pesan komunikasi dalam kepemimpinan dakwah rasulullah …
TRANSCRIPT
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
117
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
PESAN KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN DAKWAH RASULULLAH SAW
Miftakhuddin
STAI Luqman Al Hakim Surabaya
Abstark
Muhammad SAW sebagai seorang utusan Allah SWT, punya tugas utama membawa kabar gembira dan memberi peringatan kepada seluruh umat manusia. Kegiatan penyampaian wahyu dan ajaran beriman kepada Allah biasanya disebut dakwah. Beliau melaksanakan fungsi dakwah ini selama 23 tahun. Para sejarahwan menbagi periode dakwah yang dilakukan oleh Muhammad SAW ke dalam beberap tahapan. Dakwah tahap pertama dilakukan secara sirriyah atau tetutup di lingkungan keluarganya sendiri dengan sanak famili terdekat. Tahapan berikutnya, Kemudian Muhammad SAW melakukan dakwah secara jahriyah (terang-terangan). Meskipun dakwah ini belum memperoleh hasil yang menggembirakan. Dakwah secara luas mulai dilakukan,di periode Madinah. Setelah kaum muslimin mulai punya kekuatan dan disegani di Jazirah Arab dan pada akhirnya dakwah Islam bisa dapat diterima. Fungsi kerasulan yang ditugaskan kepada Muhammad SAW menuntutnya untuk memiliki sifat-sifat yang mulia agar apa yang disampaikan dapat diterima dan diikuti oleh umat manusia. Ada banyak sifat-sifat mulia yang dimiliki Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin dakwah. Sifat-sifat itu antara lain disiplin wahyu, memberikan teladan, komunikasinya efektif selalu dekat dengan umatnya, memberi wewenang serta pengkaderan. Pemimpin dapat dipastikan untuk senantiasa melakukan komunikasi. Tanpa komunikasi maka proses kepemimpinannya tidak akan akan berlangsung dengan baik. Dalam konteks inilah dapat juga dikatakan bahwa kepemimpinan dapat juga dikatakan bahwa kepemimpinan pada hakekatnya juga proses komunikasi terus menerus, dalam pengertian komunikasi dilakukan oleh seorang pemimpin.
Key words: Pesan Komunikasi dan Kepemimpinan Dakwah
Pendahuluan
Komunikasi dalam dakwah Islam dialami dengan adanya perintah dari Allah
SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. untuk memberikan peringatan (dalam hal ini
berdakwah) kepada umat manusia untuk percaya kepada Allah SWT. awalnya
komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring
dengan wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-
terangan.1
Sebagai seorang utusanAllah SWT, sudah tentu Muhammad SAW menjadi
penyebar ajaran-Nya kepada umat manusia. Kegiatan penyampaian wahyu dan ajakan
1 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, Remaja Rosdakarya, Bandung,2010,hal 57
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
118
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
beriman kepada Allah biasanya disebut dakwah. Beliau melaksanakan fungsidakwah ini
tidak kurangdari 23 tahun. Para sejarahwan membagi periode dakwah yang dilakukan
oleh Muhammad SAW kedalam beberapa tahapan. Dakwah tahap pertama dilakukan
secara sirriyah atau tertutup dilingkungan keluarganya sendiri dan sanak famili terdekat.
Dakwah dengan cara ini berlangsung kira-kira selama 3 sampai 4 tahun.2
Strategi dakwah seperti ini dilakukan karena Muhammad SAW sangat paham
dengan karakter masyarakat Quraiys. Mereka bersedia berperang dan mati untuk
mempertahankan kepercayaan mereka. Mereka akan menghukum atau menyerang
orang-orang yang mencela keyakinan dan sembahan mereka. Karena itulah,
Muhammad SAW memilih dakwah secara sembunyi-sembunyi(sirriyah) untuk
menghindari ancaman dari bangsa qurays yang dapat menggagalkan misi dakwah beliau.
Pada tahapan berikutnya, Muharnmad SAW melaksanakan dakwah secara jahriyah
(terang-terangan). Meskipun demikian, dakwah ini belum memperoleh hasil yang
menggembirakan. Dakwah secara luas mulai dilakukan di periode Madinah. Setelah
kekuatan Muslim mulai disegani di Jazirah Arab, dakwah Islam semakin dapat diterima.3
Masalah kepemimpinan pada hakekatnya terdapat pada setiap orang, hanya saja
berbeda wujudnya dalam kenyataan. Hampir dapat bisa dipastikan bahwa setiap orang
memiliki jiwa kepemimpinan sekalipun dalam tarap minimal. Sebab setiap orang
dituntut adanya rasa tanggung jawab dari pada apa yang dilakukannya sebelumnya.4
Itulah sebabnya Islam selalu mendudukan manusia sebagai seorang pemimpin yang
kelak akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya.
Kepemimpinan Rasulullah SAW Dalam Menyampaikan Pesan-pesan Dakwah
Pemahaman yang lebih tentang pemimpin sebagai komunikator/da‟i adalah
terletak pada hakekat fungsional seorang pemimpin. Seorang pemimpin secara otomatis
juga komunikator sebab kegiatan pemimpin tidak bisa dilepaskan dari proses
komunikasi. Maka dapat dipersepsikan bahwa antara kepemimpinan dan tugas
da‟i/komunikator dapat dilakukan sekaligus, itulah sebabnya Nabi dalam Islam di
samping sebagai pembawa risalah, juga da‟i sebagai pemimpin umat.
2Muhammad Ali Al Syalaby, Al Siroh Nabawiyah, ‘Ardh Waqai’i wa Tahlil Ahdats, Libanon, 2004,
hal 86 3Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer, PLM, Jakarta,
2007,hal 131 4M.Bahri GHazali, Dakwah Komunikatif, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1997, hal. 61
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
119
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
1. Dakwah Sembunyi (Sirriyah)
Sejarah mencatat orangyangpertamamasukIslamadalah Khodijah dan
sepupuhnya Ali bin Abi Thalib yang pada waktu ituberusia 10 tahun dan sejak kecil
sudah hidup dengan beliau. Selainkepada keluarganya, dakwah disampaikan kepada
teman dekatnyaAbu Bakar yang segera menyambut baik dakwahnya dan menyatakan
keimanannya. Selanjutnya Abu Bakar secara diam-diam berdakwah dikalangan rekan-
rekannya. Karena memiliki pengaruh yang kuat, Abu Bakar berhasil menarik beberapa
orang teman dekatnya untuk memeluk Islam.
Dalam tiga tahun pertama ini bangsa Quraiys belum menunjukkan reaksi yang
keras terhadap dakwah Muhammad SAW, meskipun Muhammad SAW sering terlihat
menunaikan sholat di Ka'bah, mereka tidak terlalu menghiraukannya. Mereka menduga
bahwa perbuatan dan perkataan Muhammad SAW itu sama sepertiapa yang diperbuat
oleh para pendeta atau orang-orang yangmenyakini ajaranYahudi dan Nasrani. Menurut
mereka, orang-orangseperti itu tidak akan banyak berpengaruh bagi bangsa Quraiys
yangterkenal kuat memegang keyakinan mereka. Dengan demikian, secara politis orang-
orang tersebut diangap tidak akan mengancam tatanan sosial masyarakat Makkah yang
sudah mapan. Dakwah diam-diam yang dilakukan selama 3 tahun itu telahmenarik
belasan orang memeluk Islam. Mereka inilah yang dikenalsebagai penganut Islam awal (
al-saabiqun al awwalin). Dalam menjalankan ibadah, mereka lakukan dengan sembunyi-
sembunyi karena khawatir keimanan mereka diketahui oleh bangsa Quraisy.5
2. Dakwak Terbuka (Jahriyah)
Memasuki tahun keempat kenabian Muhammad SAW diperintahkan untuk
menyampaikan Islam secara lebih terbuka. Dakwah tersebut dimulai dari keluarga
beliau yang terdekat sebagaimana firman Allah SWT QS.Al-Syu'arra ayat 2l4-216.
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan
rendahkanlah, dirimu terhadap orang – orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. jika mereka mendurhakaimu makakatalanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan".6
5Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer, PLM, Jakarta,
2007,hal 132 6Depag, Al Qur’an dan Terjemahan, hal. 589
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
120
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Pemilihan keluarga sebagai tujuan dakwah berikutnya merupakan langkah yang
tepat. Dalam masyarakat Makkah jahiliyah, hubungan kekerabatan melebihi ikatan-
ikatan lainnya. Mereka akan tetap melindungi anggota sukunya meskipun berbeda agama
dan keyakinan. Seperti halnya Abu Thalib yang tetap membela keponakannya,
Muharnmad SAW, meskipun berbeda keimanan. Oleh karena itu, dalam penyebaran
Islam di masa awal MuhammadSAW perlu mendapat dukungan dari karib-kerabatnya
terlebih dahulu. Sayangnya, dakwah terbuka terhadap keluarga ini kurangmendapat
respon yang positif dari anggota keluarga besar beliau.Bahkan Abu Lahab, salah
seorang paman sekaligus besan beliau menyatakan permusuhan terbuka terhadap
dakwah yang beliau sampaikan. Ia bahkan menghasut anggota keluarga yang lain untuk
menghalangi Muhammad SAW menyebarkan ajaran Islam karena kawatir mereka akan
menjadi sasaran kemarahan masyarakat Arab.
Pada tahapan berikutnya, Muhammad SAW mulai menyeru penduduk Makkah
secara terang-terangan untuk memeluk Islam. Dakwah tersebut disampaikan kepada
semua lapisan masyarakat Makkah, mulai dari hamba sahaya sampai para. Pembesar
Makkah.
3. Dakwah ke Luar Makkah
Muhammad SAW tidak hanya menyampaikan kepada penduduk Makkah saja.
Beliau juga mengajak orang-orang dari luarkota suci itu untuk beriman kepada Allah
SWT. Penyiaran Islam keluar Makkah dilakukan MuhammadSAW antara lain ke daerah
Thaif sebelah selatan Makkah. Beliau pergi ke Thaif kmena sedemikian berat rintangan
yang dilancarkan oleh kaum Quraiys. Beliau berpikir penduduk Thaif mengusir dan
menganiayanya. Akhirnya beliau meninggalkan Thaif dan kembali ke Makkah.
Selain ke Thaif Muhammad SAW juga mendatangi Banu Kinda di Arab selatan,
Banu Kalb di dekat Syiria, Banu Hanifa didekat Irak, dan Banu Amir bin Sha'sha'a yang
hidup berpencar-pencar. Sayangnya, dakwah beliau kepada mereka tidak disambut
dengan baik. Bahkan ada yang menolak dengan cara buruk sekali.7
4. Memanfaatkan Musim Haji
7Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer, PLM, Jakarta,
2007, hal 232
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
121
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Makkah dikenal sebagai pusat spritualitas karena disana ada bangunan tua
yang dikenal sebagai Bartullah yaitu Ka'bah. Di sekitar Ka'bah terdapat berbagai patung
yang menjadi sembahan manusiapada waktu itu. Jadilah Makkah sebagaitempat
peribadatan bagi banyak kalangan termasuk mereka yang masih menganut agama tauhid
warisan Nabi lbrahim. Dalam bulan-bulan haji (Syawal, Zulqaidah dan Zulhijjah) kota
Makkah ramai dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai penjuru dunia untuk
melaksankan ritual keagamaan menurut cara mereka masing-masing. Mereka tinggal di
Mekkah selama beberapa hari untuk beribada dan berdagang. Mereka tinggal di sana
berkelompok-kelompok menurut sukunya masing-masing.
Di antara mereka yang tertarik dengan kemunculan seorang Rasul ini adalah
beberapa orang penduduk Yatsrib. Sudah lama mereka merindukan kemunculan
seseorang yang dapat mereka jadikan sebagai pemimpin yang dapat menciptakan
perdamaian didaerah mereka. Mereka sudah bosan hidup dalam pertikaian terus
menerus antara Kabilah 'Auz dan Khazraj. Kepada penduduk Yatsrib ini Muhammad
SAW jugamenyampaikan dakwahnya. Pada awalnya sikap mereka sama dengan orang
Arab lainnya. Namun ada juga di antara mereka yangbersimpati dan tertarik dengan
ajaran Muhammad SAW. Jumlahmereka yang tertarik semakin bertambah dari tahun
ke tahun. Akhirnya pada suatu musim haji, 12 orang penduduk yatsrib berikrar di
hadapan Muhammad SAW untuk tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anak, tidakmengumpat dan memfitnah. Ikrar ini dikenal
dengan ikrar „Aqobahyang pertama. Kemudian, Muhammad SAW mengutus Mush‟ab
bin Umair ke Yatsrib untuk mengajar Islam di sana.
Pada tahun berikutnya (622 M), jumlah jama,ah haji dariYatsrib semakin
bertambah. Kali ini jumlah mereka menjadi 75orang. Mereka menyatakan beriman
kepada Muhammad SAW danberikrar akan membelanya sebagaimana mereka membela
keluargadan harta mereka. Ikrar ini dikenal dengan Ikrar'Aqobahkedua. Ikrarini
merupakan salah satu tanda babak baru penyiaran Islam yangdilakukan oleh Muhammad
SAW. Tidak beberapa lama berselang, Muhammad SAW mengizinkan pengikutnya
untuk berhijrah keYatsrib. Dan akhirnya beliau pun menyusul setelah diizinkan
olehAllah SWT.
5. Dakwah di Madinah
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
122
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Di Madinah, Muhammad terus menyiarkan pesan-pesan Islamkepada penduduk
Madinah yang belum beriman. Beliau pun mengajak orang-orang Yahudi dan Nashrani
untuk berimankepadanya. Beberapa di antara mereka ada yang masuk Islam, namun
sebagian besar orang-orang Yahudi tetap menganut agamanya.8
Dakwah Islam juga disampaikan kepada kabilah-kabilah disekitar Madinah.
Dalam waktu singkat, jumlah orang yang masuk Islam meningkat pesat, lama kelamaan
kaum Muslim Madinahmenjadi kelompok mayoritas dan memegang kekuasan
politikMadinah.
Pada priode Madinah ini Muhammad SAW mulai mengajarkan ritual-ritual
keagamaan seperti sholat dan puasa. Di samping itu beberapa aturan-aturan sosial
kemasyarakatan juga mulai diperkenalkan. Di periode Madinah inilah ajaran-ajaran
Islamsemakin disempurnakan. Meskipun demikian, sempurnanya ajaranIslam yang
diturunkan Allah baru ditetapkan ketika beliau sedang mengerjakan wukuf di Arafah
dengan turunnya wahyu terakhir sebagaimana dalam Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 3.
Wahyu ini menyatakan bahwa pada hari itu Allah menyatakan Allah menyempunakan
ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dengan demikian secara tidak
langsung Allah menyatakan bahwa tugas kerasulan beliau sudah hampir selesai.
Bentuk Kata-kata dalam Komunikasi Dakwah
Sifat-Sifat Kepemimpinan Dakwah Muhammad Saw
1. Disiplin Waktu
Seorang rasul pada dasarnya adalah pembawa pesan-pesan Ilahiyah untuk
disampaikan kepada umatnya.9 Oleh karena itutugasnya hanya menyampaikan firman-
fimran Tuhan. Ia tidak mempunyai otoritas untuk membuat aturan keagamaan
tanpabimbingan wahyu. Seorang rasul juga tidak dapat mengurangi atau menambah apa
yang telah disampaikan kepadanya oleh Allah. Ia juga tidak boleh menyembunyikan
firman-firman Tuhan meskipun iturnerupakan suatu teguran kepadanya, atau sesuatu
yang mungkin sajamenyulitkan posisinyasebagai manusia biasa di tengah
8Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer, PLM, Jakarta,
2007, hal 138
9Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer, PLM, Jakarta,
2007, hal 139
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
123
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
umatnya.Muhammad SAW menjalankan fungsi ini dengan baik. Beliau tidak berbicara
kecuali sesuai dengan wahyu. Beliau tidak membuat ayat-ayat suci dengan mengikuti
hawa nafsunya sendiri. Beliau juga tidak menambah atau mengurangi apa yang telah
disampaikan kepadanya. Dalam beberapa kesempatan wahyu diturunkan untuk
mengkritik sikap beliau tetapi beliau tetap menyampaikan. Misalnyaketika beliau kurang
memberikan perhatian penuh kepada Abdullahbin Umi maktun yang buta karena
sedang menghadapi delegasi para pemimpin Quraiys. Beliau juga menyampaikan wahyu
Allah tentang pernikahan kontroversial yang dilakukan dengan Zaenab bin Jahsy
meskipun ini menyulitkan posisinya terutama menghadapi tekanan dari kaum munafiq
yang selalu berusaha mencari celah untuk menjatuhkan wibawanya. Singkatnya,
Muhammad SAW memang seorang pembawa wahyu yang mulia.
2. Memberikan Teladan
Pemimpin yang baik adalah yang mampu memberikan teladan yang baik
kepadanya. Sebagai seorang pemimpin keagamaan, Muhammad SAW juga memberikan
teladan yang baik kepada umatnya, khusunya dalam melaksanakan ritual-ritual
keagamaan dan melaksanakan code of conduct kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam
melaksanakan sholat misalnya, breliau telah memberikan contoh bagaimana
melaksanakan sholat yang benar. Beliau pernah mengatakan "sholatlah kamu
sebagaimana kamumelihat aku sholat". Hal ini memberi isyarat bahwa segala
macamcara sholat yang tidak dicontohkan oleh beliau adalah tidak sah.
3. Komunikasi yang Efektif
Bagaimana komunikasi dakwah berjalan efektif? Dakwah merupakan proses
mengubah seseorang maupun masyarakat (pemikiran, perasaan, perilaku) dari kondisi
yang buruk ke kondisi yang lebih baik.10 Berdasarkan penjelasan di atas, maka seberapa
besarnya aktifitas dakwah dapat berhasil secara optimal, jika didukung oleh proses
komunikasi yang baik dan efektif.
Dakwah adalah proses menyampaikan pesan-pesan ilahiyahkepada orang lain.
Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahamidengan baik, maka dieprlukan adanya
penguasaan terhadap teknikberkomunikasi yang efektif. Muhammad SAW merupakan
seorang komunikator yang efektif. Hal ini ditandai oleh dapat diserapnya ucapan,
perbuatan, dan persetujuan beliau oleh para sahabat yang kemudian ditransmisikan
10
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hal 157
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
124
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
secara turun-temurun. Ini lah yangkemudian dikenal dengan hadits atau sunnah
Muhammad SAW. Keahlian dan kelihaian beliau dapat berkomunkasi telah menarik
banyak manusia zamannya untuk mengikuti ajarannya. Begitu juga dengan orang-orang
yang tidak pernah bertemu dengannya yang beriman meskipun tidak mendengar
langsung ajaran Islam dari mulut beliau sendiri.
Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini
adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju ridho ilahi. Bukanlah dakwah
untuk pribadi da‟i ataupun untuk golongannya dan kaumnya.11Jika komunikasi dalam
dakwah yang kita bangun didasarkan cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan
maupun respon dari orang lain. Maka komunikasi kita akan efektif, dan kita dapat
menjadi komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan
hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan. Karena inilah yang dapat
membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling
menguatkan. Ada sebuah statement yang mengatakan bahwa komunkasi yang efektif
adalah pencapaian dari separuh keberhasilan.
4. Dekat dengan Umatnya
Sebagai pemimpin keagamaan, Muhammad SAW tidak berhenti pada sebatas
meryampaikan wahyu Allah SWT. Beliau tidaklah seorang yang hanya mengatakan
bahwa ini baik dan ituburuk kemudian menjaga jarak dengan umatnya. Beliau tidaklah
seorang yang mengurung diri dari publik dan selalu menyibukan diridengan rutinitas
ibadah. Beliau adalah seorang penyeru yang sangatdekat dengan umatnya. Beliau sering
mengunjungi sahabat-sahabat dirumah-rumah mereka. Beliau sering juga bermain-main
dengan anak mereka. Beliau langsung turun melihat realitas kehidupan pengikutnya dan
orang-orang yang belum beriman dengannya. Beliau tidak segan-segan menyika kepala
anak yatim, menghapus air mata orang miskin dan sebagainya. Muhammad SAW benar-
benar seorang pemimpin keagamaan yang dekat dengan umatnya. tidak sekedar ceramah
dari satu Masjid ke Masjid yanglain tetapi langsung menyentuh hati umatnya di tempat
mereka berada.
5. Pengkaderan dan Pendelegasian Wewenang
Dalam satu riwayat Bukhari dikatakan bahwa MuhammadSAW pernah berkata:
11
Veithzal Rivai, Islamic Leadership, Bumi Aksara, Jakarta,2009, hal 438
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
125
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
" bahwaAllah SWT tidak mengangkat ilmudengan mencabutilmu sendiri dari manusia, melainkan
Allah SWT mencabut ilmu melalui wafatnya para ulama"'.12
Demikian juga halnya dengan ilmu keagamaan yang akan hilang dengan
kematian para ulama' yang menguasai ilmu tersebut.Secara tidak langsung sabda ini
mengisaratkan kesadaran beliau tentang perlunya menciptakan kader-kader yang beliau
isi dengan pengetahuan ilmu keagamaan yang akan meneruskan dakwah beliauketika
beliau sudah tiada.Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan bahwa: "pera ulama'
adalah pawaris para Nabi. Muhammad SAW adalah seorang Nabi yang menciptakan
ulama'-ulama'(sahabat-sahabat) yang akanmewarisi ilmunya.
Pengkaderan ini beliau lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang beliau
didik dalam ilmu keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada beberapa
orang sahabat yang telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk menyampaikan dan
mengajarkan ajaran Islam kepada mereka yang belum atau baru saja memeluk agarna
Islam. Misalnya beliau mengutus Mus'ab bin umair ke Madinah untuk menyiarkan
Islam di sana. Pembinaan dan pendelegasian wewenang ini cukup efektif karena pada
gilirannya mereka juga akan membentuk kader mereka sendiri-sendiri sehingga ajaran
Islam semakin luas syi'arnya.
Dakwah Sebagai Bentuk Komunikasi yang Khas
Bila kita perhatikan secara seksama dan mendalam, maka pengertian dakwah itu
tidak lain adalah komunikasi. Hanya saja yang secara khas dibedakan dari bentuk
komunikasi yang lainnya, terletak pada cara dan tujuan yang dicapai.Tujuan dari
komunikasi mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau pesan-
pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga dengan pesan-pesan yang
disampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkahlaku yang diharapkan.
Disamping itu juga ciri khas yang membedakannya adalah terletak pada pendekatannya
yang dilakukannya secara persuasive dan tujuannya yaitu mengharapkan terjadinya
perubahan/pembentukan sikap dan tingkahlaku sesuai dengan pesan-pesan Allah SWT
dalamwahyu al Qur'an.13
12
Shohih Bukhori, 13
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, hal 39
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
126
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Atas dasar ini dapat kita katakan bahwa dakwak itu adalah juga merupakan suatu
proses komunikasi, tetapi tidak semua proses komunikasi merupakan suatu proses
dakwah. Dengan dernikian dakwah itu merupakan suatu bantuk komunikasi yang khas,
yang dapat dibedakan dari bentuk komunikasi lainnya dalam beberapa hal yakni;
Siapakah pelakunya (comunicator), apakah pesan-pesannya (message), bagaimanakah
caranya (approoch), dan apakah tujuannya (destination).
Faktor yang Mempengaruhi dan Hambatan Komunikasi Dakwah
Keberhasilan dakwah yang komunikatif sangat ditentukan oleh adanya hal-hal
yang ikut mempengaruhi kegiatan dakwah itu. Hal-halyang sangat erat kaitannya dengan
keberhasilan pelaksanaan dakwah lazim disebut sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi dakwah, adapun tersebut adalah faklor bahasa dan metodologi yang
mencakup strategi, pendekatan, metode, tehnik, kemampuan untukmempengaruhi.
Menurut Millard J. Brenvenue bahwa ada beberapa masalah yang menjadi
penghambat terlaksananya komunikasi termasuk didalamnya komunikasi dakwah yang
meliputi;
1. Masalah yang menyangkut sematik, yaitu pengetian kata-kata yang seringkali
mengandung arti berbeda dari yang dimaksud oleh da'i / komunikator. Apabila
kedua belahpihak tidak memahami termonologi yang sama, maka komunikasi sulit
diperoleh secara efektif. Dalam keadaan yang demikian sering terjadi
communication break-down, yang dimaksud adalah komunikasi yang gagal untuk
terlaksana.
2. Masalah yang menyangkut pengalaman, yakni pengalaman yang telah lalu seringkali
menjadi penghambat terhadap komunikasi yang efektif.
3. Struktur sosial darimana si pemberi pesan/da'i komunikasi dan komunikan/mad'u
berhasil juga sering menimbulkan putusnyakomunikasi.
4. Selfimage yang bertahan atau tertutup kepada perubahan dalam keadaan demikian
orang kadang-kadang dalam menerima keterangan dari orang lain tetap cenderung
untuk menpertahankan pendirian atau pendapatnya, bahkan keterangan tersebut
dirasakan sebagai ancaman, terutamanya bilamana seseorang berada di dalam
lingkungan yang tidak aman dan tidak stabil, kecurigaan terhadap orang lain pun
timbul.
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
127
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Demikianlah hambatan-hambatanyang harus diperhatikan oleh para
komunikator dakwah untuk menuju komunikasi yang efektif. Paling tidak dengan
mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan tersebut sebelum berkomunikasi
dapat mengantisipasi kemungkinan gagalnya sebuah komunikasi dengan mad‟u. Atau
paling tidak mengeleminasi lebih dini rintangan-rintangan yang akan dihadapi dalam
komunikasi dakwah.
Impilikasi Teori Interaksi Simbolik Dalam Kepemimpinan Dakwah
Adalah teori komunikasi interaksi simbolik dan manajemen terkoordinasi. Teori ini
efektif dalam setiap jenjang usia masyarakat dan dalam kondisi apapun seseorang dalam
sebuah masyarakat. Teori Interaksi Simbolik menyatakan bahwa individu membangun
makna melalui proses komunikasi karena makna tidak intrinsik apa pun. Dibutuhkan
konstruksi interpretif antara orang-orang untuk membuat makna. Bahkan, tujuan
interaksi simbolik adalah untuk menciptakan makna bersama. Hal ini terjadi karena
tanpa adanya interaksi bersama berarti komunikasi sangat sulit terwujud atau imposible.
Sebelum membahas tentang konsep manajemen terkoordinasi dan interaksi
simbolik yang digunakan untuk memahami pendekatan dakwah dan pemberdayaan
masyarakat, maka penulis paparkan tentang manajemen terkoordinasi dalam lembaga
dakwah, kemudian dalam sebuah tindakan dakwah interaksi simbolik sebagai teori untuk
memahami mad‟u. Sebab dalam aktivitas dakwah khususnya yang berhubungan dengan
pendekatan dakwah yang digunakan selalu identic dengan proses interaksi terjadinya
komunikasi dakwah.
Teori Manajemen Terkoordinasi, Teori ini dikemukakan oleh W. Barnett dan
Vernon Cronen dan digunakan untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah
percakapan, asumsi ini dikembangkan berdasarkan pandangan mereka yang
menganggap bahwa percakapan adalah basic material yang membentuk dunia sosial.14
Berfokus pada diri dan hubungannya dengan orang lain, serta mengkaji bagaimana
seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena
berfokus pada hubungan antara individual dengan masyarakatnya.
Teori ini memiliki beberapa asumsi, yaitu: pertama, Manusia hidup dalam
komunikasi. Asumsi ini berarti manusia tidak dapat lepas dari kegiatan komunikasi serta
14
Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 26
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
128
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
proses pemaknaan peran dari kegiatan komunikasi tersebut. Kedua, Manusia saling
menciptakan realitas sosial. Realitas sosial merujuk pada pandangan seseorang mengenai
bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya.
Asumsi teori ketiga, Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan
interpersonal. Artinya, makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika
seseorang berinterkasi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke
dalam interaksi. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka
dikatakan telah mencapai makna interpersonal (interpersonal meaning).
Dalam teori manajemen terkoordinasi ini terdapat 3 konsep penting yaitu:
Management, Meaning, dan Coordination. Pertama, Management (Manajemen) Ialah
pengelolaan makna yang dilakukan dengan aturan-aturan (rules) dalam interaksi
manusia. Aturan-aturan dalam management terdiri dari constitutive rules dan regulative rules.
Aturan Konstitutif (Constitutif Rules) merujuk pada bagaimana perilaku harus
diinterpretasikan dalam suatu konteks. Dengan kata lain, aturan konstitusif
memberitahukan kepada kita apa makna dari perilaku tertentu, tetapi tidak memberikan
tuntutan kepada orang untuk berperilaku.
Kedua, Meaning (Makna). Artinya, Manusia mengorganisasikan makna dengan cara
yang hierarkis. Madsudnya ialah ketika kita bertemu dengan orang lain, kita harus
berusaha menangani tidak hanya pesan-pesan yang dikirim kepada kita melainkan juga
pesan-pesan yang kita kirimkan kepada orang lain tersebut. Hierarki dari makna tersebut
berupa piramida terbalik seperti berikut :(a) Isi (content) merupakan langkah awal. Di sini
yang terlibat dalam percakapan berusaha untuk mengubah pesan menjadi sesuatu yang
bermakna, misalnya pada kalimat “saya tidak mengantuk” berarti orang tersebut tidak
mengantuk. (b) Tindak tutur (speech act). Bagian ini dideskripsikan sebagai “tindakan-
tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya:bertanya, memberikan
pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi
dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini dibangun bersama.
Hierarki dari makna selanjutnya adalah (c) Peristwa (Episode). Episode merupakan
rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Episode
mendeskripsikan konteks dimana orang bertindak.setiap orang menandai episode
dengan cara yang berbeda. misalnya, Ari dan Nova adalah teman chatting. Ari dan Nova
sering dalam kesehariannya berkomunikasi dengan menggunakan media internet
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
129
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
(Chatting melalui facebook), karena sering berkomunikasi lewat media tersebut maka
banyak bahasa yang mereka berdua mengerti dan sering dilontarkan. (d) Hubungan
(Relationship) dapat diartikan sebagai kontrak kesepakatan dan pengertian antara dua
orang di mana terdapat tuntunan dalam berperilaku. Pada level ini, hubungan antara Ari
dan Nova semakin mendalam, dalam berkomunikasi dan bertukar makna sudah tidak
ada permasalahan dan maknanya makin dalam, sudah semakin mengerti masing-masing.
Hierarki yang tak kalah pentingnya juga adalah (e) Naskah kehidupan (life script).
Naskah kehidupan merupakan kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini
yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama orang lain. Misalnya
ketika dua orang berbicara tentang keluarga, maka akan berbeda ketika seseorang berasal
dari broken home sedangkan orang lain berasal dari keluarga yang harmonis. Perbedaan
antara Broken Home dengan harmonis itulah yang dimaksud dengan naskah kehidupan
(life script). Dan terakir (f) Pola budaya (Culture Pattern) menyataka bahwa manusia
mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.
Contoh yang ekstrim misalnya ketika orang Indonesia yang melanjutkan studinya di
Amerika Serikat dan suatu ketika menaiki bis umum: bila di Indonesia menyapa orang
asing adalah hal yang wajar, sedangkan di Amerika menyapa orang asing bisa dianggap
melanggar privasi orang tersebut.
Asumsi teori yang ketiga adalah Coordination (Kordinasi). Coordination mengacu pada
proses dimana orang-orang berkolaborasi dalam sebuah upaya untuk menyamakan visi
mereka tentang apa yang dianggap perlu, mulia, dan baik serta untuk menghindari
perbuatan yang ditakuti, dibenci, atau dicela. Untuk bisa memadukan tindakan (stories
lived) orang tidak selalu harus koheren dengan orang lain, tetapi mereka tetap dapat
memutuskan untuk mengkoordinasikan perilaku mereka.
Asumsi teori manajemen terkoordinasi di atas, dalam dunia dakwah sangat
berperan pada segala aktivitas dakwah. Antara management, meaning, dan coordination.
Manajemen mengarah pada perencanaan, proses dan evaluasi lembaga perhimpunan
da‟i-da‟iyah bimroh dalam aktivitas dakwah, meaning mengarah pada mengorganisasikan
pesan-pesan dakwah da‟i kepada mad‟u dan da‟i satu kepada da‟i yang lain. Dan
coordinating yang dimaksud adalah mengkoordinasikan proses dakwah yang dilakukan
oleh da‟i.
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
130
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Sedangkan teori manajemen koordinasi dipertajam dengan teori interaksi simbolik
dikemukakan oleh Cooley, James, Dewey, Thomas, dan mead dalam Ritzer dan
Goodman, dan George Herbert Mead dalam berdakwah di masyarakat.
mengembangkan konsep Interaksionisme Simbolik, bahwa individu dalam masyarakt
tidak dilihat sebagai unit yang dimotivasi oleh kekuatan eksternal atau internal di luar
kontrol mereka atau di dalam kekurangan struktur yang kurang lebih tetap. Mereka lebih
dipandang sebagai cerminan atau unit-unit yang saling berinteraksi yang terdiri dari unit-
unit kemasyarakatan. Kemampuan berpikir merupakan bentuk dari sosialisasi kesadaran.
Artinya, apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap muka
dialogis timbal balik (face-to-face-dialogical-reciprocal) inilah interkasi simbolik.15
Pikiran berbeda dengan otak secara fisiologis, walaupun diketahui bahwa manusia
memiliki otak untuk mengembangkan pikiran, tetapi tidak mesti otak menghasilkan
pikiran seperti yang diketahui dalam kasus binatang. Binatang memiliki otak seperti
hakekatnya manusia, tetapi binatang lebih mengandalkan kemampuan usaha trial and
error dalam memecahkan masalah mereka. Manusia memiliki berbagai kemampuan
dalam mengembangkan metode atau cara pengambilan keputusan melalui berpikir.
Interaksi sosial menurut kaum interaksionis adalah proses yang membentuk dan
memperhalus berpikir individu. Bentuk spesifik dari interaksi sosial yang
mengembangkan kemampuan berpikir adalah sosialisasi. Seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan individu, dari mulai usia kanak-kanak, remaja, dewasa, sampai tua,
sosialisasi secara terus menerus membangun kapasitas kemampuan berpikir manusia.
Setiap aspek benda-benda yang bersifat materiil sampai gagasan yang bersifat abstrak,
selalu memiliki makna yang berubah seiring dengan perkembangan tersebut.
Sosialisasi tidak semata-mata aktivitas yang terjadi tatkala seseorang mempelajari
sesuatu atau menerima nilai-nilai dari lingkungan. Menurut Manis dan Meltzer dalam
Ritzer dan Goodman, sosialisasi adalah proses dua arah yang dinamik (individu terhadap
lingkungan dan lingkungan terhadap individu), yang memungkinkan manusia
mengembangkan kemampuan berpikir, untuk mengembangkan cara hidup manusia
tersendiri. Sosialisasi bukanlah semata-mata proses satu arah di mana aktor menyusun
dan menyesuaikan informasi itu dengan kebutuhan sendiri. Namun menurut Blumer
dalam Ritzer dan Goodman, lebih dari itu pemikiran juga akan membentuk proses
15
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 2003), 390
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
131
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
interaksi sosial. Dalam kebanyakan interaksi, aktor harus memperhatikan orang lain dan
menentukan kapan dan bagaimana cara menyesuaikan aktivitas mereka terhadap orang
lain. Pendapat Blumer dapat diinterpretasikan bahwa, kemampuan berpikir yang baik
dari seseorang, termasuk kreativitasnya, akan mempermudah mereka dalam
menyesuaikan diri dengan siapa dirinya berinteraksi, bagiamaan cara berinteraksi yang
harus dijalankan, dan bahkan mungkin berbagai hal yang dapat ditemukan atau
didapatkan dari interaksi dengan orang yang bersangkutan.
Posisi Makna dan Simbol dakwah dalam Interaksionisme Simbolik
West dan Turner menjelaskan pentingnya kedudukan konsep pembentukan makna
dalam perilaku manusia dalam teori Interaksionisme Simbolik, seperti yang dituliskan
bahwa:
Symbolic Interaction Theory holds that individuals construct meaning through the communication process because meaning is not instrinsic to anything. It takes interpretive construction among people to make meaning. In fact, the goal of interaction, according to SI, is to create shared meaning. This is the case because without shared meaning communication is extremely difficult, if not imposible.16
Nelson dari Colorado University dalam sebuah penelitiannya, menyebutkan bahwa
tiga tulang punggung utama Teori Interaksonisme Simbolik berdasarkan pendapat
Blumer, adalah makna (meaning), bahasa (language/symbol), dan berpikir (thought), yang
memberikan penjelasan bahwa:
The first core principle of meaning states that humans act toward people and things based upon the meaning that they have given to those people or things. Symbolic Interactionism holds the principle of meaning as central in human behavior. The second Language gives humans a means by which to negotiate meaning through symbols. And the third is Thought modifies each individual’s interpretation of symbols. Thought, based-on language, is a mental conversation or dialogue that requires role taking, or imagining different points of view.17
16
Teori Interaksi Simbolik menyatakan bahwa individu membangun makna melalui proses komunikasi karena
makna tidak intrinsik apa pun. Dibutuhkan konstruksi interpretif antara orang-orang untuk membuat makna.
Bahkan, tujuan interaksi simbolik adalah untuk menciptakan makna bersama. Hal ini terjadi karena tanpa adanya
interaksi bersama berarti komunikasi sangat sulit terwujud atau imposible. 17
Prinsip inti pertama makna menyatakan bahwa manusia bertindak terhadap orang-orang dan hal-hal
berdasarkan arti bahwa mereka telah diberikan kepada orang-orang atau hal-hal. Simbolik Interaksionisme
memegang prinsip makna sebagai sentral dalam perilaku manusia. Bahasa kedua memberikan manusia suatu
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
132
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Individu seringkali menemukan kerumitan dalam memilih dan menentukan makna
mana yang akan digunakan pada saat berkomunikasi dengan orang lain, interaksi tetap
berjalan dan tidak bisa dihentikan. Bahasa di sini menemukan peranannya, karena
manusia akan melakukan negosisasi makna mana yang akan dipergunakan melalui
bahasa.
Teori Interaksionisme Simbolik menyetujui pentingnya sebab-musabab interaksi
sosial. Makna bukan berasal dari proses mental yang menyendiri atau terisolasi, tetapi
berasal dari interaksi. Hal yang dipikirkan adalah bukan bagaimana cara proses mental
manusia menciptakan makna dan simbol, tetapi bagaimana cara proses mental manusia
menciptakan makna dan simbol, tetapi bagaimana cara mereka mempelajarinya selama
interaksi pada umumnya dan selama proses sosialisasi khususnya. Manusia mempelajari
dan makna dalam interaksi sosial di mana mereka menanggapi simbol dengan cara
berpikir.
Charon dalam Ritzer dan Goodman menjelaskan bahwa, “karena simbol, manusia
tidak memberikan respon secara pasif terhadap realitas yang memaksakan dirinya
sendiri, tetapi secara aktif menciptakan dan mencipta ulang dunia tempat mereka
berperan”. Menurut Plummer, yang membedakan manusia hakekatnya adalah kekayaan
dan kreativitas komunikasi melalui simbol-simbol. Sejarah, budaya, dan bentuk
komunikasi manusia yang dapat ditelusuri melalui simbol-simbol dihubungkan dengan
interpretasi, aksi dan interaksi. Pada tahap tertentu simbol kelihatannya pasti, tetapi
perspektif interaksi simbolik menegaskan perubahan, fleksibel, dan tindak kuratif ketika
manusia menggunakan simbol-simbol. Proses penyesuaian dan perubahan melibatkan
interaksi individual dan segi-segi yang berskala luas seperti norma dan aturan.
Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk
berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan diri sendiri atau pikiran pribadinya.
Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk
berinteraksi dengan orang lain dalam sebuah komunitas.18 Artinya, konsep dasar dan
sarana untuk bernegosiasi makna melalui simbol-simbol. Dan yang ketiga adalah Pemikiran memodifikasi
interpretasi masing-masing individu simbol. Berpikir, berbasis pada bahasa, adalah percakapan mental atau
dialog yang membutuhkan peran mengambil, atau membayangkan sudut pandang yang berbeda. 18
Stphen W. Littlejohn, Teori Komunikasi ( Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 232
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
133
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
komunitas, serta bagaimana konsep diri dan komunitas dapat menggunakannya untuk
menjelaskan berbagai realitas sosial sehari-hari.19
Tiga konsep utama dalam teori Mead ditangkap dalam judul karyanya yang paling
terkenal, yaitu masyarakat, diri sendiri.20 Kategori-kategori ini merupakan aspek-aspek
yang berbeda dari proses umum yang sama disebut tindak sosial, yang merupakan
sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian-bagian
tertentu. Sebuah tindakan dapat saja singkat dan sederhana, seperti mencoba sepatu atau
dapat saja panjang dan rumit, seperti pemenuhan rencana kehidupan. Tindakan saling
berhubungan dan dibangun seumur hidup. Tindakan dimulai dengan sebuah dorongan;
melibatkan persepsi dan penunjukan makna, repitisi mental, pertimbangan alternatif dan
penyempurnaan.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, interaksi simbolik adalah bagaimana respon
masyarakat, ketika berinteraksi, saat berinteraksi dan setelah berinteraksi dalam
berdakwah di masyarakat. Sehingga ada perubahan mind set dan pola hidup para
masyarakat umum setelah melakukan berbagai interaksi yang diadakan oleh da‟i-da‟i.
Maka, semakin banyak masyarakat yang mengerti agama berarti semakin bagus interaksi
da‟i kepada mereka.
Penutup
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW adalah seorang pertama dalam
Islam yang mengajarkan dan menyebarkan Islam yang kini telah tersebar di seluruh
penjuru dunia termasuk di Indonesia. Beliau seorang komunikator dalam Islam yang
diangkat oleh Tuhan sebagai nabi dan rasul-Nya menyampaikan risalah yang kemudian
dilanjutkan dengan dakwah oleh umatnya. Muhammad SAW adalah contoh
komunikator yang patut diteladani, karena beliau sejak muda telah memiliki gelar al-amin
dari masyarakat.
Sebagai seorang utusan Allah SWT, Muhammad SAW mempunyai tugas
menyampaikan risalahilahiyyah kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah rasul akhir
zaman. Tidak ada lagi utusan Tuhan sesudahnya. Berbeda dengan utusan Allah SWT
19
Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 18 20
Mead, Mind, Self, and Society
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
134
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
sebelumnya,sasaran dakwah Muhammad SAW melintasi ruang dan waktu. Beliaubukan
diutus untuk orang arab saja, tetapi untuk seluruh umat manusia.
Metode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW terbukti jitu dalam menyinari
unat manusia dengan cahaya ilahi. Dalam jangkawaktu yang relatif pendek (kurang dari
23 th), ajaran Islam dapattersebar melewati Jazirah Arab. Manusia dari berbagai suku,
ras, danlatar bekakang keyakinan berduyun-duyun memeluk Islam dihadapan
Muhammad SAW.
Dalam kegiatan komunikasi dan dakwah terdapat paralelisme yang sifatnya
saling isi mengisi dan saling melengkapi satu denganyang lainnya. Adanya aktivitas
komunikasi memungkinkan terlaksananya kegiatan dakwah, begitu pula dengan
berdakwahberarti terlaksana pula tugas-tugas komunikasi. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa hubungan komunikasi dan dakwah merupakan hubungan kausal
artinya makin sering dilaksanakan komunikasi berarti makin mantap pula dakwah.
Begitu pula sebaliknya bahwaberdakwa adalah kegiatan komunikasi yang berartimakin
intensifnyakegiatan dakwah akan berakibat terjadinya komunikasi yang berartipula.
Di dalam operasinalisasi atau praktek dakwah terdapat unsur-unsur yang sangat
menentukan dapat belangsungnya dakwah itu dengan baik. Unsur komunikasi dakwah
itu disebut aspek-aspek komunikasi dakwah yang akan menentukan terjadinya
komunikasi atau dakwah dengan baik. Aspek tersebut antara lain; aspek sumber, aspek
materi, aspek tujuan dakwah, aspek lingkungan dakwah, aspek sasaran dakwah, dan
aspek media dakwah.
Dengan terpenuhinya persyaratan yang dibutuhkan untuk terjadinya suatu
proses komunikasi, maka dapat kita katakan bahwa dakwah itu sendiri memang ada
suatu proses komunikasi. Tetapi karena ciri-cirinya yang khas yang membedakan dirinya
dari segala bentuk komunikasi yang lainnya, pengertian dakwah dalam tinjaun tersebut
kita ketahui dengan istilah yaitu komunikasi dakwah.
Dalam hal kepemimpinan yang harus dimiliki oleh da'i merupakan faktor
penunjang yang cukup penting untuk diperhatikan, yaitu diantaranya; kebutuhan
terhadap pengetahuan, kebutuhan pengembangan diri dan kebutuhan untuk
membuktikan.
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Pesan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Dakwah Rasulullah Saw
135
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer sebuah Studi Komunikasi, Graha Ilmu,Yogyakarta, 2011 Abu Faris, Muhammad. Al Sirah an Nabawiyah, Dirasah tahliliyah,Aman: Dar- al
Furqan,1997. Al-Syalabi, Ali Muhammad, Fiqh al-Tahkin fial-Wur'qrz,Aman:Dar-al Bayariq, 1999. Atha, Abdul Qadir Ahmad.Adabun Nabi:Meneladani Akhlaq Rasulullah,Jakarta:
PustakaAzzam, 1988. Al-Audah, Salman. Al-Ghuraba'u wa al-awwalin, Duman: Dar Ibnual-Jauzi,199l. Al Bukhori, Shahih Al-Bukhori, Libanon: Beirut, 1991.
Al-Ghazali, Muhammad. Khuluq Muslim, Darul Qalam, Damaskus, 2003. Antonio, Muhammad Syafi‟i,The Super Leader Super Manager. Prophetic Leadership and
Manajemen center, Jakarta, 2007 Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, AMZAH , Jakarta, 2009
Cholil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jakarta:Gema lnsani,2001. Depag, Al Qur’an dan Terjemahannya, al Madinah al Munawwarah, 1418 H Ghazali, M Bahri. Dakwah Komunikatif, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1997 Haikal, M. Husen.Sejarah Hidup Muhammad, Terjemahan AliAudah, Bogor: Litera Antar
Nusa, 2002. Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, UMM Pres, Malang, 2010 Ilahi, Wahyu. Komunikasi Dakwah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010 Rivai, Veithzal. Islamic Leadership. Bumi Aksara, Jakarta, 2009
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997