88424759 kelompok 7 askep bph

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur, terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala dan tanda ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat yang diambil dari penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat (J.C.E Underwood, 1999). Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang ditimbulkannya sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH, sehingga pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan etiologinya. Terapi yang tidak tepat bisa mengakibatkan terjadinya BPH berkepanjangan. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih mendalam faktor-faktor penyebab (etiologi) BPH akan sangat membantu upaya penatalaksanaan BPH secara tepat dan terarah. Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit BPH mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera ditangani. Kemudian pada aspek preventif

Upload: giedtta-linglung-penelopepurple

Post on 28-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah

saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur, terutama

mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan pembesaran

organ yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik,

keadaan ini menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius

memerlukan tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala

dan tanda ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai

sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat yang

diambil dari penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat (J.C.E Underwood, 1999).

Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang ditimbulkannya

sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH, sehingga pengobatan yang

diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan etiologinya. Terapi yang tidak tepat bisa

mengakibatkan terjadinya BPH berkepanjangan. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih

mendalam faktor-faktor penyebab (etiologi) BPH akan sangat membantu upaya

penatalaksanaan BPH secara tepat dan terarah.

Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit BPH

mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera ditangani.

Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan bagaimana cara penyebaran

penyakit BPH, misalnya cara pembesaran prostat akan menyebabkan obstruksi uretra. Secara

kuratif perawat berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan tim

dokter. Aspek rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada anggota

keluarga cara merawat klien dengan BPH dirumah, serta memberikan penyuluhan tentang

pentingnya cara berkemih.

B. Tujuan penulisan

Memperoleh informasi tentang penyakit BPH dan asuhan keperawatannya.

C. Manfaat penulisan

D. Rumusan masalah

Page 2: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian teori

1. Pengertian

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,

memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine,

dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi

sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat,

tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah

banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul

surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat,

tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.

2. Anatomi Fisiologi

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder

neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram

dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis

terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah-

Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus

posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-

kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu,

dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan

melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:

- Kapsul anatomis

- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler

- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:

Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya

Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga

sebagai adenomatus zone

Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika

seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra.

Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa

sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang

tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur

Page 3: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan

jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu

ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan

berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan

ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang

juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang

berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan

peradangan.

3. Patofisiologi

Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya

gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling

dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma

progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang

menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma

cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya

diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat

muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung

kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung

kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif.

Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih.

Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air,

natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan

drainage kateter.

Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan

hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban

solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa

merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium

akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.

Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-

lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran

prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah

prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai

akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam

mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari

Page 4: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat

detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan

apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila

berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak

mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada

hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

4. Manifestasi klinik

Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak

selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:

1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih

2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,

hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien

dengan Benigna Prostat Hipertrofi:

a. Retensi urin

b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing

c. Miksi yang tidak puas

d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)

e. Pada malam hari miksi harus mengejan

f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)

g. Massa pada abdomen bagian bawahh.

h. Hematuriai.

i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)

j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm.

Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak

dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.

5. Penatalaksanaan

Modalitas terapi BPH adalah :

1). Observasi

Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun

tergantung keadaan klien

2). Medikamentosa

Page 5: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat

tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis

rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.

3). Pembedahan

Indikasi pembedahan pada BPH adalah :

a). Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.

b). Klien dengan residual urin > 100 ml.

c). Klien dengan penyulit.

d). Terapi medikamentosa tidak berhasil.

e). Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.

Pembedahan dapat dilakukan dengan :

a). TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95 % )

b). Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy

c). Perianal Prostatectomy

d). Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy

4). Alternatif lain (misalnya: Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi

Ultrasonik .

B. Asuhan keperawatan secara teoritis

1. Pengertian

Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dengan

menggunakan metode ilmiah secara sistematik untuk mengenal masalah klien dan

mencarikan alternatif pemecahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan klien guna

memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan hingga tahap maksimal. Adapun tahapan

dari proses keperawatan meliputi : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulan

informasi / data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan

klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan

Page 6: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

Identitas pasien

Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan

alamat. Jenis kelamin dalam hal ini klien adalah laki - laki berusia lebih dari 50 tahun

dan biasanya banyak dijumpai pada ras Caucasian (Donna, D.I, 1991 : 1743).

Riwayat kesehatan

- Keluhan utama : Biasanya pasien yang mengalami BPH mempunyai

keluhan frekuensi dan inkontensia urine dan nyeri pada bagian simpisis

pubis. 

- Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya klien akan mengeluhperasaan

tidak bisa mengosongkan vesika urinaria,frekuensi urinaria setiap

hari,berkemih pada malam hari,sering berkemih,menurunnya pancaran

urine.

- Riwayat kesehatan dahulu :   Biasanya gejala yang timbul pada klien BPH

salah satunya adalah uritritis.

- Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada masalah genetik pada BPH

Kebutuhan dasar menurut 11 pola gordon

1. Pola persepsi dan Manajemen kesehatan

Biasanya kasus BPH terjadi pada pasien laki-laki yang sudah tua, dan

pasien biasanya tidak memperdulikan hal ini, karena sering mengatakan

bahwa sakit yang diderita nya pengaruh umur yang sudah tua. Perawat

perlu mengkaji apakah klien mengetahui penyakit apa yang dideritanya?

Dan apa penyebab sakitnya saat ini?

2. Pola nutrisi dan metabolik

Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena efek

penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari

anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual,

muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi

masukan dan pengeluaran baik cairan maupun nutrisinya.

3. Pola eliminasi

Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh

pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam memulai

Page 7: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan kandung kemih inkomplit,

frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan hematuria. Sedangkan pada

postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan invasif serta prosedur

pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk

mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi

warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan

dengan tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap

dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada

kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada post operasi BPH, karena

perubahan pola makan dan makanan.

4. Pola latihan- aktivitas

Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi klien yang lemah dan

terpasang traksi kateter selama 6 – 24 jam. Pada paha yang dilakukan

perekatan kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan, klien

juga merasa nyeri pada prostat dan pinggang. Klien dengan BPH

aktivitasnya sering dibantu oleh keluarga.

5. Pola istirahat dan tidur

Pada pasien dengan BPH biasanya istirahat dan tidurnya terganggu,

disebabkan oleh nyeri pinggang dan BAK yang keluar terus menerus

dimana hal ini dapat mengganngu kenyamanan klien. Jadi perawat perlu

mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari, apakah ada perubahan

lama tidur sebelum dan selama sakit/ selama dirawat?

6. Pola konsep diri dan persepsi diri

Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas egonya

karena memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat

dilihat dari tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan

perilaku.

7. Pola kognitif- perseptual

klien BPH umumnya adalah orang tua, maka alat indra klien biasanya

terganggu karena pengaruh usia lanjut. Namun tidak semua pasien

Page 8: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

mengalami hal itu, jadi perawat perlu mengkaji bagaimana alat indra

klien, bagaimana status neurologis klien, apakah ada gangguan?

8. Pola peran dan hubungan

Pada pasien dengan BPH merasa rendah diri terhadap penyakit yang

diderita nya. Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya sosialisasi klien

dengan lingkungan sekitar. Perawat perlu mengkaji bagaimana hubungan

klien dengan keluarga dan masyarakat sekitar? apakah ada perubahan

peran selama klien sakit?

9. Pola reproduksi- seksual

Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang

mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan

seksualnya, takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim,

penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri

tekan pada prostat.

10. Pola pertahanan diri dan toleransi stres

Klien dengan BPH mengalami peningkatan stres karena memikirkan

pengobatan dan penyakit yang dideritanya menyebabkan klien tidak bisa

melakukan aktivitas seksual seperti biasanya, bisa terlihat dari perubahan

tingkah laku dan kegelisahan klien. Perawat perlu mengkaji bagaimana

klien menghadapi masalah yang dialami? Apakah klien menggunakan

obat-obatan untuk mengurangi stresnya?

11. Pola keyakinan dan nilai

Pasien BPH mengalami gangguan dalam hal keyakinan, seperti gangguan

dalam beribadah shalat, klien tidak bisa melaksanakannya, karena BAK

yang sering keluar tanpa disadari. Perawat juga perlu mengkaji apakah

ada pantangan dalam agama klien untuk proses pengobatan?

Pemeriksaan fisik

1. Abdomen: Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan

renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.

2. Kandung kemih

- Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik → retensi urine

- Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan

menimbulkan pasien ingin buang air kecil → retensi urine

Page 9: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

- Perkusi : Redup → residual urine

3. Pemeriksaan penis: uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya

stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.

4. Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) → posisi knee chest, syarat:

buli-buli kosong/dikosongkan. Tujuan: Menentukan konsistensi prostat

dan besar prostat.

Pemeriksaan penunjang

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas

dan biakan urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct

Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras

dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan

secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra

Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi

dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan

patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim

De Jong, 1997).

3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi

kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat

diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.

4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang

melalui perineum.

3. Diagnosa keperawatan

Page 10: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

Diagnosa Keperawatan BPH

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

2. Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan

C. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1. :Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

Tujuan :Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil :o Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.o Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi :

o Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)o Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta

penghilang nyeri.

Page 11: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

o Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)

o Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.o Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen

tegang)o Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasio Lakukan perawatan aseptik terapeutiko Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan 2. :Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan :Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan .

Kriteria hasil :o Klien akan melakukan perubahan perilaku.o Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.o Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan

berobat lanjutan.

Intervensi :

o Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu.o Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu;

dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.o Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.o Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.o Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.

3. Diagnosa Keperawatan 3. :Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan

Tujuan :Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi

Kriteria hasil :o Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.o Klien mengungkapan sudah bisa tidur.o Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.

Intervensi :

o Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari.

Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.

Page 12: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph

o Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri

(analgesik).

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2291647-diagnosa-keperawatan-bph/#ixzz0S9Siiuy0