2012-2-00838-hm bab2001
TRANSCRIPT
-
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pewarna Makanan
Dewasa kini, penggunaan pewarna makanan dalam produksi
makanan sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan sudah menjadi sebuah
kebutuhan dimana pewarna makanan ditambahkan guna untuk
memperkuat warna asli suatu produk makanan Jika dipilah berdasarkan
sumber pembuatannya, pewarna makanan dibedakan menjadi pewarna
alami dan pewarna buatan (M. Alaudin, Nuni Widiarti, 2010:1).
Sebenarnya pada dahulu kala, pewarna makanan yang sering digunakan
adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuhan dan buah-buahan.
Namun dengan seiring berkembangnya jaman dan dengan alasan
kemudahan/kepraktisan, pada akhirnya pewarna alami mulai digantikan
keberadaannya dengan pewarna buatan yang berasal dari proses kimia
(Setijo Pitojo, 2009 : 19) .
2.1.1 Pewarna Alami
Pewarna alami atau yang biasa dikenal pewarna nabati adalah
pewarna yang diperoleh dari ekstrak pigmen tumbuhan dan buah-buahan
yang dimana aman dan tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi
penggunanya maupun bagi kesehatan lingkungan (Setijo Petijo, 2009:20).
Untuk memperoleh pewarna alami dari tumbuhan dan buah,
masyarakat dapat melakukan beberapa cara seperti ekstraksi, fermentas
-
10
perebusan dan proses kimiawi (Setijo Petijo, 2009:30). Namun untuk
industri rumah tangga banyak digunakan cara ekstraksi dan perebusan
(dimana dapat dilakukan dengan cara melarutkannya dengan larutan air).
Selain itu tumbuhan dan buah yang ingin dijadikan pewarna alami dapat
juga dibuat dengan cara pengeringan dan mengolahnya menjadi bubuk
sehingga mudah diaplikasikan ke berbagai produk makanan (dr. Indah SY
& Bagus Supriyanto, S.KM, 2013:6).
Walaupun pewarna alami aman bagi kesehatan, namun ternyata
pewarna ini masih sangat jarang digunakan karena dalam praktiknya
penggunaan pewarna alami pada makanan dihadapkan pada beberapa
kelemahan, yaitu (Setijo Petijo, 2009:33) :
a. Bahan Baku Pewarna Berjumlah Banyak
Jika ingin mendapatkan pewarna alami dalam jumlah yang banyak
diperlukan juga bahan baku yang banyak.
b. Hasil Biasanya Tidak Eksak
Hasil yang diperoleh dari pewarna alami akan sangat bervariasi dan
beragam atau tidak konsisten (kurang stabil).
c. Peka terhadap pemanasan
Proses pemanasan berpengaruh pada warna bahan pangan karena
adanya
perubahan sifat fisika dan kimia pangan.
d. Peka terhadap Keasaman Larutan
Ada beberapa pewarna alami yang dapat terpengaruh dengan kondisi
keasaman larutan sehingga mempengaruhi hasil warna yang ada.
-
11
e. Kurang Ekonomis
Bahan baku pewarna alami biasanya memiliki harga yang lebih
mahal dibandingkan pewarna buatan.
2.1.2 Pewarna Buatan
Pewarna buatan atau pewarna sintetik adalah pewarna yang terjadi
dan dibuat berdasarkan atas penggabungan senyawa kimia. Penggunaan
pewarna buatan sangat diminati karena pewarna ini jauh lebih praktis
dalam berbagi segi dibandingkan dengan pewarna alami misalnya seperti,
lebih mudah didapat atau dibeli, mudah digunakan, hasil terukur dan
residunya mudah diketahui pada makanan yang ditambahkan pewarna
makanan (Setijo Petijo, 2009:12).
Namun akhir-akhir ini isu kesehatan dan penyalahgunaan pewarna
buatan (penggunaan pewarna yang dilarang pemerintah) mulai menjadi
topik penting didalam masyarakat, dimana penggunaan pewarna buatan
menjadi hal yang kontroversial di masyarakat karena dapat memicu
masalah kesehatan dan timbulnya berbagai penyakit, terutama pada anak-
anak dimana pada kelompok ini sangat rentan penyakit. (Sahar,2012:87).
Bahkan pemerintah telah menerbitkan larangan pemanfaatan pewarna
buatan tertentu yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 235/Menkes/Per/VI/79, tanggal 19 Juni 1979 (Setijo
Petijo, 2012:13). Dapat dilihat ada beberapa pewarna buatan yang
dilarang oleh pemerintah
-
12
Tabel 2.1 Pewarna Buatan yang dilarang BPOM
Auramine (C I Basic Yellow 2) Menthanil Yellow (Ext D and N Yellow 1) Alkanet Oil Orange SS
Butter Yellow (C I Solvent Yellow 2) Oil Orange XO Black 7984 (Food Black 2) Oil Yellow AB
Burn Umber (Pigmen Brown 7) Oil Yellow OB Ghrysodine ( C I Basic Orange 2) Orange G (C I Food Orange 4) Chrysoine S ( C I Food Yellow 2) Orange GCN (C I Food Orange 2)
Citrus Red No. 2 Orange RN (Food Orange 1) Chocolate Brown FB (Food Brown 2) Orchild and Orchein
Fast Red E (C I Food Red 4) Poncheau 3 R Fast Yellow AB (C I Food Yellow 2) Poncheau SX Guena Green B (C I Acid Green 3) Poncheau 5 R
Rhodamin B Indan Therene Blue RS (C I Food Blue 4) Magenta (C I Basic Violet 14) Sudan L
Banyak masyarakat yang mulai khawatir dan ragu dengan
keamanan makanan tersebut, maka kejayaan dari pewarna buatan mulai
meredup dan masyarakat berlomba-lomba untuk mencari alternative
pewarna makanan dari bahan alami.
2.1.3 Perbedaaan Pewarna Alami dan Pewarna Buatan
Berikut adalah perbedaaan antara pewarna alami dan pewarna buatan :
Tabel 2.2 Perbedaan Pewarna Alami dan Pewarna Buatan
Pewarna Alami Pewarna Buatan
Aman jika dikonsumsi secara terus menerus
Berbahaya jika dikonsumsi secara terus menerus
Warna yang dihasilkan tidak stabil, kadang terpengaruh akan tingkat keasaman
Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warnya tinggi, lebih tahan lama.
Untuk mendapatkan warna yang bagus, dibutuhkan banyak sekali bahan pewarna
Praktis dan ekonomis, hanya memerlukan sedikit pewarna
Keanekaragaman warnanya terbatas Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam
Tingkat keseragaman warna kurang baik
Memiliki tingkat keseragaman warna yang baik
Kadang memberikan aroma dan rasa yang kurang kuat dan menganggu (karena berasal dari makhluk hidup)
Memberikan aroma dan rasa yang tidak menganggu
-
13
2.2 Buah Naga
Buah Naga atau yang dikenal juga dengan nama dragon fruit
merupakan salah satu buah yang mulai banyak dikonsumsi masyarakat di
dunia, khususnya di Indonesia. Asal usul dikenalnya buah naga terjadi
pada tahun 1870, saat tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke
Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang China
buahnya dianggap membawa berkah bagi mereka. Oleh sebab itu, buah ini
selalu diletakkan diantara dua ekor patung naga yang berwarna hijau diatas
meja altar pemujaan. Warna merah pada buah naga ini menjadi sangat
mencolok dan kontras diatara dua patung naga yang memiliki warna hijau
(Dea Emayanti, 2012:34)
Dari kebiasaaan inilah buah ini di kalangan orang Vietnam yang
sangat terpengaruh budaya China dikenal sebagai thang loy. Thang loy
oleh orang Vietnam ini kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain
yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga) (dr. Indah SY &
Bagus Supriyanto, S.KM, 2013:32). Selain itu, sulur-sulur yang ada pada
kulit buah naga sekilas mengingatkan kita pada lidah atau sisik naga,
karena itu menambah pencitraan bahwa buah ini dimanakan buah naga.
(Hindah Muaris, 2012:5)
Asal buah naga adalah dari Amerika Latin, lalu menyebar ke Israel,
Australia, China dan negra Asia Timur lainnya salah satu adalah
Indonesia. Di Amerika latin, buah naga dikenal dengan nama phitahaya,
orang Inggris menyebutnya pitaya, sedangkan di Vietnam dikenal dengan
-
14
nama thang long, Sementara di orang China menyebutnya hu long gu atau
long zhu gu. (Hindah Muaris, 2012:5)
2.2.1 Klarifikasi Buah Naga
Karena buah naga memiliki nama yang berbeda-beda di setiap
negara, maka untuk memudahkan ada tata nama ilmiah yang diakui secara
internasional terhadap buah naga, yakni :
Tabel 2.3 Nama Ilmiah Buah Naga (Hindah Muaris, 2012:5)
Kingdom Plantae Sub Kingdom Trachcobionta Super Division Spermatophyta
Division Magnoliphya Kelas Mangnoliopsida Ordo Caryophyllales
Famili Cactaceae Sub Famili Cactoideae
Suku Hylocereae Genus Hylocereus
Spesies Hylocereus spp.
Berdasarkan warna dagingnya buah naga dibedakan menjadi 4
jenis yaitu, Hylocereus Undatus (kulitnya berwarna merah, dagingya
berwarna putih), Hylocereus Polyrhizus (kulitnya berwarna merah,
dagingnya berwarna merah cerah), Selenicereus megalanthus (kulitnya
berwarna kuning, dagingnya berwarna putih), dan Hylocereus
Costaricensis (kulitnya berwarna merah, dagingnya berwarna merah tua)
(Hindah Muaris, 2012:6). Pada penelitian ini, penulis menggunakan buah
naga merah yaitu Hylocereus Polyrhizus yang dimana memiliki kulit buah
yang berwarna merah sehingga sangat cocok diolah menjadi pewarna
-
15
alami dengan cara praktik dan dapat diterapkan dalam industri rumah
tangga.
2.2.2 Manfaat Buah Naga
Buah Naga memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi masyarakat
Hal ini dikarenakan buah naga sendiri memiliki berbagai kandungan gizi
yang berguna bagi metabolisme tubuh seperti vitamin C, kalsium, fosfor
dan serat (Hindah Muaris, 2012:6). Menurut data Badan Litbang Pertanian
Republik Indonesia, serat pada buah naga (0,7-0,9gram per 100 gram)
dapat menurunkan kadar kolesterol dan berguna dalam sistem pencernaan
(mempersingkat transit time), penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi
ginjal dan tulang, serta meningkatkan kinerja otak (Hindah Muaris, 2012:6) Tabel 2.4 Kandungan gizi pada 100 gram Buah Naga
Kandungan Gizi Secara Lengkap per 100 gram Buah Naga
Kandungan Hylocereus Undatus Hylocereus Polyrhizus
Selenicereus Megalanthus
Air (g) Protein (g) Lemak (g) 0,1 Serat kasar (g) Abu (g) Kalsium (kg) Fosfor (mg) Besi (mg) 0,4 Karoten (mg) Thiamin (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg) Brix Nilai pH
89,4 0,5
0,21-0,61 0,3 0,5 6,0
19,0 0,55-0,65
-
-
0,2 25,0
11-19 4,7-5,1
82,5-83,0 0,16-0,23
0,1 0,70-0,90 0,28-0,4
6,30-0,80 30,2-36,1
0,3 Sangat sedikit Sangat sedikit
1,29-1,30 8,00-9,00
Tidak diketahui Tidak diketahui
85,4 0,4 -
0,5 -
10,0 16,0
-
-
-
0,2 4,0
Tidak diketahui Tidak diketahui
-
16
Selain itu buah naga juga terkenal sebagai salah satu sumber
betakaroten yang merupakan provitamin A, di dalam tubuh akan diubah
menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam proses penglihatan,
reproduksi dan proses metabolisme lainnya. Betakaroten juga merupakan
jenis antioksidan yang dapat berperan penting dalam mengurangi
konsentrasi radikal peroksil, sebagai unsur pencengah kanker, khusunya
kanker kulit dan kanker paru-paru. Buah naga juga mengandung vitamin B
kompleks yang diperlukan oleh tubuh (Hindah Muaris, 2012:7)
2.3 Kulit Buah Naga Merah
Sekarang, kebanyakan orang hanya mengkonsumsi buah hanya
memakan dagingnya saja, kulit buah akan disingkirkan karena dianggap
tidak berguna. Padahal ada beberapa buah yang kulitnya sangat baik bagi
kesehatan (dr. Indah SY & Bagus Supriyanto, S. KM, 2013: 2). Salah
satunya adalah kulit buah naga. Kulit buah naga yang merah merupakan
salah satu limbah makanan yang dapat dimanfaatkan menjadi pewarna
alami (dr. Indah SY & Bagus Supriyanto, S.KM, 2013:32).
Kulit buah naga yang berkisar 30-35% dari total keseluruhan berat
buah naga ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
dagingya. Kulit buah naga yang dipakai oleh penulis adalah kulit buah
naga merah.
Menurut penelitian Nurliyana dkk, didapatkan bahwa kulit buah
naga merah mengandung antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan
daging buah naga. Dari hasil penelitiannya ditunjukan bahwa kandungan
phenolic yang terdapat pada kulit buah naga merah sebesar 28,16 mg/100
-
17
gr, sedangkan kandungan phenolic pada daging buah naga merah hanya
sebesar 19,72 mg/100 gr (Nurliyanah, 2009:370).
Selain memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, kulit buah
naga merah juga mengandung pigmen warna tumbuhan yang disebut
dengan antosianin (pigmen tumbuhan merah-biru-ungu) (Prima Astuti dan
Asri Rahmawati, 2012:19)
Kulit buah naga merah sangat mudah didapatkan dan mudah diolah
karena memiliki struktur yang lunak, sehingga mudah dipotong dan tidak
memerlukan waktu yang lama dalam proses pengolahnnya dan juga dapat
diolah di rumah masing-masing.
2.3.1 Kandungan Antosianin pada Kulit Buah Naga Merah
Antosianin merupakan salah satu pigmen berwarna merah-biru-
ungu yang terdapat pada bunga, buah atau bagian tanaman yang berwarna
merah, biru, violet. Zat ini merupakan salah satu senyawa flavonoid yang
dimana senyawa ini memiliki sifat larut dalam air (Setijo Petijo, 2012:51)
Kestabilan dari zat antosianin ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pH, temperature (suhu) dan jenis pelarut. (Seafast Center, 2012:23)
Antosianin memiliki bentuk yang stabil dan paling berwarna pada
saat berada di pH yang rendah atau pH yang asam. Misalnya pada pH 1,
antosianin lebih stabil dan berwarna merah dibandingkan dengan pH 4,5
yang cenderung tidak berwarna (Hayati, E.K, 2012:138). Dalam suasana
asam, antosianin berwarna merah-oranye sedangkan dalam suasana basa
antosianin berwarna biru-ungu atau kadang-kadang kuning. Perubahan
warna tersebut terjadi karena perubahan struktur molekul antosianin akibat
-
18
pengaruh pH (Tri Eko, 2008:11). Oleh karena itu pigmen ini banyak
digunakan untuk produk seperti minuman ringan, manisan, saus, makanan
kalengan, dan yogurt yang bersifat asam (Seafast Center, 2012:24)
Temperatur/ Suhu juga dapat mempegaruhi kestabilan dari pigmen
antosianin ini, perlakuan pemanasan yang berlebihan akan membuat
bentuk antosianin cenderung tidak berwarna. (Seafast Center, 2012: 26)
Sedangkan untuk jenis pelarut juga mempengaruhi kestabilan dari
antosianin. Sifat antosianin yang hidrofilik (zat yang mudah larut dalam
air) menyebabkan zat ini sering diekstrak menggunakan air dan alkohol .
Diketahui bahwa pelarut alkohol lebih memberikan warna yang cerah
dibandingakn dengan pelarut air. (Seafast Center 2012:28). Namun
alkohol sangat jarang sekali dipakai di industry rumah tangga, untuk
menggantikannya dapat digunakan air.
2.3.2 Bahan yang Digunakan dalam Pengolahan Kulit Buah Naga Merah
Sebelum dilakukannya proses pengolahan, berikut akan dijabarkan
bahan-bahan pengolahan kulit buah naga merah
a. Kulit Buah Naga Merah
Bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan pewarna alami ini
adalah kulit buah naga merah yang memiliki kulit yang bersih, tidak
memiliki bercak, terhindar dari jamur dan memiliki kulit yang
berwarna merah keunguan. Sebelum digunakan, sebaiknya lakukan
pencucian terlebih dahulu agar selain terhindar dari kotoran, pencucian
ini juga bersifat menghilangkan pestisida pada kulit buah naga merah.
Pada penelitian ini, penulis membeli buah naga merah di salah toko
-
19
buah di Rawa Belong, Bekasi Timur dimana memiliki berat sebesar
574 gram. Sedangkan kulitnya memiliki berat 110 gram.
b. Larutan (Air)
Untuk mempermudah penghalusan kulit buah naga merah, maka
diperlukan larutan. Larutan yang digunakan adalah air mineral
sebanyak 50 ml. Air ini akan dicampur pada kulit buah naga merah
yang sudah diiris tipis dan siap di blender.
2.3.3 Alat yang Digunakan dalam Pengolahan Kulit Buah Naga Merah
Berikut disajikan alat-alat yang digunakan dalam Pengolahan Kulit
Buah Naga Merah :
Tabel 2.5 Alat yang digunakan dalam pengolahan kulit buah naga merah
No Nama Alat Jumlah Kegunaan
1. Pisau Kecil (Merek : Victory) 1 Memotong sisik buah naga, Mengupas dan Memisahkan daging buah naga merah dan kulit buah naga merah,
Mengiris tipis kulit buah naga merah
2. Blender (Merek : Nasional) 1 Menghaluskan kulit buah naga 3. Sendok 1 Mengaduk kulit buah naga yang sudah
dihaluskan
4. Panci Anti lengket kecil 1 Wadah untuk proses pemanasan/perebusan (reduce)
5. Spatula Kayu 1 Mengaduk kulit buah naga pada saat pemanasan/perebusan
6. Mangkuk Plastik 1 Wadah untuk menampung kulit buah naga merah
-
20
2.3.4 Proses Pengolahan Kulit Buah Naga Merah menjadi Pewarna Alami
Kulit buah naga merah mengandung pigmen antosianin dimana
diketahui antosianin ini memiliki sifat hidrofolik yaitu mudah larut dalam
air. Maka dari itu, pengolahan kulit buah naga merah yang dipakai oleh
penulis menerapkan cara pembuatan selai agar didapatkan pewarna alami
yang mudah diolah di industri rumah tangga dan praktis untuk diterapkan.
Untuk mendapatkan pengolahan kulit buah naga merah yang baik, maka
penulis menggunakan pelarut yang mudah digunakan oleh penulis yaitu
sehingga dapat dihasilkan pewarna alami kulit buah naga merah yang
berkualitas dan dapat diaplikasikan ke dalam macaron.
Tabel 2.6 Proses Pembuatan Pewarna Alami Kulit Buah Naga Merah
No Tahapan Proses Pembuatan Keterangan (Kulit Buah Naga Merah)
1.
Buah
Bahan dasar buah yang digunakan dalam pembuatan kulit buah naga sebagai pewarna alami (berupa selai/pasta) tidak terlalu matang, buah terhindar dari jamur dan kotoran yang melekat pada kulit buah. Gunakan kotak untuk menampung buah tersebut agar tidak hancur.
2. Pemeriksaan
Pastikan buah yang dipakai memiliki kulit buah naga yang segar, matang dan tidak berjamur. Bahan baku (Kulit buah naga merah) yang tidak bagus akan menghasilkan kualitas produk yang buruk.
3. Pencucian Cuci buah naga merah dengan air bersih yang mengalir, sehingga kandungan pestisida dan kotoran yang menempel pada kulit buah naga merah hilang.
4. Pemilihan Pilihlah kulit buah naga yang memiliki warna yang sama. Bentuk dan ukuran tidak penting.
-
21
5. Pengupasan
Pisahkan antara daging buah naga merah dan kulit buah naga merah menggunakan pisau stainless. Setelah itu potong kulit buah naga tersebut menjadi kecil agar mudah diolah, jika perlu, kulit buah naga yang sudah dipotong dapat dihaluskan menggunakan blender (agar didapatkan struktur yang lebih halus).
6. Pencampuran Untuk mendapatkan hasil yang baik, kulit buah naga merah yang sudah halus ditambahkan pelarut berupa air / asam sitrat.
7. Pemanasan
Panaskan campuran kulit buah naga merah mencapai suhu 104 derajat Celcius dengan menggunakan panci stainless steel atau hingga total padat 68-70%. Cek suhu dan waktu perebusan agar warna kulit buah naga merah tidak terlalu gelap.
8. Pendinginan Dinginkan di suhu ruangan atau dapat menggunakan botol pendingin.
10. Pengisian dan Penyimpanan
Gunakan botol kaca yang sudah disterilan sebelumnya (direbus dalam air pada suhu 100 derajat Celcius selam 5-10 menit). Masukkan kulit buah naga merah yang sudah dingin kedalam botol.
11. Pelabelan Lakukan pelabelan agar diketahui masa penyimpanan kulit buah naga merah (tanggal, waktu dan nama produk) 12. Penyimpanan Simpan ditempat yang kering dan dingin (hindari sinar
matahari)
2.4 Macaron
Gambar 2.1 Macaroon dan Macaron
-
22
Macaron dan Macaroon. Banyak sekali yang beranggapan bahwa
Macaron dan Macaroon adalah 2 sebutan untuk satu jenis cookies.
Padahal kedua sebutan itu berbeda. Seperti yang dilansir Shine, macaroon
dan macaron sendiri sebenarnya memiliki arti harafiah yang sama. Baik
macaroon maupun macaron berasal dari bahasa Italia, ammacarone yang
berarti garing. Hanya artinya saja yang sama, sedangkan bentuk dan rasa
sangat berbeda. (Niken Wulandari, 2013:17).
Macaroon adalah cookie yang berasal dari Amerika yang
menggunakan kelapa parut, putih telur dan gula yang biasanya dibentuk
menyerupai pipa. Untuk menikmati macaroon, kadang orang
mencelupkannya kedalam cokelat. Nama lain macaroon ini adalah
congolais. Macaroon banyak disajikan pada saat perayaan paska karena
bahannya yang tidak mengandung tepung (Niken Wulandari, 2013:19).
Macaron adalah cookies yang berasal dar Italia yang kemudian
dikembangkan di Perancis. Macaron terbuat dari tepung almond, putih
telur dan gula pasir yang bagian tengahnya diisi dengan krim mentega atau
krim buah. Macaron sangat renyah ketika digigit dan lembut ketika sudah
berada di mulut (Niken Wulandari, 2013:19).
2.4.1 Asal Usul Macaron
Banyak sekali sumber yang membahas mengenai asal usul
Macaron, hingga saat ini pun belum ada yang mengetahui asal usul
macaron yang sebenarnya. Ada yang mengatakan bahwa macaron berasal
dari bahasa Italia, diambil dari kata maccherone yang berarti fine dough
(adonan yang halus). Adonan halus ini terbentuk saat mencampurkan
-
23
tepung almond dengan putih telur dan gula. Macaron pada awalnya
berbentuk seperti biskuit amaretti, berupa satu keeping dengan krim
diatasnya (Niken Wulandari, 2013:20).
Asal usul macaron yang banyak berkembang dan ditulis beberapa
sumber salah satu buku A-Z Macaron karangan Niken Wulandari
mengatakan bahwa macaron dibawa oleh seorang chef yang pindah ke
Perancis pada tahun 1533. Chef ini diajak pindah oleh majikannya
seorang wanita bangsawan bernama Catherine de Medici, Istri Raja
Perancis, King Henry II (Niken Wulandari, 2013:21)
Menurut Anne E McBride cerita lain mengenai macaron terjadi di
Nancy Kota di Perancis yang terkenal dengan macaronnya. Pada akhir
abad ke-18, ada dua orang biarawati dari Biara Les Dames du Saint
Sacrement yang dimana mereka tidak diperbolehkan untuk makan daging,
mulai membuat macaron karena macaron sangat bernutrisi. Setelah biara
mereka ditutup pada masa Revolusi Perancis, mereka akhirnya menjual
macaron untuk bertahan hidup. Mereka pun terkenal dengan sebutan Les
Soeurs Macaron (The Macaron Sisters) (Le Petits Macaron, 2011:11)
Perkembangan pembuatan macaron mulai beranjak pesat seiiring
dengan waktu. Salah satunya diciptakan oleh salah seorang chef Perancis
bernama Pierre Desfontaines cucu dari Louis Ernest Laduree, pemilik
pastry chef Laduree yang terkemuka. Pierre Desfontaines yang pertama
kali memiliki ide brilian untuk memodifikasikan macaron tersebut dengan
merekatkan dua keping biskuit macaron dengan isian seperti selai, vanilla,
keju, coklat dan sebaginya. Karena atas ide cermelangnya itu, kemudian
-
24
macaron ini mendapatkan akreditasi dan pengakuan secara luas sebagai
Macaron Art Master, dimana telah menciptakan macaron dengan cita rasa
modern (Niken Wulandari,2013:21) .
2.4.2 Macaron di Indonesia
Perkembangan Macaron di Indonesia akhir-akhir ini berkembang
dengan sangat pesat, karena selain memiliki ciri khas rasa yang unik, dia
juga memiliki bentuk yang kecil dengan tekstur yang chewy/ kenyal.
Macaron pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2002. Dan
sejak itu cookies mungil ini mulai menggoda dengan berbagai warna yang
dapat menarik perhatian orang.
Bahkan menurut Philippe Bierdermann, Pastry Chef di Hotel Sari
Pan Pacific Jakarta, macaron diperhatikan sebagi salah satu produk yang
akan menjadi trend pada tahun-tahun berikutnya. Ini dikarenakan macaron
memiliki aroma, rasa, bentuk, dan warna yang selalu membuat orang
penasaran (Niken Wulandari, 2013:32).
Sekarang ini banyak kita jumpai banyak toko kue yang mulai
melirik usaha macaron ini dan menjualnya baik secara dalam toko ataupun
secara online. Macaron menjadi salah satu produk yang laris dipasaran. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya toko kue yang mulai menjual macaron
sebagai main nya. Seperti Harvest, Bakerzin, Kempi Deli, dan Le
Gourment.
-
25
Bisa dikatakan bahwa macaron sudah mulai diterima di masyarakat
Indonesia sebagai salah satu cookies dengan berbagai warna dan varian
rasa yang dapat dikonsumsi bersamaan dengan teh ataupun kopi. Selain itu
bisa dijadikan oleh-oleh, hadiah ataupun kue ulangtahun..
2.4.3 Teknik Pembuatan Macaron
Secara umum ada 3 cara pembuatan berdasarkan teknik yang
berkembang di negara asalnya, yaitu (Jose Marecal, 2011)
a. French Meringue
Teknik French Meringue ini menggunakan gula yang tidak dimasak
(uncooked sugar). Dimana teknik ini lebih mudah dibandingkan teknik
Italian Meringue karena tidak menggunakan gula yang harus
dipanaskan dalam suhu tertentu (Jose Marechal, 2011:17). Caranya
putih telur dikocok bersama gula hingga kaku dan mengkilat, lalu
dicampur dengan adonan tepung almond (Niken Wulandari, 2013:41).
b. Italian Meringue
Teknik Italian Meringue menggunakan air gula yang sudah dimasak
dengan air hingga mencapai suhu 110-115 derajat Celcius. Air gula
yang sudah mencapai suhu tersebut (gunakan thermometer candy)
akan dimasukkan kedalam adonan putih telur yang telah
mengembang, hal ini dilakukan guna untuk mendapatkan meringue
yang kuat tetapi masih lembut (Jose Marechal, 2011:22).
c. Swiss Meringue
-
26
Teknik ini merupakan teknik yang paling rumit dan jarang digunakan
oleh orang awam. Teknik ini adalah dengan meng-tim (au bain marie)
putih telur dengan gula diatas panci dengan air mendidih sampai
mencapai suhu 130 derajat Celcius (Kathryn Gordon & Anne E.
Mcbride, 2011:51). Karena dengan putih telur yang matang, adonan
yang dihasilkan akan lebih stabil, padat dan tidak mudah lumer dalam
suhu ruangan (Niken Wulandari, 2013:42).
2.4.4 Waktu Pemanggangan Macaron Berdasarkan Ukuran Shell Macaron
Menurut Kathryn Gordon & Anne E. McBride, berdasarkan ukuran
shell macaron, waktu pemanggangan macaron dibedakan menjadi
beberapa jenis yaitu (Kathryn Gordon & Anne E. McBride, 2011: 39) :
a. Minis (1/2 inch atau 1 cm) : 200 derajat F (105 derajat C) selama 15
menit. Naikan suhunya menjadi 350 derajat F (175 derajat C) dan
panggang selama 6 menit.
b. Small (1 inch atau 3 cm) : 200 derajat F (105 derajat C) selama 15
menit. Naikan suhunya menjadi 350 derajat F (175 derajat C) dan
panggang selama 9 menit.
c. Large (2 inchs atau 6 cm) : 200 derajat F (105 derajat C) selama 15
menit. Naikan suhunya menjadi 350 derajat F (175 derajat derajat C)
dan panggang selama 9 menit. Setelah itu, turunkan suhu oven menjadi
300 derajat F (150 derajat C) dan panggang kembali selama 7 sampai 8
menit.
-
27
2.4.5 Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Macaron 2.4.5.1 Bahan Dasar
1. Tepung Almond/ Almond Bubuk
Gambar 2.2 Tepung Almond Tepung almond adalah salah satu bahan dasar terpenting dalam pembuatan
macaron. Tepung almond atau biasanya yang sering disebut dengan
almond bubuk adalah jenis kacang-kacangan dengan kandungan minyak
yang paling pas dalam pembuatan macaron ini. Bentuknya terdiri atas
bulir-bulir kasar dengan warna sedikit kecoklatan (Niken Wulandari, 2013
: 71).
2. Gula
Menurut Rinto Habsari gula dibagi atas beberapa jenis yaitu (Rinto
Habsari, 2012:11)
a. Gula Pasir
-
28
Gula pasir yang diproses dari tebu. Gula pasir bisa berbutir kasar
atau berbutir halus (castor sugar), atau dalam bentuk bubuk (icing
sugar)
b. Brown Sugar
Selain itu ada juga gula pasir yang berwarna kemerahan atau
kecokelatan. Gula ini disebut brown sugar (dari gula pasir dan
molasses; tersedia dalam dua varian, light and dark, semakin gelap
warna gula makin kuat rasa molasses).
c. Gula Tanjung
Gula yang sering disebut juga dengan gula semut atau gula tanjung
ini dapat memberi rasa manis yang kaya dengan aroma bakar yang
unik.
d. Gula Palem
Gula Palem adalah gula yang diproses dari pohon palem.
Gambar 2.3 Icing Sugar
Pada Penelitian ini, penulis menggunakan icing sugar dan gula kastor.
Fungsi icing sugar dalam pembuatan macaron ini adalah berguna untuk
melarutkan bahan-bahan lainnya dengan cepat kedalam putih telur,
sehingga dapat dihasilkan kulit macaron yang halus (Niken Wulandari,
2013:74).
-
29
Gambar 2.4 Gula Kastor
Sedangkan Castor Sugar adalah gula pasir berbutir kecil yang digunakan
dalam pembentukan struktur meringue menjadi lebih stabil ketika
digabungkan dengan air dan protein dari putih telur. Gul kastor juga dapat
mengentalkan sehingga putih telur tidak cepat menyusut kembali setelah
mengembang (Niken Wulandari, 2013:76).
3. Telur
Gambar 2.5 Spesifikasi Telur
1. Eggshell 9. Germinal Disc (Inti)
2. Outer Membran 10. Kuning Telur
3. Inner Membran 11. Putih Telur
4. Chalaza 12. Internal Albumen
5. Exterior Albumen 13. Chalaza
-
30
6. Tengah Albumen 14. Sel Udara
7. Vitelline Membran 15. Cuticula
8. Inti dari Calo
Bentuk telur adalah bulat dengan ujung lebih besar dari ujung yang
lainnya. Telur memiliki simetri silinder sepanjang sumbu panjang. Sebuah
telur dikelilingi oleh shell, tipis keras. Di dalam, kuning telur ditunda
dalam putih telur dengan satu atau dua band spiral jaringan disebut
chalazae (dari kata Yunani khalazi, yang berarti batu es atau benjolan
keras.
Gambar 2.6 Putih Telur
Dalam penelitian pembuatan macaron ini, penulis menggunakan putih
telur yang sudah didiamkan di suhu ruangan selama minimal 24 jam
(Aging Egg White) (Niken Wulandari, 2013:78). Putih telur berguna
dalam mengikat adonan dan member struktur pada cookies, selain itu putih
telur juga berguna memberikan tekstur yang lembab, lembut dan
membantu mengembangkan adonan. (Rinto Habsari, 2012:9)
2.4.5.2 Bahan Tambahan
1. Garam
-
31
Gambar 2.7Garam
Garam mempunyai fungsi sebagai bahan penyedap rasa tambahan dan
berperan penting dalam pembangkit rasa dan aroma pada cake. Garam ini
berperan penting dalam menyeimbangkan rasa manis pada cake (Rinto
Habsari, 2012: 12). Dalam pembuatan macaron garam digunakan untuk
menyeimbangkan rasa, disarankan menggunakan garam asli karena akan
dapat tercampur lebih baik kedalam adonan sehingga menghasilkan
macaron yang baik. (Niken Wulandari, 2013:88)
2. Stabilizerr (Egg White Powder)
Gambar 2.8 Egg White Powder
Egg white powder digunakan untuk memperkuat ikatan protein dalam
putih telur. Bentuk dasar dari egg white powder ini merupakan putih telur
yang sudah tidak mengandung air. Proses pembuatan egg white powder
adalah pertama kali dilakukan pemisahan putih telur dari kulit telur dan
kuning telur, lalu lakukan penyaringan, dan dibebas hamakan
(pasteurisasi) dan dikeringkan dengan proses dry spay. Tepung ini
-
32
berwarna putih dan cenderung cream, serta memiliki moisture sebesar
maksimal 8% dan pH antara 6-8.5 (Citra Nata Pramana). Untuk
penyimpanannya, egg white powder harus ditempatkan di tempat yang
kering dan tidak lembab. (Niken Wulandari, 2013:86)
3. Aroma
Berfungsi untuk member karakter pada cookies. Biasanya aroma dibuat
dari bahan dasar buah, bunga, rempah, daun bumbu dan bentuk aslinya
atau sudah diproses dalam bentuk ekstrak, esens, pasta, air suling, wine,
liquers/liquor. Berdasarkan bentuknya aroma dibagi atas beberapa yaitu
(Rinto Habsari, 2012:15)
1. Bentuk asli
yaitu aroma dari buah, biji buah atau bunga. Antara lain biji buah
vanilli, kelompok buah citrus yang dipakai kulit arinya yang
dipotong tipis dan air buahnya. Selain itu aroma juga dapat
diperoleh dari biji kopi, teh dan rempah seperti kayu manis, fuli
(bunga pala), biji pala bubuk, cengkih dan daun bumbu seperti
oregano, basil, rosemary, mint.
2. Ekstrak
Yaitu aroma yang merupakan konsentrat rasa dari buah atau
tanaman lain yang dicairkan dengan alkohol. Misalnya ekstrak
vanili, mint, almond.
3. Essens
-
33
Adalah aroma yang dihasilkan dari distilasi dengan penguapan dari
buah, rempah atau tumbuhan. Esens biasanya berupa serbuk kecil.
4. Pasta
Lebih ringan dibandingan esens. Dan digunakan untuk member
aroma, rasa, dan warna pada cookies.
Gambar 2.9 Vanilla Essens
Pada pembuatan macaron ini penulis menggunakan vanilla essens untuk
menambah cita rasa pada kulit macaron sehingga timbul aroma yang
sedap. Vanilla essens yang dipakai adalah vanilla esens yang berbentuk
bubuk dan berwarna putih.
4. Pewarna Makanan
Pada Penelitian ini, penulis akan membuat dua buah macaron yaitu
macaron dengan pewarna buatan (berbentuk pasta) dan juga pewarna
alami dari kulit buah naga merah. Kulit buah naga merah yang dijadikan
sebagai pewarna alami adalah kulit buah naga merah yang sudah diolah.
5. Ganache
-
34
Gambar 2.10 Ganache
Filling macaron yang digunakan oleh penulis adalah ganache dimana
ganache merupakan salah satu filling pada macaron yang terbuat dari
dark cooking chocolate yang dilelehkan, whip cream dan butter. Ketiga
bahan tersebut dicampur dengan rata dan setelah itu disimpan dalam
jangka waktu 30 menit, agar struktur ganache lebih kaku atau padat
sehingga bisa digabungkan dengan dua buah shell macaron.
2.4.6 Alat yang Digunakan Dalam Pembuatan Macaron
Selain bahan-bahan pembuatan macaron yang telah dibabarkan
diatas, dalam pembuatan macaron, alat juga sangat berperan penting.
Maka dari itu berikut akan dijabarkan alat-alat yang digunakan penulis
dalam pembuatan macaron.
Tabel 2.7 Alat yang digunakan dalam pembuatan macaron
No Nama Alat Jumlah Kegunaan
1. Food Procesor (Merek : Nasional)
1 Menghaluskan tepung almond dan icing sugar
2. Hand Mixer (Merek : Nasional)
1 Mengocok putih telur, gula kastor
dan pewarna makanan
3. Loyang Datar (Ketebalan 1mm, ukuran 45cmx25cm)
2 Sebagai alas kedua adonan macaron pada saat pemanggangan
4. Silicon Paper (ukuran 40 cm 2 Sebagai alas pertama adonan
-
35
x 20 cm) macaron pada saat pemanggagan 5. Oven Gas ( Suhu yang
digunakan 120-130 derajat Celcius)
1 Memanggang adonan macaron
6. Saringan Halus (diameter 20 cm)
1 Menyaring campuran tepung almond dan icing sugar yang telah dihaluskan
7. Spatula Plastik 2 Mengaduk/Mencampur adonan macaron
8. Mangkuk Kerja stainless (Merek Zebra diameter 30 cm)
1 Mangkuk Stainles Sebagai wadah
untuk mencampur adonan tepung almond + icing sugar dengan adonan meringue
9. Mangkuk plastik sedang (diameter 20cm tidak bermerek)
1 Mangkuk Plastik Sedang Sebagai wadah untuk pengocokan meringue
10. Mangkuk plastik kecil (diameter 10 cm, tidak bermerek)
4 Mangkuk Plastik Kecil sebagai wadah menaruh bahan-bahan
11. Timbangan 1 Menimbang bahan-bahan adonan macaron
12. Piping Bag Plastik Besar 1 Menampung adonan yang sudah
jadi sehingga mudah dicetak ke Loyang yang sudah disediakan
13. Nozzle Stainles (diameter 0,5 cm)
1 Mencetak adonan macaron menjadi bentuk yang kita inginkan
14. Termometer Oven 1 Mengukur suhu oven
2.4.7 Tips and Trik Pembuatan Macaron
Dalam pembuatan Macaron diperlukan kesabaran, ketekunan dan
ketelitian dalam pembuatannya, bantyak sekali faktor yang mempengaruhi
Macaron tidak sempurna Berikut adalah beberapa hal yang harus
-
36
diperhatikan dalam menyiapkan dan membuat Macaron (Niken
Wulandari, 2013):
1. Perhatikan Cuaca
Sebelum memebuat macaron hal pertama yang harus penulis
perhatikan adalah cuaca. Indonesia merupakan salah satu negara
dengan tingkat kelembapan yang sangat tinggi. Macaron sangat susah
mengeluarkan kaki jika kelembapan udara sangat tingii. Waktu yang
paling cocok dalam pembuatan Macaron adalah pukul 12 siang hingga
pukul 6 sore (karena tingkat kelembapan rendah). Usahakan membuat
macaron di dalam ruangan yang dingin sehingga menghambat
kelembapan.
2. Penggunaan bahan dan alat yang kering kering
Setiap membuat macaron dibutuhkan bahan-bahan dan perlatan yang
dipakai dalam keadaaan kering. Jangan pakai dalam keadaan basah,
karena macaron adalah cookies yang sensitiv. Jika terkena sedikit saja
air/ditempatkan didaerah yang basah, macaron akan lembab dan tidak
mengeluarkan kaki.
3. Perhatikan beberapa bahan yang harus disiapkan terlebih dahulu
(minimal 24 jam)
Selain menyiapkan semua bahan dan alat dalam keadaan kering,
selanjutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang perlu dilakukan
perlakuan khusus, sebelum diabuat menjadi adonan macaron, yaitu
menyiapkan aging egg white dan menyangrai tepung almond dan
Mengayaknya hingga halus
-
37
4. Pengocokan Meringue
Dalam pengocokan meringue, teknik yang dipakai penulis adalah
menggunakan French Meringue karena metodenya jauh lebih mudah
dibandingkan metode meringue lainnya. Pada saat pengocokan
meringue ada beberapa hal yang harus diperhatikan juga seperti 3
menit sebelum pengocokan, egg white powder harus dicampurkan
kedalam putih telur, aduk dan diamkan. Setelah 3 menit baru dikocok
dengan kecepatan rendah selam 4 menit pertama, lalu tambahkan gula
kastor dan ubah dengan kecepatan sedang pada 4 menit kedua dan
selanjutnya adalah mengocok dalam kecepatan tinggi pada 4 menit
ketiga hingga meringue berubah menjadi thick peak.
5. Penambahan Pewarna Makanan
Penambahan pewarna makan yang dilakukan macaron juga tidak bisa
sembarangan. Pewarna makanan yang digunakan harus berbentuk
bubuk atau pasta. Karena jika digunakan pewarna makan yang
berbentuk cair, kegagalan dalam pembuatan macaron akan jauh lebih
tinggi, karena cairan bersifat basah dan macaron harus tetap kering.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pewarna alami dari kulit
buah naga dalam bentuk pasta begitu juga dengan pewarna buatan
dalam bentuk pasta.
6. Pemanasan Oven
Setiap oven memiliki ciri khasnya masing-masing, penulis pada saat
membuat macaron menggunakan oven gas dimana suhu
pemanggangan yang dipakai adalah 105 derajat celcius. Sebelum
-
38
digunakan untuk memanggang macaron, oven harus dipanaskan
terlebih dahulu, agar suhu oven merata, sehingga pemanggangan
macaron dapat terpanggang sempurna.
7. Penghentakan Loyang
Sebelum direst, ada baiknya kita menghentakkan loyang beberapa kali,
hal ini digunakan untuk mengeluarkan udara-udara pada adonan
macaron sehingga tidak terjadi penggopongan/hollow pada saat
pemanggangan macaron.
8. Pengistirahatan Adonan
Pengistirahatan adonan adalah hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan. Karena pada proses ini kulit macaron yang sudah dicetak
akan mengeras sehingga kuat dan mampu untuk dipanggang. Karena
jika dalam keadaan kulit macaron belum keras seperti cookies, dan
kita melakukan pemanggangan, bisa dipastika kaki macaron tidak
akan keluar dan permukaan macaron akan pecah.
9. Pengisian Filling
Pengisian filling juga harus diperhatikan, jika ingin membuat macaron
yang tahan lama, gunakan isian berupa ganache, karena ganache
memiliki struktur lebih kuat dibandingan dengan filling/isian lainnya.
10. Penyimpanan dan Penyajian
Dalam menyimpan macaron yang tidak berfiling juga harus disimpan
dalam toples dimana setiap satu lapisan macaron harus dialasi dengan
kertas minyak, hal ini berguna untuk menyerap minyak yang keluar
-
39
dari macaron. Kerta minyak ini dapat menyerap minyak yang ada
sehingga macaron lebih tahan lama. Dalam penyajianpun macaron
tidak bisa langsung dinikmati pada saat setelah dipanggang, karena
struktur dan tekstur macaron belum chewy/kenyal, sehingga perlu
didiamkan didalam kulkas selama 24 jam, dan baru bisa dinikmati.
2.4.8 Proses Pembuatan Macaron dengan Pewarna Alami Kulit Buah
Naga dan Pewarna Buatan
Dalam penelitian ini, penulis membuat dua buah Macaron, yaitu Macaron dengan pewarna merah alami dan pewarna buatan :
Persiapan Bahan Macaron Bahan A (Pewarna Alami Kulit Buah
Naga Merah ) Bahan B (Pewarna Buatan) Bahan A :
5. 125 gram icing sugar 6. 90 gram tepung almond 7. Vanilla essens 8. Garam
Bahan A : 9. 125 gram icing sugar 10. 90 gram tepung almond 11. Vanilla essens 12. Garam
Bahan B : 75 gram putih telur 5 gram egg white powder
Bahan B : 75 gram putih telur 5 gram egg white powder
Bahan C : 40 gram gula kastor 5 gram pewarna alami kulit
buah naga merah
Baham C : 40 gram gula kastor 2 gram pewarna buatan
Pencampuran Bahan A Pencampuran/ Pengocokan Bahan B
Pencampuran Bahan A dan Bahan BC
Pencetakan Macaron
Pencampuran Bahan B dan Bahan C
-
40
Pengistirahatan Macaron
Pemanggangan Macaron
Pendinginan dan Pengisian Filling Macaron
Penyimpanan dan Penyajian Macaron
Macaron A Macaron B
Gambar 2.11 Skema Pembuatan Macaron
Berikut akan dibabarkan proses pembuatannya, mulai dari
persiapan hingga tahap penyajian :
1. Persiapan Bahan Macaron
Gambar 2.12 Bahan dan Alat Pembuatan Macaron
Proses persiapan adalah tahap pertama yang harus dilakukan penulis
sebelum membuat macaron. Proses persiapan berhubungan dengan
bahan dan alat yang akan digunakan baik secara kualitas maupun
kuantitas untuk mendapatkan macaron yang bagus. Selain harus
menggunakan bahan yang dalam keadaan yang baik, bahan-bahan
tersebut harus ditimbang sesuai dengan resep. Berikut beberapa
persiapan yang harus dilakukan, yaitu :
-
41
a. Menimbang Bahan
Timbanglah bahan-bahan yang digunakan secara benar dan akurat
seperti tepung almond, icing sugar, gula kastor, putih telur, vanili
essens, garam, egg white powder dan pewarna makanan.
b. Menyiapkan Aged White Egg Siapkan Aged Egg White yaitu putih telur yang sudah kita pisahkan
dengan kuning telur, lalu diamkan di suhu ruangan selama minimal 24
jam. Paling baik selama 2 hari agar albumin yang tekandung dalam
putih telur akan pecah setelah adanya kontak udara, sehingga meringue
akan lebih stabil dan cepat terbentuk ketika dikocok. (Niken
Wulandari, 2013:100)
c. Menyiaplan Almond Powder/Tepung Almond
Keringkan tepung almond yang ingin digunakan terlebih dahulu. Hal
ini berguna untuk agar kaki macaron dapat terbentuk pada saat
dipanggang dan permukaan kulit macaron dapat mulus.Pengeringan
almond powder dapat dilakukan dengan disangrai atau dioven selama
10 menit hingga tepung almond kering, lalu diamkan hingga almond
tersebut benar-benar dingin (jangan gunakan dalam keadaaan masih
panas/hangat).
d. Menyiapkan Icing Sugar, Kastor Sugar, Egg White Powder,
Garam, Vanilla Essens dan Pewarna Makanan.
Siapkan bahan dasar dan bahan pendukung lainnya, pastikan icing
sugar yang digunakan merupakan murni icing sugar, sedangkan untuk
gula kastor, gunakan gula kastor yang memiliki bulir kecil.
-
42
Selanjutnya siapkan egg white powder, garam, vanilla essens dan
pewarna makanan yang digunakan.
2. Pembuatan Macaron
a. Proses Pencampuran Bahan A
Campurkan tepung almond, icing sugar, garam dan vanilla essens
dan aduk hingga rata
Gambar 2.13 Proses Pencampuran Bahan A
Setelah dicampur dengan rata, gilinglah bahan kering tersebut
menggunakan food processor agar bahan kering tersebut lebih halus
dan memiliki teksturnya yang kecil. Gilinglah sedikit demi sedikit
agar tidak terjadi penggumpalan pada saat penggilingan. Jika sudah
digiling, ayaklah bahan A agar didapatkan adonan bahan A yang halus
-
43
dan memiliki tekstur kecil. Simpan di sebuah bowl/mangkuk stainless
yang bersih, sisihkan.
b. Pencampuran Bahan B
Sebelum melakukan pengocokan putih telur dan gula kastor, ada
baiknya menyiapkan putih telurnya terelebih dahulu dengan cara
menambahak egg white powder ke dalam putih telur dan diamkan 3
menit.
Gambar 2.14 Proses Pencampuran Bahan B
c. Pencampuran Bahan B dan Bahan C (Bahan BC)
Setelah 3 menit, kocoklah adonan putih telur tersebut hingga berbusa
dalam kecepatan kecil (4 menit pertama) , lalu tambahkan gula kastor
sedikit demi sedikit dan kocok merata dalam kecepatan sedang (4
menit kedua), setelah meringue sudah soft peak, ubah kecepatan mixer
menjadi kecepatan tinggi hingga thick peak (4 menit ketiga).
-
44
Gambar 2.15 Proses Pengocokan Putih Telur
Setelah meringue telah thick peak, campurkan pewarna makanan lalu
aduk dengan mixer hingga tercampur rata pada adonan meringue.
Gambar 2.16 Proses Penambahan Pewarna Makanan
d. Pencampuran Bahan A dan Bahan BC
Selanjutnya, pindahkan meringue yang telah tercampur dengan
pewarna makanan ke dalam wadah yang berisikan bahan A (tepung
almond, icing sugar, garam dan vanilla essens). Aduk adonan
meringue (Bahan BC) ini kedalam tepung-tepungan dengan cara
membelah-belah meringue dan menyiramkan tepung-tepungan sambil
wadah diputar-putar dan membalikan adonan dengan hati-hati.
-
45
Gambar 2.17 Proses Pengadukan Adonan A dan Adonan BC
Lakukan gerakan aduk balik dan hindari gerakan yang bersifat
mengempiskan adonan ini. jika adonan sudah menjadi homogen,
kempiskan adonan dengan spatula, aduk kembali, campur lagi
sehingga tercampur rata. Kemudian diurai seperti pita lebar. Jika
adonan sudah bisa diurai atau mengalir (tidak boleh terlalu encer atau
cepat alirannya jika wadah dimiringkan), hentikan adukan.
Gambar 2.18 Proses Pengempisan Adonan
Sebelum dicetak, adonan yang telah tercampur rata akan dimasukkan
kedalam kantung spuit/ piping bag yang sudah dilengkapi dengan
spuit/nozzle diameter 0.5cm. Lalu, semprotkan adonan ke Loyang yang
sudah dilengkapi silicon paper dan pola dengan satu gerakan tanpa
memutar. Jangan lakukan gerakan seperti membuat mawar pada hiasan
-
46
cupcake, karena akan membentuk puncak/ kuncung di ujung kubah/kulit
dan juga gerakan memutar akan menciptakan terbentuknya kantong udara
dalam macaron.
Gambar 2.19 Proses Pencetakan Macaron
Setelah pencetakan adonan selesai, selanjutnya adalah menghentakan
dasar loyang adonan sampai timbul pori-pori yang kemudian akan rata
kembali, jika perlu bisa dihempaskan ke lantai. Hal ini berguna untuk
menghindari penggopongan atau timbulnya hollow pada adonan macaron.
3. Pengistirahatan Macaron
Gambar 2.20 Pengistirahatan Macaron
Setelah tahap pencetakan macaron, tahap selanjutnya pengistirahatan atau
rest adonan macaron selama 1-1,5 jam. Hal ini berguna untuk
mengeringkan kulit macaron sehingga pada saat macaron dipanggang
akan keluar kaki macaron. Untuk mengetahui kulit macaron sudah
-
47
kering adalah dengan cara menyentuh kulit macaron. Jika sudah terasa ada
kulit keras yang terbentuk, seperti kita menyentuh kue kering berarti
macaron siap dipanggang.
4. Pemanggangan Macaron
Gambar 2.21 Pemanggangan Macaron
Panaskan oven terlebih dahulu di suhu 105 derajat C (penulis
mengggunakan oven gas) selama 15 menit pertama, agar panas pada oven
merata. Setelah itu naikan suhu menjadi 175 derajat C dan pangganglah
macaron selama 9 menit. Jika panas tidak merata pada oven, Loyang dapat
diputar 180 derajat pada 10 menit pertama. Atau Loyang dapat dialaskan
Loyang lainnya sehingga panas tidak langsung menuju kedalam Loyang
yang berisi adonan macaron. Selain itu juga dapat dilakukan pembukaan
pintu oven, agar suhu panas bisa turun sehingga warna macaron bagus dan
kaki macaron bisa keluar.
5. Pendinginan Macaron dan Pengisian Filling Macaron
Setelah proses pemanggangan, angkatlah macaron yang sudah matang dan
tunggu hingga dingin. Lalu lepaskan macaron dari silicon paper.
Selanjutnya adalah proses pengisian filling, filling yang dipakai penulis
adalah chocolate ganache. Rekatkan 2 buah macaron dengan
menggunakan filling chocolate ganache ditengahnya.
-
48
6. Penyimpanan dan Penyajian
Selanjutnya jika macaron sudah diisikan filling, maka proses selanjutnya
adalah penyimpanan. Penyimpanan macaron yang sudah berisikan filling
dapat disimpan di kulkas dan dapat bertahan selama 1 minggu. Macaron
tidak dapat disajikan sesaat setelah dipanggang, karena tekturnya masih
keras, maka disarankan untuk menyajikan macaron yang enak adalah
setelah sudah berada di dalam kulkas selama minimal 1 hari. Jika begitu
macaron akan siap disajikan dengan tekstur yamg enak dan lembut.
Gambar 2.22 Hasil Jadi Macaron Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga
Merah
-
49
2.5 Kerangka Pemikiran Berikut adalah diagram kerangka pemikiran yang dilakukan oleh penulis :
Pewarna Makanan Pewarna Alami Pewarna Buatan
Kulit Buah Naga Kelebihan Kekurangan
Mempunyai zat pewarna asli
Mudah didapatkan di pasaran
Memiliki banyak manfaat dan vitamin
Kulit buah naga cepat membusuk
Memiliki getah Jika terlalu lama
diolah, kulit buah naga dapat menjadi keras
Pengolahan Kulit Buah Naga Merah
Macaron Aroma : Harum
Rasa : Manis Warna : Merah Bentuk : Bulat
Tekstur : Renyah dan Chewy
Penelitian Eksperimental Utama : Proses Pembuatan Macaron dengan Pewarna Macaron A (Pewarna Buatan) Macaron B (Pewarna Alami)
-
50
Hasil Jadi Macaron Hasil Jadi Macaron A Hasil Jadi Macaron B
Uji Organoleptik (Uji Kesukaan) Hasil Jadi Macaron Menggunakan Pewarna Buatan dan Pewarna Alami dari Kulit Buah Naga (Kuesioner)
Paired Sample T-Test dan Analisis Deskriptif (Mean)
Macaron Pewarna Merah Alami Kulit Buah Naga Diterima oleh Masyarakat
Gambar 2.23 Skema Kerangka Berfikir