repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64319... · bab ii tinjauan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Berdasarkan literatur Siregar (1981), tanaman padi dalam sistematika
tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam:
Divisio Spermatophyta
Sub divisio Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Poales
Famili Graminae
Genus Oryza Linn
Species Oryza sativa L.
Batang padi lebih kurang tegak, silindris, licin dan berongga kecuali pada
buku-bukunya. Tebalnya bervariasi antara 6-12 mm. Bukunya nampak jelas
karena menebal dan adanya sekat melintang. Daun-daun tumbuh tepat dibawah
sekat dan tunas-tunas dalam ketiak daun-daun basal dapat tumbuh menjado
batang-batang baru yang kemudian muncul dari ujung upih daun untuk
membentuk rumpun batang (Wirjahardja, 1987).
Pada buku bagian bawah dari ruas tanaman padi tumbuh daun pelepah
yang membalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas ujung
dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek
menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi
Universitas Sumatera Utara
daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun
kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut
daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun
bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir pada (Siregar, 1981).
Varietas Padi
Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau
varietas alami. Agar berproduksi optimal, jenis padi tidak menuntut penggunaan
pupuk kimia. Memang dampak pertanian modern yang hanya menggunakan
varietas unggul yang merupakan merosotnya keanekaragaman hayati varietas
alami. Dalam berbagai survei diperoleh bahwa masih ada beberapa tempat di
Indonesia yang sawah petaninya ditanami padi varietas alami. Oleh karena itu,
petani tidak terlalu sulit untuk mendapatkan benihnya (Andoko, 2002).
Varietas-varietas yang dihasilkan selama ini adalah varietas inbrida, yaitu
varietas yang berupa galur murni. Padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri,
sehingga secara alami varietas yang terbentuk berupa galur murni (inbrida).
Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe padi
yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil
persilangan ditanam dan secara alami akan terjadi perkawinan sendiri dalam satu
tanaman. Hasilnya ditanam kembali dan akan sangat bervariasi karena terjadi
segregasi gen-gen di dalamnya. Dari variasi yang ada pada generasi bersegregasi
tersebut diseleksi tanaman terbaik sesuai dengan tujuan perakitan varietas yang
dilakukan. Demikian seterusnya selama beberapa generasi. Pada proses tersebut
terjadi fikasi (pengumpulan) gen sehingga gen-gen yang ada pada tiap tanaman
menjadi seragam. Jika semua lokus (tempat gen) pada tanaman tersebut telah
Universitas Sumatera Utara
homosigot (terisi oleh gen yang sama), maka dikatakan galur tersebut telah murni
(galur murni) dan akan melakukan penyerbukan sendiri menghasilkan keturunan
yang seragam dan sama persis dengan pertanaman generasi sebelumnya. Galur-
galur murni terbaik sesuai dengan tujuan pemuliaan dilepas sebagai varietas
unggul. Varietas padi demikian adalah merupakan varietas padi inbrida (galur
murni). Contohnya adalah PB5, PB8, IR64, Cisadane, Ciherang, Widas,
Wayapoburu, Cimelati, Gilirang, Ciherang, Situ Bagendit, Makongga danlain-
lain.
Padi Ciherang
Varietas padi Cere ini memiliki morfologi tanaman tegak, mempunyai
tinggi tanaman sekitar 107 – 115 cm dengan jumlah anakan produktif mencapai
14 – 17 batang per rumpun. Umur tanaman mencapai 116 – 125 hari. Baik
ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian ± 500 m dpl.
Ciherang termasuk jenis padi dengan tingkat kerebahan dan kerontokannya
sedang. Bentuk gabah panjang ramping dan berwarna kuning bersih. Bobot 1000
butirnya mencapai 27 – 28 gram. Rata – rata hasil mencapai 6,0 ton/ha dengan
potensi hasil mencapai 8,5 ton/ ha (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011).
Makongga
Makongga merupakan persilangan antara padi jenis Galur A2970 yang
berasal dari Arkansas Amerika Serikat, dengan varietas yang sangat populer di
Indonesia yaitu IR 64. Umur tanam Makongga cukup singkat yaitu hanya 116
hingga 125 hari. Secara fisik, bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman
berkisar antara 91 sampai 106 cm. Anakan produktif 13-16 batang. Bentuk
gabahnya sendiri ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena
Universitas Sumatera Utara
kadar amilosanya mencapai 23 persen. Bobot 1000 butir gabah Makongga yaitu
28 gram. Rata-rata hasil mencapai 5,08 ton/ha sehingga kurang lebih potensi hasil
varietas ini mencapai 8,4 ton per hektar dengan budidaya yang tepat tentunya
(Badan Litbang Pertanian, 2014).
Situ Bagendit
Varietas padi Gogo ini memiliki morfologi tanaman tegak, tinggi tanaman
sekitar 99 – 105 cm dengan jumlah anakan produktif mencapai 12 – 13 batang per
rumpun. Umur tanaman mencapai 110 – 120 hari. Situ Bagendit dikenal sebagai
padi amfibi karena memperlihatkan hasil yang baik saat ditanam di lahan kering
maupun lahan sawah. Situ Bagendit termasuk jenis padi tingkat rebah dan
kerontokannya sedang. Bentuk gabah panjang ramping dan warnanya kuning
bersih. Bobot 1000 butirnya adalah 27,5 gram. Rata – rata hasil mencapai 4,0 t/ha
pada lahan kering dan 5,5 ton/ ha pada lahan sawah, serta potensi hasil mencapai
6,0 ton/ ha (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011).
Syarat Tumbuh
Menurut Ditjen Pertanian Tanaman Padi (1980) menyatakan bahwa fase
pertumbuhan padi terdiri dari fase vegetatif dengan umur pertumbuhan dari 0 – 55
hari, fase reproduktif dengan umur pertumbuhan padi dari 56 – 90 hari, dan fase
pemasakan dari umur pertumbuhan padi dari 90 – 120 hari.
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang
rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu
proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi
akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu
Universitas Sumatera Utara
bunting dapat menyebabkan rusaknya serbuk sari (pollen) dan menunda
pembukaan tepung sari (Siregar, 1981).
Berat kering tanaman didapat dengan cara memotong batang tanaman padi
tepat di atas permukaan tanah dalam pot. Berangkasan tanaman yang sudah
dipotong, bersama daun yang sudah layu dikumpulkan kecuali gabah, dimasukkan
ke dalam kantong kertas yang telah disiapkan sebelumnya. Kantong kertas
kemudian dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 600 C selama 48
jam dan selanjutnya berangkasan tanaman yang telah kering, ditimbang dengan
alat timbang yang kepekaan 3 digit sehingga diperoleh berat kering tanaman
(gram/ pot) (Purwasasmita dan Sutaryat, 2012).
Tanaman padi yang mengalami 2 kali pemindahan pada pozas veraneras,
penunaiannya dilakukan dengan tangan, tanaman-tanaman dipotong pada bagian
yang dekat permukaan tanah dan selanjutnya dikeringkan selama 1 sampai 3 hari
(Sutedjo dan Kartasepoetra, 1988).
Tinggi genangan air
Pertumbuhan tanaman padi, agar berproduksi dengan baik maka perlu
dilakukan penggenangan yang tidak secara sembarangan. Ketinggian air
genangannya perlu disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman sebagai
berikut:
a. Awal pertumbuhan
Setelah bibit padi ditanam, petakan sawah harus digenangi air setinggi 2-5
cm dari permukaan tanah. Penggenangan ini dilakukan selama 15 hari atau
saat tanaman mulai membentuk anakan.
b. Pembentukan anakan
Universitas Sumatera Utara
Ketinggian air perlu ditingkatkan dan dipertahankan antara 3-5 cm hingga
tanaman terlihat bunting.
c. Masa bunting
Air sangat dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu,
ketinggian genangan airnya harus cukup tinggi yaitu sekitar 10 cm.
d. Pembungaan
Ketinggian air dipertahankan antara 5-10 cm. kebutuhan air pada fase ini
cukup banyak. Namun, bila mulai tampak keluar bunga maka sawah perlu
dikeringkan selama 4-7 hari.
(Andoko, 2002).
Pemberian air, dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian
air di petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik 0,5 cm. Pada periode tertentu
petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian air terlalu tinggi
akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan pertumbuhan tunas tidak
optimal.
Evaporasi
Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan daratan dan
permukaan lautan menuju atmosfer bumi. Besar kecilnya evaporasi dipengaruhi
oleh faktor-faktor suhu air, suhu udara, kelembaban tanah, kecepatan angin,
tekanan udara dan sinar matahari. Suhu air, suhu udara dan sinar matahari
berbanding lurus dengan besarnya evaporasi. Sementara kelembaban tanah,
kecepatan angin dan tekanan udara berbanding terbalik dengan besarnya
evaporasi. Perhitungan besarnya evaporasi dinyatakan dalam satuan mm/hari
(Dumairy, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Evaporasi permukaan air bebas secara langsung diukur dengan mencatat
pengurangan tinggi di muka air dalam panci. Metode ini sangat sederhana dan
paling sering digunakan.
a. panci diatas tanah, kerugian panci ini adalah evaporasi dari panci dalam
hubungannya dengan evaporasi air permukaan bebas disebabkan oleh radiasi
extra yang jatuh pada sisi–sisi panci. Tipe panci ini, merupakan paling mudah
bekerjanya dan memeliharanya, paling luas digunakan.
b. panci dalam tanah atau ditanam, pemanasan dinding panci karna radiasi
langsung dapat dihindari, sumber-sumber kesalahan lain di sebabkan oleh
panci yang ditanam. Pertukaran panas yang cukup besar antara panci dan tanah
sekitarnya, kebocoran yang tak terduga, pengaruh penyaringan vegetasi di
sekitar panci, kemasukan kotoran, dan kesulitan memasang serta memelihara.
c. panci apung, tipe ini yang mengapung pada permukaan danau kehilangan
popularitasnya meskipun di anggap memberikan hasil korelatif terbaik dengan
danau karena kesulitan pengamatannya biayanya tinggi dan percikan oleh
pengaruh gelombang.
(Seyhan, 1990).
Menghitung Besarnya Evaporasi
Evaporasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, maka akan sulit menghitung
evaporasi dengan suatu rumus. Akan tetapi, kesulitan itu telah mendorong orang-
orang untuk mengemukakan banyak rumus, diantaranya:
Rumus empiris Penman:
………………………………...(1)
Dimana:
Universitas Sumatera Utara
E = evaporasi (mm/ hari)
ea = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian (mm/ Hg)
ed = tekanan uap sebenarnya (mm/ Hg)
V = kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (mil/ hari)
(Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Pengukuran evaporasi dengan panci evaporasi (Evapopan) Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan daratan dan
permukaan lautan menuju atmosfer bumi. Besar kecilnya evaporasi dipengaruhi
oleh faktor-faktor suhu air, suhu udara, kelembaban tanah, kecepatan angin,
tekanan udara, dan sinar matahari. Suhu air, suhu udara, dan sinar matahari
berbanding lurus dengan besarnya evaporasi. Sementara kelembaban tanah,
kecepatan angin, dan tekanan udara berbanding terbalik dengan besarnya
evaporasi. Perhitungan besarnya evaporasi dinyatakan dalam satuan mm/hari
(Dumairy, 1992).
Besarnya evaporasi dapat diukur secara langsung dengan menggunakan
alat-alat yang biasa digunakan adalah evapopan. Beberapa jenis panci evaporasi
telah dikembangkan diantaranya adalah panci evaporasi (evapopan) klas A yang
mempunyai diameter 122,1 cm dan tinggi 25,4 cm. Dengan evapopan besarnya
evaporasi potensial dapat dihitung dengan persamaan:
………………………………………………………(2)
Dimana:
ETo = Evaporasi potensial (mm/hari)
Eo = Evaporasi dari panci (mm/hari)
K pan = Koefisien panci (0,7)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006) koefisien panci alat ukur
penguapan standar di USA (evapopan klas A), besarnya pada permukaan air yang
luas adalah ± 0,70 kali hasil yang didapat dengan alat ini.
Di Jepang alat pengukur penguapan yang digunakan adalah sebuah panci
silinder tembaga dengan diameter 20 cm dan dalamnya 10 cm yang bagian
dalamnya dilapisi dengan timah. Untuk mengukur penguapan air dari panci
biasanya digunakan meteran biasa. Jumlah penguapan permukaan air yang luas
adalah ± 0,5 dari jumlah penguapan yang didapat dengan alat ini. Artinya bahwa
untuk menentukan besarnya penguapan air di lapangan, hasil penguapan dari
panci perlu dikoreksi sebesar 50% (0,5) (Soedarsono dan Takeda, 2006).
Transpirasi
Transpirasi adalah proses menguapnya air dari tanaman menuju atmosfer
bumi. Besar kecilnya transpirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor kadar kelembaban
tanah dan jenis tanamannya. Perhitungan besarnya transpirasi biasanya dinyatakan
dalam satuan mm/hari. Evaporasi dan transpirasi merupakan faktor dasar yang
penting untuk menentukan kebutuhan air (consumptive use) dalam suatu rencana
irigasi (Dumairy, 1992).
Jumlah air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan untuk memproduksi
sejumlah bahan kering akan berbeda untuk setiap jenis tanaman karena transpirasi
adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim
yang mempengaruhi evaporasi secara umum berpengaruh terhadap transpirasi
(Hakim, dkk., 1986).
Faktor iklim yang mempengaruhi terhadap penguapan muka air bebas,
seperti radiasi matahari, temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin juga
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap evapotranspirasi. Transpirasi juga dipengaruhi oleh jenis
dari tumbuh-tumbuhan, kedalaman perakaran, penyebaran dan kerapatan vegetasi
penutup (Soewarno, 2000).
Evapotranspirasi (ET)
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama sama disebut
evapotranspirasi atau kebutuhan air tanaman (consumptive use). Jika air yang
tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut
evapotranspirasi potensial. Pengukuran evapotranspirasi potensial melalui
tanaman dari tanah dilakukan dengan evapotranspirometer. Permukaan tangki
tanah yang ditutup dengan tanaman disiran dengan air secukupnya dan volume air
yang merembes keluar dari dasar tangki diukur dan selisih antara air yang
dituangkan dan air yang keluar adalah evapotranspirasi potensial pada jangka
waktu pengukuran. Dapat dimengerti bahwa jika air yang terdapat didalam tanah
tidak cukup, maka banyaknya evapotranspirasi adalah lebih kecil dari
evapotranspirasi potensial (Sosrodarsono dan Takeda, 2006)
Beberapa istilah yang berkaitan dengan evapotranspirasi adalah:
1. Evapotranspirasi (ET) adalah peristiwa evaporasi total yang ditambah dengan
transpirasi.
2. Evaptranspirasi potensial (potential evapotranspiration, = ETp) adalah laju
evapotranspirasi yang terjadi dengan anggapan persediaan air dan kelembaban
tanah cukup sepanjang waktu.
3. Evapotranspirasi rujukan (reference evapotranspiration, = ETo) laju
evapotranspirasi dipermukaan bumi yang luas dengan ditumbuhi rumput hijau
setinggi 8-15 cm, yang masih aktif tumbuh terhampar menutupi seluruh
Universitas Sumatera Utara
permukaan dibumi dengan albedo = 0,23 dan tidak kekurangan air. Hubungan
antara ETp dan ETo dari suatu kawasan dengan vegetasi bermacam jenis:
………………………………………………(3)
Nilai Kv adalah koefisien dari seluruh jenis vegetasi (vegetation coefficient).
4. Evapotranspirasi tanaman (consumptive water requirement, crop water
requirement, consumptive use = Etc) adalah tebal air yang dibutuhkan untuk
keperluan evapotranspirasi suatu jenis tanaman pertanian tanpa dibatasi oleh
kekurangan air. Hubungan antara Etc dan ETo untuk jenis tanaman tertentu
adalah:
……………………………………………….(4)
Nilai Kc adalah koefisien tanaman (crop coefficient)
5. Evapotranspirasi aktual (actual evapotranspiration, = Eta) adalah
evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya sesuai dengan keadaan persediaan
air/ kelembaban tanah yang tersedia. Nilai ETa = ETp apabila persediaan air
tidak terbatas. Maka hubungannya adalah:
…………………………………………...(5)
(Soewarno, 2000).
Evapotranspirasi aktual di tentukan dengan persamaan neraca. Tetapi
perubahan dalam cadangan (∆s) hanya dapat diperoleh untuk lisimeter tipe yang
dapat ditimbang dan tidak diketahui untuk lisimeter tipe yang tidak dapat
ditimbang. Karena itu, lisimeter nontimbangan hanya digunakan jika diperlukan
total evapotranspirasi aktual periode panjang (Seyhan, 1990).
Universitas Sumatera Utara
Evapotranspirasi tanaman dapat juga ditentukan berdasarkan nilai
evaporasi yang diukur dengan alat seperti evapopan kemudian dikalikan dengan
koefisien tanamannya (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Koefisien konsumtif tanaman (Kc) didefinisikan sebagai perbandingan
antara besarnya evaporasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman pada kondisi
pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu. Dalam hubungannya dengan
pertumbuhan dan perhitungan evapotranspirasi acuan tanaman (ETo), maka
dimasukkan nilai Kc yang nilainya tergantung pada musim, serta tingkat
pertumbuhan tanaman (Allen, et al., 1998).
Koefisien tanaman bergantung dari tiap jenis tanaman, dan nilainya
bervariasi menurut umur tanaman. Koefisien tanaman untuk padi dalam
pelaksanaan salah satu kegiatan proyek irigasi di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Koefisien Tanaman Padi Bulan ke Nedeco FAO
Lokal Unggul Lokal Unggul 0,5 1,20 1,20 1,10 1,10 1,0 1,20 1,27 1,10 1,10 1,5 1,32 1,33 1,10 1,05 2,0 1,40 1,30 1,10 1,05 2,5 1,35 1,30 1,10 0 3,0 1,24 0 1,05 3,5 1,12 0,95 4,0 0 0
Sumber: Dep. PU (1987) dalam Soewarno (2000)
Salah satu perhitungan evapotranspirasi tanaman adalah metode Blaney
and Criddle yang telah diubah seperti berikut:
………………………………………..................... (6)
Universitas Sumatera Utara
……………………………………………........................ (7)
…………………………………........................... (8)
Dimana:
U = Evapotranspirasi tanaman bulanan (mm/bulan)
Kt = Koefisian suhu
Kc = Koefisien tanaman
P = Persentase jam siang Lintang Utara (%)
(Sosrodarsono dan Takeda, 2006)
Menurut Guslim (1997), suhu rata-rata bulanan diperoleh dari perhitungan
suhu rata-rata harian selama satu bulan dengan rumus:
Dimana:
t = Suhu rata-rata harian (°C)
t07.00 = Suhu pada pukul 07.00
t13.30 = Suhu pada pukul 13.30
t17.30 = Suhu pada pukul 17.30
Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi (ET)
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah
dan permukaan air ke udara setelah itu, diuapkan dari tanaman disebut dengan
evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan
evapotranspirasi adalah sebagai berikut:
1. Suhu udara/ atmosfer
Universitas Sumatera Utara
Jumlah panas yang mengakibatkan kenaikan suhu udara atau suhu tanah
dinyatakan sebagai neraca jumlah panas dalam proses jumlah panas yang
bertambah atau hilang akibat perbedaan suhu antara permukaan tanah dan
lapisan tanah di permukaan tanah, jumlah panas yang bertambah dan hilang
akibat penguapan dan presipitasi dipermukaan tanah, dan jumlah panas yang
disalurkan di dalam tanah melalui permukaan tanah.
2. Suhu air
Variasi suhu harian dan tahunan dalam tanah, berkurang sesui dengan
kedalaman tanah dan akhirnya menjadi nol pada suatu kedalaman tertentu.
3. Kelembaban
Kelembaban biasanya disebut dengan kelembaban relatif. Kelembaban reletif
adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa
uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama.
4. Kecepatan angin
Kecepatan angin biasanya diukur dengan anemometer Robinson. Pengukuran
angin diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10 m.
kecepatan angin rata rata adalah harga rata rata selama 10 menit sebelum
pengukuran dan arah angin rata-rata adalah arah selama 1 menit sebelum
pengukuran.
5. Tekanan udara
Tekanan udara satuan adalah tekanan gaya pada bidang yang memiliki luas
dalam satuan milibar (mb). Sehingga dapat dilihat, kerapatan air raksa pada
00C dan percepatan gaya tarik bumi akan berkurang tekanan udaranya menurut
elevasi tempat.
Universitas Sumatera Utara
6. Sinar matahari
Lamanya penyinaran dapat diketahui, karena sinar matahari yang masuk kealat
melalui sebuah lubang yang kecil, tercatat pada sebuah kertas yang peka dalam
alat itu. Jumlah jam penyinaran yang dapat terjadi dalam sehari adalah tetap
yang tergantung pada musim dan jarak lintang ke kutub. Perbandingan antara
jumlah jam penyinaran yang terjadi dan jumlah jam penyinaran yang dapat
terjadi di sebut laju radiasi matahari. Makin besar harga perbandingan maka
makin baik keadaan cuaca.
Pada waktu pengukuran evaporasi maka kondisi/ keadaan harus
diperhatikan karena dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
(Sosrodarsono dan Takeda, 1983).
Ada 3 faktor yang mendukung kecepatan evapotranspirasi yaitu (1) faktor
iklim migro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin. (2) faktor
tanaman, mencakup jenis tanaman, derajat penutupannya, struktur tanaman, stadia
perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, mekanisme
menutup dan membukanya stomata, (3) faktor tanah, mencakup kondisi tanah,
aerasi tanah, potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman
(Linsley dkk., 1989).
Perkolasi
Jika curah hujan tiba dipermukaan tanah, maka sebagian akan terserap
masuk kedalam tanah dan sebagian lagi akan bergerak mengalir dipermukaan
tanah. Air yang masuk ke dalam tanah sebagian akan segera kembali keluar
menjadi aliran intra (interflow), sedangkan sebagian lainnya masuk lebih dalam
mengisi celah-celah atau lapisan tanah menjadi air tanah (groundwater).
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu curah hujan yang tidak masuk ke dalam tanah, yang langsung
bergerak mengalir di permukaan tanah, akan menjadi limpasan permukaan
(surface runoff) (Dumairy, 1992).
Selain itu perkolasi atau resapan air ke dalam tanah merupakan
penjenuhan yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, permeabilitas, tebal top soil dan
letak pengukuran air tanah (semakin tinggi letak muka air tanah semakin rendah
perkolasinya) (Sumandyono, 2010).
Perkolasi merupakan proses masuknya air kedalam tanah setelah
terjadinya infiltrasi (keluar daerah perakaran) yang dalam hal ini berpengaruh
potensial tekanan. Semakin besar daya resap tanah, maka semakin kecil luas
daerah peresapan yang diperlukan umtuk sejumlah air tertentu.
..............................................................................(13)
Dimana:
P = Laju perkolasi (mm/hari)
h1 = Tinggi awal air (mm)
h2 = Tinggi akhir air (mm)
t2-t1 = Selisih waktu penurunan tinggi air (hari)
Daya perkolasi p adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan,
yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh, yang
terletak di antara permukaan tanah dengan permukaan air tanah. Perkolasi tidak
mungkin terjadi sebelum zona tidak jenuh mencapai kapasitas lapang (field
capacity) (Soemarto, 1995).
Rumah Kaca
Universitas Sumatera Utara
Rumah kaca (Greenhouse) adalah bangunan di mana tanaman
dibudidayakan. Rumah kaca terbuat dari kaca atau plastik. Rumah kaca dapat
menjadi panas karena radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari dan
memanaskan tumbuhan, tanah, dan barang lainnya di dalam bangunan ini. Rumah
kaca melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan, melindungi
tanaman dari badai debu dan menolong mencegah hama. Pengontrolan cahaya
dapat mengubah tanah tak subur menjadi subur. Rumah kaca digunakan untuk
membudidayakan tanaman yang memiliki nilai jual yang tinggi seperti tanaman
hias dan buah-buahan. Pada rumah kaca, sinar matahari dapat masuk dengan
leluasa karena dinding dan atap pada rumah kaca dirancang khusus dari bahan
kaca yang transparan. Sehingga dapat dikatakan cahaya yang berasal dari matahari
dapat dimanfaatkan secara optimal. Telah disebutkan sebelumnya bahwa cahaya
matahari mutlak diperlukan oleh setiap jenis tumbuhan hijau untuk proses
fotosintesis. Dengan adanya cahaya matahari pada rumah kaca maka proses
fotosintesis dapat berlangsung dengan baik sehingga pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang dibudidayakan pada rumah kaca dapat berlangsung
dengan baik dan tanaman juga dapat menghasilkan produksi yang baik pula
(Wulandani, 2010).
Kelebihan dan keuntungan menggunakan Rumah Kaca
Kelebihan
Berdasarkan informasi dari Agricultural Western Australia 2000
mengungkapkan beberapa dari penggunaan greenhouse ini antara lain:
1. Tanaman dapat berproduksi secara kontinyu dan berkesinambungan
sepanjang tahun. Hal ini disebabkan pada greenhouse kita dapat mengatur
Universitas Sumatera Utara
suhu, kelembaban, tekanan udara maupun pH sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan crop. Hal ini berkaitan dengan subsistem yang
berkelanjutan dalam agribisnis yaitu pengolahan/agroindustri maupun
pemasaran dimana dengan produksi yang kontinyu maka pasokan ke pasar
maupun industri selanjutnya pun bisa terpenuhi juga.
2. Penggunaan air, pupuk maupu pestisida lebih efisien, baik dalam dosis
penggunaan, waktu maupun tempat. Karena kita menggunakan polibag
yang tentu sangat efektif dalam penggunaan pupuk, air dan pestisida.
3. Resiko tanaman terserang penyakit menjadi lebih kecil karena lingkungan
dalam green house sendiri secara langsung maupun tidak telah terlindung
dari lingkungan luar
(Hasyim, dkk, 2010).
Kekurangan
Investasi/ biaya yang harus dikeluarkan untuk mendirikan green house
memang cukup besar. Selain itu terjadinya. Efek rumah kaca, meningkatnya suhu
permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat
ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem
lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di
atmosfer (Hasyim, dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara