4. analisa dan hasil 4.1. gambaran umum objek penelitian · 2018. 6. 29. · universitas kristen...

32
Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah merek smartphone buatan Indonesia, antara lain Nexian, Evercoss, Advan, Smartfren, Mito, dan Polytron. 1. Nexian Nexian berdiri pada November 2006. Merek lokal ini awalnya dimiliki oleh PT. Metrotech Jaya Komunika dan kemudian diakuisisi oleh Selular Group. Pada tahun 2011, Nexian kembali diakuisisi oleh grup perusahaan asal Singapura, yaitu Si2i, yang ingin memperkuat keunggulan kompetitif di Indonesia melalui merek lokal. Gambar 4.1. Logo Nexian Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Nexian adalah sebagai berikut : § Product of the Year 2011 - Nexian She (NX-G788). § Golden Ring Award 2011 - Most Favourite Local Brand and Best Innovative Local Brand. § Word of Mouth Marketing (WOMM) Award 2011 - Best Local Brand. § Seluler Award 2010 - The Best Local Brand and the Best Favourite Music Concept. § Golden Ring Award 2010 - The Best Local Brand 2010. § Golden Ring Award 2009 - The Most Favourite Local Brand. 2. Evercoss Evercoss adalah merek yang sebelumnya bernama Cross Mobile Phone. Perubahan nama ini bertujuan agar smartphone yang diproduksi dapat dipasarkan di seluruh wilayah Indonesia hingga ke taraf internasional khususnya kawasan Asia Tenggara. Pemilik merek Evercoss adalah PT. Aries Indo Global. Pabrik

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

48

4. ANALISA DAN HASIL

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah merek smartphone buatan Indonesia,

antara lain Nexian, Evercoss, Advan, Smartfren, Mito, dan Polytron.

1. Nexian

Nexian berdiri pada November 2006. Merek lokal ini awalnya dimiliki

oleh PT. Metrotech Jaya Komunika dan kemudian diakuisisi oleh Selular Group.

Pada tahun 2011, Nexian kembali diakuisisi oleh grup perusahaan asal Singapura,

yaitu Si2i, yang ingin memperkuat keunggulan kompetitif di Indonesia melalui

merek lokal.

Gambar 4.1. Logo Nexian

Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Nexian adalah sebagai

berikut :

§ Product of the Year 2011 - Nexian She (NX-G788).

§ Golden Ring Award 2011 - Most Favourite Local Brand and Best

Innovative Local Brand.

§ Word of Mouth Marketing (WOMM) Award 2011 - Best Local Brand.

§ Seluler Award 2010 - The Best Local Brand and the Best Favourite Music

Concept.

§ Golden Ring Award 2010 - The Best Local Brand 2010.

§ Golden Ring Award 2009 - The Most Favourite Local Brand.

2. Evercoss

Evercoss adalah merek yang sebelumnya bernama Cross Mobile Phone.

Perubahan nama ini bertujuan agar smartphone yang diproduksi dapat dipasarkan

di seluruh wilayah Indonesia hingga ke taraf internasional khususnya kawasan

Asia Tenggara. Pemilik merek Evercoss adalah PT. Aries Indo Global. Pabrik

Page 2: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

49

Evercoss berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Evercoss memiliki visi yaitu

memperkaya hidup melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi yang

bermanfaat.

Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Evercoss adalah sebagai

berikut :

§ “The Best Local Tablet” - Indonesia Cellular Awards 2015.

§ “Most Valuable Smartphone” - Selular Awards 2015.

§ “Bronze Winner in Feature Phone Category” – Indonesia Wow Brand

2015.

Gambar 4.2. Logo Evercoss

3. Advan

Pada November 2007, Advan didirikan di Jakarta dengan nama PT.

Indocomtech. Pabrik Advan berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Selain

smartphone, Advan juga meghasilkan produk lain yaitu TV Plasma, Notebook,

Deskbook, Tablet PC, dan aksesoris digital seperti speaker, USB, Flash Disk,

Mp3, Mp4, UPS, dan sebagainya. Visi dari Advan adalah menjadi perusahaan

teknologi informasi Indonesia dengan merek dan produk terdepan.

Pada tahun 2015, smartphone Advan mendapatkan market share sebesar

9,6% yang merupakan urutan keempat penjualan smartphone di Indonesia.

Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Advan adalah sebagai berikut :

§ 2014 - Editor's Choice Tabloid Pulsa.

§ 2014 - Market Leader & Trend penjualan Tablet PC di Indonesia IDC

Quartal 2.

§ 2013 - “The Most Favourite Brand” Indonesia Netizen Brand Champion

dari majalah Marketeers.

§ 2012 - Majalah SWA WOM.

§ 2012 - Best Technical Support dari Tabloid Sinyal Awards.

§ 2011 - Tablet Terinovatif dari PC Plus Awards.

§ 2011 - Tablet Terlengkap dari PC Plus Awards.

Page 3: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

50

§ 2011 - Fantastic Gadget Tabloid Teleplus.

§ 2010 - 1st Indonesia Brand kategori Notebook (IDC survey Q2,Q3).

Gambar 4.3. Logo Advan

4. Smartfren

PT. Smartfren Telecom, Tbk (Smartfren) awalnya bernama PT. Mobile-8

Telecom, Tbk (Mobile-8) sebelum bulan April 2011. Perusahaan ini awalnya

dimiliki oleh PT. Global Mediacom, Tbk. Namun akibat krisis finansial dan

penurunan penjualan produk, maka perusahaan ini diakuisisi oleh Sinar Mas

Group pada bulan November 2011.

PT Smartfren Telecom Tbk merupakan salah satu perusahaan penyedia

layanan telekomunikasi terdepan di Indonesia untuk segmen ritel dan

korporat. Smartfren mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 2011. Pada tahun

2015 Smartfren berinovasi dengan meluncurkan layanan 4G LTE Advanced

pertama di Indonesia sekaligus menjadi operator 4G terdepan yang memiliki

jangkauan 4G LTE terluas di Indonesia saat ini.

Di awal tahun 2016, Smartfren kembali mencetak sejarah sebagai

perusahaan telekomunikasi pertama di Indonesia yang menyediakan layanan

Voice over LTE (VoLTE secara komersial). Serta menjadi perusahaan

komunikasi yang memiliki jaringan 4G LTE Advanced terluas di Indonesia. Visi

dari Smartfren adalah menjadi operator telekomunikasi terdepan yang mampu

memberikan layanan telekomunikasi terbaik bagi seluruh pelanggan, melakukan

inovasi dan memberikan kualitas pelayanan dengan harga yang terjangkau untuk

masyarakat Indonesia.

Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Smartfren adalah sebagai

berikut :

§ 2015 - Operator Selular Terbaik “The Best 4G Service Provider” dalam

Golden Rind Award 2015.

§ 2012 - “The Best Buy Phone” pada Indonesia Cellular Award 2012.

Page 4: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

51

§ 2012 - “The Best CDMA Phone” pada Indonesia Cellular Award 2012.

§ 2012 - “The Best Operator CDMA” pada Indonesia Cellular Award 2012.

§ 2011 - Penghargaan “Call Center Service Excellence Award 2011”.

§ 2011 - Top Brand Award 2011 dalam kategori Internet Service Provider

Mobile.

§ 2010 - Penghargaan Broadband Award untuk kategori Best CDMA

Broadband Operator.

§ 2010 - Gadget Award untuk kategori Best Internet Service Provider.

Gambar 4.4. Logo Smartfren

5. Mito

Mito Mobile merupakan vendor lokal yang berdiri pada tahun 2006

dengan nama perusahaan PT. Maju Express Indonesia. Pabrik Mito berlokasi di

Tangerang, Jawa Barat. Pada tahun 2015, Mito bekerja sama dengan Google

dalam mengembangkan Android One. Smartphone murah yang membidik segmen

pengguna dinegara berkembang ini diberi nama Mito Impact Android One.

Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Smartfren adalah sebagai

berikut :

§ 2014 - “Best Camera Phone for Local Brand” pada Golden Ring Award

2014.

§ 2014 – “The Most Innovative Smartphone for Local Brand” pada Golden

Ring Award 2014.

Gambar 4.5. Logo Mito

Page 5: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

52

6. Polytron

Polytron adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang elektronik.

Polytron didirikan pada 18 September 1975 di Kudus dengan nama PT.

Indonesian Electronic & Engineering, yang kemudian berubah nama menjadi PT.

Hartono Istana Electronic, lalu merger dan menjadi PT. Hartono Istana Teknologi.

Visi Polytron adalah berkomitmen untuk meraih dan menjaga prestasi terbaik,

untuk membuat dan memasarkan produk elektronik berteknologi tinggi dan

canggih dengan desain yang bercita rasa seni tinggi serta kualitas performa yang

luar biasa untuk memuaskan kosumen setianya.

Polytron mulai memasuki pasar telepon seluler sejak tahun 2013. Untuk

memperbesar penggunaan material lokal dalam smartphone buatannya, Polytron

mengembangkan Operating System Fira sebagai pengganti Android yang selama

ini dipakai.

Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Smartfren adalah sebagai

berikut :

§ 2016 - Penghargaan “Best Local Smartphone with Premium Design dari

Tabloid Pulsa Editor’s Choice.

§ 2014 – “The Most Valuable Smartphone” pada Golden Ring Award 2014.

Gambar 4.6. Logo Polytron

4.2. Gambaran Umum Responden

Penelitian dilakukan terhadap pengguna smartphone buatan Indonesia

dengan merek Nexian, Evercoss, Advan, Smartfren, Mito, Polytron. Peneliti

menyebar kuesioner kepada pengunjung dan penjaga toko di beberapa pusat

perbelanjaan dengan segmen menengah ke bawah, area perkantoran, dan tempat

makan di Surabaya. Sebanyak 217 kuesioner berhasil didapatkan dan setelah di

screening, sebanyak 200 kuesioner memenuhi syarat dan dapat digunakan dalam

penelitian ini. Data mengenai profil responden akan dipaparkan berdasarkan usia,

Page 6: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

53

merek smartphone yang digunakan, jenis kelamin, dan penghasilan per bulan.

Selanjutnya, akan dipaparkan hasil survei terhadap perilaku responden mengenai

merek smartphone yang masih ingin digunakan di masa depan, pengetahuan

tentang asal smartphone yang mereka gunakan, dan kesediaan membeli jika ada

smartphone buatan Indonesia.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4.1. Distribusi Usia Responden

No Usia Jumlah Persentase (%)

1 17-24 tahun 113 56,50% 2 25-35 tahun 62 31,00% 3 36-50 tahun 21 10,50% 4 51-60 tahun 4 2,00%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.1 mengenai distribusi usia responden, diketahui

bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berumur 17-24 tahun, yaitu

sebanyak 56,50%. Kemudian diikuti responden berumur 25-35 tahun sebanyak

31,00%, reponden berumur 36-50 tahun sebanyak 10,50%, dan responden

berumur 51-60 sebanyak 2,00%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa

smartphone buatan Indonesia ini dapat diterima oleh kalangan rentang usia 17-60

tahun dengan pengguna terbanyak adalah anak muda dengan rentang usia 17-24

tahun. Umumnya responden pada usia 17-24 tahun menggunakan smartphone

untuk bermain game, social media, dan internet. Responden pada usia 17-24

memiliki kecenderungan aktif menggunakan internet, hal ini ditunjukkan melalui

survei oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dimana

berdasarkan usia pengguna, mayoritas pengguna internet di Indonesia adalah

berusia 18-25 tahun dengan persentase sebesar 49,00%. Artinya, segmen

pengguna internet terbesar di Indonesia adalah termasuk kategori digital natives.

Digital natives merupakan generasi yang terlahir setelah tahun 1980. Sedangkan

Page 7: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

54

pengguna internet yang berusia 26-35 tahun mencapai 33,80%, disusul dengan

usia 35-45 tahun sebanyak 14,60%, dan sisanya diatas usia 45 tahun.

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Merek Smartphone yang

Digunakan

Karakteristik responden berdasarkan merek smartphone yang digunakan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Merek Smartphone yang Digunakan oleh Responden

No Merek Smartphone yang Digunakan Jumlah Persentase (%)

1 Nexian 27 13,50% 2 Evercoss 36 18,00% 3 Advan 34 17,00% 4 Smartfren 46 23,00% 5 Mito 30 15,00% 6 Polytron 27 13,50%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.2 mengenai distribusi merek smartphone yang

digunakan oleh responden, diketahui bahwa merek yang paling banyak digunakan

respoden dalam penelitian ini adalah Smartfren sebanyak 23,00%, kemudian

diikuti Evercoss dengan persentase 18,00%, Advan sebanyak 17%, Mito sebanyak

15%, Mito dan Polytron masing-masing sebanyak 13,50%. Dari data tersebut

dapat dilihat bahwa Smartfren merupakan merek smartphone yang paling banyak

digunakan, karena Smartfren merupakan merek yang sudah lama dibandingkan

merek lainnya dan merek Smartfren ini memiliki reputasi yang baik melalui

ponsel CDMA-nya yang unggul pada saat itu sehingga merek Smartfren ini

melekat di benak konsumen.

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Page 8: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

55

Tabel 4.3. Distribusi Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Pria 118 59,00% 2 Wanita 82 41,00%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.3 mengenai distribusi jenis kelamin responden,

diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah pria dengan

persentase sebesar 59,00%, kemudian diikuti dengan responden wanita dengan

persentase sebesar 41,00%. Hal ini disebabkan pada saat penyebaran kuesioner,

peneliti lebih mudah menemukan responden pria. Jumlah persentase yang relatif

sama ini menunjukkan bahwa smartphone merek lokal Indonesia dapat diterima

baik oleh pria maupun wanita.

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Karakteristik responden berdasarkan penghasilan per bulan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Penghasilan Per Bulan Responden

No Penghasilan per bulan Jumlah Persentase (%)

1 ≤ Rp. 3.000.000,- 113 56,50% 2 Rp. 3.000.001 s/d Rp. 5.000.000,- 80 40,00% 3 Rp. 5.000.001 s/d Rp. 10.000.000,- 6 3,00% 4 ≥ Rp. 10.000.000,- 1 0,50%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.4 mengenai penghasilan per bulan responden,

diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki penghasilan

per bulan kurang dari Rp. 3.000.000,- yaitu sebanyak 56,50%. Hal ini

menggambarkan bahwa mayoritas konsumen yang membeli smartphone buatan

Indonesia adalah segmen menengah ke bawah. Harga smartphone buatan

Page 9: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

56

Indonesia sangat terjangkau sekitar Rp. 2.000,000,- s/d 3.000.000,- paling mahal,

tentu sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Hal ini sesuai dengan penghasilan

masyarakat Indonesia yang mayoritas memiliki pendapatan rata-rata kurang lebih

sebesar US$ 3.346,5 per tahun atau sekitar Rp. 4.000.000,- per bulan.

4.2.5. Perilaku Responden Berdasarkan Merek Smartphone yang Masih

Ingin Digunakan di Masa Mendatang

Perilaku responden berdasarkan merek smartphone yang masih ingin

digunakan di masa mendatang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Merek Smartphone

yang Masih Ingin Digunakan di Masa Mendatang

No Merek Smartphone yang Masih Ingin Digunakan Jumlah Persentase (%)

1 Nexian 3 1,50% 2 Evercoss 41 20,50% 3 Advan 52 26,00% 4 Smartfren 71 35,50% 5 Mito 9 4,50% 6 Polytron 24 12,00%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.5 mengenai perilaku responden berdasarkan merek

smartphone yang masih ingin digunakan di masa mendatang, diketahui bahwa

pesentase responden yang masih ingin menggunakan Smartfren adalah yang

terbesar, yaitu sebanyak 35,50%. Kemudian diikuti dengan responden yang ingin

menggunakan smartphone Advan sebanyak 26,00%, Evercoss sebanyak 20,50%,

Polytron sebanyak 12,00%, Mito sebanyak 4,50%, dan Nexian sebanyak 1,50%.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen masih menyukai

smartphone dengan merek Smartfren.

Page 10: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

57

4.2.6. Perilaku Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Asal Merek

Perilaku responden berdasarkan pengetahuan mengenai asal merek

smartphone yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Pengetahuan

Mengenai Asal Merek

No Asal Merek Jumlah Persentase (%)

1 Amerika 5 2,50% 2 Taiwan 10 5,00% 3 Korea 7 3,50% 4 Indonesia 74 37,00% 5 Cina 101 50,50% 6 Lainnya 3 1,50%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.6 mengenai pengetahuan responden mengenai asal

merek smartphone Nexian / Evercoss / Advan / Smartfren / Mito / Polytron yang

mereka gunakan, hanya 37,00% yang mengetahui bahwa Indonesia adalah negara

asalnya. Sementara sisanya tidak mengetahui bahwa Indonesia adalah negara asal

dari merek-merek ini. Di antaranya sebanyak 50,50% responden mengatakan

bahwa merek-merek ini berasal dari Cina. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya

brand awareness masyarakat terhadap merek-merek smartphone buatan

Indonesia.

4.2.7. Perilaku Responden Berdasarkan Kesediaan Membeli Smartphone

Buatan Indonesia

Perilaku responden berdasarkan kesediaan membeli smartphone buatan

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 11: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

58

Tabel 4.7. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Kesediaan Membeli

Smartphone Buatan Indonesia

No Kesediaan Membeli Jumlah Persentase (%)

1 Bersedia 130 65,00% 2 Tidak Bersedia 70 35,00%

TOTAL 200 100% Sumber : Data diolah (2017)

Dari Tabel 4.7 mengenai kesediaan responden untuk membeli smartphone

buatan Indonesia, dapat dilihat bahwa 65,00% responden bersedia membeli

smartphone buatan Indonesia, dan sisanya 35,00% responden tidak bersedia

membeli smartphone buatan Indonesia. Rata-rata responden yang bersedia

membeli smartphone buatan Indonesia karena smartphone buatan Indonesia

harganya terjangkau, responden cinta akan produk lokal Indonesia, dan mereka

bersedia apabila kualitas dan fiturnya setara dengan merek luar negeri.

Selanjutnya, rata-rata responden yang tidak bersedia membeli smartphone buatan

Indonesia karena kualitasnya dan performanya kurang baik, ada smartphone

dengan merek luar negeri yang menawarkan harga yang jauh tidak berbeda

dengan smartphone buatan Indonesia, tidak inovatif (model, fitur, dan lainnya

meniru produk smartphone buatan luar negeri).

4.3. Analisa Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu

Brand Innovativeness (BI), Perceived Quality (PQ), Brand Awareness (BA), dan

Brand Loyalty (BL). Kuesioner yang digunakan terdiri dari 16 pernyataan dengan

rincian 3 pernyataan untuk pengukuran variabel brand innovativeness, 7

pernyataan untuk pengukuran variabel perceived quality, 3 pernyataaan untuk

pengukuran variabel brand awareness, dan 3 pernyataan untuk pengukuran

variabel brand loyalty. Dalam pengukuran, digunakan skala likert dengan rentang

satu (1) sampai lima (5). STS (Sangat Tidak Setuju) dengan nilai satu (1), TS

(Tidak Setuju) dengan nilai dua (2), N (Netral) dengan nilai tiga (3), S (Setuju)

dengan nilai empat (4), SS (Sangat Setuju) dengan nilai lima (5). Responden

Page 12: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

59

diminta untuk memberikan penilaian pada pernyataan-pernyataan terhadap

kesesuaian dengan kondisi yang terjadi. Deskripsi jawaban responden pada

masing-masing variabel penelitian akan dipaparkan berdasarkan nilai rata-rata

(mean). Kategorisasi nilai mean yang digunakan yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.8. Kategorisasi Mean Jawaban Responden

Mean Kategori

1,00 - 1,80 Sangat Rendah

1,81 - 2,60 Rendah

2,61 - 3,40 Cukup

3,41 - 4,20 Tinggi

4,21 - 5,00 Sangat Tinggi Sumber : Durianto, Sugiarto, & Sitinjak (2001)

4.3.1. Analisa Statistik Deskriptif Variabel Brand Innovativeness

Variabel brand innovativeness (BI) diukur dengan tiga indikator yang

setiap indikatornya memiliki nilai berbeda. Berikut adalah data tanggapan

responden dan indeks persepsi responden terhadap brand innovativeness.

Tabel 4.9. Indeks Persepsi Responden terhadap Variabel Brand

Innovativeness

No Pernyataan BTB TTB Mean SD

BI1 Merek smartphone lokal Indonesia inovatif (sering meluncurkan produk dan ide-ide baru)

23,50% 41,00% 3,215 0,982

BI2 Merek smartphone lokal Indonesia menggunakan teknologi tercanggih 24,50% 33,50% 3,105 1,034

BI3 Merek lokal Indonesia memperkenalkan produk smartphone yang berbeda dari pesaingnya

28,00% 31,50% 3,080 1,014

Average 3,133 1,010 Sumber : Data diolah (2017)

Page 13: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

60

BTB (Bottom Two Boxes) merupakan besaran persentase dua nilai

terbawah yang ditunjukkan melalui jumlah responden yang memilih nilai satu (1)

untuk STS (Sangat Tidak Setuju) dan nilai dua (2) untuk TS (Tidak Setuju).

Sedangkan TTB (Top Two Boxes) merupakan besaran persentase dua nilai teratas

yang ditunjukkan melalui jumlah responden yang memilih nilai empat (4) untuk S

(Setuju) dan nilai lima (5) untuk SS (Sangat Setuju). N (Netral) merupakan

besaran persentase yang memilih nilai tiga (3) untuk N (Netral).

Berdasarkan Tabel 4.9 mengenai indeks persepsi responden terhadap

variabel brand innovativeness, diketahui rata-rata nilai mean dari variabel brand

innovativeness adalah 3,133. Nilai mean ini menunjukkan bahwa responden

memiliki gambaran yang atau kesan yang kurang baik mengenai merek

smartphone buatan Indonesia, terbukti dari kategorisasi mean berdasarkan

Durianto et al., (2001), bahwa nilai mean 2,61 - 3,40 tergolong dalam kategori

cukup.

Indikator yang memberikan kontribusi terbesar pada variabel brand

innovativeness ini adalah BI1 yang memiliki nilai mean sebesar 3,215, yang

kemudian diikuti dengan BI2 dengan nilai mean sebesar 3,105. Sedangkan

indikator yang memberikan kontribusi terendah pada variabel brand

innovativeness adalah BI3 dengan nilai mean sebesar 3,080. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa kesan pengguna smartphone buatan Indonesia terhadap

kemampuan merek smartphone lokal Indonesia dalam berinovasi, kecanggihan

teknologi yang dimiliki merek smartphone lokal Indonesia, kemampuan merek

lokal Indonesia dalam menghasilkan smartphone yang berbeda (diferensiasi) dari

pesaingnya masih kurang baik. Hal-hal ini membuat kesan pengguna smartphone

terhadap brand innovativeness merek smartphone lokal Indonesia menjadi kurang

baik.

4.3.2. Analisa Statistik Deskriptif Variabel Perceived Quality

Variabel perceived quality (PQ) diukur dengan tujuh indikator yang setiap

indikatornya memiliki nilai berbeda. Berikut ini adalah data tanggapan responden

dan indeks persepsi responden terhadap variabel perceived quality.

Page 14: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

61

Tabel 4.10. Indeks Persepsi Responden terhadap Variabel Perceived Quality

No Pernyataan BTB TTB Mean SD

PQ1 Performa smartphone merek buatan Indonesia baik 21,00% 42,50% 3,225 1,005

PQ2 Smartphone merek buatan Indonesia memiliki fitur yang lengkap 18,50% 42,00% 3,290 0,965

PQ3 Smartphone merek buatan Indonesia sesuai dengan spesifikasinya 14,50% 49,50% 3,405 0,892

PQ4 Smartphone merek buatan Indonesia kinerjanya konsisten 24,00% 36,50% 3,190 0,943

PQ5 Smartphone merek buatan Indonesia tahan lama 38,50% 23,50% 2,860 1,085

PQ6 Smartphone merek buatan Indonesia mudah perbaikannya 13,50% 52,50% 3,495 1,032

PQ7 Smartphone merek buatan Indonesia berkualitas 26,00% 26,50% 3,015 1,005

Average 3,123 1,041 Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.10 mengenai indeks persepsi responden terhadap

variabel perceived quality, diketahui rata-rata nilai mean dari variabel perceived

quality adalah 3,123. Nilai mean yang rendah ini menunjukkan bahwa persepsi

pengguna smartphone terhadap keseluruhan kualitas dan keunggulan suatu

produk smartphone buatan Indonesia masih kurang baik. Indikator dengan nilai

mean terbesar adalah PQ6 dengan nilai mean sebesar 3,495 tergolong dalam

kategorisasi tinggi, dengan kata lain responden menilai bahwa smartphone merek

buatan Indonesia mudah perbaikannya, ditunjukkan dengan adanya beberapa

service centre yang tersebar di beberapa wilayah. Dari beberapa indikator

perceived quality, indikator PQ5 (nilai mean = 2,860) memiliki nilai mean yang

paling rendah dibandingkan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa

responden menilai bahwa smartphone merek buatan Indonesia tidak tahan lama

atau dapat dikatakan mudah rusak. Penilaian ini memberikan pengaruh terbesar

pada kurang baiknya persepsi pengguna smartphone terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk smartphone buatan Indonesia.

Page 15: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

62

4.3.3. Analisa Statistik Deskriptif Variabel Brand Awareness

Variabel brand awareness (BA) diukur dengan tiga indikator yang setiap

indikatornya memiliki nilai berbeda. Berikut ini adalah data tanggapan responden

dan indeks persepsi responden terhadap variabel brand awareness.

Tabel 4.11. Indeks Persepsi Responden terhadap Variabel Brand Awareness

No Pernyataan BTB TTB Mean SD

BA1 Nama merek smartphone buatan Indonesia mudah dikenal 21,50% 43,50% 3,265 1,010

BA2 Logo merek smartphone buatan Indonesia mudah dikenal 24,50% 43,50% 3,235 1,061

BA3

Merek Nexian / Evercoss / Advan / Smartfren / Mito / Polytron saya ingat pertama kali dibandingkan merek lainnya dalam kategori produk smartphone

40,00% 33,00% 2,955 1,175

Average 3,152 1,082 Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.11 mengenai indeks persepsi responden terhadap

variabel brand awareness, diketahui bahwa rata-rata nilai mean dari variabel

brand awareness adalah 3,152. Indikator BA1 memiliki nilai mean tertinggi

dengan nilai mean sebesar 3,265. Sedangkan indikator yang memiliki nilai mean

terendah adalah indikator BA3 dengan nilai mean sebesar 2,955. Nilai mean yang

rendah ini menunjukkan bahwa mayoritas pengguna smartphone yang menjadi

responden pada penelitian ini tidak mampu mengenali atau mengingat kembali

merek smartphone buatan Indonesia. Hal ini terjadi karena mayoritas responden

tidak tahu bahwa merek smartphone yang mereka gunakan adalah buatan

Indonesia. Ditunjukkan pada Tabel 4.6 bahwa hanya 37,00% responden yang

mengetahui bahwa merek smartphone yang mereka gunakan adalah buatan

Indonesia, sedangkan mayoritas sebanyak 50,50% responden menganggap merek

smartphone yang mereka gunakan adalah buatan Cina, dan sisanya menganggap

buatan negara lain.

Page 16: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

63

4.3.4. Analisa Statistik Deskriptif Variabel Brand Loyalty

Variabel brand loyalty (BL) diukur dengan tiga indikator yang setiap

indikatornya memiliki nilai berbeda. Berikut ini adalah data tanggapan responden

dan indeks persepsi responden terhadap variabel brand loyalty.

Tabel 4.12. Indeks Persepsi Responden terhadap Variabel Brand Loyalty

No Pernyataan BTB TTB Mean SD

BL1 Saya ingin membeli kembali smartphone merek buatan Indonesia 21,50% 36,00% 3,170 0,962

BL2 Saya merekomendasikan smartphone merek buatan Indonesia pada orang lain 23,50% 37,00% 3,155 1,061

BL3 Saya berani membayar lebih untuk smartphone buatan Indonesia dibandingkan merek lainnya

40,50% 19,50% 2,750 1,041

Average 3,025 1,021 Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.12 mengenai indeks persepsi responden terhadap

variabel brand loyalty, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai mean dari variabel

brand loyalty adalah 3,025. Nilai mean tersebut termasuk dalam kategori cukup,

menunjukkan bahwa kurangnya loyalitas pengguna smartphone terhadap merek

smartphone buatan Indonesia. Indikator yang memiliki nilai mean terbesar adalah

BL1 dengan nilai mean sebesar 3,170, diikuti dengan BL2 dengan nilai mean

sebesar 3,155, dan BL3 dengan nilai mean yang paling rendah sebesar 2,750.

Dapat dilihat bahwa pengguna smartphone tidak ingin membayar lebih

smartphone buatan Indonesia dibandingkan dengan merek lainnya, hal ini

dikarenakan pengguna smartphone lebih tertarik untuk membeli smartphone

merek luar negeri.

4.4. Analisa Structural Equation Modeling (SEM) dengan Partial Least

Square (PLS)

4.4.1. Evaluasi Outer Model

Outer model merupakan suatu model pengukuran yang digunakan untuk

menilai validitas dan realibilitas model. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui

Page 17: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

64

kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur.

Sedangkan uji realibilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam

mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi

responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner atau instrumen

penelitian (Jogiyanto & Abdillah, 2009).

4.4.1.1.Uji Validitas

Terdapat dua jenis pengujian validitas pada PLS, yaitu validitas konvergen

dan validitas diskriminan.

a. Validitas Konvergen

Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur dari

suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas konvergen dinilai

berdasarkan pada loading factor dan nilai average variance extracted (AVE).

Menurut Hair et al., (2010), loading factor > 0,5 dianggap signifikan

secara praktikal. Nilai loading factor dari masing-masing indikator dari setiap

variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.13. Nilai Outer Loadings (Measurement Model)

BA BI BL PQ

BA.1 0,854 BA.2 0,883 BA.3 0,772 BI.1 0,832 BI.2 0,847 BI.3 0,877 BL.1 0,904 BL.2 0,880 BL.3 0,860 PQ.1 0,813 PQ.2 0,811 PQ.3 0,834 PQ.4 0,836 PQ.5 0,725 PQ.6 0,649 PQ.7 0,804

Sumber : Data diolah (2017)

Page 18: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

65

Berdasarkan nilai outer loadings pada Tabel 4.13, dapat dilihat bahwa

semua nilai loading factor indikator dari setiap variabel lebih besar dari 0,5

sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator pada variabel penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini valid.

Nilai loading factor tertinggi dari variabel brand innovativeness terdapat

pada indikator BI3, yaitu merek lokal Indonesia memperkenalkan produk

smartphone yang berbeda dari pesaingnya, dengan nilai sebesar 0,877, sehingga

dapat dikatakan bahwa indikator BI3 ini memiliki validitas tertinggi. Hal ini

berarti bahwa BI3 merupakan indikator yang paling dapat menggambarkan atau

membentuk variabel brand innovativeness. Untuk membentuk brand

innovativeness yang baik, kesan terhadap kemampuan merek smartphone buatan

Indonesia dalam memperkenalkan produk smartphone yang berbeda dari

pesaingnya merupakan hal yang paling penting untuk dibangun. Nilai mean yang

dimiliki oleh indikator BI3 ini adalah sebesar 3,080, menunjukkan bahwa

indikator ini belum optimal. Oleh karena itu, kesan terhadap diferensiasi produk

smartphone dengan merek buatan Indonesia harus ditingkatkan agar brand

innovativeness dapat meningkat.

Nilai loading factor tertinggi dari variabel perceived quality terdapat pada

indikator PQ4, yaitu penilaian konsumen terhadap konsistensi kinerja smartphone

merek buatan Indonesia, dengan nilai sebesar 0,836, sehingga dapat dikatakan

bahwa indikator ini memiliki validitas tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa PQ4

adalah indikator yang paling menggambarkan atau membentuk variabel perceived

quality. Untuk dapat membentuk perceived quality yang lebih baik, penilaian

konsumen terhadap konsistensi kinerja smartphone merek buatan Indonesia

merupakan hal yang paling penting untuk dibangun. Akan tetapi, rendahnya nilai

mean yang dimiliki oleh indikator PQ4 ini, yaitu sebesar 3,190, menunjukkan

bahwa indikator ini belum optimal. Oleh karena itu, penilaian konsumen terhadap

konsistensi kinerja smartphone merek buatan Indonesia harus ditingkatkan agar

perceived quality dapat meningkat.

Nilai loading factor tertinggi dari variabel brand awareness terdapat pada

indikator BA2, yaitu kemampuan konsumen untuk mengenali logo merek

smartphone buatan Indonesia, dengan nilai sebesar 0,883, sehingga dapat

Page 19: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

66

dikatakan bahwa indikator ini memiliki validitas tertinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa BA2 adalah indikator yang paling menggambarkan atau membentuk

variabel brand awareness. Untuk dapat membentuk brand awareness yang lebih

baik, kemampuan konsumen smartphone untuk mengenali logo merek

smartphone buatan Indonesia merupakan hal yang paling penting untuk dibangun.

Akan tetapi, rendahnya nilai mean yang dimiliki indikator BA2 ini, yaitu sebesar

3,235, menunjukkan bahwa indikator ini belum optimal. Oleh karena itu,

kemampuan konsumen smartphone untuk mengenali logo merek smartphone

buatan Indonesia harus ditingkatkan agar brand awareness dapat meningkat.

Nilai loading factor tertinggi dari variabel brand loyalty terdapa pada

indikator BL1, yaitu konsumen berkomitmen untuk membeli kembali smartphone

merek buatan Indonesia, dengan nilai sebesar 0,904. Tingginya nilai pada

indikator BL1 ini menunjukkan bahwa indikator ini memiliki validitas tertinggi.

Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa BL1 adalah indikator yang paling

menggambarkan atau membentuk variabel brand loyalty. Selain itu nilai mean

dari BL1 ini memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan indikator brand loyalty

lainnya, yaitu sebesar 3,170. Akan tetapi, nilai ini masih belum cukup baik

sehingga komitmen konsumen terhadap smartphone buatan Indonesia harus

ditingkatkan agar brand loyalty dapat meningkat.

Metode lain yang digunakan dalam pengukuran validitas konvergen

adalah dengan menggunakan average variance extracted (AVE). Suatu model

dianggap memiliki validitas konvergen apabila memiliki nilai AVE > 0,50 (Hair

et al., 2010). Nilai AVE dari semua variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.14. Nilai Average Variance Extracted (AVE)

AVE

BA 0,702

BI 0,726

BL 0,777

PQ 0,615 Sumber : Data diolah (2017)

Page 20: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

67

Berdasarkan Tabel 4.14 mengenai nilai Average Variance Extracted

(AVE), dapat dilihat bahwa nilai AVE dari semua variabel lebih besar dari 0,5

sehingga dapat dikatakan bahwa model penelitian ini telah memenuhi syarat

pengujian validitas konvergen.

b. Validitas Diskriminan

Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-

pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi.

Parameter yang digunakan dalam pengujian validitas diskriminan adalah cross

loading dan perbandingan antara akar AVE dengan korelasi variabel laten.

Menurut Jogiyanto & Abdillah (2009), nilai cross loading dari setiap

indikator suatu variabel laten harus lebih tinggi daripada indikator di variabel lain.

Nilai cross loading dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.15. Nilai Cross Loading

BA BI BL PQ BA.1 0,854 0,477 0,454 0,493 BA.2 0,883 0,485 0,430 0,524 BA.3 0,772 0,445 0,544 0,509 BI.1 0,488 0,832 0,615 0,568 BI.2 0,393 0,847 0,611 0,681 BI.3 0,549 0,877 0,617 0,652 BL.1 0,496 0,620 0,904 0,681 BL.2 0,538 0,666 0,880 0,680 BL.3 0,475 0,619 0,860 0,685 PQ.1 0,524 0,655 0,656 0,813 PQ.2 0,414 0,617 0,623 0,811 PQ.3 0,490 0,544 0,573 0,834 PQ.4 0,496 0,593 0,608 0,836 PQ.5 0,471 0,533 0,615 0,725 PQ.6 0,380 0,409 0,456 0,649 PQ.7 0,544 0,683 0,678 0,804

Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.15 mengenai cross loading, dapat dilihat bahwa

masing-masing pengukur konstruk tidak berkorelasi tinggi yang ditunjukkan oleh

Page 21: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

68

nilai cross loading untuk masing-masing variabel yang lebih besar dari indikator

variabel lainnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa indikator yang

digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria validitas diskriminan.

Selain nilai cross loading, validitas diskriminan dapat dilihat dari hasil

perbandingan akar AVE dengan korelasi variabel laten pada Tabel 4.16 dan Tabel

4.17. Model mempunyai validitas diskriminan yang cukup jika akar AVE setiap

variabel lebih besar dari korelasi antar variabel dengan variabel lainnya dalam

model (Jogiyanto & Abdillah, 2009).

Tabel 4.16. Nilai Average Variance Extracted (AVE) dan Akar AVE

AVE Akar AVE

BA 0,702 0,837

BI 0,726 0,852

BL 0,777 0,881

PQ 0,615 0,784 Sumber : Data diolah (2017)

Tabel 4.17. Korelasi Variabel Laten

BA BI BL PQ

BA 1,000 BI 0,561 1,000 BL 0,571 0,721 1,000 PQ 0,609 0,745 0,774 1,000

Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan pebandingan nilai akar AVE pada Tabel 4.16 dan korelasi

antar variabel laten pada Tabel 4.17, dapat dilihat pada nilai akar AVE setiap

variabel lebih besar daripada korelasi antar variabel dengan variabel lainnya,

sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini

telah memenuhi persyaratan validitas diskriminan.

Page 22: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

69

4.4.1.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan suatu akurasi, konsistensi, dan ketepatan suatu

alat ukur dalam melakukan pengukuran. Reliabilitas dapat diukur dengan melihat

nilai composite reliability. Untuk memenuhi uji reliabilitas, nilai composite

reliability harus lebih besar dari 0,7 (Jogiyanto & Abdillah, 2009). Nilai

composite reliability pada masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 4.18. Nilai Composite Reliability

Composite Reliability

BA 0,875 BI 0,888 BL 0,913 PQ 0,917

Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan pada nilai composite reliability pada Tabel 4.18, dapat dilihat

bahwa semua variabel pada penelitian ini memiliki nilai composite reliability

lebih besar dari 0,7, sehingga dapat dikatakan bahwa semua indikator yang

digunakan dalam penelitian ini reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

4.4.2. Evaluasi Inner Model

Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk

konstruk dependen dan nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji

signifikansi antar konstruk dalam model struktural (Jogiyanto & Abdillah, 2009).

4.4.2.1.Koefisien Determinasi

Pengukuran tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap

variabel dependen menggunakan nilai R2. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin

baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan. Nilai R2 bukanlah

parameter absolut dalam mengukur ketepatan model prediksi karena dasar

hubungan teoritikal adalah parameter yang paling utama untuk menjelaskan

Page 23: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

70

hubungan kausalitas tersebut. Nilai R2 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.19. Nilai R-Square

Variabel R-Square

BI BA 0,315 PQ 0,608 BL 0,653

Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa variabel brand innovativeness

mampu menjelaskan variabel brand awareness sebesar 31,5%. Variabel brand

innovativeness dan brand awareness mampu menjelaskan variabel perceived

quality sebesar 60,8%. Selanjutnya, variabel brand innovativeness, brand

awareness, dan perceived quality mampu menjelaskan variabel brand loyalty

sebesar 65,3%, sementara sisanya sebesar 34,7% dipengaruhi oleh faktor lain di

luar model penelitian ini.

Kesesuaian model struktural dapat dilihat dari Q-Square. Dengan adanya

hasil R-Square dari Tabel 4.19, maka dapat menunjukkan tingkat kesesuaian

model ini melalui :

Q-Square = 1 – [(1 – R12) (1 – R2

2) (1 – R32)]

= 1 – [(1 – 0,315) (1 – 0,608) (1 – 0,653)]

= 1 – [0,093]

= 0,907

Nilai Q-Square yang diperoleh pada model ini adalah 0,907. Hasil angka

tersebut lebih besar dari nol sehingga menunjukkan model memiliki predictive

relevance. Hal ini menunjukkan variabel laten eksogen mempunyai nilai

predictice relevance yang cukup terhadap variabel laten endogen.

4.4.2.2.Uji Signifikansi dan Pengaruh Antar Variabel

Nilai koefisien path atau t-values menunjukkan tingkat signifikansi dalam

pengujian hipotesis. Nilai koefisien path atau t-values yang ditunjukkan oleh nilai

Page 24: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

71

T-statistics harus lebih tinggi dari nilai T-table. Untuk hipotesis dua ekor (two-

tailed) dengan tingkat keyakinan 95% (α = 5%), nilai T-table adalah 1,96

(Jogiyanto & Abdillah, 2009). Nilai T-statistic antara variabel independen ke

variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.20. Path Coefficient pada Pengujian Model Struktural

Original Sample

(O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Values

BA → BL 0,107 0,109 0,057 1,899 0,058 BA → PQ 0,279 0,284 0,058 4,777 0,000 BI → BA 0,561 0,564 0,056 10,031 0,000 BI → BL 0,299 0,300 0,061 4,897 0,000 BI → PQ 0,588 0,581 0,052 11,241 0,000 PQ → BL 0,486 0,481 0,070 6,904 0,000

Sumber : Data diolah (2017)

Nilai koefisien jalur antara brand innovativeness dengan perceived quality

adalah 0,588 dengan T-statistics sebesar 11,241 > 1,96. Oleh karena T-statistics >

T-table pada α = 5%, dapat disimpulkan bahwa brand innovativeness berpengaruh

signifikan terhadap perceived quality.

Nilai koefisien antara brand innovativeness dengan brand awareness

adalah 0,561 dengan T-statistics sebesar 10,031 > 1,96. Oleh karena T-statistics >

T-table pada α = 5%, dapat disimpulkan bahwa brand innovativeness berpengaruh

signifikan terhadap brand awareness.

Nilai koefisien antara brand innovativeness dengan brand loyalty adalah

0,299 dengan T-statistics sebesar 4,897 > 1,96. Oleh karena T-statistics > T-table

pada α = 5%, dapat disimpulkan bahwa brand innovativeness berpengaruh

signifikan terhadap brand loyalty.

Nilai koefisien antara brand awareness dengan perceived quality adalah

0,279 dengan T-statistics sebesar 4,777 > 1,96. Oleh karena T-statistics > T-table

pada α = 5%, dapat disimpulkan bahwa brand awareness berpengaruh signifikan

terhadap perceived quality.

Nilai koefisien antara perceived quality dengan brand loyalty adalah 0,486

dengan T-statistics sebesar 6,904 > 1,96. Oleh karena T-statistics > T-table pada

Page 25: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

72

α = 5%, dapat disimpulkan bahwa perceived quality berpengaruh signifikan

terhadap brand loyalty.

Nilai koefisien antara brand awareness dengan brand loyalty adalah 0,107

dengan T-statistics sebesar 1,899 < 1,96. Oleh karena T-statistics < T-table pada

α = 5%, dapat disimpulkan bahwa brand awareness tidak berpengaruh signifikan

terhadap brand loyalty.

Pada Gambar berikut ini ditunjukkan hasil output dari PLS mengenai

hubungan variabel brand innovativeness, perceived quality, brand awareness, dan

brand loyalty.

Gambar 4.7. Model Struktural Hubungan Antar Variabel Brand

Innovativeness, Perceived Quality, Brand Awareness, dan Brand Loyalty

Sumber : Data diolah (2017)

Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa variabel yang paling dapat

mempengaruhi brand loyalty secara langsung adalah perceived quality, dengan

nilai path coefficient sebesar 0,486. Sehingga dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan brand loyalty pengguna

Page 26: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

73

smartphone buatan Indonesia, variabel perceived quality merupakan variabel yang

paling perlu ditingkatkan.

4.5. Pembahasan

Pengujian hipotesis dengan menggunakan Structural Equation Modelling

(SEM) melalui program SmartPLS menunjukkan hasil lima dari enam hipotesis

diterima. Hipotesis yang tidak diterima adalah brand awareness berpengaruh

terhadap brand loyalty. Berikutnya hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini

akan dibahas satu per satu.

4.5.1. Pengaruh Brand Innovativeness terhadap Brand Loyalty

H1 : Brand innovativeness berpengaruh terhadap brand loyalty

Berdasarkan nilai Path Coefficients dari program SmartPLS, diketahui

bahwa nilai thitung brand innovativeness terhadap brand loyalty adalah 4,897.

Sementara nilai ttabel dengan α = 5% adalah 1,96. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa nilai thitung > ttabel, dimana 4,897 > 1,96 yang berarti brand innovativeness

berpengaruh terhadap brand loyalty sehingga H1 dinyatakan diterima.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesan konsumen terhadap

diferensiasi dan inovasi merek smartphone buatan Indonesia berpengaruh dalam

membuat konsumen smartphone menyukai smartphone buatan Indonesia. Namun,

karena kesan konsumen smartphone terhadap diferensiasi dan inovasi terhadap

merek smartphone buatan Indonesia kurang baik, menyebabkan konsumen

smartphone menjadi kurang menyukai smartphone buatan Indonesia.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya

oleh Eisingerich & Rubera (2010) bahwa konsumen melihat suatu merek yang

inovatif mampu memenuhi kebutuhan mereka, dan nanti pada gilirannya

konsumen akan membalas dengan menjadi berkomitmen terhadap merek tersebut.

Konsumen dapat lebih loyal terhadap merek ketika mereka memiliki persepsi

yang baik terhadap inovasi merek (Gozukara & Colakoglu, 2016). Selain itu Kunz

et al. (2011) juga menemukan bahwa inovasi dapat berfungsi sebagai kepuasan

Page 27: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

74

kognitif dan kepuasan emosional yang mempengaruhi konsumen, sehingga secara

tidak langsung dapat mempengaruhi loyalitas.

4.5.2. Pengaruh Brand Innovativeness terhadap Perceived Quality

H2 : Brand innovativeness berpengaruh terhadap perceived quality

Berdasarkan nilai Path Coefficients dari program SmartPLS, diketahui

bahwa nilai thitung brand innovativeness terhadap perceived quality adalah 11,241.

Sementara nilai ttabel dengan α = 5% adalah 1,96. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa nilai thitung > ttabel, dimana 11,241 > 1,96 yang berarti brand innovativeness

berpengaruh terhadap perceived quality sehingga H2 dinyatakan diterima.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesan konsumen terhadap

diferensiasi, inovasi, dan kecanggihan teknologi merek smartphone buatan

Indonesia berpengaruh dalam membuat konsumen smartphone menyukai

smartphone buatan Indonesia. Namun, karena kesan konsumen smartphone

terhadap diferensiasi, inovasi, dan kecanggihan teknologi terhadap merek

smartphone buatan Indonesia kurang baik, menyebabkan konsumen smartphone

menganggap fitur-fitur smartphone buatan Indonesia kurang tidak lengkap, serta

kualitasnya kurang baik.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pappu & Quester (2016) yang membuktikan bahwa brand innovativeness

memiliki pengaruh terhadap perceived quality untuk kategori produk elektronik

seperti TV plasma dan handphone. Persepsi inovasi di tingkat merek, dapat

meningkatkan persepsi kualitas yang tinggi dan baik. Selain itu, Jamal et al.

(2012) menemukan bahwa brand innovativeness berfungsi sebagai isyarat

informasi yang efektif dan dapat diandalkan yang mengarah pada penilaian

kualitas yang positif.

4.5.3. Pengaruh Brand Innovativeness terhadap Brand Awareness

H3 : Brand innovativeness berpengaruh terhadap brand awareness

Page 28: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

75

Berdasarkan nilai Path Coefficients dari program SmartPLS, diketahui

bahwa nilai thitung brand innovativeness terhadap brand awareness adalah 10,031.

Sementara nilai ttabel dengan α = 5% adalah 1,96. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa nilai thitung > ttabel, dimana 10,031 > 1,96 yang berarti brand innovativeness

berpengaruh terhadap brand awareness sehingga H3 dinyatakan diterima.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesan konsumen terhadap

diferensiasi, inovasi, dan kecanggihan teknologi merek smartphone buatan

Indonesia berpengaruh dalam membuat konsumen smartphone menyukai

smartphone buatan Indonesia. Namun, karena kesan konsumen smartphone

terhadap diferensiasi, inovasi, dan kecanggihan teknologi terhadap merek

smartphone buatan Indonesia kurang baik. Hal ini menyebabkan merek

smartphone buatan Indonesia tidak mejadi yang pertama muncul dalam pikiran

sebagian konsumen smartphone ketika mengingat produk-produk dalam kategori

smartphone, sehingga mempengaruhi brand awareness konsumen smartphone

terhadap smartphone buatan Indonesia.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Chou & Pai (2014) menemukan bahwa brand innovativeness, kombinasi kualitas,

keunggulan produk dan layanan dapat meningkatkan kesadaran (awareness)

terhadap suatu merek dan mempengaruhi keputusan konsumen lebih lanjut.

Hanaysha (2016) juga menemukan bahwa perusahaan yang memperkenalkan

produk dengan desain yang unik dan inovatif akan menyampaikan informasi

penting kepada pelanggan. Informasi ini dianggap penting dalam meningkatkan

brand awareness. Selain itu, Sanayei et al. (2013) menemukan bahwa semakin

kuat persepsi inovatif terhadap suatu merek akan menghasilkan tingkat kesadaran

(awareness) terhadap suatu merek.

4.5.4. Pengaruh Brand Awareness terhadap Perceived Quality

H4 : Brand awareness berpengaruh terhadap perceived quality

Page 29: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

76

Berdasarkan nilai Path Coefficients dari program SmartPLS, diketahui

bahwa nilai thitung brand awareness terhadap perceived quality adalah 4,777.

Sementara nilai ttabel dengan α = 5% adalah 1,96. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa nilai thitung > ttabel, dimana 4,777 > 1,96 yang berarti brand awareness

berpengaruh terhadap perceived quality sehingga H4 dinyatakan diterima.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan konsumen

smartphone untuk mengingat merek-merek smartphone buatan Indonesia sebagai

merek top of mind dapat membuat konsumen smartphone menilai keunggulan,

kualitas, maupun kelengkapan smartphone buatan Indonesia. Dari hasil penelitian

ini didapatkan bahwa merek smartphone buatan Indonesia bukanlah merek-merek

top of mind di benak konsumen smartphone. Hal ini menyebabkan pengguna

smartphone tidak dapat mempersepsikan keunggulan, kualitas, maupun

kelengkapan smartphone buatan Indonesia secara baik.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jung, Lee, & Kim (2014) yang menemukan bahwa brand awareness mendorong

munculnya persepsi positif tentang kualitas suatu merek di benak konsumen.

Nguyen et al. (2011) juga menemukan bahwa konsumen tidak dapat

mempersepsikan kualitas suatu merek apabila merek tidak menyadari akan adanya

suatu merek tersebut. Selain itu, Chi, Yeh, & Yang (2009) juga menemukan

hubungan positif antara brand awareness dengan perceived quality.

4.5.5. Pengaruh Perceived Quality terhadap Brand Loyalty

H5 : Perceived quality berpengaruh terhadap brand loyalty

Berdasarkan nilai Path Coefficients dari program SmartPLS, diketahui

bahwa nilai thitung perceived quality terhadap brand loyalty adalah 6,904.

Sementara nilai ttabel dengan α = 5% adalah 1,96. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa nilai thitung > ttabel, dimana 6,904 > 1,96 yang berarti perceived quality

berpengaruh terhadap brand loyalty sehingga H5 dinyatakan diterima.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian konsumen

smartphone terhadap konsistensi kinerja, kelengkapan, ketahanan smartphone

Page 30: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

77

buatan Indonesia dapat membuat merek menyukai smartphone buatan Indonesia

tersebut. Dalam penelitian ini terbukti bahwa konsumen smartphone menilai

smartphone buatan Indonesia tidak tahan lama, sehingga menyebabkan konsumen

smartphone tidak menyukai smartphone buatan Indonesia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sejalan dengan beberapa

penelitian yang dilakukan oleh Nguyen et al. (2011), Gurbuz (2008), Erdogmus &

Turan (2012) yang menemukan bahwa perceiced quality berpengaruh positif dan

signifikan terhadap brand loyalty.

4.5.6. Pengaruh Brand Awareness terhadap Brand Loyalty

H6 : Brand awareness berpengaruh terhadap brand loyalty

Berdasarkan nilai Path Coefficients dari program SmartPLS, diketahui

bahwa nilai thitung brand awareness terhadap brand loyalty adalah 1,899.

Sementara nilai ttabel dengan α = 5% adalah 1,96. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa nilai thitung < ttabel, dimana 1,899 < 1,96 yang berarti brand awareness tidak

berpengaruh terhadap brand loyalty sehingga H6 dinyatakan ditolak.

Brand awareness dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan

terhadap brand loyalty karena kurangnya pengetahuan konsumen smartphone

buatan Indonesia mengenal asal merek smartphone yang mereka gunakan. Pada

Tabel 4.6 mengenai perilaku responden berdasarkan pengetahuan mengenai asal

merek smartphone yang mereka gunakan, dapat dilihat bahwa hanya 37%

responden yang mengetahui bahwa smartphone yang mereka gunakan berasal dari

Indonesia. Mayoritas responden menganggap bahwa smartphone yang merek

gunakan berasal dari Cina. Padahal pada Tabel 4.13 mengenai nilai outer loadings

dapat dilihat bahwa indikator mengenai kemampuan konsumen untuk mengenali

logo merek smartphone buatan Indonesia merupakan indikator yang paling

mampu menggambarkan variabel brand awareness. Selain itu pada Tabel 4.7

dapat dilihat bahwa sebenarnya mayoritas konsumen smartphone bersedia untuk

menggunakan produk buatan Indonesia, yaitu sebesar 65,00%.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 31: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

78

Pappu & Quester (2016), Chi et al. (2009), Tandoh (2015), Ekhveh & Alipour

Darvishi (2015) yang menemukan bahwa brand awareness dapat mempengaruhi

brand loyalty. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kayaman & Arasli (2007) yang mendapatkan hasil bahwa brand

awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty merek hotel di

Siprus. Hal ini dikarenakan sebuah nama merek saja tidak dapat menjadi garansi

kesuksesan dalam industri perhotelan. Lebih lanjut, Dib & Alhaddad (2014)

mengungkapkan bahwa konsumen cenderung membangun perceived quality yang

tinggi terhadap merek dengan brand awareness yang besar. Perceived quality

inilah yang selanjutnya berperan dalam meningkatkan brand loyalty. 4.6. Pengaruh Tidak Langsung

Dari hasil pengolahan data menggunakan program SmartPLS, didapatkan

nilai pengaruh antar variabel yang diteliti. Perbandingan pengaruh langsung dan

tidak langsung antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.21. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Pengaruh Langsung

Tidak Langsung Melalui

Perceived Quality

Tidak Langsung Melalui Brand

Awareness Brand

Innovativeness → Brand Loyalty

0,299 0,588 x 0,486 = 0,286

0,561 x 0,107 = 0,060

Brand Awareness → Brand Loyalty 0,107 0,279 x 0,486

= 0,136

Sumber : Data diolah (2017)

Pengaruh tidak langsung dari variabel brand innovativeness terhadap

brand loyalty melalui mediasi perceived quality lebih besar dibandingkan melalui

mediasi brand awareness (0,286 > 0,06). Hal ini dikarenakan hubungan antara

brand awareness dengan brand loyalty tidak signifikan sehingga mempengaruhi

Page 32: 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · 2018. 6. 29. · Universitas Kristen Petra 48 4. ANALISA DAN HASIL 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian

Universitas Kristen Petra

79

hubungan tidak langsung antara variabel brand innovativeness dengan brand

loyalty.

Pengaruh tidak langsung dari variabel brand innovativeness terhadap

brand loyalty melalui mediasi perceived quality lebih kecil apabila dibandingkan

dengan pengaruh langsung variabel brand innovativeness terhadap brand loyalty

(0,286 < 0,299). Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap

kualitas atau keunggulan smartphone merek lokal Indonesia kurang baik,

sehingga dengan melihat keunikan atau inovasi dari produknya saja dapat

menimbulkan minat untuk membeli kembali. Pernyataan ini sejalan dengan Pappu

& Quester (2016) yang mengatakan bahwa brand innovativeness bertindak

sebagai signal positif yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas

suatu brand, terutama ketika konsumen kesulitan menilai produk secara akurat

atau ketika kurangnya pengetahuan konsumen terhadap produk. Ketika konsumen

kurang informasi tentang suatu produk, mereka akan bergantung pada informasi

lain (dalam hal ini brand innovativeness), terutama ketika persepsi resiko tinggi

atau ketika terdapat ketidakpastian tentang kualitas.

Pengaruh tidak langsung antara hubungan variabel brand awareness

dengan brand loyalty melalui mediasi perceived quality lebih besar dibandingkan

pengaruh langsung variabel brand awareness terhadap brand loyalty (0,136 >

0,107). Hal ini membuktikan bahwa variabel perceived quality diperlukan sebagai

mediator antara variabel brand awareness dan brand loyalty. Hal ini disebabkan

karena dalam membeli suatu produk konsumen tidak cukup hanya dengan

menyadari akan adanya suatu merek, tetapi juga melakukan penilaian terhadap

kualitas dan keunggulan dari merek tersebut, dari penilaian tersebut dan

pengalaman menggunakan sebelumnya konsumen akan dapat memutuskan untuk

lebih berkomitmen atau loyal terhadap merek tersebut.