29163472 asuhan keperawatan pada klien dengan cidera medula spinalis

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan/atau di bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. Cidera medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet : kehilangan sensasi fungsi motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan fungsi motorik volunter (Marilynn E. Doenges,1999;338). Cidera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000 orang di Amerika Serikat, dengan perkiraan10.000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer,2001;2220). Data dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan dalam 5 bulan terakhir terhitung dari Januari sampai Juni 2003 angka kejadian angka kejadian untuk fraktur adalah berjumlah ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 1

Upload: adhezzz

Post on 10-Aug-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan

seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2

dan/atau di bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan

sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.

Cidera medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet : kehilangan sensasi fungsi

motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan fungsi

motorik volunter (Marilynn E. Doenges,1999;338).

Cidera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi

150.000 orang di Amerika Serikat, dengan perkiraan10.000 cedera baru yang terjadi

setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75%

dari seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer,2001;2220). Data dari bagian rekam medik

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan dalam 5 bulan terakhir terhitung

dari Januari sampai Juni 2003 angka kejadian angka kejadian untuk fraktur adalah

berjumlah 165 orang yang di dalamnya termasuk angka kejadian untuk cidera medulla

spinalis yang berjumlah 20 orang (12,5%).

Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena

olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita lebih

banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di asosiasikan dengan

perubahan hormonal (menopause) (di kutip dari Medical Surgical Nursing, Charlene

J. Reeves,1999).

Klien yang mengalami cidera medulla spinalis khususnya bone loss pada L2-3

membutuhkan perhatian lebih diantaranya dalam pemenuhan kebutuhan ADL dan

dalam pemenuhan kebutuhan untuk mobilisasi. Selain itu klien juga beresiko

mengalami komplikasi cedera spinal seperti syok spinal, trombosis vena profunda,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 1

Page 2: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

gagal napas; pneumonia dan hiperfleksia autonomic. Maka dari itu sebagai perawat

merasa perlu untuk dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien dengan cidera medulla spinalis dengan cara promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif sehingga masalahnya dapat teratasi dan klien dapat terhindar dari masalah

yang paling buruk.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan kasus

cidera medulla spinalis bone loss L2-3.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi data yang menunjang

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan

c. Mampu menulis definisi diagnosa keperawatan

d. Mampu menjelaskan rasional diagnosa keperawatan

e. Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan

f. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa

keperawatan

g. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien

h. Mampu melaksanakan evaluasi

i. Mampu mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam

melaksanakan asuhan keperawatan

j. Mampu mengidentifikasi dalam pemberian penyelesaian masalah (solusi).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 2

Page 3: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

C. Metode Penulisan

Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan metode studi kasus dengan teknik

pengumpulan data sebagai berikut : teknik wawancara, teknik observasi, pemeriksaan

fisik, studi kepustakaan dengan mengambil literature yang berhubungan dengan kasus

cidera medulla spinalis.

D. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pengertian, anatomi, etiologi, tanda dan

gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis,

komplikasi dan asuhan keperawatan yang terkait dengan kasus tersebut.

BAB III : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 3

Page 4: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR

1. ANATOMI FISIOLOGI

Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula

spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke

lubang-lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh

disitus intervertebralis.

Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut :

a. Vetebrata Thoracalis (atlas)

Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus tetapi hanya

berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens,

yang mirip dengan pasak. Veterbrata cervitalis ketujuh disebut prominan

karena mempunyai prosesus spinasus paling panjang.

b. Vertebrata Thoracalis

Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung,

berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thorax.

c. Vertebrata Lumbalis

Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal, berjumlah

5 buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang

besar ukurnanya sehingga pergerakannya lebih luas kearah fleksi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 4

Page 5: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

d. Os. Sacrum

Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana

ke 5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi.

e. Os. Coccygis

Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami

rudimenter.

Lengkung koluma vertebralis.kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis

memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior : lengkung vertikal

pada daerah leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang,

daerah lumbal kedepan dan daerah pelvis melengkung kebelakang. Kedua

lengkung yang menghadap pasterior, yaitu torakal dan pelvis, disebut promer

karena mereka mempertahankan lengkung aslinya kebelakang dari hidung tulang

belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengna kepala membengkak ke bawah

sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah depan badan.

Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder → lengkung

servikal berkembang ketika kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat

sekelilingnya sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia

merangkak, berdiri dan berjalan serta mempertahankan tegak. (lihat gambar A1)

Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan yang kokoh dan

sekaligus bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan cakram

intervertebralis yang lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan

membonkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan

yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat,

dan dengan demikian otak dan sumsum belkang terlindung terhadap goncangan.

Disamping itu juga untuk memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk

kartan otot dan membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga

badan dan memberi kaitan pada iga. (Eveltan. C. Pearah, 1997 ; 56 – 62)

Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula ablonata,

menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebra-

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 5

Page 6: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

lumbalis pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus

medularis, dna kemudian sebuah sambungan tipis dasri pia meter yang disebut

filum terminale, yang menembus kantong durameter, bergerak menuju koksigis.

Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar 45 cm ini, pada bagian

depannya dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara bagian belakang

dibelah oleh sebuah figura sempit.

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal. Dari

penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan

bawah : dan plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis. Fungsi

sumsum tulang belakang : a. Mengadakan komunikasi antara otak dan semua

bagian tubuh dan bergerak refleks.

Untuk terjadinya geraka refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut :

1. Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit

2. Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel

dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada

karnu pasterior mendula spinalis.

3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls-impuls menuju karnu anterior medula spinalis.

4. sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima dan

mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag motorik.

5. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf

motorik.

6. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada

daerah torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis

beberapa otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot pada

kedua anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 6

Page 7: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

2. PENGERTIAN

Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan

oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001)

Cidera medulla spinalis adalah buatan kerusakan tulang dan sumsum yang

mengakibatkan gangguan sistem persyarafan didalam tubuh manusia yang

diklasifikasikan sebagai :

- komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)

- tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik)

Cidera medullan spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang

disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai

daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong.

Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan,

sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan.

3. ETIOLOGI

Penyebab dari cidera medulla spinalis yaitu :

- kecelakaan otomobil, industri

- terjatuh, olah-raga, menyelam

- luka tusuk, tembak

- tumor.

4. PATOFISIOLOGI

Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuh

sempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah

satu atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien

paralisis).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 7

Page 8: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke

ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi

kontusio atau robekan pada cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan

hancur. Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini

saja tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera

medulla spinalis akut.

Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia,

edema, lesi, hemorargi.

Cidera medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5

- Lesi 11 – 15 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan

bagian dari bokong.

- Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.

- Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.

- Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.

- Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.

5. MANIFESTASI KLINIS

- nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena

- paraplegia

- tingkat neurologik

- paralisis sensorik motorik total

- kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 8

Page 9: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

- penurunan keringat dan tonus vasomoto

- penurunan fungsi pernafasan

- gagal nafas

(Diane C. Baughman, 200 : 87)

6. PEMERIKSAN DIAGNOSTIK

- Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi), unutk

kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi

- Skan ct

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural

- MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

- Mielografi.

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor

putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub

anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami

luka penetrasi).

- Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada

diafragma, atelektasis)

- Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume

inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 9

Page 10: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan

gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).

- GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

(Marilyn E. Doengoes, 1999 ; 339 – 340)

7. KOMPLIKASI

- Neurogenik shock.

- Hipoksia.

- Gangguan paru-paru

- Instabilitas spinal

- Orthostatic Hipotensi

- Ileus Paralitik

- Infeksi saluran kemih

- Kontraktur

- Dekubitus

- Inkontinensia blader

- Konstipasi

8. PENATALAKSANAAN CEDERA MEDULA SPINALIS (FASE AKUT)

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah cedera medula spinalis lebih

lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan

resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan

kardiovaskuler.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 10

Page 11: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

Farmakoterapi

Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medela.

Tindakan Respiratori

1. Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.

2. Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau

eksistensi leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal.

3. Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk pasien

dengan lesi servikal yang tinggi.

Reduksi dan Fraksi skeletal

1. Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan

stabilisasi koluma vertebrata.

2. Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi

skeletal, yaitu teknik tong /capiller skeletal atau halo vest.

3. Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi

Intervensi bedah = Laminektomi

Dilakukan Bila :

1. Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi

2. Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal

3. Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal

4. Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal

atau dislokasi atau dekompres medulla.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 11

Page 12: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

(Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Cedera Medulla Spinalis

1. Pengkajian

a. Aktifitas /Istirahat

Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi.

Kelemahan umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

b. Sirkulasi

Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.

c. Eliminasi

Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis

berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.

d. Integritas Ego

e. Takut, cemas, gelisah, menarik diri.

f. Makanan /cairan

Mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik)

g. Higiene

Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)

h. Neurosensori

Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan

pada syok spinal).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 12

Page 13: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak setelah syok

spinal sembuh).

Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks /refleks asimetris

termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat

bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.

i. Nyeri /kenyamanan

Mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.

j. Pernapasan

Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki,

pucat, sianosis.

k. Keamanan

Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).

l. Seksualitas

Ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur.

(Marikyn E. Doengoes, 1999 ; 338-339)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan kelemahan

/paralisis otot-otot abdomen dan intertiostal dan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi.

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik

dan sesorik.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 13

Page 14: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan

penurunan immobilitas, penurunan sensorik.

4. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih

secara spontan.

5. Konstipasi berhubungan dengan adanya atoni usus sebagai akibat gangguan

autonomik.

6. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, cedera psikis

dan alt traksi

(Diane C. Boughman, 2000 : 90)

3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

Tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola

pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan

retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak

terdapatnya komplikasi.

INTERVENSI

1. Tujuan : Meningkatkan pernapasan yang adekuat

Kriteria hasil : Batuk efektif, pasien mampu mengeluarkan seket, bunyi napas

normal, jalan napas bersih, respirasi normal, irama dan

jumlah pernapasan, pasien, mampu melakukan reposisi, nilai

AGD : PaO2 > 80 mmHg, PaCO2 = 35-45 mmHg, PH = 7,35

– 7,45

Rencana Tindakan

a. Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 14

Page 15: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

R/ Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen

berpengaruh terhadap kemampuan batuk.

b. Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher, brsihkan sekret)

R/ Menutup jalan nafas.

c. Monitor warna, jumlah dan konsistensi sekret, lakukan kultur

R/ Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia.

d. Lakukan suction bila perlu

R/ Pengambilan secret dan menghindari aspirasi.

e. Auskultasi bunyi napas

R/ Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru.

f. Lakukan latihan nafas

R/ mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret.

g. Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

R/ Mengencerkan sekret

h. Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R/ Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam

darah.

i. Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R/ Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 15

Page 16: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

2. Tujuan : Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil : Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya

kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh

yang sakit /kompensasi, mendemonstrasikan teknik /perilaku

yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas.

Rencana Tindakan

a. Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam.

R/ Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam.

b. Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh

dan kenyamanan pasien.

R/ Mencegah terjadinya dekubitus.

c. Beri papan penahan pada kaki

R/ Mencegah terjadinya foodrop

d. Gunakan otot orthopedhi, edar, handsplits

R/ Mencegah terjadinya kontraktur.

e. Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali /hari

R/ Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur.

f. Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien.

R/ Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 16

Page 17: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

g. Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti

splints

R/ Memberikan pancingan yang sesuai.

3. Tujuan : Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil : Keadaan kulit pasien utuh, bebas dari kemerahan, bebas dari

infeksi pada lokasi yang tertekan.

Rencana Tindakan

a. Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R/ Salah satunya yaitu immobilisasi, hilangnya sensasi, Inkontinensia

bladder /bowel.

b. Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R/ Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus.

c. Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R/ Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d. Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R/ Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia, perubahan posisi

meningkatkan sirkulasi darah.

e. Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien.

R/ Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya

kerusakan kulit

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 17

Page 18: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

f. Lakukan pemijatan khusus / lembut diatas daerah tulang yang menonjol

setiap 2 jam dengan gerakan memutar.

R/ Meningkatkan sirkulasi darah

g. Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R/ Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h. Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet / rusak setiap hari

R/ Mempercepat proses penyembuhan

4. Tujuan : Peningkatan eliminasi urine

Kriteria Hasil : Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa

residu dan distensi, keadaan urine jernih, kultur urine negatif,

intake dan output cairan seimbang

Rencana tindakan

a. Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R/ Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b. Kaji intake dan output cairan

R/ Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder.

c. Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R/ Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih

sehingga perlu bantuan dalam pengeluaran urine

d. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R/ Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya ........

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 18

Page 19: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

e. Cek bladder pasien setiap 2 jam

R/ Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f. Lakukan pemeriksaan urinalisa, kultur dan sensitibilitas

R/ Mengetahui adanya infeksi

g. Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R/ Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi.

5. Tujuan : Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil : Pasien bebas konstipasi, keadaan feses yang lembek,

berbentuk.

Rencana tindakan

a. kaji pola eliminasi bowel

R/ Menentukan adanya perubahan eliminasi

b. b. Berikan diet tinggi serat

R/ Serat meningkatkan konsistensi feses

c. Berikan minum 1800 – 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi

R/ Mencegah konstipasi

d. Auskultasi bising usus, kaji adanya distensi abdomen

R/ Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e. Hindari penggunaan laktasif oral

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 19

Page 20: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

R/ Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f. Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R/ Meningkatkan pergerakan peritaltik

g. Berikan suppositoria sesuai program

R/ Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h. Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R/ Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

6. Tujuan : Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil : Melaporkan penurunan rasa nyeri /ketidak nyaman,

mengidentifikasikan cara-cara untuk mengatasi nyeri,

mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan

aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu.

Rencana tindakan

a. Kaji terhadap adanya nyeri, bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung

nyeri, misalnya lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0 – 1-

R/ Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada /

punggung atau kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya, perubahan posisi, masase,

kompres hangat / dingin sesuai indikasi.

R/ Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan

emosionlan, selain menurunkan kebutuhan otot nyeri / efek tak

diinginkan pada fungsi pernafasan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 20

Page 21: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

c. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya, pedoman imajinasi

visualisasi, latihan nafas dalam.

R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan

dapat meningkatkan kemampuan koping

d. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, relaksasi otot, misalnya dontren

(dantrium); analgetik; antiansietis.misalnya diazepam (valium)

R/ Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme /nyeri otot atau untuk

menghilangkan-ansietas dan meningkatkan istrirahat.

4. Evaluasi

a. Klien dapat meningkatkan pernafasan yang adekuat

b. Klien dapat memperbaiki mobilitas

c. Klien dapat mempertahankan integritas kulit

d. Klien mengalami peningkatan eliminasi urine

e. Klien mengalami perbaikan usus / tidak mengalami konstipasi

f. Klien menyatakan rasa nyaman

(Marilyn E. Doenges 1999 ; 340 – 358, Diane C Baurghman, 2000 : 91 – 93)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 21

Page 22: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cidera medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet : kehilangan sensasi fungsi

motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan fungsi

motorik volunter (Marilynn E. Doenges,1999;338).

Penyebab dari cidera medulla spinalis yaitu dapat karena kecelakaan otomobil,

industri, terjatuh, olah-raga, menyelam, luka tusuk, tembak, tumor.

Penatalaksanaan adalah untuk mencegah cedera medula spinalis lebih lanjut dan

untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 22

Page 23: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler. Yaitu

dapat berupa farmakoterapi dan reduksi dan fraksi skeletal.

B. Saran

Untuk para mahasiswa keperawatan seharusnya lebih aktif dalam berbagai diskusi

waktu penyajian makalah sehingga pengatahuan dan wawasannya dapat berkembang

terutama tentang asuhan keperawatan pada klien dengan cidera medula spinalis. Bagi

para dosen, diharapkan dapat memberikan arahan dan pengetahuan baru yang

mungkin belum dibahas oleh mahasiswa dalam forum diskusinya sehingga ada suatu

kesinambungan dan kontribusi antara mahasiswa dengan dosen.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 . Jakarta :

EGC.

Carpenito, L. T, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta ; EGC

Doengoes, M. E, 1999, Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta ; EGC

Luckman, J. and Sorensens R.C. 1993. Medical Surgical Nursing a Psychophysiologic

approach, Ed : 4. Philadelphia ; WB, Souders Company.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 23

Page 24: 29163472 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cidera Medula Spinalis

Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA MEDULA SPINALIS, ZAENUDIN Page 24