guratinstitute.weebly.com · web viewpun ketika lahir generasi akademis, yang mendapat pendidikan...
TRANSCRIPT
#2018
”repositioning””
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
2
ARC of BALI #2018 UNDANGAN TERBUKA
Judul : “repositioning” Waktu : 25 September – 24 Oktober 2018
Peresmian : 25 September 2018, pukul 19.00 WITA, Diresmikan oleh: (Tentatif)
Tempat : Gate 88 Gerbang Nusantara Kerobokan- Kuta Utara
Peserta : Peserta pameran adalah perupa-perupa pemula (emerging artists) Bali yang dipilih berdasarkan sistem open call.
Karya : Karya-karya yang dipamerkan meliputi karya dua dan tiga dimensi serta
intermedia. Meliputi: lukisan, fotografi, grafik art/ditigal painting mural, seni grafiti, komik, patung, karya instalasi, obyek dan video art.
Dari karya-karya yang masuk akan diseleksi oleh tim kurator berdasarkan kajian terhadap masing-masing karya dan relevansinya dengan frame kuratorial.
Tim Kurator : Wayan Seriyoga Parta (Kurator) Made Susanta Dwitanaya (Kurator)
Dewan Penilai Art Award: Rizki A. ZaelaniNyoman ErawanWayan Seriyoga Parta
Organiser : GURAT ART PROJECT & RICHSTONE Art & Design Address: Jl. Raya Kerobokan No. 3 Kuta Utara, Bali, P. Office: 0361-4740669 M : 081 75081888
Email : [email protected] : http://guratinstitute.weebly.com
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
3
Informasi Pameran Terlampir
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
4
PENGANTAR KURATORIAL
ARC of BALI #2018“”repositioning””
Dalam beberapa catatan tentang sejarah seni rupa Indonesia, perkembangan seni rupa Bali selalu diposisikan pada garis perkembangan yang tersendiri, dan memiliki kebedaan dengan seni rupa di daerah lain di Indonesia. Sanento Yuliman dalam buku Seni Lukis Indonesia Baru 1976 mengungkap, bahwa perkembangan seni baru Indonesia salah satunya berkembang di Bali. Dalam pengantarnya itu Sanento Yuliman menjelaskan bahwa “Seni lukis ini memperlihatkan beberapa sifat baru yang membedakannya dari seni lukis Bali lama, namun pada umumnya tetap memperlihatkan hubungan yang jelas dengan kesenian Bali. Karena itu ada dasarnya jika orang tetap menamakannya ”seni lukis Bali” (Sanento Yuliman, 1976).
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Astri Wright dalam pengantar pameran Modern Indonesian Art, Kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat (KIAS) tahun 1990-1991 juga menyinggung perihal perkembangan seni rupa Bali sebagai “suatu perkembangan yang penting tetapi agak terpisah terjadi di Bali sekitar tahun 1930, yang terutama menggunakan sumber-sumber tradisional, ditujukan untuk kolektor-kolektor dan turis, dan dengan jelas berkembang menjadi pergerakan kesenian modern sendiri” ( Astri Wright, 1990-1991).
Selanjutnya Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya 1996, menguraikan perkembangan seni lukis baru Indonesia menyatakan; “[..]dalam seni lukis Bali, […]mampu mempertahankan beberapa unsur teknik nenek-moyang”. (Lombard, 1996). Dalam buku Indonesian Heritage 1998, pembahasan tentang seni rupa Bali kembali mendapat ruang tersendiri, dinyatakan bahwa; “modern art in Bali has evolved more or less independently of development of the rest of Indonesia, and it has produced agreat variety of distinctive style” (Soemantri, 1998). Hilda Soemantri juga menjelaskan; “Bali’s unique position, with a strong indigenous tradition of painting and a broad exposure internationally, gives its modern painter a prominent place in Indonesia” (Soemantri, 1998)
Pun ketika lahir generasi akademis, yang mendapat pendidikan seni rupa dari akademis seperti; ITB Bandung dan ISI Yogyakarta terutama pada lapis generasi awal, karya-kaya mereka juga masih kuat mempertimbangkan nilai budaya dan tradisi. Kurator Jim Supangkat memberikan penegasan bahwa, ”karya-karya seni rupa Bali memang memperlihatkan ikatan yang kuat dengan karya tradisi. Namun karya-karya ini berkaitan pula dengan modernisasi dan dalam perkembangannya menampilkan pula modernitas Indonesia” (Jim Supangkat, 1999).
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
5
Berkaca dari pembahasan selama ini tentang seni rupa Bali pada umumnya melihat perkembangan visual yang berkesinambungan, dan memiliki dasar pengembangan dari nilai-nilai tradisi budaya Bali. Singkat cerita perkembangan seni rupa Bali modern identik dengan eksplorasi visual yang mengangkat dari nilai-nilai simbolik dan filosofis yang bersumber dari tradisi kebudayaan Bali. Karakternya ‘modernis’ tetapi sarat dengan konten budaya, hal ini menjadikan seni rupa Bali modern menunjukan wajah ‘lain’ yang sarat dengan muatan identiter.
Kini ketika eranya telah berkembang begitu pesat di dalam kondisi yang disebut contemporeniti, telah membawa seni rupa menjadi begitu menglobal disatu sisi beragam dan di sisi lain juga menjadi seragam (uniformity). Seni rupa kontemporer tidak saja telah menembus batas sekat tetapi juga batas-batas ruang dan waktu yang selama ini menjadi problem di dalam obsesi universalitas yang berkarakter mainstream. Pada lapisan yang lain seni rupa kontemporer juga dihadapkan pada tantangan relativisnya nilai seni (value of art) di dalam komodifikasi yang semakin dikendalikan kekuatan ekonomi kapital. Seni rupa kontemporer dirayakan dengan semangat fetisisme global yang dipercayai memiliki dimensi investasi besar dan meyakinkan karena didukung oleh art world yang terus bertumbuh.
Dalam optimisme dan kenisyacaan seni rupa kontemporer tersebut, kami ingin mengajak para pelaku seni rupa (Bali) khususnya perupa untuk kembali berkaca pada eksplorasi kreativitas. Menimbang kembali nilai historis seni rupa Bali yang ‘lain’ itu, yang senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai budaya.
Apakah ini kelemahan? Apakah kekuatan (potensi cultural capital)? Bagaimana tantangannya di aras global ini? Kalau hal itu adalah potensi, apakah dapat dikembangkan menjadi sebuah modal simbolik melalui ekplorasi estetik? Apakah hal tersebut masih penting untuk dipersoalkan dalam berbagai kemultian di aras global ini?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebentuk pendulum, bukan diniatkan untuk mengajak perupa untuk berpikir dan kemudian berargumen secara verbal. Tantangan bagi para perupa adalah memberi tanggapan atas berbagai pertanyaan tersebut melalui kreativitas visual, intepretasi dan memberikan persepsi melalui rupa. Itulah yang dimaksudkan di dalam tawaran kuratorial ini, karena kami yakin jawabannya ada para kreativitas dan eksplorasi dari para perupa sekalian. Kami yakin anda tahu akan dibawa kemana arah perkembangan seni rupa Bali di aras kontemporer ini.
Bali memiliki posisi yang sangat potensial sebagai medan yang kita bayangkan sebagai medan global itu, tourisme telah menjadikan Bali menginternasional sejak lama. Pertemuan berbagai entitas, identitas dari berbagai bangsa dan kebudayaan terjadi di desa yang telah menjadi global village seperti Sanur, Kuta, Ubud dan bahkan kini Canggu sekalipun. Sekali lagi, apakah ini merupakan potensi bagi perkembangan seni rupa? Yang jelas sejarah juga telah membuktikan seniman-seniman besar seperti Hendra Gunawan, Afandi hingga Semsar telah menjadikan Bali sebagai ‘rumah’ bagi kreativitas berkarya mereka. Pun juga perupa dari Barat
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
6
dari Bonnet, Spies hingga Ashley Bickerton perupa kontemporer asal Amerika, ada spirit yang mereka dapat dan ambil dari Bali sebagai medan kreatif.
Sekarang bagaimana kita secara bersama memaknai Bali sebagai medan kreativitas global, inilah pertanyaan penting yang hanya bisa dijawab secara perlahan melalui kesadaran kita bersama sebagai eksponen art world di Bali. Melalui kerangka kuratorial dalam even ini yang nantinya tertuang dalam karya-karya para perupa juga dapat dibaca perihal bagaimana memposisi (repositioning) seni rupa Bali ke depannya.
KuratorI Wayan Seriyoga PartaMade Susanta Dwitanaya
TOR
I. EXHIBITION and ART AWARD
Arc berasal dari bahasa Perancis yang berarti busur, istilah ini dipakai menimbang Bali adalah
daerah yang sangat potensial ibarat ‘busur’ “Bali adalah ‘busur’ terbaik untuk dipakai anak panah
apapun baik kreativitas, seni, budaya, pemikiran dan lainnya untuk dilontarkan kemana saja”. (Zaelani)
Menimbang posisi Bali sebagai medan global dalam naungan pariwisata budaya, adalah kanon yang
memiliki potensi luar biasa.
Pariwisata budaya telah terbukti mengkomodifikasi budaya dan nilai-nilai menjadi pangsa pasar
dengan arus ekonomi kapital yang berskala global. Merupakan rahasia umum bahwa touris yang datang
ke Bali tidak hanya untuk melancong, tetapi sebagaian besari dari mereka memiliki usaha dan investasi
di Bali. Budaya telah memiliki branding dalam pasar global yang terus berlangsung di Bali, sebagai
sebuah keniscayaan pariwisata.
Arc of Bali adalah sebuah gagasan sederhana yang mempertimbangkan posisi Bali melalui sebuah
usaha serius mendorong Bali dapat menjadi sebuah art world. Menimbang dan merekonstruksi kembali
potensi budaya, sebagai dasar kekuatan busur yang coba dibentangkan. Even ini dimulai dengan
mengangkat potensi dari emerging artists yang dipercayai memiliki potensi artistik dan kualitas
estetik namun masih terfragmentasi. Melalui gelaran ini diharapkan segenap potensi kreativitas seni
rupa Bali dapat dipetakan kembali melalui ajang penjaringan, pameran dan art award.
Selain memamerkan potensi yang ada, even ini juga memberikan apresiasi sebagai wujud
penghargaan terhadap potensi yang berhasil terjaring. Dengan memberikan Art Award untuk 5 (lima)
karya terbaik dari keseluruhan pengajuan yang nantinya masuk dan terpilih mengikuti pameran. Bentuk
penghargaan tersebut tentunya ada nilainya, namun tidak menekankan pemberian nilai nominal yang
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
7
fantastik. Program ini lebih diperuntukan sebagai dukungan, dengan menyiapkan serangkaian skema
operasional untuk karya-karya terpilih dapat berkembang dan membuka peluang bagi perupa dapat
menapaki eksistensi dan oreintasi karir ke depannya.
Penilaian perupa yang terpilih mendapat art award akan dilakukan oleh dewan penilai yang
memiliki kredibelitas dibidang seni rupa yang terdiri dari kurator dan perupa. Dewan penilai tersebut
antara lain:
1. Rizki A. Zaelani (Kurator Nasional)
2. Nyoman Erawan (Perupa Bali)
3. Wayan Seriyoga Parta (Kurator Pameran)
II. CATATAN UNTUK PESERTA Peserta pameran adalah PERUPA PEMULA (EMERGING ARTISTS) BARU MEMULAI KARIR
KESENIMANNYA SECARA SERIUS SEJAK SATU DEKADE BERSELANG. DEFINISI PERUPA PEMULA DALAM HAL INI ADALAH PERUPA YANG MASIH MINIM PORTOFOLIONYA, TETAPI MEMILIKI POTENSI DAN GAGASAN PROGRESIF UNTUK BERKEMBANG.
Setiap calon peserta wajib mendaftarkan dan mengisi formulir kesediaan peserta dan kelengkapan berkas lainnya (image karya, deskripsi karya, CV dan Foto Diri) yang disediakan peserta. Dan mengumpulkan semua berkas dalam bentuk soft file dikirim paling lambat tanggal 25 Agustus 2018 dialamat ke email [email protected] Cp. Made Susanta Dwitanaya 087861914154
Calon perupa terdiri dari perupa perseorangan atau kelompok perupa yang berdomisili di seluruh daerah Bali dan perupa asal Bali yang tinggal di luar, tetapi masih memiliki kartu identitas/KTP Bali.
Setiap peserta wajid menyertakan:
1. Lembar Kesedian Peserta (format MS. Word terlampir)2. CV (format MS. Word)3. Image Karya (format JPG)4. Foto Diri & Kartu Identitas (format JPG)
Masing-masing peserta dapat menyertakan sampai maksimal 2 (dua) image karya dalam bentuk soft data image dengan ukuran 1 Mb – 5 Mb dikirim melalui email, sebagai bahan seleksi Tim Kurator.
III. CATATAN TENTANG KARYA Pengerjaan dan penyiapan karya adalah tanggungjawab peserta. Karya yang diajukan untuk dipamerkan merupakan karya baru/lama yang dibuat dalam rentang
waktu satu tahun dari tahun 2017 hingga 2018, dan merupakan karya milik peserta sendiri. Untuk karya Instalasi, Mural dan KARYA INTERMEDIA lainnya dapat mengirimkan rancangan
karyanya dan konsep perwujudannya, jika terpilih kurator dan panitia akan mempertimbangkan tempat/lokasi representatif untuk penempatannya.
Karya yang dipamerkan hasil tanggapan/intepretasi, atau ada relevansinya terhadap tema pengantar kuratorial.
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
8
Karya-karya yang dipamerkan meliputi karya dua dan tiga dimensi serta intermedia. Meliputi: lukisan, fotografi, grafik art/ditigal painting mural, seni grafiti, komik, patung, karya instalasi, obyek dan video art.
Teknik dan media pembuatan karya tidak mengikat/bebas. Dengan catatan telah mengalami eksplorasi dan pengolahan yang matang baik secara ide maupun teknik, sehingga presentasinya memenuhi nilai kualitas artistik.
Masing-masing perserta WAJIB menyiapkan kemasan bungkus atau kotak (packing) karya yang memadai sehingga tidak akan mengakibatkan kerusakan karya saat proses pengiriman dan pengembalian karya.
Peserta wajib mengirimkan karyanya ke dalam kondisi finish siap pajang/display. Karya paling lambat diterima di tempat pameran 20 September 2018 Pengiriman karya ke tempat berlangsungnya Pameran dan pengembalian karya ke studio Seniman
SEPENUHNYA DILAKUKAN DAN BIAYANYA TANGGUNG JAWAB MASING-MASING PESERTA.
IV. CATATAN : TENGGAT WAKTU PENTING (TIME LINE)
Pendaftaran Kesertaan Peserta Pameran Pengumpulan CV, Pengumpulan Image/photo karya 15 Juni – 25 Agustus 2018
Seleksi karya, 26 – 30 Agustus 2018
Pengumuman hasil seleksi 1 September 2018
Pengiriman Karya ke lokasi pameran 5 – 15 September 2018
Batas akhir pengiriman karya ke lokasi pameran 16 September 2018
Display Karya 17 – 21 September 2018
Pembukaan Pameran 25 September 2018
Pameran 25 September – 24 Oktober 2018
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
9
FORMULIR KEIKUTSERTAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini, bersedia berpartisipasi dalam pameran “ARC of BALI” yang akan
diadakan pada;
Pembukaan pameran : 25 September 2018
Durasi pameran : 25 September – 24 Oktober 2018
Lokasi pameran : Gate 88 Gerbang Nusantara Kerobokan-Kuta Utara
Berikut adalah detail informasi mengenai keikutsertaan saya :
I. Biodata Peserta
Nama Lengkap :
Nama (sebagai) Seniman :
Tempat dan Tanggal Lahir :
Kategori karya(centang salah satu √)
: ( ) Lukisan ( ) Patung ( ) Kriya ( ) Intermedia (termasuk Performance, Video, New Media, dll)
Alamat Rumah/Studio :
Email :
Website/blog :
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
10
Telepon/HP :
II. Data Karya*
Foto Karya Resolusi foto 300dpi (file diperbolehkan terpisah)
Judul, ukuran, bahan dan material Tahun pembuatan
Deskripsi (Konsep dan Statemen perupa)
Teknik Pembuatan
Harga
Posisi display ( ) Wall hanging
( ) Pedestal
( ) ……………………………. (Mural &Instalasi)
Untuk produk, karya seni tersebut bersedia / tidak bersedia* untuk diperjualbelikan melalui dengan pembagian konsinyasi sebagai berikut;
1. Pihak Penyelenggara berhak menerima pembagian keuntungan sebesar 50% (lima puluh persen) dari harga jual yang telah disepakati. Prosentase ini sudah termasuk diskon 10 % untuk pembeli.
Organized by Supported by RICHSTONE Art & Design
11
2. Peserta Pameran berhak menerima pembagian keuntungan sebesar 50% (lima puluh persen) dari harga jual yang telah disepakati.
Dengan melengkapi dan menandatangani FORMULIR KEIKUTSERTAAN ini, saya menyatakan keikutsertaan saya untuk pameran ARC of BALI dan saya setuju dengan Ketentuan dan Syarat yang berlaku.
Apabila terjadi hal-hal diluar kendali ataupun keadaan yang bersifat ‘force majeure’ yang mungkin terjadi selama berlangsungnya pameran, maka kedua belah pihak - seniman dan penyelenggara pameran sepakat untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan.
.......................................................
(tanggal, tanda tangan, nama seniman)
*coret salah satu
**Untuk data karya yang lebih dari 1, mohon untuk keterangan karya diperbanyak sesuai dengan jumlah karya yang diikutsertakan.
*) Lembar Kesedian Peserta dan berkas lainnya paling lambat dikembalikan tanggal 25 Agustus 2017,
DIKIRIM KE: [email protected]