3. makalah keb.nutrisi

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristiknya, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain (Asmadi. 2008: 67). Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari nutrisi di antaranya adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain- lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (nutrient) (Asmadi. 2008: 67). Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh out sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oelh manusia. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalma membantu proses tumbuh-kembang (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 60-61). Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhi melalui oral (mulut), enteral dan parenteral (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 61). 1.2 RUMUSAN MASALAH Page 1

Upload: aulia-f-u

Post on 16-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah neurobehavior tentang kebutuhan nutrisi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristiknya, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain (Asmadi. 2008: 67).

Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari nutrisi di antaranya adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (nutrient) (Asmadi. 2008: 67).

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh out sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oelh manusia. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalma membantu proses tumbuh-kembang (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 60-61).

Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhi melalui oral (mulut), enteral dan parenteral (Hidayat. A, dan Musrifatul. 2004: 61).

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Apakah pengertian dari nutrisi?

2. Apa saja jenis jenis nutrisi itu?3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi?

4. Bagaimana cara pemberian nutrisi dan macamnya?

5. Bagaimana kebutuhan gizi menurut usia?

6. Apa yang dimaksud dengan mikronutrien dan macamnya?

7. Apakah pengertian cidera kepala?

8. Bagaimana etiologi dari cidera kepala?

9. Apa saja klasifikasi dari cidera kepala?10. Bagaimanakah pengelolaan nutrisi pada pasien cidera kepala?11. Bagaimana pentalaksanaannya?12. Bagaimana manifestasi klinisnya?13. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya cidera kepala?14. Apa saja komplikasi dari cidera kepala?15. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan?16. Apakah pengertian NGT?17. Apa tujuan dan manfaat pemasangan NGT?18. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari NGT?19. Bagaimana asuhan keperawatan dari cidera kepala?1.3 TUJUAN

1. Memahami dan mengetahui pengertian dari nutrisi?

2. Memahami dan mengetahui jenis jenis nutrisi itu?3. Memahami dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi?

4. Memahami dan mengetahui cara pemberian nutrisi dan macamnya?

5. Memahami dan mengetahui gizi menurut usia?

6. Memahami dan mengetahui mikronutrien dan macamnya?

7. Memahami dan mengetahui pengertian cidera kepala?

8. Memahami dan mengetahui etiologi dari cidera kepala?

9. Memahami dan mengetahui klasifikasi dari cidera kepala?10. Memahami dan mengetahui pengelolaan nutrisi pada pasien cidera kepala?11. Memahami dan mengetahui pentalaksanaannya?12. Memahami dan mengetahui manifestasi klinisnya?13. Memahami dan mengetahui patofisiologi terjadinya cidera kepala?14. Memahami dan mengetahui komplikasi dari cidera kepala?15. Memahami dan mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan?16. Memahami dan mengetahui pengertian NGT?17. Memahami dan mengetahui tujuan dan manfaat pemasangan NGT?18. Memahami dan mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari NGT?19. Memahami dan mengetahui asuhan keperawatan dari cidera kepala?BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 NUTRISI2.1.1 Pengertian Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrien adalah zat organik, zat anorganik, dan zat yang memproduksi energi yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan untuk fungsi tubuh. Manusia memerlukan nutrien yang penting dalam makanan untuk pertumbuhan dan mempertahankan semua jaringan tubuh serta fungsi normal dari seluruh proses tubuh. (Kozier & Erb, 2002)Menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.Asupan makanan yang adekuat terdiri dari nutrien esensial yang seimbang yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Nutrien memiliki tiga fungsi utama yaitu memberikan energi untuk proses dan pergerakan tubuh, memberikan materi struktural untuk jaringan tubuh, dan mengatur proses tubuh.Nutrien dasar yang dibutuhkan oleh tubuh adalah air. Karena setiap sel memerlukan suplai bahan bakar yang kontinu, kebutuhan nutrisi yang paling penting setelah air adalah nutrien yang memberikan bahan bakar atau energi, misalnya karbvohidrat, lemak, protein. Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nuwer, 2008). Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah segala sesuatu yang kita makan sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut (Uri, 2008).2.1.2 Jenis-jenis NutrisiDibawah ini merupakan beberapa jenis-jenis Nutrisi:

Karbohidrat. Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hydrogen dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian, dan terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan (Pekik, 2007)

Lemak. Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.

Protein. Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino.

Vitamin. Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.

Mineral. Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh. Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan.

Air. Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama bagi mereka yang melakukan olahraga atau kegiatan berat.2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi :

1.Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan.

2.Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi gizi seseorang .

3.Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat mempengaruhi status gizi.

4.Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.

5.Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya di bandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.

6. Usia

Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative konstan.

7. Jenis kelamin

Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di bandingkan dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.

8. Tinggi dan berat badan

Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar.

9. Status kesehatan

Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karenaefek samping obat.

10. Faktor Psikologis seperti stress dan ketegangan

Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).

11. Alkohol dan Obat

Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelajakan untuk alcohol daripada makanan. Alcohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi di dalam intestine.

2.1.4Cara pemberian nutrisiCara pemberian Nutrisi:1.Nutrisi EnteralNutrisi enteral merupakan rute yang lebih disukai baik pada pasien anak maupun dewasa. Cara pemberian nutrisi enteral dapat melalui beberapa rute: oral, pipa lambung (cth, nasogastrik atau gastric), atau small bowel feeding tube (e.g.: nasoduodenal, gastroduodenal, jejunal).

Keuntungan nutrisi enteral adalah :

a.Pemberian dini nutrisi enteral pada pasien trauma akan meningkatkan outcome pasien

b.Cost effective

Komplikasi dari pemasangan vena sentral berkurang digunakan, yaitu :

1)Melalui Naso-Gastric Tube ( NGT )/ pipa naso-gastrik.

Biasanya digunakan dalam waktu yang singkat, tidak lebih dari 4 minggu.

2)Melalui Gastrostomy.

Digunakan pada pemakaian jangka lama, yaitu lebih dari 4 minggu, dapat dipasang dengan bantuan endoscopik, radiologik dan teknik pembedahan.

2.Nutrisi ParenteralNutrisi perenteral sebaiknya diberikan jika nutrisi enteral tidak mungkin diberikan (cth., short gutsyndrome, chylothorax). Kegagalan pengosongan lambung bukan merupakan indikasi TPN, namun lebih kepada small bowel feeding tube. Kebanyakan pasien dengan diare dapat dikelola dengan nutrisi enteral. Secara keseluruhan, pengelolaan TPN paling baik dilakukanoleh tim spesialis nutrisi terlatih.

Indikasi nutrisi parenteral: a.Traktus gastrointestinal tidak berfungsi

b.Traktus gastrointestinal tidak mungkin dipergunakan

c.Intestinal rest diperlukan

Kontraindikasi nutrisi perenteral:a.Absorbsi dan dapat menerima makanan dengan adekuat baik peroral,gastric tubemaupun enteral tube

b.Hemodinamik tidak stabil

c.Syokdan defisiensi cairan ekstraseluler

d.Gagal nafas, PaO2 50% kecuali diberikan ventilator mekanik. Metabolisme KHakan meningkatkan produksi CO2yang akan memperberat gagal nafas

e.Terminal stage, brain deathkarena alasan biaya

2.1.5 Kebutuhan gizi menurut usiaa. Kebutuhan Gizi Bayi1.Protein

Utamakan sumber protein hewani tetapi variasikan dengan protein nabati. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk :

a.Pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, hemoglobin, enzim, hormone dan antibody

b.Menggantikan sel sel yang rusak

c.Memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh

d.Sumber energy

2.Air

Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan anak karena :

a.Bagian terbesar dari tubuh terdiri atas air

b.Kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar daripada orang dewasa.

c.Bayi dan anak lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan dehidrasi seperti diare berat dan muntah-muntah.

3.Lemak

Kebutuhan lemak dianjurkan 10- 20 % dari energy total. Untuk bayi dan anak dianjurkan 1-2 % energy total berasal dari asam lemak esensial (asam linoleat) untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan kulit.

4.Karbohidrat

Kebutuhan kharbohidrat dianjurkan 60- 70 % dari energy total. Pada PASI dan sebagian besar formula bayi, 40-50 % kandungan kalori berasal dari kharbohidrat , terutama laktosa.

5.Mineral

Kebutuhan kalsium cukup tinggi (800 mg/hari), penting utk cegah osteoporosis, per tumbuhan tulang & gigi (susu, keju, yogurt,dll)

Perhatikan asupan zat besi (konsumsi daging,ayam, ikan,sereal, sayuran warna hijau setiap hari

b. Kebutuhan Gizi AnakTabel 1. Kecukupan beberapa zat gizi anak sehari

UmurBB (kg)Energi (kkal)Protein (g)Vitamin A (S.I)Kalsium

(mg)Zat besi (mg)

1-3 thn12125023 350 5008

4-6 thn18175032 460 5009

7-9 thn24190037 460 50010

10-12 thn30200045 500 70014

Agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinyaperlu diperhatikan beberapa halseperti :

1.Pada masa pertumbuhan yang cepat berikan zat gizi yang lebih banyak, seperti energi, protein dan zat gizi lain, namun masih tetap seimbang

2.Berikan makananpadat/kasar danporsi kecil sering agar terpenuhi kebutuhan energi

3.Hindarkan makanan jajanan yang berlebihan

4.Kenalkan dengan berbagai macam makanan sejak dini

5.Sediakan makan pagi dan beri makanan bekal

6.Pilih makanan yang terjamin kebersihannya, aman dan bergizi

7.Hindarkan dari kegemaran yang berlebihan terhadap satu jenis makanan

8.Jika anak tidak mau makan ibu harus bersabar, jangan buru-buru diberi susu atau makanan kegemaran

c. Kebutuhan Gizi Remaja1.Kebutuhan energi remaja disesuaikan berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin, aktifitas dan jenis menunya.

Menurut AKG 1998, kebutuhan energi sehari aktivitas sedang adalah

a.remaja putera 2500 Kkal dan remaja puteri 2100.

b.Kebutuhan energi sebaiknya berasal dari karbohidrat 50-60 %,lemak 25-30 % dan protein 10-15 %.

c.Kebutuhan energi lebih banyak pada puncak pertumbuhan dibanding sebelum atau sesudahnya. Jika dirinci per kg BB kebutuhan energi 55 kkal dan 45 kkal pada anak laki-laki umur 13-15 tahun dan 16-19 tahun; serta 45 kkal dan 40 kkal pada anak wanita umur 13 -15 tahun dan 16-19 tahun.

2.Kebutuhan protein sehari sekitar 1,5 gram per kg BB

3.Kebutuhan vitamin dan mineral meningkat untuk mengimbangi kebutuhan energi dan pertumbuhan, seperti vitamin A, B 1, B 2, B 6, B 12, asam folat, zat besi dan kalsium.

4.Kebutuhan cairan meningkat yaitu sekitar 1500 ml/hari atau 7 gelas.d. Kebutuhan Gizi Dewasa1.Energi (Kcal)Perempuan ( 20-45 ) tahun: 2.200Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 2.800

2.Protein( gr )Perempuan ( 20-45 ) tahun: 48Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 55

3.Kalsium ( mg )Perempuan ( 20-45 ) tahun: 600Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 500

4.Besi ( mg )Perempuan ( 20-45 ) tahun: 26Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 1,3

5.Vitamin A (RE)Perempuan ( 20-45 ) tahun: 500Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 700

6.Vitamin E (mg)Perempuan ( 20-45 ) tahun: 8Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 10

7.Vitamin B (mg)Perempuan ( 20-45 ) tahun: 1,0Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 1,2

8.Vitamin C (mg)Perempuan ( 20-45 ) tahun: 60Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 60

9.Folat (mg)Perempuan ( 20-45 ) tahun: 150Laki-laki ( 20-45 ) tahun: 70

e. Kebutuhan Gizi Usia Lanjut1.Kebutuhan energi usia lansia > 60 tahun 2200 kkal untuk laki-laki dan 1850 kkal untuk wanita. Kebutuhan energi menurun sejalan dengan pertambahan usia karena metabolisme sel dan kegiatan otot berkurang. Penurunan kebutuhan energi adalah 5 % per decade. Namun jika masih aktif bekerja kebutuhan energi relative tidak menurun. Energi ini diperoleh dari karbohidrat 60 %, protein 15 % dan lemak 25 %.

2.Kebutuhan protein sehari 0,9 g/kg BB. Kebutuhan protein meningkat bila ada stress fisiologis seperti infeksi, luka bakar, patah tulang dan operasi. Kebutuhan protein menurun bila ada gangguan ginjal/hati.

3.Kebutuhan vitamin dan mineral relative sama dengan usia sebelumnya. Namun asupannya perlu mendapat perhatian karena efisiensi pencernaan menurun. Vitamin dan mineral yang sering kurang : vitamin A, B, D, kalsium dan zat besi.

4.Konsumsi serat perlu diperhatikan untuk mencegah konstipasi.

5.Cairan perlu diperhatikan pada usia lansia untuk membantu system pencernaan dan eksresi yang lancar. Usia lansia membutuhkan cairan sekitar 1,5 liter atau 7 gelas sehari

2.1.6 Mikronutrien

Definisi MikronutrienApa yang dimaksud mikronutrien? Mikronutrien adalah zat gizi (nutrien) yang diperlukan oleh tubuh manusia selama hidupnya dalam jumlah kecil untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis, tetapi tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi dapat diperoleh dari makanan.Mikronutrien diperlukan tubuh terus-menerus dalam jumlah kecil biasanya kurang dari 100 mikrogram per hari. Berbeda dengan makronutrien (seperti karbohidrat, protein, lemak) yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah besar.Meskipun diperlukan dalam jumlah kecil, namun keberadaanya dalam tubuh sangat esensial. Kekurangan mikronutien tertentu dalam tubuh dapat berakibat ancaman serius bagi kesehatan. Defisiensi atau kekurangan vitamin A misalnya dapat menyebabkan kebutaan dan menghambat pertumbuhan.

Daftar MikronutrienBerikut adalah daftar zat makanan atau zat gizi yang termasuk mikronutrien.

1. VitaminMikronutrien berupa vitamin yaitu:

Vitamin A (retinol)

Vitamin B kompleks: vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B5 (asam pantotenat), Kelompok Vitamin B6: piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin, vitamin B7 (biotin), vitamin B8 (asam adenilat), vitamin B9 (asam folat), vitamin B12 (kobalamin)

Kolin

Inositol

Vitamin C (asam askorbat)

Vitamin D

Vitamin E (tokoferol)

Vitamin K

Biotin

Karotenoid: alfa karoten, beta karoten, kriptosantin, lutein, likopen, zeaksantin

2. MakromineralMikronutrien berupa makromineral yaitu:kalsium, klor, magnesium, fosfat, kalium, natrium, besi.

3. Mineral Kelumit (Trace Mineral)Mikronutrien berupa mineral kelumit yaitu:boron, kobal, klor, krom, tembaga, fluor, yodium, besi, mangan, molibden, selenium, seng.

4. Asam OrganikMikronutrien berupa asam organik yaitu:asam asetat, asam sitrat, asam laktat, asam malat, kolin, taurin.

mikronutrien:

1. Vitamin A Untuk perkembangan rangka dan jaringan lemak serta memperbanyak sel tulangKebutuhan Per Hari : 400 mikrogram ( 0-6 Bulan ).500 mikrogram ( 7 bulan 1 tahun )300 mikrogram ( 1 3 tahun )Terdapat pada : telur,susu,kentang,wortel,bayam,mangga2. Vitamin CUntuk sistetis atau penyusunan komponen struktural penting pembuluh darah,otot,jaringan ikat dan tulang,juga berguna utk proses pertumbuhan,antioksidan dan serta sistem kekebalan tubuhKebutuhan per hari : 15 miligram ( 1-3 tahun )Banyak pada : Jambu Biji,Jeruk,Strawberry,Tomat,Brokoli dan Kentang

3.Vitamin DUntuk mempertahankan kadar kalsium dalam tubuh yang penting untuk fungsi sistem saraf serta pertumbuhan dan mempertahankan kepadatan tulang,juga penting untuk penggunaan kalsium scr efisien oleh tubuh.Kebutuhan per hari : 5 mikrogram ( 0-3 Tahun )Banyak pada : sinar matahari pagi,salmon,makarel,kuning telur4. Seng ( Zn )Untuk memperbaiki pertumbuhan,mempertahankan kekebalan tubuh serta mempercepat penyembuhan luka.Kebutuhan per hari : 2 miligram(0-6Bulan)7 miligram (7bulan-3Tahun)Banyak pada : Almond,tiram,sereal,whole grains,telur,ikan,daging

5.Kalsium ( Ca )Elemen penting dalam struktur tulang dan gigi. Sekitar 99 % kalsium dalam tubuh ditemukan dalam tulang dan gigi.Kebutuhan per hari : 210 miligram ( 0-6 bulan )270 miligram ( 7 bulan 1 tahun )500 miligram ( 1-3 tahun )Banyak pada : susu,keju,yoghurt,kacangmerah,brokoli,bayam6. YodiumUntuk sintesis hormon tiroid yang berperan dlm proses fisiologis seperti pertumbuhan,perkembangan,metabolisme dan fungsi reproduksi.Kebutuhan per hari : 110 mikrogram ( 0-6 Bulan )130 mikrogram ( 7 bulan 1 tahun )90 mikrogram ( 1 -3 tahun )Banyak pada : Udang,Tuna,rumput laut

7.Fosfor (P)Membentuk matriks atau tempat asal tulang dan gigi tumbuh.Kebutuhan per hari : 100 miligram (0-6 Bulan )275 miligram ( 7 Bulan 3 Tahun )Banyak pada : susu,yoghurt,keju,telur,daging dan ikan8.Magnesium (Mg )Diperlukan untuk pembentukan tulang dan merupakan bahan esensial dari cairan sel.Kebutuhan per hari : 30 miligram ( 0-6 Bulan )75 Miligram ( 7 Bulan 1 tahun )80 miligram ( 1-3 tahun ).Banyak pada : Beras Merah,sereal,kacang dan bayam.2.2 CIDERA KEPALA2.2.1 PengertianCedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008). Menurut Doenges (2000), Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan

2.2.2 Etilogi

1. Cedera kepala umumnya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, penganiayaan, jatuh, dan trauma lahir, dengan etiologi yang dikaitkan sesuai usia anak2. Faktor-faktor yang berperan pada cedera kepala antara lain gangguan kejang, cara berjalan yang tidak stabil, keterlambatan kognitif, keputusan yang buruk, dan pengguanaan alkohol serta obat-obatan.Pertimbangan PediatrikJatuh merupakan peneybab utama cedera kepala pada anak. Cedera kepala pada todler sering kali berkaitan dengan jatuh dari tangga atau jatuh di tempat bermain. Bayi atau anak kecil yang mengalami cedera kepala harus diperiksa untuk mengatahui adanya cedera kepala non-kecelakaan, yang sering disebut sebagai shaken-baby syndrome. Jenis cedera ini terjadi akibat mengguncangnya bayi atau anak kecil dengan keras, dan biasanya mencangkup mebturan kepala anak pada permukaan yang keras. Jenis cedera ini ditandai dengan hemoragi atau subarachnoidPertimbangan GeriatrikJatuh juga merupakan penyebab utama cedera kepala pada lansia. Jatuh dapat berkaitan denga menglihatan yang buruk, keset atau bak mandi yang licin, dan kekuatan otot yang buruk pada lansia. Lansia yang mengalami cedera kepala juga dapat menjadi korban penganiayaan lansia.Cedera KepalaCedera kepala dapat bersifat terbuka (menembus melalui dura meter) atau tertutup (trauma tumpul, tanpa penetrasi malaui dura meter). Cedera kepala terbuka memungkinkan patogen lingkungan memiliki akses langsung ke otak. Kerusakan terjadi pada kedua jenis cedera apabila pembuluh darah, sel glia, dan neuron rusak atau hancur. Kerusakan otak dapat terjadi setelah cedera berat apabila perdarahan dan inflamasi menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial

Penyebab Cedera Kepala adalah kecelakaan mobil, perkelahian, jatuh, dan cedera olahraga. Cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh luka karena peluru atau pisau.2.2.3 Klasifikasi

Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera, menurut (Mansjoer, 2000) dapat diklasifikasikan penilaiannya berdasarkan skor GCS dan dikelompokkan menjadi 1). Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14 15. a. Pasien sadar, menuruti perintah tapi disorientasi. b. Tidak ada kehilangan kesadaran c. Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang d. Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing e. Pasien dapat menderita laserasi, hematoma kulit kepala f. Tidak adanya criteria cedera kepala sedang-berat

2). Cedera kepala sedang dengan nilai GCS 9 13. Pasien bisa atau tidak bisa menuruti perintah, namun tidak memberi respon yang sesuai dengan pernyataan yang di berikan. a). Amnesia paska trauma b). Muntah c). Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebro spinal) d). Kejang

3). Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8. a). Penurunan kesadaran sacara progresif b). Tanda neorologis fokal c). Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium (mansjoer, 2000) 2.2.4 Pengelolaan Nutrisi pada pasien Cedera KepalaPasien dengan cedera kepala merupakan salah satu bentuk manifestasi dari trauma, yang akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh secara keseluruhan, berupa hypermetabolisme dan katabolisme dengan hasil akhir adalah kehilangan protein dari sel-sel tubuh dan pengurangan dari cadangan nutrient tubuh.

Nutrisi enteral dibutuhkan untuk fungsi usus yang optimal: pemeliharaan baarier usus dan system imun pada usus dan sekresi immunoglobulin A (IgA). Total parenteral nutrition (TPN) berperan dalam imunosupresi; ini diduga berkaitan dengan lipid intravena, yang mngandung asam lemak rantai panjang omega 6 yang tinggi. Tingkat mortalitas yang lebih tinggi (daripada nutrisi enteral) pernah dilaporkan pada pasien yang mendapat TPN yang juga menjalani kemoterapi atau radioterapi atau cedera luka bakar.2.2.5 Penatalaksanaan Penatalaksaan Cedera Kepala Berat1. Penatalaksaan Pernapasana. Oksigenasi atau ventilasi mekanik dengan ventilasi volume

b. Perbaikan dengan operasi

Kraniotomi

Ventrikulostomi

Kranioplasti

Prosedur pirau

Trakeostomi

c. Pengobatan

Antikonvulsan

Diuretic

Kortikosteroid

Analgesic

Barbiturate

d.Pemantauan TIK

e. Pemantauan jantung

2. Penatalaksanaan elektrolit dan cairan

a. Rehabilitasi

b. Pemeriksaan fisik

Status fungsi vital

Status kesadaran

Status neurologic lain

2.2.6 Manifestasi Klinis

a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.

b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).

d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormalekstrimitas.2.2.7 Patofisiologi Cidera Kepala Berat (CKB)1. Pukulan langsung

Dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi pukulan (coup injury) atau pada sisi yang berlawanan dari pukulan ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai dinding yang berlawanan (countrecoup injury).

2. Rotasi/deselerasi

Flexi, extensi, atau rotasi leher menghasilkan serangan pada otak yang menyerang titik-titik tulang dalam tengkorak(misalnya pada sayap dari tulang sfenoid). Rotasi yang hebat juga menyebabkan trauma robekan di dalam substansi putih otak dan batang otak, menyebabkan cidera aksonal dan bintik-bintik perdarahan intraserebral.

3. Tabrakan

Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat (terutama pada anak-anak dengan tengkorak yang elastis).

4. Peluru

Cenderung menyebabkan hilangnya jaringan seiring dnegan trauma. Pembengkakan otak merupakan masalah akibat disrupsi tengkorak yang secara otomatis menekak otak :

Derajat cedera otak primer secara langsung berhubungan dengan jumlah kekuatan yang mengenai kepala

Kerusakan sekunder terjadi akiat : komplikasi sistem pernafasan (hipoksia, hiperkarbia, obstruksi jalan nafas), syok hipofolemik (cedera kepala tidak menyebabkan syok hipovolemik), perdarahan intrakranial, edema serebral, epilepsi, infeksi dan hidosefalus.

Cidera kepala adalah kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh adanya trauma (benturan benda atau serpihan tulang) yang menembus atau merobek suatu jaringan otak, oleh pengaruh suatu kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan perlambatan pada otak yang terbatas pada kompartemen yang kaku (Price & Wilson, 1995).Trauma kepala atau injuri cerebri umumnya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dan mayoritas yang terkena adalah anak muda dan pada usia lanjut sering terjadi karena jatuh/luka tusuk (Ignatavikus, 2002). Tipe trauma kepala yaitu tertutup dan terbuka, tipe fraktur yang berhubungan dengan trauma kepala terbuka yakni berupa goresan (linier), tekanan cekung dan luka terbuka dan bentuk goresan merupakan yang sederhana dan termasuk luka bersih yang mudah dbersihkan, luka tertekan akan menyebabkan penekanan pada jaringan tulang tengkorak, luka/fraktur terbuka akan ditemukan laserasi yang berhubungan langsung dengan organ terkena, sedangkan pada trauma kepala tertutup disebut trauma tumpul yang diawali dengan terjadinya comutio, contusio dan laserasi pada otak. Maka akibat yang tampak dari adanya trauma cerebri tergantung dari berat ringannya trauma dan bagaimana mekanisme trauma cerebri terjadi, disamping adanya kerusakan tulang tengkorak, sering terjadi perdarahan sehingga menyebabkan gangguan neurologis. Bila melihat manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Tn.N adalah cidera kepala berat, cidera kepala berat merupakan contusio cerebri adalah kerusakan jaringan otak yang disertai perdarahan yang secara makoskopis tidak mengganggu kontiyunitas jaringan, yang disebabkan trauma kepala dan dapat disertai fraktur tengkorak atau perdarahan selaput otak (Markam, 1992). Dalam keadaan normal cerebre blood flow (CBF) adalah 50-60 ml/mnt/100 gr jaringan otak yang merupakan 15% dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang/irama janutung. Dan bila ada perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi, pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tida begitu besar. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusi berat, hipoksia atau kerusakanotak akan terjasi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob, kondisi ini aakan menyebabkan asidosis metabolik. Dan bila melihat kasus Tn.N, riwayat pertama masuk di IGD Tn.N mengalami asidosis espiratotik dan berlanjut ke metabolik. Berdasarkan hasil CT-Scan adalah Perdarahan subdural region temporoparietal kanan & perdarahan SAH, SDH disertai hematosinus maksilaris kiri, sub goleal hematoma region parietal kiri & soft tissue swelling dengan enfisema subkutis maksilaris kiri. Sesuai hasil tersebut bahwa terjadi perdarahan cerebre yaitu di subdural dan arachnoid yang menimbulkan hematoma cerebre yang berarti telah terjadi perdarahan Intrakranial oleh adanya arteri menigia media yang pecah dan biasanya ha ini disebut dengan Hygroma-robeknya arachnoid dimana akan terjadi cairan dimungkinkan masuk ke subdural dan akan bercampur dengan CSP dan darah. Disamping itu gejala neurologis yang terjadi adalah penurunan kesadaran, peningkatan TIK dan gejala lain tergantung daerah yang mengalami kerusakan/perdarahan. Gejala paling mudah menilai tingkat kesadaran dengan GCS. Pada kasus Tn.N saat pertama kali masuk IGD tanggal 26-8-2007 bahwa kesadaran koma dengan GCS = 3 artinya bila dilihat secara teori patofisiologi dengan GCS 3 maka Tn.N masuk kategori berat, hanya pada anamnesa tidak terkaji bagaimana mekanisme terjadinya cedera, karena mekanisme cedera berpengaruh terhadap berat ringannya cidera dan keparahan dari organ yang terkena. Terdapat tiga mekanisme terjadinya cidera kepala yaitu deselerasi, akselerasi dan rotasi dan pada kejadian kecelakaan lalulintas sering karena adanya rotasi dan ini akan menyebabkan semua organ otak terganggu.

2.2.8 Komplikasi Cidera Kepala Berat1.Kebocoran cairan cerebrospinal, dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2 6 % pasien dengan cidera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan elevasi kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien. Drainase lumbai dapat mempercepat proses ini. Walaupun pasien ini memiliki resiko meningitis yang meningkat (biasanya pneumolok), pemberian antibiotik profilaksis masih kontoversial. Otorea atau rinorea cairan cerebrospinal yang menentap atau meningitis berulang merupakan indikasi untuk operasi reparatif.

2.Diabetes Incipidus, dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis, menyebabkan penghentian sekresi hormon antidiuretik. Pasien mengekskresikan sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia dan deplesi volum. Vasopresin arginin (pitressin) 5 10 unit intravena, intramuscular, atau subkutan setiap 4 6 jam atau desmopressin asetat subkutan atau intravena 2 4 mg setiap 12 jam, diberikan untuk mempertahankan pengeluaran urin kurang dari 200 ml/jam, dan volume diganti dengan cairan hipotonis (0,25 5 atau 0,45 % salin) tergantung pada berat ringannya hipernatremia.

3.Kejang Pascatrauma, dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predesposisi untuk kejang lanjut. Kejang dini menunjukkan resiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus dipertahankan dengan antikonvulsan. Insidens keseluruhan epilepsi pascatrauma lanjut (berulang, tanpa provokasi) setelah cidera kepala tertutup adalah 5 %; resiko mendekati 20 % pada pasien dengan perdarahan intrakranial ayau fraktur depresi.

4.Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.

5.Meningitis Ventrikulitis6.Infeksi saluran kemih

2.2.9 Pemeriksaaan Penunjang

Doenges 2000; Price & Wilson 2006 , menjelaskan bahwa diagnosis yang ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik

1. CT Scan : mengidentifikasi adanya sol hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran cairan dan jaringan otak.

2. MRI : sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontraks. Menggunakan medan magnet kuat dan frekuensi radio dan bila bercampur frekuensi radio-radio yang dilepaskan oleh jaringan tubuh akan menghasilkan citra MRI yang berguna dalam mengdiagnosis tumor, infark dan kelainan pada pembuluh darah

3. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma. Digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kelainan serebral vaskuler.

4. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang patologis. EEG (elektroensefalogram) mengukur aktifitas listrik lapisan superficial korteks serebri melalui elektroda yang dipasang diluar tengkorak pasien.

5. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).

6. BAEK (Brain Audition Eouked Tomografi) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak.

7. PET (Pesitron Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada batang otak8. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perubahan subaractinoid.

9. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam peningkatan TIK atau perubahan mental.

10. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.

11. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.

12. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

13. Angiografi Substraksi Digital : suatu tipe angiografi yang menggabungkan radiografi dengan teknik komputerisasi untuk memperlihatkan pembuluh darah tanpa gangguan dari tulang dan jaringan lunak disekitarnya.

14. ENG (Elektronistagmogram) : merupakan pemeriksaan elektro fisiologis vestibularis yang dapat digunakan untuk mendiagnosis gangguan sistem saraf pusat.2.3 NGT (Nasogastric Tube)

2.3.1 PengertianNGT Terapi nutrisi secara enteral yang paling sering dilakukan adalah dengan pemasangan NGT. Pemasangan selang Naso Gastric Tube (NGT) adalah prosedur invasif yang berguna untuk tujuan terapeutik dan diagnostik. Pemasangan selang NGT adalah proses medik dengan memasukkan sebuah selang plastik (selang NGT) melalui hidung, melewati tenggorokan, dan terus sampai ke dalam lambung serta dapat digunakan mengeluarkan isi lambung dengan cara diaspirasi/dialirkan. Pemasangan NGT dianggap lebih mudah dan kurang traumatis bagi pasien jika dibandingkan dengan penempatan tabung orogastric, dengan syarat dilakukakn dengan hati-hati. Komplikasi serius dapat terjadi tetapi dapat diminimalkan ketika pasien kooperatif, posisi yang benar, dan cukup siap melaksanakan prosedur ini. Perlindungan jalan napas sangat penting pada pasien koma atau tidak sadar.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat

1. Memungkinkan evakuasi isi lambung (cairan, udara, darah, racun) dan atau kumbah lambung. 2. Untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi) dan obat-obatan oral. 3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa substansi isi lambung.4. Persiapan sebelum operasi dengan general ansthesia5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi lambung sewaktu pemulihan.2.3.3Indikasi dan KontrakindikasiNGT sering digunakan untuk menghisap lambung juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makanan. NGT ini hanya digunakan dalam waktu yang singkat (Metheny dan Titler.2001). Memasang NGT adalah melakukan pemasangan selang (Tube) dari rongga hidung kedalam lambung /gaster (Asmadi, 2008). Nasogastric terdiri dari dua kata, dari bahasa yunani. Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari bahasa latin nasus untuk hidung atau moncong hidung. Gastric berasal dari bahasa yunani Gaster yang artinya the paunch (perut gendut) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah nasogastric bukan istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942 (Metheny dan titler, 2001). Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:

a. Dewasa ukurannya 16-18 Fr

b. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr

c. Bayi ukuran 6 Fr

Pada bayi baru lahir selang lambung dapat dipasang melalui suatu lubang hidung atau dimulut. Pasang selang melalui hidung jika bayi bernafas secara teratur dengan menggunakan selang terkecil yang tersedia. Pasang selang melalui mulut jika selang dibutuhkan untuk drainase lambung untuk pemberian makan bayi yang mengalami kesulitan bernafas, jika hanya tersedia selang yang ukurannya relatif besar.Indikasi Pemasangan NGTa. Tidak sadar b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas misalnya stenosis esofagus tumor mulut atau faring esofagus c. Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut d. Pasien ileus atau peritonitis, trauma abdomen untuk dikompresie. Pasien perdarahan lambung atau bilas lambung(Asmadi, 2008) Kontraindikasia. Pada waktu memasukkan pipa lambung atau memasukkan makanan petugas harus memperhatikan keadaaan umum pasien , apakah cyanotis , batuk batuk dan gelisah.b. Sebaiknya slang NGT dipasang tetap.

c. Cegah udara masuk kedalam lambung sebab dapat menyebabkan perut kembung.

( Dep K es RI , 1985 )

d. Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus

e. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal

2.4 Asuhan Keperawatan1. PENGKAJIAN

a. Keluhan Utama

Pasien MRS dengan kecelakaan lalu-lintas, klien mengalami penurunan

kesadaran (coma) sejak masuk rumah sakit, GCS=3(E1M1V1), terdapat

hematoma pada periorbital bilateral, kebiruan pada kedua bola mata dan

terdapat edema pada wajah.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengalami penurunan kesadaran (Coma) sejak 11 hari lalu, saat ini

GCS = 8 (E1M5V2) kesadaran soporokoma, terpasang NGT hari 11, terpasang

O2, terpasang infuse hari 4, terdapat luka lecet pada kaki dan tangan, luka

jahitan (7 buah) pada jari-jari kaki kanan dan kepala bagian parietal luka di

jahit (5 buah).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita DM, hipertensi,

riwayat TB disangkal, pasien belum pernah dirawat di rumah sakit.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mengalami sakit seperti pasien.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum

Keadaan penyakit berat, kesadaran soporokoma, tekanan darah

110/70 mmHg, suhu tubuh 375C, pernapasan 22X/menit, nadi

88X/menit (regular), GCS (E1M5V2), BB ( sakit ): tidak diketahui, BB

( Sblm Sakit ) ; tidak diketahui.

2) Sistem integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut

hitam dan tampak kotor/berminyak , tidak botak, perubahan warna

kulit tidak ada, adanya dekubitus grade 1 pada daerah punggung

dan bahu kiri dan kanan atas.

3) Kepala

Normo cephalic, simetris, benjolan/hematoma pada kepala temporal

kiri dan terdapat luka jahitan 5 buah.

4) Muka

Asimetris, odema (+) pada maksilaris kiri, otot muka dan rahang

kekuatan lemah , sianosis tidak ada.

5) Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (- /- ), pupil isokor sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif (+/+). Tajam penglihatan tidak dapat dievalusai, kelopak mata tampak bengkak (+/+) warna kebiruan.

6) Telinga

Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal, tidak ada perdarahan telingga.

7) Hidung

Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.

8) Mulut dan faring

Bau mulut , stomatitis (-) bibir tampak kering, gigi depan lepas 2 buah, lidah merah mudah tampak kotor, kelainan lidah tidak ada, Terpasang NGT.

9) Leher

Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis 5 + 2cmH2O.tidak ada benjolan limphe nodul.

10) Thoraks

Paru Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksiintercoste(-), perkusi resonan, rhonchi +/+ pada basal paru,wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi.

11) Jantung

Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, bataskanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusidullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-).Capillaryrefill 2 3 detik .

12)AbdomenBising usus +, tidak ada benjolan, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites ( - ).

13) Inguinal-Genitalia-Anus

femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, terpasang kateter hari ke 11.

14) Ekstrimitas

Akral hangat, edema -/-, kekuatan 2/2, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik, atropi -/-.

15) Tulang belakangTidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.

f. Terapi

Nama obat Dosis Pemakaian Efek Samping ( evaluasi perawat )

Citicolin (2x500 gr, Injeksi)

Extrace (1x400 gr, Injeksi)

Kaltolac (3 x 1 ampl, Injeksi)

OMZ (1x1 ampl Injeksi, dengan efek samping Alergi)

ranitidin (2x 1 ampl Injeksi, dengan efek samping Mual muntah)

Cefriaxon (2 x 2 gr Injeksi, dengan efek samping Alergi)

Nimotop (4 x 60 mg Injeksi, dengan efek samping alergi)

IVFD NaCl 0,9% (8 Jam, Infus, dengan efek samping Resti infeksi)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan napas buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan batuk/batuk efektif sekunder akibat nyeri dan keletihan.2. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (nemongi, nemotuma), edema serebral ; penurunan TD sistemik / hipoksia.3. Resiko tinggi peningkatan TIK yang berhubungan dengan desak ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural hematoma.

4. Gangguan nutrisi : kurang dari kbutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.3. RENCANA KEPERAWATAN

DX 1 : Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan napas buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan batuk/batuk efektif sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam terdapat perilaku peningkatan keefektifan jalan napas.

Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube bebas sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernapasan.

IntervensiRasionalisasi

Kaji keadaan jalan napasObstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi sekret, sisa cairan mucus, perdarahan, bronkhospasme, dan/atau posisi dari endotracheal/tracheostomy tube yang berubah.

Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara napas pada kedua paru (bilateral).Pergerakan dada yang simetris dengan suara napas yang keluar dari paru-paru menandakan jalan napas tidak terganggu. Saluran napas bagian bawah tersumbat dapat terjadi pada pneumonia/atelektasis akan menimbulkan perubahan suara napas seperti ronkhi atau wheezing.

Monitor letak/posisi endotracheal tube. Beri tanda batas bibir.

Lekatkan tube secara hati-hati dengan memakai perekat khusus.

Mohon bantuan perawat lain ketika memasang dan mengatur posisi tube.Endotracheal tube dapat saja masuk ke dalam bronchus kanan, menyebabkan obstruksi jalan napas ke paru-paru kanan dan mengakibatkan klien mengalami pneumothoraks.

Catat adanya batuk, bertambahnya sesak napas, suara alarm dari ventilator karena tekanan yang tinggi, pengeluaran sekret melalui endotracheal/tracheostomy tube, bertambahnya bunyi ronkhi.Selama intubasiklien mengalami refleks batuk yang tidak efektif, atau klien akan mengalami kelemahan otot-otot pernapasan (neuromuscular/neurosensorik), keterlambatan untuk batuk. Semua klien tergantung dari alternatif yang dilakukan seperti mengisap lender dari jalan napas.

Lakukan penghisapan lender jika diperlukan, batasi durasi pengisapan dengan 15 detik atau lebih. Gunakan kateter pengisap yang sesuai, cairan fisiologis steril.

Berikan oksigen 100% sebelum dilakukan pengisapan dengan ambu bag (hiperventilasi).Pengisapan lendir tidak selamanya dilakukan terus-menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah bahaya hipoksia.

Diameter kateter pengisap tidak boleh lebih dari 50% diameter endotracheal/tracheostomy tube untuk mencegah hipoksia.

Dengan membuat hiperventilasi melalui pemberian oksigen 100% dapat mencegah terjadinya atelektasis dan mengurangi terjadinya hipoksia.

Anjurkan klien mengenai tekhik batuk selama pengisapan seperti waktu bernapas panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi.Batuk yang efektif dapat mengeluarkan sekret dari saluran napas.

Atur/ubah posisi klien secara teratur (tiap 2jam).Mengatur pengeluaran sekret dan ventilasi segmen paru-paru, mengurangi risiko atelektasis.

Berikan minum hangat jika keadaan memungkinkan.Membantu pengenceran sekret, mempermudah pengeluaran sekret.

Jelaskan kepada klien tentang kegunaan batuk efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran pernapasan.Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

Ajarkan klien tentang metode yang tepat untuk pengontrolan batuk.Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, dapat menyebabkan frustasi.

Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

Lakukan pernapasan diafragma.Pernapasan diafragma menurunkan frekuensi napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

Tahap napas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, dikeluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.Meningkatkan volume udara dalam paru, mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.Sekresi kental sulit untuk di encerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mucus, yang mengarah pada atelektasis.

Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi. : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000-1500 cc/hari bila tidak ada kontraindikasi.Untuk menghindari pengentalan dari sekret atau mosa pada saluran napas pada bagian atas.

Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.Higine mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

Kolaborasi dengan dokter, radiologi, dan fisioterapi.

Pemberian ekspektoran.

Pemberian antibiotic.

Fisioterapi dada.

Konsul foto thoraks.Ekspektoran untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi seperti postural drainage, perkusi/penepukan.Mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran sekret.

Berikan obat-obat bronchodilator sesuai indikasi seperti aminophilin, meta-proterenol sulfat (alupent), adoetharine hydrochloride (bronkosol).Mengatur ventilasi dan melepaskan sekret karena relaksasi muscle/bronchospasme.

DX 2 : Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (nemongi, nemotuma), edema serebral ; penurunan TD sistemik / hipoksia.

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam fungsi serebral membaik, penurunan fungsi neurologis dapat d minimalkan /distabilkan.

Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensorik, mendemonstrasikan vital sign yang stabil dan tidak ada tanda-tanda peningktan TIK,

Intervensi Rasional

Kaji ulang tanda-tanda vital

klien dan status relirologis klien

Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangankerusakan ssp.

Monitor tekanan darah, catat adanya hipertensi sistolik secara teratur dan tekanan nadi yang makin berat, obs, ht, pada klien yang mengalami trauma multiple.Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti penurunan tekanan darah distolik (nadi yangmembesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, juga diikuti ( yang berhubungandengan trauma kesadaran.Hipovolumia/ Ht (yang berhubungan dengan trauma multiples) dapatmengakibatkan kerusakan / iskemik serebral.

Monitor Heart Rate, catat adanya bradikardi, takikardi atau bentuk disritmia lainya.Perubahan pada ritme (paling sering bradikardia) dan disritmia dapat timbul yang encerminkanadanya depresi / trauma pada batang otak pada pasien yang tidak mempunyai kelainan jantung sebelumnya.

Monitor pernafasan meliputi pola dan ritme, seperti periode apnea setelah hiperventilasi(pernafasan cheyne stokes).Nafas tidak teratur menunjukkan adanya gangguanserebral/ peningkatan TIK dan memerlukan intervensi lebih lanjut termasuk kemungkinandukungan nafas buatan.

Kaji perubahan pada penglihatan ( penglihatan kabur, ganda, lap. Pandang menyempitdan kedalaman persepsi. Gangguan penglihatan dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak,merupakan konsekuensi terhadap keamanan dan juga akan mempngaruhi pilihan intervensi

Pertahankan kepala / leher pada posisi tengah/ pada posisi netral. Sokong dengan handuk kecil /bantal kecil. Hindari pemakaian bantal besar pada kepala

Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah lain yang selanjutnya akan

meningkat TIK.

Kolaborasi Tinggikan kepala pasien 15 45o sesuai indikasi / yang dapat ditoleransi.Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga mengurangi kongesti dan edema/ resiko terjadinya peningkatan TIK.

Kolaborasi pemberian O2 tambahan sesuai

indikasi

Menurunkan hipoksemia yang mana dapat menaikkan vasodilatasi dan vol darah serebral yang meningkatkan TIK.

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :

- Diuretik

- Steroid

- Analgetik sedang

- Sedatif

Untuk menurunkan air dari sel otak, menurunkan edema otakTIK.

Menurunkan inflasi, yangselanjutnya menurunkan edemajaringan.

Menghilangkan nyeri dan dapat berakibat pada TIK tetapi harus digunakan dengan hasil untuk mencegah gangguanpernafasan.

Untuk mengendalikankegelisahan agitas

DX 3 : Resiko tinggi peningkatan TIK yang berhubungan dengan desak ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural hematoma.

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.

Kriteria hasil : klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS 4, 5, 6, tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normal.

IntervensiRasionalisasi

Mandiri

Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologis/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.

Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam

Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diastolic) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intrakrinial. Adanya peningkatan tekanan darah, bradikardi, disritmia, dispnea merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK.

Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman, dan reaksi terhadap cahaya.Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Reaksi pupil diatur oleh saraf III cranial (okulomotorik) yang menunjukkan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis. Respon terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi dari saraf cranial II dan III.

Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan.Panas merupakan refleks dari hipotalamus.

Peningkatan kebutuhan metabolism dan O2 akan menunjang peningkatan TIK/ICP (Intracranial Pressure).

Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada vena serebral), untuk itu dapat meningkatkan tekanan intracranial.

Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek rangsangan kumulatif.

Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang tenang. Sentuhan yang ramah, dan suasana / pembicaraan yang tidak gaduh.Memberikan suasana yang tenang (colming effect) dapat mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah.

Cegah/hindarkan terjadinya valsava maneuver.Mengurangi tekanan intratorakal dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK.

Bantu klien jika batuk, muntah.Aktivitas ini dapat meningkatkan intrathorakal/tekanan dalam thoraks dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan TIK.

Kaji peningkatan istirahat dan tingkat laku.Tingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks nyeri dimana klien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK.

Palpasi pada pembesaran/pelebaran bladder, pertahankan drainase urine secara paten jika di gunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi.Dapat meningkatkan repons otomatis yang potensial menaikkan TIK.

Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab-sebab TIK meningkat. Meningkatkan kerja sama dalam meningakatkan perawatan klien dan mengurangi kecemasan.

Observasi tingkat kesadaran dengan GCS.Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.

Kolaborasi :

Pemberian O2 sesuai indikasi.Mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi serebral, volume darah, dan menaikkan TIK.

Kolaborasi untuk tindakan operatif evakuasi darah dari dalam intracranial.Tindakan pembedahan untuk evakuasi darah dilakukan bila kemungkinan terdapat tanda-tanda deficit neurologis yang menandakan peningkatan ntrakranial.

Berikan cairan intravena sesuai indikasi.Pemberian cairan mungkin di inginkan untuk mengurangi edema serebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK.

Berikan obat osmosis diuretic contohnya : manitol, furoscide.Diuretic mungkin digunakan pada fase akut untuk mengalirkan air dari sel otak dan mengurangi edema serebral dan TIK.

Berikan steroid contohnya : dexamethason, methyl prenidsolon.Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan.

Berikan analgesic narkotik contoh : kodein.Mungkin di indikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada TIK tetapi dapat digunakan dengan tujuan untuk mencegah dan menurunkan sensasi nyeri.

Berikan antipiretik contohnya : asetaminofen.Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan.

Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti prothrombin, LED.Membantu memberikan informasi tentang efektifitas pemberian obat.

DX 4 : gangguan nutrisi : kurang dari kbutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria hasil : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan pemeriksaan laboratorium.

Intervensi Rasional

Mandiri

Evaluasi kemampuan makan klien

Klien dengan tracheostomy tube mungkin sulit untuk makan, tetapi klien dengan endotracheal tube dapat menggunakan mag slang atau memberi makanan parenteral.

Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan.Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.

Catat pemasukan peroral jika diindikasikan. anjurkan klien untuk makanNafsu makan biasanya berkurang dan nutrisi yang masuk pun berkurang. menganjurkan klien memilih makanan yang di senangi dapat dimakan ( bila sesuai anjuran).

Berikan makanan kecil dan lunakMencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.

Kolaborasi

Aturlah diet yang diberikan sesuaii keadaan klien Diet tinggi kalori, protein, karbohidrat sangat diperlukan selama pemasangan ventilator untuk mempertahankan fungsi otot-otot respirasi. karbohidrat dapat berperan dan penggunaan lemak meningkat untuk mencegah terjadinya produksi co2 dan pengaturan sisa respirasi.

Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan seperti serum, transverin,BUN/kreatinin dan glukosa.

Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.Pasien dengan cedera kepala merupakan salah satu bentuk manifestasi dari trauma, yang akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh secara keseluruhan, berupa hypermetabolisme dan katabolisme dengan hasil akhir adalah kehilangan protein dari sel-sel tubuh dan pengurangan dari cadangan nutrient tubuh. Maka dari itu perlu nutrisi yang adekuat untuk pemulihan dari cidera kepala tersebutBAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aescalapius FKUI.

Muscari, Mary E. 2001. Keperawatan Pediatrik Ed. 3. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Patofisiologi Ed.3. Alih bahasa : Nike Budhi Subekti. JakartaKozier & Erb. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis ed.5. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta

Sumardjo, damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.http://sarisyafaat2110.wordpress.com/2010/02/03/mikronutrien/http://olvista.com/kesehatan/apa-itu-mikronutrien/Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.Asmadi (2008).Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Salemba Medika , JakartaGriffin Perry, Anne, Patricia A. Potter, Ronnie Peterson, Veronika. 2000. Pocket Guide to Basic Skills and Prosedures. Buku saku ketrampilan dan prosedur dasar edisi V.IDAI (2000). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Maternal Neonatal Health, Jakarta.

RSCM dan PERSAGI, 2003. PENUNTUN DIIT ANAK, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Cet. I. EGC, Jakarta

Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi 4. FK UI, JakartaTucker, Susan Martin, 1998, Patient Care Standards: Nursing Procces, Diagnosis, and Outcome, EGC ,Jakarta

A. Grace, Pierce & R. Borley, Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Ed. 3. Jakarta : Penerbit Airlangga. hal 91.

Luckman Sorensen,(1995).Medical Surgical Nursing, A PhsycoPhysiologic Approach,4th Ed,WB Saunders Company, Phyladelpia.

Smeltzer, S. C et.al (2005), Brunner&Suddarths: Textbook of Medical Surgical Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott.

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 33