aborsi dalam preferensi pro-life di timor-leste (nina_costa)

21
i ABORSI DAN PREFERENSI PRO-LIFE DI TIMOR-LESTE (Dalam Sorotan Etika, Ajaran Katolik, dan Código Penal) Makalah (Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Mata-Kuliah Hukum Pidana) Oleh: Joanina da Costa NIM: 11.02.01.347 FACULDADE DE DIREITO UNIVERSIDADE DA PAZ (UNPAZ) FILIAL MALIANA MALIANA, TIMOR-LESTE TAHUN AKADEMIK: 2013/2014

Upload: abiliosarmento8965

Post on 24-Oct-2015

162 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Joanina da Costa, Mahasiswi Fakultas Hukum, UNPAZ Filial Maliana, Timor-Leste (2013) ~ Makalah Hukum Pidana...!*

TRANSCRIPT

Page 1: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

i

ABORSI DAN PREFERENSI PRO-LIFE DI TIMOR-LESTE (Dalam Sorotan Etika, Ajaran Katolik, dan Código Penal)

Makalah

(Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Mata-Kuliah

Hukum Pidana)

Oleh:

Joanina da Costa

NIM: 11.02.01.347

FACULDADE DE DIREITO

UNIVERSIDADE DA PAZ

(UNPAZ) FILIAL MALIANA

MALIANA, TIMOR-LESTE

TAHUN AKADEMIK: 2013/2014

Page 2: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

ii

KATA PENGANTAR

Menjelajahi keseluruhan mutatan konseptual dan seluk-beluk “Aborsi dan Preferensi

Pro-Life di Timor-Leste dalam Sorotan Etika, Ajaran Katolik, dan Código Penal”

memang bukan hal yang enteng bak membalikkan telapak-tangan. Karya-ilmiah

berbentuk Makalah ini sungguh tidak sekedar karangan-biasa yang hanya disinggahi

sambil-lalu saja. Proses pergulatan berbagai literatur ilmiah serta usaha-keras untuk

menuangkan berbagai data dan fakta yang ditemukan, sungguh didukung oleh berbagai

pihak.

Kendati pergumulan teoretis serta kinerja ilmiahnya begitu melelahkan, tapi

“Penulisan Makalah” ini akhirnya bisa dirampungkan dalam suasana lega bercampur

bangga. Rasa bangga itu tidak sekedar dihayati secara pribadi, tapi diekspresikan dalam

bentuk ucapan rasa Terima-Kasih untuk siapa saja yang punya kebaikan-hati dan

kebeningan-nurani dalam menuntun, membimbing, dan meretas jalan rasional bagi

penulis selama proses penggarapan hingga penyelesaian karya-ilmiah ini.

Jadinya, apresiasi dan cetusan rasa Terima-Kasih patut dialamatkan secara vertikal.

Pertama dan terutama, Kebaikan dan Penyertaan Ilahi adalah sebuah keniscayaan.

Karena itu, rasa Terima Kasih kepada Tuhan penulis ekspresikan dalam bentuk Puji dan

Syukur atas Terang Ilahi-Nya yang sungguh memberi cahaya bagi rasio penulis yang

sebelumnya masih dibalut gulita ketidaktahuan.

Dalam lingkup akademik, penulis juga ingin menghaturkan limpah terima-kasih

secara vertikal-hirarkis kepada:

1. Koordinator Universidade da Paz (UNPAZ) Filial Maliana yang dengan ikhlas

memberi kemudahan bagi penulis dalam menggunakan fasilitas kampus demi

menggarap dan menyelesaikan karya-ilmiah ini.

2. Dosen Mata-Kuliah “Hukum Pidana” yang in bonam partem (dengan baik-hati)

telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

hingga Makalah ini dapat dirampungkan tepat pada waktunya.

3. Semua Dosen Fakultas Hukum UNPAZ-Filial Maliana yang turut memotivasi

dan memberikan dorongan-moril bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan

Makalah ini.

Page 3: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

iii

4. Tak lupa pula rasa Terima-Kasih patut dialamatkan buat teman-teman sekelas

yang, dengan cara mereka masing-masing, turut menyumbang berbagai gagasan-

segar demi memperkaya penulisan ini.

Alhasil, penulis harus mengakui bahwa bobot-kandungan Makalah ini masih jauh

dari sempurna. Karena itu, berbagai masukan dan kritik-konstruktif dari para pembaca

yang budiman-budiwati, akan penulis terima dengan ikhlas-hati. Memang, seperti itulah

kata para pendekar: “Di Atas Langit, Masih Ada Langit....!”.

Semoga...!*

***

Maliana, 19 November 2013.

Penulis,

Joanina da Costa

Page 4: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............………….........……………………………………………… i

Kata Pengantar ............................................................................................................... ii

Daftar Isi ....................................................................................................................... iv

BAB I: PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .......………………………….…………….………....……… 2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................................ 3

BAB II: LANDASAN TEORI 4

2.1. Definisi Abortus dan Aborsi ….………...………………......………………......… 4

2.2. Jenis-Jenis Aborsi .................………..…………………….....……………...……. 4

2.2.1. Abortus Spontaneus (Keguguran) ......................................................................... 4

2.2.2. Abortus Provocatus (Pengguguran) ..……………………..……………..……… 5

2.3. Kontroversi Aborsi ................................................................................................... 6

2.3.1. Kubu Pro-Choice ................................................................................................... 6

2.3.2. Pihak Pro-Life ........................................................................................................ 6

2.4. Pandangan Etika/Moral Tentang Aborsi ……………….…..……………..……… 7

2.4.1. Hak Perempuan Hamil .........................……………….…..……………..……… 7

2.4.2. Soal Janin .............................................……………….…..……………..……… 8

2.4.3. Ikhwal Kehidupan ................................……………….…..……………..……… 9

BAB III: PEMBAHASAN 10

3.1. Melerai Kontroversi Pro-Life vs Pro-Choice …………………….........……….. 10

3.2. Preferensi Pro-Life di Timor-Leste ......................……………................………. 10

3.2.1. Ajaran Gereja Katolik .....................………………………..………......……… 11

3.2.2. Código Penal Timor-Leste (CPTL) ........………………………………........... 13

Page 5: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

v

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN 14

4.1. Kesimpulan ..........................……………………...……………………..…….... 14

4.2. Saran .............................................................…......…………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ……….....……………………………………………………. 16

Page 6: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sudah menjadi keniscayaan, bahwa masalah aborsi adalah masalah perempuan,

entah sebagai ibu maupun calon-ibu. Mengandung dan melahirkan adalah kodrat

perempuan. Cuma fetus atau janin yang dikandungnya menjadi persoalan semua orang,

walau sebagian besar keputusan tentang isi-kandungan bergantung pada sang ibu hamil.

Pihak-pihak lain yang terlibat atau dilibatkan dalam aborsi adalah mereka yang

turut mempengaruhi kehamilan serta proses kehidupan janin dalam rahim. Memilih

untuk mempertahankan kehidupan janin dalam rahim atau menggugurkannya adalah

dua opsi-problematis yang senantiasa diperdebatkan.

Memang, aborsi atau pengguguran-kandungan adalah masalah serius yang

memprihatinkan berbagai kalangan di negeri ini. Kasus aborsi di Timor-Leste hampir

selalu menghiasi pemberitaan media entah TVTL, radio, maupun surat-kabar. Cuma

yang disayangkan adalah keprihatinan atas aborsi demi mendukung kehidupan janin

rupanya menjadi dilema bagi sang perempuan, terutama mereka yang hamil di luar

nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy).

Dilema unwanted pregnancy ini menyediakan tiga pilihan bagi perempuan: menjadi

ibu (orang-tua), adopsi, dan aborsi. Pilihan seperti ini sering diperdebatkan oleh

kelompok-kelompok pro-life (yang menghendaki kehidupan manusia sejak berada

dalam rahim hingga terlahir dan menjadi dewasa) dan pro-choice atau pro-aborsi (yang

menekankan hak perempuan untuk mengambil keputusan atas tubuhnya sendiri).

Terlepas dari kontroversi yang berkembang antara kubu anti-aborsi maupun pro-

pilihan, maka konteks lokal Timor-Leste menjadi menarik untuk dicermati. Terutama

dalam kaitannya dilema apakah janin dapat digugurkan demi keselamatan ibu ataukah

kehidupan janin mesti dipertahankan sebagai hak hidup yang sama seperti semua orang.

Terkait dengan judul "Aborsi dalam Preferensi Pro-Life di Timor-Leste", Makalah

ini bakal mencari-tahu alasan-alasan yang memperkuat sikap anti-aborsi, sambil

menyorotinya dari segi etika, agama (Katolik) serta Código Penal Timor-Leste (CPTL)

yang diberlakukan di negeri ini.

Page 7: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

2

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang secara langsung bertautan dengan judul tulisan ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

Apa definisi dan jenis-jenis aborsi serta bagaimana alasan-alasan yang dikemukakan

oleh pihak anti-aborsi (pro-life) dan pro-aborsi atau pro-choice?

Bagaimana menghubungkan kasus aborsi (pengguguran kandungan) dengan

Hukum-Pidana RDTL (Código Penal Timor-Leste) serta disiplin Etika dan Ajaran

Agama Katolik di Timor-Leste?

Page 8: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berkaca pada latar bekakang pembeberan gejala umum sebagaimana dipaparkan di atas,

dapat disebutkan beberapa tujuan penulisan yang dianggap bisa dijadikan acuan-

alternatif, antara lain:

1. Menjabarkan dan menuangkan gagasan dalam bentuk penulisan makalah agar

koherensi logis penalaran mahasiswa-mahasiswi dapat dibiasakan.

2. Melatih mahasiswa-mahasiswi untuk menulis dan menjabarkan persoalan secara

sistematis menuju pencarian solusi dan penarikan konklusi menurut metodologi dan

hukum-hukum ilmiah baku yang telah ditetapkan entah secara universal ataupun

dalam level Universidade da Paz (UNPAZ) Filial Maliana.

3. Merangsang kreativitas mahasiswa-mahasiswi untuk mengamati dan menganalisis

masalah aborsi dalam perspektif etika, hukum-pidana, serta Ajaran Agama

(Katolik), yang berimpak langsung pada kondisi hidup masyarakat lokal Timor-

Leste.

4. Membiasakan mahasiswa-mahasiswi untuk mengakrabi masalah-masalah sosial-

kemasyarakatan secara konkret serta berupaya mencari terobosan-alternatif di balik

alasan mengapa Timor-Leste berpihak pada prinsip 'pro-life' atau anti-aborsi.

5. Tulisan ini juga bertujuan menyumbang gagasan-gagasan segar sebagai referensi

bagi Pemerintah RDTL dan aparatus penegak hukum untuk terus mengontrol

perempuan calon-ibu yang berniat melakukan aborsi.

6. Bagi masyarakat secara keseluruhan, penulisan makalah ini bertujuan agar dapat

menghargai dan mempertahankan kehidupan manusia mulai dari dalam rahim

(janin) hingga terlahir dan dibesarkan menjadi dewasa.

Page 9: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Abortus dan Aborsi

Abortus adalah keluarnya janin dari dalam kandungan sebelum janin itu mampu hidup

mandiri.1 Hal itu berarti bahwa janin yang digugurkan itu belum mencapai usia 20

minggu. Sejalan dengan pemikiran ini, maka dapat dikatakan bahwa abortus adalah

suatu tindakan mengakhiri kehamilan sebelum masa usia 20 minggu ata sebelum janin

mencapai berat 100gr.2

Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa abortus itu dilakukan sebelum janin

mencapai usia 20 minggu adalah dengan keluarnya darah pada rahim sang ibu/wanita,

yang bila dibandingkan dengan kehamilan normal, darah itu tidak boleh keluar dari

rahim sang ibu/wanita itu.

Menurut A. Heuken SJ, abortus adalah gugurnya buah kandungan. Lebih lanjut

ia mengatakan bahwa abortus itu kalau dilakukan atau terjadi tanpa disengaja atau

dengan sendirinya, maka abortus itu dimengerti sebagai keguguran. Tapi kalau abortus

itu dilakukan dengan sengaja, dalam arti direncanakan, maka abortus itu disebut

pengguguran atau aborsi.3

Nama lain dari aborsi adalah abortus provocatus atau pengguguran kandungan

karena kesengajaan. Dalam kamus Latin-Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai

wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus

adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya.4

2.2. Jenis-jenis Aborsi

Ada beberapa jenis aborsi yang biasanya dilakukan antara lain:

2.2.1. Abortus Spontaneus (Keguguran)

Abortus spontaneus adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya karena faktor-faktor

alamiah. Abortus ini sering disebut pula sebagai abortus alami atau abortus natural.

1 Ensiklopedi Indonesia Jilid-1. (Jakarta: Cipta Adi Putera, 1990), hal. 22.

2 Ensiklopedi Indonesia Jilid-1. (Jakarta: Ichtiar Baru, 1980), hal. 60.

3 Adolf Heuken, SJ. Ensiklopedi Gereja. (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1991), hal. 18.

4 Kusmaryanto, SCJ., Kontroversi Aborsi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal. 203.

Page 10: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

5

Artinya yang terjadi di luar kehendak manusia atau abortus yang tidak direncanakan.

Abortus spontan ini terjadi karena adanya reaksi alam yang datang dari rahim wanita

yang sedang mengandung terhadap janinnya, yang perkembangannya terjadi sedemikian

rupa sehingga janin itu tidak mungkin dapat dipertahankan lagi.5

Adapun abortus spontaneus ini terdiri dari:

Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa

adanya dilatasi serviks.

Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil

konsepsi masih dalam uterus.

Abortus incompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Abortus completus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

2.2.2. Abortus Provocatus (Pengguguran)

Abortus provocatus adalah abortus yang terjadi karena intervensi atau campur-

tangan manusia.6 Abortus provocatus ini masih dapa dibedakan dalam 2 bentuk, yakni

abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus criminalis.

Abortus provocatus medicinalis adalah abortus provocatus yang dilakukan atas

alasan medis. Misalnya, abortus dilakukan dalam rangka pengobatan ibu. Secara tidak

langsung tindakan ini melibatkan dokter yang melakukan pengguguran atau

menganjurkan abortus dengan alasan medik dalam kasus-kasus tertentu.7

Sedangkan abortus provocatus criminalis adalah pengguguran yang dilakukan

tanpa alasan medis atau aborsi dengan alasan tidak memadai secara moral. Abortus ini

sering disebut sebagai abortus ilegal, atau pengguguran secara sembunyi-sembunyi atau

gelap.8

Sering disebut pula sebagai abortus karena ada unsur kesengajaan, karena

merupakan bentuk tindakan pengrusakan terhadap hidup manusia dalam

5 Albertus Sujoko, MSC. "Etika Biomedis, Catatan Kuliah 'Etika Sosial'. (Pineleng: 2000), hal. 38.

6 Ibid., hal. 39.

7 Kartono Momamad, Teknologi Kedokteran dan Tanggung Jawabnya Terhadap Bioetika. (Jakarta:

Gramedia, 1992), hal. 42. 8 Albertus Sujoko, MSC. "Etika Biomedis, Catatan Kuliah 'Etika Sosial'. Loc.cit.

Page 11: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

6

perkembangannya. Dengan gagasan ini tentu hal ini diperhadapakan pada abortus

intensional, yakni abortus yang disengaja.9

2.3. Kontroversi Aborsi

2.3.1. Kubu Pro-Choice

Kubu Pro-Choice menyetujui legalisasi aborsi atas permintaan, mereka menamakan

dirinya sebagai pro-pilihan. Kelompok ini setuju pada pilihan dan cenderung percaya

bahwa fetus bukan makhluk manusiawi, atau dia (jika makhluk manusia) tidak

mempunyai hak dan kepentingan dan tidak logis dilukiskan sebagai tak bersalah atau

pun bersalah. Bahkan mereka mengatakan bahwa reproduksi manusia merupakan

masalah yang sangat serius, pada umumnya berpandangan bahwa hak wanita akan

kebebasan prokreatif bersifat mutlak dan harus tidak dihalangi.

Bagi yang pro-aborsi (pro-choice) berpandangan bahwa perempuan mempunyai

hak penuh atas tubuhnya. Ia berhak untuk menentukan sendiri mau hamil atau tidak,

mau meneruskan kehamilannya atau menghentikannya.

2.3.2. Pihak Pro-Life

Sementara kelompok pro-life anti dan menentang aborsi. Kelompok ini memandang

bahwa fetus manusia merupakan makhluk yang tidak bersalah dan tidak boleh dibunuh

dalam situasi apa pun. Bagi mereka, fetus memiliki hak atas kehidupan yang tidak boleh

dilanggar oleh siapa pun, sama seperti membunuh orang yang tidak bersalah tidak bisa

dibenarkan, karena ia berhak atas kehidupan.

Kelompok pro-life berpandangan bahwa hak wanita akan kebebasan prokreatif

tidak mutlak. Maka aborsi dalam lingkup tertentu boleh jadi kurang jahat dibanding

kejahatan lainnya. Akan tetapi tidak ada kejahatan, betapa pun kurang, yang secara

moral netral.

Bagi yang kontra aborsi (PRO-LIFE), wacana hak ini dikaitkan dengan janin.

Bagi mereka aborsi adalah pembunuhan kejam terhadap janin. Padahal ia juga manusia

yang punya hak hidup. Namun akhir-akhir ini, wacana mengenai hak ibu semakin

menguat bersamaan dengan isu-isu kesehatan reproduksi. Dikatakan pula bahwa

pelayanan aborsi yang aman adalah hak atas kesehatan reproduksi.

9 Eduaart Bone, Bioteknologi dan Bioetika. (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 53.

Page 12: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

7

2.4. Pandangan Etika/Moral tentang Aborsi

Berikut ini hendak dipaparkan pola argumentasi etika/moral yang secara kritis

digunakan dalam memperjuangkan pelaksanaan atau penolakan praktek aborsi.

2.4.1. Hak Perempuan Hamil

Bagi pihak yang menyetujui aborsi, pendekatan hak adalah jalur pemikiran yang

paling banyak ditempuh. Mereka menekankan bahwa perempuan hamil mempunyai hak

untuk menguasai tubuhnya sendiri. Perempuan berhak untuk mengambil keputusan mau

melanjutkan kehamilannya, atau sebaliknya mau menghentikannya, artinya

menggugurkan kandungannya. Orang lain tidak boleh ikut campur dalam keputusan ini.

Jika argumentasi ini dikemukakan dengan cara ekstrim, hak atas aborsi ini sering

dimengerti sebagai suatu hak mutlak. Tetapi, jika argumentasi dikemukakan dengan

lebih moderat, hak atas aborsi bisa dipertimbangkan lagi terhadap faktor-faktor lain.10

Banyak hal dapat dikatakan tentang argumentasi ini.

Pertama, tentu tidak benar bahwa perempuan hamil boleh melakukan apa saja

dengan tubuhnya. Dalam arti, ia tidak menguasai tubuhnya sendiri secara penuh.11

Kedua, karena kondisi kehamilan diakibatkan oleh hubungan seksual,

perempuan hamil tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab atas kondisinya

tersebut. Tetapi segera perlu ditambahkan, tanggung jawab tersebut menyangkut kedua

insan yang melibatkan diri dalam hubungan seksual, laki-laki maupun perempuan.

Mereka tidak bertanggung jawab bila melibatkan diri dalam hubungan ini, tetapi

serentak juga tidak acuh terhadap akibatnya. Tanggung jawab ini tidak berlaku dalam

kasus di mana kehamilan terjadi di luar kehendak perempuan bersangkutan, seperti

akibat perkosaan.

Ketiga, dan yang paling penting, janin dalam kandungan bukan merupakan

sebagian tubuh perempuan hamil (pars viscerum matris). Janin tersebut adalah manusia

baru dan karena itu harus dihormati juga sebagai manusia. Memang benar, janin belum

dapat hidup tanpa ibunya.

10

K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika. (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 26-34. 11

Thomson secara berbeda menggarisbawahi bahwa aborsi adalah hak asasi wanita yang mengalir dari

otonominya untuk mengatur tubuhnya, yakni menentukan apa yang boleh dan tidak boleh terjadi di dalam

tubuhnya. Sekalipun janin itu adalah persona, akan tetapi karena janin itu melanggar hak otonomi dan

penentuan diri si wanita, maka janin kehilangan hak untuk hidup (CB. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi,

(Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 159).

Page 13: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

8

Dalam semua sistem oraganis yang vital (peredaran darah, pernapasan, nutrisi,

dan lain-lain) ia tergantung dari ibunya. Baru setelah kira-kira dua pertiga periode

kehamilan lewat, pada prinsipnya ia dapat hidup di luar rahim ibunya (berarti, kira-kira

setelah minggu ke-24), tetapi hanya kalau didukung oleh kondisi perawatan yang

optimal (seperti inkubator) dan dalam keadaan itu pun keberhasilan untuk bertahan

hidup tidak selalu terjamin.

Setelah ia lahir secara normal dan semua organ tubuhnya berfungsi sendiri, ia

masih membutuhkan asuhan orang tua atau orang lain, supaya dapat hidup. Tetapi

kendati seluruh ketergantungan yang mendasar ini, sejak permulaaannya janin adalah

manusia baru, dan harus diperlakukan serta dihormati sebagai manusia, sekalipun amat

banyak potensinya belum terealisasi.

2.4.2. Soal Janin

Di sisi lain, wacana hak bisa dipakai juga untuk menolak aborsi sebagai hal yang tidak

etis. Sebab, bukan saja ibu hamil mempunyai hak, janin dalam kandungan pun

mempunyai hak, yaitu hak untuk hidup. Argumentasi ini memang banyak dipakai untuk

menolak aborsi. Tetapi argumentasi ini juga tidak luput dari kesulitan.

Pertama, tidak dapat dikatakan bahwa janin mempunyai hak legal. Tidak ada

sistem hukum yang mengakui hak-hak janin dalam arti hukum, walaupun hukum di

banyak negara melindungi kehidupan insani yang belum dilahirkan (dengan banyak

variasi), dan sulit dibayangkan bahwa hukum dapat memberikan hak seperti itu.

Kedua, kalau kita berbicara tentang hak janin untuk hidup, yang dimaksud

hanyalah hak moral (bukan hak legal). Hak moral merupakan hak dalam arti yang

sesungguhnya juga, biarpun tidak dapat dituntut melalui jalur hukum, seperti halnya hak

legal. Jawaban atas pertanyaan, “Apakah janin mempunyai hak (moral) untuk hidup,”

tentu tergantung pada status moral yang diakui bagi janin. Masalah ini berkaitan erat

dengan pandangan tentang permulaan hidup manusia. Mereka yang berpendapat bahwa

embrio merupakan manusia dalam arti sepenuhnya sejak saat konsepsi, secara logis

harus juga mengakui hak janin sejak saat itu.12

12

Secara negatif Jenny Teichman mengungkapkan, “Jika” ... berpandangan menghancurkan individu

manusia sebelum kelahiran tidak salah, maka tidak salah juga menghancurkan bayi-bayi muda sesudah

lahir. Jenny Teichman, Etika Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm.117.

Page 14: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

9

2.4.3. Ikhwal Kehidupan

Hormat untuk kehidupan merupakan suatu tuntutan etis yang secara khusus disadari di

zaman sekarang, saat lingkungan hidup mendapat perhatian istimewa dan memang

pantas diberi perhatian demikian.

Mengapa kehidupan kita harus dihormati? Karena kehidupan merupakan suatu nilai

yang paling mendasar untuk kita semua. Dengan menghormati kehidupan, kita

menghormati kondisi kehidupan kita sendiri. Jika kehidupan dalam salah satu

bentuknya terancam, berarti eksistensi kita sendiri ikut terancam.

Hormat untuk kehidupan merupakan suatu norma moral yang sangat aktual bagi

zaman kita dan bagi masa depan planet kita. Norma ini berlaku untuk semua manusia,

tetapi secara khusus untuk orang beragama yang mengakui Tuhan sebagai Pencipta.

Bagi orang beragama, memelihara kehidupan berarti mengemban tugas yang

dipercayakan Tuhan kepadanya. Dalam rangka agama, manusia dianggap sebagai wakil

Tuhan atau steward karena kepadanya dipercayakan pemeliharaan alam.

Hormat untuk kehidupan manusia merupakan suatu norma moral yang paling

fundamental. Tentang hormat untuk kehidupan manusia ada alasan tambahan, yakni kita

semua termasuk masyarakat manusia. Kita harus menghormati kehidupan manusia,

karena kita sendiri boleh mengharapkan dan bahkan menuntut agar orang lain

menghormati kehidupan kita juga.

Dalam konteks masalah aborsi, pikiran ini tidak dapat diterapkan secara

langsung, karena janin belum merupakan anggota masyarakat seperti manusia lain yang

kita jumpai setiap hari. Tetapi dalam arti lebih luas janin termasuk masyarakat juga,

karena kita semua masuk ke dunia dengan cara yang sama seperti janin ini. Karena itu

ibu hamil yang merencanakan pengguguran kandungannya selalu bisa bertanya apakah

dia menyetujui, bila ibunya sendiri melakukan hal itu terhadap dia dulu.13

Secara negatif, wacana ini dapat dirumuskan sebagai larangan, “Jangan

membunuh.” Pembunuhan manusia merupakan suatu kejahatan paling besar. Tapi,

bagaimanapun, hormat untuk kehidupan bukan merupakan suatu norma absolut. Tetap

ada pengecualiannya. Berarti, tidak setiap killing merupakan murder juga.

13

The golden rule (hukum emas) yang berlaku di masyarakat pada umumnya menyatakan, “Perbuatlah

apa yang ingin orang lain perbuat bagi diri anda, dan janganlah berbuat apa yang tidak anda kehendaki

orang lain perbuat bagi diri anda” (CB. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi, hlm. 162).

Page 15: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

10

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Melerai Kontroversi Pro-Life vs Pro-Choice

Terdapat dua argumentasi kontradiktif perihal aborsi, yakni pihak pro-life dan kubu pro-

choice. Pihak pro-life berpendirian bahwa melakukan aborsi adalah tindakan terlarang,

haram dan tidak bermoral. Argumentasi mereka adalah janin yang dikandung dalam

rahim seorang wanita merupakan makhluk yang mempunyai hak untuk hidup dan wajib

dijaga kehidupannya. Melakukan aborsi berarti membunuh manusia, yang berarti tidak

hanya melanggar hak azasi, tetapi lebih dari itu melanggar hak hidup manusia.

Sebaliknya, kubu pro-choice berpendirian bahwa melakukan aborsi adalah halal,

dan melarang aborsi berarti melanggar hak-hak asasi manusia,terutama hak asasi wanita

hamil. Gerakan justru pro-choice beranggapan bahwa wanita yang hamil bertanggung

jawab terhadap dirinya dan mempunyai hak untuk memilih, menentukan sekaligus

menguasai apapun yang terjadi pada tubuhnya. Karena mempunyai hak terhadap

dirinya, seorang wanita hamil berhak menentukan apakah akan terus melanjutkan

kehamilannya atau ingin menghentikan kehamilannya (melakukan aborsi).

Alasan pihak pro-choice sebenarnya mudah dipatahkan dengan tiga alasan.

Pertama, janin bukan bagian dari tubuh wanita. Kedua, kehamilan bukan hasil karya

sendiri. Ketiga, hak atas diri bukan hak yang mutlak. Tidak dari sisi moral yang

menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat manusia, karena sesungguhnya

umat manusia itu adalah umat yang mulia dan membunuh satu nyawa berarti

membunuh semua orang. Sebaliknya, menyelamatkan satu nyawa berarti

menyelamatkan nyawa semua orang. jadi aborsi adalah perlakuan yang membunuh

nyawa, berarti melakukan suatu amoral.

3.2. Preferensi Pro-Life di Timor-Leste

Bagaimanapun juga, debat-kusir tentang konsep etika antara dua kubu 'Pro-Life' dan

'Pro-Choice', Timor-Leste tetap berpihak pada prinsip 'Pro-Life/Anti-Aborsi'

(mendukung kehidupan) janin yang ada dalam rahim. Hal ini dengan jelas tercantum

dalam Ajaran Gereja Katolik maupun Código Penal Timor-Leste (CPTL).

Page 16: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

11

3.2.1. Ajaran Gereja Katolik

Ajaran Gereja Katolik Timor-Leste tentang kehidupan sejalur dengan Kebijakan

Vatikan (Roma). Mengenai aborsi, Gereja Katolik bersikap „pro- life„ karena Tuhan

mengajarkan kepada kita untuk menghargai kehidupan, yang diperoleh manusia sejak

masa konsepsi (pembuahan) antara sel sperma dan sel telur. Kehidupan manusia

terbentuk pada saat konsepsi, karena bahkan dalam ilmu pengetahuan-pun diketahui,

“Sebuah zygote adalah sebuah keseluruhan manusia yang unik.”14

Gereja Katolik juga mendasarkan diri pada analisis science menyimpulkan

bahwa fertilisasi bukan suatu “proses” tetapi sebuah kejadian yang mengambil waktu

kurang dari satu detik. Selanjutnya, dalam 24 jam pertama, persatuan sel telur dan

sperma bertindak sebagai sebuah organisme manusia, dan bukan sekedar sel manusia.15

Masalahnya, orang-orang yang “pro-choice” tidak menganggap bahwa yang ada

di dalam kandungan itu adalah manusia, atau setidaknya mereka menghindari kenyataan

tersebut dengan berbagai alasan. Padahal science sangat jelas mengatakan terbentuknya

sosok manusia adalah pada saat konsepsi (pembuahan sel telur oleh sel sperma).

Pada saat itulah Tuhan „menghembuskan‟ jiwa kepada manusia baru ciptaan-

Nya, yang kelak bertumbuh dalam rahim ibunya, dapat lahir dan berkembang sebagai

manusia dewasa. Adalah suatu ironi untuk membayangkan bahwa kita manusia berasal

dari „fetus‟ yang bukan manusia. Logika sendiri sesungguhnya mengatakan, bahwa apa

yang akan bertumbuh menjadi manusia layak disebut sebagai manusia.

Sejak abad pertama Gereja telah menyatakan abortus sebagai kejahatan moral.

Ajaran itu belum berubah dan tidak akan berubah. Abortus langsung, artinya abortus

yang dikehendaki baik sebagai tujuan maupun sebagai sarana, merupakan pelanggaran

berat melawan hukum moral:

"Engkau tidak boleh melakukan abortus dan juga tidak boleh membunuh anak yang

baru dilahirkan" (Didache 2,2) Bdk. Surat Barnabas 19,5; Diognet 5,5; Tertulianus,

apol. 9..

"Allah, Tuhan kehidupan, telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup

kepada manusia, untuk dijalankan dengan cara yang layak baginya. Maka kehidupan

14

Landrum B. Shettles, M.D. and David Rorvik, “Human Life Begins at Conception,” in Rites of Life

(Grand Rapids, MI: Zondervan, 1983) cited in Abortion: Opposing Viewpoints (St. Paul, MN:

Greenhaven Press, 1986), p. 16. 15

"Life Begins at Fertilization", dalam: http://www.princeton.edu/~prolife/articles/embryoquotes2.html.

Page 17: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

12

sejak saat pembuahan harus dilindungi dengan sangat cermat. Pengguguran dan

pembunuhan anak merupakan tindakan kejahatan yang durhaka" (GS 51,3).

Keterlibatan aktif dalam suatu abortus adalah suatu pelanggaran berat. Gereja

menghukum pelanggaran melawan kehidupan manusia ini dengan hukuman Gereja

ialah ekskomunikasi. "Barang siapa yang melakukan pengguguran kandungan dan

berhasil terkena ekskomunikasi" (CIC, can. 1398), "(ekskomunikasi itu) terjadi dengan

sendirinya, kalau pelanggaran dilaksanakan" (CIC, can. 1314) menurut syarat-syarat

yang ditentukan di dalam hukum (Bdk. CIC, cane. 1323-1324.). Dengan itu, Gereja

tidak bermaksud membatasi belas kasihan; tetapi ia menunjukkan dengan tegas bobot

kejahatan yang dilakukan, dan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi, yang terjadi

bagi anak yang dibunuh tanpa kesalahan, bagi orang-tuanya dan seluruh masyarakat.

Kitab Suci juga mengajarkan bahwa manusia sudah terbentuk sebagai manusia

sejak dalam kandungan ibu: Yes 44:2: “Beginilah firman TUHAN yang menjadikan

engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau…”

Allah sendiri mengatakan telah membentuk kita sejak dari kandungan, artinya,

sejak dalam kandungan kita sudah menjadi manusia yang telah dipilih-Nya. Ayb 31: 15:

“Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga?

Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?” Ayub menyadari bahwa ia

dan juga orang-orang lain telah diciptakan/ dibentuk oleh Allah sejak dalam kandungan.

Perintah Allah "Jangan Membunuh" secara jelas tercantum dalam Kitab Suci

(Kel 20: 13; Ul 5:17; Mat 5:21-22; 19:18).” Mat 22:36-40; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom

13:9, Gal 5:14: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. 1 Yoh 3:15

“Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan

kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di

dalam dirinya.”

Suatu permenungan: seandainya kita adalah janin itu, tentu kitapun tak ingin

ditusuk dan dipotong-potong sampai mati. Maka, jika kita tidak ingin diperlakukan

demikian, janganlah kita melakukannya terhadap bayi itu. Atau, kalau kita mengatakan

bahwa kita mengimani Kristus Tuhan yang hadir di dalam mahluk ciptaan-Nya yang

terkecil itu, maka sudah selayaknya kita tidak menyiksanya apalagi membunuhnya! Kita

malah harus sedapat mungkin memeliharanya dan memperlakukannya dengan kasih.

Page 18: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

13

3.2.2. Código Penal Timor-Leste (CPTL)

Dalam Pasal 141 Ayat 1-3 Código Penal Timor-Leste (CPTL)16 dengan jelas dinyatakan

bahwa:

Pasal 1: Quem, por qualquer meio e sem consentimento da mulher grávida, a fizer

abortar é punido com pena de prisão de 2 a 8 anos. (=Barangsiapa, dengan berbagai cara

dan tanpa sepengetahuan wanita hamil, melakukan abosi diancam dengan pidana penjara

dua tahun sampai delapan tahun).

Pasal 2: Quem, por qualquer meio e com consentimento da mulher grávida, a fizer

abortar é punido com pena de prisão até 3 anos. (=Barangsiapa, dengan berbagai cara

dan dengan sepengetahuan wanita hamil, melakukan abosi diancam dengan pidana penjara

sampai tiga tahun).

Pasal 3: A mulher grávida que der consentimento ao aborto praticado por terceiro,

ou que, por facto próprio ou alheio, se fizer abortar, é punida com pena de prisão até 3

anos. (=Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya

atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara sampai tiga

tahun).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelarangan aborsi di Timor-Leste

berdasarkan pertimbangan bahwa janin adalah orang, jadi aborsi adalah pembunuhan

dan melanggar hukum. Nyawa seseorang boleh dicabut demi melindungi nyawa orang

lain; tapi kita tidak berhak membawa maut ke dalam suatu situasi di mana tidak ada

maut dan ancaman maut. Hal tersebut bisa diartikan bahwa aborsi tidak boleh dilakukan

mengingat embrio atau janin itu hidup, walaupun janin tersebut nantinya akan

dilahirkan dengan ‟cacat parah‟.

Jika sang ibu dan janin masih bisa diselamatkan, aborsi tidak layak dilakukan.

Separah apapun apa yang disebut cacat oleh manusia, Tuhan punya rencana bagi setiap

orang karena Tuhanlah yang merancang kita. Tidak ada seorang pun yang dapat

menentukan kualitas hidup seseorang. Namun dalam kasus kehamilan ektopik

terganggu, dimana kematian embrio dilakukan untuk menyelamatkan sang ibu, hal

tersebut nampaknya merupakan pengecualian karena jika tidak, maka maut akan

menimpa keduanya.

16

Cláudio Ximenes, Código Penal - 2a Edição. (Dili: Tribunal de Recurso, 2010), pp. 91-92.

Page 19: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

14

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Darai penjabaran konseptual dalam keseluruhan Makalah ini dapat dperoleh beberapa

titik-simpul berikut:

Pertama, aborsi adalah penghentian kehamilan dimana janin berusia kurang

dari 20 minggu. engguguran kandungan alias aborsi (abortus, bahasa Latin) secara

umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni aborsi alami (abortus natural) dan aborsi

buatan (abortus provocatus), yang termasuk di dalamnya abortus provocatus criminalis,

yang merupakan tindak kejahatan dan dilarang di Timor-Leste.

Kedua, masalah aborsi menimbulkan kontroversi antara dua kubu: pro-life dan

pro-choice. Kelompok pro-life berargumen bahwa setiap manusia termasuk yang belum

lahir memiliki hak untuk hidup , dan hak seseorang untuk hidup merupakan bagian dari

Hak Asasi Manusia universal. Janin mempunyai hak hidup yang tidak boleh dirampas

oleh siapapun termasuk ibu yang mengandungnya.

Sementara kubu pro-choice beranggapan bahwa seorang perempuan berhak

menentukan pilihan atas tubuhnya, dan hak menentukan pilihan tersebut adalah hak

asasi manusia yang harus dilindungi. Keputusan menggugurkan atau mempertahankan

kandungan adalah hak mutlak ibu yang mengandung. Pandangan ini berawal dari

keinginan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat aborsi. Karena dengan

melarang aborsi, ternyata ibu akan melakukan aborsi menggunakan jasa-jasa aborsi

yang tidak aman (unsafe abortion) sehingga banyak ibu meninggal karena aborsi.

Ketiga, dalam kasus aborsi, Timor-Leste menganut prinsip pro-life atau anti-

aborsi. Hal ini secara jelas diatur dalam Pasal 141 Código Penal maupun dalam Ajaran

Gereja Katolik di Timor-Leste. Fokus utama adalah kehidupan manusia sebagai

totalitas, mulai dari dalam rahim hingga terlahir dan menjadi dewasa. Dari sudut

pandang ilmu pengetahuan murni (kode genetik DNA), juga terbukti bahwa saat

pembuahan terjadi, seorang manusia yang baru dan unik tercipta sehingga hak untuk

hidup bukan saja dimiliki seseorang saat dia berada di luar rahim. Jadi, janin adalah

manusia yang otonom dan memiliki hak hidup. Menggugurkan janin adalah membunuh

seorang manusia yang akan dilahirkan dan menjadi dewasa seperti kita semua.

Page 20: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

15

4.2. Saran

Kandungan Paper ini akhirnya menyisakan segelintir sumbang-saran berikut:

Menjelaskan masalah aborsi kepada semua lapisan masyarakat.

Kalangan kampus UNPAZ Filial Maliana, khususnya mahasiswa-mahasiswi dan

para dosen Fakultas Hukum serta Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM),

hendaknya lebih rutin memperdalam serta menganalisis masalah aborsi untuk

dikaitkan dengan konteks lokal negeri ini.

Pihak medis Timor-Leste, perlu membuka diri terhadap dialog yang lebih terbuka

menghadapi kasus ini bila ingin merancang Kode Etik Kedokteran RDTL yang

bakal mengatur juga tentang aborsi.

Pihak yuridis serta aparatus hukum negeri ini perlu mendiskusikan serta

mensosialisasikan masalah aborsi bila ingin merancang dekrit-hukum atau peraturan

perundang-undangan tertentu yang mengatur tentang aborsi.

Perlu adanya sosialisasi akan bahaya aborsi.

Perlu adanya sosialisasi untuk membela hidup manusia.

Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat akan betapa pentingnya hidup manusia

yang bermula dari dalam rahim (janin) hingga terlahir dan menjadi dewasa.

Etika medis bakal dirancang dan ditetapkan di negeri harus menjunjung tinggi

kehidupan manusia sebagai sebuah totalitas pribadi yang utuh.

Page 21: ABORSI Dalam Preferensi Pro-Life Di Timor-Leste (Nina_Costa)

16

DAFTAR PUSTAKA

1. B. Shettles, Landrum M.D. and David Rorvik, “Human Life Begins at

Conception,” in Rites of Life (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1983) cited in

Abortion: Opposing Viewpoints. St. Paul, MN: Greenhaven Press, 1986.

2. Bertens, K. Aborsi Sebagai Masalah Etika. Jakarta: PT Grasindo, 2002.

3. Bone, Eduaart. Bioteknologi dan Bioetika. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

4. Ensiklopedi Indonesia Jilid-1. Jakarta: Ichtiar Baru, 1980.

5. Ensiklopedi Indonesia Jilid-1. Jakarta: Cipta Adi Putera, 1990.

6. Heuken, Adolf, SJ. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1991.

7. Kusmaryanto, CB. Kontroversi Aborsi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2002.

8. "Life Begins at Fertilization". Dikutip secara bebas dalam situs Internet:

http://www.princeton.edu/~prolife/articles/embryoquotes2.html.

9. Momamad, Kartono. Teknologi Kedokteran dan Tanggung Jawabnya Terhadap

Bioetika. Jakarta: Gramedia, 1992.

10. Sujoko, Albertus, MSC. "Etika Biomedis", Catatan Kuliah 'Etika Sosial'. Pineleng:

2000.

11. Teichman, Jenny. Etika Sosial. (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm.117.

12. Ximenes, Cláudio. Código Penal - 2a Edição. Dili: Tribunal de Recurso, 2010.

***************************************

♠♦♣♥

Maliana, 19 November 2013.

Oleh:

Joanina da Costa NIM: 11.02.01.347

Mahasiswi Semester V, UNPAZ Maliana