3929-8431-1-sm

12
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 1 KERUNTUHAN PERANCAH SCAFFOLDING SAAT PELAKSANAAN PENGECORAN Sumargo 1 , Ario Raja Nata 2 ABSTRACT In the construction process either for multy story building or structure with large horizontal coverage area, the selection of formwork construction is very essential. The acceleration of assemblying – deassemblying – reassemblying and re-use of formwork become one of the alternatif selection for the type of formwork. Analysis of the formwork subject to service load (self weight and impact load) is compulsory to avoid unexpected failure. Selection of the best construction method and site conditioning according to the design, especially for pouring the concrete in a sloping area, is very crucial since it does not only influence time construction, but also type of material, equipment, and service load during the construction. Analysis method used was comparing service load (self weight and impact load) to scaffolding capacity provided by the manufacture. Keywords : Scaffolding, Pipe Support, Horry Beam 1 Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung 2 Mahasiswa Diploma IV Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung PENDAHULUAN Acuan perancah adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dapat dikatakan pula bahwa konstruksi acuan perancah adalah suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki apabila betonnya telah menjadi keras. Acuan perancah pada pekerjaan beton merupakan konstruksi yang berperan terhadap hasil akhir pekerjaan. Hal tersebut disebabkan apabila terjadi kegagalan dalam perancangan dan pengerjaannya dapat mengakibatkan kurang baiknya penampilan penampang beton setelah perancah dilepas atau bahkan kesalahan dalam perhitungan dan pemilihan jenis perancah dapat menyebabkan akibat fatal berupa keruntuhan. Proses pemilihan tipe acuan perancah dilakukan dengan meninjau tipe, jenis dan luasan bangunan yang akan dibangun, seperti untuk bangunan bertingkat maupun untuk bangunan yang memiliki volume horizontal yang luas. Pemilihan tipe acuan dan perancah lebih ditentukan oleh kemampuan untuk dapat digunakan berulang – ulang dalam jangka waktu yang panjang tanpa mengurangi mutu ataupun kekuatan dari acuan dan perancah tersebut. STUDI PUSTAKA Persyaratan acuan perancah Acuan perancah adalah suatu konstruksi tambahan yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dengan kata lain acuan perancah adalah suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki setelah betonnya mengeras. Persyaratan – persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah :

Upload: harly-bigbang

Post on 28-Oct-2015

200 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3929-8431-1-SM

VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 1

KERUNTUHAN PERANCAH SCAFFOLDINGSAAT PELAKSANAAN PENGECORAN

Sumargo1, Ario Raja Nata2

ABSTRACT

In the construction process either for multy story building or structure with large horizontalcoverage area, the selection of formwork construction is very essential. The acceleration ofassemblying – deassemblying – reassemblying and re-use of formwork become one of thealternatif selection for the type of formwork. Analysis of the formwork subject to service load(self weight and impact load) is compulsory to avoid unexpected failure. Selection of the bestconstruction method and site conditioning according to the design, especially for pouring theconcrete in a sloping area, is very crucial since it does not only influence time construction, butalso type of material, equipment, and service load during the construction. Analysis methodused was comparing service load (self weight and impact load) to scaffolding capacity providedby the manufacture.

Keywords : Scaffolding, Pipe Support, Horry Beam

1 Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung2 Mahasiswa Diploma IV Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung

PENDAHULUAN

Acuan perancah adalah suatu konstruksipendukung yang merupakan mal ataucetakan pada bagian sisi dan bawah daribentuk beton yang dikehendaki. Dapatdikatakan pula bahwa konstruksi acuanperancah adalah suatu konstruksisementara dari suatu bangunan yangfungsinya untuk mendapatkan konstruksibeton yang dikehendaki apabila betonnyatelah menjadi keras.

Acuan perancah pada pekerjaan betonmerupakan konstruksi yang berperanterhadap hasil akhir pekerjaan. Haltersebut disebabkan apabila terjadikegagalan dalam perancangan danpengerjaannya dapat mengakibatkankurang baiknya penampilan penampangbeton setelah perancah dilepas atau bahkankesalahan dalam perhitungan dan pemilihanjenis perancah dapat menyebabkan akibatfatal berupa keruntuhan.

Proses pemilihan tipe acuan perancahdilakukan dengan meninjau tipe, jenis dan

luasan bangunan yang akan dibangun,seperti untuk bangunan bertingkat maupununtuk bangunan yang memiliki volumehorizontal yang luas. Pemilihan tipe acuandan perancah lebih ditentukan olehkemampuan untuk dapat digunakanberulang – ulang dalam jangka waktu yangpanjang tanpa mengurangi mutu ataupunkekuatan dari acuan dan perancah tersebut.

STUDI PUSTAKA

Persyaratan acuan perancah

Acuan perancah adalah suatu konstruksitambahan yang merupakan mal ataucetakan pada bagian sisi dan bawah daribentuk beton yang dikehendaki. Dengankata lain acuan perancah adalah suatukonstruksi sementara dari suatu bangunanyang fungsinya untuk mendapatkankonstruksi beton yang dikehendaki setelahbetonnya mengeras.

Persyaratan – persyaratan suatu konstruksiacuan perancah adalah :

Page 2: 3929-8431-1-SM

Keruntuhan Perancah Scaffolding saat Pelaksanaan Pengecoran

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL2

1. Kuat menahan berat beton segar,getaran vibrator, peralatan yangdigunakan, berat sendiri, berat orangyang bekerja dan pengaruh kejutan.

2. Kaku, terutama akibat dari bebanhorizontal yang membuat cetakanmudah goyang atau labil. Selain ituacuan perancah tidak boleh melebihideformasi yang dizinkan.

3. Kokoh, sehingga mampu menghasilkanbentuk penampang beton seperti yangdiharapkan, tanpa mengalamiperubahan bentuk yang berarti, olehkarena itu maka ukuran dan kedudukancetakan harus teliti atau sesuai dengangambar perencanaan.

4. Bersih, karena dalam pengecorankotoran mungkin akan naik dan masukke dalam adukan beton sehingga akanmengurangi mutu beton, dan jikakotoran tidak naik maka akan melekatpada permukaan beton dan sulitdibersihkan.

5. Mudah dibongkar, agar tidak merusakbeton yang sudah jadi dan dapatdigunakan berkali – kali.

6. Rapat, Sambungan – sambungan padacetakan harus rapat dan lubang –lubang yang disebabkan oleh seranggaharus ditutup, sehingga cairan semendan agregat tidak keluar dari celah –celah sambungan.

7. Material atau bahan yang digunakanharus mudah dipaku atau sekrup dandalam membuat bagian cetakan harusmudah dirangkai sehingga dapatdilaksanakan dengan tenaga kerjaminimal yang pada akhirnya akanmemperoleh efisiensi waktu yangmaksimal.

8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenagakerja harus seefektif dan seefisienmungkin yang akhirnyamenguntungkan semua pihak.

Tipe konstruksi acuan perancah

Sejalan dengan perkembangan pemakaianbeton, konstruksi acuan perancah juga

mengalami perkembangan menjadi 3sistem:1. Sistem Konvensional / Tradisional,

Acuan perancah sistem sederhanabiasanya digunakan satu kali pakai.Bahan yang digunakan dapat berupabahan organis, bahan buatan, dan /atau gabungan keduanya. Depresiasiacuan perancah jenis ini sangat tinggi,karena banyak volume bahan terbuangpada proses pembuatan sertamembutuhkan volume tenaga kerjayang cukup besar sertaberpengalaman.

2. Semi Sistem Modern, Sistem inidirancang untuk suatu pekerjaan danukuran – ukuran untuk komponentertentu dengan masa penggunaan satukali atau lebih. Karena kemungkinandapat digunakan secara berulang, makabiaya investasi yang diperlukan danupah kerja yang tidak terlalu tinggi.

3. Sistem Modern, Perkembangan terakhirdalam pemanfaatan acuan perancahadalah perancangan acuan perancahuntuk memudahkan penggunaan dalamberbagai bentuk komponen struktur.Sistem ini dapat memudahkan danmempercepat proses pemasangan danpembongkaran. Dengan kualitas hasilyang lebih baik dibandingkan dengansistem lain, acuan perancah dengansistem ini dapat dimanfaatkan untukbeberapa kali masa penggunaan. Untukmeningkatkan kecepatan kerja, sistemini telah dilengkapi dengan berbagaialat bantu yang disesuaikan dengantujuan penggunaan.

Bahan dan Peralatan acuan perancah

Bahan acuan perancah

Bahan acuan perancah yang seringdigunakan :

1. KayuMenurut PBBI tahun 1971 bab 5 ayat 1,memberikan pedoman bahwa acuanperancah harus terbuat dari bahan –

Page 3: 3929-8431-1-SM

VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 3

bahan baik yang tidak mudah meresapair dan direncanakan sedemikian rupa,sehingga mudah dilepas dari betontanpa menyebabkan kerusakan padabeton. Kayu yang akan digunakanharus memenuhi syarat – syaratsebagai berikut :a. Sebaiknya kayu yang dipergunakan

dengan kadar air 10 % s/d 20 %.b. Partikel – partikel yang dikandung

kayu reaktif dan tidak merusakbeton.

c. Perubahan bentuk kayu akibattemperatur maupun kelembabanudara setempat sekecil mungkin.

d. Kuat dan ekonomis.e. Mudah dikerjakan dan mudah

dipasang alat sambung.

2. Kayu lapis (plywood)Untuk pekerjaan yang cukup besar,kayu lapis banyak dipergunakansebagai bahan papan acuan (cetakan).Pada acuan yang menggunakan kayulapis diusahakan meminimalisirpenggunaan paku, agarpembongkarannya dapat denganmudah dilakukan dan dapatmeminimalisir kerusakan bahan akibatmetode pembongkaran yang salah.Keuntungan dari kayu lapis adalahbahwa kayu lapis dapat dibengkokkandan ditempatkan pada kerangka /cetakan untuk pengecoran, dan dapatdigunakan berulang – ulang.

3. DolkenDikategorikan sebagai kayu bulatdengan diameter 5 cm – 10 cm.

Keuntungan penggunaan kayu dolkensebagai acuan perancah :a. Mudah didapat dipasaran.b. Karena bentuk penampang dolken

bulat, maka kekuatan tekuk kearahsumbu potongan melintang batangsama untuk semua arah.

c. Dapat digunkan berulang – ulang.

Kerugian penggunaan kayu dolkensebagai acuan perancah :

a. Diameter tidak merata dari pangkalsampai ujung batang.

b. Batang tidak lurus sehinggamengurangi kekuatan kayu bilamenerima gaya normal yangsentris akibat adanya gaya asentrispada batang.

c. Investasi yang tertanam besar,sebab bila konstruksi selesai, sisakayu sering tidak dapat digunakankembali untuk konstruksi yang lain.

d. Karena bentuk penampang yangbulat, maka agak sulit dipasangalat sambung dibandingkandengan kayu olahan lainnya.

4. AluminiumKarena adanya sifat – sifat tertentuyang lebih menguntungkan sepertiberat dan biaya pemeliharaannya yangringan, menyebabkan aluminiumcenderung lebih digunakan padakonstruksi acuan perancah biladibandingkan dengan logam lain.Tetapi karena harganya yang lebihmahal, menyebabkan penggunaannyayang sangat dibatasi.

Campuran aluminium yang palingsesuai untuk konstruksi acuan perancahadalah : tipe Al-Mg-Si (campurandengan kadar silisium yang rendah).Kadar patahnya dapat dikatakan cukupbaik (250 N/mm2 – 400 N/mm2) danketahanan terhadap korosi hampirsama dengan aluminium murni.

5. BajaPenggunaan baja sebagai acuanperancah pada konstruksi untuk betondengan syarat tertentu. Pemilihan bajasebagai acuan perancah dikarenakanoleh :a. Pemakaian dalam jumlah yang

sangat banyak.b. Membutuhkan toleransi kesalahan

yang sangat kecil.c. Melibatkan tegangan (stress) yang

tinggi.

Page 4: 3929-8431-1-SM

Keruntuhan Perancah Scaffolding saat Pelaksanaan Pengecoran

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL4

d. Memerlukan beberapa tingkatmekanisasi pada sistem pekerjaankonstruksi.

Dalam teknik konstruksi acuanperancah, baja digunakan dalamberbagai bentuk, baik sebagai alatsambung maupun sebagai penyanggakonstruksi.

Keuntungan penggunaan baja sebagaiacuan perancah :a. Kekuatan, dan kekerasan yang

tinggi.b. Ketahanan terhadap keausan yang

tinggi.c. Dapat diperoleh dalam berbagai

bentuk, baja sangat sesuai untukpembuatan sambungan, dan untukdigabungkan dengan materiallainnya.

d. Memiliki nilai sisa yang lebih tinggibila dibandingkan dengan bahanlain.

Kerugian penggunaan baja sebagaiacuan perancah :a. Berat massa yang tinggi.b. Tidak tahan terhadap karat.c. Perlu peralatan pendukung.d. Hantaran panas yang tinggi.

Peralatan acuan perancah

Peralatan utama yang sering digunakanpada konstruksi acuan perancah adalah:

1. Pipe SupportPipe support adalah tiang perancahberupa pipa baja yang terdiri dari duabagian yaitu bagian atas, dan bagianbawah. Pada ujung atasnya dibuat uliruntuk mempermudah penyesuaianketinggian yang dibutuhkan. Umumnyadigunakan sebagai penyangga padakonstruksi balok dan lantai.

Tabel 1. Perpanjangan maksimum daripipe sopport

[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

Safe load( ton )

Model

Hei

ght C

lose

d(

mm

)

Hei

ght e

xten

ded

( m

m )

Clos

ed

Exte

nded

Wei

ght (

kg

)

TS – 50 1.550 2.750 2 2 12

TS – 60 1.850 3.050 2 1.5 13

TS – 70 2.150 3.350 2 1.5 14

TS - 90 2.700 3.900 2 1.5 16

Tabel 2. Tebal plat maksimum yang dapatditahan oleh satu pipe sopport

[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

Maximum slab thicknesswhen props fully extended

( mm )Prop grid size

( mm )

TS-

50

TS-

60

TS-

70

TS-

902.438 × 1.295 177 101 101 101

2.134 × 1.295 228 140 140 140

1.829 × 1.295 254 190 190 190

1.524 × 1.295 330 228 228 228

1.219 × 1.295 432 305 305 305

Keuntungan penggunaan pipe support :a. Mudah disesuaikan sesuai dengan

ketinggian yang dibutuhkan.b. Perawatan yang mudahc. Cocok digunakan untuk perancah pada

balok dan lantai yang mempunyai beratpersatuan panjang maupun luas yangbesar, sehingga jarak perancah dapatdiperlebar dan memberikan keleluasaangerak bagi para pekerja.

Page 5: 3929-8431-1-SM

VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 5

W a l k T h r u F r a m e ( A - 1 2 1 7 B )

34

25

1 8 2 9 1 2 1 9

P P

P l o

ad

( t

on

)

d e t e c t i o n a t p o i n t ( m m )1

1 0

l o a d p e r f o r mm a x p e r m i s s i b l e

Kerugian penggunaan pipe support:a. Sulit digunakan untuk kebutuhan

perancah yang pendek.b. Membutuhkan biaya investasi yang

besar.c. Bila terjadi kerusakan pada pipa maka

akan sulit untuk diperbaiki, dan bilaakan digunakan kembali maka reduksikekuatan yang dirancang harus lebihbesar dari sebelum terjadi kerusakan.

Gambar 1. Pipe Support[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

2. ScaffoldingScaffolding adalah suatu bagian dariperancah yang berfungsi untuk

menyangga acuan pelat dan acuanbalok. Scaffolding terdiri dari beberapatiang baja yang dirangkai menjadi satukesatuan dan ketinggian yang dapatdisesuaikan dengan kebutuhan.Data teknis scaffolding : scaffoldingterbuat dari baja karbon bermututinggi. Scaffolding mempunyai diameterluar 42,7 mm (1,25”) dengan ketebalan2,4 mm dan memiliki kuat tarik 51kg/mm2.

Gambar 2. Rangkaian Scaffiolding[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

a. Tes beban

Gambar 3. Pengetesan Beban[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

Page 6: 3929-8431-1-SM

Keruntuhan Perancah Scaffolding saat Pelaksanaan Pengecoran

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL6

50025

0

45 Kn

AJ - 40 AJ - 65 AJ - 45H

230 50

0

AJ - 65H

500

JJ - 80

40 Kn40 Kn

45 Kn

40 Kn

Point of Load

1,2 ton2 ton

5 ton 3 ton

1 ton

2,25 ton

3 ton

7,5 ton

Allowable load

Max load / frame

5 ton 3,5 ton

10 ton 9,1 ton

b. Beban maksimum scaffolding (FK = 2)

Tabel 3. Tabel kekuatan main frame[ Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000 ]

MF A – 1217B

MF 09172500 kg perkaki

MF A - 1219 2250 kg perkaki

c. Beban kerja aman pada komponen jack

Gambar 4. Beban Komponen jack[ Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000 ]

d. Reduksi kekuatanReduksi kekuatan tergantung posisi penempatan beban diatas frame.

Gambar 5. Reduksi kekuatan beban frame[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

Page 7: 3929-8431-1-SM

VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 7

250

min 2200 - max 3800

100100

1440

3. Horry BeamHorry beam adalah perancah horizontalyang biasanya digunakan untukmendukung acuan perancah pelatlantai dimana tumpuanpembebanannya terletak pada balok.Bentuk dari horry beam itu bolehdikatakan menyerupai konstruksirangka jembatan dan bentangnyadapat diset sesuai dengan panjangyang diperlukan. Desain yang khususdari horry beam ini bertujuan untukmemperoleh kekuatan dan dayadukung yang baik sehingga menjadikelebihan dalam pemakaian danpenggunaannya.

Manfaat lain dari penggunaan horry beamadalah :a. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan

karena beratnya yang ringan dankonstruksinya yang kaku sehinggamemudahkan pelaksanaanpemasangan.

b. Pelaksanaan pekerjaan tidak rumitsehingga tidak memerlukan keahliankhusus dalam pelaksanaannya.

c. Kemudahan dalam pemasangan danpembongkaran.

Tabel 4. Data teknis horry beam[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

Panjang efektif struktur( mm )

Tipe

Panj

ang

( m

m )

SRC W S

Bera

t ( k

g )

Mom

en (

kgm

)

HBS

X-

14

1400

- 22

00

1445 -2295

1505 -2355

1320 -2170 14

,7

460

HBS

X-

22

2200

- 38

00

2245 -3895

2305 -3955

2120 -3770 24

,7

800

Gambar 6. Horry Beam tipe SX - 22[ Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000 ]

Page 8: 3929-8431-1-SM

Keruntuhan Perancah Scaffolding saat Pelaksanaan Pengecoran

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL8

Analisis kekuatan acuan perancah

Peraturan yang digunakana. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

(SNI Kayu 2002, Bahan Konsensus).b. Standar Kehutanan Indonesia (SKI.C –

bo – 002;1987).c. Standar Australia.d. Brosur dan spesifikasi perancah “Slab &

Beam, Formwork & Scaffolding” by :Beton Concrete Form specialist, 2000.

Pembebanan

Beban – beban [sumber dari F. WigboutIng., Bekisting (kotak cetak)] yangdiperhitungkan adalah:1. Beban Vertikal

Beban vertikal diakibatkan oleh beratsendiri campuran beton, bahanbekisting, beban peralatan dan bebanpekerja.

2. Beban tambahan (campuran beton)Secara umum dapat disebut bahwaberat beton berkisar antara 1,8–2,7ton/m3. Namun berat beton pada saatpengecoran mempunyai berat yanglebih besar, karena untuk volumebeton 1 m3 diperlukan air antara 180–220 liter yang digunakan pada prosespencampuran, tingkat kemudahanpekerjaan, proses hidrasi pasta semen,dan kebutuhan pemeliharaan interncampuran.

3. Beban getaranGetaran yang mungkin timbul selamapengecoran beton disebabkan olehpenggunaan alat penggetar,

pergerakan peralatan kerja, danpekerja itu sendiri.

4. Beban kejutBeban kejut diakibatkan oleh prosespengangkutan campuran beton, dantindakan mengaktifkan mesin – mesinyang digunakan.

5. Beban HorizontalBeban horizontal yang mungkinbekerja selam proses pengerjaanadaalah beban angin, tarikan kabel,kemiringan perancah, dan pengaruhketinggian pencurahan campuranbeton.

PEMBAHASAN

Kondisi struktur yang ada di lapangan,

Data umum struktur :1. Balok : 30/502. Kolom : 70/703. Tebal plat : 15 cm4. tebal anak tangga : 25/2 cm

Data umum acuan / bekisting :1. Tebal Multiplek : 18 mm2. Jarak antar perancah : 90 cm3. Jarak spasi acuan : 6,54 cm

Data umum perancah :1. Main frame 190 (kapasitas maksimum

2500 kg / tiang).2. Leader frame (type 120, type 150).3. U head jack.4. Horry Beam.

Page 9: 3929-8431-1-SM

VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 9

P = 403 kg P = 403 kg

Perhitungan kekuatan scaffolding

Gambar 7. Letak penggunaan perancah scaffolding

Perhitungan beban struktur

Beban mati :1. Plat dan anak tangga = 0,275 × 3 ×

2400 kg/m3 = 1980 kg/m1

2. Balok ukuran 30/50 = 0,3 × 0,5 × 2400kg/m3 = 360 kg/m1

3. Beban Bekisting, Perancah =100 kg/m1

Total Beban mati = 2440 kg/m1

Beban hidup ( pekerja ) = 300 kg/m1

Kombinasi beban = (1,2 × DL) + (1,6 × LL)= (1,2 × 2440) + (1,6 ×

300)= 3408 kg/m1

(sepanjang 3m, untuk 8 titik)

Besar beban titik (beban struktur) yangharus dipikul oleh tiap tiang scaffoldingadalah sebesar:

89,03408P = 383.4 kg

Besar total beban yang harus ditahan olehtiap tiang scaffolding :

1. Pawal ( beban total struktur ) = 383 kg2. Beban kejut (beban penuangan )= 20 kg

TOTAL BEBAN = 403 kg

Gambar 8. Beban tiap tiang scaffolding

Page 10: 3929-8431-1-SM

Keruntuhan Perancah Scaffolding saat Pelaksanaan Pengecoran

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL10

Analisis Perhitungan

Akibat kondisi lapangan yang sulitdiprediksi, maka nilai reduksi dari kekuatanscaffolding yang digunakan sebesar 0,6.Dengan demikian, maka besar kekuatan tiaptiang scaffolding untuk menahan bebanadalah :

P = 0,6×2500 kg = 1500 kg > 403 kg.......................................................aman

Dengan kondisi demikian, maka dapatdisimpulkan bahwa konstruksi perancah(scaffolding) yang ada, kuat untuk dapatmenahan besar beban struktur yang ada.

ANALISIS DAN PENCEGAHANKERUNTUHAN

Berikut analisis kemungkinan penyebabkeruntuhan dari penggunaan perancahscaffolding :1. Ketidakmampuan acuan dalam

menerima beban.Untuk mendapatkan hasil yangmaksimal sesuai dengan yangdirancang, maka penggunaan bahanbaku dengan kualitas baik menjadimutlak diperlukan. Selain itu jugadiperlukan biaya pemeliharaan(maintenance) yang cukup, agarseluruh alat dan bahan yang digunakandapat sesuai dengan kualitas yangdiharapkan (sesuai perancangan).

2. Kesalahan pemilihan metode kerjaPemilihan metode kerja pada prosespelaksanaan pembangunan, jugamemegang peranan penting, termasukdalam efisiensi dan efektifitasan waktukerja, bahan bangunan, tenaga kerja,penggunaan alat kerja (ringan danberat), yang berujung pada biaya yangharus dikeluarkan.

Hal–hal khusus yang perlu diperhatikanketika melakukan pengecoran dengankondisi miring adalah :

a. Pengecoran dilakukan dari bagianbawah, hal tersebut untuk

menghindari pergeseran acuanakibat beban beton saatpenuangan.

b. Untuk menghindari keruntuhanguling dari konstruksi perancah,maka penuangan beton campurandisarankan dengan cara vertikalatau tegak lurus plat acuan.

c. Hindari adanya pembebanan titikakibat penumpukan penuanganpada satu titik, karena dapatmenyebabkan lendutan yangberujung pada keruntuhan.

d. Kondisi campuran beton lebih kental(menggunakan admixture biladiperlukan) dari saat pengecoranbiasa, hal tersebut untukmempercepat proses pengerasandan menghindari kelongsorancampuran.

e. Untuk syarat–syarat campuranbeton yang lain, sama denganaturan campuran pada umumnya.

3. Kondisi lahan yang kurang mendukungKondisi lahan yang kurang baik jugamempengaruhi pada prosespelaksanaan pembangunan, terutamapada pelaksanaan konstruksi perancah.Kondisi lahan yang tidak rata, dapatmempengaruhi ketegakan, dankesamarataan ketinggian darikonstruksi perancah. Meskipun padakonstruksi perancah ketinggian dapatdiatur sesuai keinginan, tapi kondisilahan yang tidak rata harus mendapatperhatian lebih dari pihak pelaksana.

Selain itu penggunaan tanah urug yangbelum sepenuhnya padat, juga turutmempengaruhi hasil dari pekerjaankonstruksi perancah. Kurangnyapemadatan pada saat pengurugantanah, akan dapat menyebabkankeruntuhan struktur pada saatpelaksanaan pengecoran konstruksi.Hal itu disebabkan karena tambahanbeban (beban bahan dan beban kerja)yang cukup besar dan datang secaratiba – tiba pada saat pengecoran, dapat

Page 11: 3929-8431-1-SM

VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 11

berdampak pada penurunan ketinggiankonstruksi perancah, yang kemudianberujung pada keruntuhan struktur.

4. Lain – lainHal – hal lain yang harus diperhatikanpada pelaksanaan konstruksi perancahadalah tingkat kemampuan pekerja. Halini berhubungan dengan kualitaspekerjaan dan tingkat kesadaranpekerja akan keselamatan diri selamaproses pembangunan berlangsung.Untuk itu usaha yang berkala dan terusmenerus untuk meningkatkankemampuan diri pekerja, akan menjadinilai lebih dari suatu pekerjaankonstruksi.

Tindakan Pencegahan

Beberapa tindakan yang dapat menjadialternatif pencegahan pada pekerjaankonstruksi perancah scaffolding :1. Konstruksi perancah harus

direncanakan dan dihitung denganfaktor keamanan dan satu unitperancah scaffolding dengan satu kaki< 1,5 ton (spesifikasi teknis materialpabrik ).

2. Perancah harus cukup kuat denganpemberian meja scaffolding dan bracing/ crossing dalam menerima gayamomen, lintang maupun normal(lateral).

3. Bahan – bahan perancah harusmenggunakan bahan yang baiksebelum dilakukan pemasanganperancah.

4. Perancah harus diperiksa oleh seorangtenaga ahli yang berwenang.

5. Kerangka siap pasang ( Pre-fabricatedframes) yang digunakan untukperancah harus memenuhi jepitansambungan sempurna pada keduamuka.

6. Perancah harus diberi penguat(diagonal / horizontal) untukmemberikan kekakuan dan kekuatan.

7. Perancah harus didirikan di dasartumpuan yang kuat dan rata.

8. Kejutan gaya yang besar ( beban titik )tidak boleh dibebankan pada perancah.

9. Semua perancah tempat tenaga kerjabekerja, harus dilengkapi denganplatform untuk bekerja dan cukup kuat.

10. Setiap bagian dari tempat bekerja yangdimungkinkan tenaga kerja terjatuhdari bagian yang terbuka 2 m atau lebihdiberi pagar pengaman.

11. Hal – hal yang harus perhatikan bilamenggunakan perancah kayu :a. Bahan yang digunakan harus baik

(mutu kayu kelas II).b. Desain dimensi, dan jarak

perancah kayu harus dihitungsesuai dengan gaya meksimumyang diterima.

c. Paku harus mempunyai panjang,dan diameter yang cukup.

d. Paku harus ditancapkan penuhpada kayu.

e. Perancah kayu harus diberi palangpenguat untuk memberikankekakuan, dan kekuatan.

f. Dimensi, dan jarak kayu melintangharus mampu menahan bebanyang dipikulnya.

g. Pada konstruksi yang mempunyaisudut / miring, balok melintangharus terpasang kestabilannyapada penerimaan beban lateral /horizontal.

h. Tiang – tiang kayu yang berdiribebas harus dikopel secaradiagonal / horizontal denganmenggunakan palang penguat.

Hal–hal teknis yang dapatmenyebabkan keruntuhan perancah(1)

1. Tidak adanya tangga penghubungantara elevasi – elevasi framescaffolding, hal itu dapat menyebabkankesulitan bagi pekerja yang berujungpada kurang stabilnya kondisiperancah.

2. Tata letak perancah harus diperhatikan,agar tidak mengganggu pergerakandan aktivitas pekerja.

Page 12: 3929-8431-1-SM

Keruntuhan Perancah Scaffolding saat Pelaksanaan Pengecoran

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL12

(1) Construction Bullettin,Occupational Safety andHealth Service, Department ofLabour, Wellington, NewZealand, No 11 - December 1999.

3. Penggunaan pengamanan bagi pekerjamenjadi penting untuk strukturperancah yang tinggi.

4. Masa perawatan perancah pascapemakaian, mutlak diperlukan agarkondisi perancah tetap terjaga baiksesuai dengan asumsi perancangan.

5. Adanya beban tambahan (beban kejut)diluar perancangan yang dapatmenyebabkan struktur kelebihan bebankerja.

6. Khusus untuk mobile scaffolding, rasioketinggian dengan lebar alas adalah 3 :1.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambildari uraian diatas :1. Secara perhitungan kekuatan,

penggunaan perancah scaffoldingcukup kuat untuk menahan bebanlayan (beban struktur dan beban kejut )yang ada.

2. Pemeriksaan / penyesuaian kondisilapangan dan tingkat kemampuanpekerja dalam melakukan pekerjaankonstruksi perancah menjadi mutlakdiperlukan, agar hasil pekerjaan yangada dapat sesuai dengan perancangan.

3. Perawatan bahan acuan dan perancahmutlak diperlukan agar kondisi bahandapat terkendali dan sesuai denganasumsi perancangan.

4. Pengecekan / pengendalian kualitaspekerjaan konstruksi perancah harusdilakukan berkala agar dapat

meminimalisir hal – hal yang tidakdiinginkan.

5. Pemilihan metode kerja yang tepatharus dipikirkan dengan baik, karenatidak hanya mempengaruhi waktu /lama pekerjaan tapi juga pada jenisbahan, alatdan beban kerja yang ada padapelaksanaan pembangunan.

6. Pemahaman terhadap tindakanpencegahan keruntuhan konstruksiperancah, sebaiknya dikuasai /dipahami dengan baik oleh kontraktoragar dapat meminimalisir dampak darikeruntuhan konstruksi perancahtersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Construction Bullettin. (1999). OccupationalSafety and Health Service. No. 11 –December. Department of Labour.Wellington. New Zealand.

PEDC Politeknik ITB. (1982). PedomanAcuan Perancah. Bandung.

Badan Standardisasi Nasional. (2000).Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (SNIKayu 2002, Bahan Konsensus). Jakarta.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia.Rektorat jenderal Pengusahaan Hutan.(1987). Standar Kayu Lapis StrukturalIndonesia (SKI.C – bo – 002;1987). edisipertama. Jakarta.

Brosur dan spesifikasi perancah. (2000).Slab & Beam, Formwork & Scaffolding by :Beton Concrete Form specialist.

Yaldi, G. Datu, I.K. (2001). EfisiensiPemanfaatan Bekisting Sistem Kayu danSistem Peri pada Bangunan GedungBertingkat. Tugas Akhir D-IV. PoliteknikNegeri Bandung.