abstrak “disiplin belajar siswa smp ymj...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat Dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajar”. Ditulis oleh Dani Ramdani, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat serta hubungannya dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober sampai dengan 12 November 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif-korelasional. Metode deskriftif digunakan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa, sedangkan metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya. Instrument yang digunakan untuk mengukur disiplin belajar adalah angket yang terdiri dari 33 item soal. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar digunakan nilai hasil MID semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011. Setelah dilakukan pengukuran terhadap disiplin belajar, didapat nilai mean (rata-rata) skor hasil angket sebesar 98, ini berarti disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat berada pada tingkat tinggi. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, digunakan rumus korelasi dari Karl Pearson. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai r-hitung = 0,166, yang berarti nilai korelasi sangat rendah/tidak berkorelasi. Uji signifikasi dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu dengan membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel. Jumlah sampel (N=64) pada taraf signifikan 5% didapat nilai r-tabel = 0,244, pada taraf signifikan 1% didapat nilai r-tabel = 0,317. Berarti r-hitung < r-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya. Disiplin belajar siswa hanya memberikan kontribusi sebesar 2,8% terhadap prestasi belajarnya. Kata kunci: Disiplin Belajar Siswa, Prestasi Belajar Siswa
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur hamba panjatkan
ke khadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Disiplin Belajar
Siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar”.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjunan kita yakni habiibanaa
wanabiiyanaa Muhammad saw, serta kepada keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis tidak dapat
hidup sendiri. Penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar penulisan
skripsi ini selesai dengan baik. Untuk itu, sebagai ungkapan rasa hormat, penulis
haturkan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Bapak Drs. Rusdi Zakaria, M.Ed., M.Phil., selaku ketua jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
3. Bapak Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku Ketua Prodi Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta sebagai pembimbing skripsi yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan saran dan pengarahan kepada
penulis,
4. Bapak Drs. Trisno Yulianto selaku kepala SMP YMJ Ciputat yang telah
memberikan izin penelitian di sekolah yang bapak pimpin,
5. Bapak Pranowo, BA. dan ibu Nurchasanah, S.Pd., selaku wali kelas VIII-
A dan VIII-B yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data
penelitian,
6. Bapak Slamet Riyanto, selaku kepala TU SMP YMJ Ciputat yang juga
telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian,
7. Para guru dan staf SMP YMJ Ciputat yang telah memberikan kemudahan
dalam penelitian,
ii
8. Kedua orang tua tercinta, bapak (Rastam) dan mamah (Odah) yang
senantiasa memberikan dukungan moril dan materil, serta kakak (Wawan
Kusnawan dan Tutinah, Am.Kep) terimakasih atas tumpangan dan
dukungan materilnya,
9. Sahabat terbaikku, Siti Najjmiatul Ulum Rinnike, terimakasih atas
kesabarannya untuk selalu memberi motivasi,
10. Teman-teman satu kelas, Aminah, Husna, Lilis, Ryna, Fifi, Hany, Erma,
Nova, Maison, Asep, Qory, Mukhlis, Sirajd, Uci, Fery, Kucay dan pak
Wahyu, terima kasih atas senyuman manis kalian,
11. Saudara tercinta, Mulyadi akhyar, terima kasih atas pinjaman laptopnya,
serta
12. Semua pihak yang tidak dapat lagi disebutkan satu per satu. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat atas kebaikan kalian semua.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan
dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis memohon
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 17 Desember 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat penelitian........................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Disiplin ............................................................................ 6
B. Belajar ............................................................................................... 8
C. Disiplin Belajar Siswa ....................................................................... 9
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa ............... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ............................................................................... 15
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 15
C. Metode Penelitian .............................................................................. 15
D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 15
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 15
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 16
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Identitas Sekolah ............................................................................... 18
B. Deskripsi Data ................................................................................... 21
C. Analisis dan Interpretasi Data ............................................................ 24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 32
iv
B. Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Lampiran 1 (Angket Penelitian) .........................................................
B. Lampiran 2 (Hasil Angket) ................................................................
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR UJI REFERENSI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis .............................................................................. 7
1. Prestasi Belajar Siswa ................................................................... 7
a. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................... 7
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ........ 12
2. Disiplin Belajar Siswa ................................................................... 16
a. Pengertian Disiplin Belajar ...................................................... 16
b. Pengelompokan Disiplin Belajar ............................................. 19
c. Strategi Mendisiplinkan Siswa ................................................ 20
d. Ciri-ciri Sekolah yang Memiliki Disiplin Baik ........................ 22
B. Kerangka Berfikir .............................................................................. 24
C. Pengajuan Hipotesis .......................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ............................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 26
C. Metode Penelitian .............................................................................. 26
iv
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ............................................. 27
1. Populasi ........................................................................................ 27
2. Sampel .......................................................................................... 27
E. Variabel Penelitian ............................................................................ 28
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 34
H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ................................................ 35
I. Hipotesis Statistik .............................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 38
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 50
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1: Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .................................................. 29
TABEL 3.2: Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert ...................... 30
TABEL 3.3: Perhitungan Nomor Item Valid dan Drop ................................. 31
TABEL 3.4: Tingkat Disiplin Siswa ............................................................. 35
TABEL 4.1: Sarana dan Prasarana ................................................................ 41
TABEL 4.2: Data Guru SMP YMJ Tahun 2010 ............................................ 43
TABEL 4.3: Data Jumlah Siswa SMP YMJ Tahun 2010............................... 45
TABEL 4.4: Jumlah Skor Hasil Angket ........................................................ 51
TABEL 4.5: Distribusi Frekuensi ................................................................. 53
TABEL 4.6: Rata-Rata Nilai MID SMP YMJ ............................................... 54
TABEL 4.7: Distribusi Frekuensi ................................................................. 56
TABEL 4.8: Tabel Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara variabel X dan Y. 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kualitas pendidikan tidak ada habisnya diperbincangkan oleh
masyarakat yang peduli terhadap pendidikan, karena memang kualitas
pendidikan merupakan salah satu bagian pembangunan yang sangat penting
dan strategis dalam memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya
berkelanjutan yang memerlukan keterlibatan semua pihak (masyarakat, guru
dan siswa), salah satunya dengan menerapkan disiplin belajar bagi para siswa.
Kualitas sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat antara lain dari tingkat
disiplin para siswanya. Oleh karena itu, sekolah yang berkualitas biasanya
telah menerapkan disiplin yang tinggi pada siswanya.
Setiap sekolah pasti memiliki cara tersendiri dalam mendisiplinkan
siswanya. Ada yang menggunakan cara tradisional (dengan kekerasan), ada
juga yang menggunakan cara lain yang dinilai lebih efektif. Mendisiplinkan
anak dengan membentak, menendang, memukul dan lain sebagainya, mungkin
bagi sebagian orang dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk
mendisiplinkan anak, karena dapat memberikan efek jera untuk melakukan
tindakan indisipliner. Tetapi, tidak jarang cara tersebut justru membuat anak
1
2
merasa takut yang berlebihan dan akhirnya depresi. Perlu diingat bahwa
sekolah merupakan lembaga pendidikan dan bukan lembaga kekerasan.
Pendisiplinan anak dengan kekerasan, penulis kira sudah tidak relevan lagi
dengan perkembangan zaman. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana cara
mendisiplinkan anak yang paling efektif.
Disiplin berkaitan dengan ketaatan dan peraturan. Sebelum disiplin
diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik
menuju suatu titik, yaitu kualitas. Selanjutnya adalah merancang bagaimana
cara menerapkan aturan tersebut sehingga setiap siswa dengan sadar bisa
mematuhi semua peraturan yang ada.
Telah menjadi sebuah fenomena umum, bahwa siswa baru mau belajar
ketika mengetahui akan ujian, itu pun dilakukan pada malam sebelumnya.
Waktu luang yang ada biasanya digunakan untuk berleha-leha seperti
bermain, menonton televisi dan lain sebagainya. Di sekolah misalkan, waktu
luang biasanya dipakai untuk bersenda gurau di kelas, mengobrol di kantin
atau pun bermain-main di taman sekolah. Padahal seharusnya waktu luang
tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk belajar misalkan dengan
mengadakan diskusi kelompok atau membaca buku di perpustakaan.
Membicarakan tentang disiplin di sekolah, tidak dapat dilepaskan dari
perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa akhir-
akhir ini tampaknya sudah sangat menghawatirkan, seperti: tawuran, narkoba,
pencurian serta berbagai tindakan yang menjurus pada tindak kriminal
lainnya sampai kepada sex bebas. Tentu saja hal ini bukan hanya
membahayakan diri sendiri tetapi juga membahayakan orang lain. Di
lingkungan sekolah, berbagai kasus pelanggaran terhadap berbagai aturan
sekolah masih saja banyak ditemukan, seperti kasus bolos, merokok di
sekolah, premanisme, pencurian, sampai kepada tindakan asusila. Hal ini
tentunya membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak terkait.
Telah kita ketahui bersama, masa remaja adalah masa pencarian jati
diri, masa dimana rasa ingin tahu dan mencoba sangat tinggi. Jika tidak
diarahkan dengan baik, maka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif
3
yang menjerumuskan. Mereka belum dapat memahami dengan baik apa yang
mereka lakukan. Hal ini menjadi tanggung jawab para pendidik untuk
memberikan pengertian dan pemahaman, bukan dengan kekerasan, dimarahi,
diintimidasi atau bentuk lain yang memberikan pengaruh buruk pada psikis
mereka. Perlu sikap dan pemikiran yang matang agar mereka benar-benar
bisa mengetahui, memahami dan pada akhirnya menyadari bahwa yang
mereka lakukan adalah perbuatan yang kurang baik dan dapat merugikan
tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Disinilah pentingnya peranan sekolah. Sekolah diharapkan mampu
mengembangkan berbagai potensi baik akademiknya maupun
kepribadiannya. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahun
2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1.
Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang
pendidikan harus tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk
diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah
satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar ia dapat mencapai
perkembangannya secara optimal
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Menurut Daryanto, setidaknya ada dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik, psikologis (meliputi
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) serta
faktor kelelahan. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.2
1 Depdiknas RI, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas, 2003), hlm.8 2 Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung : Yrama Widya, 2010), hlm.36-50
4
Hasil penelitian terkait menunjukan bahwa disiplin mempengaruhi
prestasi belajar.3 Hasil penelitian lain yang dilakukan Hilda Mutia dalam
skripsinya yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat”, menunjukan bahwa
kedisiplinan siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajarnya sebesar
24 %.4 Kedua hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedisiplinan
mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Jika disiplin belajar seorang siswa
rendah, maka prestasi belajarnya pun akan rendah, begitu pula sebaliknya.
Bulan Februari hingga Mei 2010, penulis mengadakan pengamatan di
SMP YMJ Ciputat melalui program PPKT (Praktik Profesi Keguruan
Terpadu). Selama periode itu, penulis menemukan permasalahan disiplin para
siswanya, terutama disiplin dalam belajar. Tindakan indisipliner siswa telah
menjadi kebiasaan sehingga menjadi ciri khas sekolah ini. Siswa terbiasa
datang telat ke kelas atau bahkan membolos, meninggalkan sekolah sebelum
jam pelajaran selesai, tidak mengerjakan tugas dari guru, dan lain sebagainya.
Boleh jadi, penyebab masalah ini ditularkan oleh kebiasaan buruk
kakak kelasnya terdahulu atau lebih disebabkan karena letak sekolah yang
berada di tengah-tengah permukiman warga dengan tidak memiliki gerbang
utama sehingga siswa bisa datang dan pergi dari sekolah tanpa pengawasan.
Uniknya, pihak sekolah sepertinya membiarkan masalah ini terus terjadi.
Penulis tidak melihat adanya upaya serius yang dilakukan pihak sekolah,
misalkan oleh wakasek bidang kesiswaan atau guru BK untuk menangani
masalah tersebut. Masyarakat sekitar pun seperti telah menutup mata dan
bersikap acuh.
Masalah ini tentunya menarik untuk dilakukan penelitian.Untuk itu,
penulis bermaksud akan melakukan penelitian terhadap masalah tersebut yang
3 Nurbani Amien, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center
(Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm.148, t.d.
4 Hilda Mutia Sari, Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta:perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2006), hlm.64, t.d.
5
kemudian diberi judul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat dan
Hubungannya dengan Prestasi Belajar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat diidentifikasikan berbagai masalah yaitu sebagai berikut:
1. Siswa sering membolos sekolah,
2. Siswa sering tidak mengerjakan tugas dari guru,
3. Siswa sering terlambat datang ke sekolah,
4. Beberapa siswa sering terlibat tawuran,
5. Beberapa siswa sering merokok di lingkungan sekolah,
6. Nilai hasil MID siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011
cukup rendah,
7. Beberapa siswa tidak mengikuti seluruh MID mata pelajaran,
8. Siswa yang tidak mengikuti seluruh MID mata pelajaran, tidak mengikuti
ujian susulan sesuai jadwal yang telah ditentukan sekolah,
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan karena keterbatasan waktu, biaya
serta kemampuan akademik penulis, penelitian ini dibatasi pada:
1. Disiplin belajar yang dimaksud adalah ketaatan siswa terhadap peraturan
yang berlaku di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa.
2. Siswa yang dimaksud adalah seluruh siswa SMP YMJ Ciputat yang
terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011.
3. Prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai mid semester ganjil tahun
ajaran 2010 – 2011.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat pada
semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat pada semester ganjil
tahun ajaran 2010 – 2011?
3. Bagaimanakah hubungan tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat
dengan prestasi belajarnya?
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai guna bagi:
a. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Prodi. Manajemen Pendidikan, untuk menambah literatur
kajian tentang disiplin belajar siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi
belajar siswa,
b. SMP YMJ Ciputat, sebagai bahan rujukan untuk mengadakan evaluasi
terkait dengan disiplin belajar siswanya,
c. Mahasiswa, sebagai kajian/referensi dalam menambah wawasan dan
pengetahuan tentang disiplin belajar dan hubungannya dengan prestasi
belajar siswa,
d. Penulis, sebagai salah satu syarat mendaptkan gelar S.1 (Strata Satu)
Jurusan Kependidikan Islam, Prodi. Manajemen Pendidikan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta
7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIS
1. Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam banyak hal, manusia selalu dituntut untuk dapat
berprestasi. Berprestasi dalam pelajaran di sekolah, berprestasi dalam
kegiatan ekstra kurikuler, berprestasi dalam berbagai ajang
perlombaan, atau pun berprestasi dalam bidang pekerjaan. Seseorang
akan mendapatkan label berprestasi ketika ia menjadi yang terbaik.
Seorang siswa misalkan, dikatakan berprestasi ketika selalu mendapat
nilai A dalam ujian, menjadi juara kelas, mendapatkan medali
olimpiade dan lain sebagainya.
Merujuk pada uraian di atas, berarti prestasi hanya bisa dicapai
oleh siswa yang selalu mendapat nilai A dalam ujian, menjadi juara
kelas, atau hanya oleh siswa yang berhasil mendapatkan medali
olimpiade. Jika memang benar begitu adanya, berarti prestasi hanya
bisa dicapai oleh sebagian kecil siswa.
Contoh-contoh tersebut di atas merupakan hasil yang bisa
diperoleh sisiwa setelah melalui suatu proses yang dinamakan belajar.
7
8
Seorang siswa bisa menjadi juara kelas atau menjuarai olimpiade mata
pelajaran karena ia berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, agar dapat
berprestasi manusia perlu belajar.
Allah SWT berfirman dalam QS. an-Nahl ayat 78 yaitu sebagai
berikut :
�
Artinya : “Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, sedangkan kamu tidak mengetahui satu apapun, dan dia berikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Berdasarkan ayat tersebut diketahui bahwa tidak ada satu
pengetahuan pun yang dimiliki manusia pada saat dia lahir. Untuk itu,
manusia perlu belajar agar memiliki ilmu.
Belajar tidak pernah terlepas dari kehidupan sehari-hari. Secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam tingkah
laku.1
Dalam menjalani kehidupan, dengan segala cara manusia pasti
akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui usaha-
usaha itulah, manusia akan mendapatkan berbagai pengetahuan dan
kecakapan baru. Proses ini secara tidak langsung dinamakan belajar,
yaitu belajar dari pengalaman. Slameto mendefinisikan belajar sebagai
“suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”2.
1 Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: Yrama Widya, 2010), Cet.I, hlm.2 2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003) cet.IV, hlm.2
9
Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai “tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif”.3
Sementara itu, W.S. Winkel merumuskan pengertian belajar
sebagai “suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.4
Sejalan dengan tiga pendapat tersebut, Witherington sebagaimana
dikutip oleh Nana Syaodih mengungkapkan bahwa “belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”5.
Dari beberapa pendapat tentang belajar di atas, diketahui
terdapat satu kesamaan bahwa suatu proses belajar menghasilkan
perubahan (baik berupa perubahan pengetahuan, perubahan
kemampuan maupun perubahan perilaku) pada diri yang
bersangkutan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak setiap perubahan
diakibatkan dari suatu proses belajar, melainkan ada perubahan-
perubahan tertentu yang diakibatkan oleh lain hal, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Winkel. Perubahan-perubahan tersebut adalah:
(1) Perubahan akibat kelelahan fisik. Seorang atlit lari marathon
misalkan, kecepatan larinya akan jauh berkurang ketika setelah
melakukan lari marathon, ia kembali berlari.
3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) cet.1,
hlm.64 4 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo,1996), cet.IV, hlm.53 5 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidiakan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hlm.155
10
(2) Perubahan akibat menggunakan obat. Misalnya, orang yang
menginjeksi tubuhnya dengan obat bius akan mengalami
perubahan pada alam pikiran dan perasaannya.
(3) Perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik. Misalnya,
anak yang menderita hidrosefalus akan mengalami perubahan
penambahan ukuran besar kepala.
(4) Perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Misalkan, perubahan
bentuk badan, berat, tinggi dan lain sebagainya.6
Dengan berpegang pada beberapa rumusan belajar di atas,
maka jelaslah bahwa berbagai kasus perubahan tersebut bukan kasus
gejala belajar.
Dalam pikiran mungkin muncul pertanyaan, perubahan seperti
apa yang termasuk ke dalam gejala belajar? Selanjutnya, Daryanto
mencoba menjelaskan berbagai bentuk perubahan yang termasuk ke
dalam gejala belajar sebagai berikut: 7
(1) Perubahan terjadi secara sadar. Berarti bahwa seseorang yang
belajar akan menyadari adanya perubahan pada dirinya, misalkan
dengan merasakan bertambahnya pengetahuan atau kecakapan.
(2) Perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional. Sebagai
hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar berikutnya. Seseorang yang belajar
menulis misalkan, dari tidak dapat menulis kemudian dia akan
dapat menulis. Secara bertahap kemampuannya akan bertambah
sehingga kemampuan menulisnya menjadi sempurna.
(3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. Dengan belajar
seseorang senantiasa akan merubah dirinya menjadi yang lebih
baik. Semakin banyak ia belajar maka akan semakin baik
6 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran…, Cet.IV, hlm.53-54 7 Daryanto, Belajar dan Mengajar…, Cet.I, hlm.2-4
11
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif
maksudnya adalah bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan ada usaha yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan.
(4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Misalkan
seorang anak yang belajar bersepeda sampai lancar kemudian untuk
waktu yang lama ia tidak bersepeda lagi. Ketika setelah dewasa
mencoba lagi bersepeda, ia tidak akan lupa sama sekali bagaimana
cara menyeimbangkan tubuhnya di sepeda.
(5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Berarti bahwa
perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang hendak
dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku
yang benar-benar disadari.
(6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang
diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap keterampilan, pengetahuan dan
sebagainya.
Dengan demikian jelaslah bahwa dengan belajar, maka
seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya. Namun, tidak
semua perubahan diakibatkan dari proses belajar, melainkan pada hal-
hal tertentu perubahan diakibatkan oleh hal lain, seperti; perubahan
yang diakibatkan dari kelelahan fisik, perubahan yang diakibatkan dari
penggunaan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik,
serta perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Perubahan yang
tergolong ke dalam aktifitas belajar yaitu; perubahan terjadi secara
sadar, perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional,
perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif, perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan
atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
12
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku baik yang
berkaitan dengan aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik,
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat
digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu sebagai berikut:8
1) Faktor endogen (dalam diri anak)
a) Faktor fisiologis; meliputi faktor kesehatan fisik pada
umumnya dan kesehatan indera pada khususnya. Sehat indera
artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan sebagainya. Secara
singkat, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh kesehatan
fisiknya.
b) Faktor psikologis; keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh
suasana psikologis pelajar. Di anatara faktor psikologis yang
memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar
antara lain adanya:
- Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu,
- Sifat yang kreatif, inovatif dan akseleratif (sifat
perubahan dan maju),
- Motivasi untuk mendapatkan simpati dan penghargaan
baik dari sekolah, guru dan orang tua,
- Sifat kompetitif (persaingan sehat) antara pribadi dalam
meraih prestasi belajar,
- Suasana tenang, senang dan rasa aman apabila
menguasai pelajaran secara baik dan berprestasi tinggi.
2) Faktor eksogen (luar diri anak)
a) Faktor instrumental; merupakan faktor lingkungan yang
diciptakan oleh manusia. Termasuk kedalamnya adalah
pendidik itu sendiri, kurikulum, program, serta alat
8 Darsono, dkk, Materi Pokok Landasan Kependidikan, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2000), hal.48-49
13
(perpustakaan, laboratorium, sarana dan prasarana, dan tata
tertib).
b) Faktor lingkungan; meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan alamiah.
Jika kita perhatikan poin-poin yang secara psikologis
mempengaruhi keberhasilan belajar, terlihat bahwa yang dimaksud
belajar tersebut adalah belajar dalam situasi formal di sekolah.
Walaupun dalam kenyataannya kita mengenal tri pusat pendidikan
yakni pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun
dari ketiga tersebut yang paling menonjol peranannya adalah sekolah
(formal). Jadi, secara tidak sadar jika kita membicarakan belajar maka
pikiran kita akan langsung tergiring pada situasi belajar di sekolah
formal.
Sejalan dengan Darsono, Nana Syaodih juga mengelompokan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang ke
dalam dua kelompok besar yaitu faktor dalam diri individu, dan faktor
lingkungan. Faktor dalam diri inividu meliputi faktor jasmaniah
(termasuk ke dalam faktor ini yaitu: kesehatan badan serta kondisi
kesehatan panca indera) dan faktor psikis atau rohaniah (termasuk ke
dalam faktor ini yaitu kondisi kesehatan psikis, kemampuan-
kemampuan intelektual, soaial, psikomotor serta kondisi afektif dan
kognitif dari indifidu). Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.9
Sementara itu Wasty Soemanto mengemukakan terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor-faktor stimuli
belajar, faktor-faktor metode belajar serta faktor-faktor individual.
Stimuli belajar merupakan segala hal di luar individu yang
merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.
Stimuli dalam hal ini mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan
bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat atau ringannya
9 Nana Syaodih, Landasan Psikologi…, hlm.162-165.
14
tugas, serta suasana lingkungan eksternal (cuaca, waktu, kondisi
tempat, penerangan dan sebagainya). Ke-dua adalah faktor-faktor
metode belajar. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa, sehingga akan
menentukan berhasil atau tidaknya siswa menguasai materi pelajaran.
Terakhir adalah faktor-faktor individual. Faktor ini meliputi hal-hal
berikut yaitu: kematangan, usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman
sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi
kesehatan rohani, dan motivasi.10
Jika kita cermati bersama, dari ketiga pendapat tersebut
sebenarnya terdapat kesamaan. Walaupun pada pendapat yang ke-tiga
ada sedikit perbedaan dimana ia mengelompokannya kedalam tiga
faktor, namun pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar yaitu: (1) Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan
psikologis, motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas
mental. (2) Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti
suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga,
lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum
dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat
meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa agar dapat
berprestasi, siswa harus belajar. Karena, dengan belajar seorang siswa
akan mendapatkan berbagai macam perubahan. Perubahan tersebut,
yaitu: pertama aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam
segi penguasaan pengetahuan. Kedua, aspek afektif meliputi
perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan
kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik, meliputi perubahan dalam segi
bentuk-bentuk tindakan motorik seperti penguasaan keterampilan
10 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.113-
121
15
baru. Namun, harus diketahui bahwa tidak semua perubahan itu
diakibatkan dari hasil belajar. Perubahan akibat proses belajar terjadi
secara sadar, terarah, bersifat continue dan menetap, serta meliputi
seluruh aspek tingkah laku.
Setiap perubahan yang diperoleh dari proses belajar dapat
diukur ketercapaiannya. Inilah yang kita kenal dengan ”prestasi”.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi
mengandung pengertian “hasil yang diperoleh dengan kerja keras
yang dilakukan oleh seseorang”.11 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata prestasi mempunyai arti ”hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.12 Menurut Nana
Sudjana, ”prestasi (hasil belajar) adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”13.
Dengan demikian, prestasi merupakan hasil atau kemampuan-
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah ia melakukan atau
mengerjakan sesuatu. Prestasi belajar seorang siswa biasa diketahui
setelah dilakukan tes hasil belajar. Hasil tes tersebut kemudian
dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Besar kecilnya skor yang
diperoleh peserta didik menunjukan besar kecilnya hasil usaha yang
dilakukan peserta didik tersebut, sehingga dari prestasi itu dapat
dilihat kesungguhan siswa dalam belajar.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil (berupa penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan tertentu,
yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka) yang diperoleh siswa
setelah mengalami proses belajar. Sebagaimana diungkapkan di atas,
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal
dan eksternal. Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis,
11 Djalinus Syah, dkk, Kamus Pelajar: Kata Serapan Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1993), cet. I, h.168 12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi
III, hlm.895 13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), cet.X, hlm.22
16
motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental.
Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah
serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah
meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan
berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana
lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya.
2. Disiplin Belajar Siswa
Ketika mendengar kata disiplin, yang terlintas dalam pikiran
adalah adanya hukuman. Namun, perlu diketahui bahwa disiplin bukanlah
hukuman, karena hukuman merupakan salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa. Disiplin dalam arti sempit dapat diartikan dengan
kepatuhan secara ketat pada peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis
yang sudah disetujui bersama. Sedangkan dalam arti luas dapat dikatakan
sebagai kumpulan dari berbagai jenis disiplin yang ada yang secara idiil
mendasarkan diri pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.14
Pada era sekarang maupun masa depan, disiplin merupakan salah
satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan tujuan dalam organisasi
apapun juga. Karena tanpa disiplin, organisasi akan mengalami
kehancuran. Dalam Gerakan Disiplin Nasional (GDN), disiplin diartikan
sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat,
bangsa dan Negara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan
ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa
takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.15 Begitu pentingnya disiplin
membuat organisasi yang sangat besar yaitu pemerintah membentuk GDN
sebagaimana disebutkan di atas yang ditujukan untuk seluruh lapisan
masyarakat agar bisa menegakan disiplin.
14 Made Supartha, dkk., Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota
Denpasar, (Bali: DEPDIKBUD, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1996), hlm.69, t.d.
15 Sekretaris Negara, Gerakan Disiplin Nasional (GDN); Menyongsong Era Keterbukaan Tahun 2020, (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 1996), hlm.130
17
Wardiman Djojonegoro mengemukakan bahwa “disiplin
merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
“disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa
yang seharusnya dilakukan, boleh dilakukan, dan yang tidak sepatutnya
dilakukan”. Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu:
pertama pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma yang
menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, kriteria atau standar
yang merupakan syarat untuk mencapai kesuksesan. Kedua, sikap mental
yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan
dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Ketiga,
perilaku yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk mentaati
segala hal secara cermat dan tertib.16
Sedangkan menurut Arikunto, di dalam pembicaraan disiplin
dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi
pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan
ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya
karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin
atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata
tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah
sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang
menjadi siasat atau disiplin. Orang yang dalam mengikuti peraturan masih
didasarkan atas rasa takut karena ada orang lain atau juga karena didesak
oleh kepentingan pribadi yang lain, belum dapat dikatakan disiplin17.
16 Wardiman Djojonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas.
Disiplin Nasional. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 20-21 17 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1990), hal.114
18
Sementara itu Lindgren sebagaimana dikutip oleh Amir Achsin,
mengemukakan bahwa disiplin memiliki tiga arti utama, yaitu: hukuman
(sebagai sanksi karena seseorang telah melanggar aturan atau tata tertib),
pengawasan (dengan memaksa anak untuk berbuat secara teratur sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan), dan latihan (untuk membenarkan
dan menguatkan tingkah laku yang baik).18
Dari berbagai pengertian tentang disiplin diatas, dapat
disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang secara sadar
mematuhi berbagai peraturan atau norma yang ada, yang telah disepakati
sebelumnya. Disiplin akan terbentuk pada diri seseorang apabila secara
sadar ia mematuhi peraturan atau tata tertib yang ada. Bukan karena
adanya rasa ingin dihormati, mendapat pujian atau hal lainnya.
Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang
dalam suatu sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat,
sementara nilai budaya masyarakat tersebut tercipta dari sistem norma
yang dianut warganya. Dengan demikian, disiplin dibentuk oleh dua unsur
utama yaitu (1) norma dan sikap yang ada pada diri manusia dan (2) nilai
budaya yang ada dalam masyarakat.19 Norma dan sikap merupakan unsur
yang ada dan hidup dalam jiwa seseorang yang menentukan corak reaksi
terhadap lingkungannya. Sedangkan nilai budaya merupakan bagian dari
budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi tindakan
warga masyarakat.
Mengingat begitu banyaknya lingkup disiplin, banyak para ahli
yang mencoba mengelompokannya. Sesuai dengan peringkat manusia
(individu, kelompok, masyarakat dan bangsa), Wardiman menggolongkan
disiplin kedalam tiga kategori yaitu:20
18 Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar-Mengajar, (Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pangdang Press, 1990), cet.2 hlm.61 19 Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin
Nasional..., hlm. 21 20 Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin
Nasional..., hlm. 22
19
(a) Disiplin pribadi sebagai perwujudan pribadi yang lahir dari kepatuhan
atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.
(b) Disiplin kelompok sebagai perwujudan dari sikap taat patuh terhadap
aturan dan norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang
kehidupan manusia.
(c) Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh
yang ditunjukan oleh warga Negara terhadap aturan-aturan atau nilai
yang berlaku secara nasional.
Berdasarkan sumber pembuatnya, disiplin dibedakan atas empat
jenis yaitu:21
(a) Disiplin buatan guru; dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang
baik demi berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif
serta tertib dan teratur.
(b) Disiplin buatan kelompok; peraturan-peraturannya dibuat oleh dan
hanya berlaku untuk kelompok tersebut. Misalkan disiplin yang dibuat
dalam kelompok belajar.
(c) Disiplin yang dibuat diri sendiri; bertujuan sebagai pedoman tindakan
diri. Semakin matang tingkat berfikir seseorang maka maka akan
dibarengi dengan rasa tanggung jawab untuk ikut mengembangkan
kelompok dan pada akhirnya mengembangkan masayaratnya. Agar
bisa sampai ke situ, maka harus dimulai dengan mendisiplinkan diri
sendiri. Misalkan dengan membiasakan diri mempelajari materi
sebelum materi tersebut diajarkan, menanyakan materi yang belum
dimengerti pada guru, tidak menyontek saat ujian dan lain sebagainya.
(d) Disiplin karena tugas; setiap tugas memiliki tingkat disiplin tersendiri
yang mengharuskan dipatuhi oleh orang yang menjalankan tugas
tersebut. Misalkan perbedaan antara tugas guru dan siswa.
Sedangkan berdasarkan tempatnya, disiplin mencakup tiga lingkup,
yaitu: (a) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, (b) perilaku kedisiplinan di
luar kelas di lingkungan sekolah, dan (c) perilaku kedisiplinan di rumah22.
21 Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan …, cet.2, hlm.62-66
20
Tingkat disiplin siswa akhir-akhir ini nampaknya sudah sangat
menghawatirkan. Perilaku negatif seperti merokok, membolos, tawuran
merupakan beberapa contoh tindakan indisipliner yang sering dilakukan
siswa. Masalah ini membutuhkan penanganan serius karena jika tidak
maka akan menghambat proses pembelajaran siswa yang bersangkutan.
Kondisi tersebut menuntut guru untuk bersikap disiplin, arif dan
berwibawa dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa
mendisiplinkan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas
pembelajaran.
Reisman dan Payne sebagaimana dikutif oleh E. Mulyasa
mengemukakan strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai
berikut:
(a) Konsep diri; strategi ini menyarankan kepada guru untuk menumbuhkan konsep diri siswanya dengan cara bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
(b) Keterampilan berkomunikasi; guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
(c) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru harus mampu menjelaskan akibat-akibat yang logis dan alami atas perilaku salah yang telah dilakukannya, sehingga bisa membimbing siswa mengendalikan prilakunya sesuai dengan aturan.
(d) Klarifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membatu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
(e) Analisis transaksional; menuntut guru untuk bersikap lebih dewasa dalam menghadapi siswa yang bermasalah.
(f) Terapi realitas; guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah dan melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajran.
(g) Disiplin yang terintegrasi; guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan dan tata tertib sekolah.
(h) Modifikasi perilaku; guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku peserta didik.
22 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran..., hal.137
21
(i) Tantangan bagi disiplin; guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan disiplin siswa. 23
Sedikit berbeda dengan Reisman dan Payne, Amir Achsin
mempunyai pendapat tersendiri tentang teknik mendisiplinkan siswa yaitu
sebagai berikut:24
(a) Teknik pengaturan arena kelas; terdiri dua bagian, (1) teknik yang
digunakan untuk mengatur kelas tradisional, yaitu dengan cara
mengatur posisi tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa
mempengaruhi perhatian, tingkah laku dan motivasi siswa terhadap
pelajaran. Ada siswa yang senag duduk di depan, ada juga yang tidak,
ada yang senang jika duduk paling belakang, samping kiri, kanan atau
di tengah. Jika terlalu lama duduk di tempat yang sama juga akan
menimbulkan kejenuhan. Untuk itu guru harus memperhatikan tempat
duduk siswanya agar jangan sampai menurunkan perhatian serta
motivasinya untuk belajar. Kedua adalah mengatur struktur atau
susunan kelas secara keseluruhan, (kelas yang tersusun rapi, indah
dan bersih akan menimbulkan perhatian dan motivasi serta tingkah
laku yang lebih positif daripada kelas yang kotor serta tidak teratur
letaknya. (2) Teknik pengaturan arena kelas utuk metode tertentu,
pengaturan tempat duduk untuk metode belajar diskusi, debat, roll-
playing atau small group work misalkan akan membutuhkan
pengaturan tempat duduk yang berbeda.
(b) Teknik pengurangan kecemasan siswa; kecemasan yang berlebihan
pada siswa misalkan memandang UN sebagai sesuatu yang sangat
menakutkan, justru akan membuat siswa kehilangan gairah untuk
belajar. Untuk itu kelebihan kecemasan itu harus dikurangi dengan
cara: mengadakan pertemuan terbuka antara siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru untuk membicarakan berbagai masalah
23 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), cet.IV, hlm. 124-125 24 Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan …, cet.2, hlm. 76-83
22
belajar yang dialami, mengubah posisi tempat duduk, serta
menggunakan variasi metode belajar yang lebih menarik dan
menyenangkan.
(c) Meningkatkan kecemasan siswa; ada kecemasan-kecemasan minimal
yang perlu dimiliki oleh siswa, misalkan takut jika bolos sekolah,
takut jika mendapat nilai kecil dalam ujian dan sebagainya, tetapi jika
terlalu sedikit maka siswa akan kehilangan gairah untuk belajar karena
dia sama sekali tidak memiliki motivasi untuk belajar. Tugas guru
adalah menjaga agar tingkat kecemasan itu secara positif berada pada
tingkat yang cukup memadai untuk menstimulasi kegiatan belajar dan
mendisiplinkan diri.
Pendapat Reisman dan Payne serta Amir Achsim sebagaimana
dijelaskan di atas, menunjukan bahwa peran guru sangat penting untuk
membentuk disiplin pada diri siswa. Secara aktif guru harus mampu
ngendalikan kelas sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah agar
tercipta suasana belajar yang kondusif sehingga membantu setiap siswa
untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
Suasana sekolah yang aman, tertib dan disiplin tentunya menjadi
idaman setiap sekolah. Karena salah satu kualitas sekolah dapat dilihat dari
standar disiplin yang diterapkannya. Berkenaan dengan hal itu, Wayson
dan teman-temannya meneliti sejumlah sekolah dan menemukan ciri-ciri
sekolah yang memiliki disiplin baik, sebagaimana dikutip oleh Agus
Suryawan sebagi berikut:
(a) Lingkungan sekolah kondusif untuk bekerja secara disiplin seperti pengajaran berjalan secara efektif, program yang saling menunjang antara satu dengan yang lainnya, program terkoordinasi dengan baik dan lain sebagainya.
(b) Sebagian besar guru memandang sekolah sebagai tempat untuk bekerja dan untuk mendapatkan pengalaman yang sukses dalam mengerjakan sesuatu.
(c) Dalam memperbaiki disiplin, sekolah memusatkan diri pada mencari sebab-sebabnya bukan pada gejalanya.
23
(d) Program sekolah menekankan perilaku positif serta usaha preventif, bukan menitik beratkan pada hukuman.
(e) Menyesuaikan tindakan dengan kebutuhan sekolah dan memberi kesempatan melakukan sesuatu dengan gaya tersendiri.
(f) Mengadakan kerja sama yang kuat dengan para orang tua murid dan masyarakat setempat.
(g) Bersedia menerima kritik dan penilaian secara luas dari berbagai pihak. 25
Setelah dikemukakan banyak pendapat tentang disiplin, dari mulai
pengertian hingga kriteria sekolah yang memiliki disiplin yang baik
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka sampailah pada kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan disiplin belajar adalah kesadaran yang
timbul dari dalam diri siswa untuk belajar, yaitu dengan mematuhi semua
tata tertib yang berlaku di sekolah maupun di rumah.
Guru mempunyai peranan penting dalam mendisiplinkan siswa.
Guru dituntut untuk lebih sabar, cekatan dan tegas dalam mengendalikan
disiplin siswa. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan
berkomunikasi yang baik, mengetahui karakteristik setiap siswa,
menguasai berbagai metode pengajaran yang aktif dan menyenangkan,
serta keterampilan mengendalikan kelas (misalkan dengan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan yang memotivasi setiap siswa agar
secara aktif mau belajar).
Disiplin dikelompokan kedalam beberapa bagian. Berdasarkan
peringkat manusia yang melaksanakannya, disiplin dibagi atas disiplin
pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional. Berdsarkan sumber
pembuatnya, disiplin dibedakan atas disiplin buatan guru, disiplin
kelompok, disiplin buatan diri sendiri dan disiplin karena tugas.
Berdasarkan tempatnya, disiplin dibedakan atas, disiplin di kelas, disiplin
di luar kelas (lingkungan sekolah) dan disiplin di rumah.
25 Agus Suryawan, Hubungan Motivasi dan Disiplin Belajar Murid dengan Prestasi
Belajar Murid SMU di Kodya Bekasi, Tesis Program Pasca Sarjana UI, (Jakarta: perpustakaan Universitas Indonesia, 1998), hlm.64-65, t.d.
24
Pengelompokan disiplin yang terakhir inilah (berdasarkan
tempatnya) yang akan dijadikan indikator kedisiplinan belajar siswa siswa.
Siswa dikatakan mempunyai disiplin belajar yang baik apabila ia telah
disiplin dalam belajar di kelas, di luar kelas (lingkungan sekolah) dan
disiplin dalam belajar di rumah.
2. KERANGKA BERPIKIR
Banyak faktor yang mempengaruhi presatasi belajar seorang siswa,
diantaranya adalah faktor kedisiplinan. Kedisiplinan timbul karena ada
kesadaran dari anak tersebut untuk mematuhi norma-norma (tata tertib) yang
berlaku di sekolah. Idealnya, jika seorang siswa telah berlaku disiplin yaitu
dengan mematuhi tata tertib dan mengerjakan semua tugas sekolah yang
diberikan kepadanya, maka akan berpengaruh baik terhadap prestasi belajar
siswa tersebut. Sebaliknya, jika disiplin belajar seorang siswa rendah, maka
prestasi belajarnya pun akan rendah pula. Walaupun mungkin ada anggapan
lain bahwa hal tersebut tidak dapat serta merta demikian, karena banyak hal
lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti kondisi keluarga, lingkungan
tempat tinggal, ketersediaan fasilitas belajar, atau pun kondisi fisik siswa itu
sendiri.
Dalam penelitian ini, dengan terlebih dahulu tidak memperhatikan
faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa selain disiplin belajar,
akan dicari tahu bagaimana hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi
belajarnya.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Disiplin Belajar (X), Indikator: a. Berdisiplin di dalam kelas, b. Berdisiplin di luar kelas
(lingkungan sekolah) c. Berdisiplin di rumah,
Prestasi Belajar (Y) Dilihat dari nilai mid semester ganjil tahun pelajaran 2010 – 2011.
25
3. PENGAJUAN HIPOTESIS
1. Hipotesis Nol (Ho): Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.
2. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan yang signifikan antara
disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar
siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat, Jl. Ciputat Raya
no.27 (depan UIN Jakarta), Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan dari bulan Oktober
hingga November 2010.
C. METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan metode deskriftif-korelatif. Metode deskriftif digunakan untuk
mengambarkan keadaan yang sebenarnya tentang disiplin belajar, sedangkan
metode korelatif digunakan untuk mengetahui hubungan disiplin belajar
siswa dengan prestasi belajar.
26
27
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian1. Populasi
terbagi kedalam dua bagian yaitu populasi target dan populasi terjangkau.
a) Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahuan ajaran 2010 –
2011.
b) Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011,
berjumlah 84 orang. Ada beberapa alasan kenapa dipilih kelas VIII
sebagai populasi terjangkau, yaitu sebagai berikut:
- Sekolah tidak memberikan izin untuk dilakukan penelitian
terhadap kelas IX, karena mereka lebih difokuskan dalam
berbagai program pembelajaran yang telah disusun sekolah
sebelumnya untuk menghadapi Ujian Nasional,
- Kelas VII dianggap belum mampu untuk mengisi angket
penelitian dengan benar karena masih dalam masa transisi dari
tingkat SD ke SMP. Dikhawatirkan jika dipaksakan, maka
hasilnya akan tidak maksimal,
- Maka dipilihlah kelas VIII karena dianggap tidak akan terlalu
mengganggu proses belajarnya, telah memiliki pengalaman
belajar di sekolah tersebut selama 1 tahun, serta dianggap telah
cukup mampu untuk mengisi angket penelitian dengan benar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti2. Yang
menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B SMP
YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2010 –
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, hal.130
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, . . . hal.131
28
2011. Menurut Sugiyono tentang penentuan jumlah sampel dari populasi,
jika jumlah populasi 84 orang dengan taraf kesalahan 5% maka diperoleh
jumlah sampel sebanyak 68 orang.3
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian terdiri dari, sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) : Disiplin Belajar
Variabel Terkait (Y) : Prestasi Belajar
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Sesuai dengan variabelnya, instrument penelitian yang
digunakan yaitu sebgai berikut:
1. Prestasi Belajar
Instrument yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah
nilai hasil UTS pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011.
2. Disiplin Belajar
Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data tentang disiplin belajar adalah angket atau kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup merupaka jenis “kuesioner yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih”4. Isi kuesioner
berjumlah 42 soal pernyataan dengan 4 pilihan jawaban.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-7, hlm.87
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian … Cet. Ke-13, hal.152
29
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
(Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat)
No. Dimensi Indikator No. Butir Soal
1 Disiplin di
dalam kelas
a. Memperhatikan pelajaran.
b. Bertanya atau menjawab
pertanyaan guru.
c. Meminta izin guru untuk masuk
dan keluar kelas.
d. Mencontek hasil pekerjaan teman.
e. Berbuat gaduh di kelas.
f. Memanfaatkan waktu secara
maksimal untuk belajar.
g. Mengumpulkan tugas tepat
waktu.
h. Menjaga kebersihan dan
keindahan kelas.
2, 3 dan 14
1 dan 6
4 dan 31
7 dan 11
9 dan 33
8, 10 dan 12
13 dan 22
36, 37 dan 38
2. Disiplin di
luar kelas
(lingkungan
sekolah)
a. Mematuhi aturan sekolah.
b. Mengucapkan salam.
c. Bolos sekolah.
d. Menjaga kebersihan dan
keindahan sekolah.
e. Menggunakan kata-kata kotor.
f. Izin sebelum meninggalkan
sekolah.
15, 18 dan 22
5, 17 dan 19
21 dan 34
23 dan 35
20 dan 39
16 dan 40
3 Disiplin di
rumah
a. Menyiapkan alat dan bahan
pelajaran.
b. Mengerjakan tugas dari guru.
c. Mengulang materi pelajaran.
d. Memanfaatkan waktu luang.
24, 25 dan 29
26 dan 30
27 dan 42
28 dan 41
30
Untuk menentukan skor pilihan jawaban angket, digunakan skor
pernyataan positif negatif skala Likert. Untuk pernyataan positif, pilihan
jawaban “selalu” mendapat skor 4, “sering” mendapat skor 3, “kadang-
kadang” mendapat skor 2 dan “tidak pernah” mendapatkan skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan negatif digunakan skala kebalikannya. Jika
yang dipilih jawaban “selalu” maka akan mendapat skor 1, “sering”
mendapat skor 2 dan seterusnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.2
Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert
Pernyataan Kategori
Selalu Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
a. Uji Validitas Instrument Penelitian
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang hendaknya
diukur.5 Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengunakan rumus product moment dari Pearson, yaitu
dengan mengkorelasikan jumlah skor tiap butir dengan jumlah skor
total.
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Nilai rxy (r-hitung) yang didapat dari perhitungan
menggunakan rumus di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai r-
5 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi… hlm.97
31
kritis. Jika r-hitung > r-kritis maka butir soal valid, sebaliknya jika r-
hitung < r-kritis maka soal dinyatakan tidak valid. Menurut Masrun
sebagaimana dikutif oleh Sugiono menyatakan bahwa sebuah item
dinyatakan valid apabila memenuhi syarat minimum yaitu jika r ≥ 0,3.
Jadi, kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka
butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.6
Berikut adalah hasil perhitungan item valid dan drop dengan
menggunakan rumus Pearson dari program Microsoft Excel:
Tabel 3.3
Perhitungan Nomor Item Valid dan Drop
No.
Item
Koefisien
Korelasi “r-hitung” r-kritis Status
1. 0.24 0.3 Drop
2. 0.21 0.3 Drop
3. 0.53 0.3 Valid
4. 0.43 0.3 Valid
5. 0.46 0.3 Valid
6. 0.18 0.3 Drop
7. 0.37 0.3 Valid
8. 0.35 0.3 Valid
9. 0.70 0.3 Valid
10. 0.57 0.3 Valid
11. 0.45 0.3 Valid
12. 0.60 0.3 Valid
13. 0.39 0.3 Valid
14. 0.33 0.3 Valid
15. -0.33 0.3 Drop
16. 0.02 0.3 Drop
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), Cet.7, hlm. 134
32
17. 0.52 0.3 Valid
18. 0.37 0.3 Valid
19. 0.44 0.3 Valid
20. 0.50 0.3 Valid
21. 0.45 0.3 Valid
22. -0.24 0.3 Drop
23. 0.59 0.3 Valid
24. 0.47 0.3 Valid
25. 0.31 0.3 Valid
26. 0.45 0.3 Valid
27. 0.43 0.3 Valid
28. 0.53 0.3 Valid
29. 0.38 0.3 Valid
30. 0.44 0.3 Valid
31. 0.14 0.3 Drop
32. 0.54 0.3 Valid
33. 0.37 0.3 Valid
34. 0.57 0.3 Valid
35. 0.52 0.3 Valid
36. 0.66 0.3 Valid
37. 0.49 0.3 Valid
38. 0.07 0.3 Drop
39. 0.02 0.3 Drop
40. 0.47 0.3 Valid
41. 0.45 0.3 Valid
42. 0.33 0.3 Valid
Dari tabel tersebut diatas, dapat dibaca bahwa dari 42 (empat
puluh dua) item soal terdapat 9 soal drop (tidak valid) yaitu nomor 1, 2,
6, 15, 16, 22, 31, 38 dan 39. Sedangkan soal yang valid berjumlah 33.
33
Selanjutnya, soal yang drop tersebut dibuang (tidak disertakan dalam
instrument).
b. Reliabilitas Instrumen
Suatu instrument dikatakan reliable apabila instrument tersebut
cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa
dipercaya.7 Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrument
digunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut:
2
2
11 11 t
b
kkr
dengan
nnx
xb
22
2
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyakanya butir pertanyaan
∑σb2 = jumlah varians butir
σt2 = varians total
x = skor butir
n = jumlah responden
Setelah dilakukan penghitungan dengan rumus alpha di atas,
didapat jumlah varians butir (∑σb2) = 29,5022. Selanjutnya adalah mecari
nilai varians total, yaitu sebagai berikut:
ondenjumlahrespondenjumlahresptotaljumlahskoralratskortotjumlahkuad
t
2
2
1515
19622588862
15
153849444258886
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian … Cet. Ke-13, hal.179
34
15
6,256629258886
15
4,2256
4267,150
Keterangan: Tabel penolong untuk perhitungan uji reliabilitas sebagaimana terlampir.
Dengan demikian telah diketahui nilai:
k = 42
∑σb2 = 29,5022
σt2 = 150,4267
n = 15
Terakhir, nilai-nilai tersebut dimasukan ke dalam rumus
reliabilitas:
4267,1505022,291
14242
11r
196,014142
823,0823296,0
804,0024,1
Dengan demikian diketahui nilai koefisien reliabilitas instrument
adalah sebesar 0,823. Karena nilai koefisien reliabilitas tinggi yaitu
0,823, maka dapat dikatakan instrumen bersifat reliabel.
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dengan mengukur tingkat disiplin belajar siswa
menggunakan angket kemudian hasilnya dikorelasikan dengan prestasi
belajar siswa yang diambil dari rata-rata nilai UTS siswa semester ganjil,
seluruh mata pelajaran.
35
H. TEKNIK ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Mengingat metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif-korelatif, maka analisis datanya pun terbagi menjadi dua bagian
yaitu sebagai berikut:
1. Metode deskriftif
Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat disiplin belajar
siswa. Langkah-langkah yang digunakan pertama membuat tabel
distribusi frakuensi dari skor hasil angket. Kedua, dari tabel tersebut
ditentukan nilai mean (rata-rata) dengan menggunakan rumus:
fixifiX
. . Ketiga, setelah didapat nilai rata-rata kemudian
dikonsultasikan dengan tabel berikut untuk menunjukan tingkat disiplin
siswa:
Tabel 3.3
Tingkat Disiplin Siswa
No Skor Keterangan tingkat disiplin
1. ≤ 33 Sangat Rendah
2. 34 – 59 Rendah
3. 60 – 85 Sedang
4. 86 – 111 Tinggi
5. 112 – 132 Sangat Tinggi
Setelah dilakukan perhitungan nilai mean(rata-rata) kemudian
didapat nilai tingkat disiplin belajar siswa, selanjutnya adalah
menginterpretasikan data; yaitu dengan cara menentukan nilai prosentase
skor hasil angket per indikator dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai harapan (NH); didapat dengan mengkalikan
jumlah item pertanyaan per indikator dengan nilai tertinggi,
b. Menentukan nilai skor (NS); merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian
36
c. Menentukan persentase kategorinya, yaitu dengan menggunakan
rumus:
%100NHNSP .
2. Metode Korelasi
Untuk mengetahui tingkat hubungan antara disiplin dengan prestasi
belajar siswa, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari angka korelasi menggunakan rumus Product Moment sebagai
berikut:
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan:
rxy : Angka indeks korelasi ”r” Product Moment
N : Number of cases
xy : Jumlah hasil perkiraan antara skor x dan skor y
x : Jumlah seluruh skor x
y : Jumlah seluruh skor y8
Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap rxy, penulis
berpatokan pada koefisien korelasi (r) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Tabel Interpretasi Nilai r9
Besarnya nilar r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah (Tidak berkorelasi)
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal.274 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal.276
37
b. Uji signifikansi
Uji signifikansi dimaksudkan untuk mengetahui apakah hubungan
korelasi yang ditemukan tersebut signifikan untuk seluruh populasi,
dengan kata lain uji signifikansi dilakukan untuk menguji hipotesis,
apakah Ho diterima atau ditolak. Caranya yaitu dengan mengkonsultasikan
nilai nila “r” yang didapat dengan nilai “r” product moment pada tabel (r-
tabel). Ketentuannya, jika r-hiungt > r-tabel maka Ha diterima, sedangkan
jika r-hitung < r-tabel maka Ho diterima.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
disiplin belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar.
Besarnya koefisien determinasi ditentukan dengan rumus sebagi berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi
r = nilai r-hitung
I. HIPOTESIS STATISTIK
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
1. Ho = µ = 0 (tidak ada hubungan) 2. Ha = µ ≠ 0 (ada hubungan)
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
1. Sejarah Singkat SMP YMJ Ciputat
Permintaan masyarakat yang cukup banyak untuk menyekolahkan
anaknya pada sekolah yang mudah dijangkau baik dari aspek biaya
maupun letak sekolah tanpa mengurangi kualitas pendidikan , membuat
pengurus Yayasan Miftahul Jannah bersama dengan tokoh-tokoh
masyarakat wilayah kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, pada tahun 1999
merintis berdirinya Sekolah Menengah Pertama Yayasan Miftahul Jannah
atau disingkat ( SMP YMJ).
SMP YMJ merupakan salah satu pendidikan formal dari
pengembangan Yayasan Miftahul Jannah yang telah memulai kegiatan
belajar mengajar sejak tahun ajaran 1999 – 2000 hingga sekarang dengan
makna keunggulan:
a. Kemampuan membaca Al-Qur’an dan pengamalan ibadah sehingga
mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kemampuan berbahasa Inggris secara aktif sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau pun sebagai
38
39
bekal menghadapi persaingan globalisasi dalam segala aspek
kehidupan.
c. Keterampilan mengoperasikan komputer sesuai dengan tuntutan masa
kini.
Dalam perjalanannya, pada tahun 2004 SMP YMJ merubah status
dari “diakui” menjadi “terakreditasi A”.
2. Visi SMP YMJ
Visi merupakan suatu keadaan yang ingin diwujudkan di masa
yang akan datang. Di lingkungan sekolah, visi ditetapkan oleh pimpinan
lembaga tersebut dalam hal ini adalah kepala sekolah, meski dalam praktik
pada umumnya penetapan visi dilakukan secara bersama-sama oleh guru,
kepala sekoalah serta pimpinan lain sekolah tersebut.
Menurut Nurbaini Amien, visi sekolah diharapkan memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Visi mampu merangsang kreatifitas dan bermakna secara fisik-psikologis bagi kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan komite sekolah,
b. Visi dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan komite sekolah,
c. Visi mampu mereduksi sikap egoistik-individual atau egoistik-unit ke format berfikir kolegialitas, komprehensif dan bekerja sama dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang lain,
d. Visi dapat merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam aneka perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan anggota komite sekolah, sekaligus menghargai perbedaan dan menjadikan perbedaan itu potensi untuk maju secara sinergis.1
SMP YMJ sebagai lembaga pendidikan formal di lingkungan
Diknas Kota Tangerang Selatan memiliki visi sebagai berikut:
“Terwujudnya lulusan yang unggul dalam Iptek berlandaskan Imtaq”.
Keunggulan tersebut dijabarkan dalam indikator sebagai berikut:
a. Unggul dalam perolehan nilai ujian nasional
b. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan teknologi
1 Nurbani Amien, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center
(Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm.92, t.d.
40
c. Unggul dalam keterampilan berkomunikasi Bahasa Inggris dan bahasa
lainnya
d. Unggul dalam keterampilan komputer dan mengetik
e. Unggul dalam pengamalan imtaq dan berakhlak mulia
Visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke
depan serta memperhatikan potensi terkini sesuai dengan norma dan
harapan masyarakat. Visi tersebut juga telah memenuhi kriteria visi
sekolah sebagaimana disebutkan di atas, karena visi tersebut dirumuskan
secara sederhana, terfokus, mudah difahami maknanya serta dapat
dilaksanakan secara realistis.
3. Misi SMP YMJ
Misi merupakan langkah-langkah kegiatan strategis untuk
mencapai visi yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan visi di atas,
sekolah menentukan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif untuk peningkatan perolehan
nilai ujian nasional
b. Meningkatkan pembelajaran untuk semua mata pelajaran sekolah
c. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan berkomunikasi Bahasa
Inggris dan bahasa asing lainnnya
d. Meningkatkan pembelajaran keterampilan komputer dan mengetik
e. Menumbuhkan semangat pengalaman imtaq dan berakhlak mulia
4. Sarana dan Prasarana
Peran sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan baik
itu lembaga pendidikan formal maupun non formal sangatlah penting guna
menunjang pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Sarana dan prasarana
merupakan kebutuhan pokok dalam proses pendidikan. Ketersediaannya
merupakan salah satu yang utama setelah siswa dan guru. Semakin baik
sarana dan prasara yang ada di suatu lembaga pendidikan maka akan
semakin baik pula menunjang kualitas pendidikan di lembaga pendidikan
tersebut.
41
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh SMP YMJ adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana2
No. Jenis Jumlah Keterangan
1. Ruang Kelas 6 Baik
2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3. Ruang Guru 1 Baik
4. Ruang TU 1 Baik
5. Ruang Perpustakaan 1 Baik
6. Lab. Komputer 1 Baik
7. Lab. Bahasa 1 Baik
8. Mushala 1 Baik
9. Lapangan Olahraga 1 Baik
10. Ruang OSIS 1 Baik
11. Toilet Guru 1 Baik
12. Toilet siswa 2 Baik
13. Kantin 1 Baik
14. Komputer Pegawai 2 Baik (Pentium 4)
15. Internet 1 Baik (Speedy)
Melihat tabel di atas, nampak bahwa ketersediaan sarana dan
prasarana di SMP YMJ sudah cukup baik menunjang kegiatan
pembelajaran. Namun, yang jadi permasalahan adalah letak sekolah yang
berada di tengah permukiman warga. Sekolah terbagi menjadi dua gedung
terpisah. Gedung A terdiri dari ruang kelas, ruang kepsek, ruang guru,
ruang TU, lab. Komputer, lab. Bahasa perpustakaan dan toilet. Sedangkan
gedung B terdiri dari ruang kelas dan toilet. Letak gedung B terpisah tidak
terlalu jauh tetapi terhalang oleh beberapa rumah warga.
2 Slamet Riyanto, Arsip Data Sarana dan Prasarana SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
42
Kondisi seperti ini, membuat siswa yang belajar di gedung A
maupun gedung B kurang kondusif karena kurang mendapatkan
pengawasan. Lalulintas warga sekitar tentunya mengganggu konsentrasi
belajar siswa. Selain itu, karena lemahnya pengawasan banyak siswa yang
keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung.
Letak gedung B yang agak berjauhan dan terhalang oleh rumah-
rumah warga membuat siswa yang belajar di sana kurang mendapat
pengawasan secara langsung dari guru atau karyawan sekolah, sehingga
kemungkinan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner seperti bolos,
datang sekolah telat dan lain sebagainya, menjadi lebih besar jika
dibandingkan dengan siswa yang belajar di gedung A. Walaupun sudah
ditempatkan seorang karyawan di sana, tetapi kurang efektif karena
karyawan bukan merupakan seseorang yang disegani oleh siswa.
5. Keadaan Guru di SMP YMJ
Guru merupakan salah stau komponen penting dalam proses
pendidikan. Secanggih apapun teknologinya, peranan guru akan sulit
tergantikan oleh apapun juga. Mengingat begitu pentingnya peranan guru
di sekolah, maka guru setidaknya harus memenuhi empat kompetensi
utama sebagaimana dijelaskan dalam UU no. 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen. Keempat kompetensi tersebut yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Komposisi guru pada SMP YMJ terdiri dari 9 orang Guru Tetap
Yayasan (GTY) dan 9 orang Guru Tidak Tetap (GTT). Total jumlah guru
18 orang,
Dilihat dari segi jumlah, guru pada SMP YMJ dirasa sudah cukup,
mengingat hanya terdapat 6 rombongan belajar sementara jumlah guru ada
18 orang, terdiri 1 orang berpendidikan S.2, 10 orang S.1, 4 orang D.3, 1
orag PGSLTA, dan 2 orang belum lulus S.1. Tetapi, secara profesional
terdapat 7 orang guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik (4
orang D.3, 1 orang PGSLTA, dan 2 orang belum lulus S.1). Padahal,
secara jelas pada Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang standar
43
kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa guru harus
memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S.1.
Terdapat 9 orang guru pengajar di SMP YMJ yang berstatus guru
tetap yayasan (GTY) dan sisanya merupakan guru tidak tetap (GTT).
Besarnya jumlah GTT menyebabkan guru-guru tersebut tidak bisa
mengajar secara full di SMP YMJ karena guru-guru tersebut juga
mengajar di sekolah lain. Akibatnya, konsentrasi mengajar terbagi ke
beberapa sekolah. Padahal, seharusnya seorang guru fokus mengajar hanya
di satu sekolah. Jika seorang guru mengajar di beberapa sekolah yang
berbeda maka akan berdampak buruk pada kualitas pengajaran karena
secara otomatis konsentrasi mengajarnya akan terpecah.
Sementara itu, terdapat 4 orang guru yang mengajar tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Guru-guru tersebut adalah guru
Bahasa Inggris, guru Geografi, guru Seni Musik dan guru PKn. Data guru
SMP YMJ tahun ajaran 2010 – 1011 lebih lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.2
Data Guru SMP YMJ Tahun 20103
No. Nama L/P TTL Pendidikan Jabatan Status 1. Drs. Trisno
Yulianto L Wonogiri, 2
Juli 1965 S.1 P. Seni Budaya UNS, 1990
Kepsek. Guru Seni Budaya (Lukis)
GTY (PNS)
2. Marno Hadianto, BSc.
L Kuningan, 25 Mei 1965
D.3 Ekonomi
W. Kepsek Guru Geografi
GTY
3. H. Sukri Hadi, BSc.
L Jakarta, 28 April 1950
D3 PAI IAIN Jakarta, 1975
Guru PKn GTT
4. HJ. Oon R.J. M.Ag.
P Jakarta, 27 Gustus 1968
S.2 PAI IIQ, 1995
Guru PAI GTY (PNS)
3 Slamet Riyanto, Arsip Data Guru SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
44
5. Udin Nurdin L Kuningan, 26 Februari 1967
D.3 PJKR IKIP Jakarta, 1990
Guru Olahraga
GTY (PNS)
6. Lela Nurlaela, SE
P Jakarta, 17 September 1971
S.1 Ekonomi AAI, 1995
Guru Pembukuan
GTY
7. Ida Nadya M, S.Kom
P Tangerang, 23 Maret 1975
S.1 U. Ilmu Komputer Gunadarma, 1999
Guru Komputer & internet
GTY
8. Syarif Mukhsin, SE.
L Cirebon, 7 Juli 1967
S.1 Ekonomi STIE AD, 2000
Guru Ekonomi
GTY
9. Jamroni, S.Ag.
L Cirebon, 8 November 1976
S.1 PAI UIN Jakarta, 2000
W. Kepsek Kesiswaan, Guru PAI & PKn
GTY
10. Pranowo L Cilacap, 25 Mei 1951
PGSLTA Guru Matematika
GTY
11. Nurchasanah, S.Pd
P Pemalang, 12 September 1980
S.1 P.IPA (Biologi) UIN JKT, 2005
Guru Biologi
GTT
12. M.Z. Dhofier L Cirebon, 5 Agustus 1985
S.1 P.MTK UIN JKT (Belum Lulus)
Guru Matematika
GTT
13. Yanti Damayanti, S.Pd.
P Cirebon, 2 Agustus 1985
S.1 P.IPA (Fisika) UIN JKT, 2007
Guru Fisika GTT
14. Rina Guswanti, S.Pd.
L Jakarta, 17 September 1971
S.1 P. B.IndonesiaUHAMKA
Guru B. Indonesia
GTT
15. Agus Haryanto, S.Pd.
L Palembang, 31 Agustus 1971
D.3 Ekonomi UNINDRA
Guru Seni Budaya (musik)
GTT
16. Sainah, SE P Tangerang, S.1 Guru GTT
45
3 april 1976 Ekonomi STIE AD
Ekonomi
17. Suryani, S.Pd
P Jakarta, 10 Desember 1978
S.1 P.B.PrancisUNJ, 2004
Guru B. Inggris
GTT
18. Misbadhuddin
L Cirebon, 15 Maret 1986
S.1 PBI UIN JKT (Belum Lulus)
Guru B. Inggris
GTT
6. Profil Siswa
Dari segi kuantitas, total jumlah siswa SMP YMJ yang terdaftar
pada semester ganjil tahun ajaran 2010–2011 adalah 253 orang, terdiri
dari kelas VII satu rombongan belajar, kelas VIII dua rombongan belajar
dan kelas IX tiga rombongan belajar. Data lebih lengkap mengenai jumlah
siswa SMP YMJ Ciputat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Data Jumlah Siswa SMP YMJ Ciputat Tahun 20104
Kelas Jumlah Siswa
Sub Total A B C
VII L = 27
P = 22 - - 49
VIII L = 24
P = 20
L = 20
P = 20 -
84
IX L = 27
P = 16
L = 26
P = 15
L = 17
P = 19
120
Jumlah Total 253
Dari segi latar belakang ekonomi keluarga, berdasarkan data yang
dihimpun dari sekolah, 100% siswa berasal dari keluarga ekonomi bawah
dengan rata-rata penghasilan keluarga dibawah Rp.500.000,-/bulan.
4 Slamet Riyanto, Arsip Data Jumlah Siswa SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
46
“Semua siswa yang sekolah di sini berasal dari keluarga kalangan
ekonomi bawah dengan rata-rata penghasilan sekitar RP.500.000,- per
bulan”5, papar kepala TU SMP YMJ. Keadaan seperti ini jelas
memberikan dampak tersendiri bagi sekolah maupun bagi siswa.
Dampak yang terasa oleh sekolah adalah tunggakan keuangan
siswa. “Setiap bulan, sekitar 70% siswa menunggak uang SPP”6, lanjut
kepala TU SMP YMJ. Padahal jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah
setingkat lainnya yang berada di daerah ciputat bisa dibilang uang SPP di
SMP YMJ relatif lebih murah yaitu sebesar Rp.110,000,-/bulan. Belum
lagi jika ditambah uang tahunan, maka jumlah tunggakan siswa akan
semakin besar lagi.
Mengingat SMP YMJ merupakan sekolah swasta yang tidak
memiliki donatur tetap secara otomatis hanya mengandalkan pungutan
dari siswa serta bantuan pemerintah untuk menutupi biaya operasional
sekolah. Berdasarkan itu pula dibuat kebijakan jika siswa yang masih
menunggak keuangan sekolah maka tidak boleh mengikuti ujian MID
maupun UAS. Dampak dari kebijakan ini terasa ketika menjelang
pelaksanaan ujian, sekolah direpotkan oleh orang tua/wali siswa yang
memohon keringanan agar anaknya bisa mengikuti ujian.
Sementara itu, dampak bagi siswa adalah kurang tersedianya
fasilitas belajar seperti buku-buku pelajaran. Siswa hanya manggunakan
LKS sebagai sarana penunjang belajar. Sementara untuk penguasaan
materi, siswa mengandalkan catatan dan penjelasan dari guru.
Keadaan ekonomi keluarga yang demikian, memberikan dampak
secara psikologis terhadap siswa. Siswa cenderung susah diatur, keras
kepala serta mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Belum lagi jika
siswa berasal dari keluarga brokenhome, maka perilaku siswa semakin
sulit dikontrol. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa di sekolah.
Perilaku bolos, datang telat, tidak mengerjakan tugas dari guru,
5 Slamet Riyanto, Wawancara dengan Kepala TU SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
6 Slamet Riyanto, Wawancara dengan…, (Ciputat: 1 November 2010)
47
menggunakan kata-kata kotor dalam berbicara, merupakan susuatu yang
sepertinya lumrah terjadi.
Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus terjadi, bukan tidak
mungkin maka akan semakin menambah citra negatif sekolah. Untuk itu
diperlukan keseriusan dari berbagai pihak yang terkait agar masalah
perilaku negatif siswa bisa dirubah menjadi lebih tertib dan teratur,
menuju terwujudnya pendidikan yang berkualitas sesuai dengan harapan
masyarakat.
7. Tata Tertib Sekolah
Tata tertib yang ada dan berlaku di SMP YMJ Ciputat secara
umum sama dengan tata tertib di sekolah-sekolah lain. Fungsi tata tertib
adalah sebagai alat untuk mengatur tingkah laku siswa di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan luar agar mereka dapat bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Berikut adalah tata tertib siswa SMP YMJ Ciputat:7
a. Waktu jam belajar berlaku:
Senin s.d. Sabtu : Jam 07.00 – 12.30
Khusus hari Jum’at : Jam 07.00 – 11.50
b. Siswa yang terlambat datang ke sekolah dapat masuk kelas, setelah
mendapat izin dari guru piket atau petugas tata usaha.
c. Siswa yang berhalangan hadir karena sakit, izin, atau hal lainnya harus
memberi kabar tertulis atau lisan dari orang tua/wali, kepada wali
kelas atau guru piket.
d. Siswa yang terlambat masuk kelas berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali
dengan alasan apapun akan mendapatkan surat peringatan berupa
pemanggilan orang tua/wali.
e. Setiap siswa harus:
1) Hadir di sekolah 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai.
2) Memakai seragam dengan ketentuan sebagai berikut:
7 Slamet Riyanto, Arsip Tata Tertib Siswa SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
48
Senin-Rabu : Baju putih, celana panjang biru (laki-laki) dan rok
panjang biru (perempuan)
Kamis : Baju batik, bawahan biru
Jum’at : Baju koko putih (laki-laki) dan baju muslim putih
(perempuan), bawahan biru
Sabtu : Seragam pramuka
Sepatu : Warna hitam
3) Bersikap sopan, santun, jujur, menghormati guru, karyawan,
sesama teman, orang tua dan masyarakat.
4) Senantiasa menjaga nama baik sekolah di dalam maupun di luar
lingkungan sekolah.
5) Seanantiasa menyelesaikan masalah secara musyawarah dan tidak
mengundang serta melibatkan pihak luar.
6) Seanantiasa memelihara 5 K (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan,
Keindahan, dan Kekeluargaan),
7) Senantiasa mengamalkan 5 T (Tertib waktu,Tertib administrasi,
Tertib belajar, Tertib mengajar dan Tertib lingkungan).
8) Melunasi keuangan bulanan (SPP) selambat-lambatnya tanggal 10
setiap bulannya.
9) Melunasi keuangan lainnya sebagaimana waktu yang sudah
ditentukan.
f. Setiap siswa dilarang:
1) Membawa, mengkonsumsi, atau memperjual belikan obat
terlarang, minuman keras dan/atau rokok di sekolah maupun di
luar lingkungan sekolah.
2) Membawa senjata tajam/tumpul, senjata api di lingkungan
sekolah maupun lingkungan masyarakat tanpa seizing yang
berwenang.
3) Membawa, menyimpan, membaca, ataupun menonton film, kaset,
gambar, kartu dan media lainnya yang tidak sesuai dengan norma
agama dan moral pancasila.
49
4) Memakai asesoris apapun yang semestinya tidak dipakai oleh
seorang pelajar.
5) Membubuhkan tempelan atau tulisan apapun pada seragam
sekolah selain yang telah ditentukan oleh sekolah.
6) Berambut gondrong serta memakai asesoris wanita seperti gelang,
kalung, giwang, atau tindik hidung untuk laki-laki.
7) Memakai make-up serta perhiasan yang berlebihan bagi
perempuan.
8) Meninggalkan sekolah/kelas ketika jam pelajaran sedang
berlangsung tanpa seizin guru, petugas TU, atau kepala sekolah.
9) Mambawa HP tanpa seizin orang tua dan sekolah.
10) Tawuran, baku hantam baik secara perorangan maupun kelompok
dengan pihak manapun.
11) Membentuk organisasi selain OSIS atau kegiatan lainnya tanpa
seizin Kepala sekolah.
g. Setiap bentuk pelanggaran terhadap poin-poin di atas, akan dikenakan
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Jika dilihat poin demi poin tata tertib di atas, tampak sudah sangat
jelas mengatur perilaku setiap siswanya. Permasalahannya terletak pada
penegakan aturan itu sendiri. Sekolah seperti kurang tegas dalam
menegakan tata tertib, bahkan tampak seperti kewalahan dalam
mengendalikan perilaku siswanya. Hal-hal seperti datang telat ke kelas,
bolos sekolah, meninggalkan kelas saat jam pelajaran, sudah menjadi
sesuatu yang biasa dan kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah.
Pemberian sanksi berupa pemanggilan siswa dan orang tua siswa jarang
dilakukan. Kalaupun ada, tidak memberikan manfaat yang berarti karena
tidak memberikan efek jera bagi siswa.
Cukup memprihatinkan memang, guru BK yang seharusnya
cekatan menangani setiap siswa yang bermasalah justru tidak terlihat
kerjanya. Guru-guru pun relatif bersifat cuek (kurang memperingatkan)
50
misalkan ketika mendapati siswa yang berkeliaran saat jam pelajaran. Hal
ini bisa jadi disebabkan karena, rendahnya tanggung jawab guru, staf,
maupun orang tua siswa terhadap tugas dan fungsinya untuk mendidik
siswa, letak sekolah yang berada di tengah permukiman warga, perilaku
siswa yang memang sulit untuk dikendalikan ataupun hal lainnya, tetapi
karena bukan bidang bahasan dalam penelitian ini maka tidak akan
dibahas lebih lanjut.
Mengingat masalah ini begitu penting, maka diperlukan
kesadaran dan keterlibatan dari berbagai pihak, bukan hanya guru, kepala
sekolah, dan siswa tetapi juga peranan orang tua dan masyarakat sekitar
lingkungan sekolah sangat penting. Di sekolah, tata tertib diterapkan
setegas-tegasnya, di rumah orang tua mengawasi dan selalu mengingatkan
anaknya untuk disiplin, serta masyarakat lingkungan sekolah juga ikut
mengawasi dengan cara melaporkan kepada pihak sekolah jika mendapati
siswa yang berprilaku tidak sesuai dengan tata-tertib.
B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Deskripsi hasil penelitian menjelaskan tentang hasil penelitian dimulai
dari deskripsi data sampai analisis uji hipotesis dengan menggunakan teknik
korelasi product moment dari Karl Pearson.
1. Deskripsi Data
a. Disiplin Belajar
Disiplin belajar siswa SMP YMJ, diukur dengan
menggunakan angket. Angket kemudian disebarkan kepada sejumlah
sampel yang secara representatif mewakili populasi. Jumlah sampel
yang telah ditentukan sebelumnya adalah 68 orang. Tetapi dalam
pelaksanaannya sampel yang diambil hanya 64 orang karena
sebanyak 15 orang siswa sebelumnya telah dijadikan sampel uji coba
instrument, sedangkan sisanya tidak bisa dijadikan responden karena
alasan 1 orang sakit dan 4 orang lainnya tidak diketahui karena
jarang masuk sekolah.
51
Angket yang telah diisi oleh responden kemudian diberi skor,
diolah kemudian dianalisis untuk mencari nilai rata-rata (mean).
Untuk menginterpretasikan data, nilai mean yang telah didapat
kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi disiplin belajar.
Berdasarkan tabel interpretasi, tingkat disiplin belajar siswa dapat
digolongkan menjadi 5 tingkatan, yaitu; sangat rendah (untuk skor ≤
33), rendah (untuk skor 34 – 59), sedang (untuk skor 60 – 85), dan
tinggi (untuk skor 86 – 111) dan sangat tinggi (untuk skor 112 –
132).
Jumlah skor hasil angket tiap responden dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Skor Hasil Angket
No. Resp. ∑ Skor No. Resp. ∑ Skor No. Resp. ∑ Skor
1. 80 23. 96 45. 107
2. 95 24. 116 46. 95
3. 98 25. 97 47. 106
4. 84 26. 79 48. 92
5. 94 27. 102 49. 86
6. 87 28. 122 50. 106
7. 96 29. 79 51. 81
8. 88 30. 101 52. 102
9. 107 31. 108 53. 116
10. 106 32. 98 54. 107
11. 101 33. 80 55. 98
12. 83 34. 103 56. 101
13. 104 35. 98 57. 105
14. 112 36. 109 58. 107
15. 107 37. 88 59. 120
16. 110 38. 109 60. 98
52
17. 92 39. 92 61. 102
18. 89 40. 106 62. 90
19. 94 41. 94 63. 93
20. 102 42. 79 64. 77
21. 100 43. 111
22. 114 44. 92
Darai tabel tersebut dapat dilihat bahwa skor tertinggi didapat
oleh responden no.28 dengan jumlah skor 122. Sedangkan skor
terendah didapat oleh responden no.64 dengan jumlah skor 77. Data
jumlah skor angket tersebut, kemudian dianalisis melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Membuat tabel distribusi frekuensi, dengan terlebih dahulu
menentukan:
a) Range (R)
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 122 – 77
= 45
b) Banyaknya Kelas (k)
k = 1+3,322 log N
= 1+3,322 log 64
= 1+3,322 (1,806)
= 1+5,999
= 6,999 ≈ 7
c) Interval Kelas (c)
c kR
745
= 6,429 ≈ 6
53
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi
Interval Kelas fi xi fixi
77 – 82 7 79,5 556,5
83 – 88 6 85,5 513
89 – 94 10 91,5 915
95 – 100 11 97,5 1072,5
101 – 106 14 103,5 1449
107 – 112 11 109,5 1204,5
113 – 118 3 115,5 346,5
119 – 124 2 121,5 243
∑ 64 6300
2) Menentukan nilai mean (rata-rata)
Nilai mean ditentukan dengan menggunakan rumus:
i
ii
fxf
X
Dari tabel 4.5 diketahui: ii xf = 6300 dan if = 64.
Maka : 64
6300X
9844,98
3) Mengkonsultasikan nilai mean terhadap tabel
Setelah dikonsultasikan ke dalam tabel interpretasi, didapat
tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat berada pada tingkatan
“Tinggi” dengan jumlah skor rata-rata 98.
4) Analisis deskriftif
Berdasarkan table perhitungan skor hasil angket
(sebagaimana terlampir), maka dapat ditentukan nilai harapan (NH),
nilai skor (NS) dan persentase kategorinya, sebagaimana Nampak pada
table berikut:
54
Tabel 4.6
Prosentase Tingkat Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat
No Dimensi Indikator Skor NH NS %100
NHNS
.
1. Disiplin di dalam kelas
Memperhatikan pelajaran
386 2x4= 8 386:64= 6,03 75,4%
Meminta izin guru untuk masuk dan keluar kelas
114 1x4= 4 114:64= 1,78 44,5%
Mencontek hasil pekerjaaan teman
388 2x4= 8 388:64= 6,06 75,8%
Barbuat gaduh di kelas
358 2x4= 8 358:64= 5,59 69,9%
Memanfaatkan waktu secara maksimal untuk belajar
601 3x4= 12 601:64= 9,39 78,3%
Mengumpulkan tugas tepat waktu
347 2x4= 8 347:64= 5,42 67,8%
Menjaga kebersihan dan keindahan kelas
347 2x4= 8 347:64= 5,42 67,8%
2. Disiplin di lingkungan sekolah
Mematuhi aturan sekolah
206 1x4= 4 206:64= 3,22 80,5%
Mengucapkan salam
412 3x4= 12 412:64= 6,44 53,7%
Bolos sekolah 470 2x4= 8 470:64= 7,34 91,8% Menjaga kebersihan dan keindahan sekolah
442 2x4=8 442:64= 6,91 86,4%
Menggunakan kata-kata kotor
229 1x4= 4 229:64= 3,58 89,5%
Izin sebelum meninggalkan sekolah
224 1x4= 4 224:64= 3,5 87,5%
3. Disiplin di rumah
Menyiapkan alat dan bahan pelajaran
184 3x4= 12 184:64= 2,88 24%
Mengerjakan tugas dari guru
365 2x4= 8 365:64= 5,7 71,3%
Mengulang materi pelajaran
263 2x4= 8 263:64= 4,11 51,4%
Memanfaatkan waktu luang
192 2x4= 8 192:64= 3 37,5%
55
Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dimensi disiplin di dalam kelas
a. Sebanyak 75,4% siswa suka memperhatikan pelajaran di kelas,
b. Hanya 44,5% siswa yang suka meminta izin terlebih dahulu
kepada guru untuk masuk atau keluar kelas,
c. Kebiasaan siswa untuk mencontek baik saat ujian atau
mencontek PR cukup tinggi yaitu dilakukan oleh 75,8% siswa,
d. Sebagian besar siswa suka berbuat gaduh di kelas yaitu 69,9%
siswa,
e. Sebagian besar siswa juga suka memanfaatkan waktu secara
maksimal untuk belajar, ini ditunjukan dengan angka
prosentase sebesar 78,3%,
f. Sementara itu, sebesar 67,8% siswa suka mengumpulkan tugas
tepat waktu,
g. Begitu pula dengan menjaga kebersihan dan keindahan kelas
yang juga dilaksanakan oleh 67,8% siswa.
2. Dimensi disiplin di lingkungan sekolah
a. Kebiasaan siswa untuk mematuhi aturan sekolah seperti
berseragam, datang tidak telat ke kelas dan lain sebagainya
cukup tinggi, yaitu dilakukan oleh 80,5% siswa,
b. Lebih dari setengah (53,7% ) siswa suka mengucapkan salam,
baik saat masuk ruangan guru, TU, kepsek, kelas atau saat
bertemu guru,
c. Kebiasaan siswa untuk bolos sekolah sangat tinggi yaitu
dilakukan oleh 91,8% siswa,
d. Sebanyak 86,4% siswa suka menjaga kebersihan dan
keindahan sekolah seperti membuang sampah pada tempatnya
atau tidak mencorat-coret dinding sekolah,
e. Kebiasaan siswa menggunakan kata-kata kotor dalam
berbicara sangat tinggi yaitu dilakukan oleh 89,5% siswa,
56
f. Sebanyak 87,5% siswa suka meminta izin sebelum
meninggalkan sekolah
3. Dimensi disiplin di rumah
a. Kebiasaan siswa untuk selalu menyiapkan alat dan bahan
pelajaran sebelum berangkat ke sekolah sangat rendah, yaitu
hanya dilakukan oleh 24% siswa saja,
b. Sebanyak 71,3% siswa suka mengerjakan tugas dari guru,
c. Lebih dari setengah siswa (51,4%) siswa yang suka mengulang
materi pelajaran di rumah, dan
d. Hanya 37,5% siswa saja yang suka memanfaatkan waktu luang
di rumah untuk belajar.
b. Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat diambil dari rata-
rata nilai MID (tengah semester) kelas VIII semester ganjil tahun
ajaran 2010 – 1011.
Berikut adalah rata-rata nilai MID kelas VIII SMP YMJ
Ciputat semester ganjil tahun ajaran 2010 – 1011.
Tabel 4.7
Rata-Rata Nilai MID SMP YMJ Ciputat8
Nama Rata-Rata
Nilai Nama
Rata-Rata
Nilai
ADE RAMADHAN 56 SYAIFUL A. 71
AKBAR S. 47 SYAIFUL B. 65
AKHMAD S. 63 UZLIFATUL I. 66
ALDINO S. 37 ADE CANDRA 58
ALI PRASETYO 51 AHMAD FAUJI 49
8 Slamet Riyanto, Arsip Data Nilai Hasil MID Semester Ganjil tahun ajaran 2010 –
2011 SMP YMJ, (Ciputat: 21 Oktober 2010)
57
ANDRE MAHESA P. 5 AMANDA N. 14
APRILLIA PUTRI A. 66 DENDI N. 46
AYU SUTRISNA 61 DINDA NURUL 63
CEFI MUHAMMAD 64 DODI MUHTAR 53
CINDY LESTARI 67 DWI SAPUTRA 51
DEVIYANE F. 53 HARI SAPUTRA 65
DIKI KURNIAWAN 61 HILFAZ R. S. 65
DWI AMELIA N. 55 ILHAMIYAH 69
EKO PRASETIYO 58 JUNAEDIH 46
EPA TRIYANA 68 MAEDAH S. 62
EVA TULJANNAH 54 M. REZA A. 55
FADILLA YASMIN 29 NABILA 48
FERDI RAMADHAN 58 NAISAH 56
HERY SANTOSO 47 NALDI PUTRA 55
ILHAM ABDUL G. 59 NURHASANAH 66
KAVITA KRISNA M. 69 RATNASARI 58
KHODIJAH 56 RATU RAHMA 51
KHOTIMAH F. 63 RONAL F. S. 68
NUR AMALIA DEVI 75 RULI NOVIANI 49
OKTARIANTO 63 SAFIRA M. 57
PUNDI ARIF N. 53 SERLI M. 69
RISKA ROSDIANA 63 SHOIMAH 44
RIZKHA R. 48 SICA W. 13
RIZKI GUNAWAN 54 SUNARTO WIRI 62
ROBBY H. 49 TANINGSIH 59
SANTIKA DWI Z.P. 74 YULIA ELITA 66
SOFIAH 60 ZULKIPLI 53
58
Untuk menganalisis data prestasi belajar ini, terlebih dahulu
dibuatkan tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Menentukan range (R)
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 75 – 5
= 70
b) Banyaknya Kelas (k)
k = 1+3,322 log N
= 1+3,322 log 64
= 1+3,322 (1,806)
= 1+5,999
= 6,999 ≈ 7
c) Interval Kelas (c)
c kR
770
= 10
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi
Interval Kelas fi xi fixi
5 – 14 3 9,5 28,5
15 – 24 - 19,5 -
25 – 34 1 29,5 29,5
35 – 44 2 39,5 79
45 – 54 18 49,5 891
55 – 64 24 59,5 1428
65 – 74 15 69,5 1042,5
59
75 – 84 1 79,5 79,5
∑ 64 3578
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dicari nilai mean
(rata-rata) yaitu dengan menggunakan rumus:
i
ii
fxf
X
Dari tabel 4.6 diketahui: ii xf = 3578 dan if = 64.
Maka : 64
3578X
5690,55
Jadi diketahui rata-rata nilai MID semester genap SMP YMJ tahun
ajaran 2010 – 2011 adalah 56. Jika diberlakukan standar nilai minimal
kelulusan 60, maka nilai tersebut jelas dibawah standar. Ini berarti, prestasi
belajar siswa SMP YMJ Ciputat masih berada di bawah standar nilai
minimal kelulusan.
2. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Product Moment. Untuk membantu proses perhitungan data
statistik, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Tabel Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara Variabel X Dan Y
Resp. X Y X2 Y2 XY
1. 80 56 6400 3136 4480
2. 95 47 9025 2209 4465
3. 98 63 9604 3969 6174
4. 84 37 7056 1369 3108
5. 94 51 8836 2601 4794
6. 87 5 7569 25 435
7. 96 66 9216 4356 6336
8. 88 61 7744 3721 5368
60
9. 107 64 11449 4096 6848
10. 106 67 11236 4489 7102
11. 101 53 10201 2809 5353
12. 83 61 6889 3721 5063
13. 104 55 10816 3025 5720
14. 112 58 12544 3364 6496
15. 107 68 11449 4624 7276
16. 110 54 12100 2916 5940
17. 92 29 8464 841 2668
18. 89 58 7921 3364 5162
19. 94 47 8836 2209 4418
20. 102 59 10404 3481 6018
21. 100 69 10000 4761 6900
22. 114 56 12996 3136 6384
23. 96 63 9216 3969 6048
24. 116 75 13456 5625 8700
25. 97 63 9409 3969 6111
26. 79 53 6241 2809 4187
27. 102 63 10404 3969 6426
28. 122 48 14884 2304 5856
29. 79 54 6241 2916 4266
30. 101 49 10201 2401 4949
31. 108 74 11664 5476 7992
32. 98 60 9604 3600 5880
33. 80 71 6400 5041 5680
34. 103 65 10609 4225 6695
35. 98 66 9604 4356 6468
36. 109 58 11881 3364 6322
37. 88 49 7744 2401 4312
38. 109 14 11881 196 1526
61
39. 92 46 8464 2116 4232
40. 106 63 11236 3969 6678
41. 94 53 8836 2809 4982
42. 79 51 6241 2601 4029
43. 111 65 12321 4225 7215
44. 92 65 8464 4225 5980
45. 107 69 11449 4761 7383
46. 95 46 9025 2116 4370
47. 106 62 11236 3844 6572
48. 92 55 8464 3025 5060
49. 86 48 7396 2304 4128
50. 106 56 11236 3136 5936
51. 81 55 6561 3025 4455
52. 102 66 10404 4356 6732
53. 116 58 13456 3364 6728
54. 107 51 11449 2601 5457
55. 98 68 9604 4624 6664
56. 101 49 10201 2401 4949
57. 105 57 11025 3249 5985
58. 107 69 11449 4761 7383
59. 120 44 14400 1936 5280
60. 98 13 9604 169 1274
61. 102 62 10404 3844 6324
62. 90 59 8100 3481 5310
63. 93 66 8649 4356 6138
64. 77 53 5929 2809 4081
∑ 6291 3558 625797 208950 351251
Keterangan:
X = Variabel Bebas (Disiplin Belajar Siswa)
Y = Variabel Terikat (Prestasi Belajar Siswa)
62
Proses perhitungan nilai korelasi menggunakan rumus product
moment dari Pearson adalah sebagai berikut:
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
22 3558208950.646291625797.64
35586291351251.64
126593641337280039576681400510082238337822480064
713436.474327
96686
723384019575
96686
266,581723
96686
58172396686
166,016620625,0
Nilai r yang didapat dari hasil perhitungan tersebut di atas, jika
dikonsultasikan pada tabel interpretasi maka didapat hubungan antara
variabel X dan Y tidak berkorelasi karena nilai r sangat rendah yaitu
hananya sebesar 0,166.
3. Uji signifikasi
Dari perhitungan di atas didapat nilai r-hitung = 0,166. Sedangkan
untuk nilai r-tabel, dengan jumlah sampel (N=64) pada taraf signifikan 5%
didapat nilai r-tabel = 0,244 sedangkan pada taraf signifikan 1% didapat
nilai r-tabel = 0,317. Jika dibandingkan dengan nilai r-hitung, baik pada taraf
signifikan 5% ataupun 1% maka r-hitung < r-tabel, dengan demikian
koefisien korelasi 0,166 itu tidak signifikan.
Hasil tersebut menunjukan bahwa (Ho) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi
63
belajar, diterima. Sedangkan (Ha) yang menyatakan terdapat hubungan
yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, ditolak.
4. Koefisien determinasi
Koefisien determinasi merupakan besarnya pengaruh variabel X
terhadap variabel Y. Besarnya koefisien determinasi ditentukan dengan
rumus KD = r2 x 100%. Dari perhitungan nilai korelasi, didapat nilai r
sebesar 0,166, dengan demikian bisa langsung dimasukan ke dalam
rumus:
KD = 0,1662 x 100%
= 0,027556 x 100%
= 2,8%
Dari perhitungan tersebut, didapat nilai koefisien determinasi sebesar
2,8%. Ini berarti bahwa disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat
memberikan pengaruh sebesar 2,8% terhadap prestasi belajarnya.
Sedangkan 97,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain selain disiplin
belajar. Faktor-faktor lain tersebut boleh jadi disebabkan oleh:
a) guru sering tidak masuk kelas tanpa memberikan tugas, sehingga siswa
malah asyik bermain,
b) siswa tidak memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar,
c) siswa hanya menggunakan LKS sebagai buku pegangan, padahal
keberadaan buku-buku teks serta sumber lainnya dipandang perlu
sebagai sarana penunjang belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan,
d) latar belakang ekonomi keluarga yang rendah menyebabkan siswa
tidak memiliki fasilitas belajar yang baik yang mendukung proses
pembelajaran,
e) kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan akademik
anaknya,serta
f) berbagai faktor lain, tetapi karena tidak termasuk dalam permasalahan
penelitian, maka tidak dibahas secara jelas dan terperinci.
64
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Walaupun banyak upaya yang telah dilakukan untuk menjaga
kemurnian penelitian, namun ada keterbatasan yang secara akademis harus
diakui. Keterbatasan tersebut adalah:
1. Populasi yang diambil hanya kelas VIII, sehingga sulit untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian untuk satu sekolah. Dengan kata
lain, hasil penelitian hanya berlaku untuk kelas VIII.
2. Dalam mengisi angket, boleh jadi siswa menjawab tidak sesuai dengan
kondisi inidividu yang sebenarnya. Padahal kejujuran dalam mengisi
angket sangat diperlukan agar data yang diperoleh benar-benar sesuai
dengan keadaan individu responden yang sebenarnya.
3. Penyebaran angket untuk mengukur disiplin belajar siswa dilakukan satu
minggu setelah MID Semester. Idealnya, penyebaran angket dilakukan
sebelum pelaksanaan MID Semester. Hal ini disebabkan karena rencana
awal untuk bisa menyebarkan angket sebelum pelaksanaan MID semester
ternyata tidak sesuai dengan harapan. Proses pembangunan teori,
pembuatan kisi-kisi instrumen sampai kepada uji coba angket dan
pengolahan hasilnya, baru selesai beberapa hari menjelang pelaksanaan
MID semester. Sementara untuk menyebar angket pada saat MID
semester dirasa tidak memungkinkan karena dikhawatirkan akan
mengganggu konsentrasi ujian siswa, sedangkan 1 minggu pasca MID
semester tidak ada KBM sehingga sulit untuk mengkondisikan siswa.
Maka dari itu, penyebaran angket dilakukan satu minggu setelah MID
semester.
4. Keterbatasan kemampuan akademik penulis, sehingga dimungkinkan
terjadi kesalahan dalam mengolah atau pun menganalisis data.
5. Keterbatasan waktu serta dana yang tersedia.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian tentang
disiplin belajar siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar SMP YMJ
Ciputat, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian terhadap disiplin belajar siswa didapatkan hasil bahwa
disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat berada pada tingkat “tinggi”
dengan nilai rata-rata skor hasil angket sebesar 98. Pada dimensi disiplin di
dalam kelas beberapa indikator mempunyai tingkat disiplin yang cukup
tinggi. Indikator tersebut adalah memperhatikan pelajaran, memanfaaatkan
waktu secara maksimal untuk belajar, mengumpulkan tugas tepat waktu
dan menjaga kebersihan dan keindahan kelas yang secara berturut-turut
nilai prosentasenya adalah 75,4%, 78,3%, 67,8% dan 67,8%. Namun pada
indikator lainnya disiplin siswa sangat rendah. Hal ini ditunjukan dengan
hanya 44,5% siswa yang biasa meminta izin terlebih dahulu untuk masuk
dan keluar kelas, sebanyak 75,8% siswa suka mencontek hasil pekerjaan
temannya dan 69,9% siswa suka berbuat gaduh di kelas.
Pada dimensi disiplin di lingkungan sekolah, siswa mempunyai disiplin
yang baik pada indikator mematuhi aturan sekolah (80,5%), menjaga
kebersihan dan keindahan sekolah (86,4%), dan izin sebelum
65
66
meninggalkan sekolah (87,5%), sedangkan disiplin pada indicator lainnya
cukup dan bahkan sangat rendah. Hal ini Nampak pada sebanyak 91,8%
siswa suka bolos sekolah, sebanyak 89,5% siswa suka menggunakan kata-
kata kotor dalam berbicara, dan hanya 53,7% siswa yang biasa
mengucapkan salam.
Pada dimensi disiplin di rumah, secara umum sangat rendah. Hal ini
tampak pada hanya 24% siswa yang biasa menyiapkan alat dan bahan
pelajaran sebelum berangkat ke sekolah, 51,4% siswa suka mengulang
materi pelajaran di rumah dan hanya 37,5% siswa yang biasa
memanfaatkan waktu luang secara maksimal untuk belajar. Sementara itu,
disiplin siswa cukup tinggi hanya pada siswa biasa mengerjakan tugas dari
guru yaitu sebesar 71,3%.
2. Prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat masih berada di bawah standar
minimal kelulusan (60), yaitu dengan rata-rata nilai sebesar 56.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan
prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat dengan nilai korelasi 0,166.
Angka tersebut menunjukan nilai korelasi sangat rendah atau dengan kata
lain, variabel X (disiplin belajar) hanya memberikan pengaruh sebesar
2,8% terhadap variabel Y (prestasi belajar).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar di SMP
YMJ Ciputat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajarnya. Disiplin belajar hanya memberikan pengaruh sebesar 2,8%
terhadap prestasi belajar, sementara sebesar 97,2% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
B. Saran
Secara garis besar, berdasarkan hasil penelitain, penulis
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Walaupun pada beberapa indikator disiplin siswa sudah cukup baik, tetapi
pada beberapa indikator lainnya disiplin siswa cukup bahkan sangat
rendah. Oleh karena itu setiap siswa diharapkan untuk lebih meningkatkan
67
lagi disiplin belajarnya, baik itu disiplin di dalam kelas, di lingkungan
sekolah maupun disiplin dalam belajar di rumah,
2. Setiap siswa diharapkan lebih giat dan bersungguh-sungguh lagi dalam
belajar agar prestasi belajarnya lebih baik, terakhir
3. Setiap siswa diharapkan mematuhi semua aturan yang berlaku di sekolah,
sehingga berbagai tindakan indisipliner yang selama ini biasa dilakukan
seperti bolos sekolah tidak lagi terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, Amir, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar-Mengajar, Ujung Pandang: IKIP Ujung Pangdang Press, Cet.2, 1990
Amien, Nurbani, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center (Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990
___________ , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-12, 2002
Darsono, dkk, Materi Pokok Landasan Kependidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000
Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: Yrama Widya, Cet.I, 2010
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi III, 2001
___ , UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas, 2003
Lemhannas, Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 1997
Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.IV, 2009
Sari, Hilda Mutia, Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2006
Sekretaris Negara, Gerakan Disiplin Nasional (GDN); Menyongsong Era Keterbukaan Tahun 2020, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 1996
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.IV, 2003
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.X, 2005
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, cet.ke-8, 2002
__ , Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-7, 2009
Supartha, Made, dkk., Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar, Bali: DEPDIKBUD, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1996
Suryawan, Agus, Hubungan Motivasi dan Disiplin Belajar Murid dengan Prestasi Belajar Murid SMU di Kodya Bekasi, Tesis Program Pasca Sarjana UI, Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1998
Syah, Djalinus, dkk, Kamus Pelajar: Kata Serapan Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. I, 1993
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet.1,1999
Syaodih, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidiakan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, Cet.IV, 1996
v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Skor Hasil Angket ............................................................. 65
LAMPIRAN 2: Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen ................................... 68
LAMPIRAN 3: Tabel Penolong Uji Reliabilitas Instrumen ......................... 70
LAMPIRAN 4: Kisi-Kisi Instrumen Valid .................................................. 72
LAMPIRAN 5: Angket Penelitian Disiplin Belajar Siswa ........................... 73
LAMPIRAN 6: Nukilan Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ..................... 76
LAMPIRAN 7: Nukilan Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10% ......... 77
LAMPIRAN 8: Lembar Uji Referensi ........................................................ 79
LAMPIRAN 9: Surat Pengajuan Proposal Skripsi ....................................... 81
LAMPIRAN 10: Surat Bimbingan Skripsi .................................................... 82
LAMPIRAN 11: Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................... 83
LAMPIRAN 12: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............. 84
72
KISI-KISI INSTRUMEN VALID
(Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat)
No. Dimensi Indikator No. Butir Soal
1 Disiplin di
dalam kelas
a. Memperhatikan pelajaran.
b. Meminta izin guru untuk masuk
dan keluar kelas.
c. Mencontek hasil pekerjaan teman.
d. Berbuat gaduh di kelas.
e. Memanfaatkan waktu secara
maksimal untuk belajar.
f. Mengumpulkan tugas tepat
waktu.
g. Menjaga kebersihan dan
keindahan kelas.
1 dan 11
2
4 dan 8
6 dan 26
5, 7 dan 9
10 dan 25
29 dan 30
2. Disiplin di
luar kelas
(lingkungan
sekolah)
a. Mematuhi aturan sekolah.
b. Mengucapkan salam.
c. Bolos sekolah.
d. Menjaga kebersihan dan
keindahan sekolah.
e. Menggunakan kata-kata kotor.
f. Izin sebelum meninggalkan
sekolah.
13
3, 12 dan 14
16 dan 27
17 dan 28
15
31
3 Disiplin di
rumah
a. Menyiapkan alat dan bahan
pelajaran.
b. Mengerjakan tugas dari guru.
c. Mengulang materi pelajaran.
d. Memanfaatkan waktu luang.
18, 19 dan 23
20 dan 24
21 dan 33
22 dan 32
1
ANGKET PENELITIAN DISIPLIN BELAJAR SISWA
SMP YMJ CIPUTAT
NAMA :
KELAS :
JENIS KELAMIN : L/P
Petunjuk Pengisian:
1. Mulai mengisi dengan membaca al-basmalah.
2. Jawablah pernyataan berikut ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan
kondisi yang anda alami.
3. Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban a, b, c atau d yang paling
sesuai dengan kondisi yang anda alami.
4. Pastikan tidak ada satu nomor pun yang terlewatkan dijawab.
5. Hasil jawaban anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai raport anda.
6. Akhiri pengisian dengan membaca al-hamdalah.
1. Ketika pelajaran sedang berlangsung saya mengobrol dengan teman.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
2. Saya meminta izin kepada guru ketika akan masuk kelas saat jam pelajaran
berlangsung.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
3. Saya mengucapkan salam ketika masuk kelas.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
4. Saya melihat jawaban teman ketika sedang ujian.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
5. Saya tetap belajar ketika guru tidak masuk kelas.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
6. Saya berbuat gaduh di kelas ketika jam pelajaran kosong.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
7. Saya bolos saat jam pelajaran berlangsung.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
2
8. Saya melihat PR atau tugas dari teman.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
9. Saya sengaja telat masuk ke kelas saat bel tanda masuk telah berbunyi.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
10. Saya mengumpulkan PR atau tugas tepat waktu.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
11. Saya menggunakan HP untuk telephon atau SMS saat belajar tanpa
sepengetahuan guru.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
12. Saya mengucapkan salam ketika masuk ruang guru, TU atau kepala sekolah.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
13. Saya mematuhi semua tata tertib sekolah.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
14. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
15. Saya menggunakan kata-kata kotor ketika berbicara di sekolah.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
16. Saya bolos sekolah dengan alasan yang tidak jelas.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
17. Saya membuang sampah pada tempatnya.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
18. Di rumah, saya menyiapkan buku-buku pelajaran dan alat tulis untuk besok.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
19. Saya mempelajarai materi pelajaran yang akan dipelajari besok.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
20. Saya mengerjakan PR atau tugas dari guru.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
21. Saya membaca lagi pelajaran yang telah dipelajari sesampainya di rumah.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
22. Saya mengisi waktu luang di rumah dengan belajar atau membaca buku.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
3
23. Saya hanya belajar jika akan ada ujian.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
24. Saya mengajak teman bekerja bersama mengerjakan PR atau tugas dari guru.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
25. Saya tetap mengumpulkan PR atau tugas tepat pada waktunya meskipun tidak
ditagih oleh guru yang bersangkutan.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
26. Saya memperingatkan teman yang berbuat gaduh di dalam kelas untuk tenang
agar tidak mengganggu siswa lain yang sedang belajar.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
27. Saya bolos salah satu atau lebih mata pelajaran karena malas.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
28. Saya mencorat coret dinding di sekolah.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
29. Saya membuang sisa makanan atau kertas sisa pakai di kolong bangku atau
meja belajar.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
30. Saya melaksanakan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
31. Saya berpura-pura sakit agar bisa mendapatkan izin guru piket untuk pulang
lebih awal.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
32. Waktu libur saya gunakan sepenuhnya untuk bermain atau sama sekali tidak
belajar.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
33. Agar lebih memahami materi pelajaran, sepulang sekolah saya megajak
teman untuk mendiskusikan lagi materi pelajaran yang telah dipelajari di
sekolah.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah