badriyadi.files.wordpress.com file · web viewunsur religius dalam novel “di bawah telapak...

32
ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 201 3 UNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY Nur Masrurotul Auliyah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK: Ada dua cakupan masalah yang yang menjadi fokus penelitian tentang unsur religius dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu, yakni: 1) Bagaimanakah deskripsi nilai-nilai religius yang berhubungan dengan Allah SWT secara vertikal dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy? 2) Bagaimanakah deskripsi nilai-nilai religius yang berhubungan dengan manusia secara horizontal. dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al- Azizy. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena data yang diambil berupa pernyataan yang berbentuk kalimat atau paragraf yang berupa narasi, dialog, ataupun monolog. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dokumen. Adapun teknik dokumenter dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) membaca novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy secara berulang-ulang, 2) mencari literatur yang sesuai dengan tujuan penelitian yakni analisis novel berdasarkan pendekatan strukturalisme-genetik, 3) menyelidiki, meneliti struktur novel Di Bawah Telapak Kakimu karya 90

Upload: duongnhi

Post on 11-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

UNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY

Nur Masrurotul AuliyahMahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ABSTRAK: Ada dua cakupan masalah yang yang menjadi fokus penelitian tentang unsur religius dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu, yakni: 1) Bagaimanakah deskripsi nilai-nilai religius yang berhubungan dengan Allah SWT secara vertikal dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy? 2) Bagaimanakah deskripsi nilai-nilai religius yang berhubungan dengan manusia secara horizontal. dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena data yang diambil berupa pernyataan yang berbentuk kalimat atau paragraf yang berupa narasi, dialog, ataupun monolog. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dokumen. Adapun teknik dokumenter dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) membaca novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy secara berulang-ulang, 2) mencari literatur yang sesuai dengan tujuan penelitian yakni analisis novel berdasarkan pendekatan strukturalisme-genetik, 3) menyelidiki, meneliti struktur novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy dalam hubungannya dengan unsur religius secara horizontal dan vertikal, 4) menandai pada teks, 5) mengeluarkan data dari teks asli, 6) memasukkan data ke dalam tabel.

Kata-kata kunci: unsur religius, novel, hubungan vertikal, dan hubungan horizontal.

Sastra merupakan renungan gambaran kehidupan yang disaji secara luas dan mendalam, sehingga dapat mewakili persoalan-persoalan zaman dan masyarakat tertentu yang memiliki pengaruh yang menentukan tema-tema yang diangkat dalam karya-karya tersebut.Maka suatu kewajiban apabila dalam karya-karya sastra sering ditemukan

kisah-kisah yang bertemakan masyarakat, hak-hak, politik sosial, agama budaya dan cita-cita, karena itu bukanlah merupakan hayalan dan daya imajinasi seseorang pengarang melainkan suatu karya yang dihasilkan lewat tempaan pengalaman.

Sastra senantiasa mengungkapkan kehidupan yang luas, mendalam dan juga kehidupan manusia yang penuh tantangan

90

Page 2: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

serta perjuangan. Sastra juga berisikan cerita kemanusiaan, isyarat keimanan, cinta kasih, kejujuran dan realita. Banyak karya sastra yang jika terdapat hal-hal yang kurang menguntungkan dalam kehidupan masyarakat.

Sastra bisa disebut juga karya seni, karena mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang lain, seperti seni suara, seni lukis, seni pahat dan lain-lain. Tujuannya pun sama yaitu untuk membantu manusia menyikapkan rahasia keadaannya, untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka jalan kebenaran, yang membedakannya dengan seni yang lain adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa. Sebagai genre sastra karya fiksi dapat dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman, novel maupun cerpen. Perbedaannya hanya terletak pada kadar panjang pendeknya isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung isi cerita itu sendiri.

Karya sastra novel dan roman merupakan bagian dari prosa yang dekat dengan masyarakat karena jalan ceritanya tidak jauh dari realitas kehidupan masyarakat. Novel memiliki cerita yang mengemukakan suatu cerita secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks, biasanya juga melukiskan suka, duka, cinta dan adat istiadat.

Selain itu juga karya sastra memberikan pesan moral yang berwujud nilai religius. Nilai sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia baik yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Nilai religiusitas dalam karya sastra sangat diperlukan karena sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Dengan adanya nilai religius, dapat memberi kesadaran batin untuk membuat kebaikan, dan perlu ditanamkan kesadaran tentang pemahaman dan penghayatan terhadap nilai religius terutama pada zaman globalisasi sekarang ini sangat

diperlukan sebuah karya fiksi berupa novel atau roman yang mengandung nilai religius sebagai pembangun iman.

Karya sastra dapat digunakan untuk membentuk sikap dan kepribadian yang matang dan dewasa. Sastra juga merupakan sarana untuk menanamkan kesadaran dan penghayatan, tentang nilai-nilai kemanusiaan secara mendalam. Sehingga, jika karya sastra hadir dengan tanpa mengikuti perkembangan masyarakat, maka ia akan menjadi bacaan yang tidak menarik untuk dibaca.

Tema-tema karya sastra terutama novel, sejak tahun 1970-an banyak menggambarkan realitas sosial maupun kritik sosial. Hal ini disebabkan para sastrawan itu sendiri adalah bagian dari masyarakat. Selain itu, sastrawan muda banyak menawarkan bentuk-bentuk novel yang lebih bervariasi. Kemasan baru yang ditampilkan membuat novel mereka menjadi lebih enak untuk dinikmati. Sastrawan muda banyak melakukan pembaharuan dalam tema-tema karyanya. Dan salah satunya adalah dengan mengangkat tema-tema religius.

Salah satu karya sastra dalam bentuk novel yang sangat fenomena pada saat ini adalah novel yang berjudul Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Novel Di Bawah Telapak Kakimu merupakan salah satu novel religius yang berbeda dengan yang lain. Perbedaan dengan novel lain bahwa novel Di Bawah Telapak Kakimu selain menyajikan bentuk novel pada umumnya juga mencantumkan kisah persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, dan cinta yang dibalut dalam sengketa harta, dimana kisah ini sering terjadi pada kehidupan yang nyata dan tidak ada jalan keluar dari permasalahan tersebut yang ujung-ujungnya memutuskan silaturrahim. Dari kisah novel ini pembaca mendapat referensi kehidupan dan cara menyelesaikan suatu masalah dengan baik.

91

Page 3: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Kemunculan novel Di Bawah Telapak Kakimu sebenarnya sangat dilatarbelakangi adanya realitas sosial. Keadaan bangsa Indonesia saat ini memang sangat carut marut. Krisis akhlak kepada sang Khaliq (tauhid) dan makhluknya sangat tampak hampir pada setiap sendi kehidupan. Nilai etika terutama kepada Sang pencipta alam, tidak lagi dipegang dan dijadikan pedoman. Para pemimpin menjadikan rakyat sebagai kedok untuk kepentingan pribadi. Jarang sekali diantara mereka yang berjuang karena Allah, terbukti ketidaksabaran ketika mereka menjumpai perilaku yang melanggar asaz tauhid kepada Allah SWT.

Taufiqurrahman Al-Azizy merupakan salah satu novelis yang memiliki latar belakang pendidikan Agama di Universitas Sain Al-Quran (UNSIQ) Jawa Tengah, dan pernah nyantri di Pesantren Ilmu Al-Quran, berusaha memberikan bentuk dan nuansa baru dalam kepengarangannya. Kecerdikan Taufiqurrahman Al-Azizy tampak pada pemilihan tema novelnya. Ketika masyarakat memerlukan sentuhan nurani dan memerlukan figur pimpinan yang diidam-idamkan muncullah tokoh Dimas dengan segala kesempurnaannya mampu menjadi tokoh rujukan bagi semua pihak.

Pada saat masyarakat kehilangan tokoh idola yang memiliki karakteristik pemimpin yang holistik, maka Dimas dimunculkan melalui suatu teks sastra yang berupa novel. Hal tersebut selain memberikan teladan kesantunan juga bisa memberikan alternatif manusia yang bermoral serta memberikan motivasi bahwasannya setiap manusia tidaklah sempurna, dimana suatu masalah yang menimpa manusia itu bisa menjadi pelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bertaubat kepada Allah SWT. Hal ini memang sangat tepat dimana kondisi pemimpin bangsa penentu kebijakan rakyat sudah tidak lagi mencerminkan pemimpin yang bermoral

dan bertauhid. Korupsi, nepotisme, perselingkuhan, dan pelanggaran konstitusional adalah bukti rendahnya kualitas pemimpin bangsa ini. Hal tersebut secara tidak langsung akan memberikan pendidikan yang tidak baik pada generasi muda bangsa ini.

Oleh karena itu, kehadiran Taufiqurrahman Al-Azizy dengan konsep-konsep moral yang tergambar dalam karangannya merupakan salah satu alternatif dalam membangun mental generasi bangsa. Kisah hidup tokoh Dimas pada cerita novel Di Bawah Telapak Kakimu adalah sebagian bentuk pencerahan Taufiqrrahman Al-Azizy melalui sebuah karya sastra. Kepedulian yang ditunjukkan Taufiqurrahman Al-Azizy merupakan bentuk kecil dari jiwa nasionalisme seseorang.

Pada sisi lain, novel Di Bawah Telapak Kakimu adalah sebuah novel yang secara didaktif bisa dijadikan salah satu bahan atau materi pembelajaran pada anak didik. Nilai moral yang ada dalam novel tersebut merupakan sebuah nilai tersendiri bagi para guru untuk menjadikan novel Di Bawah Telapak Kakimu sebagai bahan pembelajaran. Sikap tokoh yang menjadi motivasi bagi pembacanya, dimana seorang anak yang patuh kepada ibunya dan taat beribadah, serta kebaikan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan yang dilakukan oleh tokoh dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu bisa dijadikan teladan bagi anak didik di sekolah. Dengan suatu harapan dengan tercapainya pesan moral yang ada dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu pada diri siswa, setidaknya akan mampu dijadikan tolak ukur siswa dalam bertindak.

Penulis skripsi ini akan menjadi suatu tulisan yang menarik apabila keseluruhan nilai yang ada di dalam novel tersebut bisa tersajikan secara lengkap dan mendalam. Namun karena keterbatasan penulis maka dari keseluruhan nilai yang ada di dalamnya hanya beberapa saja yang

92

Page 4: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

akan disajikan. Dengan mengungkapkan nilai-nilai religius maka setidaknya akan memberi wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khususnya dan para pendidik pada umumnya dalam rangka menambah khasanah materi pembelajaran sastra di sekolah.

Novel ini menceritakan tentang penggugah jiwa dan pengenalan akhlak (moral) melalui sebuah kisah persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, dan cinta yang begitu unik dan menarik. Novel ini mengisahkan betapa harta dapat memutuskan sebuah ikatan suci tali persaudaraan yang dipersatukan oleh Sang Pencipta. Betapa kebenaran dan kesesatan terjalin dalam suatu kemelut kisah persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, dan cinta yang terbalut persengketaan antara kakak-beradik mengenai sepetak sawah peninggalan (warisan).

Berdasarkan hal-hal di atas, maka karya sastra mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembacanya. Dengan beberapa pertimbangan yang sesuai dengan uraian di atas, maka perlu diadakan pengkajian atau penelitian terhadap karya sastra novel “Di Bawah Telapak Kakimu” karya Taufiqurrahman Al-Azizy.

Di dalam novel “Di Bawah Telapak Kakimu” karya Taufiqurrahman Al-Azizy peneliti mengangkat judul tentang unsur nilai religius. Novel tersebut merupakan salah satu novel religius yang mencoba untuk mengenalkan ilmu akhlaq (moral) dan membangun iman, yang mampu memberikan kesadaran untuk mengusung semangat pencari kebenaran Islam, dan pengetahuan yang dapat dijadikan acuan dalam kehidupan bagi pembacanya.

METODETeknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dokumen. Dokumen dikumpulkan dan diklarifikasi, selanjutnya untuk dianalisis menurut kriteria yang

sudah ditetapkan. Kriteria dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan apa yang di teliti.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskripsi.. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah dengan menjaring data yang berupa deskripsi atau paparan tulisan yang mencerminkan unsur religius “Di Bawah Telapak Kakimu” karya Taufiqurrahman Al-Azizy . Data dikumpulkan dan diklarifikasi yang selanjutnya dianalisis menurut kriteria yang sudah ditetapkan.

Adapun teknik dokumenter dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Membaca novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy secara berulang-ulang.

2) Mencari literatur yang sesuai dengan tujuan penelitian yakni analisis novel berdasarkan pendekatan strukturalisme-genetik.

3) Menyelidiki, meneliti struktur novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy dalam hubungannya dengan unsur religius secara horizontal dan vertikal.

4) Menandai pada teks.5) Mengeluarkan data dari teks asli.6) Memasukkan data ke dalam tabel.

HASIL DAN PEMBAHASANDipaparkan hasil penelitian dan

pembahasan nilai-nilai religius dalam hubungannya dengan Allah SWT secara vertikal dan nilai-nilai religius dalam hubungannya dengan manusia secara horizontal.

Berikut ini adalah hasil temuan analisis unsur nilai religius dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al Azizy:

1. Unsur Religius dalam Hubungannnya dengan Allah SWT

93

Page 5: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Sebagai objek dalam penelitian ini, nilai-nilai religius menunjukkan adanya pandangan dari sikap pengarang dalam menerapkan ajaran agama yang tercantum dalam Al-Quran sebagai sarana untuk memperkuat pandangan terhadap kehidupan tokoh dalam novel. Pandangan dan tingkahlaku manusia akan dapat dimengerti dari tujuan, cita-cita, atau nilai-nilai yang dikejar dalam kehidupannya. Tingkahlaku manusia ini akan membangun kepribadian religius yang mendasar pada nilai moral, dimana Al-Quran memerintahkan manusia supaya beriman, tawakkal, bersabar, beribadah, mentauhidkan Allah, dan memohon pertolongan kepada-Nya.

Untuk mengetahui tentang adanya nilai-nilai religius dalam sebuah sastra memang bukan perkara yang mudah. Oleh karena itu diperlukan kemampuan mengetahui konsep religi itu sendiri. Menurut Mustopo (2000: 31) pada pokoknya religi adalah penyerahan diri pada Tuhan, dalam keyakinan bahwa manusia bergantung pada Tuhan, bahwa manusia itu tidak mampu memperoleh keselamatan dengan kekuatannya sendiri, karena itulah manusia menyerahkan diri pada Tuhan.

Setiap religi merupakan sistem yang terdiri atas empat komponen: (1) emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menghadapi religius, (2) sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan manusia pada sifat-sifat Tuhan, (3) sistem religiuitas upacara yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, (4) kelompok-kelompok religius yang melakukan sistem kepercayaan dan melakukan sistem upacara-upacara religius yang bertujuan mencari hubungan dengan sesama manusia.

Mustopo (1989: 62) mengungkapkan manusia yang selalu merasa dilindungi oleh Tuhan dalam suasana dan keadaan bagaimanapun, mereka merasa tidak takut atau percaya

diri, dalam arti mereka yakin bahwa tidak ada suatu daya upaya dan tidak ada suatu kekuatan pun misalnya jika ia mengalami musibah kemudian ia selamat dari musibah tadi, maka ia akan percaya bahwa hal itu semata-mata karena pertolongan Allah SWT.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang yang telah terikat dan mengikatkan dirinya pada Tuhan, maka segala macam persoalan kehidupannya akan dihadapi dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu bersamanya. Keyakinan ini akan memberikan motivasi dan kekuatan yang akan bermuara pada sikap yakin bahwa Tuhan tidak akan membebani diluar kemampuan manusia. Bahkan dirinya akan berpikir saya ini diciptakan oleh Tuhan dan dipelihara oleh Tuhan. Karena itu saya pasrahkan semuanya pada Tuhan, yang penting saya telah berusaha. Orang seperti ini akan memiliki sifat semangat beriman, tawakkal, patuh, sabar, beribadah, dan berakhlakul karimah.

Nilai-nilai religius yang ada dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu sangat banyak akan tetapi pengambilan contoh yang peneliti uraiakan didasarkan pada nilai-nilai religius yang berhubungan dengan Allah SWT dan nilai-nilai religius yang berhubungan dengan manusia. Nilai-nilai tersebut akan peneliti bahas sebagai berikut.

a. Nilai KeimananNilai keimanan adalah nilai yang

menunjukkan bahwa seseorang telah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mewujudkan dalam bentuk tindakan. Oleh karena itu keimanan yang tertanam dalam hati manusia hanya bisa dibuktikan dengan melaksanakan amal-amal shaleh. Dan sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yang sertai dengan amal shaleh yang dapat menghantarkan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.

94

Page 6: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Dapat dipahami bahwa pembuktian keimanan seseorang hanya bisa diketahui dengan beramal shaleh yang diantaranya adalah bersyukur kepada Allah SWT dan menerima takdir-Nya. Bersyukur secara etimologi adalah memuji Allah dengan membaca hamdalah. Sedangkan bersyukur secara terminologi adalah menggunakan seluruh pemberian Allah SWT sesuai dengan tujuan penciptaan-Nya.

Dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu diceritakan bahwa seorang tokoh Dimas telah melakukan salah satu bentuk syukur karena Allah SWT selalu memberikan pertolongan dalam setiap kesulitan yang ia hadapi bersama Emaknya. Dari cerita ini jelas sekali bahwa manusia diharuskan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Sebagaimana apa yang dilakukan tokoh Dimas pada novel Di Bawah Telapak Kakimu sebagai berikut.“Ia mengambil gelas yang berisi beras itu, lalu ia menaruhnya di dalam panci, dan sebentar kemudian ia mencucinya. Ia hendak menanak nasi dan hatinya berseru dalam rasa syukur kepada Tuhannya. “ Alhamdulillah , masih ada beras” (Al-Azizy, 2013: 170).

Dalam kutipan tersebut pengarang tampaknya memberikan penekanan pada sebuah upaya menvisualisasikan bahasa syukur dengan ucapan hamdalah pada dan pujian kepada Allah SWT. Tokoh dalam novel juga menekuni seluruh bentuk ibadah, karena dengan menyembah dan beribadah kepada Allah saja seseorang dikatakan telah melakukan syukur yang sebenarnya.

Selanjutnya nilai keimanan yang tertanam dalam hati manusia bisa juga dibuktikan dengan menerima semua apa-apa yang ditakdirkan Allah SWT. Apa pun bentuknya, baik maupun buruk, Allah adalah Dzat yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup

seseorang, apa yang akan dikatakannya, dan apa yang akan dihadapinya. Hal ini berarti bahwa semua telah tunduk pada putusan Allah SWT. Hidup, mati, jodoh, dan rezeki adalah takdir Allah SWT yang datangnya tidak bisa disangka-sangka.

Allah adalah Dzat yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, hal ini berarti bahwa semua tunduk pada putusan Allah. Hidup, mati, jodoh, dan rezeki adalah takdir Allah yang datangnya tidak bias disangka-sangka.

Takdir adalah perwujudan dari ketentuan Allah yang telah digariskan oleh Allah pada zaman azali atasdiri manusia. Oleh karenanya manusiahanya bias berusaha agar takdir di akhirat lebih baik daripada takdir di dunia. Di dunia boleh saja sengsara namun di akhirat harus lebih baik. Kutipan mengenai penjelasan takdir tersebut tersurat dalam kutipan novel yang dicerminkan tokoh Dimas berikut.“Ia pun bergumam. Andai ayah masih ada, mungkin hal ini tidak akan berlarut-larut. Namun, siapakah yang mampu menghindari dari kematian ketika Ia telah menetapkan? Tak ada.(Al-Azizy, 2013:16).

Taufiqurrahman Al-Azizy juga menjelaskan takdir tersebut lewat tokoh Kiyai Jalil, berikut.

“Dimas....orang yang baik seperti ayahmu, justru telah lebih dahulu dipanggil oleh Allah, sedangkan desa ini sangat membutuhkan orang seperti almarhum. Tetapi Allah Mahakuasa. Tak ada yang mengelak dari takdir-Nya......................”. (Al-Azizy, 2013: 29).“Aku tak tahu caranya. Tetapi, itu adalah takdir yang harus kau terima” (Al-Azizy, 2013:30)

Cuplikan tersebut menunjukkan bahwa manusia itu harus menerima takdir

95

Page 7: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Allah. Karena percaya kepada takdir Allah termasuk rukun iman.

b. Nilai TawakkalDikalangan masyarakat awam

banyak orang yang salah memahami arti tawakkal. Menurut mereka tawakkal ialah menyerahkan diri secara utuh kepada Allah SWT, tanpa adanya usaha dan ikhtiar. Mereka menyerahkan diri kepada-Nya tanpa suatu usaha seperti mayat dihadapan orang-orang yang memandikannya, tidak bergerak dan tidak berkata apa-apa. Padahal agama Islam tidak mengajarkan demikian. Berusaha dan berikhtiar adalah bagian dari tawakkal kepada Allah SWT.

Tawakkal adalah menyerahkan, menggantungkan diri, dan mengharapkan (segala sesuatu) kepada Allah, setelah melakukan daya upaya baik untuk menghindarkan sesuatu maupun untuk mendapatkan sesuatu. Dari pengertian tersebut, kita dapat mengambil salah satu kata kunci, yaitu menyerahkan atau dengan kata lain pasrah. Pasrah adalah bagian dari kewajiban makhluk Allah agar selalu menerima apa yang menjadi keputusan-Nya. Di bawah ini cuplikan novel yang menunjukkan bentu tawakkal kepada Allah SWT.“Hati yang melihat pemandangan itu akan sedih.Saat Dimas masih mendekap erat emaknya.Saat Mak Ijah terus tersenyum seraya memejamkan mata.Saat keduanya memasrahkan diri sepasrah-pasrahnya dihadapan Allah SWT.Entahlah, sedari tadi Dimas terus mendekap emaknya. Sepertinya, ia tidak merasakan panasnya api yang telah melahap sebagian kakinya.” (Al-Azizy, 2013: 234).

Berdasarkan hasil analisa di atas, maka setiap apa yang terjadi pada seseorang pada hakikatnya dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkatan

yakni, (1) kejadian sebenarnya masih dalam jangkauan kemampuan seseorang untuk mendapatkannya. Misalnya pada kutipan novel, tampak pada tokoh Emak Ijah yang pasrah lalu dia berkata bahwa dia mengikhlaskan sawahnya, karena dia yakin dibalik semua itu pasti ada hikmahnya. Data tersebut ditunjukkan sebagai berikut.“Dimas,” seru Mak Ijah .” lupakan masalah sawah. Ikhlaskan sawah itu telah pindah tangan. Kita cabut rasa sakit di hati kita. Semoga dengan cara itu, Allah akan mempermudah hisab Kang Haris, kelak di akhirat. Jangan ada dendam lagi, Nak. Jangan biarkan hatimu tercemar dengan sakit hati. Insyaallah, mak sudah ikhlas. Engkau benar, dan ayahmu almarhum juga benar. Keluarga lebih penting daripada harta, dan mengikhlaskan harta membuat diri kita dicintai Allah SWT.” (Al-Azizy, 2013: 227-228).

Memang benar apa yang ingin disampaikan oleh Taufiqurrahman Al-Azizy dalam cuplikan novelnya bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah maka Allah juga yang nenentukan hidupnya.

Tingkatan berikutnya (2), kejadian di luar jangkauan manusia untuk mendapatkannya. Sebagaimana kebiasaan yang dilakukan Dimas setiap harinya. Dimas yakin bahwa semuanya bisa dilakukan karena pertolongan Allah yang di luar jangkauan kemampuannya, sehingga Dimas pasrah kepada-Nya. Kita simak cuplikan cerita berikut.

Selanjutnya berdoa juga merupakaan bentuk tawakkal. Berdoa merupakan cara berdialog dengan Allah, salah satu ciri utama yang membedakan orang yang beriman dari orang musyrik. Berdoa bisa dijadikan sebagai alat ukur keimanan seseorang kepada Tuhannya. Dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya bahwa Dia akan senantiasa memenuhi permohonan hamba-Nya.“Ya Alah....

96

Page 8: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Mengapa harus terjadi? selamatkan jiwaku, ya Rabb. Selamatkan hati emak. Jauhkanlah hatinya dari rasa sakit.. hindarkanlah hati emak dari kemarahan. Lindungi kami, ya Rabb. Lindungi kami....” (Al-Azizy, 2013: 45).

Dari petikan novel tersebut tampaknya pengarang akan menyampaikan bahwa apabila seseorang dirundung masalah yang membuat hatinya gelisah, maka hendaklah seseorang segera membaca doa agar selamat dari godaan setan. Dengan senantiasa membaca doa tersebut yang intinya agar mampu menahan hawa nafsu, diyakini bahwa Allah akan memberikan pertolongan dalam kehidupan kita, baik lahir maupun batin.

Kadang-kadang seseorang mampu menahan hawa nafsunya, akan tetapi pada sisi lain harta bisa dan sangat mungkin mendatangkan tindak kejahatan dan fitnah yang hakikatnya adalah godaan setan. Oleh karena itu keselamatan dari hal tersebut harus juga dimohon kepada Allah. Sebagaimana kutipan novel berikut.

“Maka tak ada jalan lain baginya kecuali kembali mengadukan dirinya kehadapan Tuhannya:Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Ya Allah, sampaikan shalawat kepada rasulullah dan keluarganya.Tuhanku... kuadukan pada-Mu diri yang memerintahkan kejelekan. Yang bergegas melakukan kesalahan. Yang tenggelam maksiat pada-Mu. Yang menentang kemurkaan-Mu. Yang membawaku pada jalan kebinasaan. Yang menjadikan aku orang yang celaka yang terhina. Yang banyak noda. Yang berangan hampa. Bila diriku ditimpa bencana, ia berkeluh kesah. Kala untung diraih, bakhil bertambah cenderung pada mainan dan hiburan. Dipenuhi kealpaan dan kelalaian, mendorongku pada dosa, menghalangiku untuk bertaubat.

Ilahi..., Kuadukan pada-Mu musuh yang menyesatkanku. Setan yang menggelincirkanku. Ia sudah memenuhi dadaku dengan keraguan. Godaannya menyesakkan hatiku sehingga hawa nafsu menopangku. Ia hiaskan bagiku cinta dunia. Ia menghalangiku untuk taat dan taqarrub.Ilahi..., Kuadukan pada-Mu hati yang keras dengan guncangan was-was. Yang tertutup noda dan kekufuran. Mta yang beku untuk menangis karena takut pada-Mu, tetapi cair untuk kesenangan dirinya.Ilahi..., Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan kuasa-Mu. Tiada keselamatan bagiku dari bencana dunia kecuali dengan penjagaan-Mu. Aku bermohon kepada-Mu dengan keindahan hikmah-Mu, dengan pelaksanaan kehendak-Mu. Jangan biarkan daku mencari karunia selain-Mu. Jangan jadikan daku sasaran cobaan. Jadilah Engkau pembelaku melawan musuhku. Penutup cela dan aibku. Pelindung dari bencana. Penjaga dari durhaka dengan kasih dan sayang-Mu. Wahai Yang Maha Pengsih dari segala yang mengasihi”. (Al-Azizy, 2013: 168).

Dalam petikan tersebut tampak adanya keseimbangan. Memohan kepada Allah agar selamat dari nafsu yang dating dari diri kita sendiri atau godaan setan melalui harta.

c. Nilai KepatuhanAgama (ad-din) pada dasarnya

mengandung makna kepatuhan manusia secara total kepada Allah SWT. Agama dalam pengetian ini tidak dapat dicapai tanpa sifat ikhlas, yaitu sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan tanpa disertai pertimbangan dan motif-motif lain yang bersifat duniawi.

97

Page 9: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Dari sudut kebahasan, perkataan ikhlash berakar dari kata khalish, berarti murni, tidak bercampur dengan noda atau yang kotor, seperti susu murni dalam perut sapi yang tidak bercampur dengan darah dan kotoran. Menurut sebagian pakar berpendapat, ikhlas bermakna shafa (bening), dari kata shafa al-qalb (beningnya hati) lantaran orang ikhlas adalah orang yang hatinya bening atau bersih. Menurut Imam Ghazali, ikhlas bermakna shidqu al-niyyah fi al-amal (niat yang benar dalam bekerja atau beribadah). Ini berarti, setiap amal dan kebaikan haruslah dilakukan karena Allah SWT.

Tanpa ketulusan, maka semua kebaikan yang kita lakukan, selain tidak sejati, juga berancam penyakit hati yang sangat berbahaya, yaitu riya’ (pamrih) dan syirik. Orang yang tulus pada hakikatnya adalah orang yang diselamatkan oleh Allah SWT dari dari dua penyakit itu: riya’ dan syirik. Dalam konteks inilah Al Imam Ghazali berkata, “Semua manusia celaka, kecuali orang-orang yang berilmu. Para ilmuan inipun celaka, kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya. Dan yang disebutkan terakhir inipun celaka, kecuali mereka yang tulus ikhlas”.

Berbeda dengan manusia pada umumnya, orang yang tulus memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut.1). Mereka tidak terpengaruh oleh pujian dan cercaan manusia.2). Mereka tidak berharap imbalan apa pun

(pamrih) dari amal kebaikan yang mereka lakukan, selain mengharap perkenaan dan ridha Tuhan.

3). Mereka lupa dan tidak ingat lagi semua kebaikan yang pernah dilakukan.

Nabi Muhammad SAW. menyuruh kita agar memberi sedekah secara diam-diam, jauh dari gembar-gembor, ibarat tangan kanan memberi, tetapi tangan kiri tidak mengetahuinya, tentulah hanya bisa dimengerti dalam konteks ikhlas yang mendasari kepatuhan seseorang kepada Allah SWT.

Kepatuhan bisa juga diwujudkan dalam bentuk kehatia-hatian. Hati-hati atau wara’ (Arab) adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa, maksiat, dan perkara syubhat, (Kamus Munawwir Al-Bisri). Orang yang berhati-hati dalam segala tindakannya biasanya mempunyai wawasan yang sangat jauh ke depan dan selalu mengintropeksi diri serta mengevaluasi apa-apa yang pernah dilakukan di masa lampau dengan tujuan untuk memperbaiki apa-apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang. Dari penjelasan ini, maka kita sebagai umat Islam wajib berhati-hati dan mengevaluasi diri demi kebaikan di masa depan.

Sebagai makhluk Allah yang paling mulia yang telah tertanam dalam hatinya sebuah keimanan, manusia wajib mengabdi dan taat kepada-Nya dengan tetap memelihara keimanannya yang salah satunya dengan cara menjauhkan diri dari ketamakan harta, karena salah satu ujian yang paling besar yang diberikan kepada orang yang beriman adalah harta.

Sungguh pekerjaan yang sangat berat bagi seseorang yang ingin menjadi hamba Allah yang benar-benar patuh kepada-Nya. Karena di dalam seseorang menunjukkan kepatuhannya tidak cukup hanya ketika shalat saja, akan tetapi di luar shalat pun dia harus bias mewujudkan kepatuhannnya dengan senantiasa melaksanakan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, termasuk memutus silaturrahim/bermusuhan dengan saudaranya. Sebagaimana pada kutipan yang dijelaskan tokoh Dimas dan petikan novel Di Bawah Telapak kakimu berikut ini.

“Matanya menerawang. Pikirannya melayang-layang. Sungguh, ia tak mengharap dendam ini terus terjadi, apalagi terhadap kerabat sendiri. Bagaimana pun juga, Nugroho adalah kakak sepupunya sendiri. Ayah Nugroho dan

98

Page 10: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

emaknya adalah kakak adik., saudara kandung. Dendam semestinya tak terjadi pada orang-orang yang masih memiliki pertalian darah. Terlebih zaman ini bukan masa lalu dan agama selalu mengajarkan agar hati tak pernah diliputi dendam atau sakit hati”. (Al-Azizy, 2013: 16).“Mas, aku sudah menunggumu lama. Tapi kau tak datang juga. Semoga perkataanmu hanya senda gurau belaka, sebab aku menyayangimu, dan tak seharusnya dendam terjadi diantara kita”. (Al-Azizy, 2013: 20).“Jangan! Jangan pernah kau sentuh minuman haram itu. Jangan lukai hati dan jiwamu dengan sesuatu yang haram di mata Allah, Nak....”. (Al-Azizy, 2013: 29). Pada kutipan tergambar tokoh

Kiyai Jalil yang memperingatkan Dimas agar menjauhi minum-minuman keras dan semua larangan-Nya.

Allah menciptakan alam ini dengan disertai tanda-tanda penciptaan-Nya. Akan tetapi orang-orang mengingkari-Nya tidak dapat memahami kenyataan tersebut karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk “melihat” tujuan penciptaan ini.

Pengarang, tampaknya sangat konsen dalam mensyaratkan sikap hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata yang akan mengakibatkan sakit hati terhadap orang lain. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini.“Dimas ingin bertanya sesuatu, tetapi ia merasa ragu. Ia takut menyinggung perasaan emaknya. Sebenarnya ia hendak bertanya seperti ini, “Apakah kita tidak cukup ikhlas untuk menerima kenyataan ini, Mak ?”. (Al-Azizy, 2013: 57).

Dalam kutipan tersebut tampaknya sikap hati-hati adalah sesuatu yang patut ditanamkan sejak dini. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dilakukan dihadapan Allah. Semua

tidak lepas dari panatauan Allah. Inilah sebenarnya makna dari sebuah kehati-hatian dalam bertindak.

d. Nilai KesabaranNilai moral yang ada dalam novel

Di Bawah Telapak Kakimu diantaranya adalah sifat sabar. Belakangan ini sifat sabar mulai terkikis dari hati manusia. Apalagi di zaman teknologi yang serba cepat,orang sering kehilangan kesabaran. Sehingga segala sesuatu harus dilakukan dengan tergesa-gesa. Padahal sesuatu yang dilakukan dengan tergesa-gesa hasilnya tidak akan memuaskan.

Sukses butuh waktu dan kesabaran. Semua yang ada di dunia ini berjalan sesuai dengan sunnatullah. Allah sendiri mencontohkan bagaimana Dia menciptakan bumi yang tidak sekali jadi. Padahal Dia mempunyai kemampuan Kun Fayakuun. Namun Dia ingin mengajarkan kepada manusia bahwa di dunia ini segala sesuatunya tidak sekali jadi.

Begitulah setiap penciptaan sesuatu butuh waktu dan kesabaran. Allah menciptakan langit dan bumi dalam empat tahap ( masa). Sebagian ulama menafsiri empat masa itu sama dengan enam hari. Ini sebagai bukti ide yang besar untuk mengilhami kita bahwa sukses itu butuh tahapan-tahapan dan harus dilalui dengan sabar (kerja keras).

Kejayaan Islam dibangun atas dasar kesabaran. Tanpa kesabaran, barangkali kita tidak menemukan Islam menguasai dunia ini. Betapa Rosullulah SAW memulai berdakwa menyampaikan kebenaran, beliau melakukanya denan sabar. Beliau merencanakan dengan strategi yang matng. Bukankah sebuah rencana strategi itu bagian dari kesabaran.

Sabar (tabah) adalah tahan menderita untuk menghadapai yang tidak disenangi dengan penuh ridha dan menyerahkan diri kepada Allah. Sabar adalah kemampuan menahan diri di kala ada godaan untuk marah atau pasrah.

99

Page 11: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Sikap sabar merupakan sikap yang penting dalam kehidupan, karena dalam hidup ini banyak ditemui musibah dan ujian, seperti ketika berhadapan dengan gangguan pada kesehatan. Sedangkan orang yang mendapatkan cobaan dan ujian biasanya pikirannya kacau, marah, dan akhirnya putus asa.

Dalam kutipan cerita novel berikut tokoh Dimas selalu berpesan kepada Emaknya yang sedang dirundung masalah dengan kakaknya agar senantiasa bersabar atas ujian yang dialaminya. Sebagaimana yang terdapat pada kutipan cerita novel berikut.“Mas Nugroho bilang sawah itu telah disertifikatkan atas nama Pakde. Kita hanya bisa sabar, Mak....” (Al-Azizy, 2013: 24).“Mari kita bersabar. Jangan sampai tanah menjadi sengketa”. (Al-Azizy, 2013:23).“Kita harus bersabar dan ikhlas menerima ketentuan-Nya, Mak”. (Al-Azizy, 2013: 197)

Dari kutipan tersebut mengandung nilai kesabaran dan menerima takdir Allah SWT. Manusia pada hakikatnya harus sabar dan ikhlas dalam menerima ketentuan Allah. Penyerahan diri serta sabar dalam menghadapi kesulitan dan berbagai masalah adalah bentuk tawakkal diri kepada sang pencipta, karena pada dasarnya segala bentuk ujian dan masalah menjadi tolak ukur manusia yang benar patuh kepada Tuhan-Nya.

Selain itu Taufiqurrahman Al-Azizy dalam karyanya member penjelasan mengenai peran kesabaran dan shalat bagi pelaksanaannya. Sabar dan shalat adalah satu-satunya benteng seseorang agar senantiasa mampu menghadapi urusan yang berat sekalipun. Sebagaimana yang diceritakan Al-Azizy dalam kutipan di bawah ini.“Ruangan langgar itu benar-benar gelap. Sekian lama Dimas rukuk dan sujud, dan seakan-akan tak mau berhenti dari keasyikan ini. Air matanya bercucuran

membasahi pipi, menggenangi tempat sujudnya. Bayang-bayang ayahandanya menari-nari dipelupuk mata, bersliweran dengan bayang-bayang wajah cemas dan kesedihan emaknya. Ia telah selesai mengerjakan shalat malamnya, tetapi ia tak juga bangun mensujudkan wajah di Hadapan-Nya”. (Al-Azizy, 2013: 114).

e. Nilai IbadahAllah SWT menciptakan manusia

hanya untuk beribadah kepada-Nya. Karena hanya dengan ibadah seseorang akan selamat di dunia dan akherat. Tidak boleh beribadah kepada Allah SWT kecuali dengan syariat yang di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan Alloh SWT, tidak akan menerima amal seseorang dalam bentuk apapun kecuali diniatkan hanya untuk Allah, Dzat yang tidak memiliki sekutu, dan sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Ada beberapa hal yang tidak bisa kita tinggalkan sebagai bukti terbentuknya nilai ibadah kita kepada Allah, diantaranya adalah sebagai berikut.1) Berdzikir kepada Allah, yakni

mengingat Allah pada setiap saat.Berdzikir kepada Allah bisa dilakukan

melalui ucapan saja. Berdzikir juga bisa dilakukan dengan menunjukkan sikap dan tindakan. Sehingga apabila seseorang sudah bisa mengingat Allah secara terus menerus dan dalam bentuk apapun, maka orang itu hanya akan mengatakan yang baik-baik saja. Dan akan tekun menunaikan ibadah shalat. Oleh karena itu, marilah kita menjadi orang yang selalu berdzikir kepada Allah SWT. karena hanya dengan berdzikir kepada-Nya hati kita menjadi tenang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran Surat 13 Al-Ra’d ayat 28 sebagai berikut. ”Hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang”. 2) Sholat tepat waktu. Seseorang akan

bisa melaksanakan shalat sesuai dengan waktu yang ditentukan, jika ia tidak memperdulikan kepentingan

100

Page 12: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

yang lain akan tetapi ia lebih mengutamakan kepentingan akherat dari pada kepentingan dunia.

3) Bertasbih yakni mensucikan Allah dari sifat-sifat yang dimiliki makhluk-Nya. Ia selalu membaca tasbih baik di pagi hari maupun di sore hari.

Berdzikir kepada Allah sangat menentukan kehidupan manusia. Hidup seseorang tidak akan pernah tenang jika didalam melakukan aktivitasnya tudak disertai dengan dzikrullah. Ia akan selalu merasa kelurangan walaupun apa yang ia miliki melebihi dari kebutuhan sehari-hari, jika ia melupakan siapa yang sebenarnya yang mendatangkan kekayaan itu.

Di dalam novel karya Taufiqurrahman Al-Azizy dikelaskan bahwa Dimas selalu melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti ini, yang tujuannya hanya karena ingin memperoleh ketenangan jiwa dan ketenangan hati. Sebagaimana yang tertulis kutipan ini.“Dimas mengelus dada. Ucapan istighfar memenuhi rongga dadanya”. (Al-Azizy, 2013: 101).“Ada bahaya besar Dimas rasakan saat ini, Mak. Astaghfirullah. Kita tak perlu ke sana saat ini”. (Al-Azizy, 2013: 227).

Adapun nilai ibadah yang utama adalah shalat fardlu merupakan shalat yang harus dikerjakan oleh kaum muslimin, bila dikerjakan sesuai waktunya maka akan mendapat pahala dan jika tidak, akan mendapatkan dosa. Islam mengajarkan kita supaya selalu disiplin/istiqomah dalam setiap melakukan aktivitas, termasuk di dalam melaksanakan shalat, karena shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya. Berikut kutipan novel Al-Azizy.“Mereka pun masuk ke dalam rumah, lalu keluar lagi menuju mushola. Di dalam mushola tak ada sesiapa pun kecuali Kiai Jalil yang tengah memanjatkan puji-pujian dengan suaranya yang sudah bergetar setelah ia mendendangkan adzan maghrib”. (Al-Azizy, 2013:93).

f. Nilai TauhidTauhid berasal dari kata wahhada

yuwahhidu tauhid yang artinya secara bahasa adalah mengesakan. Sedangkan menurut ahli tauhid adalah meyakini bahwa Allah itu Esa, tunggal, dan satu-satunya Dzat yang wajib kita sembah. Kita wajib menyembah Allah karena keberadaan-Nya tidak bisa diragukan.

Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Alah kepada setiap hamba-Nya. Namun sangat disayangkan karena kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Hakikat tauhid adalah mengesakan Allah SWT. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.1) Mengesakan Allah SWT dalam

Rububiyah-Nya.Maksudnya adalah kita meyakini

keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti menciptakan dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rizki, memberikan manfaat, menolak mudlarat, dan lain-lain yang merupakan kekhusukan bagi Allah. Hal seperti ini yang diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataanya mereka menampakkan keingkaranya hanya karena kesombongan mereka. Padahal,jauh didalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya.

Namun walau demikian pengakuan seseorang terhadap “ Tauhit Rububiyah “ ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang Musyrikin Quraisy yang

101

Page 13: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

diperangi Rosulullah mengakui dan menyakini terhadap kebenaran tauhid ini. 2) Mengesakan Allah dalam Uluhiyyah-

Nya Maksudnya adalah kita

mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan, seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut, dan bermacam-macam ibadah lainya. Dimana kta harus memaksudkan seluruh ibadah kita hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwa para Rosul yang sekaligus diingkari oleh kaum Quraisy Makkah. Oleh karena pengingkaran inilah mereka dikafirkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satu-Nya Pencipta alam semesta.3) Mengesakan Allah dalam Nama dan

sifat-NyaMaksudnya adalah kita beriman

kepada nama-nama dan sifat Allah yang diterangkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rosullulah. Dan kita juga menyakini bahwa hanya Allah-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan didalam Al-Quran dan Hadist tersebut, yang dikenal dengan Asmaul Husna.

Seseorang baru dapat dikatakan seorang muslim sejati, jika telah mengesakan Allah dan tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut. Barang siapa yang menyekutukan Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukanlah muslim, tetapi dia adalah seorang musyrik.

Mengesakan Allah adalah meyakini bahwa Allah itu Esa, Tunggal, dan satu-satunya Dzat yang wajib kita sembah. Kita wajib menyembah Allah karena keberadaan-Nya tidak bisa diragukan. Adanya Allah bukan karena ada yang menciptakan, tetapi ada karena sendirinya. Jadi, wujud Allah itu wajib dan kita wajib meyakininya.

Sebagai bukti adanya Allah adalah adanya alam dan isinya. Alam semesta tidak akan pernah ada tanpa ada yang menciptakan yang dalam hal ini tidak lain kecuali Allah SWT. Taufiqurrahman Al-Azizy dalam novelnya mengatakan sebagai berikut.“Lebih baik kita masuk, Mak. Sebentar lagi maghrib. Lebih baik kita memohon pertolongan Allah,” ajak Dimas . (Al-Azizy, 2013: 25).

Kutipan di atas membenarkan tentang keberadaan Allah, karena langit dan bumi tidak akan pernah ada tanpa ada yang menciptakan. Dan siapapun yang meyakini keberadaan-Nya berarti dia sudah mengikat janji dengan Allah untuk selalu meninggikan kalimat tauhid.

Adapun perbuatan syirik adalah dosa yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Allah sangat murka kepada orang yang menyamakan Allah dengan makhluknya. Contohnya, seseorang meyakini bahwa gunung Bromo mempunyai kekuatan yang amat dahsyat lalu dia meminta kepadanya, padahal hanya Allah-lah yang mempunyai kekuatan. Berati hanya Allah-lah yang pastas dijadikan sandaran vertikal supaya kita memohon kepada-Nya.

Hal ini sering dilakukan Dimas, sebagaimana pada kutipan novel berikut.“Rumah Allah-walau begitu telah tua, sepi, dan kusam-tak pernah menipu dan selalu siap dijadikan tempat untuk mengadu. Memohon keadilan-Nya. Meminta belas kasih-Nya. Memohon kekuatan-Nya”. (Al-Azizy, 2013: 113).

g. Pertolongan AllahSalah satu tanda bahwa seseorang

telah memperoleh pertolongan Allah SWT adalah apabila dia memeluk agama Islam, karena Islam adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Pertolongan Allah SWT juga menembus logika-logika rasional kehidupan lainnya. Seperti yang dialami oleh Malik bin Dinar. Seorang tabi’in itu

102

Page 14: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

dilindungi Allah dari binatang buas. Seperti ditulis oleh Syaikh Aidhz Al-Qarni dalam Ihfadzillaha yahfadzka, “Suatu hari Malik bin Dinar tertidur di kebun. Begitu terbangun, didapatinya seekor ular menggigit kembang. Ular itu mengibas-ngibaskan kembang itu untuk mengusir nyamuk yang mengerubuti Malik bin Dinar.

Bebatuan dan benda-benda mati juga akan ditundukkan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang shalih. Seperti yang dialami oleh tiga orang shalih yang terjebak di dalam gua. Al-Bukhari dan Muslim mengisahkan, bahwa dulu kala ada tiga orang shalih yang terjebak di dalam gua. Tiba-tiba pintu gua itu tertutup batu yang longsor. Akhirnya, ketiganya memohon pertolongan kepada Allah dengan menyebutkan amal-amal terbaik mereka. Karena mereka tahu, tidak mungkin mereka mendorong batu itu dengan kekuatan fisik mereka.

Kisah-kisah tersebut tidak untuk mendorong kita kepada kepasrahan yang salah, kepada penyandaran kita, tanpa ikhtiar kemanusiaan. Ia menegaskan, bahwa bagi Allah sangatlah mudah menolong hamba-Nya, dengan cara-cara yang tidak masuk akal sekalipun. Karena kekuasaan Allah tidak bisa dibandingkan dengan daya nalar akal manusia. Kisah-kisah itu tidak untuk menyulap kita menjadi kaum pemalas, dengan ekspresi-ekspresi kumal. Tapi dengan tegar kita hadapi tantangan dakwah ke depan dan kita masuki dunia ini, zaman ini, peradapan ini, dengan kekuatan iman dan pertolongan Allah SWT. Karena pertolongan Allah SWT, kita akan dengan mudah mampu menembus segala instrumen kehidupan duniawi tersebut, lalu Allah akan memberikannya kepada kita, tentu bila kita layak menerimanya.

Dalam komunitas masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT. tidak mudah bagi seseorang untuk mengarahkan mereka ke jalan yang diridhai-Nya, sehingga

mereka memperoleh rahmat dari Allah SWT. Sedangkan rahmat Allah bias diperoleh oleh seseorang hanya dengan kedatangan Islam sebagai bentuk kasih saying Allah SWT. Sehingga mereka akan senantiasa memperoleh pertolongan dari Allah SWT.

Sebagai bukti bahwa Islam adalah sebagai rahmat bagi alam semesta, kutipan cerita yang ditunjukkan pengarang dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu sebagai berikut.“Saya bingung. Saya sedih. Satu sisi, saya hendak segera pergi ke rumah Bude. Namun di sisi lain, saya tak bisa meninggalkan emak dalam keadaan seperti itu. Entah berapa kali emak pingsan, saya tak ingat. Mungkin enam kali. Atau tujuh kali. Saya hampir putus asa. Tetapi Allah menolong saya”. (Al-Azizy, 2013: 246).

Dalam kutipan tersebut tampaknya pengarang ingin menunjukkan pada pembaca bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini semua ditentukan oleh Allah. Dan Allah bebas dalam menentukan segala sesuatu. Allah berhak menentukan siapa pun yang patut diberi hidayah.

Demikian juga Allah akan memberikan pertolongan dan melimpahkan rahmat-Nya hanya kepada orang yang bersujud kepada-Nya.

2. Unsur Religius dalam Hubungannya dengan Manusia

a. Saling Menyayangi Sesama Orang Lain

Sebagai makhluk sosial seseorang tidak akan terpenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain. Mulai aktifitas yang paling ringan sampai pekerjaan yang paling berat tidak akan bisa diselesaikan dengan baik tanpa kehadiran orang lain. Dalam hidup berumah tangga seorang suami tidak akan bisa membangun keluarga yang bahagia tanpa dukungan seorang istri. Dalam sebuah organisasi sistem yang dibangun tidak akan berdiri

103

Page 15: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

dengan kokoh tanpa kerja sama yang yang baik dengan komponen pengurus yang lain. Bahkan tersenyum pun membutuhkan orang lain. Semua orang akan mengatakan gila jika mereka menjumpai seseorang tersenyum sendiri. Oleh karena itu, tidak boleh menjadi orang sombong, merasa dirinya paling sempurna, merasa dirinya sudah tidak membutuhkan orang lain. manusia harus saling menyayangi dan harus saling mengasihi. “Mas, aku sudah menunggumu lama. Tapi kau tak datang juga. Semoga perkataanmu hanyalah senda gurau belaka, sebab aku menyayangimu, dan tak seharusnya dendam terjadi di antara kita”. (Al-Azizy, 2013: 20).

Dari kutipan novel tersebut sangat jelas bahwa seseorang tidak boleh mempunyai sifat sombong, seakan-akan tidak membutuhkan kasih sayang orang lain lalu tidak mau memperdulikan orang lain. Bahkan tidak hanya itu saja, nyawa manusia sekalipun harus diselamatkan, jika itu mungkin dilakukan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kasih sayang kepada sesama umat manusia. Artinya selaku umat Islam wajib memelihara kehidupan seseorang, karena memelihara kehidupan seseorang seakan-akan telah memelihara kehidupan manusia semuanya.

b. Saling Menghargai Sesama ManusiaManusia tidak akan bisa hidup

tanpa orang lain, oleh karena itu manusia harus saling menghargai kepada sesama. Sebagai pemimpin pun manusia harus pandai-pandai mengambil kebijakan dalam segala urusan agar semua pihak merasa dihargai.“Atmojo, sang kepala desa, memang tidak bisa segera mengambil sikap atas keluhan yang telah disampaikan Mak Ijah. Walau hati kecil amat merasa kasihan kepada Mak Ijah, ia tak bisa mengambil sikap hanya dengan mendengar keluhan Mak Ijah tanpa mempertimbangkan dulu

bagaimana pendapat Haris soal itu”. (Al-Azizy, 2013: 81).

Selaku umat manusia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain, oleh karena itu manusia harus saling menghargai kepada sesama manusia, walaupun mereka berbeda agama.

Dalam novel karangan Taufiqurrahman Al-Azizy mengandung makna bahwa seseorang harus pandai-pandai menghargai orang lain. Oleh karena itu sebagai muslim sejati, harus pandai-pandai menghargai orang lain, dari mana pun bangsa mereka, apa pun warna kulit mereka, bahkan apa pun agama mereka harus tetap saling menghargai.

Kutipan novel di atas mengandung makna bahwa seseorang harus pandai-pandai menghargai orang lain.

c. Berbakti kepada Orang TuaPada hakikatnya yang menciptakan

alam dan isinya, termasuk manusia adalah Allah SWT. Namun perlu diketahui bahwasannya segala sesuatu yang ada di permukaan bumi ini tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya sebab, begitu juga seorang anak manusia tidak akan terlahir ke dunia tanpa kedua orang tua, oleh karena itu kita wajib berbakti dan menghormati mereka.

Melalui novel karya Taufiqurrahman Al-Azizy bisa memberikan gambaran bagaimana seharusnya seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, melalui kutipan novel berikut ini.“Maaak....,” akhirnya dimas tak sanggup membendung air matanya dimas mencium lutut emaknya dan bersimpuh dihadapan emaknya. (Al-Azizy, 2013:124).

Berbakti kepada kedua orang tua menduduki posisi kedua setelah berbakti kepada Allah SWT. Dalam novelnya Al-Azizy memberikan gambaran kepada pembaca tentang pentingnya berbakti kepada kedua orang tua yang di perankan oleh tokoh Dimas.

104

Page 16: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

d. Tolong Menolong antar Sesama UmatDi zaman globalisasi ini, di mana

orang-orang mulai cenderung hidup sendiri-sendiri, sehingga tidak ada lagi orang yang peduli terhadap kaum yang lemah, orang yang kaya tidak lagi mau membantu orang yang miskin, orang yang kuay tidak lagi mau menolong kau dhu’afa’, dan keangkaramurkaan semakin merajalela. Maka disaat-saat yang memperihatinkan itu datanglah Taufiqurrahman Al-Azizy melalui kutipan novel religiusnya memberikan teladan yang baik, bagaimana agar orang-orang senantiasa meningkatkan rasa solidaritas kepada sesamanya. Sebagaimana yang tercantum pada kutipan novel berikut.“Mahasiswa-mahasiswa yang lain pun turut menyumbangkan pikirannya, membantu kepala desa untuk memutuskan perkara ini”. (Al-Azizy, 2013: 79).

Dalam Hadist di jelaskan bahwa, “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan, saling mengokohkan satu dengan yang lain”. (Kemudian Rasulullah SAW merapatkan jari-jari tangan beliau). (HR. Bukhari Muslim: 1100 hadist terpilih). Dari hadist tersebut semakin jelas bahwa umat manusia harus tolong-menolong agar semakin tercipta kerukunan antar umat beragama. Dan jika dalam kerukunan dalam sebuah bangsa mulai terwujud, maka berarti kedamaian dalam masyarakat akan terasa oleh semua orang.

e. Jujur kepada Orang LainPeribahasa mengatakan: “serapat-

rapat prang menyimpan bangkai pada akhirnya tercium juga”. Artinya rahasia apapun yang dimiliki seseorang lalu dia menyimpannya dengan rapat pada akhirnya akan ketahuan juga.

Berangkat dari peribahasa di atas, bisa diambil sebuah hikmah dari kutipan novel religi ini, bahwa seseorang harus

bisa berperilaku jujur kepada diri sendiri maupun kepada orang lain supaya dia merasakan ketenangan dalam hidupnya. Sebagaimana yang diceritakan dalam novel religi berikut ini.“Kepala desa kembali mendesah. Ia tak berbohong saat mengatakan kepada Mak Ijah bahwa masalah seperti ini adalah masalah yang baru baginya. Ia juga tak berbohong bahwa masalah ini adalah masalah pribadi antara Mak Ijah dan Pak Haris”. (Al-Azizy,2013:78). Jujur adalah salah satu sifat terpuji yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik itu jujur kepada diri kita sendiri atau jujur kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebijakan dan kebijakan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah SWT seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Dan selama seorang laki-laki itu berdusta dan selalu memilih perbuatan dusta, maka dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai seorang pendusta (pembohong)”. (HR. Bukhari: Tafsir Ibnu Katsir-jilid 2, 399).

Dari hadist di atas, kita (pembaca) bisa mengambil sebuah hikmah dari novel religius karangan Taufiqurrahman Al-Azizy ini, bahwa seseorang harus bisa berperilaku jujur kepada diri sendiri maupun kepada orang lain supaya dia merasakan ketenangan dalam hidupnya. Sebagaimana yang terkandung dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil analisis dan

pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religius dalam novel ini dapat dibagi

105

Page 17: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

menjadi dua bagian sebagaimana penjelasan berikut.

1. Nilai-nilai Religius dalam Hubungannya dengan Allah Secara Vertikal

Dalam novel Dibawah Telapak Kakimu ini, tujuh jenis nilai-nilai religius yang berhubungan dengan Allah yang meliputi: (1) nilai keimanan, (2) nilai tawakkal, (3) nilai kepatuhan, (4) nilai kesabaran, (5) nilai ibadah, (6) nilai tauhid, dan (7) pertolongan Allah. Dari ketujuh jenis nilai religius tersebut dengan singkat penulis akan memberikan penjelasan sebagai berikut.1) Nilai keimanan adalah nilai yang

menunjukkan bahwa seseorang telah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mewujudkan dalam bentuk tindakan. Nilai keimanan dalam novel ini meliputi bersyukur kepada Allah dan menerima takdir Allah.

2) Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah setelah melakukan ikhtiar-ikhtiar serta diikuti dengan doa kepada-Nya. Nilai tawakkal dalam novel ini meliputi berserah diri kepada Allah dan berdoa kepada-Nya.

3) Kepatuhan ialah ketaatan kepada Allah SWT. didalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan tulus dan ikhlas tanpa harus mempertimbangkan motif-motif lain yang bersifat duniawi. Nilai kepatuhan dalam novel ini meliputi taat kepada agama dan sikap berhati-hati.

4) Kesabaran adalah kemampuan rohani di dalam mengendalikan hati, lisan, dan organ tubuhsehingga mampu melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya, dan tabah atas ujian yang diberikan. Sedangkan yang dimaksud sabar dalam novel ini adalah sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, sabar dalam menghindari larangan-larangan-Nya,

dan sabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan (musibah).

5) Ibadah adalah sebuah aktifitas yang dilakukan oleh manusia sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT, baik ibadah yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi. Nilai-nilai ibadah yang terdapat dalam novel ini adalah berdzikir kepada Allah, melaksanakan shalat tepat waktu, dan bertasbih kepada Allah.

6) Tauhid adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Maha Esa baik dalam Dzat, perbuatan-perbuatan, dan sifat-sifat-Nya. Nilai tauhid dalam novel ini adalah mengesakan Allah dan meyakini Allah sebagai sandaran vertikal.

7) Pertolongan Allah adalah salah satu rahmat di antara rahmat-rahmat Allah yang akan diberikan kepada seluruh manusia kelak di akhirat dan hanya orang-orang yang berbuat baik yang akan mendapat rahmat itu. Salah satu pertolongan Allah yang terdapat pada novel ini adalah merasakan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta dan adanya penyesalan yang dilakukan oleh seorang hamba Allah.

2. Nilai-nilai Religius dalam Hubungannya dengan Manusia Secara Horizontal

Dalam hubungannya dengan manusia secara horizontal, meliputi menemukan lima nilai-nilai religius dalam novel Dibawah Telapak Kakimu ini, yaitu: (1) saling menyayangi sesama orang lain, (2) saling menghargai sesama manusia, (3) berbakti kepada orang tua, (4)tolong menolong antar sesama umat, dan (5) jujur kepada orang lain. Secara singkat penulis akan menjelaskan nilai-nilai religius tersebut sebagai berikut.1) Saling menyayangi sesama orang lain

merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seluruh umat manusia, karena sebagai makhluk sosial seorang

106

Page 18: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

manusia tidak akan bisa terpenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain. Saling menyayangi sesama orang lain dapat diwujudkan dengan mengulurkan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dan memberi santunan kepada fakir miskin.

2) Saling menghargai sesama manusia merupakan suatu keharusan bagi siapa pun, karena setiap manusia mempunyai hak untuk dihargai dan mempunyai kewajiban agar juga menghargai orang lain. Saling menghargai sesama manusia bisa dibuktikan dalam bentuk kebebasan yang harus diberikan kepada orang lain dan memberi toleransi yang tinggi kepada mereka.

3) Berbakti kepada orang tua adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan setiap umat manusia, karena berbakti kepada keduanya akan meredam murka Allah. Oleh karena itu Birrul Walidain menduduki posisi kedua setelah berbakti kepada Allah SWT. Berbakti kepada mereka bisa dilakukan dengan cara berlemah lembut di hadapan mereka dan bersikap sopan ketika berbicara.

4) Tolong menolong antar sesama umat adalah salah satu ajaran agama Islam yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, baik dengan cara memberi santunan kepada fakir miskin, yatim piatu, atau kaum dhuafa.

5) Jujur kepada orang lain merupakan modal utama bagi seseorang untuk meraih sebuah ketenangan dan kemenangan. Berkata jujur, terbuka, polos, apa adanya, dan tidak mudah berburuk sangka adalah bagian dari bukti kejujuran seseorang kepada orang lain.

Saran-saran Sehubungan dengan hasil

penelitian ini, peneliti perlu menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.

1) Guru Bahasa IndonesiaSeiring dengan semakin rendahnya

moralitas bangsa Indonesia khususnya di lingkungan para peserta didik disebuah institusi, maka guru bahasa Indonesia harus pandai-pandai mencari buku bahan ajar di sekolah yang bernuansa agama khususnya di bidang pengajaran ilmu sastra, salah satunya adalah buku novel yang berjudul “ Dibawah Telapak Kakimu” karangan Taufiqurrahman Al-Azizy. Karena dari buku novel tersebut seorang siswa bisa mengkaji nilai-nilai religi yang berhubungan dengan Allah dan nilai-nilai agama yang berhubungan dengan manusia.

2) Komunitas Masyarakat IndonesiaKomunikas masyarakat Indonesia

adalah salah satu kelompok yang juga mempunyai peranan yang sangat penting di dalam menyukseskan pendidikan di negara kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, mereka harus proaktif di dalam memperhatikan perkembangan pendidikan di negara kita. Mereka harus mampu mengispirasikan gagasan-gagasannya melalui seni-seni dan budaya yang semakin berkembang di masyarakat. Maka dari situlah akan muncul kecenderungan baru dari anak-anak didik kita untuk lebih meningkatkan karya tulisnya melalui karya ilmiah remaja.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Azizy, Taufiqurrahman. 2013. Di Bawah Telapak Kakimu, Nusa Creativa: Jogjakarta

Aminuddin. 1984. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Al Geasindo

Fatah, Munawir. 1999. Kamus Al-Bisri. Pustaka Progresif Surabaya.

107

Page 19: badriyadi.files.wordpress.com file · Web viewUNSUR RELIGIUS DALAM NOVEL “DI BAWAH TELAPAK KAKIMU” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY. Nur Masrurotul Auliyah. Mahasiswa Jurusan Pendidikan

ISSN 2337-6384 Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Katsir, Ismail. 774 H. Tafsir Ibnu Katsir. Thoha Putra Semarang.

Moleong. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda.

Mustopo, 2001. Nilai Al Quran; Sebuah Analisis. Yogyakarta: Sinar Pustaka.

.

108