4. analisis data 4.1. gambaran umum objek penelitian …
TRANSCRIPT
48 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Satlantas Polrestabes Surabaya
Satlantas Polrestabes Surabaya adalah bagian dari Kepolisian Wilayah
Kota Besar di Surabaya. Kantor Urusan SIM Satlantas Polrestabes Surabaya
berdiri pada tahun 1976 dengan sebutan Kantor Satuan Administrasi Satu Atap
atau yang biasa disebut SAMSAT, melalui Surat Keputusan Bersama tiga menteri
yaitu Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI, Menteri Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri yang terangkum dalam SKB Menhankam, Menkeu dan
Mendagritanggal 28 Desember 1976 dengan Nomor Pol Kep/13/XII/1976, Nomor
Kep 1693/MK/12/1976 dan serta SE Mendagri tanggal 28 Juni 1977 No. 16/1977
Tentang Pedoman Pelaksanaan SAMSAT dalam Pengeluaran SIM, STNK,
Pembayaran PKB dan BBNKB. (Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015)
Dalam operasionalisasinya, SAMSAT secara koordinatif (bersifat
koordinasi) dan integrasi (pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh)
dilakukan oleh empat instansi yaitu, Pertama, Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) yang mempunyai fungsi dan kewenangan di bidang registrasi
dan identifikasi kendaraan bermotor. Kedua, Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda)
dibidang pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor, Bank BRI di bidang
pemungutan biaya SIM dan Ketiga adalah PT. Jasa Raharja dibidang asuransi
kecelakaan lalu lintas.
Secara historis, Keberadaan SAMSAT di jawa timur di mulai sejak tahun
1977, dan Surabaya sebagai ibu kota propinsi pada awalnya hanya memiliki satu
kantor SAMSAT yang berlokasi jalan Ngemplak yang menangani lima wilayah
yaitu Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Tengah dan
Surabaya Utara. Dalam rentang waktu 11 tahun, Kantor SAMSAT Ngemplak
dianggap kurang layak lagi menjadi kantor pelayanan, Karena pesatnya
peningkatan jumlah masyarakat yang harus dilayani.
49 Universitas Kristen Petra
Meningkatnya volume pelayanan ditambah dengan kesadaran dan
keinginan untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, menjadi alasan
utama dilakukannya pemecahan kantor SAMSAT Surabaya yang selama ini hanya
tersentralisasi di satu lokasi. Pemecahan Kantor SAMSAT kemudian dilakukan
secara terencana, bertahap dan berkesinambungan yang disesuaikan dengan
wilayah kerjanya. Oleh karena itu, sejak tahun 1988 kantor SAMSAT
Ngemplakyang menangani urusan dan pengeluaran STNK, Pembayaran PKB dan
BBNKB dipindahkan ke kantor baru yang dianggap lebih memenuhi standart
pelayanan, yaitu kantor yang berlokasi di jalan Manyar Kertoarjo, Sedangkan
SAMSAT yang menangani urusan dan pengeluaran SIM sejak tahun1994
dipindahkan ke kantor baru yang dianggap lebih memenuhi standart pelayanan
dan lebih luas, yaitu kantor yang berlokasi di jalan Ikan Kerapu atau yang biasa
disebut kantor Urusan SIM Colombo. Bila dilihat di kantor Satpas Colombo
tempat pemohon SIM baru atau perpanjangan, setiap hari banyaknya orang
berjubel untuk mengurus SIM, yang membuat suasana menjadi tidak nyaman,
proses lama dan melelahkan, dan mudah dimanfaatkan oleh calo. Oleh karena itu
dengan perkembangan teknologi yang menuntut adanya pelayanan yang lebih
cepat, birokrasi yang mudah dan akuntabilitas public yang memadai, maka
dibuatlah suatu unit pelayanan khusus didalam pelaksanaan perpanjangan SIM
melalui Mobil Unit Pelayanan SIM keliling. Semenjak diluncurkan pelayanan
SIM Keliling tanggal 20 februari 2007 hingga sekarang antusias masyarakat
dalam hal pengurusan perpanjangan SIM di mobil SIM keliling terus meningkat.
Dalam hal pelayanan perpanjangan SIM SatLantas Polrestabes Surabaya terus
mengadakan analisa dan evaluasi untuk terus meningkatkan pelayanan
perpanjangan SIM agar masyarakat perkotaan surabaya yang mobilitasnya sangat
tinggi dan sibuk dapat tetap melakukan perpanjangan SIM di mobil SIM Keliling.
Masyarakat Surabaya saat ini tidak perlu repot untuk mengurus perpanjangan
SIM, karena Satlantas Polrestabes Surabaya telah memberikan pelayanan
perpanjangan SIM di Mobil SIM keliling.
SIM Keliling adalah wujud pengembangan / peningkatan terhadap
pelayanan SIM dalam perpanjangan guna meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Disebut SIM Keliling karena layanan perpanjangan SIM yang berada
50 Universitas Kristen Petra
dilokasi - lokasi wilayah Surabaya menggunakan mobil SIM Keliling. Konsep ini
harus menyentuh segmen masyarakat manapun. Mobil SIM keliling berada di
tempat – tempat yang dianggap strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Dan hingga saat ini SIM kembali melakukan inovasi untuk memudahkan
masyarakat dalam perpanjangan SIM dengan program baru yang diciptakan yaitu
SIM online. Data – data penjelasan di atas mengenai Satlantas Polrestabes
Surabaya didapatkan oleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan peneliti
dengan Satlantas Polrestabes Surabaya pada Desember 2015.
4.1.1.1. Visi dan Misi Satlantas Polrestabes Surabaya
Satlantas Polrestabes Surabaya mempunyai visi dan misi yaitu:
Visi Satlantas Polrestabes Surabaya
menjamin tegaknya hukum dijalan yang bercirikan perlindungan atas
hak – hak asasi, penegakan demokrasi sebagai masyarakat modern
yang hidup dalam kebenaran dalam rangka kepastian hukum dan
keadilan serta perlindungan lingkungan hidup dalam menyonsong
Indonesia baru.
Misi Satlantas Polrestabes Surabaya
Melindungi masyarakat pengguna jalan dengan berpegangan teguh
pada Hak Asasi Manusia (HAM), nilai – nilai Demokrasi dan
melaksanakan penegakan hukum dalam menjamin kepastian hukum
dan keadilan. (data Satlantas Polrestabes Surabaya, 22 Mei 2016).
Gambar 4.1. Logo Satlantas Polrestabes Surabaya
Sumber: Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015
51 Universitas Kristen Petra
4.1.2. Sosialisasi Program SIM online
Pihak Kepolisian Surabaya cukup banyak melaksanakan sosialisasi
program – program untuk membuat masyarakat menjadi lebih tertib di jalan.
Salah satu sosialisasi program itu adalah sosialisasi program SIM online.
Sosialisasi program SIM online merupakan program dari Satlantas Polrestabes
Surabaya yang bekerjasama dengan Humas dari Polrestabes Surabaya. Sosialisasi
program SIM online telah dilakukan sejak 6 Desember 2015 dan masih berlanjut
hingga saat ini. Tujuan dari adanya SIM online adalah bentuk upaya
membangun dan melaksanakan pelayanan prima kepada masyarakat di bidang
regident SIM guna terciptanya zero complain, bebas korupsi dan terciptanya
birokrasi bersih. Sentralisasi data SIM untuk memudahkan online
perpanjangan/pengalihan golongan SIM, pembayaran via Bank, online registrasi
serta memudahkan pengawasan dan peningkatan tanggung jawab pejabat penerbit
SIM.
Sedangkan keuntungan dan manfaat dari SIM online adalah meningkatkan
kemampuan Satpas (Satuan Penyelenggara Administrasi SIM) yang telah ada
menjadi online perpanjangan/pengalihan golongan SIM; Pembayaran SIM bisa
dilakukan melalui petugas dan via bank (ada keterkaitan data sim/pengemudi dan
data pembayaran sehingga dapat mengontrol data penerima dan penyetoran);
Permohonan SIM baru, perpanjangan dan pengalihan golongan SIM dapat
registrasi dari internet; Aplikasi SIM untuk petugas di Satpas/Polres berbasis
WEB, sehingga tidak perlu instalasi dan upgrade versi di PC Satpas.
Gambar 4.2. Spanduk Sosialisasi SIM online
Sumber: Satlantas Polrestabes Surabaya, Agustus 2016
52 Universitas Kristen Petra
4.1.2.1. Struktur Organisasi Satlantas Polrestabes Surabaya
Berikut adalah struktur organisasi dari Satlantas Polrestabes Surabaya:
Kasat Lantas : AKBP Ade Wira Siregar, SIK, MSi
Wakasat Lantas : Kompol Imara Utama, SH, SIK
Kanit Regident : AKP Sigit Indra P, SH
Kasubnit I : Ipda h.Anwar
Kasubnit II : Aiptu Sami
Baurmin SIM : Brigadir Okta P
Dalam stuktur organisasi ini yang berperan sebagai Humas adalah Humas
dari Polrestabes Surabaya adalah Lili Jafar.
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
4.2.1. Uji Validitas
Sebelum peneliti menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden
penelitian yang berjumlah 100 orang, peneliti terlebih dahulu melakukan uji
validitas dan reliabilitas kuesioner kepada 30 responden. Uji Validitas digunakan
untuk menguji apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu uji coba dan
dilakukan analisis. Bila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk,
berarti semua item (pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu mengukur apa yang
kita ukur. (Effendi & Tukira, 2012, p. 139). Pengukuran validitas dilakukan
kepada 30 responden dengan menghitung koefisien korelasi, kemudian
membandingkan r Coorected Item Total Correlation dengan r-tabel. Proses
perhitungan dilakukan dengan menggunakan software SPSS for Windows Version
22.0.
Hasil data dianggap valid bila angka korelasi lebih tinggi dari angka kritik
tabel korelasi nilai –r (rtabel) yaitu 0.361. Dari hasil pengujian validitas maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
53 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Validitas
Indikator Item r hitung Titik Kritis Keterangan
Memiliki narasumber terpercaya yang 1 0.667 0.361 Valid
memberikan Informasi mengenai sosialisasi 2 0.660 0.361 Valid
program SIM online 3 0.533 0.361 Valid
Memberikan penjelasan dan kemudahan 4 0.504 0.361 Valid
kepada masyarakat dalam perpanjangan 5 0.565 0.361 Valid
SIM 6 0.565 0.361 Valid
Memberikan informasi yang akurat yang 7 0.504 0.361 Valid
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya 8 0.506 0.361 Valid
kepada masyarakat 9 0.504 0.361 Valid
Mengajak dan memberikan informasi 10 0.474 0.361 Valid
kepada masyarakat agar mau menggunakan 11 0.584 0.361 Valid
SIM online 12 0.416 0.361 Valid
Memiliki informasi yang konsisten dan 13 0.847 0.361 Valid
dapat dilanjutkan kepada masyarakat lain 14 0.474 0.361 Valid
yang tidak dapat mengikuti sosialisasi 15 0.415 0.361 Valid
Menggunakan beberapa media yang dapat 16 0.451 0.361 Valid
mendukung keberhasilan dari sosialisasi 17 0.474 0.361 Valid
program SIM online 18 0.589 0.361 Valid
Memiliki narasumber yang dapat mengerti 19 0.584 0.361 Valid
dan memahami kebutuhan masyarakat 20 0.778 0.361 Valid
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, diketahui nilai setiap efektif pada kolom r
hitung lebih besar dari 0.361, sehingga setiap item efektivitas dinyatakan valid.
Hal ini menyetakan bahwa pernyataan – pernyataan tersebut adalah valid. Valid di
sini berarti kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian
yaitu efektivitas komunikasi Humas dalam Sosialisasi program SIM online oleh
Satlantas Polrestabes Surabaya dan dapat dilanjutkan penyebarannya kepada
keseluruhan responden.
54 Universitas Kristen Petra
4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Effendi & Tukira, 2012, p.
141). Keandalan atribut masing-masing variabel antara lain dapat diketahui
melalui pengujian internal teknik reliabilitas pada daftar pertanyaan dilakukan
dengan melakukan teknis analisis cronbachs alpha. Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6. Dalam penelitian ini
dalam menguji validitas alat ukur penelitian, maka peneliti akan dibantu dengan
menggunakan SPSS for Windows 22.0
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Reliabilitas
Komponen Alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan
Efektivitas 0.887 0.6 Reliabel
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Berdasarkan tabel pengujian reliabilitas di atas, diketahui bahwa semua
variabel memiliki alpha crobach lebih dari nilai kritis yaitu 0.6 sehingga
dinyatakan reliabel. Sehingga dapat disimpulkan pada komponen efektivitas
dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Hal ini menujukkan
bahwa kuesioner mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya.
55 Universitas Kristen Petra
4.3. Deskripsi Data
4.3.1. Identitas Responden Penelitian
Dalam penelitian ini karakteristik responden dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
17-26 tahun 61 61%
27-36 tahun 12 12%
37-46 tahun 10 10%
47-56 tahun 12 12%
57-64 tahun 5 5%
Total 100 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa untuk kategori usia,
mayoritas responden berusia 17-26 tahun yaitu sebanyak 61 orang (61%).
Sedangkan yang terbanyak kedua adalah berumur 27-36 tahun yaitu sebanyak 12
orang (12%) dan 47-56 tahun sebanyak 12 orang (12%). Sisanya tersebar dalam
kategori umur yang lain yaitu 37-46 tahun sebanyak 10 orang (10%), dan jumlah
terendah ada pada kategori berumur 57-64 tahun yaitu sebanyak 5 orang (5%).
Dari penelitian ini, maka dapat dilihat bahwa responden terbanyak ada
pada kategori berumur 17-26 tahun yaitu sebanyak 61 orang. Dalam penelitian ini,
responden yang didapatkan memiliki rata – rata usia 17-26 tahun dikarenakan
salah satu cara penyebaran kuesioner dalam penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian – penelitian
yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam
menentukan sampel penelitian. (Bungin, 2005, p.125). Maka dalam penelitian ini,
responden didapatkan secara acak. Responden yang dapat mengisi kuesioner
adalah responden yang ditemui oleh peneliti yang memiliki karakteristik yang
sesuai dengan penelitian yaitu masyarakat Surabaya yang memiliki SIM dengan
usia 17-64 tahun yang pernah mengikuti atau mengetahui sosialisasi program SIM
56 Universitas Kristen Petra
online dan masyarakat yang mengetahui brosur dan media sosial yang digunakan
(twitter dan facebook).
Mayoritas responden berusia 17-26 tahun dikarenakan responden dengan
usia 17-26 tahun merupakan responden yang masih berada dalam masa sekolah
dan perkuliahan yang dinilai paling efektif dalam mendapatkan informasi
mengenai sosialisasi program SIM online (Koran Surya, 7 April 2016). Hal ini
disebabkan karena usia responden pada tingkat perkuliahan merupakan
masyarakat Surabaya yang mudah untuk menerima informasi dibandingkan
dengan masyarakat yang lainnya. Selain itu diharapkan agar responden tersebut
dapat memberikan informasi kepada keluarga maupun teman mereka agar mau
melakukan perpanjangan SIM dengan cara online. Menurut Bripka Arie Mahlizar
“SIM Keliling masuk kampus ini efektif. Kami juga menjemput bola, terutama
bagi mahasiswa yang ingin memperpanjang SIM namun tidak sempat mengurus
karena kesibukan kuliah”. (Koran Surya, 7 April 2016).
Menurut Sarwono dalam bukunya “Psikologi Remaja” (2002, p. 42) usia
tersebut merupakan usia dimana individu menempuh pendidikan di tingkat
universitas. Dengan kata lain, pendidikan terakhir yang telah mereka tempuh
adalah SMA. Sedangkan menurut Hurlock, pada usia 17-26 tahun merupakan usia
yang berada dalam kategori masa dewasa dini, karena masa dewasa dini memiliki
rentang usia 17-40 tahun. Dalam psikologi perkembangan, masa dewasa dini
merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola – pola kehidupan baru dan
harapan – harapan baru (Hurlock, 1997, p. 246).
Sehingga dapat dikatikan bahwa masyarakat dengan usia 17-26 tahun yang
menjadi target dalam sosialisasi program SIM online ini merupakan masyarakat
yang dapat menyesuaikan diri dengan lebih mudah terhadap pola – pola atau
harapan baru. Sehingga diharapkan agar masyarakat pada usia 17-26 tahun dapat
dengan lebih mudah untuk mau mengikuti sosialisasi program SIM online.
57 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Perempuan 61 61%
Laki – Laki 39 39%
Total 100 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dilihat dari Tabel 4.4 maka dapat dijabarkan bahwa mayoritas responden
adalah perempuan yaitu sebanyak 61 orang (61%). Sedangkan untuk responden
laki – laki berjumlah 39 orang (39%).
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik Purposive Sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian –
penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi
dalam menentukan sampel penelitian. (Bungin, 2005, p.125). Dalam teknik
penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti, teknik penarikan ini memiliki
keunikan tersendiri dengan teknik penarikan yang lainnya. Teknik Purposive
Sampling ini menyebarkan kuesioner kepada seluruh reponden yang ditemui yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
Jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki – laki
karena selama pengambilan sampel penelitian, peneliti lebih banyak menjumpai
perempuan daripada laki – laki sehingga jumlah responden yang terkumpul
sebagian besar adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan jumlah keseluruhan
penduduk Surabaya yang berjenis kelamin perempuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis kelamin laki – laki. Menurut data Badan Pusat Statistik
2015, keseluruhan penduduk yang berjenis kelamin perempuan mencapai
1.016.742 orang dan penduduk yang berjenis kelamin laki – laki berjumlah
982.460 orang.
58 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
Tidak Sekolah 4 4%
SD 5 5%
SMP 3 3%
SMA 73 73%
S1/S2/S3 13 13%
D1/D2/D3 2 2%
Total 100 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dilihat pada tabel 4.5, diketahui bahwa mayoritas responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 73 orang (73%). Sedangkan yang terbanyak
kedua adalah responden yang berpendidikan S1/S2/S3 yaitu sebanyak 13 orang
(13%). Sisanya tersebar dalam kategori yang lain yaitu memiliki pendidikan
terakhir SD 5 orang (5%), Tidak sekolah 4 orang (4%), SMP 3 orang (3%), dan
jumlah terendah ada pada kategori yang berpendidikan D1/D2/D3 2 orang (2%).
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Purposive Sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian – penelitian
yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam
menentukan sampel penelitian. (Bungin, 2005, p.125). Dalam teknik penarikan
sampel yang digunakan oleh peneliti, teknik penarikan ini memiliki keunikan
tersendiri dengan teknik penarikan yang lainnya. Teknik Purposive Sampling ini
menyebarkan kuesioner kepada seluruh reponden yang ditemui yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
Menurut Driyarkara “tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
tingkah laku, pikiran dan sikap seseorang” (Fattah, 1996, p. 4). Seseorang dengan
pendidikan SMA dan perguruan tinggi akan lebih memungkinkan untuk lebih
maju dalam pengurusan intelektualitas dan lebih terbuka untuk menerima hal – hal
atau pengetahuan yang baru (Desmita, 2005, p. 112). Dengan demikian, maka
dapat disimpulkan bahwa responden dengan pendidikan terakhir SMA dan
sederajat akan lebih menerima dan terbuka untuk menerima atau mempelajari hal
59 Universitas Kristen Petra
– hal pengetahuan yang baru seperti SIM online, daripada responden dengan
pendidikan yang lainnya.
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Ibu Rumah Tangga 10 10%
Wiraswasta 4 4%
Pelajar/Mahasiswa 63 63%
Pegawai Swasta 8 8%
PNS 1 1%
Lainnya 14 14%
Total 100 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Berdasarkan pada Tabel 4.6 dapat diketahui jumlah responden dalam
penelitian ini yaitu 1 orang PNS (1%), 4 orang wiraswasta (4%), 8 orang pegawai
swasta (8%), 10 orang Ibu Rumah Tangga (10%), 14 orang yang bekerja lainnya
(14%), dan 63 orang pelajar/mahasiswa (63%). Teknik penarikan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Teknik
sampling ini digunakan pada penelitian – penelitian yang lebih mengutamakan
tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian.
(Bungin, 2005, p.125). Dalam teknik penarikan sampel yang digunakan oleh
peneliti, teknik penarikan ini memiliki keunikan tersendiri dengan teknik
penarikan yang lainnya. Teknik Purposive Sampling ini menyebarkan kuesioner
kepada seluruh reponden yang ditemui yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa jumlah responden terbanyak ada pada
pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 63 orang. Hal ini didukung dengan data pada
tabel 4.3 dan tabel 4.5, yang menyatakan bahwa usia mayoritas responden adalah
usia 17-26 tahun dan usia tersebut merupakan usia dimana seseorang menempuh
pendidikan di tingkat universitas. Sehingga dapat diartikan responden dengan usia
17-26 tahun dapat lebih menyesuaikan diri terhadap pola – pola kehidupan baru.
60 Universitas Kristen Petra
Pada saat ini banyak pelajar/mahasiswa yang masih berada dalam jenjang
pendidikan namun pelajar/mahasiswa tersebut telah memiliki pekerjaan, meskipun
pekerjaan mereka dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang belum tetap/sampingan.
Namun dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pelajar/mahasiswa tersebut telah
berada dalam proses menjadi orang dewasa mandiri. Menurut Hurlock (1997, p.
250) menjelaskan bahwa mereka yang berada pada usia dewasa dini yaitu rentang
usia 17-40 tahun telah mengalami perubahan tanggung jawab dari seseorang
pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi orang dewasa
mandiri. Mereka mempunyai tugas perkembangan baru di mana mereka sudah
mulai bekerja dan belajar membentuk hidup yang baru.
4.3.2. Efektivitas Komunikasi “Sosialisasi program SIM online”
Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang
dimaksud. Salah satu ukuran efektivitas komunikasi yaitu dengan cara melihat
secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan
dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan
yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Mulyana, 2000, p. 22). Efektivitas
komunikasi pada penelitian ini ingin melihat bagaimana pandangan responden
terhadap sosialisasi program SIM online. Hasil pengumpulan data terhadap
efektivitas responden adalah sebagai berikut:
61 Universitas Kristen Petra
4.3.2.1. Credibility (Kredibilitas)
Tabel 4.7. Credibility (Kredibilitas) 1
Sosialisasi program SIM online memiliki narasumber
terpercaya yaitu salah satu anggota dari Satlantas Polrestabes Surabaya
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 3 3%
Ya 97 97%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.7. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen credibility
yang pertama didapatkan 3 responden (3%) menjawab tidak dan 97 responden
(97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa percaya dengan segala informasi yang diberikan oleh narasumber dalam
sosialisasi program SIM online. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), Komunikasi
dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Penerima harus percaya kepada
pengirim informasi dan menghormati kompetensi sumber informasi terhadap
topik informasi. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa
mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat
Surabaya telah mempercayai narasumber dari Sosialisasi program SIM online dan
menghormati informasi yang diberikan oleh narasumber.
Menurut Rumanti (2004, p. 272), Program Public Relations harus jelas,
tegas, dan bermutu, supaya mudah dilaksanakan pendelegasinya dalam
pencapaian tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen, yang telah disiapkan
dengan penelitian yang eksak, akurat, objektif dan transparan. Artinya, sosialisasi
program SIM online merupakan program yang jelas, tegas dan bermutu sehingga
program ini dapat tercapai tujuannya yang salah satunya dapat dilihat bahwa
masyarakat Surabaya percaya dengan narasumber yang memberikan informasi
dalam program tersebut. Menurut Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia
sebut “the condition of success in communication”, yakni yang harus dipenuhi
jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita
kehendaki. (Effendi, 2003, p. 41-42). Dalam hal ini sosialisasi dari program SIM
62 Universitas Kristen Petra
online telah memenuhi suatu keinginan masyarakat dalam komponen kepercayaan
sehingga membuat masyarakat Surabaya menjadi percaya dengan informasi dalam
sosialisasi ini.
Sosialisasi program SIM online menggunakan narasumber yang terpercaya
agar masyarakat Surabaya tertarik dan mau mendengarkan informasi yang ingin
ditujukan. Tujuan paling utama dalam kegiatan Public Relations adalah
penciptaan pemahaman. (Jefkins, 2004, p. 58). Dalam sosialisasi ini, narasumber
akan memberikan penjelasan yang jelas mengenai SIM online. Penjelasan yang
diberikan adalah penjelasan mengenai keuntungan dan manfaat dari penggunaan
SIM online, mekanisme dari perpanjangan SIM online, maupun harga dan lokasi
dimana saja dapat melakukan SIM online. Sosialisasi ini merupakan sosialisasi
yang menarik karena dalam sosialisasi ini tidak hanya pemberian pemahaman
mengenai informasi saja, namun dalam acara sosialisasi ini terdapat berbagai
acara menarik lainnya seperti acara live music serta Taman Lalu Lintas.
63 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.8. Credibility (Kredibilitas) 2
Sosialisasi program SIM online memiliki narasumber
yang mengajak masyarakat akan kemudahan dalam penggunaan SIM online
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 6 6%
Ya 94 94%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.8. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen credibility
yang kedua didapatkan 6 responden (6%) menjawab tidak dan 94 responden
(94%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa dalam sosialisasi program SIM online memiliki narasumber yang
mengajak masyarakat untuk mengetahui informasi dari kemudahan penggunaan
SIM online, seperti prosedur dari pembuatannya yang mudah dan praktis sehingga
membuat masyarakat Surabaya tidak hanya mendengarkan sosialisasi saja tetapi
mengajak agar masyarakat mau menggunakan SIM online. Menurut Cutlip (2006,
p. 357-358), Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Penerima
harus percaya kepada pengirim informasi dan menghormati kompetensi sumber
informasi terhadap topik informasi. Dengan adanya hasil olahan data diatas
ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa
masyarakat Surabaya telah mempercayai narasumber dari Sosialisasi program
SIM online dan menghormati informasi yang diberikan oleh narasumber.
Sehingga dapat diartikan apabila masyarakat yang telah percaya dengan
narasumber maka masyarakat juga akan menghormati informasi yang akan
diberikan oleh narasumber, salah satunya adalah mau mendengarkan penjelasan
informasi yang diberikan oleh narasumber.
Seorang Public Relations harus membuat suatu program yang terencana
dengan baik. Menurut Jefkins (2004, p. 58), tanpa adanya suatu program yang
terencana dengan baik, seorang praktisi Public Relations akan terpaksa beroperasi
secara instingtif (menurut insting) sehingga ia mudah kehilangan arah. Dalam
sosialisasi ini, Public Relations atau Humas dari Polrestabes Surabaya perlu untuk
64 Universitas Kristen Petra
merencanakan program dengan baik. Apabila suatu program telah terencana
dengan baik, maka narasumber yang digunakan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat akan dapat dengan mudah untuk memberikan informasi
kepada masyarakat agar tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai.
Narasumber dalam sosialisasi yang telah dilakukan ini, telah melakukan
proses dalam diri seseorang ketika mereka belajar mengenai nilai dan norma yang
terdapat dalam masyarakat yang sesuai dengan teori penjelasan sosialisasi
menurut Scahefer (2007, p. 96). Hal ini dapat dilihat bahwa narasumber mengajak
dan memberikan informasi mengenai kemudahan dalam penggunaan SIM online.
Masyarakat yang tidak tahu mengenai SIM online akhirnya menjadi tahu
informasi dari kemudahan penggunaan SIM online dan akhirnya mau untuk
menggunakan. Menurut Okta, Baumrin Regident SIM Satlantas Polrestabes
Surabaya, SIM online ini hanya meminta agar pemilik SIM mengunjungi SIM
keliling terdekat dengan menunjukkan e-KTP dan SIM yang masih berlaku pada
saat itu. (Hasil wawancara dengan Baumrin Regident SIM Satlantas Polrestabes
Surabaya, 2016).
65 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9. Credibility (Kredibilitas) 3
Sosialisasi program SIM online
merupakan program dari Humas Polrestabes Surabaya
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 4 4%
Ya 96 96%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.9. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen credibility
yang ketiga didapatkan 4 responden (4%) menjawab tidak dan 96 responden
(96%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online merupakan program dari
Humas Polrestabes Surabaya.
Public Relations atau Humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi
sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanaan – kebijaksanaan dan prosedur –
prosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik,
dan menjalankan suatu program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan
penerimaan publik (Frazier,1987, p.6). Selain itu tugas dari Public Relations yang
telah dijalankan oleh Humas Polrestabes Surabaya yaitu menyelanggarakan dan
bertanggung jawab atas penyampaian informasi/pesan secara lisan, tertulis atau
melalui gambar (visual) kepada publik sehingga publik mempunyai pengertian
yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan, segenap tujuan serta kegiatan yang
dilakukan. Tugas lain yang telah dilakukan oleh Humas Polrestabes adalah
menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa
untuk memperoleh public favour, public opinion, dan perubahan sikap (Rachmadi,
1992, p. 23).
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), Komunikasi dimulai dengan iklim rasa
saling percaya. Penerima harus percaya kepada pengirim informasi dan
menghormati kompetensi sumber informasi terhadap topiki informasi. Dengan
adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab
ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya telah mempercayai
66 Universitas Kristen Petra
narasumber dari Sosialisasi program SIM online dan menghormati informasi yang
diberikan oleh narasumber.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), sebelum merumuskan suatu program Public
Relations, seorang Public Relations harus mengetahui titik awalnya. Dalam
sosialisasi program SIM online ini, Humas dari Polrestabes Surabaya selain ingin
memberikan informasi mengenai sosialisasi program SIM online, Humas ingin
memberikan pemahaman bahwa sosialisasi ini merupakan acara yang dilakukan
oleh Humas dari Polrestabes Surabaya. Hal ini memiliki tujuan yang sama seperti
yang dijelaskan oleh Jefkins (2004, p. 63), yaitu untuk mengubah citra umum di
mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan – kegiatan baru yang
dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah dari pembuatan SIM yang harus
dilakukan dengan cara lama yaitu kembali ke tempat asal menjadi lebih mudah
dan praktis dengan menggunakan SIM online.
Salain itu agar masyarakat Surabaya mengerti bahwa Humas dari
Polrestabes Surabaya telah melakukan fungsi dan kegiatan eksternal Public
Relations. Fungsi yang telah dilakukan adalah menunjang aktivitas utama
manajemen dalam mencapai tujuan bersama dan menciptakan komunikasi dua
arah, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya, dan
sebaliknya untuk mencapai citra positif bagi kedua belah pihak (Cutlip, 2006, p.
6). Tidak hanya ingin memberikan informasi dan mengajak agar masyarakat
Surabaya mau menggunakan SIM online, tetapi kepolisian juga ingin
mendekatkan diri kepada masyarakat agar masyarakat. Salah satu caranya adalah
apabila ada masyarakat yang merasa tidak memahami mengenai SIM online,
masyarakat dapat langsung bertanya kembali agar mendapatkan penjelasan yang
lebih jelas. Sedangkan kegiatan eksternal yang telah dilakukan adalah
mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik (Wasesa dan Macnamara,
2006, p. 128-129) salah satunya seperti Sosialisasi program SIM online
67 Universitas Kristen Petra
4.3.2.2. Context (Konteks)
Tabel 4.10. Context (Konteks) 1
Sosialisasi program SIM online memberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai perpanjangan SIM dengan cara online
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 5 5%
Ya 95 95%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.10. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen context
yang pertama didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden
(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi
pemahaman kepada masyarakat Surabaya mengenai perpanjangan SIM dengan
cara online.
Sosialisasi didefinisikan sebagai proses dalam diri seseorang ketika
mereka belajar mengenai nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat.
Sedangkan manfaat dari sosialisasi diharapkan setiap anggota masyarakat dapat
belajar untuk mengetahui nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sehingga mereka dapat bertindak sesuai dengan nilai, norma dan keyakinan
tesebut. (Schaefer, 2007, p. 96). Hal ini sesuai dengan harapan dari sosialisasi
program SIM online agar masyarakat Surabaya menjadi tahu, belajar dan paham
mengenai informasi dari program baru Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), dalam komponen context, program
komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Harus disediakan konteks
untuk partisipasi dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan
menolak isi pesannya. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa
mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat
Surabaya merasa bahwa konteks dalam sosialisasi program SIM online ini
68 Universitas Kristen Petra
memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan lingkungan dan memiliki
umpan balik antara masyarakat Surabaya dengan pihak dari kepolisian.
Menurut Rumanti (2004, p. 272), Program Public Relations harus jelas,
tegas, dan bermutu. Sedangkan menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama
dalam kegiatan Public Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan hasil
yang telah didapatkan oleh peneliti, maka dapat dilihat bahwa masyarakat
Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan salah satu
program dari Public Relations atau Humas dari Polrestabes Surabaya yang
memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan jelas, tegas dan bermutu agar
masyarakat dapat dengan mudah memahami informasi yang diberikan.
Menurut Willbur Schramm (2003, p. 41-42), salah satu penunjang bagi
komunikasi yang efektif yaitu pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian
rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Dalam sosialisasi ini terdapat
pemahaman dan informasi mengenai perpanjangan SIM dengan cara online yang
telah dirancang oleh Humas dari Polrestabes Surabaya agar narasumber dapat
menarik masyarakat untuk mau mendengarkan dan tidak bosan agar tujuan yang
ingin disampaikan dapat tercapai. Komunikasi yang efektif membutuhkan
lingkungan sosial yang mendukung yang sebagain besar dipengaruhi oleh media
massa (Cutlip, 2006, p. 206-207), sosialisasi ini tidak hanya memberikan
informasi melalui sosialisasi yang diadakan langsung tetapi sosialisasi ini juga
dilakukan melalui media sosial yaitu facebook, twiiter dan website dari Humas
Polrestabes Surabaya.
69 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.11. Context (Konteks) 2
Sosialisasi program SIM online dapat membantu dan
memudahkan masyarakat (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjangan
SIM
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 5 5%
Ya 95 95%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.11. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen context
yang kedua didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden
(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online dapat membantu dan memudahkan
masyarakat (terutama masyarakat di daerah) dalam perpanjangan SIM. Menurut
Cutlip (2006, p. 357-358), dalam komponen context, program komunikasi harus
sesuai dengan kenyataan lingkungan. Harus disediakan konteks untuk partisipasi
dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan menolak isi pesannya.
Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden
menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa
konteks dalam sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi yang
sesuai dengan kenyataan lingkungan yaitu memudahkan masyarakat dalam
perpanjangan SIM dan dalam sosialisasi ini terdapat umpan balik antara
masyarakat Surabaya dengan pihak dari kepolisian.
Menurut Rumanti (2004, p. 272), Program Public Relations harus jelas,
tegas, dan bermutu. Sedangkan menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama
dalam kegiatan Public Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan hasil
yang telah didapatkan oleh peneliti, maka dapat dilihat bahwa masyarakat
Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan salah satu
program dari Public Relations atau Humas dari Polrestabes Surabaya yang
memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan jelas, tegas dan bermutu
70 Universitas Kristen Petra
kepada masyarakat agar dapat membantu dan memudahkan masyarakat (terutama
masyarakat didaerah) untuk melakukan perpanjangan SIM.
Dalam hal ini kepolisian telah melihat bahwa banyak masyarakat yang
melakukan perpanjangan SIM dengan cara harus pulang kembali ke tempat asal
mereka terlebih dahulu untuk dapat melakukan perpanjangan SIM. Namun dengan
adanya SIM online ini, kepolisian berharap agar masyarakat dapat lebih mudah
untuk melakukan perpanjang SIM karena tidak perlu kembali ke tempat asal
mereka untuk melakukan perpanjangan. (SIM Online, 2015, Desember).
Sosialisasi program SIM online yang diselenggarakan oleh Humas
Polrestabes Surabaya merupakan salah satu aktivitas eksternal yang dilakukan
oleh Public Relations. Menurut Wasesa dan Macnamara (2006, p. 128-129), salah
satu aktivitas eksternal Public Relations adalah mengembangkan program –
program pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan
kepada publik. Dengan adanya sosialisasi yang telah berlangsung ini, maka dapat
dilihat bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia (salah satunya adalah humas
Polrestabes Surabaya) telah melakukan pengembangan program masyarakat. Dari
pembuatan SIM yang harus dilakukan dengan cara lama yaitu kembali ke tempat
asal menjadi lebih mudah dan praktis dengan menggunakan SIM online.
71 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.12. Context (Konteks) 3
Sosialisasi program SIM online dapat menjadi sarana
untuk menyampaikan komentar dan masukan kepada Satlantas Polrestabes
Surabaya
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 8 8%
Ya 92 92%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.12. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen context
yang ketiga didapatkan 8 responden (8%) menjawab tidak dan 92 responden
(92%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online dapat menjadi sarana masyarakat
untuk mereka menyampaikan komentar dan masukan kepada Satlantas
Polrestabes Surabaya.
Hal ini sesuai dengan salah satu dari fungsi Public Relations (Cutlip, 2006,
p.6) yaitu menciptakan komunikasi dua arah, publikasi serta pesan dari badan atau
organisasi ke publiknya, dan sebaliknya untuk menciptakan citra positif bagi
kedua belah pihak. Dalam sosialisasi ini, pihak dari Kepolisian Satlantas
Polrestabes Surabaya tidak hanya memberikan informasi saja tetapi mereka
berharap agar dengan adanya acara sosialisasi yang diadakan untuk masyarakat,
masyarakat Surabaya menjadi lebih terbuka dan mau melakukan komunikasi
kepada pihak Kepolisian.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), dalam komponen context, program
komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Harus disediakan konteks
untuk partisipasi dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan
menolak isi pesannya. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa
mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat
Surabaya merasa bahwa konteks dalam sosialisasi program SIM online ini
memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan lingkungan dan memiliki
umpan balik antara masyarakat Surabaya dengan pihak dari kepolisian.
72 Universitas Kristen Petra
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Sedangkan menurut Jefkins (2004, p.
64), salah satu tujuan dari kegiatan Public Relations adalah untuk mendidik para
pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam
memanfaatkan produk – produk perusahaan. Sosialisasi program SIM online
merupakan program yang dibentuk oleh Humas Polrestabes Surabaya untuk
memberikan pemahaman informasi mengenai SIM online kepada masyarakat
Surabaya. Hal ini bertujuan agar dapat mendidik masyarakat Surabaya untuk
dapat memanfaatkan suatu program baru yang diciptakan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Dalam proses pemberian pemahaman, masyarakat Surabaya,
dapat memberikan umpan balik berupa komentar/masukan/pertanyaan jika mereka
masih merasa ada yang tidak dimengerti. Dengan adanya sosialisasi ini
diharapkan agar masyarakat dapat lebih terbuka dengan pihak dari kepolisian.
Sosialisasi program SIM online yang diselenggarakan oleh Humas
Polrestabes Surabaya merupakan salah satu fungsi yang dilakukan oleh Public
Relations. Menurut Cutlip (2006, p. 6), salah satu fungsi dari Public Relations
adalah menciptakan komunikasi dua arah, publikasi serta pesan dari badan atau
organisasi ke publiknya, dan sebaliknya untuk mencapai citra positif bagi kedua
belah pihak. Dalam sosialisasi program SIM online, kepolisian khususnya dari
pihak Satlantas Polrestabes Surabaya berusaha dan berharap agar terdapat
komunikasi dua arah antara pihak dari kepolisian dan pihak dari masyarakat.
Dalam sosialisasi ini pihak dari kepolisian akan secara terbuka untuk merespon
setiap pertanyaan/komentar/masukan yang diberikan oleh masyarakat. Apabila
terdapat masyarakat yang masih belum paham mengenai SIM online maka mereka
dapat bertanya kembali dan akan mendapatkan penjelasan dengan jelas.
Menurut Santi, salah satu responden peneliti mengatakan bahwa “biasanya
masyarakat merasa takut untuk melakukan komunikasi dengan pihak dari
kepolisian karena masyarakat hanya berkomunikasi dengan pihak kepolisian jika
masyarakat melakukan suatu kesalahan. Namun dengan adanya sosialisasi ini
masyarakat dapat lebih berani untuk bertanya dan berkomentar mengenai program
dari SIM online karena dalam sosialisasi ini pihak dari kepolisian sangatlah
terbuka dan ramah” (Hasil wawancara dengan salah satu responden, 2016). Oleh
73 Universitas Kristen Petra
karena itu dengan adanya sosialisasi ini diharapkan agar tercapainya citra positif
bagi kedua belah pihak.
4.3.2.3. Content (Isi)
Tabel 4.13. Content (Isi) 1
Sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal prosedur
pembuatan dan biaya SIM online agar masyarakat mau menggunakan SIM online
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 1 1%
Ya 99 99%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.13. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen content
yang pertama didapatkan 1 responden (1%) menjawab tidak dan 99 responden
(99%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal
prosedur pembuatan dan biaya dari perpanjangan SIM online agar masyarakat
mau menggunakan SIM online. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus
mengandung makna bagi penerimanya dan harus relevan dengan situasi penerima.
Pada umumnya orang akan memilih item informasi yang menjanjikan manfaat
yang besar bagi mereka. Sedangkan menurut Hardjana (2000, p. 23) Isi pesan
(content) yaitu isi pesan yang diterima atau tersalur versus yang dimaksudkan
Dengan terselengaranya acara sosialisasi program SIM online dari Humas
Polrestabes Surabaya, dapat dikatakan bahwa Humas atau Public Relations dari
Polrestabes Surabaya telah melakukan salah satu aktivitas eksternal dari Public
Relations yaitu mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik (Wasesa
dan Macnamara, 2006, p. 128-129). Kebijakan dari pihak Humas Polrestabes
Surabaya ini disosialisasikan dalam bentuk informasi – informasi yang diberikan
kepada masyarakat Surabaya. Informasi yang diberikan merupakan informasi
74 Universitas Kristen Petra
yang jelas dan bermanfaat sehingga informasi dalam sosialisasi ini dibuat menarik
agar masyarakat Surabaya mau mendengarkan sosialisasi.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan adanya hasil olahan data diatas
ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan
kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman kepada masyarakat
perihal prosedur pembuatan dan biaya SIM onlie agar masyarakat mau
menggunakan SIM online.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 99 responden (99%), dalam hal ini dapat
diartikan bahwa informasi yang disampaikan dalam sosialisasi program SIM
online mengenai pembuatan dan biaya SIM dapat tersampaikan kepada
masyarakat Surabaya.
75 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14. Content (Isi) 2
Sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal
keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak kepolisian
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 1 1%
Ya 99 99%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.14. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen content
yang kedua didapatkan 1 responden (1%) menjawab tidak dan 99 responden
(99%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal
keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak dari kepolisian.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus mengandung makna bagi
penerimanya dan harus relevan dengan situasi penerima. Pada umumnya orang
akan memilih item informasi yang menjanjikan manfaat yang besar bagi mereka.
Informasi perihal keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi
dengan pihak kepolisian merupakan fungsi Public Relations yang dijalankan
melalui pemberian informasi kepada masyarakat. Salah satu fungsi tersebut adalah
membina hubungan yang harmonis antara suatu organisasi dan publiknya yang
merupakan khalayak sasaran (Cutlip, 2006, p.6). Sehingga dapat diartikan bahwa
Kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya ingin membina hubungan yang
harmonis dengan publiknya yaitu masyarakat Surabaya.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 99 responden (99%), dalam hal ini dapat
diartikan bahwa dalam sosialisasi program SIM online ini mayoritas masyarakat
76 Universitas Kristen Petra
merasa bahwa mereka merasakan keuntungan dan kemudahan dalam
berkomunikasi dengan pihak dari kepolisian. Jika dalam kehidupan sehari-hari
banyak masyarakat yang tidak mau atau tidak berani berkomunikasi dengan
masyarakat, namun dalam kesempatan ini masyarakat dapat dengan mudah untuk
berkomunikasi dengan pihak dari kepolisian.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan adanya hasil olahan data diatas
ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan
kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman kepada masyarakat
perihal keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak
kepolisian.
77 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.15. Content (Isi) 3
Sosialisasi program SIM online memberikan informasi secara praktis di 35
provinsi
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 2 2%
Ya 98 98%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.15. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen content
yang ketiga didapatkan 1 responden (1%) menjawab tidak dan 99 responden
(99%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi secara
praktis di 35 provinsi di Indonesia.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 98 responden (98%), oleh karena itu dapat
diartikan bahwa masyarakat Surabaya mengetahui bahwa sosialisasi program SIM
online memberikan informasi secara praktis di 45 provinsi di Indonesia. Selain itu
dalam sosialisasi ini dapat juga dikatakan bahwa sosialisasi ini memiliki pesan
yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik
perhatian komunikan yang sesuai dengan faktor penunjang komunikasi yang
efektif menurut Effendi (2003, p. 41-42).
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan adanya hasil olahan data diatas
ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan
kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman informasi kepada
78 Universitas Kristen Petra
masyarakat secara praktis yang dilakukan di 35 provinsi di Indonesia sehingga
memberikan manfaat kepada masyarakat Surabaya untuk lebih mudah dalam
perpanjangan SIM dengan cara online.
4.3.2.4. Clarity (Kejelasan)
Tabel 4.16. Clarity (Kejelasan) 1
Sosialisasi program SIM online memberikan informasi
pemahaman mengenai SIM online seperti prosedur pembuatan SIM online
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 4 4%
Ya 96 96%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.16. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen clarity
yang pertama didapatkan 4 responden (4%) menjawab tidak dan 96 responden
(96%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang jelas
yaitu memberikan informasi pemahaman mengenai SIM online seperti prosedur
dari pembuatan SIM dengan cara online. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358),
pesan harus diberikan dalam istilah yang sederhana. Kata harus bermakna “sama”
menurut si pengirim dan si penerima. Isu kompleks yang harus didapatkan ke
dalam tema, slogan, atau stereotype yang mengandung kesederhanaan dan
kejelasan. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas
responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa
bahwa pesan yang diberikan dalam Sosialisasi program SIM online menggunakan
kata yang sederhana dan jelas sehingga informasi dari pesan tersebut dapat dengan
mudah dimengerti oleh masyarakat Surabaya.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program
79 Universitas Kristen Petra
SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman
informasi kepada masyarakat mengenai SIM online seperti prosedur pembuatan
SIM online.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 96 responden (96%), oleh karena itu dapat
diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM
online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya mengetahui
bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi pemahaman
mengenai SIM online seperti prosedur dari pembuatan SIM dengan cara online.
80 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.17. Clarity (Kejelasan) 2
Sosialisasi program SIM online memberikan informasi
yang mengajak masyarakat untuk mau menggunakan SIM online
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 9 9%
Ya 91 91%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.17. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen clarity
yang kedua didapatkan 9 responden (9%) menjawab tidak dan 91 responden
(91%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang jelas
yaitu memberikan informasi yang mengajak masyarakat untuk mau menggunakan
SIM online.
Salah satu fungsi Public Relations adalah menunjang aktivitas utama
manajemen dalam mencapai tujuan utama (Cutlip, 2006, p. 6). Dengan adanya
sosialisasi program SIM online ini, Humas Polrestabes Surabaya telah
membuktikan bahwa Humas Polrestabes Surabaya telah melakukan salah satu
fungsi Public Relations. Sosialisasi ini dilakukan untuk menunjang aktivitas
utama manajemen dengan memberikan informasi dan mengajak masyarakat untuk
mau menggunakan SIM online agar tujuan dari SIM online dapat tercapai, yaitu
mempermudah masyarakat dalam perpanjangan SIM.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus diberikan dalam istilah
yang sederhana. Kata harus bermakna “sama” menurut si pengirim dan si
penerima. Isu kompleks yang harus didapatkan ke dalam tema, slogan, atau
stereotype yang mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Dengan adanya hasil
olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka
dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa pesan yang diberikan
dalam Sosialisasi program SIM online menggunakan kata yang sederhana dan
jelas sehingga informasi dari pesan tersebut dapat dengan mudah dimengerti oleh
masyarakat Surabaya.
81 Universitas Kristen Petra
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program
SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman
informasi yang mengajak masyarakat Surabaya untuk mau menggunakan SIM
online. Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas
masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 91 responden (91%), oleh
karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi
program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat
Surabaya mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online memberikan
informasi yang mengajak masyarakat Surabaya untuk mau menggunakan SIM
online.
Selain itu dalam sosialisasi ini dapat juga dikatakan bahwa sosialisasi ini
memiliki pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan yang sesuai dengan faktor penunjang komunikasi
yang efektif menurut Effendi (2003, p. 41-42). Karena dalam sosialisasi ini dapat
dilihat bahwa pesan yang telah dirancang dan disampaikan ini ternyata
mendapatkan hasil positif yang banyak dari masyarakat Surabaya sehingga dapat
dikatakan bahwa sosialisasi ini telah memiliki pesan yang menarik perhatian
komunikan.
82 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.18. Clarity (Kejelasan) 3
Sosialisasi program SIM online dapat membantu masyarakat
untuk mencari tahu mengenai cara termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 3 3%
Ya 97 97%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.18. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen clarity
yang ketiga didapatkan 3 responden (3%) menjawab tidak dan 97 responden
(97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang jelas
sehingga dapat membantu masyarakat untuk mencari tahu mengenai cara
termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM.
Hal ini merupakan salah satu aktivitas eksternal Public Relations yaitu
membantu pemasaran untuk mencipatakan citra produk (Wasesa dan Macnamara,
2006, p. 128-129). Acara sosialisasi program ini dapat dinilai sebagai cara
pemasaran yang dilakukan oleh Humas Polrestabes Surabaya untuk menciptakan
citra produk baru mereka yaitu program SIM online. Citra yang ingin dicapai
adalah bahwa perpanjangan SIM dengan cara online merupakan cara termudah
dan praktis dalam perpanjangan SIM karena masyarakat tidak perlu kembali ke
tempat asal untuk melakukan perpanjangan SIM.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus diberikan dalam istilah
yang sederhana. Kata harus bermakna “sama” menurut si pengirim dan si
penerima. Isu kompleks yang harus didapatkan ke dalam tema, slogan, atau
stereotype yang mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Dengan adanya hasil
olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka
dapat dilihat bahwa pesan yang diberikan dalam Sosialisasi program SIM online
dapat dengan mudah dimengerti oleh masyarakat Surabaya.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang
83 Universitas Kristen Petra
didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program
SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman
informasi kepada masyarakat agar dapat membantu masyarakat untuk mencari
tahu mengenai cara termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh karena itu dapat
diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM
online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya dapat
memahami maksud dari sosialisasi ini yaitu untuk membantu masyarakat
Surabaya untuk mencari tahu mengenai cara termudah dan praktis dalam
perpanjangan SIM.
Selain itu dalam sosialisasi ini dapat juga dikatakan bahwa sosialisasi ini
memiliki pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan yang sesuai dengan faktor penunjang komunikasi
yang efektif menurut Effendi (2003, p. 41-42). Karena dalam sosialisasi ini dapat
dilihat bahwa pesan yang telah dirancang dan disampaikan ini ternyata
mendapatkan hasil positif yang banyak dari masyarakat Surabaya sehingga dapat
dikatakan bahwa sosialisasi ini telah memiliki pesan yang menarik perhatian
komunikan.
Tidak hanya karena memiliki pesan yang menarik perhatian komunikan
saja, dalam sosialisasi ini terdapat pesan yang membangkitkan kebutuhan pribadi
komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut. Effendi (2003, p. 41-42). Menurut Hadi, salah satu responden peneliti
mengatakan “sebenarnya saya tidak terlalu suka untuk mendengarkan sosialisasi
tetapi saya kebetulan dalam waktu dekat ini akan melakukan perpanjangan SIM di
luar kota karena asal saya bukan dari Surabaya dan sosialisasi ini membahas
mengenai perpanjangan SIM tanpa harus pulang kampung, jadi akhirnya saya
84 Universitas Kristen Petra
mengikuti sosialisasi ini agar lebih mudah dalam perpanjangan SIM” (Hasil
wawancara dengan salah satu responden, 2016)
4.3.2.5. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi)
Tabel 4.19. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) 1
Sosialisasi program SIM online dilakukan secara serentak di 35 provinsi di
Indonesia
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 5 5%
Ya 95 95%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.19. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen
Continuity and Consistency yang pertama didapatkan 5 responden (5%) menjawab
tidak dan 95 responden (95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa bahwa sosialisasi program SIM online telah
dilakukan secara serentak di 35 provinsi di Indonesia. Menurut Cutlip (2006, p.
357-358), komunikasi adalah proses tanpa akhir. Dalam komunikasi dibutuhkan
repetisi (ulangan) agar dapat masuk. Repitisi dengan variasi berperan untuk
pembelajaran dan persuasi sehingga beritanya harus konsisten. Dengan adanya
hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya,
maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa pesan yang
diberikan dalam Sosialisasi program SIM online merupakan pesan yang konsisten
dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lain karena komunikasi adalah
proses tanpa akhir.
Menurut Rumanti (2004, p. 272), program Public Relations harus jelas,
tegas dan bermutu, supaya mudah dilaksanakan pendelegasinya dalam pencapaian
tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen, yang telah disiapkan dengan
penelitian yang eksas, akurat, objektif dan trasnparan. Artinya, sosialisasi dalam
program SIM online ini merupakan program yang jelas, tegas dan bermutu yang
85 Universitas Kristen Petra
dapat dilihat bahwa sosialisasi ini dilakukan tidak hanya pada satu tempat saja
tetapi dilakukan pada Ibu Kota dari provinsi yang lainnya dan dilakukan dengan
serentak bersama.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 95 responden (95%), oleh karena itu dapat
diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM
online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat mengetahui bahwa
sosialisasi program SIM online ini tidak hanya dilakukan di Surabaya saja tetapi
di 35 provinsi di Indonesia.
Sosialisasi adalah langkah awal dari organisasi dalam mengenalkan
produk atau programnya. (Komsiah, 2008, p. 8). Dalam hal ini, sosialsiasi
mengenai program SIM online dilakukan pada 35 provinsi yang berada pada Ibu
kota dari 35 provinsi tersebut agar dapat mengenalkan kepada masyarakat
mengenai program baru yang diadakan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan agar informasi dari sosialisasi
yang diadakan di Ibu kota dapat diketahui oleh seluruh masyarakat dari provinsi
tersebut.
86 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.20. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) 2
Sosialisasi program SIM online memberikan
informasi yang konsisten (tidak berubah-ubah)
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 3 3%
Ya 97 97%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.20. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen
Continuity and Consistency yang kedua didapatkan 3 responden (3%) menjawab
tidak dan 97 responden (97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa bahwa sosialisasi program SIM online
memberikan informasi yang konsisten (tidak berubah-ubah). Sehingga dapat
diartikan bahwa sosialisasi ini memiliki komunikasi yang efektif karena
masyarakat dapat memahami informasi yang diberikan. Komunikasi efektif bila
orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya (Mulyana, 2000, p. 22).
Selain itu salah satu ukuran efektivitas komunikasi menurut Mulyana
(2000, p.22) adalah dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan
efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau
sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh
penerima. Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas
masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh
karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi
program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat
mengetahui dan yakin bahwa sosialisasi program SIM memiliki informasi yang
konsisten dan tidak berubah-ubah.
Menurut Rumanti (2004, p. 272), program Public Relations harus jelas,
tegas dan bermutu, supaya mudah dilaksanakan pendelegasinya dalam pencapaian
tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen, yang telah disiapkan dengan
penelitian yang eksas, akurat, objektif dan trasnparan. Artinya, sosialisasi dalam
program SIM online ini merupakan program yang jelas, tegas dan bermutu yang
87 Universitas Kristen Petra
dapat dilihat bahwa sosialisasi ini mendapatkan penilaian dari masyarakat
Surabaya bahwa sosialisasi ini memiliki informasi yang konsisten (tidak berubah-
ubah) sehingga informasi yang diberikan merupakan informasi yang mencapai
tujuan karena informasi ini memiliki informasi yang akurat.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi adalah proses tanpa akhir.
Dalam komunikasi dibutuhkan repetisi (ulangan) agar dapat masuk. Repitisi
dengan variasi berperan untuk pembelajaran dan persuasi sehingga beritanya
harus konsisten. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa
mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat
Surabaya merasa bahwa pesan yang diberikan dalam Sosialisasi program SIM
online merupakan pesan yang konsisten dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat
yang lain karena komunikasi adalah proses tanpa akhir.
Sosialisasi dalam program SIM online merupakan tipe sosialisasi yang
formal. Formal sosialisasi ini terkaji melalui lembaga – lembaga yang berwenang
menurut ketentuan yang berlaku dalam negara. (dalam Komariah, 2005, p. 113-
114). Dalam sosialisasi ini, informasi yang diberikan kepada setiap masyarakat di
35 provinsi tersebut akan konsisten dan tidak akan berubah-ubah karena
sosialisasi ini merupakan sosialisasi yang formal yang diadakan oleh pihak dari
pemerintahan yaitu lembaga berwenang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
88 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.21. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) 3
Sosialisasi program SIM online dapat dilakukan dengan
beberapa media kepada masyarakat lain yang tidak mengikuti sosialisasi
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 3 3%
Ya 97 97%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.21. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen
Continuity and Consistency yang ketiga didapatkan 3 responden (3%) menjawab
tidak dan 97 responden (97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa bahwa sosialisasi program SIM online dapat
dilanjutkan kepada masyarakat yang lain yang tidak mengikuti sosialisasi melalui
media yang digunakan oleh sosialisasi program SIM online. Menurut Cutlip
(2006, p. 357-358), komunikasi adalah proses tanpa akhir. Dalam komunikasi
dibutuhkan repetisi (ulangan) agar dapat masuk. Repitisi dengan variasi berperan
untuk pembelajaran dan persuasi sehingga beritanya harus konsisten. Dengan
adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab
ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa pesan yang
diberikan dalam Sosialisasi program SIM online merupakan pesan yang konsisten
dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lain karena komunikasi adalah
proses tanpa akhir.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh karena itu dapat
diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM
online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat mengetahui bahwa
89 Universitas Kristen Petra
informasi dalam sosialisasi program SIM online dapat dilanjutkan kepada
masyarakat lain yang tidak mengikuti sosialisasi melalui media yang telah
disediakan dalam sosialisasi program SIM online.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program
SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman
informasi kepada masyarakat yang dapat dilakukan dengan melalui beberapa
media yang digunakan dalam sosialisasi program SIM online (twitter, facebook
dan website) kepada masyarakat yang lainnya yang tidak mengikuti sosialisasi.
Sosialisasi adalah langkah awal dari suatu organisasi dalam mengenalkan
produk atau programnya. (Komsiah, 2008, p. 8). Dalam hal ini, sosialsiasi
mengenai program SIM online dapat dilanjutkan informasinya kepada masyarakat
yang lain melalui media yang telah disediakan dalam sosialisasi program SIM
online. Media adalah satu tipe komunikasi yang berpengaruh dan tanpa disadari
isi dari media akan meresap dalam aktivitas dunia saat ini. Semua informasi
ditranmisikan melalui mesin. (Budiargo, 2015). Sedangkan media yang digunakan
dalam sosialisasi ini adalah twitter, facebook dan website dari Humas Polrestabes
Surabaya.
90 Universitas Kristen Petra
4.3.2.6. Channel (Saluran)
Tabel 4.22. Channel (Saluran) 1
Sosialisasi program SIM online menggunakan
media cetak yaitu brosur yang sesuai dan mudah dimengerti
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 5 5%
Ya 95 95%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.22. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen Channel
yang pertama didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden
(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media cetak yaitu
brosur yang sesuai dan mudah dimengerti.
Sosialisasi adalah langkah awal dari organisasi dalam mengenalkan
produk atau programnya (Komariah, 2008, p. 8). Dengan adanya sosialisasi
program SIM online maka dapat diartikan bahwa pihak Kepolisian telah
mengenalkan produk atau programnya kepada publik yaitu masyarakat Surabaya.
Sosialisasi ini tidak hanya dilakukan secara tatap muka saja tetapi melalui
beberapa media cetak (brosur), media sosial (twitter dan facebook), dan website
Humas Polrestabes Surabaya.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), saluran komunikasi (alat komunikasi)
yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai
oleh si penerima. Saluran yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pada saat
distribusi pesan (proses penyebaran pesan). Dengan adanya hasil olahan data
diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat
bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa Sosialisasi program SIM online
mempunyai saluran komunikasi yaitu media yang sesuai dengan masyarakat
karena masyarakat dapat dengan mudah menemukan atau menggunakan media
tersebut.
91 Universitas Kristen Petra
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Salah satu kriteria untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah melalui
media komunikasi (media).
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Pemahaman informasi yang dilakukan
dalam sosialisasi program SIM online ini dapat dilakukan melalui media. (Jefkins,
2004, p. 69), Salah satu media utama bagi kegiatan Public Relations untuk
menyebarkan informasi adalah bahan – bahan cetakan (printed material). Yakni
berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informative, dan
menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan Public
Relations. Dalam sosialisasi ini, salah satu media cetak yang digunakan adalah
brosur. Brosur disebarkan dan diberikan kepada masyarakat agar masyarakat
dapat membaca informasi mengenai prosedur dari perpanjangan SIM online.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas
masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 95 responden (95%), oleh
karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi
program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena memiliki salah satu
kriteria dari efektivitas komunikasi yaitu media cetak (brosur). Sehingga dalam
sosialisasi ini masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online
menggunakan media cetak yaitu brosur yang sesuai dan mudah dimengerti.
92 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23. Channel (Saluran) 2
Sosialisasi program SIM online menggunakan social
networking yaitu twitter dan facebook yang sesuai dan mudah dimengerti
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 8 8%
Ya 92 92%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.23. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen Channel
yang kedua didapatkan 8 responden (8%) menjawab tidak dan 92 responden
(92%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media media sosial
yaitu twitter dan facebook yang sesuai dan mudah dimengerti.
Karakteristik dari Twitter Menurut Hilda Kitti (2003) adalah digitality
pada twitter (semuanya terdigitalisasi), interactivity pada twitter (pesan dan tweet
yang kita hubungkan dapat dikaitkan satu sama lain), dispersality pada twitter
(tidak terlalu jelas mana yang menjadi produsen dari suatu tweet dengan
konsumennya) dan virtuality pada twitter (terasa pengalaman kita berinteraksi
karena pesan-pesan yang disampaikan secara virtual yang biasanya disampaikan
lewat komputer ataupu telepon genggam) (dalam Rahmat, 2014, p. 6-7).
Sedangkan (dalam Wibawanto, 2012, p. 39) karakteristik dari facebook adalah
memfasilitasi hubungan positif, meningkatkan motivasi, melibatkan publik dalam
mencapai keberhasilan transfer pengetahuan, mengembangkan sikap positif
terhadap aktivitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan
mengembangkan interaksi dalam hubungan antar mahasiswa dan dosen. Dalam
hal ini yang melakukan sosialisasi adalah pihak dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sehingga dapat diartikan bahwa sosialisasi ini untuk mengembangkan
interaksi dalam hubungan antar masyarakat dan pihak Kepolisian.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Pemahaman informasi yang dilakukan
dalam sosialisasi program SIM online ini dapat dilakukan melalui media. Artinya,
93 Universitas Kristen Petra
seiring dengan evolusi waktu dan kemajuan teknologi, bila dipastikan bahwa
bentuk media akan semakin bervariasi di masa – masa mendatang. Dan dalam
sosialisasi ini yang merupakan media dalam kemajuan teknologi yang digunakan
oleh sosialisasi program SIM online adalah media media sosial dalam bentuk
twitter dan facebook.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Salah satu kriteria untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah melalui
media komunikasi (media).
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), saluran komunikasi (alat komunikasi)
yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai
oleh si penerima. Saluran yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pada saat
distribusi pesan (proses penyebaran pesan). Dari hasil analisa yang didapatkan,
dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak
92 responden (92%), oleh karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya
merasa bahwa sosialisasi program SIM online memiliki komunikasi yang efektif
karena memiliki salah satu kriteria dari efektivitas komunikasi yaitu media media
sosial (twitter dan facebook). Sehingga dalam sosialisasi ini masyarakat
mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media media
sosial yaitu twiter dan facebook yang sesuai dan mudah dimengerti.
94 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.24. Channel (Saluran) 3
Sosialisasi program SIM online menggunakan website dari Humas
Polres Surabaya untuk memberikan informasi yang sesuai dan mudah dimengerti
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 5 5%
Ya 95 95%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.24. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen Channel
yang ketiga didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden
(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media yaitu new
media dalam bentuk website yang sesuai dan mudah dimengerti.
Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas
komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif
bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Salah satu kriteria untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah melalui
media komunikasi (media).
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), saluran komunikasi (alat komunikasi)
yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai
oleh si penerima. Saluran yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pada saat
distribusi pesan (proses penyebaran pesan).
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Pemahaman informasi yang dilakukan
dalam sosialisasi program SIM online ini dapat dilakukan melalui media. (Jefkins,
2004, p. 69), Salah satu media utama bagi kegiatan Public Relations untuk
menyebarkan informasi adalah bentuk – bentuk media Public Relations yang
lainnya. Artinya, seiring dengan evolusi waktu dan kemajuan teknologi, bila
dipastikan bahwa bentuk media tersebut akan semakin bervariasi di masa – masa
95 Universitas Kristen Petra
mendatang. Dan dalam sosialisasi ini yang merupakan media dalam kemajuan
teknologi yang digunakan oleh sosialisasi program SIM online adalah new media
dalam bentuk website dari Humas Polrestabes Surabaya.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas
masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 92 responden (92%), oleh
karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi
program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena memiliki salah satu
kriteria dari efektivitas komunikasi yaitu new media dalam bentuk website.
Sehingga dalam sosialisasi ini masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi program
SIM online menggunakan website dari Humas Polrestabes Surabaya untuk
memberikan informasi yang sesuai dan mudah dimengerti.
4.3.2.7. Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens)
Tabel 4.25. Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens) 1
Kapasitas narasumber dalam sosialisasi program SIM online dapat memberikan
informasi yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dengan bahasa yang sopan
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 3 3%
Ya 97 97%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.25. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen
Capability of the audiens yang pertama didapatkan 3 responden (3%) menjawab
tidak dan 97 responden (97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa bahwa kapasitas narasumber dalam sosialisasi
program SIM online dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kemampuan
masyarakat dengan bahasa yang sopan. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358),
komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audiens, komunikasi akan
efektif apabila mudah dipahami oleh audiens. Faktor – faktor yang mempengaruhi
96 Universitas Kristen Petra
kemampuan ini antara lain adalah faktor waktu, kebiasaan, kemampuan membaca
dan pengetahuan.
Menurut Schaefer (2007, p. 96), melalui proses sosialisasi diharapkan
setiap anggota masyarakat dapat belajar untuk mengetahui nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Sehingga mereka dapat bertindak sesuai dngan nilai,
norma dan keyakinan tersebut (dalam Putri, 2014, p. 7-8). Dengan adanya
sosialisasi program SIM online diharapkan agar masyarakat dapat belajar untuk
mengetahui apa itu SIM online. Namun dalam proses pembelajaran diperlukan
kesesuaian kemampuan antara narasumber dengan pihak yang akan mendapatkan
informasi. Kesesuaian kemampuan dapat dilihat melalui kebiasaan dan salah satu
kebiasaan adalah menggunakan bahasa yang sopan. Dari hasil analisa yang
didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Surabaya yang menjawab
ya sebanyak 97 responden (97%), oleh karena itu dapat diartikan bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online memiliki
kapasitas narasumber dalam sosialisasi program SIM online yang dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dengan
bahasa yang sopan.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Sosialisasi program SIM online ini
memberikan pemahaman kepada masyarakat Surabaya mengenai cara
perpanjangan SIM dengan online. Namun dalam pemberian pemahaman informasi
kepada masyarakat, narasumber tidak hanya sekedar memberikan informasi.
Narasumber dalam sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat karena masyarakat yang
menerima informasi ini memiliki latar belakang yang berbeda. Sehingga dalam
hal ini narasumber dalam sosialisasi program SIM online juga memperhatikan
kemampuan masyarakat dalam menggunakan bahasa dengan sopan.
Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas
masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh
karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi
program SIM online memiliki kapasitas narasumber dalam sosialisasi program
SIM online yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kemampuan
97 Universitas Kristen Petra
masyarakat dengan bahasa yang sopan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa
sosialisasi ini memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya
dapat memahami informasi yang diberikan oleh narasumber.
Tabel 4.26. Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens) 2
Kapasitas narasumber dalam sosialisasi program SIM online dapat memberikan
informasi dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat
Pernyataan Jumlah Persentase(%)
Tidak 2 2%
Ya 98 98%
Total 100% 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.26. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen
Capability of the audiens yang kedua didapatkan 2 responden (2%) menjawab
tidak dan 98 responden (98%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa bahwa kapasitas narasumber dalam sosialisasi
program SIM online dapat memberikan informasi dengan sangat mudah dipahami
dan dimengerti oleh masyarakat Surabaya.
Hal ini sesuai dengan salah satu faktor penunjang komunikasi yang efektif
menurut Effendi (2003, p. 41 -42), yaitu pesan harus dirancang dan disampaikan
sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Dari olahan data
di atas ditemukan bahwa narasumber dalam sosialisasi SIM online dinilai efektif
oleh masyarakat Surabaya karena memberikan informasi dengan mudah dipahami
dan dimengerti. Sebelum pesan atau informasi yang diberikan oleh narasumber
kepada masyarakat, pesan atau informasi tersebut telah dirancang terlebih dahulu
agar pesan atau informasi tersebut dapat menarik masyarakat untuk mau
mendengarkan. Sehingga pada saat penyampaian informasi, masyarakat menilai
bahwa pesan atau informasi dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti.
Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi harus mempertimbangkan
kemampuan audiens, komunikasi akan efektif apabila mudah dipahami oleh
audiens. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan ini antara lain adalah
98 Universitas Kristen Petra
faktor waktu, kebiasaan, kemampuan membaca dan pengetahuan. Dengan adanya
hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya,
maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa Sosialisasi program
SIM online memberikan informasi yang mempertimbangkan kemampuan dari
audiens sehingga dapat dengan lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat
Surabaya.
Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public
Relations adalah penciptaan pemahaman. Sosialisasi program SIM online ini
memberikan pemahaman kepada masyarakat Surabaya mengenai cara
perpanjangan SIM dengan online. Namun dalam pemberian pemahaman informasi
kepada masyarakat, narasumber tidak hanya sekedar memberikan informasi.
Narasumber dalam sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi
dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat Surabaya.
Sehingga dalam hal ini narasumber dalam sosialisasi program SIM online juga
memperhatikan kemampuan dari pengetahuan masyarakat.
Menurut Schaefer (2007, p. 96), melalui proses sosialisasi diharapkan
setiap anggota masyarakat dapat belajar untuk mengetahui nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Sehingga mereka dapat bertindak sesuai dngan nilai,
norma dan keyakinan tersebut (dalam Putri, 2014, p. 7-8). Dengan adanya
sosialisasi program SIM online diharapkan agar masyarakat dapat belajar untuk
mengetahui apa itu SIM online. Namun dalam proses pembelajaran diperlukan
narasumber yang sesuai dengan masyarakat agar narasumber dapat memberikan
informasi dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat
Surabaya. Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas
masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 98 responden (98%), oleh
karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi
program SIM online memiliki kapasitas narasumber yang dapat memberikan
informasi dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat
Surabaya. Sehingga dapat diartikan pula bahwa sosialisasi ini memiliki
komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya dapat memahami informasi
yang diberikan oleh narasumber.
99 Universitas Kristen Petra
4.4. Kategori Jawaban Responden
Untuk menganalisa deskripsi jawaban responden, maka akan
dideskripsikan tanggapan responden pada setiap pada setiap indikator dan pada
setiap komponen 7c pada program Public Relations pada responden penelitian
yaitu masyarakat Surabaya yang telah menggunakan SIM yang berusia 17 hingga
64 tahun dan pernah mengikuti sosialisasi program SIM online, masyarakat yang
mengetahui brosur dan media sosial yang digunakan dari SIM online. Deskripsi
jawaban responden dilakukan dengan menghitung rata – rata (mean). Agar rata –
rata jawaban responden dapat dikategorikan maka digunakan interval kelas yang
dapat dicari menggunakan rumus seperti berikut: (Sudjana, 2005, p. 47)
P = = = 0,5
Dengan interval kelas seperti di atas, maka dapat disusun kelas – kelas kategori
rata – rata jawaban responden seperti tabel berikut:
Tabel 4.27. Kategori Rata – Rata Jawaban Responden
Interval Kategori Jawaban
< 0,5 Tidak Efektif
> 0, 5 Efektif
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
rentang
Banyak kelas
2 - 1
2 (4.1)
100 Universitas Kristen Petra
Maka dari kategori interval di atas dapat disimpulkan frekuensi efektivitas
responden pada setiap kategori komponen 7c pada program Public Relations
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.28. Efektivitas Komunikasi Humas kepada
masyarakat Surabaya dalam sosialisasi program SIM online
Efektivitas Frekuensi Presentase
Tidak Efektif 0 0%
Efektif 100 100%
TOTAL 100 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel di atas maka diketahui bahwa 100 responden atau 100% menilai
bahwa sosialisasi program SIM online merupakan sosialisasi yang efektif.
Sedangkan dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang menilai bahwa
sosialisasi ini tidak efektif. Hasil efektif yang didapatkan ini menunjukkan bahwa
responden atau masyarakat Surabaya menilai bahwa sosialisasi program SIM
online ini merupakan salah satu sosialisasi program yang efektif karena dalam
sosialisasi ini, masyarakat mendapatkan informasi yang jelas, konsisten, mudah
dimengerti, dapat dipertanggungjawabkan maupun dipercaya dan informasi yang
dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lainnya yang sesuai dengan prinsip
utama dalam 7c program Public Relations. Penilaian dari responden yang menilai
sosialsiasi ini efektif, muncul baik dalam komponen credibility, context,
content,clarity, continuity of the audiens, channel dan capability of the audiens
seperti pada tabel di bawah ini. Penilaian efektif dari responden menunjukan
bahwa responden mendukung, suka, atau setuju terhadap suatu pernyataan.
101 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.29. Hasil Keseluruhan Komponen 7C program
Public Relations pada Sosialisasi
Komponen Indikator Mean
Indikator
Mean
Keseluruhan
Credibility
Memiliki Narasumber terpercaya yaitu
salah satu anggota dari Satlantas
Polrestabes Surabaya
0,97
0,96 Memberikan informasi yang terpercaya
seperti prosedur pembuatan SIM online 0,94
Memberikan pelayanan yang baik dalam
menyampaikan informasi seperti prosedur
pembuatan SIM online
0,96
Context
Memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai perpanjangan SIM
dengan cara online
0,95
0,94
Membantu dan memudahkan masyarakat
(terutama masyarakat didaerah) dalam
perpanjangan SIM
0,95
Menjadi sarana untuk menyampaikan
komentar dan masukan kepada Satlantas
Polrestabes Surabaya
0,92
Content
Memberikan informasi perihal prosedur
pembuatan dan biaya SIM online agar
masyarakat mau menggunakan
0,99
0,97 Memberikan informasi perihal keuntungan
dan kemudahan dalam berkomunikasi
dengan pihak kepolisian
0,94
Memberikan informasi secara praktis di 35
provinsi di Indonesia 0,98
Memberikan informasi pemahaman
mengenai SIM online seperti prosedur
pembuatan SIM online
0,96
102 Universitas Kristen Petra
Clarity Memberikan informasi yang mengajak
masyarakat untuk mau menggunakan SIM
online
0,91
0,95
Dapat membantu masyarakat untuk
mencari tahu mengenai cara termudah dan
praktis dalam perpanjangan SIM
0,97
Continuity
and
Consistency
Dilakukan secara serentak di 35 provinsi di
Indonesia 0,95
0,96
Memberikan informasi yang konsisten
(tidak berubah-ubah) 0,97
Dilakukan dengan beberapa media kepada
masyarakat lain yang tidak mengikuti
sosialisasi
0,97
Channel
Menggunakan media sosial cetak yaitu
brosur yang sesuai dan mudah dimengerti 0,95
0,94
Menggunakan media sosial yaitu twitter
dan facebook yang sesuai dan mudah
dimengerti
0,92
Menggunakan website dari Humas
Polrestabes Surabaya yang sesuai dan
mudah dimengerti
0,95
Capability
of the
audiens
Kapasitas narasumber dapat memberikan
informasi yang sesuai dengan kemampuan
masyarakat
0,97
0,98 Kapasitas narasumber dapat memberikan
informasi dengan sangat mudah dipahami
dan dimengerti oleh masyarakat
0,98
Total 0,96 (Efektif)
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
103 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata – rata komponen capability of
the audiens memiliki nilai tertinggi diantara ketujuh komponen yaitu sebesar 0,98
dan bersifat efektif. Komponen capability of the audiens (kapasitas atau
kemampuan audiens) berisi mengenai komunikasi yang harus mempertimbangkan
kemampuan dari audiens, komunikasi akan efektif apabila mudah dipahami oleh
audiens. (Cutlip, 2006, p. 357-358). Maka dari hasil perhitungan di atas, dapat
diketahui bahwa masyarakat Surabaya menilai komponen capability of the
audiens adalah efektif yang berarti mereka merasa bahwa dalam sosialisasi
program SIM online terdapat narasumber yang dapat mengerti dan memahami
kebutuhan dari masyarakat Surabaya.
Dalam sosialisasi program SIM online capability of the audiens, humas
dari Polrestabes Surabaya telah melakukan salah satu aktivitas eksternal dari
seorang Public Relations yaitu mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada
publik. Selain itu juga mengembangkan program – program pengembangan
masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan kepada publik. (Wasesa
dan Macnamara, 2006, p.128-129). Sedangkan menurut Rumanti (2004, p. 272),
suatu program Public Relations harus jelas, tegas dan bermutu, supaya mudah
dilaksanakan pendelegasinya dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan
fungsi manajemen, yang telah disiapkan dengan penelitian yang eksask, akurat,
objektif dan transparan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa sosialisasi dari program
SIM online merupakan program Public Relations yang jelas, tegas dan bermutu
yang dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab menilai bahwa
sosialisasi ini masuk dalam kategori yang efektif. Sehingga dapat diartikan bahwa
pencapaian tujuan dari sosialisasi ini dapat tersampaikan kepada masyarakat
Surabaya dengan baik.
Pada komponen ini rata – rata skor tertinggi ada pada indikator kapasitas
narasumber dapat memberikan informasi dengan sangat mudah dipahami dan
dimengerti oleh masyarakat yaitu pada skor 0,98. Artinya narasumber dalam
sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi yang sangat mudah
dipahami dan dimengerti oleh masyarakat Surabaya sehingga masyarakat menilai
bahwa komunikasi dalam sosialisasi ini merupakan komunikasi yang efektif.
Sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip (2006, p. 357-358), bahwa komunikasi
104 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3. Persiapan dalam Sosialisasi program SIM online
Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015
akan efektif apabila mudah dipahami oleh audiens. Dalam hal ini berarti
sosialisasi program SIM online telah berhasil memiliki narasumber yang dapat
memahami kebutuhan masyarakat dengan tingginya tingkat efektivitas mengenai
informasi – informasi yang diberikan selama sosialisasi.
Sedangkan pada komponen capability of the audiens rata – rata terendah
ada pada indikator kapasitas narasumber dapat memberikan informasi yang sesuai
dengan kemampuan masyarakat yaitu 0,97. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358),
komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audiens. Hal ini dapat
disebabkan karena narasumber dalam sosialisasi SIM online menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kemampuan dari masyarakat, namun terdapat beberapa
masyarakat yang merasa bahwa bahasa yang digunakan kurang sesuai meskipun
tujuan dari narasumber adalah dengan mempertimbangkan kemampuan dari
audiens. Beberapa masyarakat memahami bahasa yang digunakan oleh
narasumber tetapi mereka merasa bahwa tidak sepantasnya menggunakan bahasa
tersebut (bahasa jawa dan bahasa Indonesia) dalam melakukan acara sosialisasi.
Tingkat dari komponen capability of the audiens ini dapat ditingkatkan salah
satunya adalah dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dan dipahami oleh
seluruh masyarakat.
105 Universitas Kristen Petra
Pada komponen lainnya yaitu komponen credibility (kredibilitas),
didapatkan nilai rata – rata sebesar 0,96. Komponen credibility merupakan
komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya (Cutlip, 2006, p. 357-358).
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rachmadi (1992, p. 23), salah satu
tugas Public Relations adalah menyelenggarakan hubungan yang baik dengan
masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favor, public opinion dan
perubahan sikap. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa seorang Public Relations
harus memulai hubungan yang baik terlebih dahulu dengan masyarakat agar
komunikasi diantara Public Relations dengan pihak dari masyarakat dapat terjadi
rasa saling percaya. Sehingga tidak hanya public relations saja yang ingin
memberikan informasi tetapi masyarakat juga memiliki rasa percaya agar mereka
mau melakukan komunikasi dan menghormati informasi yang diberikan yang
pada akhirnya akan menimbulkan rasa kepercayaan terhadap informasi tersebut.
Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya
menilai bahwa komponen credibility dapat dikatakan efektif yang berarti bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online memiliki
narasumber yang terpercaya yang memberikan informasi mengenai sosialisasi
program SIM online dan mempunyai keinginan untuk melayani publik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sosialisasi program SIM online ini disukai oleh
masyarakat Surabaya.
Pada komponen credibility, indikator yang memperoleh nilai rata – rata
tertinggi ada pada memiliki narasumber terpercaya yaitu salah satu anggota dari
Satlantas Polrestabes Surabaya yaitu 0,97. Ini artinya, dalam sosialisasi program
SIM online terdapat iklim rasa saling percaya antara masyarakat Surabaya dengan
pihak dari kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya. Hal ini dapat dilihat dengan
masyarakat Surabaya yang percaya dengan narasumber dari Satlantas Polrestabes
Surabaya. Sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa penerima harus percaya
kepada pengirim informasi. (2006, p. 357-358).
Sedangkan pada komponen credibility yang memiliki rata – rata terendah
ada pada indikator memberikan informasi yang terpercaya seperti prosedur
pembuatan SIM online yaitu 0,94. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi
dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Penerima harus percaya kepada
106 Universitas Kristen Petra
pengirim informasi dan menghormati sumber informasi terhadap topik informasi.
Dalam sosialisasi program SIM online disebarkan brosur yang menjelaskan
mengenai mekanisme dari SIM online. Dalam brosur tersebut terdapat cara
pembuatan baru dan perpanjangan SIM online. Namun pada kenyataannya ini
yang dapat dilakukan hanya perpanjangan SIM online bukan pembuatan baru SIM
online. Komponen credibility ini dapat ditingkatkan salah satunya adalah dengan
memberikan penjelasan informasi yang lebih benar dan pasti pada setiap
informasi yang diberikan kepada masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Gambar 4.4. Kegiatan Narasumber dalam Sosialisasi program SIM online
Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015
Pada komponen lainnya yaitu komponen context (konteks) memiliki nilai
rata – rata yang paling rendah yaitu 0,94 namun masih dalam kategori efektif.
Komponen context merupakan program komunikasi yang harus sesuai dengan
kenyataan lingkungan (Cutlip, 2006, p. 357-358). Maka dapat disimpulkan dari
hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya menilai bahwa komponen context dapat
107 Universitas Kristen Petra
dikatakan efektif yang berarti bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa
sosialisasi program SIM online memberikan penjelasan dan kemudahan kepada
masyarakat Surabaya (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjangan SIM.
Selain itu juga untuk menjadi sarana untuk memberikan masukan dan komentar
kepada pihak Kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya. Hal ini menunjukkan
bahwa sosialisasi program SIM online dapat membantu masyarakat karena sesuai
dengan kenyataan lingkungan yaitu kebutuhan masyarakat akan perpanjangan
SIM dengan cara yang lebih mudah.
Hal ini sesuai tugas Public Relations yaitu menyelenggarakan dan
bertanggung jawab atas penyampaian informasi/pesan secara lisan, tertulis atau
melalui gambar (visual) kepada publik sehingga publik mempunyai pengertian
yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta
kegiatan yang dilakukan. Dapat dilihat bahwa Public Relations harus
menyampaikan informasi yang memberikan pemahaman kepada masyarakat
dengan berbagai cara seperti pesan secara langsung maupun gambar yang dapat
mempermudah masyarakat dalam memahami informasi dan dapat mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Selain itu konteks juga sesuai dengan salah satu fungsi
Public Relations yaitu menciptakan komunikasi dua arah (Cutlip, 2006, p. 06).
Dengan kata lain dalam sosialisasi program ini diperlukan partisipasi atau umpan
balik dari masyarakat kepada pihak kepolisian.
108 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5. Brosur dalam Sosialisasi program SIM online
Sumber: Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015
Pada komponen context, indikator yang memperoleh nilai rata – rata
tertinggi ada pada memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai
perpanjangan SIM dengan cara online dan membantu dan memudahkan
masyarakat (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjangan SIM. Kedua
indikator ini memiliki nilai rata – rata tertinggi yang sama yaitu 0,95. Ini artinya,
dalam sosialisasi program SIM online terdapat konteks yang memberikan
informasi kepada masyarakat Surabaya yang dapat memberikan kemudahkan dan
membantu masyarakat.
109 Universitas Kristen Petra
Sedangkan pada komponen context rata – rata terendah ada pada indikator
menjadi sarana untuk menyampaikan komentar dan masukan kepada Satlantas
Polrestabes Surabaya yaitu 0,92. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), harus
disediakan konteks untuk partisipasi dan umpan balik. Hal ini disebabkan karena
dalam sosialisais program SIM online masih terdapat masyarakat yang merasa
takut untuk bertanya atau memberikan komentar/masukan kepada pihak
Kepolisian dari Satlantas Polrestabes Surabaya. Selain itu juga karena masyarakat
merasa tidak nyaman jika ingin berkomunikasi dengan pihak Kepolisian karena
harus berebut dengan masyarakat yang lainnya. Tingkat dari komponen context ini
dapat ditingkatkan salah satunya adalah dengan cara pihak dari kepolisian
Satlantas Polrestabes Surabaya dapat lebih mendekatkan diri kepada masyarakat
seperti mengadakan acara yang lebih menarik agar dapat menarik perhatian
masyarakat sehingga masyarakat merasa dekat dengan pihak kepolisian dan berani
untuk melakukan komunikasi dengan pihak kepolisian.
Gambar 4.6. Kegiatan dalam Sosialisasi program SIM online
Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015
Pada komponen lainnya yaitu komponen content (isi) didapatkan nilai rata
– rata sebesar 0,97. Komponen content merupakan pesan harus mengandung
makna bagi penerimanya dan harus relevan dengan situasi penerima (Cutlip,
110 Universitas Kristen Petra
2006, p. 357-358). Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat
Surabaya menilai bahwa komponen content dapat diakatakan efektif yang berarti
bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online
memberikan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya kepada masyarakat Surabaya. Selain itu masyarakat menilai bahwa
dalam sosialisasi merupakan sosialisasi yang menarik karena dalam sosialisasi ini
tidak hanya memberikan informasi saja tetapi terdapat kegiatan yang lainnya.
Komponen content (isi) memiliki kaitan hubungan yang kuat dengan salah
satu fungsi Public Relations yaitu menunjang aktivitas utama manajemen dalam
mencapai tujuan bersama (Cutlip, 2006, p. 6). Dalam hal ini dapat dilihat bahwa
sosialisai program SIM online yang diadakan oleh Humas Polrestabes Surabaya
merupakan aktivitas utama manajemen mereka untuk mencapai tujuan bersama
yaitu ingin memudahkan masyarakat dalam perpanjangan SIM. Agar sosialisasi
ini dapat tercapai tujuannya, maka Public Relations atau Humas dari Polrestabes
Surabaya akan merancang isi dari informasi yang akan disampaikan kepada
masyarakat. Isi dalam sosialisasi ini akan dibuat dengan dengan jelas dan menarik
sehingga membuat masyarakat merasa isi dari sosialisasi ini berguna karena
relevan dengan situasi penerima yaitu dengan adanya SIM online masyarakat
merasa lebih mudah untuk melakukan perpanjangan tanpa harus kembali ke
tempat asal mereka.
Pada komponen content, indikator yang memperoleh nilai rata – rata
tertinggi ada pada memberikan informasi perihal prosedur pembuatan dan biaya
SIM online agar masyarakat mau menggunakan yaitu 0,99. Ini artinya, dalam
sosialisasi program SIM online terdapat pesan yang sesuai dengan kebutuhan dari
masyarakat sehingga dapat menarik masyarakat untuk mau mengikuti sosialisasi.
Sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa pada umumnya orang akan
memilih item informasi yang menjanjikan manfaat besar bagi mereka (2006, p.
357-358).
Sedangkan pada komponen content rata – rata terendah ada pada indikator
memberikan informasi perihal keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi
dengan pihak kepolisian yaitu 0,94. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan
harus relevan dengan situasi penerima. Hal ini disebabkan karena dalam
111 Universitas Kristen Petra
sosialisasi program SIM online masih terdapat masyarakat tidak melakukan
komunikasi dengan pihak dari kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya. Hal ini
dapat dikarenakan karena masyarakat merasa takut untuk berkomunikasi dengan
pihak kepolisian. Komponen content ini dapat ditingkatkan salah satunya adalah
dengan cara pihak dari kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya dapat lebih
mendekatkan diri kepada masyarakat dalam acara sosialisasi seperti memberikan
informasi dengan cara berkelompok dengan jumlah yang tidak terlalu banyak
sehingga masyarakat dapat merasa lebih dekat dan mau bertanya atau memberikan
masukan secara langsung.
Pada komponen clarity (kejelasan) didapatkan nilai rata – rata sebesar
0,95. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), Komponen clarity merupakan pesan
yang harus diberikan dalam istilah sederhana. Komponen clarity (kejelasan)
memiliki kaitan hubungan yang kuat dengan salah satu kondisi penunjang
komunikasi yang efektif, yaitu pesan harus menggunakan lambang – lambang
tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan
sehingga sama – sama dapat dimengerti. (Effendi, 2003, p.41-42). Dalam hal ini
komunikasi informasi yang diberikan oleh Kepolisian kepada masyarakat harus
diberikan dengan jelas. Salah satu arti jelas dalam hal ini adalah antara pihak
Kepolisian dengan masyarakat harus memiliki pengertian yang sama. Agar
pengertian pihak kepolisian dan masyarakat dapat sama, maka dapat
menggunakan bahasa/lambang-lambang yang jelas yang sama – sama dimengerti
oleh kedua pihak sehingga dapat mendukung agar komunikasi atau informasikan
yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah.
Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya
menilai bahwa komponen clarity dapat diakatakan efektif yang berarti bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online mengajak dan
memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya dengan menggunakan bahasa
atau kata – kata yang sederhana sehingga mudah dimengerti dan membuat agar
masyarakat tertarik dan mau menggunakan SIM online.
112 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.7. Persiapan dalam Sosialisasi program SIM online
Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015
Pada komponen clarity, indikator yang memperoleh nilai rata – rata
tertinggi ada pada dapat membantu masyarakat untuk mencari tahu mengenai cara
termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM yaitu 0,97. Ini artinya, sesuai
dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa pesan harus diberikan dalam istilah
sederhana (2006, p. 357-358). Hal ini dapat dilihat dengan masyarakat Surabaya
yang merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan bahasa atau
istilah yang sederhana sehingga masyarakat menjadi memahamai isi tujuan dari
sosialisasi program SIM online yaitu membantu agar masyarakat dapat melakukan
perpanjangan SIM dengan praktis dan mudah. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dalam sosialisasi ini, informasi yang diberikan memiliki kejelasan yang
tinggi.
Sedangkan pada komponen clarity rata – rata terendah ada pada indikator
memberikan informasi yang mengajak masyarakat untuk mau menggunakan SIM
online yaitu 0,91. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), kata harus bermakna
menurut si pengirim dan si penerima. Hal ini disebabkan karena dalam sosialisais
program SIM online terdapat masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan
atau pengetahuan yang berebeda-beda. Dalam hal ini setiap orang dapat
berpendapat berbeda, ada masyarakat yang berpendapat bahwa sosialisasi ini
hanya memberikan informasi atau perkenalan saja bahwa ada program baru dari
113 Universitas Kristen Petra
kepolisian yaitu SIM online, tetapi ada beberapa masyarakat yang berpendapat
bahwa sosialisasi program SIM online ini selain memberikan informasi tetapi juga
mengajak masyarakat untuk mau menggunakan perpanjangan SIM pada saat
sosialisasi. Tingkat dari komponen clarity ini dapat ditingkatkan salah satunya
adalah dengan cara memberikan informasi yang lebih jelas seperti mengulang
informasi agar masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi ini bukan hanya
memberikan informasi saja tetapi mengajak masyarakat untuk menggunakan SIM
online.
Pada komponen selanjutnya yaitu komponen continuity and consistency
(kontinuitas dan konsistensi) didapatkan nilai rata – rata sebesar 0,96. Komponen
continuity and consistency merupakan komunikasi proses tanpa akhir (Cutlip,
2006, p. 357-358). Dari tabel di atas menunjukkan bahwa para responden atau
masyarakat Surabaya menilai bahwa komponen continuity and consistency
memiliki nilai yang efektif. Dalam pejelasan yang diberikan oleh Cutlip (2006, p.
357-358) dikatakan bahwa komunikasi dalam komponen continuity and
consistency membutuhkan repetisi agar dapat masuk. Public Relations merupakan
faktor yang penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan
secara terus menerus (Rumanti, 2004, p. 7). Sehingga dapat dilihat bahwa
komponen continuity dan consistency dapat dilakukan dengan mudah oleh Public
Relations dalam membuat suatu program karena seorang Public Relations telah
terbiasa untuk memberikan informasi secara terus menerus. Hal tersebut
merupakan profesi professional dari seorang Public Relations dalam bidangnya.
Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya
menilai bahwa komponen continuity and consistency dapat dikatakan efektif yang
berarti bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online
memiliki informasi yang konsisten dan informasi ini dapat dilanjutkan kepada
masyarakat lain yang belum mengikuti sosialisasi.
Pada komponen continuity and consistency, indikator yang memperoleh
nilai rata – rata tertinggi ada pada memberikan informasi yang konsisten (tidak
berubah-ubah) dan dilakukan dengan beberapa media kepada masyarakat lain
yang tidak mengikuti sosialisasi, kedua indikator ini memiliki rata – rata yang
sama tinggi yaitu 0,97. Berarti bahwa komunikasi adalah proses tanpa akhir
114 Universitas Kristen Petra
(Cutlip, 2006, p. 357-358). Hal ini dapat dilihat dengan masyarakat Surabaya
yang merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan karena informasi yang dibeikan dalam sosialisasi
dalam media atau pada saat sosialisasi adalah sama sehingga dapat dikatakan
bahwa informasi dalam sosialisasi adalah konsiten. Selain informasi yang
konsisten, informasi ini dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lain sehingga
dapat diartikan bahwa komunikasi dalam sosialisasi merupakan proses tanpa
akhir.
Sedangkan pada komponen continuity and consistency rata – rata terendah
ada pada indikator dilakukan secara serentak di 35 provinsi di Indonesia yaitu
0,95. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi membutuhkan repitisi agar
dapat masuk. Hal ini disebabkan karena dalam sosialisais program SIM online
terdapat masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengetahuan
yang berebeda-beda. Dalam hal ini tidak semua masyarakat paham bahwa
sosialisasi ini dilakukan secara serentak di 35 provinsi. Ada masyarakat yang
berpikir bahwa sosialisasi ini hanya dilakukan di Kota Surabaya. Selain itu juga
dapat dikarenakan masyarakat tidak mendengar informasi dari narasumber saat
memberikan informasi bahwa sosialisasi dilakukan secara serentak di 35 provinsi
di Indonesia. Tingkat dari komponen continuity and consistency ini dapat
ditingkatkan salah satunya adalah dengan cara memberikan informasi yang lebih
jelas seperti mengulang informasi agar masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi
ini dilakukan secara serentak di 35 provinsi. Dengan memberikan tulisan di
keterangan pada baner saat sosialisasi.
Pada komponen terakhir yaitu komponen channel (saluran) didapatkan
nilai rata – rata yang paling rendah kedua yaitu 0,94. Komponen channel
merupakan komponen kedua terendah setelah context karena kedua komponen ini
memiliki nilai rata – rata terendah yang sama tetapi masih berada dalam kategori
efektif. Cutlip menjelaskan (2006, p. 357-358) komponen channel merupakan
saluran komunikasi (alat komunikasi) yang sudah ada harus digunakan. Selain itu
dalm komponen channel dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan publik
sasaran. Hal ini didukung dengan salah satu aktivitas eksternal Public Relations
yaitu membantu pemasaran untuk menciptakan citra produk (Wasesa dan
115 Universitas Kristen Petra
Macnamara, 2006, p. 128-129). Kedua penjelasan tersebut dapat dihubungkan,
pemasaran dalam hal ini dapat diartikan sebagai cara untuk menyebarkan
informasi kepada target yang dituju untuk menciptakan citra produk atau
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai. Pemasaran ini dapat dilakukan dengan
menggunakan channel (saluran) agar informasi tersebut dapat dengan mudah
tersampaikan kepada target yang dituju. Namun dalam penggunaan channel
(saluran) dibutuhkan pemilihan channel yang sesuai agar informasi dapat
tersampaikan dengan mudah kepada publik sasaran.
Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya
menilai bahwa komponen channel dapat diakatakan efektif yang berarti bahwa
masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan
beberapa media yang dapat mendukung keberhasilan dari sosialisasi program SIM
online. Media tersebut dapat berupa media cetak (brosur), media sosial (twitter
dan facebook) dan website. Dengan demikian dapat diakatkan bahwa meskipun
komponen channel merupakan komponen dengan nilai rata – rata terendah, tetapi
masarakat Surabaya tetap menyukai sosiaisasi ini.
Pada komponen channel, indikator yang memperoleh nilai rata – rata
tertinggi ada pada menggunakan media cetak yaitu brosur yang sesuai dan mudah
dimengerti dan menggunakan website dari Humas Polrestabes Surabaya yang
sesuai dan mudah dimengerti, kedua indikator ini memiliki rata – rata yang sama
tinggi yaitu 0,95. Ini artinya, sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa
dalam pemilihan salauran (alat komunikasi) dibutuhkan pemilihan saluran yang
sesuai dengan publik sasaran (2006, p. 357-358). Hal ini dapat dilihat dengan
masyarakat Surabaya yang merasa bahwa sosialisasi program SIM online
menggunakan saluran (alat komunikasi) berupa media yang sesuai dengan
masyarakat. Sesuai dalam hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat dapat melihat
atau menggunakan media tersebut dengan mudah. Selain itu informasi dalam
media juga didapatkan dengan jelas karena informasi yang diberikan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Maka dari itu dapat dikatakan
bahwa pemilihan alat komunikasi dalam sosialisasi program SIM online seperti
brosur dan website telah dinilai sesuai dan efektif oleh masyarakat Surabaya.
116 Universitas Kristen Petra
Sedangkan pada komponen channel rata – rata terendah ada pada indikator
menggunakan media sosial yaitu twitter dan facebook yang sesuai dan mudah
dimengerti yaitu 0,92. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), sebaiknya
menggunakan saluran (alat komunikasi) yang dihormati dan dipakai oleh si
penerima. Hal ini disebabkan karena dalam sosialisais program SIM online
terdapat masyarakat yang tidak memiliki media sosial seperti twitter dan
facebook. Dalam sosialisasi ini terdapat banyak masyarakat yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda. Faktor usia maupun pendidikan dapat menentukan
seseorang menggunakan media sosial atau tidak. Sedangkan dalam sosialiasi ini
terdapat masyarakat yang tidak menggunakan media sosial sehingga beberapa
masyarakat merasa bahwa sosialisasi ini kurang efektif dalam pemilihan
penggunaan saluran (alat komunikasi). Sealin itu beberapa masyarakat merasa
bahwa dalam informasi yang diberikan dalam media yang digunakan untuk
sosialisai ini dinilai kurang teratur karena informasi yang diberikan dalam media
tidak hanya mengenai SIM online saja. Tingkat dari komponen channel ini dapat
ditingkatkan salah satunya adalah dengan cara menggunakan saluran (alat
komunikasi) yang lebih sesuai agar dapat dengan mudah dijangkau oleh semua
masyarakat seperti radio maupun koran. Berikut merupakan salah satu bentuk
media yang digunakan dalam Sosialisasi program SIM online yaitu media cetak
brosur:
117 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8. Brosur Mekanisme Penerbitan SIM online dalam Sosialisasi
Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015
4.5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)
Kegiatan tabulasi adalah kegiatan memasukkan data dalam tabel-tabel
yang telah dibuat (biasanya dengan sistem tally, yaitu menghitung frekuensi atau
jumlah dengan memberikan tanda coret atau garis tally) dan mengatur angka-
angka untuk dapat dianalisis (Idrus, 2007, p. 200). Dalam penelitian ini, tabulasi
silang (crosstab) akan dilakukan terhadap variabel identitas responden (usia, jenis
kelamin, pekerjaan, dan juga pendidikan terakhir) dengan efektivitas komunikasi
humas dalam sosialisasi program SIM online oleh Satlantas Polrestabes Surabaya.
Penjelasan mengenai tabulasi silang dapat dilihat sebagai berikut:
118 Universitas Kristen Petra
4.5.1. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Credibility (Kredibilitas)
Tabel 4.30. Usia* Credibility (Kredibilitas)
Memiliki narasumber terpercaya yang memberikan informasi mengenai
Sosialisasi program SIM online
Usia Komponen Credibility Total
Tidak Ya
17-26 tahun 2 59 61
27-36 tahun 0 12 12
37-46 tahun 0 10 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 2 98 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Credibility
(Kejelasan). Dalam melakukan sosialisasi program SIM online, kredibilitas dapat
dikatakan sebagai suatu prinsip yang sangat penting agar sosialisasi dapat
dikatakan berhasil dalam menyampaikan tujuannya. Kredibilitas harus dimulai
dengan rasa saling percaya antara masyarakat dengan pihak dari kepolisian
Satlantas Polrestabes Surabaya agar masyarakat mau mendengarkan sosialisasi
dan merasa percaya dengan informasi yang diberikan selama sosialisasi. Yang
pada akhirnya dapat membuat agar masyarakat tidak hanya mendengarkan saja
tetapi mau untuk melakukan.
Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana
responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden dengan jumlah
terbanyak. Responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden yang
mayoritas memiliki status sebagai pelajar/mahasiswa. Berdasarkan temuan data
yang didapatkan, ditemukan bahwa responden dengan usia 17-26 tahun
merupakan responden dengan jumlah tertinggi yaitu 2 responden (3,3%) yang
119 Universitas Kristen Petra
mengatakan bahwa sosialisasi program SIM online dinilai kurang efektif. Hal ini
disebabkan karena responden dengan usia 17-26 tahun yang menilai bahwa
sosialisasi ini kurang efektif adalah responden yang berada dalam masa sekolah
atau perkuliahan sehingga responden tersebut masih dalam jenjang pendidikan
sehingga responden tersebut tidak mengerti arti yang lebih luas mengenai
kredibilitas. Sebenarnya arti dari kredibilitas tidak hanya sekedar rasa saling
percaya saja, tetapi kredibilitas memiliki arti yang luas yang dapat dipahami oleh
responden yang telah bekerja. Menurut Rakhmat (2002, p. 257), kredibilitas
adalah sikap atau hal – hal yang dapat dipercaya, sedangkan kerja adalah segala
sesuatu yang dilakukan yang menghasilkan. Sehingga kredibilitas kerja
merupakan segala hal yang dikerjakan yang menghasilkan simpati orang lain dan
dapat dipercaya. Dalam segala pekerjaan dibutuhkan kredibilitas yang baik agar
mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Hal ini juga diperjelas dalam teori
Umar.
Menurut Umar (2002, p. 204), kredibilitas meliputi hal – hal yang
berhubungan dengan kepercayaan seseorang seperti reputasi, prestasi dan
sebagainya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pelajar/mahasiswa yang masih
dalam jenjang pendidikan atau sudah bekerja tetapi hanya memiliki pekerjaan
„sementara‟, tidak akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai pekerjaan
seperti hubungan antara kredibilitas dengan pekerjaan. Pelajar/mahasiswa tidak
akan mengetahui bahwa dalam suatu kredibilitas tidak hanya berhubungan dengan
kepercayaan saja tetapi sebenarnya arti dari kredibilitas adalah memiliki hubungan
dengan reputasi, prestasi, dan sebagainya. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
responden yang menilai bahwa sosialisasi ini kurang efektif dapat disebabkan
karena responden dengan usia 17-26 tahun tidak mengerti atau memahami arti
dari kredibilitas yang sebenarnya yang tidak hanya mengandung mengenai
kepercayaan saja tetapi juga mengenai reputasi dan prestasi.
120 Universitas Kristen Petra
4.5.2. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Context (Konteks)
Tabel 4.31. Usia* Context (Konteks)
Memberikan penjelasan dan kemudahan kepada masyarakat dalam
perpanjangan SIM
Usia Komponen Context Total
Tidak Ya
17-26 tahun 4 57 61
27-36 tahun 1 11 12
37-46 tahun 0 10 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 5 95 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Context
(konteks). Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan.
Konteks harus menginformasikan, bukan menentang isi pesannya. Hal ini juga
didukung oleh definisi Carnap (dalam Levinson, 1982, p. 5), yang mengemukakan
konteks adalah istilah yang mencakup identitas partisipan, parameter ruang dan
waktu dalam situasi tutur (perkataan), kepercayaan, pengetahuan serta maksud
partisipan di dalam situasi tutur.
Dalam melakukan sosialisasi program SIM online, pihak dari kepolisian
Satlantas Polrestabes Surabaya telah membuat suatu program yang sesuai dengan
kenyaataan lingkungan, yaitu memudahkan masyarakat agar tidak perlu kembali
ke tempat asal untuk melakukan perpanjangan SIM. Selain itu dalam sosialisasi
ini, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi saja tetapi masyarakat dapat
untuk melakukan partisipasi dan umpan balik.
Berdasarkan pada tabel tabulasi silang yang hasilnya telah diperoleh
peneliti, diketahui bahwa responden dengan usia 17-26 tahun merupakan
121 Universitas Kristen Petra
responden dengan jumlah terbanyak. Pada responden dengan usia 17-26 tahun
didapatkan 4 responden (6,6%) merasa bahwa sosialisasi program SIM online ini
dinilai kurang efektif. Namun responden dengan usia 27-36 tahun mempunyai
presentase yang lebih tinggi mengenai responden yang merasa bahwa sosialisasi
ini kurang efektif yaitu 1 responden (8,3%). Sehingga dapat dilihat bahwa
responden yang mengatakan bahwa sosialisasi ini kurang efektif adalah responden
dengan usia 27-36 tahun.
Dalam penelitian ini responden dengan usia 27-36 dapat menilai bahwa
sosialisasi ini kurang efektif. Hal ini dapat dikaitkan oleh teori Soedarno et.al
(1992), yang mengatakan perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi
masyarakat. Sedangkan menurut Slamet (1995) Usia berpengaruh pada keaktifan
seseorang untuk berpartisipasi. Sehingga dapat dilihat bahwa suatu konteks dalam
suatu program merupakan hal yang penting karena konteks yang sesuai dengan
kenyataan lingkungan dan memberikan informasi akan mempengaruhi tingkat
partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu responden yang mengatakan bahwa
sosialisasi ini tidak efektif terutama responden dengan usia 27-36 tahun dapat
dikarenakan responden tersebut kurang aktif dan kurang partisipasi dalam
mengikuti sosialisasi program SIM online. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat
mau mengikuti sosialisasi dengan cara mendengarkan sosialisasi secara langsung
maupun melalui media yang digunakan dalam sosialisasi. “Saya merasa sosialisasi
dari SIM online ini tidak dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk melakukan
komunikasi dengan pihak dari Kepolisian karena dalam sosialisasi ini terlalu
banyak masyarakat sehingga saya tidak dapat berkomunikasi dengan nyaman
karena harus berebut dengan masyarakat yang lainnya” (Hendra, 44 tahun, 9
Agustus 2016)
122 Universitas Kristen Petra
4.5.3. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Content (Isi)
Tabel 4.32. Usia* Content (Isi)
Memberikan informasi yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya kepada masyarakat Surabaya
Usia Komponen Content Total
Tidak Ya
17-26 tahun 0 61 61
27-36 tahun 0 12 12
37-46 tahun 0 10 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 0 100 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Content (Isi).
Dalam melakukan sosialisasi program SIM online, pihak dari kepolisian Satlantas
Polrestabes Surabaya sebagai narasumber harus merancang isi dari sosialisasi ini
telebih dahulu. Isi pesan dalam sosialisasi ini perlu dipersiapkan karena isi dari
suatu pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat merupakan
hal yang terpenting agar sosialisasi ini dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu
isi dari pesan atau informasi yang akan diberikan kepada masyarakat harus jelas.
Isi harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat dan harus
relevan dengan situasi dari penerima agar dapat menarik masyarakat untuk mau
mendengarkan sosialisasi.
Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana seluruh
responden usia 17-26 tahun, 27-36 tahun, 37-46 tahun, 47-56 tahun dan 57-64
tahun menjawab bahwa sosialisasi program SIM online merupakan sosialisasi
yang efektif dalam komponen content (isi). Hal ini disebabkan karena isi dalam
sosialisasi ini dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
123 Universitas Kristen Petra
Sehingga dapat dikatakan bahwa sosialisasi program SIM online ini memiliki
komunikasi yang efektif yang sesuai dengan teori dari Mulyana (2002, p. 22),
komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang
dimaksudkan.
Menurut Gahran (2005) content adalah apa yang harus disampaikan, bisa
saja melalui teks, gambar, suara, video, kata – kata yang diucapkan, matematika,
bahasa simbol, kode morse, musik, bahasa tubuh dan sebagainya. Dalam hal ini
seluruh responden dalam penelitian menilai bahwa sosialisasi SIM online dapat
dikatakan efektif. Hal ini dapat dikarenakan dalam sosialisasi program SIM
online, content (isi) dari informasi yang ingin disampaikan oleh pihak Kepolisian
Satlantas Polrestabes Surabaya dapat tersampaikan dengan baik kepada
masyarakat Surabaya. Masyarakat merasa bahwa sosialisasi ini menyampaikan isi
pesan yang sesuai dan selayaknya disampaikan dengan baik menggunakan
berbagai cara yang mudah agar masyarakat dapat memahami informasi tersebut.
Informasi dalam sosialisasi ini disampaikan melalui teks (brosur yang disebarkan
kepada masyarakat), gambar, suara, kata – kata yang diucapkan untuk
memberikan informasi. Oleh karena itu seluruh responden menjawab bahwa
sosialisasi program SIM online ini dinilai efektif dalam komponen content (isi)
Berasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan seorang
responden mengatakan “Sosialisasi program ini merupakan program dari
kepolisian yang bagus menurut saya. Karena sosialisasi ini bisa membantu
masyarakat untuk mempermudah dalam perpanjangan SIM. Masyarakat sekarang
tidak perlu pulang kampung lagi buat memperpanjang SIM karena bisa pakai SIM
online sekarang. Selain itu acara dalam sosialisasi ini juga menarik dan informasi
yang diberikan sangat jelas dan komplit sehingga masyarakat dapat paham dengan
mendengarkan sosialisasi” (Monika, 42 tahun, 9 agustus 2016).
124 Universitas Kristen Petra
4.5.4. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Clarity (Kejelasan)
Tabel 4.33. Usia* Clarity (Kejelasan)
Mengajak dan memberikan informasi kepada masyarakat agar mau menggunakan
SIM online
Usia Komponen Clarity Total
Tidak Ya
17-26 tahun 2 59 61
27-36 tahun 1 11 12
37-46 tahun 0 10 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 3 97 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Clarity
(kejelasan). Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus bermakna
sama menurut si pengirim dan si penerima. Hal ini juga didukung oleh teori
Larson. Menurut Larson (1984, p. 485), kejelasan mengacu kepada bentuk bahasa
yang dipergunakan dalam menerjemahkan yang mengharuskan membuat pesasn
teks sumber yang mudah dimengerti sebagai sumber teks itu sendiri.
Dalam sosialisasi program SIM online, selain isi pesan yang mudah
dipahami dan relevan dengan masyarakat, suatu kejelasan dalam pesan yang
disampaikan kepada masyarakat merupakan salah satu komponen agar sosialisasi
dapat berjalan dengan baik. Suatu kejelasan dalam isi pesan sangatlah penting
karena arti jelas dalam isi pesan dapat diartikan bahwa pesan yang diberikan
kepada masyarakat harus menggunakan istilah sederhana yang mudah dipahami
oleh narasumber maupun masyarakat.
Berdasarkan pada tabel tabulasi silang yang hasilnya diperoleh peneliti,
maka diketahui bahwa jawaban yang terbanyak yang menilai bahwa sosialisasi
125 Universitas Kristen Petra
program SIM online dalam komponen clarity (kejelasan) yaitu mengajak dan
memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat agar mau menggunakan SIM
online adalah responden dengan usia 17-26 tahun sebanyak 59 responden.
Responden dengan usia yang lainnya juga banyak yang sama memberikan
jawaban positif (efektif) terkait dengan komponen ini.
Sosialisasi program SIM online dibuat dengan maksud agar dapat
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa saat ini Kepolisian Negara
Republik Indonesia sedang memiliki suatu program baru yang kedepannya ingin
lebih memudahkan kepada masyarakat dalam perpanjangan SIM. Sehingga dalam
sosialisasi ini, narasumber akan memberikan informasi dengan jelas mengenai
cara termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM dan mengajak masyarakat
untuk mau menggunakan SIM online. Hal ini sesuai dengan Effendi (2003), yang
mengatakan salah satu penunjang bagi komunikasi yang efektif adalah pesan
harus menggunakan lambang – lambang tertuju kepada pengalaman yang sama
antara komunikator dan komunikan, sehingga sama – sama mengerti. (p.41-42).
Informasi yang diberikan dalam sosialisasi program SIM online dinilai
positif (efektif) oleh responden masyarakat Surabaya karena informasi dalam
sosialisasi memiliki kejelasan. Terutama pada informasi mengenai cara termudah
dan praktis dalam perpanjangan SIM, berhasil menjadikan informasi ini untuk
mempermudah masyarakat mengetahui cara termudah dalam perpanjangan SIM,
yaitu dengan cara SIM online.
126 Universitas Kristen Petra
4.5.5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi)
Tabel 4.34. Usia* Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi)
Memiliki informasi yang konsisten dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat
lain yang tidak dapat mengikuti sosialisasi
Usia Komponen Continuity and consistency Total
Tidak Ya
17-26 tahun 1 60 61
27-36 tahun 0 12 12
37-46 tahun 1 9 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 2 98 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Continuity and
consistency (kontinuitas dan konsistensi). Dalam sosialisasi program SIM online,
pihak dari kepolisian berharap agar masyarakat dapat mendapatkan informasi
mengenai sosialisasi program SIM online melalui beberapa media yang telah
mereka sediakan seperti brosur, twitter, facebook, dan website. Informasi yang
diberikan saat sosialisasi juga akan sama dengan informasi yang diberikan dalam
media, hanya dalam media tidak mendapatkan penjelasan yang luas dan lengkap
tetapi, inti dari informasi sosialisasi ini akan tetap didapatkan oleh masyarakat
sehingga informasi dalam sosialisasi ini konsisten (tidak berubah-ubah).
Berdasarkan pada tabel tabulasi silang yang hasilnya telah diperoleh
peneliti, diketahui bahwa responden dengan usia 17-26 tahun merupakan
responden dengan jumlah terbanyak. Pada responden dengan usia 17-26 tahun
didapatkan 1 responden (1,6%) merasa bahwa sosialisasi program SIM online ini
dinilai kurang efektif. Namun responden dengan usia 37-46 tahun mempunyai
presentase yang lebih tinggi mengenai responden yang merasa bahwa sosialisasi
127 Universitas Kristen Petra
ini kurang efektif yaitu 1 responden (10%). Sehingga dapat dilihat bahwa
responden yang mengatakan bahwa sosialisasi ini kurang efektif adalah responden
dengan usia 37-46 tahun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontinuitas adalah kelanjutan
atau kesinambungan, sedangkan konsitensi menurut Evertson (2011, p. 84),
adalah mempertahankan ekspetasi yang sama bagi perilaku yang pantas dalam
sebuah kegiatan tertentu sepanjang waktu dan bagi seluruh orang yang
berkepentingan. Dari hasil olahan data di atas ditemukan bahwa responden yang
menilai bahwa sosialisasi ini tidak efektif adalah responden yang memiliki usia
37-46 tahun. Sedangkan dalam hal ini usia responden dengan komponen
kontinuitas dan konsitensi memiliki hubungan yang kuat.
Menurut pakar pendidikan Mark Prensky (2001) mengemukakan ada dua
generasi yaitu digital native dan digital immigrants. Digital natives merupakan
generasi yang lahir pada era digital. Generasi digital native atau kadang disebut
sebagai the native gadget yang lahir pada abad digital mulai tahun 1994 sampai
akhir tahun sekarang. Sehingga usianya saat ini berada di bawah 24 tahun.
Generasi digital natives lebih banyak mengisi kehidupan dengan penggunaan
komputer, video games, digital music, players, video cams, cell phone dan
berbagai macam perangkat permainan yang diproduksi di abad digital. Generasi
digital natives sudah terkondisi dengan lingkungan seperti itu dan menganggap
teknologi digital sebagai bagian yang tidak terspisahkan dari kehidupannya.
(dalam Mardina, 2011, p. 5-7).
Dari penjelasan teori pendukung di atas dapat dilihat bahwa responden
yang menjawab bahwa sosialisasi ini dinilai tidak efektif dapat dikarenakan
responden dengan usia 37-46 tahun dapat dikatakan tidak menggunakan media
sosial dalam kehidupan sehari – harinya atau memiliki media sosial tetapi tingkat
penggunaannya tidak terlalu sering seperti responden dengan usia 17-26 tahun
yang masih masuk dalam generasi digital native. Sehingga responden tersebut
merasa bahwa sosialisasi ini tidak dapat dilanjutkan informasinya kepada
masyarakat yang lainnya.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah
satu responden yang merasa bahwa sosialisasi ini kurang efektif dengan usia 37-
128 Universitas Kristen Petra
46 tahun mengatakan “Sosialisasi ini sebenarnya bagus karena membantu
masyarakat untuk mempermudah dalam perpanjangan SIM. Salah satunya satunya
dapat mendapatkan informasi melalui media. Namun menurut saya media yang
digunakan tidak sesuai karena tidak dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang
lainnya. Saya masih bisa buka informasi sosialisasi lewat twitter dan facebook tapi
belum tentu orang lain yang mau saya beri tau mengenai informasi ini bisa
menggunakan twitter atau facebook. Teman saya aja ada beberapa yang seumuran
saya yang tidak pakai media sosial. Jika seperti itu terus bagaimana saya bisa
memberi informasi ini kepada mereka. Jadi menurut saya media yang digunakan
kurang sesuai. Lebih baik menggunakan media seperti radio atau televisi yang
pasti semua orang bisa menggunakan”. (Sutanto, 44 tahun, 9 Agustus 2016).
129 Universitas Kristen Petra
4.5.6. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Channel (Saluran)
Tabel 4.35. Usia* Channel (Saluran)
Menggunakan beberapa media yang dapat mendukung keberhasilan dari
sosialisasi program SIM online
Usia Komponen Channel Total
Tidak Ya
17-26 tahun 2 59 61
27-36 tahun 0 13 12
37-46 tahun 0 10 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 2 98 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Channel
(Saluran). Dalam sosialisasi program SIM online, saluran yang digunakan adalah
media yang mudah ditemui oleh masyarakat Surabaya. Media yang digunakan
adalah media cetak brosur dan media sosial yaitu twitter, facebook dan website
dari Humas Polrestabes Surabaya. Hal ini mendorong dibutuhkannya media
sebagai sarana komunikasi agar masyarakat menjadi tahu dan mau mengikuti
sosialisasi program SIM online. Sedangkan menurut Okta Prasetiadi, S.Kom
maksud “online” sendiri dalam perpanjangan SIM adalah masyarakat tidak harus
mampu mengoperasikan komputer atau internet karena program perpanjangan
SIM online ini hanya meminta agar pemilik SIM mengunjungi SIM keliling
terdekat dengan menunjukkan e-KTP dan SIM yang masih berlaku pada hari itu.
(hasil wawancara dengan Baurmin Regident SIM Satlantas Polrestabes Surabaya,
21 Maret 2016). Pihak SIM keliling memanfaatkan layanan online untuk
mengintegrasikan data pemilik SIM secara online dengan Server yang terpusat di
Korlantas Mabes Polri untuk mengambil data pemilik SIM tersebut.
130 Universitas Kristen Petra
Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana
responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden yang terbanyak dalam
penelitian ini. Namun dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan
usia 17-26 tahun sebanyak 2 orang (3,3%) merasa bahwa sosialisasi program SIM
online kurang efektif dalam mensosialisasikan kepada masyarakat.
Sedangkan menurut hasil riset nasional yang dilakukan Asosiasi Penyedia
Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi Universitas
Indonesia (UI), menyatakan bahwa mayoritas pengguna internet di Indonesia
berada dalam rentang usia 18-25 tahun. Jumlah golongan pengguna media usia ini
bahkan hampir setengah (49%) dari total jumlah pengguna internet di Indonesia
yang mencapai 88,1 juta di tahun 2014. Sehingga dapat diartikan meskipun usia
17-26 tahun merupakan usia yang mayoritas masyarakat menggunakan internet,
namun usia 17-26 tahun merupakan masyarakat yang paling banyak mengatakan
bahwa sosialisasi SIM online kurang efektif. Hal ini dapat dikarenakan responden
merasa bahwa media yang digunakan dalam sosialisasi ini dinilai kurang sesuai.
Menurut Rogers (1983), saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan
pesan – pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayaknya yang
banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan
efisien adalah media massa (surat kabar, film, radio dan TV).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah
satu anak berusia 22 tahun yang mengatakan bahwa sosialisasi SIM online kurang
efektif memberikan alasan sebagai berikut “Sebenarnya saya suka mencari
informasi melalui media seperti internet karena lebih mudah dan praktis, namun
menurut saya media yang digunakan dari sosialisasi SIM online ini kurang
terurus. Menurut saya informasinya tidak fokus dan terarah sehingga agak
membingungkan karena ada informasi mengenai SIM online tetapi ada informasi
juga mengenai berita yang lainnya. Dan menurut saya kurang banyak
informasinya mengenai SIM online-nya. Sehingga lebih baik melakukan
sosialisasinya melalui iklan di TV atau di radio karena dapat langsung
didengarkan atau dilihat oleh seluruh masyarakat” (Maya, 22 tahun, 9 Agustus
2016).
131 Universitas Kristen Petra
4.5.7. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen
Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens)
Tabel 4.36. Usia* Capability of the audiens
Memiliki narasumber yang dapat mengerti dan memahami kebutuhan masyarakat
Usia Komponen Capability of the audiens Total
Tidak Ya
17-26 tahun 3 58 61
27-36 tahun 1 11 12
37-46 tahun 0 10 10
47-56 tahun 0 12 12
57-64 tahun 0 5 5
Total 4 96 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations
pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Capability of
the audiens (kapasitas atau kemampuan audiens) dengan pengertian komunikasi
harus mempertimbangkan kemampuan audiens, komunikasi akan efektif apabila
mudah dipahami. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dan Timonthy A. Judge
kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan (2009, p. 57).
Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana
responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden dengan jumlah
terbanyak. Namun beberapa responden dengan usia 17-26 tahun menilai bahwa
sosialisasi SIM online kurang efektif dengan jumlah 3 responden (4,9%). Selain
responden dengan usia 17-26 tahun yang mengatakan bahwa sosialisasi ini kurang
efektif, ditemukan bahwa responden dengan usia 27-36 tahun menilai bahwa
sosialisasi ini kurang efektif dengan jumlah 1 responden (8,3%). Sehingga dapat
dikatakan bahwa responden yang mengatakan bahwa sosialisasi ini dinilai kurang
efektif adalah responden dengan usia 27-36 tahun karena responden tersebut
memiliki persentase yang lebih tinggi.
132 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dengan responden
tersebut mengatakan “sosialisasi program SIM online ini sebenarnya bagus dan
bermutu dalam pemberian informasinya, namun kekurangannya adalah dalam
sosialisasi ini narasumbernya menggunakan bahasa yang menurut saya kurang
sesuai. (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa). Saya mengerti maksudnya agar lebih
mendekatkan diri kepada masyarakat, tapi menurut saya untuk acar yang besar
seperti sosialisasi ini kurang sesuai dan sopan, jadi lebih baik menggunakan
bahasa Indonesia saja yang semua masyarakat pasti akan memahami” (Siska, 33
tahun, 9 Agustus 2016). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Taryati (1995, p.71), sopan santun atau tata karma adalah suatu tata cara atau
aturan yang turun – menurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat,
yang bermanfaat dalam pergaulan dengan orang lain, agar terjalin hubungan yang
akrab, saling pengertian, hormat – menghormati menurut adat yang telah
ditentukan.
133 Universitas Kristen Petra
4.6. Efektivitas Komunikasi Humas dalam Sosialisasi program SIM online
oleh Satlantas Polrestabes Surabaya
Sosialisasi program SIM online merupakan program dari Public Relations
atau Humas Polrestabes Surabaya. Menurut (Soemirat dan Ardianto, 2007, p. 6),
Humas adalah istilah dari Public Relations yang berasal dari kata public yaitu
masyarakat dan relationship adalah hubungan, dengan demikian humas dapat
disebut sebagai “the relations with the public”. Hal ini didukung oleh teori dari
Widjaja (1997, p.53) yang menjelaskan bahwa Humas disebut juga sebagai
Public Relations, dengan ruang lingkup: kegiatan yang menyangkut baik
individu ke dalam maupun individu keluar dan semua kegiatan diselenggarakan
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing – masing lembaga atau
organisasi. Karena Humas memiliki pengertian yang sama dengan Public
Relations, maka peneliti menggunakan teori – teori Public Relations dalam
penelitian ini.
Dalam sosialisasi program SIM online, Public Relations atau Humas dari
Polrestabes Surabaya telah melakukan aktivitas eksternal dari Public Relations
yaitu mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik (Wasesa dan
Macnamara, 2006, p. 128-129). Selain melakukan aktivitas eksternal Public
Relations, Humas Polrestabes Surabaya telah melakukan definisi teori Public
Relations menurut beberapa pakar yaitu Persuasion Theory (Teori Persuasi) dan
Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Alasan). Menurut Teori Persuasi,
salah satu tujuan utama Public Relations adalah meyakinkan publik – publik
yang menjadi sasaran organisasinya untuk mengadopsi sikap, opini atau perilaku
tertentu. Persuasi bukan hanya mencoba memanfaatkan kepentingan publik
untuk organisasi, melainkan juga memberi alasan kepada orang – orang
mengapa mereka harus mengadopsi sikap, opini, dan perlikau yang diinginkan
komunikator (Ardianto, 2010, p. 117).
Teori persuasi ini didukung oleh Teori tindakan alasan. Dalam teori
tindakan alasan memiliki kontribusi untuk memahami teori persuasi dan
memotivasi manusia yang digambarkan bagaimana tindakan – tindakan
dilakukan dari perilaku yang bertujuan untuk bertindak dalam satu cara daripada
beberapa cara lainnya. Teori ini membantu komunikator dan pemasar untuk
134 Universitas Kristen Petra
memahami perilaku apa yang mendorong orang – orang memutuskan keputusan
mereka (Ardianto, 2010, p. 126). Dalam hal ini, Public Relations atau Humas
Polrestabes memiliki kesesuaian dengan kedua teori di atas karena dalam
menjalankan sosialisasi program SIM online, Humas Polrestabes Surabaya
memberikan informasi, keyakinan dan mengajak masyarakat Surabaya untuk
mengadopsi perilaku yaitu mau menggunakan SIM online.
Setelah dilakukan penelitian mengenai efektivitas komunikasi Humas
dalam “Sosialisasi program SIM online” oleh Satlantas Polrestabes Surabaya,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:.
Pada bab sebelumnya, peneliti menjelaskan mengenai 7 prinsip utama
dalam mengimplementsikan program Public Relations melalui unsur 7c pada
proses komunikasi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 7 prisip utama ini
dapat memperkuat penelitian peneliti untuk mengetahui mengenai efektivitas
komunikasi Humas dalam Sosialisasi program SIM online. Berdasarkan pada
diagram di bawah ini, peneliti akan menjelaskan mengenai seluruh hasil 7 prinsip
utama dalam program Public Relations.
Gambar 4.9. Diagram Efektivitas Sosialisasi program SIM online
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
0.96 0.94 0.97 0.95 0.96 0.94 0.98
135 Universitas Kristen Petra
Diagram di atas menunjukkan bahwa komponen pertama sebagai prinsip
utama dalam program Public Relations yaitu credibility (kredibilitas) yang
dimulai dengan iklim rasa saling percaya, memiliki nilai rata – rata sebesar 0,96.
Kepercayaan yang berada dalam masyarakat Surabaya dilihat melalui narasumber
yang memberikan informasi mengenai sosialisasi program SIM online. Dalam hal
ini, narasumber dapat mewakilkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap program
baru dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dapat dilihat apakah masyarakat
mau percaya dengan narasumber yang memberikan informasi terpercaya dalam
sosialisasi sehingga masyarakat juga mau untuk melakukan perpanjangan SIM
dengan cara online.
Berdasarkan pada diagram di atas yang menunjukkan skor nilai rata – rata
dari setiap komponen, diperoleh hasil bahwa komponen kedua yaitu context
(konteks), suatu program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan
dan tersedia konteks untuk partisipasi dan umpan balik, memiliki nilai terendah
dari komponen yang lainnya yaitu rata – rata 0,94 namun masih dalam kategori
efektif. Melihat hasil nilai rata – rata yang masih tergolong tinggi meskipun
tergolong paling rendah dengan yang lainnya, sosialisasi program SIM online
telah memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya mengenai pemahaman
dari perpanjangan SIM dengan cara online sehingga dapat membantu dan
memudahkan masyarakat (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjngan
SIM. Selain itu sosialisasi program SIM online juga dinilai oleh responden sudah
berhasil menjadi saluran komunikasi yang relevan bagi kedua belah pihak, karena
dalam sosialisasi program SIM online masyarakat dapat menyampaikan komentar
dan masukan kepada Satlantas Polrestabes Surabaya.
Berdasarkan diagram di atas, diperoleh hasil dari komponen ketiga yaitu
content (Isi), pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus relevan
dengan situasi dari penerima, memiliki nilai rata – rata nilai tertinggi kedua
sebesar 0,97. Hal ini disebabkan karena informasi – informasi yang sudah
diberikan kepada masyarakat Surabaya dinilai tepat dan sesuai untuk dibagikan
kepada masyarakat Surabaya. Informasi yang dibagikan merupakan informasi
yang jelas dan dengan mudah dapat dipahami oleh masyarakat. Selain itu juga
karena informasi mengenai sosialisasi program SIM online ini dilakukan secara
136 Universitas Kristen Petra
praktis dan serentak di 35 provinsi di Indonesia sehinggal hal itu membantu agar
informasi dapat disebarkan secara merata kepada penduduk Indonesia.
Pada diagaram di atas, komponen keempat yaitu clarity (kejelasan), pesan
yang diberikan dalam istilah yang sederhana sehingga bermakna yang sama
menurut si pengirim dan si penerima, memiliki nilai rata – rata 0,95. Nilai ini
dikarenakan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini benar –
benar merasakan adanya manfaat dari adanya sosialisasi program SIM online
yang diadakan dengan jelas. Didapatkan fakta bahwa dengan adanya informasi
yang diberikan dalam sosialisasi yang membahas mengenai prosedur pembuatan
SIM online dan mengajak masyarakat untuk mau menggunakan SIM online dapat
membuat masyarakat merasa bahwa program ini merupakan program yang
bermanfaat karena program ini memiliki kejelasan yang terlihat dari tujuan yang
ingin dicapai yaitu membantu masyarakat untuk mencari tahu mengenai cara
termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kejelasan dalam informasi mengenai sosialisasi program
SIM online menjadi faktor tingginya skor nilai rata – rata pada komponen ini.
Berdasarkan pada diagram di atas, komponen kelima yaitu continuity and
consistency (kontinuitas dan konsistensi), komunikasi adalah proses tanpa akhir,
memiliki nilai rata – rata 0,96. Melihat hasil rata – rata yang tinggi, menurut hasil
olahan data yang peneliti dapatkan dari responden, sosialisasi program SIM online
memiliki informasi yang konsisten. Informasi ini tidak berubah-ubah dan
informasi ini disebarkan secara serentak pada 35 provinsi di Indonesia. Apabila
terdapat masyarakat yang tidak dapat mengikuti acara sosialisasi secara langsung,
informasi dapat tetap dilanjutkan kepada masyarakat yang lainnya melalui media
yang telah disediakan dalam sosialisasi. Sehingga dapat diartikan bahwa informasi
dalam sosialisasi ini dapat dilanjutkan dan konsisten.
Berdasarkan pada diagram di atas, diperoleh hasil dari komponen keenam
yaitu channel (saluran), saluran komunikasi (alat komunikasi) yang sudah ada
harus digunakan dan dihormati, memiliki nilai rata – rata terendah kedua setelah
komponen context dengan nilai rata – rata yang sama yaitu 0,94 namun masih
dalam kategori efektif. Hal ini disebabkan karena responden berpendapat bahwa
saluran atau media yang digunakan dalam sosialisasi program SIM online tidak
137 Universitas Kristen Petra
terurus. Menurut responden, media cetak yang digunakan dalam sosialisasi
program SIM online telah sesuai. Namun media sosial yang digunakan seperti
twitter dan facebook tidak terlalu sesuai karena media sosial yang digunakan
dalam sosialisasi ini kurang membahas informasi mengenai SIM online. Terlalu
banyak informasi yang dibahas sehingga membuat masyarakat tidak dapat fokus
dan mudah untuk mencari informasi mengenai SIM online. Selain itu juga
dikarenakan terdapat beberapa masyarakat yang tidak menggunakan twitter
maupun facebook. Sehingga masyarakat menilai bahwa pemilihan media yang
digunakan kurang sesuai.
Hal ini bertentangan dengan penjelasan menurut Darmastuti (2007, p.145)
yang menjelaskan bahwa E-PR merupakan cara yang dilakukan oleh Public
Relations untuk menjalin hubungan dengan khalayaknya dengan menggunakan
internet. E-PR adalah penerapan dari perangkat ICT (Information and
communications technologies). Menurut Rachmat Kriyantono (2008, p. 333)
penggunaan internet untuk menunjang kegiatan Public Relations yang dikenal
dengan istilah Public Relations on the net atau electronic Public Relations (E-PR)
atau PR online. Internet merupakan bagian perkembangan dari kegiatan Public
Relations untuk menjalin hubungan dengan para publik. Namun berdasarkan hasil
yang ditemukan bahwa beberapa responden merasakan hal yang sebaliknya.
Beberapa responden menilai bahwa sosialisasi yang dilakukan melalui internet
tidak efektif karena tidak semua orang menggunakan internet. Meskipun saat ini
internet sudah tidak asing bagi masyarakat, namun ternyata masih ada masyarakat
yang tidak menggunakan internet yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti usia atau keterbelakangan dalam menggunakan internet.
Pada diagram di atas, komponen ketujuh yaitu capability of the audiens
(kapasitas atau kemampuan audiens), komunikasi harus mempertimbangkan
kemampuan audiens sehingga mudah dipahami oleh audiens memiliki, nilai rata –
rata paling tinggi dibandingkan dengan komponen yang lainnya yaitu 0,98. Nilai
yang besar ini dikarenakan responden dalam penelitian ini merasa bahwa
sosialisasi program SIM online merupakan program yang memberikan informasi
yang melihat dari latar belakang penerima informasi. Hal ini dapat dilihat melalui
narasumber dalam sosialisasi ini merupakan narasumber yang menggunakaan
138 Universitas Kristen Petra
bahasa yang sopan yang menyesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat.
Hasil dari penelitian ni menunjukkan bahwa informasi yang diberikan oleh
narasumber dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.
Dalam hal ini, sosialisasi program SIM online dapat dinilai sebagai
sosialisasi program yang efektif karena dalam sosialisasi ini masyarakat dapat
menangkap dan memahami informasi atau pesan dan tujuan yang ingin dicapai
dalam sosialisasi ini. Sehingga hal ini sesuai dengan pengertian mengenai
komunikasi efektif menurut Mulyana, (2000, p.22) komunikasi dikatakan efektif
bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudnya. Komunikasi dikatakan
efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau
sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh
penerima. Sosialisasi ini dapat juga dikatakan efektif, hal ini dapat dilihat dari
angka kumulatif yang berada > 0,5. Selain itu juga karena rata – rata yang
didapatkan dari setiap komponen berada dalam kategori yang tinggi yaitu semua
komponen 7c dalam program Public Relations memiliki rata – rata di atas 0,90%.
Oleh karena itu, sosialisasi program SIM online merupakan sosialisasi yang
dinilai sebagai sosialisasi yang efektif oleh masyarakat Surabaya.