2.1. kepemimpinan 2.1.1. pengertian kepemimpinan · kegiatan dakwah karena menganggap dakwah...

23
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Seperti manajemen, kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang beda pula. Menurut Stoner, dalam Handoko (2009:294) kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada 3 (tiga) implikasi penting dari definisi tersebut: a) Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain-bawahan atau pengikut. Kesedian mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan akan menjadi tidak relavan. b) Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Kepemimpinan

    2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

    Seperti manajemen, kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan

    berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang beda pula. Menurut Stoner,

    dalam Handoko (2009:294) kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai

    suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

    sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada 3 (tiga) implikasi

    penting dari definisi tersebut:

    a) Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain-bawahan atau pengikut.

    Kesedian mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota

    kelompok membantu menentukan status kedudukan pemimpin dan membuat

    proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas

    kepemimpinan akan menjadi tidak relavan.

    b) Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak

    seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin

    mempunyai wewenang untuk untuk mengarahkan berbagai kegiatan para

    anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan

  • 8

    kegiatan-kegiatan pimpinan secara langsung, meskipun dapat juga melalui

    sejumlah cara secara tidak langsung.

    c) Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau

    pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh.. Dengan kata lain,

    para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus

    dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan

    perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang

    bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga

    mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu

    dilaksanakan dengan tepat.

    Menurut Handoko (2009:294-295) kepemimpinan adalah bagian penting

    manajemen,tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan

    kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar

    bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi

    juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan

    pengawasan.

    Menurut Solihin (2009:131) Kepemimpinan (leadership) adalah suatu proses

    yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan (directing) dan

    mempengaruhi (influencing) para bawahannya dalam kegiatan yang berhubungan

    dengan tugas (task-related activities), agar para bawahannya tersebut mau

    mengerahkan seluruh kemampuannya-baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

    suatu tim, untuk mencapai tujuan yang telat ditetapkan perusahaan.

  • 9

    Menurut Herlambang (2013:113) definisi kepemimpinan adalah kemampuan

    seseorang untuk mempengaruhi perubahan perilaku orang lain, baik langsung

    maupun tidak langsung.

    Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan

    kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin

    kepada para pengikutnya dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi.

    2.2. Motivasi

    2.2.1. Pengertian Motivasi

    Menurut Herlambang (2013:133-134) motivasi merupakan dorongan (ide,

    emosi atau kebutuhan fisik) yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan.

    Misalnya, seseorang tidak ingin belajar, maka proses pembelajaran tidak akan terjadi.

    Motivasiseseorang untuk belajar dapat berada dari motivasi sosial, tugas, atau fisik.

    Motivasi sosial, tugas atau fisik mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi

    sosial dibutuhkan untuk berhubungan, penampilan sosial, atau harga diri. Individu

    secara umum mencari orang lain untuk membandingkan pendapat, kemampuan dan

    emosi. Sebagai contoh mahasiswa seringkali bekerja keras untuk mendapatkan pujian

    dari guru atau perhatian dari rekan-rekannya.

    Motivasi tugas didasari oleh kebutuhan seperti keberhasilan dan kompetensi.

    Misal, mahasiswa kedokteran akan bekerja berulang-ulang di laboratorium untuk

  • 10

    belajar memberikan injeksi karena motivasi untuk menguasai tugas atau

    keterampilan. Setelah seseorang berhasil menyelesaikan suatu tugas maka orang

    tersebut biasanya termotivasi untuk mencapai hal yang lebih.

    Motivasi fisik atau motivasi kien. Kien dengan perubahan fungsi fisik

    mungkin termotivasi untuk belajar. Menurut Tanner dalam Herlambang (2013:134)

    pengetahuan yang diperlukan untuk mempertahankan diri menghasilkan motivasi

    yang lebih besar untuk belajar daripada pengetahuan yang hanya meningkatkan

    kesehatan.

    Menurut Kanfer dalam Jones dan George yang dikutip kembali oleh Solihin

    (2009:152) motivasi (motivation) merupakan kekuatan psikologi yang akan

    menentukan arah dari perilaku seseorang (direction of person persistence) pada saat

    orang itu dihadapkan pada berbagai rintangan.

    Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan motivasi

    adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang

    kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorogan tersebut bermaksud agar orang

    tersebut menjadi yang lebih baik dari yang sebelumnya.

    Menurut Solihin (2009:152) definisi motivasi tersebut mengandung beberapa

    elemen konsep yang dapat di jelaskan sebagai berikut:

    1. Arah dari perilaku seseorang menunjukkan berbagai kemungkinan pilihan

    perilaku yang bisa dipilih oleh seseorang. Sebagai contoh, seorang karyawan

    dapat memilih untuk berperilaku datang tepat waktu atu selalu datang

  • 11

    terlambat ke kantor. Pilihan karyawan tersebut pasti didasari oleh motivasi

    tertentu.

    2. Tingkat daya, menunjukkan sampai sejauh mana upaya seseorang untuk

    mencapai suatu hasil. Tingkat upaya juga akan menunjukkan ukuran intensitas

    dari dorongan (drive) yang dimiliki seseorang untuk mencapai suatu hasil

    tertentu. Sebagai contoh seseorang mahasiswa yang memiliki motif

    berprestasi tinggi akan memiliki tingkat upaya lebih tinggi yang di tunjukkan

    dengan intensitas belajar lebih tinggi dibanding mahasiswa lain yang tidak

    memiliki motif berprestasi sepertinya. Semua itu dilakukan agar memperoleh

    indeks prestasi kumulatif (IPK) diatas 3.

    3. Tingkat ketegaran, menunjukkan apakah seseorang pada saat menghadapi

    rintangan atau masalah tetap berusaha untuk mengatasi berbagai rintangan

    masalah tersebut atau menyerah.

    2.2.2. Faktor-Faktor Yang Menjadi Sumber Motivasi

    Menurut Purnomo dalam Herlambang (2013:138-139) menyatakan ada tiga

    faktor sebagai sumber motivasi seseorang dalam menjalankan pekerjaannya yaitu:

    1. Kemungkinan untuk berkembang

    2. Jenis Pekerjaan

    3. Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan tempat

    mereka bekerja.

  • 12

    Disamping itu ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja

    individu, yaitu rasa aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif,

    lingkungan kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan

    yang adil dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan

    keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja

    yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap

    pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu karyawan.

    Pada dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan

    untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan

    meningkatkan produktivitas kerja individu yang berdampak pada pencapaian tujuan

    dari organisasi.

    Dan dari uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang menjadi sumber

    motivasi ialah gaji, lingkungan kerja yang nyaman, mendapatkan penghargaan atas

    prestasi kerja.

    2.2.3. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Motivasi

    Menurut Solihin (2009:153-154) motivasi dapat berasal dari sumber-sumber

    yang bersifat intrinsik maupun eksrinsik. Perilaku yang dimotivasi secara intrinsik

    (intrinsically motivated behavior) merupakan perilaku yang sumber motivasinya

    berasal dari kepuasan melakukan pekerjaan itu sendiri menurut Jones dan George

    dalam Solihin (2009:153-154) Banyak manajer puncak yang termotivasi untuk

    mengerjakan pekerjaan yang besar dan sulit karena mereka memperoleh kepuasan

  • 13

    melalui pencapaian kinerja tersebut. Sebagai contoh pada saat Robby Djohan diminta

    oleh diminta oleh Tanri Abeng selaku Menteri BUMN untuk menyehatkan Garuda,

    Robby Djohan memberikan target penyehatan Garuda dalam waktu hanya 6 bulan

    dan dia mendapatkan kepuasan yang luar biasa. setelah kinerjah keuangan Garuda

    dapat menunjukkan pebaikan yang signifikan selama periode tersebut. Sedangkan

    perilaku yang dimotivasi secara ekstrinsik (extrinsically motivated behavior)

    merupakan perilaku yang ditunjukkan seseorang dengan tujuan memperoleh imbalan

    material, imbalan sosial, atau untuk menghindari hukuman.

    Seseorang dapat pula termotivasi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.

    Sebagai contoh, seorang manajer puncak yang memiliki motivasi untuk

    menyelesaikan tugas mengelola perusahaan korporasi besar sebaik mungkin berharap

    pada akhir tahun ia akan memperoleh bonus sebagai penghargaan atas prestasi yang

    telah ia lakukan. Manajer itu merupakan orang yang termotivasi baik secara intrinsik

    maupun ekstrinsik. Demikian halnya seorang pendakwah yang bersedia melakukan

    kegiatan dakwah karena menganggap dakwah merupakan sebuah ibadah (motivasi

    intrinsik), tetapi disamping itu ia pun bisa menjadi termotivasi karena tarif yang

    diberikan kepadanya cukup menarik.

  • 14

    2.2.4. Motivasi dan Perilaku

    Menurut Siswanto (2011:120) perilaku setiap individu pada dasarnya

    berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, perilaku individu pada

    umumnya didorng oleh keinginan untuk merealisasikan tujuan.

    Unit dasar perilaku adalah suatu aktifitas. Kenyataan menunjukkan bahwa

    semua perilaku adalah serangkaian aktivitas. Perbedaan individu tidak hanya terletak

    pada kemampuan saja, tetapi juga terletak pada kemauannya. Motif seringkali

    dirumuskan sebagai kebutuhan (need), keinginan (want), dorngan (drive) atau bisikan

    hati (impulse) dalam diri individu menurut Herse dan Blancard dalam Siswanto

    (2011:120).

    Tujuan berada di luar diri individu yang seringkai menunjuk kepada harapan

    (hoped for) mendapat hadiah (reward) atas motif yang diarahkan. Tujuan oleh para

    ahli psikolog sering disebut insentif (incentive). Akan tetapi, orientasi kita bahwa

    motif tidak di maksudkan sebagai insentif. Manajer yang berhasil dalam memberikan

    motivasi kepada bawahannya adalah manajer yang sering menyediakan lingkungan

    yang sesuai dengan tujuan yang ada untuk pemuasan kebutuhan.

    Setiap individu memiliki beragam kebutuhan. Seluruh kebutuhan tersebut

    berkompetisi untuk melahirkan perilakuya. Kebutuhan paling kuatlah yang akan

    memimpin perilaku individu. Suatu kebutuhan akan berkurang kekuatannya apabila

    kebutuhan tersebut sudah dipuaskan.

  • 15

    2.2.5. Elemen Penggerak Motivasi

    Menurut Siswanto (2011:122-124) motivasi seseorang akan ditentukan oleh

    stimulusnya. Stimulus yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi sehingga

    seseorang menimbulkan pengaruh perilaku yang bersangkutan. Motivasi seseorang

    menurut Sagir dalam Siswanto (2011:122-124) biasanya meliputi hal-ha sebagai

    berikut:

    1. Kinerja (Achievement)

    Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan

    (needs) dapat mendorongnya mencapai saaran. David McCleland menyatakan

    bahwa tingkat needs of achievement (n-ach) yang telah menajdi naluri kedua

    (second nature), merupakan kunci keberhasilan seseorang. N-Ach biasanya

    juga dikaitkan dengan sikap positif, keberanian mengambil risiko yang

    diperhitungkan (bukan gambling, calculated risk) untuk mencapai suatu

    sasaran yang telah ditentukan.

    2. Penghargaan (Recognition)

    Penghargaan pengakuan (recognition) atas suatu kinerja yang telah dicapai

    oleh seseorang merupakan stimulus yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja

    akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan

    dalam bentuk materi atau hadiah. Penghargaan atas pengakuan dalam bentuk

    piagam penghargaan atau medali dapat menjadi stimulus yang lebih kuat

    dibandingkan dengan hadiah berupa barang atau uang

    .

  • 16

    3. Tantangan (Challenge)

    Adanya tantangan yangdihadapi stimulus yang kuat bagi manusia untuk

    mengatasinya. Sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat

    dicapai biasanya tidak mampu menjadi stimulus, bahkan cenderung menjadi

    kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menumbuhkan

    kegairahan unyuk mengatasinya.

    4. Tanggung Jawab (Responsibility)

    Adanya rasa ikut serta memiliki (sense of belonging) atau rumoso handarbeni

    akan menimbulkan motivasiuntuk turut merasa bertanggung jawab. Dalam hal

    ini Total Quality Control (TQC) atau Peningkatan Mutu Terpadu (PMT) yang

    bermula dari negara Jepang (Japan Management Style), berhasil memberikan

    tekanan pada karyawan. Bahkan setiap karyawan dalam tahan proses produksi

    telah turut menyumbang proses produksi sebagai mata rantai dalam suatu

    sistem akan sangat ditentukan oleh tanggungjawab subsistem (mata rantai)

    dalam proses produksi. Apabila setiap tahap atau mata rantai mutu

    produksinya dapat dikendalikan sebagai hasil rasa tanggungjawab kelompok

    (subsistem) maka produk akhir merupakan hasil dari Total Quality

    Control/Peningkatan Mutu terpadu. Tanggungjawab kelompok daam mata

    rantai proses produksi merupakan QCC (Quality Conrol

    Circle=PMT/Kelompok Mutu Terpadu) tanggungjawab bersama.

    5. Pengembangan (Development)

    Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau

    kesempatan untuk maju, dapat menjadi simulus kuat bagi karyawan untuk

  • 17

    bekerja lebh giat atau bergairah. Apabila jika pengembangan perusahaan

    selalu dikaitkan dengan knerjah atau produktivitas karyawan.

    6. Keterlibatan (Involvement)

    Rasa ikut terlibat atau involved dalam suatu proses pengambilan keputusan

    atau dengan bentuk kotak saran dari karyawan, yang dijadikan masukan untuk

    manajemen perusahaan merupakan simulus yang cukup kuat untuk karyawan.

    Melalui kotak saran karyawan merasa diikutsertakan dalam proses

    pengambilan keputusan atau tahap kebijakan yang akan diambil manajemen.

    Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggungjawab, rasa yang

    dihargai merupakan tantangan yang harus dijawab, melalui peran serta

    berprestasi serta untuk mengembangkan usaha maupun pengembangan

    pribadi. Adanya rasa keterlibatan (involvement) bukan saja menciptakan rasa

    memiliki (sense of belonging) dan rasa turut bertanggungjawab (sense of

    responsibility) tetapi juga menimbulkan rasa turut mawas diri untuk bekerja

    lebih baik dan menghasilkan produk yang lebih bermutu.

    7. Kesempatan (Opportunity)

    Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari

    tingkat bawah sampai tingkat manajemne puncak merupakan simulus yang

    cukup kuat bagi karyawan. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk

    meraih kemajuan atau perbaikan nasib tidak akan menjadi simulus untuk

    berprestasi atau bekerja produktif.

  • 18

    2.3. Perencanaan Karier

    MenurutHandoko (2008:121) Suatu karier adalah semua pekerjaan (jabatan)

    yang dipunyai (atau dipegang) selama kehidupan kerja seseorang. Bagi banyak orang,

    pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan suatu bagian dari rencana yang disusunnya

    secara hati-hati. Bagi orang-orang lain karier mereka mungkin sekedar nasib.

    Memang perencanaan karier tidak menjamin keberhasilan karier. Sikap atasan,

    pengalaman, pendidikan dan juga nasib memainkan peranan penting dalam

    permasalahan ini. Tetapi bagimana juga, perencanaan karier diperlukan bagi para

    karyawan untuk selau siap menggunakan kesempatan karier yang ada. Orang-orang

    sukses biasanya mengembangkan berbagai rencana karier dan kemudian berupaya

    untuk mencapai rencana-rencana mereka. Pendek kata, karier harus dikelola melalui

    suatu perencanaan yang cermat. Bila tidak, para karyawan karier, dan departemen

    personalia akan menghadapi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan penyusunan

    personalia (staffing) internal organisasi.

    Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan perencanan

    karier adalah suatu perencanaan tentang kemungkinan seorang karyawan suatu

    organisasi atau perusahaan sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat atau

    jabatan sesuai persyaratan dan kemampuan.

  • 19

    2.3.1. Konsep Karier

    Menurut Handoko (2008-121-122) Istilah “karier” telah digunakan untuk

    menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status meka. Literatur

    ilmu pengetahuan mengenai perilaku (behavioral science) pada umumnya

    menggunakan istiah tersebut dengan tiga pengertian.

    1. Karier sebagai urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke jabatan-

    jabatan yang lebih menuntut tanggung-jawab atau lokasi-lokasi yang lebih

    baik dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan kerja

    seseorang.

    2. Karier sebagai penunjuk pekerjan-pekerjan yang membentuk suatu pola

    kemajuan yang sistematik dan jelas-jalur karier. Sebagai contoh, dalam

    profesi pemrosesan data, jalur karier umumnya dimulai dengan operator

    komputer dan kemudian meningkat menjadi pemrogram junior pemrogram,

    pemogram senior, analis dan pemrogram junior, analis dan pemrogram, analis

    sistem, analis senior, pemimpin proyek, manajer departemen sistem, dan

    wakil direktur bidang pelayanan informasi.

    3. Karier sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang

    dipegangnya selama kehidupan kerja. Dalam konteks ini, semua orang dengan

    sejarah keja mereka disebut mempunyai karier.

    Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan istilah karier

    adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas

  • 20

    kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkain aktifitas kerja yang

    terus berkelanjutan.

    2.3.3. Pengembangan Karier Individual

    Menurut Handoko (2008:131) titik awal pengembangan karier dimulai dari

    diri karyawan. Setiap orang bertanggung jawab atas pengembangan atau kemajuan

    kariernya. Setelah komitmen pribadi dibuat, beberapa kegiatan pengembangan karier

    dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup:

    1. Prestasi Kerja

    Kegiatan paling penting untuk memajukan karier adalah prestasi kerja yang

    baik, karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karier lainnya.

    Kemajuan karier sangat tergantung pada prestasi (performance).

    2. Exposure

    Kemajuan karier juga ditentukan oleh exposure. Exposure berarti menjadi

    dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer kesempatan-

    kesempatan karier lainnya. Tanpa exposure, karyawan yang berprestasi baik

    mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran-sasaran

    kariernya. Para manajer mendapatkan exposure terutama melaui prestasi,

    laporan-laporan tertulis, prestasi lisan, kerja panitia, pelayanan masyarakat,

    dan bahkan lama jam kerja mereka.

  • 21

    3. Permintaan berhenti

    Bila seseorang karyawan melihat kesempatan karier yang lebih besar ditempat

    lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara untuk mencapai

    sasaran-sasaran karier. Banyak karyawan terutama para manajer profesional

    berpindah-pindah perusahaan sebagai bagian stategi karier mereka. Bila hal

    itu dilakukan secara efektif, mereka biasanya mendapatkan promosi jabatan,

    kenaikan gaji, dan pengalaman baru. Permintaan berhenti untuk melanjutkan

    karier perusahaan lain sering disebut leveraging. Bagaimanapun juga, bila

    teknik ini terlau sering digunakan akan merugikan karyawan sendiri.

    4. Kesetian organisasional

    Dalam banyak organisasi, orang meletakkan kemajuan karier tergantung pada

    kesetian organisasional. Kesetian organisasional rendah pada umumnya

    ditemui pada diri sarjana baru (yang mempunyai pengharapan tinggi, sehingga

    sering kecewa dengan perusahaan pertama mereka) dan profesional (yang

    kesetiaan pertamanya adalah pada profesi mereka). Dedikasi jangka panjang

    terhadap perusahaan yang sama akan menurunkan tingkat perputaran tenaga

    kerja.

    5. Mentors dan Sponsor

    Seorang mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karier informal.

    Karyawan atau mentor dalam banyak perusahaan menyadari bahwa hubungan

    di antara mereka ada dan berguna bagi pengembangan karier. Bila mentor

    dapat menominasi karyawan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan karier,

    seperti program-program latihan, transfer, atau promosi, maka dia menjadi

  • 22

    sponsor. Seorang sponsor adalah orang dalam organisasi yang dapat

    menciptakan kesempatan-kesempatan pengembang karier bagi orang-orang

    lain. Sering sponsor karyawan adalah atasan langsung.

    6. Kesempatan-kesempatan untuk tumbuh

    Bila karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program latihan,

    pengambilan kursus-kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka

    memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna baik bagi

    departemen personalia dalam pengembangan sumberdaya manusia internal

    maupun bagi pencapaian rencana karier kayawan.

    Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan

    pengembangan karier individual adalah setiap anggota organisasi atau karyawan

    harus siap mengembangkan diri dalam rangka meniti jenjang kariernya lebih lanjut.

    2.3.4. Langkah Langkah Pengembangan Karier

    Menurut Notoatmodjo (2009:173-175) pengembangan karier harus dimulai

    dari dalam diri karyawan itu sendiri. Sedangkan institusi atau organisasi tempat kerja

    hanya berkewajiban untuk memfasilitasi pengembangan karier setiap karyawannya.

    Oleh sebab itu setiap karyawan harus merencanakan sendiri terhadap pengembangan

    kariernya masing-masing. Langkah-langkah merencanakan pengembangan karier ini,

    antara lain sebagai berikut:

  • 23

    a. Mawas diri

    Untuk memulai pengembangan karier harus berangkat dari diri orang

    bersangkutan. Karena pengembangan karier sebenarnya merupakan

    pengembangan diri bagi setiap karyawan. Untuk itu ia harus mawas diri,

    menilai diri sendiri, siapa ia sebenarnya, pendidikannya, kemampuannya,

    kelamahandan kekuatan dirinya dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya.

    Setelah diketahui, siapa sebenarnya dirinya ini, kemudian dikaitkan dengan

    kesempatan-kesempatan, jabatan-jabatan yang tersedia dalam organisasi atau

    intitusi tempat kerjanya. Apabila dirinya atau kemampuannya atau

    keterampilannya tidak merasa cocok atau sesuai dengan kesempatan yang

    tersedia ditempat kerja yang lain yang sesuai dengan kemampuan atau

    keterampilannya.

    b. Menetapkan tujuan

    Apabila ia atau karyawan merasa bahwa kemampuan dan keterampilannya

    sudah sesuai dengan kesempatan yang tersedia di institusi tempat kerja

    sekarang, maka ia harus menetapkan tujuan pengembangan kariernya. Dari

    sini karyawan yang bersangkutan telah menentukan jenis karier yang akan

    dikembangkan. Untuk itu maka ia mulai menekuni tugas dan kewajibannya,

    dan sudah tidak terpikiran lagi untuk mencari kesempatan pindah ke institusi

    kerja yang lain, kecuali dalam keadaan darurat misalnya perusahaan atau

    intitusinya melakukan pemutusan hubungan kerja, atau tawaran dari luar yang

    sangat menggiurkan.

  • 24

    c. Menyiapkan upaya mencapai tujuan

    Setelah ia atau karyawan tersebut menentukan ke arah mana karier tersebut

    dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan dirinya untuk

    mencapai tujuan tersebut. Penyiapan dilakukan antara lain dengan menambah

    kemampuan atau keterampilan melaui pendidikan atau pelatihan-pelatihan.

    Dewasa ini banyak tawaran dari berbagai lembaga pendidikan tinggi dalam

    bentuk pendidikan S1 atau S2 bahkan S3 ekstensi, yang dibuka pada sore atau

    malam hari atau pada hari sabtu dan minggu. Di samping itu program-

    program pendidikan non formal antara lain kursus-kursus, pelatihan-pelatihan,

    seminar, dan sebagainya banyak ditawarkan bagi mereka yang ingin

    menambah kemampuan atau keterampilan dalam rangka pengembangan karier

    para karyawan atau tenaga kerja.

    d. Melaksanakan pengembangan karier

    Pelaksanaan pengembangan karier seorang karyawan ditentukan oleh dua

    faktor, yakni faktor individu karyawan sendiri yang telah mempunyai

    kemampuan yang dibutuhkan oleh institusi dan kesempatan ang disediakan

    oleh intitusi tempat kerja yang bersangkutan. Adanya karyawan yang

    mempunyai kemampuan tertentu, tetapi tidak ada kesempatan atau lowongan

    untuk mengisi karyawan yang mempunyai kemampuan khusus tersebut, maka

    tidak akan terjadi pengembangan karyawan. Sebaliknya, kesempatan tersedia

    di organisasi atau institusi, tetapi tidak ada karyawan yang mempunyai

    kemampuan yang cocok, maka pengembangan karier bagi karyawan di intitusi

  • 25

    tesebut tidak terjadi. Apabila dalam kondisi semacam ini maka kesempatan

    akan diberikan kepada orang luar institusi yang bersangkutan.

    2.3.5. Peran organisasi dalam perencanaan karier

    Menurut Rachmawati (2008:136) perencanaan karier merupakan usaha

    pengembangan sumber daya manusia. Keterlibatan organisasi guna mendukung

    perencanaan karier ini adalah suatu keharusan. Dukungan dan dorongan organisasi

    bisa berupa:

    1. Pendidikan Karier

    Karyawan harus menyadari dan memahami bahwa pendidikan karier

    karyawan merupakan hal penting untuk memacu karier, memotivasi, dan

    menyadarkan karyawan akan karier yang dapat diraih dalam oragnisasi.

    Karier yang macet biasanya disebabkan oleh berbagai faktor seperti

    ketidaktahuan, motivasi yang rendah, kecenderungan, menghindari tantangan,

    rasa puas terhadap apa yang sudah ada dan sebagainya. Bentuk pendidikan ini

    bisa bermacam-macam, seperti seminar, workshop, lokakarya, pendidikan

    eksekutif simulasi, dan sebagainya.

    2. Data informasi tentang jenjang karier pada organisasi

    Data informasi yang digunakan seperti uraian jabatan, persyaratan jabatan,

    dan standar kerja sehingga karyawan dapat merumuskan rencana karier yang

    dijalankan melalui jalur karier dalam organisasi.

  • 26

    3. Bimbingan karier

    Upaya bimbingan karier ini untuk menentukan karier yang paling tepat bagi

    karyawan yang dilakukan melalui penyadaran minat dan kemampuan untuk

    memilih jalur karier yang tepat. Hal ini bisa dilakukan melalui tes-tes bakat

    yang bisa dikaitkan dengan jaur karier karyawan.

    2.4.6. Peran Karyawan Dalam perencanaan Karier

    Menurut Rachmawati (2008:140-141) dalam uraian diatas sudah dibahas

    tentang peran organisasi dalam perencanaan karier seorang karyawan. Sementara

    karyawan. Sementara karyawan sendiri harus memiliki tindakan atau sikap yang

    dapat mendorng kepentingan perencanaan dan pengembangan kariernya sendiri di

    samping bantuan dari pihak lain. Untuk itu, beberapa sikap yang menjadi upaya

    pengembangan karier adalah:

    1. Meningkatkan kerja

    Pengambilan keputusan dipakai sebagai dasar menduduki sebuah jabatan.

    Sementara unjuk kerja yang buruk akan mempersempit peluang karyawan

    dalam menapaki jalur kariernya.

    2. Kemampuan Individu

    Menunjukkan kemampuan potensi diri kepada manajemen sehingga karyawan

    berhak dan layak melakukan pekerjaan yang ditugaskan baik dilakukan lewat

  • 27

    laporan untuk kerja, persentasi kemapuan kerja dengan tim. Tanpa terlibat

    kemampuan karyawan dalam sebuah pekejaan.

    3. Mengundurkan diri

    Mengundurkan diri dari organisasi bisa menjadi pilihan bagi karyawan apabila

    karyawan menganggap bahwa jalur kariernya mengalami kemacetan dan tidak

    bisa berkembang. Barangkali dengan pindah ke tempat lain, karyawan akan

    mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih untuk mengembangkan

    karier pribadinya.

    4. Mencari konsultan/mentor

    Karyawan dapat mencari bimbingan karier secara informal dengan tenaga

    konsultan atau mentor untuk membantu karyawan dalam mengembangkan

    karier seperti promosi, transfer, mutasi, pendidikan, dan pelatihan.

    5. Meningkatkan keterampilan pribadi

    Karyawan berupaya meningkatkan keterampilan pribadi dengan mencari

    kesempatan atau peluang mengikuti program pelatihan dan pengembangan,

    kursus, pendidikan lanjutan yang dapat membantu pengembangan karier.

    6. Mengembangkan jaringan dan informasi

    Karyawan dapatmenjalin kerjasama dan mencari informasi-informasi baru

    tentang jalur karier yang sama atau lebih tinggi sehingga karyawan memiliki

    data informasi dan jaringan yang luas dan dapat berkomunikasi dengan pihak

    lain.

  • 28

    7. Memiliki semangat kompetisi

    Karyawan harus mempunyai semangat kompetisi yang positif dengan rekan

    kerja sehingga dapat dijadikan dasar untuk selalu dapat mengembangkan diri

    lewat keterampilan baru yang terus diasah.

    8. Menjaga hubungan dengan organisasi

    Dengan memahami seluruh aktivitas, struktur, bagian, misi, tujuan dan

    sasaran organisasi, diharapkan tumbuh kecintaan pada organisasi sehingga

    loyalitas karyawan dapat tumbuh. Dengan demikian, karyawan akan berusaha

    menyelaraskan tujuan pribadi dan tujuan organisasi sehingga keduanya dapat

    membina hubungan dengan lebih baik.

    2.4. Pegawai

    2.4.1. Pengertian Pegawai

    Pegawaidalam bahasa Indonesia kata pegawai berasal dari kata pe- dan gawai.

    Pe adalah sebuah awalan yang menunjukkan arti orang yang mengerjakan atau

    mempunyai pekerjaan seperti yang disebutkan oleh kata dasar, sedangkan gawai

    berarti kerja (tim dosen IKIP Malang 1990:179).

    Pegawai adalah Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan

    perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk

    melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan

    memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian

  • 29

    pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi

    yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

    Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan pegawai

    adalah seseorang yang bekerja pada suatu kesatuan organisasi, baik sebagai pegawai

    tetap maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.