2010 november 08 hb model eval thn 1 gendon barus penelitian... · keywords: evaluasi pelayanan bk...

27

Upload: vuthien

Post on 03-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGANMODEL EVALUASI PELAYANAN BIMBINGAN

DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR(Preliminari Studi EksploratifPerancangan Model Hipotetik)

Gendon Barus

ABSTRACT

This multi-years research is facilitated by APHB DP2M DIKTI,aims to produce an evaluation model that applicative,comprehensive, practical, and easy to use by classroom teachersto evaluate guidance and counseling services in elementary school.This evaluation model is equipped with an accurate set ofevaluation instrument. Strategy of this research uses R & D approachby Plomp’s model. The development process through three stages.At this preliminary study stage, researcher explored a hypotheticalor conceptual model design that includes four components, namedModel AbKIN. The other output generated in these preliminarystages are constructs of instruments of evaluation model that isexpected to be developed and tested conceptually and empiricallyto obtain the final product that can be implemented in severalelementary schools in the following years.

The results of this preliminary study are 1) a hypothetical designof evaluation model for evaluating guidance and counselingservices in elementary school (named Model AbKIN), 2) constructof six sets of evaluation instruments supporting AbKIN Model and3) obtained pre-survey input from several elementary schools aboutthe barriers to conduct evaluation in guidance and counselingservices area.Keywords : evaluasi pelayanan BK di SD, Model AbKIN, BK

evaluation instrument.

Gendon Barus adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. AlamatKorespondensi: Kampus I Mrican, Jln. Affandi, Sleman, DIY 55002. Email:[email protected]

135

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

136

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berangkat dari keprihatinan bahwa penyelenggaraanlayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar (selanjutnyadisingkat BK di SD) masih jauh dari harapan konseptualitas,terabaikan, bahkan terlantar dari sentuhan profesionalitas.Konsepnya cukup jelas, namun prakteknya “mengambang” sehinggaproses dan hasilnya sulit diukur, tak terdefinisikan, danakuntabilitasnya tidak mudah diper tanggungjawabkan. Untukmenganalisis dan memahami permasalahan ini, perlu dilakukanevaluasi yang relatif menyeluruh terhadap pelayanan BK di SD.Namun, sungguh disayangkan belum ditemukan model evaluasi yangsesuai dan efektif untuk kebutuhan tersebut. Dibutuhkan sebuahmodel evaluasi yang efektif untuk digunakan sebagai panduan dalammelakukan pekerjaan ini.

Surat Keputusan Menpan RI No. 84 Th. 1993 dan PermendiknasNo. 22 Th. 2006 menugasi guru kelas di SD sebagai perencana,pelaksana, dan pengevaluasi pelayanan BK di kelas asuhannya,namun dalam prakteknya tugas tersebut belum terlaksana denganbaik. Kenyataan yang ada sampai saat ini pelaksanaan pelayananBK pada hampir semua SD di tanah air masih berpola generalis-non-profesional tanpa konselor sekolah (Depdiknas, 2007: 18) dantanpa program yang terstruktur, dengan model guru kelas sebagaipembimbing. Salah satu permasalahan substansial yang menghambatdalam evaluasi pelayanan BK di SD adalah belum ditemukannyamodel evaluasi yang dapat memandu guru kelas untuk mengevaluasipelayanan BK secara komprehensif dan mampu menghasilkaninformasi yang bermanfaat dalam melakukan perbaikan.

Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pergembangan inimudah-mudahan dapat bermanfaat dalam upaya “menguak tabir yangtersembunyi” di balik “pragmatisme mengambang” dalam praktikpelaksanaan program pelayanan BK di SD. Mudah-mudahanperbaikan dapat diawali dari sini.

137

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang terkait dengan gagasan penelitian pendahuluan(preliminary study) ini diformulasikan secara spesifik sebagai berikut:1. Seperti apakah desain hipotetik model evaluasi yang efektif

dikembangkan untuk mengevaluasi pelayanan BK di SD?2. Bagaimanakah rancangbangun/konstruk perangkat instrumen

yang akurat dikembangkan untuk mendukung penerapan modelevaluasi pelayanan BK di SD?

1.3 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Tujuan akhir penelitian pengembangan ini adalah menghasilkanproduk berupa model evaluasi pelayanan BK di SD yang memilikikarakteristik spesifik seperti tersaji pada Tabel 1.

Untuk tahapan studi pendahuluan ini, output yang dihasilkanadalah desain konseptual/hipotetik model dan rancangbangunkonstruk perangkat instrumen pendukung model yang akandiujikembangkan pada tahapan selanjutnya.

2. KAJIAN TEORI

2.1 Urgensi Evaluasi Pelayanan BK di SD

Departemen Pendidikan Nasional (2007: 192-197) menegaskanbahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam pendekatan BK disekolah, yaitu dari pelayanan yang tradisional yang menekankan padapenanganan remedial-kuratif (menangani kasus-kasus siswabermasalah melalui konseling individual) dan berpusat padakonselor ke arah pelayanan (berprogram) yang lebih berorientasipada perkembangan dan preventif. Paradigma baru ini dikenaldengan pendekatan Bimbingan dan Konseling Komprehensif(Comprehensive Guidance and Counseling Program). Pelayanan BKperkembangan yang komprehensif didasarkan kepada upayapencapaian tugas perkembangan dan pengembangan potensi seluruhpeserta didik serta pengentasan masalah-masalah konseling (Barus,2009: 34). Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standarkompetensi yang harus dicapai peserta didik.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

138

Tabel 1: Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1. Produk/Nama Produk Model evaluasi pelayanan BK di SD (Model AbKIN)

2. Fungsi Produk Mengevaluasi kebutuhan, keterlaksanaan manajemen program,dan capaian hasil pelayanan BK di SD secara menyeluruh dalamsatu kesatuan prosedur.

3. Kriteria efektivitas Aplikatif, akurat, komprehensif, praktis, dan mudah digunakanproduk/model guru kelas 5 atau 6 SD

4. Komponen yang a. Asesmen kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalamdievaluasi dalam implikasinya terhadap penyusunan program BK di SD (analisismodel kebutuhan, keterlaksanaan tugas perkembangan, dan intensitas

masalah murid).b. Penilaian keterlaksanaan prosedur konstruksi program BK di SD

(planning, designing, organizing dan implementing)c. Penilaian kepuasan layanan (client satisfaction) dan kualitas

implementasi layanan bimbingan klasikald. Penilaian capaian hasil pelayanan BK di SD.

5. Pengguna produk/ Pengembang dan pelaksana pelayanan BK di SD (kepalamodel sekolah, konselor SD, dan guru kelas 5 dan 6 SD).

6. Piranti/instrumen a. Instrumen untuk mengases kebutuhan peserta didik dalamimplikasinya terhadap penyusunan program BK di SDyang meliputi: 1) Inventori kebutuhan perkembangan (developmental

needs) murid.2) Inventori keterlaksanaan tugas-tugas perkembangan murid.3) Inventori masalah-masalah aktualisasi tugas

perkembangan murid.b. Instrumen untuk mengevaluasi keterlaksanaan manajemen

pengembangan program/layanan BK yang meliputi:1) Kuesioner keterlaksanaan prosedur konstruksi program BK

(planning, designing, organizing) dan keterlaksanaan layanan.2) Inventori implementasi aktual layanan bimbingan

yang diterima peserta didik.3) Inventori penilaian kualitas implementasi layanan

bimbingan klasikal.c. Instrumen untuk penilaian hasil pelayanan BK (dengan

mengaplikasikan kembali instrumen yang digunakanpada tahap needs assessment ).

d. Buku Panduan Evaluasi Pelayanan BK di SD (Model AbKIN)

139

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

Dalam konteks paradigma baru tersebut, pelayanan BK di SDsudah tiba saatnya mendapatkan perhatian ke arah perbaikan yanglebih serius. Perbaikan dan peningkatan pelayanan BK di SDsemestinya dimulai dari penyelidikan evaluatif untuk memperolehgambaran obyektif seperti apa potret pelaksanaan BK di SD saatini, sejauhmana pelayanan BK secara real sungguh dibutuhkanpara peserta didik (berdasarkan needs assessment), sejauhmanaketerlaksanaan manajemen pengembangan pelayanan BK telahdilakukan gur u kelas, layanan-layanan apa yang telahterimplementasikan secara aktual kepada peserta didik, sejauh manakualitas layanan bimbingan (khususnya bimbingan klasikal), sejauhmana hasil pelayanan BK di SD telah membantu peserta didik dalampencapaian tugas-tugas perkembangan mereka. Sumarno, dkk.(2002: 250) menegaskan, “Evaluasi merupakan langkah awal dalamkegiatan perencanaan.” Implikasinya, rencana perbaikan pelayananBK di SD yang dipandu oleh paradigma baru menuju ke arahpelayanan BK perkembangan yang terencana, berprogram-terstruktur, dan profesional harus dimulai dari dukungan dataevaluatif.

Dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konselingdi sekolah, Astramovich, Coker, dan Hoskins (2005: 49) menegaskan,“Counseling program evaluation refers to the ongoing use of evaluationprinciples by counselors to assess and improve the effectiveness andimpact of their programs and services”. Evaluasi dalam pelayananbimbingan dan konseling memiliki nilai intrinsik dalam membantukonselor untuk memonitor dan mengevaluasi efektivitas layananyang mereka berikan kepada para kliennya. Menurut Sink (2005),evaluasi pelayanan BK dapat membantu konselor untuk menentukanlayanan-layanan mana yang memberi dampak positif kepada parapeser ta didik dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yangmengganggu kesuksesan peserta didik, serta menuntun konselordalam merancang layanan-layanan yang efektif bagi peserta didikmereka. Dalam kaitan dengan upaya perbaikan program, evaluasimerupakan langkah awal dalam perencanaan (Sumarno, dkk., 2002).Artinya, perencanaan untuk perbaikan program harus dimulai darikegiatan evaluasi. Atas dasar itulah maka model evaluasi ini diawalidengan needs assessment sebagai komponen pertama. Fakta empirisyang diperoleh dari hasil analisis needs assessment dapat menjadimasukan substantif yang berharga untuk mendasari penyusunan

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

140

program BK pada tahun berikutnya. Atas dasar itu, asesmenkebutuhan sebagai komponen pertama dalam model ini berfungsiganda sebagai fungsi pertimbangan evaluatif sekaligus sebagaifungsi perencanaan program.

2.2 Fokus Evaluasi Pelayanan BK di SD

Apa yang menjadi fokus pada evaluasi dalam pelayananbimbingan, Gysbers dan Henderson (Sink, 2005: 179) menegaskanbahwa evaluasi program bimbingan menjawab dua pertanyaan, yaitu(1) apakah sekolah memiliki program bimbingan dan konselingkomprehensif secara tertulis? dan (2) apakah program tertulis itusungguh-sungguh terlaksana di sekolah tersebut? Evaluasi programbimbingan bertujuan untuk menjelaskan bahwa program bimbinganyang tertulis tersebut secara teliti (valid) dan dibuktikan dengandokumen-dokumen yang ada sungguh-sungguh telah terlaksana.Gysbers (2006:42) menjelaskan, “Discrepancies between the writtenprogram and the implemented program, if present, come into sharpfocus as the program evaluation process unfolds”.

Sayangnya, hampir semua SD di Indonesia tidak memilikiprogram BK secara ter tulis/terstruktur (Depdiknas, 2007).Meskipun demikian, harus diakui bahwa pelayanan BK di SD tetapaktual, ada dalam berbagai bentuk kegiatan yang intangible danterintegrasi dalam pembelajaran atau tersalurkan melalui fungsikependidikan guru di kelas. Berefleksi dari kondisi ini, makakomponen evaluasi capaian hasil program dalam model ini tidakdidasarkan pada tolehan (telaah) program spesifik, melainkan padacapaian pelayanan totalitas, yaitu keterlaksanaan tugas-tugasperkembangan peser ta didik secara lancar. Dalam hal ini,keterlaksanaan tugas-tugas perkembangan peserta didik harusdimaknai sebagai tujuan umum pelayanan BK di SD (Depdiknas,2007).

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektifitas suatu program(pelayanan) dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan denganketerlaksanaan program pelayanan, bukan sekedar peninjauanterhadap hasil program (Suharsimi Arikunto, 2004). Apabila yangdiacu hanya pencapaian tujuan (hasil program) maka penetapankriteria evaluasi memang merupakan pekerjaan yang mudah, namunitu baru sebagian saja dari isu penetapan totalitas kriteria evaluasi

141

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

program yang kompleks (Tayibnasis, 2000). Bahkan dalam Standards(AERA-APA, 1999: 163) didefinisikan, “Program evaluation is the setof procedures used to make judgments about the client’s need for aprogram, the way it is implemented, its effectiveness, and its value.”Selanjutnya, Tayibnasis (2000: 4) menyarankan hal-hal yang harusdiperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu obyek/program ialah (a) kebutuhan, ideal, nilai-nilai, (b) penggunaan yangoptimal dari sumber-sumber dan kesempatan, (c) ketepatanefektivitas pelayanan/program, (d) pencapaian tujuan yang telahdirumuskan, dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang gandahendaknya sering dipakai.

Belakangan ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas ataumemperbanyak variabel evaluasi dalam berbagai macam modelevaluasi (Tayibnapis, 2000). Pada model CIPP Stufflebeam, misalnyaevaluasi difokuskan pada empat aspek, yaitu konteks, input, proses,dan produk. Karena pendekatan ini, maka evaluasi program yanglengkap akan meliputi kegiatan menilai 1) manfaat tujuan program,2) mutu rencananya, 3) sampai sejauhmana tujuan dijalankan, dan4) sejauh mana kualitas hasilnya. Jadi, evaluasi program/pelayananyang lengkap hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhanpeserta/pengguna program, disain kegiatan program, implementasi,transaksi, dan hasil program (Tayibnapis, 2000: 4).

Berdasarkan pada petunjuk di atas, maka model evaluasi inidifokuskan pada empat komponen, yaitu (1) mengases sejau hmanaintensitas kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam implikasinyaterhadap pelayanan BK di SD, (2) mengukur sejauh mana tingkatketerlaksanaan prosedur konstruksi program, (3) mengukursejauh mana tingkat kepuasan murid terhadap implementasipelayanan BK di SD dan kualitas implementasi layanan bimbinganklasikal, dan (4) menilai sejauhmana capaian hasil pelayananbimbingan yang ditandai dengan meningkatnya kelancaran tugas-tugas perkembangan peserta didik dan berkurangnya intensitasmasalah-masalah aktualisasi tugas perkembangan yang dialamipeserta didik di SD. Keempat komponen yang menjadi fokus sorotmodel evaluasi ini dapat dipandang telah memenuhi kriteria evaluasiprogram dalam satu kesatuan prosedur yang relatif lebih lengkapsebagaimana disarankan Tayibnapis (2000: 4), yaitu evaluasiprogram hendaknya berfokus pada (1) tujuan dan kebutuhan

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

142

peser ta/pengguna program, (2) disain kegiatan program, (3)implementasi, (4) transaksi dan hasil program. Dengan memuatkeempat komponen evaluasi ini, maka model AbKIN sinkron denganprosedur pengembangan program BK seperti divisualisasikan olehGysbers dan Henderson (2000) dan memenuhi definisi Standards(AERA-APA, 1999:163).

2. METODE PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian

Model pengembangan dalam penelitian ini mengikuti modelPlomp (1999) yang mendeskripsikan tahapan siklus R & D di bidangpengembangan pendidikan dalam lima tahapan, yaitu (1) FaseInvestigasi Awal, (2) Fase Desain, (3) Fase Realisasi/Konstruksi,(4) Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi, dan (5) Fase Implementasi,seperti pada visualisasi berikut.

Gambar 1. Skema Model Pengembangan Menurut Plomp (1999)

Keterangan:Artinya: arah kegiatan timbal balik antara tahapan pengembangan

dengan implementasi yang sedang dilakukan,Artinya: arah kegiatan tahapan pengembangan,Artinya: arah kegiatan timbal balik antara tahapan pengembangan

dengan implementasi (hasil pengembangan)

Preliminary investigation

Design

Realization/ construction

Test, evaluation and revision

IMPLEMENTATION

143

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

Hasil eksplorasi pendahuluan yang dipublikasikan pada jurnalini baru sebagian dari produk pengembangan awal yang dihasilkanpada fase preliminary investigation dan fase design, yang prosesnyasebagian besar masih berfokus pada pengkajian konseptual daribanyak literatur. Pengembangan produk final masih akan terusdilanjutkan pada tahapan berikutnya.

3.2 Instrumen Evaluasi yang Dikembangkan

Ada enam set instrumen yang dikonstruk guna mendukungimplementasi model AbKIN, lima di antaranya dikenakan padapeserta didik, sedangkan satu set dikenakan pada guru kelas ataukonselor SD. Konstruk keenam set instrumen tersebut telah berhasildirancang pada tahapan penelitian pendahuluan (studi pustakaeksploratif) ini dan direncanakan akan diujikembangkan padatahapan proses penelitian lanjutan melalui tiga prosedur uji, yaitutelaah ahli dan praktisi untuk memeriksa validitas isi (logical constructvalidity by expert judgement), uji reliabilitas dan validitas konstrukempirik, dan analisis hasil implementasi. Keenam set instrumenevaluasi pelayanan BK di SD model AbKIN adalah:1. Inventori Kebutuhan Perkembangan Murid (IKPM).2. Inventori Keterlaksanaan Tugas-tugas Perkembangan Murid

(IKTPM).3. Inventori Masalah-masalah Aktualisasi Tugas Perkembangan

Murid (IMATPM).4. Kuesioner Keterlaksanaan Prosedur Konstruksi Program BK

(KKPKP-BK).5. Inventori Implementasi Aktual Layanan Bimbingan (IIALB)6. Inventori Penilaian Kualitas Implementasi Layanan Bimbingan

Klasikal (IPKIL-BK)Tiga instrumen yang pertama (IKPM, IKTPM, dan IMATPM)

telah selesai diujikembangkan dan digunakan dalam penelitianmultitahun sebelumnya yang difasilitasi APHB DP2M DIKTI Tahun2008, 2009, 2010 dalam rangka “Pengembangan Model ProsedurPerancangan Program BK di SD” (Barus, 2008: 37-61; Barus, 2009:32-56) yang pada saat ini sedang dalam tahapan desiminasi produk.Tiga instrumen lainnya (KKPKP-BK, IIALB, dan IPKIL-BK) sedangdikajikembangkan melalui tahapan penelitian ini. Mengingat

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

144

keterbatasan eksemplar dalam jurnal ini, maka hanya konstrukketiga instrumen terakhir yang dipublikasikan dalam edisi ini(periksa Lampiran).

3.3 Uji Konseptual Desain Model Evaluasi yangDikembangkan

Desain hipotetik model evaluasi pelayanan BK di SD (ModelAbKIN) yang ditemukan pada tahapan penelitian awal ini dinilaikualifikasi efektivitasnya secara konseptual (by logical exper tjudgment) mengacu pada indikator beberapa kriteria evaluationstandards minimal apakah model tersebut akurat, aplikatif,komprehensif, praktis, dan mudah (Joint Committe, dalamBrinkerhoff, et al., 1986: xix, 70) digunakan oleh guru pembimbinguntuk mengevaluasi pelayanan BK di SD.

Untuk memvalidasi keterpenuhan keempat kriteria standarefektifitas tersebut dalam model AbKIN, ditempuh strategi expertsjudgement dengan teknik Delphi (Linstone & Turoff, 2002). Untukproses pengujian ini, dipersiapkan lembar-lembar penilaian yangmemuat aspek-aspek efektifitas model AbKIN. Brinkerhoff, et al.(1986:101) menyarankan, “Use of self-ratings in a workshop, however,as a mean for partisipants to select paths of study, would be far morevalid.” Data ratings tersebut dianalisis dengan teknik uji kesepakataninterrater (Sugiyono, 2008).

3.4 Teknik Analisis Data Penelitian

Data penilaian/per timbangan pakar (secara konseptual)mengenai efektifitas model AbKIN dan data penilaian pakar tentangkualitas konstruk instrumen dianalisis dengan teknik analisisdeskriptif dengan prosedur menghitung nilai rata-rata (mean). Untukmengukur tingkat kesepakatan antarpenilai (inter-rater reliability)terhadap hasil penilaian perangkat model AbKIN digunakan koefisienCohen’s Kappa (k) dengan formula Cohen (2001).

145

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

4. HASIL PENELITIAN TAHAP AWALDAN PEMBAHASAN

4.1 Desain Hipotetik Model Evaluasi PelayananBK di SD

Desain hipotetik model evaluasi pelayanan BK di SD yangdihasilkan dalam penelitian tahap pendahuluan (preliminary study)ini divisualisasikan sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Hipotetik Model Evaluasi Pelayanan BK di SD (Model AbKIN)

• Tingkat intensitas kebutuhan-kebutuhanperkembangan pst didik.

• Identitas masalah-masalah dlm aktualisasi tugasperkembangan peserta didik.

• Keterlaksanaan prosedur perencanaan program/kegiatan BK.

• Keterlaksanaan prosedur perancangan program/kegiatan BK.

• Keterlaksanaan pengorganisasian materi,metode, media, dan sumber daya dukungprogram/kegiatan BK.

• Tingkat kepuasan murid terhadap implementasiaktual layanan bimbingan.

• Sejauhmana kualitas implementasi layanan BK(menggugah minat, aksi, responsi, ubahan,sinkron).

Capaian hasil pelayanan BK akhir tahun dilihat dari:• Keterlaksanaan (kelancaran) tugas

perkembangan peserta didik.• Trend penurunan intensitas kebutuhan

perkembangan peserta didik.• Trend penurunan intensitas masalah-masalah

aktualisasi tugas perkembangan peserta didik.

Audit Program(Hasil ProgramSebelumnya)

EVALUASIPELAYANAN BK

di SD“MODEL AbKIN”

ASESMENKEBUTUHAN

KONSTRUKPROGRAM

IMPLEMENTASI

NILAI HASIL

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

146

Deskripsi Komponen Model Evaluasi Pelayanan BKdi SD (Model AbKIN)

Model ini dinamai Model AbKIN (akronim dari Ab = Asesmenkebutuhan, K = Konstruksi pelayanan/kegiatan, I = Implementasilayanan/kegiatan, dan N = Nilai hasil pelayanan), dengan komponen-komponen yang dievaluasi sebagai berikut:1. Asesmen Kebutuhan Bimbingan (Ab) berfokus pada:

a) Mengases tingkat intensitas kebutuhan perkembanganpeserta didik dan identifikasi butir-butir kebutuhan yangurgen/mendesak untuk dipenuhi,

b) Mengases tingkat kelancaran aktualisasi tugas-tugasperkembangan peserta didik dan mengidentifikasi butir-butirtugas perkembangan yang masih perlu dibantu pencapaiannya,

c) Mengases tingkat intensitas masalah yang dialami peserta didikberkaitan dengan aktualisasi tugas-tugas perkembangannyadan mengidentifikasi butir-butir masalah yang masih perludibantu/dibimbing dalam pemecahannya.

2, Evaluasi Konstruk Program/Kegiatan BK (K), denganfokus pada menganalisisi sejauhmana tingkat keterlaksanaanprosedur konstruksi program BK di SD yang meliputi perencanaan(planning), perancangan (designing), dan pengorganisasian(organizing) layanan. Sejalan dengan prosedur pengembanganprogram BK di sekolah sebagaimana dikonsep Schmidt maupunGysbers & Henderson (2000), maka komponen yang dievaluasipada aspek ini meliputi:a) Keterlaksanaan prosedur planning (perencanaan program

pelayanan BK) dengan indikator sejauh mana guru kelasmelaksanakan identifikasi tujuan institusional sekolah dasaridentifikasi visi dan misi sekolah asesmen kebutuhan pesertadidik (didukung dokumentasi hasil need assessment yang pernahdilakukan) identifikasi karakteristik, gangguan perkembangan,masalah-masalah peserta didik dan merencanakan kegiatan-kegiatan tertentu untuk membimbing peserta didik.

b) Keterlaksanaan prosedur dan kualitas designing denganindikator sejauh mana asesmen kebutuhan dianalisis, sejauhmana hasil analisis kebutuhan diimplikasikan menjadirumusan tujuan-tujuan dan topik-topik bimbingan, apakah adaskala prioritas terhadap tujuan-tujuan atau topik tertentu,

147

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

sejauh mana program BK dirumuskan secara tertulis danterstruktur dalam bentuk GBPP (Garis Besar ProgramPelayanan) BK, sejauh mana pelayanan itu dijabarkan dalamkegiatan-kegiatan operasional (Satuan Layanan Bimbingan)atau diinfusikan dengan rumusan yang jelas dalam satuankegiatan instruksional.

c) Keterlaksanaan prosedur organizing dengan indikatorsejauhmana materi/muatan bimbingan diorganisasikan secaraterstruktur (jelas topiknya, pendekatan, penjadualannya,dsb.) kalau pendekatan infusi yang dipakai (BK integratifdalam pembelajaran) sejauh mana muatan-muatan bimbingandiidentifikasi, dipilih, dan ditempatkan pada pokok-pokokbahasan dalam mata pelajaran yang relevan sejauh manasumber pendukung diorganisasikan.

3. Evaluasi Implementasi (I) meliputi evaluasi keterlaksanaanragam layanan BK oleh guru kelas, keterlayanan muatan-muatan bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial,bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karier yangsecara aktual diterima oleh murid, dan kualitas prosesimplementasi layanan bimbingan klasikal di SD. Keterlaksanaanragam layanan BK oleh konselor/guru kelas ditunjukkandengan indikator terlaksananya layanan-layanan orientasi danpemberian informasi, penempatan dan penyaluran, bimbinganklasikal/kelompok, konseling individual/kelompok, konsultasidengan orangtua peserta didik, dan layanan himpunan data.Evaluasi implementasi keterlayanan muatan/isi bidang-bidangbimbingan yang diperoleh peserta didik diindikasikan dengantingkat kepuasan peserta didik dalam memperoleh layananbantuan bimbingan secara aktual dari guru kelas melaluipenyajian berbagai materi/topik-topik bimbingan dalam bidangbimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Indikasi kualitas proses implementasi penyajian layananbimbingan klasikal ditunjukkan oleh sejauh mana penyajianlayanan mampu menggugah peserta didik untuk merasaberminat terhadap kegiatan, menunjukkan aksi/aktifitas selamamengikuti kegiatan, memberikan responsi positif terhadapkegiatan yang diikuti, menyatakan adanya upaya/niat untukberubah/belajar ke arah yang lebih baik, dan merasa sesuai/sinkron antara kebutuhan dengan materi layanan.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

148

4. Evaluasi Nilai Hasil Pelayanan (N) meliputi penilaiancapaian hasil pelayanan BK di SD (akhir semester/akhir tahunpelajaran), untuk melihat per tambahan nilai denganmembandingkan nilai rata-rata pengukuran asesmen kebutuhanpada akhir semester (posttest) dengan hasil pengukuranasesmen kebutuhan pada awal semester (pretest). Nilai tambah(value added) ditandai dengan kecenderungan penurunan/berkurangnya intensitas kebutuhan perkembangan murid, trendmeningkatnya kelancaran tugas-tugas perkembangan murid,dan kecenderungan berkurangnya intensitas masalah-masalahdalam aktualisasi tugas perkembangan murid di SD. Untukpenilaian hasil pelayanan ini diaplikasikan kembali perangkatinstrumen yang digunakan untuk asesmen kebutuhan pada awalsemester (akhir tahun sebelumnya), dihitung selisihnya sebagainilai tambah. Hasil analisis butir kebutuhan (posttest)direkomendasikan sebagai dasar substantif penyusunan programBK untuk tahun berikutnya (fungsi perencanaan lanjut).

4.2 Hasil Penilaian Perseptual Pakarterhadap Efektivitas Model

Tiga orang pakar yang dimintai untuk menelaah secarakonseptual-logis keterpenuhan kriteria efektivitas desain modelevaluasi ini memberi pertimbangan bahwa model AbKIN:1. Akurat, dalam arti konstruk piranti instrumen model evaluasi

AbKIN yang dirancang dinilai memiliki standar akurasi yangcukup memadai (secara teknis tepat) yang ditandai denganterpenuhinya persyaratan validitas isi dan validitas logik. Namundemikian disarankan untuk menguji akurasi instrumen secaraempirik guna memeriksa kualitas validitas item, reliabilitas, dankecocokan/fit model pengukurannya.

2. Aplikatif , dalam ar ti model evaluasi tersebut potensialditerapkan/digunakan secara fisibel (realistik, ekonomik, danterjangkau) oleh kepala sekolah/konselor/guru kelas untukmengevaluasi kebutuhan, keterlaksanaan, dan capaian hasilpelayanan BK di SD yang menghasilkan informasi yangmemenuhi standar utilitas (sungguh-sungguh diperlukan danbermanfaat/fungsional sebagai bahan pertimbangan bagi

149

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

perbaikan/peningkatan pelayanan selanjutnya).3. Komprehensif, dalam arti model evaluasi tersebut dinilai

mampu memberi informasi yang relatif lengkap/menyeluruhdalam satu kesatuan prosedur pengembangan program, yangmeliputi informasi deskriptif mengenai apa yang dibutuhkanpeserta didik dalam implikasinya dengan penyusunan pelayananBK di SD, sejauh mana keterlaksanaan manajemen pengembanganpelayanan BK, dan sejauh mana capaian hasil pelayanan BK diSD. Komprehensifitas informasi evaluatif yang dihasilkan modelini diperkirakan dapat memberi masukan yang relatif utuh(tidak terlepas-lepas) dalam upaya menemukan alternatifperbaikan pelayanan BK di SD secara lebih tepat dan relatifmenyeluruh.

4. Praktis dan mudah, dalam arti model evaluasi dan pirantiinstrumennya dapat digunakan oleh penyelenggara pelayananBK sesuai dengan kemampuannya sendiri; dapat diinterpretasisendiri tanpa melibatkan external-expert evaluator; secara teknisprosedur penggunaan, pengolahan data, dan interpretasinyatidak bertele-tele, dan dalam aplikasi beberapa instrumennyadisediakan alternatif penggunaan secara parsial maupunmenyeluruh sesuai keperluan penyelenggara pelayanan BK diSD. Untuk alasan praktis, dalam aplikasinya, pengguna modeldapat memilih salah satu dari tiga alternatif instrumen needsassessment yang dikembangkan, aplikasi instrumen needsassessment (pada awal tahun pelajaran) dapat berfungsi gandasekaligus sebagai instrumen penilaian capaian hasil pelayanan(akhir semester/akhir tahun), dan dalam analisis datanyadiusahakan menghindari tuntutan kemampuan teknis-metodologis yang sulit, yang kemungkinan tidak dimiliki olehpada umumnya guru kelas di SD sehingga pekerjaan ini tidakmenambah persoalan dan meperberat beban tugas yang tidakrealistik bagi guru kelas.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

150

4.3 Hasil Pengkonstruksian Instrumen EvaluasiModel AbKIN

Enam set instrumen yang digunakan untuk mendukungmodel AbKIN dikonstruk dari beberapa konsep teoritik yangsesuai. Inventori Kebutuhan Perkembangan Murid (IKPM)dikonstruk berdasarkan konsep Brown & Trusty (2005: 126)yang mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan perkembangan(developmental needs) sebagai muatan pelayanan BK di SD(elementary school years). Inventori Masalah-masalah AktualisasiTugas-tugas Perkembangan Murid (IMATPM) didesain berdasarkankonsep klasifikasi problem yang dikonstruk Mooney (Prayitno, dkk.,1998). Inventori Keterlaksanaan Tugas-tugas Perkembangan Murid(IKTPM) dikonstruk berdasarkan konsep Havighurst (Muro &Kottman, 1995:29 dan Sink, 2005:192). Kuesioner KeterlaksanaanProsedur Konstruksi Pelayanan BK (KKPKP-BK) dikonstrukberdasarkan konsep Schmidt (1993:42-44) yang menggambarkanprosedur pengembangan program BK perkembangan komprehensifsebagai “...a series of processes that include planning, organizing,implementing, and evaluating prosedures.” Inventori ImplementasiAktual Layanan Bimbingan (IIALB) dikonstruk berpedoman padapetunjuk Puskur Depdiknas (2006) tentang empat bidang layananBK di sekolah dan deskripsi muatan materi BK untuk SD (Prayitno,dkk., 1998). Sedangkan Inventori Penilaian Kualitas ImplementasiLayanan Bimbingan Klasikal (IPKIL-BK) dikonstruk berdasarkankonsep The Four Levels Evaluation of Kirk Patrick Model.

Semua instrumen evaluasi model AbKIN tergolong padainstrumen dengan data kuantitatif. Kesemua instrumen diuji daridua aspek, yaitu (1) aspek internal menyangkut rasionalitaskesesuaian konstruk instrumen dengan konstruk teorinya dankualitas konstruk instrumen (logical-construct validity by expertsjudgment), dan (2) akurasi instrumen pengukuran (validitas,reliabilitas, dan fit model pengukuran) berdasarkan validasi empiris(prosedur kedua ini akan dilakukan pada tahapan pengujianselanjutnya).

Hasil penilaian tiga orang ahli (expert’s ratings) terhadap kualitaskonstr uk instrumen menunjukkan bahwa konstruk keenaminstrumen evaluasi model AbKIN telah memenuhi kriteria validitaslogik. Hasil penilaian ekspert tergambar sebagai berikut.

151

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Penilaian Ekspertterhadap Aspek-aspek Kualitas Konstruk Instrumen

dan Efektivitas Model AbKIN

No. Objek Penilaian Skor Penilaian Ahli Kesimpulan 1 2 3 Rerata

1. Kualitas Konstruk IKPM 4,1 4,1 4,0 4,0 Baik2. Kualitas Konstruk IKTPM 4,1 4,1 3,9 4,0 Baik3. Kualitas Konstruk IMATPM 3,9 3,9 3,9 3,9 Baik4. Kualitas Konstruk KKPKP-BK 4,2 4,4 4,3 4,3 Amat baik5. Kualitas Konstruk IIALB 4,3 4,1 4,1 4,2 Amat baik6. Kualitas Konstruk IPKIL-BK 4,4 4,2 4,3 4,3 Amat baik7. Efektivitas Model: Aplikatif 4,5 3,8 4,2 4,2 Amat baik8. Efektivitas Model: Komprehensif 4,8 4,5 3,8 4,4 Amat baik9. Efektivitas Model: Praktis 4,4 3,8 4,0 4,0 Baik

10. Efektivitas Model: Mudah 4,4 4,0 4,0 4,1 Amat baik

Data penilaian pakar pada Tabel 2 menunjukkan bahwakonstruk tiga instrumen asesmen kebutuhan murid (IKPM, IKTPM,dan IMATPM) dinilai sudah baik, sedangkan tiga konstrukinstrumen lainnya dinilai berkualitas sangat baik. Perbedaan kategoripada kedua kelompok instrumen tersebut bisa terjadi karena secaraselintas tampang (face validity), konstruk ketiga instrumen asesmenkebutuhan tampak lebih kompleks dengan jumlah aspek danindikator yang lebih banyak dibandingkan dengan ketiga konstrukinstrumen lainnya yang penampilannya tampak lebih bersahaja.

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas antarpenilai, yaitu apakahpenilaian ahli satu dengan yang lainnya memiliki kesamaanagreement (tingkat kesepakatan) dalam melakukan penilaianterhadap kualitas konstruk instrumen model AbKIN, dilakukananalisis koefisien reliabilitas antarpenilai dengan teknik statistikCohen’s Kappa (k). Rekapitulasi hasil analisis koefisien Kappa (k)adalah sebagai berikut.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

152

Tabel 3:Rekapitulasi Hasil Analisis Koefisien Kappa Penilaian

Antarketiga Ahli terhadap Kualitas Konstruk Instrumen Model AbKINInstrumen Antarpenilai Value of Agreement (k) Signifikansi

1 & 2 1,000 0,000IKPM 1 & 3 0,854 0,000

2 & 3 0,854 0,000 1 & 2 0,725 0,000

IKTPM 1 & 3 0,728 0,000 2 & 3 0,728 0,000 1 & 2 0,823 0,000

IMATPM 1 & 3 0,823 0,000 2 & 3 0,823 0,000 1 & 2 0,837 0,001

KKPKP-BK 1 & 3 0,811 0,002 2 & 3 0,837 0,001 1 & 2 0,759 0,003

IIALB 1 & 3 0,759 0,003 2 & 3 0,759 0,003

1 & 2 0,837 0,001IPKIL-BK 1 & 3 0,811 0,002

2 & 3 0,837 0,001

Berdasarkan data analisis koefisien Kappa pada tabel di atas,tampak bahwa nilai-nilai koefisien reliabilitas antarpenilai untukkualitas konstruk keenam instrumen model AbKIN yang diperolehlebih besar dari kriteria minimal, yaitu 0,70 (Cohen, 2001: 139)sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian ketiga ahli terhadapkualitas konstruk instrumen model AbKIN memenuhi syarat reliabel(terdapat konsistensi atau persepsi yang sama antarpenilai).

153

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan tentang Produk Awal

5.1.1 Desain hipotetik model evaluasi pelayanan BK di SD (modelAbKIN) yang ditemukan dalam penelitian pendahuluan inidiperkirakan dapat dipergunakan secara efektif membangungambaran evaluatif yang komprehensif dalam bentuk profilpelayanan BK di SD pada masing-masing kelas.

5.1.2 Desain hipotetik Model AbKIN dapat digunakan untukmendeskripsikan empat komponen utama evaluasi, yaituasesmen kebutuhan (needs assessment) peserta didik dalamimplikasinya terhadap penyusunan program BK di SD, tingkatketerlaksanaan prosedur konstruksi program BK (planning,designing, organizing) oleh guru kelas di SD, tingkat kepuasanmurid terhadap implementasi aktual layanan bimbingan, danpenilaian capaian hasil pelayanan BK di SD.

5.1.3 Berdasarkan hasil telaah ekspert secara konseptual, desainhipotetik model AbKIN dinilai oleh ahli sebagai model evaluasiyang memenuhi indikator kriteria efektivitas evaluationstandards (aplikatif, akurat, komprehensif, praktis, dan mudah)untuk diujikembangkan lebih lanjut pada tataran empirik agardapat digunakan dalam mengevaluasi pelayanan BK di SD.

5.1.4 Enam set konstruk instrumen yang dikembangkan secarakhusus untuk mendukung aplikasi model AbKIN dalampenelitian ini telah ditelaah secara rasional dan dinilai olehahli sebagai telah memenuhi syarat kualitas konstruk (logicalconstruct validity) dan memenuhi validitas isi yang baik untukdigunakan sebagai konstruk konseptual dalam pengembanganbutir-butir instrumen perangkat evaluasi pelayanan BK di SD.

5.2 Saran Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Berdasarkan hasil-hasil desain hipotetik-konseptual model yangtelah terbangun dalam penelitian pendahuluan (tahapan APHB tahunI) ini, dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan produk ini lebihlanjut, disampaikan beberapa saran sebagai berikut.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

154

5.1.1 Proses dan hasil penelitian pendahuluan ini memberikontribusi teoretis berupa input konseptual, metodologis, danfindings berkaitan dengan perluasan khasanah pengetahuantentang konsep dan praktik evaluasi pelayanan BK diSD yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar dan penelitilain sebagai salah satu sumber acuan referensi dalammengkajikembangkan produk lain yang sewarna dengan isu-isu evaluasi pelayanan BK di sekolah.

5.2.2 Desain hipotetik model evaluasi pelayanan BK di SD (modelAbKIN) dan rancangbangun instrumen pendukung modelyang dihasilkan dalam tahapan penelitian pendahuluan inisangat fisibel dijadikan sebagai model konseptual untukdiujikembangkan lebih lanjut hingga menghasilkan produk finalyang fit berupa model evaluasi yang dapat digunakan olehguru kelas dalam melakukan evaluasi terhadap pelayanan BKdi SD.

5.2.3 Pengembangan produk ini lebih lanjut akan semakinbermanfaat dan berdaya guna tinggi jika pemegang kebijakan/kekuasaan (Dinas Pendidikan) dan pemangku kepentingan(Kepala SD dan staf guru SD) terlibat secara langsung danaktif dalam proses pengembangan dan pemanfaatan produk(model AbKIN) menuju perbaikan/peningkatan kualitaspenyelenggaraan program pelayanan BK di Sekolah Dasar.

155

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

DAFTAR PUSTAKA

American Educational Research Association. 1999. Standards forEducational and Psychological Testing. Washington: AERA-APA.

Astramovich, R.L., Coker, J.K., dan Hoskins, W.J. 2005. “TrainingSchool Counselors in Program Evaluation”. ProfessionalSchool Counseling, 9 (1) 49-54, October.

Barus. 2008. “Model Prosedur Pengembangan dan ImplementasiProgram Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar”.Widya Dharma. Vol. 19. No. 1. Oktober.

––––––––––. 2009. “Analisis Kebutuhan Perkembangan PesertaDidik dalam Rangka Penyusunan Program Layanan DasarBimbingan”. Widya Dharma Jurnal Kependidikan. Vol. 20.No. 1. Oktober 2009.

Brinkerhoff, R.O., et.al. 1986. Program Evaluation a Practitioner’sGuide for Trainers and Educators. Boston: Kluwer-NijhoffPublishing.

Br own, D. dan T r usty, J . 2005. Designing and LeadingComprehensive School Counseling Programs, PromotingStudent Competence and Meeting Student Needs. USA:Thomson Brools/Cole.

Cohen, B.H. 2001. Explaining Psychological Statistics. (2nd ed.). NewYork: John Wiley & Sons, Inc.

Dean, D.L. 1994. “How to Use Focus Groups. In J.S.Wholey,H.P.Hatry, dan K.E.Newcomer (Eds.)”, Hanbook of PrakticalProgram Evaluation. San Francisco: Jossey-Bass Publishers

Depar temen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan PendidikanProfesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konselingdalam Jalur Pendidikan Formal. Jakar ta: Depar temenPendidikan Nasional.

Gysbers, N.C. dan Henderson, P. 2000. Developing and ManagingYour School Guidance Program (3rd ed.). Alexandria, VA:American Counseling Association.

Gysbers, N.C. 2006. “Comprehensive Guidance and CounselingPrograms: The Evolution of Accountability. ProfessionalSchool Counseling, 8 (1): 1-14, October 2004.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

156

Linstone, H.A. dan Turof f, M. 2002. The Delphi Method Techniquesand Applications. Electronic version.

Muro, J.J. dan Kottman, T. 1995. Guidance and Counseling in TheElementary and Middle School, a Practical Approach.Madison: Brown & Benchmark.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi SatuanPendidikan Dasar dan Menengah.

Plomp, T. 1999. Design Methodology and Developmental Researchin/on Education and Training . T wente University.Netherlands

Prayitno, dkk. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SekolahDasar (Buku I). Jakarta: Penebar Aksara.

Puskur Depdiknas. 2006. Buku Panduan Pengembangan Diri untukSatuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNPdan Puskur Depdiknas RI.

Schmidt, J.J. 1993. Counseling in Schools: Essential Services andComprehensive Programs. Boston: Allyn and Bacon.

Sink, A.C. 2005. Contemporary School Counseling: Theory, Research,and Practice. Boston: Lahaska Press Houghton Mifflin.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta:Bina Aksara.

Sumarno, dkk. 2002. “Pengembangan Model Akreditasi SekolahTingkat SLTP dan SMU”. Jurnal Kependidikan, 2:32, 249-268.

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: RinekaCipta.

157

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

LAMPIRAN

Tabel 4: Kisi-kisi KuesionerKeterlaksanaan Prosedur Konstruksi Pelayanan BK

(Responden: Kepala SD, Konselor SD, dan Guru Kelas 5 atau 6 SD)Aspek Indikator No. Item

1. Keterlaksanaan 1. Guru kelas mengidentifikasi tujuan institusional, visi dan 1-3prosedur perencanaan misi sekolah, dan mengases kebutuhan (peserta didik,program/kegiatan BK guru, orangtua) secara sistematis.(planning) 2. Guru kelas mengidentifikasi karakteristik, gangguan 4-6

perkembangan dan masalah-masalah peserta didik.3. Guru Kelas merencanakan kegiatan tertentu sebagai

upaya untuk membantu/membimbing peserta didik. 7-8

2. Keterlaksanaan 1. Guru Kelas menganalisis hasil asesmen kebutuhan 9-11prosedur dan kualitas peserta didik dan menjajagi implikasinya pada perumusandesain (rancangan) tujuan-tujuan, topik-topik bimbingan, dan skala prioritas.program/kegiatan BK 2. Menyusun pelayanan BK (tahunan) yang dirumuskan 12-14(desiging) secara tertulis dan terstruktur dalam bentuk GBPP

(Garis Besar Program Pelayanan) BK danmenjabarkannya ke dalam kegiatan-kegiatan operasional(satuan-satuan Layanan Bimbingan) atau diinfusikandengan rumusan yang jelas dalam satuan kegiataninstruksional.

3. Keterlaksanaan 1. Pengorganisasian bahan, teknik/metode, sumber, media, 15-18prosedur pengorganisa penjadwalan, dan alokasi waktu dituangkan dlm satuan-sian program/kegiatan layanan bimbingan atau satpel terkait.BK (organizing) .2. Mengorganisasikan muatan-muatan bimbingan yang 19-20

ditempatkan pada pokok-pokok bahasan dalam matapelajaran yang relevan dan mengorganisasikan sumber-sumber pendukung, sarana yang diperlukan, dandiposisikan secara tepatguna untuk mencapai tujuan.

3. Melibatkan guru-guru dan orangtua dalam mendukung 21-22program/pendampingan individual peserta didik

4. Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan pihak-pihak 23-24terkait dalam pengembangan kegiatan/pelayananbimbingan.

4 Keterlaksanaan Keterlaksanaan layanan-layanan BK (layanan orientasi 30 itemlayanan-layanan BK dan informasi, penempatan, pembelajaran, bimbingan klasikal,

konseling, konsultasi, himpunan data)

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

158

Tabel 5: Kisi-kisi Inventori Implementasi Aktual Layanan Bimbingan (IIALB)(Responden: Peserta Didik Kelas 5 dan/atau 6 SD)

Aspek Indikator No. Item1. Bidang bimbingan 1. Bimbingan untuk pengembangan konsep diri, penerimaan 1-5

pribadi diri, dan penghargaan terhadap diri sendiri.2. Bimbingan untuk mengembangkan sikap-sikap positif 6-8

terhadap diri sendiri.3. Bimbingan untuk membuat pilihan kegiatan secara sehat, 9-11

seimbang, dan bertanggung jawab.4. Bimbingan untuk memecahkan masalah-masalah 12-15

sederhana yang dihadapi dalam kehidupan sehari-haridan membuat keputusan secara baik.

5. Bimbingan untuk membina sikap-sikap dasar beriman 13-14terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bertaqwa, beribadah,dan beramal sesuai ajaran agama-Nya.

2. Bidang bimbingan 1. Bimbingan untuk mengembangkan kemampuan 16-20sosial menghargai orang lain, terampil dalam berhubungan

antarpribadi, toleran, bekerjasama, dan setia kawan.2. Bimbingan untuk mengembangkan sikap-sikap bergaul, 21-27

berkomunikasi, berperilaku positif terhadap sesama,sportif, menghargai perbedaan, dan asertif.

3. Bimbingan untuk pengembangan kemampuan mengelola 28-29emosi dan menejemen konflik.

4. Bimbingan untuk penyadaran dan menghargai prinsip- 30-33prinsip hidup bersama, mentaati norma, dan loyalterhadap keputusan bersama.

3. Bidang bimbingan 1. Bimbingan untuk mengembangkan sikap, kebiasaan, 34-35akademik dan dan cara-cara belajar yang baik/efektif.pendidikan 2. Bimbingan untuk berlatih menetapkan tujuan (cita-cita) 36-37

dan rencana pendidikan (lanjutan).3. Bimbingan untuk mengembangkan perilaku sukses 38-39

di sekolah dan mencapai prestasi belajar secara optimalsesuai bakat dan kemampuan.

4. Bimbingan untuk mengembangkan keterampilan dalam 40-41menghadapi tes atau ujian.

159

Gendon Barus, Pengembangan Model Evaluasi Pelayanan ....

Aspek Indikator No. Item4. Bidang bimbingan 1. Bimbingan dalam membiasakan diri mengerjakan 42-46

perkembangan karier pekerjaan-pekerjaan sederhana sesuai kemampuan anak,menghargai waktu, menghargai hasil kerja keras dirisendiri/orang lain, hidup hemat dan produktif, danmengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenispekerjaan

2. Bimbingan untuk mengembangkan kesadaran dan 47-48penghargaan terhadap berbagai jenis pekerjaan yang adadalam masyarakat.

3. Bimbingan dalam mengembangkan cita-cita terhadap 49-50pilihan pekerjaan dan belajar merencanakan masa depan.

Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010

160

Tabel 6: Kisi-kisi Inventori Penilaian Kualitas ImplementasiLayanan Bimbingan Klasikal

(Responden: Peserta Didik Kelas 5 dan/atau 6 SD)Aspek/Indikator Deskriptor No. Item

1. Keberminatan peserta 1. Tingkat kebutuhan terhadap kegiatan. 1didik terhadap 2. Kemauan berpartisipasi. 2kegiatan bimbingan 3. Keinginan untuk mendapat perbaikan. 3

4. Motivasi mengikuti kegiatan. 45. Tingkat harapan untuk mencapai tujuan kegiatan. 5

2. Aksi/aktivitas yang 1. Tingkat aktifitas dalam mengikuti kegiatan. 6ditunjukkan peserta 2. Antusiasme mengikuti kegiatan. 7didik dalam mengikuti 3. Bobot peran yang ditunjukkan dalam mengikuti kegiatan. 8kegiatan BK 4. Stabilitas keterlibatan selama kegiatan berlangsung. 9

5. Daya juang terhadap faktor-faktor kesulitan dalam kegiatan. 106. Kerjasama dalam mengikuti kegiatan. 117. Optimisme terhadap keberhasilan kegiatan. 12

3. Reaksi/responsi 1. Kepuasan peserta didik dalam mengikuti kegiatan 13peserta didik bimbingan.terhadap kegiatan BK 2. Nada emosi (perasaan-perasaan positif) yang dirasakan 14-15

peserta didik selama mengikuti kegiatan.3. Niat yang dinyatakan (“I statement”) untuk berubah 16

4. Upaya belajar/niat 1. Perubahan-perubahan yang dirasakan dalam emosi. 17untuk berubah yang 2. Perubahan yang dihayati dalam pandangan terhadap 18diungkapkan peserta suatu masalah.didik segera 3. Perubahan yang ditunjukkan dalam sikap. 19paskalayan 4. Pengetahuan yang diperoleh/berubah setelah mengikuti 20

kegiatan BK.5. Perubahan keterampilan yang terkait dengan tujuan 21

kegiatan BK

5. Sinkronisasi isi 1. Isi materi layanan sesuai dgn kebutuhan. 22layanan dengan 2. Peserta didik merasakan manfaat layanan. 23kebutuhan peserta 3. Ada keinginan/harapan peserta didik untuk mengikuti 24didik kegiatan selanjutnya.