42734763-etiologi-dan-patofisiologi-sirosis-hepatis.pdf

5
Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Sylvia A Price& Lorraine Wilson, 2002). Dengan kata lain pada sirosis hepatisi ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Tarigan P., dkk, 1981). Penyakit ini biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang memiliki dua klasifikasi etiologi, yakni etiologi yang diketahui penyebabnya dan etiologi yang tidak diketahui penyebabnya. Telah diketahui juga bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002). Etiologi sirosis hepatis yang diketahui penyebabnya meliputi: a) Hepatitis virus Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari sirosis hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus A. Penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati yang kronis. b) Alkohol Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras (Brunner & Suddarth, 1996). Alkohol dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat 1

Upload: lindinilam

Post on 07-Aug-2015

1.170 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: 42734763-Etiologi-Dan-Patofisiologi-Sirosis-Hepatis.pdf

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis

Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati

yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati yang

tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Sylvia A Price& Lorraine Wilson, 2002).

Dengan kata lain pada sirosis hepatisi ditandai dengan adanya pembentukan jaringan

ikat disertai nodul (Tarigan P., dkk, 1981). Penyakit ini biasanya dimulai dengan adanya

proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha

regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro

dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang memiliki dua klasifikasi

etiologi, yakni etiologi yang diketahui penyebabnya dan etiologi yang tidak diketahui

penyebabnya. Telah diketahui juga bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari

penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002). Etiologi

sirosis hepatis yang diketahui penyebabnya meliputi:

a) Hepatitis virus

Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari sirosis

hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak

mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta

menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus

A. Penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena

banyak terjadi kerusakan hati yang kronis.

b) Alkohol

Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras

(Brunner & Suddarth, 1996). Alkohol dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat

1

Page 2: 42734763-Etiologi-Dan-Patofisiologi-Sirosis-Hepatis.pdf

nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan berupa

sirosis hepatis. Efek yang nyata dari etil-alkohol adalah penimbunan lemak

dalam hati (Sujono Hadi, 2002).

c) Malnutrisi

Faktor kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein hewani menjadi

penyebab timbulnya sirosis hepatis. Menurut Campara (1973) untuk terjadinya

sirosis hepatis ternyata ada bahan dalam makanan, yaitu kekurangan alfa 1-

antitripsin.

d) Penyakit Wilson

Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang

muda dengan ditandai sirosis hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak, dan

terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser

Fleiscer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dan

sitoplasmin.

e) Hemokromatosis

Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada 2 kemungkinan timbulnya

hemokromatosis, yaitu :

• penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe sejak dilahirkan

• kemungkinan didapat setelah lahir (aquisita), misalnya dijumpai pada

penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari

Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hepatis.

f) Sebab-sebab lain

• Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya

sirosis kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap

anoksi dan nekrosis sentrilibuler.

2

Page 3: 42734763-Etiologi-Dan-Patofisiologi-Sirosis-Hepatis.pdf

• Sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan

dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak

dijumpai pada kaum wanita.

Sedangkan, untuk etiologi sirosis hepatis yang tidak diketahui penyebabnya

dinamakan sirosis kriptogenik. Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-

tanda hepatitis atau alkoholisme, Sedangkan dalam makanannya cukup mengandung

protein. Berdasarkan etiologi-etiologi tersebut, sirosis hepatis digolongkan menjadi tiga

tipe (Brunner & Suddarth, 1996). , yakni:

1. Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut

secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholisme

kronis.

2. Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar

sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.

3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di

sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi

(kolangitis).

Patofisiologi Sirosis Hepatis

Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian. Kejadian tersebut

dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau perlukaan

hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alkohol aktif. Hal ini kemudian

membuat hati merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks

yang mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans, dimana sel yang berperan

dalam proses pembentukan ini adalah sel stellata. Pada cedera yang akut sel stellata

membentuk kembali ekstraselular matriks ini dimana akan memacu timbulnya jaringan

parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati sehingga ditemukan

pembengkakan pada hati.

3

Page 4: 42734763-Etiologi-Dan-Patofisiologi-Sirosis-Hepatis.pdf

Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya ukuran dari

fenestra endotel hepatik menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel kapiler)

dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang cukup

besar untuk menekan daerah perisinusoidal. Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel

stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena di hati sehingga

mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati mati. Kematian

hepatocytes dalam jumlah yang besar akan menyebabkan banyaknya fungsi hati yang

rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati akan

dapat menyebabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama penyebab

terjadinya manifestasi klinis.

Mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi

terhadap aliran darah melalui hati. Selain itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteria

splangnikus. Kombinasi kedua faktor ini yaitu menurunnya aliran keluar melalui vena

hepatika dan meningkatnya aliran masuk bersama-sama yang menghasilkan beban

berlebihan pada sistem portal. Pembebanan sistem portal ini merangsang timbulnya

aliran kolateral guna menghindari obstruksi hepatik (varises).

Hipertensi portal ini mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga

perfusi ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga

aldosteron juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan

elektrolit terutama natrium . Dengan peningkatan aldosteron maka terjadi terjadi retensi

natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan dan lama-kelamaan

menyebabkan asites dan juga edema.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit hati

menahun yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul dimana terjadi

pembengkakan hati. Etiologi sirosis hepatis ada yang diketahui penyebabnya, misal

dikarenakan alkohol, hepatitis virus, malnutrisi, hemokromatis, penyakit Wilson dan

juga ada yang tidak diketahui penyebabnya yang disebut dengan sirosis kriptogenik.

Patofisiologi sirosis hepatis sendiri dimulai dengan proses peradangan, lalu nekrosis hati

yang meluas yang akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan ikta yang disertai

nodul.

4

Page 5: 42734763-Etiologi-Dan-Patofisiologi-Sirosis-Hepatis.pdf

Kepustakaan:

Brunner & Suddarth. (1996). Textbook of Medical-Surgical Nursing. 8th ed. Philadephia.

Lippincott-Raven Publishers

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2002). Pathophysiology: Clinical Concepts of

Disease Process. 6th Ed. Mosby

Sujono, Hadi. (2002). Sirosis Hepatis dalam Gastroenterologi. Ed ke-7. Bandung

Tarigan, P., Zain LH., Saragih DJ., Marpaung B. (1981). Tinjauan Penyakit Hati di

Rumah Sakit Pringadi Medan. Semarang: FK UNDIP.

5