukan pada
tanggal 2 – 7 September 2013. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 139 orang, dengan
menggunakan rumus slovin didapatkan sampel berjumlah 58 responden.
Hasil Penelitian : Ada pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore primer
terhadap mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun 2013, ditandai
dengan nilai p-value (0,042) < α-value (0,05). Ada pengaruh antara umur menarche
dengan kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe
Meulaboh tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,047) < α-value (0,05). Ada
pengaruh antara Psikologis dengan kejadian dismenore primer terhadap mahasiswi di
Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value
(0,010) < α-value (0,05)
Kesimpulan : Ada pengaruh antara status gizi, umur menarche dan psikologis dengan
kejadian dismenore pada mahasiswi di Akademi kebidanan meuligoe Meulaboh tahun
2013.
Kata Kunci : Dismenore Primer, Status Gizi, Umur Merarche, Psikologis
Daftar Pustaka : 20 buah buku, 3 internet, 4 Skripsi
1Mahasiswa STIKES U’Budiyah Indonesia Program Studi D-IV Kebidanan.
2Dosen Pembimbing STIKES U’Budiyah Indonesia Program Studi D-IV Kebidanan
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE RATE OF COMPLAINTS DYSMENORRHEA
2
AT THE ACADEMY MEULABOH MEULIGO MIDWIFERY YEAR 2013
Wahyu Fitriana1, Rahmayani
2
xi + 43 pages, 8 tables, 1 images, 12 attachments
Background : In Indonesia, the incidence of menstrual pain consists of menstrual pain
54.89% 9.36% primary and secondary pain. Usually these symptoms in women of reproductive age 3-5 years after a first period, and in women who have never been
pregnant. Objective : To determine the factors that influence the occurrence of dysmenorrhoea on
Meuligo Midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013 Methods : An analytical cross-sectional approach was conducted on 2 to 7 September 2013. Population in this study were 139 people, using Slovin formula obtained sample was 58 respondents.
Results : The influence of nutritional status with incident primary dismenore against meuligoe midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013, marked by the p-
value (0.042) <α-value (0,05). The influence of age of menarche with incident primary
dismenore against meuligoe midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013,
marked by the p-value (0.047) <α-value (0,05). The influence of psychologist with
primary dismenore incident on meuligoe midwifery student at the Academy of Meulaboh in 2013, marked by the p-value (0.010) <α-value (0.05).
Conclusion : There is the effect of nutritional status, age of menarche and psychological with dysmenorrhea incidence of female college students in obstetrics meuligoe
Meulaboh Academy in 2013.
Keywords: Dismenore Primer Status Gizi, Umur Merarche, Psikologis
References: 20 books, 3 internet, 4 Thesis
1Student STIKES U'Budiyah Indonesian Studies Program Midwifery D-IV. 2Dosen Advisors STIKES U'Budiyah Indonesian Studies Program Midwifery D-IV
PERNYATAAN PERSETUJUAN
3
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, 02 Desember 2013
Pembimbing
( RAHMAYANI, SKM, M. Kes )
MENGETAHUI
KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
( RAUDHATUN NUZUL, SST )
PERNYATAAN PERSETUJUAN
JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KELUHAN DISMENOREA PRIMER
4
TERHADAP MAHASISWI DI AKADEMI
KEBIDANAN MEULIGO MEULABOH TAHUN
2013
NAMA MAHASISWA : WAHYU FITRIANA
NIM : 121010210045
MENYETUJUI :
PEMBIMBING
( RAHMAYANI, SKM, M. Kes )
PENGUJI I PENGUJI II
( EVA PURWITA,. SST, M.Keb ) ( ZAHRUL FUADI,. SKM, M.Kes )
MENYETUJUI MENGETAHUI
KETUA STIKES U’BUDIYAH KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
(MARNIATI, M.Kes) (RAUDHATUN NUZUL, SST)
Tanggal Lulus : 02 Desember 2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta
selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena
5
dengan berkat dan karunia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kejadian Dismenorea pada
Mahasiswi Di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013”.
Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan
dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata
pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dedy Zefrizal, ST, selaku ketua Yayasan Pendidikan STIKes
U’Budiyah Indonesia.
2. Ibu Marniati, SE, M.Kes, selaku ketua STIKes U’Budiyah Indonesia.
3. Ibu Raudhatun Nuzul, SST, selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan
U’Budiyah Indonesia.
4. Ibu Rahmayani, SKM, M.Kes, selaku pembimbing yang telah banyak
memberi masukan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Ibu Eva Purwita,. SST, M.Keb dan Bapak Zahrul Fuadi,. SKM. M.Kes
selaku Penguji I dan Penguji II yang telah banyak memberikan masukan
dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Seluruh Staf Dosen Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Indonesia
7. Teristimewa untuk ayah dan ibunda tercinta yang telah dengan sabar
memberikan motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
8. Serta sahabat-sahabat dan rekan seperjuangan Prodi D-IV Kebidanan
U’Budiyah Indonesia
Peneliti menyadari penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan di
karenakan keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti
6
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhirnya semoga jasa dan amal baik yang telah disumbangkan peneliti
serahkan kepada Allah SWT untuk membalasnya. Harapan peneliti semoga
Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidik ke arah yang lebih baik.
Banda Aceh, 02 Desember 2013
Wahyu Fitriana
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
7
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
1. Tujuan Umum 6
2. Tujuan Khusus 6
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dismenorea 8
1. Pengertian 8
2. Klasifikasi Dismenorea 9
3. Gejala 11
4. Ciri-ciri Dismenorea Primer 11
5. Tingkat Keluhan Dysmenorea 11
6. Pengobatan 12
B. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dysmenorea 12
1. Status Gizi 14
2. Umur Menarche 18
3. Psikologis 19
C. Kerangka Konsep 23
D. Hipotesa 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 24 B. Populasi dan Sampel 24 C. Tempat dan Waktu 25 D. Teknik Pengumpulan Data 25 E. Definisi Operasional 25 F. Instrumen Penelitian 26 G. Pengolahan Data 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31 B. Hasil Penelitian 31
1. Analisa Univariat 31 2. Analisa Bivariat 33
C. Pembahasan 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 42
8
B. Saran 43
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore Primer Terhadap
Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun
2013 31
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi terhadap Mahasiswi di
Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 32
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Menarche Terhadap Mahasiswi di
Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 32
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Psikologis Terhadap Mahasiswi di
Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh Tahun 2013 33
9
Tabel 4.5 Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Primer
terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulaboh
Tahun 2013 33
Tabel 4.6 Pengaruh Umur Menarche dengan Kejadian Dismenore Primer
terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulaboh
Tahun 2013 34
Tabel 4.7 Pengaruh Psikologis dengan Kejadian Dismenore Primer
terhadap Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meligoe Meulaboh
Tahun 2013 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 23
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 3 Surat Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7 Kuesioner
Lampiran 8 Tabel Skor
Lampiran 9 Master Tabel
Lampiran 10 Hsil Pengolahan SPSS
11
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan
Lampiran 12 Lembar Konsul
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi remaja putri saat ini masih menjadi masalah
yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja putri tidak hanya
masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang
reproduksinya, terutama untuk remaja putri diantaranya adalah perkembangan
seks sekunder, yang meliputi suara lembut, payudara membesar, pembesaran
daerah pinggul, dan menarche. Menarche atau terjadinya menstruasi yang
pertama kali dialami oleh seorang wanita biasanya terdapat gangguan kram,
nyeri dan ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi disebut
dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi, pada
beberapa wanita hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman, sedangkan
beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas
sehari – hari (Ema, 2010).
Nyeri haid dalam istilah medis disebut dismenore, sebenarnya
merupakan suatu kondisi yang umum dialami oleh kaum hawa yang sudah
mendapatkan menstruasi. Saat menstruasi, di dalam tubuh setiap wanita terjadi
peningkatan kadar Prostaglandin (suatu zat yang berkaitan antara lain dengan
rangsangan nyeri pada tubuh manusia), kejang pada otot uterus menyebabkan
terasa sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan kram
pada punggung (Kristina, 2010)
.
13
Dismenore adalah perasaan nyeri haid yang intens dan kram
tergantung pada tingkat keparahan, dismenore dinyatakan sebagai dismenore
primer atau dismenore sekunder. Gejala dismenore primer terasa dari awal
periode menstruasi dan dirasakan seumur hidup. Karena kontraksi rahim
abnormal akibat ketidakseimbangan kimia sehingga mengalami kram
menstruasi berat. Dismenore sekunder dimulai pada tahap selanjutnya.
Penyebabnya berbeda untuk dismenore primer dan sekunder. Dismenore
sekunder bisa diakibatkan oleh kondisi medis seperti; endometriosis, fibroid
rahim, penyakit radang panggul, tumor, infeksi, dan kehamilan yang abnormal
dengan gejala-gejala seperti kram dan sakit perut bagian bawah, sakit pada
punggung belakang bagian bawah, mual, diare, muntah, kelelahan, pingsan,
kelemahan dan sakit kepala. Wanita yang kelebihan berat badan, merokok, dan
sudah mengalami menstruasi sebelum berumur sebelas tahun berada pada
resiko yang lebih tinggi mengalami dismenore dan wanita yang minum alkohol
selama menstruasi mengalami nyeri haid yang berkepanjangan (Setiabudi,
2007).
Masa remaja atau masa puber adalah suatu tahapan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa diamana terjadi kematangan, pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat baik fisik maupun psikologis. Perkembangan
yang pesat ini berlangsung pada usia 11-16 tahun, dan anak perempuan lebih
cepat dewasa dibandingkan anak laki- laki. Pada masa pubertas organ-organ
reproduksi mulai berfungsi, misalnya pada remaja putri adalah mulai
menstruasi. Datangnya menstruasi tidak sama pada setiap remaja putri, banyak
14
faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut, salah satunya adalah karena
masalah gizi (Proverawati, 2009).
Menarche pada remaja putri terjadi pada 10-16 tahun, menarche
merupakan pertanda adanya suatu perubahan status sosial dari anak- anak ke
dewasa, merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang
menunjukan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat oleh
hypothalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus (Proverawati,
2009).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
alat-alat genital yang nyata. Nyeri ini timbul sejak menstruasi pertama biasanya
terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu, tepatnya saat hormon tubuh lebih stabil atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan anak. Hampir 50%
dari wanita muda atau yang baru mendapatkan menstruasi mengalami keluhan
dismenore primer, gejalanya lebih parah setelah lima tahun setelah menstruasi
pertama (Kristina, 2010).
Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk didalamnya remaja
putri pasti pernah merasakan gangguan pada saat haid yaitu berupa nyeri haid
(dysmenorrhea) dengan berbagai tingkat, mulai dari yang sekedar pegal- pegal
di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya.
Umumnya nyeri yang biasa terjadi terasa dibawah perut itu terjadi pada hari
pertama dan kedua haid. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang
cukup banyak (Proverawati 2009).
15
Dahulu, dismenore disisihkan sebagai masalah psikologis atau aspek
kewanitaaan yang tidak dapat dihindari. Wanita yang menderita nyeri haid
hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus
dilakukannya dan kemana ia harus mengadu, keadaan itu diperburuk oleh
orang disekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit
yang wajar yang terlalu dibesar-besarkan dan dibuat-buat oleh wanita bahkan
beberapa orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah
wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Saat ini, karena
keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengetahuan anggapan seperti itu
sudah mulai hilang (Isnaeni 2010).
Dalam Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008
disebutkan dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat
diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%
diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak
mampu melakukan kegiatan apapun. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140
juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena
dismenore primer (Proverawati 2009).
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata- rata lebih
dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika
angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% sementara di
Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia reproduktif yang
tersiksa oleh nyeri selama menstruasi (Proverawati 2008).
Menurut Nugraha (2008) di Indonesia angka kejadian nyeri haid
terdiri dari 54,89% nyeri haid primer dan 9,36% nyeri sekunder. Biasanya
16
gejala tersebut pada wanita usia reproduktif 3-5 tahun setelah mengalami haid
pertama, dan pada wanita yang belum pernah hamil.
Penelitian yang dilakukan oleh Kristina (2010) bertempat di 4 SLTP
yang ada di Jakarta, didapatkan bahwa remaja putri yang mengalami
dismenorea primer sebanyak 76,6% siswi tidak masuk sekolah karena nyeri
yang dialaminya. Nyeri haid yang paling sering muncul pada usia 12 tahun
(46,7%). Keluhan nyeri haid yang menyertai pusing (37,4%), sakit kepala
(16,6%) dan mual (10,7%).
Berdasarkan hasil wawancara sementara pada 12 mahasiswi, terdapat
5 orang yang mengalami dismenorea ringan dan 3 orang yang mengalami
dismenorea sedang yang diakibatkan karena kurangnya asupan gizi dan faktor
psikologis yang lemah. Gejala yang dialami saat mentruasi sering sakit pada
perut bagian bawah namun hilang dengan sendirinya ketika diistirahatkan,
sebagian dari mereka menyatakan harus minum obat terlebih dahulu lalu
diistirahatkan agar nyeri perutnya bisa hilang. Dari 12 mahasiswi tersebut 8
diantaranya berusia 18 tahun dan 4 orang lainnya berusia 19 tahun.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenorea pada
mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya
dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun
2013?
17
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh
Tahun 2013
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap kejadian dismenorea
pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013
b. Untuk mengetahui pengaruh umur menarche terhadap kejadian
dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh
Tahun 2013.
c. Untuk mengetahui pengaruh faktor psikologis terhadap kejadian
dismenorea pada mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh
Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari
atau menerapkan proses berfikir ilmiah dalam metode penelitian
2. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi pustaka dan
sebagai salah satu literature mahasiswi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
18
3. Bagi Peneliti Lainnya
Dapat dijadikan acuan dalam mengadakan penelitian dimasa yang
akan datang.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dismenorea
1. Pengertian
Dismenorea adalah haid yang nyeri atau sulit. Yang ditandai oleh
nyeri mirip kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-
kadang diikuti oleh sakit kepala, keadaan mudah tersinggung, depresi
mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah (Tiran, 2009).
Menurut Ganong (2010) dismenorea adalah kram, nyeri dan
ketidaknyamanan wanita yang dihubungkan dengan menstruasi. Dismenorea
adalah menstruasi yang nyeri, kram, mentruasi yang berat sering terjadi
pada wanita muda dan sering menghilang setelah kehamilan pertama.
Dismenorea merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu
kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan
pemeriksaan atau konsultasi dokter, puskesmas atau datang ke bidan.
Hartono (2007) menyatakan dismenore atau dasar dari nyeri haid
pada wanita merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang
diakibatkan oleh hiperkontraktilitas uterus yang disebabakan oleh
Prostaglandin. Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu
terjadi bilamana kadar progesterone dalam darah rendah. Nyeri haid ini
timbul akibat kontraksi distrimik miometrium yang menampilkan yang
menampilkan satu atau lebih dari gelaja mulai dari nyeri ringan sampai
berpat pada perut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodic pada sisi
medial paha. Mengingat sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat
20
pelvik selama haid, maka istilah dismenore hanya dipakai untuk nyeri haid
yang cukup berat sampai menyebabkan penderita terpaksa mencari
pertolongan dokter atau pengobatan sendiri dengan analgesik. Yang
dimaksud dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah,
diare, pusing, nyeri kepala dan bahkan kadang-kadang pingsan.
2. Klasifikasi Dismenorea
a. Berdasarkan Jenis Nyeri
1) Dismenore Spasmodik
Dismenore spasmodic adalah nyeri yang dirasakan di bagian
bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.
Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita berusia 40 tahun
keatas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodik, tidak
dapat melakukan aktivitas. Gejala dismenore spasmodik, antara lain :
pingsan, mual, muntah, dismenore spasmodik dapat diobati atau
dikurangi dengan melahirkan bayi pertama, walaupun tidak semua
wanita mengalami hal tersebut (Hartono, 2007)
2) Dismenore Kongestif
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum
haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai
kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu
menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita
diemenore kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan
pada dismenore kongstif, antara lain : pegal (pegal pada paha), sakit
pada payudara, lelah, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan,
21
ceroboh, gangguan tidur, timbul memar di paha dan lengan atas
(Nugraha, 2008).
b. Berdasarkan Kelainan
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat-alat genetal yang nyata. Dismenorea primer terjadi
beberapa setelah menarche datang biasanya setelah 12 bulan atau
lebih, umumnya anovulatoar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri
timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kearah
pinggang dan paha, bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa
mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya
(Prawirohardjo, 2007).
2) Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya
terjadi pada wanita yang berusia diatas 25 tahun penyebab dari
dismenorea sekunder antara lain infeksi, adenomiosis, mioma uteri,
salpingitis kronis, stenosis, servisis uteri, kista ovarium, polip uteri
dan lain-lain (Prawirohardjo, 2007).
22
3. Gejala
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang timbul sejak haid
pertama (menarche) biasanya timbul pada bulan-bulan atau tahun-tahun
pertama haid. Dan terjadi pada usia antara 15-25 tahun, kemudian hilang
pada usia 2-an atau awal 30-an tanpai dijumpai adanya kelainan pada
alat-alat kandungannya (Nasution, 2008)
Nyeri abdomen dapat dimulai beberapa jam sampai 1 hari
mendahului keluarnya darah haid, saat pelepasan endometrium
masksimal. Nyeri cenderung bersifat tajam dan kolik biasanya dirasakan
di daerah supra pubis (Taber, 2004)
4. Ciri – ciri dismenore primer
Ciri- ciri dismenore primer yaitu sebagai berikut :
a. Sering ditemukan pada usia muda
b. Nyeri sering timbul segera setelah dimulai haid teratur
c. Nyeri sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala
d. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama
atau kedua haid
e. Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan ginekologis
f. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
(Manuaba, 2008)
5. Tingkat keluhan dismenorea
Menurut Manuaba (2008) berdasarkan tingkat keluhannya
dismenorea terjadi atas tiga, yakni :
23
a. Ringan yaitu dismenorea berlangsung beberapa saat dan dapat
melanjutkan aktivitas sehari-hari.
b. Sedang yaitu membutuhkan obat penghilang rasa nyeri atanpa perlu
meninggalkan pekerjaannya.
c. Berat yaitu perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala,
sakit pinggang, diare bahkan sampai pingsan.
6. Pengobatan
Menurut Thaniez (2009) ada beberapa cara pengobatan di bawah
ini dapat menghilangkan atau minimal membantu mengurangi rasa nyeri
haid yang menggangu. Cara tersebut antara lain :
a. Pengobatan
Wanita dengan dismenorea primer banyak yang dibantu dengan
mengkonsumsi obat anti peradangan bukan steroid yang menghambat
produksi dan kerja prostaglandin. Obat itu termasuk aspirin, formula
ibuprofen yang dijual bebas dan naproksen.
Beberapa Dokter meresepkan pil KB untuk meredakan
dismenorea, tetapi hal itu tidak dinggap sebagai penggunaan yang tepat.
Namun hal itu dapat menjadi pengobatan yang sesuai bagi awanita yang
ingin menggunakan alat KB berupa PIL.
b. Rileksasi
Dalam kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi
hormone adrenalin dan semua hormone yang diperlukan saat kita stress.
Karena hormone esterogen dan progesteron serta hormone adrenalin
diproduksi dari blok kimiawi yang sama, ketika kita mengurangi stress
24
kita juga telah mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi
dapat kita lihat perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi
tubuh untuk memproduksi hormone yang penting untuk mendapatkan
haid yang bebas dari nyeri.
Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram
menstruasi. Salah satunya adalah peregangan kucing. Sebuah latihan
yang dirancang untuk meningkatkan kondisi otot berguna juga untuk
mengatasi nyeri saat haid.
c. Hipnoterapi
Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola fikir dari
negative ke positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah
memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang permasalahan
dapat diketahui dengan tepat. Caranya adalah saat menstruasi belum
datang, rilekskan tubuh dalam posisi terlantang di tempat tidur dengan
kedua tangan berada disamping tubuh. Nonaktifkan pikiran, dengan mata
yang terpejam, sadari kondisi saat itu. Setelah benar-benar rileks dan
nyaman, pelan-pelan instruksikan pada diri sendiri sebuah perintah yang
berbunyi “rasa sakit yang biasanya datang saat haid, hilang”. Ucapkan
klaimat itu berulang-ulang dalam hati sembari meyakini bahwa hal itu
pasti akan terjadi. Sekitar 15 menit kemudian, buka mata.
d. Alternatif Pengobatan
Selain pemakaian obat penawar rasa sakit tanpa resep, relaksasi
dan hipnoterapi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi nyeri haid.
25
1) Suhu panas. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres handuk
atau botol berisi air panas di perut dan punggung bawah serta
minuman yang hangat. Mandi air hangat juga dapat membantu.
2) Tidur dan istirahat yang cukup, serta olah raga, yang tidak hanya
mengurangi stress tapi juga meningkatkan produksi endorphin otak,
penawar sakit alami tubuh. Tidak pembatasan aktivitas selama haid.
3) Pada kasus yang sangat jarang dan ekstrim, kadang diperlukan eksisi
pada saraf uterus.
4) Sebuah terapi alternative, yaitu visualisasi konsentrasi pada warna
sakit sampai mencapai penguasaan atasnya dapat membantu
mengurangi nyeri haid.
5) Sebagai tambahan, aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi
rasa nyeri. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan
telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri
haid. Mendengarkan music, membaca buku atau menonton film juga
dapat menolong.
B. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dismenorea primer
Beberapa Faktor yang diduga berperan dalam timbulnya
dismenore primer yaitu :
1. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Status
gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu.
Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang
26
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, tranfortasi,
penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi (Thaniez, 2009).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tersebut (Setiabudi, 2007).
b. Peran gizi pada pertumbuhan wanita
Pada remaja perempuan saat memasuki masa pubertas berat
badan mencapai kira-kira 60% berat badan dewasa. Mencapai puncak
kecepatan berat badan sekitar 8 kg/tahun. Pertumbuhan otot terjadi
bersamaan dengan pacu tumbuh tinggi berat badan dan otot. Rata-rata
kecepatan pertumbuhan berat badan sekitar 9 kg/tahun. Butrisi
menentukan pertumbuhan berat badan. Bila asupan nutrisi dalam jumlah
yang kurang optimal akan berdampak pada perlambatan proses
pertumbuhan dan perkembangan maturasi/pematangan seksual.
Sebaliknya bila asupan nutrisi terlalu berlebih akan terjadi percepatan
proses pertumbuhan perkembangan seksual. Remaja membutuhkan
nutrisi lebih dibandingkan dengan waktu anak-anak. Kebutuhna nutrisi
mencapai puncaknya terutama pada saat pacu tumbuh mencapai
maksimal (Setiabudi, 2007).
Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, maupun air digunakan oleh
tubuh sesuai kebutuhan (Paath, 2008).
27
c. Pengukuran status gizi
Antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh akan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.
Menurut Sulistyowati (2009) status gizi seseorang ditentukan
oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan akan zat-zat gizi. Keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi menentukan kriteria status gizi
seseorang dan merupakan gambaran tentang apa yang dikonsumsi dalam
jangka waktu yang lama. Cara yang sederhana untuk menentukan status
gizi dewasa adalah dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh).
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium
maupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan
status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks masa tubuh (IMT)
merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang
dewasa, dan dinyatakan sebagai indicator yang baik untuk menentukan
status gizi remaja (Thaniez, 2009).
Rumus pengukuran IMT adalah sebagai berikut :
IMT = BB
TBxTB
Keterangan :
IMT : Indeks Masa Tubuh
BB : Berat Badan (Kg)
TB : Tinggi Badan (Meter)
28
Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia
antara 19 – 70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan wanita
hamil atau menyusui (Arisman, 2007).
Tabel 2.1 Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT KATEGORI
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 22,9 Berat badan normal
≥ 23,0 Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obesitas
25,0 – 29,9 Obesitas I
≥ 30,0 Obesitas II
Sumber : Centre of obesitas Research and Education (Paath , 2007)
d. Hubungan status gizi obesitas dengan nyeri haid
Masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang
salah, yaitu ketidakseimbangan antara konstitusi gizi dengan kecukupan
gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu
makan dan lebih memilih kudapan. “Makanan Sampah” (junk food) kini
semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan
besar” (Kristina, 2010).
Menurut Sudjana (2005) menyatakan semakin banyak lemak
semakin banyak pula prostaglandin yang dibentuk, sedangkan
peningkatan kadar prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai
penyebab dismenore. Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas
uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsangan nyeri. Jika
prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebih ke dalam peredaran
darah, maka selain dismenore timbul pula diare, mual dan muntah.
29
e. Hubungan status gizi kurang dengan nyeri haid
Faktor konstitusi merupakan penyebab nyeri haid. Faktor ini,
yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia,
penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenore (Nugraha, 2008).
Masalah status gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh
menjadi kurus, berat badan turun, anemia dan mudah sakit. Status gizi
merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita. Termasuk
salah satunya adalah zat besi, bila status gizi tidak normal dikhawatirkan
status zat besi dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat dikatakan
bahwa status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya anemia
(Kristina, 2010).
2. Umur menarche
a. Pengertian
Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan
ciri khas kedewasaan seseorang wanita yang sehat dan tidak hamil
(Paath, 2008).
Menarche menurut Hincliff (2003) adalah periode menstruasi
yang pertama terjadi pada pubertas seorang wanita. Menarce merupakan
pertanda adanya sesuatu perubahan status sosial dari anak-anak ke
dewasa.
30
b. Umur saat menarche
Mentruasi pertama dalam bahasa kedokterannya menarche yang
berasal dari bahasa yunan yang berarti “Permulaan Bulan”. Berlaku pada
kisaran umur 12 tahun atau bahasa agama akil baligh. Pendarahan
(mentruasi) untuk pertama kali disebut menarche pada umur 12 – 13
tahun (Proverawati, 2009).
Menarche merupakan menstruasi pertama lakinya mendapat
haid, bervariasi lebar yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata usia 12 –
13 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarce dipengaruhi faktor
keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umur (Sudjana, 2005).
Proses menstruasi bermula sekitar umur 12 atau 13 tahun
walaupun ada yang lebih cepat sekitar umur 9 tahun dan selambat-
lambatnya umur 16 tahun. Salah satu faktor resiko terjadinya dismenore
primer adalah menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at
menarche). Telah mencatat faktor resiko pada dismenore primer antara
lain usia saat mentruasi pertama < 12 tahun (Sulistyowati, 2009).
3. Psikologis
a. Pengertian
Stress dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita
alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang
diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Tery, 2005).
Stress adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan
atau tekanan. Stress merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat individual,
sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya
31
bagi orang lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat kematangan berfikir,
tingkat pendidikan dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya. Stressor akan membebani individu dan mengakibatkan
gangguan keseimbangan fisik ataupun psikis (Hartono, 2007).
Ada tiga faktor psikologis yang terlibat disini, yaitu :
1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai
stressor itu sendiri
2) Learned helplessness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya
mengalami peristiwa yang berada di luar kendalinya. Produk akhirnya
adalah motivational deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya
adalah sia-sia), cognitive deficit (kesulitan mempelajari respon-respon
yang dapat membawa hasil yang positif), dan emotional deficit (rasa
tertekan karena melihat bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa dan
situasinya tak terkendalikan lagi)
3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga
karakteristik :
a) Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau
mempengaruhi apa yang terjadi padanya
b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari
hari demi hari
c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah-
olah perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya
(Nasution, 2008).
32
b. Hubungan stress dengan dismenore
Respon stress dikoordinasikan dengan upaya tubuh oleh sistem
saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis.
Dismenore timbul oleh ketidakseimbangan pengadilan syaraf otonom
terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi rangsangan yang
berlebihan oleh syaraf simpatis segingga serabut-serabut sirkuler pada
istimus dan istium uteri internum menjadi hipertonik. Tubuh yang
bereaksi saat mengalami stress, faktor stress ini dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukkan
keadaan stress adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya
otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stress yang menyebabkan
tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan meningkat
(Isnaeni, 2010).
Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormone
adrenalin, esterogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan.
Esterogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara
berlebihan, sedangkan peningkatan progesterone bersifat menghambat
kontraksi. Peningkatan kontraksi berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri.
Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot
tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika
mentruasi (Isnaeni, 2010).
33
c. Pengukuran Stress
Untuk mengetahui derajat stress pada diri seseorang, dipakai alat
ukur stress menurut Tery dan Gredson. Penilaian ini berisi 20 pertanyaan,
pertanyaan yang digunakan antara lain:
1) Mudah tersinggung oleh orang lain atau hal-hal remeh
2) Merasa tidak sabar
3) Merasa tidak mampu mengatasi
4) Merasa gagal
5) Sulit mengambil keputusan
6) Tidak tertarik pada orang
7) Merasa tidak menemukan seseorang yang bisa diajak bicara tentang
masalah-masalah anda
8) Sulit berkonsentrasi
9) Merasa terabaikan sama sekali
10) Gagal dalam menyelesaikan tugas/pekerjaan sebelum melakukan
tugas/pekerjaan berikutnya, dengan meninggalkan pekerjaan itu tidak
selesai
11) Mencoba melakukan banyak hal sekaligus
12) Merasa cemas atau tertekan
13) Tanpa sadar agresif
14) Merasa bosan
15) Mengubah pola minum, merokok atau makan
16) Mengubah tingkat aktivitas sosial
17) Menangis atau ingin menangis
34
18) Merasa selalu kecapean
19) Mengalami hal-hal berikut lebih sering :nyeri punggung dan leher,
pusing myeri otot, kram dan kejang urat, sembelit, diare, hilang selera
makan, rasa panas dalam perut,gangguan pencernaan dan nausea
20) Melakukan dua hal berikut : menggigit kuku, mengapalkan tangan,
mengetok jari, menggertakan gigi, membungkukkan bahu, menginjak-
injakkan kaki, sulit tidur (Isnaeni, 2010)
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka pada pembahasan diatas maka banyak
faktor yang dapat menyebabkan masyarakat kita belum mengadopsi ini
sebagian sebuah perilaku kesehatan. Oleh karena keterbatasan waktu dan
tenaga, maka peneliti hanya meneliti 3 Variabel saja, yaitu :
V. Independen V. Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
D. Hipotesa
Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ada pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenorea pada
mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh tahun 2013
Status Gizi
Kejadian
Dismenorea
Psikologis
Umur Menarche
35
b. Ada pengaruh antara umur menarche dengan kejadian dismenorea pada
mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh tahun 2013
c. Ada pengaruh antara Psikologis dengan kejadian dismenorea pada
mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh tahun 2013
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan metode cross sectional. Yaitu rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada waktu penelitian sedang
berlangsung (Notoatmodjo, 2003).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Berdasarkan pendapat
di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi
tingkat 1, 2, dan 3 yang pernah mengalami dismenore di Akademi
Kebidanan Meuligo Meulaboh Tahun 2013 sebanyak 139 orang.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo, (2010) Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling.
Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai
berikut :
n = N
1 + N (d2)
37
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%
n = N
1 + N (d2)
n = 139
1 + 139 (0,12)
n = 139
1 + 139 (0,01)
n = 139
1 + 1,39
n = 139 = 58, 159
2,39
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 58 orang
Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Bersedia menjadi responden
b. Berumur 17 – 21 tahun
c. Remaja putri yang mengalmi dismenore
C. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 2 – 7 September 2013 di
Akademi Kebidanan Meuligo Meulaboh.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer di peroleh dengan cara memberikan kuisioner kepada
responden.
38
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel Depenen
1. Kejadian
Dismenorea
Nyeri yang
ditimbulkan
akibat
menstruasi
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 5
pertanyaan
dengan kriteria
Primer, jika
jawaban benar
x ≥ 4,1
Sekunder, jika
jawaban benar
x < 4,1
Kuisioner -Primer
-Sekunder
Ordinal
Variabel Independen
1.
Status Gizi
Pengukuran
asupan gizi
seseorang
yang
dinyatakan
dengan Indeks
Masa Tubuh
Mengukur IMT
dengan Kriteria
Normal bila
IMT 18,5– 22,9
Tidak Normal
bila IMT bukan
18,5-22,9
Wawancara
-Baik
-Kurang
Ordinal
2
Umur
Menarche
Usia remaja
pertama kali
mentruasi
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
dengan kriteria
≤ 12 tahun bila
jawaban
pertama kali
menstruasi
dibawah 12
tahun
> 12 tahun bila
jawaban
pertama kali
menstruasi
diatas 12 tahun
Kuisioner
≤ 12 tahun
> 12 tahun
Ordinal
39
.No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
3. Psikologis Stress yang
dirasakan
seseorang
yang
menyebabkan
terjadinya
dismenore
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 5
pertanyaan
dengan kriteria
Mempengaruhi,
bila jawaban
benar x ≥ 3,8
Tidak
mempengaruhi,
bila jawaban
benar x < 3,8
Kuesioner -
Mempengaruhi
-Tidak
Mempengaruhi
Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 11
pertanyaan. 5 pertanyaan untuk dismenorea dengan jawaban terpimpin. 1
pertanyaan untuk usia menarche dan 5 pertanyaan untuk psikologis masing-
masing dengan jawaban terpimpin.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner, maka
dilakukan pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data (Editing)
Dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam
penelitian.
40
b. Pemberian kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya peneliti memberikan kode
tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis data.
c. Pengelompokkan data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama
dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan,
kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Budiarto, 2002).
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi
dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010).
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi (Sudjana,
2005), analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut:
%100xn
fP
Keterangan :
P = Persentase
f = frekuensi yang diamati
n = jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2004).
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variable-variabel
bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terkait.
Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa
41
dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi-
Square) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat
diketahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna secara statistik
menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui
perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan
bila P lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang menunjukkan adanya pengaruh bermakna antara variable dependen
dan independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05) maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan
bermakna antara variable dependen dan independen.
Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk
program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari
5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction.
3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga
menjadi table Contingency 2x2 (Arikunto, 2006)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh berbatasan dengan :
a. Bagian Utara berbatasan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiyah
b. Bagian Selatan berbatasan dengan Jalan Raya
c. Bagian barat berbatasan dengan Sekolah Dasar (SD) Negeri 54
d. Bagian Timur berbatasan dengan Panti Asuhan
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 2 – 7 September Tahun 2013.
Dari data yang dikumpulkan terdapat 58 mahasiswi dari populasi seluruh
mahasiswi yang kuliah di Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh. Data
dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Kejadian Dismenore
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore pada
Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
No Kejadian Dismenore Frekuensi (%)
1. Primer 46 79,3
2. Sekunder 12 20,7
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
43
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58
responden yang diteliti ditemukan mayoritas menderita dismenore primer,
yaitu sebanyak 46 responden (79,3%).
b. Status Gizi
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswi
di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
No Status Gizi Frekuensi (%)
1. Baik 20 34,5
2. Kurang 38 65,5
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58
responden yang diteliti ditemukan mayoritas mengalami status gizi yang
tidak normal, yaitu sebanyak 38 responden (65,5%).
c. Umur Menarce
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Umur Menarche pada Mahasiswi
di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
No Umur Menarce Frekuensi (%)
1. < 12 tahun 35 60,3
2. > 12 tahun 23 39,7
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58
responden yang diteliti ditemukan mayoritas mengalami menarce pada
umur < 12 tahun, yaitu sebanyak 35 responden (60,3%).
44
d. Psikologis
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Psikologis pada Mahasiswi
di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
No Psikologis Frekuensi (%)
1. Mempengaruhi 34 58,6
2. Tidak Mempengaruhi 24 41,4
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 58
responden yang diteliti ditemukan mayoritas terpengaruh oleh
psikologis, yaitu sebanyak 34 responden (58,6%).
2. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Dismenore
Adapaun hasil tabulasi silang antara status gizi dengan kejadian
dismenore primer terhadap mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulogoe
Meulaboh Tahun 2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Dismenore pada
Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
N
o
Status Gizi Kejadian Dismenore Jumlah Uji
Statistik
Primer Sekunder
f % f % f % p-value α-value
1 Baik 19 95,0 1 5,0 20 100
P = 0,042
0,05 2 Kurang 27 71,1 11 28,9 38 100
Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa kejadian dismenore
primer lebih besar didapatkan pada remaja dengan status gizi normal
yaitu 95% dibandingkan remaja dengan status gizi tidak mormal yaitu
71,1%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat
pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore.
45
b. Pengaruh Umur Menarche terhadap Kejadian Dismenore
Tabel 4.6
Pengaruh Umur Menarce terhadap Kejadian Dismenore pada
Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
N
o
Umur
Menarche
Kejadian Dismenore Jumlah Uji
Statistik
Primer Sekunder
f % f % f % p-value α-value
1 < 12 tahun 31 88,6 4 11,4 35 100
p = 0,047
0,05 2 > 12 tahun 15 65,2 8 34,8 23 100
Berdasarkan tabel 4.6, menunjukkan bahwa kejadian dismenore
primer lebih besar terjadi pada remaja umur < 12 tahun yaitu 88,6%
dibandingkan dengan remaja umur > 12 tahun yaitu 65,2%. Setelah
dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara umur
menarche dengan kejadian dismenore.
c. Pengaruh Psikologis terhadap Kejadian Dismenore
Tabel 4.7
Pengaruh Psikologis terhadap Kejadian Dismenore pada
Mahasiswi di Akademi Kebidanan Meuligoe
Meulaboh Tahun 2013
N
o
Psikologis Kejadian Dismenore Jumlah Uji
Statistik
Primer Sekunder
f % f % f % p-value α-value
1 Mempengaruhi
23 67,6 11 32,4 34 100
P = 0,010
0,05 2 Tidak
Mempengaruhi
23 95,8 1 4,2 24 100
Berdasarkan tabel 4.7, menunjukkan bahwa kejadian dismenore
primer lebih besar didapatkan pada remaja yang tidak terpengaruh oleh
psikologis yaitu 95,8% dibandingkan remaja yang terpengaruh oleh
psikologis yaitu 67,6%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil
yaitu terdapat pengaruh antara psikologis dengan kejadian dismenore.
46
C. Pembahasan
1. Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa status gizi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore
primer terhadap mahasiswi Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh
Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, menunjukkan
bahwa kejadian dismenore primer lebih besar didapatkan pada remaja
dengan status gizi normal yaitu 95% dibandingkan remaja dengan status
gizi tidak mormal yaitu 71,1%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh
hasil yaitu terdapat pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore.
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Status gizi
merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Gizi
adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, tranfortasi, penyimpanan,
metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi (Thaniez, 2009).
Masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah,
yaitu ketidakseimbangan antara konstitusi gizi dengan kecukupan gizi
yang dianjurkan. Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu makan
dan lebih memilih kudapan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin
digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan besar”
(Kristina, 2010).
47
Masalah status gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi
kurus, berat badan turun, anemia dan mudah sakit. Status gizi merupakan
gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita. Termasuk salah satunya
adalah zat besi, bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi
dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya anemia (Kristina, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Larasati (2009),
tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan status gizi dengan
dismenore primer pada siswi SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore pada siswi
SMA. Nilai p-value yang diperoleh adalah p = 0,0025 (p < 0,01).
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui,
peneliti berasumsi bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya dismenore primer. Hal tersebut dikarenakan
masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, misalnya
remaja yang terlalu banyak makan junk food. Apabila status gizi tidak
normal maka zat besi dalam tubuh pun tidak normal dan akan berpengaruh
pada saat ia menstruasi.
2. Pengaruh Umur menarce dengan Kejadian Dismenore Primer
terhadap mahasiswi
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa umur menarce
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore
primer terhadap mahasiswi Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh
Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6, menunjukkan bahwa
kejadian dismenore primer lebih besar terjadi pada remaja umur < 12
48
tahun yaitu 88,6% dibandingkan dengan remaja umur > 12 tahun yaitu
65,2%. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat
pengaruh antara umur menarche dengan kejadian dismenore.
Menarche menurut Hincliff (2003) adalah periode menstruasi yang
pertama terjadi pada pubertas seorang wanita. Menarce merupakan
pertanda adanya sesuatu perubahan status sosial dari anak-anak ke dewasa.
Menarche merupakan menstruasi pertama lakinya mendapat haid,
bervariasi lebar yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata usia 12 – 13
tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarce dipengaruhi faktor
keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umur (Sudjana, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Farida Aisyah (2010) tentang
pengaruh pengetahuan dan umur menarche terhadap terhadap terjadinya
dismenore pada siswi di SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang umur menarche terlalu dini memiliki pengaruh penting
terhadap terjadinya dismenore. Nilai p-value 0,003 (p < 0,01).
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui,
peneliti berasumsi bahwa umur menarche merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terjadinya dismenore, hal tersebut dikarenakan umur
menarche yang terlalu dini berpengaruh terhadap proses pendewasaan
seseorang, jika organ tubuh orang tersebut dewasa pada saat belum cukup
umur atau < 12 tahun maka akan terjadi ketidaksiapan mental bagi orang
tersebut dan lebih besar resiko terkena dismenore bila dibandingkan
dengan orang yang mengalami menarche > 12 tahun.
3. Pengaruh Psikologis dengan Kejadian Dismenore Primer terhadap
mahasiswi
49
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa psikologis
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore
primer terhadap mahasiswi Akademi Kebidanan Meuligoe Meulaboh
Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7, menunjukkan bahwa
kejadian dismenore primer lebih besar didapatkan pada remaja yang tidak
terpengaruh oleh psikologis yaitu 95,8% dibandingkan remaja yang
terpengaruh oleh psikologis yaitu 67,6%. Setelah dilakukan uji statistik
diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh antara psikologis dengan kejadian
dismenore.
Stress adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau
tekanan. Stress merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat individual,
sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi
orang lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat kematangan berfikir, tingkat
pendidikan dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya.
Stressor akan membebani individu dan mengakibatkan gangguan
keseimbangan fisik ataupun psikis (Hartono, 2007).
Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormone adrenalin,
esterogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Esterogen
dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan,
sedangkan peningkatan progesterone bersifat menghambat kontraksi.
Peningkatan kontraksi berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu
hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh
tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika mentruasi
(Isnaeni, 2010).
50
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan
Ayu (2011) tentang pengaruh pengetahuan, umur menarche dan psikologis
terhadap kejadian dismenore pada siswi di SMA. Penelitian ini
menunjukkan bahwa psikologis seseorang mempengaruhi kejadian
dismenore. Nilai p-value 0,005 (p < 0,01).
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui,
peneliti berasumsi bahwa psikologis merupakan salah satu faktor yang
mempenagruhi terjadinya dismenore primer, hal tersebut karena keadaan
psikologis yang terganggu akan mengeluarkan hormon adrenalin,
esterogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Esterogen
dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, maka
orang yang stress lebih besar resiko terjadinya dismenore.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti
membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh antara status gizi dengan kejadian dismenore pada mahasiswi
di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013, ditandai dengan
nilai p-value (0,042) < dari α-value (0,05)
2. Ada pengaruh antara umur menarce dengan kejadian dismenore pada
mahasiswi di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013,,
ditandai dengan nilai p-value (0,047) < dari α-value (0,05)
3. Ada pengaruh antara Psikologis dengan kejadian dismenore pada mahasiswi
di Akademi Kebidanan Meulogoe Meulaboh Tahun 2013,, ditandai dengan
nilai p-value (0,010) < dari α-value (0,05).
B. Saran
1. Bagi Responden
Agar dapat menambah pengetahuan mengenai kejadian
dismenore, agar responden dapat mengetahui ciri-ciri dismenore primer
dan dismenore sekunder serta dapat melakukan pertolongan pertama bila
dirinya megalami dismenore.
2. Bagi Institusi
Agar dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi pustaka
dan sebagai salah satu literature mahasiswi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Lainnya
Agar dapat dijadikan acuan dalam mengadakan penelitian dimasa
yang akan datang mengenai kejadian dismenore pada mahasiswi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Farida. 2010. Pengaruh pengetahuan dan umur menarche terhadap
terjadinya dismemore primer pada siswi SMP. Skripsi
Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Ayu, Intan. 2011. Pengaruh pengetahuan, umur menarche dan psikologis
terhadap kejadian dismenore pada siswi di SMA. Skripsi.
Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Ema, Hewari. 2008. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Paath, dkk. 2008. Development Psychology: A Life Span Approach. 5th
Edition.
New York : Mcgraw-Hill Kogakusha Ltd
Hartono. 2007. Stress dan Diemenore. http:// Indonesiaindonesia.com/ diakses
tanggal 28 Januari 2013
Hincliff et al. Essesnsial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Isnaeni, Susi. 2010. Faktor-faktor Yang Berkaitan Terjadinya Dismenorea Pada
Remaja Putri. Skripsi Psikologi. USU
Kristina. 2010. Dismenore primer. Jakarta : Balai Pustaka
Larasati, Diana. 2009. Hubungan pengetahuan, pendidikan, dan status gizi
dengan dismenore primer pada siswi SMA. Skripsi
Manuaba, I.G.B, 2008. Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : Hipokrates
Nugraha, M. 2008. Perawatan Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Medan
:Gramiko Pustaka Raya
Nasution. 2008. Merokok Pada Remaja Masa Kini. http://infokes.blogspot.com/
diakses tanggal 28 Januari 2013
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
__________________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Poverawati, Atikah. 2009. Menarche. Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-Sp
Setiabudi. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
SKMUI
Sulistyowati. 2009. Rahasia Sehat dan Cantik Sampai Usila. Yogyakarta : C.V
ANDI
Sudjana, C. 2005. Buku Kuliah 2 Kesehatan Reproduksi. Jakarta : SKMUI
Taber, Ben-zion, M.D. 2004. Kapita Selekta Kedaruratan Observasi dan
Ginekologi. Jakarta : EGC
Terry. 2005. Psikologis pada wanita. http://Theo.blogspot.com/ diakses tanggal 28
Januari 2013
Thaniez et al,. 2009. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Tiran, Denise. 2009. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC