130664434 presus kulit acne
DESCRIPTION
presusTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
AKNE NODULARIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Salatiga
Disusun Oleh:
STONIA ELLEN L
20070310084
Diajukan Kepada Yth:
dr. H. Bambang Sudarto, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UMY
RSUD SALATIGA
2012
Halaman Pengesahan
Telah diajukan dan disahkan, presentasi kasus dengan judul
AKNE NODULARIS
Disusun Oleh:
Nama : STONIA ELLEN L
NIM : 20070310084
Telah diajukan
Hari/ Tanggal : Desember 2012
Disahkan Oleh:
Dosen Pembimbing,
dr. H. Bambang Sudarto, Sp.KK
ii | P r e s u s A n e s t e s i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan presentasi kasus yang
berjudul ”Akne Nodularis”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ardi Pramono, SpAn., selaku dekan FKIK UMY.
2. dr. Siti Aminah, Sp.KK selaku kepala bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKIK
UMY.
3. dr. Lucky H, Sp.KK, selaku kepala bagian SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Salatiga.
4. dr. H. Bambang Sudarto, Sp.KK, selaku pembimbing SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Salatiga.
5. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam presentasi kasus ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, walaupun demikian penulis
telah berusaha sebaik mungkin. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
diharapkan guna penyusunan dan kesempurnaannya.
Salatiga, Desember 2012
Penyusun
1 | P r e s u s A n e s t e s i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................... 2
Bab I. Laporan Kasus........................................................................................ 3
Bab II. Tinjauan Pustaka................................................................................... 7
Bab III. Pembahasan......................................................................................... 24
Bab IV. Kesimpulan.......................................................................................... 27
Daftar Pustaka................................................................................................... 28
2
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Nn. M
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Salak 18/4, ds Cukilan, Kc suruh Kb Semarang
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : benjolan nyeri dan gatal pada pipi kiri, dahi, dan depan telinga
kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Salatiga dengan
keluhan muncul benjolan di pipi kiri, dahi, dan depan telinga kanan yang terasa nyeri
dan sedikit gatal. Keluhan sudah dirasakan 1 bulan terakhir. Benjolan kadang
mengeluarkan nanah kemudian mengempis, tetapi kumat lagi. Pasien mengatakan
jika kulitnya berminyak dan sering timbul jerawat. Pasien juga sering memenceti
jerawat yang muncul di muka karena risih. Sudah mencoba berbagai produk kosmetik
di pasaran tetapi keluhan tidak membaik. Pasien mengaku belum pernah pergi untuk
berobat ke dokter.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riw penyakit kulit (Biduran, cacar air, dll) : disangkal
Riwayat kontak dengan bahan alergi/iritan sebelumnya : di sangkal
Riwayat alergi pada diri pasien : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan sama dengan penderita (+) pada saudara laki-laki
C. PEMERIKSAAN FISIK
3
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik, Compos Mentis
Tanda-tanda Vital : Afebris
Status Dermatologikus
Predileksi : Wajah (pipi sebelah kiri, dahi, dan depan telinga kanan)
UKK : nodul eritema dengan batas tegas, perabaan keras dan nyeri.
D. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
- Acne nodulokistik/nodular/kistik
Merupakan bentuk akne yang berat. Lesi yang khas terdiri dari nodulus, yakni
suatu massa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri. Nodus mula-
mula padat tetapi dapat melunak mengalami fluktuasi dan regesi dan sering
mengalami supurasi serta meninggalkan jaringan parut. Lokasi pada wajah,
leher, dada, dan punggung. Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
4
- Furunkel
Merupakan infeksi pada folikel rambut dan jaringan sekitarnya yang bersifat
akut, berbentuk bulat, nyeri, dan berbatas tegas. Terdapat gejala demam dan
lesu. Lesi berupa nodus eritematosa yang bulat, berbatas tegas, dan nyeri.
Pada perabaan akan terasa panas. Lesi berahir dengan supurasi sentral dan
pecah di pusat yang disebut core (mata bisul) mengeluarkan eksudat purulen
disertai darah dan jaringan nekrotik. Lokasi terutama pada muka, leher,
payudara, aksila, dan bokong.
- Premenstrual Acne
Acne yang muncul dipengaruhi oleh perubahan hormonal selama periode
sebelum terjadinya haid. Kadar hormone yang berperan dalam peningkatan
produksi sebum meningkat pada fase ini, dan menyebabkan munculnya acne.
- Acne Kosmetika
Terjadi akibat penggunaan bahan kosmetik yang mengadung lanolin yang
berifat komedogenik atau pemakaian kosmetik jangka panjang dengan basis
minyak yang menyebabkan penyumbatan folikel sebum.
- Acne rosasea
Kelainan khas yang terdapat pada pria maupun wanita dewasa dengan
didapatinya eritema kulit di daerah seborea karena vasodilatasi,
teleangiektasis, komedo, papul, pustule, nodul dan kista. Papul dapat
menggabung menjadi satu. Lokasi di daerah pipi, dagu, dahi, dan hidung.
- Acne papulopustul
Acne yang didominasi oleh papul dan pustule. Lesi terdiri dari campuran
komedo dan lesi beradang yang dapat berbentuk papul dan pustule. Lokasi
pada wajah, leher, dada, dan punggung.
- Folikulitis
5
Merupakan infeksi pada folikel rambut. Terdapat pustule milier di muara
folikel rambut yang dikelilingi daerah eritematosa, sifatnya cepat meluas dan
disertai rasa gatal dan nyeri.
E. DIAGNOSIS KERJA
Akne nodular
F. TERAPI
R/ Intidrol tab mg 16 No. V
S 1 dd tab I
R/ Nonflamin cap No.VI
S 3 dd cap I
R/ Supramox mg 500 No. XV
S 3 dd tab I
R/ Clinium gel tube I
S 5 dd ue
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI AKNE VULGARIS
Akne vulgaris adalah peradangan menahun dari unit pilosebaseus yang
disertai penyumbatan dan penimbunan bahan keratin , terdapat terutama di
daerah muka, leher, dada dan punggung ditandai dengan adanya komedo,
papel, pustule, nodul dan kista. Pada umumnya terdapat pada usia
pubertas.1
Gambar 1. Penampang acne
II. EPIDEMIOLOGI
Karena hampir semua orang pernah menderita penyakit ini, maka
sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.
Kligman mengatakan tidak ada seorang pun yang sama sekali tidak
pernah menderita penyakit ini. Umumnya insiden terjadi pada sekitar
umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu
7
lesi yang predominan adalah komedo dan papul, jarang terlihat lesi
beradang.2
Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi pada masa premenarke.
Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-
kadang terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai decade umur
30-an atau bahkan lebih.2
Meskipun pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang,
namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang
berat biasanya terjadi pada pria.2
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI UNIT SEBASEUS
Kelenjar sebaseus (glandula sebasea) ditemukan hampir di seluruh
permukaan kulit kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, gland & corona
penis. Bentuk khusus karena banyak dan besar-besar ditemukan pada
daerah garis tengah punggung, muka, kulit kepala, meatus akustikus
eksternus dan daerah anogenital.3
Gambar 2. Anatomi kulit & kelenjar sebaseus
8
Pada daerah muka ditemukan sekitar 5000 buah unit pilosebaseus dan
bila 4% saja berkembang menjadi akne maka sudah termasuk golongan
akne yang berat. Di kulit kepala, dahi, pipi, dan dagu ditemukan 400-900
buah kelenjar sebaseus setiap cm2, sedangkan pada daerah lainnya berkisar
rata-rata 100 buah per cm2. Umumnya muara kelenjar sebaseus ialah di
folikel rambut (infundibulum) kecuali kelenjar Meibom (kelopak mata),
Tyson (preputium), labia minora, areola mammae muaranya langsung ke
permukaan kulit.3
Pada daerah muka ditemukan tiga jenis folikel rambut, yakni3:
a. Beard follicle
b. Velus follicle
c. Sebaceous follicle
Rambut pada beard follicle biasanya kaku dan memenuhi saluran
folikel, sedangkan pada velus follicle rambutnya halus dan sulit dilihat
dengan mata biasa. Sebaseus follicle yang merupakan tempat
terjadinya akne mempunyai rambut jenis telogen dengan kelenjar
sebaseus yang besar dan multilokuler.
Kelenjar sebaseus adalah kelenjar jenis holokrin yang berarti bahwa
produksi kelenjar ini terdiri atas sebum dan hasil-hasil disintegrasi sel-sel
kelenjarnya sendiri. Sel kelenjar sebaseus terdiri atas tiga jenis, yakni3:
1. Undifferentiated cells yang terletak di tepi, yang satu sama lain
dihubungkan oleh desmosom.
2. Differentiated cells, mengandung sel-sel lemak, letaknya agak ke
dalam.
3. Mature cells, sel ini pecah dan terjadilah bagian yang aseluler yakni
sebum.
Produksi sebum diatur oleh hormone dari SSP: gonadotropin
(hipofisis), ACTH, GH, TSH, disamping testosterone yang berasal dari
9
testis, ovarium, dan kelenjar adrenal. Sebum yang terdapat di permukaan
kulit merupakan kumpulan dari sebum berasal dari kelenjar sebaseus dan
epidermis. Komposisi sebum ini terdiri atas : skualen, ester-ester malam,
trigliserid, yang terutama berasal dari kelenjar sebaseus sedangkan ester-
ester serol, koleterol, lemak-lemak polar (polar lipid) berasal dari
epidermis.3
Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata pada daerah kulit yang banyak
ditemukan Propionibacterium Acnes, akan lebih banyak ditemukan asam
lemak bebas dibandingkan daerah lainnya. Dengan demikian asam lemak
bebas ditemukan lebih banyak pada daerah seborea bila dibandingkan
daerah ekstremitas dan sebaliknya, pada daerah ekstremitas trigliserid
lebih banyak diemukan dibandingkan dengan asam lemak bebas.3
Plewig dan Kligman menyatakan susunan lemak permukaan kulit sebagai
berikut3:
- Trigliserida + asam lemak : 65%
- Skualen : 10%
- Ester-ester malam : 25%
IV. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada
berbagai factor yang berkaitan dengan pathogenesis penyakit, antara lain
genetic, endokrin, kejiwaan (psikis), musim, kosmetika, trauma dan factor
lain.3
Patofisiologi akne vulgaris yakni: (1) peningkatan produksi sebum, (2)
penyumbatan keratin di saluran pilosebaseus, (3) abnormalitas
mikrobiofisiologi di saluran pilosebaseus, (4) proses inflamasi3,4.
10
1. Peningkatan produksi sebum
Kligman dan Plewig berpendapat bahwa ditemukan suatu
hubungan yang baik antara peningkatan produksi sebum, permulaan
akne pada masa pubertas, serta berat-ringannya akne vulgaris.
Ditemukan bahwa androgen secara nyata meningkat produksinya pada
awal masa pubertas dan dapat menyebabkan pembesaran dan
peningkatan aktivitas kelenjar sebaseus.3
Cara kerja androgen digambarkan sebagai berikut: Androgen
(testosterone atau andreostendion) dari sirkulasi darah masuk ke target
organ (kelenjar sebases). Disini dibentuk DHT (dihidrotestosteron)
dengan perantaraan enzim 5 reductase. DHT terikat dengan sitosol
(reseptor protein spesifik) menjadi hormone reseptor. Dalam nucleus
terjadi transkripsi informasi genetic pada DNA e mRNA dan
dilanjutkan ke ribosome. Sebagai hasil akhir yaitu peningkatan
produksi sebum sebagai akibat dari proses peningkatan mitosis sebosit
dan sintesa lipid intraselular yang juga meningkat.3
2. Penyumbatan keratin di saluran pilosebaseus
Penyumbatan oleh keratin terutama dimulai di infundibulum.
Telah diketahui bahwa dinding infundibulum mempunyai lapisan
ganulosum yang lebih tebal dengan glikogen yang lebih banyak.
Proses keratinisasi ini dirangsang oleh androgen maupun oleh sebum,
asam lemak bebas, dan skualen yang bersifat komedogenik.3
Keratinisasi infundibulum diikuti juga oleh proses yang sama
di saluran kelenjar sebaseus. Masa keratin yang terjadi ternyata
berbeda dengan keratin di epidermis. Masa keratin ini lebih padat dan
sulit terlepas sehingga melekat satu sama lain yang mengakibatkan
proses penyumbatan lebih mudah terjadi. Hal ini mengakibatkan
terjadinya dilatasi folikel sebasea sehingga mengakibatkan terjadinya
11
mikrokomedo. Mikrokomedo akan berkembang menjadi komedo
tertutup atau whitehead dan komedo terbuka atau blackhead.
Kelainan ini dapat berkembang menjadi lesi acne yang mengalami
peradangan seperti papul, pustul, nodul atau kista dan akhirnya
berkembang menjadi jaringan parut. Komedo terbuka jarang berubah
menjadi bentuk acne yang mengalami proses peradangan, sedangkan
komedo tertutup akan berkembang menjadi lesi acne yang mengalami
proses peradangan. Proses penyumbatan dipercepat oleh adanya
bakteri dan produk-produknya maupun oleh karena proses inflamasi.3,4
3. Abnormalitas mikrobiofisiologi di saluran sebaseus
Pada penderita akne vulgaris, jumlah mikroflora pada kulit dan
saluran sebaseus jauh diatas normal. P.acnes dapat mengeluarkan
bahan biologic tertentu yang menyerupai prostalglandin seperti lipase,
protease, lecithinase, neuramidase, dan hyaluronidase. Enzim-enzim
ini dapat menimbulkan reaksi inflamasi melalui perubahan fraksi lipid
sebum maupun secara langsung dengan menembus dinding saluran
sebaseus.3
4. Proses inflamasi
Proses inflamasi yang dipicu oleh P. acnes
disebabkan beberapa mekanisme. P. acnes memproduksi enzim lipase
yang menghidrolisis trigliserid pada sebum untuk memproduksi asam
lemak bebas yang bersifat iritatif dan komedogenik. P.acnes juga
mengeluarkan factor kemotaktik (IL-1, IL-8, TNF-α) yang memicu
leukosit. Adanya leukosit ini mengakibatkan dilepaskannya enzim
hidrolitik yang berperan dalam rupturnya dinding folikel, sehingga
mengakibatkan inflamasi pada jaringan sekitarnya.3
12
Gambar 3.Patogenesis Komedo
Perkembangan acne menjadi scar acne :
Dengan adanya ruptur folikel rambut mengakibatkan terjadinya
abses perifolikuler. Abses kecil ini akan pecah melalui kulit dan sembuh
dalam waktu 7-10 hari tanpa menimbulkan jaringan parut. Sel epidermis
akan tumbuh keluar dari sisi dinding folikel dan membungkus reaksi
inflamasi yang terjadi serta menyembuhkan lesi tanpa cacat. Bila
pembungkusan tidak sempurna maka akan terjadi ruptur dan menimbulkan
fistula. Ini akan mengakibatkan timbulnya kelompok komedo terbuka atau
terjadinya parut.4
Terbentuknya scar acne ini tergantung pada kedalaman proses
inflamasi yang terjadi. Bila inflamasi dermal yang terjadi berat, maka akan
meninggalkan scar yang bermakna. Bila proses inflamasi menjadi parah
atau terjadinya ruptur pada folikel yang letaknya dalam , proses destruksi
ini akan berlanjut dan menyebar ke dalam jaringan subcutis dan
13
menimbulkan destruksi jaringan dalam. Ini akan mengakibatkan timbulnya
nodul dan kista dengan akibat terbentuknya skar atrofi atau hipertrofi.4
Jenis scar acne
A. Skar atrofi
Kelainan ini merupakan jenis scar yang terjadi akibat kehilangan
jaringan yang jarang ditemukan. Ini mempengaruhi struktur jaringan
yang lebih dalam dengan menarik lapisan permukaan kulit dan
menyebabkan terjadinya jaringan atrofi. Selain itu mediator inflamasi
juga ikut berperan terjadinya kehilangan struktur dan volume jaringan
dan mengakibatkan terjadinya jaringan atrofi.
Kedalaman dan luasnya inflamasi menentukan jumlah, tipe dan
kedalaman scar yang terjadi.
Jenis-jenis scar atrofi yang dapat terjadi:
1. Scar makular superfisial
Bila letak jaringan parut superfisial maka scar yang terbentuk
berupa makula eritem atau berpigmentasi. Keadaan ini terutama
terjadi pada scar dini yaitu kurang dari 1 tahun dengan scar yang
berwarna eritem. Sedangkan scar pada penderita yang warna kulitnya
olive biasanya berupa hiperpigmentasi.
Kedua keadaan ini akan membaik setelah beberapa bulan. Untuk
mengatasi keadaan ini dapat diberikan proteksi terhadap pajanan sinar
matahari agar tidak terjadi hiperpigmentasi. Pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan retinol atau vitamin A, tretinoin atau
asam retinoat dan asam α hidroksi yang digabungkan dengan
kortikosteroid secara topikal. Asam glikolat atau variasi lain dan laser
vascular juga efektif.
2. Deeper dermal scarring
a. Multichanneled dermal scar
14
Usaha pertumbuhan epidermis dari folikel rambut untuk
membungkus isi folikel yang pecah yang tidak sempurna
mengakibatkan terbentuknya saluran yang multichanneled.
Untuk mengatasi kelainan ini diperlukan wide excision.
b. Ice pick scar yang resisten terhadap tindakan koreksi, biasanya
diperlukan tindakan pengangkatan skar dengan teknik punch
revision.
c. Untuk kelainan berupa skar linier atau luas diperlukan dermal
augmentation.
3. Fat atrophy
Terdapat 2 mekanisme terjadinya defisit jaringan subcutan pada
penderita acne yaitu:
- Folikel dan kista acne yang mengalami kelainan melepaskan
mediator inflamasi yang dapat menghancurkan jaringan lemak wajah.
Kista yang juga merupakan suatu space occupaing lesion ini akan
meninggalkan ruang kosong akibat tidak terisi jaringan subcutan pada
waktu penyembuhan lesi.
- Faktor proses penuaan juga ikut berperan terjadinya lipoatrofi.
B. Scar hipertrophy
Scar acne yang sangat jarang terjadi adalah scar hipertrofi atau keloid.
Faktor-faktor yang berperan adalah:
- Genetik
- Ras
- Usia antara 10-30 tahun
- Keparahan dan tempat terjadinya inflamasi
Keloid merupakan kelainan parut yang meluas keluar dari batas luka yang
sangat simptomatik dengan gambaran histologi yang khas berupa adanya
penebalan dan kepadatan serabut kolagen.
15
Skar hipertrophy merupakan penonjolan jaringan parut yang masih berada
dalam batas lesi acne yang sebelumnya. Gambaran histologinya ditemukan
adanya banyak fibroblast sedikit jaringan ikat kolagen dengan beberapa
miofibroblast.
V. GEJALA KLINIS
Tempat predileksi akne adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan
punggung bagian atas. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan,
salah satunya komedo, papul yang tidak beradang dan pustule; nodus dan
kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan
penderita adalah keluhan estetis.2
Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang
tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam disebut
komedo terbuka (open comedo, black comedo). Sedang bila berwarna
putih yang letaknya lebi dalam disebut sebagai komedo tertutup (close
coedo, white comedo).2
VI. KLASIFIKASI
Sampai saat ini belu ditemukan keseragaman mengenai klasifikasi akne.
Kegunaan penentuan klasifikasi antara lain untuk penilaian hasil
pengobatan.1
Pillsbury dkk (1963) membagi akne dalam 4 tingkat berdasarkan ada
tidaknya peradangan.1
- Tingkat I : lesi hanya komedo pada muka
- Tingkat II : komedo, papul, dan pustule pada muka
- Tingkat III : komedo, papul, pustule dan peradangan yang lebih
dalam.
Juga terdapat lesi pada dada dan punggung.
16
- T ingkat IV : akne konglobata
Menurut Plewig dan Kligman (1975)1,2
1. Akne Komedonal yang terdiri atas gradasi:
a. Tingkat I : Bila ada < 10 komedo dari satu sisi muka
b. Tingkat II : Bila ada 10-24 komedo
c. Tingkat III : Bila ada 25-50 komedo
d. Tingkat IV: Bila ada > 50 komedo
Lesi terutama terdiri dari komedo baik yang terbuka maupun tertutup.
Beberapa lesi yang meradang sering ditemukan, tetapi jarang lebih
dari 5 buah lesi pada satu sisi muka
2. Papulopustuler yang terdiri atas 4 gradasi:
a. Tingkat I :Bila ada < 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka
b. Tingkat II :Bila ada 10-20 lesi papulopustul
c. Tingkat III :Bila ada 21-30 lesi papulopustul
d. Tingkat IV:Bila lebih dari 30 lesi papulopustul
Lesi terdiri dari campuran komedo dan lesi beradang yang dapat
berbentuk pustule dan papul.
3. Nodulokistik (konglobata)
Merupakan bentuk akne yang berat, sehingga tidak ada pembagian
berat-ringannya penyakit. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh pria.
Lesi yang khas terdiri dari nodulus, yakni suatu masa besar berbentuk
kubah berwarna merah dan nyeri. Nodus mula-mula padat tetapi dapat
17
melunak mengalami fluktuasi dan regresi atau supurasi dan sering
meninggalkan jaringan parut.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi
sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor
(sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa
padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang
berwarna hitam. Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran
yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel
pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang
sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair
sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati dan keratin yang
lepas. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai
peran pada etiologi dapat digunakan untuk penelitian, tetapi hasil sering
tidak memuaskan. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit
dapat pula dilakukan. Pada akne vulgaris, kadar asam lemak bebas
meningkat, oleh karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan
cara untuk menurunkannya.2
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Acne nodulokistik
Merupakan bentuk akne yang berat. Lesi yang khas terdiri dari nodulus,
yakni suatu massa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri.
Nodus mula-mula padat tetapi dapat melunak mengalami fluktuasi dan
regesi dan sering mengalami supurasi serta meninggalkan jaringan
18
parut. Lokasi pada wajah, leher, dada, dan punggung. Lebih banyak
terjadi pada laki-laki.
2. Furunkel
Merupakan infeksi pada folikel rambut dan jaringan sekitarnya yang
bersifat akut, berbentuk bulat, nyeri, dan berbatas tegas. Terdapat gejala
demam dan lesu. Lesi berupa nodus eritematosa yang bulat, berbatas
tegas, dan nyeri. Pada perabaan akan terasa panas. Lesi berahir dengan
supurasi sentral dan pecah di pusat yang disebut core (mata bisul)
mengeluarkan eksudat purulen disertai darah dan jaringan nekrotik.
Lokasi terutama pada muka, leher, payudara, aksila, dan bokong.
3. Premenstrual Acne
Acne yang muncul dipengaruhi oleh perubahan hormonal selama
periode sebelum terjadinya haid. Kadar hormone yang berperan dalam
peningkatan produksi sebum meningkat pada fase ini, dan menyebabkan
munculnya acne.
4. Acne Kosmetika
Terjadi akibat penggunaan bahan kosmetik yang mengadung lanolin
yang berifat komedogenik atau pemakaian kosmetik jangka panjang
dengan basis minyak yang menyebabkan penyumbatan folikel sebum.
5. Acne rosasea
Kelainan khas yang terdapat pada pria maupun wanita dewasa dengan
didapatinya eritema kulit di daerah seborea karena vasodilatasi,
teleangiektasis, komedo, papul, pustule, nodul dan kista. Papul dapat
menggabung menjadi satu. Lokasi di daerah pipi, dagu, dahi, dan
hidung.
6. Acne papulopustul
Acne yang didominasi oleh papul dan pustule. Lesi terdiri dari
campuran komedo dan lesi beradang yang dapat berbentuk papul dan
pustule. Lokasi pada wajah, leher, dada, dan punggung.
19
7. Folikulitis
Merupakan infeksi pada folikel rambut. Terdapat pustule milier di
muara folikel rambut yang dikelilingi daerah eritematosa, sifatnya cepat
meluas dan disertai rasa gatal dan nyeri.
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang
terjadi (kuratif).2
Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa
kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai factor (multifaktorial), baik
faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun
factor eksternal (makanan, nusim, stress) yang kadang-kadang tidak dapat
dihindari oleh penderita.2
Pengobatan
A. Pengobatan Topikal
Pengobatan topical dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat
topical terdiri atas2:
1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya :
-sulfur ( 4-8% )
-resorsinol (1-5%)
-asam salisilat (2-5%)
- peroksida benzoil (2,5-10%).
Peroksida benzoil merupakan bacteriosid dengan potensi rendah,
bekerja sebagai komedolitik dan anti inflamasi ringan.
Tersedia dengan konsentrasi 2.5%, 3%, 4%,5%, 6%, 8%, dan
10%. Efek samping : pengelupasan,iritasi, dan dermatitis kontak.
-asam vitamin A (0,025-0,1%).
20
Merupakan agen komedolitik paling efektif yang bekerja dengan
cara mengurangi hyperkeratosis dan perlengketan sel-sel epithelial
folikel. Pemberian dimulai dari konsentrasi rendah pada malam
hari, setelah aplikasi pada malam hari harus diberikan tabir surya
di pagi hari karena dapat menyebabkan iritasi akibat peningkatan
kesensitivan terhadap matahari. Efek samping : pengelupasan,
kering, iritasi, perubahan pigmen, sensitive terhadap matahari, dan
teratogenik.
-asam azeleat (15-20%) .
Merupakan asam dikarboksil yang digunakan untuk kelainan
hiperpigmentasi, digunakan untuk inflamasi acne yang ringan
sampai sedang, dan untuk menormalkan keratinisasi. Akhir-akhir
ini digunakan pula asam alfa hidroksi (AHA), misalnya asam
glikolat (3-8%). Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan
cara pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi
pemakaian yang rendah.
2. Antibiotika topical yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel yang berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris,
misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), dan klindamisin
fosfat (1%).
3. Anti peradangan topical, salep atau krim kortikosteroid kekuatan
ringan atau sedang (Hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi
kortikosteroid kuat (Triamsinolonasetonid10 mg/cc) pada lesi
nodulo kistik.
4. Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat
pertumbuhan jasad renik.
B. Pengobatan Sistemik
21
Pengobatan sistemik terutama ditujukan untuk menekan aktivitas jasad
renik di samping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan
produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal2.
Golongan obat sistemik terdiri atas:
1. Anti bakteri sistemik : tetrasiklin (250 mg- 1 g/ hari), eritromisin
(4x250 mg/hari), Doksisiklin (50 mg/hari), Trimetoprim (3x100
mg/hari)
2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara
kompetitif menduduki resptor organ target di kelenjar sebasea,
misalnya estrogen (50mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau
anti androgen Sipoteron asetat (2mg/hari). Pengobatan ini
ditujukan untuk penderita wanita dewasa akne vulgaris beradang
yang gagal dengan terapi yang lain.
3. Kortikosteroid sistemik diberikan untuk menekan peradangan dan
menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya prednisone (7,5
mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5mg/hari)3.
4. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai anti
keratinisasi (50.000 ui-150.000 ui/hari) sudah jarang digunakan
karena efek sampingnya. Isotretinoin (0,5-1mg/kgBB /hari)
merupakan derivate retinoid yang menghambat produksi sebum
sebagai pilihan pada akne nodulokistik atau konglobata yang tidak
sembuh dengan pengobatan lain. Bekerja dengan cara supresi
produksi sebum dan menekan pertumbuhan dari P.acnes.
Efek samping :cheilitis (90%), xerosis (78%), mulut kering(70%),
epistaksis(46%), conjunctivitis (40%), kerontokan rambut,
arthralgia/myalgia, penurunan penglihatan malam hari,
fotosensitivitas
5. Obat lainnya, misalnya anti inflamasi non steroid ibuprofen (600
mg/hari),dapson (2x100mg/hari), seng sulfat (2x200 mg/hari).
22
C. Bedah
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk
memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat
yang sering menimbulkan jaringan parut, baik yang hipertropik
maupun hipotropik. Jenis bedah kulit yang dipilih disesuaikan dengan
macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Tindakan dilakukan
setelah akne vulgarisnya sembuh.2
D. Penatalaksanaan menurut Plewig dan Kligman (1975)1
1. Akne Komedonal
- Komedo terbuka: ekstraksi manual, kimia (bahan eksvolian; ex.
Lotio Kummerfeldi, Lotio vitamin A), serta elektrik dengan
kauterisasi.
- Komedo tertutup : prinsipnya sama, tetapi untuk ekstraksi
manual harus dilakukan insisi terlebih dahulu
2. Akne Papulopustuler
- Ringan : bahan eksvoliatif; antiacne topical+antibiotic topical
Contoh antiacne topical adalah Benzoil Peroxida yang bersifat
bakteriostatik dan bakterisid, serta sebagai keratolitik
- Sedang berat: antiacne topical+antibiotic topical+antibiotic
sistemik
3. Akne Nodulokistik
Antiacne topical+antibiotic topical+antibiotic sistemik+
antiiflamasi.
E. Pencegahan
1. Menghindari terjadinya peningkatan lipid sebum dan perubahan
isi sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat,
23
meskipun hal ini masih diperdebatkan efektivitasnya. Kemudian
melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit
dari kotoran dan jasad renik yang mempunyai peran pada
etiopatogenesis akne vulgaris.2
2. Menghindari terjadinya factor pemicu akne, misalnya: a.) hidup
teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh,
hindari stress; b.) penggunaan kosmetika secukupya, baik
banyaknya maupun lamanya; c.) menjauhi terpacunya kelenjar
minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang
tidak sehat dan sebagainya; d.) menghindari polusi debu ,
pemencetan lesi yang tidak lege aris, yang dapat memperberat
erupsi yang telah terjadi.2
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai
penyebab penyakit, pencegahan, dan cara maupun lama
pengobatan, serta prognosisnya.2
X. PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik. Acne vulgaris pada umumnya sembuh
sebelum mencapaiusia 30-40 an . Jarang terjadi acne vulgaris yang
menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sampai perlu
dirawat inap di rumah sakit.
24
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, keluhan terjadi semenjak satu bulan terakhir.
Selama ini pasien mengaku memang sering timbul jerawat di muka dan sering
dimanipulasi secara mekanik baik dipencet langsung dengan tangan, maupun
dengan alat. Pasien juga mengatakan kulitnya cenderung berminyak dan
sudah mencoba berbagai produk kosmetika di pasaran untuk mengurangi
keluhannya. Terdapat keluhan yang sama pada saudara laki-laki pasien.
Pada pemeriksaan fisik terlihat nodul eritem dengan perabaan keras.
Pasien mengatakan bahwa beberapa hari sebelumnya, pada lesi keluar cairan
menyerupai nanah. Hal itu sering terjadi pada lesi lain yang timbul, dan
bersifat kumat-kumatan. Lesi terletak tidak berdekatan dan dirasakan nyeri
oleh pasien, terutama bila ditekan.
Dari ujud kelainan kulit yang ditemukan pada pasien ini, ditemukan
lesi berupa nodul kemerahan yang nyeri mengarah pada akne nodularis
(pembagian menurut Plewig dan Kligman). Akne jenis ini biasanya banyak
terdapat pada laki-laki dibandingkan pada wanita karena pengaruh
hormonalnya. Keadaan kulit yang berminyak serta kebiasaan memegang atau
memencet jerawat baik dengan tangan maupun alat bisa jadi merupakan factor
yang memperburuk terjadinya jerawat.
Diagnosis ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi
sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok
unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti
lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi dapat saja dilakukan tetapi
25
membutuhkan waktu yang lebih lama, sementara pemeriksaan terhadap gejala
klinis yang timbul sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Intidrol 16 mg 1 kali
sehari, Nonflamin 3 kali sehari, Supramox 3 kali sehari dan Clinium gel.
Intidrol adalah obat golongan kortikosteroid (metilprednisolone) yang
berfungsi sebagai antiinflamasi. Nonflamin analgetik non narkotik yang
merupakan terapi tambahan sebagai penghinlang nyeri. Supramox adalah
antibiotic sistemik golongan penisilin (amoxicillin) yang aktif melawan
bakteri gram positif. Sedangkan Clinium gel merupakan preparat klindamicin
topical yang merupakan antibiotic aktif terhadap gram positif. Bakteri P.acnes
sendiri merupakan bakteri gram positif yang sensitive terhadap preparat
antibiotic gram positif.
Edukasi pada pasien harus diberikan baik cara penggunaan obat
maupun faktor-faktor yang sekiranya dapat mencetuskan atau menyebabkan
keluhan bertambah parah. Edukasi pasien pada kasus ini adalah untuk selalu
menjaga kebersihan wajah dan tidak memanipulasi jerawat yang timbul.
26
BAB IV
KESIMPULAN
Pada pasien ini dapat didiagnosis dengan akne vulgaris tipe nodulokistik
dimana akne jenis ini merupakan bentuk akne yang berat. Lesi yang khas terdiri dari
nodulus, yakni suatu massa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri. Dapat
terjadi supurasi maupun regresi yang pada penyembuhannya akan meninggalkan
jaringan parut.
Penatalaksanaan kasus ini adalah dengan pengobatan yang sesuai
dengan tipe akne nodulokistik, berupa antibiotic topical, antibiotic sistemik,
dan anti inflamasi. Pada pasien ini diberikan pula analgetik untuk mengurangi
keluhan simtomatis, serta pemberian keratolitik ditunda sampai reaksi
peradangan berkurang.
Edukasi diberikan dengan tujuan agar lesi tidak bertambah maupun
bertambah parahnya lesi yang sudah ada. Hal ini dapat dicegah dengan
penggunaan obat yang baik, menjaga kebersihan wajah dan menghindari
manipulasi mekanik terhadap jerawat yang timbul.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Soerpardiman, L. Klasifikasi Akne Vulgaris dalam Simposium Akne Vulgaris
“Peningkatan Pengetahuan dan Penatalaksanaan Akne Vulgaris Sesuai
dengan kemajuan Masa Kini”. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1982
2. Wasitaatmadja, Syarif M. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Bagian ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005
3. Rata, I Gusti Agung K. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris dalam
Simposium Akne Vulgaris “Peningkatan Pengetahuan dan Penatalaksanaan
Akne Vulgaris Sesuai dengan kemajuan Masa Kini”. Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1982
4. Anonim. 2010. Diambil dari http://farmasirisu.blogspot.com/2010/10/acne-
jerawat.html diakses tanggal 21 Desember 2012.
28