5. bab ii

8
BAB II PEMBAHASAN 2.1Pengertian Konseling Menurut BAC (British Association of Conselling, 2001) kata konseling mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungannya mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis pribadi, psikoterapi atau pemecahan masalah. Tugas konseling memberikan kesempatan bagi klien untuk mengeksplorasi, menemukan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu. Jadi inti dari kegiatan konseling menekankan pada proses eksplorasi dan pemahaman diri. Istilah konseling sering digunakan untuk mengindikasikan hubungan profesional antara konselor yang telah terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu per individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk menolongnya mencapai tujuan penentuan diri (self determination) melalui berbagai pilihan yang telah 4

Upload: ayu-intan

Post on 13-Apr-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

komunikasi dan konseling

TRANSCRIPT

Page 1: 5. BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling

Menurut BAC (British Association of Conselling, 2001) kata konseling

mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungannya mungkin saja bersifat

pengembangan diri, dukungan terhadap krisis pribadi, psikoterapi atau pemecahan

masalah. Tugas konseling memberikan kesempatan bagi klien untuk

mengeksplorasi, menemukan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu. Jadi inti dari

kegiatan konseling menekankan pada proses eksplorasi dan pemahaman diri.

Istilah konseling sering digunakan untuk mengindikasikan hubungan

profesional antara konselor yang telah terlatih dengan klien. Hubungan ini

biasanya bersifat individu per individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari

satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien dalam memahami dan

menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk menolongnya

mencapai tujuan penentuan diri (self determination) melalui berbagai pilihan yang

telah diinformasikan dengan baik dan bermakna bagi klien, melalui pemecahan

masalah emosi atau karakter interpersonal. Jadi konseling lebih menekankan pada

pola hubungan profesional dan bertujuan penemuan diri (Buks dan Steffire, 1997).

Pernyataan serupa juga disampaikan Gerald Corey (1987), yang

mengemukakan bahwa konseling adalah terapi yang bertujuan untuk memberikan

penyusunan kembali kepribadian seseorang, termasuk usaha-usaha penyembuhan

gangguan emosi, gangguan penyesuaian diri di lingkungan, pencapaian aktualisasi

diri, reduksi rasa cemas dan penghapusan perilaku maladaptif menuju

pembelajaran perilaku adaptif.

Selanjutnya, Feltham dan Dryden (1993) mengatakan bahwa konseling

merupakan sebuah profesi yang dibutuhkan oleh orang-orang yang berada dalam 4

Page 2: 5. BAB II

5

tekanan dan kebingungan, dimana calon klien yang berhasrat untuk

mendiskusikan dan memecahkan semua persoalannya dalam sebuah hubungan

yang lebih terkontrol, lebih pribadi dibandingkan pertemanan, lebih simpatik dan

bertujuan pada perubahan perilaku, perbaikan pemeliharaan, menetapkan

hubungan interpersonal, menambah efektifitas dalam menyelesaikan masalah

sehingga klien mampu mengambil keputusan dan mengembangkan potensinya.

Sementara Bernard dan Fuller (dalam Pieter dan Namora Lubis, 2010)

mengatakan bahwa konseling bukan hanya suatu peristiwa yang terjadi di antara

dua individu, melainkan juga merupakan institusi sosial yang tertanam dalam

kultur masayarakat. Konseling dianggap suatu pekerjaan, disiplin keilmuan dan

profesi sehingga konseling merupakan bagian komprehensif dalam menolong

individu untuk tumbuh dengan memilih dan menentukan solusi tepat guna

memupuk perasaan berharga, berguna dan bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

konseling merupakan kegiatan profesional. Artinya dilaksanakan oleh konselor

yang telah memiliki kualifikasi profesional dalam pengetahuan, keterampilan,

pengalaman dan kualitas pribadi. Kegiatan profesioanal yang dimaksud adalah

bukan merupakan bentuk hubungan sosial, namun suatu pelayanan melalui

serangkaian wawancara tatap muka (pertemuan langsung) antara konselor dan

klien untuk memberikan bantuan secara individu kepada klien dalam pengambilan

keputusan atas problem yang dihadapi.

2.2 Tujuan Konseling

Haris (dalam Corey, 1988) mengatakan bahwa ada beberapa alasan

mengapa orang membutuhkan konseling, diantaranya mereka cukup menderita

terhadap masalah dan berniat untuk menghentikan, adanya keputusasaan pada

masalahnya dan adanya kejenuhan mengahadapi masalah yang tidak kunjung

selesai dan keinginan mereka untuk bisa berubah.

Menurut Corey (1988), tujuan konseling adalah membantu memecahkan

masalah, meningkatkan keefektifan seseorang dalam pengambilan keputusan,

Page 3: 5. BAB II

6

membantu kebutuhan klien, seperti menghilangkan perasaan tertekan,

mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif, mengubah sikap dan

pola tingkah laku yang negatif menjadi positif, dan yang merugikan klien menjadi

menguntungkan klien.

Adapun menurut Mc Leod (2008), tujuan dari kegiatan konseling antara

lain :

1. Pemahaman, yakni melalui konseling seseorang memahami terhadap akar

dan perkembangan kesulitan emosi, mengarah kepada peningkatan

kapasitas untuk lebih memilih kontrol yang rasional ketimbang perasaan

dan tindakan.

2. Berhubungan dengan orang lain. Dengan mengikuti konseling diharapkan

seseorang akan menjadi lebih dapat membentuk dan mempertahankan

hubungan yang bermakna dan memuaskan, misalnya dalam keluarga atau

tempat kerja.

3. Kesadaran diri. Seseorang akan menjadi lebih peka terhadap pemikiran

dan perasaan yang selama ini ditahan (ditolak). Disini tujuan konseling

sebagai usaha mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan

dengan sikap penerimaan orang lain terhadap dirinya.

4. Penerimaan diri. Melalui konseling diharapkan seseorang lebih dapat

mengembangkan sikap positif terhadap dirinya yang ditandai dengan

kemampuan menjelaskan pengalaman yang senantiasa menjadi subjek

kritik diri dan penolakan.

5. Aktualisasi diri. Konseling tidak lain bertujuan untuk pergerakan ke arah

pemenuhan potensi dan penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya

saling bertentangan.

6. Pemecahan masalah. Pemecahan masalah tertentu yang tidak bisa

dipecahkan oleh klien sendiri menuntut kompetensi dari seorang konselor.

7. Pencerahan. Dengan konseling, konselor dapat membantu klien untuk

mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

8. Pendidikan psikologi. Digunakan untuk membuat klien bisa

mengungkapkan ide dan teknik memahami dan mengontrol perilaku.

Page 4: 5. BAB II

7

9. Pengubahan kognitif. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tidak

rasional atau pola pemikiran yang maladaptif yang diasosiasikan dengan

perilaku dekstruktif.

10. Memiliki keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan

sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak

menyela pembicaraan orang lain, pengendalian emosi, kemarahan dan

asertif.

11. Perubahan tingkah laku. Modifikasi atau penggantian pola tingkah laku

maladaptif.

12. Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan berbagai cara

beroperasinya sistem sosial, misalnya keluarga.

13. Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran dan pengetahuan

yang akan membuat klien lebih mampu untuk mengontrol kehidupannya.

14. Restitusi, yakni membantu klien membuat perubahan kecil terhadap

perilaku maladaptif.

15. Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang

tentang hasrat dan kapasitas untuk peduli kepada orang lain.

2.3 Konseling dalam Pelayanan Kebidanan

Konseling dalam kebidanan merupakan proses pemberian informasi yang

lebih objektif dan lengkap yang dilakukan secara sistematik berdasarkan panduan

keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan, penguasaan

pengetahuan klinik yang bertujuan membantu klien mengenali kondisinya saat ini,

masalah yang dihadapi klien dan membantunya untuk menentukan solusi atau

jalan keluar dalam upaya mengatasi masalah-masalahnya.

Dalam praktik kebidanan, peran konseling begitu banyak ditawarkan

dalam konteks hubungan dan fokus utamanya untuk pemecahan masalah, karena

kita tahu bahwa klien yang mengalami kesukaran berarti : (a) dia tidak tahu apa

penyebab kesukarannya; (b) mungkin dia tahu akar penyebab kesukarannya, akan

tetapi tidak mau mengemukakan kesukarannya; (c) mungkin klien mau

Page 5: 5. BAB II

8

mengemukakan kesukarannya, namun bukan penyebab kesukaran yang benar; (d)

menganggap penyebab kesukaran sebagai hal biasa atau tidak mempersulit

keadaan.

Sebagai salah satu ilustrasi, seorang ibu hamil yang mengalami stres.

Setelah ditelusuri selama mengikuti konseling dengan bidan ternyata ditemukan

bahwa sumber-sumber penyebab dari kesukarannya adalah perasaan benci pada

ibu mertuanya. Namun, untuk mengemukakan rasa benci pada ibu mertuanya

dianggap tidak etis, tidak baik dan melanggar norma agama. Kemudian dia

mengalihkan rasa bencinya kepada hal-hal yang dianggap lebih aman dan tidak

mempersulit dirinya.

Mayoritas klien atau pasien yang mengikuti konseling dengan bidan

terdapat hubungan unik di antara mereka. Dalam konseling singkat tersebut bidan

berusaha untuk melihat berbagai kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi

klien. Dengan adanya perhatian dan perasaan empati dari bidan menjadikan bidan

sebagai orang yang spesial dan orang yang dapat dipercaya. Melalui pengalaman-

pengalaman seperti ini menjadikan bidan sebagai daya tarik bagi klien untuk

mengikuti sesi konseling berikutnya.

Namun, perlu diketahui oleh para bidan bahwa kegiatan konseling harus

dipahami dari sudut konteks sosial dan kultural. Artinya baik bidan dan klien

harus melakukan peran-peran sosial dan berbagai metode yang digunakan dalam

partisipan konseling, terutama untuk melogiskan tujuan dan intervensi kerja

konseling kebidanan dibentuk oleh kultur dimana mereka hidup.