44520185 sistem produksi dan manajemen lingkungan industri kelapa sawit ptpn i tanjung seumantoh

Download 44520185 Sistem Produksi Dan Manajemen Lingkungan Industri Kelapa Sawit PTPN I Tanjung Seumantoh

If you can't read please download the document

Upload: ade-muslimin-madridista

Post on 27-Oct-2015

208 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

    MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI

    DAN SITEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

    DDII PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I TANJUNG

    SEUMANTOH, ACEH TAMIANG

    Oleh

    AGUNG UTOMO

    F34070012

    2010

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sektor pertanian umumnya dan sektor perkebunan khususnya memiliki peran

    yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam kondisi perekonomian

    Indonesia sekarang ini, akibat nilai tukar dolar terhadap rupiah yang cenderung

    meningkat dan tidak menentu, maka harga berbagai kebutuhan impor kebutuhan

    konsumsi maupun bahan baku industri nasional semakin mahal, berbagai jenis industri

    yang berbahan baku impor terancam bangkrut, bahkan banyak yang gulung tikar. Untuk

    itu kita perlu bekerja sama dalam rangka menggairahkan roda perekonomian nasional

    yang berdasarkan pada pemanfaatan sumber daya alam secara lebih produktif dan

    ekonomis, serta memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

    Saat ini sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar.

    Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern,

    jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan kearah

    kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis bagi

    perkembangan industri kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis dengan

    penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri adalah salah

    satu cabang industri yang mempunyai kaitan antara industri hulu dan hilir yang erat dan

    langsung dengan pertanian. Kaitan dengan industri hulu merupakan persyaratan

    persyaratan awal dalam kegiatan pembudidayaan pertanian.

    Disamping itu, melihat perkembangan harga minyak sawit di pasaran

    internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit akan menjadi andalan

    devisa di masa depan. Untuk bisa bersaing di pasar global, perkembangan dan

    persyaratan perdagangan internasional perlu di antisipasi. Industri kelapa sawit nasional

    mengalami perkembangan menggembirakan . Pertambahan kebun kelapa sawit mencapai

    lima juta hektar dan hal itupun dibuktikan oleh kontribusi minyak sawit terhadap ekspor

    nasional yang mencapaia enam persen. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26

    persen dari total konsumsi minyak makan di dunia (Ditjenbun.2006).

    Namun dampak positif dari perkembangan sector agroindustri umumnya dan

    perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap

    lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat, dan gas dari kegiatan kebun dan

    pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak

    negative dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus

    meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan

    peraturan perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri

    secara sukarela dan pendekatan instrument-instrumen ekonomi.

    Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan

    kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

    lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi

    pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan secara terus

    menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko

    terhadap manusia dan lingkungan. Proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah

    dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain.

  • 3

    Dengan demikian, proses-proses industri akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja

    baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

    B. Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Praktek Lapangan ini adalah:

    1. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan kemampuan profesi mahasiswa melalui

    penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, latihan kerja dan pengamatan langsung ke

    dunia kerja secara nyata.

    2. Menganalisa dan mengobservasi permasalahan di lapangan terutama dalam aspek

    manajemen lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan

    tersebut.

    3. Mempelajari sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA I.

    4. Memperkuat hubungan kerjasama antara Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan PT

    PERKEBUNAN NUSANTARA I.

    5. Memperoleh pengalaman bekerja sesuai dengan bidang profesi yang ditekuni oleh

    mahasiswa yang bersangkutan dan menambah kemampuan beradaptasi dengan

    lingkungan kerja pada suatu wilayah industri.

    C. Tempat dan Waktu Praktek Lapangan

    Praktek Lapangan ini dilaksanakan di PT PERKEBUNAN NUSANTARA I

    Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang. Dengan waktu Praktek Lapangan selama 40 hari

    kerja efektif antara tanggal 5 juli - 22 Agustus 2010.

    D. Metode Pelaksana

    Dalam pelaksanaan Praktek Lapangan akan digunakan beberapa metode untuk

    menghasilkan data dan analisa yang tepat, yaitu :

    Pengamatan di Lapangan

    Pengamatan langsung di lapangan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan aspek

    sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA I.

    Wawancara dan Diskusi

    Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan data serta untuk

    mengklarifikasi masalah yang terjadi di lapangan dengan menanyakan langsung kepada

    pihak yang berkepentingan terkait dengan topik yang ada.

    Praktek Langsung

    Kegiatan praktek langsung dilakukan untuk memperoleh pengalaman di

    dunia kerja dan mempelajari kesesuaian antara teori dengan praktek di

    lapangan mengenai hal yang berkaitan dengan aspek sistem manajemen

    lingkungan serta hal-hal lain yang terkait.

    \

  • 4

    Studi Pustaka

    Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan

    kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi pustaka maupun data dan informasi

    yang diperoleh dari industri.

    Pembahasan dan Penulisan Laporan

    Laporan dibuat dengan menganalisis data dan informasi yang diperoleh

    dan dituangkan secara sistematis dan jelas dalam bentuk laporan Praktek

    Lapangan.

  • 5

    II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

    A. Sejarah Perusahaan

    PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan yang dimiliki oleh Negara

    yang berorientasi di bbidang perkebunan dan pengolahan . Perkebunan kelapa sawit di

    PTP Nusantara I ini mulai berkembang pada tahun 1975 yang di sponsori oleh PTP VI

    dan PTP VII dari sumatera utara dengan bantuan bank dunia. PT Perkebunan Nusantara I

    (Persero), disingkat PTPN I, dibentuk berdasarkan PP No. 6 Tahun 1996, tanggal 14

    Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

    ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Daerah Istimewa (DI) Aceh dari eks PTP I,

    V dan PT Cot Girek.

    PTPN I mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi

    seluas 80.343 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 46.377 ha,

    karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri +

    inti, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari

    areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha.

    PT. Perkebunan Nusantara I berpusat di kota langsa yang mempunyai areal

    kebun seperti yang tertera d bawah ini :

    a. Kebun Lama.

    b. Kebun Baru.

    c. Kebun Karang Inong.

    d. Kebun Julok Rayeuk Utara.

    e. Kebun Julok Rayeuk Selatan.

    f. Kebun Pulau Tiga.

    g. Kebun Tualang Sawit.

    h. Kebun Cot Girek.

    i. Kebun Krueng Luas.

    j. Kebun Batee Puteh.

    Akhir pelita I tahun 1973 PTPN-I terdiri dari kebun karet dan kebun kelapa

    sawit dengan perbandingan karet 70% dan kelapa sawit 53 %. Untuk kebun lama, kebun

    baru, dan kebun Tualang Sawit, pengolahan kelapa sawit berpusat di pabrik Tanjung

    Seumantoh. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit Tanjung Seumantoh ini

    dilakukan oleh direksi PTPN-I langsa pada tanggal 17 juli 1970 dan selesai pada awal

    tahun 1980 yang langsung diresmikan oleh bapak menteri pertanian prof. Ir. Sudarsono

    Hadi Saputro pada tanggal 9 Februari 1980.

    B. Lokasi dan Tata Letak Pabrik

    Pabrik kelapa sawit (PKS) dan pabrik inti sawit (PIS) Tanjung Seumantoh

    terdapat di daerah yang strategis, pabrik ini terletak di daerah kawasan Kuala Simpang,

    Aceh Tamiang. Pabrik kelapa sawit terletak di desa Tanjung seumantoh, kecamatan

    Karang Baru yang berbatasan dengan:

    Sebelah timur dengan Simpang Empat Opak.

    Sebelah Barat dengan perkebunan Tanjung Seumantoh (PTP I Kebun Lama).

    Sebelah Utara dengan desa Pahlawan.

  • 6

    Sebelah selatan dengan desa Tanjung Seumantoh.

    Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan :

    Dekat dengan transportasi antar kota yang berguna untuk lancarnya pengiriman

    produksi, sehingga memudahkan pemasaran produksi.

    Bahan baku dekat dengan pabrik, sehingga dapat menghemat biaya

    pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan pengolahan dapat dilakukan dengan

    baik yang akhirnya produksi berjalan sempurna.

    Dekat dengan sumber air, yang berasal dari sungai Tamiang yang berjarak 1 km

    dari lokasi pabrik.

    Jarak dari kuala simpang 11 km melalui jalan raya.

    Jarak dari jalan raya ke lokasi pabrik sekitar 400 meter.

    C. Luas Area, Sarana dan Prasarana Perusahaan

    1. Area

    Untuk keperluan pengolahan PKS Tanjung Seumantoh dengan

    pengembangannya telah dibebaskan tanah dengan luas perkebunan secara keseluruhan

    3.500 Hektar. Sumber bahan baku pengolahan berasal dari kebun perusahaan sendiri dan

    dari kebun petani.

    2. Sarana dan Prasarana perusahaan

    Penyediaan sarana dan prasarana merupakan suatu syarat sangat penting dalam

    suatu pabrik. Pengolahan kelapa sawit adalah suatu proses untuk menghasilkan minyak

    kelapa sawit yang melalui tahap perebusan, pemipilan, pelumatan, pengempaan,

    pemisahan, pengeringan, dan penimbunan. Dengan demikian akan diperoleh suatu produk

    akhir yaitu minyak kelapa sawit.

    2.1 Sarana pengolahan air(Water Treatment).

    Air pada parik kelapa sawit Tanjung seumantoh berasal dari sungai Tamiang

    yang berjarak 1.8 km dari lokasi pabrik. Air merupakan kebutuhan yang sangat

    penting karena air akan diolah untuk menghasilkan steam yang dibutuhkan dalam

    pengolahan dan pengoperasian pabrik. Air yang dihasilkan dari pengolahan air ini

    harus memenuhi standar air umpan boiler.

    Kolam penampungan (Water Base)

    Air dari sungai Tamiang dipompakan kedalam kolam penampungan.

    Pada kola mini terjadi pengendapan (lumpur dan kotoran) secara alami. Dari

    kola mini air dipompakan ke clarifier tank.

    Tangki pengendapan (Clarifier Tank)

    Clarifier tank ini dilengkapi dengann sekat-sekat untuk membantu

    proses pengendapan. Ke dalam clarifier diinjeksikan bahan kimia yang berupa

    soda ash dan tawas. Soda ash berfungsi sebgai pengatur pH yakni berkisar antara

    6-7, sedangkan tawas berfungsi mengumpulkan kotoran dalam air, sehngga

  • 7

    mengendap dalam dasar tangki. Air pada bagian atas dialirkan ke reservoir tank

    yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke sand filter.

    Penyaringan pasir (Sand Filter)

    Air dari reservoir tank dipompakan sand filter. Air ini masih

    mengansung padatan tersuspensi sehingga dalam sand filter air disaring melalui

    pasir halus pada permukaan pasir dan air mengalir melalui bagian bawah dan

    dipompakan ke water tower. Pada water tower pertama, air yang telah bersih

    dialirkan ke komplek perumahan, sedangkan pada tower kedua airnya agak

    keruh maka akan dialirkan untuk keperluan pengolahan air umpan boiler,

    keperluan domestic, keperluan proses dan sebagainya.

    Tangki penukar kation

    Untuk air umpan boiler, air yang digunakan berasal dari water tower

    yang dipompakan ke tangki penukar kation. Tangki penukar kation ini berisi

    resin kation yang bersifat asam. Yang berfungsi menghilangkan atau

    mengurangi kesadahan yang disebabkan oleh garam Ca2+ dan Mg2+ dalam air,

    menghilangkan atau mengurangi alkalinitas dari garam alkali, dan mengurangi

    zat-zat padatan terlarut yang menyebabkan kerak pada ketel,misalnya :

    2(Res.SO3)Na+ + Ca2+ (solute) (Res.SO3)2Ca

    2+ + 2Na+ (solute)

    (Res.SO3)H+ + Na2+Cl- (solute) (Res.SO3)Na

    + + HCl- (solute)

    (Res.SO-)H+ + NaOH- (solute) (Res.SO3)Na+ + H2O

    (solute)

    Pada proses ini terjadi penukaran ion antara kation-kation Ca+ dan Mg2+

    serta ion dalam air dengan kation H dalam resin. Pada suatu saat resin ini akan

    jenuh, maka untuk regenerasi atau mengaktifkan kembali resin harus

    diinjeksikan larutan asam sulfat (H2SO4) ke dalam tangki selama 24 jam.

    Degasifier tank

    Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation maka air

    tersebut dialirkan ke degasifier tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas

    CO2, kemudian air tersebut dialirkan ke tangki penukar anion.

    Tangki penukar anion

    Fungsi tangki penukar ion adalah menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3,

    HCl, H2SiO3 yang terbentuk pada tangki penukar kation yang menyebabkan pH

    menjadi tinggi, menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral

    sehingga air yang dihasilkan hamper tidak mengandung semua garam-garam

    mineral.

    2(Res.NMe3+)Cl- + SO4

    2-(solute) (Res.NMe3

    +)2SO42-+2Cl- (solute)

    (Res.NMe3+)Cl- + OH-(solute) (Res.NMe3

    +)2OH- + Cl- (solute)

    (Res.SO-)OH- + H+Cl- (solute) (Res.SO3)2Cl- + H2O

    (solute)

    Pada suatu saat resin akan mengalami penjenuhan, maka untuk

    meregenerasi kembali resin tersebut , dilakukan penginjeksian larutan NaOH

    selama 24 jam.

  • 8

    Feed Water Tank

    Air yang berasal dari tangki penukar anion dikumpulkan dalam feed

    water tank dan dipanasi dengan menggunakan steam hingga temperatur 800c.

    pemanasan bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada deaerator.

    Deaerator

    Deaerasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang

    terlarut dalam air, yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak

    pada pipa-pipa boiler. Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan

    cara pemanasan dengan mengunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam

    air yang berlawanan arah dengan aliran air. Temperature didalam tangki dijaga

    konstan, temperature air di sekitarnya yaitu sebesar 80-900c.

    Air yang keluar dari deaerator diberikan bahan kimia sebelum masuk ke boiler

    yang berguna untuk menurunkan pH, mencegah terjadinya korosi dan

    pembentukan keak pada ketel.

    2.2 Pembangkit tenaga (Power Plant)

    Pembangkit tenaga adalah tenaga penggerak dari generator yang digerakkan oleh

    turbin boiler, turbin dan back pressure vessel.

    Boiler

    Untuk mendapatkan tenaga uap dan listrik yang digunakan dalam

    proses pengolahan, maka air yang berasal dari tanki deaerator diproses dalam

    boiler. Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit yang

    berupa serabut (fibre) dan cankang.

    Gambar 1. Penampakan Boiler

    Gambar 2. Pembakaran Bahan Bakar pada Boiler

  • 9

    Turbin Uap

    Uap yang dihasilkan boiler untuk menggerakkan sudut-sudut turbin dan

    untuk menggerakkan generator yang porosnya dikopel dengan poros roda gigi.

    Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan menghasilkan

    tenaga listrik yang akan digunakan untuk menggerakkan motor-motor dalam

    proses pengolahan.

    Mesin Diesel

    Pada pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh terdapat tiga unit mesin

    diesel dengan kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit

    berkapasitas 287,5 KVA. Mesin diesel dengan kapasitas 250 KVA selalu

    dioperasikan pada saat yang sama untuk memenuhi kebutuhan beban di pabrik

    dan perumahan, sedangkan mesin diesel yang berkapasitas 287,5 KVA

    dioperasikan hanya pada waktu tertentu.

    Gambar 3. mesin pembangkit diesel

    Back Pressure Vessel

    Sisa uap yang dihasilkan oleh turbin dikumpulkan dalam suatu instalasi yang

    disebut BPV. Uap ini akan digunakan untuk proses pengolahan pada alat-alat

    yang memerlukan uap, seperti pada proses perebusan, pelumatan, dan

    pemanasan.

    2.3 Laboraturium

    Laboraturium berfungsi untuk mengontrol kualitas produksi dan jalannya proses

    produksi. Pada laboraturium dilakukan uji analisa mutu seperti uji mutu air, mutu buah,

    dan uji mutu produksi. Pada laboraturium juga melakukan perhitungan terhadap kerugian

    (losses) yang terjadi selama proses pengolahan.

    Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanasan, analisa yang

    digunakan untuk melihat mutu air adalah kadar pH, tingkat kesadahan, analisa TDS,

    kadar silica, alkalinitas. Untuk melihat mutu buah kelapa sawit maka dilakukan analisa

    dengan cara sortasi. Selama berlangsungnya proses pengolahan, losses yang terjadi tidak

    boleh melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 9 %. Untuk melakukan uji analisa

    losses, sampel yang diambil yaitu air rebusan, tandan kosong, pada ampas press, nutten,

    sludge separator, fat pit, cangkang, dan pada fibre cyclone.

  • 10

    Gambar 4. laboraturium PTPN-I Tanjung Seumantoh

    2.4 Sarana Pengolahan Limbah

    Pada pelaksanaannya, proses pengolahn pada pabrik kelapa sawit Tanjung

    Seumantoh ini menghasilkan limbah-limbah yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah

    gas.

    2.4.1 Limbah cair

    Sarana untuk mengolah limbah cair yaitu Fat pit, Neutralizing pond, Anaerobic

    pond, Facultative pond, Kolam penampungan sementara, dan Aerobic pond.

    2.4.2 Limbah Padat

    Pengolahan limbah padat yaitu dengan pembakaran menggunakan incinerator.

    D. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

    PTPN-I Tanjung Seumantoh memakai sistem organisasi lini, yaitu pada

    pelaksanaannya di dalam organisasi ini hanya ada satu komando.

    1. Manajer / Kepala Pabrik

    Kepala pabrik atau manajer bertanggung jawab kepada direktur produksi atau

    secara langsung pada direktur utama PTPN-I terhadap pemanfaatan semua unsure

    produksi, asset PKS dan PIS Tanjung Seumantoh dan hubungan baik dengan unsure-

    unsur terkait secara optimal untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Manajer juga

    berwenang memanfaatkan segala sumber daya yang ada di PKS Tanjung Seumantoh dan

    berwenang mengambil keputusan yang sifatnya menentukan dmei kepentingan

    perusahaan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan.

    2. Masinis kepala (MASKEP)

    Masinis kepala bertanggung jawab kepada manager atas tugasnya dalam

    mengkoordinir asisten pengolahan, asisten laboraturium dan asiten teknik dalam

    menerapkan teknologi untuk pengoperasian pabrik agar dapat mencapai hasil yang

    maksimal dan memenuhi persyaratan teknis dan nonteknis lainnya yang menyatakan

    kepada RKAP, emngkoordinir SDM dibawahnya, termasuk pengiriman hasil produksi.

    Masinis kepala berwenang untuk memerintah dan memanfaatkan secara langsung seluruh

    tenaga kerja yang berada di bawah pengawasannya dan memutuskan serta member

    instruksi kerja, pengarahan dalam bidang teknologi, dan lain-lain.

  • 11

    3. Kepala Tata Usaha

    Kepala Tata Usaha bertanggung jawab dalam penyusunan daftar gaji karyawan

    dan mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu. Kepala Tata Usaha

    juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang administrasi untuk

    mencapai sasaran RKAP.

    4. Asisten Laboraturium

    Asisten laboraturium bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan analisa di

    laboraturium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna mengendalikan jalannya proses

    pengolahan TBS, inti sawit, air ketel dan air limbah agar mutu dan kerugian yang timbul

    berada dalam batas normal, termasuk menghitung persediaan dan pengiriman produksi

    sehingga kualitas produksi dapat dikontrol.

    5. Asisten Pengolahan

    Asisten pengolahan bertanggung jawab dalam mengoperasikan PKS dan PIS

    untuk menghasilkan minyak sawit, minyak inti sawit serta limbah, melaksanakan

    pengolahan sesuai jadwal yang ditentukan termasuk pengendalian limbah PKS sehingga

    mencapai hasil yang optimal dan melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung

    jawab serta menyusun laporan harian.

    6. Asisten Teknik

    Asisten teknik bertanggung jawab dalam mengoperasikan mesin-mesin proses

    dan mesin-mesin pembangkit tnaga serta mesin-mesin penggerak instalasi sehingga tidak

    mengganggu aktivitas pengolahan pabrik.

    7. Mandor

    Mandor berfungsi sebagai pembantu asisten. Mandor bertugas mengawasi para

    pekerja yang berada dibawah tangggung jawabnya dan membantu segala tanggung jawab

    asisten.

    8. Pekerja

    Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah dari mandor

    masing-masing yang bertugas pada saat itu. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pekerja

    lapangan dikenal dengan sebutan buruh. Buruh-buruh ini terikat kontrak dengan jangka

    waktu tertentu, buruh ini juga disebut buruh harian lapang. Semua hal yang berkaitan

    dengan buruh ini diatur dalam sebuah serikat yang bernama serikat pekerja perkebunan

    (SPBUN).

  • 12

    III. PROSES PRODUKSI

    A. Bahan Baku Produksi

    Bahan baku dalam proses produksi minyak kelapa sawit adalah tanaman kelapa

    sawit. Kelapa Sawit terdiri daripada spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan

    untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk

    tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa

    tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah

    kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak.

    Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit

    dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki

    cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya

    tandan buahnya besar besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera

    buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang

    menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini

    dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing masing induk dengan sifat

    cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul

    persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya

    dapat mencapai 28% (Soehardiyono1998).

    Kelapa sawit dikirim ke pabrik menggunakan truk-truk pengangkut dari dua

    sumber yaitu kebun milik PTPN-I dan kebun rakyat. Penanganan bahan baku dibedakan

    berdasarkan sumber bahan baku. Pada pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh, buah

    kelapa sawit yang digunakan adalah buah yang telah mengalami proses sortasi. Proses

    sortasi dilakukan dengan memilih buah kelapa sawit berdasarkan fraksinya. Tandan buah

    segar kelapa sawit memiliki kriteria panen berdasarkan fraksinya yaitu fraksi 00 - fraksi

    V. Fraksi yang diinginkan pada proses pengolahan adalah fraksi I, II, dan fraksi III,

    sedangkan fraksi 00, 0, IV, dan fraksi V diharapkan sedikit mungkin masuk pada saat

    proses pengolahan.

    Tabel 1. kriteria panen dan syarat mutu TBS

    No Kematangan Fraksi Jumlah Brondol Keterangan

    1

    Mentah

    00

    0

    Tidak ada, buah

    berwarna hitam

    1-12.5% buah luar

    membrondol

    Sangat mentah

    Mentah

    2

    Matang

    I

    II

    III

    12.5-25% buah luar

    membrondol

    25-50% buah luar

    membrondol

    50-75% buah luar

    membrondol

    Kurang matang

    Matang I

    Matang II

    3

    Lewat Matang

    IV

    70-100% buah luar

    membrondol

    Lewat matang I

  • 13

    V Buah dalam juga

    membrondol, ada buah

    yang busuk

    Lewat matang II

    Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982.

    B. Sarana Produksi

    Sarana produksi terdiri dari mesin dan peralatan yang digunakan pada tiap

    proses produksi. Mesin dan peralatan merupakan suatu perlengkapan yang digunakan

    ntuk membantu dalam menyelesaikan suatu proses produksi sehingga waktu penyelesaian

    menjadi lebih singkat dengan jumlah produk yang lebih banyak. PTPN-I Tanjung

    Seumentoh menggunakan sarana produksi yang mendukung kinerja proses produksinya.

    Sarana tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan dalam setiap proses yang ada

    di pabrik. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh proses dilakukan dalam produksi CPO

    (crude palm oil) pengolahan biji sawit, dan pengolahan inti sawit. Mesin dan peralatan

    yang digunakan pada proses pengolahan daging (buah), biji sawit, dan inti sawit adalah

    sebagai berikut :

    1. Tahapan penerimaan buah (Fruit Reception Stasion).

    Stasiun penerimaan buah terdiri dari tempat penimbangan bahan masuk, sortasi

    bahan yang terdiri dari dua loading rump sesuai sumber kelapa sawit yaitu kebun

    PTPN-I dan kebun pihak ke-3 (kebun rakyat), keranjang penampung, dan lori

    pengakut kelapa sawit dengan kapasitas 2,4 ton /lori. Pada PTPN-I terdapat 40 lori.

    2. Tahapan perebusan (Sterilizing Station).

    Stasiun perebusan terdapat alat sterilizer yaitu suatu bejana yang digunakan

    untuk melakukan perebusan tandan buah segar. Pada pabrik PTPN-I terdapat 4 unit

    sterilizer, pada setiap sterilizer terdapat 10 lori.

    3. Tahapan penebah (Threshing Station).

    Stasiun penebah terdiri dari hopper ( penampung buah hasil rebusan), hosting

    crane (alat pengangkut lori ke thresher), automatic bunch feeder (mengatur

    meluncurnya buah agar tidak masuk sekaligus ke drum berputar), drum bunch

    thresher (tempat perontokan buah dari tandan dengan kecepatan 23-25 rpm).

    4. Tahapan kempa (Pressing Station).

    Stasiun pengempaan terdapat alat pelumat (digester), alat pengempa (screw

    press), tangki pemisah pasir (Desanding Device), ayakan getar (vibrating Screen),

    dan tangki penampung (Crude Oil Tank).

    5. Tahapan Pemurnian Minyak (Clarification Station).

    Stasiun pemurnian minyak terdiri dari CST (continuous settling tank), POT

    (pure oil tank), vakum dryer, sludge oil tank, sludge separator, decanter, Fat Pit, dan

    Storage Tank.

  • 14

    6. Tahapan Pengolahan biji sawit (Nut Plant Station).

    Pada stasiun ini terdapat Cake Breaker Conveyor, Depericarper, Nut Silo, Ripple

    Mill, Cracked Mixture Separating Columm, Claybath,dan Kernel Silo.

    7. Proses pengolahan inti sawit

    Pada proses ini, mesin dan peralatan yang digunakan adalah mulai dari rolling

    mill, broken kernel conveyor, broken kernel elevator, flacking mill, flakes conveyor,

    flkes elevator, conditioner, screw press, filter press, vibrating screen, sampai

    berakhir di storage tank. Rolling mill dilengkapi dengan magnetic trap yang secara

    khusus menangkap benda-benda asing yang terbuat dari logam yang bercampur

    dengan inti sawit. Rolling mill memiliki tingkat ketebalan yang berbeda yaitu

    berturut-turut tingkat tebal inti yang dihasilkan pada tingkat I-II yaitu menjadi 1.5

    mm, 1.3 mm, dan 1 mm. Flacking mill yaitu alat yang terdiri dari dua buah roll yang

    tidak bergerigi untuk menipiskan kembali inti sawit yang telah melalui rolling mill

    tersebut, sehingga mencapai ketebalan 0.3 mm. Conditioner adalah suatu instalasi

    yang berfungsi untuk penggorengan inti sawit yang telah tipis.

    C. Proses Produksi

    Proses pengolahan dibagi menjadi beberapa proses produksi yaitu proses

    produksi CPO (crude palm oil) dan pengolahan biji sawit, serta pengolahan inti sawit.

    Proses produksi CPO pada PTPN-I Tanjung seumantoh terbagi atas beberapa tahap yang

    dilakukan di beberapa station. Station-station pada proses pengolahan kelapa sawit yaitu

    station penerimaan buah, perebusan, penebah, kempa, pemurnian minyak, dan

    pengolahan. Proses pengolahan TBS dimulai dengan persiapan TBS di loading rump,

    perebusan, penebahan, pengepresan, pengolahan, pemurnian hingga berakhir di storage

    tank. Berbagai perlakuan harus dipenuhi dalam proses pengolahan ini sehingga dihasilkan

    minyak kelapa sawit yang berkualitas baik.

    C.1. Pabrik Kelapa Sawit

    1. Tahapan Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

    Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah. Tandan buah segar (TBS)

    yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik untuk ditimbang terlebih dahulu.

    Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah pemetikan (diterima pabrik maksimum

    24 jam setelah dipetik). Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kandungan

    kadar asam lemak bebas yang tinggi pada kelapa sawit akibat keterlambatan

    pemrosesan. Untuk mengurangi hal tersebut dilakukan pencampuran antara buah

    lama dan buah yang baru dengan perbandingan buah baru yang dicampur jumlahnya

    lebih dominan daripada buah lama.

    Tujuan dilakukannya penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah tandan

    buah segar (TBS) yang akan diolah, mengetahui rendemen minyak dan inti serta

    berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui tingkat produksi TBS

    yang dicapai tiap sumber kebun. Jenis timbangan yang digunakan adalah timbangan

    digital dan dilengkapi dengan sistem komputer yang berkapasitas maksimal 60 ton.

  • 15

    Setelah dilakukan penimbangan, TBS di pindahkan ke loading rump. Pada

    loading rump ini dilakukan sortasi buah yang bertujuan untuk pengawasan terhadap

    kandungan minyak dalam proses pengolahan dan kadar asam lemak bebas dari TBS

    tersebut. Sortasi dilakukan terhadap setiap unit TBS yang masuk. Sortasi TBS

    dilakuakn berdasarkan criteria panen yang dibagi berdasarkan fraksi buahnya.

    kriteria panen dan syarat mutu TBS telah disajikan pada tabel 1.

    TBS yang terdapat pada loading rump yang telah mengalami proses sortasi

    kemudian dimasukkan ke dalam lori-lori tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk

    proses perebusan yang berkapasitas 2.4 ton TBS pada setiap lorinya. TBS

    dimasukkan ke dalam lori dengan membuka pintu loading. Lori yang telah terisi

    dengan TBS kemudian dimasukkan ke dalam sterilizer untuk dilakuakn perebusan

    dengan bantuan capstand yang berfungsi untuk menarik lori masuk-keluar sterilizer.

    Diagram 1. Diagram alir proses dari tahapan penerima buah sampai penebahan

    Kebun

    Penimbangan

    Loading rump

    Sortasi

    Lori

    Perebusan (sterilizer)

    Hosting crane

    Thresher

    Brondolan Tandan kosong

    Incinerator Pelumatan (digester)

  • 16

    2. Tahapan Perebusan (Sterilizing Station)

    Pada tahapan ini akan dilakukan proses sterilisasi. Proses sterilisasi adalah

    proses perebusan di dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Sterilizer

    memiliki kapasitas maksimal 10 lori yang dapat masuk ke dalamnya. Setelah lori

    yang berisi TBS masuk ke dalam sterilizer, pintu alat tersebut ditutup rapat untuk

    dilanjutkan proses perebusan. Proses perebusan dilakukan selama 100-110 menit

    dengan media pemanasnya adalah uap. Uap didapatkan dari turbin yng bertekanan 2-

    3 kg/cm3.

    Metode Perebusan

    Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan.

    Metode perebusan yang digunakan adalah dengan sistem tiga puncak (Triple Peak).

    Prinsip triple peak adalah tiga kali penguapan uap (uap basah) ke dalam sterilizer

    dan tiga kali pembuangan uap (blow down).

    Tahap perebusan dengan pola triple peak adalah perebusan dengan tahapan

    pencapaian puncak pada tiga kali pemasukan uap dan pembuangan uap. Jumlah

    puncak dalam pola rebusan ditunjukkan oleh jumlah pembukaan dan penutupan dari

    steam masuk atau ateam keluar selama perebusan berlangsung, yang diatur secara

    manual dan otomatis.

    Sebelum dimasukkan uap untuk mencapai puncak I, terlebih dahulu dilakukan

    deaerasi (pembuangan udara) selama 5 menit. Kemudian baru dimasukkan uap untuk

    mencapai puncak I yang dilakukan dengan cara membuka pipa steam masuk selama

    12-15 menit atau dicapai tekanan sebesar 1.5 kg/cm2, lalu pipa steam ditutup

    sedangkan pipa kondesat dan pipa exhaust dibuka. Setelah tekanan turun sampai

    sebesar 0kg/cm2 atau selama 5 menit pipa tersebut ditutup. Pada puncak pertama

    proses yang terjadi adalah membuang udara yang terperangkap di dalam sterilizer.

    Pipa steam masuk kemudian dibuka kembali selama 15 menit atau sampai dicapai

    puncak II dengan tekanan 2.5 kg/cm2. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm2

    atau 5 menit pipa tersebut ditutup. Pada puncak kedua, proses yang terjadi adalah

    pengurangan kadar air dari buah dan proses awal sterilisasi. Setelah melalui dua

    puncak awal, perebusan dilanjutkan dengan membuka pipa steam masuk sampai

    dicapai puncak III dengan tekanan 3 kg/cm2. Lalu tekanan itu dipertahankan selama

    45 menit, sebelum dilakukan pembuangan steam terakhir. Pada puncak ketiga terjadi

    proses setrilisasi sempurna dan melekangkan cangkang dan kernel agar tidak

    menyatu dan memudahkan emecahan nut.

    Setelah penahanan tekanan steam selesai, maka steam yang berada di dalam

    sterilizer di buang. Pemasukan steam secara tiba-tiba pada pencapaian puncak I dan

    II bertujuan untuk memberikan mechanical shock dan thermal shock terhadap TBS,

    sehingga buah yang semula kaku menempel pada tandan akan lunak dan akan lebih

    mudah lepas dari tandan saat di tebah dalam thresher. Sedangkan penahanan tekanan

    pada puncak II bertujuan untuk memberikan kondisi yang cukup agar kadar asam

    lemak bebas (ALB) didalam TBS dapat dikurangi.

  • 17

    Grafik 1. Grafik perebusan sistem triple peak

    3. Tahapan Penebah (Threshing Station)

    Lori-lori yang berisi buah yang telah direbus dikeluarkan dari dalam Steriliser

    dengan menggunakan capstand menuju kestasiun penebah dengan menggunakan

    alat pengangkat hosting crane. Pada tahapan ini buah dipipil untuk menghasilkan

    brondolan dan tandan kosong.

    Lori-lori diangkat dengan menggunakan hosting crane, yang berdaya angkut 5

    ton. Kemudian hasil perebusan dituangkan satu persatu ke dalam hopper. Buah di

    dalam hopper jatuh melalui automatic bunch feeder ke dalam drum berputar yang

    berbentuk silinder drum ini dilengkapi dengan sudut-sudut yang memanjang di

    sepanjang drum. Dengan bantuan sudut-sudut ini, buah terangkat dan jatuh

    terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya. Prinsip kerjanya adalah

    dengan menggunakan gaya sentrifugal yang terjadi akibat putaran drum. Gaya

    sentrifugal (lawan dari gaya sentripetal) merupakan efek semu yang ditimbulkan

    ketika sebuah benda melakukan gerak melingkar (sentrifugal berarti menjahui pusat

    putaran. Tandan yang masuk akan melekat pada dinding drum yang sedang

    berputar, kemudian jatuh dengan adanya gaya gravitasi. Kapasitas drum ini adalah

    10 ton TBS. bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan

    brondolan terlepas dari tandannya dan melalui celah-celah drum jatuh kebagian

    bawah drum yaitu ke botton cross conveyor, sedangkan tandan kosong akan

    terlempar keluar dan jatuh ke empty hunc conveyor dan dibawa ke incinerator untuk

    dibakar. Brondolan yang berada pada bottom cross conveyor diangkut ke fruit

    elevator lalu ke top cross conveyor dan kemudian diteruskan ke fruit distribution

    conveyor untuk dibagikan ke dalam tiap-tiap digester untuk proses pelumatan.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_sentripetalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_melingkar
  • 18

    pengepresan

    minyak kasar

    ampas kempa

    desanding

    device

    pemecahan

    vibrating

    screen

    fat pit

    minyak

    non-oil solid

    crude oil tank

    pelumatan

    (digester)

    continuous

    settling tank

    pemurnian

    Diagram 2. Diagram alir proses stasiun pengempaan.

    4. Tahapan Pengempaan (Pressing Station)

    Tahapan pengempaan adalah tahapan pengambilan minyak dari pericarp (daging

    buah) dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumatan dilakukan dalam

    digester , sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir (Screw press).

    Proses pelumatan disebut juga dengan proses pengadukan. Tujuan proses ini

    adalah agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang

    mengandung minyak. Pengadukan dilakukan dalam digester yang berbentuk silinder,

    masing-masing digester berkapasitas 7.5 ton. Di dalam digester dipasang pengaduk

    yang berputar pada sumbunya sehingga sebagian besar daging buah terpisah dari

    bijinya. Pada pengadukan ini dilakukan pemanasan untuk memudahkan pelumatan

    buah dengan menggunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil

    antara 90-950C.

    Hasil pengempresan adalah minyak kasar yang keluar dari silinder, dan melalui

    oil guitter akan menuju desanding device untuk proses pengendapan. Hasil lain

    adalah ampas kempa yang terdiri dari biji, serat dan ampas yang akan dipecahkan

    dengan menggunakan cake broker conveyor.

    Minyak hasil pengempaan pada Screw press merupakan minyak mentah yang

    masih banayak mengandung kotoran-kotoran. Desanding device adalah sebuah

    bejana yang berbentuk silinder yang berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel

    yang mempunyai densitas tinggi. Minyak yang masih mengandung serat dan sedikit

  • 19

    kotoran berada pada bagian atas, kemudian dipompakan ke ayakan getar, sedangkan

    kotoran dan lumpur berada pada bagian bawah bejana yang akan dialirkan ke fat pit.

    Vibrating screen adalah alat yang terdiri dari dua lapisan screen dengan ukuran

    masing-masing 30 mesh untuk top screen dan 40 mesh untuk bottom screen, yang

    digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Proses penyaringan menggunakan vibrating

    screen yang bertujuan untuk memisahkan non-oil solid (NOS) yang berukuran besar

    seperti serabut, pasir, tanah, dan kotoran-kotoran lain yang terbawa dari desanding

    device. NOS yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui

    bottom cross conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.

    Minyak yang dikeluarkan dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk

    ditampung sementara sebelum di pompakan ke stasiun pemurnian. Pada crude oil

    tank minyak dipanaskan dengan steam menggunakan sistem pipa pemanas dengan

    suhu yang dipertahankan 90-95oC. Kemudian minyak dipompakan ke continuous

    settling tank (CST).

    5. Tahapan Pemurnian Minyak (Clarification Station)

    crude oil

    tank

    continuous

    settling tank

    skimmer

    sludge

    pure oil

    tank

    sludge oil

    tank

    oil

    purifier

    kotoran dan air

    kotoran dan

    air

    densitas besar

    densitas

    kecil

    proses blow

    down

    vacum dryer

    Fat pit

    pemompaan

    storage tank

    (CPO)

    Diagram 3. Diagram alir proses stasiun pemurnian (clarification station).

  • 20

    Minyak kelapa sawit kasar yang berasal dari stasiun pengempaan masih banyak

    mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan

    lain-lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami penurunan mutu

    sehingga sulit dalam pemasaran. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi

    standar maka perlu dilakukan proses pemurnian terhadap minyak tersebut.

    Dari crude oil tank minyak dipompakan ke CST untuk mengendapkan lumpur

    dalam crude oil tank berdasarkan berat jenisnya. Proses pengendapan ini dapat

    berlangsung dengan sempurna jika temperatur minyak dapat dipertahankan pada 90-

    95oC, karena pada temperatur tersebut mniyak yang memiliki densitas lebih besar

    akan mengendap pada dasar tanki. Minyak pada bagian atas CST dikumpul dengan

    bantuan skimmer menuju pure oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung

    minyak terletak pada bagian bawah yang dialirkan ke sludge oil tank.

    Minyak dari CST menuju ke pure oil tank untuk ditampung sementara waktu

    sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam pure oil tank juga terjadi pemanasan dengan

    tujuan untuk mengurangi kadar air. Pemanasan dilakukan pada suhu 90-95oC. di

    dalam oil purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan densitas dengan

    menggunakan gaya sentrifugal. Dengan kecepatan perputarannya adalah 7500 rpm.

    Kotoran dan air yang memiliki densitas yang lebih besar akan berada pada bagian

    luar (dinding bowl), sedangkan minyak mempunyai densitas yang lebih kecil

    bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudut-sudut untuk dialirkan ke vacum

    dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di bowl down ke seluruh

    pambuangan untuk dibawa ke fat pit.

    Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka untuk

    mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacum dryer. Di sini minyak

    disemprot dengan menggunakan noozle sehingga campuran minyak dan air tersebut

    akan pecah. Hal tersebut akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana

    minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun dan dipompakan

    ke storage tank. Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian bawah CST di

    alirkan ke sludge oil tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari

    minyak. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan pada suhu 80-

    90oC dengan menggunakan uapyang dialirkan melalui coil pemanas sehingga

    densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus yang melekat pada minyak

    akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.

    Lumpur yang mengendap di blow down tiap selang waktu tertentu. Kemudian

    dialirkan ke fat pit melalui saluran pembuangan, sedangkan lumpur yang masih

    mengandung minyak dialirkan self cleaning straine yang merupakan saringan

    berbentuk silinder dan berlubang lebih halus. Dengan adanya perputaran poros,

    timbul gaya sentrifugal dan minyak akan berada dibagian tengah dan dihisap oleh

    pompa menuju balancing tank. Dari balancing tank ini minyak yang masih

    mengandung lumpur halus dibagi ke sludge operator dan decanter.

    Pada sludge operator ini terjadi 2 fase pemisahan minyak kasar dan sludge yang

    mengandung air. Pada tahap ini minyak dipisahkan dari NOS berdasarkan perbedaan

    densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putar 7500 rpm, serta dilakukan juga

    pemanasan dengan air pemanas yang berasal dari hot water tank. Minyak yang

    mempunyai densitas lebih keciil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui

    sudut-sudut (paring disk) yang kemudian dialirkan ke CST. Sedangkan sludge yang

  • 21

    mengandung air memiliki densitas lebih besar sehingga akan terdorong ke bagian

    dinding bowl dan melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran

    pembuangan menuju fat pit.

    Pada decanter terjadi pemisahan 3 fase yaitu minyak, air, dan padatan. Decanter

    bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang

    diam (canting) dan bagian berputar. Bagian berputar merupakan tabung (bowl)

    dengan putaran 3500 rpm dan di dalamnya terdapat ulir (screw conveyor) dengan

    putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal padatan

    bergerak ke dinding bowl dan didorong oleh screw ke bawah. Padatan yang

    berbentuk lumpur dibuang sedangkan cairan bergerak berlawanan arah dengan

    padatan dan akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat adanya gaya sentrifugal.

    Cairan dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan

    kembali ke CST, sedangkan air kotornya dialirkan kesaluran pembuangan menuju fat

    pit. Fat pit merupakan kolam untuk menampung air limbah yang masih terdapat

    minyak. Disini diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses

    pemisahan minyak dengan kotoran. Selanjutnya minyak yang ada pada permukaan

    dibiarkan melimpah dan ditampung pada pinggiran kolam fat pit, dan dipompaka ke

    CST untuk proses pemurnian kembali. Minyak yang sudah melewati vacuum dryer

    dipompakan ke storage tank. Minyak yang dihasilkan dari daging buah ini disebut

    juga crude palm oil (CPO).

    Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek

    kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak,

    kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan

    kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special

    Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada

    saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari

    5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen

    minyak 22,1 % 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % 2,1 %

    (terendah). Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama,

    benar benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak

    kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat sifat fisiknya, yaitu

    dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,

    pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur

    berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air,

    kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan

    mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan

    non pangan masing masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran,

    maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa

    sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor faktor tersebut dapat langsung

    dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama

    pemrosesan dan pengangkutan. Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar

    mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti

    Crude Palm Oil, Crude Palm Stearin, RBD Palm Oil, RBD Olein, RBD Stearin, Palm

    Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, Palm Kernel, Palm Kernel Expeller (PKE),

    Palm Cooking Oil, Refined Palm Oil (RPO), Refined Bleached Deodorised Olein

  • 22

    (ROL), Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS), Palm Kernel Pellet, dan Palm

    Kernel Shell Charcoal. Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

    1. Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP SMP 13 1975

    2. Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP SMP 7 1975

    3. Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP SMP 31 19975

    4. Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP SMP 31 1975

    (Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan Rudi Hartono 2006).

    Komposisi Kimia Minyak Sawit

    Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp dan 20% buah yang

    dilapisi kulit tipis, kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40%. Kandungan karoten

    dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenara kurang lebih

    500-700 ppm. Kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama

    produksi. Rata-rata komposisi asam lemak kelapa sawit dapat dilihat pada table dibawah

    ini.

    Tabel 2. komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit.

    Asam lemak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%)

    Asam kaprilat - 3 4

    Asam kaproat - 3 7

    Asam laurat - 46 52

    Asam miristat 1.1 2.5 14 17

    Asam palmintat 30 46 6.5 9

    Asam stearat 3.6 4.7 1 2.5

    Asam oleat 39 45 13 19

    Asam linoleat 7 11 0.5 2

    (Ketaren, 1986)

    Sifat Fisika Minyak Kelapa Sawit

    Sifat-sifat fisika dari minyak kelapa sawit pada umumnya dipengaruhi oleh temperatur.

    Beberapa sifat fisika yang telah diketahui adalah sebagai berikut :

    1. Tidak dapat larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai

    karbon panjang dan tidak adanya gugus polar.

    2. Densitas minyak sawit adalah 0.9087 gram/cm3(350C).

    3. Tegangan permukaan 35 dyne/cm (60-700C).

    4. Tegangan antar muka dengan air 30 dyne/cm (60-700C).

    5. Kelarutan minyak kelapa sawit di dalam air 0.14% dari jumlah minyak keseluruhan

    (diukur pada 320C).

    6. Keseluruhan udara dalam minyak kelapa sawit sekitar 8 volume udara / 100 volume

    minyak pada 300C dan 13 volume udara / 100 volume minyak pada 1500C.

    7. Indeks bias minyak kelapa sawit adalah 1.4521 pada 600C.

    8. Titik cair minyak kelapa sawit adalah 400C.

    9. Konduktifitas minyak kelapa sawit adalah 0.0004 cal/ s cm 0C pada 210C dan

    0.00039 cal/s cm0C pada 100

    0C.

  • 23

    Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit

    Adapun sifat-sifat kimia kelapa sawit adalah sebagai berikut :

    1. Asam lemak jenuh dan minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat dengan

    karbon genap.

    2. Bila terjadi kontak dengan sejumlah oksigen, maka akan terjadi reaksi oksidasi yang

    menyebabkan minyak menjadi tengik.

    3. Dilihat dari strukturnya, minyak berasal dari trigliserida ester atau trigliserida yang

    terbentuk dari kondensasi dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak. Pada

    reaksi hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

    4. Pada reaksi hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

    5. Penambahan sejumlah basa akan terjadi reaksi penyabunan (saponifikasi).

    6. Komposisi asam lemak yang utama pada minyak adalah asam palmitat (40-46%) dan

    pada minyka inti sawit asam laurat (46-56%).

    Untuk memperoleh minyak kelapa sawit sesuai dengan standar serta mutu yang

    yang baik, maka perlu diperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi. Mutu

    produksi sangat mempengaruhi, terutama asam lemak bebas (ALB) dalam minyak

    kelapa sawit. ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses

    terjadi, ALB dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak kelapa sawit sangat

    merugikan. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun, sehingga

    perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Kenaikan

    kadar ALB ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah pabrik. Kenaikan ALB

    ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak yang dipercepat dengan faktor-

    faktor seperti apanas, air, keasaman, katalis(enzim) (Fauzi, dkk. 2006).

    Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan

    kadar ALB sekaligus untuk menaikkan rendemen minyak. Faktor-faktor yang

    mempercepat pembentukan ALB setelah tandas dipotong sebelum direbus yaitu

    banyak buah yang rusak, lamanya pengangkutan, tingkat kematangan, dan

    pengumpulan buah yang tertunda. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada

    proses hidrolisa dipabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimia yang dibantu

    oleh air, berlangsung pada kondisi tertentu. Air panas dan uap air tertentu merupakan

    bahan pembantu pada proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang

    kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak

    mengalami penurunan. Karena itu, setelah proses pengolahan minyak sawit,

    dilakukan pengeringan pada bejana hampa pada suhu 900C (Lubis.1982).

    Tabel 3. Sifat fisika-kima dari kelapa sawit.

    Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

    Berat jenis pada suhu kamar

    Indeks bias D 400C

    Bilangan Iod

    Bilangan penyabunan

    0.900

    1.4565-1.4585

    48-86

    196-206

    0.900-0.913

    1.459-1.415

    14-20

    244-254

    (Ketaren, 1986).

  • 24

    C.2. Pabrik Inti Sawit (PIS)

    Tahapan Pengolahan Biji Sawit (Nut Plant Station)

    screw press

    serat

    biji

    cake breaker conveyor

    pemisahan

    depericarper

    fraksi

    ringan

    fraksi

    berat

    pemisahan

    polishing

    (fibre

    cyclon)

    drum

    shell bin

    pengikisan

    boiler

    nut silo

    pemecahan

    ripple mill

    pemecahan

    II

  • 25

    pemecahan II

    cracked mixture

    separating

    columm

    fraksi

    ringan

    fraksi

    berat

    separating

    screened

    columm

    particle

    drum

    penghisapan

    ripple mill

    fibre

    conveyor

    pemcahan

    shell bin

    pemisahan

    (clay

    bath)

    boiler

    shell bin

    kernel silo

    boiler

    pengeringan

    Diagram 4. Diagram alir proses pengolahan ampas kempa.

    Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari

    cangkangnya dan untuk mempersiapkan biji yang akan diiolah di pabrik pengolahan inti

    sawit. Pengolahan biji sawit pada dasarnya adalah proses pemisahan serabut dari biji,

    pemeraman biji, pemisahan inti dari cangkangnya dan proses pengeringan.

    Ampas kempa dari screw press yang terdiri dari serat dan biji yang masih

    menggumpal masuk ke cake breaker conveyor (CBC). CBC merupakan suatu talang yang

    terdiri dari pedal-pedal yang berputar pada poros yang dilengkapi dengan steam jacked

    untuk mengalirkan steam sebagai media pengering dengan temperatur 90-950C. CBC

    berfungsi untuk mengeringkan dan memecahkan gumpalan-gumpalan ampas kempa agar

    memudahkan pemisahan biji dan serat. Kemudian dibawa ke depericarper.

    Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji dari sisa-sisa serabut

    yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari separating columm dan polishing drum.

    Ampas dan biji dari CBC masuk ke separating columm. Disini fraksi ringan yang berupa

    serat (fibre), inti pecah halus, cangkang halus, dan debu terpisah di fibre cyclone dan

  • 26

    melalui air lock masuk dan ditampung dalam shell bin yang akan digunakan sebagai

    bahan bakar boiler. Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan

    pecah akan ke polishing drum. Di dalam polishing drum akan terjadi perputaran yang

    mengakibatkan terjadinya gesekan sehingga serabut terkikis dan terlepas dari biji

    bersamaan fraksi kecil lainnya jatuh melalui lubang cincin nut elevator dan diperam di

    nut silo. Di dalam nut silo tingkatan suhu (udara panas) Yang digunakan dibagi menjadi

    tiga yaitu berturut-turut dari atas kebawah adalah 700C, 600C, dan 500C. Biji yang telah

    diperam akan dipecahkan menggunakan mesin ripple mill yang diatur oleh nut shaking

    grate. Nut shaking grate terletak pada dasar nut silo.

    Biji yang masuk dari rotor pada ripple mill akan mengalami gaya sentrifugal

    sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan inti pecah.

    Kecepatan putarannya adalah 900 rpm. Setelah dipecahkan, inti yang masuk bercampur

    dengan kotoran-kotoran dibawa ke cracked mixture separating columm melalui cracked

    mixture conveyor dan elevator. Campuran tersebut terkadang mengandung kotoran

    berupa pasir yang akan tertinggal saat pembawaan.

    Pada cracked mixture separating columm akan terjadi pemisahan dimana fraksi-

    fraksi ringan akan diserap oleh separating columm fan. Fraksi fraksi ringan tersebut

    akan dibawa ke shell bin oleh fibre conveyor. Fraksi berat disortir terlebih dahulu dari

    batu-batuan oleh vibrating grade kemudian akan turun dan masuk ke screened particle

    drum. Biji utuh hasil pemisahan pada vibrating grade dan screened particle drum di

    kembalikan ke ripple mill untuk dipecahkan kembali.

    Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada dust

    separating columm air lock. Inti hasil pemisahan dibawa ke kernel silo melalui

    konveyor. Cangkang hasil serapan dust conveyor air lock dibawa ke shell bin dan akan

    bercampur dengan serabut dari fibre cyclone sebagai bahan bakar boiler.

    Pada proses ini juga terdapat proses pemisahan inti, inti pecah, dan cangkang

    secara basah dengan menggunakan claybath. Pemisahan ini memanfaatkan berat jenis

    dari bahan yang dipisahkan dengan larutan koloid yang mempunyai berat jenis diantara

    kedua bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan

    tenggelam. Inti yang merupakan fraksi yang ringan akan dibawa ke kernel silo untuk

    disimpan pada suhu tertentu.

    Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7 %. Inti

    yang berasal dari kernel distribution conveyor didistribusikan ke unit kernel silo untuk

    dilakukan proses pengeringan. Inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas

    dari boiler yang merupakan hasil kontak dengan steam. Suhu yang digunakan pada kernel

    silo sama dengan nut silo.

    Biji kelapa sawit yang diolah menghasilkan minyak inti sawit atau disebut juga

    palm kernel oil(PKO) dan hasil samping dari pengolahan inti kelapa sawit berupa palm

    kernel meal (PKM). Minyak kelapa sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang

    rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang

    diinginkan berwarna relatif cerah dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak

    berubah.

    Tabel 4. Komposisi rata-rata inti sawit .

    No Komponen Jumlah

    1 Minyak 47-52

    2 Air 6-8

  • 27

    3 Protein 7.5-9.0

    4 Extratctable non nitrogen 23-24

    5 Selulosa 5

    6 Abu 2

    Terdapat variasi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein.

    Extractable non nitrogen mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tetapi

    dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Pemisahan minyak inti sawit pada proses

    pengolahan merupakan pemisahan campuran zat padat dan zat cair yang dilakukan

    dengan cara pengepresan dan pengendapan. Kecepatan pengendapan memegang peran

    penting. Kecepatan pengendapan ini tergantung pada perbedaan kerapatan dari zat cair

    dan zat padat, volume dari zat-zat padat, dan viskositas dari zat cair. Semakin kecil dan

    ringan bagian-bagian dari zat padat serta semakin kental zat cair, maka akan semakin

    lambat pula pengendapan berlangsung.

    Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pengolahan inti dari buah kelapa sawit untuk

    mendapatkan minyak inti sawit atau lebih dikenal dengan palm kernel oil terdiri dari

    bebrapa tahapan.

    Inti yang berasal dari silo turun dan masuk ke vibrating case kemudian

    dilakukan penyortiran inti sebelum masuk ke rolling mill . Pada rolling mill yang terjadi

    hanya proses fisik, yaitu inti sawit diremukkan secara mekanis oleh roll -roll yang

    bergerigi. Inti yang telah melalui rolling mill dibawa dengan menggunakan broken kernel

    conveyor dan broken kernel elevator dibawa kedalam flacking mill untuk menipiskan

    kembali inti sawit yang telah melalui rolling mill. Dengan proses tersebut diharapkan

    permukaan sawit mampu menyerap udara panas lebih cepat dan dapat memaksimalkan

    perolehan minyak inti sawit.

    Untuk memperoleh minyak yang terkandung di dalam inti sawit, maka inti yang

    keluar dari flacking mill tersebut dibawa dengan menggunakan flakes conveyor dan flakes

    elevator ke dalam conditioner. Penggorengan menggunakan conditioner dilakukan

    dengan uap kering yang bertemperatur 800C dan tekanan 11 bar.

    Dalam screw press, inti ditekan dengan tekanan mencapai 40 bar dan temperatur

    800C. Dari proses ini dihasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil) dan ampas inti sawit

    (palm kernel mill). Minyak inti akan turun menuju filter press lalu ke vibrating screen

    untuk memisahkan inti kotor (crude kernel oil) dengan sisa ampas. Minyak inti sawit

    yang telah dipisahkan dari ampas dan kotorannya dipompakan ke storage tank dengan

    suhu simpan 45-600C.

  • 28

    Diagram 5. Diagram alir proses pengolahan inti sawit.

    silo

    Vibrating

    case

    Penyortiran

    inti

    Rolling mill

    Flacking mill

    Penggorengan

    (Conditioner)

    Pengepresan

    (screw press)

    Minyak inti

    sawit kasar

    Ampas inti

    sawit

    Vibrating

    screen

    PKO (palm

    kernel oil)

    Ampas Storage

  • 29

    IV. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

    A. Sistem Pengelolaan Lingkungan Industri

    PTPN-I Tanjung Seumantoh menyadari bidang usahanya secara langsung

    berhubungan dengan lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap lingkungan

    tersebut. Oleh karena itu PTPN-I Tanjung Seumantoh memiliki kewajiban untuk menjaga

    kelestarian lingkungan hidup disekitar tempat usahanya. Pelaksanaan pengelolaan

    lingkungan merupakan hal yang dirasa semakin penting. Berbagai peraturan yang

    dikeluarkan pemerintah berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup, semakin

    menegaskan bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Masyarakat

    juga akan semakin peduli akan hak-haknya untuk mendapatkan kualitas lingkungan hidup

    yang lebih baik.

    Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian yang terintegrasi dengan

    sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan. Sistem manajemen lingkungan

    memberikan mekanisme untuk mencapai kinerja lingkungan perusahaan yang lebih baik.

    Mekanisme itu dilakukan dengan upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan

    produksi yang dilakukan perusahaan. Melalui penerapan sistem manajemen lingkungan,

    tuntutan akan peningkatan kinerja dari masyarakat dan pemenuhan persyaratan peraturan

    lingkungan hidup dari pemerintah dapat diantisipasi oleh perusahaan.

    Pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan, PTPN-I Tanjung Seumantoh

    membentuk suatu unit kerja yang bekerjasama dengan kemitraan lingkungan hidup

    (KLH). Kebijakan lingkungan yang digunakan pada PTPN-I Tanjung Seumantoh

    berdasarkan pada kerjasama antara pihak lembaga independen Lingkungan Hidup. PTPN-

    I Tanjung Seumantoh juga memiliki komitmen untuk mencegah pencemaran,

    melaksanakan peraturaturan, dan meningkatkan kinerja perusahaan di bidang pengelolaan

    lingkungan secara berkelanjutan.

    Pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan, PTPN-I Tanjung Seumantoh

    mengikuti prinsip pembangunan industry kelapa sawit berkelanjutan yaitu melindungi

    dan memperbaiki lingkungan alam (environmentally sound), layak secara ekonomi

    (economically viable), dan diterima secara social (Isocially acceptable). Semua hal

    tersebut akan menuju pada penerapan AMDAL, cleaner production,ISO 9000-200, ISO

    4000, ecolabelling, OHSAS, HACCP, dan HCVF. Pendekatan teknologi pengolahan

    lingkungan khususnya terhadap limbah yang digunakan oleh PTPN-I Tanjung Seumantoh

    adalah reduce, recycle, reuse, dan recovery.

    PTPN-I Tanjung Seumantoh juga membentuk suatu unit kerja yang bekerja

    sama dengan kemitraan lingkungan hidup (KLH). Dasar-dasar hukum yang digunakan

    adalah UU No.23 tahun 19997 tentang lingkungan hidup, PP RI No.82 tahun 2001

    tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, KepMen

    No.Kep.51./Men.LH/10/95/Mengenai baku mutu LCPKS yang tidak mencemari

    lingkungan, KepMenLH No.29 tahun 2003 tentang pedoman syarat dan tata cara

    perizinan pemanfaatan air limbah dari industry minyak sawit pada tanah di perkebunan

    kelapa sawit. PTPN-I Tanjung Seumantoh juga memiliki komitmen untuk mencegah

    pencemaran, melaksanakan peraturan, dan meningkatkan kinerja perusahaan di bidang

    pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

  • 30

    B. Proses Pengelolaan Lingkungan Industri

    Pada proses pelaksanaan pengelolaan lingkungan industri, sangat erat kaitannya

    dengan pengolaan limbah industri untuk mengendalikan pencemaran yang berakibat

    negatif bagi lingkungan. Untuk memaksimalkan pengelolaan lingkungan industri

    terhadap limbah, maka perlu diketahui tentang limbah industri yang dihasilkan.

    Limbah Industri Kelapa Sawit

    Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah yang dihasilkan adalah limbah padat,

    cair dan gas. Limbah padat terdiri dari fibre, cangkang, tandan kosong, dan idecanter

    solid. Limbah cair terdiri dari limbah hasil separator, limbah haisl dari decanter, dan

    limbah air rebusan.

    Limbah yang dihasilkan juga memiliki nilai untuk dimanfaatkan dan berpotensi

    juga terhadap pencemaran.. Limbah padat misalnya seperti tandan kosong dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan organic yang dapat menghasilkan pupuk. Serat dan

    cangkang yang dihasilkan dari proses pengepresan juga dapat digunakan kembali sebagai

    bahan bakar. Pada limbah cair, air limbah yang dihasilkan akan diolah kembali pada

    proses water treatment, proses tersebut dilakukan selain untuk mengurangi kerusakan

    lingkungan akibat limbah cair juga untuk mengolah air agar dapat digunakan. Limbah

    cair industri kelapa sawit yang juga merupakan sisa dari proses produksi yang

    mengandung konsentrasi padatan tinggi dan sangat potensial menciptakan pencemaran.

    Limbah cair mengalir ditengah-tengah perkebunan dan berakhir pada sungai atau perairan

    umum yang banyak dimanfaatkan penduduk. Pohon industri pemanfaatan limbah kelapa

    sawit dapat dilihat pada gambar 5.

    Menurut Ditjen PPHP (2006), dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit

    secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonomis, social

    dan lingkungan seperti berikut :

    1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang

    tahun atau musim.

    2. Pemanfaatan dilapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan,

    kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan.

    3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.

    4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energy(nilai kalor bakar)

    bahan limbah.

    5. Berbagai alternative pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan

    nilai produk yang dihasilkan.

    6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian

    lingkungan hidup.

    Karakteristik Limbah Kelapa Sawit

    Karakteristik limbah dapat diketahui menurut sifat-sifat dan karakteristik kima,

    fisika, dan biologis. Ada limbah ynag mengandung parameter tertentu walau tidak

    termausk golongan berbahaya dan beracun tapi sangat sensitifterhadap lingkungan.

    Pengambilan sampel, prosedur pengambilan, penetapan titik sampling dan metode

    samplingnya mempunyai peranan penting dalam menentukan nilai-nilai parameter

    dimana nilai tersebut harus dapat mewakili seluruh nilai pada satu periode tertentu.

    Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui,

  • 31

    yaitu sifat fisik (padatan, kekruhan, bau, temperatur, warna), sifat kimia (BOD, COD, N,

    dan minyak dan lemak), dan sifat biologis. Semua karakteristik limbah tersebut terdapat

    pada limbah industri yang dihasilkan (Ditjen PPHP, 2006).

    Pada limbah cair misalnya, hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan

    organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbah

    perlu diketahui karakteristik limbah. Karakteristik limbah dapat diketahui dari balance

    sheet ekstraksi minyak kelapa sawit sehingga diketahui efisiansi pabrik kelapa sawit

    dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan dapat dikurangi dengan pemakaian

    decanter yang menyebabkan efisiensi pabrik kelapa sawit meningkat.

    Penanganan dan Pengolahan Limbah Industri

    Limbah cair

    Perincian operasi dan reaksi berbagai proses biologis adalah limbah industry

    harus mengandung bahan yang dapat dibusukkan dengan kegiatan bakteri. Jika

    limbah pabrik dialirkan ke dalam kolam yang cuukup besar dan ditambah dengan

    bakteri maka akan terjadi proses biologis. Penyediaan kolam yang dangkal, agak

    dalam dan yang lebih dalam lagi dikenal dengan kolam oksidasi aerobic, fakultatif

    dan anaerobic. Telah terbukti bahwa sistem kolam mini berhasil di daerah tropis dan

    semi tropis, dimana tanah mudah di dapat, iklimnya baik dan suhu relatif tinggi.

    Air Air Air

    Diagram 6. Aliran limbah air menuju Fat pit.

    Setelah semua limbah cair terkumpul di fat pit maka akan diolah kembali untuk

    diambil minyak yang masih terkandung di dalam limbah cair tersebut. Limbah cair

    yang ada terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke sungai agar emenuhi

    standar baku mutu limbah yang ada. Limbah cair mengandung bahan organic yang

    dapat mengalami degradasi karena adanya bakteri pengurai. Limbah yang

    mengandung senyawa organik diolah dengan kondisi aerobic dan anaerobic.

    Limbah cair padat yang masih mengandung minyak dikumpulkan dalam kolam

    fat pit untuk diambil minyaknya. Prinsip pemisahan disini berdasarkan perbedaan

    densitas yang akan meghasilkan pemisahan antara minyak dan air. Minyak akan naik

    ke atas lalu dipompakan ke dalam bak disposal (penampungan) kemudian dilakukan

    proses pemurnian kembali dan pada akhirnya terkumpul di crude oil tank). Limbah

    yang tersisa berada pada bagian bawah fat pit, limbah tersebut memiliki temperatur

    60-700C. Air limbah segar yang keluar dari pabrik didinginkan pada cooling tower.

    Separator Decanter sterilizer

    Fat Pit

  • 32

    Pendinginan air limbah dengan cooling tower dibantu dengan bak pendingin. Alat ini

    mampu menurunkan suhu air limbah dari 700C sampai 400C.

    Diagram 7. Aliran proses pengolahan limbah cair PTPN-I Tanjung Seumatoh.

    Fat pit

    Minyak

    Sungai

    Bak disposal

    Air (limbah)

    Pendinginan

    (cooling tower)

    Penetralan (neutralizing

    pond)

    Proses anaerobic

    (anaerobic pond)

    (Facultative pond)

    Kolam

    penampungan

    sementara

    Proses aerobic

    (aerobic pond)

    Pemisahan

    Proses pemurnian

    Crude Oil Tank

  • 33

    Limbah padat

    Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan

    kosong, cangkang, fibre, dan solid decanter. Tandan kosong didapat dari threshing

    station, dimana terdapat proses pelepasan brondolan dari TBS. Terkadang tandan

    kosong masih memiliki brondolan yang tidak dapat rontok pada saat perontokan.

    Pengolahan limbah tandan kosong dapat dengan dimanfaatkan secara langsung

    maupun dilakukan proses pembakaran dengan incinerator.

    Tandan kosong berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah,

    juga meningkatkan kandungan bahan organic tanah yang sangat diperlukan bagi

    perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organic tanah maka struktur

    tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik,

    perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan

    penyerapan unsur hara.

    Tandan kosong juga dapat digunakan sebagai pupuk kompos dan pupuk organik.

    Pengkomposan merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah padat yang sudah

    lama dikenal. Salah satu faktor penting dalam proses pengkomposan adalah unsur C

    dan N. Tandan kosong yang akan dijadikan pupuk kompos terlebih dahulu dilakukan

    proses perajangan agar dekomposisi dapat dipercepat. Kemudian disirami oleh

    limbah cair PKS. Penguraian bahan organik tergantung pada kelembaban

    lingkungan. Perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar fermentasi

    lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH.

    Hasil dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, serat dan inti kelapa

    sawit yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk boiler. Kualitas asap

    pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Solid

    decanter yang dihasilkan dari unit pemurnian minyak dikumpulkan terlebih dahulu

    sehingga mengalami pembusukan kemudian dibuang ke dalam lahan perkebunan

    untuk menyuburkan tanaman kelapa sawit.

    Limbah padat yang berasal dari solid decanter menimbulkan bau, sehingga

    apabila telah mengalami pembusukan harus segera dibuang ke lahan pertanian untuk

    dijadikan pupuk. Limbah ini dapat menyuburkan tanah, sehingga dapat membantu

    dalam hal pengurangan anggaran pembelian pupuk.

    Limbah gas

    Limbah gas pabrik kelapa sawit berupa asap. Asap dihasilkan dari pembakaran

    tandan kosong melalui incinerator dan asap yg ditimbulkan dari boiler yang

    menggunakan cangkang dan fibre sebagai bahan bakar. Pengolahan limbah

    dilakukan dengan mengeluarkan asap ke udara. Pencemaran yg ditimbulkan cukup

    banyak khususnya untuk udara. PTPN-I Tanjung Seumantoh melakukan usaha untuk

    mengurangi limbah gas ini denagn cara mengurangi proses pembakaran tandan

    kosong serta mengatur komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre.

    Komposisi penggunaan cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar bantuan

    lainnya karena pembakaran cangkang menyebabkan asap yang ditimbulkannya

    berwarna hitam pekat.

  • 34

    C. Sistem Monitoring dan Pengendalian Lingkungan

    Pengendalian lingkungan industri PTPN-I Tanjung Seumantoh mengacu pada

    UU No.23 tahun 19997 tentang lingkungan hidup, PP RI No.82 tahun 2001 tentang

    pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, KepMen

    No.Kep.51./Men.LH/10/95/Mengenai baku mutu LCPKS yang tidak mencemari

    lingkungan, KepMenLH No.29 tahun 2003 tentang pedoman syarat dan tata cara

    perizinan pemanfaatan air limbah dari industry minyak sawit pada tanah di perkebunan

    kelapa sawit. Monitoring dan pengendaliannya bekerja sama dengan instansi-instansi

    seperti Departemen Perindustrian, Komite Akreditas Nasional, dan Balai Riset Dan

    Standarisasi Industry, serta Balai Lingkungan Hidup.

    Monitoring dilakukan terhadap dampak limbah yang dihasilkan pabrik. pada

    PTPN-I Tanjung Seumantoh pengontrolan dilakukan terhadap limbah cair yang paling

    banyak dihasilkan untuk diketahui uji kadar limbah. Hasil dapat dilihat pada tabel 6 dan

    7. Pengecekan dilakukan tiap bulan oleh Balai Riset Dan Standarisasi Industri Banda

    Aceh. Pelaporan akan dilakukan setelah pengujian selesai dan dokumentasi diperoleh

    dalam bentuk form hasil uji.

  • 35

    V. PEMBAHASAN

    A. Bahan Baku Produksi

    Bahan baku pada industri ini adalah kelapa sawit. Kelapa sawit yang dipilih

    yaitu kelapa sawit yang berjenis tenera. Tenera adalah kelapa sawit yang sering disebut

    bibit unggul karena persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan

    minyak pertandannya dapat mencapai 28% serta jenis ini merupakan persilangan antara

    induk dura dan psifera. Kelapa sawit yang masuk ke pabrik berasal dari tiga sumber yaitu

    kelapa sawit yang berasal dari kebun PTPN-I Tanjung Seumantoh, kelapa sawit

    pembelian dari pihak lain, dan kelapa sawit yang dititip olah. Kualitas yang dimiliki

    kelapa sawit-kelapa sawit tersebut berbeda-beda, tentu saja kualitas kelapa sawit dari

    kebun PTPN-I lebih baik dari pada dua sumber yang lain. Penggunaan bahan baku dari

    pihak lain merupakan kebijakan yang diambil oleh PTPN-I untuk memaksimalkan

    produksi, karena kebun perusahaan tidak dapat mencukupi jumlah bahan baku yang akan

    diolah. Hal ini disebabkan kurangnya pemeliharan dan pengawasan di kebun milik

    PTPN-I tersebut. Permasalahan bukan pada luasnya kebun yang dimiliki sehingga hasil

    panen juga mempengaruhi, tetapi pengawasan disekitar kebun kelapa sawit yang kurang,

    contohnya kebun yang luas menyebabkan petugas pengawas kebun kewalahan menjaga

    pohon kelapa sawit yang ada. Apalagi di saat panen, seringkali didapat adanya

    masyarakat yang mencuri kelapa sawit yang siap panen, sehingga hasil panen yang

    didapat tidak sesuai target atau jumlah panen semestinya. Oleh karena itu, untuk

    mencukupi bahan baku setiap harinya PTPN-I menerima kelapa sawit dari pihak-pihak

    lain sampai kapasitas produksi terpenuhi.

    Pohon kelapa sawit yang telah siap panen akan menghasilkan tandan buah segar

    (TBS) yang merupakan bahan baku industry crude palm oil (CPO). Harga dari tandan

    buah segar berkisar antara Rp 11.000- Rp 12.000, dengan jumlah TBS yang dihasiilkan

    setiap bulannya kurang lebih 60.421 ton. Kualitas dari TBS diukur berdasarkan tingkat

    kematangannya. tingkat kematangan ini dapat mempengaruhi rendemen dan kualitas

    minyak yang dihasilkan. Kematangan dari TBS dibedakan menjadi beberapa fraksi yaitu

    fraksi 00 sampai fraksi 6. TBS yang termasuk fraksi F00, mutlak masih mentah yang

    ditandai dengan tidak adanya (0%) brondolan dari buah dari permukaan kulit TBS terluar.

    TBS dengan fraksi F0 tergolong masih mentah walaupun masih ada 1-12,5% brondolan

    buah dari permukaan kulit TBS terluar. TBS fraksi ini sudah tergolong matang yakni

    terdapat 12,5-75% brondolan buah dari permukaan kulit TBS terluar. Buah pada TBS

    fraksi 6 sudah tergolong busuk dan tidak seharusnya ikut dipanen. Fraksi ini ditandai

    dengan adanya brondolan buah >75% dari permukaan kuliat TBS terluar. Pada saat

    pemanenan kelapa sawit, petugas diwajibkan untuk memotong batang atau ganggang

    TBS sehingga membentuk potongan seperti huruf V. adanya gangang panjang akan

    menambah tonase TBS yang diolah dan cenderung menghisap minyak saat perebusan

    sehingga mempengaruhi perhitungan rendemen.

    Dalam menjaga kualitas bahan baku yang akan digunakan, PTPN-I melakukan

    proses sortasi TBS sebelum dilakukan proses pengolahan. Pada proses sortasi, TBS yang

    dipilih adalah fraksi I, II, dan fraksi III. Buah dalam bentuk brondolan turut dihitung

    dalam proses sortasi. Jumlah brondolan merupakan parameter kualitas TBS secara overall

    pada truk pengangkut TBS. Kategori sampah dalam proses sortasi mencakum janjang

  • 36

    kosong (jangkos), tanah, dan sampah-sampah lain yang terikut pada saat pemanenan.

    TBS berupa jangkos tidak layak untuk dipanen. Pada fraksi ini hampir tidak ada buah

    pada TBS atau brondolan mendekati 100%. Adanya jangkos, tanah dan sampah-sampah

    lain pada truk hanya akan menambah tonase TBS yang diolah tanpa memberikan hasil

    sehingga mempengaruhi rendemen. Kondisi janjang yang terlalu panjang juga akan

    mengurangi rendemen minyak yang didapat karena dalam proses perebusan TBS akan

    cenderung menyerap minyak. Proses pemanasan saat perebusan akan menyebabkan kadar

    air dalam janjang berkurang akibat terjadinga kondensasi sedangkan minyak yang

    terdapat dalam buah sebagian kecil ikut terekstrak dan ikut bersama air kondensasi

    sehingga janjang yang dalam keadaan air rendah dapat menyerap minyak.

    Keberadaan buah keras dan buah mentah dalam proses produksi menyebabkan

    sulitnya proses perontokan brondolan dari janjang pada Threser. Sehingga terkadang

    masih terdapat brondolan dalam janjang yang tidak lepas dan ikut terbuang bersama

    janjang kosong ataupun mengalami perebusan dua kali. Persentase dari buah keras yang

    diperbolehkan dalam standar sortasi sebesar 3% dan buah mentah sebesar 0%. Jadi proses

    sortasi sangat mendukung dalam menghasilkan kualitas produk dan rendemen yang baik.

    Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh ditemukan bahwa permasalahan yang

    menyebabkan adanya TBS yang kurang bagus masuk ke dalam proses pengolahan

    sehingga rendemen yang didapat kurang memuaskan yaitu karena adanya provokasi

    pihak lain dalam proses sortasi. Pihak pemilik kelapa sawit yang kelapa sawitnya dibeli

    oleh PTPN-I Tanjung Seumantoh selalu berusaha agar TBS yang mereka miliki diterima

    semuanya oleh pihak perusahaan. Karena jika buah yang dimiliki tidak lolos sortasi,

    maka bayaran penjualan mereka juga akan berkurang. Provokasi tersebut menyebabkan

    petugas lapangan sortasi sering tidak dapat mengatur jalannya sortasi dengan baik

    sehingga ada saja TBS yang tidak layak diolah lolos dari proses sortasi. Permasalahan ini

    akan menjadi sangat serius jika tidak ada penanganannya. Sebaiknya pada proses sortasi,

    tidak ada pihak lain yang ikut dalam proses selain pihak perusahaan dan petugas bongkar

    muat truk pengangkut kelapa sawit.

    B. Proses Produksi

    B.1. Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

    Proses produksi kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau CPO (crude

    palm oil) melalui beberapa tahapan, proses produksi ini dimulai dari penimbangan kelapa

    sawit pada jembatan penimbangan, penerimaan buah di stasiun penerimaan buah, Stasiun

    perebusan, Stasiun penebahan, Stasiun pengepressan, Stasiun pemurnian hingga ke

    penyimpanan minyak. Sedangkan untuk menghasilkan kernel dan cangkang, dari Stasiun

    Press Masuk ke Stasiun Nut and Kernel. Secara Garis Besar, proses produksi CPO atau

    minyak kelapa sawit pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang dapat diliat dari

    diagram material balance proses produksi berikut ini :

  • 37

    Diagram 8 . Material Balane proses produksi

    Dalam tahapan tahapan proses produksi terdapat satasiun-stasiun pengolah

    yang masing-masingnya memiliki alat-alat proses atau pengolah bahan baku sebagai

    berikut :

    1. Stasiun penerimaan buah

    a. Jembatan penimbangan

    Pada stasiun penerimaan buah, terdapat alat yang disebut jembatan

    penimbangan. Jembatan penimbangan adalah tempat penimbangan atau alat ukur berat

    kapasitas besar yang biasanya digunakan untuk mengukur berat bahan ataupun produk

    yang dikirim ke kebun ataupun untuk menimbang solar yang masuk ke pabrik. Jembatan

    penimbangan menggunakan plat dari besi berukuran 8 x 2,5 meter dengan kapasitas

    maksimal 60 ton. Pengukuran berat dengan jembatan penimbangan memakai sistem

    elektronik yang dilengkapi dengan load cell dan sensor, sehingga menghasilkan output

    angka pada monitor pengendali. Penimbangan dilakukan sebanyak dua kali, penimbangan

    pertama dilakukan terhadap kendaraan bermuatan (bruto), sedangkan penimbangan kedua

    dilakukan terhadap kendaraan yang telah kosong (tarra), selisih penimbangan kendaraan

    bermuatan dengan kendaraan kosong merupakan berat bersih (netto) muatan. Kendaraan

    yang telah melakukan penimbangan memiliki karcis timbang. Karcis timbang digunakan

    sebagai bukti dari berat barang yang keluar atau masuk pabrik.

  • 38

    Gambar 5. Jembatan penimbangan

    Gambar 6. Kendaraan memasuki jembatan penimbangan

    b. Loading Rump

    Setelah TBS melalui jembatan penimbangan, TBS akan disortir dan ditampung

    pada loading rump. Loading Rump merupakan tempat penampungan sementara TBS

    sebelum dilakukan proses perebusan. Pada PTPN-I memiliki Fruit loading rump

    yang terdiri dari 12 hopper penyimpanan untuk penimbunan TBS dengan sudut

    kemiringan 120. Bagian ujung dari hopper dipasang jerjak-jerjak pembuangan pasir

    dengan lebar satu meter sepanjang dasar Loading rump dan dilengkapi dengan

    konveyor untuk mengeluarkan pasir dan sampah. Loading rump dilengkapi dengan

    pintu loading yang bekerja secara hidrolik, dimana setiap pintu dipasang pengatur

    untuk memindahkan ke dalam lori-lori perbusan.

    Gambar 7. Truk sedang memasukkan TBS ke dalam Loading rump.

  • 39

    Gambar 8. Keadaan stasiun penerimaan buah

    c. Lori

    Lori adalah wadah yang berfungsi sebagai tempat penampungan TBS dari

    loading rump dan sebagai wadah pada saat perebusan TBS. Bagian lori terdiri dari badan

    lori, ring rantai, kaitan, serta roda. Ring rantai digunakan sebagai tempat untuk

    mengaitkan rantai pada Tippler, sedangkan kaitan digunakan sebagai alat sambungan

    antar lori dan juga berfungsi sebagai tempat mengaitkan tali dari alat penarik lori. Roda

    lori digunakan untuk memudahkan perpindahan lori dari satu tempat ke tempat lain

    melalui rel. Badan lori dilengkapi dengan lubang-lubang yang berfungsi membantu

    sirkulasi steam yang merata dan memudahkan pengeluaran air kondensat. Lori di PTPN-I

    Tanjung Seumantoh memiliki kapasitas 2.4 ton TBS/unit.

    Gambar 9. Lori yang siap menampung TBS dari loading rump

    Gambar 10. Lori yang siap masuk ke dalam alat perebus

  • 40

    d. Capstand

    Capstand merupakan alat yang digunakan untuk menarik lori. Capstand di

    gerakkan oleh elektromotor berdaya 16 kW, dengan kecepatan rotasi motor sebesar 1450

    rpm. Penggunaan capstand diawali dengan mengaitkan tali capstand ke kaitan lori,

    elektromotor kemudian akan memutar katrol tali sehingga tali melilit dan sekaligus

    menarik lori.

    2. Stasiun Perebusan

    Sterilizer berbentuk tangki silinder horizontal berkapasitas 10 lori ( 24 ton

    TBS/sterilizer). Bagian-bagian sterilizer terdiri dari safety valve (katup pengaman),

    manometer tekanan, pipa exhaust, pipa inlet, pipa kondensat, dua buah pintu, rel dan

    pondasi. Steam masuk ke dalam sterilizer melalui pipa steam inlet dan keluar mealui pipa

    steam exhaust. Safety valve mengatur tekanan steam di dalam sterilizer. Air kondensat

    rebusan TBS dikeluarkan melalui pipa kondensat menuju ke bak blowdown.

    Gambar 11. Sterilizer yang siap dimasukkan lori berisi TBS

    Gambar 12. Proses perebusan pada sterilizer

    Penggunaan Sterilizer untuk proses perebusan tidak dapat dilakukan secara

    bersamaan pada waktu start yang sama, hal ini dikarenakan steam yang ada tidak cukup

    untuk memenuhi kebutuhan steam selama proses tersebut, sehingga untuk menanggulangi

    masalah tersebut proses perebusan dalam Sterilizer yang berikutnya dimulai setelah

    beberapa menit sterilizer yang pertama berjalan.

    Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, proses perebusan dilakukan bertujuan untuk :

    Menghentikan aktifitas enzim

    Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang terus bekerja dalam buah

    sebelum enzim tersebut dimati