repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29798/3/hasbi... · net...

92

Upload: dangdiep

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

iv

v

ABSTRACT

Hasbi Siraj. 1111046100079. The Influence of Go Public Policy to Financial

Health Level in PT. Bank Panin Syariah. Concentration of Islamic Banking,

Muamalat Department (Islamic Economics), Faculty of Sharia and Law, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015. xiv pages + 73 pages + 5 pages.

The needed of big funds inspired the companies to sell a part of its shares in

the capital market. One of methods that used here is to be a public company (go

public). PT. Bank Panin Syariah since January 15, 2014 has officially listed its shares

on the Indonesia Stock Exchange and become the first Islamic bank to go public. This

research aims to (1) analyze the financial health level of PT. Bank Panin Syariah

before going public, (2) analyze the financial health of PT. Bank Panin Syariah after

going public, and (3) analyze the influence of the go public policy to the financial

health of PT. Bank Panin Syariah.

The data which is used in this research is the secondary data, they are

qualitatively and quantitatively data. The data were obtained from literature studies,

internet, journals and literature relevant to the research. The used of data analysis

method is to compare the financial health of bank pre- go public with post- go

public. The used of the analysis was the analysis of financial ratios of components

contained in RBBR (risk-based bank rating). The study began by analyzing the

financial health of pre- and post- go public through ratios contained in the earnings

and capital factors in RBBR the ROA (return on assets), NOM (net operating margin)

and CAR (capital adequacy ratio). Further research continued on comparison phase

between the financial health of the pre- go public with a post- go public by using

comparison test paired-sample t test.

The results showed that before going public or in the period 2010 – 2013

Panin Bank Syariah overall changed to a better level. Likewise, after going public,

Panin Bank Syariah showed significant growth. However, based on the results of

further tests with comparison test paired-sample t test with SPSS 22, showed that

only CAR ratio that represented the capital factor, there was the average difference

between pre- and post- go public. While the ROA and NOM representing earnings

factor, there was no average difference between pre- and post- go public.

Keywords: Go Public, ROA, NOM, CAR, Paired sample t test

Supervisor: AiniMasruroh, S.EI, MM

Bibliography: 2001 – 2014

vi

ABSTRAK

Hasbi Siraj. 1111046100079. Pengaruh Kebijakan Go Public Terhadap

Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah. Konsentrasi Perbankan

Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. xiv halaman + 73 halaman + 5 halaman.

Kebutuhan dana yang besar menginspirasi perusahaan menjual sebagian

sahamnya di Pasar Modal. Salah satu cara yang digunakan ialah menjadi perusahaan

publik (go public). Bank Panin Syariah sejak 15 Januari 2014 secara resmi

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan menjadi bank syariah pertama

yang go public. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis tingkat kesehatan

keuangan Bank Panin Syariah sebelum go public, (2) menganalisis tingkat kesehatan

keuangan Bank Panin Syariah setelah go public, dan (3) menganalisis pengaruh

kebijakan go public terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder baik yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi kepustakaan,

internet, jurnal serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian. Metode analisis

data yang digunakan yaitu dengan membandingkan kesehatan keuangan bank pra go

public dengan pasca go public. Analisis yang digunakan adalah dengan analisis

komponen rasio keuangan yang terdapat pada RBBR (risk-based bank rating).

Penelitian dimulai dengan menganalisis kesehatan keuangan pra dan pasca go public

melalui rasio yang terdapat pada faktor earning dan capital dalam RBBR yakni rasio

ROA (return on assets), NOM (net operating margin) dan CAR (capital adequacy

ratio). Selanjutnya penelitian dilanjutkan pada tahap perbandingan antara kesehatan

keuangan pra go public dengan pasca go public dengan menggunakan uji beda

paired-sample t test.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum go public atau pada periode

2010 – 2013 Bank Panin Syariah secara keseluruhan mengalami perubahan ke tingkat

yang lebih baik. Begitu juga setelah go public, Bank Panin Syariah menunjukan

pertumbuhan yang sangat signifikan. Namun berdasarkan hasil uji lanjutan dengan uji

beda paired-sample t test dengan SPSS 22 menunjukan bahwa hanya pada rasio CAR

yang mewakili faktor capital, ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca

go public. Sedangkan pada rasio ROA dan NOM yang mewakili faktor earning, tidak

ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public.

Kata Kunci : Go Public, ROA, NOM, CAR, Paired sample t test

Pembimbing : Aini Masruroh, S.EI, MM

Daftar Pustaka : Tahun 2001 s.d. tahun 2014

vii

KATA PENGANTAR

بِْسِم هللاِ الَرْحَمِن الَرِحْيمِ

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat

dengan menurunkan islam sebagai petunjuk bagi umat manusia dengan ajaran yang

sempurna dan menyeluruh. Shalawat dan salam tercurahkan kepada sang pembawa

berita gembira, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari

kegelapan kepada cahaya, dari zaman jahiliyah ke zaman berperadaban.

Alhamdulilllah, penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Go Public

Terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah” telah dapat

diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit

tantangan dan dinamika yang dihadapi. Namun, atas bimbingan, kerja keras, bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak, memberikan semangat

bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris

Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa

viii

memberikan arahan dan semangat serta yang dengan sabar telah membantu proses

pengajuan judul hingga tahap akhir penyelesaian skripsi.

3. Ibu Aini Masruroh, S.EI, MM, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis serta telah

meluangkan waktu agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

5. Segenap Dosen dan Staf Akademik Faklutas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tambahan

ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi amal

jariyah yang terus mengalir sampai hari akhir.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sanusi, S.Pd dan Umi Nurhasanah yang telah

banyak memberikan semangat, inspirasi, saran, doa dan dukungan baik secara

moril maupun materil bagi penulis. Serta untuk kedua adik tercinta Khairunnisa

(Icut) dan Syihab Azkia (Eneng) yang selalu menjadi penyemangat kepada

penulis untuk menggapai kesuksesan.

7. Someone special in my heart, Siska Puspitasari yang selalu ada dan senantiasa

menemani serta memberikan perhatian yang begitu besar untuk penulis agar terus

semangat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kawan-kawan Perbankan Syariah B 2011 yang selama empat tahun ini berjuang

bersama dalam mewujudkan cita-cita. Khususnya Subhi, Sherty, Nimas dan Fina.

ix

9. Kawan-kawan seperjuangan yang dipersatukan oleh Internasional Seminar FSH

dan menjadi keluarga kedua di Ciputat. Bunga, Suci, Rina, Wiza, Eko, Bu Indah,

Ka Indra, Ka Dayat.

10. Keluarga Ideologis, Center For Islamic Economics Studies (C.O.I.N.S) lembaga

kajian keilmuan yang selama ini menjadi tempat penulis berdiskusi dan

berdialektika serta mengembangkan diri.

11. Keluarga besar HMI Komfaksy, BEM FSH, HMPS Muamalat, Q-Pro Academy,

Pengurus Harian Pojok Bursa IPOT, KKN P.E.A.R.L yang menjadi tempat

penulis belajar berorganisasi dan bersosialisasi.

12. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak

mengurangi rasa terima kasih.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat

ganda. Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal

mungkin memberikan yang terbaik. Akan tetapi penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan adanya beberapa

keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis

berharap Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.

Jakarta, 19 Agustus 2015

x

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 8

C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 10

F. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan..................................................................................... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis ............................................................................................ 13

xi

1. Bank ......................................................................................................... 13

2. Bank Syariah ............................................................................................ 14

3. Go Public ................................................................................................. 16

4. Kesehatan Bank ........................................................................................ 22

5. Risk-based Bank Rating ........................................................................... 23

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 30

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 37

B. Jenis Penelitian ............................................................................................... 37

C. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 40

D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 41

1. Analisis Kesehatan Keuangan Bank Syariah ........................................... 41

2. Uji Beda Paired sample t test................................................................... 45

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Bank Panin Syariah ................................................................. 47

B. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pra Go Public ................................. 50

C. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pasca Go Public ............................. 57

D. Analisis Hasil Uji Beda Paired sample t test ................................................. 66

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 69

B. Saran ............................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional .............................................. 16

2.2 Penilaian Tingkat GCG ....................................................................................... 26

2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu ......................................................................... 34

3.1 Sumber Data Kuantitatif Penelitian ..................................................................... 40

3.2 Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan ............................................................... 41

4.1 Corporate Values Bank Panin Syariah ................................................................ 49

4.2 Peringkat Profil Risiko ......................................................................................... 52

4.3 Hasil Self Assessment Penilaian GCG .................................................................. 52

4.4 CAR Bank Panin Syariah ..................................................................................... 55

4.5 Pemegang Saham Pra Go Public dan Pasca Go Public ....................................... 58

4.6 Peringkat Komposit Profil Risiko dan GCG ........................................................ 61

4.7 Rasio Keuangan Bank Panin Syariah Pra Go Public dan Pasca Go Public ......... 66

4.8 Output Penghitungan ROA, NOM dan CAR dengan SPSS 22 ........................... 67

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................................... 11

2.1 Proses Penawaran Umum Saham ....................................................................... 21

3.1 Evaluasi Data Sekunder ..................................................................................... 39

4.1 Sejarah Singkat Bank Panin Syariah .................................................................. 48

4.2 Grafik Fluktuasi Laba Bersih ............................................................................ 53

4.3 Grafik Fluktuasi BOPO ...................................................................................... 53

4.4 Grafik Fluktuasi ROA ........................................................................................ 54

4.5 Grafik Fluktuasi CAR ........................................................................................ 55

4.6 Grafik Pertumbuhan Total Aset ......................................................................... 55

4.7 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ............................................................ 56

4.8 Grafik Perbandingan Total Ekuitas .................................................................... 59

4.9 Grafik Perbandingan CAR ................................................................................. 59

4.10 Grafik Perbandingan Laba Bersih ...................................................................... 60

4.11 Grafik Perbandingan BOPO ............................................................................... 60

4.12 Grafik Perbandingan ROA ................................................................................ 60

4.13 Grafik Perbandingan Total Aset......................................................................... 62

4.14 Grafik Perbandingan ROA Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 ............. 63

xiv

4.15 Grafik Perbandingan NOM Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 ............ 64

4.16 Grafik Perbandingan CAR Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 ............. 65

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I :Ikhtisar Keuangan Bank Panin Syariah Periode 2010 – 2014

Lampiran II :Ikhtisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014

Lampiran III :Output Penghitungan Uji Paired-sample t test dengan SPSS 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank Syariah telah menjadi primadona lembaga keuangan di Indonesia. Terbukti

dari berbagai pencapaian yang diraihnya sejak pertama kali berdiri tahun 1992 yakni

Bank Muamalat Indonesia.

Prestasi yang sering dibicarakan terkait bank syariah tidak lain ialah prestasi

tentang pencapaian dalam meningkatkan pangsa pasar dan peningkatan pertumbuhan

aset. Sudah begitu banyak didengungkan dalam berbagai seminar, diskusi dan bahkan

pelajaran diruang-ruang kelas perkuliahan terkait dengan hal tersebut. Tidak terhitung

berapa banyak media cetak maupun media online yang menggemborkan berita positif

terkait bank yang dijalankan tanpa riba ini.

Total aset bank syariah di tahun 2011 berkembang begitu pesat. Bahkan

pertumbuhan total aset bank syariah pada saat itu mencapai angka 49%. Angka

tersebut meningkat dari Rp 97 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 149 triliun di tahun

2011.1

Dengan melihat pesatnya perkembangan keuangan syariah di Indonesia,

khususnya perbankan syariah. Optimisme terus ditancapkan oleh seluruh pihak yang

berkepentingan. Bahkan dalam ajang Global Islamic Finance Report (GIFR) 2011,

Indonesia berhasil menempati peringkat keempat terbesar di dunia. Penilaian tersebut

1Subkhan, Aset Bank Syariah Naik 49 Persen, Tempo (www.tempo.co), 23 Januari 2012, Diakses

pada 4 Februari 2015

2

didasarkan pada Islamic Finance Country Index (IFCI) dengan melihat

pengembangan institusi keuangan di tiap negara. Peringkat Indonesia hanya berada

dibawah negara-negara yang memang lebih dahulu menerapkan sistem keuangan

syariah yakni Iran, Malaysia dan Saudi Arabia.2

Sulit rasanya menghitung sudah berapa banyak raihan-raihan yang telah dicapai

bank dengan konsep bagi hasil tersebut. Bahkan hingga awal tahun 2014 kemarin

masih begitu banyak berita-berita yang bernada positif.

Hingga akhirnya mungkin pasar perbankan syariah di Indonesia mulai

menunjukan titik jenuhnya. Bank syariah yang sebelumnya terus memberikan raihan

positif dan bahkan digadang-gadang mampu menandingi eksistensi perbankan

konvensional yang lebih dulu hadir ternyata ditemukan banyak mengalami stagnansi.

Diberbagai daerah muncul pemberitaan yang kurang baik bagi pengembangan

bank syariah di Indonesia secara keseluruhan, salah satunya di daerah Riau. Bank

Indonesia menyatakan kondisi bank umum syariah untuk triwulan II-2014 di Provinsi

Riau menunjukkan kondisi yang relatif stagnan. Stagnansi ini terlihat dari

pertumbuhan aset, penghimpunan dana maupun pembiayaan yang lebih rendah dari

periode sebelumnya.3

Keadaan serupa juga terjadi di daerah lainnya. Salah satu yang cukup

mengkhawatirkan terjadi di daerah Banten. Daya tarik bank syariah dikatakan belum

2Subkhan, Indonesia Berpeluang Jadi Pusat Perbankan Syariah Dunia, Tempo (www.tempo.co),

06 Februari 201, Diakses pada 4 Februari 2015 3Irwan Kelana, Bank Syariah di Riau Stagnan, Republika (www.republika.co.id), 01 Oktober

2014. Diakses pada 4 Februari 2015

3

mampu menandingi daya tarik dari suku bunga perbankan konvensional yang

mengalami kenaikan dari 7,52% menjadi 7,93%. Ketidakberdayaan ini berdampak

pada pertumbuhan aset. Pertumbuhan aset perbankan syariah di Banten mengalami

anjlok pada kuartal II tahun 2014 menjadi 4,15% jika dibanding dengan pertumbuhan

sebesar 8,21% pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.4

Rupanya jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam bukan

menjadi jaminan perkembangan keuangan syariah bergerak cepat. Ini dibuktikan

dengan tidak beranjaknya pangsa pasar perbankan syariah yang hanya berkisar

diangka 5 persen. Dan total aset yang dimiliki perbankan syariah secara nasional

hanya Rp 250 triliun. Ini masih jauh dibandingkan dengan perbankan konvensional

yang mencapai Rp 5 ribu triliun.5

Untuk menganalisis permasalahan yang terjadi, Jagdish N.Sheth menjawab lewat

buku The Self Destructive Habits of Good Companies (2007). Menurutnya ada tujuh

kebiasaan buruk perusahaan sukses yang menyeret mereka ke pusaran masalah dan

jurang keterpurukan. Tiga teratas adalah menolak realitas baru (denial), sombong

(arrogance) dan berpuas diri atas pencapaian yang ada (complacency).6

Ketiga poin yang disampaikan oleh Sheth menjadi cambuk tersendiri bagi seluruh

pihak yang berkecimpung dalam pengembangan keuangan syariah di Indonesia.

4Cahyo Eko, Stagnan, Industri Perbankan Syariah di Banten, Berita Moneter

(www.beritamoneter.com), 21 Agustus 2014, Diakses pada 4 Februari 2015 5Stagnan, Perkembangan Perbankan Syariah, Radar Jogja (www.radarjogja.co.id), 05 Januari

2015, Diakses pada 4 Februari 2015 6Teguh S Pambudi. Menu Wajib di Buku Agenda. SWA, 25, XXIX (November, 2013), h.27

4

Sehingga stagnansi yang terjadi menjadi suatu hal yang cukup serius untuk dikaji dan

mendapat perhatian khusus.

Banyak argumen yang dihasilkan dari berbagai pengamatan yang dilakukan

terkait stagnansi. Sebagian pendapat mengatakan bahwa lemahnya sumber daya

manusia dari sisi kualitas maupun kuantitas, kurangnya sosialisasi yang dilakukan

perbankan syariah, jaringan kantor yang masih sedikit dan regulasi yang belum

berpihak.7

Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi bank syariah, dibutuhkan sebuah

strategi pengembangan yang dapat mencakup keseluruhan aspek untuk diselesaikan.

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia beberapa waktu lalu dikatakan tengah

menggodok rancangan strategi untuk pengembangan pasar keuangan syariah pada

umumnya dan bank syariah khususnya. Strategi tersebut dikatakan harus memiliki

lima pilar utama, diantaranya adalah pengembangan instrumen keuangan syariah,

optimalisasi dana publik, supervisi regulasi, keterlibatan aktif dilembaga

internasional, dan sosialisasi.8

Dengan kelima pilar yang dipaparkan tersebut, jika realisasinya berjalan dengan

baik maka optimisme untuk pertumbuhan bank syariah kembali positif tentu kembali

meningkat. Inovasi produk ternaungi dalam pilar pertama, kemudian kesulitan

pendanaan dapat diatasi dengan pilar kedua, dan begitulah selanjutnya sampai pada

7A. Syarifudin, Peluang dan Tantangan Bank Syariah. Jurnal Bimas Islam Vol.4 No.4 (2011).

h.645 8Ini Lima Pilar Strategi Pengembangan Keuangan Syariah, (www.mysharing.co), 29 Oktober

2014, Diakses pada 9 Februari 2015

5

pemahaman masyarakat terkait dengan ekonomi islam dapat ditanamkan dengan

berbagai sosialisasi yang masif.

Dari lima pilar yang dikatakan mampu menjawab permasalahan stagnansi

perbankan syariah, sepertinya dapat dipersempit menjadi beberapa poin penting.

Salah satu yang terpenting adalah pilar kedua yakni optimalisasi dana publik. Pilar

kedua ini menjadi penting karena jika pilar kedua tidak terpenuhi, maka sangat besar

kemungkinan bahwa pilar kesatu inovasi produk dan pilar kelima sosialisasi tidak

dapat terlaksana. Argumennya cukup jelas, karena pilar kesatu dan kelima

memerlukan dana yang cukup besar untuk dilaksanakan.

Pilar pengembangan perbankan syariah yang berfokus pada penambahan modal

atau dana terdapat di pilar kedua. Dan tidak tanggung-tanggung bahwa dana yang

akan dioptimalisasi adalah dana publik yang begitu besar jumlahnya. Terlebih lagi

jika alternatif pilihan yang diambil adalah dengan menjadi perusahaan publik (Go

Public).

Untuk menjadi perusahaan publik, bank syariah dapat melakukan penawaran

umum perdana (Initial Public Offering / IPO). Istilah Penawaran Umum Perdana

(Initial Public Offering/IPO) saham atau disebut juga sebagai Go Public dapat

didefiniskan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham ditawarkan/dijual

kepada publik/masyarakat. Selain saham, istilah Penawaran Umum Perdana (IPO)

juga dapat dikaitkan dengan penawaran/penjualan obligasi perusahaan kepada publik.

6

Namun untuk Go Public, istilah tersebut hanya berlaku untuk IPO saham atau

penawaran umum perdana saham.9

Sedangkan dalam Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak

terdapat definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang

dijelaskan adalah mengenai penawaran umum efek dan mekanismenya, dimana

saham dan obligasi termasuk dalam kategori efek. Perusahaan yang akan melakukan

IPO atau penawaran umum perdana harus mengajukan pernyataan pendaftaran

kepada Bapepam-LK untuk memperoleh pernyataan efektif.10

Awal 2014, tepatnya tanggal 15 Januari 2014, Bank Panin Syariah menjadi bank

syariah pertama yang mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia.11

Bank Panin

Syariah yang notabene merupakan bank syariah yang lebih muda jika dibandingkan

dengan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri telah melakukan

penawaran saham perdana (Initial Public Offering / IPO).

Tentu menjadi hal yang patut ditelaah lebih dalam terkait dengan kebijakan yang

diambil bank Panin Syariah ini. Terlebih lagi kebijakan tersebut diambil ditengah

keadaan dimana bank-bank syariah besar belum melakukan penawaran saham

perdana.

Keputusan untuk go public merupakan keputusan bisnis yang dipilih setelah

memperhitungkan berbagai manfaat dan konsekuensinya. Banyak sekali manfaat

9Nor Hadi, Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis di Instrumen Keuangan Pasar Modal

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.36 10

Ibid. h.36 11

Sri Wiyanti, Panin Bank Syariah Jadi Bank Syariah Pertama IPO di Indonesia,

(www.merdeka.com), 15 Januari 2014, Diakses pada 9 Februari 2015

7

yang dapat diperoleh perusahaan ketika menjadi perusahaan yang go public namun

ada pula beberapa konsekuensi yang harus dipertimbangkan.

Keuntungan perusahaan yang go public dengan melakukan penawaran umum,

diantaranya:12

Perusahaan dapat meningkatkan potensi mendapatkan tambahan modal

daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing)

Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham

utama dan pemegang saham minoritas

Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder

Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan

Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan menawarkan opsi

(option)

Sedangkan konsekuensi dari go public adalah:

Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran umum

Meningkatkan pengeluaran dan pemaparan potensi kewajiban berkenaan

dengan registrasi dan laporan berkala

Hilangnya control terhadap persoalan manajemen karena terjadi dilusi

kepemilikan saham

12

M. Irsan Nasarudin. dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Cet.7 (Jakarta: Kencana, 2011)

h.215-216

8

Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan dan

pembagian deviden

Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat sesuai

dengan perhitungan perusahaan

Jika dilihat sekilas, memang konsekuensi yang dihadapi perusahaan yang

melakukan go public tidak sebesar manfaat yang akan diraih. Diperlukan sebuah studi

komprehensif lebih lanjut terkait dengan permasalahan yang dipaparkan diatas.

Berdasarkan urgensi dari kebijakan go public dan untuk merealisasikan pilar-pilar

pengembangan keuangan syariah khususnya pilar kedua serta menjawab

kekhawatiran yang dihadapi pengambil keputusan di bank syariah, peneliti hendak

melakukan penelitian terkait dengan bagaimana pengaruh kebijakan go public yang

dilakukan Bank Panin Syariah terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian dilakukan

dengan membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan kebijakan go public.

Adapun judul dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Kebijakan Go Public terhadap

Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah”.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, agar tidak terlalu meluas pembahasannya

penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan membandingkan data dari laporan keuangan PT.

Bank Panin Syariah pra dan pasca go public yakni tahun 2013 dan 2014.

9

Namun, analisis deskriptif kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah

disajikan mulai tahun 2010.

2. Variabel yang diteliti adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam metode

Risk Based Bank Rating (RBBR) yakni pada faktor Earning dan Capital.

Faktor Risk Profile dan Good Corporate Governance (GCG) tidak digunakan

karena fokus penelitian hanya sebatas laporan keuangan bank yang

dipublikasikan. Adapun variabel yang diteliti adalah ROA, NOM, CAR.

C. Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penilitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra Go Public?

2. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pasca Go Public?

3. Bagaimana Pengaruh Kebijakan Go Public terhadap tingkat kesehatan

keuangan Bank Panin Syariah?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra Go Public

2. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pasca Go

Public

3. Menganalisis pengaruh kebijakan Go Public terhadap tingkat kesehatan

keuangan Bank Panin Syariah.

10

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pihak Perseroan (Perbankan)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi

pihak manajemen perseroan dalam penetapan kebijakan terutama

menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan rasio keuangan.

b. Bagi Pihak Investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan berupa

sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan

dalam penentuan investasi.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan referensi

untuk memungkinkan penelitian lebih lanjut mengenai topik-topik yang

berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan atau melengkapi.

F. Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan perbankan merupakan hal yang menarik untuk dianalisis,

karena dengan melihat laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kondisi

keseluruhan bank tersebut. Dengan metode analisis yang tepat, dapat diketahui

bagaimana tingkat kesehatan bank. Metode analisis kesehatan perbankan terbaru

berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 adalah metode penilaian

kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank rating).

11

Bank Panin Syariah

Laporan Keuangan

Pasca Go Public

Analisis RBBR (Metode RGEC)

Paired Sample t Test

Kondisi Kesehatan Bank Pasca Go

Public (ROA, NOM, CAR)

Kondisi Kesehatan Bank Pra Go

Public (ROA, NOM, CAR)

Kesimpulan

Laporan Keuangan Pra

Go Public

Analisis RBBR (Metode RGEC)

Dalam metode RBBR terdapat 4 (empat) faktor yang diperhitungkan, yakni Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital. Namun dalam penelitian

ini hanya digunakan 2 (dua) faktor yaitu earning dan capital. Laporan keuangan

yang digunakan berbeda, yakni, laporan keuangan pra dan pasca bank go public.

Setelah diketahui kondisi tingkat kesehatan keuangan bank, maka analisis selanjutnya

adalah untuk mengetahui apakah kebijakan go public memiliki pengaruh atau tidak.

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

12

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan

yang terdiri dari 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penilitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdapat uraian teori-teori terkait dengan bank, bank syariah, Go Public,

Kesehatan Bank dan RBBR. Selain itu disajikan juga terkait dengan penelitian

terdahulu yang relevan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab terdapat pembahasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian,

metode penentuan sampel, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian berupa Profil terkait Bank Panin Syariah,

Kondisi kesehatan pra go public, Kondisi kesehatan pasca go public dan

Analisis hasil Uji beda Paired-sample t test.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan

yang telah dibahas sebelumnya dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Bank

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang

dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari definisi bank diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu bank merupakan suatu

lembaga yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, seperti tabungan, deposito maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan

tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun

bentuk-bentuk lainnya. Maka bank bisa juga disebut sebagai lembaga perantara yang

bergerak dibidang keuangan (financial intermediary).

Berdasarkan UU No.10 Tahun 1998, terdapat dua cara yang dapat ditempuh oleh

bank dalam menjalankan usahanya, yaitu:

a. Secara Konvensional

Dalam hal ini bank menggunakan cara-cara yang biasa dipraktekan dalam dunia

perbankan pada umumnya, yaitu menggunakan instrumen “bunga” (interest).

Bank akan memberikan jasa bunga tertentu kepada penabung, deposan atau giran.

Disisi lain, bank akan mengenakan jasa atau biaya bunga kepada debitur, tentunya

dengan tingkat yang lebih tinggi.

14

b. Prinsip Syariah

Pada butir 13 Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1998, dijelaskan bahwa “Prinsip

syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak

lain atau penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan

modal (musyarakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”.

2. Bank Syariah

Bank Syariah atau yang biasa disebut juga Bank Islam adalah bank yang

beroperasi dengan tidak menggunakan instrumen bunga (interest). Bank Syariah

adalah lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan dengan

berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, bahwa

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit

usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan usahanya. Sedangkan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

operasionalnya berdasarkan prinsip syariah.1

1Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Deepublish,

2014), h.11

15

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Saat ini banyak istilah

yang diberikan untuk menyebut entitas bank islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa

Bunga (Interest-Free Bank) dan Bank Syariah (Sharia Bank) atau Bank Prinsip Bagi

Hasil (Loss and Profit Sharing). Di Indonesia sendiri secara teknis yuridis

penyebutan Bank Islam memperguanakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang

secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.2

Dalam beberapa hal, bank konvensioanl dan bank syariah memiliki persamaan,

terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer

yang digunakan, syarat-syarat memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,

proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan

mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur

organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.3

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan

ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Sebagai pengawas

operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan syariah, maka

dalam struktur organisasinya terdapat Depan Pengawas Syariah.

Selain itu, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan

antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan

negeri, tetapi sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

2Ibid, h.11

3Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h.29

16

Adapun perbedaan bank syariah dengan bank konvensional disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Aspek Bank Syariah Bank Konvensional

Cara Memperoleh

Keuntungan

Jual-beli, Bagi Hasil, Jasa Bunga, Jasa

Produk Pembiayaan/Kredit Multiproduk Produk Tunggal (Kredit)

Lembaga Pengawas

OJK, BI, DSN MUI dan

DPS

OJK dan BI

Orientasi Bisnis Profit dan Falah Oriented Profit Oriented

Sumber: data diolah

3. Go Public

Go Public dapat didefiniskan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham

ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Semua perusahaan tertutup memiliki

kesempatan untuk menjadi perusahaan publik dengan menawarkan dan menjual

sebagian sahamnya kepada publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak terdapat

definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang dijelaskan

adalah mengenai penawaran umum efek dan mekanismenya, dimana saham dan

obligasi termasuk dalam kategori efek. Perusahaan yang akan melakukan IPO atau

17

penawaran umum perdana harus mengajukan pernyataan pendaftaran kepada

Bapepam-LK untuk memperoleh pernyataan efektif.4

Adapun manfaat go public yang dikutip dari Buku Panduan Go Public yang

diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh sumber pendanaan baru

Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk

ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan.

Dengan menjadi perusahaan publik, kendala tersebut akan lebih mudah

diselesaikan.

b. Memberikan keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) untuk

pengembangan usaha.

Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak

competitive advantage untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang.

c. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui

penerbitan saham baru.

Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah sau cara yang

cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha

perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa memiliki

nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya

diperdagangkan di Bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih

4Nor Hadi, Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis di Instrumen Keuangan Pasar Modal

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.36

18

mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat merger atau

akuisisi tersebut.

d. Peningkatan kemampuan Going Concern

Kemampuan Going Concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap

dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat

mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan pembayaran

utang kepada pihak ketiga, perpecahan diantara para pemegang saham pendiri,

atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan dibidang usahanya.

e. Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image)

Dengan Go Public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan

komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut

untuk mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan

citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif

bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak

perusahaan yang berskala kecil hingga menengah karena dengan menjadi

perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi

setara dengan perusahaan besar lainnya yang telah memiliki skala bisnis yang

besar dan pengalaman historis yang lama.

f. Meningkatkan Nilai Perusahaan (Company Value)

Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa,

setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan

19

kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak

terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai

perusahaan secara keseluruhan.

Sedangkan konsekuensi yang harus diambil diantaranya, sebagai berikut:

a. Berbagi Kepemilikan

Hal ini dapat diartikan bahwa persentase kepemilikan akan berkurang. Banyak

perusahaan yang hendak Go Public merasa enggan karena khawatir akan

kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu

dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual

kepada publik melalui proses Penawaran Umum (Initial Public Offering/IPO)

tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat

mempertahankan kendali perusahaan.

b. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku

Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan

tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat

berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham,

pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai

pemenuhan peraturan tersebut karena terdapat pihak profesional yang dapat

dimanfaatkan jasanya untuk membimbing dan membantu pemenuhan peraturan

tersebut.

20

Proses penawaran umum saham dapat dikelompokan menjadi 4 tahapan utama

yang harus dilalui, yaitu:5

a. Tahap Persiapan

b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

c. Tahap Penjualan Saham (pemasaran dan penawaran umum)

d. Tahap Pencatatan di Bursa Efek Indonesia

Adapun untuk gambaran secara lebih terperinci, dijelaskan pada gambar dibawah

ini:

5ibid, h.40

21

Internal

Perusahaan

Bapepam-LK

(OJK)

Pasar

Sekunder

Pelaporan Pasar

Perdana

Pra

Pencatatan

Proses

Pencatatan

Pasca

Pencatatan

Gambar 2.1

Proses Penawaran Umum Saham

Sumber: Nor Hadi (2013)

1. Rencana Go Public

2. RUPS

3. Penunjukan :

Underwriter

Profesi

Penunjang

Lembaga

Penunjang

4. Mempersiapkan

Dokumen

5. Konfirmasi kepada

Agen Penjual dan

Penjamin Emisi

6. Kontrak

Pendahuluan

dengan Bursa Efek

7. Public Expose

8. Penandatanganan

Perjanjian

1. Emiten

Menyampaikan

Pernyataan

Pendaftaran

2. Ekpose Terbatas di

Bapepam-LK

(OJK)

3. Evaluasi:

Kelengkapan

Dokumen

Kecukupan dan

Kejelasan

Informasi

Keterbukaan

4. Komentar Tertulis

dalam 45 hari

5. Pernyataan

Pendaftaran

Dinyatakan Efektif

1. Penawaran

oleh

Sindikasi

Penjamin

Emisi dan

Agen

Penjual

2. Penjatahan

Kepada

Pemodal

3. Penyerahan

Efek

Kepada

Pemodal

1. Emiten

Mencatatkan

Efeknya di

Bursa

2. Perdagangan

Efek di

Bursa

1. Laporan

Berkala

2. Laporan

Kejadian

Penting

dan

Relevan

22

4. Kesehatan Bank

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank

wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi

dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan

strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga

menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan

masyarakat pengguna jasa bank.6

Perkembangan usaha bank yang senantiasa bersifat dinamis dan berpengaruh

pada tingkat risiko yang dihadapi, maka metodologi penilaian Tingkat Kesehatan

Bank perlu disempurnakan agar dapat lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan

di waktu yang akan datang. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar penilaian

Tingkat Kesehatan Bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan

fokus pada risiko yang signifikan, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

serta penerapan prinsip kehati-hatian. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan

menyempurnakan penilaian Tingkat Kesehatan Bank menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko dan menyesuaikan faktor-faktor penilaian Tingkat Kesehatan

Bank. Sesuai PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

6Aditya Wira Perdana Setiawan, Pengaruh Komponen Risk-base Bank Rating Terhadap Harga

Saham Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008 – 2011,

(Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2012), h.17 – 18

23

Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank

berbasis risiko (RBBR) menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur

dalam PBI No.6/10/PBI/2004.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating) merupakan penilaian yang komprehensif

dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi

penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan.

Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas

melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu. Karena penilaian

dilakukan secara komprehensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada

risiko yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada Bank dalam rangka

menetapkan tindak lanjut pengawasan.

Selain itu sejalan dengan penerapan pengawasan berdasarkan risiko maka

pengawasan tidak cukup dilakukan hanya untuk bank secara individual tetapi juga

harus dilakukan terhadap bank secara konsolidasi termasuk dalam penilaian tingkat

kesehatan. Oleh karena itu, penilaian Tingkat Kesehatan Bank juga harus mencakup

penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi.

5. Risk Based Bank Rating

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011, mentode penilaian

kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-base Bank Rating)

merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian

yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Assets, Management,

24

Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Metode RBBR

menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat Edaran Bank

Indonesia No. 13/24/DPNP adalah sebagai berikut:

a. Profil Risiko (Risk Profile)

Profil risiko menjadi dasar penilaian tingkat kesehatan bank pada saat ini

dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan

akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risiko yang

diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank terdiri dari:

1) Risiko Kredit

2) Risiko Pasar

3) Risiko Operasional

4) Risiko Likuiditas

5) Risiko Hukum

6) Risiko Stratejik

7) Risiko Kepatuhan

8) Risiko Reputasi

b. Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian terhadap GCG merupakan penilaian manajemen bank atas pelaksanaan

prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis atas pelaksanaan

prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana dimaksud pada kecukupan tata kelola

(governance) atas struktur, proses dan hasil penerapan GCG pada Bank dan

25

informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada data dan

informasi yang relevan.

Berdasarkan Surat Edaran BI, bank harus melaksanakan penilaian sendiri (self

assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) Faktor

Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu:

1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris

2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi

3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite

4) Penanganan benturan kepentingan

5) Penerapan fungsi kepatuhan

6) Penerapan fungsi audit intern

7) Penerapan fungsi audit ekstern

8) Penerapan manajemen risiko termasuk sistem

9) Pengendalian intern

10) Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party)

11) Penyediaan dana besar (large exposure)

12) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank

13) Laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal

14) Rencana strategis bank

Berikut adalah tingkat penilaian GCG yang dilakukan secara self assessment oleh

Bank:

26

Tabel 2.2

Penilaian Tingkat GCG

Kriteria Nilai

Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik

1.5 < Nilai Komposit < 2.5 Baik

2.5 < Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik

3.5 < Nilai Komposit < 4.5 Kurang Baik

Nilai Komposit > 4.5 Tidak Baik

Sumber: Aditya Wira Perdana Setiawan (2012)

Semakin kecil nilai komposit self assessment GCG menunjukan semakin baik

kinerja GCG perbankan. GCG merupakan mekanisme untuk mengatur dan

mengeloa bisnis serta untuk meningkatkan kemakmuran perusahaan. Mekanisme

GCG yang baik akan memberikan perlindungan kepada para investor dan

kreditur untuk memperoleh kembali hasil investasi dengan wajar, tepat dan

seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang

dilakukannya untuk kepentingan perusahaan.7

c. Rentabilitas (Earning)

Rasio Rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat

efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian

7Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja

Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI

13/24/DPNP/2011), (Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2013) h. 35

27

rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan

laba.8

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian tehadap kinerja, sumber-

sumber dan keberlanjutan dari rentabiltas bank. Penilaian dilakukan dengan

mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilias bank dan

perbandingan kinerja bank dengan peer group baik melalui aspek kuantitatif

maupun kualitatif.9

Adapun rasio utama yang digunakan dalam mengukur rentabilitas adalah Net

Interest Margin (NIM) pada Bank Konvensional atau Net Operating Margin

(NOM) pada Bank Syariah. NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga

terhadap rata-rata aktiva produktif. Sedangkan NOM adalah rasio yang digunakan

untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui

perbandingan pendapatan operasional dengan rata-rata aktiva produktif.

Selain NIM/NOM terdapat pula rasio penunjang dalam pengukuran rentabilitas

yakni Return On Assets (ROA). ROA adalah rasio rentabilitas yang menunjukan

antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukan tingkat

efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan.10

8Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Tangerang: UIN Jakarta

Press, 2013) h.99 9Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja

Keuangan Perbankan, h. 35 10

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h.101

28

d. Permodalan (Capital)

Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam

menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula

digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan

yang dimiliki para pemegang sahamnya. Perhitungan aspek permodalan bank

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk

menanggung risiko yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank

kepada pihak lain.11

Dalam melakukan perhitungan permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan

permodalan, bank juga harus mengaitkan dengan profil risiko bank. Semakin

tinggi profil risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk

mengantisipasi risiko tersebut.12

Adapun rasio utama yang digunakan dalam aspek permodalan yaitu rasio

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai

rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan

modal minimum yang harus dimiliki bank.

CAR sendiri yaitu merupakan rasio modal (Modal Inti + Modal Pelengkap

+Modal Pelengkap Tambahan) setelah dikurangi dengan Penyertaan terhadap

11

Ibid, h. 90 12

Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja

Keuangan Perbankan, h. 36

29

Aktiva Teritmbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-

masing aktiva bank setelah dikaitkan dengan masing-masing bobot risiko aktiva

tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang

paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR menunjukan nilai

aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.13

Dalam ATMR, aktiva yang dihitung mencakup aktiva yang tercantum dalam

neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Terhadap masing-masing jenis

aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarannya didasarkan pada kadar

risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri.

ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang

bersangkutan dengan bobot resiko dari pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva

adminstratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening

administratif yang bersangkutan dengan pos rekening tersebut. Langkah terakhir

dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian nominal pos –

pos aktiva neraca dengan bobot resiko.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank

yang sehat harus memiliki CAR minimal 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS).14

13

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h.93 14

Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja

Keuangan Perbankan, h. 36

30

B. Penelitian Terdahulu

Indah Suci Lestari (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Initial

Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan

Banten Periode 2009 – 2010”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis

perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, (2) Menganalisis kesehatan perseroan

pra IPO dengan analisis rasio keuangan, (3) Menganalisis kesehatan perseroan pasca

IPO dengan analisis rasio keuangan, (4) Menganalisis pengaruh IPO terhadap kinerja

keuangan perseroan.

Metode analisis data yang digunakan yaitu membandingkan kinerja keuangan

perseroan pra IPO dengan pasca IPO. Analisis yang digunakan untuk mengetahui hal

tersebut adalah dengan analisis rasio keuangan termasuk rasio CAMEL (Capital,

Assets, Management, Earnings, Liquidity) di dalamnya. Penelitian dimulai dengan

menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, lalu menganalisis kinerja

keuangan pra dan pasca IPO dengan analisis rasio, seperti ROA, ROE, NPM, OPM,

DER, PBV, EPS, PER, CAR, ATTM, NIM, BOPO, dan LDR. Setelah dianalisis

kinerja keuangan pada masing-masing periode, selanjutnya penelitian dilanjutkan

pada tahap perbandingan antara kinerja keuangan pra IPO dengan pasca IPO dengan

menggunakan uji beda paired-sample t test.

Hasil dari analisis perubahan struktur modal menunjukkan bahwa pendanaan bank

BJB lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan pendanaan dari

kewajiban jangka panjang. Pendanaan bank BJB di tahun 2010 mengalami perubahan

yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (pra IPO). Setelah

31

penawaran umum, pendanaan bank BJB 73,95 persennya diambil dari ekuitas

pemegang saham, sedangkan sisanya didanai oleh utang jangka panjang. Kinerja

keuangan bank BJB dari tahun ke tahun baik sebelum IPO maupun setelah IPO selalu

menempati peringkat komposit antara 1 dan 2 sehingga tergolong kategori baik/sehat.

Hal ini juga dibuktikan dengan tetap bertahannya harga saham bank BJB pada level

di atas Rp 1.100,00 di mulai dari saat IPO 8 Juli 2010 sampai 1 Maret 2011 yang

memiliki nilai PBV 2,34 kali.

Kemudian untuk hasil dari Paired-Samples t Test dengan SPSS 15, diperoleh t

hitung < t tabel (1,899 < 2,201) dan signifikansi (0,084 > 0,05) sehingga Ho diterima,

ini artinya tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan antara sebelum IPO dengan

setelah IPO. Maka dapat disimpulkan bahwa IPO tidak mempengaruhi kinerja

keuangan bank BJB untuk periode 2009 hingga 2010.

Hening Asih Widyaningrum, dkk (2014) melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank

Rating (RBBR) (Studi kasus pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia dalam sub sektor perbankan tahun 2012. Penilaian dengan

metode Risk-Based Bank Rating terdiri dari empat faktor risk profile, Good

Corporate Governance, earning dan capital dari setiap bank. Penelitian ini

melakukan penilaian terhadap dua faktor dari keempat faktor yang ada, yakni earning

dengan rasio Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), serta capital

32

dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil

penelitian yang diperoleh dari Return On Asset menunjukkan masih terdapat bank

yang tidak sehat dengan nilai Return On Asset di bawah 1,25%. Penilaian Net Interest

Margin menunjukkan keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat

digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio

Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara

keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10% sehingga

masuk ke dalam bank sehat.

Muhamad Ibadil M (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based

Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis pengaruh NPL, NIM, LDR, BOPO,

CAR, PDN, dan GCG terhadap tingkat kinerja keuangan perbankan yang diukur

dengan ROA. Metode pendekatan yang dipakai adalah RBBR, sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia SEBI 13/24/DPNP/2011. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah semua Bank Umum di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah

20 bank umum di Indonesia (periode 2008 – 2012). Pengambilan sampel yang

digunakan dengan teknik sampling dan analisis metode purposive. Dan analisis data

dengan regresi linier berganda.

33

Berdasarkan hasil pengujian, dapat dicatat bahwa ROA dipengaruhi oleh NPL,

NIM, LDR, BOPO, CAR, PDN dan GCG. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial (t

test), uji penentuan koefisien dan tes signifikansi simultan (f test). Hasil penelitian

menunujukan bahwa NPL, NIM CAR dan BOPO berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja keuangan (ROA). Akan tetapi LDR, PDN dan GCG tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).

Nurul Shiyam Aprila (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Perbandingan Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia

dengan Menggunakan Metode RGEC Periode 2008-2012”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada Bank Muamalat

Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode RGEC

dan untuk mendeskripsikan perbedaan tingkat kinerja keuangan bank teresbut.

Peneilitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder.

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah independent sample t test dengan

menggunakan SPSS 19.0.

Hasil analisis menunjukan bahwa secara keseluruhan kinerja kedua bank dari

metode analisis rasio keuangan yang ditinjau dari aspek REC pada periode 2008-

2012 yang meliputi NPF1, NPF2, PDN, FDR, ROA, CAR1 dan CAR2 dapat diperoleh

kesimpulan bahwa secara deskriptif kinerja Bank Syariah Mega Indonesia lebih baik

dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Analisis NPF1, NPF2, PDN, ROA dan

CAR1 yang digunakan dalam analisis rasio keuangan pada Bank Muamalat Indonesia

dan Bank Syariah Mega Indonesia pada periode 2008 – 2012 menunjukan bahwa

34

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja. Akan tetapi untuk rasio FDR

dan CAR2 membuktikan terdapatnya perbedaan yang signifikan antara Bank

Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia.

Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu pada table berikut :

Tabel 2.3

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti dan

Judul

Model Analisis

& Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Indah Suci Lestari.

Skripsi. IPB

(2011)

Pengaruh Initial

Public Offering

(IPO) Terhadap

Kinerja Keuangan

Pada PT Bank

Jawa Barat dan

Banten Periode

2009 – 2010

Uji beda paired

sample t test

ROA, ROE,

NPM, OPM,

DER, PBV,

EPS, PER,

CAR, ATM,

NIM, BOPO

dan LDR

IPO tidak

mempengaruhi

kinerja

keuangan bank

BJB untuk

periode 2009

hingga 2010.

- Penggunaan

model analisis

Uji beda

paired sample

t test

- Tema

penelitian

terkait

pengaruh IPO

- Objek

penelitian

antara Bank

Pembangunan

Daerah

dengan Bank

Syariah

- Penggunaan

variabel

penelitian

2 Hening Asih

Widyaningrum,

dkk. Jurnal

Administrasi

Bisnis. Universitas

Brawijaya (2014)

Deskriptif

dengan

Pendekatan

Kuantitatif

ROA, NIM,

Dari ROA

menunjukan

masih ada

bank yang

tidak sehat.

Penilaian NIM

- Penggunaan

metode

analisis

kesehatan

Risk-based

Bank Rating

- Objek

penelitian

antara satu

Bank

Syariah

yang listing

35

Analisis Tingkat

Kesehatan Bank

dengan

Menggunakan

Metode Risk-based

Bank Rating

(RBBR) (Studi

pada Bank yang

Terdaftar di BEI

dalam IHSG

Subsektor

Perbankan Tahun

2012)

CAR dan CAR

menunjukan

keseluruhan

bank sehat.

- Penggunaan

variabel

penelitian

ROA, CAR

dan NIM

(pada bank

syariah

NOM)

di BEI

dengan

seluruh

Bank yang

listing di

BEI

3 Muhamad Ibadil

M. Skripsi.

Universitas

Diponegoro (2013)

Analisis Pengaruh

Risiko, Tingkat

Efisiensi dan Good

Corporate

Governance

Terhadap Kinerja

Keuangan

Perbankan

(Pendekatan

Regresi linier

berganda

Dependen :

ROA

Independen :

NPL, NIM,

LDR, BOPO,

CAR, PDN dan

GCG

Variabel NPL,

NIM, CAR dan

BOPO

berpengaruh

signifikan

terhadap ROA.

Sedangkan

LDR, PDN dan

GCG tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap ROA

- Penggunaan

pendekatan

metode

analisis

kesehatan

Risk-based

Bank Rating

- Objek dan

tema

penelitian

yang sangat

berbeda

36

Beberapa

Komponen

Metode Risk-based

Bank Rating SEBI

13/24/DPNP/2011)

4 Nurul Shiyam

Aprila. Skripsi.

UIN Jakarta

(2013)

Analisis

Perbandingan

Kinerja Bank

Muamalat

Indonesia dan

Bank Syaraiah

Mega Indonesia

Menggunakan

Metode RGEC

Periode 2008 –

2012

Independent

sample t test

NPF1, NPF2,

PDN, FDR,

ROA, CAR1

dan CAR2

Variabel NPF1,

NPF2, PDN,

ROA dan

CAR1 tidak

terdapat

perbedaan

signifikan

diantara kedua

bank. Akan

tetapi FDR dan

CAR2 terdapat

perbedaan yang

signifikan.

- Penggunaan

pendekatan

metode

analisis

kesehatan

Risk-based

Bank Rating

- Penggunaan

metode

analisis yang

sedikit

berbeda

antara paired

sample t test

dan

independent

sample t test

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang bersifat mikroekonomi yakni PT Bank

panin syariah. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh yang diakibatkan oleh

kebijakan go public manajemen terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin

Syariah. Analisis yang digunakan dengan cara membandingkan kondisi kesehatan

bank pra go public dan pasca go public yakni periode 2013 dan 2014. Namun,

analisis deskriptif kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah disajikan mulai

tahun 2010.

Tingkat kesehatan keuangan bank tersebut dianalisis dengan metode RBBR (Risk

Based Bank Rating). Dalam metode RBBR terdapat 4 faktor yang diperhitungkan

yakni Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital (RGEC).

Adapun variabel yang digunakan untuk melihat kesehatan keuangan bank tersebut

adalah ROA, NOM dan CAR yang terdapat dalam faktor earning dan capital.

Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh go public terhadap ROA,

NOM dan CAR digunakan analisis dengan uji beda paired sample t test.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Data Sekunder atau yang dikenal

juga dengan nama Penelitian Meja (Desk Study). Dalam penelitian ini peneliti tidak

perlu mencari data melalui survey, baik lewat kuesioner ataupun lewat wawancara.

Peneliti juga tidak perlu melakukan observasi di lapangan. Semua data sudah tersedia,

38

hanya perlu untuk mengumpulkan melalui berbagai media baik cetak maupun

elektronik.1

Media cetak yang dapat dijadikan sumber diantaranya adalah buku-buku yang

relevan, laporan penelitian sebelumnya, jurnal-jurnal yang diterbitkan lembaga,

laporan prospektus perusahaan dan lain-lain. Adapun media elektronik yang dapat

dijadikan sumber adalah internet. Namun data yang diperoleh harus dievaluasi

sebelum dimasukan ke dalam laporan.

Evaluasi dari data sekunder yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara dibawah

ini:

1Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata

Publishing, 2013), h.94-95

39

Gambar 3.1

Evaluasi Data Sekunder

Sumber : Hendri Tanjung & Abrista Devi (2013)

Apakah data dapat membantu

menjawab pertanyaan-

pertanyaan dalam penelitian?

Apakah data dapat

diaplikasikan sesuai dengan

periode waktu penelitian?

Apakah

data

dapat

diolah?

Pemakaian Data

Dapatkah data yang

dikumpulkan diverifikasi?

Apakah terdapat kemungkinan

terjadi kesalahan?

Apakah variabel yang diukur

adalah sebanding?

Apakah istilah dan klasifikasi

variabel sesuai dengan data

yang ada?

Apakah data dapat memenuhi

sample yang diteliti?

Berhenti

Berhenti

Berhenti

Relevan

dengan

tujuan

penelitian

40

C. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder baik bersifat kualitatif maupun

kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal, serta literatur-

literatur terkait yang mendukung penelitian. Metode Pengumpulan data yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik sampling yang dilakukan berdasarkan

karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan

dengan tujuan atau masalah penelitian.2

Adapun data kuantitatif yang digunakan adalah yang bersumber dari laporan

keuangan Bank Panin Syariah. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan

keuangan triwulan dari periode maret 2013 – desember 2014. Periode tahun 2013

adalah laporan keuangan sebelum go public dan periode tahun 2014 adalah laporan

keuangan setelah go public.

Tabel 3.1

Sumber Data Kuantitatif Penelitian

No Pra Go Public Pasca Go Public

1 Laporan Keuangan Bulan Maret 2013 Laporan Keuangan Bulan Maret 2014

2 Laporan Keuangan Bulan Juni 2013 Laporan Keuangan Bulan Juni 2014

3 Laporan Keuangan Bulan September 2013 Laporan Keuangan Bulan September

2014

4 Laporan Keuangan Bulan Desember 2013 Laporan Keuangan Bulan Desember 2014

2ibid, h.117

41

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Kesehatan Keuangan Bank Syariah

Penelitian ini bertujuan membandingkan kesehatan keuangan Bank Panin Syariah

pra go public dan pasca go public. Kesehatan bank secara eksplisit direpresentasikan

oleh rasio keuangan yang yang terdapat dalam faktor earning dan capital. Meskipun

tidak menafikan bahwa pada akhirnya bank akan dinilai kesehatannya juga oleh

faktor lain. Namun informasi yang umumnya dikonsumsi publik adalah dalam bentuk

rasio keuangan.

Adapun dalam penelitian ini, rasio keuangan yang di analisis adalah ROA, NOM

dan CAR. Berikut ini Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan:

Tabel 3.2

Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan

Rasio Keterangan

Earning

ROA (Return On Assets)

1. Laba sebelum pajak adalah sebagaimana

tercatat dalam laba rugi bank tahun berjalan

sebagaimana diatur dalam ketentuan yang

berlaku mengenai Laporan Stabilitas

Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah, yang disetahunkan.

2. Rata-rata total aset adalah rata-rata total aset

dalam laporan posisi keuangan sebagaimana

tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan

Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah

42

NOM (Net Operating Margin)

1. Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi

Hasil adalah pendapatan penyaluran dana

setelah dikurangi beban bagi hasil dan beban

operasional. Pendapatan penyaluran dana

meliputi seluruh pendapatan dari penyaluran

dana, sedangkan bagi hasil meliputi seluruh

beban bagi hasil dari penghimpunan dana.

2. Beban Operasional adalah beban operasional

termasuk bagi hasil dan bonus.

Capital

CAR (Capital Adequacy Ratio)

1. Perhitungan modal dan Aktiva Tertimbang

Menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada

ketentuan yang berlaku mengenai Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

Syariah

2. Rasio dihitung per posisi penilaian termasuk

memperhatikan trend KPMM

Sumber: SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014 (data diolah)

Penjelasan singkat rasio keuangan untuk mengukur kesehatan bank:

a. Return On Assets (ROA)

Rasio ini digunakan bank untuk mengukur kemampuan manajemen dalam

memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata

total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan bank tersebut

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba

43

bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset

adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. 3

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan rasio ini

dapat dinilai apakah bank efisien dalam memanfaatkan aktivitasnya pada

kegiatan operasional. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas

profitabilitas bank karena menunjukan efektivitas manajemen dalam

menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

b. Net Operating Margin (NOM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan laba melalui

perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata

aktiva produktif.4 Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam

menghasilkan laba.

c. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio utama dalam aspek permodalan. CAR merupakan

perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, atau

dengan kata lain CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar

jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko yang ikut dibiayai dari

3Indah Suci Lestari, Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT

Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009 – 2010, (Skripsi S1, Institut Pertanian Bogor, 2011), h.33 4Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Tangerang: UIN Jakarta

Press, 2013) h.101

44

modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar

bank. Semakin tinggi risiko CAR mengindikasikan bank tersebut semakin

sehat permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank

memenuhi regulasi permodalan.5

Dalam perhitungan CAR terdapat ATMR, dimana pada ATMR aktiva yang

dihitung mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca dan aktiva yang

bersifat administratif. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut

ditetapkan bobot risiko yang besarannya didasarkan pada kadar risiko yang

terkandung pada aktiva itu sendiri.

ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva

yang bersangkutan dengan bobot resiko dari pos aktiva neraca tersebut.

ATMR aktiva adminstratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal

rekening administratif yang bersangkutan dengan pos rekening tersebut.

Langkah terakhir dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua

perkalian nominal pos – pos aktiva neraca dengan bobot resiko.

Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif

5Indah Suci Lestari, Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT

Bank Jawa Barat dan Banten, h.32

45

2. Uji Beda Paired-sample t test

Data yang telah dikumpulkan dan dihitung terkait dengan tujuan yang diharapkan

dalam penelitian ini, selanjutnya diolah dengan uji beda rata-rata dengan

menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired-sample t test). Paired-sample t

test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua

kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah

sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda.

Dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum

Bank Panin Syariah go public dan sampel kedua setelah Bank Panin Syariah go

public sehingga output-nya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari

kinerja keuangan bank Panin Syariah yang diwakili dengan rasio ROA, NOM dan

CAR pra go public dan pasca go public.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh kebijakan go public terhadap rasio ROA Bank Panin Syariah

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata rasio ROA pra go public dan pasca go public

Ha : Ada perbedaan rata-rata rasio ROA pra go public dan pasca go public

2. Pengaruh kebijakan go public terhadap rasio NOM Bank Panin Syariah

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata rasio NOM pra go public dan pasca go public

Ha : Ada perbedaan rata-rata rasio NOM pra go public dan pasca go public

3. Pengaruh kebijakan go public terhadap rasio CAR Bank Panin Syariah

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata rasio CAR pra go public dan pasca go public

Ha : Ada perbedaan rata-rata rasio CAR pra go public dan pasca go public

46

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%. Tingkat

signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam pengambilan

keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%. Signifikansi

5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.

Setelah penentuan hipotesis dan tingkat signifikansi, proses dilanjutkan dengan

menentukan t hitung dengan menggunakan software SPSS 22 dan t tabel dengan

melihat pada tabel distribusi t. Pada tabel distribusi t, dicari α = 5%, dengan

menggunakan pengujian 2 sisi serta menggunakan derajat kebebasan (df). Adapun

rumus untuk mencari df adalah: df = n – 1.

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Bank Panin Syariah

PT Bank panin syariah merupakan bank umum syariah yang juga merupakan anak

perusahaan dari Bank Panin. Bank Panin sendiri adalah bank umum peringkat ke-6

terbesar di Indonesia yang telah beroperasi selama lebih dari empat dasawarsa dalam

melayani masyarakat Indonesia.

Awalnya Bank Panin Syariah didirikan dengan nama PT Bank Pasar Bersaudara

Jaya pada tahun 1972 di Malang. Kemudian di tahun 1990 berubah nama menjadi PT

Bank Bersaudara dan kembali berubah nama menjadi PT Bank Harfa di tahun 1997.

Di tahun 2008 terjadi akuisisi seluruh saham Bank Harfa oleh PT Bank Pan

Indonesia. Hal ini menjadikan Bank Harfa sebagai salah satu anak perusahaan dari

Bank Pan Indonesia. Baru kemudian di tahun 2009, Bank Harfa merubah kegiatan

usahanya dari bank yang beroperasi secara konvensional menjadi bank yang

beroperasi berdasarkan prinsip syariah sekaligus merubah nama menjadi PT Bank

Panin Syariah. Perubahan usaha bank didasarkan pada surat izin Dewan Gubernur

Bank Indonesia Nomor 11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 06 Oktober 2009.

Perubahan nama kembali terjadi di tahun 2013 yakni menjadi PT Bank panin

syariah. Hal ini sehubungan dengan perubahan status yang semula merupakan

perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka. Pada tanggal 30 Desember 2013,

perseoran memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan dengan surat

No. S-483/D.04/2013 untuk melakukan penawaran umum saham perdana.

48

Gambar 4.1

Sejarah Singkat Bank Panin Syariah

Sumber: (data diolah)

PT Bank panin syariah berkantor pusat di Jakarta tepatnya berlamat di Gedung

Panin Life Center, Jl. Letjend S. Parman Kav.91. Dan hingga tahun 2014 telah

memiliki 7 kantor cabang dan 5 kantor cabang pembantu dengan jumlah karyawan

sebanyak 374 orang.

Sebagaimana perbankan-perbankan lain, Bank Panin Syariah juga memiliki visi

dan misi. Visi dari Bank Panin Syariah adalah “Bank Syariah Pilihan yang menjadi

1972 1990 1997 2008 2009 2013 2014

Pendirian awal bank

dengan nama PT

Bank Bersaudara

Jaya di Malang

Perubahan

nama menjadi

PT Bank

Bersaudara

Kembali berubah

nama menjadi PT

Bank Harfa

Akuisisi

seluruh Saham

Bank Harfa

oleh PT Bank

Panin

Perubahan keigiatan

usaha dari bank

konvensional menjadi

bank syariah dan

perubahan nama menjadi

PT Bank Panin Syariah

Menyatakan diri

menjadi perusahaan

publik dan kembali

berubah nama menjadi

PT Bank Panin

Syariah Tbk

Bank Syariah pertama

dan satu-satunya yang

mencatakan saham di

Bursa Efek Indonesia

49

Role Model berbasiskan Kemitraan dan Ekonomi Rakyat”. Sedangkan misi yang

dimiliki adalah:

Menyediakan produk dan layanan yang kreatif, inovatif dan mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat

Mengembangan kemitraan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi rakyat

Mengembangkan sumber daya insani berintegritas dan profesional

berlandaskan nilai-nilai spiritual berbasis sistem merit

Menerapkan tata kelola perusahaan dan pengendalian yang terintegrasi sesuai

prnsip syariah

Meningkatkan nilai tambah pada stakeholder

Dalam rangka mewujudkan visi dan misinya Bank Panin Syariah memiliki lima

nilai positif yang merefleksikan semangat perusahaan dan tercermin pada setiap

perilaku sumber daya insani perusahaan. Nilai-nilai tersebut termuat dalam nilai-nilai

perusahaan (corporate values). Corporate values tersebut disingkat dengan I CARE.

Tabel 4.1

Corporate Values Bank Panin Syariah

Corporate values Perilaku Sumber Daya Insani

Integrity Jujur

Amanah

Beretika

Collaboration Pro aktif

Sinergi

Solutif

Accountability Terukur

Akurat

Bertanggung jawab

Objektif

Respect Rendah hati

Empati

Saling menghargai

50

Exellence Cepat

Tepat

Ramah

Sumber: www.paninbanksyariah.co.id (data diolah)

Bank Panin Syariah merupakan Bank Umum Syariah pertama yang mencatatkan

saham perdananya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Januari

2014. Bank Panin Syariah menawarakan saham kepada publik sejumlah

4.750.000.000 lembar saham kepada masyarakat disertai dengan 950.000.000 waran

seri I yang diberikan secara cuma-Cuma. Harga penawaran saham Rp. 100 per lembar

saham dimana dana yang diperoleh sekitar Rp. 475 miliar.

Pelepasan saham ke masyarakat ini setara dengan 50 persen dari jumlah modal

ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian, komposisi kepemilikan saham

Bank Panin Syariah setelah IPO telah mengalami perubahan sehubungan dengan

adanya kepemilikan saham oleh publik.

B. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pra Go Public

Informasi keuangan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan/bank dapat

memberikan gambaran kondisi kesehatan keuangan, juga dapat menilai kinerja

manajemen bank yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat menjaga transparansi

kepada publik. Pengukuran kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah

didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 yakni dengan

pendekatan berdasarkan risiko (risk-based bank rating). Didalam peraturan tersebut

telah dijelaskan bagaimana bank menilai kesehatannya yaitu dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa faktor diantaranya risk profile, good corporate

governance, earning dan capital. Selain faktor tersebut, dilihat juga berbagai

51

indikator keuangan lain yang umumnya digunakan diantaranya total aset, dana pihak

ketiga dan laba bersih. Adapun ikhtisar keuangan Bank Panin Syariah yang

digunakan adalah periode tahun 2010 hingga 2013 dan dapat dilihat pada Lampiran 1.

1. Risk Profile dan GCG

Seperti bank lainnya, Bank Panin Syariah juga melaporkan tingkat kesehatannya

berdasarkan PBI tentang risk-based bank rating tersebut. Pada faktor risk profile

secara berturut-turut sejak tahun 2010 hingga 2013 selalu berada dalam peringkat

yang aman dari kemungkinan resiko yang besar, low, low, low to moderate dan low to

moderate. Artinya pada tahun 2010 dan 2011 kemungkinan kerugian yang dihadapi

bank dari risiko inheren komposit tergolong sangat rendah dan kualitas penerapan

manajemen risiko secara komposit sangat memadai. Meskipun terdapat kelemahan

minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diabaikan. Kemudian di dua tahun berikutnya

yakni 2012 dan 2013, kemungkinan kerugian masih tergolong rendah dan kualitas

penerapan manajemen risiko memadai. Namun kelemahan minor yang ada harus

mendapat perhatian dari manajemen. Berikut ini tabel dari Peringkat Profil Resiko

tahun 2010 hingga 2013.

Penilaian terhadap faktor GCG (Good Corporate Governance) pada Bank Panin

Syariah juga menunjukan bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan GCG

dengan baik di tahun 2010 dan 2011. Artinya secara umum apabila terdapat

kelemahan dalam penerapan GCG, maka kelemahan tersebut kurang berarti

signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal. Lalu dua tahun berikutnya

yakni 2012 dan 2013 terjadi peningkatan peringkat GCG menjadi sangat baik.

52

Tabel 4.3

Hasil Self Assessment Penilaian GCG

Tahun Nilai Predikat

2010 2.2 Baik

2011 1.95 Baik

2012 1.35 Sangat Baik

2013 1.35 Sangat Baik Sumber: Laporan Pelaksanaan GCG (data diolah)

2. Earning

Pada faktor earning tentunya banyak rasio keuangan yang dapat dijadikan tolak

ukur. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ukuran dari profitabilitas yang biasa

digunakan adalah ROA. Sebelum menganalsis ROA, ada indikator yang juga perlu

dilihat pada Bank Panin Syariah, yakni laba bersih dan BOPO (Beban Operasional

dan Pendapatan Operasional) yang diraih bank.

Periode 2010 – 2013 terjadi fluktuasi yang cukup tinggi pada laba bersih Bank

Panin Syariah. Bahkan di tahun 2010, bank mengalami kerugian sebesar Rp. 7,2

Miliar. Kerugian diakibatkan besarnya biaya operasional yang digunakan selama

tahun 2010, hal ini dibuktikan dengan tingginya angka BOPO yang mencapai

182,31%. Yang artinya manajemen tidak mampu menekan biaya operasional

sehingga terjadi pembengkakan. Namun di tahun berikutnya bank mampu

memperbaiki kinerjanya dan menjadi lebih efisien hingga akhirnya mencatatkan laba

Rp. 37 miliar dengan BOPO 47,6% di tahun 2012. Meskipun kembali mengalami

penurunan laba di tahun 2013 menjadi Rp. 21 miliar yang kembali diakibatkan beban

operasional yang meningkat dengan BOPO 81,31%.

Tabel 4.2

Peringkat Profil Resiko

Tahun Peringkat Komposit

2010 Low (1)

2011 Low (1)

2012 Low to Moderate (2)

2013 Low to Moderate (2) Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)

53

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

Bank Panin Syariah pada periode 2010 – 2013 mengalami fluktuasi dalam

kinerjanya ditinjau dari ROA. Dengan rata-rata ROA 1,01% per tahun, kemampuan

bank untuk menghasilkan laba tentu dipertanyakan. Terlebih lagi angka rata-rata

tersebut berada dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,25%. Akan

tetapi angka rata-rata tidak serta merta berarti bank tidak mampu menghasilkan laba

sama sekali. Terbukti di tahun 2012 ROA Bank Panin berada diangka 3,48%.

-7,173

10,900

37,099

21,332

2010 2011 2012 2013

Gambar 4.2

Grafik Fluktuasi Laba Bersih

(Rp juta)

2010 2011 2012 2013

182.31%

69.30% 47.60%

81.31%

Gambar 4.3

Grafik Fluktuasi BOPO

(%)

54

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

3. Capital

Faktor terakhir yang dinilai untuk melihat tingkat kesehatan bank adalah capital.

Dari faktor ini akan dapat diketahui kualitas dan kecukupan permodalan yang dimiliki

bank. Rasio yang umumnya dilihat pada faktor earning adalah CAR. CAR Bank

Panin Syariah periode tahun 2010 – 2013 memiliki rata-rata sebesar 42,48%, angka

ini jauh melebihi batasan minimum CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu

8% dari ATMR. Hal ini menunjukan bahwa Bank Panin Syariah mampu

mempertahankan modal yang mencukupi dan manajemen bank mampu

mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang timbul yang

dapat mempengaruhi besarnya modal. Berikut tabel dan grafik CAR Bank Panin

Syariah Periode tahun 2010 – 2013.

-2.53%

2.06%

3.48%

1.03%

2010 2011 2012 2013

Gambar 4.4

Grafik Fluktuasi ROA

(%)

55

Tabel 4.4

CAR Bank Panin Syariah

Tahun CAR

2010 54.81%

2011 61.98%

2012 32.30%

2013 20.83%

Rata-rata 42.48% Sumber: Laporan Tahunan (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

Selain dari faktor-faktor yang terdapat dalam metode risk-based bank rating,

terdapat pula beberapa indikator keuangan lainnya yang biasa dilihat diantaranya total

aset dan penghimpunan dana pihak ketiga. Bank Panin Syariah membukukan

kenaikan aset yang sangat besar pada periode 2010 – 2013 yakni sebesar 783,5%.

Kenaikan total aset Bank Panin Syariah setiap tahun dalam periode ini berada dirata-

rata 107%. Kenaikan ini menunujukan kinerja yang begitu mengesankan yang

ditunjukan oleh manajemen. Tercatat total aset Bank Panin Syariah per desember

2013 mencapai Rp. 4,05 triliun.

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

2010 2011 2012 2013

458,713

1,018,681

2,140,482

4,052,701

Gambar 4.6

Grafik Pertumbuhan Total Aset

(Rp juta)

2010 2011 2012 2013

54.81% 61.98%

32.30% 20.83%

Gambar 4.5

Grafik Fluktuasi CAR (dalam %)

56

Pada periode yang sama tercatat pula peningkatan dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun. Tidak tanggung-tanggung, dari DPK tahun 2010 sebesar Rp. 309 miliar

menjadi Rp. 2,87 triliun di tahun 2013 atau terjadi peningkatan sebesar 826%. Rata-

rata kenaikan setiap tahun juga menunjukan angka yang sangat besar yakni mencapai

120% per tahun.

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

Secara keseluruhan kondisi keuangan Bank Panin Syariah dari tahun 2010 hingga

2013 mengalami peningkatan, mulai dari jumlah asetnya yang meningkat sangat pesat

sampai dengan penghimpunan dana pihak ketiga yang juga meningkat. Meski di lain

sisi ada beberapa indikator yang masih perlu pembenahan. Hal ini menjadi bukti

bahwa Bank Panin Syariah serius dalam mewujudkan visi misinya, sehingga kondisi

keuangan tersebut menjadi gerbang kesuksesan saat IPO pada tahun berikutnya yaitu

tahun 2014 karena sudah melakukan persiapan yang matang.

2010 2011 2012 2013

309,763 420,757

1,223,290

2,870,310 Gambar 4.7

Grafik Pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga (Rp juta)

57

C. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pasca Go Public

Bank Panin Syariah resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada 15 Januari 2014. Bank Panin Syariah menjadi bank syariah pertama yang

melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia. Selain itu, Bank Panin Syariah

juga menjadi perseroan pertama yang mencatatkan diri di bursa pada tahun 2014.

Saham yang ditawarkan Bank Panin Syariah dalam penawaran umum yaitu

4.750.000.000 lembar saham. Bank Panin Syariah mengadakan Program Alokasi

Saham Karyawan (Employee Stock Allocation atau “ESA”) dengan mengalokasikan

475.000.000 lembar saham atau 10% dari jumlah saham yang ditawarkan dalam

Penawaran Umum. Jumlah seluruh saham yang dicatatkan pada BEI adalah

9.643.000.000 lembar saham atau 99% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor

penuh. Hal ini sesuai dengan PP No.29 tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank

Umum, dimana 1% dari seluruh saham perusahaan tidak dicatatkan dan dimiliki oleh

PT Bank Panin Tbk.

Dana hasil dari penawaran umum sebesar Rp. 475 miliar kemudian dikurangi

biaya-biaya emisi efek, 80% digunakan sebagai modal kerja perseroan guna

memperkuat struktur pendanaan jangka panjang dalam rangka mendukung ekspansi

pembiayaan dan sekitar 20% untuk pengembangan jaringan termasuk didalamnya

infrastruktur perseroan.

Kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah setelah go public mengalami

perubahan dalam permodalan, aset maupun profitabilitas. Untuk melihat beberapa

perubahan antara pra go public dan pasca go public, dapat dilihat berikut ini.

58

1. Capital

Hal yang pertama dan secara pasti mengalami perubahan akibat kebijakan go

public adalah berpindahnya sebagian saham Bank Panin Syariah. Tercatat diakhir

tahun 2013, hampir 100% saham dimiliki oleh PT Bank Panin Tbk dan hanya

0,000964% saham saja yang dimiliki pihak lain. Namun setelah go public,

kepemilikan PT Bank Panin tbk atas Bank Panin Syariah hanya tersisa sebesar

52,11% meski tetap menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP). Adapun sejumlah

24,71% saham lainnya dimiliki oleh Dubai Islamic Bank serta sisanya sebesar

23,17% dimiliki oleh masyarakat yang tersebar ke berbagai pihak namun jumlah

kepemilikan tiap masing-masing pemegangnya kurang dari 5%.

Tabel 4.5

Pemegang Saham Pra Go Public dan Pasca Go Public

No Nama Pemegang

Saham

2013 2014

Jumlah

Saham

Presentase

(%)

Jumlah

Saham

Presentase

(%)

1 PT Bank Panin Tbk 4,999,951,790 99.99904 5,119,951,790 52.112879

2 Ahmad Hidayat 48,210 0.000964 - -

3 Dubai Islamic Bank - - 2,427,750,000 24.710592

4 Masyarakat - - 2,277,032,310 23.176529

Total Saham 5,000,000,000 100 9,824,734,100 100 Sumber: Laporan Tahunan dan Prospektus Bank Panin Syariah (data diolah)

Dari sisi permodalan, total ekuitas Bank Panin Syariah di tahun 2014 meningkat

sangat signifikan dari Rp. 525 miliar menjadi Rp. 1,07 triliun atau sebesar 104%.

Dan CAR yang tercatat di akhir tahun 2014 adalah 25,69%. Kecukupan modal

tersebut menjadi landasan kuat untuk pengembangan usaha melalui peningkatan

penyaluran pembiayaan di masa depan.

59

Sumber: Laporan Tahunan (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)

2. Earning

Di akhir tahun 2014 Bank Panin Syariah mencatat laba bersih senilai Rp. 70,9

miliar. Peningkatan ini sangat signifikan dibandingkan dengan yang dicatat di akhir

tahun 2013 senilai Rp. 21,3 miliar. Jika dipersentasekan maka kenaikan laba bersih

mencapai 232%. Pencapaian tersebut didukung kinerja manajemen bank yang baik

tercermin melalui peningkatan penyaluran pembiayaan dengan kualitas yang terjaga

pada tingkat yang sehat. Selain itu, pencapaian tersebut juga ditunjang dengan

semakin efisiennya Bank Panin Syariah dalam beroperasi disepanjang tahun 2014.

Tercatat rasio efisiensi (BOPO) dari tahun sebelumnya, tahun 2013 yang mencapai

81,31% menjadi 68,47% diakhir tahun 2014.

2013 2014

525,995

1,072,795

Gambar 4.8

Grafik Perbandingan Total ekuitas

(Rp juta)

2013 2014

20.83% 25.69%

Gambar 4.9

Grafik Perbandingan CAR

(%)

60

Sumber: Laporan Tahunan (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)

Dalam kaitannya dengan profitabiltas, pencapaian yang diraih Bank Panin

Syariah di tahun 2014 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013. Hal ini

ditunjukann oleh rasio ROA yang di tahun 2013 bahkan tidak mencapai standar yang

ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,25% dan Bank Panin Syariah hanya menyentuh

angka 1,03%. Tahun 2014 terjadi peningkatan ROA menjadi 1,99% yang berarti telah

melampaui standar yang ditetapkan Bank Indonesia.

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

2013 2014

21,332

70,939

Gambar 4.10

Grafik Perbandingan Laba

Bersih (Rp juta)

2013 2014

1.03%

1.99%

Gambar 4.12

Grafik Perbandingan ROA (%)

2013 2014

81.31%

68.47%

Gambar 4.11

Grafik Perbandingan

BOPO (%)

61

3. Risk Profile dan GCG

Penilaian kesehatan bank syariah yang berbasis risiko (RBBR) membuat

penilaian yang dilakukan terhadap Bank Panin Syariah tidak lengkap jika tidak

memperitmbangkan faktor risk profil dan GCG. Seperti bank-bank lainnya, Bank

Panin Syariah juga melaporkan hasil self assessmentnya terhadap faktor risiko dan

GCG. Adapun hasilnya adalah berikut ini.

Tabel 4.6

Peringkat Komposit Profil Risiko dan GCG

Tahun Peringkat Komposit Profil

Resiko

GCG

Nilai Predikat

2013 Low to Moderate 1.35 Sangat Baik

2014 Low to Moderate 1.4 Sangat Baik Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Peringkat Komposit Profil Resiko dari

Bank Panin Syariah memiliki nilai Low to moderate. Artinya pada tahun 2013 dan

2014 kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit

tergolong rendah dan kualitas penerapan manajemen risiko secara komposit

memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diatasi dengan mendapat perhatian dari manajemen dan tidak mengabaikannya.

Penilaian terhadap faktor GCG (Good Corporate Governance) pada Bank Panin

Syariah juga menunjukan bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan GCG

dengan sangat baik di tahun 2013 dan 2014. Artinya secara umum apabila terdapat

kelemahan dalam penerapan GCG, maka kelemahan tersebut tidak berarti signifikan

dan dapat segera diselesaikan oleh manajemen bank.

62

Selain faktor-faktor diatas, Bank Panin Syariah juga mencatatkan total aset yang

mencapai Rp. 6,2 triliun di akhir tahun 2014. Pertumbuhan yang terjadi sangat

signifikan yakni menyentuh angka Rp. 2,15 triliun atau setara dengan 53,08%

dibandingkan dengan total aset di akhir tahun 2013 senilai Rp. 4,05 triliun.

Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)

Dari berbagai uraian diatas, sekilas terlihat peningkatan kinerja dari Bank Panin

Syariah periode 2013 – 2014. Periode tersebut merupakan masa peralihan Bank Panin

Syariah dari Perusahaan Tertutup (private) menjadi Perusahaan Terbuka (go public).

Namun perlu analisis lebih lanjut untuk menjawab apakah kebijakan go public yang

diambil oleh manajemen Bank Panin Syariah memiliki pengaruh terhadap kesehatan

keuangannya.

Sebelum dilakukan analisis lanjutan terkait dengan pengaruh kebijakan go

public, maka terlebih dahulu disajikan rasio-rasio yakni ROA,NOM dan CAR yang

digunakan dalam penelitian ini dalam analisis deskriptif. Adapun ikhtisar keuangan

2013 2014

4,052,701

6,207,678

Gambar 4.13

Grafik Perbandingan Total Aset

(Rp juta)

63

triwulan Bank Panin Syariah yang digunakan adalah periode tahun 2013 hingga 2014

dan dapat dilihat pada Lampiran 2.

1. Return On Assets (ROA)

Berdasarkan laporan keuangan triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 –

2014, rasio ROA di tahun 2013 atau pra go public memiliki kecendrungan yang

tinggi diawal tahun, namun terus mengalami penurunan di akhir tahun. Tercatat

pada bulan maret 2013 berada diangka 2,72% namun turun hingga ke angka

1,03% pada bulan desember 2014. Sementara pada tahun 2014 kondisi yang

terjadi berbanding terbalik. Di tahun 2014 ini memiliki kecendrungan yang

rendah diawal tahun dan terus meningkat hingga akhir tahun. Tercatat pada maret

2014, rasio ROA berada di angka 1,45% kemudian terus meningkat hingga

1,99% di bulan desember 2014.

Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)

2.72

2.34 2.18

1.03

1.45 1.64

1.82 1.99

Maret Juni September Desember

Gambar 4.14

Grafik Perbandingan ROA Bank Panin Syariah Periode 2013 -

2014 (%) ROA Pra Go Public ROA Pasca Go Public

64

2. Net Operating Margin (NOM)

Rasio NOM Bank Panin Syariah pada periode tahun 2013 memiliki

kecendrungan yang sama dengan rasio ROA di tahun 2013 yakni tinggi di awal

tahun dan terus turun hingga akhir tahun. Pada maret 2013 NOM berada diangka

6,46% dan turun menjadi 4,26% pada desember 2013. Kondisi yang sama

dengan rasio ROA tahun 2014 juga terjadi pada rasio NOM yakni rendah diawal

tahun dan terus meningkat hingga akhir tahun. Pada maret 2014 NOM berada

diangka 4,1% dan terus meningkat hingga diangka 5,88% pada desember 2014.

Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)

3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Berdasarkan laporan keuangan triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 –

2014, rasio CAR di tahun 2013 atau pra go public memiliki fluktuasi yang

cenderung turun. Pada bulan maret 2013 CAR berada diangka 27,09% dan pada

bulan desember 2013 turun hingga menyentuh angka 20,83%. Di tahun 2014

6.46 6.15

4.97

4.26 4.1

5.5 5.59 5.88

Maret Juni September Desember

Gambar 4.15

Grafik Perbandingan NOM Bank Panin Syariah Periode 2013

- 2014 (%)

NOM Pra Go

Public

NOM Pasca

Go Public

65

kecendrungan yang sama juga terjadi yakni meski terjadi fluktuasi, penurunan

tetap terjadi. Pada bulan maret 2014 CAR berada diangka 31,15% dan turun

hingga ke angka 25,69% pada bulan desember 2014.

Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)

Dengan melihat data deskriptif dari rasio-rasio yang diuji dalam penelitian ini,

dapat dilihat bahwa secara kasat mata terjadi pengingkat kinerja yang ditunjukan

oleh ROA, NOM dan CAR. Peningkatan ROA dan NOM menunjukan bahwa

Bank Panin Syariah mengalami peningkatan dari sisi rentabilitas. Kemudian,

penurunan pada CAR menunjukan bahwa Bank Panin Syariah menjadi lebih

efektif dalam penggunaan modal yang dimiliki dan angka ini tetap berada diatas

standar minimum yang ditetapkan.

Setelah melihat secara deskriptif rasio ROA, NOM dan CAR maka untuk

selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan kondisi antara

pra dan pasca go public.

27.09

23.11

19.75 20.83

31.15

25.52 26.16 25.69

Maret Juni September Desember

Gambar 4.16

Grafik Perbandingan CAR Bank Panin Syariah Periode 2013

- 2014 (%) CAR Pra Go Public CAR Pasca Go Public

66

D. Analisis Uji Beda Paired-sample t test

1. Uji Beda Paired-sample t test

Input yang digunakan untuk uji beda paired-sample t test dalam penelitian ini

adalah rasio keuangan yang mewakili faktor earning dan capital yaitu ROA, NOM

dan CAR. Periode yang diambil untuk dijadikan sebagai sampel dalam uji ini yaitu

satu tahun sebelum go public dan satu tahun setelah go public dengan mengunakan

data yang bersumber dari laporan keuangan triwulan yang dikeluarkan Bank Panin

Syariah. Adapun data ROA, NOM dan CAR adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7

Rasio Keuangan Bank Panin Syariah Pra Go Public dan Pasca Go

Public

Status Bank Periode ROA (%) NOM (%) CAR (%)

Pra Go Public

Mar-13 2,72 6,46 27,09

Jun-13 2,34 6,15 23,11

Sep-13 2,18 4,97 19,75

Des-13 1,03 4,26 20,83

Pasca Go Public

Mar-14 1,45 4,1 31,15

Jun-14 1,64 5,5 25,52

Sep-14 1,82 5,59 26,16

Des-14 1,99 5,88 25,69 Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)

Hasil paired-sample t test dengan menggunakan SPSS 22, menunjukan tidak

adanya perbedaan rata-rata kinerja keuangan pada variabel ROA dan NOM antara pra

go public dan pasca go public untuk periode 2013 hingga 2014. Namun ada

perbedaan rata-rata yang ditunjukan variabel CAR antara pra go public dan pasca go

public untuk periode yang sama.

67

Terllihat pada tabel 4.8, t hitung variabel ROA sebesar 0,724 dan signifikansi

0,521. Dan diperoleh t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian

ini sebesar 2,776. Jadi t hitung ROA (0,724) < (2,776) t tabel dan signifikansi 0,724 >

0,05 sehingga H0 diterima, ini berarti tidak ada perbedaan rata-rata rasio ROA pra go

public dan pasca go public.

Sama halnya dengan variabel ROA, pada variabel NOM juga tidak ada perbedaan

rata-rata kinerja keuangan yang ditunjukan antara satu tahun sebelum go public dan

satu tahun setelah go public. Dimana t hitung variabel NOM sebesar 0,224 dan

signifikansi 0,837. Dan diperoleh t tabel sebesar 2,776 pada tingkat signifikansi α =

0,05 . Jadi t hitung NOM (0,224) < (2,776) t tabel dan signifikansi 0,837 > 0,05

sehingga H0 diterima.

Pada variabel CAR terdapat hasil yang berbeda. Terlihat dalam tabel 4.8, t hitung

variabel CAR sebesar -5,325 dan signifikansi 0.013. Dan diperoleh t tabel 2,776 pada

tingkat signifikansi α = 0,05. Jadi t hitung CAR (5,325) > (2,776) dan siginfikansi

0,013 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan rata-rata

rasio CAR pra go public dan pasca go public.

Tabel 4.8

Output Penghitungan ROA, NOM dan CAR dengan

SPSS 22

Variabel t hitung t tabel Signifikansi

ROA 0,724 2,776 0,521

NOM 0,224 2,776 0,837

CAR -5,325 2,776 0,013 Sumber: Output SPSS (data diolah)

68

2. Interpretasi Hasil Uji Beda Paired-sample t test

Seperti dipaparkan pada bagian sebelumnya, dimana jika dilihat sekilas maka

secara kasat mata perkembangan Bank Panin Syariah terjadi sangat signifikan.

Dimulai dari berbagai indikator yang ada pada faktor earning, capital hingga pada

faktor risk profile dan penerapan GCG serta indikator dalam laporan keuangan

lainnya. Namun pada kenyataannya setelah dilakukan uji beda paired-sample t test,

terlihat hasil yang berbeda.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji beda rata-rata paired sample t test Bank

Panin Syariah, hanya ada perbedaan rata-rata rasio CAR yang mewakili faktor

capital. Hal ini berarti bahwa pasca go public modal yang dimiliki Bank Panin

Syariah mengalami perubahan. Hal tersebut menjadi lumrah adanya karena kebijakan

go public memang menitikberatkan perseroan untuk mendapatkan tambahan modal

yang signifikan dari masyarakat (public). Namun kebijakan go public belum

menunjukan perubahan yang signifikan terhadap faktor earning yang diwakili oleh

rasio ROA dan NOM. Walau demikian, Bank Panin Syariah pasca go public telah

mengalami banyak perubahan dalam banyak hal demi mewujudkan visi misinya.

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah saat menjadi perusahaan

tertutup (private) periode 2010 – 2013 secara keseluruhan telah banyak

mengalami perubahan ke tingkat yang lebih baik. Terlihat dari jumlah total aset

dan penghimpunan dana pihak ketiga yang terus meningkat setiap tahunnya.

Kinerja keuangan Bank Panin Syariah dianalisis dengan menggunakan faktor-

faktor yang ada dalam risk-based bank rating yakni risk profile, GCG, earning

dan capital. Pada faktor risk profile dan GCG peringkat komposit yang diraih

selalu dalam kondisi baik dan sangat baik. Sedangkan faktor earning yang

diwakili rasio ROA mengalami fluktuasi, bahkan di tahun 2010 dan 2013 berada

dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia yakni 1,25%. Kemudian untuk

faktor capital yang diwakili oleh rasio CAR selalu berada diatas 8% yang

ditetapkan Bank Indonesia sebagai batas minimal, sehingga Bank Panin Syariah

dinyatakan sehat.

2. Kebijakan go public yang diambil Bank Panin Syariah di tahun 2014 membuat

bank ini menjadi bank syariah pertama yang menjadi perusahaan terbuka (go

public). Dan di tahun 2014, kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah

menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan. Terlihat dari total aset, total

70

ekuitas dan laba bersih yang mengalami peningkatan sangat drastis. Total aset

meningkat 53,08%, total ekuitas meningkat 104% dan laba bersih meningkat

232% dari tahun 2013. Kemudian untuk faktor-faktor yang ada dalam risk-based

bank rating juga mengalami perubahan, terutama pada faktor earning dan capital.

Rasio ROA yang mewakili faktor earning mengalami peningkatan dari tahun

2013 sebesar 1,03% menjadi 1,99% di tahun 2014, hal ini menjadikan Bank Panin

Syariah mampu melampaui standar minimal yang ditetapkan Bank Indonesia

sebesar 1,25%. Dan rasio CAR yang mewakili faktor capital juga mengalami

perubahan dari tahun 2013 sebesar 20,83% menjadi 25,69% di tahun 2014.

Sedangkan Pada faktor risk profile dan GCG memperoleh nilai komposit yang

sama antara tahun 2013 dan 2014 yakni low to moderate dan Sangat Baik.

3. Berdasarkan analisis kesehatan keuangan yang dilakukan pada Bank Panin

Syariah pra go public dan pasca go public menunjukan adanya peningkatan

kinerja secara keseluruhan. Namun, untuk lebih memperkuat apakah perubahan

yang terjadi ini dipengaruhi oleh kebijakan go public, maka dilakukan uji lanjutan

dengan uji beda paired-sample t test pada faktor earning dan capital yang

diwakili oleh rasio ROA, NOM dan CAR. Hasil dari paired-sample t test dengan

SPSS 22, untuk rasio ROA diperoleh t hitung < t tabel (0,724 < 2,776) dan

signifikansi (0,521 > 0,05) sehingga H0 diterima. Kemudian untuk rasio NOM

diperoleh t hitung < t tabel (0,224 < 2,776) dan signifikansi (0,837 > 0,05)

sehingga H0 diterima. Sedangkan untuk rasio CAR diperoleh t hitung > t tabel

(5,325 > 2,776) dan signifikansi (0,013 < 0,05) sehinga H0 ditolak dan Ha

71

diterima. Artinya bahwa pada rasio ROA dan NOM yang mewakili faktor

earning, tidak ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public.

Sedangkan pada rasio CAR yang mewakili faktor capital, ada perbedaan rata-rata

pra go public dan pasca go public. Maka dapat disimpulkan bahwa go public tidak

berpengaruh terhadap faktor earning (ROA dan NOM) namun berpengaruh

terhadap faktor capital (CAR) Bank Panin Syariah untuk periode 2013 – 2014.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat direkomendasikan

untuk penelitian selanjutnya yaitu diperlukan data peneltian yang lebih banyak (lebih

dari satu tahun) dan variabel yang juga lebih komprehensif dalam menilai kesehatan

keuangan bank syariah (tidak hanya tiga rasio). Hal tersebut guna memberikan

kemungkinan yang lebih besar akan terlihatnya pengaruh yang signifikan terhadap

faktor selain permodalan.

DAFTAR PUSTAKA

Aprila, Nurul Shiyam. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan

Bank Syariah Mega Indonesia dengan Menggunakan Metode RGEC Periode

2008 – 2012. Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2013

Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar

Ketentuan di Bidang Pasar Modal, Buku 1. Jakarta: Bapepam-LK. 2010

Bursa Efek Indonesia (BEI). Panduan Go Public. Jakarta: BEI

Bursa Efek Jakarta (BEJ). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal

Indonesia. Jakarta: BEJ. 2001

Fitri, Yudarsi Eka dkk. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Sistem Risk Based

Bank Rating (RBBR): Aplikasinya Pada Bank Bengkulu. The Manajer Review

Jurnal Ilmiah Manajemen Vol. 13, Nomor 2, Oktober 2012.

Hadi, Nor. Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen

Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013

Hejazziey, Djawahir. Perbankan Syariah dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Deepublish. 2014

Ibadil M, Muhamad. Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan Good

Corporate Governance Terhadap Tingkat Kinerja Keuangan Perbankan

(Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI

13/24/DPNP/2011). Skripsi . Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang. 2013

Ihsan, Dwi Nur’aini. Analsis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Tangerang:

UIN Jakarta Press. 2013

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, cet. 9. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 2013

Lestari, Suci Indah. Pengaruh Initial Public Offering (IPO) terhadap Kinerja

Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009-2010. Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). 2011

Martalena dan Maya Malinda. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: ANDI. 2011

Nasarudin, M Irsan. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana. 2011

Pambudi, Teguh S. Menu Wajib di Buku Agenda. SWA, 25, XXIX. (November,

2013). h. 26-27

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:

Mitra Wacana Media. 2009

Setyawan, Aditya Wira Perdana. Pengaruh Komponen Risk Based Bank Rating

Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Tahun 2008 – 2011. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang. 2012

Simbolon, Tulus Christian. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan

Sebelum dan Sesudah Divestasi dan Spin-Off (Periode 2007-2012). Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. 2013

Syafi’I Antonio, Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani Press. 2001

Syarifudin, A. Peluang dan Tantangan Bank Syariah. Jurnal Bimas Islam Vol.4

No.4 tahun 2011

Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta:

Gramata Publishing. 2013

Wibawa, Redy Afriyansyah. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status

Perusahaan Pasca IPO dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah. 2009

Widyaningrum, Hening Asih dkk. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan

Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) (Studi Kasus pada Bank

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan

tahun 2012). Jurnal Administrasi dan Bisnis (JAB) Vol. 9 No. 2 April 2014.

www.beritamoneter.com [4 Februari 2015]

www.merdeka.com [9 Februari 2015]

www.mysharing.co [9 Februari 2015]

www.paninbanksyariah.co.id [10 – 11 Juli 2015]

www.radarjogja.co.id [4 Februari 2015]

www.republika.co.id [4 Februari 2015]

www.tempo.co [4 Februari 2015]

LAMPIRAN

Lampiran I : Ikhtisar Keuangan Bank Panin Syariah Periode 2010 – 2014

Ikhisar Keuangan Bank Panin Syariah

Periode 2010 – 2014 (dalam Rp Juta)

Neraca 2014 2013 2012 2011 2010

Total Aktiva 6.207.678 4.052.701 2.140.482 1.018.681 458.713

Pembiayaan 4.736.314 2.581.882 1.517.342 705.619 174.825

Penempatan Surat Berharga 151.574 137.507 138.624 133.773 59.263

Dana Pihak Ketiga 5.076.082 2.870.310 1.223.588 420.757 309.763

Giro 395.881 109.930 187.499 19.925 -

Tabungan 504.061 329.545 30.040 7.661 -

Deposito 4.176.150 2.430.835 1.006.049 393.171 -

Total Ekuitas 1.072.795 525.995 491.663 454.564 149.520

Laba/Rugi

Pendapatan Pengelolaan Dana

oleh Bank sebagai Mudharib 525.191 273.812 146.346 70.332 21.376

Hak Pihak Ketiga atas Bagi

Hasil Dana Syirkah Temporer 295.597 146.009 57.585 27.026 9.300

Pendapatan Operasional

Lainnya 79.623 9.947 5.760 4.005 1.253

Penyisihan Penghapusan

Aktiva Poduktif 83.646 25.234 4.700 2.125 2.286

Beban Operasional Lainnya 128.061 83.441 40.382 30.655 22.015

Laba Operasional 97.510 29.075 49.439 14.521 -

Laba (Rugi) Non Operasional 676 87 133 111 3.799

Zakat 2.455 - - - -

Laba Sebelum Pajak 95.732 29.162 49.572 14.632 -

Laba (Rugi) Bersih 70.939 21.332 37.099 10.900 -7.173

Rasio Keuangan Penting (dalam %)

Rasio Kecukupan Modal

(CAR) 25,69 20,83 32,20 61,98 54,81

Pembiayaan Bermasalah Kotor

(NPF gross) 0,53 1,02 0,20 0,82 0,00

Pembiayaan Bermasalah

Bersih (NPF netto) 0,29 0,77 0,19 0,69 0,00

Tingkat Pengembalian Aset

(ROA) 1,99 1,03 3,48 2,06 -2,53

Tingkat Pengembalian Ekuitas 7,66 4,44 8,20 3,31 -4,71

(ROE)

Beban Operasional terhadap

Pendapatan Operasional

(BOPO)

68,47 81,31 47,60 69,30 182,31

Pembiayaan terhadap Dana

Pihak Ketiga (FDR) 94,04 90,40 105,66 167,70 69,76

Giro Wajib Minimum (GWM) 5,20 5,57 5,25 5,42 0,00

Posisi Devisa Netto 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Presentase Pelanggaran Batas

Minimum Pemberian

Pembiayaan (BMPP)

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Lampiran II : Ikhtisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah 2013 – 2014

Ikhisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah

Periode 2013 – 2014 (dalam Rp Juta)

Neraca 2013 2014

Maret Juni September Desember Maret Juni September Desember

Total Aktiva 2,282,803 2,606,410 3,208,744 4,052,701 4,302,538 4,692,020 5,260,655 6,207,679

Kas 3,852 3,701 4,917 4,853 5,552 6,279 8,457 9,708

Penempatan

Pada BI 225,644 253,790 401,705 1,277,885 1,098,566 343,882 810,468 1,246,472

Penempatan

Pada Bank

Lain

10,708 8,998 8,250 11,393 12,254 11,347 10,114 9,011

Surat

Berharga

Yang

Dimiliki

137,678 135,830 137,693 137,457 137,227 136,995 136,759 136,524

Piutang 1,180,562 1,238,142 1,426,010 1,231,835 1,083,060 889,409 736,902 617,336

Pembiayaan 684,389 919,055 101,671 1,339,066 1,902,398 3,218,692 3,487,121 4,098,889

Dana Pihak

Ketiga 1,557,923 1,764,391 2,296,565 2,870,310 2,674,295 2,967,373 3,834,621 5,076,082

Giro 96,593 219,761 297,215 109,930 456,491 296,692 277,450 395,881

Tabungan 208,108 367,930 373,875 329,545 224,147 309,102 530,190 504,051

Deposito 1,253,222 1,176,700 1,625,475 2,430,835 1,993,657 2,361,579 3,026,981 4,176,150

Total Ekuitas 498,933 521,202 532,400 525,995 962,099 1,013,533 1,039,260 1,072,795

Laba/Rugi

Pendapatan

Dari

Penyaluran

54,915 115,867 191,993 273,812 94,418 212,005 360,803 525,191

Dana

Bagi Hasil

untuk

Investor Dana

Investasi

Tidak Terikat

25,758 52,569 91,751 146,009 57,279 116,697 197,795 295,597

Pendapatan

Operasional

Lainnya

7,748 13,320 16,714 9,947 7,449 27,507 41,431 34,598

Penyisihan

Penghapusan

Aktiva

Poduktif

10,036 16,861 20,033 25,234 9,557 36,856 59,030 38,621

Beban

Operasional

Lainnya

11,894 32,438 55,019 83,441 26,412 57,584 89,998 128,061

Laba

Operasional 14,975 27,319 41,904 29,075 8,619 28,375 55,411 97,510

Laba (Rugi)

Non

Operasional

48 62 157 87 5,567 5,544 5,507 (1,778)

Laba

Sebelum

Pajak

15,023 27,381 42,061 29,162 14,186 33,919 45,678 95,732

Laba (Rugi)

Bersih 11,276 20,536 31,734 21,332 10,640 25,439 71,673 70,939

Rasio Keuangan Penting

Rasio

Kecukupan

Modal (CAR)

27,09% 23,11% 19,75% 20,83% 31,15% 25,52% 26,16% 26,69%

Pembiayaan

Bermasalah

Kotor (NPF

gross)

0,62% 0,57% 1,05% 1,02% 1,03% 0,76% 0,81% 0,53%

Pembiayaan

Bermasalah

Bersih (NPF

netto)

0,60% 0,56% 1,01% 0,77% 0,94% 0,57% 0,43% 0,29%

Tingkat

Pengembalian

Aset (ROA)

2,72% 2,34% 2,18% 1,03% 1,45% 1,64% 1,82% 1,99%

Tingkat

Pengembalian

Ekuitas

(ROE)

9,97% 8,92% 8,94% 4,44% 5,27% 5,75% 6,68% 7,66%

Beban

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO)

59,42% 64,34% 64,17% 81,31% 80,67% 76,90% 72,90% 68,47%

Pembiayaan

terhadap

Dana Pihak

Ketiga (FDR)

120,91% 123,60% 112,46% 90,40% 112,84% 140,48% 111,79% 94,04%

Giro Wajib

Minimum

(GWM)

5,31% 5,27% 5,20% 5,57% 5,32% 5,20% 5,36% 5,20%

Posisi Devisa

Netto 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Presentase

Pelanggaran

Batas

Minimum

Pemberian

Pembiayaan

(BMPP)

0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Lampiran III : Output Penghitungan Uji Paired-sample t test dengan SPSS 22

1. Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ROA_pra ROA_pasca NOM_pra NOM_pasca CAR_pra CAR_pasca

N 4 4 4 4 4 4

Normal Parametersa Mean 2.0675 1.7250 5.4600 5.2675 22.6950 27.1300

Std.

Deviation .72780 .23245 1.02570 .79504 3.24754 2.69363

Most Extreme

Differences

Absolute .311 .159 .249 .365 .217 .391

Positive .185 .143 .184 .221 .217 .391

Negative -.311 -.159 -.249 -.365 -.182 -.275

Kolmogorov-Smirnov Z .623 .317 .499 .730 .434 .781

Asymp. Sig. (2-tailed) .833 1.000 .965 .661 .992 .575

a. Test distribution is Normal.

2. Hasil Uji Beda Paired-sample t tets

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 ROA_pra 2,0675 4 ,72780 ,36390

ROA_pasca 1,7250 4 ,23245 ,11623

Pair 2 NOM_pra 5,4600 4 1,02570 ,51285

NOM_pasca 5,2675 4 ,79504 ,39752

Pair 3 CAR_pra 22,6950 4 3,24754 1,62377

CAR_pasca 27,1300 4 2,69363 1,34682

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 ROA_pra & ROA_pasca 4 -,920 ,080

Pair 2 NOM_pra & NOM_pasca 4 -,777 ,223

Pair 3 CAR_pra & CAR_pasca 4 ,859 ,141

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 ROA_pra - ROA_pasca ,34250 ,94602 ,47301 -1,16283 1,84783 ,724 3 ,521

Pair 2 NOM_pra - NOM_pasca ,19250 1,71782 ,85891 -2,54093 2,92593 ,224 3 ,837

Pair 3 CAR_pra - CAR_pasca -4,43500 1,66558 ,83279 -7,08531 -1,78469 -5,325 3 ,013