4. analisis data 4.1. gambaran umum objek penelitian …

91
48 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Satlantas Polrestabes Surabaya Satlantas Polrestabes Surabaya adalah bagian dari Kepolisian Wilayah Kota Besar di Surabaya. Kantor Urusan SIM Satlantas Polrestabes Surabaya berdiri pada tahun 1976 dengan sebutan Kantor Satuan Administrasi Satu Atap atau yang biasa disebut SAMSAT, melalui Surat Keputusan Bersama tiga menteri yaitu Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri yang terangkum dalam SKB Menhankam, Menkeu dan Mendagritanggal 28 Desember 1976 dengan Nomor Pol Kep/13/XII/1976, Nomor Kep 1693/MK/12/1976 dan serta SE Mendagri tanggal 28 Juni 1977 No. 16/1977 Tentang Pedoman Pelaksanaan SAMSAT dalam Pengeluaran SIM, STNK, Pembayaran PKB dan BBNKB. (Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015) Dalam operasionalisasinya, SAMSAT secara koordinatif (bersifat koordinasi) dan integrasi (pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh) dilakukan oleh empat instansi yaitu, Pertama, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang mempunyai fungsi dan kewenangan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor. Kedua, Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) dibidang pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor, Bank BRI di bidang pemungutan biaya SIM dan Ketiga adalah PT. Jasa Raharja dibidang asuransi kecelakaan lalu lintas. Secara historis, Keberadaan SAMSAT di jawa timur di mulai sejak tahun 1977, dan Surabaya sebagai ibu kota propinsi pada awalnya hanya memiliki satu kantor SAMSAT yang berlokasi jalan Ngemplak yang menangani lima wilayah yaitu Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Tengah dan Surabaya Utara. Dalam rentang waktu 11 tahun, Kantor SAMSAT Ngemplak dianggap kurang layak lagi menjadi kantor pelayanan, Karena pesatnya peningkatan jumlah masyarakat yang harus dilayani.

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

48 Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Satlantas Polrestabes Surabaya

Satlantas Polrestabes Surabaya adalah bagian dari Kepolisian Wilayah

Kota Besar di Surabaya. Kantor Urusan SIM Satlantas Polrestabes Surabaya

berdiri pada tahun 1976 dengan sebutan Kantor Satuan Administrasi Satu Atap

atau yang biasa disebut SAMSAT, melalui Surat Keputusan Bersama tiga menteri

yaitu Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI, Menteri Keuangan dan

Menteri Dalam Negeri yang terangkum dalam SKB Menhankam, Menkeu dan

Mendagritanggal 28 Desember 1976 dengan Nomor Pol Kep/13/XII/1976, Nomor

Kep 1693/MK/12/1976 dan serta SE Mendagri tanggal 28 Juni 1977 No. 16/1977

Tentang Pedoman Pelaksanaan SAMSAT dalam Pengeluaran SIM, STNK,

Pembayaran PKB dan BBNKB. (Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015)

Dalam operasionalisasinya, SAMSAT secara koordinatif (bersifat

koordinasi) dan integrasi (pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh)

dilakukan oleh empat instansi yaitu, Pertama, Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) yang mempunyai fungsi dan kewenangan di bidang registrasi

dan identifikasi kendaraan bermotor. Kedua, Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda)

dibidang pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor, Bank BRI di bidang

pemungutan biaya SIM dan Ketiga adalah PT. Jasa Raharja dibidang asuransi

kecelakaan lalu lintas.

Secara historis, Keberadaan SAMSAT di jawa timur di mulai sejak tahun

1977, dan Surabaya sebagai ibu kota propinsi pada awalnya hanya memiliki satu

kantor SAMSAT yang berlokasi jalan Ngemplak yang menangani lima wilayah

yaitu Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Tengah dan

Surabaya Utara. Dalam rentang waktu 11 tahun, Kantor SAMSAT Ngemplak

dianggap kurang layak lagi menjadi kantor pelayanan, Karena pesatnya

peningkatan jumlah masyarakat yang harus dilayani.

49 Universitas Kristen Petra

Meningkatnya volume pelayanan ditambah dengan kesadaran dan

keinginan untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, menjadi alasan

utama dilakukannya pemecahan kantor SAMSAT Surabaya yang selama ini hanya

tersentralisasi di satu lokasi. Pemecahan Kantor SAMSAT kemudian dilakukan

secara terencana, bertahap dan berkesinambungan yang disesuaikan dengan

wilayah kerjanya. Oleh karena itu, sejak tahun 1988 kantor SAMSAT

Ngemplakyang menangani urusan dan pengeluaran STNK, Pembayaran PKB dan

BBNKB dipindahkan ke kantor baru yang dianggap lebih memenuhi standart

pelayanan, yaitu kantor yang berlokasi di jalan Manyar Kertoarjo, Sedangkan

SAMSAT yang menangani urusan dan pengeluaran SIM sejak tahun1994

dipindahkan ke kantor baru yang dianggap lebih memenuhi standart pelayanan

dan lebih luas, yaitu kantor yang berlokasi di jalan Ikan Kerapu atau yang biasa

disebut kantor Urusan SIM Colombo. Bila dilihat di kantor Satpas Colombo

tempat pemohon SIM baru atau perpanjangan, setiap hari banyaknya orang

berjubel untuk mengurus SIM, yang membuat suasana menjadi tidak nyaman,

proses lama dan melelahkan, dan mudah dimanfaatkan oleh calo. Oleh karena itu

dengan perkembangan teknologi yang menuntut adanya pelayanan yang lebih

cepat, birokrasi yang mudah dan akuntabilitas public yang memadai, maka

dibuatlah suatu unit pelayanan khusus didalam pelaksanaan perpanjangan SIM

melalui Mobil Unit Pelayanan SIM keliling. Semenjak diluncurkan pelayanan

SIM Keliling tanggal 20 februari 2007 hingga sekarang antusias masyarakat

dalam hal pengurusan perpanjangan SIM di mobil SIM keliling terus meningkat.

Dalam hal pelayanan perpanjangan SIM SatLantas Polrestabes Surabaya terus

mengadakan analisa dan evaluasi untuk terus meningkatkan pelayanan

perpanjangan SIM agar masyarakat perkotaan surabaya yang mobilitasnya sangat

tinggi dan sibuk dapat tetap melakukan perpanjangan SIM di mobil SIM Keliling.

Masyarakat Surabaya saat ini tidak perlu repot untuk mengurus perpanjangan

SIM, karena Satlantas Polrestabes Surabaya telah memberikan pelayanan

perpanjangan SIM di Mobil SIM keliling.

SIM Keliling adalah wujud pengembangan / peningkatan terhadap

pelayanan SIM dalam perpanjangan guna meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Disebut SIM Keliling karena layanan perpanjangan SIM yang berada

50 Universitas Kristen Petra

dilokasi - lokasi wilayah Surabaya menggunakan mobil SIM Keliling. Konsep ini

harus menyentuh segmen masyarakat manapun. Mobil SIM keliling berada di

tempat – tempat yang dianggap strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

Dan hingga saat ini SIM kembali melakukan inovasi untuk memudahkan

masyarakat dalam perpanjangan SIM dengan program baru yang diciptakan yaitu

SIM online. Data – data penjelasan di atas mengenai Satlantas Polrestabes

Surabaya didapatkan oleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan peneliti

dengan Satlantas Polrestabes Surabaya pada Desember 2015.

4.1.1.1. Visi dan Misi Satlantas Polrestabes Surabaya

Satlantas Polrestabes Surabaya mempunyai visi dan misi yaitu:

Visi Satlantas Polrestabes Surabaya

menjamin tegaknya hukum dijalan yang bercirikan perlindungan atas

hak – hak asasi, penegakan demokrasi sebagai masyarakat modern

yang hidup dalam kebenaran dalam rangka kepastian hukum dan

keadilan serta perlindungan lingkungan hidup dalam menyonsong

Indonesia baru.

Misi Satlantas Polrestabes Surabaya

Melindungi masyarakat pengguna jalan dengan berpegangan teguh

pada Hak Asasi Manusia (HAM), nilai – nilai Demokrasi dan

melaksanakan penegakan hukum dalam menjamin kepastian hukum

dan keadilan. (data Satlantas Polrestabes Surabaya, 22 Mei 2016).

Gambar 4.1. Logo Satlantas Polrestabes Surabaya

Sumber: Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015

51 Universitas Kristen Petra

4.1.2. Sosialisasi Program SIM online

Pihak Kepolisian Surabaya cukup banyak melaksanakan sosialisasi

program – program untuk membuat masyarakat menjadi lebih tertib di jalan.

Salah satu sosialisasi program itu adalah sosialisasi program SIM online.

Sosialisasi program SIM online merupakan program dari Satlantas Polrestabes

Surabaya yang bekerjasama dengan Humas dari Polrestabes Surabaya. Sosialisasi

program SIM online telah dilakukan sejak 6 Desember 2015 dan masih berlanjut

hingga saat ini. Tujuan dari adanya SIM online adalah bentuk upaya

membangun dan melaksanakan pelayanan prima kepada masyarakat di bidang

regident SIM guna terciptanya zero complain, bebas korupsi dan terciptanya

birokrasi bersih. Sentralisasi data SIM untuk memudahkan online

perpanjangan/pengalihan golongan SIM, pembayaran via Bank, online registrasi

serta memudahkan pengawasan dan peningkatan tanggung jawab pejabat penerbit

SIM.

Sedangkan keuntungan dan manfaat dari SIM online adalah meningkatkan

kemampuan Satpas (Satuan Penyelenggara Administrasi SIM) yang telah ada

menjadi online perpanjangan/pengalihan golongan SIM; Pembayaran SIM bisa

dilakukan melalui petugas dan via bank (ada keterkaitan data sim/pengemudi dan

data pembayaran sehingga dapat mengontrol data penerima dan penyetoran);

Permohonan SIM baru, perpanjangan dan pengalihan golongan SIM dapat

registrasi dari internet; Aplikasi SIM untuk petugas di Satpas/Polres berbasis

WEB, sehingga tidak perlu instalasi dan upgrade versi di PC Satpas.

Gambar 4.2. Spanduk Sosialisasi SIM online

Sumber: Satlantas Polrestabes Surabaya, Agustus 2016

52 Universitas Kristen Petra

4.1.2.1. Struktur Organisasi Satlantas Polrestabes Surabaya

Berikut adalah struktur organisasi dari Satlantas Polrestabes Surabaya:

Kasat Lantas : AKBP Ade Wira Siregar, SIK, MSi

Wakasat Lantas : Kompol Imara Utama, SH, SIK

Kanit Regident : AKP Sigit Indra P, SH

Kasubnit I : Ipda h.Anwar

Kasubnit II : Aiptu Sami

Baurmin SIM : Brigadir Okta P

Dalam stuktur organisasi ini yang berperan sebagai Humas adalah Humas

dari Polrestabes Surabaya adalah Lili Jafar.

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.2.1. Uji Validitas

Sebelum peneliti menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden

penelitian yang berjumlah 100 orang, peneliti terlebih dahulu melakukan uji

validitas dan reliabilitas kuesioner kepada 30 responden. Uji Validitas digunakan

untuk menguji apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu uji coba dan

dilakukan analisis. Bila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk,

berarti semua item (pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu mengukur apa yang

kita ukur. (Effendi & Tukira, 2012, p. 139). Pengukuran validitas dilakukan

kepada 30 responden dengan menghitung koefisien korelasi, kemudian

membandingkan r Coorected Item Total Correlation dengan r-tabel. Proses

perhitungan dilakukan dengan menggunakan software SPSS for Windows Version

22.0.

Hasil data dianggap valid bila angka korelasi lebih tinggi dari angka kritik

tabel korelasi nilai –r (rtabel) yaitu 0.361. Dari hasil pengujian validitas maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

53 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Validitas

Indikator Item r hitung Titik Kritis Keterangan

Memiliki narasumber terpercaya yang 1 0.667 0.361 Valid

memberikan Informasi mengenai sosialisasi 2 0.660 0.361 Valid

program SIM online 3 0.533 0.361 Valid

Memberikan penjelasan dan kemudahan 4 0.504 0.361 Valid

kepada masyarakat dalam perpanjangan 5 0.565 0.361 Valid

SIM 6 0.565 0.361 Valid

Memberikan informasi yang akurat yang 7 0.504 0.361 Valid

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya 8 0.506 0.361 Valid

kepada masyarakat 9 0.504 0.361 Valid

Mengajak dan memberikan informasi 10 0.474 0.361 Valid

kepada masyarakat agar mau menggunakan 11 0.584 0.361 Valid

SIM online 12 0.416 0.361 Valid

Memiliki informasi yang konsisten dan 13 0.847 0.361 Valid

dapat dilanjutkan kepada masyarakat lain 14 0.474 0.361 Valid

yang tidak dapat mengikuti sosialisasi 15 0.415 0.361 Valid

Menggunakan beberapa media yang dapat 16 0.451 0.361 Valid

mendukung keberhasilan dari sosialisasi 17 0.474 0.361 Valid

program SIM online 18 0.589 0.361 Valid

Memiliki narasumber yang dapat mengerti 19 0.584 0.361 Valid

dan memahami kebutuhan masyarakat 20 0.778 0.361 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, diketahui nilai setiap efektif pada kolom r

hitung lebih besar dari 0.361, sehingga setiap item efektivitas dinyatakan valid.

Hal ini menyetakan bahwa pernyataan – pernyataan tersebut adalah valid. Valid di

sini berarti kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian

yaitu efektivitas komunikasi Humas dalam Sosialisasi program SIM online oleh

Satlantas Polrestabes Surabaya dan dapat dilanjutkan penyebarannya kepada

keseluruhan responden.

54 Universitas Kristen Petra

4.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Effendi & Tukira, 2012, p.

141). Keandalan atribut masing-masing variabel antara lain dapat diketahui

melalui pengujian internal teknik reliabilitas pada daftar pertanyaan dilakukan

dengan melakukan teknis analisis cronbachs alpha. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6. Dalam penelitian ini

dalam menguji validitas alat ukur penelitian, maka peneliti akan dibantu dengan

menggunakan SPSS for Windows 22.0

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Reliabilitas

Komponen Alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan

Efektivitas 0.887 0.6 Reliabel

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasarkan tabel pengujian reliabilitas di atas, diketahui bahwa semua

variabel memiliki alpha crobach lebih dari nilai kritis yaitu 0.6 sehingga

dinyatakan reliabel. Sehingga dapat disimpulkan pada komponen efektivitas

dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Hal ini menujukkan

bahwa kuesioner mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya.

55 Universitas Kristen Petra

4.3. Deskripsi Data

4.3.1. Identitas Responden Penelitian

Dalam penelitian ini karakteristik responden dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

17-26 tahun 61 61%

27-36 tahun 12 12%

37-46 tahun 10 10%

47-56 tahun 12 12%

57-64 tahun 5 5%

Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa untuk kategori usia,

mayoritas responden berusia 17-26 tahun yaitu sebanyak 61 orang (61%).

Sedangkan yang terbanyak kedua adalah berumur 27-36 tahun yaitu sebanyak 12

orang (12%) dan 47-56 tahun sebanyak 12 orang (12%). Sisanya tersebar dalam

kategori umur yang lain yaitu 37-46 tahun sebanyak 10 orang (10%), dan jumlah

terendah ada pada kategori berumur 57-64 tahun yaitu sebanyak 5 orang (5%).

Dari penelitian ini, maka dapat dilihat bahwa responden terbanyak ada

pada kategori berumur 17-26 tahun yaitu sebanyak 61 orang. Dalam penelitian ini,

responden yang didapatkan memiliki rata – rata usia 17-26 tahun dikarenakan

salah satu cara penyebaran kuesioner dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian – penelitian

yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam

menentukan sampel penelitian. (Bungin, 2005, p.125). Maka dalam penelitian ini,

responden didapatkan secara acak. Responden yang dapat mengisi kuesioner

adalah responden yang ditemui oleh peneliti yang memiliki karakteristik yang

sesuai dengan penelitian yaitu masyarakat Surabaya yang memiliki SIM dengan

usia 17-64 tahun yang pernah mengikuti atau mengetahui sosialisasi program SIM

56 Universitas Kristen Petra

online dan masyarakat yang mengetahui brosur dan media sosial yang digunakan

(twitter dan facebook).

Mayoritas responden berusia 17-26 tahun dikarenakan responden dengan

usia 17-26 tahun merupakan responden yang masih berada dalam masa sekolah

dan perkuliahan yang dinilai paling efektif dalam mendapatkan informasi

mengenai sosialisasi program SIM online (Koran Surya, 7 April 2016). Hal ini

disebabkan karena usia responden pada tingkat perkuliahan merupakan

masyarakat Surabaya yang mudah untuk menerima informasi dibandingkan

dengan masyarakat yang lainnya. Selain itu diharapkan agar responden tersebut

dapat memberikan informasi kepada keluarga maupun teman mereka agar mau

melakukan perpanjangan SIM dengan cara online. Menurut Bripka Arie Mahlizar

“SIM Keliling masuk kampus ini efektif. Kami juga menjemput bola, terutama

bagi mahasiswa yang ingin memperpanjang SIM namun tidak sempat mengurus

karena kesibukan kuliah”. (Koran Surya, 7 April 2016).

Menurut Sarwono dalam bukunya “Psikologi Remaja” (2002, p. 42) usia

tersebut merupakan usia dimana individu menempuh pendidikan di tingkat

universitas. Dengan kata lain, pendidikan terakhir yang telah mereka tempuh

adalah SMA. Sedangkan menurut Hurlock, pada usia 17-26 tahun merupakan usia

yang berada dalam kategori masa dewasa dini, karena masa dewasa dini memiliki

rentang usia 17-40 tahun. Dalam psikologi perkembangan, masa dewasa dini

merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola – pola kehidupan baru dan

harapan – harapan baru (Hurlock, 1997, p. 246).

Sehingga dapat dikatikan bahwa masyarakat dengan usia 17-26 tahun yang

menjadi target dalam sosialisasi program SIM online ini merupakan masyarakat

yang dapat menyesuaikan diri dengan lebih mudah terhadap pola – pola atau

harapan baru. Sehingga diharapkan agar masyarakat pada usia 17-26 tahun dapat

dengan lebih mudah untuk mau mengikuti sosialisasi program SIM online.

57 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Perempuan 61 61%

Laki – Laki 39 39%

Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dilihat dari Tabel 4.4 maka dapat dijabarkan bahwa mayoritas responden

adalah perempuan yaitu sebanyak 61 orang (61%). Sedangkan untuk responden

laki – laki berjumlah 39 orang (39%).

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Purposive Sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian –

penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi

dalam menentukan sampel penelitian. (Bungin, 2005, p.125). Dalam teknik

penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti, teknik penarikan ini memiliki

keunikan tersendiri dengan teknik penarikan yang lainnya. Teknik Purposive

Sampling ini menyebarkan kuesioner kepada seluruh reponden yang ditemui yang

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

Jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki – laki

karena selama pengambilan sampel penelitian, peneliti lebih banyak menjumpai

perempuan daripada laki – laki sehingga jumlah responden yang terkumpul

sebagian besar adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan jumlah keseluruhan

penduduk Surabaya yang berjenis kelamin perempuan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis kelamin laki – laki. Menurut data Badan Pusat Statistik

2015, keseluruhan penduduk yang berjenis kelamin perempuan mencapai

1.016.742 orang dan penduduk yang berjenis kelamin laki – laki berjumlah

982.460 orang.

58 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase

Tidak Sekolah 4 4%

SD 5 5%

SMP 3 3%

SMA 73 73%

S1/S2/S3 13 13%

D1/D2/D3 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dilihat pada tabel 4.5, diketahui bahwa mayoritas responden

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 73 orang (73%). Sedangkan yang terbanyak

kedua adalah responden yang berpendidikan S1/S2/S3 yaitu sebanyak 13 orang

(13%). Sisanya tersebar dalam kategori yang lain yaitu memiliki pendidikan

terakhir SD 5 orang (5%), Tidak sekolah 4 orang (4%), SMP 3 orang (3%), dan

jumlah terendah ada pada kategori yang berpendidikan D1/D2/D3 2 orang (2%).

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Purposive Sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian – penelitian

yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam

menentukan sampel penelitian. (Bungin, 2005, p.125). Dalam teknik penarikan

sampel yang digunakan oleh peneliti, teknik penarikan ini memiliki keunikan

tersendiri dengan teknik penarikan yang lainnya. Teknik Purposive Sampling ini

menyebarkan kuesioner kepada seluruh reponden yang ditemui yang sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

Menurut Driyarkara “tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap

tingkah laku, pikiran dan sikap seseorang” (Fattah, 1996, p. 4). Seseorang dengan

pendidikan SMA dan perguruan tinggi akan lebih memungkinkan untuk lebih

maju dalam pengurusan intelektualitas dan lebih terbuka untuk menerima hal – hal

atau pengetahuan yang baru (Desmita, 2005, p. 112). Dengan demikian, maka

dapat disimpulkan bahwa responden dengan pendidikan terakhir SMA dan

sederajat akan lebih menerima dan terbuka untuk menerima atau mempelajari hal

59 Universitas Kristen Petra

– hal pengetahuan yang baru seperti SIM online, daripada responden dengan

pendidikan yang lainnya.

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase

Ibu Rumah Tangga 10 10%

Wiraswasta 4 4%

Pelajar/Mahasiswa 63 63%

Pegawai Swasta 8 8%

PNS 1 1%

Lainnya 14 14%

Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasarkan pada Tabel 4.6 dapat diketahui jumlah responden dalam

penelitian ini yaitu 1 orang PNS (1%), 4 orang wiraswasta (4%), 8 orang pegawai

swasta (8%), 10 orang Ibu Rumah Tangga (10%), 14 orang yang bekerja lainnya

(14%), dan 63 orang pelajar/mahasiswa (63%). Teknik penarikan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Teknik

sampling ini digunakan pada penelitian – penelitian yang lebih mengutamakan

tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian.

(Bungin, 2005, p.125). Dalam teknik penarikan sampel yang digunakan oleh

peneliti, teknik penarikan ini memiliki keunikan tersendiri dengan teknik

penarikan yang lainnya. Teknik Purposive Sampling ini menyebarkan kuesioner

kepada seluruh reponden yang ditemui yang sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa jumlah responden terbanyak ada pada

pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 63 orang. Hal ini didukung dengan data pada

tabel 4.3 dan tabel 4.5, yang menyatakan bahwa usia mayoritas responden adalah

usia 17-26 tahun dan usia tersebut merupakan usia dimana seseorang menempuh

pendidikan di tingkat universitas. Sehingga dapat diartikan responden dengan usia

17-26 tahun dapat lebih menyesuaikan diri terhadap pola – pola kehidupan baru.

60 Universitas Kristen Petra

Pada saat ini banyak pelajar/mahasiswa yang masih berada dalam jenjang

pendidikan namun pelajar/mahasiswa tersebut telah memiliki pekerjaan, meskipun

pekerjaan mereka dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang belum tetap/sampingan.

Namun dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pelajar/mahasiswa tersebut telah

berada dalam proses menjadi orang dewasa mandiri. Menurut Hurlock (1997, p.

250) menjelaskan bahwa mereka yang berada pada usia dewasa dini yaitu rentang

usia 17-40 tahun telah mengalami perubahan tanggung jawab dari seseorang

pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi orang dewasa

mandiri. Mereka mempunyai tugas perkembangan baru di mana mereka sudah

mulai bekerja dan belajar membentuk hidup yang baru.

4.3.2. Efektivitas Komunikasi “Sosialisasi program SIM online”

Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang

dimaksud. Salah satu ukuran efektivitas komunikasi yaitu dengan cara melihat

secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan

dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan

yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Mulyana, 2000, p. 22). Efektivitas

komunikasi pada penelitian ini ingin melihat bagaimana pandangan responden

terhadap sosialisasi program SIM online. Hasil pengumpulan data terhadap

efektivitas responden adalah sebagai berikut:

61 Universitas Kristen Petra

4.3.2.1. Credibility (Kredibilitas)

Tabel 4.7. Credibility (Kredibilitas) 1

Sosialisasi program SIM online memiliki narasumber

terpercaya yaitu salah satu anggota dari Satlantas Polrestabes Surabaya

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 3 3%

Ya 97 97%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.7. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen credibility

yang pertama didapatkan 3 responden (3%) menjawab tidak dan 97 responden

(97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa percaya dengan segala informasi yang diberikan oleh narasumber dalam

sosialisasi program SIM online. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), Komunikasi

dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Penerima harus percaya kepada

pengirim informasi dan menghormati kompetensi sumber informasi terhadap

topik informasi. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa

mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat

Surabaya telah mempercayai narasumber dari Sosialisasi program SIM online dan

menghormati informasi yang diberikan oleh narasumber.

Menurut Rumanti (2004, p. 272), Program Public Relations harus jelas,

tegas, dan bermutu, supaya mudah dilaksanakan pendelegasinya dalam

pencapaian tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen, yang telah disiapkan

dengan penelitian yang eksak, akurat, objektif dan transparan. Artinya, sosialisasi

program SIM online merupakan program yang jelas, tegas dan bermutu sehingga

program ini dapat tercapai tujuannya yang salah satunya dapat dilihat bahwa

masyarakat Surabaya percaya dengan narasumber yang memberikan informasi

dalam program tersebut. Menurut Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia

sebut “the condition of success in communication”, yakni yang harus dipenuhi

jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita

kehendaki. (Effendi, 2003, p. 41-42). Dalam hal ini sosialisasi dari program SIM

62 Universitas Kristen Petra

online telah memenuhi suatu keinginan masyarakat dalam komponen kepercayaan

sehingga membuat masyarakat Surabaya menjadi percaya dengan informasi dalam

sosialisasi ini.

Sosialisasi program SIM online menggunakan narasumber yang terpercaya

agar masyarakat Surabaya tertarik dan mau mendengarkan informasi yang ingin

ditujukan. Tujuan paling utama dalam kegiatan Public Relations adalah

penciptaan pemahaman. (Jefkins, 2004, p. 58). Dalam sosialisasi ini, narasumber

akan memberikan penjelasan yang jelas mengenai SIM online. Penjelasan yang

diberikan adalah penjelasan mengenai keuntungan dan manfaat dari penggunaan

SIM online, mekanisme dari perpanjangan SIM online, maupun harga dan lokasi

dimana saja dapat melakukan SIM online. Sosialisasi ini merupakan sosialisasi

yang menarik karena dalam sosialisasi ini tidak hanya pemberian pemahaman

mengenai informasi saja, namun dalam acara sosialisasi ini terdapat berbagai

acara menarik lainnya seperti acara live music serta Taman Lalu Lintas.

63 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.8. Credibility (Kredibilitas) 2

Sosialisasi program SIM online memiliki narasumber

yang mengajak masyarakat akan kemudahan dalam penggunaan SIM online

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 6 6%

Ya 94 94%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.8. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen credibility

yang kedua didapatkan 6 responden (6%) menjawab tidak dan 94 responden

(94%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa dalam sosialisasi program SIM online memiliki narasumber yang

mengajak masyarakat untuk mengetahui informasi dari kemudahan penggunaan

SIM online, seperti prosedur dari pembuatannya yang mudah dan praktis sehingga

membuat masyarakat Surabaya tidak hanya mendengarkan sosialisasi saja tetapi

mengajak agar masyarakat mau menggunakan SIM online. Menurut Cutlip (2006,

p. 357-358), Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Penerima

harus percaya kepada pengirim informasi dan menghormati kompetensi sumber

informasi terhadap topik informasi. Dengan adanya hasil olahan data diatas

ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa

masyarakat Surabaya telah mempercayai narasumber dari Sosialisasi program

SIM online dan menghormati informasi yang diberikan oleh narasumber.

Sehingga dapat diartikan apabila masyarakat yang telah percaya dengan

narasumber maka masyarakat juga akan menghormati informasi yang akan

diberikan oleh narasumber, salah satunya adalah mau mendengarkan penjelasan

informasi yang diberikan oleh narasumber.

Seorang Public Relations harus membuat suatu program yang terencana

dengan baik. Menurut Jefkins (2004, p. 58), tanpa adanya suatu program yang

terencana dengan baik, seorang praktisi Public Relations akan terpaksa beroperasi

secara instingtif (menurut insting) sehingga ia mudah kehilangan arah. Dalam

sosialisasi ini, Public Relations atau Humas dari Polrestabes Surabaya perlu untuk

64 Universitas Kristen Petra

merencanakan program dengan baik. Apabila suatu program telah terencana

dengan baik, maka narasumber yang digunakan untuk memberikan informasi

kepada masyarakat akan dapat dengan mudah untuk memberikan informasi

kepada masyarakat agar tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai.

Narasumber dalam sosialisasi yang telah dilakukan ini, telah melakukan

proses dalam diri seseorang ketika mereka belajar mengenai nilai dan norma yang

terdapat dalam masyarakat yang sesuai dengan teori penjelasan sosialisasi

menurut Scahefer (2007, p. 96). Hal ini dapat dilihat bahwa narasumber mengajak

dan memberikan informasi mengenai kemudahan dalam penggunaan SIM online.

Masyarakat yang tidak tahu mengenai SIM online akhirnya menjadi tahu

informasi dari kemudahan penggunaan SIM online dan akhirnya mau untuk

menggunakan. Menurut Okta, Baumrin Regident SIM Satlantas Polrestabes

Surabaya, SIM online ini hanya meminta agar pemilik SIM mengunjungi SIM

keliling terdekat dengan menunjukkan e-KTP dan SIM yang masih berlaku pada

saat itu. (Hasil wawancara dengan Baumrin Regident SIM Satlantas Polrestabes

Surabaya, 2016).

65 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.9. Credibility (Kredibilitas) 3

Sosialisasi program SIM online

merupakan program dari Humas Polrestabes Surabaya

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 4 4%

Ya 96 96%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.9. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen credibility

yang ketiga didapatkan 4 responden (4%) menjawab tidak dan 96 responden

(96%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online merupakan program dari

Humas Polrestabes Surabaya.

Public Relations atau Humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi

sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanaan – kebijaksanaan dan prosedur –

prosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik,

dan menjalankan suatu program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan

penerimaan publik (Frazier,1987, p.6). Selain itu tugas dari Public Relations yang

telah dijalankan oleh Humas Polrestabes Surabaya yaitu menyelanggarakan dan

bertanggung jawab atas penyampaian informasi/pesan secara lisan, tertulis atau

melalui gambar (visual) kepada publik sehingga publik mempunyai pengertian

yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan, segenap tujuan serta kegiatan yang

dilakukan. Tugas lain yang telah dilakukan oleh Humas Polrestabes adalah

menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa

untuk memperoleh public favour, public opinion, dan perubahan sikap (Rachmadi,

1992, p. 23).

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), Komunikasi dimulai dengan iklim rasa

saling percaya. Penerima harus percaya kepada pengirim informasi dan

menghormati kompetensi sumber informasi terhadap topiki informasi. Dengan

adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab

ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya telah mempercayai

66 Universitas Kristen Petra

narasumber dari Sosialisasi program SIM online dan menghormati informasi yang

diberikan oleh narasumber.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), sebelum merumuskan suatu program Public

Relations, seorang Public Relations harus mengetahui titik awalnya. Dalam

sosialisasi program SIM online ini, Humas dari Polrestabes Surabaya selain ingin

memberikan informasi mengenai sosialisasi program SIM online, Humas ingin

memberikan pemahaman bahwa sosialisasi ini merupakan acara yang dilakukan

oleh Humas dari Polrestabes Surabaya. Hal ini memiliki tujuan yang sama seperti

yang dijelaskan oleh Jefkins (2004, p. 63), yaitu untuk mengubah citra umum di

mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan – kegiatan baru yang

dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah dari pembuatan SIM yang harus

dilakukan dengan cara lama yaitu kembali ke tempat asal menjadi lebih mudah

dan praktis dengan menggunakan SIM online.

Salain itu agar masyarakat Surabaya mengerti bahwa Humas dari

Polrestabes Surabaya telah melakukan fungsi dan kegiatan eksternal Public

Relations. Fungsi yang telah dilakukan adalah menunjang aktivitas utama

manajemen dalam mencapai tujuan bersama dan menciptakan komunikasi dua

arah, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya, dan

sebaliknya untuk mencapai citra positif bagi kedua belah pihak (Cutlip, 2006, p.

6). Tidak hanya ingin memberikan informasi dan mengajak agar masyarakat

Surabaya mau menggunakan SIM online, tetapi kepolisian juga ingin

mendekatkan diri kepada masyarakat agar masyarakat. Salah satu caranya adalah

apabila ada masyarakat yang merasa tidak memahami mengenai SIM online,

masyarakat dapat langsung bertanya kembali agar mendapatkan penjelasan yang

lebih jelas. Sedangkan kegiatan eksternal yang telah dilakukan adalah

mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik (Wasesa dan Macnamara,

2006, p. 128-129) salah satunya seperti Sosialisasi program SIM online

67 Universitas Kristen Petra

4.3.2.2. Context (Konteks)

Tabel 4.10. Context (Konteks) 1

Sosialisasi program SIM online memberikan pemahaman

kepada masyarakat mengenai perpanjangan SIM dengan cara online

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 5 5%

Ya 95 95%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.10. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen context

yang pertama didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden

(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi

pemahaman kepada masyarakat Surabaya mengenai perpanjangan SIM dengan

cara online.

Sosialisasi didefinisikan sebagai proses dalam diri seseorang ketika

mereka belajar mengenai nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat.

Sedangkan manfaat dari sosialisasi diharapkan setiap anggota masyarakat dapat

belajar untuk mengetahui nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sehingga mereka dapat bertindak sesuai dengan nilai, norma dan keyakinan

tesebut. (Schaefer, 2007, p. 96). Hal ini sesuai dengan harapan dari sosialisasi

program SIM online agar masyarakat Surabaya menjadi tahu, belajar dan paham

mengenai informasi dari program baru Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), dalam komponen context, program

komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Harus disediakan konteks

untuk partisipasi dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan

menolak isi pesannya. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa

mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat

Surabaya merasa bahwa konteks dalam sosialisasi program SIM online ini

68 Universitas Kristen Petra

memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan lingkungan dan memiliki

umpan balik antara masyarakat Surabaya dengan pihak dari kepolisian.

Menurut Rumanti (2004, p. 272), Program Public Relations harus jelas,

tegas, dan bermutu. Sedangkan menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama

dalam kegiatan Public Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan hasil

yang telah didapatkan oleh peneliti, maka dapat dilihat bahwa masyarakat

Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan salah satu

program dari Public Relations atau Humas dari Polrestabes Surabaya yang

memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan jelas, tegas dan bermutu agar

masyarakat dapat dengan mudah memahami informasi yang diberikan.

Menurut Willbur Schramm (2003, p. 41-42), salah satu penunjang bagi

komunikasi yang efektif yaitu pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian

rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Dalam sosialisasi ini terdapat

pemahaman dan informasi mengenai perpanjangan SIM dengan cara online yang

telah dirancang oleh Humas dari Polrestabes Surabaya agar narasumber dapat

menarik masyarakat untuk mau mendengarkan dan tidak bosan agar tujuan yang

ingin disampaikan dapat tercapai. Komunikasi yang efektif membutuhkan

lingkungan sosial yang mendukung yang sebagain besar dipengaruhi oleh media

massa (Cutlip, 2006, p. 206-207), sosialisasi ini tidak hanya memberikan

informasi melalui sosialisasi yang diadakan langsung tetapi sosialisasi ini juga

dilakukan melalui media sosial yaitu facebook, twiiter dan website dari Humas

Polrestabes Surabaya.

69 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.11. Context (Konteks) 2

Sosialisasi program SIM online dapat membantu dan

memudahkan masyarakat (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjangan

SIM

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 5 5%

Ya 95 95%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.11. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen context

yang kedua didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden

(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online dapat membantu dan memudahkan

masyarakat (terutama masyarakat di daerah) dalam perpanjangan SIM. Menurut

Cutlip (2006, p. 357-358), dalam komponen context, program komunikasi harus

sesuai dengan kenyataan lingkungan. Harus disediakan konteks untuk partisipasi

dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan menolak isi pesannya.

Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden

menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa

konteks dalam sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi yang

sesuai dengan kenyataan lingkungan yaitu memudahkan masyarakat dalam

perpanjangan SIM dan dalam sosialisasi ini terdapat umpan balik antara

masyarakat Surabaya dengan pihak dari kepolisian.

Menurut Rumanti (2004, p. 272), Program Public Relations harus jelas,

tegas, dan bermutu. Sedangkan menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama

dalam kegiatan Public Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan hasil

yang telah didapatkan oleh peneliti, maka dapat dilihat bahwa masyarakat

Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan salah satu

program dari Public Relations atau Humas dari Polrestabes Surabaya yang

memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan jelas, tegas dan bermutu

70 Universitas Kristen Petra

kepada masyarakat agar dapat membantu dan memudahkan masyarakat (terutama

masyarakat didaerah) untuk melakukan perpanjangan SIM.

Dalam hal ini kepolisian telah melihat bahwa banyak masyarakat yang

melakukan perpanjangan SIM dengan cara harus pulang kembali ke tempat asal

mereka terlebih dahulu untuk dapat melakukan perpanjangan SIM. Namun dengan

adanya SIM online ini, kepolisian berharap agar masyarakat dapat lebih mudah

untuk melakukan perpanjang SIM karena tidak perlu kembali ke tempat asal

mereka untuk melakukan perpanjangan. (SIM Online, 2015, Desember).

Sosialisasi program SIM online yang diselenggarakan oleh Humas

Polrestabes Surabaya merupakan salah satu aktivitas eksternal yang dilakukan

oleh Public Relations. Menurut Wasesa dan Macnamara (2006, p. 128-129), salah

satu aktivitas eksternal Public Relations adalah mengembangkan program –

program pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan

kepada publik. Dengan adanya sosialisasi yang telah berlangsung ini, maka dapat

dilihat bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia (salah satunya adalah humas

Polrestabes Surabaya) telah melakukan pengembangan program masyarakat. Dari

pembuatan SIM yang harus dilakukan dengan cara lama yaitu kembali ke tempat

asal menjadi lebih mudah dan praktis dengan menggunakan SIM online.

71 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.12. Context (Konteks) 3

Sosialisasi program SIM online dapat menjadi sarana

untuk menyampaikan komentar dan masukan kepada Satlantas Polrestabes

Surabaya

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 8 8%

Ya 92 92%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.12. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen context

yang ketiga didapatkan 8 responden (8%) menjawab tidak dan 92 responden

(92%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online dapat menjadi sarana masyarakat

untuk mereka menyampaikan komentar dan masukan kepada Satlantas

Polrestabes Surabaya.

Hal ini sesuai dengan salah satu dari fungsi Public Relations (Cutlip, 2006,

p.6) yaitu menciptakan komunikasi dua arah, publikasi serta pesan dari badan atau

organisasi ke publiknya, dan sebaliknya untuk menciptakan citra positif bagi

kedua belah pihak. Dalam sosialisasi ini, pihak dari Kepolisian Satlantas

Polrestabes Surabaya tidak hanya memberikan informasi saja tetapi mereka

berharap agar dengan adanya acara sosialisasi yang diadakan untuk masyarakat,

masyarakat Surabaya menjadi lebih terbuka dan mau melakukan komunikasi

kepada pihak Kepolisian.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), dalam komponen context, program

komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Harus disediakan konteks

untuk partisipasi dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan

menolak isi pesannya. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa

mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat

Surabaya merasa bahwa konteks dalam sosialisasi program SIM online ini

memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan lingkungan dan memiliki

umpan balik antara masyarakat Surabaya dengan pihak dari kepolisian.

72 Universitas Kristen Petra

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Sedangkan menurut Jefkins (2004, p.

64), salah satu tujuan dari kegiatan Public Relations adalah untuk mendidik para

pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam

memanfaatkan produk – produk perusahaan. Sosialisasi program SIM online

merupakan program yang dibentuk oleh Humas Polrestabes Surabaya untuk

memberikan pemahaman informasi mengenai SIM online kepada masyarakat

Surabaya. Hal ini bertujuan agar dapat mendidik masyarakat Surabaya untuk

dapat memanfaatkan suatu program baru yang diciptakan oleh Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Dalam proses pemberian pemahaman, masyarakat Surabaya,

dapat memberikan umpan balik berupa komentar/masukan/pertanyaan jika mereka

masih merasa ada yang tidak dimengerti. Dengan adanya sosialisasi ini

diharapkan agar masyarakat dapat lebih terbuka dengan pihak dari kepolisian.

Sosialisasi program SIM online yang diselenggarakan oleh Humas

Polrestabes Surabaya merupakan salah satu fungsi yang dilakukan oleh Public

Relations. Menurut Cutlip (2006, p. 6), salah satu fungsi dari Public Relations

adalah menciptakan komunikasi dua arah, publikasi serta pesan dari badan atau

organisasi ke publiknya, dan sebaliknya untuk mencapai citra positif bagi kedua

belah pihak. Dalam sosialisasi program SIM online, kepolisian khususnya dari

pihak Satlantas Polrestabes Surabaya berusaha dan berharap agar terdapat

komunikasi dua arah antara pihak dari kepolisian dan pihak dari masyarakat.

Dalam sosialisasi ini pihak dari kepolisian akan secara terbuka untuk merespon

setiap pertanyaan/komentar/masukan yang diberikan oleh masyarakat. Apabila

terdapat masyarakat yang masih belum paham mengenai SIM online maka mereka

dapat bertanya kembali dan akan mendapatkan penjelasan dengan jelas.

Menurut Santi, salah satu responden peneliti mengatakan bahwa “biasanya

masyarakat merasa takut untuk melakukan komunikasi dengan pihak dari

kepolisian karena masyarakat hanya berkomunikasi dengan pihak kepolisian jika

masyarakat melakukan suatu kesalahan. Namun dengan adanya sosialisasi ini

masyarakat dapat lebih berani untuk bertanya dan berkomentar mengenai program

dari SIM online karena dalam sosialisasi ini pihak dari kepolisian sangatlah

terbuka dan ramah” (Hasil wawancara dengan salah satu responden, 2016). Oleh

73 Universitas Kristen Petra

karena itu dengan adanya sosialisasi ini diharapkan agar tercapainya citra positif

bagi kedua belah pihak.

4.3.2.3. Content (Isi)

Tabel 4.13. Content (Isi) 1

Sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal prosedur

pembuatan dan biaya SIM online agar masyarakat mau menggunakan SIM online

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 1 1%

Ya 99 99%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.13. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen content

yang pertama didapatkan 1 responden (1%) menjawab tidak dan 99 responden

(99%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal

prosedur pembuatan dan biaya dari perpanjangan SIM online agar masyarakat

mau menggunakan SIM online. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus

mengandung makna bagi penerimanya dan harus relevan dengan situasi penerima.

Pada umumnya orang akan memilih item informasi yang menjanjikan manfaat

yang besar bagi mereka. Sedangkan menurut Hardjana (2000, p. 23) Isi pesan

(content) yaitu isi pesan yang diterima atau tersalur versus yang dimaksudkan

Dengan terselengaranya acara sosialisasi program SIM online dari Humas

Polrestabes Surabaya, dapat dikatakan bahwa Humas atau Public Relations dari

Polrestabes Surabaya telah melakukan salah satu aktivitas eksternal dari Public

Relations yaitu mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik (Wasesa

dan Macnamara, 2006, p. 128-129). Kebijakan dari pihak Humas Polrestabes

Surabaya ini disosialisasikan dalam bentuk informasi – informasi yang diberikan

kepada masyarakat Surabaya. Informasi yang diberikan merupakan informasi

74 Universitas Kristen Petra

yang jelas dan bermanfaat sehingga informasi dalam sosialisasi ini dibuat menarik

agar masyarakat Surabaya mau mendengarkan sosialisasi.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan adanya hasil olahan data diatas

ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan

kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman kepada masyarakat

perihal prosedur pembuatan dan biaya SIM onlie agar masyarakat mau

menggunakan SIM online.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 99 responden (99%), dalam hal ini dapat

diartikan bahwa informasi yang disampaikan dalam sosialisasi program SIM

online mengenai pembuatan dan biaya SIM dapat tersampaikan kepada

masyarakat Surabaya.

75 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.14. Content (Isi) 2

Sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal

keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak kepolisian

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 1 1%

Ya 99 99%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.14. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen content

yang kedua didapatkan 1 responden (1%) menjawab tidak dan 99 responden

(99%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi perihal

keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak dari kepolisian.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus mengandung makna bagi

penerimanya dan harus relevan dengan situasi penerima. Pada umumnya orang

akan memilih item informasi yang menjanjikan manfaat yang besar bagi mereka.

Informasi perihal keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi

dengan pihak kepolisian merupakan fungsi Public Relations yang dijalankan

melalui pemberian informasi kepada masyarakat. Salah satu fungsi tersebut adalah

membina hubungan yang harmonis antara suatu organisasi dan publiknya yang

merupakan khalayak sasaran (Cutlip, 2006, p.6). Sehingga dapat diartikan bahwa

Kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya ingin membina hubungan yang

harmonis dengan publiknya yaitu masyarakat Surabaya.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 99 responden (99%), dalam hal ini dapat

diartikan bahwa dalam sosialisasi program SIM online ini mayoritas masyarakat

76 Universitas Kristen Petra

merasa bahwa mereka merasakan keuntungan dan kemudahan dalam

berkomunikasi dengan pihak dari kepolisian. Jika dalam kehidupan sehari-hari

banyak masyarakat yang tidak mau atau tidak berani berkomunikasi dengan

masyarakat, namun dalam kesempatan ini masyarakat dapat dengan mudah untuk

berkomunikasi dengan pihak dari kepolisian.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan adanya hasil olahan data diatas

ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan

kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman kepada masyarakat

perihal keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak

kepolisian.

77 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.15. Content (Isi) 3

Sosialisasi program SIM online memberikan informasi secara praktis di 35

provinsi

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 2 2%

Ya 98 98%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.15. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen content

yang ketiga didapatkan 1 responden (1%) menjawab tidak dan 99 responden

(99%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi secara

praktis di 35 provinsi di Indonesia.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 98 responden (98%), oleh karena itu dapat

diartikan bahwa masyarakat Surabaya mengetahui bahwa sosialisasi program SIM

online memberikan informasi secara praktis di 45 provinsi di Indonesia. Selain itu

dalam sosialisasi ini dapat juga dikatakan bahwa sosialisasi ini memiliki pesan

yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik

perhatian komunikan yang sesuai dengan faktor penunjang komunikasi yang

efektif menurut Effendi (2003, p. 41-42).

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Dengan adanya hasil olahan data diatas

ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online merupakan

kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman informasi kepada

78 Universitas Kristen Petra

masyarakat secara praktis yang dilakukan di 35 provinsi di Indonesia sehingga

memberikan manfaat kepada masyarakat Surabaya untuk lebih mudah dalam

perpanjangan SIM dengan cara online.

4.3.2.4. Clarity (Kejelasan)

Tabel 4.16. Clarity (Kejelasan) 1

Sosialisasi program SIM online memberikan informasi

pemahaman mengenai SIM online seperti prosedur pembuatan SIM online

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 4 4%

Ya 96 96%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.16. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen clarity

yang pertama didapatkan 4 responden (4%) menjawab tidak dan 96 responden

(96%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang jelas

yaitu memberikan informasi pemahaman mengenai SIM online seperti prosedur

dari pembuatan SIM dengan cara online. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358),

pesan harus diberikan dalam istilah yang sederhana. Kata harus bermakna “sama”

menurut si pengirim dan si penerima. Isu kompleks yang harus didapatkan ke

dalam tema, slogan, atau stereotype yang mengandung kesederhanaan dan

kejelasan. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas

responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa

bahwa pesan yang diberikan dalam Sosialisasi program SIM online menggunakan

kata yang sederhana dan jelas sehingga informasi dari pesan tersebut dapat dengan

mudah dimengerti oleh masyarakat Surabaya.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program

79 Universitas Kristen Petra

SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman

informasi kepada masyarakat mengenai SIM online seperti prosedur pembuatan

SIM online.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 96 responden (96%), oleh karena itu dapat

diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM

online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya mengetahui

bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi pemahaman

mengenai SIM online seperti prosedur dari pembuatan SIM dengan cara online.

80 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.17. Clarity (Kejelasan) 2

Sosialisasi program SIM online memberikan informasi

yang mengajak masyarakat untuk mau menggunakan SIM online

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 9 9%

Ya 91 91%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.17. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen clarity

yang kedua didapatkan 9 responden (9%) menjawab tidak dan 91 responden

(91%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang jelas

yaitu memberikan informasi yang mengajak masyarakat untuk mau menggunakan

SIM online.

Salah satu fungsi Public Relations adalah menunjang aktivitas utama

manajemen dalam mencapai tujuan utama (Cutlip, 2006, p. 6). Dengan adanya

sosialisasi program SIM online ini, Humas Polrestabes Surabaya telah

membuktikan bahwa Humas Polrestabes Surabaya telah melakukan salah satu

fungsi Public Relations. Sosialisasi ini dilakukan untuk menunjang aktivitas

utama manajemen dengan memberikan informasi dan mengajak masyarakat untuk

mau menggunakan SIM online agar tujuan dari SIM online dapat tercapai, yaitu

mempermudah masyarakat dalam perpanjangan SIM.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus diberikan dalam istilah

yang sederhana. Kata harus bermakna “sama” menurut si pengirim dan si

penerima. Isu kompleks yang harus didapatkan ke dalam tema, slogan, atau

stereotype yang mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Dengan adanya hasil

olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka

dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa pesan yang diberikan

dalam Sosialisasi program SIM online menggunakan kata yang sederhana dan

jelas sehingga informasi dari pesan tersebut dapat dengan mudah dimengerti oleh

masyarakat Surabaya.

81 Universitas Kristen Petra

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program

SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman

informasi yang mengajak masyarakat Surabaya untuk mau menggunakan SIM

online. Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas

masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 91 responden (91%), oleh

karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi

program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat

Surabaya mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online memberikan

informasi yang mengajak masyarakat Surabaya untuk mau menggunakan SIM

online.

Selain itu dalam sosialisasi ini dapat juga dikatakan bahwa sosialisasi ini

memiliki pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat

menarik perhatian komunikan yang sesuai dengan faktor penunjang komunikasi

yang efektif menurut Effendi (2003, p. 41-42). Karena dalam sosialisasi ini dapat

dilihat bahwa pesan yang telah dirancang dan disampaikan ini ternyata

mendapatkan hasil positif yang banyak dari masyarakat Surabaya sehingga dapat

dikatakan bahwa sosialisasi ini telah memiliki pesan yang menarik perhatian

komunikan.

82 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.18. Clarity (Kejelasan) 3

Sosialisasi program SIM online dapat membantu masyarakat

untuk mencari tahu mengenai cara termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 3 3%

Ya 97 97%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.18. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen clarity

yang ketiga didapatkan 3 responden (3%) menjawab tidak dan 97 responden

(97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang jelas

sehingga dapat membantu masyarakat untuk mencari tahu mengenai cara

termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM.

Hal ini merupakan salah satu aktivitas eksternal Public Relations yaitu

membantu pemasaran untuk mencipatakan citra produk (Wasesa dan Macnamara,

2006, p. 128-129). Acara sosialisasi program ini dapat dinilai sebagai cara

pemasaran yang dilakukan oleh Humas Polrestabes Surabaya untuk menciptakan

citra produk baru mereka yaitu program SIM online. Citra yang ingin dicapai

adalah bahwa perpanjangan SIM dengan cara online merupakan cara termudah

dan praktis dalam perpanjangan SIM karena masyarakat tidak perlu kembali ke

tempat asal untuk melakukan perpanjangan SIM.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan harus diberikan dalam istilah

yang sederhana. Kata harus bermakna “sama” menurut si pengirim dan si

penerima. Isu kompleks yang harus didapatkan ke dalam tema, slogan, atau

stereotype yang mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Dengan adanya hasil

olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka

dapat dilihat bahwa pesan yang diberikan dalam Sosialisasi program SIM online

dapat dengan mudah dimengerti oleh masyarakat Surabaya.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang

83 Universitas Kristen Petra

didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program

SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman

informasi kepada masyarakat agar dapat membantu masyarakat untuk mencari

tahu mengenai cara termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh karena itu dapat

diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM

online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya dapat

memahami maksud dari sosialisasi ini yaitu untuk membantu masyarakat

Surabaya untuk mencari tahu mengenai cara termudah dan praktis dalam

perpanjangan SIM.

Selain itu dalam sosialisasi ini dapat juga dikatakan bahwa sosialisasi ini

memiliki pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat

menarik perhatian komunikan yang sesuai dengan faktor penunjang komunikasi

yang efektif menurut Effendi (2003, p. 41-42). Karena dalam sosialisasi ini dapat

dilihat bahwa pesan yang telah dirancang dan disampaikan ini ternyata

mendapatkan hasil positif yang banyak dari masyarakat Surabaya sehingga dapat

dikatakan bahwa sosialisasi ini telah memiliki pesan yang menarik perhatian

komunikan.

Tidak hanya karena memiliki pesan yang menarik perhatian komunikan

saja, dalam sosialisasi ini terdapat pesan yang membangkitkan kebutuhan pribadi

komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan

tersebut. Effendi (2003, p. 41-42). Menurut Hadi, salah satu responden peneliti

mengatakan “sebenarnya saya tidak terlalu suka untuk mendengarkan sosialisasi

tetapi saya kebetulan dalam waktu dekat ini akan melakukan perpanjangan SIM di

luar kota karena asal saya bukan dari Surabaya dan sosialisasi ini membahas

mengenai perpanjangan SIM tanpa harus pulang kampung, jadi akhirnya saya

84 Universitas Kristen Petra

mengikuti sosialisasi ini agar lebih mudah dalam perpanjangan SIM” (Hasil

wawancara dengan salah satu responden, 2016)

4.3.2.5. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi)

Tabel 4.19. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) 1

Sosialisasi program SIM online dilakukan secara serentak di 35 provinsi di

Indonesia

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 5 5%

Ya 95 95%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.19. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen

Continuity and Consistency yang pertama didapatkan 5 responden (5%) menjawab

tidak dan 95 responden (95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merasa bahwa sosialisasi program SIM online telah

dilakukan secara serentak di 35 provinsi di Indonesia. Menurut Cutlip (2006, p.

357-358), komunikasi adalah proses tanpa akhir. Dalam komunikasi dibutuhkan

repetisi (ulangan) agar dapat masuk. Repitisi dengan variasi berperan untuk

pembelajaran dan persuasi sehingga beritanya harus konsisten. Dengan adanya

hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya,

maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa pesan yang

diberikan dalam Sosialisasi program SIM online merupakan pesan yang konsisten

dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lain karena komunikasi adalah

proses tanpa akhir.

Menurut Rumanti (2004, p. 272), program Public Relations harus jelas,

tegas dan bermutu, supaya mudah dilaksanakan pendelegasinya dalam pencapaian

tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen, yang telah disiapkan dengan

penelitian yang eksas, akurat, objektif dan trasnparan. Artinya, sosialisasi dalam

program SIM online ini merupakan program yang jelas, tegas dan bermutu yang

85 Universitas Kristen Petra

dapat dilihat bahwa sosialisasi ini dilakukan tidak hanya pada satu tempat saja

tetapi dilakukan pada Ibu Kota dari provinsi yang lainnya dan dilakukan dengan

serentak bersama.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 95 responden (95%), oleh karena itu dapat

diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM

online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat mengetahui bahwa

sosialisasi program SIM online ini tidak hanya dilakukan di Surabaya saja tetapi

di 35 provinsi di Indonesia.

Sosialisasi adalah langkah awal dari organisasi dalam mengenalkan

produk atau programnya. (Komsiah, 2008, p. 8). Dalam hal ini, sosialsiasi

mengenai program SIM online dilakukan pada 35 provinsi yang berada pada Ibu

kota dari 35 provinsi tersebut agar dapat mengenalkan kepada masyarakat

mengenai program baru yang diadakan oleh Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan agar informasi dari sosialisasi

yang diadakan di Ibu kota dapat diketahui oleh seluruh masyarakat dari provinsi

tersebut.

86 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.20. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) 2

Sosialisasi program SIM online memberikan

informasi yang konsisten (tidak berubah-ubah)

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 3 3%

Ya 97 97%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.20. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen

Continuity and Consistency yang kedua didapatkan 3 responden (3%) menjawab

tidak dan 97 responden (97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merasa bahwa sosialisasi program SIM online

memberikan informasi yang konsisten (tidak berubah-ubah). Sehingga dapat

diartikan bahwa sosialisasi ini memiliki komunikasi yang efektif karena

masyarakat dapat memahami informasi yang diberikan. Komunikasi efektif bila

orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya (Mulyana, 2000, p. 22).

Selain itu salah satu ukuran efektivitas komunikasi menurut Mulyana

(2000, p.22) adalah dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan

efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau

sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh

penerima. Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas

masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh

karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi

program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat

mengetahui dan yakin bahwa sosialisasi program SIM memiliki informasi yang

konsisten dan tidak berubah-ubah.

Menurut Rumanti (2004, p. 272), program Public Relations harus jelas,

tegas dan bermutu, supaya mudah dilaksanakan pendelegasinya dalam pencapaian

tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen, yang telah disiapkan dengan

penelitian yang eksas, akurat, objektif dan trasnparan. Artinya, sosialisasi dalam

program SIM online ini merupakan program yang jelas, tegas dan bermutu yang

87 Universitas Kristen Petra

dapat dilihat bahwa sosialisasi ini mendapatkan penilaian dari masyarakat

Surabaya bahwa sosialisasi ini memiliki informasi yang konsisten (tidak berubah-

ubah) sehingga informasi yang diberikan merupakan informasi yang mencapai

tujuan karena informasi ini memiliki informasi yang akurat.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi adalah proses tanpa akhir.

Dalam komunikasi dibutuhkan repetisi (ulangan) agar dapat masuk. Repitisi

dengan variasi berperan untuk pembelajaran dan persuasi sehingga beritanya

harus konsisten. Dengan adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa

mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat

Surabaya merasa bahwa pesan yang diberikan dalam Sosialisasi program SIM

online merupakan pesan yang konsisten dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat

yang lain karena komunikasi adalah proses tanpa akhir.

Sosialisasi dalam program SIM online merupakan tipe sosialisasi yang

formal. Formal sosialisasi ini terkaji melalui lembaga – lembaga yang berwenang

menurut ketentuan yang berlaku dalam negara. (dalam Komariah, 2005, p. 113-

114). Dalam sosialisasi ini, informasi yang diberikan kepada setiap masyarakat di

35 provinsi tersebut akan konsisten dan tidak akan berubah-ubah karena

sosialisasi ini merupakan sosialisasi yang formal yang diadakan oleh pihak dari

pemerintahan yaitu lembaga berwenang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

88 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.21. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) 3

Sosialisasi program SIM online dapat dilakukan dengan

beberapa media kepada masyarakat lain yang tidak mengikuti sosialisasi

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 3 3%

Ya 97 97%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.21. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen

Continuity and Consistency yang ketiga didapatkan 3 responden (3%) menjawab

tidak dan 97 responden (97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merasa bahwa sosialisasi program SIM online dapat

dilanjutkan kepada masyarakat yang lain yang tidak mengikuti sosialisasi melalui

media yang digunakan oleh sosialisasi program SIM online. Menurut Cutlip

(2006, p. 357-358), komunikasi adalah proses tanpa akhir. Dalam komunikasi

dibutuhkan repetisi (ulangan) agar dapat masuk. Repitisi dengan variasi berperan

untuk pembelajaran dan persuasi sehingga beritanya harus konsisten. Dengan

adanya hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab

ya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa pesan yang

diberikan dalam Sosialisasi program SIM online merupakan pesan yang konsisten

dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lain karena komunikasi adalah

proses tanpa akhir.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat

Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh karena itu dapat

diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM

online memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat mengetahui bahwa

89 Universitas Kristen Petra

informasi dalam sosialisasi program SIM online dapat dilanjutkan kepada

masyarakat lain yang tidak mengikuti sosialisasi melalui media yang telah

disediakan dalam sosialisasi program SIM online.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan, mayoritas masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program

SIM online merupakan kegiatan Public Relations yang memberikan pemahaman

informasi kepada masyarakat yang dapat dilakukan dengan melalui beberapa

media yang digunakan dalam sosialisasi program SIM online (twitter, facebook

dan website) kepada masyarakat yang lainnya yang tidak mengikuti sosialisasi.

Sosialisasi adalah langkah awal dari suatu organisasi dalam mengenalkan

produk atau programnya. (Komsiah, 2008, p. 8). Dalam hal ini, sosialsiasi

mengenai program SIM online dapat dilanjutkan informasinya kepada masyarakat

yang lain melalui media yang telah disediakan dalam sosialisasi program SIM

online. Media adalah satu tipe komunikasi yang berpengaruh dan tanpa disadari

isi dari media akan meresap dalam aktivitas dunia saat ini. Semua informasi

ditranmisikan melalui mesin. (Budiargo, 2015). Sedangkan media yang digunakan

dalam sosialisasi ini adalah twitter, facebook dan website dari Humas Polrestabes

Surabaya.

90 Universitas Kristen Petra

4.3.2.6. Channel (Saluran)

Tabel 4.22. Channel (Saluran) 1

Sosialisasi program SIM online menggunakan

media cetak yaitu brosur yang sesuai dan mudah dimengerti

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 5 5%

Ya 95 95%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.22. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen Channel

yang pertama didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden

(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media cetak yaitu

brosur yang sesuai dan mudah dimengerti.

Sosialisasi adalah langkah awal dari organisasi dalam mengenalkan

produk atau programnya (Komariah, 2008, p. 8). Dengan adanya sosialisasi

program SIM online maka dapat diartikan bahwa pihak Kepolisian telah

mengenalkan produk atau programnya kepada publik yaitu masyarakat Surabaya.

Sosialisasi ini tidak hanya dilakukan secara tatap muka saja tetapi melalui

beberapa media cetak (brosur), media sosial (twitter dan facebook), dan website

Humas Polrestabes Surabaya.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), saluran komunikasi (alat komunikasi)

yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai

oleh si penerima. Saluran yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pada saat

distribusi pesan (proses penyebaran pesan). Dengan adanya hasil olahan data

diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya, maka dapat dilihat

bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa Sosialisasi program SIM online

mempunyai saluran komunikasi yaitu media yang sesuai dengan masyarakat

karena masyarakat dapat dengan mudah menemukan atau menggunakan media

tersebut.

91 Universitas Kristen Petra

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Salah satu kriteria untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah melalui

media komunikasi (media).

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Pemahaman informasi yang dilakukan

dalam sosialisasi program SIM online ini dapat dilakukan melalui media. (Jefkins,

2004, p. 69), Salah satu media utama bagi kegiatan Public Relations untuk

menyebarkan informasi adalah bahan – bahan cetakan (printed material). Yakni

berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informative, dan

menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan Public

Relations. Dalam sosialisasi ini, salah satu media cetak yang digunakan adalah

brosur. Brosur disebarkan dan diberikan kepada masyarakat agar masyarakat

dapat membaca informasi mengenai prosedur dari perpanjangan SIM online.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas

masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 95 responden (95%), oleh

karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi

program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena memiliki salah satu

kriteria dari efektivitas komunikasi yaitu media cetak (brosur). Sehingga dalam

sosialisasi ini masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online

menggunakan media cetak yaitu brosur yang sesuai dan mudah dimengerti.

92 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.23. Channel (Saluran) 2

Sosialisasi program SIM online menggunakan social

networking yaitu twitter dan facebook yang sesuai dan mudah dimengerti

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 8 8%

Ya 92 92%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.23. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen Channel

yang kedua didapatkan 8 responden (8%) menjawab tidak dan 92 responden

(92%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media media sosial

yaitu twitter dan facebook yang sesuai dan mudah dimengerti.

Karakteristik dari Twitter Menurut Hilda Kitti (2003) adalah digitality

pada twitter (semuanya terdigitalisasi), interactivity pada twitter (pesan dan tweet

yang kita hubungkan dapat dikaitkan satu sama lain), dispersality pada twitter

(tidak terlalu jelas mana yang menjadi produsen dari suatu tweet dengan

konsumennya) dan virtuality pada twitter (terasa pengalaman kita berinteraksi

karena pesan-pesan yang disampaikan secara virtual yang biasanya disampaikan

lewat komputer ataupu telepon genggam) (dalam Rahmat, 2014, p. 6-7).

Sedangkan (dalam Wibawanto, 2012, p. 39) karakteristik dari facebook adalah

memfasilitasi hubungan positif, meningkatkan motivasi, melibatkan publik dalam

mencapai keberhasilan transfer pengetahuan, mengembangkan sikap positif

terhadap aktivitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan

mengembangkan interaksi dalam hubungan antar mahasiswa dan dosen. Dalam

hal ini yang melakukan sosialisasi adalah pihak dari Kepolisian Negara Republik

Indonesia, sehingga dapat diartikan bahwa sosialisasi ini untuk mengembangkan

interaksi dalam hubungan antar masyarakat dan pihak Kepolisian.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Pemahaman informasi yang dilakukan

dalam sosialisasi program SIM online ini dapat dilakukan melalui media. Artinya,

93 Universitas Kristen Petra

seiring dengan evolusi waktu dan kemajuan teknologi, bila dipastikan bahwa

bentuk media akan semakin bervariasi di masa – masa mendatang. Dan dalam

sosialisasi ini yang merupakan media dalam kemajuan teknologi yang digunakan

oleh sosialisasi program SIM online adalah media media sosial dalam bentuk

twitter dan facebook.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Salah satu kriteria untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah melalui

media komunikasi (media).

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), saluran komunikasi (alat komunikasi)

yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai

oleh si penerima. Saluran yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pada saat

distribusi pesan (proses penyebaran pesan). Dari hasil analisa yang didapatkan,

dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak

92 responden (92%), oleh karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya

merasa bahwa sosialisasi program SIM online memiliki komunikasi yang efektif

karena memiliki salah satu kriteria dari efektivitas komunikasi yaitu media media

sosial (twitter dan facebook). Sehingga dalam sosialisasi ini masyarakat

mengetahui bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media media

sosial yaitu twiter dan facebook yang sesuai dan mudah dimengerti.

94 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.24. Channel (Saluran) 3

Sosialisasi program SIM online menggunakan website dari Humas

Polres Surabaya untuk memberikan informasi yang sesuai dan mudah dimengerti

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 5 5%

Ya 95 95%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.24. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen Channel

yang ketiga didapatkan 5 responden (5%) menjawab tidak dan 95 responden

(95%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan media yaitu new

media dalam bentuk website yang sesuai dan mudah dimengerti.

Menurut Mulyana (2000, p. 22), komunikasi dikatakan efektif bila orang

berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkan. Salah satu ukuran efektivitas

komunikasi yaitu dengan cara melihat secara umum, komunikasi dikatakan efektif

bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Salah satu kriteria untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah melalui

media komunikasi (media).

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), saluran komunikasi (alat komunikasi)

yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai

oleh si penerima. Saluran yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pada saat

distribusi pesan (proses penyebaran pesan).

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Pemahaman informasi yang dilakukan

dalam sosialisasi program SIM online ini dapat dilakukan melalui media. (Jefkins,

2004, p. 69), Salah satu media utama bagi kegiatan Public Relations untuk

menyebarkan informasi adalah bentuk – bentuk media Public Relations yang

lainnya. Artinya, seiring dengan evolusi waktu dan kemajuan teknologi, bila

dipastikan bahwa bentuk media tersebut akan semakin bervariasi di masa – masa

95 Universitas Kristen Petra

mendatang. Dan dalam sosialisasi ini yang merupakan media dalam kemajuan

teknologi yang digunakan oleh sosialisasi program SIM online adalah new media

dalam bentuk website dari Humas Polrestabes Surabaya.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas

masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 92 responden (92%), oleh

karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi

program SIM online memiliki komunikasi yang efektif karena memiliki salah satu

kriteria dari efektivitas komunikasi yaitu new media dalam bentuk website.

Sehingga dalam sosialisasi ini masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi program

SIM online menggunakan website dari Humas Polrestabes Surabaya untuk

memberikan informasi yang sesuai dan mudah dimengerti.

4.3.2.7. Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens)

Tabel 4.25. Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens) 1

Kapasitas narasumber dalam sosialisasi program SIM online dapat memberikan

informasi yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dengan bahasa yang sopan

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 3 3%

Ya 97 97%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.25. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen

Capability of the audiens yang pertama didapatkan 3 responden (3%) menjawab

tidak dan 97 responden (97%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merasa bahwa kapasitas narasumber dalam sosialisasi

program SIM online dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kemampuan

masyarakat dengan bahasa yang sopan. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358),

komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audiens, komunikasi akan

efektif apabila mudah dipahami oleh audiens. Faktor – faktor yang mempengaruhi

96 Universitas Kristen Petra

kemampuan ini antara lain adalah faktor waktu, kebiasaan, kemampuan membaca

dan pengetahuan.

Menurut Schaefer (2007, p. 96), melalui proses sosialisasi diharapkan

setiap anggota masyarakat dapat belajar untuk mengetahui nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat. Sehingga mereka dapat bertindak sesuai dngan nilai,

norma dan keyakinan tersebut (dalam Putri, 2014, p. 7-8). Dengan adanya

sosialisasi program SIM online diharapkan agar masyarakat dapat belajar untuk

mengetahui apa itu SIM online. Namun dalam proses pembelajaran diperlukan

kesesuaian kemampuan antara narasumber dengan pihak yang akan mendapatkan

informasi. Kesesuaian kemampuan dapat dilihat melalui kebiasaan dan salah satu

kebiasaan adalah menggunakan bahasa yang sopan. Dari hasil analisa yang

didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Surabaya yang menjawab

ya sebanyak 97 responden (97%), oleh karena itu dapat diartikan bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online memiliki

kapasitas narasumber dalam sosialisasi program SIM online yang dapat

memberikan informasi yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dengan

bahasa yang sopan.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Sosialisasi program SIM online ini

memberikan pemahaman kepada masyarakat Surabaya mengenai cara

perpanjangan SIM dengan online. Namun dalam pemberian pemahaman informasi

kepada masyarakat, narasumber tidak hanya sekedar memberikan informasi.

Narasumber dalam sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat karena masyarakat yang

menerima informasi ini memiliki latar belakang yang berbeda. Sehingga dalam

hal ini narasumber dalam sosialisasi program SIM online juga memperhatikan

kemampuan masyarakat dalam menggunakan bahasa dengan sopan.

Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas

masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 97 responden (97%), oleh

karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi

program SIM online memiliki kapasitas narasumber dalam sosialisasi program

SIM online yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kemampuan

97 Universitas Kristen Petra

masyarakat dengan bahasa yang sopan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa

sosialisasi ini memiliki komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya

dapat memahami informasi yang diberikan oleh narasumber.

Tabel 4.26. Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens) 2

Kapasitas narasumber dalam sosialisasi program SIM online dapat memberikan

informasi dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat

Pernyataan Jumlah Persentase(%)

Tidak 2 2%

Ya 98 98%

Total 100% 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel 4.26. diatas maka dapat dilihat bahwa pada komponen

Capability of the audiens yang kedua didapatkan 2 responden (2%) menjawab

tidak dan 98 responden (98%) menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merasa bahwa kapasitas narasumber dalam sosialisasi

program SIM online dapat memberikan informasi dengan sangat mudah dipahami

dan dimengerti oleh masyarakat Surabaya.

Hal ini sesuai dengan salah satu faktor penunjang komunikasi yang efektif

menurut Effendi (2003, p. 41 -42), yaitu pesan harus dirancang dan disampaikan

sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Dari olahan data

di atas ditemukan bahwa narasumber dalam sosialisasi SIM online dinilai efektif

oleh masyarakat Surabaya karena memberikan informasi dengan mudah dipahami

dan dimengerti. Sebelum pesan atau informasi yang diberikan oleh narasumber

kepada masyarakat, pesan atau informasi tersebut telah dirancang terlebih dahulu

agar pesan atau informasi tersebut dapat menarik masyarakat untuk mau

mendengarkan. Sehingga pada saat penyampaian informasi, masyarakat menilai

bahwa pesan atau informasi dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti.

Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi harus mempertimbangkan

kemampuan audiens, komunikasi akan efektif apabila mudah dipahami oleh

audiens. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan ini antara lain adalah

98 Universitas Kristen Petra

faktor waktu, kebiasaan, kemampuan membaca dan pengetahuan. Dengan adanya

hasil olahan data diatas ditemukan bahwa mayoritas responden menjawab ya,

maka dapat dilihat bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa Sosialisasi program

SIM online memberikan informasi yang mempertimbangkan kemampuan dari

audiens sehingga dapat dengan lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat

Surabaya.

Menurut Jefkins (2004, p. 58), tujuan paling utama dalam kegiatan Public

Relations adalah penciptaan pemahaman. Sosialisasi program SIM online ini

memberikan pemahaman kepada masyarakat Surabaya mengenai cara

perpanjangan SIM dengan online. Namun dalam pemberian pemahaman informasi

kepada masyarakat, narasumber tidak hanya sekedar memberikan informasi.

Narasumber dalam sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi

dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat Surabaya.

Sehingga dalam hal ini narasumber dalam sosialisasi program SIM online juga

memperhatikan kemampuan dari pengetahuan masyarakat.

Menurut Schaefer (2007, p. 96), melalui proses sosialisasi diharapkan

setiap anggota masyarakat dapat belajar untuk mengetahui nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat. Sehingga mereka dapat bertindak sesuai dngan nilai,

norma dan keyakinan tersebut (dalam Putri, 2014, p. 7-8). Dengan adanya

sosialisasi program SIM online diharapkan agar masyarakat dapat belajar untuk

mengetahui apa itu SIM online. Namun dalam proses pembelajaran diperlukan

narasumber yang sesuai dengan masyarakat agar narasumber dapat memberikan

informasi dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat

Surabaya. Dari hasil analisa yang didapatkan, dapat dilihat bahwa mayoritas

masyarakat Surabaya yang menjawab ya sebanyak 98 responden (98%), oleh

karena itu dapat diartikan bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi

program SIM online memiliki kapasitas narasumber yang dapat memberikan

informasi dengan sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat

Surabaya. Sehingga dapat diartikan pula bahwa sosialisasi ini memiliki

komunikasi yang efektif karena masyarakat Surabaya dapat memahami informasi

yang diberikan oleh narasumber.

99 Universitas Kristen Petra

4.4. Kategori Jawaban Responden

Untuk menganalisa deskripsi jawaban responden, maka akan

dideskripsikan tanggapan responden pada setiap pada setiap indikator dan pada

setiap komponen 7c pada program Public Relations pada responden penelitian

yaitu masyarakat Surabaya yang telah menggunakan SIM yang berusia 17 hingga

64 tahun dan pernah mengikuti sosialisasi program SIM online, masyarakat yang

mengetahui brosur dan media sosial yang digunakan dari SIM online. Deskripsi

jawaban responden dilakukan dengan menghitung rata – rata (mean). Agar rata –

rata jawaban responden dapat dikategorikan maka digunakan interval kelas yang

dapat dicari menggunakan rumus seperti berikut: (Sudjana, 2005, p. 47)

P = = = 0,5

Dengan interval kelas seperti di atas, maka dapat disusun kelas – kelas kategori

rata – rata jawaban responden seperti tabel berikut:

Tabel 4.27. Kategori Rata – Rata Jawaban Responden

Interval Kategori Jawaban

< 0,5 Tidak Efektif

> 0, 5 Efektif

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

rentang

Banyak kelas

2 - 1

2 (4.1)

100 Universitas Kristen Petra

Maka dari kategori interval di atas dapat disimpulkan frekuensi efektivitas

responden pada setiap kategori komponen 7c pada program Public Relations

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.28. Efektivitas Komunikasi Humas kepada

masyarakat Surabaya dalam sosialisasi program SIM online

Efektivitas Frekuensi Presentase

Tidak Efektif 0 0%

Efektif 100 100%

TOTAL 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Dari tabel di atas maka diketahui bahwa 100 responden atau 100% menilai

bahwa sosialisasi program SIM online merupakan sosialisasi yang efektif.

Sedangkan dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang menilai bahwa

sosialisasi ini tidak efektif. Hasil efektif yang didapatkan ini menunjukkan bahwa

responden atau masyarakat Surabaya menilai bahwa sosialisasi program SIM

online ini merupakan salah satu sosialisasi program yang efektif karena dalam

sosialisasi ini, masyarakat mendapatkan informasi yang jelas, konsisten, mudah

dimengerti, dapat dipertanggungjawabkan maupun dipercaya dan informasi yang

dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lainnya yang sesuai dengan prinsip

utama dalam 7c program Public Relations. Penilaian dari responden yang menilai

sosialsiasi ini efektif, muncul baik dalam komponen credibility, context,

content,clarity, continuity of the audiens, channel dan capability of the audiens

seperti pada tabel di bawah ini. Penilaian efektif dari responden menunjukan

bahwa responden mendukung, suka, atau setuju terhadap suatu pernyataan.

101 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.29. Hasil Keseluruhan Komponen 7C program

Public Relations pada Sosialisasi

Komponen Indikator Mean

Indikator

Mean

Keseluruhan

Credibility

Memiliki Narasumber terpercaya yaitu

salah satu anggota dari Satlantas

Polrestabes Surabaya

0,97

0,96 Memberikan informasi yang terpercaya

seperti prosedur pembuatan SIM online 0,94

Memberikan pelayanan yang baik dalam

menyampaikan informasi seperti prosedur

pembuatan SIM online

0,96

Context

Memberikan pemahaman kepada

masyarakat mengenai perpanjangan SIM

dengan cara online

0,95

0,94

Membantu dan memudahkan masyarakat

(terutama masyarakat didaerah) dalam

perpanjangan SIM

0,95

Menjadi sarana untuk menyampaikan

komentar dan masukan kepada Satlantas

Polrestabes Surabaya

0,92

Content

Memberikan informasi perihal prosedur

pembuatan dan biaya SIM online agar

masyarakat mau menggunakan

0,99

0,97 Memberikan informasi perihal keuntungan

dan kemudahan dalam berkomunikasi

dengan pihak kepolisian

0,94

Memberikan informasi secara praktis di 35

provinsi di Indonesia 0,98

Memberikan informasi pemahaman

mengenai SIM online seperti prosedur

pembuatan SIM online

0,96

102 Universitas Kristen Petra

Clarity Memberikan informasi yang mengajak

masyarakat untuk mau menggunakan SIM

online

0,91

0,95

Dapat membantu masyarakat untuk

mencari tahu mengenai cara termudah dan

praktis dalam perpanjangan SIM

0,97

Continuity

and

Consistency

Dilakukan secara serentak di 35 provinsi di

Indonesia 0,95

0,96

Memberikan informasi yang konsisten

(tidak berubah-ubah) 0,97

Dilakukan dengan beberapa media kepada

masyarakat lain yang tidak mengikuti

sosialisasi

0,97

Channel

Menggunakan media sosial cetak yaitu

brosur yang sesuai dan mudah dimengerti 0,95

0,94

Menggunakan media sosial yaitu twitter

dan facebook yang sesuai dan mudah

dimengerti

0,92

Menggunakan website dari Humas

Polrestabes Surabaya yang sesuai dan

mudah dimengerti

0,95

Capability

of the

audiens

Kapasitas narasumber dapat memberikan

informasi yang sesuai dengan kemampuan

masyarakat

0,97

0,98 Kapasitas narasumber dapat memberikan

informasi dengan sangat mudah dipahami

dan dimengerti oleh masyarakat

0,98

Total 0,96 (Efektif)

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

103 Universitas Kristen Petra

Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata – rata komponen capability of

the audiens memiliki nilai tertinggi diantara ketujuh komponen yaitu sebesar 0,98

dan bersifat efektif. Komponen capability of the audiens (kapasitas atau

kemampuan audiens) berisi mengenai komunikasi yang harus mempertimbangkan

kemampuan dari audiens, komunikasi akan efektif apabila mudah dipahami oleh

audiens. (Cutlip, 2006, p. 357-358). Maka dari hasil perhitungan di atas, dapat

diketahui bahwa masyarakat Surabaya menilai komponen capability of the

audiens adalah efektif yang berarti mereka merasa bahwa dalam sosialisasi

program SIM online terdapat narasumber yang dapat mengerti dan memahami

kebutuhan dari masyarakat Surabaya.

Dalam sosialisasi program SIM online capability of the audiens, humas

dari Polrestabes Surabaya telah melakukan salah satu aktivitas eksternal dari

seorang Public Relations yaitu mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada

publik. Selain itu juga mengembangkan program – program pengembangan

masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan kepada publik. (Wasesa

dan Macnamara, 2006, p.128-129). Sedangkan menurut Rumanti (2004, p. 272),

suatu program Public Relations harus jelas, tegas dan bermutu, supaya mudah

dilaksanakan pendelegasinya dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan

fungsi manajemen, yang telah disiapkan dengan penelitian yang eksask, akurat,

objektif dan transparan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa sosialisasi dari program

SIM online merupakan program Public Relations yang jelas, tegas dan bermutu

yang dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab menilai bahwa

sosialisasi ini masuk dalam kategori yang efektif. Sehingga dapat diartikan bahwa

pencapaian tujuan dari sosialisasi ini dapat tersampaikan kepada masyarakat

Surabaya dengan baik.

Pada komponen ini rata – rata skor tertinggi ada pada indikator kapasitas

narasumber dapat memberikan informasi dengan sangat mudah dipahami dan

dimengerti oleh masyarakat yaitu pada skor 0,98. Artinya narasumber dalam

sosialisasi program SIM online ini memberikan informasi yang sangat mudah

dipahami dan dimengerti oleh masyarakat Surabaya sehingga masyarakat menilai

bahwa komunikasi dalam sosialisasi ini merupakan komunikasi yang efektif.

Sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip (2006, p. 357-358), bahwa komunikasi

104 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.3. Persiapan dalam Sosialisasi program SIM online

Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015

akan efektif apabila mudah dipahami oleh audiens. Dalam hal ini berarti

sosialisasi program SIM online telah berhasil memiliki narasumber yang dapat

memahami kebutuhan masyarakat dengan tingginya tingkat efektivitas mengenai

informasi – informasi yang diberikan selama sosialisasi.

Sedangkan pada komponen capability of the audiens rata – rata terendah

ada pada indikator kapasitas narasumber dapat memberikan informasi yang sesuai

dengan kemampuan masyarakat yaitu 0,97. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358),

komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audiens. Hal ini dapat

disebabkan karena narasumber dalam sosialisasi SIM online menggunakan bahasa

yang sesuai dengan kemampuan dari masyarakat, namun terdapat beberapa

masyarakat yang merasa bahwa bahasa yang digunakan kurang sesuai meskipun

tujuan dari narasumber adalah dengan mempertimbangkan kemampuan dari

audiens. Beberapa masyarakat memahami bahasa yang digunakan oleh

narasumber tetapi mereka merasa bahwa tidak sepantasnya menggunakan bahasa

tersebut (bahasa jawa dan bahasa Indonesia) dalam melakukan acara sosialisasi.

Tingkat dari komponen capability of the audiens ini dapat ditingkatkan salah

satunya adalah dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dan dipahami oleh

seluruh masyarakat.

105 Universitas Kristen Petra

Pada komponen lainnya yaitu komponen credibility (kredibilitas),

didapatkan nilai rata – rata sebesar 0,96. Komponen credibility merupakan

komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya (Cutlip, 2006, p. 357-358).

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rachmadi (1992, p. 23), salah satu

tugas Public Relations adalah menyelenggarakan hubungan yang baik dengan

masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favor, public opinion dan

perubahan sikap. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa seorang Public Relations

harus memulai hubungan yang baik terlebih dahulu dengan masyarakat agar

komunikasi diantara Public Relations dengan pihak dari masyarakat dapat terjadi

rasa saling percaya. Sehingga tidak hanya public relations saja yang ingin

memberikan informasi tetapi masyarakat juga memiliki rasa percaya agar mereka

mau melakukan komunikasi dan menghormati informasi yang diberikan yang

pada akhirnya akan menimbulkan rasa kepercayaan terhadap informasi tersebut.

Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya

menilai bahwa komponen credibility dapat dikatakan efektif yang berarti bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online memiliki

narasumber yang terpercaya yang memberikan informasi mengenai sosialisasi

program SIM online dan mempunyai keinginan untuk melayani publik. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sosialisasi program SIM online ini disukai oleh

masyarakat Surabaya.

Pada komponen credibility, indikator yang memperoleh nilai rata – rata

tertinggi ada pada memiliki narasumber terpercaya yaitu salah satu anggota dari

Satlantas Polrestabes Surabaya yaitu 0,97. Ini artinya, dalam sosialisasi program

SIM online terdapat iklim rasa saling percaya antara masyarakat Surabaya dengan

pihak dari kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya. Hal ini dapat dilihat dengan

masyarakat Surabaya yang percaya dengan narasumber dari Satlantas Polrestabes

Surabaya. Sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa penerima harus percaya

kepada pengirim informasi. (2006, p. 357-358).

Sedangkan pada komponen credibility yang memiliki rata – rata terendah

ada pada indikator memberikan informasi yang terpercaya seperti prosedur

pembuatan SIM online yaitu 0,94. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi

dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Penerima harus percaya kepada

106 Universitas Kristen Petra

pengirim informasi dan menghormati sumber informasi terhadap topik informasi.

Dalam sosialisasi program SIM online disebarkan brosur yang menjelaskan

mengenai mekanisme dari SIM online. Dalam brosur tersebut terdapat cara

pembuatan baru dan perpanjangan SIM online. Namun pada kenyataannya ini

yang dapat dilakukan hanya perpanjangan SIM online bukan pembuatan baru SIM

online. Komponen credibility ini dapat ditingkatkan salah satunya adalah dengan

memberikan penjelasan informasi yang lebih benar dan pasti pada setiap

informasi yang diberikan kepada masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Gambar 4.4. Kegiatan Narasumber dalam Sosialisasi program SIM online

Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015

Pada komponen lainnya yaitu komponen context (konteks) memiliki nilai

rata – rata yang paling rendah yaitu 0,94 namun masih dalam kategori efektif.

Komponen context merupakan program komunikasi yang harus sesuai dengan

kenyataan lingkungan (Cutlip, 2006, p. 357-358). Maka dapat disimpulkan dari

hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya menilai bahwa komponen context dapat

107 Universitas Kristen Petra

dikatakan efektif yang berarti bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa

sosialisasi program SIM online memberikan penjelasan dan kemudahan kepada

masyarakat Surabaya (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjangan SIM.

Selain itu juga untuk menjadi sarana untuk memberikan masukan dan komentar

kepada pihak Kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya. Hal ini menunjukkan

bahwa sosialisasi program SIM online dapat membantu masyarakat karena sesuai

dengan kenyataan lingkungan yaitu kebutuhan masyarakat akan perpanjangan

SIM dengan cara yang lebih mudah.

Hal ini sesuai tugas Public Relations yaitu menyelenggarakan dan

bertanggung jawab atas penyampaian informasi/pesan secara lisan, tertulis atau

melalui gambar (visual) kepada publik sehingga publik mempunyai pengertian

yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta

kegiatan yang dilakukan. Dapat dilihat bahwa Public Relations harus

menyampaikan informasi yang memberikan pemahaman kepada masyarakat

dengan berbagai cara seperti pesan secara langsung maupun gambar yang dapat

mempermudah masyarakat dalam memahami informasi dan dapat mencapai

tujuan yang ingin dicapai. Selain itu konteks juga sesuai dengan salah satu fungsi

Public Relations yaitu menciptakan komunikasi dua arah (Cutlip, 2006, p. 06).

Dengan kata lain dalam sosialisasi program ini diperlukan partisipasi atau umpan

balik dari masyarakat kepada pihak kepolisian.

108 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.5. Brosur dalam Sosialisasi program SIM online

Sumber: Satlantas Polrestabes Surabaya, Desember 2015

Pada komponen context, indikator yang memperoleh nilai rata – rata

tertinggi ada pada memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai

perpanjangan SIM dengan cara online dan membantu dan memudahkan

masyarakat (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjangan SIM. Kedua

indikator ini memiliki nilai rata – rata tertinggi yang sama yaitu 0,95. Ini artinya,

dalam sosialisasi program SIM online terdapat konteks yang memberikan

informasi kepada masyarakat Surabaya yang dapat memberikan kemudahkan dan

membantu masyarakat.

109 Universitas Kristen Petra

Sedangkan pada komponen context rata – rata terendah ada pada indikator

menjadi sarana untuk menyampaikan komentar dan masukan kepada Satlantas

Polrestabes Surabaya yaitu 0,92. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), harus

disediakan konteks untuk partisipasi dan umpan balik. Hal ini disebabkan karena

dalam sosialisais program SIM online masih terdapat masyarakat yang merasa

takut untuk bertanya atau memberikan komentar/masukan kepada pihak

Kepolisian dari Satlantas Polrestabes Surabaya. Selain itu juga karena masyarakat

merasa tidak nyaman jika ingin berkomunikasi dengan pihak Kepolisian karena

harus berebut dengan masyarakat yang lainnya. Tingkat dari komponen context ini

dapat ditingkatkan salah satunya adalah dengan cara pihak dari kepolisian

Satlantas Polrestabes Surabaya dapat lebih mendekatkan diri kepada masyarakat

seperti mengadakan acara yang lebih menarik agar dapat menarik perhatian

masyarakat sehingga masyarakat merasa dekat dengan pihak kepolisian dan berani

untuk melakukan komunikasi dengan pihak kepolisian.

Gambar 4.6. Kegiatan dalam Sosialisasi program SIM online

Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015

Pada komponen lainnya yaitu komponen content (isi) didapatkan nilai rata

– rata sebesar 0,97. Komponen content merupakan pesan harus mengandung

makna bagi penerimanya dan harus relevan dengan situasi penerima (Cutlip,

110 Universitas Kristen Petra

2006, p. 357-358). Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat

Surabaya menilai bahwa komponen content dapat diakatakan efektif yang berarti

bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online

memberikan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya kepada masyarakat Surabaya. Selain itu masyarakat menilai bahwa

dalam sosialisasi merupakan sosialisasi yang menarik karena dalam sosialisasi ini

tidak hanya memberikan informasi saja tetapi terdapat kegiatan yang lainnya.

Komponen content (isi) memiliki kaitan hubungan yang kuat dengan salah

satu fungsi Public Relations yaitu menunjang aktivitas utama manajemen dalam

mencapai tujuan bersama (Cutlip, 2006, p. 6). Dalam hal ini dapat dilihat bahwa

sosialisai program SIM online yang diadakan oleh Humas Polrestabes Surabaya

merupakan aktivitas utama manajemen mereka untuk mencapai tujuan bersama

yaitu ingin memudahkan masyarakat dalam perpanjangan SIM. Agar sosialisasi

ini dapat tercapai tujuannya, maka Public Relations atau Humas dari Polrestabes

Surabaya akan merancang isi dari informasi yang akan disampaikan kepada

masyarakat. Isi dalam sosialisasi ini akan dibuat dengan dengan jelas dan menarik

sehingga membuat masyarakat merasa isi dari sosialisasi ini berguna karena

relevan dengan situasi penerima yaitu dengan adanya SIM online masyarakat

merasa lebih mudah untuk melakukan perpanjangan tanpa harus kembali ke

tempat asal mereka.

Pada komponen content, indikator yang memperoleh nilai rata – rata

tertinggi ada pada memberikan informasi perihal prosedur pembuatan dan biaya

SIM online agar masyarakat mau menggunakan yaitu 0,99. Ini artinya, dalam

sosialisasi program SIM online terdapat pesan yang sesuai dengan kebutuhan dari

masyarakat sehingga dapat menarik masyarakat untuk mau mengikuti sosialisasi.

Sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa pada umumnya orang akan

memilih item informasi yang menjanjikan manfaat besar bagi mereka (2006, p.

357-358).

Sedangkan pada komponen content rata – rata terendah ada pada indikator

memberikan informasi perihal keuntungan dan kemudahan dalam berkomunikasi

dengan pihak kepolisian yaitu 0,94. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), pesan

harus relevan dengan situasi penerima. Hal ini disebabkan karena dalam

111 Universitas Kristen Petra

sosialisasi program SIM online masih terdapat masyarakat tidak melakukan

komunikasi dengan pihak dari kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya. Hal ini

dapat dikarenakan karena masyarakat merasa takut untuk berkomunikasi dengan

pihak kepolisian. Komponen content ini dapat ditingkatkan salah satunya adalah

dengan cara pihak dari kepolisian Satlantas Polrestabes Surabaya dapat lebih

mendekatkan diri kepada masyarakat dalam acara sosialisasi seperti memberikan

informasi dengan cara berkelompok dengan jumlah yang tidak terlalu banyak

sehingga masyarakat dapat merasa lebih dekat dan mau bertanya atau memberikan

masukan secara langsung.

Pada komponen clarity (kejelasan) didapatkan nilai rata – rata sebesar

0,95. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), Komponen clarity merupakan pesan

yang harus diberikan dalam istilah sederhana. Komponen clarity (kejelasan)

memiliki kaitan hubungan yang kuat dengan salah satu kondisi penunjang

komunikasi yang efektif, yaitu pesan harus menggunakan lambang – lambang

tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan

sehingga sama – sama dapat dimengerti. (Effendi, 2003, p.41-42). Dalam hal ini

komunikasi informasi yang diberikan oleh Kepolisian kepada masyarakat harus

diberikan dengan jelas. Salah satu arti jelas dalam hal ini adalah antara pihak

Kepolisian dengan masyarakat harus memiliki pengertian yang sama. Agar

pengertian pihak kepolisian dan masyarakat dapat sama, maka dapat

menggunakan bahasa/lambang-lambang yang jelas yang sama – sama dimengerti

oleh kedua pihak sehingga dapat mendukung agar komunikasi atau informasikan

yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah.

Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya

menilai bahwa komponen clarity dapat diakatakan efektif yang berarti bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online mengajak dan

memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya dengan menggunakan bahasa

atau kata – kata yang sederhana sehingga mudah dimengerti dan membuat agar

masyarakat tertarik dan mau menggunakan SIM online.

112 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.7. Persiapan dalam Sosialisasi program SIM online

Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015

Pada komponen clarity, indikator yang memperoleh nilai rata – rata

tertinggi ada pada dapat membantu masyarakat untuk mencari tahu mengenai cara

termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM yaitu 0,97. Ini artinya, sesuai

dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa pesan harus diberikan dalam istilah

sederhana (2006, p. 357-358). Hal ini dapat dilihat dengan masyarakat Surabaya

yang merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan bahasa atau

istilah yang sederhana sehingga masyarakat menjadi memahamai isi tujuan dari

sosialisasi program SIM online yaitu membantu agar masyarakat dapat melakukan

perpanjangan SIM dengan praktis dan mudah. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa dalam sosialisasi ini, informasi yang diberikan memiliki kejelasan yang

tinggi.

Sedangkan pada komponen clarity rata – rata terendah ada pada indikator

memberikan informasi yang mengajak masyarakat untuk mau menggunakan SIM

online yaitu 0,91. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), kata harus bermakna

menurut si pengirim dan si penerima. Hal ini disebabkan karena dalam sosialisais

program SIM online terdapat masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan

atau pengetahuan yang berebeda-beda. Dalam hal ini setiap orang dapat

berpendapat berbeda, ada masyarakat yang berpendapat bahwa sosialisasi ini

hanya memberikan informasi atau perkenalan saja bahwa ada program baru dari

113 Universitas Kristen Petra

kepolisian yaitu SIM online, tetapi ada beberapa masyarakat yang berpendapat

bahwa sosialisasi program SIM online ini selain memberikan informasi tetapi juga

mengajak masyarakat untuk mau menggunakan perpanjangan SIM pada saat

sosialisasi. Tingkat dari komponen clarity ini dapat ditingkatkan salah satunya

adalah dengan cara memberikan informasi yang lebih jelas seperti mengulang

informasi agar masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi ini bukan hanya

memberikan informasi saja tetapi mengajak masyarakat untuk menggunakan SIM

online.

Pada komponen selanjutnya yaitu komponen continuity and consistency

(kontinuitas dan konsistensi) didapatkan nilai rata – rata sebesar 0,96. Komponen

continuity and consistency merupakan komunikasi proses tanpa akhir (Cutlip,

2006, p. 357-358). Dari tabel di atas menunjukkan bahwa para responden atau

masyarakat Surabaya menilai bahwa komponen continuity and consistency

memiliki nilai yang efektif. Dalam pejelasan yang diberikan oleh Cutlip (2006, p.

357-358) dikatakan bahwa komunikasi dalam komponen continuity and

consistency membutuhkan repetisi agar dapat masuk. Public Relations merupakan

faktor yang penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan

secara terus menerus (Rumanti, 2004, p. 7). Sehingga dapat dilihat bahwa

komponen continuity dan consistency dapat dilakukan dengan mudah oleh Public

Relations dalam membuat suatu program karena seorang Public Relations telah

terbiasa untuk memberikan informasi secara terus menerus. Hal tersebut

merupakan profesi professional dari seorang Public Relations dalam bidangnya.

Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya

menilai bahwa komponen continuity and consistency dapat dikatakan efektif yang

berarti bahwa masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online

memiliki informasi yang konsisten dan informasi ini dapat dilanjutkan kepada

masyarakat lain yang belum mengikuti sosialisasi.

Pada komponen continuity and consistency, indikator yang memperoleh

nilai rata – rata tertinggi ada pada memberikan informasi yang konsisten (tidak

berubah-ubah) dan dilakukan dengan beberapa media kepada masyarakat lain

yang tidak mengikuti sosialisasi, kedua indikator ini memiliki rata – rata yang

sama tinggi yaitu 0,97. Berarti bahwa komunikasi adalah proses tanpa akhir

114 Universitas Kristen Petra

(Cutlip, 2006, p. 357-358). Hal ini dapat dilihat dengan masyarakat Surabaya

yang merasa bahwa sosialisasi program SIM online memberikan informasi yang

dapat dipertanggungjawabkan karena informasi yang dibeikan dalam sosialisasi

dalam media atau pada saat sosialisasi adalah sama sehingga dapat dikatakan

bahwa informasi dalam sosialisasi adalah konsiten. Selain informasi yang

konsisten, informasi ini dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang lain sehingga

dapat diartikan bahwa komunikasi dalam sosialisasi merupakan proses tanpa

akhir.

Sedangkan pada komponen continuity and consistency rata – rata terendah

ada pada indikator dilakukan secara serentak di 35 provinsi di Indonesia yaitu

0,95. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), komunikasi membutuhkan repitisi agar

dapat masuk. Hal ini disebabkan karena dalam sosialisais program SIM online

terdapat masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengetahuan

yang berebeda-beda. Dalam hal ini tidak semua masyarakat paham bahwa

sosialisasi ini dilakukan secara serentak di 35 provinsi. Ada masyarakat yang

berpikir bahwa sosialisasi ini hanya dilakukan di Kota Surabaya. Selain itu juga

dapat dikarenakan masyarakat tidak mendengar informasi dari narasumber saat

memberikan informasi bahwa sosialisasi dilakukan secara serentak di 35 provinsi

di Indonesia. Tingkat dari komponen continuity and consistency ini dapat

ditingkatkan salah satunya adalah dengan cara memberikan informasi yang lebih

jelas seperti mengulang informasi agar masyarakat mengetahui bahwa sosialisasi

ini dilakukan secara serentak di 35 provinsi. Dengan memberikan tulisan di

keterangan pada baner saat sosialisasi.

Pada komponen terakhir yaitu komponen channel (saluran) didapatkan

nilai rata – rata yang paling rendah kedua yaitu 0,94. Komponen channel

merupakan komponen kedua terendah setelah context karena kedua komponen ini

memiliki nilai rata – rata terendah yang sama tetapi masih berada dalam kategori

efektif. Cutlip menjelaskan (2006, p. 357-358) komponen channel merupakan

saluran komunikasi (alat komunikasi) yang sudah ada harus digunakan. Selain itu

dalm komponen channel dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan publik

sasaran. Hal ini didukung dengan salah satu aktivitas eksternal Public Relations

yaitu membantu pemasaran untuk menciptakan citra produk (Wasesa dan

115 Universitas Kristen Petra

Macnamara, 2006, p. 128-129). Kedua penjelasan tersebut dapat dihubungkan,

pemasaran dalam hal ini dapat diartikan sebagai cara untuk menyebarkan

informasi kepada target yang dituju untuk menciptakan citra produk atau

menyampaikan tujuan yang ingin dicapai. Pemasaran ini dapat dilakukan dengan

menggunakan channel (saluran) agar informasi tersebut dapat dengan mudah

tersampaikan kepada target yang dituju. Namun dalam penggunaan channel

(saluran) dibutuhkan pemilihan channel yang sesuai agar informasi dapat

tersampaikan dengan mudah kepada publik sasaran.

Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas, bahwa masyarakat Surabaya

menilai bahwa komponen channel dapat diakatakan efektif yang berarti bahwa

masyarakat Surabaya merasa bahwa sosialisasi program SIM online menggunakan

beberapa media yang dapat mendukung keberhasilan dari sosialisasi program SIM

online. Media tersebut dapat berupa media cetak (brosur), media sosial (twitter

dan facebook) dan website. Dengan demikian dapat diakatkan bahwa meskipun

komponen channel merupakan komponen dengan nilai rata – rata terendah, tetapi

masarakat Surabaya tetap menyukai sosiaisasi ini.

Pada komponen channel, indikator yang memperoleh nilai rata – rata

tertinggi ada pada menggunakan media cetak yaitu brosur yang sesuai dan mudah

dimengerti dan menggunakan website dari Humas Polrestabes Surabaya yang

sesuai dan mudah dimengerti, kedua indikator ini memiliki rata – rata yang sama

tinggi yaitu 0,95. Ini artinya, sesuai dengan yang diungkapkan Cutlip bahwa

dalam pemilihan salauran (alat komunikasi) dibutuhkan pemilihan saluran yang

sesuai dengan publik sasaran (2006, p. 357-358). Hal ini dapat dilihat dengan

masyarakat Surabaya yang merasa bahwa sosialisasi program SIM online

menggunakan saluran (alat komunikasi) berupa media yang sesuai dengan

masyarakat. Sesuai dalam hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat dapat melihat

atau menggunakan media tersebut dengan mudah. Selain itu informasi dalam

media juga didapatkan dengan jelas karena informasi yang diberikan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Maka dari itu dapat dikatakan

bahwa pemilihan alat komunikasi dalam sosialisasi program SIM online seperti

brosur dan website telah dinilai sesuai dan efektif oleh masyarakat Surabaya.

116 Universitas Kristen Petra

Sedangkan pada komponen channel rata – rata terendah ada pada indikator

menggunakan media sosial yaitu twitter dan facebook yang sesuai dan mudah

dimengerti yaitu 0,92. Menurut Cutlip (2006, p. 357-358), sebaiknya

menggunakan saluran (alat komunikasi) yang dihormati dan dipakai oleh si

penerima. Hal ini disebabkan karena dalam sosialisais program SIM online

terdapat masyarakat yang tidak memiliki media sosial seperti twitter dan

facebook. Dalam sosialisasi ini terdapat banyak masyarakat yang memiliki latar

belakang yang berbeda-beda. Faktor usia maupun pendidikan dapat menentukan

seseorang menggunakan media sosial atau tidak. Sedangkan dalam sosialiasi ini

terdapat masyarakat yang tidak menggunakan media sosial sehingga beberapa

masyarakat merasa bahwa sosialisasi ini kurang efektif dalam pemilihan

penggunaan saluran (alat komunikasi). Sealin itu beberapa masyarakat merasa

bahwa dalam informasi yang diberikan dalam media yang digunakan untuk

sosialisai ini dinilai kurang teratur karena informasi yang diberikan dalam media

tidak hanya mengenai SIM online saja. Tingkat dari komponen channel ini dapat

ditingkatkan salah satunya adalah dengan cara menggunakan saluran (alat

komunikasi) yang lebih sesuai agar dapat dengan mudah dijangkau oleh semua

masyarakat seperti radio maupun koran. Berikut merupakan salah satu bentuk

media yang digunakan dalam Sosialisasi program SIM online yaitu media cetak

brosur:

117 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.8. Brosur Mekanisme Penerbitan SIM online dalam Sosialisasi

Sumber: Majalah Ditlantas Polda Jatim, Desember 2015

4.5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Kegiatan tabulasi adalah kegiatan memasukkan data dalam tabel-tabel

yang telah dibuat (biasanya dengan sistem tally, yaitu menghitung frekuensi atau

jumlah dengan memberikan tanda coret atau garis tally) dan mengatur angka-

angka untuk dapat dianalisis (Idrus, 2007, p. 200). Dalam penelitian ini, tabulasi

silang (crosstab) akan dilakukan terhadap variabel identitas responden (usia, jenis

kelamin, pekerjaan, dan juga pendidikan terakhir) dengan efektivitas komunikasi

humas dalam sosialisasi program SIM online oleh Satlantas Polrestabes Surabaya.

Penjelasan mengenai tabulasi silang dapat dilihat sebagai berikut:

118 Universitas Kristen Petra

4.5.1. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Credibility (Kredibilitas)

Tabel 4.30. Usia* Credibility (Kredibilitas)

Memiliki narasumber terpercaya yang memberikan informasi mengenai

Sosialisasi program SIM online

Usia Komponen Credibility Total

Tidak Ya

17-26 tahun 2 59 61

27-36 tahun 0 12 12

37-46 tahun 0 10 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 2 98 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Credibility

(Kejelasan). Dalam melakukan sosialisasi program SIM online, kredibilitas dapat

dikatakan sebagai suatu prinsip yang sangat penting agar sosialisasi dapat

dikatakan berhasil dalam menyampaikan tujuannya. Kredibilitas harus dimulai

dengan rasa saling percaya antara masyarakat dengan pihak dari kepolisian

Satlantas Polrestabes Surabaya agar masyarakat mau mendengarkan sosialisasi

dan merasa percaya dengan informasi yang diberikan selama sosialisasi. Yang

pada akhirnya dapat membuat agar masyarakat tidak hanya mendengarkan saja

tetapi mau untuk melakukan.

Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana

responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden dengan jumlah

terbanyak. Responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden yang

mayoritas memiliki status sebagai pelajar/mahasiswa. Berdasarkan temuan data

yang didapatkan, ditemukan bahwa responden dengan usia 17-26 tahun

merupakan responden dengan jumlah tertinggi yaitu 2 responden (3,3%) yang

119 Universitas Kristen Petra

mengatakan bahwa sosialisasi program SIM online dinilai kurang efektif. Hal ini

disebabkan karena responden dengan usia 17-26 tahun yang menilai bahwa

sosialisasi ini kurang efektif adalah responden yang berada dalam masa sekolah

atau perkuliahan sehingga responden tersebut masih dalam jenjang pendidikan

sehingga responden tersebut tidak mengerti arti yang lebih luas mengenai

kredibilitas. Sebenarnya arti dari kredibilitas tidak hanya sekedar rasa saling

percaya saja, tetapi kredibilitas memiliki arti yang luas yang dapat dipahami oleh

responden yang telah bekerja. Menurut Rakhmat (2002, p. 257), kredibilitas

adalah sikap atau hal – hal yang dapat dipercaya, sedangkan kerja adalah segala

sesuatu yang dilakukan yang menghasilkan. Sehingga kredibilitas kerja

merupakan segala hal yang dikerjakan yang menghasilkan simpati orang lain dan

dapat dipercaya. Dalam segala pekerjaan dibutuhkan kredibilitas yang baik agar

mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Hal ini juga diperjelas dalam teori

Umar.

Menurut Umar (2002, p. 204), kredibilitas meliputi hal – hal yang

berhubungan dengan kepercayaan seseorang seperti reputasi, prestasi dan

sebagainya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pelajar/mahasiswa yang masih

dalam jenjang pendidikan atau sudah bekerja tetapi hanya memiliki pekerjaan

„sementara‟, tidak akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai pekerjaan

seperti hubungan antara kredibilitas dengan pekerjaan. Pelajar/mahasiswa tidak

akan mengetahui bahwa dalam suatu kredibilitas tidak hanya berhubungan dengan

kepercayaan saja tetapi sebenarnya arti dari kredibilitas adalah memiliki hubungan

dengan reputasi, prestasi, dan sebagainya. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa

responden yang menilai bahwa sosialisasi ini kurang efektif dapat disebabkan

karena responden dengan usia 17-26 tahun tidak mengerti atau memahami arti

dari kredibilitas yang sebenarnya yang tidak hanya mengandung mengenai

kepercayaan saja tetapi juga mengenai reputasi dan prestasi.

120 Universitas Kristen Petra

4.5.2. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Context (Konteks)

Tabel 4.31. Usia* Context (Konteks)

Memberikan penjelasan dan kemudahan kepada masyarakat dalam

perpanjangan SIM

Usia Komponen Context Total

Tidak Ya

17-26 tahun 4 57 61

27-36 tahun 1 11 12

37-46 tahun 0 10 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 5 95 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Context

(konteks). Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan.

Konteks harus menginformasikan, bukan menentang isi pesannya. Hal ini juga

didukung oleh definisi Carnap (dalam Levinson, 1982, p. 5), yang mengemukakan

konteks adalah istilah yang mencakup identitas partisipan, parameter ruang dan

waktu dalam situasi tutur (perkataan), kepercayaan, pengetahuan serta maksud

partisipan di dalam situasi tutur.

Dalam melakukan sosialisasi program SIM online, pihak dari kepolisian

Satlantas Polrestabes Surabaya telah membuat suatu program yang sesuai dengan

kenyaataan lingkungan, yaitu memudahkan masyarakat agar tidak perlu kembali

ke tempat asal untuk melakukan perpanjangan SIM. Selain itu dalam sosialisasi

ini, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi saja tetapi masyarakat dapat

untuk melakukan partisipasi dan umpan balik.

Berdasarkan pada tabel tabulasi silang yang hasilnya telah diperoleh

peneliti, diketahui bahwa responden dengan usia 17-26 tahun merupakan

121 Universitas Kristen Petra

responden dengan jumlah terbanyak. Pada responden dengan usia 17-26 tahun

didapatkan 4 responden (6,6%) merasa bahwa sosialisasi program SIM online ini

dinilai kurang efektif. Namun responden dengan usia 27-36 tahun mempunyai

presentase yang lebih tinggi mengenai responden yang merasa bahwa sosialisasi

ini kurang efektif yaitu 1 responden (8,3%). Sehingga dapat dilihat bahwa

responden yang mengatakan bahwa sosialisasi ini kurang efektif adalah responden

dengan usia 27-36 tahun.

Dalam penelitian ini responden dengan usia 27-36 dapat menilai bahwa

sosialisasi ini kurang efektif. Hal ini dapat dikaitkan oleh teori Soedarno et.al

(1992), yang mengatakan perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat. Sedangkan menurut Slamet (1995) Usia berpengaruh pada keaktifan

seseorang untuk berpartisipasi. Sehingga dapat dilihat bahwa suatu konteks dalam

suatu program merupakan hal yang penting karena konteks yang sesuai dengan

kenyataan lingkungan dan memberikan informasi akan mempengaruhi tingkat

partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu responden yang mengatakan bahwa

sosialisasi ini tidak efektif terutama responden dengan usia 27-36 tahun dapat

dikarenakan responden tersebut kurang aktif dan kurang partisipasi dalam

mengikuti sosialisasi program SIM online. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat

mau mengikuti sosialisasi dengan cara mendengarkan sosialisasi secara langsung

maupun melalui media yang digunakan dalam sosialisasi. “Saya merasa sosialisasi

dari SIM online ini tidak dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk melakukan

komunikasi dengan pihak dari Kepolisian karena dalam sosialisasi ini terlalu

banyak masyarakat sehingga saya tidak dapat berkomunikasi dengan nyaman

karena harus berebut dengan masyarakat yang lainnya” (Hendra, 44 tahun, 9

Agustus 2016)

122 Universitas Kristen Petra

4.5.3. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Content (Isi)

Tabel 4.32. Usia* Content (Isi)

Memberikan informasi yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya kepada masyarakat Surabaya

Usia Komponen Content Total

Tidak Ya

17-26 tahun 0 61 61

27-36 tahun 0 12 12

37-46 tahun 0 10 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 0 100 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Content (Isi).

Dalam melakukan sosialisasi program SIM online, pihak dari kepolisian Satlantas

Polrestabes Surabaya sebagai narasumber harus merancang isi dari sosialisasi ini

telebih dahulu. Isi pesan dalam sosialisasi ini perlu dipersiapkan karena isi dari

suatu pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat merupakan

hal yang terpenting agar sosialisasi ini dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu

isi dari pesan atau informasi yang akan diberikan kepada masyarakat harus jelas.

Isi harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat dan harus

relevan dengan situasi dari penerima agar dapat menarik masyarakat untuk mau

mendengarkan sosialisasi.

Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana seluruh

responden usia 17-26 tahun, 27-36 tahun, 37-46 tahun, 47-56 tahun dan 57-64

tahun menjawab bahwa sosialisasi program SIM online merupakan sosialisasi

yang efektif dalam komponen content (isi). Hal ini disebabkan karena isi dalam

sosialisasi ini dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

123 Universitas Kristen Petra

Sehingga dapat dikatakan bahwa sosialisasi program SIM online ini memiliki

komunikasi yang efektif yang sesuai dengan teori dari Mulyana (2002, p. 22),

komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang

dimaksudkan.

Menurut Gahran (2005) content adalah apa yang harus disampaikan, bisa

saja melalui teks, gambar, suara, video, kata – kata yang diucapkan, matematika,

bahasa simbol, kode morse, musik, bahasa tubuh dan sebagainya. Dalam hal ini

seluruh responden dalam penelitian menilai bahwa sosialisasi SIM online dapat

dikatakan efektif. Hal ini dapat dikarenakan dalam sosialisasi program SIM

online, content (isi) dari informasi yang ingin disampaikan oleh pihak Kepolisian

Satlantas Polrestabes Surabaya dapat tersampaikan dengan baik kepada

masyarakat Surabaya. Masyarakat merasa bahwa sosialisasi ini menyampaikan isi

pesan yang sesuai dan selayaknya disampaikan dengan baik menggunakan

berbagai cara yang mudah agar masyarakat dapat memahami informasi tersebut.

Informasi dalam sosialisasi ini disampaikan melalui teks (brosur yang disebarkan

kepada masyarakat), gambar, suara, kata – kata yang diucapkan untuk

memberikan informasi. Oleh karena itu seluruh responden menjawab bahwa

sosialisasi program SIM online ini dinilai efektif dalam komponen content (isi)

Berasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan seorang

responden mengatakan “Sosialisasi program ini merupakan program dari

kepolisian yang bagus menurut saya. Karena sosialisasi ini bisa membantu

masyarakat untuk mempermudah dalam perpanjangan SIM. Masyarakat sekarang

tidak perlu pulang kampung lagi buat memperpanjang SIM karena bisa pakai SIM

online sekarang. Selain itu acara dalam sosialisasi ini juga menarik dan informasi

yang diberikan sangat jelas dan komplit sehingga masyarakat dapat paham dengan

mendengarkan sosialisasi” (Monika, 42 tahun, 9 agustus 2016).

124 Universitas Kristen Petra

4.5.4. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Clarity (Kejelasan)

Tabel 4.33. Usia* Clarity (Kejelasan)

Mengajak dan memberikan informasi kepada masyarakat agar mau menggunakan

SIM online

Usia Komponen Clarity Total

Tidak Ya

17-26 tahun 2 59 61

27-36 tahun 1 11 12

37-46 tahun 0 10 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 3 97 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Clarity

(kejelasan). Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus bermakna

sama menurut si pengirim dan si penerima. Hal ini juga didukung oleh teori

Larson. Menurut Larson (1984, p. 485), kejelasan mengacu kepada bentuk bahasa

yang dipergunakan dalam menerjemahkan yang mengharuskan membuat pesasn

teks sumber yang mudah dimengerti sebagai sumber teks itu sendiri.

Dalam sosialisasi program SIM online, selain isi pesan yang mudah

dipahami dan relevan dengan masyarakat, suatu kejelasan dalam pesan yang

disampaikan kepada masyarakat merupakan salah satu komponen agar sosialisasi

dapat berjalan dengan baik. Suatu kejelasan dalam isi pesan sangatlah penting

karena arti jelas dalam isi pesan dapat diartikan bahwa pesan yang diberikan

kepada masyarakat harus menggunakan istilah sederhana yang mudah dipahami

oleh narasumber maupun masyarakat.

Berdasarkan pada tabel tabulasi silang yang hasilnya diperoleh peneliti,

maka diketahui bahwa jawaban yang terbanyak yang menilai bahwa sosialisasi

125 Universitas Kristen Petra

program SIM online dalam komponen clarity (kejelasan) yaitu mengajak dan

memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat agar mau menggunakan SIM

online adalah responden dengan usia 17-26 tahun sebanyak 59 responden.

Responden dengan usia yang lainnya juga banyak yang sama memberikan

jawaban positif (efektif) terkait dengan komponen ini.

Sosialisasi program SIM online dibuat dengan maksud agar dapat

memberikan informasi kepada masyarakat bahwa saat ini Kepolisian Negara

Republik Indonesia sedang memiliki suatu program baru yang kedepannya ingin

lebih memudahkan kepada masyarakat dalam perpanjangan SIM. Sehingga dalam

sosialisasi ini, narasumber akan memberikan informasi dengan jelas mengenai

cara termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM dan mengajak masyarakat

untuk mau menggunakan SIM online. Hal ini sesuai dengan Effendi (2003), yang

mengatakan salah satu penunjang bagi komunikasi yang efektif adalah pesan

harus menggunakan lambang – lambang tertuju kepada pengalaman yang sama

antara komunikator dan komunikan, sehingga sama – sama mengerti. (p.41-42).

Informasi yang diberikan dalam sosialisasi program SIM online dinilai

positif (efektif) oleh responden masyarakat Surabaya karena informasi dalam

sosialisasi memiliki kejelasan. Terutama pada informasi mengenai cara termudah

dan praktis dalam perpanjangan SIM, berhasil menjadikan informasi ini untuk

mempermudah masyarakat mengetahui cara termudah dalam perpanjangan SIM,

yaitu dengan cara SIM online.

126 Universitas Kristen Petra

4.5.5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi)

Tabel 4.34. Usia* Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi)

Memiliki informasi yang konsisten dan dapat dilanjutkan kepada masyarakat

lain yang tidak dapat mengikuti sosialisasi

Usia Komponen Continuity and consistency Total

Tidak Ya

17-26 tahun 1 60 61

27-36 tahun 0 12 12

37-46 tahun 1 9 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 2 98 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Continuity and

consistency (kontinuitas dan konsistensi). Dalam sosialisasi program SIM online,

pihak dari kepolisian berharap agar masyarakat dapat mendapatkan informasi

mengenai sosialisasi program SIM online melalui beberapa media yang telah

mereka sediakan seperti brosur, twitter, facebook, dan website. Informasi yang

diberikan saat sosialisasi juga akan sama dengan informasi yang diberikan dalam

media, hanya dalam media tidak mendapatkan penjelasan yang luas dan lengkap

tetapi, inti dari informasi sosialisasi ini akan tetap didapatkan oleh masyarakat

sehingga informasi dalam sosialisasi ini konsisten (tidak berubah-ubah).

Berdasarkan pada tabel tabulasi silang yang hasilnya telah diperoleh

peneliti, diketahui bahwa responden dengan usia 17-26 tahun merupakan

responden dengan jumlah terbanyak. Pada responden dengan usia 17-26 tahun

didapatkan 1 responden (1,6%) merasa bahwa sosialisasi program SIM online ini

dinilai kurang efektif. Namun responden dengan usia 37-46 tahun mempunyai

presentase yang lebih tinggi mengenai responden yang merasa bahwa sosialisasi

127 Universitas Kristen Petra

ini kurang efektif yaitu 1 responden (10%). Sehingga dapat dilihat bahwa

responden yang mengatakan bahwa sosialisasi ini kurang efektif adalah responden

dengan usia 37-46 tahun.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontinuitas adalah kelanjutan

atau kesinambungan, sedangkan konsitensi menurut Evertson (2011, p. 84),

adalah mempertahankan ekspetasi yang sama bagi perilaku yang pantas dalam

sebuah kegiatan tertentu sepanjang waktu dan bagi seluruh orang yang

berkepentingan. Dari hasil olahan data di atas ditemukan bahwa responden yang

menilai bahwa sosialisasi ini tidak efektif adalah responden yang memiliki usia

37-46 tahun. Sedangkan dalam hal ini usia responden dengan komponen

kontinuitas dan konsitensi memiliki hubungan yang kuat.

Menurut pakar pendidikan Mark Prensky (2001) mengemukakan ada dua

generasi yaitu digital native dan digital immigrants. Digital natives merupakan

generasi yang lahir pada era digital. Generasi digital native atau kadang disebut

sebagai the native gadget yang lahir pada abad digital mulai tahun 1994 sampai

akhir tahun sekarang. Sehingga usianya saat ini berada di bawah 24 tahun.

Generasi digital natives lebih banyak mengisi kehidupan dengan penggunaan

komputer, video games, digital music, players, video cams, cell phone dan

berbagai macam perangkat permainan yang diproduksi di abad digital. Generasi

digital natives sudah terkondisi dengan lingkungan seperti itu dan menganggap

teknologi digital sebagai bagian yang tidak terspisahkan dari kehidupannya.

(dalam Mardina, 2011, p. 5-7).

Dari penjelasan teori pendukung di atas dapat dilihat bahwa responden

yang menjawab bahwa sosialisasi ini dinilai tidak efektif dapat dikarenakan

responden dengan usia 37-46 tahun dapat dikatakan tidak menggunakan media

sosial dalam kehidupan sehari – harinya atau memiliki media sosial tetapi tingkat

penggunaannya tidak terlalu sering seperti responden dengan usia 17-26 tahun

yang masih masuk dalam generasi digital native. Sehingga responden tersebut

merasa bahwa sosialisasi ini tidak dapat dilanjutkan informasinya kepada

masyarakat yang lainnya.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah

satu responden yang merasa bahwa sosialisasi ini kurang efektif dengan usia 37-

128 Universitas Kristen Petra

46 tahun mengatakan “Sosialisasi ini sebenarnya bagus karena membantu

masyarakat untuk mempermudah dalam perpanjangan SIM. Salah satunya satunya

dapat mendapatkan informasi melalui media. Namun menurut saya media yang

digunakan tidak sesuai karena tidak dapat dilanjutkan kepada masyarakat yang

lainnya. Saya masih bisa buka informasi sosialisasi lewat twitter dan facebook tapi

belum tentu orang lain yang mau saya beri tau mengenai informasi ini bisa

menggunakan twitter atau facebook. Teman saya aja ada beberapa yang seumuran

saya yang tidak pakai media sosial. Jika seperti itu terus bagaimana saya bisa

memberi informasi ini kepada mereka. Jadi menurut saya media yang digunakan

kurang sesuai. Lebih baik menggunakan media seperti radio atau televisi yang

pasti semua orang bisa menggunakan”. (Sutanto, 44 tahun, 9 Agustus 2016).

129 Universitas Kristen Petra

4.5.6. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Channel (Saluran)

Tabel 4.35. Usia* Channel (Saluran)

Menggunakan beberapa media yang dapat mendukung keberhasilan dari

sosialisasi program SIM online

Usia Komponen Channel Total

Tidak Ya

17-26 tahun 2 59 61

27-36 tahun 0 13 12

37-46 tahun 0 10 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 2 98 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Channel

(Saluran). Dalam sosialisasi program SIM online, saluran yang digunakan adalah

media yang mudah ditemui oleh masyarakat Surabaya. Media yang digunakan

adalah media cetak brosur dan media sosial yaitu twitter, facebook dan website

dari Humas Polrestabes Surabaya. Hal ini mendorong dibutuhkannya media

sebagai sarana komunikasi agar masyarakat menjadi tahu dan mau mengikuti

sosialisasi program SIM online. Sedangkan menurut Okta Prasetiadi, S.Kom

maksud “online” sendiri dalam perpanjangan SIM adalah masyarakat tidak harus

mampu mengoperasikan komputer atau internet karena program perpanjangan

SIM online ini hanya meminta agar pemilik SIM mengunjungi SIM keliling

terdekat dengan menunjukkan e-KTP dan SIM yang masih berlaku pada hari itu.

(hasil wawancara dengan Baurmin Regident SIM Satlantas Polrestabes Surabaya,

21 Maret 2016). Pihak SIM keliling memanfaatkan layanan online untuk

mengintegrasikan data pemilik SIM secara online dengan Server yang terpusat di

Korlantas Mabes Polri untuk mengambil data pemilik SIM tersebut.

130 Universitas Kristen Petra

Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana

responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden yang terbanyak dalam

penelitian ini. Namun dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan

usia 17-26 tahun sebanyak 2 orang (3,3%) merasa bahwa sosialisasi program SIM

online kurang efektif dalam mensosialisasikan kepada masyarakat.

Sedangkan menurut hasil riset nasional yang dilakukan Asosiasi Penyedia

Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi Universitas

Indonesia (UI), menyatakan bahwa mayoritas pengguna internet di Indonesia

berada dalam rentang usia 18-25 tahun. Jumlah golongan pengguna media usia ini

bahkan hampir setengah (49%) dari total jumlah pengguna internet di Indonesia

yang mencapai 88,1 juta di tahun 2014. Sehingga dapat diartikan meskipun usia

17-26 tahun merupakan usia yang mayoritas masyarakat menggunakan internet,

namun usia 17-26 tahun merupakan masyarakat yang paling banyak mengatakan

bahwa sosialisasi SIM online kurang efektif. Hal ini dapat dikarenakan responden

merasa bahwa media yang digunakan dalam sosialisasi ini dinilai kurang sesuai.

Menurut Rogers (1983), saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan

pesan – pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi

dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayaknya yang

banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan

efisien adalah media massa (surat kabar, film, radio dan TV).

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah

satu anak berusia 22 tahun yang mengatakan bahwa sosialisasi SIM online kurang

efektif memberikan alasan sebagai berikut “Sebenarnya saya suka mencari

informasi melalui media seperti internet karena lebih mudah dan praktis, namun

menurut saya media yang digunakan dari sosialisasi SIM online ini kurang

terurus. Menurut saya informasinya tidak fokus dan terarah sehingga agak

membingungkan karena ada informasi mengenai SIM online tetapi ada informasi

juga mengenai berita yang lainnya. Dan menurut saya kurang banyak

informasinya mengenai SIM online-nya. Sehingga lebih baik melakukan

sosialisasinya melalui iklan di TV atau di radio karena dapat langsung

didengarkan atau dilihat oleh seluruh masyarakat” (Maya, 22 tahun, 9 Agustus

2016).

131 Universitas Kristen Petra

4.5.7. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) antara Usia Responden dengan Komponen

Capability of the audiens (Kapasitas atau kemampuan audiens)

Tabel 4.36. Usia* Capability of the audiens

Memiliki narasumber yang dapat mengerti dan memahami kebutuhan masyarakat

Usia Komponen Capability of the audiens Total

Tidak Ya

17-26 tahun 3 58 61

27-36 tahun 1 11 12

37-46 tahun 0 10 10

47-56 tahun 0 12 12

57-64 tahun 0 5 5

Total 4 96 100

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Salah satu prinsip dalam mengimplementasikan program Public Relations

pada proses komunikasi menurut Cutlip (2006, p 357-358) adalah Capability of

the audiens (kapasitas atau kemampuan audiens) dengan pengertian komunikasi

harus mempertimbangkan kemampuan audiens, komunikasi akan efektif apabila

mudah dipahami. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dan Timonthy A. Judge

kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan (2009, p. 57).

Pada tabel olah data tabulasi silang di atas, diperoleh data dimana

responden dengan usia 17-26 tahun merupakan responden dengan jumlah

terbanyak. Namun beberapa responden dengan usia 17-26 tahun menilai bahwa

sosialisasi SIM online kurang efektif dengan jumlah 3 responden (4,9%). Selain

responden dengan usia 17-26 tahun yang mengatakan bahwa sosialisasi ini kurang

efektif, ditemukan bahwa responden dengan usia 27-36 tahun menilai bahwa

sosialisasi ini kurang efektif dengan jumlah 1 responden (8,3%). Sehingga dapat

dikatakan bahwa responden yang mengatakan bahwa sosialisasi ini dinilai kurang

efektif adalah responden dengan usia 27-36 tahun karena responden tersebut

memiliki persentase yang lebih tinggi.

132 Universitas Kristen Petra

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dengan responden

tersebut mengatakan “sosialisasi program SIM online ini sebenarnya bagus dan

bermutu dalam pemberian informasinya, namun kekurangannya adalah dalam

sosialisasi ini narasumbernya menggunakan bahasa yang menurut saya kurang

sesuai. (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa). Saya mengerti maksudnya agar lebih

mendekatkan diri kepada masyarakat, tapi menurut saya untuk acar yang besar

seperti sosialisasi ini kurang sesuai dan sopan, jadi lebih baik menggunakan

bahasa Indonesia saja yang semua masyarakat pasti akan memahami” (Siska, 33

tahun, 9 Agustus 2016). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Taryati (1995, p.71), sopan santun atau tata karma adalah suatu tata cara atau

aturan yang turun – menurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat,

yang bermanfaat dalam pergaulan dengan orang lain, agar terjalin hubungan yang

akrab, saling pengertian, hormat – menghormati menurut adat yang telah

ditentukan.

133 Universitas Kristen Petra

4.6. Efektivitas Komunikasi Humas dalam Sosialisasi program SIM online

oleh Satlantas Polrestabes Surabaya

Sosialisasi program SIM online merupakan program dari Public Relations

atau Humas Polrestabes Surabaya. Menurut (Soemirat dan Ardianto, 2007, p. 6),

Humas adalah istilah dari Public Relations yang berasal dari kata public yaitu

masyarakat dan relationship adalah hubungan, dengan demikian humas dapat

disebut sebagai “the relations with the public”. Hal ini didukung oleh teori dari

Widjaja (1997, p.53) yang menjelaskan bahwa Humas disebut juga sebagai

Public Relations, dengan ruang lingkup: kegiatan yang menyangkut baik

individu ke dalam maupun individu keluar dan semua kegiatan diselenggarakan

dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing – masing lembaga atau

organisasi. Karena Humas memiliki pengertian yang sama dengan Public

Relations, maka peneliti menggunakan teori – teori Public Relations dalam

penelitian ini.

Dalam sosialisasi program SIM online, Public Relations atau Humas dari

Polrestabes Surabaya telah melakukan aktivitas eksternal dari Public Relations

yaitu mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik (Wasesa dan

Macnamara, 2006, p. 128-129). Selain melakukan aktivitas eksternal Public

Relations, Humas Polrestabes Surabaya telah melakukan definisi teori Public

Relations menurut beberapa pakar yaitu Persuasion Theory (Teori Persuasi) dan

Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Alasan). Menurut Teori Persuasi,

salah satu tujuan utama Public Relations adalah meyakinkan publik – publik

yang menjadi sasaran organisasinya untuk mengadopsi sikap, opini atau perilaku

tertentu. Persuasi bukan hanya mencoba memanfaatkan kepentingan publik

untuk organisasi, melainkan juga memberi alasan kepada orang – orang

mengapa mereka harus mengadopsi sikap, opini, dan perlikau yang diinginkan

komunikator (Ardianto, 2010, p. 117).

Teori persuasi ini didukung oleh Teori tindakan alasan. Dalam teori

tindakan alasan memiliki kontribusi untuk memahami teori persuasi dan

memotivasi manusia yang digambarkan bagaimana tindakan – tindakan

dilakukan dari perilaku yang bertujuan untuk bertindak dalam satu cara daripada

beberapa cara lainnya. Teori ini membantu komunikator dan pemasar untuk

134 Universitas Kristen Petra

memahami perilaku apa yang mendorong orang – orang memutuskan keputusan

mereka (Ardianto, 2010, p. 126). Dalam hal ini, Public Relations atau Humas

Polrestabes memiliki kesesuaian dengan kedua teori di atas karena dalam

menjalankan sosialisasi program SIM online, Humas Polrestabes Surabaya

memberikan informasi, keyakinan dan mengajak masyarakat Surabaya untuk

mengadopsi perilaku yaitu mau menggunakan SIM online.

Setelah dilakukan penelitian mengenai efektivitas komunikasi Humas

dalam “Sosialisasi program SIM online” oleh Satlantas Polrestabes Surabaya,

maka diperoleh hasil sebagai berikut:.

Pada bab sebelumnya, peneliti menjelaskan mengenai 7 prinsip utama

dalam mengimplementsikan program Public Relations melalui unsur 7c pada

proses komunikasi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 7 prisip utama ini

dapat memperkuat penelitian peneliti untuk mengetahui mengenai efektivitas

komunikasi Humas dalam Sosialisasi program SIM online. Berdasarkan pada

diagram di bawah ini, peneliti akan menjelaskan mengenai seluruh hasil 7 prinsip

utama dalam program Public Relations.

Gambar 4.9. Diagram Efektivitas Sosialisasi program SIM online

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

0.96 0.94 0.97 0.95 0.96 0.94 0.98

135 Universitas Kristen Petra

Diagram di atas menunjukkan bahwa komponen pertama sebagai prinsip

utama dalam program Public Relations yaitu credibility (kredibilitas) yang

dimulai dengan iklim rasa saling percaya, memiliki nilai rata – rata sebesar 0,96.

Kepercayaan yang berada dalam masyarakat Surabaya dilihat melalui narasumber

yang memberikan informasi mengenai sosialisasi program SIM online. Dalam hal

ini, narasumber dapat mewakilkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap program

baru dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dapat dilihat apakah masyarakat

mau percaya dengan narasumber yang memberikan informasi terpercaya dalam

sosialisasi sehingga masyarakat juga mau untuk melakukan perpanjangan SIM

dengan cara online.

Berdasarkan pada diagram di atas yang menunjukkan skor nilai rata – rata

dari setiap komponen, diperoleh hasil bahwa komponen kedua yaitu context

(konteks), suatu program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan

dan tersedia konteks untuk partisipasi dan umpan balik, memiliki nilai terendah

dari komponen yang lainnya yaitu rata – rata 0,94 namun masih dalam kategori

efektif. Melihat hasil nilai rata – rata yang masih tergolong tinggi meskipun

tergolong paling rendah dengan yang lainnya, sosialisasi program SIM online

telah memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya mengenai pemahaman

dari perpanjangan SIM dengan cara online sehingga dapat membantu dan

memudahkan masyarakat (terutama masyarakat didaerah) dalam perpanjngan

SIM. Selain itu sosialisasi program SIM online juga dinilai oleh responden sudah

berhasil menjadi saluran komunikasi yang relevan bagi kedua belah pihak, karena

dalam sosialisasi program SIM online masyarakat dapat menyampaikan komentar

dan masukan kepada Satlantas Polrestabes Surabaya.

Berdasarkan diagram di atas, diperoleh hasil dari komponen ketiga yaitu

content (Isi), pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus relevan

dengan situasi dari penerima, memiliki nilai rata – rata nilai tertinggi kedua

sebesar 0,97. Hal ini disebabkan karena informasi – informasi yang sudah

diberikan kepada masyarakat Surabaya dinilai tepat dan sesuai untuk dibagikan

kepada masyarakat Surabaya. Informasi yang dibagikan merupakan informasi

yang jelas dan dengan mudah dapat dipahami oleh masyarakat. Selain itu juga

karena informasi mengenai sosialisasi program SIM online ini dilakukan secara

136 Universitas Kristen Petra

praktis dan serentak di 35 provinsi di Indonesia sehinggal hal itu membantu agar

informasi dapat disebarkan secara merata kepada penduduk Indonesia.

Pada diagaram di atas, komponen keempat yaitu clarity (kejelasan), pesan

yang diberikan dalam istilah yang sederhana sehingga bermakna yang sama

menurut si pengirim dan si penerima, memiliki nilai rata – rata 0,95. Nilai ini

dikarenakan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini benar –

benar merasakan adanya manfaat dari adanya sosialisasi program SIM online

yang diadakan dengan jelas. Didapatkan fakta bahwa dengan adanya informasi

yang diberikan dalam sosialisasi yang membahas mengenai prosedur pembuatan

SIM online dan mengajak masyarakat untuk mau menggunakan SIM online dapat

membuat masyarakat merasa bahwa program ini merupakan program yang

bermanfaat karena program ini memiliki kejelasan yang terlihat dari tujuan yang

ingin dicapai yaitu membantu masyarakat untuk mencari tahu mengenai cara

termudah dan praktis dalam perpanjangan SIM. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kejelasan dalam informasi mengenai sosialisasi program

SIM online menjadi faktor tingginya skor nilai rata – rata pada komponen ini.

Berdasarkan pada diagram di atas, komponen kelima yaitu continuity and

consistency (kontinuitas dan konsistensi), komunikasi adalah proses tanpa akhir,

memiliki nilai rata – rata 0,96. Melihat hasil rata – rata yang tinggi, menurut hasil

olahan data yang peneliti dapatkan dari responden, sosialisasi program SIM online

memiliki informasi yang konsisten. Informasi ini tidak berubah-ubah dan

informasi ini disebarkan secara serentak pada 35 provinsi di Indonesia. Apabila

terdapat masyarakat yang tidak dapat mengikuti acara sosialisasi secara langsung,

informasi dapat tetap dilanjutkan kepada masyarakat yang lainnya melalui media

yang telah disediakan dalam sosialisasi. Sehingga dapat diartikan bahwa informasi

dalam sosialisasi ini dapat dilanjutkan dan konsisten.

Berdasarkan pada diagram di atas, diperoleh hasil dari komponen keenam

yaitu channel (saluran), saluran komunikasi (alat komunikasi) yang sudah ada

harus digunakan dan dihormati, memiliki nilai rata – rata terendah kedua setelah

komponen context dengan nilai rata – rata yang sama yaitu 0,94 namun masih

dalam kategori efektif. Hal ini disebabkan karena responden berpendapat bahwa

saluran atau media yang digunakan dalam sosialisasi program SIM online tidak

137 Universitas Kristen Petra

terurus. Menurut responden, media cetak yang digunakan dalam sosialisasi

program SIM online telah sesuai. Namun media sosial yang digunakan seperti

twitter dan facebook tidak terlalu sesuai karena media sosial yang digunakan

dalam sosialisasi ini kurang membahas informasi mengenai SIM online. Terlalu

banyak informasi yang dibahas sehingga membuat masyarakat tidak dapat fokus

dan mudah untuk mencari informasi mengenai SIM online. Selain itu juga

dikarenakan terdapat beberapa masyarakat yang tidak menggunakan twitter

maupun facebook. Sehingga masyarakat menilai bahwa pemilihan media yang

digunakan kurang sesuai.

Hal ini bertentangan dengan penjelasan menurut Darmastuti (2007, p.145)

yang menjelaskan bahwa E-PR merupakan cara yang dilakukan oleh Public

Relations untuk menjalin hubungan dengan khalayaknya dengan menggunakan

internet. E-PR adalah penerapan dari perangkat ICT (Information and

communications technologies). Menurut Rachmat Kriyantono (2008, p. 333)

penggunaan internet untuk menunjang kegiatan Public Relations yang dikenal

dengan istilah Public Relations on the net atau electronic Public Relations (E-PR)

atau PR online. Internet merupakan bagian perkembangan dari kegiatan Public

Relations untuk menjalin hubungan dengan para publik. Namun berdasarkan hasil

yang ditemukan bahwa beberapa responden merasakan hal yang sebaliknya.

Beberapa responden menilai bahwa sosialisasi yang dilakukan melalui internet

tidak efektif karena tidak semua orang menggunakan internet. Meskipun saat ini

internet sudah tidak asing bagi masyarakat, namun ternyata masih ada masyarakat

yang tidak menggunakan internet yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti usia atau keterbelakangan dalam menggunakan internet.

Pada diagram di atas, komponen ketujuh yaitu capability of the audiens

(kapasitas atau kemampuan audiens), komunikasi harus mempertimbangkan

kemampuan audiens sehingga mudah dipahami oleh audiens memiliki, nilai rata –

rata paling tinggi dibandingkan dengan komponen yang lainnya yaitu 0,98. Nilai

yang besar ini dikarenakan responden dalam penelitian ini merasa bahwa

sosialisasi program SIM online merupakan program yang memberikan informasi

yang melihat dari latar belakang penerima informasi. Hal ini dapat dilihat melalui

narasumber dalam sosialisasi ini merupakan narasumber yang menggunakaan

138 Universitas Kristen Petra

bahasa yang sopan yang menyesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat.

Hasil dari penelitian ni menunjukkan bahwa informasi yang diberikan oleh

narasumber dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.

Dalam hal ini, sosialisasi program SIM online dapat dinilai sebagai

sosialisasi program yang efektif karena dalam sosialisasi ini masyarakat dapat

menangkap dan memahami informasi atau pesan dan tujuan yang ingin dicapai

dalam sosialisasi ini. Sehingga hal ini sesuai dengan pengertian mengenai

komunikasi efektif menurut Mulyana, (2000, p.22) komunikasi dikatakan efektif

bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudnya. Komunikasi dikatakan

efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan pengirim atau

sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh

penerima. Sosialisasi ini dapat juga dikatakan efektif, hal ini dapat dilihat dari

angka kumulatif yang berada > 0,5. Selain itu juga karena rata – rata yang

didapatkan dari setiap komponen berada dalam kategori yang tinggi yaitu semua

komponen 7c dalam program Public Relations memiliki rata – rata di atas 0,90%.

Oleh karena itu, sosialisasi program SIM online merupakan sosialisasi yang

dinilai sebagai sosialisasi yang efektif oleh masyarakat Surabaya.