2.1 all (1)

Upload: andriyanmuhammad

Post on 08-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    1/95

    0

    ISSN : 2337-3636

    SISTEMIKJurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik

    Volume 2 Nomor 1 Juni 2014

    Penanggung Jawab :

    Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung

    Pemimpin Umum

    Ragil Pardiyono, ST., MT.

    Pemimpin Redaksi

    Rina Indrayani, SE., MM.

    Anggota Redaksi

    Agus Rahmat Hermawanto, SH.

    Herman Ruswan Suwarman, ST., MT.

    Dani Leonidas, ST., MT.

    Penyunting Ahli

    Dr. Ir. Ika Sartika, MT.

    Dr. Rusli

    Pelaksana Teknis

    Tim Pengelola Jurnal

    Alamat Penerbit/ Redaksi

    Jl. Soekarno Hatta No. 378 Bandung

    Tlp. (022) 5224000

    Fax. (022) 5209272

    Email : [email protected] 

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    2/95

     

    1 | P a g e  

    DAFTAR ISI

    Penerapan SIX SIGMA Untuk Menekan Jumlah REJECTION TAG ( RT ) Pada

    Produksi Pesawat CN 235 (Studi Kasus) DI PT. DIRGANTARA INDONESIA

    BANDUNG Abdul Aziz, Danileo Sumarna 

    2-14

    Perencanaan Produksi Pada Kain Rayon, Polyster dan Cotton Menggunakan

    Teknik PeramalanERENCANAAN PRODUKSI PADA KAIN RAYON,Agung Dwi Pambudi, Rina Indrayani

    15-27

    Studi Kelayakan Penambahan Alat Bantu Automatic Expander Roll Pada Mesin

    Finishing Manual Expande RollAgung Jaya Setia, Ragil Pardiyono

    28-40

    Perencanaan Kapasistas Produksi Pembuatan Bed Sheet Ser di PT. Bandung

    GemilangAep Saepudin, Cucun Kalsum

    41-62

    Perencanaan Proyek Pembabgunan Gudang Dinas Kesehatan Propinsi Jabar

    dengan Menggunakan CPM

    Sugih Maulana, Moro Sujatmiko

    63-70

    Perbaikan Sistem Kerja Guna Meningkatkan Keselamatan dan KesehatanRagil Pardiyono

    71-81

    Usulan Perbaikan Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Cacat Penyelupan

    Pada Kain Dengan Menggunakan Metode SIX SIGMA DMAIC

    Rina Indrayani

    82-94

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    3/95

     

    2 | P a g e  

    PENERAPAN SIX SIGMA UNTUK MENEKAN JUMLAH REJECTION

    TAG ( RT ) PADA PRODUKSI PESAWAT CN 235

    (STUDI KASUS) DI PT. DIRGANTARA INDONESIA

    BANDUNG

     Abdul Aziz  1 ,Dani leonidas Sumarna2

     Jurusan Logistik Bisnis Politeknik Pos Bandung

    [email protected][email protected] 

    Abstrak

     Metode Six sigma sebagai alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas,memungkinkan perusahaan melakukan trobosan baru yang significan .Six sigma merupakan alat penting bagi manajemen produksi untuk menjaga,memperbaiki,

    mempertahankan kualitas produk menuju zero defect.dengan menggunakan metode six sigma DMAIC diharapkan perusahaan mampu menekan

     populasi jumlah RT ( Rejection Tag ) PT Dirgantara Indonesia yang memproduksi pesawat CN235 khususnya di final assembly populasi jumlah RT (rejection tag) masih cukup tinggi dan nilai DPMO nya juga masih cukuptinggi Maka untuk menekan populasi jumlah Rejection Tag ( RT ) dengan merekomendasikanrencana tindakan perbaikan padakesalahan Design Drawing dan Material komponen

     Kata kunci : Six Sigma ( DMAI C )  adalah : def ine, measure, anal ize, improved, control .

    I .PENDAHULUAN

    Industri Manufacture  yang bergerak di bidang usaha penerbangan adalah

    PT.DIRGANTARA INDONESIA yang berlokasi di Jl.Pajajaran No 154 Kota Bandung

    Jawa barat.. PT.DIRGANTARA INDONESIA yang memproduksi pesawat CN235

    yang disebut sebagai primadona, yang saat ini sedang melaksanakan kontrak penjualan

    4 pesawat dengan Negara Korea Selatan yang dinamakan KCG ( Korea Coast Guard

    ).Pesawat CN235 yang diproduksi di divisi  Air Craft   sebagai pemegang  Production 

    certificate (PC) pada proses  perakitannya dibagi menjadi tiga bagian.

    1. Sub Assembly 

    2. Semy Assembly

    3.  Final Assembly.

    Pada  Proses produksi pesawat CN 235 memerlukan ketelitian yang tinggi,

    diharapkan mampu menyelesaikan target produksi sesuai dengan Schedule Delevery.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    4/95

     

    3 | P a g e  

    Pada perencanaan dan pelaksanaan proses produksi pesawat CN235 khususnya di

     bagian Final Assembly yang masih banyak ditemukan masalah dan kendala yang harus

    selalu di upayakan pemecahannya, terutama pada populasi jumlah RT ( Rejection Tag )

    yang akan berpengaruh terhadap Pengendalian kualitas pada proses produksi pesawat

    CN235 di  bagian  Final assembly. RT (Rejection Tag) adalah form sheet untuk

    mendata  kejadian kejadian ( Defective) non conforming material   selama pada proses

     produksi pesawat CN235. 

    Dengan demikian RT ( Rejection Tag ) sangat menentukan terhadap kondisi kualitas

     produksi pesawat CN235 dan akan berpengaruh terhadap penurunan harga (charge

    customer), keterlambatan kerja dan pekerjaan ulang (Rework).

    Bila kondisi ini tidak di minimasi sedini mungkin, maka perusahaan akan menanggung

    kerugian yang sangat besar dan terjadi kemunduran pada kualitas produk CN235 yang

     berakibat ketidak percayaan customer.

    Pada umumnya sistem pengendalian kualitas seperti TQM dan lain-lain hanya

    menekankan pada upaya peningkatan mutu berdasarkan kesadaran individu dari

    manajemen. Sistem tersebut tidak memberikan solusi yang tepat mengenai

    terobosan-terobosan baru atau langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk

    menghasilkan peningkatan kualitas secara signifikan menuju tingkat kegagalan

     pada 0 ( zero defect ).

    Six sigma sebagai salah satu metode baru yang paling popular merupakan salah

    satu alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas yang merupakan

    terobosan dalam bidang manajemen kualitas (Gasperzs,2005: 303). Six sigma

    dapat dijadikan ukuran kinerja sistem industri yang memungkinkan perusahaan

    melakukan peningkatan yang luar biasa dengan terobosan strategi yang aktual.

    Six sigma  juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses produksiyang berfokus pada customer dengan memperhatikan kemampuan proses. Pencapaian

     six sigma hanya terdapat 3,4 cacat per sejuta kesempatan. Semakin tinggi target

    sigma yang dicapai maka kinerja sistem industri semakin membaik.

    PT Dirgantara Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam

     bidang kedirgantaraan. Produk yang dihasilkan adalah diantaranya pesawat CN 235

    dengan berbagai macam Type yang dipasarkan di Negara Negara Asia Tenggara.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    5/95

     

    4 | P a g e  

    Pengendalian kualitas yang dilaksanakan pada bagian final assembly pada

     proses perakitan akhir pesawat CN 235 pada basic Air Craft masih banyak ditemukan

    RT(rejection tag) /defect diatas toleransi yang ditentukan.

    Berdasarkan masalah diatas maka penulis megidentifikasi data  –   data yang

    ditemukan yaitu total proses produksi dan beberapa RT( Rejection Tag ) yang

    ditemukan dilapangan. (lihat tabel) Table I –  1. Rejection Tag

    Periode

    Position

    Total

    Proses produksi

    Total Defect

    RT(Rejection Tag) Prosentase

    Pos I 92 18 RT 19 %

    Pos II 81 17 RT 21 %

    Pos III 77 14 RT 18 %

    Pos IV 170 18 RT 19 %

    Pos V 63 18 RT 19 %

    Pos VI 41 10 RT 24.3 %

    F L 26 - -

    550 95 17.2727%

    Dari data pada tabel tersebut diatas ,maka penulis perlu untuk meneliti penyebab

     populasi jumlah RT ( rejection tag ) yang terjadi di bagian final assembly

    Dengan diterapkannya metode  six sigma di PT.DIRGANTARA

    INDONESIA pada Final Assembly diharapkan perusahaan berada pada tingkat produk

    cacat /defect terendah bahkan dapat memperkecil lagi sampai pada proses produksi

     berjalan menuju kesempurnaan ( zero defect ).

    Dengan demikian penerapan metode  six sigma  pada PT. Dirgantara Indonesia

    akan meningkatkan keuntungan dan akan mengakibatkan menurunnya biaya yang

    dikeluarkan, Selain itu perusahaan dapat tetap mempertahankan kelangsungan

    hidupnya bahkan dapat meningkatkan posisi pasarnya dalam menghadapi

     persaingan global secara kompetitif. Motivasi yang mendorong penulis untuk

    melakukan penelitian ini adalah karena pada PT. Dirgantara Indonesia belum

    dilakukan pengendalian kualitas dengan metode  six sigma. Dengan penelitian ini

    diharapkan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk mengambil konsep

    mengenai pengendalian kualitas dengan menggunkan metode  six sigma. Untuk

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    6/95

     

    5 | P a g e  

    memahami strategi pengendalian kualitas pada bagian Final Assembly yaitu

    menurunkan jumlah defect /RT ( rejection tag ) yang terjadi, maka dicoba untuk

    mengadopsi metode  six sigma dalam menganalisis dan memperbaiki pengendalian

    kualitas. Metode ini merupakan suatu metode atau cara untuk mencapai kinerja

    operasi dengan hanya 3, 4 cacat (defect ) untuk setiap satu juta aktivitas atau peluang.

    Untuk mencapai target operasi mencapai  six sigma merupakan hal yang sulit, tetapi

    dicoba untuk menelusuri permasalahan dan mengatasinya. Diharapkan dengan metode

    ini dapat menurunkan defect/RT yang terjadi, sehingga bisa meningkatkan daya

    saing produksi pesawat CN235 dengan jenis pasawat lain.

    II.  LANDASAN TEORI

    Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan cara memonitor keluaran

    (output),membandingkan dengan standart  –   standart menafsirkan, perbedaan -

     perbedaan dan mengambil tindakan untuk menyesuaikan kembali proses - proses

    itu sehingga sama / sesuai dengan standar (Buffa 1999 : 109).

    Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau 9M. Pada

    masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah besasr

    kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah dialami

    dalam periode sebelumnya. ( Feigenbaum,1992 ; 54-56),  Market (Pasar),  Money

    (Uang),  Management (manajemen).,  Man (Manusia), Motivation (Motivasi), Material

    (bahan),  Machine and Mecanization (mesin dan mekanisasi),  Modern Information

     Metode (metode informasi moderen),  Mounting Product Requirement (persyaratan

     proses produksi).

     pengendalian kualitas yang dilaksanakan dalam perusahaan tepat mengenai

    sasarannya serta meminimalkan biaya pengendalian kualitas, perlu dipilih pendekatan

    yang tepat bagi perusahaan. (Ahyari, 1990:225-325)

    Six Sigma adalah bertujuan yang hampir sempurna dalam memenuhi

     persyaratan pelanggan (Pande dan Cavanagh, 2003: 9). Menurut Gaspersz

    (2005:310)  six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4

    kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa.

    Jadi Six Sigma merupakan suatu metode

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    7/95

     

    6 | P a g e  

    Pada dasarnya pelanggan puas apabila mereka menerima nilai yang diharapkan

    mereka, apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kualias Six Sigma,

    maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO)

    atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan

    ada dalam produk itu. Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja system industri,

    tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan

     pelanggan (pasar).

    Semakin tinggi target sigma dicapai, maka kinerja sistem industri akan semakin

     baik. sehingga Six Sigma otomatis lebih baik daripada 4-Sigma, lebih baik dari 3-Sigma.

    Six Sigma  juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan

     perusahaan melakukan peningkatan luar biasa di tingkat bawah.

    Six Sigma  juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses indusri berfokus pada

     pelanggan, malalui memperhatikan kemampuan proses Gaspersz, 2002).Terdapat enam

    aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma (Gasperz: 2002),

    Pendekatan pengendalian proses Six Sigma Motorola mengijinkan adanya

     pergeseran nilai target rata-rata (mean) setiap CTQ individual dari proses industri

    sebesar ± 1,5  sigma sehingga akan menghasilkan 3,4 DPMO (defects per million

    opportunities / kegagalan per sejuta kesempatan). Proses Six Sigma dengan distribusi

    normal bergeser 1,5 Sigma (Sumber Gasperz, 2002)

    Menurut Gasperz (2002), Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau

    teknik pengendalian dan peningkatan kualitas yang merupakan terobosan baru dalam

     bidang manajemen kualitas. Konsep Six  Sigma Motorola ini pada awalnya

    dikembangkan oleh perusahaan Motorola di Amerika Serikat. Banyak ahli manajemen

    kualitas menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan diterima

    secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industry frustasi terhadap sistem

    manajemen kualitas yang ada, yang tidak mampu melakukan peningkatan kualitas

    menuju tingkat kegagalan nol ( Zero  Defect ).

    dipaparkan jenis metodologi Six Sigma, DMAIC secara terperinci dan persamaan

    metodologi Six Sigma tersebut. DMAIC merupakan salah satu metodologi Six Sigma

    yang digunakan dengan tujuan melakukan perbaikan proses terhadap produk atau proses

    yang sedang berlangsung di perusahaan

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    8/95

     

    7 | P a g e  

    III.METODOLOGI PENELITIAN

    IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

    1.  Define  ( pendifinisian ) 

    Define merupakan tahap pendefinisian masalah kualitas pada produk

    akhir jenis pesawat CN235,di Final Assembly pada tahap ini yang

    menjadikan obyek penelitian adalah variable RT (RejectionTag)/Defective

    Landasan Teori

    Pengumpulan dan pengolahan Data* Data produksi

    * data RT (Rejection Tag)* wawancara

    Hasil penelitian dan pembahasan

    * Analisis pengendalian kualitas metode SixSigma DMAIC

    * Failur Mode and Failur Effect (FMEA).

    Studi Kasus

    Kesimpulan dan Saran

    Tujuan Penelitian

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    9/95

     

    8 | P a g e  

    ketidak sesuaian material (non conforming material) prosentasenya masih

    cukup tinggi berdasarkan pada permasalahan yang ada, masalah RT

    (RejectionTag) dapat mempengaruhi terhadap kualitas produk dan berakibat

    terkena charge customer.

    Pada tahap ini dilakukan penentuan critical to quality ( CTQ ) untuk

    mengetehui apa yang menjadi kritikal kualitas fisik pada pembuatan pesawat

    CN 235 di final assembly, juga penjelasan alur proses produksi dengan

    diagram SIPOC ( supplier input proses output customer ).Penentuan ( CTQ )

     pada Kondisi fisik pesawat Cn 235 yang terkena Rejection Tag ( RT )

    adalah sebagai berikut :

    1. 

    MRB ( Material review Board ) : mayor defect

    2.  Complete (dilengkapi/ diselesaikan ) : minor defect

    3.  R T S ( return to shop / retest) : minor /critical defect

    2.  Measure ( pengukuran )

    Pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap kemampuan

     proses pada proses produki pesawat CN 235 di final assembly.

    Langkah pengukuran adalah:

    1.  Perhitungan  Defects per unit (DPU), Perhitungan DPU

     berdasarkan jumlah produk yang di inspeksi dan jumlah produk

    cacat pada tabel 4.1, yaitu:

    DPU ℎ

    ℎ  

    POS. 1

    DPU

    = 0.1957

    POS, 2

    DPU

    0.2099

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    10/95

     

    9 | P a g e  

    POS. 3

    DPU 4

      0.1818 

    POS. 4

    DPU

    0.1059 

    POS. 5

    DPU

     = 0.2857

    POS. 6

    DPU

    4 = 0.2439

    2.  Perhitungan DPO (defect per opportunity)

    DPO DPU

    POS 1 .

    0.0652 

    POS 2   .

      = 0.0699

    POS 3 .

      0.0606 

    POS 4 .

      0.0353 

    POS 5 .

      0.0952 

    POS 6  .4   = 0.0813

    3.  Perhitungan Defect Per Million Opportunity ( DPMO )

    DPMO = DPO X 1000000

    POS 1 = 0.0652 X 1000000 = 65200

    POS 2 = 0.0699 X 1000000 = 69900

    POS 3 = 0,0606 X 1000000 = 60600

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    11/95

     

    10 | P a g e  

    POS 4 = 0.0353 X 1000000 = 35300

    POS 5 = 0.0952 X 1000000 = 95200

    POS 6 = 0.0813 X 1000000 = 81300

    4.  Pengkonversian DPMO ke level Sigma,berdasarkan tabel

    kanversi DPMO ke nilai sigma.

    Berdasarkan konsep motorola konversi nilai sigma bahwa proses industri memiliki

    kapabilitas proses belum baik, nilai DPMO dari pos 1 hingga pos 6 terhadap nilai sigma

    tak terhitung berdasarkan konsep Motorola nilai terkecil adalah 1,5 sigma pada DPMO

    500.000. Diinterprestasikan bahwa dari sejuta kesempatan yang ada akan terdapat

    kemungkinan bahwa proses produksi itu belum mampu memenuhi toleransi yang

    ditetapkan Hal ini menunjukkan pola DPMO dan pencapaian sigma tidak tercapai

    3.  Analyze  ( analisis )

    Berdasarkan data yang diolah untuk mengetahui prosentase jenis produk ditolak

    dihitung dengan rumus:

    % Kerusakan =ℎ

    ℎ ℎ  

    % Pos 1 total 18 RT :

      100 % = 19 %

    % pos II total 17 RT :

    100 % 18 % 

    % pos III total 14 RT :4

      x 100 % = 14 %

    % pos IV total 18 RT : 

        100 % 19 % 

    % pos V total 18 RT : 

      100 % 19 % 

    % pos VI total 10 RT :

      100 % 10 % 

    Pada pengelompokan proporsi RT tertinggi diketahui penyebab utama terjadinya RT

    adalah berdasarkan hasil wawancara dengan CAU (corrective action unit ) dan dari

    sebuah team MRB (Material Review Board) yang menentukan kategori

    MRB,Complete, RTS dengan mencantumkan charge number yang telah ditentukan oleh

     perusahaan, maka diketahui jumlah pengaruh RT tertingi adalah :

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    12/95

     

    11 | P a g e  

    1. kesalahan pada Material komponen

    2. kesalahan Design drawing. ( Lihat Diagram Sub group )

    Berkaitan dengan pengendalian kualitas produk secara

    statistik, diagram sebab-akibat digunakan untuk mengetahui unsur  – unsur yang

    menyebabkan terjadinya RT.

    Penyebab utama yang mempengaruhi adanya RT (rejection tag) pada

     perakitan akhir dari pos 1 ,pos 4 dan pos 5 .

    4.  Improve ( perbaikan )

    Berdasarkan analisis FMEA dapat diketahui penyebab kesalahan yang

     paling dominan untuk dilakukan tahap perbaikan, selanjutnya yaitu langkah usulan

     perbaikan pada dua komponen adalah :

    1. Design Drawing

    Mengotrol tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis

     penelitian pada design Drawing adalah:

    a.  Koordinasikan dengan engeenering drawing untuk melakukan perbaikan Design

    Drawing yang kurang optimal, merubah gambar maupun menambah dengan

    membuat/ mengusulkan Change proposal 1 (CP1) untuk merubah gambar kerja.

     b.  Melakukan koordidasi degan engeenering drawing untuk mengkoordinasikan

    antara basic dengan optional

    c.  Mengevaluasi drawing sesuai configuration yang digunakan sesuai dengan

     program.

    d.  Percepat menurunkan dokumen, spec maupun design drawing.

    2. Material Komponen

    a. Mengontrol material komponen yang masuk sesuai yang di kebutuhankan, b. Melakukan perbaikan CLCO/Tool jig dan cek kalibrasi pada pembuatan

    komponen tersebut.

    c. Pemeriksaan storage pada penyimpanan material dan perawatan

    d. Periksa part-part di storage cocokan dengan dokuman.

    Menetapkan sasaran dan tujuan peningkatan kualitas six sigma

    Berdasarkan permasalahan adanya RT (Rejection Tag) yang disebabkan

    oleh Design Drawing dan Material komponen yang dapat menyebabkan

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    13/95

     

    12 | P a g e  

    kerugian bagi perusahaan maka perlu melakukan sesuatu perencanaan

    yang stategis dalam pengoperasionalnya dengan menekan terjadinya RT

    (rejection tag)/defect produk menjadi 0% dengan tindakan yang

    signifikan.

     pada tahap ini peneliti tidak membuat SOP untuk melakukan perbaikan

    di perusahaan dengan pertimbangan birokrasi dan persetujuan

    manajemen.

    5. Control (tahap pengendalian )

    Pada tahap ini dilakukan pengamatan pada dua penyebab paling

     potensial dalam menghasilkan produk akhir jenis pesawat CN 235 di

    final assembly pada area pos 1,pos 4 dan pos 5 perlu dilakukan

     pengontrolan atau pemeriksaan secara rutin sebagai berikut:

    * Design drawing 

    Perlu dilakukan pengontrolan pemeriksan sumber variasi yang

     berasal dari kesalahan gambar kerja.

    a. Koordinasikan gambar kerja dengan kondisi actual   dipesawat

    yang tidak akurat,

     b. Index gambar harus sesuai dengan configurasi yang berlaku,

    sehingga akan mengurangi timbulnya RT (Rejection Tag).

    * Material Komponen 

    Dilakukan pengontrolan pada sumber variasi kesalahan Material

    komponen

    a. Pemeriksaan kalibrasi secara periodik pada tool jig / clco

    sesuai live time nya, b. Material komponen yang tidak sesuai dengan drawing  perlu

    dilakukan pemeriksaan pada gudang penyimpanan (Storage).

    c. Periksa material sesuai configurasi yang berlaku.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    14/95

     

    13 | P a g e  

    V. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis menarik

    kesimpulan bahwa;

     

    Pada tahap define diketahui populasi jumlah defect ( RT ) di final

    assembly yang tertinggi terutama pada bagian pos 1 pos 4 dan pos 5

    dengan prosentase 19 %, maka perlu dilakukan suatu tindakan perbaikan

    ,agar pada periode berikutnya jumlah populasi RT (Rejection Tag) dapat

    ditekan oleh perusahaan seminimal mungkin dengan tingkat sigma

     paling tinggi. 

      Setelah diketahui karakteristik kritikal kualitas (CTQ) dengan analisis

    Causes Effect diagram dapat diketahui penyebab populasi jumlah RT /

    Defect pada Pos 1, Pos4 dan Pos 5 adalah: kesalahan Design Drawing

    dan Material Komponen 

      Berdasarkan hasil analisis FMEA diketahui penyebab kesalahan Design

    Drawing adalah: dimensi tidak jelas, Coonfiguration drawing tidak

    sesuai, Drawing tidak sesuai dengan kondisi actual dipesawat, idex

    drawing terlambat turun. 

     

    Hasil analisis (FMEA) pada kesalahanMaterial komponen adalah:

    kesalaha clco / tool jig, kalibrasi tool, part tidak sesuai drawing, part

    tidak sesuai dokumen/drawig. 

    DAFTAR PUSTAKA

    A., Miranti, 2003, Penerapan Six Sigma untuk Memperbaiki Kualitas dengan

    Meminimasi Jumlah Produk Cacat dan Mengurangi Biaya Akibat Kualitas yang

    Buruk. Jurusan Teknik Industri,Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

    Gaspersz, Vincent, 2001, Total Quality Manajement, Manajemen Bisnis Total .

    Jakarta: GramediaPustaka Utama.

    Go, Evelin, F., Gunadi, 2004, Penentuan Tinfakan Perbaikan Dalam Usaha

    Mengurangi Cacat Kain Grey Dengan Menggunakan Metode Six Sigma.

     Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    15/95

     

    14 | P a g e  

    Ingle, Sarah and Willo Roe, 2001, Six Sigma Black belt Implementation. The

    TQM Magazine,vol.13-14, pg 273-280.

    R. Phenter S.P., 2004, Identifikasi dan Simulasi Faktor Penyebab Cacat Produk

     Botol KontainerDengan Metode Six Sigma Pada PT. Indovasi Plastik Lestari

     Journal, April. 

    Urdhwareshe, Hemant, 2002, The Six Sigma Approach. Quality & Productivity

     Journal, September  

    i Six Sigma http://www.isixsigma.com.

    Konsep Six sigma sederhana. [email protected] atau www.beranda.net

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    16/95

     

    15 | P a g e  

    PERENCANAAN PRODUKSI PADA KAIN RAYON,

    POLYSTER DAN COTTON MENGGUNAKAN TEKNIK PERAMALAN  

     Agung Dwi Pambudi ,Rina Indrayani 

     Jurusan Teknik IndustriSekolah Tinggi Teknologi [email protected] . [email protected] 

     Abstract

     Peluang industri tekstil nasional bergantung pada kemampuan bersaing dengan

     produsen dari negara lain. Bukan hanya di pasar dunia tetapi juga di pasar domestik. Hal iniditandai dengan membanjirnya produk-produk tekstil impor, terutama dari China yang

    memberikan tawaran harga rendah untuk produknya. Tetapi sekalipun demikian produk tekstillokal masih tetap mampu bersaing karena memiliki kualitas yang lebih baik.

     Dalam melangsungkan produksinya, PT. Sinar Pangjaya Mulia masih belum dapatmelakukan peramalan yang optimal dan perencanaan produksi yang efisien sebagai dasaruntuk melangsungkan kegiatan produksi, sehingga semua perencanaan dalam perusahaandilakukan secara mendadak. Hal ini telah menimbulkan masalah dalam kegiatan produksi yangdilakukan oleh perusahaan dalam menentukan produksi, mesin dan waktu yang dibutuhkandalam pemenuhan permintaan.

    Untuk mengatasi kondisi seperti ini, maka perusahaan harus mampu menyusun suatu peramalan permintaan dan perencanaan produksi sebagai suatu pernyataan mengenai berapa jumlah permintaan pada periode tertentu dan kapan permintaan produksi tersebut harusdilakukan.

     Dari hasil pengolahan data dapat diketahui jumlah permintaan kain yang dihasilkanuntuk ketiga item produk tersebut dalam jangka waktu satu tahun mendatang. Permintaan pada

    bulan Januari 2012 untuk kain rayon sebanyak 106.277 kg, kain polyster sebanyak 41.586 kgdan kain cotton sebanyak 78.552 kg, sedangkan perencanaan produksi untuk bulan Januari2012 sebanyak 226.415 kg dengan nilai inventorinya sebanyak 80.000 kg, maka pada periode Januari 2012 tidak ada penambahan jam/hari kerja.

    Kata kunci : Perencanaan, Peramalan  

    I.  PENDAHULUAN

     pabrik tekstil yang bergerak dibidang  processing   selalu mempunyai beberapa

    unit mesin, begitu juga dengan perusahaan PT. Sinar Pangjaya Mulia seperti ; Mesin

     Acme,  Beam, Then, Tongwu,  Hisaka  untuk proses pencelupan, mesin Corino  dan

    Calator   untuk proses pembelahan/merapikan kain basah, sedangkan mesin  stenter ,

    seperti Bruckner , Ehwa, Santa Lucia, Santex dryer , dan Monforts untuk proses setting ,

    dryer , dan pengeringan. Semua mesin tersebut memiliki kecepatan produksi yang

     berbeda-beda sehingga menyulitkan bagian produksi untuk menyeimbangkan kapasitas

     produksi. Apalagi dengan permintaan pasar yang berfluktuatif , maka tidak sedikit

     persoalan yang harus dihadapi perusahaan dalam mengatur kegiatan operasionalnya.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    17/95

     

    16 | P a g e  

    Sebagai contoh di departemen dyeing PT. Sinar Pangjaya Mulia memiliki

     beberapa masalah diantaranya penumpukan kain sebelum di proses pada stasiun kerja

    dyeing disebakan oleh antrian dalam proses pencelupan, dimana pada saat proses

    memiliki waktu proses yang berbeda-beda tergantung pada jenis kainnya. Hal ini harus

    menjadi catatan penting bagi bagian PPIC dalam perencanaan produksinya sehingga

    dapat meminimalisirkan antrian order yang panjang dalam stasiun kerja.

    Masih terdapat proses produksi per periode yang kurang direncanakan, masalah

    ini dilihat pada periode tertentu memiliki permintaan kain yang sangat banyak, sehingga

    harus dilakukan penambahan jam/hari kerja (over time), sedangkan pada periode

     berikutnya, permintaan kain memiliki penurunan, sehingga pada periode tersebut

    kegiatan produksi tidak berjalan dengan lancar. Penumpukan kain sebelum proses pada

    stasiun kerja, padahal proses produksi masih memiliki waktu yang lama karena proses

    setiap item  (kain) memiliki waktu yang berbeda, serta masih sering terjadinya

     penambahan waktu kerja (over time) pada suatu periode, sedangkan pada periode

    tertentu masih memiliki kapasitas produksi yang tersedia. Masalah ini disebabkan

    karena belum adanya peramalan dan perencanaan produksi yang optimal pada PT. Sinar

    Pangjaya Mulia.

    Sehingga perlu dilakukan peramalan permintaan kain di departemen Dyeing PT.

    Sinar Pangjaya Mulia. Dengan menggunakan Metode  Moving Average, Weighted

     Moving Average dan Eksponential Smoothing  dan membuat perencanaan produksi yang

    aktual, dengan menggunakan Metode Level Method, Chase Stregy dan Compromise.

    II.  LANDASAN TEORI

    Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya

    Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubunganya

    denganpemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi 4

     jenis, yaitu :

    1. 

     Engineering-to-order (ETO), yaitu bila pemesanan meminta produsen untuk

    membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa). 

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    18/95

     

    17 | P a g e  

    2.   Assembly-to-order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-

    modul operasional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi

    tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan produsen. 

    3. 

     Make-to-order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item jika dan hanya

     jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. 

    4. 

     Make-to-stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan

    dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. 

    Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu

    keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa

    sebenarnya persoalan pengambilan keputusan itu. Peramalan adalah pemikiran terhadap

    suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode

    yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan

    (guess), tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi

    sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah (educated guess).

    Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan dimasa yang akan datang,

    maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut (Sofyan

    Assuri, 1984).

    Tujuan peramalan dilihat dengan waktu :

    a.  Jangka pendek (short term) 

    Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya bersifat

    harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh Low management. 

     b.  Jangka menengah (medium term) 

    Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya bersifat

     bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh Middlu management.c.  Jangka panjang (Long term) 

    Karakteristik Peramalan yang Baik

    Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi,

     biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai

     berikut :

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    19/95

     

    18 | P a g e  

    1.  Akurasi

    Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan

    kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan biasa apabila

     peramalan tersebut terlalu tinggi atau rendah dibandingkan dengan kenyataan

    yang benar terjadi. 

    2.  Biaya

    Biaya yang diperlukan dalam pembuatan peramalan adalah tergantung dari

     jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode

     peramalan yang dipakai.

    3.  Kemudahan

    Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah

    diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma

    memakai metode yang canggih, tetapi tidak daoat diaplikasikan pada sistem

     perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan

    teknologi.

    Sifat Hasil Peramalan

    Dalam membuat peramalan atau menerapkan suatu peramalan maka ada beberapa

    hal yang harus dipertimbangkan yaitu : 

    1.  Ramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramalan hanya bisa

    mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan

    ketidakpastian tersebut.

    2.  Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang beberapa ukuran

    kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah

     penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yangmungkin terjadi.

    3.  Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang.

    Hal ini disebabkan pada peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang

    mempengaruhi permintaan relatif masih konstan sedangkan masih panjang

     periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan

    faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    20/95

     

    19 | P a g e  

    Teknik Peramalan 

    Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan :

    1. 

    Horizon Peramalan

    2. 

    Tingkat Ketelitian

    3.  Ketersediaan Data

    4. 

    Bentuk Pola Data

    5.  Biaya

    6.  Jenis dari Model

    7. 

    Mudah tidaknya penggunaan dan aplikasinya

    III. 

    METODOLOGI PENELITIAN

    KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH 

    Tujuan Penelitian

    Menrencanakan

    Produksi

    Analisa dan

     pembahasan

    Kesimpulan dan

    saran

    Studi Pustaka

    Pengumpulan Data

    Pengolahan Data

    Meramalkan

    Permintaan

    Perumusan Masalah

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    21/95

     

    20 | P a g e  

    IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    ANALISIS PEMBAHASAN PERAMALAN PERMINTAAN 

    Dari penghitungan 3 metode yang diolah, yaitu Metode  Moving Average,Weighted Moving Average, dan Eksponential Smoothing .

     Nilai-nilai tracking signal untuk model pemulusan eksponential, ES (α = 0,9),

     berada dalam batas-batas yang dapat diterima (maksimun ±4), dimana nilai-nilai

    tracking signal itu bergerak dari -1,6 sampai 2,1. Hal ini menunjukkan bahwa akurasi

    dari model peramalan ES (α = 0,9) dapat diandalkan karena berada didalam bata-batas

     pengendalian tracking signal   (maksimun ±4). Suatu tracking signal memiliki RSFE

    yang rendah, dan mempunyai  positive error  yang sama banyak atau seimbang dengan

    negative error , sehingga pusat dari tracking signal mendekati nol. Hal ini telah mampu

    dipenuhi dengan model peramalan Eksponential Smoothing  (α = 0,9). 

    Sedangkan metode  Moving Average dan Weighted Moving average  memiliki

    nilai-nilai Tracking Signal  diluar batas-batas yang telah ditentukan dari UCL maupun

    LCL. sebelumnya dapat dilihat nilai-nilai Tracking Signal yang berada diluar batas yang

    ditentukan. 

    Maka peneliti telah memilih metode yang tepat untuk masalah yang terjadi pada

    PT. Sinar Pangjaya Mulia, metode yang dapat diterima yaitu metode  Eksponential

    Smoothing.

    Dari penerapan metode  Eksponential smoothing   yang telah dilakukan peneliti,

    mendapatkan hasil yaitu :

    1. 

    Untuk kain  Rayon, didapatkan 3.198.494 Kg dalam 2 tahun kedepan, jadi rata-

    rata permintaan kain rayon per bulannya adalah 133.271 Kg.

    2.  Untuk kain  Polyster , didapatkan 1.251.584 Kg dalam periode yang sama, dan

    rata-rata permintaan kain polyster  per bulannya adalah 52.149 Kg.

    3.  Untuk kain Cotton, didapatkan 2.364.104 Kg dalam periode yang sama juga, dan

    rata-rata permintaan kain cotton per bulannya adalah 98.504 Kg.

    Jadi hasil total peramalan permintaan kain pada 2 tahun kedepan yaitu 6.814.182

    Kg. Grafik.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    22/95

     

    21 | P a g e  

    Tabel.1 Hasil Peramalan Permintaan Kain

    ANALISIS PEMBAHASAN PERENCANAAN PRODUKSI

    Berikut ini hipotesis dari ketiga strategi perencanaan kapasitas produksi, dimanahasil dari perencanaan kapasitas kapasitas produksi ini dapat ditampilkan dalam bentuk

    tabel. Penghitungan dengan menggunakan metode  Level Method, dapat dilihat di tabel

     berikut.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    23/95

     

    22 | P a g e  

    Tabel 2 Permintaan –  Produksi –  Inventori Berdasarkan Metode Level Method

    Dari tabel diatas didapatkan hasil perencanaan produksi menggunakan metode

     Level Method dengan rata-rata 271.725 Kg per bulan, tetapi memiliki nilai inventori

    yang sangat besar per bulannya, sehingga butuh dana tambahan untuk penyimpanan

     persediaan dan kondisi gudang di PT. Sinar Pangjaya Mulia yang tidak memadai dalam

     penyimpanan persediaan. Maka metode ini belum dapat diterima dalam situasi yangada.

    Penghitungan dengan menggunakan metode Compromise,  dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini

    Tabel 3 Permintaan –  Produksi  –  Inventori Berdasarkan Metode Compromise

    Dari tersebut didapatkan hasil perencanaan produksi menggunakan metode

    Compromise dengan rata-rata 326.069 Kg per bulan dan memiliki 2 periode tanpa ada

    kegiatan produksi, tetapi memiliki nilai inventori yang sama besar dengan metode Level

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    24/95

     

    23 | P a g e  

     Method  per bulannya, sehingga butuh dana tambahan untuk penyimpanan persediaan

    dan kondisi gudang di PT. Sinar Pangjaya Mulia yang tidak memadai dalam

     penyimpanan persediaan. Maka metode ini belum dapat diterima dalam situasi yang

    ada.

    Penghitungan dengan menggunakan metode Chase Strategy,  dapat dilihat di

    tabel dibawah ini.

    Tabel.4 Permintaan –  Produksi –  Inventori Berdasarkan Metode Chase Strategy

    Dari tabel diatas didapatkan hasil perencanaan produksi menggunakan metode

    Chase Strategy dengan rata-rata rencana produksi yang tidak sama antar periode nya,

    tetapi memiliki nilai inventori yang sangat seimbang dan kecil per bulannya dan ada 2

     periode yang memiliki kapasitas produksi lebih dari apa yang telah ditentukan. Dalam

    metode ini tidak perlu butuh biaya tambahan untuk penyimpanan persediaan dankondisi gudang di PT. Sinar Pangjaya Mulia memadai dalam penyimpanan persediaan.

    Dengan perbandingan perhitungan dengan mengunakan tiga metode yang telah

    dilakukan, metode yang dapat digunakan dan cocok pada kriteria yang diinginkan PT.

    Sinar Pangjaya Mulia adalah perencanaan produksi menggunakan metode Chase

    Strategy. Dalam tabel berikut dapat dilihat hasil pengoptimalan dari perhitungan

     perencanaan produksi dengan metode Chase Strategy sebelumnya dimana pada periode

    ke-8 dan 9 yang memiliki produksi melebihi kapasitas yang ada, sehingga pada periode

    sebelumnya harus lebih ditingkatkan perencanaan produksinya

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    25/95

     

    24 | P a g e  

    Tabel 1 Rencana Permintaan –  Produksi –  Inventori Berdasarkan Metode Chase Strategy

    Dari seluruh uraian dan pembahasan penghitungan peramalan permintaan kain

    selama periode dua tahun kedepan tak bukan kegunaanya adalah untuk mendukung

     proses perencanaan produksi yang terpadu.

    V.  KESIMPULAN

    A.  Peramalan Permintaan

    1.  Metode Moving Average 

    Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, telah

    didapatkan hasil tracking signal  dari -1,0 sampai dengan 6,5. Maka metode

    ini belum dapat dihandalkan pada PT. Sinar Pangjaya Mulia karena nilai

    tracking signal nya masih melewati batas-batas yang telah ditentukan (UCL

    dan LCL).

    2.  Metode Weighted Moving Average 

    Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, telah

    didapatkan hasil tracking signal  dari -1,0 sampai dengan 5,6. Maka metode

    ini belum juga dapat dihandalkan pada PT. Sinar Pangjaya Mulia karena nilai

    tracking signal  nya masih melewati batas-batas yang telah ditentukan.

    3.  Metode Eksponential Smoothing  

    Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, telah

    didapatkan hasil tracking signal  dari -1,6 sampai dengan 2,1. Maka metode

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    26/95

     

    25 | P a g e  

    ini dapat dihandalkan pada PT. Sinar Pangjaya Mulia karena nilai tracking

     signal  nya tidak melewati batas-batas yang telah ditentukan.

      Untuk kain  Rayon, didapatkan 3.198.494 Kg dalam 2 tahun kedepan, jadi

    rata-rata permintaan kain rayon per bulannya adalah 133.271 Kg.

      Untuk kain  Polyster , didapatkan 1.251.584 Kg dalam periode yang sama,

    dan rata-rata permintaan kain polyster  per bulannya adalah 52.149 Kg.

      Untuk kain Cotton, didapatkan 2.364.104 Kg dalam periode yang sama juga,

    dan rata-rata permintaan kain cotton per bulannya adalah 98.504 Kg.

    Jadi hasil total peramalan permintaan kain pada 2 tahun kedepan yaitu 6.814.182

    Kg. Grafik dapat dilihat pada gambar 4.7 bab 4.B.  Perencanaan Produksi 

    Hasil akhir dari perencanaan produksi ditentukan berdasarkan pada kriteria

    yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu :

      Memiliki rencana produksi yang bervariasi sampai batas maksimal

    kapasitas produksi per bulannya yang telah ditentukan.

      Memiliki nilai inventori dan biaya penyimpanan yang rendah, sesuai

    dengan kapasitas gudang yang dimiliki oleh PT. Sinar Pangjaya Mulia.

    1.  Metode Level Method  

    Merupakan metode perencanaan produksi yang mempunyai distribusi merata

    dalam produksi. Dalam perencanaan produksinya akan mempertahankan

    tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang

     bervariasi untuk mengakumulasi output apabila terjadi kelebihan permintaan

    total.

    Kelebihan dari Metode Level Method , antara lain :

    a. 

    Memiliki inventori yang bervariasi.

     b.  Memiliki hasil perencanaan yang merata setiap periodenya.

    Kelemahan dari Metode Level Method , antara lain :

    a. 

    Memiliki biaya tambahan dalam penyimpanan persediaan.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    27/95

     

    26 | P a g e  

    2.  Metode Chase Strategy 

    Didefinisikan sebagai metode perencanaan produksi yang mempertahankan

    tingkat kestabilan inventori, sementara produksi bervariasi mengikuti

     permintaan total.

    Kelebihan dari Metode Chase Strategy, antara lain :

    a. 

    Memiliki tingkat kestabilan pada inventori per periodenya.

     b.  Memiliki biaya yang rendah dalam penyimpanan persediaan.

    Kekurangan dari Metode Chase Strategy, antara lain :

    a.  Perencanaan produksi kurang bisa merata dalam setiap periodenya.

    3.  Metode compromise 

    Merupakan kompromi antara metode Level Method dan Chase Strategy.

    Kelebihan dari Metode Compromise, antara lain :

    a.  Dapat memaksimalkan dan meminimalisasikan rencana produksi.

     b.  Memiliki inventori yang bervariasi.

    Kelebihan dari Metode Compromise, antara lain :

    a.  Dapat menghasilkan rencana produksi yang kurang optimal, karena

    rencana produksinya kurang merata antara periodenya.

     b. 

    Memiliki nilai tambah penyimpanan persediaan apabila rencana produksi

    di maksimalkan pada periode tertentu.

    Maka dapat ditarik kesimpulan terhadap tiga metode perencanaan produksi ini,

    metode yang cocok dan dapat diterima pada PT. Sinar Pangjaya Mulia adalah

    metode chase Strategy.

    Hal ini berdasarkan sudut pandang dari kriteria yang diinginkan pada

     perusahaan, serta kelebihan dan kelemahan pada metode ini, kemudian telah

    dihitung perencanaan produksi selama periode 1 tahun kedepan, maka dapat

    dilihat bahwa untuk saat ini kapasitas produksi di PT. Sinar Pangjaya Mulia

    dapat ditingkatkan tanpa harus melakukan jam lembur (over time), dengan cara

     perencanaan produksi pada periode Mei (5), Juni (6), dan Juli (7) agar lebih

    dimaksimalkan lagi untuk menutupi kelebihan kapasitas pada periode Agustus

    (8) dan September (9).

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    28/95

     

    27 | P a g e  

    DAFTAR PUSTAKA

    Arfianto, Arief 2006. Perencanaan Kebutuhan Material Produksi Chain Stopper Dengan

    Menggunakan Metode  Material Requirement Planning , Sekolah Tinggi

    Teknologi Bandung, Bandung

    Bedworth, D.D. dan Bailey,J.E., 1987.  Integrated Production Control System, edisi 2,

    John Wiley & Sons, New York

    Dwikorantho, Koentho, 1995, Analisis Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian

    Produksi Serta Usulan Perbaikannya di CV SURITEX 1, Sekolah Tinggi

    Teknologi Bandung, Bandung

    Gasperst, Vincent, 1998. Production Planning and Inventory Control, Berdasarkan

     Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21,

    Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 

    Kusuma, Hendra, 2001. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Andi Yogyakarta,

    Yogyakarta 

    Rosnani, Ginting, MT, 2008. Sistem Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta 

    Winarno, Wing Wahyu, 2008. Analisis Manajemen Kuantitatif dengan WinQSB Versi

    2.0, UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    29/95

     

    28 | P a g e  

    STUDI KELAYAKAN PENAMBAHAN ALAT BANTU

    AUTOMATIC EXPANDER ROLL PADA MESIN FINISHING

    MANUAL EXPANDER ROLL

     Agung Jaya Setia ,Ragil Pardiyono Jurusan Teknik Industri

    Sekolah Tinggi Teknologi Bandung [email protected] , [email protected] 

    Abstrak

     PT. Alenatex-Bandung adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri

     pembuatan dan penjualan kain tekstil setengah jadi yang berstandar internasional.Persaingandibidang tekstil setiap tahun semangkin tinggi, keadaan ini mempunyai sebuah konsekwensi yaitu peningkatan produktivitas jumlah produk harus disediakan, seiring dengan itu maka PT. Alenatex-bandung dipandang perlu untuk melakukan perubahan pada mesin-mesin produksinya yang selama ini digunakan. Di PT. Alenatex-Bandung pada saat ini menggunakan mesin finishing stenter manual expanderroll yang mana hasil produktivitasnya tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan atau seringkali adanya keterlambatan pengiriman barang ke pelanggan, oleh karena itu PT. Alenatex- Bandung sedang menganalisis alat bantu mesin finishing stenter automatic expander rolldengan tujuan dapat meningkatkan jumlah produktivitas, yang akan ditinjau dengan caramengidentifikasi variable-variabel evaluasi kelayakan yaitu ditinjau dari aspek teknis danaspek biaya pada mesin finishing manual expander roll dan mesin finishing automatic expander

    roll kemudian hasilnya dibandingkan dengan analisis statistik, setelah dilakukan pengolahandata dari hasil pengumpulan data. Kesimpulan yang didapat adalah mesin finishing stenter automatic expander roll dengankecepatan 60 m/mnt dapat meningkatkan jumlah produksi sebesar 20,06 % dibandingkan mesin finishing stenter manual expander roll.

    Kata Kunci : Kelayakan, Alat Bantu

    I.  PENDAHULUAN

    Sebagai bantuan untuk bagian produksi menggunakan alat bantu yakni mesin

     finishing stenter manual expander roll diganti dengan mesin  finishing stenter

    automatic expander roll,  yang diharapkan bagian produksi  finishing   dapat

    meningkatkan produktivitas produksi. Perubahan konstruksinya yaitu mesin

     finishing   stenter manual  expander roll masih menggunakan tangan manusia untuk

    membuka kain kearah lebar, sedangkan mesin finishing stenter automatic expander

    roll untuk membuka kain kearah lebar dilakukan dengan mesin secara automatic,

    sehingga kecepatan mesin dapat dipercepat dari mesin sebelumnya.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    30/95

     

    29 | P a g e  

    Kecepatan produksi merupakan hal yang penting, karena pelanggan

    membutuhkan ketepatan waktu dalam pemenuhan ordernya, supaya tidak terjadi

    keterlambatan barang jadi sampai ke pelanggan. Pada saat ini PT. Alenatex – 

    Bandung dalam pengerjaan  finishing   di mesin  finishing stenter manual expander

    roll hanya mampu mengoperasikan mesin  finishing stenter manual expander roll

    dengan kecepatan 50 m/mnt. Oleh karena itu diperlukan alat bantu khusus untuk

    menambah kecepatan mesin  finishing, sehingga diharapkan produktivitas produksi

     finishing   dapat bertambah. Untuk mempercepat proses  finishing diperlukan suatu

    alat bantu yang dinamakan mesin finishing stenter automatic expander roll .

    Pada proses finishing di PT. Alenatex – Bandung selama ini menggunakan mesin

     finishing stenter manual expander roll sehingga kecepatan produktivitasnya sangat

    kecil, hanya dengan kecepatan 50 m/mnt. Hal ini menyebabkan jumlah barang yang

    akan dikirim ke pelanggan terjadi keterlambatan (delay). Penulis ingin mengukur

     jumlah produktivitas mesin  finishing stenter   dan bagaimana cara mengukur biaya

     pengadaan mesin finishing stenter automatic expander roll .

    I.  LANDASAN TEORI

    Pengertian Produktivitas menyangkut hubungan antara keluaran (output) dengan

    masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Produktivitas

    ialah rasio dari beberapa output dengan beberapa input, diketahui bahwa sistem proses

     produksi pada industri adalah suatu proses tranformasi yang mengubah variabel input

    menjadi output sehingga menghasilkan nilai tambah (added value) yang tinggi dan

     bermanfaat bagi konsumen.

    Komponen input adalah bahan, modal, informasi, energi, dll. Dengan melakukan proses

    tranformasi melalui perangkat teknologi yaitu mesin, peralatan dan keahlian tenagakerja maka dihasilkan produk (barang/ jasa). Sedangkan komponen lainnya yang

     berperan penting menunjang kelancaran operasi tersebut adalah lingkungan eksternal

     perusahaan.

    Produktivitas =Keluaran (Output)

    Masukan (Input) 

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    31/95

     

    30 | P a g e  

    Produktivitas bukanlah merupakan ukuran dari produksi atau output yang dihasilkan,

    melainkan ukuran tentang tingkat penggunaan sumber-sumber untuk mencapai hasil

    yang diharapkan

    Produktivitas =Hasil yang didapatkan

    Sumber yang digunakan 

    Produktivitas =Efektivitas

    Efesiensi 

    Siklus konsep produktivitas yang diusulkan David J. Sumath menegaskan bahwa

    dalam melakukan perbaikan produktivitas harus didahului dengan pengukuran, evaluasi

    dan perencanaan.

    Pengukuran produktivitas sendiri, merupakan salah satu cara untuk

    meningkatkan produktivitas. Hasil pengukuran produktivitas pada suatu waktu

    merupakan patokan bagi peningkatan produktivitas diwaktu yang lain, dengan analisa

     pengukuran produktivitas kita akan mengetahui kekurangan – kekurangan yang ada

    untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

    Manfaat pengukuran produktivitas yang dapat diambil dari tingkat industri adalah :

    1. 

    Dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang

    atau jasa.

    2. Untuk perencanaan sumber daya, baik untuk jangka pendek maupun jangka

     panjang.

    3. 

    Untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan.

    4. Hasil pengukuran tingkat produktivitas saat inii dapat digunakan sebagai

     pengukuran produktivitas dimasa yang akan datang.

    5. 

    Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan

     perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat

     produktivitas yang diukur.

    6.  Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran produktivitas dapat

    digunakan dalam perencanaan tingkat keuntungan perusahaan.

    7. Menciptakan tindakan persaingan.

    8. 

    Penawaran kolektif dapat dicapai lebih rasional saat diperoleh perkiraan

     produktifitas.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    32/95

     

    31 | P a g e  

    Rasio menggambarkan suatu hubungan perimbangan antara suatu jumlah tertentu

    dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan alat analisis yang berupa rasio ini akan

    dapat menjelaskan tentang baik dan buruknya keadaan suatu mesin terutama apabila

    angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan

    sebagai standar. Cara yang paling sederhana untuk menghitung efisiensi adalah dengan

    mengukur output kerja dan kemudian efisiensi adalah dengan mengukur output kerja

    dan kemudian efisiensi dihitung dengan rumus sebagai berikut

    Efisiensi =Output yang dihasilkan (Actual Output)

    Output baku (Standart Output) 

    Efisiensi adalah faktor yang mengukur ferformansi aktual dari pusat kerja relatif

    terhadap standart yang ditetapkan. Faktor efisiensi dapat lebih dari 1.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    33/95

     

    32 | P a g e  

    II.  METODOLOGI PENELITIAN

    STUDI

    PENDAHULUAN 

    IDENTIFIKASI MASALAH

    IDENTIFIKASI VARIABEL

    PENELITIAN

    PERUMUSAN MASALAH

    STUDI LAPANGAN

    LANDASAN

    TEORI

    OBSERVASI

    DATA MESIN LAMA

    ( Manual Expander Roll )

    DATA MESIN BARU

    ( Automatic Expander Roll )

    KESIMPULAN DAN SARAN

    SARAN 

    PEMILIHAN MESIN

    PENGOLAHAN DAN

    ANALISIS DATA

    KRITERIA PEMILIHAN

    - TEKNIS

    - BIAYA

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    34/95

     

    33 | P a g e  

    III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam evaluasi kelayakan alat bantu mesin untuk melakukan pemilihan kriteria

    mana yang akan diambil yang terpenting adalah aspek ekonomis dari mesin – mesin yang

    dipilih dan aspek teknis untuk penelitian ini meliputi :

    1.  Teknis yaitu apakah jumlah kecepatan produksi dengan mesin baru lebih besar

    dibandingkan dengan mesin lama dan apakah konstruksi yang dipakai mesin

     baru lebih kuat, kokoh dan tahan lama dari mesin lama.

    2.  Biaya pengadaan yaitu apakah biaya mesin baru lebih besar atau lebih kecil dari

     biaya pengadaan mesin lama.

    Analisis Teknis

    Dari observasi langsung pada kontruksi yang digunakan, mesin baru dan lama

    sama-sama menggunakan plat baja berulir hanya terdapat letak perbedaan mesin lama

    tidak menggunakan sistem operasi (motor) secara automatic, sehingga kain dibuka

    kearah lebar harus secara manual, sebaliknya mesin baru membuka kain kearah lebar

    sudah dilakukan secara automatic dengan demikian kecepatan mesin baru lebih tinggi

    dibandingkan dengan mesin lama. Dengan demikian pada sisi teknis dipilih mesin baru

    karena kecepatannya lebih tinggi walaupun kekuatan dan kekokohannya berimbang.

    Dalam jumlah produksi untuk menguji hipotesis ada tidaknya perbedaan jumlah

     produksi antara mesin lama dengan mesin baru dari data – data jumlah produksi yang

    dikumpulkan dengan menggunakan analisis varians klasifikasi tunggal.

    Berdasarkan tabel 4.9 dari pengumpulan dan pengolahan data tersebut selanjutnya

    dihitung harga – harga yang diperlukan untuk analisis varians adalah sebagai berikut :

    JK  T = ∑X TOT  –   (∑ TOT)

    = 328.835,083  –  (.,) 

     

    = 348.835,083 - 346.285,023

    = 2.550,06

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    35/95

     

    34 | P a g e  

    JK P  =(∑)

     + 

    (∑2)2

    2

      +(∑  )

      -

    (∑ TOt  )

    =

    (., )

     +

    (.,4 )

      +

    (., )

      –  346.285,023 

    = 348.004,423  –  346.285,023 = 1.719,400

    JK E  = JK T - JK E

    = 2.550,06 - 1.719,400

    = 830,66

    MK P =

    −  =

    .,4

    −  = 859,7

    MK E = −

      830,6672   = 11,537

    F Hitung 

     =,

    ,  = 74,517

    Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dimasukkan dalam tabel ringkasan

    anova berikut

    Tabel 1 Tabel ringkasan anova hasil perhitungan

    k –  1 JK P  JK P/ (k –  1) F Hitung F Tabel

    n - k JK E  JK E/ (n –  k)

    2 1.719,400 859,7 74,517 3,13

    72 830,66 11,537

    Kesimpulan yang diambil :

    1.  F Hitung = 74,517 ˃ F Tabel = F 0,95 ( 2, 72 ) = 3,13 ( lihat dari tabel distribusi F

    ).

    2.  Ho = Tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap jumlah produktifitas.

    3.  Jika F Hitung ˃ F Tabel , maka kita menolak Ho

    4. 

    Dengan kata lain berarti mesin lama dan baru mempunyai rata-rata produksi

    yang berbeda.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    36/95

     

    35 | P a g e  

    Analisis Biaya

    Dari perhitungan biaya pada pengumpulan dan pengolahan data biaya yang akan

    dikeluarkan untuk memiliki mesin baru lebih besar dari biaya mesin lama, mesin baru

     biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.000.000,- sedangkan untuk membuat besin lama

    Rp. 20.000.000,-. Harga pembuatan mesin baru lebih tinggi daripada mesin lama, yang

    menyebabkan biaya pembuatan mesin baru lebih tinggi karena memakai alat sensor

    automatic.

    Dengan harga jual barang jadi sebesar Rp. 8.500,- /yard maka pendapatan

     perbulan untuk mesin lama 1, mesin lama 2 dan mesin baru adalah sebagai berikut :

    1. Pendapatan/ Agustus 2011 untuk mesin lama 1 adalah :

    = Total produksi mesin lama 1 x Rp. 8.500.,-

    = 1.592.292 yard x Rp. 8.500,-

    = Rp. 13.534.480.000,-

    2. Pendapatan/ Agustus 2011 untuk mesin lama 2 adalah :

    = Total produksi mesin lama 2 x Rp. 8.500.,-

    = 1.592.254 yard x Rp. 8.500,-

    = Rp. 13.534.159.000,-

    3. 

    Pendapatan/ Agustus 2011 untuk mesin baru adalah :

    = Total produksi mesin baru x Rp. 8.500.,-

    = 1.911.666 yard x Rp. 8.500,-

    = Rp. 16.249.161.000,-

    Tabel 2 Perbandingan biaya untuk mesin lama 1, lama 2 dan mesin baru

    Alternatif Mesin lama 1 Mesin lama 2 Mesin baru

    Pendapatan /

     bulan

    Rp.

    13.534.480.000,-

    Rp.

    13.534.159.000,-

    Rp.

    16.249.161.000,-

    Produktivitas perusahaan sebelum menggunakan mesin baru dan setelah

    menggunakan mesin baru mengalami peningkatan karena nilai hasil produksi yang

    didapatkan pada mesin baru ternyata lebih besar dibandingkan mesin lama.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    37/95

     

    36 | P a g e  

    Pemilihan Alternatif Ekonomis 

    Salah satu proses pengambilan keputusan yang harus dilakukan dalam ekonomi

    teknik adalah memilih alternatif dari berbagai alternatif yang ditawarkan, alternatif

    terpilih adalah alternatif yang memenuhi kriteria ekonomis.

    Dalam penelitian ini pemilihan alternatif dilakukan melalui 3 (tiga) indikator,

    yaitu:

    1.  Nilai sekarang (present value)

    2.  Nilai tahunan (annual equvalent)

    3. 

     Nilai kemudian (future worth)

    Uraian perhitungan dari hasil pengumpulan dan pengolahan data dari Bab IV adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 3 Data untuk mesin lama dan mesin baru

    ALTERNATIF MESIN LAMA MESIN BARU

    Harga 20 Juta 50 Juta

    Pendapatan / tahun 162 Milyar 194 Milyar

    Umur Mesin 10 Tahun 10 Tahun

    Mesin Lama

    -20

    0

    -20

    1 32 65 874 9

    16200 1620016200 1620016200 16200 1620016200 1620016200

    10

     

    A. Cash Flow mesin lama dengan periode 10 tahun

    Mesin Baru

    -50

    -50

    1 32 65 874 9

    19400 1940019400 1940019400

    10

    19400 1940019400 1940019400

     

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    38/95

     

    37 | P a g e  

    B. Cash Flow mesin baru dengan periode 10 ta

    1. Analisis nilai sekarang.

     PV  j (i) = ∑ =   jt ( 1 + i )

    -1 

    PV Mesin Lama

    PV = 16.200 (P/A,8%,10) –  {20+20 (P/F,8%,10)}

    = 16.200 (6,71008) - 40 (0,46319)

    = 108.703,296 –  18,5276

    = 108.684,77

    PV Mesin baru

    PV = 19.400 (P/A,8%,10) –  {50+50(P/F,8%,10)}

    = 19.400 (6,71008) –  100 (0,46319)

    = 130.175,552 –  46,319

    = 130.129,23

      PV Mesin Baru > PV Mesin Lama, maka dipilih mesin baru.

    2. Analisis nilai tahunan

     AE  j (i) = PV   j (i) ( A / P, i%, n)

    AE Mesin Lama

    AE = 16.200 (A/F,8%,10) –  (20+20(P/F,8%,10) (A/P,8%,10)

    = 16.200 (0,06903) –  {40 (0,46319)} (0,14903)

    = 1.118,286 –  18,5276(0,14903)

    = 1.118,286 –  2,7612

    = 1.115,52

    AE Mesin Baru

    AE = 19.400 (A/F,8%,10) –  (50+50(P/F,8%,10) (A/P,8%,10)

    = 19.400 (0,06903) –  {100 (0,46319)} (0,14903)

    = 1.339,182 –  (46,319) (0,14903)

    = 1.339,182 –  6,9029

    = 1.332,28

     

    AE Mesin Baru > AE Mesin Lama, maka dipilih mesin baru.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    39/95

     

    38 | P a g e  

    3. Analisis nilai kemudian

    PW (i) = ∑ =  JT ( I + 1 )n-1 = ∑ =  jt ( F / P, 1%, n - t)

    FW Mesin Lama

    FW = (16.200 –  20) (F/P,8%,10) –  20(F/A,8%,10)

    = (16.180) (2,15892) –  20(14,48656)

    = 34.931,33 –  289,7312

    = 34.641,60

    FW Mesin Baru

    FW = (19.400 –  50) (F/P,8%,10) –  50(F/A,8%,10)

    = (19.350) (2,15892) –  50 (14,48656)

    = 41.775,102 –  724,328

    = 41.050,77

      FW Mesin Baru > FW Mesin Lama, maka dipilih mesin baru.

    Dari harga jual produksi pengadaan mesin alat bantu Rp. 50.000.000,- dapat

    kembali modal dalam jangka waktu :

    Pendapatan total/hari =

    Jumlah produksi mesin baru−Jumlah produksi mesin lama

    hari  

    =.. yard−.. yard

    hari 

    = 12.774,96 yard/ hari

    Keuntungan mesin stenter finishing  Rp 300,00/ yard

    = 12.774,96 yard/ hari x Rp 300,00/ yard

    = Rp 3.832.488,00/ hari

    Break even point (BEP) alat bantu baru =Rp ..,

    Rp ..4,/hari 

    = 13 Hari

    Maka dengan pengadaan adanya alat bantu mesin baru terjadi Break Even Point dalam

    waktu 13 hari.

    Perbandingan % jumlah produksi mesin baru dengan mesin lama adalah sebagai

     berikut :

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    40/95

     

    39 | P a g e  

    % Produksi mesin baru

    =Jumlah produksi mesin baru−Jumlah produksi mesin lama

    Jumlah produksi mesin lama X 100 %

    =  .. yard−.. yard.. yard

     X 100 %

    =.4 yard

    .. yard  X 100 %

    = 20,06 %

    Jadi % produksi mesin alat bantu baru lebih besar 20,06 % dibandingkan dengan mesin

    lama.

    V.KESIMPULAN.

    Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. 

    Dari aspek teknis yaitu dari sisi konstruksi dan sistem motor manual dan

    automatic yang mempengaruhi kecepatan mesin, jumlah produktifitas produksi.

    a.  Konstruksi mesin sama – sama menggunakan plat baja berulir yang kuat dan

    kokoh yang membedakan hanya terletak pada motor manual untuk mesin

    lama dan motor automatic untuk mesin baru sehingga akan mempengaruhi jumlah kecepatan mesin lama yaitu 50 m/mnt sedangkan mesin baru 60

    m/mnt.

     b.  Jumlah produksi mesin baru rata – rata jumlah produksi berada diatas rata –  rata

    mesin lama dengan sampel data – data yang diuji dengan uji keseragaman data

    kemudian data – data jumlah produksi itu dianalisis dengan perhitungan variansi

    untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan antara mesin lama dan mesin baru

    dalam jumlah produksinya.

    2. 

    Dari aspek biaya, dari aspek biaya mesin baru memerlukan biaya yang lebih

    tinggi dibandingkan dengan mesin lama tetapi hasil jumlah produksi mesin baru

    lebih besar 20,06 % dibandingkan mesin lama. Kesimpulan yang didapat dari

    aspek biaya mesin baru dapat meningkatkan jumlah produksi serta dapat

    memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan mesin lama.

    3. 

    Dengan pengadaan adanya alat bantu mesin baru terjadi Break Even Point dalam

    waktu 13 hari

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    41/95

     

    40 | P a g e  

    Dari kedua alternatif yang dipilih mesin baru merupakan solusi yang paling tepat untuk

    dipilih karena jumlah produksi yang dihasilkan lebih besar 20,06 % dibandingkan

    mesin lama.

    Daftar Pustaka

    1.  Ade, MT. Diktat Statistik Industri 2, Jurusan Teknik Industri, STTB Bandung,

    2009.

    2. 

    Leonidas Dani, MT. Diktat Perencanaan Eksperimen, Jurusan Teknik Industri

    STTB Bandung, 2010.

    3. 

    Sartika Ika, Ir. Ekonomi Teknik, Penerbit Theta Iota Bandung, 1992.

    4.  Sunyoto Danang Drs, SE, SH, MM. Statistik Ekonomi dan Bisnis, Penerbit

    CAPS, Yogyakarta 2011.

    5.  Supranto J, M.A. Teori dan Aplikasi Statistik, Penerbit Erlangga edisi kelima,

    1994.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    42/95

     

    41 | P a g e  

    PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI

    PEMBUATAN BED SHEET SET

    DI PT BANDUNG INDAH GEMILANG

     Aep Saepudin, Cucun [email protected]  , 2 [email protected] 

     Jurusan Teknik IndustriSekolah Tinggi Teknologi Bandung

    ABSTRAK

     PT Bandung Indah Gemilang (BIG) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalambidang textile dan produk textile dengan fokus pada garmen, khususnya Bed Sheet set (Sprei

    dan Bed Cover). Proses produksi di perusahaan ini hampir seluruhnya dilakukan oleh mesin

    dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap manusia (operator) sebagai salah satu faktor produksi.

     Dalam melangsungkan produksinya PT BIG seringkalimengalami kekurangan beberapa

    komponen dalam merencanakan kapasitas produksi, untuk mengatasi kondisi ini perusahaanharus meramalkan permintaan produk, sehingga dalam melangsungkan produksinya dapat

    berjalan dengan lancar

     Dari hasil perhitungan pada Bab IV dapat diketahui bahwa pada Agustus 2012 merupakan

     periode dengan jumlah kapasitas yang dibutuhkan paling rendah, yaitu sebesar 121,180. set, Pebruari 2012 merupakan periode dengan jumlah kapasitas yang dibutuhkan sedang, yaitu

     sebesar 210,904.set, sedangkan November 2012 merupakan periode dengan jumlah kapasitas

     yang dibutuhkan paling tinggi, yaitu sebesar 320,204. set.

    Kata Kunci : Perencanaan Produksi, Kapasitas

    I.  PENDAHULUAN

    PT Bandung Indah Gemilang (BIG) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak

    dalam bidang textile dan produk textile dengan fokus pada garmen, khususnya Bed

    Sheet set (Sprei dan  Bed Cover ). Proses produksi di perusahaan ini hampir

    seluruhnya dilakukan oleh mesin dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi

    terhadap manusia (operator) sebagai salah satu faktor produksi. Dalam

    melangsungkan kegiatan produksinya PT BIG masih belum mendapatkan

    keuntungan yang maksimal yang diakibatkan oleh sering terjadinya kekurangan

    komponen dalam proses produksi. Sehingga perusahaan seringkali melemburkan

    operatornya dan men-subkontrakan kepada perusahaan lain, serta menambah

    karyawan harian lepas yang tidak memiliki  skill yang   beresiko terhadap hasil

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    43/95

     

    42 | P a g e  

     pekerjaannya. Jika keadaan seperti ini terus terjadi, maka bukan tidak mungkin PT

    BIG akan mendapat kerugian yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu lagi

    untuk beroperasi. Untuk itu perusahaan harus dapat menyusun sebuah perencanaan

    kebutuhan kapasitas untuk periode yang akan datang agar tidak terjadi lagi

    ketidakseimbangan dalam proses produksi.

    Masalah yang akan di bahas yaitu mengenai belum adanya perhitungan peramalan

    karena karakteristik permintaan bersifat  job order,belum adanya jadwal induk

     produksi dan belum optimalnya perencanaan kapasitas produksi.

    II.  LANDASAN TEORI

    Bagaian sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah perencanaan dan

     pengendalian produksi, pengendalian kualitas, penentuan standar-standar operasi,

     penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok

    industri.

    Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari

    tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan mesin atau peralatan dalam suatu

    lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar dijual dengan harga

    kompetitif di pasar.

    Adapun sistem produksi manufaktur terdiri dari :

    1.  Model input-output

    Produksi adalah segala proses yang dirancang untuk mengubah suatu

    susunan elemen masukan (input ) menjadi suatu susunan elemen keluaran

    (output ) yang spesifik.

    2.  Parameter sistem produksi

    Adapun parameter-parameter tersebut adalah :a.  Produksi, adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa

     b. 

    Produkvitas, adalah pemanfaatan sumberdaya yang efisien untuk

    menghasilkan barang atau jasa.

    c.  Efesiensi, adalah rasio keluaran yang dihasilakan terhadap keluaran yang

    diharapkan.

    d.  Efektivitas, adalah tingkat pencapaian tujuan.

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    44/95

     

    43 | P a g e  

    e.  Utilitas, adalah kemampuan sebuah barang atau jasa dalam memenuhi

    kebutuhan manusia.

    f. 

    Kualitas, adalah suatu ciri, sifat, derajat, jenis, pangkat, standar, atau

     peneliaian membedakan suatu hal dengan hal yang lain.

    g.  Kapasitas, adalah keseluruhan yang mungkin dicapai oleh pabrik dan

     perlengkapan yang ada.

    Sistem produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dapat

    dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

      Proses produksi kontinu (continuous process).

     

    Proses produksi terputus (intermittent process / Discrete system).

      Peramalan ( forecasting ) adalah pemikiran terhadap suatu besaran,misalnya

     permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

    Pada hakikatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan ( guess), tetapi

    dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih

    sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah (educated

     guess). Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang

    akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan

    tersebut (Sofyan Assauri,1984).

    Perencanaan produksi atau dikenal dengan istilah perencanaan agregat (aggregate

     planning ) merupakan sebuah penyesuaian permintaan (demand ) yang berasal dari

     peramalan dengan seluruh kemampuan yang ada pada perusahaan. Ini disebabkan

    kemampuan perusahaan terbatas, sehingga perusahaan tidak dapat begitu saja mengikuti

    hasil peramalan permintaan. Hal ini disebabkan oleh (Herjanto, 1999) :

    1.  Ketidakpastian hasil peramalan itu sendiri.

    2.  Adanya ongkos yang timbul setiap kali mengubah level produksi atau jika membuat

     persediaan.

    3.  Tipe dari perusahaan manufaktur.

    Penjadwalan didefinisikan sebagai rencana pengaturan urutan kerja serta

     pengalokasian sumber baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus

    diselesaikan. Penjadwalan juga didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber-

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    45/95

     

    44 | P a g e  

    Pengolahan Data

    sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka

    waktu tertentu (Baker, 1974). Penjadwalan menyangkut hal yang lebih detail dan

    keputusan jangka pendek untuk secara persis menentukan kapan dan bagaimana

    melakukan sesuatu (when and how to do what) (Emmons, 1983).

    III.  METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis dan digambarkan

    sebagai suatu kerangka pemecahan masalah pada gambar

    IV. 

    V. 

    VI. 

    VII. 

    VIII. 

    IX. 

    X. 

    XI. 

    Pengumpulan Data

    Data

    Umum

    Perusahaan

    Data

    Permintaa

    n produk

    Jumlah

    Mesin dan

    tenaga kerja

    Jumlah

    hari dan

     jam kerja

    Data

    Waktu

    Baku

    Tujuan PenelitianMerencanakan kebutuhan kapasitas produksi satu tahun ke depan.

    Perumusan Masalah

    Data

    Pembuat

    an & OPC

    Perhitungan Peramalan

    Perencanaan Produksi

    Jadwal Induk Produksi

    Analisis & Pembahasan

    Kesimpulan & Saran

    Penjadwalan

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    46/95

     

    45 | P a g e  

    IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    1.  Melakukan analisis data berdasarkan metode peramalan yang dipilih.

    Hasil data yang menggunakan model rata-rata bergerak 4 periode (n = 4 bulan) dan (5 =

    5 bulan) terhadap data aktual permintaan dalam tabel 1

    Tabel 1. Perhitungan Berdasarkan Model Rata-rata Bergerak 4 dan 5 Periode

    2.  Memilih model peramalan yang tepat berdasarkan MAD (mean absolute

    deviation ) terkecil.

     Nilai MAD (mean absolute deviation) dari model rata-rata bergerak 4-periode,

    MA (4), dan rata-rata bergerak 5-periode, MA (5), ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

    DES 09   1   41,141   - -

    JANUARI 2010   2   42,851   - -

    PEBRUARI 2010   3   54,324   - -

    MARET 2010  4

      50,072  - -

    Apr-10   5   54,812   47,097 -

    MEI 2010   6   62,186   50,515 48,640

    JUNI 2010   7   57,011   55,349 52,849

    JULI 2010   8   55,689   56,020 55,681

    AGUSTUS 2010   9   25,613   57,425 55,954

    Sep-10   10   53,256   50,125 51,062

    OKTOBER 2010   11   29,895   47,892 50,751

    Nov-10   12   66,975   41,113 44,293

    DES 10   13   85,942   43,935 46,286

    JANUARI 2011   14   80,164   59,017 52,336

    PEBRUARI 2011   15   87,350   65,744 63,246

    MARET 2011   16   87,350   80,108 70,065

    Apr-11   17   83,568   20,892 81,556

    MEI 2011   18   66,566   84,608 84,875

    JUNI 2011   19   66,566   81,208 80,999

    JULI 2011   20   68,339   76,013 78,280

    AGUSTUS 2011   21   53,644   71,260 74,478

    Sep-11   22   49,531   63,779 67,737

    OKTOBER 2011   23   49,531   59,520 60,929

    Nov-11   24   42,529   55,261 57,522

    PeriodeIndeks

    waktu (t)

    Permintaan

    (A)

    Ramalan

    Berdasarkan

    MA (4) (F, MA

    4)

    Ramalan

    Berdasarkan

    MA (5) (F, MA

    5)

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    47/95

     

    46 | P a g e  

    Tabel 2 Nilai MAD untuk MA (4) dan MA (5)

    Berdasarkan nilai MAD untuk MA (4) dan MA (5), ramalan berdasarkan model

    rata-rata bergerak 4-bulan, MA (4), tidak cocok , karena memiliki nilai MAD yang lebih

     besar (MAD untuk MA (4) = 2,982 dan ramalan berdasarkan model rata-rata bergerak

    5-bulan, MA (5) = 1,484, lebih disukai, karena memiliki nilai MAD yang lebih kecil

    dari pada MAD untuk MA (4).

    Untuk mengetahui sejauh mana keandalan dari model peramalan yang dipilih,

    sebaiknya kita membangun peta control tracking signal . Nilai-nilai tracking signal  

    untuk model rata-rata bergerak 5-bulan, MA (5), ditunjukkan table 3.berikut ini:

    MEI 2010   5   54,812   47,097 7,715 - -

    JUNI 2010   6   62,186   50,515 11,671   48,640   13,546

    JULI 2010   7   57,011   55,349 1,662   52,849   4,162

    AGUSTUS 2010   8   55,689   56,020 -331   21,651   34,038

    DEPTEMBER 201   9   25,613   57,425 -31,812   55,954   -30,341

    OKTOBER 2010   10   53,256   50,125 3,131   51,062   2,194

     Nov-10   11   29,895   47,892 -17,997   50,751   -20,856

    DES 10   12   66,975   41,113 25,862   44,293   22,682

    JANUARI 2011   13   85,942   43,935 42,007   46,286   39,656PEBRUARI 20111   14   80,164   59,017 21,147   52,336   27,828

    MARET 2011   15   87,350   65,744 21,606   63,246   24,104

    1-Apr    16   87,350   80,108 7,242   70,065   17,285

    MEI 2010   17   83,568   20,892 62,676   81,556   2,012

    JUNI 2010   18   66,566   84,608 -18,042   84,875   -18,309

    JULI 2010   19   66,566   81,208 -14,642   80,999   -14,433

    AGUSTUS 2010   20   68,339   76,013 -7,674   78,280   -9,941

    10-Sep   21   53,644   71,260 -17,616   74,478   -20,834

    OKTOBER 2010   22   49,531   63,779 -14,248   67,737   -18,206

    10-Nov   23   49,531   59,520 -9,989   60,929   -11,398

    DES 10   24   42,529   55,261 -12,732   57,522   -14,993

    MAD 2,982 MAD 1,484 

    Absolute

    Deviation

    untuk

    MA (5)

    Periode

    Indeks

    waktu (t)

    Permintaan

    (A)

    Ramalan

    Berdasarkan

    MA (4) (F,

    MA 4)

    Absolute

    Deviation

    untuk

    MA (4)

    Ramalan

    Berdasarkan

    MA (5) (F,

    MA 5)

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    48/95

     

    47 | P a g e  

    Tabel 3. Peta control tracking signal MA(5)

    MAD = = 162,694/ 12 = 13,558

    Tracking Signal = = 23,267/ 13,558= 1,7

    Tampak bahwa nilai-nilai tracking signal untuk model peramalan MA (5)

     berada di luar batas-batas yang dapat diterima (maksimun ± 5), di mana nilai-nilai

    tracking signal itu bergerak dari 1 sampai 5,3 Hal ini menunjukan bahwa akurasi dari

    model peramalan MA (5) tidak dapat diandalkan karena berada diluar batas-batas

     pengendalian tracking signal (maksimun ± 5).

    2 . Model Rata-rata Bergerak Terbobot (Weighted Moving Average Model ) 

    Suatu model rata-rata bergerak n-periode terbobot, weighted MA (n), dinyatakan

    sebagai berikut :

    Weighted MA (n) =

    Pemberian bobot untuk model rata-rata bergerak 5-bulan terbobot, weighted MA (5),

    dilakukan sebagai berikut :

    1 DES 11 48,640  62,186  13,546 13,546 13,546 13,546 13,546.00  1.0

    2 JANUARI 2012 52,849  77,011  24,162 37,708 24,162 37,708 18,854 2.0

    3 PEBRUARI 2012 21,651  25,689  4,038 41,746 1,158 38,866 12,955 3.2

    4 MARET 2012 55,954  25,613  -30,341 11,405 30,342 69,208 17,302 0.7

    5 Apr-12 51,062  53,256  2,194 13,599 2,194 71,402 14,280 1.0

    6 MEI 2012 50,751  29,895  -20,856 -7,257 20,856 92,257 15,376 -0.5

    7 JUNI 2012 44,293  66,975  22,682 15,425 22,682 114,939 16,420 0.9

    8 JULI 2012 46,286  85,942  39,656 55,081 39,656 154,595 19,324 2.9

    9 AGUSTUS 2012 52,336  80,164  27,828 82,909 27,828 182,423 20,269 4.1

    10 Sep-12 63,246  65,154  1,908 84,817 1,908 184,331 16,102 5.3

    11 OKTOBER 2012 70,065  47,630  -22,435 62,382 -22,435 161,896 14,718 4.2

    12 Nov-12 81,556  83,568  2,012 23,267 798 162,694 13,558 1.7

    BulanPeriode

    (1)

    MAD (8) =

    (7) / (1)

    Tracking

    Signal (9)

    = (5) / (8)

    Forecast, F

    (2)

    Aktual, A

    (3)

    Errors, E= A-

    F (4)=(3)-(2)

    RSFE (5) =

    Kumulatif

    dari (4)

    Absolut

    Error (6) =

    absolut dari

    (4)

    Komulatif

    Absolut

    Error (7) =

    kumulatifdari (6)

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    49/95

     

    48 | P a g e  

    Tabel 4. terbobot Weighted MA (5)

    Dengan cara yang sama, pemberian bobot untuk model rata-rata bergerak 4-bulan

    terbobot, weighted  MA (4), akan dilakukan sebagai berikut :

    Tabel 5. terbobot Weighted MA (4)

    Secara umum pemberian bobot untuk model rata-rata bergerak n-periode terbobot,

    weighted MA (n), akan dilakukan sebagai berikut

    Tabel 6. Weighted MA (n)

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    50/95

     

    49 | P a g e  

    Selanjutnya menggunakan formula untuk Weighted MA (n), peramalan berdasarkan

    model rata-rata bergerak 5-bulan terbobot, Weighted MA (5), dilakukan sebagai berikut:

    Weighted MA (5) =

    Table 7 . peramalan berdasarkan model rata-rata bergerak 5-bulan terbobot,

    Weighted MA (5)

    DES 09 1 41,141 -

    JANUARI 2010 2 42,851 -

    PEBRUARI 2010 3 54,324 -

    MARET 2010 4 50,072 -

    Apr-10 5 54,812 -

    MEI 2010 6 62,186 48,640

    JUNI 2010 7 57,011 52,849

    JULI 2010 8 55,689 55,681

    AGUSTUS 2010 9 25,613 55,954

    Sep-10 10 53,256 51,062

    OKTOBER 2010 11 29,895 50,751

    Nov-10 12 66,975 44,293

    DES 10 13 85,942 46,286

    JANUARI 2011 14 80,164 52,336

    PEBRUARI 2011 15 87,350 63,246

    MARET 2011 16 87,350 70,065

    Apr-11 17 83,568 81,556

    MEI 2011 18 66,566 84,875

    JUNI 2011 19 66,566 80,999

    JULI 2011 20 68,339 78,280

    AGUSTUS 2011 21 53,644 74,478

    Sep-11 22 49,531 67,737

    OKTOBER 2011 23 49,531 60,929

    Nov-11 24 42,529 57,522

    PeriodeIndeks

    waktu (t)

    Permintaan

    (A)

    Ramalan

    Berdasarkan MA (5)

    (F, MA 5)

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    51/95

     

    50 | P a g e  

    Tabel 8. Nilai tracking signal untuk model rata-rata bergerak 5-bulan terbobot

    Weighted MA(5)

     

    Dari tabel 7 kita dapat menghitung :

    MAD = = 270,808/ 19 = 14,253

    Tracking Signal = = 6,738/ 14,253 = 0,5

    Dari tabel 7 tampak bahwa nilai-nilai tracking signal untuk model peramalan

    MA (5) berada di dalam batas-batas yang dapat diterima (maksimun ± 5), di mana nilai-

    nilai tracking signal itu bergerak dari 1 sampai 3,2. Hal ini menunjukan bahwa akurasi

    dari model peramalan MA (5) dapat diandalkan karena berada didalam batas-batas

     pengendalian tracking signal (maksimun ± 5).

     berikut adalah tabel permintaan Bed Sheet Set dari Desember 2011 sampai

     November 2012 yang akan di tujnjukan dalam table 9

    1 DES 11 48,640 MEI 2010 62,186 13,546 13,546 13,546 13,546 13,546 1.0

    2 JANUARI 2012 52,849 JUNI 2010 77,011 24,162 37,708 24,162 37,708 18,854 2.0

    3 PEBRUARI 2012 21,651 JULI 2010 25,689 4,038 41,746 1,158 38,866 12,955 3.2

    4 MARET 2012 55,954 AGUSTUS 2010 25,613 -30,341 11,405 30,342 69,208 17,302 0.7

    5 Apr-12 51,062 Sep-10 53,256 2,194 13,599 2,194 71,402 14,280 1.0

    6 MEI 2012 50,751 OKTOBER 2010 29,895 -20,856 -7,257 20,856 92,257 15,376 -0.5

    7 JUNI 2012 44,293 Nov-10 66,975 22,682 15,425 22,682 114,939 16,420 0.9

    8 JULI 2012 46,286 DES 10 85,942 39,656 55,081 39,656 154,595 19,324 2.9

    9 AGUSTUS 2012 52,336 JANUARI 2011 80,164 27,828 82,909 27,828 182,423 20,269 4.1

    10 Sep-12 63,246 PEBRUARI 2011 65,154 1,908 84,817 1,908 184,331 18,433 4.6

    11 OKTOBER 2012 70,065 MARET 2011 47,630 -22,435 62,382 -22,435 161,896 14,718 4.212 Nov-12 81,556 Apr-11 83,568 2,012 23,267 798 162,694 13,558 1.7

    13 DES 12 84,875 MEI 2011 66,566 -18,309 4,958 18,308 181,003 13,923 0.4

    14 JANUARI 2013 80,999 JUNI 2011 66,566 -14,433 -9,475 14,433 195,436 13,960 -0.7

    15 PEBRUARI 2013 78,280 JULI 2011 68,339 -9,941 -19,416 9,941 205,376 13,692 -1.4

    16 MARET 2013 74,478 AGUSTUS 2011 53,644 -20,834 -40,250 20,834 226,211 14,138 -2.8

    17 Apr-13 67,737 Sep-11 79,531 11,794 -28,456 18,206 244,417 14,377 -2.0

    18 MEI 2013 43,929 OKTOBER 2011 79,531 35,602 7,146 11,398 255,815 14,212 0.5

    19 JUNI 2013 59,522 Nov-11 59,114 -408 6,738 14,993 270,808 14,253 0.5

    Periode

    (1)Bulan

    Forecast,

    F (2)

    Aktual, A

    (3)

    Errors, E=

    A-F

    (4)=(3)-(2)

    Bulan

    RSFE (5)

    =

    Kumulatif

    dari (4)

    Absolut

    Error (6)

    = absolut

    dari (4)

    KomulatifAbsolut

    Error  (7)

    =

    kumulatif

    MAD (8) =

    (7) / (1)

    Tracking

    Signal (9)

    = (5) / (8)

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    52/95

     

    51 | P a g e  

    Tabel 9. Data hasil ramalan dengan metode peramalan WMA (5)

    4.2.3 Perencanaan produksi

    Perencanaan produksi merupakan suatu bagian untuk mendapatkan jumlah

     produksi,Sehingga dengan adanya penentuan ini akan membantu jumlah produki yang

    akan dibuat berdasarkan komponen pada Bed Sheet Set pada table109

    Tabel 10. Kebutuhan produksi

    -.

    1 DES 11 48,640

    2 JANUARI 2012 52,849

    3 PEBRUARI 2012 21,651

    4 MARET 2012 55,954

    5 Apr-12 51,062

    6 MEI 2012 50,751

    7 JUNI 2012 44,293

    8 JULI 2012 46,2869 AGUSTUS 2012 52,336

    10 Sep-12 63,246

    11 OKTOBER 2012 70,065

    12 Nov-12 81,556

    Periode

    (1) Bulan

    Forecast,

    F (2)

    no Nama Komponen King Queen Single

    1 Bed Cover 180 1 1 0

    2 Bed Cover 120 0 0 1

    3 sprei rumbai 180 1 0 0

    4 sprei rumbai 160 0 1 05 sprei 120 0 0 1

    6 bantal rumbai 2 2 0

    7 bantal basic 0 0 1

    8 guling basic 2 2 1

    9 bantal hati 1 1 0

  • 8/19/2019 2.1 all (1)

    53/95

     

    52 | P a g e  

    Tabel 11 Perhitungan kebutuhan King

    Tabel 12. Perhitungan kebutuhan Queen

    DES 09 24,000 24,000 0 24,000 0 0 48,000 0 48,000 24,000

    JANUARI 2010 29,020 29,020 0 29,020 0 0 58,040 0 58,040 29,020

    PEBRUARI 2010 38,926 38,926 0 38,926 0 0 77,852 0 77,852 38,926

    MARET 2010 35,526 35,526 0 35,526 0 0 71,052 0 71,052 35,526

    Apr-10 40,206 40,206 0 40,206 0 0 80,412 0 80,412 40,206

    MEI 2010 50,698 50,698 0 50,698 0 0 101,396 0 101,396 50,698

    JUNI 2010 47,596 47,596 0 47,596 0 0 95,192 0 95,192 47,596

    JULI 2010 44,556 44,556 0 44,556 0 0 89,112 0 89,112 44,556

    AGUSTUS 2010 21,240 21,240 0 21,240 0 0 42,480 0 42,480 21,240

    Sep-10 44,102 44,102 0 44,102 0 0 88,204 0 88,204 44,102

    OKTOBER 2010 17,894 17,894 0 17,894 0 0 35,788 0 35,788 17,894

     Nov-10 54,864 54,864 0 54,864 0 0 109,728 0 109,728 54,864

    DES 10 70,000 70,000 0 70,000 0 0 140,000 0 140,000 70,000

    JANUARI 2011 66,464 66,464 0 66,464 0 0 132,928 0 132,928 66,464

    PEBRUARI 2011 71,207 71,207 0 71,207 0 0 142,414 0 142,414 71,207

    MARET 2011 71,207 71,207 0 71,207 0 0 142,414 0 142,414 71,207Apr-11 70,000 70,000 0 70,000 0 0 140,000 0 140,000 70,000

    MEI 2011 55,300 55,300 0 55,300 0 0 110,600 0 110,600 55,300

    JUNI 2011 55,300 55,300 0 55,300 0 0 110,600 0 110,600 55,300

    JULI 2011 59,143 59,143 0 59,143 0 0 118,286 0 118,286 59,143

    AGUSTUS 2011 47,130 47,130 0 47,130 0 0 94,260 0 94,260 47,130

    Sep-11 39,202 39,202 0 39,202 0 0 78,404 0 78,404 39,202

    OKTOBER 2011 39,202 39,202 0 39,202 0 0 78,404 0 78,404 39,202

     Nov-11 35,905 35,905 0 35,905 0 0 71,810 0 71,810 35,905

    Total 1,128,688 1,128,688 0 1,128,688 0 0 2,257,376 0 2,257,376 1,128,688

    bantal

    rumbai

    bantal

    basic

    guling

    basicbantal hati

    King

    Bed Cover

    180

    Bed

    Cover

    sprei

    rumbai 180

    sprei

    rumbai

    sprei

    120

    Data

    PermintaanBULAN

    DES 09 13,695 13695 0 0 13695 0 27390 0 27390 13695

    JANUARI 2010 10,579 10579 0 0 10579 0 21158 0 21158 10579

    PEBRUARI 2010 12,279 12279 0 0 1