4 perbandingan antara metode transek foto … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan...

24
4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO BAWAH AIR DENGAN TRANSEK SABUK DAN TRANSEK GARIS INTERSEP 4.1 Pendahuluan Sampai dengan awal tahun 2000-an, penelitian dengan melakukan pemotretan bawah air masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan untuk melakukan pemotretan bawah air diperlukan biaya yang relatif mahal, baik dari segi biaya peralatan kamera maupun dari segi pemrosesan fotonya. Hasil pemotretannya pun belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan kamera analog dengan kapasitas film yang terbatas untuk setiap roll-nya (+ 36 film saja) dirasakan sangat tidak praktis. Peneliti harus membatasi keinginannya untuk memotret hanya obyek-obyek yang sudah direncanakannya sebelum turun menyelam. Naik ke perahu setelah film habis untuk mengganti dengan roll film yang baru dimungkinkan meskipun tidak praktis dan juga mengandung resiko bagian dalam kamera terkena air laut. Selain itu, hasil foto kamera analog harus diproses dulu di laboratorium foto untuk dicetak di atas kertas khusus foto. Jadi, bila terjadi kesalahan teknis dalam pengambilan foto (foto kurang jelas gambarnya), maka hilanglah kesempatan mendokumentasikan obyek, yang berarti pula kehilangan informasi penting dalam penelitian. Perkembangan teknologi yang pesat pada teknologi kamera digital membuat penggunaan foto bawah air menjadi salah satu alternatif untuk menilai kondisi terumbu karang. Penggunaan kamera analog yang digantikan dengan penggunaan kamera digital dirasa jauh lebih praktis bagi penggunanya. Kapasitas film yang bisa memuat ratusan foto, dan hasil fotonya yang bisa langsung dilihat beberapa detik setelah pemotretan menjadi nilai lebih dari kamera digital dibandingkan dengan kamera analog. Perkembangan teknologi komputer termasuk piranti lunaknya juga menambah kepraktisan dalam menganalisis foto bawah air. Bila dulu sebelum berkembangnya piranti lunak untuk analisis foto, objek yang akan difoto diberi frame yang terbagi atas beberapa kotak kecil-kecil (grid) agar bisa diperkirakan luasan/persentase tutupannya (atau bila pemotretan tanpa menggunakan frame, maka persentase tutupan koloni dilakukan secara

Upload: lethuan

Post on 24-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO BAWAH AIR DENGAN TRANSEK SABUK

DAN TRANSEK GARIS INTERSEP

4.1 Pendahuluan

Sampai dengan awal tahun 2000-an, penelitian dengan melakukan

pemotretan bawah air masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan untuk

melakukan pemotretan bawah air diperlukan biaya yang relatif mahal, baik dari

segi biaya peralatan kamera maupun dari segi pemrosesan fotonya. Hasil

pemotretannya pun belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan

kamera analog dengan kapasitas film yang terbatas untuk setiap roll-nya (+ 36

film saja) dirasakan sangat tidak praktis. Peneliti harus membatasi keinginannya

untuk memotret hanya obyek-obyek yang sudah direncanakannya sebelum turun

menyelam. Naik ke perahu setelah film habis untuk mengganti dengan roll film

yang baru dimungkinkan meskipun tidak praktis dan juga mengandung resiko

bagian dalam kamera terkena air laut. Selain itu, hasil foto kamera analog harus

diproses dulu di laboratorium foto untuk dicetak di atas kertas khusus foto. Jadi,

bila terjadi kesalahan teknis dalam pengambilan foto (foto kurang jelas

gambarnya), maka hilanglah kesempatan mendokumentasikan obyek, yang

berarti pula kehilangan informasi penting dalam penelitian.

Perkembangan teknologi yang pesat pada teknologi kamera digital

membuat penggunaan foto bawah air menjadi salah satu alternatif untuk menilai

kondisi terumbu karang. Penggunaan kamera analog yang digantikan dengan

penggunaan kamera digital dirasa jauh lebih praktis bagi penggunanya. Kapasitas

film yang bisa memuat ratusan foto, dan hasil fotonya yang bisa langsung dilihat

beberapa detik setelah pemotretan menjadi nilai lebih dari kamera digital

dibandingkan dengan kamera analog. Perkembangan teknologi komputer

termasuk piranti lunaknya juga menambah kepraktisan dalam menganalisis foto

bawah air. Bila dulu sebelum berkembangnya piranti lunak untuk analisis foto,

objek yang akan difoto diberi frame yang terbagi atas beberapa kotak kecil-kecil

(grid) agar bisa diperkirakan luasan/persentase tutupannya (atau bila pemotretan

tanpa menggunakan frame, maka persentase tutupan koloni dilakukan secara

Page 2: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

36

manual dari foto yang dihasilkan), kini terdapat beberapa piranti lunak untuk

analisis fotonya. Piranti lunak yang dipakai antara lain Sigma Scan Pro, Image J

ataupun CPCe.

Metode Transek Foto Bawah Air atau Underwater Photo Transek (UPT)

merupakan metode penelitian yang memanfaatkan perkembangan teknologi, baik

teknologi kamera digital maupun teknologi komputer termasuk piranti lunaknya.

Metode UPT ini diharapkan bisa menjadi salah satu metode alternatif untuk

menilai kondisi terumbu karang. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah

apakah metode tersebut dapat dipakai untuk menilai kondisi terumbu karang.

Oleh karena itu penggunaan metode UPT perlu dikaji lebih mendalam, termasuk

melakukan kajian perbandingan antara hasil yang diperoleh menggunakan

metode UPT dengan hasil yang diperoleh menggunakan metode lain yang telah

dikenal dan umum dipakai dalam penelitian penilaian kondisi terumbu karang.

Misalnya dengan metode Transek Sabuk atau Belt transect (BT) (Hill and

Wilkinson 2004, Oliver et al. 2004) dan Transek Garis Intersep atau Line

Intercept Transect (LIT) (English et al. 1997, Mundy 1990, Hill and Wilkinson

2004, Oliver et al. 2004). Berdasarkan hal tersebut, maka pada bagian ini akan

dilakukan kajian perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan menggunakan

metode UPT dengan metode BT dan UPT. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat

menjawab pertanyaan tentang apakah penggunaan metode UPT dapat dipakai

untuk menilai kondisi terumbu karang.

4.2 Bahan dan Metode

4.2.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di sepuluh lokasi penelitian di Kepulauan Seribu

(Tabel 1). Untuk masing-masing lokasi penelitian dipilih satu stasiun, sehingga

seluruhnya terdapat sepuluh stasiun penelitian. Urutan stasiun dilakukan

berdasarkan urutan penelitian di lapangan. Posisi koordinat lintang dan bujur

stasiun penelitian di masing-masing lokasi pulau disajikan pada Lampiran 2.

Page 3: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

37

Tabel 1 Lokasi penelitian beserta kode stasiunnya

Kode Stasiun Nama pulau ST01 Semak Daun ST02 Air ST03 Kotok Besar ST04 Panjang ST05 Pantara Kecil (Hantu Kecil) ST06 Jukung ST07 Belanda ST08 Putri ST09 Tidung ST10 Tikus

4.2.2 Metode pengambilan data

Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan cara penyelaman

menggunakan peralatan selam SCUBA. Untuk setiap stasiun penelitian,

diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang

diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek dipasang sejajar garis

pantai. Selanjutnya dengan bantuan garis transek tersebut, dilakukan

pengambilan data menggunakan ketiga metode yang berbeda, yaitu metode BT,

LIT dan UPT.

Untuk metode BT, transek dilakukan pada bidang luasan 1 meter sebelah

kiri dan 1 meter sebelah kanan sepanjang 70 m garis transek, sehingga luas

bidang transek seluruhnya adalah (2 m x 70 m) = 140 m2. Semua karang keras

yang berada di dalam luasan transek diukur panjang dan lebar maksimumnya.

Untuk metode LIT, transek dilakukan sepanjang garis transek 70 m. Semua biota

dan substrat yang berada tepat di bawah garis transek dicatat posisinya pada garis

transek (transition) dengan ketelitian hingga 1 cm. Untuk metode UPT,

pengambilan foto dilakukan setiap rentang jarak 1 m, dimulai dari meter ke-1

hingga meter ke-70. Kamera yang digunakan untuk pemotretan adalah kamera

Olympus Camedia C8080WZ (selanjutnya hanya disebut sebagai kamera ”WZ”

saja). Pemotretan dilakukan pada jarak sekitar 60 cm dari dasar dan tanpa

menggunakan pembesaran (zoom) sehingga luas bidang pemotretan yang

dihasilkan untuk setiap framenya sebesar (58cm x 44cm) atau 2552 cm2. Teknis

Page 4: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

38

pelaksanaannya yang lebih rinci dari masing-masing metode telah diuraikan pada

Bab 3 Metodologi Penelitian dari disertasi ini.

Selain data lapangan yang diperoleh dari garis transek, lamanya waktu

yang diperlukan untuk pengambilan data di lapangan juga dicatat. Lamanya

waktu pengambilan data di lapangan (in situ), dan lamanya waktu pemasukan

data ke dalam komputer (data entry) (ex situ) diperlukan untuk melihat tingkat

efisiensi suatu metode terhadap metode yang lainnya.

4.2.3 Analisis data

Data-data yang diambil dari lapangan belum berupa data-data yang siap

pakai. Data-data tersebut perlu dimasukkan ke dalam komputer dan disimpan di

dalam lembaran kerja (worksheet) yang siap untuk diolah lebih lanjut. Data

mentah (row data) yang diperoleh pada pengambilan data menggunakan metode

BT dan LIT merupakan data yang bisa langsung dimasukkan ke dalam komputer.

Hal ini berbeda dengan pengambilan data menggunakan metode UPT dimana

datanya masih dalam bentuk foto-foto yang masih perlu dianalisis di ruang kerja

untuk mendapatkan data kuantitatif yang siap untuk dianalisis lebih lanjut. Jadi,

pada penggunaan metode UPT lamanya waktu pemasukan data ke dalam

komputer merupakan waktu untuk proses analisis foto, dimana data yang diambil

dari lapangan yang masih berupa foto-foto dianalisis dengan menggunakan

komputer.

Foto-foto hasil pemotretan bawah air dianalisis menggunakan piranti lunak

(software) CPCe (Kohler and Gill 2006). Piranti lunak ini bisa diunduh

(download) secara bebas lewat internet. Analisis foto dilakukan berdasarkan

keseluruhan gambar (entire image) dari masing-masing foto dan dilakukan

dengan menggunakan teknik menghitung luas area (Gambar 16).

Penggunaan panjang transek 70 m dengan pemotretan dimulai dari titik 1

m dan rentang jarang pemotretan 1 m akan menghasilkan foto sebanyak 70 frame

foto. Selanjutnya persentase tutupan untuk setiap kategori biota dan substrat

dihitung menggunakan rumus :

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑡𝑡𝑃𝑃𝑡𝑡𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑘𝑘𝑘𝑘𝑃𝑃𝑖𝑖 = 𝑙𝑙𝑡𝑡𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑘𝑘𝑘𝑘𝑃𝑃𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑃𝑃

𝑙𝑙𝑡𝑡𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑃𝑃𝑚𝑚𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑓𝑓𝑘𝑘𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑚𝑚 100%

Page 5: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

39

Gambar 16 Perhitungan luas area dari masing-masing kategori.

Sedangkan persentase tutupan untuk data yang diperoleh dengan

menggunakan metode LIT dihiung menggunakan rumus:

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑡𝑡𝑃𝑃𝑡𝑡𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑘𝑘𝑘𝑘𝑃𝑃𝑖𝑖 = 𝑃𝑃𝑘𝑘𝑃𝑃𝑚𝑚𝑙𝑙 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑖𝑖𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑘𝑘𝑘𝑘𝑃𝑃𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑃𝑃

𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑖𝑖𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑚𝑚 100%

Data yang diambil menggunakan metode BT berupa data panjang dan lebar

maksimum dari setiap jenis karang keras yang berada dalam luasan transek.

Untuk menghitung persentase tutupan karang keras dalam suatu luasan transek,

pertama-tama dihitung terlebih dahulu luas dari setiap jenis karang yang

dijumpai. Pada umumnya bentuk karang dilihat dari permukaan (atas)

menyerupai bidang elips, sehingga luas bidang setiap jenis karang diperkirakan

menggunakan rumus luas bidang elips yaitu = ½P x ½L x π, dimana P = panjang

maksimum; L = lebar maksimum; dan π = 3,14. Untuk kondisi dimana P = L

maka bentuk bidangnya adalah lingkaran. Selanjutnya persentase tutupan karang

hidup dihitung berdasarkan rumus:

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑡𝑡𝑃𝑃𝑡𝑡𝑝𝑝𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃 = 𝑃𝑃𝑘𝑘𝑃𝑃𝑚𝑚𝑙𝑙 𝑙𝑙𝑡𝑡𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑙𝑙𝑡𝑡𝑚𝑚𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑘𝑘 𝑃𝑃𝑚𝑚𝑡𝑡𝑡𝑡𝑘𝑘

𝑚𝑚 100%

Untuk melihat efisiensi suatu metode ditentukan berdasarkan analisis biaya

dan waktu (cost and time analysis) yaitu dengan mempertimbangkan faktor biaya

dan waktu yang harus ditanggung akibat penggunaan metode yang dipilih. Total

biaya dan waktu masing-masing metode lalu distandarisasikan dengan cara

membaginya dengan nilai total biaya dan waktu yang terendah di antara ketiga

Page 6: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

40

metode tersebut, dan nilainya disebut sebagai nilai koefisien efisiensi biaya dan

waktu (ψ). Semakin efisien suatu metode, maka nilai ψ akan lebih rendah

dibandingkan nilai ψ metode yang lainnya.

Untuk uji perbandingan antara ketiga metode yang dipakai (BT, LIT dan

UPT), digunakan analisis ragam (anova = analysis of variance) untuk rancangan

percobaan dengan pengukuran berulang (repeated-measures experimental design)

(Zar 1996), karena ketiga metode (perlakuan) diterapkan pada garis transek yang

sama di masing-masing stasiun penelitian. Data yang dibandingkan adalah data

persentase tutupan karang keras (HC). Sedangkan untuk kelompok yang lainnya

yaitu karang mati (DS), alga (ALG), fauna lain (OF) dan abiotik (ABI),

perbandingan hanya dilakukan untuk persentase tutupan yang diperoleh dari

metode LIT dan UPT saja karena pada metode BT tidak mengukur kelompok-

kelompok tersebut. Pada metode BT, data yang diukur hanya panjang dan lebar

maksimum karang keras (HC) saja. Uji yang digunakan untuk kelompok DS,

ALG, OF dan ABI yaitu uji t berpasangan. Anova untuk rancangan percobaan

dengan pengukuran berulang juga dilakukan terhadap data keanekaragaman

karang keras seperti jumlah jenis (S), indeks keanekaragaman (H’) dan indeks

kemerataan (J’).

Bila pada anova disimpulkan bahwa tidak semua data menghasilkan nilai

dugaan yang sama, maka dilakukan uji perbandingan berganda menggunakan uji

simultan Tukey (Neter et al. 1996, Zar 1996). Uji ini dilakukan untuk

menemukan metode mana yang memiliki nilai dugaan yang sama ataupun nilai

dugaan yang berbeda.

Sebelum dilakukan uji statistik, untuk memenuhi asumsi data berdistribusi

normal, bila perlu data ditransformasikan terlebih dahulu (Sokal and Rohlf 1995,

Neter et al. 1996, Zar 1996). Metode transformasi Box-Cox (Sokal and Rohlf

1995, Neter et al. 1996, Zar 1996) diterapkan pada data untuk menyelidiki

transformasi yang sesuai sebelum dilakukan pengujian. Untuk data berupa

persentase, sebelum dilakukan uji statistik data ditransformasi ke bentuk

transformasi Arcsin akar pangkat dua (p’ = arcsin √p) (Sokal and Rohlf 1995,

Zar 1996). Selain itu, berdasarkan frekuensi kehadiran dari setiap jenis karang

keras di masing-masing stasiun penelitian, dilakukan analisis Multi Dimensional

Page 7: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

41

Scaling (MDS) (Clarke and Warwick 2001) untuk melihat posisi dari masing-

masing Metode ataupun Stasiun. Untuk anova dan uji perbandingan digunakan

program Minitab v16, sedangkan analisis MDS menggunakan Primer v5 (Clarke

and Gorley 2001).

4.3 Hasil

4.3.1 Analisis biaya dan waktu

4.3.1.1 Biaya

Biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing metode dihitung berdasarkan

saat melakukan:

1. pengambilan data di lapangan, dan

2. pemasukan data ke dalam komputer (data entry) sehingga siap untuk

dianalisis lebih lanjut. Untuk metode UPT, waktu pemasukan data meliputi

juga waktu analisis foto.

Biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan oleh masing-masing metode

diasumsikan tidak berbeda satu dengan yang lainnya. Tabel 2 merupakan biaya

yang harus dikeluarkan akibat penggunaan metode yang dipilih, baik saat

pengambilan data di lapangan maupun saat pemasukan data ke dalam komputer.

Besarnya biaya yang dikeluarkan mungkin bervariasi antar lokasi penelitian

maupun standar pengupahan untuk personil. Untuk pekerjaan lapangan dimana

harus dilakukan penyelaman, minimal diperlukan dua penyelam, dimana satu

penyelam untuk meletakkan dan menggulung roll meter sebagai garis transek,

sedangkan satu penyelam lagi melakukan penelitian menggunakan metode UPT,

atau LIT atau pun BT.

Tabel 2 memperlihatkan bahwa biaya per hari yang dikeluarkan saat

pengambilan data di lapangan jauh lebih besar dibandingkan biaya per hari yang

dikeluarkan saat pemasukan data. Perbandingan antara biaya per hari yang

dikeluarkan saat pengambilan data di lapangan menggunaakan metode LIT dan

BT terhadap biaya per hari saat pengambilan data di lapangan menggunaakan

metode UPT serta biaya per hari saat pemasukan data (baik metode BT, LIT

maupun UPT) adalah Rp. 2.300.000,- : Rp. 2.400.000,- : Rp. 300.000,- atau 7,7 :

Page 8: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

42

8 : 1. Nilai perbandingan tersebut merupakan dasar pemberian bobot yang

diberikan untuk masing-masing metode berdasarkan biaya per hari yang harus

dikeluarkan (Tabel 3).

Tabel 2 Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing metode

(i). Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengambilan data di lapangan per hari

a. Metode LIT dan BT

- Sewa perahu

= Rp. 800.000 ,-

- Sewa 2 set peralatan selam @ Rp. 300.000,- = Rp. 600.000 ,-

- Upah 2 penyelam/peneliti @ Rp.450.000,- = Rp. 900.000 ,-

Total = Rp. 2.300.000 ,-

b. Metode UPT

- Sama dengan biaya yang dikeluarkan metode LIT dan BT = Rp. 2.300.000 ,-

- Sewa peralatan kamera bawah air = Rp. 100.000 ,-

Total = Rp. 2.400.000 ,-

(ii). Biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasukan data ke komputer per hari

Metode UPT, LIT dan BT sama, yaitu:

- Penggunaan ruangan kerja/komputer/listrik untuk input data = Rp. 100.000 ,-

- Upah 1 orang/peneliti untuk data entry = Rp. 200.000 ,-

Total = Rp. 300.000 ,-

Tabel 3 Biaya perhari yang dikeluarkan dan nilai bobot untuk pengambilan dan pemasukan data berdasarkan metode penelitian yang digunakan

Metode Biaya perhari yang harus dikeluarkan untuk:

pengambilan data lapangan pemasukan data UPT Rp.2.400.000,- Rp. 300.000,- LIT Rp.2.300.000,- Rp. 300.000,- BT Rp.2.300.000,- Rp. 300.000,-

Metode Bobot (berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan per hari) untuk:

pengambilan data lapangan pemasukan data UPT 8 1 LIT 7,7 1 BT 7,7 1

Page 9: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

43

4.3.1.2 Waktu

Untuk ketiga metode yang digunakan (BT, LIT dan UPT), dilakukan

analisis waktu yang dihitung berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk:

1. Pengambilan data di lapangan

Rerata lamanya waktu beserta nilai kesalahan baku (Standard Error)

yang diperlukan untuk melakukan pengambilan data di lapangan dengan tiga

macam metode yang berbeda untuk setiap transeknya (n=10) ditampilkan

pada Gambar 17. Lamanya waktu pengambilan data yang tercepat yaitu

dengan metode UPT yaitu sebesar ( 22,30 + 1,59) menit/transek, diikuti oleh

metode LIT (65,90 + 3,93) menit/transek, dan selanjutnya metode BT

(272,40 + 16,44) menit/transek. Pengambilan data di lapangan dengan

metode UPT terlihat tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan pengambilan

data menggunakan metode LIT, bahkan 12 kali lebih cepat dibandingkan

dengan pengambilan data menggunakan metode BT.

Gambar 17 Rerata lamanya waktu pengambilan data di lapangan beserta

nilai simpangan bakunya per transek untuk masing-masing metode

2. Pemasukan data ke dalam komputer (data entry) sehingga siap untuk

dianalisis lebih lanjut.

Berbeda dengan lamanya waktu pengambilan data di lapangan,

lamanya waktu yang diperlukan untuk memasukan data per transeknya dari

data yang diperoleh menggunakan metode UPT memerlukan waktu yang

0

100

200

300

400

BT LIT UPT

Wak

tu p

er tr

anse

k (m

enit)

Metode

Pengambilan data di lapangan

Page 10: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

44

lebih lama dibanding kedua metode yang lain, yaitu sekitar delapan kali

lamanya waktu yang dibutuhkan oleh metode LIT atau sekitar dua setengah

kali waktu yang dibutuhkan oleh metode BT (Gambar 18). Hal ini

dikarenakan data yang diperoleh dengan metode LIT dan BT sudah berupa

data yang siap untuk disimpan ke komputer dalam bentuk lembar kerja

(worksheet), sedangkan data yang diperoleh dengan metode UPT masih

berupa foto yang harus dianalisis, baru selanjutnya dimasukkan ke dalam

lembar kerja. Lamanya waktu pemasukan data (rerata + kesalahan baku)

dengan metode BT, LIT dan BT berturut-turut adalah (217,2 + 10,48), (89,6

+ 5,54) dan (734,10 + 16,42), menit per transek. Waktu tersebut termasuk

untuk memasukkan nama jenis karang keras.

Gambar 18 Rerata lamanya waktu pemasukan data per transek beserta nilai

simpangan bakunya per transek untuk masing-masing metode

Lamanya waktu yang diperlukan baik untuk pengambilan data di lapangan

maupun untuk pemasukan data dari masing-masing metode di setiap stasiun

penelitian, ditampilkan pada Lampiran 3.

4.3.1.3 Biaya dan waktu

Koefisien efisiensi biaya dan waktu untuk masing-masing metode dihitung

dengan cara mengalikan nilai bobot berdasarkan biaya yang dikeluarkan baik

saat pengambilan maupun pemasukan data dengan lamanya waktu pengambilan

dan pemasukan data. Selanjutnya dihitung rasio antar nilai-nilai yang diperoleh

0

200

400

600

800

BT LIT UPT

Wak

tu p

er tr

asne

k (m

enit)

Metode

Pemasukan data

Page 11: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

45

tersebut, atau disebut sebagai nilai koefisien efisiensi biaya dan waktu (ψ). Nilai

ψ dihitung dengan membagi nilai koefisien biaya dan waktu dari suatu metode

dengan nilai terkecil dari nilai koefisien biaya dan waktu di antara ketiga metode

(BT, LIT dan UPT). Hasilnya ditampilkan pada Tabel 4. Semakin kecil nilai ψ

maka semakin efisien dari segi biaya dan waktu. Dari nilai ψ pada Tabel 4 ini, di

antara ketiga metode yang diperbandingkan, tampak metode LIT lebih efisien

dari segi biaya dan waktu dibandingkan metode UPT dan BT, sedangkan metode

UPT lebih efisien dibanding metode BT. Efisiensi metode LIT 1,53 kali efisiensi

metode UPT.

Tabel 4 Perhitungan koefisien biaya dan waktu untuk masing-masing metode penelitian (UPT, LIT, BT)

Metode Rerata lamanya waktu (menit) per transek untuk:

pengambilan data lapangan pemasukan data

UPT 22,3 734,1 LIT 65,9 89,6 BT 272,4 217,2

Metode Koefisien biaya dan waktu (waktu x bobot biaya) untuk:

pengambilan data lapangan (a)

pemasukan data (b)

Total (a+b)

Rasio= ψ

UPT 22,3 x 8 734,1 x 1 912,50 1,53 LIT 65,9 x 7,7 89,6 x 1 597,03 1,00 BT 272,4 x7,7 217,2 x 1 2314,68 3,88

4.3.2 Persentase tutupan

Kategori biota dan substrat dikelompokkan ke dalam lima kelompok yaitu

kelompok Karang keras (Hard Coral = HC), Karang mati (Dead Scleractinia =

DS), Alga (Algae = ALG), Fauna Lain (Other Fauna = OF) dan Abiotik (Abiotic

= ABI). Persentase tutupan untuk kelompok HC dihitung menggunakan metode

BT, LIT dan UPT, sedangkan untuk empat kelompok yang lainnya hanya

menggunakan kelompok LIT dan UPT. Rerata persentase tutupan masing-

masing kelompok beserta nilai kesalahan bakunya (SE = standard error)

berdasarkan metode yang digunakan, ditampilkan pada Lampiran 4 dan Gambar

19.

Page 12: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

46

Secara umum terlihat bahwa untuk kelompok HC, nilai rerata yang

diperoleh dengan metode UPT cenderung sedikit lebih rendah dibandingkan

dengan yang diperoleh metode BT dan LIT. Demikian juga pada DS dan OF

dimana hasil yang diperoleh dengan metode UPT cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan metode LIT. Hal sebaliknya terjadi untuk kelompok ALG

dan ABI dimana hasil yang diperoleh dengan metode UPT cenderung lebih

tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan metode LIT. Untuk

melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil yang diperoleh dari

metode yang berbeda maka dilakukan anova (untuk kelompok LC) dan uji t

berpasangan (untuk empat kelompok yang lainnya). Transformasi arcsin akar

pangkat dua dilakukan terhadap data persentase tutupan sebelum dilakukan

anova maupun uji t berpasangan.

Gambar 19 Rerata persentase tutupan beserta nilai kesalahan baku masing-

masing kelompok berdasarkan metode yang digunakan (n=10)

Page 13: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

47

4.3.2.1 Karang keras (Hard Coral = HC)

Persentase tutupan HC yang diperoleh di masing-masing stasiun penelitian

dengan tiga macam metode yang berbeda ditampilkan pada Gambar 20.

Berdasarkan Gambar 20 tersebut terlihat bahwa persentase tutupan HC bervariasi

antar stasiun penelitian. Adanya variasi antar stasiun penelitian juga dibuktikan

dengan nilai p yang rendah (p < 0,01) untuk variasi antar stasiun penelitian

(Tabel 5). Adanya variansi antar stasiun menunjukkan bahwa data persentase

tutupan yang ingin dibandingkan berdasarkan penggunaan metode dilakukan

pada stasiun yang memiliki persentase tutupan karang keras yang beragam. Hasil

anova juga menunjukkan bahwa meskipun metode yang dipergunakan berbeda,

tetapi hasil yang diperoleh oleh ketiga metode tersebut untuk menduga nilai

persentase tutupan karang keras relatif sama (p > 0,01) (Tabel 5).

Gambar 20 Persentase tutupan karang keras di masing-masing stasiun penelitian

yang dihitung dengan tiga metode berbeda (BT, LIT dan UPT)

Tabel 5 Hasil anova untuk persentase tutupan HC (data ditransformasi ke bentuk arcsin akar pangkat dua)

Sumber variasi Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Rerata kuadrat F p

Stasiun 9 1460,65 162,295 5,78 0,000 Metode 2 12,00 6,002 4,65 0,024 Sesatan 18 23,23 1,290 Total 29 1495,88

0

20

40

60

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Tutu

pan

(%)

Stasiun

Karang keras (HC)

BTLITUPT

Page 14: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

48

4.3.2.2 Karang mati (Dead Scleractinia = DS)

Persentase tutupan kelompok DS di masing-masing stasiun penelitian yang

dihitung menggunakan metode UPT umumnya lebih rendah dibandingkan

dengan yang dihitung menggunakan metode LIT (Gambar 21). Uji t untuk data

berpasangan terhadap data persentase tutupan kelompok DS menghasilkan nilai

p = 0,032 yang berarti bahwa persentase tutupan DS yang dihasilkan dengan

kedua metode akan memberikan hasil yang relatif sama (p > 0,01).

Gambar 21 Persentase tutupan karang mati di masing-masing stasiun penelitian

yang dihitung dengan dua metode berbeda

4.3.2.3 Alga (Algae = ALG)

Tutupan alga yang dijumpai di masing-masing stasiun penelitian terlihat

bervariasi (Gambar 22). Pada umumnya persentase tutupan alga yang dihitung

dengan metode LIT cenderung lebih tinggi dibanding dengan yang dihitung

menggunakan metode UPT. Meskipun begitu, variasi yang terjadi di dalam

stasiun akibat penggunaan 2 macam metode yang berbeda (LIT dan UPT)

terlihat tidak signifikan (p > 0,01). Hal ini dibuktikan dengan nilai p = 0,085

pada uji t untuk data berpasangan terhadap data persentase tutupan kelompok

ALG.

0

1

2

3

4

5

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Tutu

pan

(%)

Stasiun

Karang mati (DS)

LITUPT

Page 15: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

49

Gambar 22 Persentase tutupan alga di masing-masing stasiun penelitian yang

dihitung dengan dua metode berbeda

4.3.2.4 Fauna lain (Other Fauna = OF)

Fauna lain yang dijumpai di sepuluh stasiun penelitian tampak memiliki

variasi yang tinggi antar stasiun penelitian. Variasi yang tinggi di dalam stasiun

karena penggunaan dua metode yang berbeda (LIT dan UPT) sekilas juga

tampak terutama pada ST02, ST04, dan ST05 (Gambar 23), dimana tutupan OF

yang diperoleh menggunakan metode LIT cenderung lebih tinggi dibandingkan

tutupan OF yang diperoleh menggunakan metode UPT. Meskipun secara grafis

terlihat perbedaan yang mencolok, tetapi perbedaan paling tinggi hanya sekitar

5% dan terjadi di ST05. Hasil uji t berpasangan terhadap data persentase tutupan

kelompok OF tidak dapat membuktikan bahwa hasil yang diperoleh dengan

kedua metode (LIT dan UPT) berbeda secara signifikan (p > 0,01). Nilai p yang

diperoleh pada uji t tersebut yaitu p = 0,033.

0

20

40

60

80

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Tutu

pan

(%)

Stasiun

Alga (ALG)

LITUPT

Page 16: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

50

Gambar 23 Persentase tutupan fauna lain di masing-masing stasiun penelitian

yang dihitung dengan dua metode berbeda

4.3.2.5 Abiotik (Abiotic = ABI)

Nilai rerata persentase tutupan abiotik beserta kesalahan bakunya yang

diperoleh dengan kedua metode ditunjukkan pada Gambar 24. Uji t berpasangan

terhadap data persentase tutupan kelompok ABI memeperoleh nilai p = 0,104

yang berarti hasil yang diperoleh oleh kedua metode (LIT dan UPT) untuk

menduga persentase tutupan abiotik tidak berbeda secara nyata (p > 0,01).

Gambar 24 Persentase tutupan abiotik di masing-masing stasiun penelitian yang

dihitung dengan dua metode berbeda

0

2

4

6

8

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Tutu

pan

(%)

Stasiun

Fauna lain (OF)

LITUPT

0

20

40

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Tutu

pan

(%)

Stasiun

Abiotik (ABI)

LITUPT

Page 17: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

51

4.3.3 Keanekaragaman karang keras

Frekuensi kehadiran dari setiap jenis karang yang dijumpai di masing-

masing stasiun penelitian berdasarkan metode penelitian yang digunakan

ditampilkan pada Lampiran 5, Lampiran 6 dan Lampiran 7. Berdasarkan data

frekuensi kehadiran tersebut dihitung nilai keanekaragaman dari karang keras

meliputi nilai S (jumlah jenis), H’ (indeks keanekaragaman jenis) dan J’(indeks

kemerataan jenis), yang hasil perhitungannya ditampilkan pada Lampiran 8.

Histogram untuk ketiga nilai keanekaragamanan tersebut ditampilkan pada

Gambar 25, Gambar 26 dan Gambar 27.

Gambar 25 Jumlah jenis karang keras yang dijumpai selama penelitian dengan

menggunakan tiga metode yang berbeda (BT, LIT, UPT)

Gambar 26 Nilai H’ yang diperoleh di masing-masing stasiun penelitian dengan

menggunakan tiga metode yang berbeda (BT, LIT, UPT)

0

40

80

120

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Jum

lah

Jeni

s (S)

Stasiun

BTLITUPT

0

2

4

6

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Inde

s Kea

neka

raga

man

(H')

Stasiun

BTLITUPT

Page 18: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

52

Gambar 27 Nilai J’ yang diperoleh di masing-masing stasiun penelitian dengan

menggunakan tiga metode yang berbeda (BT, LIT, UPT)

Sebelum dilakukan anova, data ditransformasikan dahulu kedalam bentuk

akar pangkat dua untuk nilai S dan H’, sedangkan untuk nilai J’

ditransformasikan ke dalam bentuk pangkat dua. Hasil anova menunjukkan

bahwa tidak semua metode yang digunakan (BT, LIT dan UPT) akan

memberikan nilai S, H’ dan J’ yang sama (p < 0.01) (Tabel 6).

Tabel 6 Nilai p hasil anova pada data nilai keanekaragaman untuk sumber variasi Metode (BT, LIT dan UPT)

Nilai keanekaragaman Nilai p S’ = √S 0,000

H’’ = √H’ 0,000 J’’ = J’ 0,000 2

Nilai S yang dijumpai dengan menggunakan metode BT merupakan yang

terbanyak, diikuti oleh metode UPT, baru kemudian metode LIT (Gambar 25,

Tabel 7 dan Tabel 8). Sedangkan nilai H yang dihasilkan dengan metode BT juga

merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan metode UPT dan LIT,

sedangkan antara metode UPT dan LIT relatif tidak berbeda (p>0,01) (Gambar

26, Tabel 7 dan Tabel 8). Sebaliknya, nilai tertinggi untuk J’ diperoleh dengan

metode LIT, kemudian BT dan yang terkecil UPT (Gambar 27, Tabel 7 dan

Tabel 8).

0.60

0.80

1.00

ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10

Inde

ks K

emer

ataa

n (J'

)

Stasiun

BTLITUPT

Page 19: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

53

Tabel 7 Nilai p hasil uji simultan Tukey pada perbandingan berganda antara metode BT, LIT dan UPT

Uji perbandingan Nilai p

√S √H’ (J’)2 BT terhadap LIT 0,000 0,000 0,001 BT terhadap UPT 0,000 0,000 0,004 LIT terhadap UPT 0,000 0,027 0,000

Tabel 8 Keputusan dari uji simultan Tukey antara metode BT, LIT dan UPT

Nilai Keputusan √S µBT > µUPT > µLIT √H’ µBT > µUPT = µ(J’)

LIT µ2

LIT > µBT > µ UPT

Adanya perbedaan-perbedaan tersebut merupakan sesuatu yang mungkin

saja terjadi. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan luasan pengambilan sampel

yang tidak sama antar ketiga metode. Pada metode BT, ukuran pengambilan

sampel adalah (2 x 70) m2 = 140 m2. Pada metode LIT, pengambilan sampel

bukan berupa luasan bidang tetapi merupakan panjang garis dimana panjang

garisnya adalah 70 m. Sedangkan pada metode UPT, luasan bidang yang diamati

adalah = 70 x 2552 cm2 = 178640 cm2 = 17,864 m2 atau sekitar 0,128 kali luas

bidang pengamatan dengan metode BT. Besarnya jumlah jenis yang dijumpai

akan meningkat dengan semakin luasnya pengamatan (luas sampel), hingga pada

suatu luasan tertentu, penambahan luas pengamatan tidak akan lagi merubah

nilai S secara signifikan. Perubahan nilai S yang terjadi tentu saja akan

mempengaruhi nilai H’ dan J’. Tingginya nilai indeks keanekaragaman Shannon

(H’) pada metode BT kemungkinan disebabkan oleh bidang pengamatan yang

lebih luas dibandingkan dengan metode LIT dan UPT. Pada pengamatan yang

lebih luas, jenis-jenis karang keras termasuk jenis-jenis yang tidak dominan

mungkin saja dapat dijumpai. Akibatnya, nilai indeks keanekaragaman Shannon

akan meningkat. Sedangkan tingginya nilai indeks kemerataan Piellou (J’) pada

metode LIT dibandingkan pada metode BT dan UPT kemungkinan disebabkan

Page 20: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

54

oleh sedikitnya luas bidang yang diamati. Semakin kecil luas bidang pengamatan,

perbedaan antara jenis karang keras yang dominan dengan yang tidak dominan

kurang begitu terlihat jelas dibandingkan dengan bidang pengamatan yang lebih

luas. Akibatnya, nilai indeks kemerataan Piellou (J’) akan semakin lebih tinggi

pada luas bidang pengamatan yang lebih kecil (metode LIT).

Analisis MDS yang dilakukan terhadap frekuensi kehadiran setiap jenis

karang keras yang dihitung menggunakan nilai kemiripan Bray-Curtis (data

ditransformasi ke akar pangkat dua dan distandarisasi) memperlihatkan bahwa

pengelompokan yang terjadi lebih cenderung dikarenakan stasiun penelitiannya

(Gambar 28), bukan karena metode yang digunakan (Gambar 29). Jadi,

walaupun nilai-nilai keanekaragaman karang keras memperlihatkan hasil yang

berbeda untuk setiap metode yang digunakan, tetapi perbandingan nilai-nilai

keanekaragaman karang keras antar stasiun penelitian masih dimungkinkan bila

metode yang digunakan sama.

Gambar 28 MDS menggunakan kemiripan Bray-Curtis terhadap data frekuensi

kehadiran setiap jenis karang keras di masing-masing stasiun dengan tiga metode yang berbeda (BT, LIT dan UPT) yang ditransformasi ke bentuk akar pangkat dua dan distandarisasi, dimana stasiun sebagai faktor

Page 21: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

55

Gambar 29 MDS menggunakan kemiripan Bray-Curtis terhadap data frekuensi

kehadiran setiap jenis karang keras di masing-masing stasiun dengan tiga metode yang berbeda (BT, LIT dan UPT) yang ditransformasi ke bentuk akar pangkat dua dan distandarisasi, dimana metode sebagai faktor

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, penggunaan metode UPT menduga nilai

persentase tutupan semua kelompok biota dan substrat yang relatif sama (p >

0,01) dengan yang diperoleh menggunakan metode BT maupun LIT. Tetapi,

perbedaan hasil antara ketiga metode tersebut terjadi pada nilai keanekaragaman

karang keras (S, H’ dan J’). Penggunaan metode BT akan memberikan nilai S

dan H’ yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan metode UPT maupun

LIT. Sebaliknya, untuk nilai J’, penggunaan metode LIT memberikan nilai yang

lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan metode BT dan UPT.

Secara teoritis, banyaknya jenis karang keras (S) yang dijumpai akan

semakin bertambah dengan semakin bertambahnya luas bidang pengamatan,

hingga pada suatu luasan tertentu tidak akan lagi dijumpai jenis baru.

Meningkatnya nilai S yang diperoleh tentunya akan mempengaruhi nilai H’ dan

J’. Bila mengamati jumlah jenis karang keras yang dijumpai dengan

menggunakan metode BT, dan membandingkannya dengan jumlah jenis karang

keras yang dijumpai dengan menggunakan metode LIT maupun UPT, diperoleh

selisih yang tinggi (Gambar 25). Hal ini mungkin disebabkan karena bidang

pengamatan dengan kedua metode (LIT dan UPT) kurang mewakili

(representatif) untuk menggambarkan luas bidang pengamatan seperti halnya

Page 22: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

56

pada metode BT, terutama untuk mendeteksi nilai keanekaragaman jenis karang

keras. Jadi, jika tujuan penelitian ingin mengetahui jumlah keanekaragaman jenis

di suatu lokasi, tentunya data jumlah jenis tidak cukup hanya berdasarkan hasil

yang diperoleh dari metode UPT. Penggunaan observasi bebas dengan

mengamati jenis-jenis karang sepanjang garis transek tentunya akan bermanfaat

untuk menambah data keanekaragaman karang keras pada suatu lokasi penelitian.

Tetapi jika tujuannya hanya untuk melakukan kajian perbandingan antara satu

stasiun dengan stasiun yang lainnya (misalnya dalam menyimpulkan bahwa

suatu stasiun memiliki keragaman karang keras yang lebih tinggi dibandingkan

stasiun yang lainnya), maka penggunaan metode UPT tetap dapat dipakai

sebagai kajian perbandingan antar stasiun atau lokasi pengamatan, sepanjang

stasiun yang diperbandingkan tersebut sama-sama menggunakan metode UPT

yang sama.

Beberapa bias pengukuran saat pengambilan data di lapangan dapat terjadi.

Pada metode BT, kelebihan pencatatan (over estimate) mungkin saja terjadi saat

menghitung panjang atau lebar maksimum suatu koloni karang, terutama pada

koloni karang yang berbentuk bundar masif, dimana pengukurannya sedikit

melengkung mengikuti bentuk karang yang bundar (Gambar 30). Padahal

seharusnya pengukuran harus diproyeksikan tegak lurus ke atas/permukaan,

seolah-olah bidang yang diamati merupakan bidang 2 dimensi yang dilihat dari

permukaan.

Gambar 30 Kesalahan dalam pengukuran pada metode BT

Page 23: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

57

Kelebihan pencatatan dengan metode BT juga mungkin saja terjadi bila

kontur dasar terumbu karang tidak rata sehingga mungkin saja karang yang

tumbuh pada bagian dasar yang lebih rendah dan berada tersembunyi di bawah

karang yang lain ikut terukur pula. Padahal pengambil data harus menganggap

bahwa bidang pengamatan merupakan bidang 2 dimensi, sehingga bila terdapat

koloni karang yang tumbuh pada bagian yang tertutup oleh koloni karang

diatasnya, pencatatan hanya dilakukan pada koloni karang yang menempati

bagian atas saja. Luasnya bidang pengamatan pada metode BT memungkinkan

juga bias karena tidak tercatatnya koloni-koloni karang yang berukuran kecil.

Hal ini bisa disebabkan oleh rasa letih karena beban pekerjaan yang besar,

ataupun karena pandangan pengamat lebih terkonsentrasi pada karang-karang

yang berukuran besar sehingga karang-karang yang berukuran kecil tidak terlihat.

Penggunaan metode LIT untuk menilai kondisi terumbu karang juga tidak

terlepas dari beberapa kesalahan teknis di lapangan. Pencatatan lebih (over

estimate) bisa terjadi saat garis transek menyinggung hanya bagian pinggir

karang keras, tetapi dicatat seolah-olah karang keras tersebut berada tepat di

bawah garis transek. Apalagi bila pada saat pengamatan kondisi perairan

berombak atau berarus kuat, sehingga posisi garis transek berubah-ubah. Untuk

itu, pengamat harus rajin-rajin mengingat posisi terakhir pencatatan datanya.

Bias karena tidak tercatatnya karang keras pada pelaksanaan metode LIT bisa

terjadi saat dimana dijumpai tutupan abiotik yang sangat luas, sepanjang garis

transek. Mungkin saja pada kondisi seperti ini, karang-karang, terutama yang

berukuran kecil yang kebetulan tepat berada di bawah garis transek luput dari

pencatatan.

Penggunaan metode UPT juga tidak luput dari kesalahan, terutama bila

hasil foto yang dihasilkan kurang begitu jelas. Tidak jelasnya hasil foto bisa

disebabkan karena saat pengambilan gambarnya bergoyang, perairan yang

kurang jernih atau pun karang yang berada dalam bidang pemotretan memiliki

ukuran koloni yang kecil. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya selain pengambilan

foto yang nantinya akan diproses, juga bisa dilakukan pengambilan foto lagi

sebagai ”foto bantu”. Pada foto bantu ini, pemotretan koloni karang tersebut

dilakukan kembali dari jarak yang lebih dekat atau bisa juga menggunakan

Page 24: 4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO … · diletakkan garis transek dengan cara meletakkan roll meter sepanjang 70 m yang diletakkan pada kedalaman sekitar 3-5 m. Garis transek

58

pembesaran (zoom) sehingga akan sangat membantu sekali saat proses analisis

foto.

Meskipun diantara ketiga metode yang diperbandingkan (BT, LIT dan

UPT) metode LIT merupakan metode dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi

(kecuali pada persentase tutupan kelompok Fauna Lain), namun penggunaan

metode UPT tetap bisa dipertimbangkan sebagai metode alternatif untuk

penilaian kondisi terumbu karang. Hasil yang diperoleh menggunakan metode

UPT tidak berbeda dengan kedua metode yang lain (BT dan LIT) untuk menduga

kelompok biota dan substrat. Pada analisis biaya dan waktu yang merupakan

dasar untuk mengetahui efisiensi suatu metode, hanya mempertimbangan dari

segi materi saja, tanpa mempertimbangkan faktor psikologis pengambil data

yang melakukan penyelaman. Selain itu, faktor keamanan dan kenyamanan saat

pengambilan data di lapangan, terutama pada saat kondisi perairan berombak

juga tidak diperhitungkan.

Berdasarkan-uraian-uraian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa metode

UPT dapat digunakan untuk menilai kondisi terumbu karang. Dengan demikian,

langkah selanjutnya adalah menentukan teknik analisis apa yang efisien tapi juga

akurat untuk menganalisis foto yang dihasilkan dengan metode UPT. Tahap

tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya.

4.5 Kesimpulan

Penggunaan metode UPT bisa dijadikan metode alternatif untuk menilai

kondisi terumbu karang. Meskipun nilai keanekaragaman karang keras yang

diperoleh dengan menggunakan metode UPT berbeda dengan nilai

keanekaragaman yang diperoleh menggunakan metode BT, namun hasil yang

diperoleh dapat dipakai untuk membandingkan keanekaragaman karang keras

antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya (bila sama-sama menggunakan

metode UPT).