2012-2-00838-hm bab2001

Upload: lina-aniela

Post on 18-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pewarna Makanan

    Dewasa kini, penggunaan pewarna makanan dalam produksi

    makanan sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan sudah menjadi sebuah

    kebutuhan dimana pewarna makanan ditambahkan guna untuk

    memperkuat warna asli suatu produk makanan Jika dipilah berdasarkan

    sumber pembuatannya, pewarna makanan dibedakan menjadi pewarna

    alami dan pewarna buatan (M. Alaudin, Nuni Widiarti, 2010:1).

    Sebenarnya pada dahulu kala, pewarna makanan yang sering digunakan

    adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuhan dan buah-buahan.

    Namun dengan seiring berkembangnya jaman dan dengan alasan

    kemudahan/kepraktisan, pada akhirnya pewarna alami mulai digantikan

    keberadaannya dengan pewarna buatan yang berasal dari proses kimia

    (Setijo Pitojo, 2009 : 19) .

    2.1.1 Pewarna Alami

    Pewarna alami atau yang biasa dikenal pewarna nabati adalah

    pewarna yang diperoleh dari ekstrak pigmen tumbuhan dan buah-buahan

    yang dimana aman dan tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi

    penggunanya maupun bagi kesehatan lingkungan (Setijo Petijo, 2009:20).

    Untuk memperoleh pewarna alami dari tumbuhan dan buah,

    masyarakat dapat melakukan beberapa cara seperti ekstraksi, fermentas

  • 10

    perebusan dan proses kimiawi (Setijo Petijo, 2009:30). Namun untuk

    industri rumah tangga banyak digunakan cara ekstraksi dan perebusan

    (dimana dapat dilakukan dengan cara melarutkannya dengan larutan air).

    Selain itu tumbuhan dan buah yang ingin dijadikan pewarna alami dapat

    juga dibuat dengan cara pengeringan dan mengolahnya menjadi bubuk

    sehingga mudah diaplikasikan ke berbagai produk makanan (dr. Indah SY

    & Bagus Supriyanto, S.KM, 2013:6).

    Walaupun pewarna alami aman bagi kesehatan, namun ternyata

    pewarna ini masih sangat jarang digunakan karena dalam praktiknya

    penggunaan pewarna alami pada makanan dihadapkan pada beberapa

    kelemahan, yaitu (Setijo Petijo, 2009:33) :

    a. Bahan Baku Pewarna Berjumlah Banyak

    Jika ingin mendapatkan pewarna alami dalam jumlah yang banyak

    diperlukan juga bahan baku yang banyak.

    b. Hasil Biasanya Tidak Eksak

    Hasil yang diperoleh dari pewarna alami akan sangat bervariasi dan

    beragam atau tidak konsisten (kurang stabil).

    c. Peka terhadap pemanasan

    Proses pemanasan berpengaruh pada warna bahan pangan karena

    adanya

    perubahan sifat fisika dan kimia pangan.

    d. Peka terhadap Keasaman Larutan

    Ada beberapa pewarna alami yang dapat terpengaruh dengan kondisi

    keasaman larutan sehingga mempengaruhi hasil warna yang ada.

  • 11

    e. Kurang Ekonomis

    Bahan baku pewarna alami biasanya memiliki harga yang lebih

    mahal dibandingkan pewarna buatan.

    2.1.2 Pewarna Buatan

    Pewarna buatan atau pewarna sintetik adalah pewarna yang terjadi

    dan dibuat berdasarkan atas penggabungan senyawa kimia. Penggunaan

    pewarna buatan sangat diminati karena pewarna ini jauh lebih praktis

    dalam berbagi segi dibandingkan dengan pewarna alami misalnya seperti,

    lebih mudah didapat atau dibeli, mudah digunakan, hasil terukur dan

    residunya mudah diketahui pada makanan yang ditambahkan pewarna

    makanan (Setijo Petijo, 2009:12).

    Namun akhir-akhir ini isu kesehatan dan penyalahgunaan pewarna

    buatan (penggunaan pewarna yang dilarang pemerintah) mulai menjadi

    topik penting didalam masyarakat, dimana penggunaan pewarna buatan

    menjadi hal yang kontroversial di masyarakat karena dapat memicu

    masalah kesehatan dan timbulnya berbagai penyakit, terutama pada anak-

    anak dimana pada kelompok ini sangat rentan penyakit. (Sahar,2012:87).

    Bahkan pemerintah telah menerbitkan larangan pemanfaatan pewarna

    buatan tertentu yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia Nomor 235/Menkes/Per/VI/79, tanggal 19 Juni 1979 (Setijo

    Petijo, 2012:13). Dapat dilihat ada beberapa pewarna buatan yang

    dilarang oleh pemerintah

  • 12

    Tabel 2.1 Pewarna Buatan yang dilarang BPOM

    Auramine (C I Basic Yellow 2) Menthanil Yellow (Ext D and N Yellow 1) Alkanet Oil Orange SS

    Butter Yellow (C I Solvent Yellow 2) Oil Orange XO Black 7984 (Food Black 2) Oil Yellow AB

    Burn Umber (Pigmen Brown 7) Oil Yellow OB Ghrysodine ( C I Basic Orange 2) Orange G (C I Food Orange 4) Chrysoine S ( C I Food Yellow 2) Orange GCN (C I Food Orange 2)

    Citrus Red No. 2 Orange RN (Food Orange 1) Chocolate Brown FB (Food Brown 2) Orchild and Orchein

    Fast Red E (C I Food Red 4) Poncheau 3 R Fast Yellow AB (C I Food Yellow 2) Poncheau SX Guena Green B (C I Acid Green 3) Poncheau 5 R

    Rhodamin B Indan Therene Blue RS (C I Food Blue 4) Magenta (C I Basic Violet 14) Sudan L

    Banyak masyarakat yang mulai khawatir dan ragu dengan

    keamanan makanan tersebut, maka kejayaan dari pewarna buatan mulai

    meredup dan masyarakat berlomba-lomba untuk mencari alternative

    pewarna makanan dari bahan alami.

    2.1.3 Perbedaaan Pewarna Alami dan Pewarna Buatan

    Berikut adalah perbedaaan antara pewarna alami dan pewarna buatan :

    Tabel 2.2 Perbedaan Pewarna Alami dan Pewarna Buatan

    Pewarna Alami Pewarna Buatan

    Aman jika dikonsumsi secara terus menerus

    Berbahaya jika dikonsumsi secara terus menerus

    Warna yang dihasilkan tidak stabil, kadang terpengaruh akan tingkat keasaman

    Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warnya tinggi, lebih tahan lama.

    Untuk mendapatkan warna yang bagus, dibutuhkan banyak sekali bahan pewarna

    Praktis dan ekonomis, hanya memerlukan sedikit pewarna

    Keanekaragaman warnanya terbatas Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam

    Tingkat keseragaman warna kurang baik

    Memiliki tingkat keseragaman warna yang baik

    Kadang memberikan aroma dan rasa yang kurang kuat dan menganggu (karena berasal dari makhluk hidup)

    Memberikan aroma dan rasa yang tidak menganggu

  • 13

    2.2 Buah Naga

    Buah Naga atau yang dikenal juga dengan nama dragon fruit

    merupakan salah satu buah yang mulai banyak dikonsumsi masyarakat di

    dunia, khususnya di Indonesia. Asal usul dikenalnya buah naga terjadi

    pada tahun 1870, saat tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke

    Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang China

    buahnya dianggap membawa berkah bagi mereka. Oleh sebab itu, buah ini

    selalu diletakkan diantara dua ekor patung naga yang berwarna hijau diatas

    meja altar pemujaan. Warna merah pada buah naga ini menjadi sangat

    mencolok dan kontras diatara dua patung naga yang memiliki warna hijau

    (Dea Emayanti, 2012:34)

    Dari kebiasaaan inilah buah ini di kalangan orang Vietnam yang

    sangat terpengaruh budaya China dikenal sebagai thang loy. Thang loy

    oleh orang Vietnam ini kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain

    yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga) (dr. Indah SY &

    Bagus Supriyanto, S.KM, 2013:32). Selain itu, sulur-sulur yang ada pada

    kulit buah naga sekilas mengingatkan kita pada lidah atau sisik naga,

    karena itu menambah pencitraan bahwa buah ini dimanakan buah naga.

    (Hindah Muaris, 2012:5)

    Asal buah naga adalah dari Amerika Latin, lalu menyebar ke Israel,

    Australia, China dan negra Asia Timur lainnya salah satu adalah

    Indonesia. Di Amerika latin, buah naga dikenal dengan nama phitahaya,

    orang Inggris menyebutnya pitaya, sedangkan di Vietnam dikenal dengan

  • 14

    nama thang long, Sementara di orang China menyebutnya hu long gu atau

    long zhu gu. (Hindah Muaris, 2012:5)

    2.2.1 Klarifikasi Buah Naga

    Karena buah naga memiliki nama yang berbeda-beda di setiap

    negara, maka untuk memudahkan ada tata nama ilmiah yang diakui secara

    internasional terhadap buah naga, yakni :

    Tabel 2.3 Nama Ilmiah Buah Naga (Hindah Muaris, 2012:5)

    Kingdom Plantae Sub Kingdom Trachcobionta Super Division Spermatophyta

    Division Magnoliphya Kelas Mangnoliopsida Ordo Caryophyllales

    Famili Cactaceae Sub Famili Cactoideae

    Suku Hylocereae Genus Hylocereus

    Spesies Hylocereus spp.

    Berdasarkan warna dagingnya buah naga dibedakan menjadi 4

    jenis yaitu, Hylocereus Undatus (kulitnya berwarna merah, dagingya

    berwarna putih), Hylocereus Polyrhizus (kulitnya berwarna merah,

    dagingnya berwarna merah cerah), Selenicereus megalanthus (kulitnya

    berwarna kuning, dagingnya berwarna putih), dan Hylocereus

    Costaricensis (kulitnya berwarna merah, dagingnya berwarna merah tua)

    (Hindah Muaris, 2012:6). Pada penelitian ini, penulis menggunakan buah

    naga merah yaitu Hylocereus Polyrhizus yang dimana memiliki kulit buah

    yang berwarna merah sehingga sangat cocok diolah menjadi pewarna

  • 15

    alami dengan cara praktik dan dapat diterapkan dalam industri rumah

    tangga.

    2.2.2 Manfaat Buah Naga

    Buah Naga memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi masyarakat

    Hal ini dikarenakan buah naga sendiri memiliki berbagai kandungan gizi

    yang berguna bagi metabolisme tubuh seperti vitamin C, kalsium, fosfor

    dan serat (Hindah Muaris, 2012:6). Menurut data Badan Litbang Pertanian

    Republik Indonesia, serat pada buah naga (0,7-0,9gram per 100 gram)

    dapat menurunkan kadar kolesterol dan berguna dalam sistem pencernaan

    (mempersingkat transit time), penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi

    ginjal dan tulang, serta meningkatkan kinerja otak (Hindah Muaris, 2012:6) Tabel 2.4 Kandungan gizi pada 100 gram Buah Naga

    Kandungan Gizi Secara Lengkap per 100 gram Buah Naga

    Kandungan Hylocereus Undatus Hylocereus Polyrhizus

    Selenicereus Megalanthus

    Air (g) Protein (g) Lemak (g) 0,1 Serat kasar (g) Abu (g) Kalsium (kg) Fosfor (mg) Besi (mg) 0,4 Karoten (mg) Thiamin (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg) Brix Nilai pH

    89,4 0,5

    0,21-0,61 0,3 0,5 6,0

    19,0 0,55-0,65

    -

    -

    0,2 25,0

    11-19 4,7-5,1

    82,5-83,0 0,16-0,23

    0,1 0,70-0,90 0,28-0,4

    6,30-0,80 30,2-36,1

    0,3 Sangat sedikit Sangat sedikit

    1,29-1,30 8,00-9,00

    Tidak diketahui Tidak diketahui

    85,4 0,4 -

    0,5 -

    10,0 16,0

    -

    -

    -

    0,2 4,0

    Tidak diketahui Tidak diketahui

  • 16

    Selain itu buah naga juga terkenal sebagai salah satu sumber

    betakaroten yang merupakan provitamin A, di dalam tubuh akan diubah

    menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam proses penglihatan,

    reproduksi dan proses metabolisme lainnya. Betakaroten juga merupakan

    jenis antioksidan yang dapat berperan penting dalam mengurangi

    konsentrasi radikal peroksil, sebagai unsur pencengah kanker, khusunya

    kanker kulit dan kanker paru-paru. Buah naga juga mengandung vitamin B

    kompleks yang diperlukan oleh tubuh (Hindah Muaris, 2012:7)

    2.3 Kulit Buah Naga Merah

    Sekarang, kebanyakan orang hanya mengkonsumsi buah hanya

    memakan dagingnya saja, kulit buah akan disingkirkan karena dianggap

    tidak berguna. Padahal ada beberapa buah yang kulitnya sangat baik bagi

    kesehatan (dr. Indah SY & Bagus Supriyanto, S. KM, 2013: 2). Salah

    satunya adalah kulit buah naga. Kulit buah naga yang merah merupakan

    salah satu limbah makanan yang dapat dimanfaatkan menjadi pewarna

    alami (dr. Indah SY & Bagus Supriyanto, S.KM, 2013:32).

    Kulit buah naga yang berkisar 30-35% dari total keseluruhan berat

    buah naga ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

    dagingya. Kulit buah naga yang dipakai oleh penulis adalah kulit buah

    naga merah.

    Menurut penelitian Nurliyana dkk, didapatkan bahwa kulit buah

    naga merah mengandung antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan

    daging buah naga. Dari hasil penelitiannya ditunjukan bahwa kandungan

    phenolic yang terdapat pada kulit buah naga merah sebesar 28,16 mg/100

  • 17

    gr, sedangkan kandungan phenolic pada daging buah naga merah hanya

    sebesar 19,72 mg/100 gr (Nurliyanah, 2009:370).

    Selain memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, kulit buah

    naga merah juga mengandung pigmen warna tumbuhan yang disebut

    dengan antosianin (pigmen tumbuhan merah-biru-ungu) (Prima Astuti dan

    Asri Rahmawati, 2012:19)

    Kulit buah naga merah sangat mudah didapatkan dan mudah diolah

    karena memiliki struktur yang lunak, sehingga mudah dipotong dan tidak

    memerlukan waktu yang lama dalam proses pengolahnnya dan juga dapat

    diolah di rumah masing-masing.

    2.3.1 Kandungan Antosianin pada Kulit Buah Naga Merah

    Antosianin merupakan salah satu pigmen berwarna merah-biru-

    ungu yang terdapat pada bunga, buah atau bagian tanaman yang berwarna

    merah, biru, violet. Zat ini merupakan salah satu senyawa flavonoid yang

    dimana senyawa ini memiliki sifat larut dalam air (Setijo Petijo, 2012:51)

    Kestabilan dari zat antosianin ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

    pH, temperature (suhu) dan jenis pelarut. (Seafast Center, 2012:23)

    Antosianin memiliki bentuk yang stabil dan paling berwarna pada

    saat berada di pH yang rendah atau pH yang asam. Misalnya pada pH 1,

    antosianin lebih stabil dan berwarna merah dibandingkan dengan pH 4,5

    yang cenderung tidak berwarna (Hayati, E.K, 2012:138). Dalam suasana

    asam, antosianin berwarna merah-oranye sedangkan dalam suasana basa

    antosianin berwarna biru-ungu atau kadang-kadang kuning. Perubahan

    warna tersebut terjadi karena perubahan struktur molekul antosianin akibat

  • 18

    pengaruh pH (Tri Eko, 2008:11). Oleh karena itu pigmen ini banyak

    digunakan untuk produk seperti minuman ringan, manisan, saus, makanan

    kalengan, dan yogurt yang bersifat asam (Seafast Center, 2012:24)

    Temperatur/ Suhu juga dapat mempegaruhi kestabilan dari pigmen

    antosianin ini, perlakuan pemanasan yang berlebihan akan membuat

    bentuk antosianin cenderung tidak berwarna. (Seafast Center, 2012: 26)

    Sedangkan untuk jenis pelarut juga mempengaruhi kestabilan dari

    antosianin. Sifat antosianin yang hidrofilik (zat yang mudah larut dalam

    air) menyebabkan zat ini sering diekstrak menggunakan air dan alkohol .

    Diketahui bahwa pelarut alkohol lebih memberikan warna yang cerah

    dibandingakn dengan pelarut air. (Seafast Center 2012:28). Namun

    alkohol sangat jarang sekali dipakai di industry rumah tangga, untuk

    menggantikannya dapat digunakan air.

    2.3.2 Bahan yang Digunakan dalam Pengolahan Kulit Buah Naga Merah

    Sebelum dilakukannya proses pengolahan, berikut akan dijabarkan

    bahan-bahan pengolahan kulit buah naga merah

    a. Kulit Buah Naga Merah

    Bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan pewarna alami ini

    adalah kulit buah naga merah yang memiliki kulit yang bersih, tidak

    memiliki bercak, terhindar dari jamur dan memiliki kulit yang

    berwarna merah keunguan. Sebelum digunakan, sebaiknya lakukan

    pencucian terlebih dahulu agar selain terhindar dari kotoran, pencucian

    ini juga bersifat menghilangkan pestisida pada kulit buah naga merah.

    Pada penelitian ini, penulis membeli buah naga merah di salah toko

  • 19

    buah di Rawa Belong, Bekasi Timur dimana memiliki berat sebesar

    574 gram. Sedangkan kulitnya memiliki berat 110 gram.

    b. Larutan (Air)

    Untuk mempermudah penghalusan kulit buah naga merah, maka

    diperlukan larutan. Larutan yang digunakan adalah air mineral

    sebanyak 50 ml. Air ini akan dicampur pada kulit buah naga merah

    yang sudah diiris tipis dan siap di blender.

    2.3.3 Alat yang Digunakan dalam Pengolahan Kulit Buah Naga Merah

    Berikut disajikan alat-alat yang digunakan dalam Pengolahan Kulit

    Buah Naga Merah :

    Tabel 2.5 Alat yang digunakan dalam pengolahan kulit buah naga merah

    No Nama Alat Jumlah Kegunaan

    1. Pisau Kecil (Merek : Victory) 1 Memotong sisik buah naga, Mengupas dan Memisahkan daging buah naga merah dan kulit buah naga merah,

    Mengiris tipis kulit buah naga merah

    2. Blender (Merek : Nasional) 1 Menghaluskan kulit buah naga 3. Sendok 1 Mengaduk kulit buah naga yang sudah

    dihaluskan

    4. Panci Anti lengket kecil 1 Wadah untuk proses pemanasan/perebusan (reduce)

    5. Spatula Kayu 1 Mengaduk kulit buah naga pada saat pemanasan/perebusan

    6. Mangkuk Plastik 1 Wadah untuk menampung kulit buah naga merah

  • 20

    2.3.4 Proses Pengolahan Kulit Buah Naga Merah menjadi Pewarna Alami

    Kulit buah naga merah mengandung pigmen antosianin dimana

    diketahui antosianin ini memiliki sifat hidrofolik yaitu mudah larut dalam

    air. Maka dari itu, pengolahan kulit buah naga merah yang dipakai oleh

    penulis menerapkan cara pembuatan selai agar didapatkan pewarna alami

    yang mudah diolah di industri rumah tangga dan praktis untuk diterapkan.

    Untuk mendapatkan pengolahan kulit buah naga merah yang baik, maka

    penulis menggunakan pelarut yang mudah digunakan oleh penulis yaitu

    sehingga dapat dihasilkan pewarna alami kulit buah naga merah yang

    berkualitas dan dapat diaplikasikan ke dalam macaron.

    Tabel 2.6 Proses Pembuatan Pewarna Alami Kulit Buah Naga Merah

    No Tahapan Proses Pembuatan Keterangan (Kulit Buah Naga Merah)

    1.

    Buah

    Bahan dasar buah yang digunakan dalam pembuatan kulit buah naga sebagai pewarna alami (berupa selai/pasta) tidak terlalu matang, buah terhindar dari jamur dan kotoran yang melekat pada kulit buah. Gunakan kotak untuk menampung buah tersebut agar tidak hancur.

    2. Pemeriksaan

    Pastikan buah yang dipakai memiliki kulit buah naga yang segar, matang dan tidak berjamur. Bahan baku (Kulit buah naga merah) yang tidak bagus akan menghasilkan kualitas produk yang buruk.

    3. Pencucian Cuci buah naga merah dengan air bersih yang mengalir, sehingga kandungan pestisida dan kotoran yang menempel pada kulit buah naga merah hilang.

    4. Pemilihan Pilihlah kulit buah naga yang memiliki warna yang sama. Bentuk dan ukuran tidak penting.

  • 21

    5. Pengupasan

    Pisahkan antara daging buah naga merah dan kulit buah naga merah menggunakan pisau stainless. Setelah itu potong kulit buah naga tersebut menjadi kecil agar mudah diolah, jika perlu, kulit buah naga yang sudah dipotong dapat dihaluskan menggunakan blender (agar didapatkan struktur yang lebih halus).

    6. Pencampuran Untuk mendapatkan hasil yang baik, kulit buah naga merah yang sudah halus ditambahkan pelarut berupa air / asam sitrat.

    7. Pemanasan

    Panaskan campuran kulit buah naga merah mencapai suhu 104 derajat Celcius dengan menggunakan panci stainless steel atau hingga total padat 68-70%. Cek suhu dan waktu perebusan agar warna kulit buah naga merah tidak terlalu gelap.

    8. Pendinginan Dinginkan di suhu ruangan atau dapat menggunakan botol pendingin.

    10. Pengisian dan Penyimpanan

    Gunakan botol kaca yang sudah disterilan sebelumnya (direbus dalam air pada suhu 100 derajat Celcius selam 5-10 menit). Masukkan kulit buah naga merah yang sudah dingin kedalam botol.

    11. Pelabelan Lakukan pelabelan agar diketahui masa penyimpanan kulit buah naga merah (tanggal, waktu dan nama produk) 12. Penyimpanan Simpan ditempat yang kering dan dingin (hindari sinar

    matahari)

    2.4 Macaron

    Gambar 2.1 Macaroon dan Macaron

  • 22

    Macaron dan Macaroon. Banyak sekali yang beranggapan bahwa

    Macaron dan Macaroon adalah 2 sebutan untuk satu jenis cookies.

    Padahal kedua sebutan itu berbeda. Seperti yang dilansir Shine, macaroon

    dan macaron sendiri sebenarnya memiliki arti harafiah yang sama. Baik

    macaroon maupun macaron berasal dari bahasa Italia, ammacarone yang

    berarti garing. Hanya artinya saja yang sama, sedangkan bentuk dan rasa

    sangat berbeda. (Niken Wulandari, 2013:17).

    Macaroon adalah cookie yang berasal dari Amerika yang

    menggunakan kelapa parut, putih telur dan gula yang biasanya dibentuk

    menyerupai pipa. Untuk menikmati macaroon, kadang orang

    mencelupkannya kedalam cokelat. Nama lain macaroon ini adalah

    congolais. Macaroon banyak disajikan pada saat perayaan paska karena

    bahannya yang tidak mengandung tepung (Niken Wulandari, 2013:19).

    Macaron adalah cookies yang berasal dar Italia yang kemudian

    dikembangkan di Perancis. Macaron terbuat dari tepung almond, putih

    telur dan gula pasir yang bagian tengahnya diisi dengan krim mentega atau

    krim buah. Macaron sangat renyah ketika digigit dan lembut ketika sudah

    berada di mulut (Niken Wulandari, 2013:19).

    2.4.1 Asal Usul Macaron

    Banyak sekali sumber yang membahas mengenai asal usul

    Macaron, hingga saat ini pun belum ada yang mengetahui asal usul

    macaron yang sebenarnya. Ada yang mengatakan bahwa macaron berasal

    dari bahasa Italia, diambil dari kata maccherone yang berarti fine dough

    (adonan yang halus). Adonan halus ini terbentuk saat mencampurkan

  • 23

    tepung almond dengan putih telur dan gula. Macaron pada awalnya

    berbentuk seperti biskuit amaretti, berupa satu keeping dengan krim

    diatasnya (Niken Wulandari, 2013:20).

    Asal usul macaron yang banyak berkembang dan ditulis beberapa

    sumber salah satu buku A-Z Macaron karangan Niken Wulandari

    mengatakan bahwa macaron dibawa oleh seorang chef yang pindah ke

    Perancis pada tahun 1533. Chef ini diajak pindah oleh majikannya

    seorang wanita bangsawan bernama Catherine de Medici, Istri Raja

    Perancis, King Henry II (Niken Wulandari, 2013:21)

    Menurut Anne E McBride cerita lain mengenai macaron terjadi di

    Nancy Kota di Perancis yang terkenal dengan macaronnya. Pada akhir

    abad ke-18, ada dua orang biarawati dari Biara Les Dames du Saint

    Sacrement yang dimana mereka tidak diperbolehkan untuk makan daging,

    mulai membuat macaron karena macaron sangat bernutrisi. Setelah biara

    mereka ditutup pada masa Revolusi Perancis, mereka akhirnya menjual

    macaron untuk bertahan hidup. Mereka pun terkenal dengan sebutan Les

    Soeurs Macaron (The Macaron Sisters) (Le Petits Macaron, 2011:11)

    Perkembangan pembuatan macaron mulai beranjak pesat seiiring

    dengan waktu. Salah satunya diciptakan oleh salah seorang chef Perancis

    bernama Pierre Desfontaines cucu dari Louis Ernest Laduree, pemilik

    pastry chef Laduree yang terkemuka. Pierre Desfontaines yang pertama

    kali memiliki ide brilian untuk memodifikasikan macaron tersebut dengan

    merekatkan dua keping biskuit macaron dengan isian seperti selai, vanilla,

    keju, coklat dan sebaginya. Karena atas ide cermelangnya itu, kemudian

  • 24

    macaron ini mendapatkan akreditasi dan pengakuan secara luas sebagai

    Macaron Art Master, dimana telah menciptakan macaron dengan cita rasa

    modern (Niken Wulandari,2013:21) .

    2.4.2 Macaron di Indonesia

    Perkembangan Macaron di Indonesia akhir-akhir ini berkembang

    dengan sangat pesat, karena selain memiliki ciri khas rasa yang unik, dia

    juga memiliki bentuk yang kecil dengan tekstur yang chewy/ kenyal.

    Macaron pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2002. Dan

    sejak itu cookies mungil ini mulai menggoda dengan berbagai warna yang

    dapat menarik perhatian orang.

    Bahkan menurut Philippe Bierdermann, Pastry Chef di Hotel Sari

    Pan Pacific Jakarta, macaron diperhatikan sebagi salah satu produk yang

    akan menjadi trend pada tahun-tahun berikutnya. Ini dikarenakan macaron

    memiliki aroma, rasa, bentuk, dan warna yang selalu membuat orang

    penasaran (Niken Wulandari, 2013:32).

    Sekarang ini banyak kita jumpai banyak toko kue yang mulai

    melirik usaha macaron ini dan menjualnya baik secara dalam toko ataupun

    secara online. Macaron menjadi salah satu produk yang laris dipasaran. Hal

    ini dibuktikan dengan banyaknya toko kue yang mulai menjual macaron

    sebagai main nya. Seperti Harvest, Bakerzin, Kempi Deli, dan Le

    Gourment.

  • 25

    Bisa dikatakan bahwa macaron sudah mulai diterima di masyarakat

    Indonesia sebagai salah satu cookies dengan berbagai warna dan varian

    rasa yang dapat dikonsumsi bersamaan dengan teh ataupun kopi. Selain itu

    bisa dijadikan oleh-oleh, hadiah ataupun kue ulangtahun..

    2.4.3 Teknik Pembuatan Macaron

    Secara umum ada 3 cara pembuatan berdasarkan teknik yang

    berkembang di negara asalnya, yaitu (Jose Marecal, 2011)

    a. French Meringue

    Teknik French Meringue ini menggunakan gula yang tidak dimasak

    (uncooked sugar). Dimana teknik ini lebih mudah dibandingkan teknik

    Italian Meringue karena tidak menggunakan gula yang harus

    dipanaskan dalam suhu tertentu (Jose Marechal, 2011:17). Caranya

    putih telur dikocok bersama gula hingga kaku dan mengkilat, lalu

    dicampur dengan adonan tepung almond (Niken Wulandari, 2013:41).

    b. Italian Meringue

    Teknik Italian Meringue menggunakan air gula yang sudah dimasak

    dengan air hingga mencapai suhu 110-115 derajat Celcius. Air gula

    yang sudah mencapai suhu tersebut (gunakan thermometer candy)

    akan dimasukkan kedalam adonan putih telur yang telah

    mengembang, hal ini dilakukan guna untuk mendapatkan meringue

    yang kuat tetapi masih lembut (Jose Marechal, 2011:22).

    c. Swiss Meringue

  • 26

    Teknik ini merupakan teknik yang paling rumit dan jarang digunakan

    oleh orang awam. Teknik ini adalah dengan meng-tim (au bain marie)

    putih telur dengan gula diatas panci dengan air mendidih sampai

    mencapai suhu 130 derajat Celcius (Kathryn Gordon & Anne E.

    Mcbride, 2011:51). Karena dengan putih telur yang matang, adonan

    yang dihasilkan akan lebih stabil, padat dan tidak mudah lumer dalam

    suhu ruangan (Niken Wulandari, 2013:42).

    2.4.4 Waktu Pemanggangan Macaron Berdasarkan Ukuran Shell Macaron

    Menurut Kathryn Gordon & Anne E. McBride, berdasarkan ukuran

    shell macaron, waktu pemanggangan macaron dibedakan menjadi

    beberapa jenis yaitu (Kathryn Gordon & Anne E. McBride, 2011: 39) :

    a. Minis (1/2 inch atau 1 cm) : 200 derajat F (105 derajat C) selama 15

    menit. Naikan suhunya menjadi 350 derajat F (175 derajat C) dan

    panggang selama 6 menit.

    b. Small (1 inch atau 3 cm) : 200 derajat F (105 derajat C) selama 15

    menit. Naikan suhunya menjadi 350 derajat F (175 derajat C) dan

    panggang selama 9 menit.

    c. Large (2 inchs atau 6 cm) : 200 derajat F (105 derajat C) selama 15

    menit. Naikan suhunya menjadi 350 derajat F (175 derajat derajat C)

    dan panggang selama 9 menit. Setelah itu, turunkan suhu oven menjadi

    300 derajat F (150 derajat C) dan panggang kembali selama 7 sampai 8

    menit.

  • 27

    2.4.5 Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Macaron 2.4.5.1 Bahan Dasar

    1. Tepung Almond/ Almond Bubuk

    Gambar 2.2 Tepung Almond Tepung almond adalah salah satu bahan dasar terpenting dalam pembuatan

    macaron. Tepung almond atau biasanya yang sering disebut dengan

    almond bubuk adalah jenis kacang-kacangan dengan kandungan minyak

    yang paling pas dalam pembuatan macaron ini. Bentuknya terdiri atas

    bulir-bulir kasar dengan warna sedikit kecoklatan (Niken Wulandari, 2013

    : 71).

    2. Gula

    Menurut Rinto Habsari gula dibagi atas beberapa jenis yaitu (Rinto

    Habsari, 2012:11)

    a. Gula Pasir

  • 28

    Gula pasir yang diproses dari tebu. Gula pasir bisa berbutir kasar

    atau berbutir halus (castor sugar), atau dalam bentuk bubuk (icing

    sugar)

    b. Brown Sugar

    Selain itu ada juga gula pasir yang berwarna kemerahan atau

    kecokelatan. Gula ini disebut brown sugar (dari gula pasir dan

    molasses; tersedia dalam dua varian, light and dark, semakin gelap

    warna gula makin kuat rasa molasses).

    c. Gula Tanjung

    Gula yang sering disebut juga dengan gula semut atau gula tanjung

    ini dapat memberi rasa manis yang kaya dengan aroma bakar yang

    unik.

    d. Gula Palem

    Gula Palem adalah gula yang diproses dari pohon palem.

    Gambar 2.3 Icing Sugar

    Pada Penelitian ini, penulis menggunakan icing sugar dan gula kastor.

    Fungsi icing sugar dalam pembuatan macaron ini adalah berguna untuk

    melarutkan bahan-bahan lainnya dengan cepat kedalam putih telur,

    sehingga dapat dihasilkan kulit macaron yang halus (Niken Wulandari,

    2013:74).

  • 29

    Gambar 2.4 Gula Kastor

    Sedangkan Castor Sugar adalah gula pasir berbutir kecil yang digunakan

    dalam pembentukan struktur meringue menjadi lebih stabil ketika

    digabungkan dengan air dan protein dari putih telur. Gul kastor juga dapat

    mengentalkan sehingga putih telur tidak cepat menyusut kembali setelah

    mengembang (Niken Wulandari, 2013:76).

    3. Telur

    Gambar 2.5 Spesifikasi Telur

    1. Eggshell 9. Germinal Disc (Inti)

    2. Outer Membran 10. Kuning Telur

    3. Inner Membran 11. Putih Telur

    4. Chalaza 12. Internal Albumen

    5. Exterior Albumen 13. Chalaza

  • 30

    6. Tengah Albumen 14. Sel Udara

    7. Vitelline Membran 15. Cuticula

    8. Inti dari Calo

    Bentuk telur adalah bulat dengan ujung lebih besar dari ujung yang

    lainnya. Telur memiliki simetri silinder sepanjang sumbu panjang. Sebuah

    telur dikelilingi oleh shell, tipis keras. Di dalam, kuning telur ditunda

    dalam putih telur dengan satu atau dua band spiral jaringan disebut

    chalazae (dari kata Yunani khalazi, yang berarti batu es atau benjolan

    keras.

    Gambar 2.6 Putih Telur

    Dalam penelitian pembuatan macaron ini, penulis menggunakan putih

    telur yang sudah didiamkan di suhu ruangan selama minimal 24 jam

    (Aging Egg White) (Niken Wulandari, 2013:78). Putih telur berguna

    dalam mengikat adonan dan member struktur pada cookies, selain itu putih

    telur juga berguna memberikan tekstur yang lembab, lembut dan

    membantu mengembangkan adonan. (Rinto Habsari, 2012:9)

    2.4.5.2 Bahan Tambahan

    1. Garam

  • 31

    Gambar 2.7Garam

    Garam mempunyai fungsi sebagai bahan penyedap rasa tambahan dan

    berperan penting dalam pembangkit rasa dan aroma pada cake. Garam ini

    berperan penting dalam menyeimbangkan rasa manis pada cake (Rinto

    Habsari, 2012: 12). Dalam pembuatan macaron garam digunakan untuk

    menyeimbangkan rasa, disarankan menggunakan garam asli karena akan

    dapat tercampur lebih baik kedalam adonan sehingga menghasilkan

    macaron yang baik. (Niken Wulandari, 2013:88)

    2. Stabilizerr (Egg White Powder)

    Gambar 2.8 Egg White Powder

    Egg white powder digunakan untuk memperkuat ikatan protein dalam

    putih telur. Bentuk dasar dari egg white powder ini merupakan putih telur

    yang sudah tidak mengandung air. Proses pembuatan egg white powder

    adalah pertama kali dilakukan pemisahan putih telur dari kulit telur dan

    kuning telur, lalu lakukan penyaringan, dan dibebas hamakan

    (pasteurisasi) dan dikeringkan dengan proses dry spay. Tepung ini

  • 32

    berwarna putih dan cenderung cream, serta memiliki moisture sebesar

    maksimal 8% dan pH antara 6-8.5 (Citra Nata Pramana). Untuk

    penyimpanannya, egg white powder harus ditempatkan di tempat yang

    kering dan tidak lembab. (Niken Wulandari, 2013:86)

    3. Aroma

    Berfungsi untuk member karakter pada cookies. Biasanya aroma dibuat

    dari bahan dasar buah, bunga, rempah, daun bumbu dan bentuk aslinya

    atau sudah diproses dalam bentuk ekstrak, esens, pasta, air suling, wine,

    liquers/liquor. Berdasarkan bentuknya aroma dibagi atas beberapa yaitu

    (Rinto Habsari, 2012:15)

    1. Bentuk asli

    yaitu aroma dari buah, biji buah atau bunga. Antara lain biji buah

    vanilli, kelompok buah citrus yang dipakai kulit arinya yang

    dipotong tipis dan air buahnya. Selain itu aroma juga dapat

    diperoleh dari biji kopi, teh dan rempah seperti kayu manis, fuli

    (bunga pala), biji pala bubuk, cengkih dan daun bumbu seperti

    oregano, basil, rosemary, mint.

    2. Ekstrak

    Yaitu aroma yang merupakan konsentrat rasa dari buah atau

    tanaman lain yang dicairkan dengan alkohol. Misalnya ekstrak

    vanili, mint, almond.

    3. Essens

  • 33

    Adalah aroma yang dihasilkan dari distilasi dengan penguapan dari

    buah, rempah atau tumbuhan. Esens biasanya berupa serbuk kecil.

    4. Pasta

    Lebih ringan dibandingan esens. Dan digunakan untuk member

    aroma, rasa, dan warna pada cookies.

    Gambar 2.9 Vanilla Essens

    Pada pembuatan macaron ini penulis menggunakan vanilla essens untuk

    menambah cita rasa pada kulit macaron sehingga timbul aroma yang

    sedap. Vanilla essens yang dipakai adalah vanilla esens yang berbentuk

    bubuk dan berwarna putih.

    4. Pewarna Makanan

    Pada Penelitian ini, penulis akan membuat dua buah macaron yaitu

    macaron dengan pewarna buatan (berbentuk pasta) dan juga pewarna

    alami dari kulit buah naga merah. Kulit buah naga merah yang dijadikan

    sebagai pewarna alami adalah kulit buah naga merah yang sudah diolah.

    5. Ganache

  • 34

    Gambar 2.10 Ganache

    Filling macaron yang digunakan oleh penulis adalah ganache dimana

    ganache merupakan salah satu filling pada macaron yang terbuat dari

    dark cooking chocolate yang dilelehkan, whip cream dan butter. Ketiga

    bahan tersebut dicampur dengan rata dan setelah itu disimpan dalam

    jangka waktu 30 menit, agar struktur ganache lebih kaku atau padat

    sehingga bisa digabungkan dengan dua buah shell macaron.

    2.4.6 Alat yang Digunakan Dalam Pembuatan Macaron

    Selain bahan-bahan pembuatan macaron yang telah dibabarkan

    diatas, dalam pembuatan macaron, alat juga sangat berperan penting.

    Maka dari itu berikut akan dijabarkan alat-alat yang digunakan penulis

    dalam pembuatan macaron.

    Tabel 2.7 Alat yang digunakan dalam pembuatan macaron

    No Nama Alat Jumlah Kegunaan

    1. Food Procesor (Merek : Nasional)

    1 Menghaluskan tepung almond dan icing sugar

    2. Hand Mixer (Merek : Nasional)

    1 Mengocok putih telur, gula kastor

    dan pewarna makanan

    3. Loyang Datar (Ketebalan 1mm, ukuran 45cmx25cm)

    2 Sebagai alas kedua adonan macaron pada saat pemanggangan

    4. Silicon Paper (ukuran 40 cm 2 Sebagai alas pertama adonan

  • 35

    x 20 cm) macaron pada saat pemanggagan 5. Oven Gas ( Suhu yang

    digunakan 120-130 derajat Celcius)

    1 Memanggang adonan macaron

    6. Saringan Halus (diameter 20 cm)

    1 Menyaring campuran tepung almond dan icing sugar yang telah dihaluskan

    7. Spatula Plastik 2 Mengaduk/Mencampur adonan macaron

    8. Mangkuk Kerja stainless (Merek Zebra diameter 30 cm)

    1 Mangkuk Stainles Sebagai wadah

    untuk mencampur adonan tepung almond + icing sugar dengan adonan meringue

    9. Mangkuk plastik sedang (diameter 20cm tidak bermerek)

    1 Mangkuk Plastik Sedang Sebagai wadah untuk pengocokan meringue

    10. Mangkuk plastik kecil (diameter 10 cm, tidak bermerek)

    4 Mangkuk Plastik Kecil sebagai wadah menaruh bahan-bahan

    11. Timbangan 1 Menimbang bahan-bahan adonan macaron

    12. Piping Bag Plastik Besar 1 Menampung adonan yang sudah

    jadi sehingga mudah dicetak ke Loyang yang sudah disediakan

    13. Nozzle Stainles (diameter 0,5 cm)

    1 Mencetak adonan macaron menjadi bentuk yang kita inginkan

    14. Termometer Oven 1 Mengukur suhu oven

    2.4.7 Tips and Trik Pembuatan Macaron

    Dalam pembuatan Macaron diperlukan kesabaran, ketekunan dan

    ketelitian dalam pembuatannya, bantyak sekali faktor yang mempengaruhi

    Macaron tidak sempurna Berikut adalah beberapa hal yang harus

  • 36

    diperhatikan dalam menyiapkan dan membuat Macaron (Niken

    Wulandari, 2013):

    1. Perhatikan Cuaca

    Sebelum memebuat macaron hal pertama yang harus penulis

    perhatikan adalah cuaca. Indonesia merupakan salah satu negara

    dengan tingkat kelembapan yang sangat tinggi. Macaron sangat susah

    mengeluarkan kaki jika kelembapan udara sangat tingii. Waktu yang

    paling cocok dalam pembuatan Macaron adalah pukul 12 siang hingga

    pukul 6 sore (karena tingkat kelembapan rendah). Usahakan membuat

    macaron di dalam ruangan yang dingin sehingga menghambat

    kelembapan.

    2. Penggunaan bahan dan alat yang kering kering

    Setiap membuat macaron dibutuhkan bahan-bahan dan perlatan yang

    dipakai dalam keadaaan kering. Jangan pakai dalam keadaan basah,

    karena macaron adalah cookies yang sensitiv. Jika terkena sedikit saja

    air/ditempatkan didaerah yang basah, macaron akan lembab dan tidak

    mengeluarkan kaki.

    3. Perhatikan beberapa bahan yang harus disiapkan terlebih dahulu

    (minimal 24 jam)

    Selain menyiapkan semua bahan dan alat dalam keadaan kering,

    selanjutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang perlu dilakukan

    perlakuan khusus, sebelum diabuat menjadi adonan macaron, yaitu

    menyiapkan aging egg white dan menyangrai tepung almond dan

    Mengayaknya hingga halus

  • 37

    4. Pengocokan Meringue

    Dalam pengocokan meringue, teknik yang dipakai penulis adalah

    menggunakan French Meringue karena metodenya jauh lebih mudah

    dibandingkan metode meringue lainnya. Pada saat pengocokan

    meringue ada beberapa hal yang harus diperhatikan juga seperti 3

    menit sebelum pengocokan, egg white powder harus dicampurkan

    kedalam putih telur, aduk dan diamkan. Setelah 3 menit baru dikocok

    dengan kecepatan rendah selam 4 menit pertama, lalu tambahkan gula

    kastor dan ubah dengan kecepatan sedang pada 4 menit kedua dan

    selanjutnya adalah mengocok dalam kecepatan tinggi pada 4 menit

    ketiga hingga meringue berubah menjadi thick peak.

    5. Penambahan Pewarna Makanan

    Penambahan pewarna makan yang dilakukan macaron juga tidak bisa

    sembarangan. Pewarna makanan yang digunakan harus berbentuk

    bubuk atau pasta. Karena jika digunakan pewarna makan yang

    berbentuk cair, kegagalan dalam pembuatan macaron akan jauh lebih

    tinggi, karena cairan bersifat basah dan macaron harus tetap kering.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan pewarna alami dari kulit

    buah naga dalam bentuk pasta begitu juga dengan pewarna buatan

    dalam bentuk pasta.

    6. Pemanasan Oven

    Setiap oven memiliki ciri khasnya masing-masing, penulis pada saat

    membuat macaron menggunakan oven gas dimana suhu

    pemanggangan yang dipakai adalah 105 derajat celcius. Sebelum

  • 38

    digunakan untuk memanggang macaron, oven harus dipanaskan

    terlebih dahulu, agar suhu oven merata, sehingga pemanggangan

    macaron dapat terpanggang sempurna.

    7. Penghentakan Loyang

    Sebelum direst, ada baiknya kita menghentakkan loyang beberapa kali,

    hal ini digunakan untuk mengeluarkan udara-udara pada adonan

    macaron sehingga tidak terjadi penggopongan/hollow pada saat

    pemanggangan macaron.

    8. Pengistirahatan Adonan

    Pengistirahatan adonan adalah hal yang sangat penting dan harus

    diperhatikan. Karena pada proses ini kulit macaron yang sudah dicetak

    akan mengeras sehingga kuat dan mampu untuk dipanggang. Karena

    jika dalam keadaan kulit macaron belum keras seperti cookies, dan

    kita melakukan pemanggangan, bisa dipastika kaki macaron tidak

    akan keluar dan permukaan macaron akan pecah.

    9. Pengisian Filling

    Pengisian filling juga harus diperhatikan, jika ingin membuat macaron

    yang tahan lama, gunakan isian berupa ganache, karena ganache

    memiliki struktur lebih kuat dibandingan dengan filling/isian lainnya.

    10. Penyimpanan dan Penyajian

    Dalam menyimpan macaron yang tidak berfiling juga harus disimpan

    dalam toples dimana setiap satu lapisan macaron harus dialasi dengan

    kertas minyak, hal ini berguna untuk menyerap minyak yang keluar

  • 39

    dari macaron. Kerta minyak ini dapat menyerap minyak yang ada

    sehingga macaron lebih tahan lama. Dalam penyajianpun macaron

    tidak bisa langsung dinikmati pada saat setelah dipanggang, karena

    struktur dan tekstur macaron belum chewy/kenyal, sehingga perlu

    didiamkan didalam kulkas selama 24 jam, dan baru bisa dinikmati.

    2.4.8 Proses Pembuatan Macaron dengan Pewarna Alami Kulit Buah

    Naga dan Pewarna Buatan

    Dalam penelitian ini, penulis membuat dua buah Macaron, yaitu Macaron dengan pewarna merah alami dan pewarna buatan :

    Persiapan Bahan Macaron Bahan A (Pewarna Alami Kulit Buah

    Naga Merah ) Bahan B (Pewarna Buatan) Bahan A :

    5. 125 gram icing sugar 6. 90 gram tepung almond 7. Vanilla essens 8. Garam

    Bahan A : 9. 125 gram icing sugar 10. 90 gram tepung almond 11. Vanilla essens 12. Garam

    Bahan B : 75 gram putih telur 5 gram egg white powder

    Bahan B : 75 gram putih telur 5 gram egg white powder

    Bahan C : 40 gram gula kastor 5 gram pewarna alami kulit

    buah naga merah

    Baham C : 40 gram gula kastor 2 gram pewarna buatan

    Pencampuran Bahan A Pencampuran/ Pengocokan Bahan B

    Pencampuran Bahan A dan Bahan BC

    Pencetakan Macaron

    Pencampuran Bahan B dan Bahan C

  • 40

    Pengistirahatan Macaron

    Pemanggangan Macaron

    Pendinginan dan Pengisian Filling Macaron

    Penyimpanan dan Penyajian Macaron

    Macaron A Macaron B

    Gambar 2.11 Skema Pembuatan Macaron

    Berikut akan dibabarkan proses pembuatannya, mulai dari

    persiapan hingga tahap penyajian :

    1. Persiapan Bahan Macaron

    Gambar 2.12 Bahan dan Alat Pembuatan Macaron

    Proses persiapan adalah tahap pertama yang harus dilakukan penulis

    sebelum membuat macaron. Proses persiapan berhubungan dengan

    bahan dan alat yang akan digunakan baik secara kualitas maupun

    kuantitas untuk mendapatkan macaron yang bagus. Selain harus

    menggunakan bahan yang dalam keadaan yang baik, bahan-bahan

    tersebut harus ditimbang sesuai dengan resep. Berikut beberapa

    persiapan yang harus dilakukan, yaitu :

  • 41

    a. Menimbang Bahan

    Timbanglah bahan-bahan yang digunakan secara benar dan akurat

    seperti tepung almond, icing sugar, gula kastor, putih telur, vanili

    essens, garam, egg white powder dan pewarna makanan.

    b. Menyiapkan Aged White Egg Siapkan Aged Egg White yaitu putih telur yang sudah kita pisahkan

    dengan kuning telur, lalu diamkan di suhu ruangan selama minimal 24

    jam. Paling baik selama 2 hari agar albumin yang tekandung dalam

    putih telur akan pecah setelah adanya kontak udara, sehingga meringue

    akan lebih stabil dan cepat terbentuk ketika dikocok. (Niken

    Wulandari, 2013:100)

    c. Menyiaplan Almond Powder/Tepung Almond

    Keringkan tepung almond yang ingin digunakan terlebih dahulu. Hal

    ini berguna untuk agar kaki macaron dapat terbentuk pada saat

    dipanggang dan permukaan kulit macaron dapat mulus.Pengeringan

    almond powder dapat dilakukan dengan disangrai atau dioven selama

    10 menit hingga tepung almond kering, lalu diamkan hingga almond

    tersebut benar-benar dingin (jangan gunakan dalam keadaaan masih

    panas/hangat).

    d. Menyiapkan Icing Sugar, Kastor Sugar, Egg White Powder,

    Garam, Vanilla Essens dan Pewarna Makanan.

    Siapkan bahan dasar dan bahan pendukung lainnya, pastikan icing

    sugar yang digunakan merupakan murni icing sugar, sedangkan untuk

    gula kastor, gunakan gula kastor yang memiliki bulir kecil.

  • 42

    Selanjutnya siapkan egg white powder, garam, vanilla essens dan

    pewarna makanan yang digunakan.

    2. Pembuatan Macaron

    a. Proses Pencampuran Bahan A

    Campurkan tepung almond, icing sugar, garam dan vanilla essens

    dan aduk hingga rata

    Gambar 2.13 Proses Pencampuran Bahan A

    Setelah dicampur dengan rata, gilinglah bahan kering tersebut

    menggunakan food processor agar bahan kering tersebut lebih halus

    dan memiliki teksturnya yang kecil. Gilinglah sedikit demi sedikit

    agar tidak terjadi penggumpalan pada saat penggilingan. Jika sudah

    digiling, ayaklah bahan A agar didapatkan adonan bahan A yang halus

  • 43

    dan memiliki tekstur kecil. Simpan di sebuah bowl/mangkuk stainless

    yang bersih, sisihkan.

    b. Pencampuran Bahan B

    Sebelum melakukan pengocokan putih telur dan gula kastor, ada

    baiknya menyiapkan putih telurnya terelebih dahulu dengan cara

    menambahak egg white powder ke dalam putih telur dan diamkan 3

    menit.

    Gambar 2.14 Proses Pencampuran Bahan B

    c. Pencampuran Bahan B dan Bahan C (Bahan BC)

    Setelah 3 menit, kocoklah adonan putih telur tersebut hingga berbusa

    dalam kecepatan kecil (4 menit pertama) , lalu tambahkan gula kastor

    sedikit demi sedikit dan kocok merata dalam kecepatan sedang (4

    menit kedua), setelah meringue sudah soft peak, ubah kecepatan mixer

    menjadi kecepatan tinggi hingga thick peak (4 menit ketiga).

  • 44

    Gambar 2.15 Proses Pengocokan Putih Telur

    Setelah meringue telah thick peak, campurkan pewarna makanan lalu

    aduk dengan mixer hingga tercampur rata pada adonan meringue.

    Gambar 2.16 Proses Penambahan Pewarna Makanan

    d. Pencampuran Bahan A dan Bahan BC

    Selanjutnya, pindahkan meringue yang telah tercampur dengan

    pewarna makanan ke dalam wadah yang berisikan bahan A (tepung

    almond, icing sugar, garam dan vanilla essens). Aduk adonan

    meringue (Bahan BC) ini kedalam tepung-tepungan dengan cara

    membelah-belah meringue dan menyiramkan tepung-tepungan sambil

    wadah diputar-putar dan membalikan adonan dengan hati-hati.

  • 45

    Gambar 2.17 Proses Pengadukan Adonan A dan Adonan BC

    Lakukan gerakan aduk balik dan hindari gerakan yang bersifat

    mengempiskan adonan ini. jika adonan sudah menjadi homogen,

    kempiskan adonan dengan spatula, aduk kembali, campur lagi

    sehingga tercampur rata. Kemudian diurai seperti pita lebar. Jika

    adonan sudah bisa diurai atau mengalir (tidak boleh terlalu encer atau

    cepat alirannya jika wadah dimiringkan), hentikan adukan.

    Gambar 2.18 Proses Pengempisan Adonan

    Sebelum dicetak, adonan yang telah tercampur rata akan dimasukkan

    kedalam kantung spuit/ piping bag yang sudah dilengkapi dengan

    spuit/nozzle diameter 0.5cm. Lalu, semprotkan adonan ke Loyang yang

    sudah dilengkapi silicon paper dan pola dengan satu gerakan tanpa

    memutar. Jangan lakukan gerakan seperti membuat mawar pada hiasan

  • 46

    cupcake, karena akan membentuk puncak/ kuncung di ujung kubah/kulit

    dan juga gerakan memutar akan menciptakan terbentuknya kantong udara

    dalam macaron.

    Gambar 2.19 Proses Pencetakan Macaron

    Setelah pencetakan adonan selesai, selanjutnya adalah menghentakan

    dasar loyang adonan sampai timbul pori-pori yang kemudian akan rata

    kembali, jika perlu bisa dihempaskan ke lantai. Hal ini berguna untuk

    menghindari penggopongan atau timbulnya hollow pada adonan macaron.

    3. Pengistirahatan Macaron

    Gambar 2.20 Pengistirahatan Macaron

    Setelah tahap pencetakan macaron, tahap selanjutnya pengistirahatan atau

    rest adonan macaron selama 1-1,5 jam. Hal ini berguna untuk

    mengeringkan kulit macaron sehingga pada saat macaron dipanggang

    akan keluar kaki macaron. Untuk mengetahui kulit macaron sudah

  • 47

    kering adalah dengan cara menyentuh kulit macaron. Jika sudah terasa ada

    kulit keras yang terbentuk, seperti kita menyentuh kue kering berarti

    macaron siap dipanggang.

    4. Pemanggangan Macaron

    Gambar 2.21 Pemanggangan Macaron

    Panaskan oven terlebih dahulu di suhu 105 derajat C (penulis

    mengggunakan oven gas) selama 15 menit pertama, agar panas pada oven

    merata. Setelah itu naikan suhu menjadi 175 derajat C dan pangganglah

    macaron selama 9 menit. Jika panas tidak merata pada oven, Loyang dapat

    diputar 180 derajat pada 10 menit pertama. Atau Loyang dapat dialaskan

    Loyang lainnya sehingga panas tidak langsung menuju kedalam Loyang

    yang berisi adonan macaron. Selain itu juga dapat dilakukan pembukaan

    pintu oven, agar suhu panas bisa turun sehingga warna macaron bagus dan

    kaki macaron bisa keluar.

    5. Pendinginan Macaron dan Pengisian Filling Macaron

    Setelah proses pemanggangan, angkatlah macaron yang sudah matang dan

    tunggu hingga dingin. Lalu lepaskan macaron dari silicon paper.

    Selanjutnya adalah proses pengisian filling, filling yang dipakai penulis

    adalah chocolate ganache. Rekatkan 2 buah macaron dengan

    menggunakan filling chocolate ganache ditengahnya.

  • 48

    6. Penyimpanan dan Penyajian

    Selanjutnya jika macaron sudah diisikan filling, maka proses selanjutnya

    adalah penyimpanan. Penyimpanan macaron yang sudah berisikan filling

    dapat disimpan di kulkas dan dapat bertahan selama 1 minggu. Macaron

    tidak dapat disajikan sesaat setelah dipanggang, karena tekturnya masih

    keras, maka disarankan untuk menyajikan macaron yang enak adalah

    setelah sudah berada di dalam kulkas selama minimal 1 hari. Jika begitu

    macaron akan siap disajikan dengan tekstur yamg enak dan lembut.

    Gambar 2.22 Hasil Jadi Macaron Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga

    Merah

  • 49

    2.5 Kerangka Pemikiran Berikut adalah diagram kerangka pemikiran yang dilakukan oleh penulis :

    Pewarna Makanan Pewarna Alami Pewarna Buatan

    Kulit Buah Naga Kelebihan Kekurangan

    Mempunyai zat pewarna asli

    Mudah didapatkan di pasaran

    Memiliki banyak manfaat dan vitamin

    Kulit buah naga cepat membusuk

    Memiliki getah Jika terlalu lama

    diolah, kulit buah naga dapat menjadi keras

    Pengolahan Kulit Buah Naga Merah

    Macaron Aroma : Harum

    Rasa : Manis Warna : Merah Bentuk : Bulat

    Tekstur : Renyah dan Chewy

    Penelitian Eksperimental Utama : Proses Pembuatan Macaron dengan Pewarna Macaron A (Pewarna Buatan) Macaron B (Pewarna Alami)

  • 50

    Hasil Jadi Macaron Hasil Jadi Macaron A Hasil Jadi Macaron B

    Uji Organoleptik (Uji Kesukaan) Hasil Jadi Macaron Menggunakan Pewarna Buatan dan Pewarna Alami dari Kulit Buah Naga (Kuesioner)

    Paired Sample T-Test dan Analisis Deskriptif (Mean)

    Macaron Pewarna Merah Alami Kulit Buah Naga Diterima oleh Masyarakat

    Gambar 2.23 Skema Kerangka Berfikir