88424759 kelompok 7 askep bph
TRANSCRIPT
![Page 1: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah
saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur, terutama
mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan pembesaran
organ yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik,
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius
memerlukan tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala
dan tanda ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai
sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat yang
diambil dari penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat (J.C.E Underwood, 1999).
Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang ditimbulkannya
sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH, sehingga pengobatan yang
diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan etiologinya. Terapi yang tidak tepat bisa
mengakibatkan terjadinya BPH berkepanjangan. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih
mendalam faktor-faktor penyebab (etiologi) BPH akan sangat membantu upaya
penatalaksanaan BPH secara tepat dan terarah.
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit BPH
mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera ditangani.
Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan bagaimana cara penyebaran
penyakit BPH, misalnya cara pembesaran prostat akan menyebabkan obstruksi uretra. Secara
kuratif perawat berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan tim
dokter. Aspek rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada anggota
keluarga cara merawat klien dengan BPH dirumah, serta memberikan penyuluhan tentang
pentingnya cara berkemih.
B. Tujuan penulisan
Memperoleh informasi tentang penyakit BPH dan asuhan keperawatannya.
C. Manfaat penulisan
D. Rumusan masalah
![Page 2: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian teori
1. Pengertian
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine,
dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi
sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat,
tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah
banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul
surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat,
tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder
neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram
dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis
terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah-
Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus
posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-
kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu,
dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan
melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga
sebagai adenomatus zone
Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika
seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra.
Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa
sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang
tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur
![Page 3: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/3.jpg)
kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan
jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu
ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan
berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan
ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang
juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang
berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan
peradangan.
3. Patofisiologi
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya
gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling
dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma
progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang
menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma
cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya
diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat
muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung
kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung
kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif.
Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih.
Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air,
natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan
drainage kateter.
Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan
hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban
solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa
merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium
akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-
lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran
prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah
prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai
akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam
mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari
![Page 4: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/4.jpg)
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat
detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan
apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila
berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
4. Manifestasi klinik
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak
selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien
dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
a. Retensi urin
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing
c. Miksi yang tidak puas
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)
e. Pada malam hari miksi harus mengejan
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)
g. Massa pada abdomen bagian bawahh.
h. Hematuriai.
i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm.
Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak
dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
5. Penatalaksanaan
Modalitas terapi BPH adalah :
1). Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien
2). Medikamentosa
![Page 5: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/5.jpg)
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat
tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis
rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.
3). Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a). Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
b). Klien dengan residual urin > 100 ml.
c). Klien dengan penyulit.
d). Terapi medikamentosa tidak berhasil.
e). Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
Pembedahan dapat dilakukan dengan :
a). TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95 % )
b). Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
c). Perianal Prostatectomy
d). Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
4). Alternatif lain (misalnya: Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi
Ultrasonik .
B. Asuhan keperawatan secara teoritis
1. Pengertian
Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dengan
menggunakan metode ilmiah secara sistematik untuk mengenal masalah klien dan
mencarikan alternatif pemecahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan klien guna
memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan hingga tahap maksimal. Adapun tahapan
dari proses keperawatan meliputi : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulan
informasi / data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
![Page 6: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/6.jpg)
Identitas pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat. Jenis kelamin dalam hal ini klien adalah laki - laki berusia lebih dari 50 tahun
dan biasanya banyak dijumpai pada ras Caucasian (Donna, D.I, 1991 : 1743).
Riwayat kesehatan
- Keluhan utama : Biasanya pasien yang mengalami BPH mempunyai
keluhan frekuensi dan inkontensia urine dan nyeri pada bagian simpisis
pubis.
- Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya klien akan mengeluhperasaan
tidak bisa mengosongkan vesika urinaria,frekuensi urinaria setiap
hari,berkemih pada malam hari,sering berkemih,menurunnya pancaran
urine.
- Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya gejala yang timbul pada klien BPH
salah satunya adalah uritritis.
- Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada masalah genetik pada BPH
Kebutuhan dasar menurut 11 pola gordon
1. Pola persepsi dan Manajemen kesehatan
Biasanya kasus BPH terjadi pada pasien laki-laki yang sudah tua, dan
pasien biasanya tidak memperdulikan hal ini, karena sering mengatakan
bahwa sakit yang diderita nya pengaruh umur yang sudah tua. Perawat
perlu mengkaji apakah klien mengetahui penyakit apa yang dideritanya?
Dan apa penyebab sakitnya saat ini?
2. Pola nutrisi dan metabolik
Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena efek
penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari
anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual,
muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi
masukan dan pengeluaran baik cairan maupun nutrisinya.
3. Pola eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh
pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam memulai
![Page 7: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/7.jpg)
aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan kandung kemih inkomplit,
frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan hematuria. Sedangkan pada
postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan invasif serta prosedur
pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk
mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi
warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan
dengan tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap
dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada
kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada post operasi BPH, karena
perubahan pola makan dan makanan.
4. Pola latihan- aktivitas
Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi klien yang lemah dan
terpasang traksi kateter selama 6 – 24 jam. Pada paha yang dilakukan
perekatan kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan, klien
juga merasa nyeri pada prostat dan pinggang. Klien dengan BPH
aktivitasnya sering dibantu oleh keluarga.
5. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien dengan BPH biasanya istirahat dan tidurnya terganggu,
disebabkan oleh nyeri pinggang dan BAK yang keluar terus menerus
dimana hal ini dapat mengganngu kenyamanan klien. Jadi perawat perlu
mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari, apakah ada perubahan
lama tidur sebelum dan selama sakit/ selama dirawat?
6. Pola konsep diri dan persepsi diri
Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas egonya
karena memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat
dilihat dari tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan
perilaku.
7. Pola kognitif- perseptual
klien BPH umumnya adalah orang tua, maka alat indra klien biasanya
terganggu karena pengaruh usia lanjut. Namun tidak semua pasien
![Page 8: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/8.jpg)
mengalami hal itu, jadi perawat perlu mengkaji bagaimana alat indra
klien, bagaimana status neurologis klien, apakah ada gangguan?
8. Pola peran dan hubungan
Pada pasien dengan BPH merasa rendah diri terhadap penyakit yang
diderita nya. Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya sosialisasi klien
dengan lingkungan sekitar. Perawat perlu mengkaji bagaimana hubungan
klien dengan keluarga dan masyarakat sekitar? apakah ada perubahan
peran selama klien sakit?
9. Pola reproduksi- seksual
Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang
mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan
seksualnya, takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim,
penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri
tekan pada prostat.
10. Pola pertahanan diri dan toleransi stres
Klien dengan BPH mengalami peningkatan stres karena memikirkan
pengobatan dan penyakit yang dideritanya menyebabkan klien tidak bisa
melakukan aktivitas seksual seperti biasanya, bisa terlihat dari perubahan
tingkah laku dan kegelisahan klien. Perawat perlu mengkaji bagaimana
klien menghadapi masalah yang dialami? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk mengurangi stresnya?
11. Pola keyakinan dan nilai
Pasien BPH mengalami gangguan dalam hal keyakinan, seperti gangguan
dalam beribadah shalat, klien tidak bisa melaksanakannya, karena BAK
yang sering keluar tanpa disadari. Perawat juga perlu mengkaji apakah
ada pantangan dalam agama klien untuk proses pengobatan?
Pemeriksaan fisik
1. Abdomen: Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan
renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
2. Kandung kemih
- Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik → retensi urine
- Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan
menimbulkan pasien ingin buang air kecil → retensi urine
![Page 9: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/9.jpg)
- Perkusi : Redup → residual urine
3. Pemeriksaan penis: uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya
stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.
4. Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) → posisi knee chest, syarat:
buli-buli kosong/dikosongkan. Tujuan: Menentukan konsistensi prostat
dan besar prostat.
Pemeriksaan penunjang
1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas
dan biakan urin
2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct
Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan
secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra
Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi
dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan
patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim
De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi
kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang
melalui perineum.
3. Diagnosa keperawatan
![Page 10: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/10.jpg)
Diagnosa Keperawatan BPH
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
2. Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
C. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1. :Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan :Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil :o Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.o Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi :
o Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)o Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
![Page 11: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/11.jpg)
o Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
o Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.o Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)o Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasio Lakukan perawatan aseptik terapeutiko Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan 2. :Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan .
Kriteria hasil :o Klien akan melakukan perubahan perilaku.o Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.o Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan
berobat lanjutan.
Intervensi :
o Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu.o Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu;
dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.o Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.o Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.o Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.
3. Diagnosa Keperawatan 3. :Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
Tujuan :Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi
Kriteria hasil :o Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.o Klien mengungkapan sudah bisa tidur.o Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.
Intervensi :
o Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari.
Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.
![Page 12: 88424759 Kelompok 7 Askep Bph](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022073120/55cf9c48550346d033a948d0/html5/thumbnails/12.jpg)
o Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri
(analgesik).
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2291647-diagnosa-keperawatan-bph/#ixzz0S9Siiuy0