digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...pernyataan keaslian tesis yang...

96
1 KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA THE STABILITY OF ONE PREY- TWO PREDATOR MODEL WITH OPTIMAL HARVESTING ON PREDATORS MUHAMMAD IKBAL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA

    DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

    THE STABILITY OF ONE PREY- TWO PREDATOR MODEL WITH

    OPTIMAL HARVESTING ON PREDATORS

    MUHAMMAD IKBAL

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA

    DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

    Tesis

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

    Program Studi

    Matematika

    Disusun dan diajukan oleh

    MUHAMMAD IKBAL

    kepada

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini

    Nama : Muhammad Ikbal

    NIM : P3500215016

    Program Studi : Magister Matematika

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

    benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

    pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

    hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

    ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut.

    Makassar,

    Yang menyatakan

    Muhammad Ikbal

  • PRAKATA

    Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

    limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tesis yang berjudul “ Kestabilan Model Populasi Satu

    Mangsa-Dua Pemangsa dengan Pemanenan Optimal pada Pemangsa”

    sebagai salah satu syarat penyelesaian studi dan meraih gelar magister

    pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.

    Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan yang

    diberikan oleh berbagai pihak. Maka sudah sepantasnya penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

    yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan bimbingan

    dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Secara khusus penulis

    mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Ayahanda

    Muhammad Amir dan Ibunda Hasriah, kakakku tercinta Mart Indah

    Purnama Sari dan adikku tersayang Sry Rahayu atas segala kasih

    sayang, pengorbanan, doa, dan dukungan yang tiada henti bagi penulis.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya juga

    penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Syamsuddin Toaha, M.Sc. dan Dr.

    Kasbawati, S.Si., M.Si. selaku pembimbing atas segala waktu, arahan,

    dan saran dalam penyelesaian tugas akhir.

  • Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis juga mengucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. Moh. Ivan Azis M.Sc., Prof. Dr. Jeffry Kusuma dan Dr. Budi

    Nurwahyu, MS. selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan

    waktu untuk memberikan arahan dan masukan serta pengetahuan

    kepada penulis demi penyempurnaan tesis ini.

    2. Jamal Usman, S.H. dan Asrul, S.Sos. yang telah memberikan banyak

    dukungan moril.

    3. Teman-teman yang selalu meluangkan waktunya untuk berdiskusi

    dalam penyelesaian tugas akhir ini: A. Muhammad Amil Siddik, S.Si.

    dan Armin, S.Si.,

    Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

    membutuhkannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

    Makassar, November 2017

    Muhammad Ikbal

  • ABSTRAK

    MUHAMMAD IKBAL. Kestabilan Model Satu Mangsa-Dua dengan Pemanenan Optimal pada Pemangsa (dibimbing oleh Syamsuddin Toaha dan Kasbawati)

    Penelitian ini bertujuan mengkaji dinamika model satu mangsa dua pemangsa dengan pemanenan optimal pada kedua pemangsa.

    Penelitian ini menggunakan metode pelinearan sistem di sekitar titik keseimbangan yang positif untuk mengetahui kestabilan titik keseimbangan dari model yang diperoleh. Kestabilan titik keseimbangan dianalisis dengan memperhatikan persamaan karakteristik dari matriks Jacobi titik keseimbangan yang telah dilinearkan. Pemanenan dilakukan dengan memaksimalkan fungsi keuntungan dari kedua pemangsa.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara analitik diperoleh tiga titik keseimbangan yang positif pada tiap-tiap model. Titik keseimbangan yang diperoleh stabil. Simulasi numerik dengan nilai parameter tertentu menunjukkan adanya perbedaan kepadatan populasi pada saat sebelum pemanenan dan setelah pemanenan. Setelah kedua populasi pemangsa dipanen secara konstan, diperoleh yang keuntungan maksimal.

    Kata kunci: model satu mangsa-dua pemangsa, kompetisi intraspesifik, kompetisi interspesifik, fungsi keuntungan, kestabilan titik keseimbangan.

  • ABSTRACT

    MUHAMMAD IKBAL. The Stability of One Prey-Two Predator Model with Optimal Harvesting on Predators (supervised by Syamsuddin Toaha and Kasbawati).

    The research aimed at examining the dynamics of one prey-two predator model with the optimal harvesting on the predators.

    The research used the system linearization method around the positive equilibrium point to find out the equilibrium point stability of the model obtained. The equilibrium point stability was analysed by considering the characteristic equation of Jacobi’s matrix of the equilibrium point having been linearized. The harvesting was conducted by miximizing the profit function of both predators.

    The research result indicates that analytically three positive equilibrium points on every model are obtained. The equilibrium points obtained are stable. The numerical simulations with the certain parameter values indicate the population density differences before and after the harvesting. After both predator populations are harvested constantly, the maximal profit is obtained.

    Keywords: one prey-two predator model, intra-specific competition, inter-specific competition, profit function, equilibrium point stability.

  • DAFTAR ISI

    halaman

    PRAKATA .................................................................................................iv

    ABSTRAK ..................................................................................................vi

    ABSTRACT ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

    E. Ruang Lingkup ............................................................................. 5

    II. KAJIAN PUSTAKA

    A. Model Pertumbuhan Populasi....................................................... 6

    B. Model Mangsa-Pemangsa ............................................................ 7

    C. Fungsi Respon ............................................................................. 8

    D. Sistem Dinamik ........................................................................... 11

    E. Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz ............................................... 14

    F. Nilai Eigen dan Vektor-vektor Eigen ........................................... 15

    G. Keseimbangan Bionomik ............................................................ 16

    H. Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Fungsi Dua Variabel .......... 17

  • Halaman

    I. Model Kompetisi Dua Pemangsa untuk Satu Mangsa ................ 18

    J. Beberapa Contoh Dinamika Populasi Mangsa-Pemangsa ......... 19

    III. METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 25

    A. Jenis Penelitian .......................................................................... 25

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25

    C. Langkah Penelitian ..................................................................... 25

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Model Mangsa-Pemangsa .......................................................... 29

    B. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model tanpa

    Pemanenan ................................................................................ 32

    1. Analisis Titik Keseimbangan ................................................. 32

    2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan ................................ 34

    C. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model dengan

    Pemanenan ................................................................................ 42

    1. Analisis Titik Keseimbangan ................................................. 42

    2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan ................................ 44

    D. Pemanenan Optimal ................................................................... 52

    E. Simulasi Numerik ........................................................................ 57

    1. Model Tanpa Pemanenan ..................................................... 57

    2. Model dengan Pemanenan ................................................... 57

    V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................. 70

    B. Saran ......................................................................................... 71

  • DAFTAR TABEL

    nomor halaman

    4.1. Definisi variabel 30

    4.2. Definisi parameter 30

  • DAFTAR GAMBAR

    nomor halaman

    2.1. Jenis ikan Gizzard Shad 21

    2.2. Jenis ikan Smallmouth Bass 23

    2.3. Jenis ikan Walleye 24

    3.1. Diagram Alur Kerja 28

    4.1. Diagram kompartemen model mangsa-pemangsa 30

    4.2. Batas nilai 𝐸1 dan 𝐸2yang menyebabkan kestabilan pada 𝑇8+ 59

    4.3. Kurva trayektori populasi mangsa (𝐸1 = 0.02 dan 𝐸2 = 0.12) 60

    4.4. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (𝐸1 = 0.02 dan 𝐸2 = 0.12) 60

    4.5. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (𝐸1 = 0.02 dan 𝐸2 = 0.12) 61

    4.6. Kurva trayektori populasi mangsa (𝐸1 = 0.1 dan 𝐸2 = 0.02) 62

    4.7. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (𝐸1 = 0.1 dan 𝐸2 = 0.02) 62

    4.8. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (𝐸1 = 0.1 dan 𝐸2 = 0.02) 63

    4.9. Kurva trayektori populasi mangsa (𝐸1 = 0.12 dan 𝐸2 = 0.12) 64

    4.10. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (𝐸1 = 0.12 dan 𝐸2 = 0.12) 64

    4.11. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (𝐸1 = 0.12 dan 𝐸2 = 0.12) 65

  • nomor halaman

    4.12. Kurva pemanenan optimal 66

    4.13. Kurva trayektori populasi mangsa 68

    4.14. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama 68

    4.15. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua 69

  • DAFTAR LAMPIRAN

    nomor halaman

    1. Sintaks titik keseimbangan model tanpa pemanenan 75

    2. Sintaks titik keseimbangan model dengan pemanenan 76

    3. Sintaks gambar kurva trayektori 78

    4. Sintaks batas nilai 𝐸1 dan 𝐸2 80

    5. Sintaks nilai maksimum fungsi keuntungan 82

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Interaksi antar makhluk hidup menjadi keharusan untuk

    melangsungkan kehidupan. Interaksi yang berlangsung akan memberi

    dampak terhadap kualitas hidup makhluk tersebut. Bertahan hidup

    merupakan alasan yang paling utama dari berbagai macam alasan dalam

    berinteraksi.

    Mengamati interaksi antar makhluk hidup tidaklah mudah. Salah

    satu alternatif disiplin ilmu yang memungkinkan untuk mengamati interaksi

    tersebut ialah pemodelan matematika. Pemodelan matematika pada

    bidang ekologi sangat menarik untuk dikaji mengingat banyaknya faktor-

    faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan populasi mahluk

    hidup. Proses dinamika kehidupan makhluk hidup (organisme) dapat

    dimodelkan secara matematis dengan menggunakan persamaan

    differensial yang melibatkan waktu yang kontinu atau waktu yang diskrit.

    Salah satu model matematika yang digunakan dalam menjelaskan

    fenomena alam tersebut adalah model populasi mangsa-pemangsa.

    Model matematika dapat digunakan untuk menjelaskan prilaku

    fenomena alam yang terjadi, dapat digunakan untuk memprediksi prilaku

  • sistem untuk suatu jangka waktu tertentu, dan dapat juga digunakan untuk

    mengambil suatu kebijakan (Toaha, 2013).

    Salah satu kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan

    makhluk hidup ialah usaha pemanenan. Usaha pemanenan

    dimaksimalkan agar mendapat keuntungan yang maksimal pula, yaitu

    dengan memaksimalkan fungsi keuntungan.

    Kompetisi antar pemangsa dan faktor pemanenan pada

    populasi sangatlah penting dalam disiplin ilmu ekologi. Banyak peneliti

    yang dapat mengembangkan hal-hal menarik dari perilaku dinamika dalam

    populasi ekosistem. Dengan memadukan dua aspek di atas yaitu aspek

    kompetisi antar pemangsa dan pemanenan, maka dinamika populasi

    dapat dinyatakan dalam suatu model. Selain kompetisi antar pemangsa

    (kompetisi interspesifik) aspek menarik lainnya adalah kompetisi antar

    spesies dalam satu populasi (kompetisi intraspesifik). Ali, dkk. (2017)

    mengkaji model tiga populasi dalam rantai makanan dengan kompetisi

    intraspesifik.

    Perbedaan yang mendasar pada penelitian ini dengan beberapa

    penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mengkaji model satu mangsa-

    dua pemangsa yang melibatkan sekaligus dua kompetisi yaitu kompetisi

    interspesifik dan kompetisi intraspesifik serta memanen kedua populasi

    pemangsa.

    Banyak peneliti yang memodelkan interaksi mangsa-pemangsa.

    Ada yang melibatkan usaha pemanenan, adapula yang tidak melibatkan

  • usaha pemanenan. Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2015), mengkaji

    tentang pengaruh pemanenan dan kompetisi antara pemangsa dalam

    model mangsa-pemangsa. Alebraheem dan Hasan (2012) meneliti

    tentang ketahanan pemangsa dalam sistem model mangsa-pemangsa

    dengan solusi non-periodik. Farajzadeh dkk., (2011) dalam jurnalnya

    membahas tentang kestabilan model Gauss satu mangsa dua pemangsa.

    Gakkhar, dkk., (2007) meneliti tentang kompetisi dua pemangsa terhadap

    satu mangsa. Penelitian dari Kar dan Matsuda (2007) membahas tentang

    dinamika global dan kontrol dari model mangsa pemangsa dengan fungsi

    respon Holling tipe III. Gupta dan Chandra (2013) telah menganalisis

    bifurcation dari model Leslie-Gower mangsa-pemangsa dan pemanenan

    dengan metode Michaelis Menten. Upadhyay dan Raw (2011) membahas

    tentang dinamika kompleks dari model rantai makanan tiga spesies

    dengan fungsi respon Holling tipe III. Kar (2010) meneliti tentang model

    reaksi dinamika sistem mangsa-pemangsa. Toaha dkk., (2014)

    membahas tentang analisis kestabilan dan kebijakan pemanenan dengan

    usaha konstan.

    Selanjutnya, penulis akan mengkaji model satu mangsa-dua di

    mana kedua pemangsa berkompetisi secara intraspesifik dan interspesifik.

    Selain itu, populasi pemangsa dianggap bernilai ekonomis sehingga dapat

    dipanen.

  • B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana model mangsa-pemangsa dengan tiga populasi dan suatu

    pemanenan?

    2. Bagaimana menentukan titik keseimbangan dan kestabilan model

    matematika persaingan dua pemangsa untuk memangsa satu

    mangsa?

    3. Bagaimana mengoptimalkan fungsi keuntungan dari usaha

    pemanenan populasi pemangsa pada model mangsa-pemangsa

    tersebut?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini ialah:

    1. Membentuk model matematika mangsa-pemangsa dengan

    pemanenan pada populasi pemangsa.

    2. Menentukan dan menganalisis titik keseimbangan dan kestabilan

    model matematika.

    3. Menganalisis pemanenan optimal dari model dengan tetap

    memperhatikan populasinya agar tidak akan punah.

  • D. Manfaat Penelitian

    Dapat memberikan masukan yang baru tentang model mangsa-

    pemangsa kepada para peneliti yang bergelut dibidang ini.

    E. Ruang Lingkup

    Perlu diberi batasan untuk model yang dimaksud agar ruang

    lingkup penelitian lebih terarah dan lebih jelas. Berikut batasan-batasan

    yang dimaksud :

    1. Model mangsa-pemangsa yang diteliti merupakan model satu mangsa

    dan dua pemangsa.

    2. Pertumbuhan mangsa mengadopsi model pertumbuhan logistik.

    3. Pada pemangsa, fungsi respon yang digunakan adalah fungsi respon

    Holling Tipe I.

    4. Terdapat interaksi antara kedua populasi pemangsa (kompetisi

    interspesifik).

    5. Pada kedua populasi pemangsa, terdapat interaksi antar individu

    dalam populasinya sendiri (kompetisi intraspesifik).

    6. Pemanenan dilakukan pada populasi pemangsa.

  • 20

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Model Pertumbuhan Logistik

    Dalam kajian ilmu pengetahuan kedepannya harus ada

    pengembangan model eksponensial. Verhulst (1838) memperkenalkan

    model pertumbuhan logistik, yaitu:

    𝑑𝑁

    𝑑𝑡= 𝑟𝑁 (1 −

    𝑁

    𝐾)

    (2.1)

    di mana 𝑟 dan 𝐾 adalah konstanta positif. Parameter 𝑟 pada model (2.1)

    menyatakan laju pertumbuhan populasi. Parameter 𝐾 merupakan carrying

    capacity atau kapasitas bawaan.

    Terdapat dua titik keseimbangan pada model (2.1), yaitu 𝑁 = 0

    dan 𝑁 = 𝐾, di mana 𝑑𝑁

    𝑑𝑡= 0.

    Solusi persamaan logistik apabila diketahui nilai awal 𝑁(0) = 𝑁0

    adalah sebagai berikut:

    𝑁(𝑡) =𝐾

    1 + (𝐴0)𝑒−𝑎𝑡, (2.2)

    di mana 𝐴0 =𝐾−𝑁0

    𝑁0. Untuk 𝑡 → ∞ diperoleh 𝑁∞ = 𝐾 yang merupakan

    carrying capacity dari lingkungan tersebut (Murray, 2002).

  • B. Model Mangsa-Pemangsa

    Volterra memperkenalkan model untuk interaksi mangsa-

    pemangsa yang mengeksplor populasi ikan di Mediterranean. Asumsi-

    asumsi yang digunakan adalah mangsa bertumbuh tak terbatas selama

    pemangsa tetap terkontrol dalam melakukan pemangsaan, pemangsa

    bergantung pada kehadiran mangsanya yang bertahan hidup,

    pemangsaan bergantung pada kemungkinan interaksi langsung

    pemangsa terhadap mangsa, dan pertumbuhan pemangsa tergantung

    pada tangkapan mangsa. Berikut ini model yang dikonstruksi dari asumsi-

    asumsi tersebut

    𝑑𝑥

    𝑑𝑡= 𝑎𝑥 − 𝑏𝑥𝑦

    𝑑𝑦

    𝑑𝑡= −𝑐𝑦 + 𝑑𝑥𝑦,

    (2.3)

    dengan 𝑥 dan 𝑦 masing-masing menyatakan kepadatan populasi mangsa

    dan pemangsa, sedangkan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 berturut-turut menyatakan

    pertumbuhan populasi mangsa, laju predasi pemangsa, laju kematian

    pemangsa dan laju pertumbuhan pemangsa. Diasumsikan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 > 0,

    karena setiap populasi berpotensi berkembang biak. Titik keseimbangan

    (�̅�1, �̅�1 ) = (0, 0) dan (�̅�1, �̅�1 ) = (𝑐

    𝑑,𝑎

    𝑏) (Keshet, 2005).

  • C. Fungsi Respon

    Berdasarkan karakteristiknya, fungsi respon Holling terbagi

    dalam empat tipe, yaitu Tipe I (linear), Tipe II (perlambatan), Tipe III

    (sigmoid), dan Tipe IV (nonmonotonik).

    1. Fungsi Respon Holling Tipe I

    Pada fungsi respon Holling tipe I, disumsikan bahwa waktu

    penanganan dan waktu pencarian mangsa dapat diabaikan secara

    bersamaan (Jeschke dkk., 2002). Fungsi ini terjadi pada pemangsa yang

    pasif atau lebih suka menunggu mangsanya. Secara umum, fungsi tipe ini

    menurut Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2013) diberikan oleh

    persamaan,

    𝑓(𝑃) = 𝛼𝑃 (2.4)

    dengan

    𝑃 adalah kepadatan populasi mangsa (𝑃 ≥ 0),

    𝛼 adalah laju interaksi kedua populasi (𝛼 ≥ 0).

    2. Fungsi Respon Holling Tipe II

    Pada fungsi respon Holling tipe II terjadi pada pemangsa

    dengan karakteristik aktif dalam mencari mangsanya. Fungsi ini akan

    meningkat jika konsumsinya mengalami penurunan dan konstan jika

  • mencapai titik jenuh (half saturation). Menurut Gupta dan Chandra (2013),

    fungsi Holling tipe II diberikan oleh persamaan,

    𝐹(𝑥) =𝑎𝑥

    1 + 𝑏𝑥 (2.5)

    dengan

    𝑥 adalah kepadatan mangsa (𝑥 ≥ 0),

    𝑎 adalah laju interaksi kedua populasi (𝑎 ≥ 0),

    𝑏 adalah titik jenuh pemangsa (𝑏 ≥ 0).

    3. Fungsi Respon Holling Tipe III

    Pada tipe ini, hubungan tingkat pemangsaan dan kepadatan

    mangsa bersifat sigmoid, di mana saat kepadatan mangsa rendah, efek

    pemangsaan juga rendah, tetapi jika ukuran populasi meningkat,

    pemangsaan akan lebih intensif (Agarwal dan Pathak, 2012). Fungsi ini

    terjadi pada pemangsayang cenderung mencari mangsa lain ketika

    mangsa utamanya mulai berkurang sehingga variable mangsa menjadi 𝑁2

    dan menyebabkan laju populasi lebih cepat. Fungsi Holling tipe III

    diberikan dengan persamaan, (Ndam dkk., 2012)

    𝑓(𝑃) =𝑐𝑃2

    𝑎 + 𝑃2 (2.6)

    dengan

    𝑃 adalah kepadatan populasi mangsa (𝑃 ≥ 0),

  • 𝑐 adalah laju interaksi kedua populasi (𝑐 ≥ 0),

    𝑎 adalah half-saturation constant (𝑎 ≥ 0).

    4. Fungsi Respon Holling Tipe IV

    Zhang, dkk.(2008) dalam penelitiannya membahas tentang

    dinamika kompleks dari fungsi respon Holling tipe IV. Fungsi respon

    Holling tipe IV yang dimaksud adalah 𝐹(𝑁) =𝑚𝑁

    1+𝑏𝑁+𝑎𝑁2. Persamaan

    tersebut juga digunakan oleh Chatterjee dan Pal (2016) pada

    penelitiannya yang membahas tentang kompetisi antara mangsa dan dua

    pemangsa dengan fungsi respon Holling tipe IV. Persamaan tersebut juga

    disebut fungsi respon tipe Mono-Haldane.

    Pada kondisi 𝑏 = 0, persamaannya akan lebih sederhana menjadi

    𝐹(𝑁) =𝑚𝑁

    1 + 𝑎𝑁2 (2.7)

    di mana

    𝑁 adalah kepadatan populasi mangsa (𝑁 ≥ 0),

    𝑚 adalah laju interaksi kedua populasi (𝑚 ≥ 0),

    𝑎 adalah titik jenuh pemangsa (𝑎 ≥ 0).

    Persamaan (2.7) digunakan oleh Sokel dan Howell (1981) pada

    penelitiannya mengenai kinetika oksidasi phenol.

  • D. Sistem Dinamik

    Sistem fungsi yang bergantung terhadap waktu secara umum

    dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut.

    �̇�1 = 𝑓1(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡),

    �̇�2 = 𝑓2(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡),

    �̇�3 = 𝑓3(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡),

    ⋮ �̇�𝑛 = 𝑓𝑛(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡)

    (2.8)

    dengan �̇� =𝑑𝑥

    𝑑𝑡 dan 𝑓𝑖(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 , 𝑡), 𝑖 = 1,2,… , 𝑛 adalah suatu fungsi

    umum dari 𝑥𝑖 = 1,2,… , 𝑛 dan waktu 𝑡.

    Sistem fungsi yang tak bergantung dengan waktu (sistem

    autonomous) diberikan sebagai berikut,

    �̇�1 = 𝑓1(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛),

    �̇�2 = 𝑓2(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛),

    �̇�3 = 𝑓2(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛),

    �̇�𝑛 = 𝑓𝑛(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛)

    (2.9)

    dengan 𝑓𝑖(𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛), 𝑖 = 1,2,… , 𝑛 adalah yang tak bergantung secara

    eksplisit terhadap waktu 𝑡. Keseimbangan terjadi apabila �̇�𝑖 = 0, 𝑖 =

    1, 2, … , 𝑛. Titik keseimbangan �̅� = (�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) akan memenuhi

    𝑓1(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0,

    𝑓2(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0,

    (2.10)

  • ⋮ 𝑓𝑛(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0

    di mana 𝑓𝑖(�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) = 0, untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛. (Strogatz, 1994)

    Berikut definisi titik keseimbangan dan kestabilan dari sistem

    (2.9).

    Definisi 2.1 (Wiggins, 2003)

    Titik �̅� = (�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) ∈ ℝ𝑛 adalah titik keseimbangan dari sistem (2.9)

    jika 𝑓𝑖 (�̅�) = 0, untuk 𝑖 = 1, 2,… , 𝑛.

    Definisi 2.2 (Wiggins, 2003)

    Titik keseimbangan �̅� ∈ ℝ𝑛pada sistem (2.9) dikatakan:

    1. Stabil jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat suatu 𝛿 = 𝛿(𝜀) > 0 sedemikian

    sehingga untuk setiap solusi 𝑦(𝑡) yang memenuhi |�̅�(𝑡0) − 𝑦(𝑡0)| < 𝛿

    berlaku |�̅�(𝑡) − 𝑦(𝑡)| < 𝜀 untuk setiap 𝑡 > 𝑡0, 𝑡0 ∈ ℝ.

    2. Stabil asimtotik jika titik keseimbangan �̅� ∈ ℝ𝑛 stabil dan terdapat 𝜀 >

    0 sedemikian sehingga untuk setiap solusi 𝑦(𝑡) terdapat suatu

    konstanta 𝑏 > 0, sehingga jika |�̅�(𝑡0) − 𝑦(𝑡0)| < 𝑏 maka lim𝑡→∞

    |�̅�(𝑡) −

    𝑦(𝑡)| = 0.

    3. Tidak stabil jika titik keseimbangan �̅� ∈ ℝ𝑛 tidak memenuhi kondisi

    kesatu maupun kedua.

  • Teorema 2.1 (Boyce dan DiPrima, 2001)

    Titik kritis �̅� = 0 dari sistem linear 𝑑𝑥

    𝑑𝑡= 𝐴𝑥 akan stabil asimtotik jika nilai-

    nilai eigen 𝑟1 dan 𝑟2 real dan negatif atau memiliki bagian real negatif;

    stabil, jika 𝑟1 dan 𝑟2 bernilai imajiner murni; tidak stabil jika 𝑟1 dan 𝑟2

    bernilai real dan positif atau memiliki bagian real positif.

    Adapun definisi matriks Jacobi dari sistem (2.9) adalah sebagai

    berikut:

    Definisi 2.3 (Thomas, dkk. 2014)

    Misalkan �̅� = (�̅�1, �̅�2, �̅�3 … , �̅�𝑛) adalah titik keseimbangan pada sistem

    (2.9), maka matriks Jacobi di titik �̅� = (�̅�1, �̅�2, … , �̅�𝑛) dari sistem tersebut

    adalah

    Jf(x) =

    [

    𝜕𝑓1𝜕𝑥1

    �̅�𝜕𝑓1𝜕𝑥2

    �̅� …𝜕𝑓1𝜕𝑥𝑛

    �̅�

    𝜕𝑓2𝜕𝑥1

    �̅�𝜕𝑓2𝜕𝑥2

    �̅� …𝜕𝑓2𝜕𝑥1

    �̅�

    ⋮ ⋮ ⋮𝜕𝑓𝑛𝜕𝑥1

    �̅�𝜕𝑓𝑛𝜕𝑥2

    x̅ …𝜕𝑓𝑛𝜕𝑥𝑛

    �̅�]

    E. Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz

  • Kriteria kestabilan Routh-Hurwitz digunakan untuk menentukan

    nilai eigen dari suatu persamaan karakteristik. Analisis dilakukan melalui

    koefisien-koefisien persamaan karakteristik tersebut.

    Teorema 2.2. Misalkan diberikan suatu polinomial,

    𝑃(𝜆) = 𝜆𝑛 + 𝑎1𝜆𝑛−1 + ⋯ + 𝑎𝑛 (2.11)

    dengan 𝑎𝑖, 𝑖 = 0,1, … , 𝑛 adalah konstanta real. Persamaan tersebut

    mempunyai 𝑛 buah akar 𝜆1, 𝜆2, … , 𝜆𝑛. Masing-masing akar dapat bernilai

    real atau mungkin bernilai kompleks yang memenuhi 𝑃(𝜆𝑖) = 0, untuk 𝑖 =

    1,2,… , 𝑛.

    Misalkan diberikan sistem linear dengan koefisien konstan, yaitu

    𝑑𝑥

    𝑑𝑡= 𝐴𝒙 (2.12)

    dengan 𝒙 adalah vektor yang berukuran 𝑛 × 1 dan 𝐴 adalah matriks yang

    berukuran 𝑛 × 𝑛.

    Misalkan polinom (2.11) adalah persamaan karakteristik dari

    sistem (2.12), maka nilai eigen dari matriks 𝐴 merupakan akar-akar dari

    polinomial 𝑃(𝜆) tersebut.

    Uji kestabilan Routh-Hurwitz digunakan untuk menentukan jenis

    nilai eigen dari matriks 𝐴, yaitu melalui determinan dari matriks 𝐻𝑛 yang

    disebut dengan matriks Hurwitz. Dalam bentuk umum matriks 𝐻𝑛

    merupakan matriks dengan entri-entri seperti pada persamaan (2.14).

    Jadi, syarat perlu dan cukup agar 𝑃(𝜆) mempunyai nilai eigen dengan

    bagian real yang negatif adalah 𝑎𝑛 > 0, (Murray, 2002)

  • 𝐻1 = [𝑎1]

    𝐻2 = [𝑎1 𝑎31 𝑎2

    ]

    𝐻3 = [

    𝑎1 𝑎3 𝑎51 𝑎2 𝑎40 𝑎1 𝑎3

    ]

    𝐻𝑘 =

    [ 𝑎1 𝑎3 𝑎5 . … .1 𝑎2 𝑎4 . … .0 𝑎1 𝑎3 . … .⋮ ⋮ ⋮ ⋮ … ⋮. . . . … .0 0 . . … 𝑎𝑘]

    (2.14)

    untuk 𝑘 = 1,2, … , 𝑛.

    Teorema 2.3. Uji kestabilan Hurwitz (Keshet, 2005). Semua nilai eigen

    dari persamaan (2.12) memiliki bagian real yang negatif jika dan hanya

    determinan dari semua matriks Hurwitz positif , yaitu

    det[𝐻𝑘] > 0 , 𝑘 = 1,2, … , 𝑛. (2.15)

    F. Nilai Eigen dan Vektor Eigen

    Diberikan suatu persamaan sebagai berikut,

    𝐴𝑥 = 𝑦 (2.16)

    untuk menentukan vektor-vektor, di berikan 𝑦 = 𝜆𝑥, di mana 𝜆 adalah

    scalar yang proporsional. Persamaan (2.16) akan menjadi

  • 𝐴𝑥 = 𝜆𝑥

    (𝐴 − 𝜆𝐼)𝑥 = 0

    (2.17)

    Persamaan (2.17) memiliki solusi tak nol jika dan hanya jika skalar 𝜆

    memenuhi persamaan

    det(𝐴 − 𝜆𝐼) = 0 (2.18)

    Nilai-nilai 𝜆 yang memenuhi persamaan (2.18) disebut nilai eigen dari

    matriks 𝐴, solusi tak nol dari persamaan (2.17) disebut vektor eigen yang

    bersesuaian dengan nilai eigen.

    G. Keseimbangan Bionomik

    Keseimbangan bionomik adalah suatu konsep yang

    mengintegrasikan keseimbangan secara biologi dan keseimbangan

    secara ekonomi. Misalkan terdapat dua populasi yang ditinjau, yaitu 𝑥 dan

    𝑦. Keseimbangan secara ekologi diperoleh ketika populasi berada pada

    kondisi 𝑑𝑥

    𝑑𝑡= 0 dan

    𝑑𝑦

    𝑑𝑡= 0. Titik keseimbangan ini diperoleh dengan

    menyelesaikan sistem persamaan terhadap 𝑥 dan 𝑦. Titik keseimbangan

    ini menyatakan suatu kondisi dimana kedua populasi dalam keadaan

    seimbang, yaitu kedua populasi tidak mengalami perubahan karena laju

    pertumbuhannya nol. Keseimbangan secara ekonomi dikatakan tercapai

    ketika pendapatan total (TR) yang diperoleh dari penjualan stok (populasi)

  • yang dipanen sama dengan biaya total (TC) dari usaha yang dilakukan

    dalam pemanenan populasi.

    Misalkan 𝑐𝑥 adalah biaya pemanenan per unit usaha untuk

    populasi 𝑥, 𝑐𝑦 adalah biaya pemanenan per unit usaha untuk populasi 𝑦,

    𝑐𝑓 adalah biaya tetap pemanenan untuk populasi 𝑥 dan 𝑦, 𝑝𝑥 adalah harga

    per unit biomassa untuk populasi 𝑥, 𝑝𝑦 adalah harga per unit biomassa

    untuk populasi 𝑦. Fungsi keuntungan dari usaha pemanenan populasi 𝑥

    dan 𝑦 diberikan sebagai

    𝜋(𝐸𝑥 , 𝐸𝑦) = 𝑝𝑥𝑥𝐸𝑥 + 𝑝𝑦𝑦𝐸𝑦 − 𝑐𝑓 − 𝑐𝑥𝐸𝑥 − 𝑐𝑦𝐸𝑦 (2.19)

    (Toaha, 2013).

    H. Nilai Maksimum dan Minimum Fungsi Dua Variabel

    Fungsi keuntungan akan dioptimalkan dengan merujuk pada

    definisi nilai maksimum dan nilai minimum. Berikut ini adalah definisi dari

    nilai maksimum lokal dan nilai minimum lokal.

    Definisi 2.4.( Stewart, 2003)

    Fungsi dua variabel mempunyai maksimum lokal di titik kritis (𝑎, 𝑏) jika

    𝑓(𝑥, 𝑦) ≤ 𝑓(𝑎, 𝑏) ∀ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅2 Jika (𝑥, 𝑦) ≤ 𝑓(𝑎, 𝑏) ∀ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅2, maka

    𝑓(𝑎, 𝑏) disebut nilai minimum lokal.

    Untuk memeriksa nilai maksimum atau nilai minimum suatu

    fungsi cukup dengan memperhatikan definisi 2.5. Akan tetapi, apabila

    fungsi yang diberikan rumit, maka alternatif lainnya dengan menguji

  • turunan parsial kedua dari fungsi tersebut. Berikut ini teorema yang

    mendukung.

    Teorema 2.4 (Simon dan Blume, 1994).

    Andaikan 𝑥∗ adalah titik interior dari 𝑓(𝑥1, 𝑥2, . . 𝑥𝑛) yang memenuhi

    𝑑𝑓

    𝑑𝑥𝑖(𝑥∗) = 0 untuk 𝑖 = 1,2, . . 𝑛.

    a. Jika |𝜕2𝑓

    𝜕𝑥12(𝑥∗)| < 0, |

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥12(𝑥∗)

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥2𝜕𝑥1(𝑥∗)

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥1𝜕𝑥2(𝑥∗)

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥22(𝑥∗)

    | > 0, maka 𝑥∗ maksimum

    lokal pada 𝑓.

    b. Jika |𝜕2𝑓

    𝜕𝑥12(𝑥∗)| > 0, |

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥12(𝑥∗)

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥2𝜕𝑥1(𝑥∗)

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥1𝜕𝑥2(𝑥∗)

    𝜕2𝑓

    𝜕𝑥22(𝑥∗)

    | > 0, maka 𝑥∗ minumum

    lokal pada 𝑓.

    I. Model Kompetesi Dua Pemangsa untuk Satu Mangsa.

    Pemodelan matematika oleh Mukhopadhyay dan Bhattacharyya

    (2015) menjelaskan tiga persamaan diferensial dan secara konsisten dua

    pemangsa (𝐻1 dan 𝐻2) memangsa satu mangsa 𝑃. Kedua spesies

    pemangsa tersebut diasumsikan mempunyai interaksi langsung dengan

    mangsa. Kedua populasi pemangsa memberi pengaruh terhadap mangsa

    dan mereka juga berkompetisi. Pengaruh tingkat interaksi dalam angka

    pertumbuhan pesaing diasumsikan proporsional terhadap kepadatan

    populasi pemangsa dengan 𝛽1 dan 𝛽2. Akan tetapi, fungsi predasi dari dua

  • pemangsa dibuat berbeda, satu mengikuti respon Holling tipe I dan yang

    lainnya mengikuti respon Holling tipe II. Disamping mengalami

    pengurangan karena adanya fungsi predasi, populasi mangsa tumbuh

    logistik dengan 𝑟 sebagai laju pertumbuhan intrinsik dan 𝐾 sebagai

    kapasitas bawaan. Diasumsikan juga bahwa pemangsa 𝐻2 dapat dipanen.

    Konstanta 𝐸 dan 𝑞 masing-masing menunjukkan usaha pemanenan dan

    koefisien ketertangkapan. Model kompetisi dua pemangsa untuk satu

    mangsa diberikan sebagai berikut,

    𝑑𝑃

    𝑑𝑡= 𝑟𝑃 (1 −

    𝑃

    𝐾) − 𝛼1𝑃𝐻1 −

    𝛼2𝑃𝐻2ℎ + 𝑃

    𝑑𝐻1𝑑𝑡

    = 𝑒1𝛼1𝑃𝐻1 − 𝛽1𝐻1𝐻2 − 𝑑1𝐻1

    𝑑𝐻2𝑑𝑡

    = 𝑒2 [𝛼2𝑃𝐻2ℎ + 𝑃

    ] − 𝛽2𝐻1𝐻2 − 𝑑2𝐻2 − 𝑞𝐸𝐻2

    (2.17)

    J. Beberapa Contoh Dinamika Populasi Mangsa-Pemangsa

    Wuellner dan Willis (2008) meneliti tentang fish competition

    yang kemudian dimuat pada majalah Pond Boss. Penelitian tersebut

    melibatkan satu mangsa-dua pemangsa. Dua pemangsa tersebut adalah

    Walleye (Sander vitreus) dan Smallmouth Bass (Micropterus dolomieu).

    Pada tahun 2006 dan 2007, South Dakota Department of Game, Fish, and

    Parks (SDGFP) dan South Dakota State University (SDSU) bekerja sama

    untuk meneliti makanan (mangsa) Walleye dan Smallmouth Bass di Lake

    Sharpe, salah satu waduk dari sungai Missouri. Setiap bulan, dari bulan

  • Mei hingga bulan Oktober mereka mengambil sampel penilitian (Walleye

    dan Smallmouth Bass) dengan ukuran berbeda-beda. Pada bulan Juli

    hingga September menemukan Walleye dan Smallmouth Bass memakan

    ikan yang sama yaitu Gizzard Shad (Dorosoma cepedianum).

    1. Gizzard Shad

    Dorosoma adalah bahasa Yunani untuk "tubuh tombak",

    mengacu pada bentuk tombak seperti shad muda. Spesies julukan

    cepedianum mengacu pada naturalis Prancis Citoyen Lacepede. Gizzard

    shad biasanya mudah dibedakan dari threadfin shad oleh fakta bahwa

    proyek rahang atas melampaui rahang bawah. Ahli ichthyologists dapat

    menjalankan jari di bawah mulut ke depan, dan jika kuku jari menangkap

    rahang atas dan membuka mulut, pada kebanyakan kasus ikan itu adalah

    ikan rizzard dan bukan shampo threadfin. Biasanya memiliki 29-35 ruas

    sirip, selisih 20-25 ruas yang ditemukan pada threadfin shad. Permukaan

    bagian atas berwarna biru keperakan. Sirip tidak memiliki warna

    kekuningan yang ada di threadfin shad. Tidak seperti threadfin shad, dagu

    dan mulut pada spesies ini tidak berbintik-bintik dengan pigmen hitam.

    Meskipun spesies umumnya tumbuh dengan panjang 9-14 inci, beberapa

    telah dilaporkan melebihi 20 inci panjangnya. Di Texas rekaman (diambil

    dengan pistol tombak) adalah spesimen 18,25 inci yang beratnya

    mencapai 2,97 pound.

  • Meskipun shad dewasa bertubuh kecil, anak-anak Gizzard shad

    sangat ramping dan lembut terlihat sampai mencapai sekitar 1,25 inci

    panjangnya. Gizzard shad adalah planktivora. Umpan muda pada hewan

    dan tumbuhan mikroskopik, serta larva serangga kecil. Orang dewasa

    memberi makan dengan menyaring makanan kecil dari air dengan

    menggunakan gill insang panjang dan dekat.

    Di Texas, shard ditemukan di semua aliran utama dan waduk.

    Spesies ini berasal dari Amerika Utara bagian timur. Di utara,

    jangkauannya mencakup Sungai Saint Lawrence dan Great Lakes

    (kecuali Danau Superior), dan meluas ke barat ke North Dakota. Gizzard

    shad ditemukan sejauh selatan Meksiko timur, dan sejauh barat New

    Mexico. Spesies ini tidak ditemukan di New England, Florida selatan, atau

    melalui sebagian besar rantai Pegunungan Appalachian.

    (Texas Parks and Wildlife Department, 2017).

    Gambar 2.1. Jenis ikan Gizzard Shad (dikutip dari Texas Parks and Wildlife).

  • 2. Smallmouth Bass

    Smallmouth Bass berasal namanya dari fakta bahwa ujung

    belakang rahang tidak meluas melewati mata, sementara yang dari

    largemouth tidak. Dua sirip punggung dengan bagian berputar-putar dan

    lembut disatukan, tubuh lebih panjang dari dalam, rahang tidak meluas

    melewati mata, garis perunggu di pipi. Bass smallmouth berada di danau

    pedalaman, sungai dan teluk Great Lakes dimana perairannya sejuk dan

    bersih, dan bagian bawahnya adalah batu atau kerikil. Habitat smallmouth

    yang ideal mengandung pelindung seperti batuan shoal, lereng talus, dan

    log terendam. Suhu air 68-70 derajat Fahrenheit, lebih dingin dari pada

    largemouth bass.

    Aktivitas pemijahan dimulai pada musim semi saat suhu air

    mencapai 60 derajat Fahrenheit atau lebih. Si jantan membangun sarang

    di air tenang, biasanya di dekat pantai, atau di hilir dari penyumbatan yang

    menyebabkan arus masuk. Karena si jantan akan menjaga telur dan

    menggaruk yang baru menetas, sarangnya tidak pernah jauh dari air yang

    dalam, atau penutup, di mana ia bisa mundur saat ketakutan. Telur, yang

    lebih besar dari pada bass largemouth, menetas dalam dua sampai tiga

    hari.

    (Tomelleri, 2017)

  • Gambar 2.2. Jenis ikan Smallmouth Bass (dikutip dari website Micighan Department and Nature Resource).

    3. Walleye

    Walleye berwarna zaitun sampai berwarna coklat, dipecah oleh

    garis-garis yang lebih gelap yang membentang di sisi panggul ke perut

    berwarna yang lebih ringan. Ada titik gelap yang mencolok di dasar duri

    terakhir di sirip punggung pertama. Sirip punggung dan sirip dubur jelas

    berduri dan mulutnya berisi sepasukan gigi yang sangat tajam. Walleye

    diberi nama untuk matanya yang besar seperti marmer yang bercahaya,

    yang disebabkan oleh tapetum lucidum, lapisan pigmen reflektif yang

    memungkinkannya melihat mangsa di malam hari dan di perairan gelap

    yang dalam. Jangka hidupnya berkisar antara 5-6 tahun di daerah yang

    sangat diminati sampai 10-20 tahun di perairan yang kurang dieksploitasi.

    Sebuah walleye matang bisa mencapai 30 inci dan beratnya mencapai 20

    kilogram.

    Sensitivitas mereka terhadap cahaya mengharuskan walley

    berkumpul di kolam yang lebih dalam atau di tempat penampungan pohon

  • cekung atau tempat tidur gulma di siang hari. Mereka memanfaatkan

    ketajaman visual mereka untuk memberi makan saat fajar, senja dan

    memasuki jam malam hari. Namun, walley akan memberi makan pada

    siang hari jika airnya suram atau jika cuacanya mendung. Mereka juga

    lebih aktif pada hari-hari berangin saat "walleye chop" menurunkan

    cahaya yang menembus air.

    (Anonim. 2015)

    Gambar 2.3. Jenis ikan Walleye (dikutip dari Edgewire Media).

  • 39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka, yaitu

    mengumpulkan bahan-bahan penelitian melalui jurnal-jurnal dan buku-

    buku yang terkait dengan tema penelitian.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian bertempat di lingkungan Universitas

    Hasanuddin. Waktu penelitian dari awal bulan Desember 2016 hingga

    akhir bulan Oktober 2017.

    C. Langkah Penelitian

    Di dalam subbab ini akan dipaparkan langkah-langkah

    penelitian yang ditempuh peneliti. Berikut langkah-langkah yang

    dimaksud.

    1. Identifikasi Masalah

    Mengidentifikasi masalah untuk menetapkan fokus

    permasalahan penelitian yang berkaitan dengan model mangsa-

  • pemangsa, fungsi respon Holling tipe I dan pemanenan. Hal tersebut

    dilakukan dengan membedah literatur (jurnal ilmiah dan buku) yang

    berkaitan langsung dengan pokok pembahasan.

    2. Studi Literatur

    Mempelajari secara mendalam jurnal-jurnal ilmiah dan buku

    yang terkait dengan permasalahan.

    3. Formulasi Model

    Model dari beberapa jurnal ilmiah dikonstruksi menjadi model

    baru dengan berbagai pertimbangan asumsi yang dikenakan.

    4. Analisis Keseimbangan.

    Titik keseimbangan nonnegatif yang diperoleh dari sistem

    dianalisis.

    5. Analisis Kestabilan

    Analisis kestabilan titik keseimbangan dilakukan pada tiga titik.

    Fokus utama dari penelitian ini pada analisis titik keseimbangan interior.

    6. Analisis Pemanenan Optimal

    Analisis pemanenan optimal dilakukan dengan menentukan titik

    keseimbangan interior model dengan pemanenan, kemudian menganalisis

    fungsi keuntungan.

    7. Simulasi Model

    Simulasi numerik dari model dilakukan dengan menggunakan

    bantuan software.

  • 8. Penarikan Kesimpulan

    Setelah menganalisis dan melakukan simulasi numerik terhadap

    model maka selanjutnya diambil suatu kesimpulan terhadap hasil-hasil

    yang diperoleh. Hasil yang diharapkan adalah adanya titik keseimbangan

    interior yang stabil dan memberikan keuntungan yang optimum.

    9. Penyusunan Laporan

    Pada tahapan ini, disusun laporan tertulis dari semua tahapan

    penelitian yang telah dilakukan.

  • STUDI LITERATUR

    IDENTIFIKASI MASALAH

    FORMULASI MODEL

    MENENTUKAN TITIK

    KESEIMBANGAN DAN ANALISIS

    KESTABILAN

    MENENTUKAN NILAI

    USAHA PEMANENAN DAN

    PROFIT

    SIMULASI NUMERIK

    INTERPRETASI

    Gambar 3.1. Diagram Alur Kerja

  • 43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Model Mangsa-Pemangsa

    Model dinamika populasi satu mangsa-dua pemangsa yang

    dikaji melibatkan interaksi antar pemangsa dan interaksi antar individu

    dalam populasi pemangsa. Berikut asumsi-asumsi yang digunakan dalam

    model.

    1. Laju pertumbuhan mangsa menggunakan laju pertumbuhan

    logistik.

    2. Populasi pemangsa saling berkompetisi mendapatkan mangsa.

    3. Populasi pemangsa menggunakan fungsi respon Holling tipe I

    dalam pemangsaan.

    4. Terdapat kompetisi intraspesifik pada masing-masing pemangsa.

    5. Populasi pemangsa bernilai ekonomis sehingga dapat dipanen.

    Laju pertumbuhan mangsa menggunakan laju pertumbuhan

    logistik banyak dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti

    Gupta dan Chandra (2013). Kompetisi antar pemangsa (interspesifik)

    dikembangkan oleh Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2015). Kompetisi

    intraspesifik dibahas dalam penelitian Ali, dkk.(2017). Pada penelitian

    Toaha dkk., (2014) membahas tentang analisis kestabilan dan kebijakan

    pemanenan dengan usaha konstan.

  • Berikut ini diberikan diagram kompartemen model satu mangsa-

    dua pemangsa dengan pemanenan pada pemangsa.

    Setelah mengkaji lebih mendalam tentang model satu mangsa-

    dua pemangsa dengan pengembangan sesuai asumsi-asumsi di atas,

    model yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

    𝑑𝑃

    𝑑𝑡= 𝑟𝑃 (1 −

    𝑃

    𝐾) − 𝛼1𝑃𝐻1 − 𝛼2𝑃𝐻2

    𝑑𝐻1𝑑𝑡

    = 𝑒1𝛼1𝑃𝐻1 − 𝑔1𝐻12 − 𝛽1𝐻1𝐻2 − 𝑑1𝐻1 − 𝑞1𝐸1𝐻1

    𝑑𝐻2𝑑𝑡

    = 𝑒2𝛼2𝑃𝐻2 − 𝑔2𝐻22 − 𝛽2𝐻1𝐻2 − 𝑑2𝐻2 − 𝑞2𝐸2𝐻2.

    (4.1)

    PEMANGSA PERTAMA (𝐻1) PEMANGSA KEDUA (𝐻2)

    MANGSA (𝑃)

    𝑟𝑃

    𝑒2𝛼2𝑃𝐻2

    𝑞1𝐸1𝐻1

    𝑑2𝐻2 𝑑1𝐻1

    𝑞2𝐸2𝐻2 𝑒1𝛼1𝑃𝐻1

    𝑔2𝐻22

    𝑔1𝐻12

    𝛽2𝐻1𝐻2 𝛽1𝐻1𝐻2

    Gambar 4.1.Diagram kompartemen model mangsa-pemangsa.

  • jika tidak ada pemanenan,

    nonnegatif, jika dilakukan pemanenan

    dengan qiEi, = {

    0,

    𝑖 = 1,2.

    Definisi variabel dan parameter yang digunakan dalam model

    (4.1) ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

    Tabel 4.1.Definisi variabel.

    Variabel Definisi Satuan

    𝑃 Populasi mangsa. Populasi

    𝐻1 Populasi pemangsa pertama.

    Populasi

    𝐻2 Populasi pemangsa kedua.

    Populasi

    Table 4.2. Definisi parameter

    Parameter Definisi Satuan

    𝑟 Laju pertumbuhan intrinsik mangsa.

    1

    waktu

    𝐾 Daya tampung populasi mangsa.

    Populasi

    𝛼1 Angka pemangsaan dari pemangsa pertama.

    1

    populasi x waktu

    𝛼2 Angka pemangsaan dari pemangsa kedua.

    1

    populasi x waktu

    𝑒1 Efisiensi perubahan dari pemangsa pertama.

    -

    𝑒2 Efisiensi perubahan dari pemangsa kedua.

    -

    𝑔1 Koefisien kompetisi intraspesifik pemangsa pertama.

    1

    populasi x waktu

    𝑔2 Koefisien kompetisi intraspesifik pemangsa kedua.

    1

    populasi x waktu

    𝛽1 Koefisien kompetisi pemangsa pertama terhadap pemangsa kedua.

    1

    populasi x waktu

  • Parameter Definisi Satuan

    𝛽2 Koefisien kompetisi pemangsa kedua terhadap pemangsa pertama.

    1

    populasi x waktu

    𝑑1 Laju kematian pemangsa pertama.

    1

    waktu

    𝑑2 Laju kematian pemangsa pertama.

    1

    waktu

    𝑞1 Koefisien ketertangkapan pemangsa pertama.

    -

    𝑞2 Koefisien ketertangkapan pemangsa kedua.

    -

    𝐸1 Usaha pemanenan pemangsa pertama.

    1

    waktu

    𝐸2 Usaha pemanenan pemangsa kedua.

    1

    waktu

    B. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model Tanpa Pemanenan

    1. Analisis Titik Keseimbangan

    Titik keseimbangan nonnegatif diperoleh dari model (4.1)

    dengan 𝑞𝑖𝐸𝑖 = 0 adalah sebagai berikut.

    1) 𝑇1 = (0, 0, 0), dan 𝑇2 = (𝐾, 0, 0)

    Titik keseimbangan 𝑇1 dan 𝑇2 selalu ada.

    2) 𝑇4 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    )

    Jika 𝐾 =𝑑2

    𝑒2𝛼2, maka titik 𝑇4 = (

    𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    ) menjadi

    titik 𝑇2 = (𝐾, 0, 0).

    3) 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0)

  • Jika 𝐾 =𝑑1

    𝑒1𝛼1, maka titik 𝑇6 = (

    𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0)akan

    berimpit menjadi titik 𝑇2 = (𝐾, 0, 0). Jika 𝐾 =𝑑1

    𝑒1𝛼1=

    𝑑2

    𝑒2𝛼2, maka 𝑇4 =

    (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    ) dan titik 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0)

    menjadi titik 𝑇2 = (𝐾, 0, 0).

    4) 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1

    ∗ , 𝐻2∗)

    dengan

    𝑃∗ =𝐾[𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)]

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)

    𝐻1∗ =

    𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 − (𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1)

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)

    𝐻2∗ =

    𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 − (𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2)

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2).

    Sintaks titik keseimbangan model tanpa pemanenan dapat dilihat pada

    lampiran 1.

    Kewujudan titik 𝑇8 ditinjau dari dua kasus sebagai berikut

    Kasus I. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼2

    2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,

    𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,

    𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 > 𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1,

    𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 > 𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2.

    Kasus II. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

  • 𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼2

    2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,

    𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2,

    𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 > 𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1,

    𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 > 𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2.

    2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan

    Matriks Jacobi dari model (4.1) dengan 𝑞𝑖𝐸𝑖 = 0 adalah sebagai

    berikut.

    𝐽 = [𝐽11 𝐽12 𝐽13𝐽21 𝐽22 𝐽23𝐽31 𝐽32 𝐽33

    ] (4.2)

    dengan

    𝐽11 = 𝑟 −2𝑟𝑃∗

    𝐾− 𝛼1𝐻1

    ∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12 = −𝛼1𝑃

    ∗, 𝐽13 = −𝛼2𝑃∗,𝐽21 = 𝑒1𝛼1𝐻1

    ∗,

    𝐽22 = 𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1

    ∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1, 𝐽23 = −𝛽1𝐻1

    ∗, 𝐽31 = 𝑒2𝛼2𝐻2∗,

    𝐽32 = −𝛽2𝐻2∗, 𝐽33 = 𝑒2𝛼2𝑃

    ∗ − 𝛽2𝐻1∗ − 2𝑔2𝐻2

    ∗ − 𝑑2.

    1) 𝑇4 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    )

    Dengan mensubstitusi 𝑇4 pada matriks (4.2) diperoleh

    𝐽(𝑇4) = [

    𝐽114 𝐽12

    4 𝐽134

    𝐽214 𝐽22

    4 𝐽234

    𝐽314 𝐽32

    4 𝐽334

    ],

    dengan

  • 𝐽114 = 𝑟 −

    2𝑟(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛼2𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,

    𝐽124 = −

    𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,

    𝐽134 = −

    𝛼2𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,

    𝐽214 = 0,

    𝐽224 =

    𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑1,

    𝐽234 = 0,

    𝐽314 =

    𝑒2𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    ,

    𝐽324 = −

    𝛽2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2,

    𝐽334 =

    𝑒2𝛼2𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑2.

    Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇4) diperoleh persamaan karakteristik sebagai

    berikut

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114 + 𝐽33

    4 + 𝐽224 )𝜆2 + (𝐽11

    4 𝐽224 + 𝐽33

    4 𝐽224 + 𝐽11

    4 𝐽334 − 𝐽13

    4 𝐽314 )

    +𝐽134 𝐽31

    4 𝐽224 − 𝐽11

    4 𝐽334 𝐽22

    4 , (4.3)

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114 + 𝐽33

    4 + 𝐽224 )𝜆2 + (𝐽11

    4 𝐽224 + 𝐽33

    4 𝐽224 + 𝐽11

    4 𝐽334 − 𝐽13

    4 𝐽314 ) + 𝐽13

    4 𝐽314 𝐽22

    4

    −𝐽114 𝐽33

    4 𝐽224 = 0

    (𝐽224 − 𝜆)(𝜆2 − (𝐽11

    4 + 𝐽334 )𝜆 + 𝐽11

    4 𝐽334 − 𝐽13

    4 𝐽314 ) = 0.

  • 𝜆1 = 𝐽224 =

    𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    −𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    − 𝑑1, jika 𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    >

    𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    + 𝑑1 maka 𝜆1 < 0. Akar-akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari

    persamaan

    𝜆2 − (𝐽114 + 𝐽33

    4 )𝜆 + 𝐽114 𝐽33

    4 − 𝐽134 𝐽31

    4 = 0. (4.4)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.4)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika – (𝐽114 + 𝐽33

    4 ) > 0 dan 𝐽114 𝐽33

    4 > 𝐽134 𝐽31

    4 .

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇4 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    ) stabil

    asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. 𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    >𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    + 𝑑1,

    b. – (𝐽114 + 𝐽33

    4 ) > 0,

    c. 𝐽114 𝐽33

    4 > 𝐽134 𝐽31

    4 .

    Contoh 4.1.

    Ambil nilai parameter 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000, 𝛼1 = 0.000021, 𝛼2 =

    0.00002, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.0008, 𝑑2 = 0.00065, 𝛽1 = 0.00008,

    𝛽2 = 0.0000010, 𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002.

    𝑒1𝛼1𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    −𝛽1𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    − 𝑑1 = −1.38869371 < 0

    𝑟 −2𝑟(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛼2𝐾(𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2= −0.30834159 < 0

    𝑒2𝛼2𝐾(𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑2 = −0.10118754 < 0

    𝐽114 𝐽33

    4 − 𝐽134 𝐽31

    4 = 0.15185365 > 0.

  • Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.3) adalah 𝜆1 =

    −1.37982870, 𝜆2 = −0.11005254, 𝜆3 = −0.30834159.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇4 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.3) real negatif.

    2) 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0)

    Dengan mensubstitusi 𝑇6 = (𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0) pada

    matriks (4.2) diperoleh

    𝐽(𝑇6) = [

    𝐽116 𝐽12

    6 𝐽136

    𝐽216 𝐽22

    6 𝐽236

    𝐽316 𝐽32

    6 𝐽336

    ]

    dengan

    𝐽116 = 𝑟 −

    2𝑟(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1,

    𝐽126 = −

    𝛼1𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1,

    𝐽136 = −

    𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    ,

    𝐽216 =

    𝑒1𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1,

    𝐽226 =

    𝑒1𝛼1𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑1,

    𝐽236 = −

    𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1, 𝐽31

    6 = 0, 𝐽326 = 0,

    𝐽336 =

    𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑2.

  • Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇6) diperoleh persamaan karakteristik sebagai

    berikut

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116 + 𝐽33

    6 + 𝐽226 )𝜆2 + (𝐽11

    6 𝐽226 + 𝐽33

    6 𝐽226 + 𝐽11

    6 𝐽336 − 𝐽12

    6 𝐽216 )

    +𝐽126 𝐽21

    6 𝐽336 − 𝐽11

    6 𝐽336 𝐽22

    6 , (4.5)

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116 + 𝐽33

    6 + 𝐽226 )𝜆2 + (𝐽11

    6 𝐽226 + 𝐽33

    6 𝐽226 + 𝐽11

    6 𝐽336 − 𝐽12

    6 𝐽216 ) + 𝐽12

    6 𝐽216 𝐽33

    6

    −𝐽116 𝐽33

    6 𝐽226 = 0

    (𝐽336 − 𝜆)(𝜆2 − (𝐽11

    6 + 𝐽226 )𝜆 + 𝐽11

    6 𝐽226 − 𝐽12

    6 𝐽216 ) = 0.

    𝜆1 = 𝐽336 =

    𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    −𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    − 𝑑2, jika 𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    >

    𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    + 𝑑2 maka 𝜆1 < 0. Akar-akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari

    persamaan

    𝜆2 − (𝐽116 + 𝐽22

    6 )𝜆 + 𝐽116 𝐽22

    6 − 𝐽126 𝐽21

    6 = 0. (4.6)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.6)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika −(𝐽116 + 𝐽22

    6 ) > 0 dan 𝐽116 𝐽22

    6 > 𝐽126 𝐽21

    6 .

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇6 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    ) stabil

    asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. 𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    >𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    + 𝑑2,

    b. −(𝐽116 + 𝐽22

    6 ) > 0,

    c. 𝐽116 𝐽22

    6 > 𝐽126 𝐽21

    6 .

  • Contoh 4.2.

    Ambil nilai parameter 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021, 𝛼2 =

    0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055, 𝑑2 = 0.0008, 𝛽1 = 0.000008,

    𝛽2 = 0.00008, 𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002.

    𝑒2𝛼2𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑2 = −0.28748621 < 0

    𝑟 −2𝑟(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1= −1.39783651 < 0

    𝑒1𝛼1𝐾(𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝑑1 = −0.09729856 < 0

    𝐽116 𝐽22

    6 − 𝐽126 𝐽21

    6 = 0.14600402

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.5) adalah 𝜆1 =

    −1.39010407, 𝜆2 = −0.10503100, 𝜆3 = −0.28748621.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇6 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.5) real negatif.

    3) 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1

    ∗ , 𝐻2∗)

    Dengan mensubstitusi 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1

    ∗, 𝐻2∗) pada matriks (4.2)

    diperoleh

    𝐽(𝑇8) = [𝐽11 𝐽12 𝐽13𝐽21 𝐽22 𝐽23𝐽31 𝐽32 𝐽33

    ]

    dengan

    𝐽11 = 𝑟 −2𝑟𝑃∗

    𝐾− 𝛼1𝐻1

    ∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12 = −𝛼1𝑃

    ∗, 𝐽13 = −𝛼2𝑃∗,𝐽21 = 𝑒1𝛼1𝐻1

    ∗,

  • 𝐽22 = 𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1

    ∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1, 𝐽23 = −𝛽1𝐻1

    ∗, 𝐽31 = 𝑒2𝛼2𝐻2∗,

    𝐽32 = −𝛽2𝐻2∗, 𝐽33 = 𝑒2𝛼2𝑃

    ∗ − 𝛽2𝐻1∗ − 2𝑔2𝐻2

    ∗ − 𝑑2,

    𝑃∗ =𝐾[𝑑1𝛼2𝛽2 + 𝑑2𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2)]

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼2

    2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),

    𝐻1∗ =

    𝑑1𝛼1𝑔2 + 𝑑2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2 − (𝐾𝑑2𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + 𝑟𝑑2𝛽1)

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),

    𝐻2∗ =

    𝐾𝑑2𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + 𝑟𝑑2𝑔1 − (𝐾𝑑1𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑑1𝛽2)

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼12𝑔2 + 𝐾𝑒2𝛼22𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2).

    Persamaan karakteristik dari matriks 𝐽(𝑇8) adalah

    𝜆3 + 𝐴1𝜆2 + 𝐴2𝜆 + 𝐴3 = 0 (4.7)

    dengan

    𝐴1 = −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)

    𝐴2 = 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32

    𝐴3 = 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21 .

    Untuk menjamin kestabilan 𝑇8 harus memenuhi kriteria Routh-

    Hurwitz, yakni 𝐴1 > 0, 𝐴2 > 0,𝐴3 > 0, dan 𝐴1𝐴2 > 𝐴3.

    a. 𝐴1 > 0

    −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0

    b. 𝐴2 > 0

    𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 + 𝐽13𝐽31 + 𝐽23𝐽32

    c. 𝐴3 > 0

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21

    d. 𝐴1𝐴2 > 𝐴3

  • −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32) >

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇8 = (𝑃∗, 𝐻1

    ∗, 𝐻2∗) stabil asimtotik jika

    memenuhi kondisi −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0, 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 +

    𝐽13𝐽31 + 𝐽23𝐽32, 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 +

    𝐽13𝐽32𝐽21 , −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 −

    𝐽23𝐽32) > 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.

    Contoh 4.3

    Ambil nilai parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021,𝛼2 =

    0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055, 𝑑2 = 0.00065,𝛽1 =

    0.0000008,𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002.

    𝑟 −2𝑟𝑃∗

    𝐾− 𝛼1𝐻1

    ∗ − 𝛼2𝐻2∗ = −1.30823173 < 0

    𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1

    ∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1 = −0.08738952 < 0

    𝑒2𝛼2𝑃∗ − 𝛽2𝐻1

    ∗ − 2𝑔2𝐻2∗ − 𝑑2 = −0.09091751 < 0

    𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32 = 0.25919380 > 0

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21

    = 0.01190383 > 0

    −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32)

    −𝐽11𝐽23𝐽32 − 𝐽12𝐽21𝐽33 − 𝐽13𝐽31𝐽22 + 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21

    = 0.37339781 > 0

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.7) adalah 𝜆1 =

    −1.29323327, 𝜆2 = −0.10835942, 𝜆3 = −0.08494607.

  • Jadi, titik keseimbangan 𝑇8 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.7) real negatif.

    C. Analisis titik keseimbangan dan kestabilan model dengan pemanenan.

    1. Analisis Titik Keseimbangan

    Model satu mangsa-dua pemangsa dengan pemanenan telah

    diberikan pada model (4.1).

    Titik keseimbangan nonnegatif diperoleh dari model (4.1) dengan

    𝑞𝑖𝐸𝑖 > 0 adalah sebagai berikut.

    1) 𝑇1+ = (0, 0, 0), dan 𝑇2+ = (𝐾, 0, 0)

    Titik keseimbangan 𝑇1+ dan 𝑇2+ selalu ada.

    2) 𝑇4+ = (𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    )

    Jika 𝐸2𝑞2 = 𝐾𝑒2𝛼2 − 𝑑2, maka titik 𝑇3+ menjadi titik 𝑇2+.

    3) 𝑇6+ = (𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0)

    Jika 𝐸1𝑞1 = 𝐾𝑒1𝛼1 − 𝑑1, maka titik 𝑇6+ menjadi titik 𝑇2+. Jika 𝐾 =

    𝐸1𝑞1+𝑑1

    𝑒1𝛼1=

    𝐸2𝑞2+𝑑2

    𝑒2𝛼2, maka titik 𝑇4+ dan 𝑇6+ menjadi titik 𝑇2+ .

    4) 𝑇8+ = (𝑃+∗ , 𝐻1+

    ∗ , 𝐻2+∗ )

    dengan

    𝑃+∗ =

    𝐾[(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2]

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    −(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

  • 𝐻1∗ =

    (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    −(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    𝐻2∗ =

    (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    −(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    Sintaks titik keseimbangan model dengan pemanenan dapat dilihat pada

    lampiran 2.

    Kewujudan titik 𝑇8+ditinjau dari dua kasus berikut ini

    Kasus I. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2

    (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2

    > ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),

    (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2

    > ((𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1),

    (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1

    > ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2).

    Kasus II. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 > 𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2,

  • (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2

    > ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2),

    (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2

    > ((𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1),

    (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1

    > ((𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2).

    2. Analisis kestabilan titik keseimbangan

    Matriks Jacobi dari model (4.1) dengan 𝑞𝑖𝐸𝑖 > 0 adalah sebagai

    berikut

    𝐽+ = [

    𝐽11+ 𝐽12

    + 𝐽13+

    𝐽21+ 𝐽22

    + 𝐽23+

    𝐽31+ 𝐽32

    + 𝐽33+

    ] (4.8)

    dengan

    𝐽11+ = 𝑟 −

    2𝑟𝑃∗

    𝐾− 𝛼1𝐻1

    ∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12

    + = −𝛼1𝑃∗, 𝐽13

    + = −𝛼2𝑃∗,𝐽21

    + = 𝑒1𝛼1𝐻1∗,

    𝐽22+ = 𝑒1𝛼1𝑃

    ∗ − 2𝑔1𝐻1

    ∗ − 𝛽1𝐻2

    ∗ − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1, 𝐽23+ = −𝛽

    1𝐻1

    ∗, 𝐽31+ = 𝑒2𝛼2𝐻2

    ∗,

    𝐽32+ = −𝛽

    2𝐻2

    ∗, 𝐽33+ = 𝑒2𝛼2𝑃

    ∗ − 𝛽2𝐻1

    ∗ − 2𝑔2𝐻2

    ∗ − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2.

    1) 𝑇4+ = (𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    )

    Dengan mensubstitusi 𝑇4+ pada matriks (4.10) diperoleh

  • 𝐽(𝑇4+) = [

    𝐽114+ 𝐽12

    4+ 𝐽134+

    𝐽214+ 𝐽22

    4+ 𝐽234+

    𝐽314+ 𝐽32

    4+ 𝐽334+

    ]

    dengan

    𝐽114+ = 𝑟 −

    2𝑟(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    𝐽124+ = −

    𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    𝐽134+ = −

    𝛼2𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    𝐽214+ = 0

    𝐽224+ =

    𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    −𝐸1𝑞1 − 𝑑1

    𝐽234+ = 0

    𝐽314+ =

    𝑒2𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    𝐽324+ = −

    𝛽2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    𝐽334+ =

    𝑒2𝛼2𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝑑2.

    Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇4+) diperoleh persamaan karakteristik

    sebagai berikut

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114+ + 𝐽33

    4+ + 𝐽224+)𝜆2

    +(𝐽114+𝐽22

    4+ + 𝐽334+𝐽22

    4+ + 𝐽114+𝐽33

    4+ − 𝐽134+𝐽31

    4+) + 𝐽134+𝐽31

    4+𝐽224+ − 𝐽11

    4+𝐽334+𝐽22

    4+, (4.9)

  • 𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽114+ + 𝐽33

    4+ + 𝐽224+)𝜆2 + (𝐽11

    4+𝐽224+ + 𝐽33

    4+𝐽224+ + 𝐽11

    4+𝐽334+ − 𝐽13

    4+𝐽314+)

    +𝐽134+𝐽31

    4+𝐽224+ − 𝐽11

    4+𝐽334+𝐽22

    4+ = 0,

    (𝐽224+ − 𝜆)(𝜆2+ − (𝐽11

    4+ + 𝐽334+)𝜆 + 𝐽11

    4+𝐽334+ − 𝐽13

    4+𝐽314+) = 0.

    𝜆1 = 𝐽224+ =

    𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    −𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1, jika

    𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    >𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    + 𝐸1𝑞1 + 𝑑1 maka 𝜆1 < 0. Akar-

    akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari persamaan

    𝜆2 − (𝐽114+ + 𝐽33

    4+)𝜆 + 𝐽114+𝐽33

    4+ − 𝐽134+𝐽31

    4+ = 0. (4.10)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.10)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika – (𝐽114+ + 𝐽33

    4+) > 0 dan 𝐽114+𝐽33

    4+ −

    𝐽134+𝐽31

    4+ > 0.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇4+ stabil asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. 𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2+𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    >𝛽1𝐾(𝐾𝑒2𝛼2−𝐸2𝑞2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    + 𝐸1𝑞1 + 𝑑1,

    b. – (𝐽114+ + 𝐽33

    4+) > 0,

    c. 𝐽114+𝐽33

    4+ − 𝐽134+𝐽31

    4+ > 0.

    Contoh 4.5

    Ambil parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021,

    𝛼2 = 0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055,𝑑2 = 0.00065,

    𝛽1 = 0.0000008, 𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002,

    𝑞1 = 𝑞2 = 1, 𝑝1 = 𝑝2 = 10, 𝑐1 = 𝑐2 = 5,𝐸1 = 0.5244746121,

    𝐸2 = 0.0544517015.

  • 𝑒1𝛼1𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛽1𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝐸1𝑞1 − 𝑑1

    = −0.42596825 < 0.

    𝑟 −2𝑟(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    𝛼2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2

    = −1.44411956 < 0.

    𝑒2𝛼2𝐾(𝐸2𝛼2𝑞2 + 𝑑2𝛼2 + 𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2−

    2𝑔2𝑟(𝐾𝑒2𝛼2 − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22 + 𝑟𝑔2− 𝐸1𝑞1 − 𝑑2

    = −0.05080039 < 0

    𝐽114+𝐽33

    4+ − 𝐽134+𝐽31

    4+ = 0.07927970 > 0

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.9) adalah 𝜆1 =

    −1.43985922, 𝜆2 = −0.05506073, 𝜆3 = −0.42596825.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇4+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.11) real negatif.

    2) 𝑇6+ = (𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    , 0)

    Dengan mensubstitusi 𝑇6+ pada matriks (4.10) diperoleh

    𝐽(𝑇6+) = [

    𝐽116+ 𝐽12

    6+ 𝐽136+

    𝐽216+ 𝐽22

    6+ 𝐽236+

    𝐽316+ 𝐽32

    6+ 𝐽336+

    ]

    dengan

    𝐽116+ = 𝑟 −

    2𝑟(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    𝐽126+ = −

    𝛼1𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

  • 𝐽136+ = −

    𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    𝐽216+ =

    𝑒1𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    𝐽226+ =

    𝑒1𝛼1𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    −𝐸1𝑞1 − 𝑑1

    𝐽236+ = −

    𝛽1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    𝐽316+ = 0, 𝐽32

    6+ = 0

    𝐽336+ =

    𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    −𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1

    −𝐸2𝑞2 − 𝑑2.

    Dari matriks Jacobi 𝐽(𝑇6+) diperoleh persamaan karakteristik

    sebagai berikut

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116+ + 𝐽33

    6+ + 𝐽226+)𝜆2

    +(𝐽116+𝐽22

    6+ + 𝐽336+𝐽22

    6+ + 𝐽116+𝐽33

    6+ − 𝐽126+𝐽21

    6+)𝜆 + 𝐽126+𝐽21

    6+𝐽336+ − 𝐽11

    6+𝐽336+𝐽22

    6+, (4.11)

    𝑓(𝜆) = 𝜆3 − (𝐽116+ + 𝐽33

    6+ + 𝐽226+)𝜆2 + (𝐽11

    6+𝐽226+ + 𝐽33

    6+𝐽226+ + 𝐽11

    6+𝐽336+ − 𝐽12

    6+𝐽216+)𝜆

    +𝐽126+𝐽21

    6+𝐽336+ − 𝐽11

    6+𝐽336+𝐽22

    6+ = 0

    (𝐽336+ − 𝜆)(𝜆2 − (𝐽11

    6+ + 𝐽226+)𝜆 + 𝐽11

    6+𝐽226+ − 𝐽12

    6+𝐽216+) = 0.

    𝜆1 = 𝐽336+ =

    𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    −𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    − 𝐸2𝑞2 − 𝑑2, jika

    𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    >𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    + 𝐸2𝑞2 + 𝑑2 maka 𝜆1 < 0. Akar-

    akar 𝜆2 dan 𝜆3 adalah solusi dari persamaan

  • 𝜆2 − (𝐽116+ + 𝐽22

    6+)𝜆 + 𝐽116+𝐽22

    6+ − 𝐽126+𝐽21

    6+ = 0, (4.12)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwizt pada Teorema 2.3, Persamaan (4.12)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika −(𝐽116+ + 𝐽22

    6+) > 0 dan 𝐽116+𝐽22

    6+ −

    𝐽126+𝐽21

    6+ > 0.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇6 = (𝐾(𝑑2𝛼2+𝑟𝑔2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    , 0,𝑟(𝐾𝑒2𝛼2−𝑑2)

    𝐾𝑒2𝛼22+𝑟𝑔2

    ) stabil

    asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. 𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1+𝑑1𝛼1+𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    >𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1−𝐸1𝑞1−𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12+𝑟𝑔1

    + 𝐸2𝑞2 + 𝑑2 ,

    b. −(𝐽116+ + 𝐽22

    6+) > 0,

    c. 𝐽116+𝐽22

    6+ − 𝐽126+𝐽21

    6+ > 0.

    Contoh 4.6

    Ambil nilai parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000, 𝛼1 = 0.000021,

    𝛼2 = 0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055,𝑑2 = 0.00065,

    𝛽1 = 0.0000008, 𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002,

    𝑞1 = 𝑞2 = 1, 𝑝1 = 𝑝2 = 10, 𝑐1 = 𝑐2 = 5,𝐸1 = 0.5244746121,

    𝐸2 = 0.0544517015

    𝑒2𝛼2𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛽2𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝐸2𝑞2 − 𝑑2

    = −0.4413191553 < 0

    𝑟 −2𝑟(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    𝛼1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1= −1.4491358 < 0

    𝑒1𝛼1𝐾(𝐸1𝛼1𝑞1 + 𝑑1𝛼1 + 𝑟𝑔1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1−

    2𝑔1𝑟(𝐾𝑒1𝛼1 − 𝐸1𝑞1 − 𝑑1)

    𝐾𝑒1𝛼12 + 𝑟𝑔1− 𝐸1𝑞1 − 𝑑1

  • = −0.04844204831 < 0

    𝐽116+𝐽22

    6+ − 𝐽126+𝐽21

    6+ = 0.07535874317 > 0

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.11) adalah 𝜆1 =

    −1.44544248, 𝜆2 = −0.05213541, 𝜆3 = −0.44131915.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇6+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.13) real negatif.

    3) 𝑇8+ = (𝑃∗, 𝐻1

    ∗, 𝐻2∗)

    Dengan mensubstitusi titik 𝑇8+ pada matriks (4.8) diperoleh

    𝐽(𝑇8+) = [𝐽11 𝐽12 𝐽13𝐽21 𝐽22 𝐽23𝐽31 𝐽32 𝐽33

    ]

    dengan

    𝐽11 = 𝑟 −2𝑟𝑃∗

    𝐾− 𝛼1𝐻1

    ∗ − 𝛼2𝐻2∗, 𝐽12 = −𝛼1𝑃

    ∗, 𝐽13 = −𝛼2𝑃∗,𝐽21 = 𝑒1𝛼1𝐻1

    ∗,

    𝐽22 = 𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1

    ∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1, 𝐽23 = −𝛽1𝐻1

    ∗, 𝐽31 = 𝑒2𝛼2𝐻2∗,

    𝐽32 = −𝛽2𝐻2∗, 𝐽33 = 𝑒2𝛼2𝑃

    ∗ − 𝛽2𝐻1∗ − 2𝑔2𝐻2

    ∗ − 𝑑2

    𝑃+∗ =

    𝐾[(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼2𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼1𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2]

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    −(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝛼2𝑔1 + 𝑟𝑔1𝑔2

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    𝐻1∗ =

    (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼22 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝛽1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝑔2

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    −(𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝑔2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝛽1

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

  • 𝐻2∗ =

    (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝐾𝑒1𝛼12 + 𝐾𝑟𝑒1𝛼1𝛽2 + (𝑑2 + 𝑞2𝐸2)𝑟𝑔1

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    −(𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝐾𝑒2𝛼1𝛼2 + 𝐾𝑟𝑒2𝛼2𝑔1 + (𝑑1 + 𝑞1𝐸1)𝑟𝛽2

    𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2 − (𝐾𝑒1𝛼1𝛼2𝛽2 + 𝐾𝑒2𝛼1𝛼2𝛽1 + 𝑟𝛽1𝛽2)

    Persamaan karakteristik dari matriks 𝐽(𝑇8+) adalah

    𝜆3 + 𝐴1𝜆2 + 𝐴2𝜆 + 𝐴3 = 0 (4.13)

    𝐴1 = −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)

    𝐴2 = 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32

    𝐴3 = 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21 .

    Untuk menjamin kestabilan 𝑇8+ harus memenuhi kriteria Routh-Hurtwiz,

    yakni 𝐴1 > 0, 𝐴2 > 0,𝐴3 > 0, dan 𝐴1𝐴2 > 𝐴3.

    a. 𝐴1 > 0

    −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0

    b. 𝐴2 > 0

    𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 + 𝐽13𝐽31 + 𝐽23𝐽32

    c. 𝐴3 > 0

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21.

    d. 𝐴1𝐴2 > 𝐴3

    −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32) >

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇8+ stabil asimtotik jika memenuhi kondisi

    −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33) > 0, 𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 > 𝐽12𝐽21 + 𝐽13𝐽31 +

    𝐽23𝐽32, 𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 > 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21,

  • −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32) >

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21.

    Contoh 4.7

    Ambil nilai parameter berikut 𝑟 = 1.5 , 𝐾 = 10000,𝛼1 = 0.000021,𝛼2 =

    0.000022, 𝑒1 = 0.5, 𝑒2 = 0.5, 𝑑1 = 0.00055, 𝑑2 = 0.00065,𝛽1 =

    0.0000008,𝛽2 = 0.0000010,𝑔1 = 0.00002, 𝑔2 = 0.00002,𝑞1 = 𝑞2 = 1, 𝑝1 =

    𝑝2 = 10, 𝑐1 = 𝑐2 = 5,𝐸1 = 0.05244746121,𝐸2 = 0.05445170152

    𝑟 −2𝑟𝑃∗

    𝐾− 𝛼1𝐻1

    ∗ − 𝛼2𝐻2∗ = −1.404102857 < 0

    𝑒1𝛼1𝑃∗ − 2𝑔1𝐻1

    ∗ − 𝛽1𝐻2∗ − 𝑑1 = −0.04346202910 < 0

    𝑒2𝛼2𝑃∗ − 𝛽2𝐻1

    ∗ − 2𝑔2𝐻2∗ − 𝑑2 = −0.04569273974 < 0

    𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32 = 0.13682509 > 0,

    𝐽11𝐽23𝐽32 + 𝐽12𝐽21𝐽33 + 𝐽13𝐽31𝐽22 − 𝐽11𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽23𝐽31 − 𝐽13𝐽32𝐽21

    = 0.00319338 > 0,

    −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33)(𝐽11𝐽22 + 𝐽11𝐽33 + 𝐽22𝐽33 − 𝐽12𝐽21 − 𝐽13𝐽31 − 𝐽23𝐽32)

    −𝐽11𝐽23𝐽32 − 𝐽12𝐽21𝐽33 − 𝐽13𝐽31𝐽22 + 𝐽11𝐽22𝐽33 + 𝐽12𝐽23𝐽31 + 𝐽13𝐽32𝐽21

    = 0.20112173 > 0.

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.13) adalah 𝜆1 =

    −1.39694831, 𝜆2 = −0.05389034, 𝜆3 = −0.04241897.

    Jadi, titik keseimbangan 𝑇8+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.13) real negatif.

  • D. Pemanenan Optimal

    Pengoptimalan pemanenan merupakan kebijakan yang sangat baik

    yang dapat diberikan pada spesies yang bernilai ekonomi. Fungsi

    keuntungan secara umum telah diberikan pada persamaan (2.15). Fungsi

    keuntungan dibentuk dari hasil pengurangan total pemasukan (TR)

    dengan total biaya (TC).

    Populasi yang diasusmsikan bernilai ekonomis adalah populasi

    pemangsa. Oleh karena itu, pada titik keseimbangan interior 𝑇8+ =

    (𝑃+∗ , 𝐻1+

    ∗ , 𝐻2+∗ ) hanya 𝐻1+

    ∗ dan 𝐻2+∗ yang disubstitusi ke persamaan (4.8).

    Berikut formula fungsi keun