2. laporan pendahuluan katarak

40
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK A.DEFINISI Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapatterjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. (Tamsuri Anas, 2011: 54) Katarak merupakaan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein. Kekeruhan dapat terjadi akibat gangguan metabolism normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. (Ilyas, 2005: 128). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Upload: agustina-kusumastuti

Post on 01-Dec-2015

768 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Pengertian,Etiologi, Patofisiologi

TRANSCRIPT

Page 1: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. DEFINISI

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapatterjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.

(Tamsuri Anas, 2011: 54)

Katarak merupakaan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa di dalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa

menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein. Kekeruhan dapat

terjadi akibat gangguan metabolism normal lensa yang dapat timbul pada berbagai

usia tertentu. (Ilyas, 2005: 128).

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau

kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang

lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga

menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin, 2009).

Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak

merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan

lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau

kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman

penglihatan berkurang (Corwin, 2000).

Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa

rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini

Page 2: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai

usia tertentu (Iwan,2009)

B. KLASIFIKASI PENYAKIT

1. Katarak primer

a.    Karatak kongenital

Terjadi sebelum dan segera setelah bayi lahir. Katarak kongenital dianggap sering

ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit:

1) Rubella

2) Galaktosemi

3) DM

b.    Katarak juvenil

Merupakan lanjutan di katarak kongenital, terbentuk pada usia 3 bulan sampai

dengan 9 tahun.

c.    Katarak senil

Katarak yang terdapat pada usia di atas 50 tahun. Berdasarkan kekeruhan pada lensa,

maka katarak senil dibedakan atas:

1) Katarak Insipien

Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti biji dengan dasar di perifer dan

daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau

posterior.

2) Katarak Immature

Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih

ditemukan bagian-bagian yang jernih. Kekeruhan terdapat pada bagian

posterior dan belakang nukleus lensa

Page 3: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

3) Katarak Matur

Kekeruhan yang telah mengenai seluruh massa lensa. Sehingga semua sinar

yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa.

4) Katarak Hipermatur

Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun, terjadi kerusakan kapsul

lensa sehingga isi korteks yang mencair keluar dari lensa menjadi kempis.

2. Katarak sekunder

Katarak sekunder (komplikata) adalah katarak yang terjadi akibat penyakit lain

atau setelah trauma yang memecah lensa. Penyebab katarak sekunder (komplikata) yaitu:

a.    Penyakit mata (yang menyebabkan katarak monokuler)

1) Uveitis

2) Glaucoma

3) Miopi maligna

4) Ablasio retina yang lama

b.    Penyakit sistemik

1) Galaktosemia

2) Diabetes Mellitus

3) Tetani akibat insufisiensi gland; paratiroid pasca bedah struma

c.    Trauma

1) Trauma fisik

a) Trauma tumpul, menyebabkan katarak:

b) Vissious ring

c) Berbentuk roset (bintang)

d) Katarak zonular (malelar)

Page 4: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

e) Katarak kapsula lentis yang keriput.

f)Trauma tajam (tembus)

2) Trauma radiasi

3) Trauma toksik

C. PENYEBAB

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat menderita katarak

yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan.

keadaan ini disebut sebagai katarak kongengital. Penyebab katarak lainnya adalah:

1. Faktor keturunan

2. Cacat bawaan sejak lahir

3. Masalah kesehatan,misal diabetes

4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid

5. Gangguan metabolisme seperti DM

6. Gangguan pertumbuhan

7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama

8. Rokok dan alcohol

9. Operasi mata sebelumnya

10. Trauma pada mata

D. MANIFESTASI KLINIS

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif

(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat

asap dan pupil mata bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang

Page 5: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di

negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan

dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Peka terhadap sinar atau cahaya.

3. Dapat melihat dobel pada satu mata.

4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

E. PATOFISIOLOGI

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

1. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh.

Otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya

refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus keretina.

2. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat

Otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang 

elastic kemudian memmpengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh

peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologik antara korpus sillaris, zonula, dan

lensa untuk memfokuskan benda dekat keretina disebut sebagai akomodasi, seiring

dengan pertambahan usia, kemampuan dalam refraksi lensa perlahan lahan akan

berkurang, disebabkan karena perubaahan kimia dalam protein lensa sehingga

terjadi koagulasi yang mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya

cahaya keretina.

Page 6: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak air,

sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. tapi setelah mengalami gangguan

maka lensa  akan mengalami kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomaligeometri. Pada

orang yang mengalami lensa katarak memiliki cirri berupa edema lensa,perubahan

protein, peningkatan proliferrasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat serat lensa.

Secara umum edema lensa berfariasi sesuai stadium perkembangan katarak.

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat nucleus,

di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan

posterior. Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang

menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein

pada lensa mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat kekuningan. Di

sekitar  opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas

pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti

kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multiple, memanjang dari badan silier ke sekitar daerah

lensa mengakibatkan penglihatan distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagolasi, sehingga mengakibatkan pandangan berkabut.Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa yang

mengakibatkan patahnya serabut lensa yang tegang sehingga mengganggu transmisi

sinar.

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam

melindungi lensa dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan

bertambahnya usia. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya

Page 7: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

katarak antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan

malnutrisi.

F. PEMERIKSAAN

1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi

terbaik serta menggunakan pinhole.

b. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior

c. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau

Schiotz

d. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan

tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan

pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah

sesuai dengan visus pasien.

1) Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12,

tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks

fundus masih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari

50 tahun.

2) Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara

6/12 – 6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan.

Refleks fundus masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan

gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.

3) Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara

6/30 – 3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan

korteks yang berwarna keabu-abuan

Page 8: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

4) Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak

nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai

5) Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih

jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus

berawarna kecoklatan bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat

keras dan disebut juga sebagai Brunescence cataract atau black

cataract.

e. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan.

f. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain

pada mata selain katarak.

g. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan

dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam

penglihatan setelah operasi.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Ketajaman Penglihatan

Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah dengan

meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang

adekuat. Jika klien memakai kacamata ,kacamata dipakai saat pemeriksaan.

Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan snellen

chart. Klien diminta duduk atau berdiri 6,1 m dari snellen chart untuk

membaca semua huruf dimulai dari garis mana saja, pertama dengan kedua

mata terbuka kemudian denggan satu mata tertutup dan minta klien tidak

menekan mata. Skor ketajaman penglihatan dicatat untuk setiap mata dan

kedua mata. Mata normal dapat membaca bagan dengan perbandingan 20/20.

Page 9: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

b. Gerakan Ekstraokuler

Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta klien

duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm)lalu pasien

mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.

c. Lapang Pandang

Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda dibagian

tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda

(pandangan lurus).

d. Stuktur Mata Ekstre

1) Posisi dan kesejajaran mata

a) Adakah tonjolan (eksoftalamus)

b) Tumor atau inflamasi

2) Alis

a) Simetris

b) Distribusi rambut

3) Kelopak mata

a) Posisi, warna, kondisi permukaan, dan arah bulu mata

b) Kemampuan klien untuk meembuka, menutup dan berkedip.

4) Aparatus Laktrimal

a) Inspeksi : adanya edema atau kemerahan

b) Palpasi : normalnya tidak teraba

5) konjungtiva dan sclera

a) konjungtiva : kemerahan

Page 10: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

b) sclera : putih

6) Kornea

Bagian mata yang transparan,tidak berwarna,menutupi  pupil dan iris

7) Pupil dan iris

a) Pupil normal : hitam,bulat,regular,sama ukurannya

b) Iris :jernih

c) PERRLA (pupil sama,bulat,reaktif thd cahaya dan akomodasi )

8) Struktur Interna Mata

            Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat

untuk menerangi struktur strukturnya yaitu oftalmoskop,digunakan untuk

menginspeksi fundus yang mencakup retina,koroid,discus saraf

optikus,macula,fovea sentralis,dan pembuluh retina.

G. PENATALAKSANAAN

1.      Secara Medis

Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan

jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan

katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata

atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa

intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang

keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang

dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap

keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :

Page 11: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

a. FAKOEMULSIFIKASI

Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm)

pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan

untuk mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti

dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada

kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan

segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30

menit dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama

operasi.

b. EKSTRA KAPSULER

Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar

dapat mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan

aspirasi. Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam

permanent. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.

1) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)

Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk

mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan

memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.

2) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)

Lensa diangkat seluruhnya. Keuntungannya prosedur mudah dilakukan.

Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya

retina )

2.      Terapi

Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat

diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu parah. Senyawa aktif dalam

Page 12: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit

katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome

yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida

pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa

mata penderita katarak secara bertahap “dicuci” sehingga lepas dari lensa dan keluar

dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.

H. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN

1. Luka yang tidak sempurna menutup

2. Edema kornea

3. Inflamasi dan uveitis

4. Atonik pupil

5. Papillary captured

6. Kekeruhan kapsul posterior

7. TASS (toxic anterior segment syndrome)

8. Ablasio retina

9. Endoftalmus

10. Sisa massa lensa

I. PENCEGAHAN

Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan, dan sebagai pendidik

dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan pendidikan dalam hal

asuhan mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat dapat mencegah

membantu orang belajar bagaimana mencegah kontaminasi silang atau penyebaran

penyakit infeksi kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik. Perawat dapat

Page 13: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

mendorong pasien melakukan pemeriksaan berkala dan dapat merekomendasikan cara

mencegah cedera mata.

Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia pasien,

faktor resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala orkuler

harus segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak mengalami gejala tetapi

yang berisiko mengalami penyakit mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata

berkala. Pasien yang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi mata, seperti

kortekosteroid, hidrokksikloroquin sulfat, tioridasin HCI, atau amiodarone, harus

diperiksa secara teratur. Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada usia

35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.

Page 14: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK

 

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesa

Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

2. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara

langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan

keterangan lain mengenai identitas pasien.

3. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:

a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) .

b. Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

c. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

d. Perubahan daya lihat warna

e. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan

mata

f. Lampu dan matahari sangat mengganggu

g. Sering meminta ganti resep kaca mata

h. Lihat ganda

i. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

j. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti

Page 15: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

a. DM

b. hipertensi

c. pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko

katarak.

d. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,

e. ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,

steroid / toksisitas fenotiazin.

f. Kaji riwayat alergi

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

B. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa

mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop

sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros

mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang

keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,

sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

C. Pemeriksaan Diagnostik

1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau

penglihatan ke retina ayau jalan optic.

Page 16: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi

lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.

3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi

4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan

aterosklerosis.

5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

D. Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi (Doenges,2000):

1. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d  gangguan penerimaan

sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :

Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

2. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan

pembedahan

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak mengenal

sumber informasi, salah intrepetasi, kurangnya mengingat, keterbatasan kognitif

Page 17: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

a.        PRE OPERATIF

1)       Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan

ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.

Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.

Kriteria hasil :

a. Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal

mungkin.

b. Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif

c. Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.

Intervensi Rasional

1.       Orientasikan pasien terhadap

lingkungan aktifitas.

2.       Bedakan kemampuan lapang

pandang diantara kedua mata

3.       Observasi tanda disorientasi

dengan tetap berada di sisi

pasien.

4.       Dorong klien untuk

melakukan aktivitas sederhana

seperti menonton TV, radio, dll

5.       Anjurkan pasien

menggunakan kacamata katarak,

cegah lapang pandang perifer

dan catat terjadinya bintik buta.

6.       Posisi pintu harus tertutup

terbuka, jauhkan rintangan.

£  Memperkenalkan pada pasien tentang

lingkungan dam aktifitas sehingga dapat

meninggalkan stimulus penglihatan.

£  Menentukan kemampuan lapang pandang

tiap mata

£  Mengurangi ketakutan pasien dan

meningkatkan stimulus.

£  Meningkatkan input sensori, dan

mempertahankan perasaan normal,

tanpa meningkatkan stress.

£  Menurunkan penglihatan perifer dan

gerakan.

£  Menurunkan penglihatan perifer dan

gerakan.

2)       Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan

kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

Page 18: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

Tujuan : kecemasan teratasi

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang

akan dijalani.

b. Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.

Intervensi Rasional

1.       Ciptakan lingkungan yang tenang dan

relaks, berikan dorongan untuk

verbalisasi dan mendengarkan dengan

penuh perhatian.

2.       Yakinkan klien bahwa ansietas

mempunyai respon normal dan

diperkirakan terjadi pada pembedahan

katarak yang akan dijalani.

3.       Tunjukkan kesalahpahaman yang

diekspresikan klien, berikan informasi

yang akurat.

4.       Sajikan informasi menggunakan

metode dan media instruksional.

5.       Jelaskan kepada klien aktivitas

premedikasi yang diperlukan.

6.       Diskusikan tindakan keperawatan pra

operatif yang diharapkan.

£  Membantu mengidentifikasi sumber

ansietas.

£  Meningkatkan keyakinan klien

£  Meningkatkan keyakinan klien

£  Meningkatkan proses belajar dan

informasi tertulis mempunyai sumber

rujukan setelah pulang.

£  Pengetahuan yang meningkat akan

menambah kooperatif klien dan

menurunkan kecemasan.

£  S d a

Page 19: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

7.       Berikan informasi tentang aktivitas

penglihatan dan suara yang berkaitan

dengan periode intra operatif

£  Menjelaskan pilihan memungkinkan

klien membuat keputusan secara

benar.

b.        POST OPERATIF

1)       Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive.

Tujuan : nyeri teratasi

Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif dan nyeri terkontrol

setelah intervensi.

Intervensi Rasional

1.       Bantu klien dalam

mengidentifikasi tindakan

penghilangan nyeri yang efektif.

2.       Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi

sampai beberapa jam setelah

pembedahan.

3.       Lakukan tindakan mengurangi

nyeri dengan cara:

-          Posisi : tinggikan bagian kepala

tempat tidur, ganti posisi dan tidur,

ganti posisi dan tidur pada sisi yang

tidak dioperasi

1.       Membantu pasien menemukan tindakan

yang dapat menghilangkan atau

mengurangi nyeri yang efektif.

2.       Nyeri dapat terjadi sampai anestesi

local habis, memahami hal ini dapat

membantu mengurangi kecemasan yang

berhubungan dengan yang tidak

diperkirakan.

3.       Latihan nyeri dengan menggunakan

tindakan yang non farmakologi

memungkinkan klien untuk memperoleh

rasa kontrol terhadap nyeri.

Page 20: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

-          Distraksi

-          Latihan relaksasi

4.       Berikan obat analgetik sesuai

program

5.       Lapor dokter jika nyeri tidak

hilang setelah ½ jam pemberian obat,

jika nyeri disertai mual.

4.       Analgesik dapat menghambat reseptor

nyeri.

5.       Tanda ini menunjukkan peningkatan

tekanan intra ocular atau komplikasi lain.

2)       Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah

pengangkatan).

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi

b. Penyembuhan luka tepat waktu

c. Bebas drainase purulen , eritema, dan demam

Intervensi Rasional

1.       Tingkatkan penyembuhan luka

dengan :

-          Beri dorongan untuk mengikuti

diet seimbang dan asupan cairan

yang adekuat

-          Instruksikan klien untuk tetap

menutup mata sampai hari pertama

setelah operasi atau sampai

£  Nutrisi dan hidrasi yang optimal

meningkatkan kesehatan secara

keseluruhan, meningkatkan penyembuhan

luka pembedahan.

£  Memakai pelindung mata meingkatkan

penyembuhan dan menurunkan kekuatan

iritasi kelopak mata terhadap jahitan luka.

Page 21: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

diberitahukan.

2.       Gunakan tehnik aseptic untuk

meneteskan tetes mata :

-          Cuci tangan sebelum memulai

-          Pegang alat penetes agak jauh

dari mata.

-          Ketika meneteskan hindari

kontk antara mata dengan tetesan

dan alat penetes.

3.       Gunakan tehnik aseptic untuk

membersihkan mata dari dalam ke

luar dengan tisu basah / bola kapas

untuk tiap usapan, ganti balutan dan

memasukkan lensa bila

menggunakan.

4.       Tekankan pentingnya tidak

menyentuh / menggaruk mata yang

dioperasi.

5.       Observasi tanda dan gejala

infeksi seperti : kemerahan,

kelopak mata bengkak, drainase

purulen, injeksi konjunctiva

(pembuluh darah menonjol),

peningkatan suhu.

6.       Anjurkan untuk mencegah

£  Tehnik aseptic menimalkan masuknya

mikroorganisme dan mengurangi infeksi.

£  Tehnik aseptic menurunkan resiko

penyebaran infeksi/.bakteri dan

kontaminasi silang.

£  Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi

operasi.

£  Deteksi dini infeksi memungkinkan

penanganan yang cepat untuk

meminimalkan keseriusan infeksi.

£  Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan

Page 22: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

ketegangan pada jahitan dengan

cara : menggunakan kacamata

protektif dan pelindung mata pada

malam hari.

7.       Kolaborasi obat sesuai indikasi :

-          Antibiotika (topical, parental

atau sub conjunctiva)

-          Steroid

interupsi, menciptakan jala masuk untuk

mirkoorganisme

£  Sediaan topical digunakan secara profilaksis,

dimana terapi lebih agresif diperlukan bila

terjadi infeksi

£  Menurunkan inflamasi

3) Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi,

ditandai dengan :

a. Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.

b. Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.

Hasilnya yang diharapkan :

a. Meningkatkan ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu

b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

Intervensi Rasional

1. tentukan ketajaman penglihatan, catat

apakah satu atau kedua mata terlibat

2. orientasi pasien terhadap lingkungan,

staf/ orang lain di area

o Kebutuhan individu dan pilihan

intervensi dan pilihan intervensi

bervariasi sebab kehilangan penglihatan

terjadi lambat dan progresif.

o Memberikan peningkatan kenyamanan

dan kekeluargaaan, menurunkan cemas

Page 23: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

3.       observasi tanda-tanda dan gejala-gejala

disorientasi, pertahankan pengamanan

tempat tidur sampai benar-benar sembuh

dari anesthesia.

4.       ingatkan klien menggunakan kacamata

katarak yang tujuannya memperbesar ±

25%, penglihatan perifer hilang

dan disorientasi pasca operasi.

o Terbangun dalam lingkungan yang tak

dikenal dan mengalami keterbatasan

penglihatan dapat mengakibatkan

bingung pada orangtua.

Perubahan ketajaman dan kedalaman

persepsi dapat menyebabkan bingung /

meningkatkan resiko cedera sampai

pasien belajar untuk mengkompensasi.

4)       Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan berhubungan dengan tidak

mengenal sumber informasi, ditandai dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering

bertanya terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE diharapkan klien mengerti dengan

kondisi, prognosis,dan pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Dapat melakukan perawatan dengan prosedur yang benar

b. Dapat menyembuhkan kembali apa yang telah dijelasakan.

Intervensi Rasional

1.       Kaji informasi tentang kondisi

individu prognosis tipe prosedur,

tipe prosedur lensa.

2.       Tekankan pentingnya evaluasi

perawatan. Beritahu untuk

·        Meningkatkan pemahaman dan

kerjasama dengan program pasca operasi

·        Pengawasan periodic menurun kan

resiko komplikasi serius.

Page 24: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

melaporkan penglihatan

berawan.

3.       Informasikan kepada klien

untuk menghindari tetes mata

yang dijual bebas.

4.       Dorong pemasukan cairan

yang adekuat, makan terserat.

5.       Anjurkan klien untuk

menghindari membaca,

berkedip, mengangkat yang

berat, mengejar saat defekasi,

membongkok pada panggul,

meniup hidung penggunaan

spray, bedak bubuk, merokok.

·        Dapat bereaksi silang / campur dengan

obat yang diberikan.

·        Memertahankan konsistensi faeces

untuk menghindari mengejan

·        Aktifitas yang menyebabkan mata lelah

tegang, manuver valsava atau

meningkatkan TID dapat mempengaruhi

hasil operasi dan mencetuskan

perdarahan.

·        Catatan : iritasi pernapasan yang

menyebabkan batuk / bersih dapat

meningkatkan TID.

 

 

Page 25: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

DAFTAR PUSTAKA

1. Khurna A.K. 2007. Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology,

fourth edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.

2. Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

3. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4. Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo

5. Fadhlur Rahman. 2009. Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes

Mellitus.

6. Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran

University of Riau

7. Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)

8. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto

9. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

10. 10.  Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka

Cendekia Press

11.11.  Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3.

2009. Jakarta: Balai Pustaka FKUI

Page 26: 2. Laporan Pendahuluan Katarak

12. 12.  Benjamin J. Phil. 2010. Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery :

250 Consecutive Cases treated at the tertiary referral center in Netherland. American

Journal of ophthalmology.  Volume 149 No.3