digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...pernyataan keaslian tesis yang...
TRANSCRIPT
-
1
KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA
DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA
THE STABILITY OF ONE PREY- TWO PREDATOR MODEL WITH
OPTIMAL HARVESTING ON PREDATORS
MUHAMMAD IKBAL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
-
KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA
DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Matematika
Disusun dan diajukan oleh
MUHAMMAD IKBAL
kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
-
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Muhammad Ikbal
NIM : P3500215016
Program Studi : Magister Matematika
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar,
Yang menyatakan
Muhammad Ikbal
-
PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “ Kestabilan Model Populasi Satu
Mangsa-Dua Pemangsa dengan Pemanenan Optimal pada Pemangsa”
sebagai salah satu syarat penyelesaian studi dan meraih gelar magister
pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan yang
diberikan oleh berbagai pihak. Maka sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan bimbingan
dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Ayahanda
Muhammad Amir dan Ibunda Hasriah, kakakku tercinta Mart Indah
Purnama Sari dan adikku tersayang Sry Rahayu atas segala kasih
sayang, pengorbanan, doa, dan dukungan yang tiada henti bagi penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya juga
penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Syamsuddin Toaha, M.Sc. dan Dr.
Kasbawati, S.Si., M.Si. selaku pembimbing atas segala waktu, arahan,
dan saran dalam penyelesaian tugas akhir.
-
Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Moh. Ivan Azis M.Sc., Prof. Dr. Jeffry Kusuma dan Dr. Budi
Nurwahyu, MS. selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan masukan serta pengetahuan
kepada penulis demi penyempurnaan tesis ini.
2. Jamal Usman, S.H. dan Asrul, S.Sos. yang telah memberikan banyak
dukungan moril.
3. Teman-teman yang selalu meluangkan waktunya untuk berdiskusi
dalam penyelesaian tugas akhir ini: A. Muhammad Amil Siddik, S.Si.
dan Armin, S.Si.,
Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Makassar, November 2017
Muhammad Ikbal
-
ABSTRAK
MUHAMMAD IKBAL. Kestabilan Model Satu Mangsa-Dua dengan Pemanenan Optimal pada Pemangsa (dibimbing oleh Syamsuddin Toaha dan Kasbawati)
Penelitian ini bertujuan mengkaji dinamika model satu mangsa dua pemangsa dengan pemanenan optimal pada kedua pemangsa.
Penelitian ini menggunakan metode pelinearan sistem di sekitar titik keseimbangan yang positif untuk mengetahui kestabilan titik keseimbangan dari model yang diperoleh. Kestabilan titik keseimbangan dianalisis dengan memperhatikan persamaan karakteristik dari matriks Jacobi titik keseimbangan yang telah dilinearkan. Pemanenan dilakukan dengan memaksimalkan fungsi keuntungan dari kedua pemangsa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara analitik diperoleh tiga titik keseimbangan yang positif pada tiap-tiap model. Titik keseimbangan yang diperoleh stabil. Simulasi numerik dengan nilai parameter tertentu menunjukkan adanya perbedaan kepadatan populasi pada saat sebelum pemanenan dan setelah pemanenan. Setelah kedua populasi pemangsa dipanen secara konstan, diperoleh yang keuntungan maksimal.
Kata kunci: model satu mangsa-dua pemangsa, kompetisi intraspesifik, kompetisi interspesifik, fungsi keuntungan, kestabilan titik keseimbangan.
-
ABSTRACT
MUHAMMAD IKBAL. The Stability of One Prey-Two Predator Model with Optimal Harvesting on Predators (supervised by Syamsuddin Toaha and Kasbawati).
The research aimed at examining the dynamics of one prey-two predator model with the optimal harvesting on the predators.
The research used the system linearization method around the positive equilibrium point to find out the equilibrium point stability of the model obtained. The equilibrium point stability was analysed by considering the characteristic equation of Jacobi’s matrix of the equilibrium point having been linearized. The harvesting was conducted by miximizing the profit function of both predators.
The research result indicates that analytically three positive equilibrium points on every model are obtained. The equilibrium points obtained are stable. The numerical simulations with the certain parameter values indicate the population density differences before and after the harvesting. After both predator populations are harvested constantly, the maximal profit is obtained.
Keywords: one prey-two predator model, intra-specific competition, inter-specific competition, profit function, equilibrium point stability.
-
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA .................................................................................................iv
ABSTRAK ..................................................................................................vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
E. Ruang Lingkup ............................................................................. 5
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pertumbuhan Populasi....................................................... 6
B. Model Mangsa-Pemangsa ............................................................ 7
C. Fungsi Respon ............................................................................. 8
D. Sistem Dinamik ........................................................................... 11
E. Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz ............................................... 14
F. Nilai Eigen dan Vektor-vektor Eigen ........................................... 15
G. Keseimbangan Bionomik ............................................................ 16
H. Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Fungsi Dua Variabel .......... 17
-
Halaman
I. Model Kompetisi Dua Pemangsa untuk Satu Mangsa ................ 18
J. Beberapa Contoh Dinamika Populasi Mangsa-Pemangsa ......... 19
III. METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 25
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25
C. Langkah Penelitian ..................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Model Mangsa-Pemangsa .......................................................... 29
B. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model tanpa
Pemanenan ................................................................................ 32
1. Analisis Titik Keseimbangan ................................................. 32
2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan ................................ 34
C. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model dengan
Pemanenan ................................................................................ 42
1. Analisis Titik Keseimbangan ................................................. 42
2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan ................................ 44
D. Pemanenan Optimal ................................................................... 52
E. Simulasi Numerik ........................................................................ 57
1. Model Tanpa Pemanenan ..................................................... 57
2. Model dengan Pemanenan ................................................... 57
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 70
B. Saran ......................................................................................... 71
-
DAFTAR TABEL
nomor halaman
4.1. Definisi variabel 30
4.2. Definisi parameter 30
-
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
2.1. Jenis ikan Gizzard Shad 21
2.2. Jenis ikan Smallmouth Bass 23
2.3. Jenis ikan Walleye 24
3.1. Diagram Alur Kerja 28
4.1. Diagram kompartemen model mangsa-pemangsa 30
4.2. Batas nilai 𝐸1 dan 𝐸2yang menyebabkan kestabilan pada 𝑇8+ 59
4.3. Kurva trayektori populasi mangsa (𝐸1 = 0.02 dan 𝐸2 = 0.12) 60
4.4. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (𝐸1 = 0.02 dan 𝐸2 = 0.12) 60
4.5. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (𝐸1 = 0.02 dan 𝐸2 = 0.12) 61
4.6. Kurva trayektori populasi mangsa (𝐸1 = 0.1 dan 𝐸2 = 0.02) 62
4.7. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (𝐸1 = 0.1 dan 𝐸2 = 0.02) 62
4.8. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (𝐸1 = 0.1 dan 𝐸2 = 0.02) 63
4.9. Kurva trayektori populasi mangsa (𝐸1 = 0.12 dan 𝐸2 = 0.12) 64
4.10. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (𝐸1 = 0.12 dan 𝐸2 = 0.12) 64
4.11. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (𝐸1 = 0.12 dan 𝐸2 = 0.12) 65
-
nomor halaman
4.12. Kurva pemanenan optimal 66
4.13. Kurva trayektori populasi mangsa 68
4.14. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama 68
4.15. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua 69
-
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1. Sintaks titik keseimbangan model tanpa pemanenan 75
2. Sintaks titik keseimbangan model dengan pemanenan 76
3. Sintaks gambar kurva trayektori 78
4. Sintaks batas nilai 𝐸1 dan 𝐸2 80
5. Sintaks nilai maksimum fungsi keuntungan 82
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi antar makhluk hidup menjadi keharusan untuk
melangsungkan kehidupan. Interaksi yang berlangsung akan memberi
dampak terhadap kualitas hidup makhluk tersebut. Bertahan hidup
merupakan alasan yang paling utama dari berbagai macam alasan dalam
berinteraksi.
Mengamati interaksi antar makhluk hidup tidaklah mudah. Salah
satu alternatif disiplin ilmu yang memungkinkan untuk mengamati interaksi
tersebut ialah pemodelan matematika. Pemodelan matematika pada
bidang ekologi sangat menarik untuk dikaji mengingat banyaknya faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan populasi mahluk
hidup. Proses dinamika kehidupan makhluk hidup (organisme) dapat
dimodelkan secara matematis dengan menggunakan persamaan
differensial yang melibatkan waktu yang kontinu atau waktu yang diskrit.
Salah satu model matematika yang digunakan dalam menjelaskan
fenomena alam tersebut adalah model populasi mangsa-pemangsa.
Model matematika dapat digunakan untuk menjelaskan prilaku
fenomena alam yang terjadi, dapat digunakan untuk memprediksi prilaku
-
sistem untuk suatu jangka waktu tertentu, dan dapat juga digunakan untuk
mengambil suatu kebijakan (Toaha, 2013).
Salah satu kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan
makhluk hidup ialah usaha pemanenan. Usaha pemanenan
dimaksimalkan agar mendapat keuntungan yang maksimal pula, yaitu
dengan memaksimalkan fungsi keuntungan.
Kompetisi antar pemangsa dan faktor pemanenan pada
populasi sangatlah penting dalam disiplin ilmu ekologi. Banyak peneliti
yang dapat mengembangkan hal-hal menarik dari perilaku dinamika dalam
populasi ekosistem. Dengan memadukan dua aspek di atas yaitu aspek
kompetisi antar pemangsa dan pemanenan, maka dinamika populasi
dapat dinyatakan dalam suatu model. Selain kompetisi antar pemangsa
(kompetisi interspesifik) aspek menarik lainnya adalah kompetisi antar
spesies dalam satu populasi (kompetisi intraspesifik). Ali, dkk. (2017)
mengkaji model tiga populasi dalam rantai makanan dengan kompetisi
intraspesifik.
Perbedaan yang mendasar pada penelitian ini dengan beberapa
penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mengkaji model satu mangsa-
dua pemangsa yang melibatkan sekaligus dua kompetisi yaitu kompetisi
interspesifik dan kompetisi intraspesifik serta memanen kedua populasi
pemangsa.
Banyak peneliti yang memodelkan interaksi mangsa-pemangsa.
Ada yang melibatkan usaha pemanenan, adapula yang tidak melibatkan
-
usaha pemanenan. Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2015), mengkaji
tentang pengaruh pemanenan dan kompetisi antara pemangsa dalam
model mangsa-pemangsa. Alebraheem dan Hasan (2012) meneliti
tentang ketahanan pemangsa dalam sistem model mangsa-pemangsa
dengan solusi non-periodik. Farajzadeh dkk., (2011) dalam jurnalnya
membahas tentang kestabilan model Gauss satu mangsa dua pemangsa.
Gakkhar, dkk., (2007) meneliti tentang kompetisi dua pemangsa terhadap
satu mangsa. Penelitian dari Kar dan Matsuda (2007) membahas tentang
dinamika global dan kontrol dari model mangsa pemangsa dengan fungsi
respon Holling tipe III. Gupta dan Chandra (2013) telah menganalisis
bifurcation dari model Leslie-Gower mangsa-pemangsa dan pemanenan
dengan metode Michaelis Menten. Upadhyay dan Raw (2011) membahas
tentang dinamika kompleks dari model rantai makanan tiga spesies
dengan fungsi respon Holling tipe III. Kar (2010) meneliti tentang model
reaksi dinamika sistem mangsa-pemangsa. Toaha dkk., (2014)
membahas tentang analisis kestabilan dan kebijakan pemanenan dengan
usaha konstan.
Selanjutnya, penulis akan mengkaji model satu mangsa-dua di
mana kedua pemangsa berkompetisi secara intraspesifik dan interspesifik.
Selain itu, populasi pemangsa dianggap bernilai ekonomis sehingga dapat
dipanen.
-
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana model mangsa-pemangsa dengan tiga populasi dan suatu
pemanenan?
2. Bagaimana menentukan titik keseimbangan dan kestabilan model
matematika persaingan dua pemangsa untuk memangsa satu
mangsa?
3. Bagaimana mengoptimalkan fungsi keuntungan dari usaha
pemanenan populasi pemangsa pada model mangsa-pemangsa
tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1. Membentuk model matematika mangsa-pemangsa dengan
pemanenan pada populasi pemangsa.
2. Menentukan dan menganalisis titik keseimbangan dan kestabilan
model matematika.
3. Menganalisis pemanenan optimal dari model dengan tetap
memperhatikan populasinya agar tidak akan punah.
-
D. Manfaat Penelitian
Dapat memberikan masukan yang baru tentang model mangsa-
pemangsa kepada para peneliti yang bergelut dibidang ini.
E. Ruang Lingkup
Perlu diberi batasan untuk model yang dimaksud agar ruang
lingkup penelitian lebih terarah dan lebih jelas. Berikut batasan-batasan
yang dimaksud :
1. Model mangsa-pemangsa yang diteliti merupakan model satu mangsa
dan dua pemangsa.
2. Pertumbuhan mangsa mengadopsi model pertumbuhan logistik.
3. Pada pemangsa, fungsi respon yang digunakan adalah fungsi respon
Holling Tipe I.
4. Terdapat interaksi antara kedua populasi pemangsa (kompetisi
interspesifik).
5. Pada kedua populasi pemangsa, terdapat interaksi antar individu
dalam populasinya sendiri (kompetisi intraspesifik).
6. Pemanenan dilakukan pada populasi pemangsa.
-
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pertumbuhan Logistik
Dalam kajian ilmu pengetahuan kedepannya harus ada
pengembangan model eksponensial. Verhulst (1838) memperkenalkan
model pertumbuhan logistik, yaitu:
𝑑𝑁
𝑑𝑡= 𝑟𝑁 (1 −
𝑁
𝐾)
(2.1)
di mana 𝑟 dan 𝐾 adalah konstanta positif. Parameter 𝑟 pada model (2.1)
menyatakan laju pertumbuhan populasi. Parameter 𝐾 merupakan carrying
capacity atau kapasitas bawaan.
Terdapat dua titik keseimbangan pada model (2.1), yaitu 𝑁 = 0
dan 𝑁 = 𝐾, di mana 𝑑𝑁
𝑑𝑡= 0.
Solusi persamaan logistik apabila diketahui nilai awal 𝑁(0) = 𝑁0
adalah sebagai berikut:
𝑁(𝑡) =𝐾
1 + (𝐴0)𝑒−𝑎𝑡, (2.2)
di mana 𝐴0 =𝐾−𝑁0
𝑁0. Untuk 𝑡 → ∞ diperoleh 𝑁∞ = 𝐾 yang merupakan
carrying capacity dari lingkungan tersebut (Murray, 2002).
-
B. Model Mangsa-Pemangsa
Volterra memperkenalkan model untuk interaksi mangsa-
pemangsa yang mengeksplor populasi ikan di Mediterranean. Asumsi-
asumsi yang digunakan adalah mangsa bertumbuh tak terbatas selama
pemangsa tetap terkontrol dalam melakukan pemangsaan, pemangsa
bergantung pada kehadiran mangsanya yang bertahan hidup,
pemangsaan bergantung pada kemungkinan interaksi langsung
pemangsa terhadap mangsa, dan pertumbuhan pemangsa tergantung
pada tangkapan mangsa. Berikut ini model yang dikonstruksi dari asumsi-
asumsi tersebut
𝑑𝑥
𝑑𝑡= 𝑎𝑥 − 𝑏𝑥𝑦
𝑑𝑦
𝑑𝑡= −𝑐𝑦 + 𝑑𝑥𝑦,
(2.3)
dengan 𝑥 dan 𝑦 masing-masing menyatakan kepadatan populasi mangsa
dan pemangsa, sedangkan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 berturut-turut menyatakan
pertumbuhan populasi mangsa, laju predasi pemangsa, laju kematian
pemangsa dan laju pertumbuhan pemangsa. Diasumsikan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 > 0,
karena setiap populasi berpotensi berkembang biak. Titik keseimbangan
(�̅�1, �̅�1 ) = (0, 0) dan (�̅�1, �̅�1 ) = (𝑐
𝑑,𝑎
𝑏) (Keshet, 2005).
-
C. Fungsi Respon
Berdasarkan karakteristiknya, fungsi respon Holling terbagi
dalam empat tipe, yaitu Tipe I (linear), Tipe II (perlambatan), Tipe III
(sigmoid), dan Tipe IV (nonmonotonik).
1. Fungsi Respon Holling Tipe I
Pada fungsi respon Holling tipe I, disumsikan bahwa waktu
penanganan dan waktu pencarian mangsa dapat diabaikan secara
bersamaan (Jeschke dkk., 2002). Fungsi ini terjadi pada pemangsa yang
pasif atau lebih suka menunggu mangsanya. Secara umum, fungsi tipe ini
menurut Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2013) diberikan oleh
persamaan,
𝑓(𝑃) = 𝛼𝑃 (2.4)
dengan
𝑃 adalah kepadatan populasi mangsa (𝑃 ≥ 0),
𝛼 adalah laju interaksi kedua populasi (𝛼 ≥ 0).
2. Fungsi Respon Holling Tipe II
Pada fungsi respon Holling tipe II terjadi pada pemangsa
dengan karakteristik aktif dalam mencari mangsanya. Fungsi ini akan
meningkat jika konsumsinya mengalami penurunan dan konstan jika
-
mencapai titik jenuh (half saturation). Menurut Gupta dan Chandra (2013),
fungsi Holling tipe II diberikan oleh persamaan,
𝐹(𝑥) =𝑎𝑥
1 + 𝑏𝑥 (2.5)
dengan
𝑥 adalah kepadatan mangsa (𝑥 ≥ 0),
𝑎 adalah laju interaksi kedua populasi (𝑎 ≥ 0),
𝑏 adalah titik jenuh pemangsa (𝑏 ≥ 0).
3. Fungsi Respon Holling Tipe III
Pada tipe ini, hubungan tingkat pemangsaan dan kepadatan
mangsa bersifat sigmoid, di mana saat kepadatan mangsa rendah, efek
pemangsaan juga rendah, tetapi jika ukuran populasi meningkat,
pemangsaan akan lebih intensif (Agarwal dan Pathak, 2012). Fungsi ini
terjadi pada pemangsayang cenderung mencari mangsa lain ketika
mangsa utamanya mulai berkurang sehingga variable mangsa menjadi 𝑁2
dan menyebabkan laju populasi lebih cepat. Fungsi Holling tipe III
diberikan dengan persamaan, (Ndam dkk., 2012)
𝑓(𝑃) =𝑐𝑃2
𝑎 + 𝑃2 (2.6)
dengan
𝑃 adalah kepadatan populasi mangsa (𝑃 ≥ 0),
-
𝑐 adalah laju interaksi kedua populasi (𝑐 ≥ 0),
𝑎 adalah half-saturation constant (𝑎 ≥ 0).
4. Fungsi Respon Holling Tipe IV
Zhang, dkk.(2008) dalam penelitiannya membahas tentang
dinamika kompleks dari fungsi respon Holling tipe IV. Fungsi respon
Holling tipe IV yang dimaksud adalah 𝐹(𝑁) =𝑚𝑁
1+𝑏𝑁+𝑎𝑁2. Persamaan
tersebut juga digunakan oleh Chatterjee dan Pal (2016) pada
penelitiannya yang membahas tentang kompetisi antara mangsa dan dua
pemangsa dengan fungsi respon Holling tipe IV. Persamaan tersebut juga
disebut fungsi respon tipe Mono-Haldane.
Pada kondisi 𝑏 = 0, persamaannya akan lebih sederhana menjadi
𝐹(𝑁) =𝑚𝑁
1 + 𝑎𝑁2 (2.7)
di mana
𝑁 adalah kepadatan populasi mangsa (𝑁 ≥ 0),
𝑚 adalah laju interaksi kedua populasi (𝑚 ≥ 0),
𝑎 adalah titik jenuh pemangsa (𝑎 ≥ 0).
Persamaan (2.7) digunakan oleh Sokel dan Howell (1981) pada
penelitiannya mengenai kinetika oksidasi phenol.
-
D. Sistem Dinamik
Sistem fungsi yang bergantung terhadap waktu secara umum
dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut.
�̇�1 = 𝑓1(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡),
�̇�2 = 𝑓2(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡),
�̇�3 = 𝑓3(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡),
⋮ �̇�𝑛 = 𝑓𝑛(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡)
(2.8)
dengan �̇� =𝑑𝑥
𝑑𝑡 dan 𝑓𝑖(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡), 𝑖 = 1,2,… , 𝑛 adalah suatu fungsi
umum dari 𝑥𝑖 = 1,2,… , 𝑛 dan waktu 𝑡.
Sistem fungsi yang tak bergantung dengan waktu (sistem
autonomous) diberikan sebagai berikut,
�̇�1 = 𝑓1(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛),
�̇�2 = 𝑓2(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛),
�̇�3 = 𝑓2(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛),
⋮
�̇�𝑛 = 𝑓𝑛(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛)
(2.9)
dengan 𝑓𝑖(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛), 𝑖 = 1,2,… , 𝑛 adalah yang tak bergantung secara
eksplisit terhadap waktu 𝑡. Keseimbangan terjadi apabila �̇�𝑖 = 0, 𝑖 =
1, 2, … , 𝑛. Titik keseimbangan �̅� = (�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) akan memenuhi
𝑓1(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0,
𝑓2(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0,
(2.10)
-
⋮ 𝑓𝑛(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0
di mana 𝑓𝑖(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0, untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛. (Strogatz, 1994)
Berikut definisi titik keseimbangan dan kestabilan dari sistem
(2.9).
Definisi 2.1 (Wiggins, 2003)
Titik �̅� = (�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) ∈ ℝ𝑛 adalah titik keseimbangan dari sistem (2.9)
jika 𝑓𝑖 (�̅�) = 0, untuk 𝑖 = 1, 2,… , 𝑛.
Definisi 2.2 (Wiggins, 2003)
Titik keseimbangan �̅� ∈ ℝ𝑛pada sistem (2.9) dikatakan:
1. Stabil jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat suatu 𝛿 = 𝛿(𝜀) > 0 sedemikian
sehingga untuk setiap solusi 𝑦(𝑡) yang memenuhi |�̅�(𝑡0) − 𝑦(𝑡0)| < 𝛿
berlaku |�̅�(𝑡) − 𝑦(𝑡)| < 𝜀 untuk setiap 𝑡 > 𝑡0, 𝑡0 ∈ ℝ.
2. Stabil asimtotik jika titik keseimbangan �̅� ∈ ℝ𝑛 stabil dan terdapat 𝜀 >
0 sedemikian sehingga untuk setiap solusi 𝑦(𝑡) terdapat suatu
konstanta 𝑏 > 0, sehingga jika |�̅�(𝑡0) − 𝑦(𝑡0)| < 𝑏 maka lim𝑡→∞
|�̅�(𝑡) −
𝑦(𝑡)| = 0.
3. Tidak stabil jika titik keseimbangan �̅� ∈ ℝ𝑛 tidak memenuhi kondisi
kesatu maupun kedua.
-
Teorema 2.1 (Boyce dan DiPrima, 2001)
Titik kritis �̅� = 0 dari sistem linear 𝑑𝑥
𝑑𝑡= 𝐴𝑥 akan stabil asimtotik jika nilai-
nilai eigen 𝑟1 dan 𝑟2 real dan negatif atau memiliki bagian real negatif;
stabil, jika 𝑟1 dan 𝑟2 bernilai imajiner murni; tidak stabil jika 𝑟1 dan 𝑟2
bernilai real dan positif atau memiliki bagian real positif.
Adapun definisi matriks Jacobi dari sistem (2.9) adalah sebagai
berikut:
Definisi 2.3 (Thomas, dkk. 2014)
Misalkan �̅� = (�̅�1, �̅�2, �̅�3 … , �̅�𝑛) adalah titik keseimbangan pada sistem
(2.9), maka matriks Jacobi di titik �̅� = (�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) dari sistem tersebut
adalah
Jf(x) =
[
𝜕𝑓1𝜕𝑥1
�̅�𝜕𝑓1𝜕𝑥2
�̅� …𝜕𝑓1𝜕𝑥𝑛
�̅�
𝜕𝑓2𝜕𝑥1
�̅�𝜕𝑓2𝜕𝑥2
�̅� …𝜕𝑓2𝜕𝑥1
�̅�
⋮ ⋮ ⋮𝜕𝑓𝑛𝜕𝑥1
�̅�𝜕𝑓𝑛𝜕𝑥2
x̅ …𝜕𝑓𝑛𝜕𝑥𝑛
�̅�]
E. Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz
-
Kriteria kestabilan Routh-Hurwitz digunakan untuk menentukan
nilai eigen dari suatu persamaan karakteristik. Analisis dilakukan melalui
koefisien-koefisien persamaan karakteristik tersebut.
Teorema 2.2. Misalkan diberikan suatu polinomial,
𝑃(𝜆) = 𝜆𝑛 + 𝑎1𝜆𝑛−1 + ⋯ + 𝑎𝑛 (2.11)
dengan 𝑎𝑖, 𝑖 = 0,1, … , 𝑛 adalah konstanta real. Persamaan tersebut
mempunyai 𝑛 buah akar 𝜆1, 𝜆2, … , 𝜆𝑛. Masing-masing akar dapat bernilai
real atau mungkin bernilai kompleks yang memenuhi 𝑃(𝜆𝑖) = 0, untuk 𝑖 =
1,2,… , 𝑛.
Misalkan diberikan sistem linear dengan koefisien konstan, yaitu
𝑑𝑥
𝑑𝑡= 𝐴𝒙 (2.12)
dengan 𝒙 adalah vektor yang berukuran 𝑛 × 1 dan 𝐴 adalah matriks yang
berukuran 𝑛 × 𝑛.
Misalkan polinom (2.11) adalah persamaan karakteristik dari
sistem (2.12), maka nilai eigen dari matriks 𝐴 merupakan akar-akar dari
polinomial 𝑃(𝜆) tersebut.
Uji kestabilan Routh-Hurwitz digunakan untuk menentukan jenis
nilai eigen dari matriks 𝐴, yaitu melalui determinan dari matriks 𝐻𝑛 yang
disebut dengan matriks Hurwitz. Dalam bentuk umum matriks 𝐻𝑛
merupakan matriks dengan entri-entri seperti pada persamaan (2.14).
Jadi, syarat perlu dan cukup agar 𝑃(𝜆) mempunyai nilai eigen dengan
bagian real yang negatif adalah 𝑎𝑛 > 0, (Murray, 2002)
-
𝐻1 = [𝑎1]
𝐻2 = [𝑎1 𝑎31 𝑎2
]
𝐻3 = [
𝑎1 𝑎3 𝑎51 𝑎2 𝑎40 𝑎1 𝑎3
]
⋮
𝐻𝑘 =
[ 𝑎1 𝑎3 𝑎5 . … .1 𝑎2 𝑎4 . … .0 𝑎1 𝑎3 . … .⋮ ⋮ ⋮ ⋮ … ⋮. . . . … .0 0 . . … 𝑎𝑘]
(2.14)
untuk 𝑘 = 1,2, … , 𝑛.
Teorema 2.3. Uji kestabilan Hurwitz (Keshet, 2005). Semua nilai eigen
dari persamaan (2.12) memiliki bagian real yang negatif jika dan hanya
determinan dari semua matriks Hurwitz positif , yaitu
det[𝐻𝑘] > 0 , 𝑘 = 1,2, … , 𝑛. (2.15)
F. Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Diberikan suatu persamaan sebagai berikut,
𝐴𝑥 = 𝑦 (2.16)
untuk menentukan vektor-vektor, di berikan 𝑦 = 𝜆𝑥, di mana 𝜆 adalah
scalar yang proporsional. Persamaan (2.16) akan menjadi
-
𝐴𝑥 = 𝜆𝑥
(𝐴 − 𝜆𝐼)𝑥 = 0
(2.17)
Persamaan (2.17) memiliki solusi tak nol jika dan hanya jika skalar 𝜆
memenuhi persamaan
det(𝐴 − 𝜆𝐼) = 0 (2.18)
Nilai-nilai 𝜆 yang memenuhi persamaan (2.18) disebut nilai eigen dari
matriks 𝐴, solusi tak nol dari persamaan (2.17) disebut vektor eigen yang
bersesuaian dengan nilai eigen.
G. Keseimbangan Bionomik
Keseimbangan bionomik adalah suatu konsep yang
mengintegrasikan keseimbangan secara biologi dan keseimbangan
secara ekonomi. Misalkan terdapat dua populasi yang ditinjau, yaitu 𝑥 dan
𝑦. Keseimbangan secara ekologi diperoleh ketika populasi berada pada
kondisi 𝑑𝑥
𝑑𝑡= 0 dan
𝑑𝑦
𝑑𝑡= 0. Titik keseimbangan ini diperoleh dengan
menyelesaikan sistem persamaan terhadap 𝑥 dan 𝑦. Titik keseimbangan
ini menyatakan suatu kondisi dimana kedua populasi dalam keadaan
seimbang, yaitu kedua populasi tidak mengalami perubahan karena laju
pertumbuhannya nol. Keseimbangan secara ekonomi dikatakan tercapai
ketika pendapatan total (TR) yang diperoleh dari penjualan stok (populasi)
-
yang dipanen sama dengan biaya total (TC) dari usaha yang dilakukan
dalam pemanenan populasi.
Misalkan 𝑐𝑥 adalah biaya pemanenan per unit usaha untuk
populasi 𝑥, 𝑐𝑦 adalah biaya pemanenan per unit usaha untuk populasi 𝑦,
𝑐𝑓 adalah biaya tetap pemanenan untuk populasi 𝑥 dan 𝑦, 𝑝𝑥 adalah harga
per unit biomassa untuk populasi 𝑥, 𝑝𝑦 adalah harga per unit biomassa
untuk populasi 𝑦. Fungsi keuntungan dari usaha pemanenan populasi 𝑥
dan 𝑦 diberikan sebagai
𝜋(𝐸𝑥 , 𝐸𝑦) = 𝑝𝑥𝑥𝐸𝑥 + 𝑝𝑦𝑦𝐸𝑦 − 𝑐𝑓 − 𝑐𝑥𝐸𝑥 − 𝑐𝑦𝐸𝑦 (2.19)
(Toaha, 2013).
H. Nilai Maksimum dan Minimum Fungsi Dua Variabel
Fungsi keuntungan akan dioptimalkan dengan merujuk pada
definisi nilai maksimum dan nilai minimum. Berikut ini adalah definisi dari
nilai maksimum lokal dan nilai minimum lokal.
Definisi 2.4.( Stewart, 2003)
Fungsi dua variabel mempunyai maksimum lokal di titik kritis (𝑎, 𝑏) jika
𝑓(𝑥, 𝑦) ≤ 𝑓(𝑎, 𝑏) ∀ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅2 Jika (𝑥, 𝑦) ≤ 𝑓(𝑎, 𝑏) ∀ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅2, maka
𝑓(𝑎, 𝑏) disebut nilai minimum lokal.
Untuk memeriksa nilai maksimum atau nilai minimum suatu
fungsi cukup dengan memperhatikan definisi 2.5. Akan tetapi, apabila
fungsi yang diberikan rumit, maka alternatif lainnya dengan menguji
-
turunan parsial kedua dari fungsi tersebut. Berikut ini teorema yang
mendukung.
Teorema 2.4 (Simon dan Blume, 1994).
Andaikan 𝑥∗ adalah titik interior dari 𝑓(𝑥1, 𝑥2, . . 𝑥𝑛) yang memenuhi
𝑑𝑓
𝑑𝑥𝑖(𝑥∗) = 0 untuk 𝑖 = 1,2, . . 𝑛.
a. Jika |𝜕2𝑓
𝜕𝑥12(𝑥∗)| < 0, |
𝜕2𝑓
𝜕𝑥12(𝑥∗)
𝜕2𝑓
𝜕𝑥2𝜕𝑥1(𝑥∗)
𝜕2𝑓
𝜕𝑥1𝜕𝑥2(𝑥∗)
𝜕2𝑓
𝜕𝑥22(𝑥∗)
| > 0, maka 𝑥∗ maksimum
lokal pada 𝑓.
b. Jika |𝜕2𝑓
𝜕𝑥12(𝑥∗)| > 0, |
𝜕2𝑓
𝜕𝑥12(𝑥∗)
𝜕2𝑓
𝜕𝑥2𝜕𝑥1(𝑥∗)
𝜕2𝑓
𝜕𝑥1𝜕𝑥2(𝑥∗)
𝜕2𝑓
𝜕𝑥22(𝑥∗)
| > 0, maka 𝑥∗ minumum
lokal pada 𝑓.
I. Model Kompetesi Dua Pemangsa untuk Satu Mangsa.
Pemodelan matematika oleh Mukhopadhyay dan Bhattacharyya
(2015) menjelaskan tiga persamaan diferensial dan secara konsisten dua
pemangsa (𝐻1 dan 𝐻2) memangsa satu mangsa 𝑃. Kedua spesies
pemangsa tersebut diasumsikan mempunyai interaksi langsung dengan
mangsa. Kedua populasi pemangsa memberi pengaruh terhadap mangsa
dan mereka juga berkompetisi. Pengaruh tingkat interaksi dalam angka
pertumbuhan pesaing diasumsikan proporsional terhadap kepadatan
populasi pemangsa dengan 𝛽1 dan 𝛽2. Akan tetapi, fungsi predasi dari dua
-
pemangsa dibuat berbeda, satu mengikuti respon Holling tipe I dan yang
lainnya mengikuti respon Holling tipe II. Disamping mengalami
pengurangan karena adanya fungsi predasi, populasi mangsa tumbuh
logistik dengan 𝑟 sebagai laju pertumbuhan intrinsik dan 𝐾 sebagai
kapasitas bawaan. Diasumsikan juga bahwa pemangsa 𝐻2 dapat dipanen.
Konstanta 𝐸 dan 𝑞 masing-masing menunjukkan usaha pemanenan dan
koefisien ketertangkapan. Model kompetisi dua pemangsa untuk satu
mangsa diberikan sebagai berikut,
𝑑𝑃
𝑑𝑡= 𝑟𝑃 (1 −
𝑃
𝐾) − 𝛼1𝑃𝐻1 −
𝛼2𝑃𝐻2ℎ + 𝑃
𝑑𝐻1𝑑𝑡
= 𝑒1𝛼1𝑃𝐻1 − 𝛽1𝐻1𝐻2 − 𝑑1𝐻1
𝑑𝐻2𝑑𝑡
= 𝑒2 [𝛼2𝑃𝐻2ℎ + 𝑃
] − 𝛽2𝐻1𝐻2 − 𝑑2𝐻2 − 𝑞𝐸𝐻2
(2.17)
J. Beberapa Contoh Dinamika Populasi Mangsa-Pemangsa
Wuellner dan Willis (2008) meneliti tentang fish competition
yang kemudian dimuat pada majalah Pond Boss. Penelitian tersebut
melibatkan satu mangsa-dua pemangsa. Dua pemangsa tersebut adalah
Walleye (Sander vitreus) dan Smallmouth Bass (Micropterus dolomieu).
Pada tahun 2006 dan 2007, South Dakota Department of Game, Fish, and
Parks (SDGFP) dan South Dakota State University (SDSU) bekerja sama
untuk meneliti makanan (mangsa) Walleye dan Smallmouth Bass di Lake
Sharpe, salah satu waduk dari sungai Missouri. Setiap bulan, dari bulan
-
Mei hingga bulan Oktober mereka mengambil sampel penilitian (Walleye
dan Smallmouth Bass) dengan ukuran berbeda-beda. Pada bulan Juli
hingga September menemukan Walleye dan Smallmouth Bass memakan
ikan yang sama yaitu Gizzard Shad (Dorosoma cepedianum).
1. Gizzard Shad
Dorosoma adalah bahasa Yunani untuk "tubuh tombak",
mengacu pada bentuk tombak seperti shad muda. Spesies julukan
cepedianum mengacu pada naturalis Prancis Citoyen Lacepede. Gizzard
shad biasanya mudah dibedakan dari threadfin shad oleh fakta bahwa
proyek rahang atas melampaui rahang bawah. Ahli ichthyologists dapat
menjalankan jari di bawah mulut ke depan, dan jika kuku jari menangkap
rahang atas dan membuka mulut, pada kebanyakan kasus ikan itu adalah
ikan rizzard dan bukan shampo threadfin. Biasanya memiliki 29-35 ruas
sirip, selisih 20-25 ruas yang ditemukan pada threadfin shad. Permukaan
bagian atas berwarna biru keperakan. Sirip tidak memiliki warna
kekuningan yang ada di threadfin shad. Tidak seperti threadfin shad, dagu
dan mulut pada spesies ini tidak berbintik-bintik dengan pigmen hitam.
Meskipun spesies umumnya tumbuh dengan panjang 9-14 inci, beberapa
telah dilaporkan melebihi 20 inci panjangnya. Di Texas rekaman (diambil
dengan pistol tombak) adalah spesimen 18,25 inci yang beratnya
mencapai 2,97 pound.
-
Meskipun shad dewasa bertubuh kecil, anak-anak Gizzard shad
sangat ramping dan lembut terlihat sampai mencapai sekitar 1,25 inci
panjangnya. Gizzard shad adalah planktivora. Umpan muda pada hewan
dan tumbuhan mikroskopik, serta larva serangga kecil. Orang dewasa
memberi makan dengan menyaring makanan kecil dari air dengan
menggunakan gill insang panjang dan dekat.
Di Texas, shard ditemukan di semua aliran utama dan waduk.
Spesies ini berasal dari Amerika Utara bagian timur. Di utara,
jangkauannya mencakup Sungai Saint Lawrence dan Great Lakes
(kecuali Danau Superior), dan meluas ke barat ke North Dakota. Gizzard
shad ditemukan sejauh selatan Meksiko timur, dan sejauh barat New
Mexico. Spesies ini tidak ditemukan di New England, Florida selatan, atau
melalui sebagian besar rantai Pegunungan Appalachian.
(Texas Parks and Wildlife Department, 2017).
Gambar 2.1. Jenis ikan Gizzard Shad (dikutip dari Texas Parks and Wildlife).
-
2. Smallmouth Bass
Smallmouth Bass berasal namanya dari fakta bahwa ujung
belakang rahang tidak meluas melewati mata, sementara yang dari
largemouth tidak. Dua sirip punggung dengan bagian berputar-putar dan
lembut disatukan, tubuh lebih panjang dari dalam, rahang tidak meluas
melewati mata, garis perunggu di pipi. Bass smallmouth berada di danau
pedalaman, sungai dan teluk Great Lakes dimana perairannya sejuk dan
bersih, dan bagian bawahnya adalah batu atau kerikil. Habitat smallmouth
yang ideal mengandung pelindung seperti batuan shoal, lereng talus, dan
log terendam. Suhu air 68-70 derajat Fahrenheit, lebih dingin dari pada
largemouth bass.
Aktivitas pemijahan dimulai pada musim semi saat suhu air
mencapai 60 derajat Fahrenheit atau lebih. Si jantan membangun sarang
di air tenang, biasanya di dekat pantai, atau di hilir dari penyumbatan yang
menyebabkan arus masuk. Karena si jantan akan menjaga telur dan
menggaruk yang baru menetas, sarangnya tidak pernah jauh dari air yang
dalam, atau penutup, di mana ia bisa mundur saat ketakutan. Telur, yang
lebih besar dari pada bass largemouth, menetas dalam dua sampai tiga
hari.
(Tomelleri, 2017)
-
Gambar 2.2. Jenis ikan Smallmouth Bass (dikutip dari website Micighan Department and Nature Resource).
3. Walleye
Walleye berwarna zaitun sampai berwarna coklat, dipecah oleh
garis-garis yang lebih gelap yang membentang di sisi panggul ke perut
berwarna yang lebih ringan. Ada titik gelap yang mencolok di dasar duri
terakhir di sirip punggung pertama. Sirip punggung dan sirip dubur jelas
berduri dan mulutnya berisi sepasukan gigi yang sangat tajam. Walleye
diberi nama untuk matanya yang besar seperti marmer yang bercahaya,
yang disebabkan oleh tapetum lucidum, lapisan pigmen reflektif yang
memungkinkannya melihat mangsa di malam hari dan di perairan gelap
yang dalam. Jangka hidupnya berkisar antara 5-6 tahun di daerah yang
sangat diminati sampai 10-20 tahun di perairan yang kurang dieksploitasi.
Sebuah walleye matang bisa mencapai 30 inci dan beratnya mencapai 20
kilogram.
Sensitivitas mereka terhadap cahaya mengharuskan walley
berkumpul di kolam yang lebih dalam atau di tempat penampungan pohon
-
cekung atau tempat tidur gulma di siang hari. Mereka memanfaatkan
ketajaman visual mereka untuk memberi makan saat fajar, senja dan
memasuki jam malam hari. Namun, walley akan memberi makan pada
siang hari jika airnya suram atau jika cuacanya mendung. Mereka juga
lebih aktif pada hari-hari berangin saat "walleye chop" menurunkan
cahaya yang menembus air.
(Anonim. 2015)
Gambar 2.3. Jenis ikan Walleye (dikutip dari Edgewire Media).
-
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka, yaitu
mengumpulkan bahan-bahan penelitian melalui jurnal-jurnal dan buku-
buku yang terkait dengan tema penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di lingkungan Universitas
Hasanuddin. Waktu penelitian dari awal bulan Desember 2016 hingga
akhir bulan Oktober 2017.
C. Langkah Penelitian
Di dalam subbab ini akan dipaparkan langkah-langkah
penelitian yang ditempuh peneliti. Berikut langkah-langkah yang
dimaksud.
1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah untuk menetapkan fokus
permasalahan penelitian yang berkaitan dengan model mangsa-
-
pemangsa, fungsi respon Holling tipe I dan pemanenan. Hal tersebut
dilakukan dengan membedah literatur (jurnal ilmiah dan buku) yang
berkaitan langsung dengan pokok pembahasan.
2. Studi Literatur
Mempelajari secara mendalam jurnal-jurnal ilmiah dan buku
yang terkait dengan permasalahan.
3. Formulasi Model
Model dari beberapa jurnal ilmiah dikonstruksi menjadi model
baru dengan berbagai pertimbangan asumsi yang dikenakan.
4. Analisis Keseimbangan.
Titik keseimbangan nonnegatif yang diperoleh dari sistem
dianalisis.
5. Analisis Kestabilan
Analisis kestabilan titik keseimbangan dilakukan pada tiga titik.
Fokus utama dari penelitian ini pada analisis titik keseimbangan interior.
6. Analisis Pemanenan Optimal
Analisis pemanenan optimal dilakukan dengan menentukan titik
keseimbangan interior model dengan pemanenan, kemudian menganalisis
fungsi keuntungan.
7. Simulasi Model
Simulasi numerik dari model dilakukan dengan menggunakan
bantuan software.
-
8. Penarikan Kesimpulan
Setelah menganalisis dan melakukan simulasi numerik terhadap
model maka selanjutnya diambil suatu kesimpulan terhadap hasil-hasil
yang diperoleh. Hasil yang diharapkan adalah adanya titik keseimbangan
interior yang stabil dan memberikan keuntungan yang optimum.
9. Penyusunan Laporan
Pada tahapan ini, disusun laporan tertulis dari semua tahapan
penelitian yang telah dilakukan.
-
STUDI LITERATUR
IDENTIFIKASI MASALAH
FORMULASI MODEL
MENENTUKAN TITIK
KESEIMBANGAN DAN ANALISIS
KESTABILAN
MENENTUKAN NILAI
USAHA PEMANENAN DAN
PROFIT
SIMULASI NUMERIK
INTERPRETASI
Gambar 3.1. Diagram Alur Kerja
-
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Model Mangsa-Pemangsa
Model dinamika populasi satu mangsa-dua pemangsa yang
dikaji melibatkan interaksi antar pemangsa dan interaksi antar individu
dalam populasi pemangsa. Berikut asumsi-asumsi yang digunakan dalam
model.
1. Laju pertumbuhan mangsa menggunakan laju pertumbuhan
logistik.
2. Populasi pemangsa saling berkompetisi mendapatkan mangsa.
3. Populasi pemangsa menggunakan fungsi respon Holling tipe I
dalam pemangsaan.
4. Terdapat kompetisi intraspesifik pada masing-masing pemangsa.
5. Populasi pemangsa bernilai ekonomis sehingga dapat dipanen.
Laju pertumbuhan mangsa menggunakan laju pertumbuhan
logistik banyak dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti
Gupta dan Chandra (2013). Kompetisi antar pemangsa (interspesifik)
dikembangkan oleh Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2015). Kompetisi
intraspesifik dibahas dalam penelitian Ali, dkk.(2017). Pada penelitian
Toaha dkk., (2014) membahas tentang analisis kestabilan dan kebijakan
pemanenan dengan usaha konstan.
-
Berikut ini diberikan diagram kompartemen model satu mangsa-
dua pemangsa dengan pemanenan pada pemangsa.
Setelah mengkaji lebih mendalam tentang model satu mangsa-
dua pemangsa dengan pengembangan sesuai asumsi-asumsi di atas,
model yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
𝑑𝑃
𝑑𝑡= 𝑟𝑃 (1 −
𝑃
𝐾) − 𝛼1𝑃𝐻1 − 𝛼2𝑃𝐻2
𝑑𝐻1𝑑𝑡
= 𝑒1𝛼1𝑃𝐻1 − 𝑔1𝐻12 − 𝛽1𝐻1𝐻2 − 𝑑1𝐻1 − 𝑞1𝐸1𝐻1
𝑑𝐻2𝑑𝑡
= 𝑒2𝛼2𝑃𝐻2 − 𝑔2𝐻22 − 𝛽2𝐻1𝐻2 − 𝑑2𝐻2 − 𝑞2𝐸2𝐻2.
(4.1)
PEMANGSA PERTAMA (𝐻1) PEMANGSA KEDUA (𝐻2)
MANGSA (𝑃)
𝑟𝑃
𝑒2𝛼2𝑃𝐻2
𝑞1𝐸1𝐻1
𝑑2𝐻2 𝑑1𝐻1
𝑞2𝐸2𝐻2 𝑒1𝛼1𝑃𝐻1
𝑔2𝐻22
𝑔1𝐻12
𝛽2𝐻1𝐻2 𝛽1𝐻1𝐻2
Gambar 4.1.Diagram kompartemen model mangsa-pemangsa.
-
jika tidak ada pemanenan,
nonnegatif, jika dilakukan pemanenan
dengan qiEi, = {
0,
𝑖 = 1,2.
Definisi variabel dan parameter yang digunakan dalam model
(4.1) ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1.Definisi variabel.
Variabel Definisi Satuan
𝑃 Populasi mangsa. Populasi
𝐻1 Populasi pemangsa pertama.
Populasi
𝐻2 Populasi pemangsa kedua.
Populasi
Table 4.2. Definisi parameter
Parameter Definisi Satuan
𝑟 Laju pertumbuhan intrinsik mangsa.
1
waktu
𝐾 Daya tampung populasi mangsa.
Populasi
𝛼1 Angka pemangsaan dari pemangsa pertama.
1
populasi x waktu
𝛼2 Angka pemangsaan dari pemangsa kedua.
1
populasi x waktu
𝑒1 Efisiensi perubahan dari pemangsa pertama.
-
𝑒2 Efisiensi perubahan dari pemangsa kedua.
-
𝑔1 Koefisien kompetisi intraspesifik pemangsa pertama.
1
populasi x waktu
𝑔2 Koefisien kompetisi intraspesifik pemangsa kedua.
1
populasi x waktu
𝛽1 Koefisien kompetisi pemangsa pertama terhadap pemangsa kedua.
1
populasi x waktu
-
Parameter Definisi Satuan
𝛽2 Koefisien kompetisi pemangsa kedua terhadap pemangsa pertama.
1
populasi x waktu
𝑑1 Laju kematian pemangsa pertama.
1
waktu
𝑑2 Laju kematian pemangsa pertama.
1
waktu
𝑞1 Koefisien ketertangkapan pemangsa pertama.
-
𝑞2 Koefisien ketertangkapan pemangsa kedua.
-
𝐸1 Usaha pemanenan pemangsa pertama.
1
waktu
𝐸2 Usaha pemanenan pemangsa kedua.
1
waktu
B. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model Tanpa Pemanenan
1. Analisis Titik Keseimbangan
Titik keseimbangan nonnegatif diperoleh dari model (4.1)
dengan 𝑞𝑖𝐸𝑖 = 0 adalah sebagai berikut.
1) 𝑇1 = (0, 0, 0), dan 𝑇2 = (𝐾, 0, 0)
Titik keseimbangan 𝑇1 dan 𝑇2 selalu ada.
2) 𝑇4 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
)
Jika 𝐾 =𝑑2
𝑒2𝛼2, maka titik 𝑇4 = (
𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
) menjadi
titik 𝑇2 = (𝐾, 0, 0).
3) 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0)
-
Jika 𝐾 =𝑑1
𝑒1𝛼1, maka titik 𝑇6 = (
𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0)akan
berimpit menjadi titik 𝑇2 = (𝐾, 0, 0). Jika 𝐾 =𝑑1
𝑒1𝛼1=
𝑑2
𝑒2𝛼2, maka 𝑇4 =
(𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
) dan titik 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0)
menjadi titik 𝑇2 = (𝐾, 0, 0).
4) 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1
∗ , 𝐻2∗)
dengan
𝑃∗ =𝐾[𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)]
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)
𝐻1∗ =
𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 − (𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1)
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)
𝐻2∗ =
𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 − (𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2)
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2).
Sintaks titik keseimbangan model tanpa pemanenan dapat dilihat pada
lampiran 1.
Kewujudan titik 𝑇8 ditinjau dari dua kasus sebagai berikut
Kasus I. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut
ini,
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼2
2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,
𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,
𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 > 𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1,
𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 > 𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2.
Kasus II. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut
ini,
-
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼2
2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,
𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,
𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 > 𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1,
𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 > 𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2.
2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan
Matriks Jacobi dari model (4.1) dengan 𝑞𝑖𝐸𝑖 = 0 adalah sebagai
berikut.
𝐽 = [𝐽11 𝐽12 𝐽13𝐽21 𝐽22 𝐽23𝐽31 𝐽32 𝐽33
] (4.2)
dengan
𝐽11 = 𝑟 −2𝑟𝑃∗
𝐾− 𝛼1𝐻1
∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12 = −𝛼1𝑃
∗, 𝐽13 = −𝛼2𝑃∗,𝐽21 = 𝑒1𝛼1𝐻1
∗,
𝐽22 = 𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1
∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1, 𝐽23 = −𝛽1𝐻1
∗, 𝐽31 = 𝑒2𝛼2𝐻2∗,
𝐽32 = −𝛽2𝐻2∗, 𝐽33 = 𝑒2𝛼2𝑃
∗ − 𝛽2𝐻1∗ − 2𝑔2𝐻2
∗ − 𝑑2.
1) 𝑇4 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
)
Dengan mensubstitusi 𝑇4 pada matriks (4.2) diperoleh
𝐽(𝑇4) = [
𝐽114 𝐽12
4 𝐽134
𝐽214 𝐽22
4 𝐽234
𝐽314 𝐽32
4 𝐽334
],
dengan
-
𝐽114 = 𝑟 −
2𝑟(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛼2𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,
𝐽124 = −
𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,
𝐽134 = −
𝛼2𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,
𝐽214 = 0,
𝐽224 =
𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑1,
𝐽234 = 0,
𝐽314 =
𝑒2𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
,
𝐽324 = −
𝛽2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,
𝐽334 =
𝑒2𝛼2𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑2.
Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇4) diperoleh persamaan karakteristik sebagai
berikut
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114 + 𝐽33
4 + 𝐽224 )𝜆2 + (𝐽11
4 𝐽224 + 𝐽33
4 𝐽224 + 𝐽11
4 𝐽334 − 𝐽13
4 𝐽314 )
+𝐽134 𝐽31
4 𝐽224 − 𝐽11
4 𝐽334 𝐽22
4 , (4.3)
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114 + 𝐽33
4 + 𝐽224 )𝜆2 + (𝐽11
4 𝐽224 + 𝐽33
4 𝐽224 + 𝐽11
4 𝐽334 − 𝐽13
4 𝐽314 ) + 𝐽13
4 𝐽314 𝐽22
4
−𝐽114 𝐽33
4 𝐽224 = 0
(𝐽224 − 𝜆)(𝜆2 − (𝐽11
4 + 𝐽334 )𝜆 + 𝐽11
4 𝐽334 − 𝐽13
4 𝐽314 ) = 0.
-
𝜆1 = 𝐽224 =
𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
−𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
− 𝑑1, jika 𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
>
𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
+ 𝑑1 maka 𝜆1 < 0. Akar-akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari
persamaan
𝜆2 − (𝐽114 + 𝐽33
4 )𝜆 + 𝐽114 𝐽33
4 − 𝐽134 𝐽31
4 = 0. (4.4)
Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.4)
memiliki solusi akar-akar negatif jika – (𝐽114 + 𝐽33
4 ) > 0 dan 𝐽114 𝐽33
4 > 𝐽134 𝐽31
4 .
Jadi, titik keseimbangan 𝑇4 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
) stabil
asimtotik jika memenuhi kondisi:
a. 𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
>𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
+ 𝑑1,
b. – (𝐽114 + 𝐽33
4 ) > 0,
c. 𝐽114 𝐽33
4 > 𝐽134 𝐽31
4 .
Contoh 4.1.
Ambil nilai parameter 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000, 𝛼1 = 0.000021, 𝛼2 =
0.00002, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.0008, 𝑑2 = 0.00065, 𝛽1 = 0.00008,
𝛽2 = 0.0000010, 𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002.
𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
−𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
− 𝑑1 = −1.38869371 < 0
𝑟 −2𝑟(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛼2𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2= −0.30834159 < 0
𝑒2𝛼2𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑2 = −0.10118754 < 0
𝐽114 𝐽33
4 − 𝐽134 𝐽31
4 = 0.15185365 > 0.
-
Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.3) adalah 𝜆1 =
−1.37982870, 𝜆2 = −0.11005254, 𝜆3 = −0.30834159.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇4 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen
dari persamaan karakteristik (4.3) real negatif.
2) 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0)
Dengan mensubstitusi 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0) pada
matriks (4.2) diperoleh
𝐽(𝑇6) = [
𝐽116 𝐽12
6 𝐽136
𝐽216 𝐽22
6 𝐽236
𝐽316 𝐽32
6 𝐽336
]
dengan
𝐽116 = 𝑟 −
2𝑟(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1,
𝐽126 = −
𝛼1𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1,
𝐽136 = −
𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
,
𝐽216 =
𝑒1𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1,
𝐽226 =
𝑒1𝛼1𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑1,
𝐽236 = −
𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1, 𝐽31
6 = 0, 𝐽326 = 0,
𝐽336 =
𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑2.
-
Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇6) diperoleh persamaan karakteristik sebagai
berikut
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116 + 𝐽33
6 + 𝐽226 )𝜆2 + (𝐽11
6 𝐽226 + 𝐽33
6 𝐽226 + 𝐽11
6 𝐽336 − 𝐽12
6 𝐽216 )
+𝐽126 𝐽21
6 𝐽336 − 𝐽11
6 𝐽336 𝐽22
6 , (4.5)
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116 + 𝐽33
6 + 𝐽226 )𝜆2 + (𝐽11
6 𝐽226 + 𝐽33
6 𝐽226 + 𝐽11
6 𝐽336 − 𝐽12
6 𝐽216 ) + 𝐽12
6 𝐽216 𝐽33
6
−𝐽116 𝐽33
6 𝐽226 = 0
(𝐽336 − 𝜆)(𝜆2 − (𝐽11
6 + 𝐽226 )𝜆 + 𝐽11
6 𝐽226 − 𝐽12
6 𝐽216 ) = 0.
𝜆1 = 𝐽336 =
𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
−𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
− 𝑑2, jika 𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
>
𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
+ 𝑑2 maka 𝜆1 < 0. Akar-akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari
persamaan
𝜆2 − (𝐽116 + 𝐽22
6 )𝜆 + 𝐽116 𝐽22
6 − 𝐽126 𝐽21
6 = 0. (4.6)
Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.6)
memiliki solusi akar-akar negatif jika −(𝐽116 + 𝐽22
6 ) > 0 dan 𝐽116 𝐽22
6 > 𝐽126 𝐽21
6 .
Jadi, titik keseimbangan 𝑇6 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
) stabil
asimtotik jika memenuhi kondisi:
a. 𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
>𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
+ 𝑑2,
b. −(𝐽116 + 𝐽22
6 ) > 0,
c. 𝐽116 𝐽22
6 > 𝐽126 𝐽21
6 .
-
Contoh 4.2.
Ambil nilai parameter 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021, 𝛼2 =
0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055, 𝑑2 = 0.0008, 𝛽1 = 0.000008,
𝛽2 = 0.00008, 𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002.
𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑2 = −0.28748621 < 0
𝑟 −2𝑟(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1= −1.39783651 < 0
𝑒1𝛼1𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑1 = −0.09729856 < 0
𝐽116 𝐽22
6 − 𝐽126 𝐽21
6 = 0.14600402
Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.5) adalah 𝜆1 =
−1.39010407, 𝜆2 = −0.10503100, 𝜆3 = −0.28748621.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇6 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen
dari persamaan karakteristik (4.5) real negatif.
3) 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1
∗ , 𝐻2∗)
Dengan mensubstitusi 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1
∗, 𝐻2∗) pada matriks (4.2)
diperoleh
𝐽(𝑇8) = [𝐽11 𝐽12 𝐽13𝐽21 𝐽22 𝐽23𝐽31 𝐽32 𝐽33
]
dengan
𝐽11 = 𝑟 −2𝑟𝑃∗
𝐾− 𝛼1𝐻1
∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12 = −𝛼1𝑃
∗, 𝐽13 = −𝛼2𝑃∗,𝐽21 = 𝑒1𝛼1𝐻1
∗,
-
𝐽22 = 𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1
∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1, 𝐽23 = −𝛽1𝐻1
∗, 𝐽31 = 𝑒2𝛼2𝐻2∗,
𝐽32 = −𝛽2𝐻2∗, 𝐽33 = 𝑒2𝛼2𝑃
∗ − 𝛽2𝐻1∗ − 2𝑔2𝐻2
∗ − 𝑑2,
𝑃∗ =𝐾[𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)]
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼2
2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),
𝐻1∗ =
𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 − (𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1)
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),
𝐻2∗ =
𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 − (𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2)
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2).
Persamaan karakteristik dari matriks 𝐽(𝑇8) adalah
𝜆3 + 𝐴1𝜆2 + 𝐴2𝜆 + 𝐴3 = 0 (4.7)
dengan
𝐴1 = −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)
𝐴2 = 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32
𝐴3 = 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21 .
Untuk menjamin kestabilan 𝑇8 harus memenuhi kriteria Routh-
Hurwitz, yakni 𝐴1 > 0, 𝐴2 > 0,𝐴3 > 0, dan 𝐴1𝐴2 > 𝐴3.
a. 𝐴1 > 0
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0
b. 𝐴2 > 0
𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 + 𝐽13𝐽31 + 𝐽23𝐽32
c. 𝐴3 > 0
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21
d. 𝐴1𝐴2 > 𝐴3
-
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32) >
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1
∗, 𝐻2∗) stabil asimtotik jika
memenuhi kondisi −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0, 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 +
𝐽13𝐽31 + 𝐽23𝐽32, 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 +
𝐽13𝐽32𝐽21 , −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 −
𝐽23𝐽32) > 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.
Contoh 4.3
Ambil nilai parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021,𝛼2 =
0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055, 𝑑2 = 0.00065,𝛽1 =
0.0000008,𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002.
𝑟 −2𝑟𝑃∗
𝐾− 𝛼1𝐻1
∗ − 𝛼2𝐻2∗ = −1.30823173 < 0
𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1
∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1 = −0.08738952 < 0
𝑒2𝛼2𝑃∗ − 𝛽2𝐻1
∗ − 2𝑔2𝐻2∗ − 𝑑2 = −0.09091751 < 0
𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32 = 0.25919380 > 0
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21
= 0.01190383 > 0
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32)
−𝐽11𝐽23𝐽32 − 𝐽12𝐽21𝐽33 − 𝐽13𝐽31𝐽22 + 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21
= 0.37339781 > 0
Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.7) adalah 𝜆1 =
−1.29323327, 𝜆2 = −0.10835942, 𝜆3 = −0.08494607.
-
Jadi, titik keseimbangan 𝑇8 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen
dari persamaan karakteristik (4.7) real negatif.
C. Analisis titik keseimbangan dan kestabilan model dengan pemanenan.
1. Analisis Titik Keseimbangan
Model satu mangsa-dua pemangsa dengan pemanenan telah
diberikan pada model (4.1).
Titik keseimbangan nonnegatif diperoleh dari model (4.1) dengan
𝑞𝑖𝐸𝑖 > 0 adalah sebagai berikut.
1) 𝑇1+ = (0, 0, 0), dan 𝑇2+ = (𝐾, 0, 0)
Titik keseimbangan 𝑇1+ dan 𝑇2+ selalu ada.
2) 𝑇4+ = (𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
)
Jika 𝐸2𝑞2 = 𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2, maka titik 𝑇3+ menjadi titik 𝑇2+.
3) 𝑇6+ = (𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0)
Jika 𝐸1𝑞1 = 𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1, maka titik 𝑇6+ menjadi titik 𝑇2+. Jika 𝐾 =
𝐸1𝑞1+𝑑1
𝑒1𝛼1=
𝐸2𝑞2+𝑑2
𝑒2𝛼2, maka titik 𝑇4+ dan 𝑇6+ menjadi titik 𝑇2+ .
4) 𝑇8+ = (𝑃+∗ , 𝐻1+
∗ , 𝐻2+∗ )
dengan
𝑃+∗ =
𝐾[(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2]
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
−(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
-
𝐻1∗ =
(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
−(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
𝐻2∗ =
(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
−(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
Sintaks titik keseimbangan model dengan pemanenan dapat dilihat pada
lampiran 2.
Kewujudan titik 𝑇8+ditinjau dari dua kasus berikut ini
Kasus I. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut
ini,
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2
(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2
> ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),
(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2
> ((𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1),
(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1
> ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2).
Kasus II. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut
ini,
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2,
-
(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2
> ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),
(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2
> ((𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1),
(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1
> ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2).
2. Analisis kestabilan titik keseimbangan
Matriks Jacobi dari model (4.1) dengan 𝑞𝑖𝐸𝑖 > 0 adalah sebagai
berikut
𝐽+ = [
𝐽11+ 𝐽12
+ 𝐽13+
𝐽21+ 𝐽22
+ 𝐽23+
𝐽31+ 𝐽32
+ 𝐽33+
] (4.8)
dengan
𝐽11+ = 𝑟 −
2𝑟𝑃∗
𝐾− 𝛼1𝐻1
∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12
+ = −𝛼1𝑃∗, 𝐽13
+ = −𝛼2𝑃∗,𝐽21
+ = 𝑒1𝛼1𝐻1∗,
𝐽22+ = 𝑒1𝛼1𝑃
∗ − 2𝑔1𝐻1
∗ − 𝛽1𝐻2
∗ − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1, 𝐽23+ = −𝛽
1𝐻1
∗, 𝐽31+ = 𝑒2𝛼2𝐻2
∗,
𝐽32+ = −𝛽
2𝐻2
∗, 𝐽33+ = 𝑒2𝛼2𝑃
∗ − 𝛽2𝐻1
∗ − 2𝑔2𝐻2
∗ − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2.
1) 𝑇4+ = (𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
)
Dengan mensubstitusi 𝑇4+ pada matriks (4.10) diperoleh
-
𝐽(𝑇4+) = [
𝐽114+ 𝐽12
4+ 𝐽134+
𝐽214+ 𝐽22
4+ 𝐽234+
𝐽314+ 𝐽32
4+ 𝐽334+
]
dengan
𝐽114+ = 𝑟 −
2𝑟(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
𝐽124+ = −
𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
𝐽134+ = −
𝛼2𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
𝐽214+ = 0
𝐽224+ =
𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
−𝐸1𝑞1 − 𝑑1
𝐽234+ = 0
𝐽314+ =
𝑒2𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
𝐽324+ = −
𝛽2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
𝐽334+ =
𝑒2𝛼2𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑2.
Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇4+) diperoleh persamaan karakteristik
sebagai berikut
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114+ + 𝐽33
4+ + 𝐽224+)𝜆2
+(𝐽114+𝐽22
4+ + 𝐽334+𝐽22
4+ + 𝐽114+𝐽33
4+ − 𝐽134+𝐽31
4+) + 𝐽134+𝐽31
4+𝐽224+ − 𝐽11
4+𝐽334+𝐽22
4+, (4.9)
-
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114+ + 𝐽33
4+ + 𝐽224+)𝜆2 + (𝐽11
4+𝐽224+ + 𝐽33
4+𝐽224+ + 𝐽11
4+𝐽334+ − 𝐽13
4+𝐽314+)
+𝐽134+𝐽31
4+𝐽224+ − 𝐽11
4+𝐽334+𝐽22
4+ = 0,
(𝐽224+ − 𝜆)(𝜆2+ − (𝐽11
4+ + 𝐽334+)𝜆 + 𝐽11
4+𝐽334+ − 𝐽13
4+𝐽314+) = 0.
𝜆1 = 𝐽224+ =
𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
−𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
− 𝐸1𝑞1 − 𝑑1, jika
𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
>𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
+ 𝐸1𝑞1 + 𝑑1 maka 𝜆1 < 0. Akar-
akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari persamaan
𝜆2 − (𝐽114+ + 𝐽33
4+)𝜆 + 𝐽114+𝐽33
4+ − 𝐽134+𝐽31
4+ = 0. (4.10)
Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.10)
memiliki solusi akar-akar negatif jika – (𝐽114+ + 𝐽33
4+) > 0 dan 𝐽114+𝐽33
4+ −
𝐽134+𝐽31
4+ > 0.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇4+ stabil asimtotik jika memenuhi kondisi:
a. 𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
>𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
+ 𝐸1𝑞1 + 𝑑1,
b. – (𝐽114+ + 𝐽33
4+) > 0,
c. 𝐽114+𝐽33
4+ − 𝐽134+𝐽31
4+ > 0.
Contoh 4.5
Ambil parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021,
𝛼2 = 0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055,𝑑2 = 0.00065,
𝛽1 = 0.0000008, 𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002,
𝑞1 = 𝑞2 = 1, 𝑝1 = 𝑝2 = 10, 𝑐1 = 𝑐2 = 5,𝐸1 = 0.5244746121,
𝐸2 = 0.0544517015.
-
𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛽1𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝐸1𝑞1 − 𝑑1
= −0.42596825 < 0.
𝑟 −2𝑟(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2
= −1.44411956 < 0.
𝑒2𝛼2𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−
2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝐸1𝑞1 − 𝑑2
= −0.05080039 < 0
𝐽114+𝐽33
4+ − 𝐽134+𝐽31
4+ = 0.07927970 > 0
Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.9) adalah 𝜆1 =
−1.43985922, 𝜆2 = −0.05506073, 𝜆3 = −0.42596825.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇4+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen
dari persamaan karakteristik (4.11) real negatif.
2) 𝑇6+ = (𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
, 0)
Dengan mensubstitusi 𝑇6+ pada matriks (4.10) diperoleh
𝐽(𝑇6+) = [
𝐽116+ 𝐽12
6+ 𝐽136+
𝐽216+ 𝐽22
6+ 𝐽236+
𝐽316+ 𝐽32
6+ 𝐽336+
]
dengan
𝐽116+ = 𝑟 −
2𝑟(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
𝐽126+ = −
𝛼1𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
-
𝐽136+ = −
𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
𝐽216+ =
𝑒1𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
𝐽226+ =
𝑒1𝛼1𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
−𝐸1𝑞1 − 𝑑1
𝐽236+ = −
𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
𝐽316+ = 0, 𝐽32
6+ = 0
𝐽336+ =
𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
−𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1
−𝐸2𝑞2 − 𝑑2.
Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇6+) diperoleh persamaan karakteristik
sebagai berikut
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116+ + 𝐽33
6+ + 𝐽226+)𝜆2
+(𝐽116+𝐽22
6+ + 𝐽336+𝐽22
6+ + 𝐽116+𝐽33
6+ − 𝐽126+𝐽21
6+)𝜆 + 𝐽126+𝐽21
6+𝐽336+ − 𝐽11
6+𝐽336+𝐽22
6+, (4.11)
𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116+ + 𝐽33
6+ + 𝐽226+)𝜆2 + (𝐽11
6+𝐽226+ + 𝐽33
6+𝐽226+ + 𝐽11
6+𝐽336+ − 𝐽12
6+𝐽216+)𝜆
+𝐽126+𝐽21
6+𝐽336+ − 𝐽11
6+𝐽336+𝐽22
6+ = 0
(𝐽336+ − 𝜆)(𝜆2 − (𝐽11
6+ + 𝐽226+)𝜆 + 𝐽11
6+𝐽226+ − 𝐽12
6+𝐽216+) = 0.
𝜆1 = 𝐽336+ =
𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
−𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
− 𝐸2𝑞2 − 𝑑2, jika
𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
>𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
+ 𝐸2𝑞2 + 𝑑2 maka 𝜆1 < 0. Akar-
akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari persamaan
-
𝜆2 − (𝐽116+ + 𝐽22
6+)𝜆 + 𝐽116+𝐽22
6+ − 𝐽126+𝐽21
6+ = 0, (4.12)
Berdasarkan kriteria Routh-Hurwizt pada Teorema 2.3, Persamaan (4.12)
memiliki solusi akar-akar negatif jika −(𝐽116+ + 𝐽22
6+) > 0 dan 𝐽116+𝐽22
6+ −
𝐽126+𝐽21
6+ > 0.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇6 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
, 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)
𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2
) stabil
asimtotik jika memenuhi kondisi:
a. 𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
>𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1
+ 𝐸2𝑞2 + 𝑑2 ,
b. −(𝐽116+ + 𝐽22
6+) > 0,
c. 𝐽116+𝐽22
6+ − 𝐽126+𝐽21
6+ > 0.
Contoh 4.6
Ambil nilai parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000, 𝛼1 = 0.000021,
𝛼2 = 0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055,𝑑2 = 0.00065,
𝛽1 = 0.0000008, 𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002,
𝑞1 = 𝑞2 = 1, 𝑝1 = 𝑝2 = 10, 𝑐1 = 𝑐2 = 5,𝐸1 = 0.5244746121,
𝐸2 = 0.0544517015
𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝐸2𝑞2 − 𝑑2
= −0.4413191553 < 0
𝑟 −2𝑟(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1= −1.4491358 < 0
𝑒1𝛼1𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−
2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)
𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝐸1𝑞1 − 𝑑1
-
= −0.04844204831 < 0
𝐽116+𝐽22
6+ − 𝐽126+𝐽21
6+ = 0.07535874317 > 0
Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.11) adalah 𝜆1 =
−1.44544248, 𝜆2 = −0.05213541, 𝜆3 = −0.44131915.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇6+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen
dari persamaan karakteristik (4.13) real negatif.
3) 𝑇8+ = (𝑃∗, 𝐻1
∗, 𝐻2∗)
Dengan mensubstitusi titik 𝑇8+ pada matriks (4.8) diperoleh
𝐽(𝑇8+) = [𝐽11 𝐽12 𝐽13𝐽21 𝐽22 𝐽23𝐽31 𝐽32 𝐽33
]
dengan
𝐽11 = 𝑟 −2𝑟𝑃∗
𝐾− 𝛼1𝐻1
∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12 = −𝛼1𝑃
∗, 𝐽13 = −𝛼2𝑃∗,𝐽21 = 𝑒1𝛼1𝐻1
∗,
𝐽22 = 𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1
∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1, 𝐽23 = −𝛽1𝐻1
∗, 𝐽31 = 𝑒2𝛼2𝐻2∗,
𝐽32 = −𝛽2𝐻2∗, 𝐽33 = 𝑒2𝛼2𝑃
∗ − 𝛽2𝐻1∗ − 2𝑔2𝐻2
∗ − 𝑑2
𝑃+∗ =
𝐾[(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2]
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
−(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
𝐻1∗ =
(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
−(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
-
𝐻2∗ =
(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
−(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2
𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)
Persamaan karakteristik dari matriks 𝐽(𝑇8+) adalah
𝜆3 + 𝐴1𝜆2 + 𝐴2𝜆 + 𝐴3 = 0 (4.13)
𝐴1 = −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)
𝐴2 = 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32
𝐴3 = 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21 .
Untuk menjamin kestabilan 𝑇8+ harus memenuhi kriteria Routh-Hurtwiz,
yakni 𝐴1 > 0, 𝐴2 > 0,𝐴3 > 0, dan 𝐴1𝐴2 > 𝐴3.
a. 𝐴1 > 0
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0
b. 𝐴2 > 0
𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 + 𝐽13𝐽31 + 𝐽23𝐽32
c. 𝐴3 > 0
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21.
d. 𝐴1𝐴2 > 𝐴3
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32) >
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇8+ stabil asimtotik jika memenuhi kondisi
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0, 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 + 𝐽13𝐽31 +
𝐽23𝐽32, 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21,
-
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32) >
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.
Contoh 4.7
Ambil nilai parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021,𝛼2 =
0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055, 𝑑2 = 0.00065,𝛽1 =
0.0000008,𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002,𝑞1 = 𝑞2 = 1, 𝑝1 =
𝑝2 = 10, 𝑐1 = 𝑐2 = 5,𝐸1 = 0.05244746121,𝐸2 = 0.05445170152
𝑟 −2𝑟𝑃∗
𝐾− 𝛼1𝐻1
∗ − 𝛼2𝐻2∗ = −1.404102857 < 0
𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1
∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1 = −0.04346202910 < 0
𝑒2𝛼2𝑃∗ − 𝛽2𝐻1
∗ − 2𝑔2𝐻2∗ − 𝑑2 = −0.04569273974 < 0
𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32 = 0.13682509 > 0,
𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21
= 0.00319338 > 0,
−(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32)
−𝐽11𝐽23𝐽32 − 𝐽12𝐽21𝐽33 − 𝐽13𝐽31𝐽22 + 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21
= 0.20112173 > 0.
Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.13) adalah 𝜆1 =
−1.39694831, 𝜆2 = −0.05389034, 𝜆3 = −0.04241897.
Jadi, titik keseimbangan 𝑇8+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen
dari persamaan karakteristik (4.13) real negatif.
-
D. Pemanenan Optimal
Pengoptimalan pemanenan merupakan kebijakan yang sangat baik
yang dapat diberikan pada spesies yang bernilai ekonomi. Fungsi
keuntungan secara umum telah diberikan pada persamaan (2.15). Fungsi
keuntungan dibentuk dari hasil pengurangan total pemasukan (TR)
dengan total biaya (TC).
Populasi yang diasusmsikan bernilai ekonomis adalah populasi
pemangsa. Oleh karena itu, pada titik keseimbangan interior 𝑇8+ =
(𝑃+∗ , 𝐻1+
∗ , 𝐻2+∗ ) hanya 𝐻1+
∗ dan 𝐻2+∗ yang disubstitusi ke persamaan (4.8).
Berikut formula fungsi keun