239696797 rio 3

25
LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Asam Basa LO 1.1 Definisi Menurut Arrhenius - Asam adalah zat yang terdisosiasi dalam air membentuk H + - Basa adalah zat yang tedisosisasi dalam air membentuk OH - Menurut Bronsted dan lowry - Asam adalah zat yang dapat memberikan ion H ke zat lain (disebut sebagai donor proton). - Basa adalah zat yang dapat menerima ion H dari zat yang lain (disebut sebagai akseptor proton). Menurut konsep dari G.N Lewis - Asam adalah suatu zat yang menerima sebuah pasangan elektron. - Basa adalah suatu zat yang memberikan sepasang electron. LO 1.2 Klasifikasi Berdasarkan kemampuan melepas H + 1. Asam lemah Adalah asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisodiasi tidak sempurna). 2. Asam kuat Adalah asam yang berdisosiasi sempurna dalam air. 3. Basa lemah Adalah basa yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air/suatu persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan ion hidrogen dalam larutan air. 4. Basa kuat Adalah persenyawaan yang berdisosiasi secara sempurna dalam larutan air.

Upload: andi

Post on 11-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nbhbhbhgbvbh

TRANSCRIPT

Page 1: 239696797 rio 3

LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Asam Basa

LO 1.1 Definisi

Menurut Arrhenius- Asam adalah zat yang terdisosiasi dalam air membentuk H+

- Basa adalah zat yang tedisosisasi dalam air membentuk OH-

Menurut Bronsted dan lowry- Asam adalah zat yang dapat memberikan ion H ke zat lain (disebut sebagai

donor proton).- Basa adalah zat yang dapat menerima ion H dari zat yang lain (disebut

sebagai akseptor proton).

Menurut konsep dari G.N Lewis- Asam adalah suatu zat yang menerima sebuah pasangan elektron.

- Basa adalah suatu zat yang memberikan sepasang electron.

LO 1.2 Klasifikasi

Berdasarkan kemampuan melepas H + 1. Asam lemah

Adalah asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisodiasi tidak sempurna).2. Asam kuat

Adalah asam yang berdisosiasi sempurna dalam air.3. Basa lemah

Adalah basa yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air/suatu persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan ion hidrogen dalam larutan air.

4. Basa kuatAdalah persenyawaan yang berdisosiasi secara sempurna dalam larutan air.

Berdasarkan bentuk ion1. Asam anion

Asam yang mempunyai muatan negatif.Misalnya : H2SO4 dan SO3

2. Asam kationAsam yang mempunyai muatan positif.Misalnya : NH4 dan H3O

3. Basa anionBasa yang mempunyai muatan negative.Misalnya : CL dan CN

4. Basa kationBasa yang mempunyai muatan positif.

Page 2: 239696797 rio 3

LI 2. Memahami dan menjelaskan ukuran keasaman pH

LO 2.1 Definisi

Simbol yang berhubungan dengan konsentrasi hidrogen ] atau aktivitas larutan dibandingkan larutan standar yang diberikan. Secara numeric, pH kira-kira sama dengan logaritma negative konsentrasi yang dinyatakan dalma molaritas, pH 7 merupakan keadaan netral; di atas 7 terjadi peningkatan alkalinitas sedangkan dibawah 7 dan peningkatan keasaman (asiditas).

LO.2.2. Cara Menentukan pH

Yang digunakan untuk mengukur pH suatu larutan adalah:

- Kertas lakmus, kertas lakmus berubah menjadi merah bila keasaman larutan naik (asam), sedangkan berubah menjadi warna biru bila jika tingkat keasamaan larutan turun (basa). Penggunaan kertas lakmus ini adalah pengukuran yang paling sederhana, tetapi tidak dapat menentukan nilai pasti pH tersebut, hanya menunjukkan asam atau basa.

- Indikator Kertas (Indikator Stick). Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia

- Indikator universal, substansi yang dapat berubah warna diantara berbagai ukuran pH. Indikator tidak memberikan gambaran lebih spesifik terhadap nilai pH dibandingkandengan kertas lakmus. Indikator universal merupakan gabungan berbagai indikator yang diikuti dengan perubahan warna dari pH 2 – 10. Berbagai macam indikator universal, yaitu :

Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna

Metil Ungu 0,5 – 1,5 Kuning – Ungu

Metil Kuning 2,0 – 3,0 Merah – Kuning

Metil Jingga 3,1 – 4,4 Merah – Kuning

Brom Kresol Hijau 3,8 – 5,4 Kuning – Biru

Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning

Brom Timol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru

Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tidak Berwarna – Merah

Alizarin Kuning 10,1 – 12,0 Tidak Berwarna – Ungu

1

Page 3: 239696797 rio 3

- Menggunakan alat pH meter yaitu alat yang digunakan di lab untuk menentukan pH dari suatu larutan dan nilainya tertera sangat jelas. pH meter bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduktivitas suatu larutan.

LO 2.3 Indikator

larutan indikator adalah zat-zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa, dan netral, sehingga dapat digunakan untuik membedakan larutan yang bersifat asam, basa, dan netral. Larutan indikator akan berubah warna jika PH (derajat keasaman) berubah. Pada suhu 25 derajat celcius maka pH + pOH = 14, untuk larutan netral pH = pOH = 7, sedangkan untuk larutan asam pH lebih kecil 7 dan larutan basa lebih besar 7. Jadi, pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen atau ukuran keasaman larutan. Ada dua macam indikator, yaitu:

Indikator penunjuk asam adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika konsentrasi asam berubah sedikit saja. Daerah perubahan warna untuk indikator ini kurang dari 7.

Indikator penunjuk basa adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika konsentrasi basa (OH) berubah sedikit saja. Daerah perubahan warnanya lebih dari 7.

Di laboratorium, indikator yang sering digunakan adalah larutan fenolftalein (PP), metil merah, dan metil orange.

Table beberapa indicator Asam-Basa yang lazim

IndikatorWarna

Kisaran pHDalam Asam Dalam Basa

Timol biru merah Kuning 1,2-2,8

Bromofenol biru Kuning Ungu kebiruan 3,0-4,6

Metil jingga Jingga Kuning 3,1-4,4

Metil merah Merah Kuning 4,2-6,3

Klorofenol biru Kuning Merah 4,8-6,4

2

Page 4: 239696797 rio 3

Bromotimol biru Kuning Biru 6,0-7,6

Kresol merah Kuning Merah 7,2-8,8

fenolftalein Tidak berwarna Pink kemerahan 8,3-10,0

*kisaran pH didefinisikan sebagai kisaran di mana indicator berubah dari warna asam ke warna basa

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Asam-Basa

LI 3.1 Definisi Keseimbangan Asam-Basa

Keadaan dimana konsentrasi H+ diproduksi setara dengan H+ yang dikeluarkan oleh sel. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan antaraion [H+] bebas dan [HCO3

-] dalam cairan tubuh sehingga keseimbangan tubuh yang harus dijaga kadar ion [H+] bebas dalam batas normal pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan.

Batas normal pH adalah dari 7,38 sampai 7,42 jika menggunakan nilai yang lebih sensitive yaitu standar deviasi dari nilai rata-rata 7,4. Tetapi pada umumnya para klinisi memakai nilai yang kurang sensitive yaitu 7,35 sampai 7,45, dengan dua standar deviasi dari nilai rata rata.

pH darah yang kurang dari 7,35 disebut asidemia dan proses penyebabnya disebut asidosis. Kurang dari 7,25 dapat membahayakan jiwa dan apabila kurang dar 6,8 sudah tidak dapat ditanggulangi lagi oleh tubuh. Demikian juga pH darah yang lebih dari 7.45 disebut alkalemia dan proses penyebabnya disebut alkalosis. Ph lebih besar dari 7,55 dapat membahayakan jiwa dan >7,8 tidak dapat ditanggulangi lagi oleh tubuh.

Persamaan ini menekankan fakta bahwa perbandingan asam terhadap basa harus 20 : 1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal dan menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolic serta kemampuan paru-paru untuk mengubah PaCO2 melalui respirasi.

LI 2.3 Mekanisme Keseimbangan Asam-Basa

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).

3

Page 5: 239696797 rio 3

- Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.

- Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

3. Pembuangan karbondioksida.Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan

mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Koordinasi untuk pengaturan keseimbangan asam basa yang dilakukan dengan 3 sitem :

1. Sistem buffer 2. Sistem respirasi3. Sistem eksresi melalui ginjal

1. Sistem bufferSistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat menahan perubahan

pH. Sistem buffer merupakan larutan yang mengandung asam dan basa konjugasinya.

Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H+ dalam darah karena rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan kadar [H+] sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal

mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H+ dengan mensekresikan ion H+ dan menambahkan HC baru dalam darah karena memiliki dapar fosfat.

Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :

Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat Sistem buffer hemoglobin Sistem buffer protein Sistem buffer fosfat

Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat

4

Page 6: 239696797 rio 3

Sistem buffer ini merupakan suatu komponen yang paling penting pada pengaturan pH cairan ekstraseluler. Sistem buffer bikarbonat merupakan sistem buffer istimewa, sistem buffer tetap merupakan sistem buffer terbaik pada pH 7.4 walaupun Pka nya 6.1, karena dapat mengeluarkan CO2 melalui paru dan jumlahnya banyak. Tubuh mempertahankan sistem buffer bikarbonat ini dengan pengaturan kadar karbondioksida di paru dan bikarbonat di ginjal.

H2O + CO2 ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-

CO2 bereaksi dengan H2O membentuk CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan

ion bikarbonat melalui reaksi reversibel. Bila terjadi peningkatan ion hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat. Berarti dalam hal ini ion bikarbonat bertindak sebagai basa lemah yang menerima kelebihan ion hidrogen. Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami disosiasi menjadi CO2 dan air, dan CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui paru.

Sistem buffer hemoglobinBuffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel darah merah. Hb

dapat berfungsi sebagai buffer karena mengandung residu histidin, yaitu asam amino yang dapat berikatan secara reversibelion hidrogen, menghasilkan Hb bentuk berproton dan tidak berproton.

Na+ + HCO3 ↔ NaHCO3

Hb- + H+ ↔ HHb (PK 7-8)

Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadi karbonat karena didalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses pengikatan terjadi dengan cepat karena CO2 berdifusi cepat melintasi membran sel darah merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.

Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan hemoglobin. Hb penting untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2 dan sebagai sistem buffer yang kuat.

Sistem buffer proteinSistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan interstitial.Protein sebagai

buffer berinteraksi secara ekstentif dengan sistem buffer lainnya. Protein tersusun oleh asam amino yang mempunyai sifat amfoter, yaitu asam amino akan bersifat sebagai kation pada suasana asam dan bersifat sebagai anion pada suasana basa.

Fungsi pengaturan buffer protein:

5

Page 7: 239696797 rio 3

- Bila terjadi penurunan pH, gugus amino (-NH2) dari asam amino akan bertindak sebagai basa lemah dengan mengikat ion hidrogen dan membentuk ion amonium. Gugus amino bertindak sebagai akseptor proton.

- Bila terjadi peningkatan pH, gugus karboksil (-COOH) dari asam amino mengalami disosiasi dan berubah menjadi ion karboksil dan ion H+. Gugus karboksil bertindak sebagai donor proton.

Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut berperan mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses pengaturan melalui sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.

Sistem buffer FosfatSistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan intrasel. Pada

cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H2PO4-) dengan monohidrogen fosfat (HPO3

2-). Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam lemah dan

basa kuat menjadi basa lemah. Natrium hidrogen fosfat ( ) adalah basa lemah dan natrium

dihidrogen fosfat ( Na P ) adalah asam lemah

HCl + Na2HPO4 ↔ NaH2PO4 + NaCl

NaOH + NaH2PO4 ↔ Na2HPO4 + H2O

HPO4-(aq) + H +

(aq) H 2 PO 4(aq)

H2PO4 - (aq) + OH -(aq) --> HPO4

2-(aq)) + H2O (aq)

Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.

Sistem pernapasan tubuh (respirasi)

Dengan cara hiperventilasi ataupun hipoventilasi,sistem ini mengatur komponen asam bikarbonat.sehingga rasio Garam bikarbonat dan asam karbonat dipertahankan normal.

Dalam hal ini melibatkan

1.Pemasukan O2 dan pelepasan CO2 di alveoli paru-paru

6

Page 8: 239696797 rio 3

2.Transportasi O2 dari alveoli paru-paru ke jaringan-jaringan

3.Trasnportasi CO2 dari jaringan ke alveoli paru-paru.

Transportasi O2 dalam darah berbentuk

1.Gas terlarut di dalam plasma darah 2.O2 terikat hemoglobin dalam sel darah merah membentuk senyawa Hb-oksi (HbO2)

HbO2 mempunyai keasamaan tinggi,lebih tinggi dari Hb tereduksi

Transportasi CO2 dalam darah berbentuk

1.Gas larut dalam plasma darah (jumlahnya sedikit)

2.Asam karbonat,larut dalam plasma darah (jumlahnya sedikit)

3.Berbentuk ikatan karbamino dengan protein darah,termasuk Hb (kira-kira 20% CO2 yang di transport).

4.garam bikarbonat (kira-kira 70% CO2 yang di transpor)

Kejenuhan Hb-oksi terutama dipengaruhi oleh pO2 dan pCO2 stempat.

Aspek fisiologi dan biokimia dalam keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hydrogen pada cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi dalam metabolism yang normal meskipun terbentuk banyak asam sebagai hasil metabolism, namun ion hydrogen cairan tubuh tetap rendah. Kadar hydrogen normal darah arteri adalah 4 x 108 mEq/L atau sekitar 1 persejuta dari kadar Na+. meskipun rendah, kadar ion hydrogen yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi ( naik turun) sangat mempengaruhi aktifitas enzim sel. Perubahan ion hydrogen yang relative kecil dapat angat mempengaruhi hidup seseorang karena berefek terhadap enzim sel.

pH darah normal adalah 7.3-7.5, asam adalah pH dibawah 7.3, dan basa adalah pH diatas 7.5.pH 7.3-7.5. Ini harus tetap dipertahankan, walaupun banyak senyawa-senyawa metabolitatau nutrien yang bersifat mengganggu nilai tersebut. Gangguan ke arah keasaman (asidosis) pH kurang dari 7.3 atau ke arah kebasaan (alkalosis) pH diatas 7.5.

LO 4. Memahami dan Menjelaskan tentang Gangguan Keseimbangan Asam-Basa Tubuh

LI 4.1 Definisi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

7

Page 9: 239696797 rio 3

Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain sistem buffer, sistem respirasi, fungsi ginjal, gangguan sistem kardiovaskular maupun gangguan fungsi susunan saraf pusat. Gangguan ini ditandai dengan pergeseran pH menjauhi batas normal.

LI 4.2 Jenis-jenis Gangguan Keseimbangan Asam-BasaKlasifikasi yang umum digunakan umumnya menggambarkan masalah dan kelainan yang terjadi,

sesuai dengan namanya. Gangguan keseimbangan asam-basa respiratorik

Terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan perifer dengan ekskresinya di paru; ditandai oleh peningkatan atau penurunan konsentrasi CO2.

o Asidosis respiratorikAsidosis respiratorik terjadi apabila terdapat gangguan ventilasi alveolar yang menggangu eliminasi CO2 sehingga akhirnya terjadi peningkatan PaCO2 (hiperkapnia). Awalnya sistem buffer dapat mengatasi namun akhirnya terjadi penurunan pH.

Asidosis respiratorik akut terjadi gangguan eliminasi CO2 secara akut dan umumnya disertai dengan hipoksemia sehingga terjadi stimulasi ventilasi yang bertujuan untuk meningkatkan eliminasi CO2 dan meningkatkan O2. Respon buffer HCO3- oleh ginjal dalam plasma terjadi dalam beberapa menit namun kompensasi belum sempuran. Kompensasi secara sempurna terjadi dalam beberapa hari. Respon ginjal dapat berupa peningkatan eksresi ion H+, peningkatan reabsorpsi HCO3- di tubulus proksimal dan peningkatan produksi HCO3- di tubulus distal.

Asidosis respiratorik kronik dapat terjadi oleh berbagai keadaan antara lain PPOK, sleep apnea, obesitas, kelainan dinding dada dan lain sebagainya. Pada gagal napas kronik terjadi retensi CO2 secara kronik dan hipoksemia kronik. Tubuh telah beradaptasi pada keadaan ini sehingga dorongan untuk bernapas bukan lagi disebabkan oleh peningkatan CO2 akut namun oleh hipoksemia kronik. Oleh karena itu tindakan koreksi gagal napas akut pada penderita gagal napas kronik perlu berhati-hati karena dapat menyebabkan hilangnya dorongan untuk bernapas.

o Alkalosis respiratorikPada alkalosis respiratorik terjadi hiperventilasi alveolar sehingga terjadi penurunan PaCO2 (hipokapnia) yang dapat menyebabkan peningkatan pH. Hiperventilasi alveolar timbul karena adanya stimuls yang baik langsung maupun tidak langsung pada pusat pernapasan, penyakit paru akut dan kronik, overventilasi iatrogenic (penggunaan ventilasi mekanik).

Gangguan keseimbangan asam-basa metabolikTerjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau cairan ekstrasel.

o Asidosis metabolik8

Page 10: 239696797 rio 3

Asidosis metabolik ditandai dengan penurunan kadar ion bikarbonat diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 di dalam arteri. Kompensasi umumnya terdiri dari kombinasi mekanisme respiratorik dan ginjal, ion hidrogen berinteraksi dengan ion bikarbonat membentuk molekul CO2 yang dieliminasi di paru, sementara itu ginjal mengupayakan eksresi ion hidrogen ke urin dan memproduksi ion bikarbonat yang dilepaskan ke cairan ekstrasel. Kadar ion bikarbonat normal adalah 23 mEq/l dan kadar normal pCO2 adalah 40 mmHg dengan kadar ion hidrogen sebesar 40 nmol/l. penurunan kadar ion bikarbonat sebesar 1 mEq/l akan diikuti oleh penurunan pCO2 sebesar 1,2 mmHg.Kompensasi paru dengan cara hiperventilasi yang menyebabkan penurunan tekanan parsial CO2, dapat bersifat lengkap, sebagian atau berlebihan. Berdasarkan kompensasi ini, asidosis metabolik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

Asidosis metabolik sederhana, penurunan kadar ion bikarbonat sebesar 1mEq/l diikuti penurunan pCO2 sebesar 1,2 mmHg

Gabungan asidosis metabolik dan asidosis respiratorik dapat juga disebut uncompensated metabolic acidosis, penurunan kadar ion bikarbonat sebesar 1mEq/l diikutin penurunan pCO2 kurang dari 1,2 mmHg (pCO2 dapat sedikit lebih rendah atau sama atau lebih tingg dari normal)

Gangguan asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik atau dapat disebut sebagai partly compensated metabolic acidosis, penurunan kadar ion bikarbonat sebesar 1 mEq/l diikuti penurunan PCO2 sebesar lebih dari 1,2 mmHg (pH dapat sedikit lebih rendah atau sama atau lebih tinggi dari normal)

o Alkalosis metabolikAlkalosis metabolik merupakan suatu proses terjadinya oeningkatan primer bikarbonat dalam arteri. Akibat peningkatan ini, kadar ion bikarbonat di arteri berubah. Usaha tubuh untuk memperbaiki rasio ini dilakukan oleh paru dengan menurunkan ventilasi (hipoventilasi) sehingga PCO2 meningkat dalam arteri dan meningkatnya konsentrasi ion bikarbonat dalam urin. Pada alkalosis metabolik, kenaikan kadar HCO3- 1 mEq/l akan menyebabkan kenaikan PCO2 sebesar 0,7 mmHg.

LI 4.3 Etiologi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

Asidosis respiratorik1. Inhibisi pusat pernapasan

a. Obat yang menimbulkan depresi pusat pernapasan; sedatif, anastetikumb. Central sleep apneac. Kelebihan O2 pada hiperkapnia atau hipoksemia kronik

2. Penyakit neuoramuskulara. Neurologik: poliomyelitis, sindrom Guilain Barreb. Muscular: hipokalemia, muscular dystrophy

3. Obstruksi jalan napas

9

Page 11: 239696797 rio 3

a. Asma bronchialb. PPOKc. Spasme laringd. Obstructive sleep apnea

4. Kelanian restriktifa. Penyakit pleura: efusi pleura, empiema, pneumotoraks, fibrotoraksb. Kelaninan dinding dada: kifoskoliosis, obesitasc. Kelainan restruktif paru: fibrosis pulmoner, pneumonia, edema paru

5. Mechanical under ventilation6. Overfeeding

Alkalosis respiratorik1. Rangsangan pusat pernafasan

(Hiperventilasi, hipermetabolik, tumor otak, cedera kepala, intoksikasi salisilat)2. Hipoksia

(Gagal jantung kongestif, fibrosis paru, tinggal ditempat yang tinggi, asma, edema paru)3. Ventilasi mekanisme yang berlebihan 4. Mekanisme yang belum jelas

(Sepsis gram negatif, sirosis hepatis)5. Latihan fisik

Asidosis metabolik1.Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh

2.Berkurangnya kadar ion HC dalam tubuh

3.Retensi ion H+ dalam tubuh.4.Penambahan asam

Oksidasi lemak tak sempurna pada asidosis dibetika / kelaparan Oksidasi karbohidrat tak sempurna pada asidosis laktat

5.Pengurangan bikarbonat : asidosis tubulus ginjal, diare, kolostomi, dan ileostomi6.Berbagai gangguan, seperti gagal ginjal, asidosis laktat, produksi badan keton naik,

hyperaldosteron, keracunan

Alkalosis metabolik1.Kekurangan H+ dari ECF (Muntah,penyedotan nasogastrik, diare dengan kehilangan klorida,

diuretik, hipokalemia) 2.Retensi HCO3

- (Pemberian natrium bikarbonat berlebihan, sindrom susu alkali)

LI4.4 -

LI 4.5 Manifestasi Klinik Gangguan Keseimbangan Asam-Basa10

Page 12: 239696797 rio 3

Asidosis respiratorikGejala dan retensi CO2 tidak bersifat khas dan pada umumnya tidak mencerminkan kadar PaCO2

selain itu asidosis respiratorik akut maupun kronis selalu disertai oleh hipoksemia sehingga hipoksemia bertanggung jawab atas banyak tanda-tanda klinik akibat retensi CO2.

Alkalosis respiratorikTerdapat pola pernafasan yang berbeda-beda pada sindrom hiperventilasi yang diinduksi oleh kecemasan; mulai dari pernafasan yang normal sampai pernafasan yang jelas tampak lebih cepat, dalam, dan panjang. Pasien seringkali terlihat banyak menguap dan gejala mencolok lainnya adalah kepala terasa ringan, parestasi sekitar mulut. Apabila alkalosis yang terjadi cukup parah dapat timbul tetani seperti spasme karpopedal. Pasien dapat mengeluh kelelahan kronis, jantung berdebar-debar, cemas, mulut terasa kering, dan tidak bisa tidur. Gejala alkalosis respiratorik berat dapat disertai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop.

Asidosis metabolikGejala serta tanda asidosis metabolik cenderung tidak jelas, dan pasien dapat asimtomatik, kecuali jika [HCO3-] serum turun sampai di bawah 15 mEq/L. Pernafasan kussmaul (nafas dalam dan cepat yang menunjukan adanya hiperventilasi kompensatorik) mungkin lebih menonjol pada asidosis akibat ketoasidosis diabetik dibandingkan pada asidosis akibat gagal ginjal. Gejala dan tanda utama asidosis metabolik adalah kelainan kardiovaskular,neurologis, dan fungsi tulang.

Alkalosis metabolikTidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolik yang spesifik. Adanya gangguan ini harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah, penyedotan, nasogastrik, pengobatan diuretik atau pasien yang baru sembuh dari gagal nafas (Hiperkapnia)

4.6 Pemeriksaan Fisik Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

Pemeriksaan Diagnostik

1. Nilai-nilai AGD: menentukan pH (biasanya , 7,35) dan derajat kompensasi respiratori seperti dilihatkan oleh PaCO2, yang biasanya adalah < 35 mmHg. Analisa gas darahBeberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat :- Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dengan posisi berbaring (pasien dalam keadaan

takut/gelisah akan menyebabkan hiperventilasi)- Pengambilan darah pada pasien yang sedang mendapat terapi oksigen dilakukan minimal 20

menit setelah pemberian oksigen dan perlu dicantumkan kadar oksigen yang diberikan- Perlu diwaspadai adanya pendarahan dan hemotoma akibat pengambilan darah terutama pada

pasien yang sedang mendapat terapi antikoagulan- Suhu tubuh pasien dan waktu pengambilan darah harus dicantumkan dalam formulir

permohonan pemeriksaan

Proses pengambilan darah :

Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan keseimbangan asam basa adalah darah arteri

11

Page 13: 239696797 rio 3

Pengambilan darah : pengambilan darah arteri radialis

- Uji Allen. Penderita diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambilan darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka. Pengambilan darah melepaskan tekanan jarinya dari darah arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembulun kapiler tangan. Bila terdapat gangguan koleteralisasi pada arteri ulnaris (uji allen negative), arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji allen negative), arteri radialis tidak boleh digunakan.

- Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan menghadap keatas dan pegelangan tangan ekstensi 30 derajat agar jaringan lunak terfiksasi oleh ligament dan tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil.

- Jari pemeriksa diletakkan diatas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah

- Setelah melakukan tindakan asespsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditususkan pada daerah distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri. Jarum ditusukan membentuk sudut 30 derajat dengan permukaan lengan dengan posisi lubang jarum (bevel) menghadap keatas.

- Jarum yang masuk kedalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong oleh tekanan darah. Pada penderita hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan (jangan terlalu ceoat karena akan menghisap udara). Setelah darah jumlah diperlukan terpenuhi (minimal 1 mL), cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah

2. Bikarbonat serum: menentukan adanya asidosis metabolik ( < 22 mEq/L).3. Elektrolit serum: mungkin terjadi peningkatan kalium Karena pertukaran kalium intrasellular

dari ion-ion hydrogen dalam usaha tubuh untuk menormalkan lingkungan asam-basa. Anion Gap: dalam usaha untuk mengidentifikasi penyebab asidosis metabolik,

penganalisaan elektrolit serum untuk mendeteksi anion gap mungkin sangat membantu. Anion gap mencerminkan adanya anion yang tak terukur dalam plasma dan dihitung dengan mengurangi penjumlahan klorida dan natrium bikarbonat dengan jumlah konsentrasi natrium plasma.

Anion Gap = minus ( +

Pada kelompok pembentukan asam organic yang berlebihan sebagai penyebab asidosis metabolic, besar anion gap akan meningkat oleh karena adanya penambahan anion lain yang berasal dari asam organic.Pada kelompok berkurangnya kadar ion HCO3- sebagai penyebab asidosis metabolic, besar anion gap tetap dalam batas normal dengan peningkatan kadar ion Cl-. Asidosis metabolic dengan anion gap yang normal selalu disertai dengan peningkatan ion Cl- dalam plasma sehingga disebut juga sebagai asidosis metabolic hiperkloremik. Pada

12

Page 14: 239696797 rio 3

kelompok retensi ion hydrogen sebagai penyebab asidosis metabolic, besar anion gap meningkat.

4. EKG: mendeteksi distrima yang disebabkan oleh hyperkalemia. Perubahan yang tampak pada hyperkalemia termasuk memuncaknya gelombang T, penurunan segmen ST, penurunan ukuran gelombang R, menurun atau tidak terdapatnya gelombang P, dan pelebaran kompleks QRS, asidosis dapat menyebabkan perubahan ECG yang tidak spesifik.

3.8 Tatalaksana Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

Asidosis respiratorik adalah mengatasi penyakit dasarnya dan bila terdapat hipoksemia harus diberikan terapi oksigen. Asidosis respiratorik dengan hipoksemia berat memerlukan ventilasi mekanik baik invasive maupun noninvasive. Pemberian oksigen pada pasien dengan retensi CO2 kronik dan hipoksia harus berhati-hati karena pemberian oksigen dengan FiO2 yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan minute volume dan semakin meningkatkan PCO2. Pemberian oksigen harus dilakukan secara hati-hati dan ditunjukan dengan target kadar PaO2 >50 mmHg dengan FiO2 yang rendah.

o Pengobatan

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-batan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru- paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

Alkalosis respiratorik ditunjukan terhadap kelainan primernya. Alkalosis yang disebabkan oleh hipoksemia diatasi dengan memberikan terapi oksigen. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh serangan panic diatasi dengan menenangkan pasien atau memberikan pernafasan menggunakan system air rebreathing. Overventilasi pada pasien dengan ventilasi mekanik diatasi dengan mengurangi minute ventilation atau dengan menambahkan dead space. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hipoksemia diterapi dengan oksigen dan memperbaiki penyebab gangguan pertukaran gas.

o Pengobatan

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang

13

Page 15: 239696797 rio 3

dihembuskannya.Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal inidilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

Asidosis metabolic tatalaksananya ditunjukan terhadap penyebabnya. Walaupun asidosis metabolic bersifat reversible, pemberian bikarbonat eksogen hanya diperlukan bila pH <7,2. Keadaan tersebut dapat terjadi pada diare berat, fistula high-output, atau RTA. Prosedur koreksi :

1. Secara umum koreksi dilakukan hingga tercapai pH 7,2 atau kadar ion HCO3- 12 mEq/L.

2. Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukan secara penuh hingga mencapai kadar ion HCO3- 20-22 mEq/L. pertimbangan dilakukan hal tersebut adalah mencegah hiperkalemia, mengurangi kemungkinan malnutrisi, dan mengurangi percepatan gangguan tulang (osteodistrofi ginjal).

3. Pada ketoasidosis diabetic atau asidosis laktat tipe A, koreksi dilakukan bila kadar ion HCO3- dalam darah kurang atau sama dengan 5 mEq/L, terdapat hiperkalemia berat, setelah koreksi insulin pada diabetes mellitus, koreksi oksigen pada asidosis laktat, atau pada asidosis belum terkendali. Koreksi dilakukan samapi kadar ion HCO3- 10 mEq/L

4. Pada asidosis metabolic yang terjadi bersamaan dengan asidosis respiratorik dan tidak menggunakan ventilator, koreksi harus dilakukan secara hati-hati atas pertimbangan depresi pernafasan.

o Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

Alkalosis metabolic bertujuan meningkatkan minute ventilation, mengingkatkan tekanan oksigen arterial dan mixed venous oxygen tension, serta menurunkan konsumsi oksigen. Pada alkalosis metabolic, disebut letal bila pH darah lebih dari 7,7. Bila ada deplesi volume cairan tubuh, upayakan agar volume plasma kembali normal dengan pemberian NaCl isotonic. Bila penyebabnya hipokalemia, lakukan koreksi kalium plasma. Bila penyebabnya hipokloremia, lakukan koreksi klorida dengan pemberian NaCl isotonic. Bila penyebabnya adalah pemberian bikarbonat berlebihan, hentikan pemberian

14

Page 16: 239696797 rio 3

bikarbonat. Pada keadaan fungsi ginjal yang menurun atau edema akibat gagal jantung, kor pulmonal atau sirosis hati, koreksi dengan NaCl isotonic tidak dapat dilakukan karena dikhawatirkan dapat terjadi retensi natrium disertai kelebihan cairan (edema bertambah). Asetazolamid merupakan suatu penghambat anhidrase karbonat yang sangat efektif dalam mengatasi alkalosis metabolic. Dosis tunggal 500 mg (dewasa) dianjurkan untuk mengatasi kondisi alkalosis metabolic.

o PengobatanBiasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

15

Page 17: 239696797 rio 3

Daftar Pustaka

Horne, Mima M. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-basa. Jakarta:EGC

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari sel ke Sistem. EGC

FKUI. 2012. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

http://www.chayoy.com/2012/05/contoh-senyawa-asam-kuat-dan-asam-lemah.html 2-3-15 19.10

http://www.chayoy.com/2012/05/contoh-senyawa-basa-kuat-dan-basa-lemah.html 2-3-15 19.49

http://www.oxycjdw.co.id/artikel_kesehatan.php?no=14 2-3-15 20.00

Purba, Michael. 2007. Kimia 2B. Jakarta: Erlangga

16