iidigilib.unm.ac.id/files/disk1/17/unm-digilib-unm... · 2016-01-20 · komparasi distribusi...
TRANSCRIPT
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena berkat rahmat-Nya
telah diselesaikan Jurnal Ekonomi Pembangunan dan Pertanian (JEPP) Volume 4
Nomor 1 November 2013. Jurnal Ekonomi Pembangunan dan Pertanian merupakan
jurnal yang berisikan hasil-hasil penelitian ilmu ekonomi telah mendapat persetujuan
dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tanggal 6 Maret 2012 dengan Nomor
ISSN 2252-4878 dan dapat diakses pada Edisi Online http://ojs.unm.ac.id/ index.php/
EPDP.
Pada edisi ini, ditampilkan delapan tulisan meliputi : (1) Estimasi Produksi
Hasil Tangkapan dengan Pendekatan Model Ekonometrika Panel Data, (2)
Komparasi Distribusi Pendapatan Sektoral Daerah Perbatasan dan Non-Perbatasan,
(3) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Jagung Hibrida, (4) Komparatif
Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Semangka, (5) Strategi Pengembangan Usaha
Persuteraan Alam yang Berbasis Sumberdaya Ekonomi Lokal, (6) Kajian Pendapatan
Usahatani Ip 400 Jagung Varietas Lamuru pada Lahan Kering Potensial, dan (7)
Kelayakan dan Produktivitas Modal Usahatani Bawang Merah.
Dengan terbitnya jurnal ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang ada
kepada masyarakat dan menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi
pembangunan. Saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan guna
kesempurnaan penerbitan jurnal di masa mendatang.
Makassar, 27 Desember 2013
Ketua Redaksi,
Dr. Abd. Rahim, S.P., M.Si.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii
ESTIMASI PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DENGAN
PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA PANEL DATA (Estimated
of Catches Production on Panel Data Econometrics Model Approach)
Oleh : Abd. Rahim …………………………………..…………………… 103 – 117
KOMPARASI DISTRIBUSI
PENDAPATAN SEKTORAL DAERAH PERBATASAN DAN NON-
PERBATASAN (Comparison of The
Sectoral Income Distribution In The Regional Borders and Non-Borders)
Oleh : Muhammad Saleh Mire …………………………………………… 118 – 135
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG
HIBRIDA (Policy and Development Strategy of Hybrid Maize)
Oleh : M. Arsyad Biba …………….……………………………………… 136 – 145
KOMPARASI PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI
SEMANGKA (Comparison of Income and Efficiency on Watermelon
Farming)
Oleh : Suprapti Supardi …………………………………..……………… 146 – 156
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM
YANG BERBASIS SUMBERDAYA EKONOMI LOKAL
(Development Strategy of Natural Silk Business Local Economic
Resources Based) Oleh : Muhammad Hasan ……………….…………… 157 – 173
KAJIAN PENDAPATAN USAHATANI IP 400 JAGUNG VARIETAS
LAMURU PADA LAHAN KERING POTENSIAL (Income Assessment
of IP 400 Farming of Lamuru Variety Corn on Potential Dryland)
Oleh : M. Arsyad Biba …………………………………….………..…….. 174 – 185
KELAYAKAN DAN PRODUKTIVITAS MODAL USAHATANI
BAWANG MERAH (Feasibility and Capital Productivity of Onion
Farm) Oleh : Diah Retno Dwi Hastuti ………….……….………...…….. 186 – 192
v
Pedoman Penulisan Jurnal Ekonomi Pembangunan dan Pertanian (JEPP) 193 – 194
103
ESTIMASI PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DENGAN
PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA PANEL DATA
(Estimated of Catches Production on Panel Data
Econometrics Model Approach)
Abd. Rahim
Staf Pengajar Program Studi Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar
Jln. Andi Pangeran Pettarani Kampus Gunungsari Baru Makassar, 90222
Hp 0815 240 31697/ email : [email protected]
ABSTRAK
Estimasi Produksi Hasil Tangkapan dengan Pendekatan Model Ekonometrika Panel Data.
Rendahnya pemanfaatan sumberdaya perikanan laut karena kemampuan armada terbatasnya daya
jelajah serta minimnya alat tangkap dan trip mengakibatkan terjadinya penurunan produksi hasil
tangkapan nelayan di wilayah pesisir pantai Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi hasil tangkapan nelayan di wilayah perairan
laut Sulawesi Selatan. Tujuan tersebut menggunakan metode analisis regresi berganda dengan
pengujian multikolinearitas dan autokorelasi dengan pendekatan metode ekonometri panel data
dengan fixed effect dengan data runtun waktu tahun 1986-2011. Hasil penelitian menemukan bahwa
jumlah trip, armada Laut, dan perbedaan wilayah Perairan laut Kabupaten Barru dan Kabupaten
Jeneponto berpengaruh positif dan jumlah alat tangkap berpengaruh negatif terhadap produksi hasil
tangkapan di wilayah perairan Sulawesi Selatan. Sedangkan jumlah nelayan tidak berpengaruh
signifikan. Adanya pengaruh negatif terhadap produksi hasil tangkapan seperti alat tangkap maka
diperlukan dukungan pemerintah ataupun stockholder dalam rangka meningkatkan produksi tangkapan
misalnya jaring insang hanyut. berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.8 Tahun
2008. Sedangkan pengaruh positif seperti armada laut lebih ditingkatkan kekuatan Grosstonase-nya
untuk mencapai fishing ground pada Zona Ekonomi Ekslusif yang lebih jauh. Hal ini telah mengacu
pada program pemerintah tahun 2010, yaitu revolusi biru sebagai grand strategy dalam melaksanakan
restrukturisasi armada laut nasional.
Kata kunci : estimasi, produksi tangkapan, dan panel data
ABSTRACT
Estimated of Catches Production on Panel Data Econometrics Model Approach. The low
utilization of marine fishery resources due to the limited ability of the cruising fleet and the lack of
fishing gear and the trip resulted in a decrease in the production of the catch of fishermen in the coastal
region of South Sulawesi. This study aims to analysis the factors that influence the production of the
fisherman catch in the sea waters of South Sulawesi. The purpose of using multiple regression analysis
and testing of multicollinearity and autocorrelation at approach econometrics method of panel data
with fixed effect with time series data from 1986-2011. The finding results that the number of trips,
Sea fleet, and regional differences Barru sea waters and Jeneponto positively and negatively affect the
amount of fishing gear on the production of the catch in the waters of South Sulawesi. While the
number of fishermen had no significant effect. Any negative effect on the production of the catch as
the gear required stockholder or government support in order to increase the production of drift gill net
catches example. Regulation of the Minister of Marine and Fisheries 8 of 2008. While the positive
104
effects such as enhanced fleet over Grosstonase his strength to reach the fishing ground on the Zone
Economic Exclusive further. This has reference to the government's program in 2010, the blue
revolution as a grand strategy to implement the restructuring of the national fleet.
Keyword : estimated, catch production, and panel data
PENDAHULUAN
Ditinjau dari panjang garis pantai Propinsi Sulawesi Selatan seluas 2.500 km
dengan wilayah daratan seluas 62.482,54 km2, maka sebagian wilayahnya berbatasan
langsung dengan 3 (tiga) wilayah pesisir pantai, yaitu pesisir pantai bagian selatan
terdapat perairan Laut Flores, pantai timur terdapat Teluk Bone, dan bagian barat
Selat Makassar (Anonimous, 2008).
Produksi rata-rata hasil tangkapan di wilayah perairan laut Sulawesi Selatan
antara tahun 2007-2011 sebanyak 43,21 ribu ton. Produksi tersebut diperoleh dari 3
wilayah perairan lautnya, yaitu paling banyak terdapat pada wilayah pesisir pantai
Selatan Kabupaten Jeneponto sebanyak 65,38 ribu ton disusul pesisir pantai timur
Kabupaten Sinjai dan pantai barat Barru masing-masing sebanyak 45,21 ribu ton dan
19,04 ribu ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan, 2007-2011). Hal ini
menunjukkan komoditas perikanan laut di Sulawesi Selatan dapat dijadikan
komoditas unggulan bernilai ekonomis tinggi.
Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Repuplik
Indonesia (2006) penyebaran potensi jenis sumberdaya hayati laut yang terdapat di
Perairan Indonesia seluas 3.433 juta km2, masing-masing tersebar di Samudra
Indonesia 454 ribu km2, Selat Malaka 92 ribu km
2, Laut Cina Selatan 550 ribu km
2,
Laut Jawa 400 ribu km2, Selat Makassar dan Laut Flores 473 ribu km
2, Laut Banda
220 ribu km2, Laut Seram dan Teluk Tomini 306 ribu km
2, Laut Arafura 438 ribu
km2, serta Laut Sulawesi dan Lautan Pasifik 500 ribu km
2.
Dari 9 wilayah pengelolaan perikanan tangkap, potensi lestari tertinggi
terdapat di Samudra Hindia, Laut Cina Selatan, serta Selat Makassar dan Laut Flores,
sedangkan Selat Malaka dan Laut Jawa telah mengalami overfishing (Sekretaris
105
Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Repuplik Indonesia, 2006:25). Mallawa
(2006) mengemukakan bahwa wilayah yang telah mengalami overfishing lebih 100 %
dari maximum suistanable yield adalah Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Banda.
Kemudian 6 wilayah lain yang masih rendah termasuk Selat Makassar dan Laut
Flores kurang dari 50 %.
Rendahnya pemanfaatan sumberdaya perikanan laut karena kemampuan
armada kurang dari 5 Grosstonase (GT) dan terbatasnya daya jelajah kurang dari 12
mil (Rifqi dkk, 2002). Untuk itu melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
dalam Revolusi Biru sebagai grand strategy melaksanakan program restrukturisasi
armada perikanan melalui zero growth untuk armada perahu tanpa motor. kemudian
perahu motor tempel pertumbuhannya dibatasi 2 % per tahun, armada kapal motor <
5 grosstonase (GT) sekitar 3 % per tahun, armada kapal menengah, yaitu 5 s-10 GT
dipacu agar tumbuh 8 % per tahun, dan armada > 10-30 GT sebesar 12 %.
Selain itu, rendahnya kemampuan armada perikanan menyebabkan terjadinya
illegal fishing (pencurian ikan) di berbagai perairan Indonesia (Fauzi, 2005). Bila
kondisi ini tetap berlangsung terus-menerus, maka tingkat pendapatan nelayan akan
sulit mengalami peningkatan. Menurut Mukhtar (2008) setiap tahun 3000 kapal ikan
asal Thailand melakukan illegal fishing di kawasan laut Indonesia, akibatnya
Indonesia kehilangan pendapatannya sekitar US$ 3-6 milyar per tahun.
Fenomena-fenomena dan kejadian tersebut merupakan pemasalahan yang
sering dihadapi dalam kehidupannya sehingga menghambat pembangunan perikanan
dan kelautan (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/Men/2002).
Sehubungan penjelasan dari uraian-uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi hasil tangkapan di perairan
laut Sulawesi Selatan dengan pendekatan ekonometrika
METODE
Penelitian ini bersumber dari data sekunder dengan menggunakan jenis data
berdasarkan dimensi waktu, yaitu time series (runtun waktu) tahun 1986-2012 atau
106
dengan jumlah sampel data sebanyak 26 tahun setiap kabupaten dari 3 (tiga)
kabupaten (sebagai data cross-section) yang dipilih seperti Kabupaten Barru,
Jeneponto, dan Sinjai berada di wilayah propinsi Sulawesi Selatan. Kemudian data
setiap kabupaten digabung sehingga total data sebanyak 78 sampel dengan cara
pendekatan Model ekonometrika panel data (polling cross-section and time series
data) metode fixed effect, yaitu teknik estimasi menggunakan variabel dummy untuk
melihat adanya perbedaan setiap kabupaten dari penggabungan data yang dikenal
teknik least square dummy variable (LSDV) dari data time series.
Pendekatan model ekonometri digunakan dalam penelitian ini dengan
explanatory method untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi hasil tangkapan di perairan laut Sulawesi Selatan dengan
pendekatan model data panel fixed effect digunakan persamaan multiple regression.
Kemudian model tersebut akan diuji apakah sesuai dengan ketepatan model (adjusted
R2), pengujian hipotesis (F test dan t test) serta pengujian asumsi klasik
(multicollinearity dan autocorrelation).
Pengujian hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi hasil
tangkapan pada gabungan 3 (tiga) kabupaten (Barru, Jeneponto, dan Sinjai) wilayah
perairan Sulawesi Selatan di-proxy dengan fungsi produksi Cobb-Douglas dan model
panel data fixed effect sebagai berikut :
QHTit = β0 QTripit β1
QALNit β2
QNit β3
QATit β4
DmWPKBi δ1
DmWPKJiδ2
μ1it
……..……………………..………………..…. (1)
Untuk memudahkan perhitungan model persamaan (1) maka persamaan
tersebut diubah menjadi linear berganda dengan metode double log atau dengan
logaritme natural (Ln) sebagai berikut:
LnQHTit = β0 + β1 LnQTripit + β2 LnQALNit + β3 LnNit + β4 LnATit
+ δ1 DmWPKBi + δ2DmWPKJi + μ1it ………...…………... (2)
dimana :
QHTBt : produksi hasil tangkapan wilayah perairan Sulawesi Selatan, tahun ke-t
(ton)
β0 : intercept/konstanta
107
β1,…, β5 : koefisien regresi variabel bebas
δ1 dan δ2 : koefisien regresi variabel dummy
QTrip : jumlah trip, tahun ke-t (trip)
QALN : jumlah armada laut nelayan, tahun ke-t (unit)
QN : jumlah nelayan, tahun ke-t (jiwa)
QAT : jumlah alat tangkap, tahun ke-t (unit)
DmWPKB : 1, untuk dummy Perairan Kabupaten Barru; 0, untuk lainnya
DmWPK : 1, untuk dummy Perairan Kabupaten Jeneponto; 0,untuk lainnya
μ1it : kesalahan pengganggu
t : runtun waktu (tahun)
i : silang tempat/ cross-section (wilayah perairan kabupaten)
Pengukuran ketepatan atau kesesuaian model (goodness of fit) dilakukan
dihitung melalui Adjusted R2. Menurut Greene (1990) dan Gujarati dan Porter (2009)
dirumuskan sebagai berikut :
(n - 1)
Adjusted R2 = 1 – (1 - R
2) ----------- ……............................................... (3)
(k - 1)
di mana :
Adjusted R2 : koefisien determinasi yang disesuaikan
R2 : koefisien korelasi
k : jumlah variabel tidak termasuk intercep
n : jumlah sampel
Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara bersama-sama
digunakan uji-F dengan tingkat kepercayaan tertentu, yang menurut Gujarati dan
Porter (2009) dapat dirumuskan sebagai berikut :
ESS/ (k - 1)
F hitung = ----------------- ....................................................................... (4)
RSS/ (n – k)
F tabel = (k - 1) : (n - k) ; ..................................................................... (5)
di mana :
: tingkat signifikansi
ESS : jumlahan kuadrat yang dapat dijelaskan
RSS : residu jumlah kuadrat yang tidak dapat dijelaskan
Selanjutnya pengujian terhadap koefisien regresi secara individu (parsial)
digunakan uji t. Menurut Gujarati dan Porter (2009) dengan rumus :
108
βi
t hitung = ------- …..............…………………………....………............. (6)
Sβi
t tabel = (n - k) ; /2 ................................................................................. (7)
di mana :
i : koefisien regresi ke-i
Si : kesalahan standar koefisien regresi ke-i
Dalam penelitian ini menggunakan metode variance inflation factor (VIF)
menguji multicollinerity (Gujarati dan Porter, 2009) sebagai berikut :
1
VIF = ------------ ........................................................................................ (8)
1 – R2j
R2
j diperoleh dari regresi auxilary antara variabel independen atau koefisien
determinasi antara variabel bebas ke-j dengan variabel bebas lainnya. Selanjutnya jika
nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terdapat multicolliarity.
Selanjutnya pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan Lagrange
Multipiler (LM) dan Breusch-Godfrey (B-G). Menurut (Hyun, dkk (2007) LM dan
BG test dilakukan jika keputusan uji Durbin Watson (DW) dikategorikan ragu-ragu
atau tidak dapat disimpulkan dengan cara dihubungkan variabel residual (μt) dengan
semua variabel independen (Xt) dan variabel lag dari residual (μt-1) berikut:
μt = λ0 + λ0 Xt + ρ1μt-1 + ρ2μt-2 + ... + ρpμt-p + vt ...................... (9)
Pengujian ada tidaknya autokorelasi dengan nilai chi-square (2). Jika
2
hitung < 2 tabel berarti tidak terdapat autokorelasi, sebaliknya Jika
2 hitung >
2
tabel berarti terdapat masalah autokorelasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi hasil tangkapan di
wilayah perairan laut Sulawesi Selatan, yaitu gabungan 3 (tiga) perairan laut pesisir
pantai barat Kabupaten Barru, pesisir pantai selatan Jeneponto dan pantai timur Sinjai
109
menggunakan pengujian asumsi klasik multikolinearitas dan autokorelasi. Hasil uji
multikolinearitas dengan metode VIF menunjukkan bahwa tidak mengindikasikan
terjadi multikolinearitas atau kolinearitas ganda karena nilai VIF lebih kecil dari 10
(Tabel.1).
Pada uji autokorelasi dengan metode LM-BG pada tingkat signifikasi 1 persen
dengan nilai chi-square (2) hitung lebih kecil nilai
2 tabel untuk mendapatkan
bahwa model ini tidak terjadi autokorelasi. Nilai 2 hitung harga rill layang ditingkat
produsen sebesar 12,32 yang mana lebih kecil dari 2 tabel 30,134 sehingga
mengindikasikan tidak terjadi autokorelasi atau serial korelasi (Tabel 1).
Pada pengukuran ketepatan model atau kesesuaian model (goodness of fit)
dari nilai adjusted R2 menunjukkan variabel independen pada model fungsi produksi
hasil tangkapan yang disajikan dapat menjelaskan sebesar 67,7 % dari variasi untuk
produksi hasil tangkapan di wilayah perairan laut Sulawesi Selatan (Kabupaten
Barru, Jeneponto, dan Sinjai) sedangkan sisanya sebesar 32,3 % dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Kemudian hasil uji-F sebesar
17,234 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi hasil
tangkapan di wilayah perairan laut Sulawesi Selatan secara signifikan berpengaruh
pada tingkat kesalahan 1 % (Tabel 1).
Selanjutnya pengaruh secara individu berdasarkan uji-t dari masing-masing
variabel independen terhadap produksi hasil tangkapan di wilayah perairan laut
Sulawesi Selatan menggunakan nilai koefisien regresi. Berdasarkan hasil estimasi
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi hasil tangkapan di wilayah perairan laut
Sulawesi Selatan (Tabel 1) di peroleh nilai persamaan multiple regression berikut :
LnQHTit = -54,854 + 0,042 LnQTripit + 4,901 LnQALNit + 5,302 LnNit
- 3,103 LnATit + 49,654 DmWPKBi + 20,499 DmWPKJi
+ μ1it …………………………….…………………………... (10)
Dari hasil persamaan (10) di kembalikan ke persamaan fungsi produksi Cobb-
Douglas dengan meng-anti ln kan sebagai berikut :
110
QHTSSit = anti Ln-54,854 QTripit0,042
QALNit4,901
QNit5,302
QATit-3,103
DmWPKBi49,654
DmWPKJi20,499
μ1it
……………….……….. (11)
= 1,503 QTripit0,042
QALNit4,901
QNit5,302
QATit-3,103
DmWPKBi
49,654 DmWPKJi
20,499 μ1it
…………..…….…..…. (12)
Pada nilai intersep atau konstanta menunjukkan bahwa tanpa variabel jumlah
trip, armada laut, nelayan, alat tangkap, dan perbedaan wilayah perairan laut
(Kabupaten, Barru, Jeneponto, dan Sinjai) maka produksi hasil tangkapan di propinsi
Sulawesi Selatan turun sebesar 54,854 (Tabel 1).
Tabel 1. Analisis Estimasi Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Hasil
Tangkapan di Wilayah Perairan Laut Sulawesi Selatan dengan Pendekatan
Metode Ekonometri Panel Data Periode Tahun 1986-2011
Variabel Independen T.H Koefisien
regresi
t hitung
VIF
Jumlah trip
Jumlah armada Laut
Jumlah nelayan
Jumlah alat tangkap
Dummy perairan laut Kabupaten Barru
Dummy perairan laut Kabupaten Jeneponto
+
+
+
+
+
+
0,042***
4,901**
5,302 ns
-3,103**
49,654***
20,499***
3,622
2,614
1,537
-2,268
3,716
3,639
2,216
4,112
4,786
2,343
9,778
7,671
Intersep/konstanta -54,854
F hitung 24,008
Adjusted R2 0,677
LM/BG 1,232
n
n hasil regresi
78
77 Sumber : Analisis Data Sekunder Setelah diolah, 2012
Ket : *** = Signifikan pada tingkat kesalahan 1 % (0,01), atau tingkat kepercayaan 99 %
** = Signifikan pada tingkat kesalahan 5 % (0,05), atau tingkat kepercayaan 95 %
ns = Tidak signifikan
T.H = Tanda Harapan
VIF = Varian Inflation Factor
LM/BG= Lagrange Multiplier (LM) dan Breusch-Godfrey (B-G)
Trip, untuk koefisien regresi pada fungsi produksi hasil tangkapan di
Sulawesi Selatan, jumlah trip berpengaruh positif pada tingkat kesalahan 1 persen.
Hal ini telah sesuai dengan tanda harapan positif, yaitu setiap penambahan aktivitas
jumlah kegiatan nelayan dalam berapa kali operasi penangkapan ikan di laut (mulai
111
berangkat melaut, menangkap, dan pulang ketempat semula) maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan dari wilayah perairan Sulawesi Selatan
Para nelayan (moderen dan tradisional) wilayah pesisir Sulawesi Selatan
pada saat musim penangkapan rata-rata seminggu 3 kali melaut sehingga produksi
hasil tangkapan meningkat. Khususnya nelayan modern (kapal motor dengan
kekuataan mesin grosstonase) juga melaut saat musim barat. Sedangkan nelayan
tradisionl (perahu motor tempel dengan kekuatan mesin PK/ power knot dan perahu
tanpa motor/ perahu layar)
Secara aktual rata-rata jumlah trip selama periode tahun 1986-2011 terbanyak
pada nelayan Kabupaten Sinjai sebanyak 262.271 kali atau 40,46 %, Jeneponto
sebanyak 234.295 kali (36,15 %) dan Barru 151.557 kali (23,38 %) dari total
produksi hasil tangkapan ketiga wilayah perairan laut Sulawesi Selatan (Tabel 2). Hal
terjadi karena rata-rata armada laut yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Sinjai
adalah kapal motor (inboard motor) dengan kekuatan grosstonase (GT), yaitu 30-50
GT bahkan ada sampai 100-200 GT yang dapat melaut pada musim barat
dibandingkan nelayan di Kabupaten Jeneponto dan Barru berupa perahu motor
tempel dan perahu tanpa motor.
Armada laut (kapal motor, perahu motor tempel, dan perahu tanpa motor)
sebagai teknologi penangkapan berpengaruh positif pada tingkat kesalahan 5 % yang
dapat diartikan bahwa setiap penambahan armada laut (kapal motor, perahu motor
tempel, dan perahu tanpa motor) maka akan meningkatkan hasil tangkapan.
Umumnya armada laut yang berkekuatan grosstonase banyak digunakan oleh
nelayan Kabupaten Sinjai cenderung menangkap ikan pelagis besar (cakalang dan
tuna) dibandingkan nelayan Barru hanya menangkap ikan pelagis (layang, tembang,
dan kembung). Hal ini sejalan dengan nelayan wilayah pesisir Kabupaten Pati dengan
kapal motor purse seine antara 30-100 GT didominasi ikan pelagis kecil seperti selar,
kembung, lemuru, dan layang (Bank Indonesia, 2007). Menurut Mujiani dkk (2002)
adanya penggunaan teknologi penangkapan seperti armada laut dan alat tangkap
112
merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi hasil tangkapan. Secara
aktual Persentase armada laut (Tabel 2) Kabupaten Jeneponto sebanyak 34,37 %
(2.144 unit) lebih banyak dari Kabupaten lainnya, yaitu Sinjai 32,94 % (2.055 unit)
dan Barru 32,69 % (2.039 unit).
Lain halnya variabel alat tangkap yang juga merupakan teknologi
penangkapan berpengaruh negatif terhadap produksi hasil tangkapan, yaitu bahwa
setiap penambahan alat tangkap maka akan menurunkan produksi hasil tangkapan.
Hal ini terjadi karena para nelayan tradisional (motor tempel dan perahu tanpa motor)
menangkap ikan pada musim penangkapan saat terjadi bulan terang ataupun nelayan
modern (kapal motor) menjual ikan hasil tangkapannya pada pajalloro’ (pedagang di
tengah laut) sehingga tidak semua hasil tangkapan didaratkan pada tempat pelelangan
ikan (TPI) atau pusat pendaratan ikan (PPI) Sulawesi Selatan. Alat tangkap yang
digunakan adalah purseine, bagan rambo, jaring, dan pancing.
Transaksi di laut terutama antara nelayan kapal motor (pa’bagang dan
pagae’) dengan pajalloro’ sejak era tahun 80-an sampai sekarang sering terjadi
utamanya di perairan Selat Makassar maupun Laut Flores. Hal ini dapat saja terjadi
jika harga yang diperoleh nelayan lebih menguntungkan di tengah laut daripada
didaratkan pada TPI ataupun PPI. Nelayan kapal motor wilayah pesisir barat
Kabupaten Barru dan pesisir timur Kabupaten Sinjai yang sering disebut pa’bagang
dan pagae’, sedangkan dari wilayah pesisir selatan Kabupaten Jeneponto disebut
parengge’ .
Berbeda dengan penelitian Wigopriono dan Genisa (2003) produksi hasil
tangkapan di perairan pantai utara Jawa Tengah dengan menggunakan data cross-
section bersumber dari data primer yang dipengaruhi oleh alat tangkap purse seine
dengan alat bantu cahaya dan rumpon dengan hasil tangkapan rata-rata jenis pelagis
kecil seperti layang, kembung, tembang, dan cumi-cumi.
Purse seine merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
pelagis yang berbentuk gerombolan dengan alat bantu cahaya lampu dan rumpon baik
113
siang maupun malam, sedangkan bagan rambo atau bagan perahu listrik merupakan
salah satu jaring angkat (lift net) yang dioperasikan pada malam hari dengan
menggunakan lampu (mercuri) sebagai penarik ikan (Sudirman dan Mallawa, 2004)
sebagai bentuk teknologi penangkapan yang dianggap sukses dan berkembang
dengan pesat pada industri penangkapan ikan laut dengan alat bantu cahaya
(Arimoto,1999).
Pada Tabel 2 secara aktual rata-rata jumlah alat tangkap nelayan Kabupaten
Jeneponto sebanyak 2.661 (37,50 %) lebih banyak dari nelayan Kabupaten Sinjai
2.155 (30,36 %). Hal ini terjadi karena terdapat banyak nelayan tradisional
mempunyai alat tangkap (pancing dan jala) setiap perahu motor tempel kekuatan
power knot (PK) dan tanpa motor lebih sedikit dibanding nelayan kabupaten Sinjai
dengan menggunakan kapal motor kekuatan Grosstonase (GT) oleh nelayan modern
seperti bagan dan pukat.
Selanjutnya Jenis rawai tetap juga banyak digunakan nelayan perahu motor
Kabupaten Barru dan Jeneponto pada fishing ground-nya dan hasil tangkapan berupa
jenis ikan demersal (kakap merah) dan pelagis besar (cakalang).
Tabel 2. Rata-rata Produksi hasil Tangkapan, Trip, Armada Laut, Nelayan, dan
Alat Tangkap di Wilayah Perairan Laut Sulawesi Selatan selama periode
Tahun 1986-2011
Kabupaten
Prod.
Tngkpn
(ribu
ton)/
Persen
(%)
Trip
Persen
(%)
Armada
laut
(unit)
Persen
(%)
Nelayan
(jiwa)
Persen
(%)
Alat
Tangkap
(unit)
Persen
(%)
Barru
Jeneponto
Sinjai
16,51
23,73
26,35
24,80
35,63
39,57
151.557
234.295
262.271
23,38
36,15
40,46
2.039
2.144
2.055
32,69
34,37
32,94
2.024
1.835
1.515
37,67
34,14
28,19
2.281
2.661
2.155
32,14
37,50
30,36
Total 66,59 100,00 648.123 100,00 6.238 100,00 5.374 100,00 7.097 100,00
Rata-rata 22,19 216.041 2.079 1.791 2.365
Sumber : Dinas Perikanan Sulawesi Selatan (1986 s.d. 1999) dan Dinas Perikanan dan Kelautan
Sulawesi Selatan (2000 s.d. 2011); diolah/
Menurut Soewito dkk (2000:57) perairan Selat Makassar dan Laut Flores
merupakan daerah penangkapan jenis ikan demersal dan secara tradisional kegiatan
penangkapan nelayan di perairan di Indonesia menggunakan bubu, jaring, pancing,
dan tombak.
114
Pada variabel jumlah nelayan (kapal motor, perahu motor tempel, dan perahu
tanpa motor) tidak berpengaruh terhadap produksi hasil tangkapan. Hal ini terlihat
bahwa peningkatan hasil produksi sangat ditunjang oleh armada laut dengan kekuatan
grosstonase dan alat tangkap modern seperti purseine dan bagan Rambo serta
banyak nelayan telah mengetahui fishing ground ikan saat musim penangkapan
berdasarkan pengalaman melautnya, terutama nelayan kapal motor (pa’bagang,
parengge’ dan pagae’) di perairan Selat Makassar, Laut Flores dan Teluk Bone.
Berbeda dengan hasil penelitian Made (2006) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil tangkapan dengan alat tangkap bagan rambo di perairan Selat
Makassar Kabupaten Barru dengan meng-gunakan data cross-section dipengaruhi
secara positif oleh pengalaman nelayan (sawi/ buruh nelayan) dan jumlah tenaga
kerja, serta secara negatif meliputi jumlah lampu kapal motor bagan rambo dan
pendidikan nelayan. Sedangkan hasil penelitian Roni (2011) yang juga menggunakan
data cross section menemukan faktor yang berpengaruh besar terhadap hasil
tangkapan di perairan laut Kota Probolinggo adalah ukuran alat tangkap yang dalam
hal ini ukuran mata jaring. Secara aktual rata-rata jumlah alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan Kabupaten Sinjai yaitu sebanyak 2.155 unit (30,36 %) lebih
sedikit dibandingkan dengan nelayan Kabupaten Jeneponto sebanyak 2.661 unit
(37,50 %) dan Barru 2.281 unit (32,14 %) (Tabel 2).
Dummy perbedaan wilayah perairan berpengaruh nyata positif terhadap
produksi hasil tangkapan baik pada perairan Kabupaten Barru maupun perairan
Kabupaten Jeneponto pada tingkat kesalahan 1 %. Pengaruh positif telah sesuai
dengan tanda harapan, yaitu dapat diartikan produksi hasil tangkapan (nelayan kapal
motor, perahu motor tempel, dan perahu tanpa motor) perairan Selat Sulawesi
Kabupaten Barru lebih besar produksi hasil tangkapan nelayan pada perairan Laut
Flores Kabupaten Jeneponto dan perairan Teluk Bone Kabupaten Sinjai.
Hal ini tidak terbukti secara aktual bahwa produksi hasil tangkapan dari
perairan Kabupaten Barru sebesar 16,51 ribu ton atau 24,80 % selama periode 1986-
115
2011 lebih kecil dari produksi tangkapan dari perairan Kabupaten Jeneponto dan
Sinjai masing-masing sebesar 23,73 ribu ton (35,63 %) dan 26,35 ribu ton (39,57 %)
Tabel 2. Selanjutnya pengaruh positif variabel dummy perbedaan wilayah perairan
Kabupaten Jeneponto lebih besar dari Kabupaten Barru dan lebih kecil dari
Kabupaten Sinjai .
SIMPULAN
Penelitian ini menemukan bahwa jumlah trip, armada Laut (kapal motor,
perahu motor tempel, dan perahu tanpa motor), dan perbedaan wilayah perairan laut
Kabupaten Barru dan Jeneponto berpengaruh positif terhadap produksi hasil
tangkapan di wilayah perairan Sulawesi Selatan. Artinya setiap penambahan jumlah
trip, armada Laut , dan perbedaan wilayah perairan laut akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan. Kemudian jumlah alat tangkap berpengaruh negatif terhadap
produksi hasil tangkapan di wilayah perairan Sulawesi Selatan. Artinya setiap
penambahan alat tangkap maka akan menurunkan produksi tangkap. Sedangkan
jumlah nelayan tidak berpengaruh signifikan.
Adanya pengaruh negatif terhadap produksi hasil tangkapan seperti alat
tangkap maka diperlukan dukungan pemerintah ataupun stockholder dalam rangka
meningkatkan produksi tangkapan misalnya jaring insang hanyut (gill net) pada pada
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.8 Tahun 2008. Sedangkan pengaruh positif seperti armada laut lebih
ditingkatkan kekuatan Grosstonase-nya 50-100 GT untuk mencapai fishing ground
juga pada ZEE yang lebih jauh dari 6-12 mil. Hal ini telah mengacu pada program
pemerintah Tahun 2010 melalui kementerian kelautan dan perikanan, yaitu revolusi
biru sebagai grand strategy dalam melaksanakan restrukturisasi armada laut nasional
untuk meningkatkan produksi tangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2008, Komoditas Sektor Perikanan laut di Sulawesi Selatan sampai
tahun 2002, www.dkp.co.id, diakses 7 Februari 2009
116
Arimoto, 1999, Light Fishing, Paper International Fisheries Training Centre, JICA,
Tokyo
Bank Indonesia, 2007, Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan Purse Seine, Jakarta
Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007-2011, Statistik Perikanan Sulawesi Selatan
dalam Angka, Sulawesi Selatan
Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006, Laporan Akhir
Perumusan Kebijakan Sumberdaya Manusia Maritim, Departemen Kelautan
dan Perikanan, Jakarta
Fauzi, A., 2005, Kebijakan Perikanan dan Kelautan (Isu, Sintesis, dan Gagasan),
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gujarati, D.N., and D.C. Porter, 2009, Basic Econometrics, 5th
edition.McGraw-Hill,
American
Greene, W.H., 1990, Econometric Analysis (Second Edition), Macmilan Publishing
Company, Toronto
Hyun, Y., H.Moon, H.Kim, dan J. Jeong, 2007, The Effect of Variance Shift on The
Breusch-Godfrey’s LM Test, School of Economics, Yonsei University, Seoul
Korea.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/Men/2002, Tentang Rencana
Strategis Pembangunan Kelautan Perikanan Tahun 2002-2004, Jakarta
Made, S., 2006, Efisiensi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Tangkapan
Bagan Rambo di Kabupaten Barru, Analisis Volume 3 No. 2 Tahun 2006
(jurnal Ilmiah Pascasarjana Unhas), Makasaar, www.pascaunhas.net, diakses
19 Desember 2009
Mallawa, A., 2006, Pengelolaan Ikan Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat,
disampaikan pada Lokakarya Agenda Penelitian COREMAP, di Kabupaten
Selayar.
Mujiani, L. Nagib, dan Z. Fatoni, 2002, Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di
Lokasi Coremap II Desa Mapur, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan
(Perbatasan Negara Malaysia dan Singapura), CRITC-LIPI, Jakarta
117
Mukhtar, 2008, Kapal Thailand Tangkap Ikan secara Illegal, Jakarta, Tanggal 1
Maret 2008, www.kompas.com, diakses 21 Oktober 2009
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008,
Tentang Penggunaan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) pada Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia, Jakarta
Rifqi, M., D.G. Bengen, dan V.P.H., Nikijuluw, 2002, Arahan Strategi
Pengembangan Wilayah Pesisir Kabupaten Padang Pariaman, Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, Volume 9 No.3 Tahun 2002, Balai Riset
Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Roni, M., A. Tumulyad, dan D.B.S. Adi, 2011, Pengaruh Faktor-faktor produksi
terhadap Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut di Kota Probolinggo,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawidjaya, Malang
Sudirman dan A. Mallawa, 2004, Teknik Penangkapan Ikan, Rineka Cipta, Jakarta
Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006, Laporan Akhir
Perumusan Kebijakan Sumberdaya Manusia Maritim, Departemen Kelautan
dan Perikanan, Jakarta
Soewito, S., M.S.Malangjoedo, V.Soesanto, S.Soeseno, R.Budiono, Martono,
H.T.Asikin, S.Rahman, 2000, Sejarah Perikanan Indonesia, Yasamira,
Jakarta
Wigopriono dan A.S. Genisa, 2003, Kegiatan dari Laju Tangkap dan Komposisi
Hasil Tangkapan Purse Seine Mini di Perairan Pantai Utara Jawa Tengah,
Torani Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan No. I. Volume 3 Maret 2003,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Hasanuddin, Makassar
118
119
120