aimarusciencemania.files.wordpress.com · web viewpenentuan titik didih suatu zat mendidih adalah...
TRANSCRIPT
PETUNJUK PRAKTIKUM
KIMIA KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
TIM MATA KULIAH KIMIA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2010
PERCOBAAN I
MODEL ATOM
Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui beberapa gugus fungsional yang ada.
Dasar Teori
Gugus atom tertentu memiliki sifat kimia yang sedikit sekali bergantung pada
kerangka molekul yang dilekatinya. Gugus atom ini dinamakan gugus fungsi (functional
group). Gugus hidroksil –OH ialah salah satu contoh gugus fungsi, dan senyawa dengan
gugus ini yang melekat pada kerangka karbon disebut alkohol. Dalam kebanyakan reaksi
organik, beberapa perubahan kimia terjadi pada beberapa gugus fungsi, tetapi sisa
molekulnya tetap seperti struktur aslinya. Dengan dipertahankannya sebagian besar rumus
struktur selama reaksi kimia sangat menyederhanakan kajian kimia organik. Ini
memungkinkan kita untuk memusatkan perhatian terhadap kimiawi berbagai gugus fungsi.
Prosedur Percobaan
Gambar contoh senyawa dalam beberapa gugus fungsi menggunakan model atom.
Identitas bola atom :
Elemen : H : O : C : N : S
Valensi : 1 : 2 : 4 : 3 : 2
Warna : Putih : Merah : Hitam : Biru : Kuning
Beberapa gugus fungsional yang dipraktekkan antara lain :
NO NAMA RUMUS MOLEKUL CONTOH
1 Alkana CnH2n+2 Propana : C3H8
2 Alkena CnH2n Etena : CH2 = CH2
3 Alkuna CnH2n-2 Propuna : CH C – CH3
4 Alkohol R – OH Etanol : C2H5OH
5 Fenol C6H6 – OH 2-metil fenol
6 Senyawa Aromatik C6H6 Benzena
7 Eter R – O – R Etil metil eter : CH3-O-C2H5
8 Sulfida R – S – R Dietil sulfida : C2H5-S-C2H5
9 Aldehid RCOH Etanal : CH3COH
10 Keton RCOR Aseton :CH3COCH3
11 Asam Karboksilat RCOOH Asam semut : HCOOH
12 Ester RCOOR Methyl asetat : CH3COOCH3
13 Amina RCNH2 Etil amina : C2H5 – NH2
14 Monosakarida C6H12O6 Glukosa : C6H12O6
PERCOBAAN II
ANALISA KUALITATIF
Kimia Analisis
Kimia analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang mengadakan penyelidikan pada
suatu zat anorganik yang bbelum dikenal.
Kimia analitis dibagi menjadi dua bagian :
1. Analisa Kualitatif
Analisa kimia yang mengadakan penyelidikan tentang unsur-unsur atau gugusan atom
atau molekul-molekul yang terdapat di dalam zat itu.
2. Analisa Kuantitatif
Analisa kimia yang mengadakan penyelidikan tentang perbandingan unsur-unsur atau
gugusan/molekul yang terdapat di dalam zat itu.
Dalam kimia analitis pertama kali harus dilaksanakan analisa kualitatif dan apabila
telah selesai baru dilakukan analisa kuantitatif.
Analisa Kualitatif
Ada beberapa cara analisa kualitatif, tetapi pada prinsipnya mengandung persamaan
yaitu pertama kali mengadakan pemisahan kation-kation kemudian golongan-golongan
dengan menggunakan reagent tertentu hingga terbentuk endapan yang kemudian dipisahkan
oleh filtratnya. Penyelidikan diteruskan dengan pemberian reagent tertentu ke dalam filtrat
hingga terbentuk endapan lagi dan seterusnya.
Endapan yang berasal dari tiap golongan diperiksa lagi, pemeriksaan dilakukan
melalui pemisahan kation dengan reagent tertentu hingga sebagian dari endapan melarut dan
larutan yang diperoleh diperiksa dengan pemberian suatu reagent tertentu. Adanya katipn
tertentu dapat dikenal karena terbentuknya gas yang dikenal.
Pemeriksaan anion dilakukan dengan mengadakan reaksi khusus dengan reagent
tertentu, hingga terbentuk endapan dengan warna tertentu atau terbentuk gas tertentu yang
dikenal.
Dalam analisa kualitatif, kita tidak melakukan penyelidikan kation-kation atau anion-
anion dari suatu zat yang tidak dikenal, tetapi hanya melakukan cara-cara :
Reaksi pengenalan kation berdasarkan pengendapan dan warna persenyawaan yang
terbentuk.
Reaksi pengenalan anion berdasarkan pengendapan dan warna persenyawaan yang
terbentuk.
Cara Kerja :
Reaksi Pengenalan Kation
Dalam reaksi berikut ini hendaknya diperhatikan warna dan endapan yang terbentuk.
1. Reaksi Pengenalan kation Ag+
Larutan yang diperiksa : AgNO3.
Larutan reagent : NaCl; NaOH; KI; KBr.
2. Reaksi Pengenalan kation Hg+
Larutan yang diperiksa : HgCl2.
Larutan reagent : NaOH; NH4OH; KI.
3. Reaksi Pengenalan kation Pb2+
Larutan yang diperiksa : Pb asetat (PbCH3COO).
Larutan reagent : NaOH; NaCl; K2SO4; K2CrO4.
4. Reaksi Pengenalan kation Cu2+
Larutan yang diperiksa : CuSO4.
Larutan reagent : NaOH; KI; K4Fe(CN)6; NaCl
Reaksi Pengenalan Anion
1. Reaksi Pengenalan anion CO32-
Larutan yang diperiksa : Kristal Na2CO3.
Larutan reagent : H2SO4 pekat, alirkan gas yang timbul ke dalam larutan
Ca(OH)2.
2. Reaksi Pengenalan anion SO42-
Larutan yang diperiksa : K2SO4.
Larutan reagent : BaCl2 dan HCl encer.
3. Reaksi Pengenalan anion S2O32-
Larutan yang diperiksa : Na2S2O3.
Larutan reagent : HCl encer, gas yang timbul diperiksa dengan kertas
saring yang dibasahi larutan KIO3 dan amilum.
4. Reaksi Pengenalan anion Cl-, Br-, I-
Larutan yang diperiksa : AgNO3.
Larutan reagent : NaCl; NaBr; NaI.
5. Reaksi Pengenalan anion NO3-
Larutan yang diperiksa : KNO3
Larutan reagent : H2SO4 dan FeSO4
BAB III
VOLUMETRI
Pengertian Umum
Volumetri atau titrasi adalah salah satu bagian dari analisa kuantitatif di mana buret
dipergunakan sebagai alat pengukur. Buret diisi dengan larutan yang dikenal (larutan titrasi)
yang direaksikan dengan larutan yang tak dikenal yang disebut menitrasi.
Akhir reaksi dinyatakan oleh suatu indikator, yang berubah warna pada lingkungan
titik ekuivalen. Perubahan warna dari indikator menyatakan titik akhir dari penetrasi itu.
Kadang-kadang zat itu sendiri bertindak sebagai indikator, misalnya pada permanganometri,
karena larutan KMnO4 mempunyai warna yang jelas dan pada akhir titrasi perubahan warna
jelas terlihat, tak perlu menggunakan indikator.
Kadar larutan titrasi (normalitasnya) ditetapkan oleh zat murni yang mempunyai
rumus tertentu, disebut titer pokok (primary standard). Larutan normal adalah larutan yang
mengandung 1 gram ekuivalen/liter (1 grek/L). Banyaknya grek dari suatu gram molekul zat
tergantung pada reaksi khusus yang terjadi pada suatu reaksi.
Contoh :
Pada Alkalimetri
Na2CO3 + 2 HCl -------- 2 NaCl + H2CO3
1 grl Na2CO3 = 2 grek.
Pada Asidimetri
H2SO4 + 2 NaOH -------- Na2SO4 + 2 H2O
1 grl H2SO4 = 2 grek.
Guna normalitas adalah untuk mempermudah perhitungan titrasi. Apabila larutan
titrasi dan N normal digunakan v ml, maka telah dipakai vN grek larutan titrasi, yang berarti
bahwa zat yang diperiksa (dititrasi) juga mengandung van m grek.
Cara-cara volumetric yang terpenting adalah :
Asidimetri dan Alkalimetri,
Permanganometri,
Jodometri,
Titrasi endapan argentometri.
Kesalahan Titrasi
Kesalahan titrasi terjadi tidak hanya karena petunjuk indikator yang keliru, tetapi
dapat juga karena kesalahan-kesalahan menimbang, mengencerkan dan memipet, serta tetes
terakhir.
Kesalahan Menimbang
Bila kita memperhatikan peraturan saat menimbang, maka berat yang akan ditetapkan
dapat teliti hingga 0.1 mg, zat yang ditimbang paling sedikit 200 mg supaya kesalahan relatif
yang terjadi paling sedikit 0.1%.
Kesalahan Mengencerkan atau Memipet
Pada penetapan titrasi seringkali kita menimbang suatu zat yang banyaknya cukup
untuk beberapa kali peniteran zat itu kemudian kita larutkan dalam sebuah labu ukur menjadi
satu volume tertentu dan selanjutnya kita ambil dengan pipet ukur. Karena tidak ada labu
ukur dan pemipet yang sempurna, maka hasil yang dicapai kurang sempurna jika
dibandingkan dengan menimbang atau membuat larutan baru untuk tiap titrasi.
Kesalahan Tetes Terakhir
Karena buret tidak dapat dialirkan lebih dari satu tetes secara bersama, maka
ketelitian yang kita capai dibatasi oleh besarnya volume dari tetes itu. Volume satu tetes
untuk buret biasa adalah kurang lebih 0.05 ml, maka untuk pemakaian cairan sebanyak 40 ml
ketelitian relatif yang dicapai 0.125%.
Beberapa hal yang perlu diketahui pada penetapan volumetri :
1. Untuk pengukuran cairan di dalam volumetric digunakan jenis alat gelas erlenmeyer,
gelas ukur, pipet ukur, dan buret. Labu ukur dipakai untuk pekerjaan teliti, sedangkan
pipet ukur dan gelas ukur apabila kurang begitu penting ketelitiannya.
2. Menetapkan sikap volume. Pembacaan miniskus pada buret untuk caitan tak berwarna
pada bagian bawah, sedangkan untuk cairan berwarna pada bagian atasnya.
3. Jangan memegang bejana untuk pekerjaan volumetric yang teliti dengan telapak
tangan, karena akan memenuhi dan merubah isinya, tetapi peganglah pada lehernya.
4. Jangan mengeringkan bejana volumetric di dalam oven, akan tetapi keringkan alat ini
dengan alkohol dan jaga jangan sampai bagian dalam bejana berlemak.
ALKALIMETRI DAN ASIDIMETRI
Reaksi Pokok : H+ + OH-
Asam dengan konsentrasi tak dikenal dititrasi dengan basa yang dikenal disebut
alkalimetri, sebaliknya jika basa dengan konsentrast tak dikenal dengan asam yang dikenal
disebut asidimetri, digunakan netralitas di mana pH pada 1 grek asam telah bereaksi dengan 1
grek basa atau sebaliknya dan pH tidak selalu 7. Asam lemah yang dinetralisir dengan basa
kuat bernilai pH 7, karenanya pemilihan indikator sangat penting. Dalam hal seperti ini
hendaknya digunakan indikator yang berubah warna pada pH lebih dari 7.
Indikator yang umum digunakan adalah :
TABEL
Asam lemah harus dititrasi dengan basa kuat dan menggunakan indikator pHpH. Basa lemah
dengan asam kuat menggunakan indikator MM atau MJ, dan NH4OH sebaiknya dengan MJ.
Asam kuat dan basa kuat sebaiknya menggunakan MM atau pHpH.
Larutan Titrasi :
Basa : 0.1 N NaOH atau KOH disimpan dalam botol yang bebas gas CO2.
Asam : 0.1 N HCl atau H2SO4.
Cara Kerja untuk Alkalimetri :
Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Larutan.
Pipet 15 ml larutan asam cuka (CH3COOH) dan titrasi dengan 0.1 N KOH atau NaOH
menggunakan indikator pHpH (3 tetes). Hitung kadar asam tersebut dalam gram/liter.
Penentuan Kadar Asan Sulfat dalam Larutan
Pipet 15 ml larutan asam sulfat yang diperiksa dan dititrasi dengan 0.1 N KOH
dengan indikator pHpH (3 tetes).
Cara Kerja untuk Asidimetri
Penentuan Kadar Amonia dalam Larutan.
Pipet 20 ml larutan NH4OH, titrasi dengan 0.1 N HCl dengan indikator pHpH (3
tetes). Tentukan kadar NH4OH dalam gram/liter.
Penentuan Kadar Air Kristal dalam Soda Berkristal.
Timbang 1.5 gram soda (Na2CO3xH2O), larutkan dalam labu ukur 100 ml, pipet 10 ml
dan titrasikan dengan menggunakan 0.1 N HCl dengan indikator pHpH (3 tetes).
Hitung jumlah molekul air kristal.
PERCOBAAN IV
PENENTUAN pH LARUTAN
Untuk menentukan keasaman suatu larutan digunakan suatu skala yang disebut pH.
Makin masam suatu larutan, makin kecil harga pHnya. Secara kualitatif, pH larutan dapat
ditentukan dengan indikator kertas lakmus, penolpthalen, methyl merah, dan secara
kuantitatif dapat digunakan indikator universal dan pH meter.
Di dalam penghitungan pH digunakan rumus :
1. Asam Kuat : (H+) = n.C ----------------- pH = - log n.C.
2. Basa Kuat : (OH-) = n.C ---------------- pOH = - log n.C -------- pH = 14 – pOH.
3. Asam Lemah : (H+) = V Ka.C -------------- pH = ½ (pKa – log C).
Cara Kerja :
Buat latutan HCl 0.01 M; 0.001 M; dari larutan HCl 0.1 M, demikian juga dengan
larutan NaOH, CH3COOH. Uji masing-masing larutan menggunakan kertas lakmus,
pHpH, MM, indikator universal, dan pH meter. Catat warna dan harga pH larutan.
Bandingkan warna dan harga pH larutan CH3COOH dengan larutan HCl dan NaOH.
Bandingkan harga pH aquadest (netral) dengan harga pH larutan asam dan basa.
NO Larutan (M) Lakmus pHpH MM IU pH meter
1 HCl 0.1
2 HCl 0.01
3 HCl 0.001
4 NaOH 0.1
5 NaOH 0.01
6 NaOH 0.001
7 CH3COOH 0.1
8 CH3COOH 0.01
9 CH3COOH 0.001
10 Aquadest
PERCOBAAN V
MEMBUAT DAN MENYELIDIKI BEBERAPA SIFAT GAS AMONIA
Ada berbagai cara membuat gas amonia di laboratorium, salah satu di antaranya dengan
memanaskan campuran Amonium klorida, Natrium hidroksida, dan kapur tohor (CaO).
Cara Kerja :
1. Timbang 1,5 gram NH4Cl, 1,5 gram NaOH, dan 1 sendok kapur, lalu masukkan ke
dalam labu destilasi dan pasang labu destilasi pada statif dan klem di atas alat
pemanas. Tutup semua lubang agar gas yang terbentuk tidak keluar.
2. Panaskan campuran tersebut. Uji gas yang terbentuk dengan mendekatkan ujung lidi
yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat.
3. Tampunglah gas dengan erlenmeyer yang terbalik sampai gas terhambur keluar.
Masukkan erlenmeyer dengan posisi terbalik ke dalam beaker glass yang berisi air
dan phenolpthalen 2 tetes, gerakkan naik turun. Perhatikan perubahan warna yang
terjadi dan catat warna larutan tersebut. Tuliskan reaksi yang terjadi!
HASIL PENGAMATAN
NO LARUTAN PERUBAHAN WARNA PERSAMAAN REAKSI
1 NH4Cl + NaOH + CaO
2 NH3 + H2O
3 NH3 + HCl
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KEMURNIAN ZAT
Penentuan Titik Cair Suatu Zat
Mencair adalah suatu proses perubahan susunan persenyawaan padat menjadi bentuk
cair. Dalam proses mencair dibutuhkan energi untuk memecahkan ikatan di antara molekul
atom yang membentuk persenyawaan tersebut. Persenyawaan dengan ikatan ion
membutuhkan energi pemecah lebih besar dibanding persenyawaan kovalen. Hal ini karena
struktur persenyawaan ion terdiri dari ion positif dan ion negatif yang berikatan sangat kuat
sehingga butuh energi yang sangat besar untuk memecahkan ikatan itu, misalnya NaCl.
Ikatan ion juga membutuhkan suhu tinggi untuk mencair. Senyawa kovalen mempunyai titik
cair yang lebih rendah dari pada senyawa ion, misalnya metana (CH4). Hal ini karena
strukturnya terdiri dari molekul yang terikat oleh dua gaya.
Penentuan Titik Didih Suatu Zat
Mendidih adalah merupakan suatu perubahan fase dari cair menjadi gas. Mendidih
memerlukan energi yang lebih besar untuk memecahkan ikatan-ikatannya. Persenyawaan
berikatan ion mempunyai titik didih lebih tinggi daripada kovalen nonpolar.
Daftar Titik Didih dan Titik Cair Suatu Zat
ZAT TITIK CAIR ( 0C ) TITIK DIDIH ( 0C )
Asam Asetat 16.7
Benzena 5.49 80.5
Fenol 42 60.5
Kapur Barus 160
Etil Eter 34.6
Etanol 78.3
Aseton 56.1
Khloroform 61.2
Toluen 110.8
Cara Kerja :
Penentuan Titik Cair Secara Langsung
Siapkan gelas piala 400 ml dan diisi dengan butir-butir es dan garam secukupnya.
Ambil tabung reaksi dan diisi dengan asam asetat 3 ml.
Masukkan tabung tersebut ke dalam gelas piala yang berisi butiran es dan aduk asam
tersebut dengan menggunakan termometer perlahan-lahan da tetap.
Setelah cairan dalam tabung membeku, panaskan dengan cara menggenggam tabung
dengan tangan sampai terjadi perbandingan banyaknya cairan dan zat beku 1 : 1 dan
catatlah suhunya.
Penentuan Titik Didih Toluena
Jepit tabung reaksi dan termometer 3600C sedemikian rupa.
Isi tabung dengan larutan toluene sebanyak 3 ml.
Panaskan secara hati-hati menggunakan api kecil dan usahakan agar uap tidak keluar
dari tabung, bila perlu cabutlah apinya.
Amati kenaikan dan bila konstan catatlah suhunya.
Penentuan Titik Didih Cairan X
Mintalah sebuah contoh zat kepada asisten.
Tentukan titik didihnya dengan cara 2 dan catat hasilnya, laporkan kepada asisten zat
apa yang saudara periksa sesuai dengan daftar titik didih pada tabel.
PERCOBAAN VII
ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT
Tujuan
Untuk mengetahui adanya karbohidrat dan jenis karbohidrat dalam suatu bahan.
Bahan :
Sukrosa (gula tebu) : KI
Laktosa (susu sachet) : CuSO4 5%
Selulosa (tisu) : CH3COOH 5 %
Fruktosa (pisang) : HCl 5%
Polisakarisa (kentang rebus)
Alat :
Tabung reaksi,
Mortar dan stamper,
Rak tabung reaksi,
Pipet tetes,
Pipet volume,
Porselin tetes,
Ball pipet,
Tissue,
Gelas ukur,
Penjepit kayu,
Kertas label,
Bunsen.
Cara Kerja :
Persiapan Bahan
Bahan (susu dan gula tebu) dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.
Bahan (pisang) dikerok, diambil 5 gram, kemudian dilarutkan dalam aquadest 100 ml.
Bahan (kentang) dihaluskan, diambil 5 gram, kemudian dilarutkan ke dalam aquadest
100 ml.
Bahan (tisu) dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.
Pengujian Bahan
Uji Yodium
Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan
sebanyak 2 ml.
Masing-masing bahan dalam tabung reaksi ditetesi 1 ml larutan yodium.
Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.
Uji Barfoet
Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan
sebanyak 2 ml.
Masing-masing tabung ditambahi 1 ml reagent Barfoet (CH3COOH 5 %).
Panaskan menggunakan bunsen selama 5 – 10 menit.
Didinginkan, lihat perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah
bata.
Uji Selliwanof
Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan
sebanyak 2 ml.
Masing-masing tabung ditambahi 1 ml reagent Selliwanof (HCl 5%).
Panaskan menggunakan bunsen selama 5 – 10 menit.
Didinginkan, lihat perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah
bata.
HASIL PENGAMATAN
BAHANUJI YODIUM UJI BARFOET UJI SELLIWANOF
Endapan/Tidak Warna Endapan/Tidak Warna Endapan/Tidak Warna
Susu
Gula tebu
Pisang
Tissue
Kentang
BAB VIII
ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui jumlah gula reduksi pada suatu bahan.
Bahan :
Sukrosa (gula tebu ) : KI
Laktosa (susu sachet) : H2SO4 25%
Fruktosa (pisang) : HCl 3%
Polisakarida (kentang rebus) : Na2CO3 5%
Indikator kanji : Natrium Thiosulfat 0.1 N
Aquadest
Alat :
Mortar dan stamper,
Erlenmeyer 250 ml,
Corong kaca,
Kertas saring,
Pengaduk,
Sendok,
Pipet volume,
Gelas ukur,
Buret dan statif,
Lampu spiritus,
Penangas air,
Beaker glass 500 ml,
Labu ukur 250 ml,
Pipet tetes.
Cara Kerja :
Bahan dihancurkan, timbang 2,3 gram.
Bahan sukrosa (gula tebu), laktosa (susu sachet), polosakarida (kentang rebus) setelah
dihancurkan kemudian dipanaskan dengan HCl 3% sebanyak 10 ml.
Larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 250 ml, tambah aquadest sampai tanda
batas.
Dibiarkan beberapa menit, saring, ambil 20 ml dimasukkan dalam erlenmeyer,
ditambah 20 ml larutan Na2CO3 5%.
Erlenmeyer dihubungkan dengan pemanas, dididihkan selama 10 menit dari saat
mendidih.
Didinginkan, tambah 12 ml KI, 20 ml H2SO4 25%.
Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O4) 0.1 N
dengan indikator kanji 1,6 ml.
Jumlah gula reduksi = Titrasi blangko – Titrasi sampel (Lihat Tabel)
Reaksi yang terjadi :
1. R – COH + CuO Cu2O + R – COOH
2. H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O
3. CuSO4 + 2 KI CuI2 + K2SO4
4. 2 CuI2 CuI2 + I2 + amilum (biru)
5. I2 + Na2S2O4 Na2S2O4 + NaI (putih)
HASIL PENGAMATAN
BAHAN Titrasi Natrium Thiosulfat Bangko – Sampel mg gula reduksi
Gula tebu
Susu bubuk
Pisang
Kentang
Tabel : Penentuan gula reduksi (glukosa, fruktosa) dalam bahan menurut Metode
Luff Schorlf.
MI 0.1 N
Na Thiosulfat
Glukosa,
Fruktosa gula reduksi (mg)
Selisih (mg)
1 2,4 2,4
2 4,8 2,4
3 7,2 2,5
4 9,7 2,5
5 12,2 2,5
6 14,7 2,5
7 17,2 2,6
8 19,8 2,6
9 22,4 2,6
10 25,0 2,7
11 27,6 2,7
12 30,4 2,7
13 33,0 2,7
14 35,7 2,8
15 38,5 2,8
16 41,3 2,9
17 44,2 2,9
BAB IX
LEMAK DAN MINYAK
Lemak dan minyak merupakan eter dari asam lemak dan gliserol, disebut juga
trigliserida atau triester gliserol. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,
sedang dalam tumbuhan berupa minyak. Lemak dan minyak dapat dihasilkan dari pemecahan
jaringan (daging) tumbuh dengan tekanan tinggi atau dengan ekstraksi. Di samping itu lemak
hewan didapat dari pemanasan dengan air pada suhu tinggi sehingga lemak akan mengapung
di atas dan kemudian dimurnikan dan filtrasi.
Asam lemak pilihan dan sumbernya :
NAMA ASAM STRUKTUR SUMBER
Jenuh
Butirat CH3(CH2)2CO2H Lemak susu
Palmitat CH3(CH2)14CO2H Lemak hewani dan nabati
Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak hewani dan nabati
Tak Jenuh
Palmioleat CH3(CH2)5CH = CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati
Olaet CH3(CH2)7CH = CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati
Sifat lemak dan minyak di antaranya :
Sifat Fisika :
Keduanya tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mempunyai rasa.
Berat jenisnya lebih kecil dari pada air.
Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol.
Lemak merupakan pelarut organik yang baik, sehingga banyak digunakan untuk
ekstraksi minyak esteris untuk parfum.
Sifat Kimia :
Dapat dihidrolisa menggunakan oleh pemanasan yang tinggi, atau oleh asam atau basa
serta enzim lipase.
Dapat mengalami reaksi ransiditas atau ketengikan.
Hidrogenasi dari minyak, karena mengandung laktan rangkap, maka bila
dihidrogenasi menjadi padat.
Untuk menganalisa lemak dan minyak menggunakan :
Angka Penyabunan
Bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gram lemak.
Dapat digunakan untuk menentukan massa rumus rata-rata dari lemak.
Untuk mengetahui banyaknya massa yang diperlukan dalam pembuatan sabun.
Angka Asam
Bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan
asam lemak bebas yang terdapat pada 1 gram lemak.
Untuk menentukan tingkat keasaman dari lemak.
Untuk menentukan sifat tengik dari lemak.
Bilangan Reichert Meissl
Bilangan yang meyatakan beberapa mililiter 0.1 N basa kuat yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak yang mudah menguap yang larut dalam air pada hidrolisa 5 gram
lemak.
Angka Iodium
Bilangan yang menyatakan berapa gram iodium yang harus ditambahkan pada 100
gram lemak sampai wana iodiumnya tidak hilang.
Bilangan yang menyatakan berapa gram iodium yang dapat diadisi oleh 100 gram
lemak.
Analisa Kualitatif Minyak dan Lemak
Tujuan Percobaan :
Mengetahui reaksi penyabunan minyak kelapa dengan NaOH.
Mengetahui kelarutan sabun dalam larutan CaCl2 dan larutan Pb-asetat.
Mengetahui daya mengemulsidari sabun.
Memisahkan asam lemak padat dari larutan sabun dengan penambahan larutan H2SO4.
Bahan :
Minyak kelapa,
NaOH,
CaCl2,
Pb-asetat,
H2SO4,
MO, dan
Pp.
Alat :
Erlenmeyer,
Beaker glass,
Pipet volume,
Gelas ukur,
Pipet tetes.
Cara Kerja :
Penyabunan Minyak Kelapa
Panaskan 25 gram minyak kelapa sambil diaduk, lakukan pemanasan di atas bunsen
sampai minyak berwarna kuning jernih.
Tambahkan larutan NaOH yang terbuat dari 7 gram NaOH dalam 7 ml aquadest.
Dinginkan campuran tersebut menuangkan 50 ml air jika penyabunan telah selesai.
Menggunakan larutan sabun yang didapatkan untuk percobaan-percobaan selanjutnya.
Kelarutan Sabun
Mengambil 10 ml larutan sabun dan menetralkan dengan larutan asam cuka tetes demi
tetes. Melakukan pengujian dengan kertas indikator pH.
Membagi larutan menjadi 2 bagian :
Larutan I : Ditambah 10 tetes CaCl2.
Larutan II : Ditambah Pb-asetat.
Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan dan membedakan
keduanya.
Daya Mengemulsi Sabun
Melarutkan 2 gram sabun dalam 50 ml air sehingga larutan bereaksi alkalis terhadap
indikator pp 2-3 tetes.
Menambahkan 10 tetes minyak kelapa dan mengocok dengan kuat sehingga
membentuk emulsi.
Ulangi percobaan dengan menggunakan 50 ml sebagai pengganti sabun.
Asam Lemak Padat
Melarutkan sabun sebanyak 10 ml daslam 40 ml air.
Tambahkan 3 tetes indikator MO ke dalam larutan sabun dan menambahkan H2SO4
encer tetes demi tetes sambil diaduk sampai larutan berwarna merah jambu.
Mendinginkan campuran dalam wadah berisi es sehingga asam lemak terbentuk
sebagai zat padat.
HASIL PENGAMATAN
NO PERLAKUAN PENGAMATAN KESIMPULAN
1 Penyabunan Minyak Kelapa
Minyak kelapa
dipanaskan. (Larutan I)
Larutan I + NaOH.
(Larutan II)
Larutan II + aquadest
2 Kelarutan Sabun
Larutan sabun + asam
cuka. (Larutan I)
Larutan dibagi 2 :
I : Larutan I + CaCl2
II : Larutan I + Pb-asetat
3 Daya Mengemulsi Sabun
Sabun
Sabun + aquadest.
(Larutan I)
Larutan I + Indikator pp
(Larutan II)
Larutan II + minyak
kelapa.
Aquadest
Aquadest + indikator pp.
(Larutan I)
Larutan I + minyak
kelapa.
4 Pemisahan Asam Lemak Padat
Aquadest + sabun + MO.
(Larutan I)
Larutan I + H2SO4 encer.
Larutan didinginkan.
Analisa Kuantitatif Minyak dan Lemak
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan pada minyak atau lemak.
Bahan :
Minyak kelapa,
Alkohol 95%,
KOH 0.1 N,
Indikator pp,
HCl 0.5 N.
Alat :
Erlenmeyer 250 ml,
Gelas ukur,
Pendingin balik,
Statif dan buret,
Bunsen,
Gelas arloji,
Pipet volume,
Pipet tetes,
Ball pipet.
Cara Kerja :
Bilangan Asam
Timbang 2,5 gram minyak kelapa, masukkan dalam erlenmeyer.
Tambahkan alkohol 95% sebanyak 5 ml, tutup dengan pendingin balik, dipanaskan
sampai mendidih.
Larutan tersebut digojag untuk melarutkan asam lemak bebasnya, setelah dingin
ditambahkan 3 tetes indikator pp.
Titrasi dengan larutan standard 0.1 N KOH.
Bilangan Penyabunan
Timbang 2 gram minyak kelapa, masukkan dalam erlenmeyer.
Tambahkan larutan KOH sebanyak 0.02 M sebanyak 25 ml, tutup dengan pendingin
balik, dipanaskan sampai mendidih.
Larutan tersebut digojag untuk melarutkan asam lemak bebasnya, setelah dingin
ditambahkan 3 tetes indikator pp.
Titrasi dengan larutan standard 0.5 N HCl.
HASIL PENGAMATAN
NO PERLAKUAN PENGAMATAN KESIMPULAN
1 Penentuan Bilangan Asam
Minyak + alkohol 95%.
(Larutan I)
Larutan I dipanaskan pada
pendingin balik. (Larutan II)
Larutan II diaduk, didinginkan
+ indikator pp. (Larutan III)
Larutan III dititrasi dengan
KOH
2 Penentuan Bilangan Penyabunan
Minyak + KOH 0.02 M.
(Larutan I)
Larutan I dipanaskan pada
pendingin balik. (Larutan II)
Larutan II diaduk, didinginkan
+ indikator pp. (Larutan III)
Larutan III dititrasi dengan
HCl
BAB X
ENZIM
Salah satu fungsi yang paling menonjol dari protein adalah aktivitas enzim. Enzim
berfungsi sebagai pengantar, pengendali, dan katalisator reaksi kimia dalam sel. Tekhnologi
enzim sudah lama diketahui seperti pembuatan anggur, namun mekanisme kerja molekul
enzim masih belum banyak diketahui.
Enzim pertama kali diperkenalkan Kuhnepada tahun 1978 dari Bahasa Yunani yang
artinya di dalam ragi. Enzim dapat digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari,
seperti enzim untuk melunakkan daging, pembuatan keju dari susu dengan enzim renin (dari
perut anak sapi) dan berbagai macam fermentasi.
Fungsi utama enzim adalah mengkatalisis pemindahan elektron atau atom atau gugus
fungsional. Oleh sebab itu enzim diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan jenis reaksi,
pemindahan gugus pemberi dan gugus penerima, seperti :
1. Reaksi oksidasi reduksi (enzim oksidoreduktase). Enzim bekerja pada pemindahan
elektron pada oksidasi reduksi, seperti pemindahan gugus keton, aldehid, sulfur, HC-
OH, CH-CH, C-NH, peroksida dan tiroksida. Enzim pada reaksi oksidasi seperti
katalase, peroksida, dan tiroksida. Enzim pada reaksi reduksi seperti dehidrogenasi,
suksinat, dehidrogenase, glutamat dehidrogenasi.
2. Reaksi transferasi (enzim transferase). Enzim yang bereaksi pada pemindahan gugus
fungsional atau transfer gugus radikal.
AB + C A + BC
Seperti enzim transglikosidase, transforforitase, transaminase, transmetilase.
3. Reaksi hidrolisa (enzim hidrolase). Enzim bekerja pada pemindahan gugus fungsional
ke air, misalnya ikatan ester, glikosida, peptide, dan C-N.
4. Reaksi liase (enzim liase). Enzim bekerja pada penambahan gugus ke ikatan ganda
atau sebaliknya, aktif dalam pemecahan ikatan C-C, C-O, misalnya dikarboksilase (C-
C), karbonat anhidrase (C-O).
5. Isomerase (enzim isomerase). Enzim yang bekerja pada pemindahan gugus ke dalam
molekul, menghasilkan bentuk isomer dan mengkatalisis reaksi perubahan konfigurasi
molekul dengan cara membentuk kembali atom dalam molekul substrat sehingga
terbentuk molekul baru isomer dari substrat.
Misalnya :
aldosa ketosa
glukosa 6 p fruktosa 6 p (E. Fosfoheksosa isomerase)
glukosa 6 p manosa 6 p (E. Fosfomanosa isomerase)
6. Ligase (enzim ligase). Enzim yang bekerja pada pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O,
dan C-N oleh reaksi kondensasi yang bekerja dengan penguraian ATP. Fungsi yang
lain dari enzim yaitu merendahkan energi aktivasi, mempercepat reaksi dan
mengendalikan reaksi. Enzim dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan
energi aktivasi. Tanpa enzim reaksi akan berjalan sangat lambat. Akan tetapi enzim
tidak merubah titik keseimbangan reaksi yang dikatalisis dan juga enzim tidak akan
habis dipakai atau dirubah secara permanen. Dalam reaksi tersebut enzim juga dapat
mengendalikan reaksi dengan cara, jika hasil reaksi mencapai optimal reaksi akan
menurun.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah pH, suhu, kadar
substrat, dan kadar enzim.
Faktor pH. pH berhubungan dengan sifat asam dan basa dari protein enzim (amfolitik)
terutama pada gugus residu terminal karboksilat dan gugus terminal amonianya. Pada
pH optimal enzim akan bekerja dengan dengan optimal. Beberapa jenis enzim optimal
pada pH tinggi atau pH rendah tergantung lingkungan bekerja.
Contoh : enzim pepsin, enzim proteolitik pada cairan perut pH optimal 2.
Faktor suhu. Kecepatan reaksi akan naik selaras dengan naiknya suhu pada batas
tertentu (optimal). Setiap kenaikan suhu 100C kecepatan reaksi naik 2X. Suhu
mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap enzim. Pertama kenaikan
suhu akan menaikkan aktivitas enzim, kedua kenaikan suhu akan menyebabkan
dunaturasi yang menyebabkan enzim inaktif. Pada umumnya suhu kritis enzim
terletak pada 550C-600C dan suhu optimal antara 250C-370C.
Kadar substrat. Laju reaksi mula-mula meningkat pada penambahan substrat dan akan
mencapai laju maksimum. Penambahan substrat pada laju maksimum akan
mengalami penurunan (kinetik kejenuhan). Proses katalis dalam keadaan jenuh
substrat, hampir semua enzim dan kadar substrat mempunyai hubungan kurval
hiperbola.
Kadar enzim. Pada keadaan yang sesuai kecepatan reaksi yang berbanding lurus
dengan kadar enzim. Kecepatan tidak selalu seimbang dengan kadar enzim reaksi
seimbang. Kecepatan reaksi seakan-akan 0. Bila substrat yang dikatalis enzim
mengalami perubahan produk, maka tidak ada produk reaksi sebaliknya.
Analisis Enzimatik
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas enzimatik.
Bahan :
Gelatin 1%, 2%, 3%,
Papain 0.1%, 0.05%, 0.01%,
HgCl2,
HCl 10%,
0.1 N NaOH,
Formalin,
pp,
Aquadest.
Alat :
Beaker glass 100 ml,
Erlenmeyer 250 ml,
Gelau ukur,
Pipet,
Alat titrasi,
Corong.
Cara Kerja :
Uji Pengaruh Suhu
Siapkan 4 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 5 ml gelatin 1%.
Erlenmeyer 1 diletakkan pada suhu 00C, erlenmeyer 2 diletakkan pada suhu kamar,
erlenmeyer 3 diletakkan pada suhu 400C, dan erlenmeyer 4 diletakkan 750C selama 10
menit.
Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 ml enzim papain 0.1% dalam waktu 15 menit,
tambahkan HgCl2 10% beberapa tetes.
Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Uji Pengaruh Keasaman
Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 5 ml gelatin 1%.
Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 ml enzim papain 0.1%, erlenmeyer 1
ditambah air, erlenmeyer 2 ditambah HCl 10%, erlenmeyer 3 ditambah Na2CO3
sebanyak 1 ml.
Digojog dan dibiarkan selama 15 menit.
Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim
Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 10 ml gelatin 2%.
Erlenmeyer 1 ditambah enzim papain 0.1%, erlenmeyer 2 ditambah 0.05%,
erlenmeyer 3 ditambah enzim papain 0.1% sebanyak 1 ml.
Dibiarkan selama 15 menit sambil digojog.
Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Uji Pengaruh Konsentrasi Substrat
Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml.
Erlenmeyer 1 diisi gelatin 1%, erlenmeyer 2 diisi gelatin 2%, erlenmeyer 3 diisi
gelatin 3%.
Masing-masing erlenmeyer ditambah enzim papain 0.1%.
Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Penentuan kadar protein terlarut dengan metode formol :
1. Masing-masing bahan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan sampai
tanda batas, digojog sampai homogen.
2. Ambil 10 ml larutan, masukkan dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 2 tetes pp,
titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai berwarna merah jambu.
3. Tambahkan 5 ml formalin 10%, titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai merah jambu.
4. Buat blangko dari 10 ml aquadest dan tambahkan 2 tetes pp titrasi dengan 0.1 N
NaOH.
HASIL PENGAMATAN
Hasil Titrasi Pengaruh Suhu
BAHAN 00C Suhu kamar
(250C)
400C 750C
Gelatin 1% + papain 0.1%
Hasil Titrasi Pengaruh Keasaman
BAHAN Air HCl Na2CO3
Gelatin 1% + papain 0.1%
Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Enzim
Enzim - Substrat Enzim Papain
0.01%
Enzim Papain
0.05%
Enzim Papain
0.1%
Gelatin 2%
Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Substrat
Enzim - Substrat Gelatin 1% Gelatin 2% Gelatin 3%
Enzim papin 0.1%