repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21232/1/putri... · 1....
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGGALANGAN DANA
MELALUI PROGRAM LAYANAN JEMPUT
ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
PUTRI RESTU PRATIWI NIM : 106053002014
PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2010
Putri Restu Pratiwi
STRATEGI PENGGALANGAN DANA MELALUI PROGRAM
LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
PUTRI RESTU PRATIWI
NIM : 106053002014
Pembimbing
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A. NIP : 1966065 199403 1 005
PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PENGGALANGAN DANA
MELALUI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP
MUHAMMADIYAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 12 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Program
Studi Manajemen Dakwah.
Jakarta, 12 Mei 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. Wahidin Saputra, M.A. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP:19700903 199603 1 001 NIP: 19670818 199803 1 002 Anggota,
Penguji I Penguji II Drs. H. Sunandar, M.A. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP:19620626 199403 1 002 NIP: 19670818 199803 1 002 Pembimbing
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A. NIP : 1966065 199403 1 005
ABSTRAK
Putri Restu Pratiwi Penggalangan Dana Melalui Program Layanan Jemput Zakat LAZIS PP Muhammadiyah
LAZIS PP Muhammadiyah merupakan salah satu lembaga dalam penerimaan dana zakat, infaq dan sodaqoh di daerah Jakarta. Salah satu hal yang menarik bagi penulis ialah meneliti program layanan jemput di LAZIS PP Muhammadiyah, karena sistem kerjanya yang berbeda dengan layanan-layanan lain, dan menawarkan berbagai macam kemudahan dalam suatu kelompok kebutuhan donatur.
Pembahasan dalam skripsi ini lebih terfokus kepada penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat, suatu program yang merupakan salah satu bagian pelayanan penggalangan dana dan memiliki peran dalam meningkatkan jumlah donasi di LAZIS PP Muhammadiyah.
Penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam menyusun penelitian skripsi ini. Dan untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis menggunakan langkah pengumpulan data di perpustakaan yang sudah disediakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode survey langsung ke LAZIS Muhammadiyah dengan mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Wawancara dan observasi langsung ke kantor LAZIS Muhammadiyah, dan penulis juga menggunakan internet untuk melengkapi pembuatan skripsi ini.
Hasil dari penelitian ini adalah, penulis dapat mengetahui sistem kerja dan kemudahan yang ditawarkan oleh layanan jemput zakat, sehingga para donatur merasa puas dalam menggunakan layanan jemput zakat di LAZIS PP Muhammadiyah. Dan penulis juga dapat mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas layanan jemput zakat dalam mengembangkan jumlah donasi di LAZIS PP Muhammadiyah.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur yang sangat tulus penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi
ini dapat penulis susun dan selesaikan dengan penuh kerja keras,
sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana S1.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Karena berkat jasa beliaulah kita bisa membedakan
antara yang hak dan yang bathil, sehingga kita selalu berada di jalan
Allah SWT.
Selesainya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itulah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
2. Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Ketua
Jurusan Manajemen Dakwah dan juga sebagai Dosen Pembimbing
yang telah banyak membantu dalam memberikan pengarahan serta
saran yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah yang telah banyak membantu dan
ii
memberikan pengarahan yang sangat berharga dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak M. Khoirul Muttaqin sebagai Direktur utama LAZIS PP
Muhammadiyah, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengadakan penelitian di LAZIS PP
Muhammadiyah.
5. Bapak Nanang Q. el-Ghazal sebagai Fundraising Manager, yang
telah menjadi sumber inspirasi dalam karya tulis ini dan sekaligus
telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Edy, seluruh Staff dan Karyawan LAZIS PP
Muhammadiyah yang ramah-ramah dan memberikan pelayanan
yang baik selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2006-2010 yang
telah memberikan Ilmu serta bimbingannya dalam menyelesaikan
kuliah ini.
8. Tim Penguji, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, Bapak Drs. H.
Sunandar, MA dan Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA yang telah
memberikan saran serta kritik yang mendalam terhadap penulisan
skripsi ini, dan mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh Staff Tata Usaha, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Dakwah dan Komunikasi, yang telah banyak membantu dan
memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan selama penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iii
iv
10. Ayahku Anwar AR dan Mamahku tersayang Swindasih Nur Utami
yang telah begitu tulus mencintai dan menyayangi, serta setia
menemani, mengajari, dan menuntunku. Dan adik-adikku Fikar dan
Taufik yang dengan tiada henti memberikan motivasi baik moril
ataupun materil yang tak terhingga disaat penulis menuntut ilmu.
11. Nenekku Sumarni yang tiada henti memberikan do’a dan selalu
memberikan semangat kepada penulis.
12. Sahabatku Novi, Nurul, Halimah, Fitri, Beti dan Ana, yang
berperan aktif dalam kesuksessan penulisan skripsi ini, terimakasih
atas do’a, motivasi dan saran-saran kalian selama ini.
13. Merliza, Rohay, Nina, Imas, Wiyan, Umay, dan Teman-teman
kelasku semuanya, terimakasih atas pertemanan kita yang banyak
memberikan kenangan suka dan duka selama kuliah.
Penulis hanya dapat berdo’a semoga kebaikan Bapak, Ibu,
Sahabat, teman-teman, dan keluargaku akan menjadi amal shaleh,
semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
Akhirnya penulis hanya dapat berharap, mudah-mudahan tulisan
sederhana ini dapat menambah perbendaharaan khazanah intelektual
para pembaca.
Jakarta, 12 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................... ......... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ..... ......... 8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................ 8
D. Tinjauan Pustaka .............................................. 10
E. Metodelogi Penelitian ....................................... 11
F. Sistemetika Penulisan ....................................... 14
BAB. II : TINJUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI
PENGGALANGAN DANA ZIS
A. Teori Strategi ................................................... 17
1. Pengertian Strategi ..................................... 17
2. Proses Strategi ............................................ 20
3. Faktor-Faktor Strategi ................................ 24
B. Zakat ................................................................ 26
1. Pengertian dan Definisi Zakat .................... 26
2. Prinsip-prinsip Zakat .................................. 27
3. Tujuan, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat ... 29
C. Penggalangan Dana Zakat ................................ 42
v
1. Strategi Penggalangan Dana Zakat ............ 42
2. Teknik Penggalangan Dana Zakat ............. 49
3. Sumber-Sumber Dana Zakat ...................... 54
BAB. III : PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT
LAZIS PP MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
A. Program Layanan Jemput Zakat ...................... 66
1. Latar belakang ............................................ 66
2. Tujuan dan Dasar hukum ........................... 70
3. Rencana kerja ............................................. 72
4. Sistem program layanan jemput zakat ....... 67
B. LAZIS PP Muhammadiyah .............................. 78
1. Sejarah dan Landasan hukum .................... 78
2. Visi, Misi, dan Tujuan ............................... 80
3. Struktur Organisasi .................................... 81
4. Program Kerja dan Kegiatan ...................... 82
BAB. IV : STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT
LAZIS PP MUHAMMADIYAH
A. Strategi ........................................................... 103
1. Segmentasi Layanan Jemput Zakat
LAZISMU ................................................ 103
2. Target layanan jemput zakat LAZISMU ... 119
3. Positioning layanan jemput zakat
LAZISMU .................................................. 123
B. Hasil ................................................................. 128
1. Hasil Segmentasi Layanan Jemput Zakat
LAZISMU .................................................. 128
vi
vii
2. Hasil Target Layanan Jemput Zakat
LAZISMU................................................... 131
3. Hasil Positioning Layanan Jemput Zakat
LAZISMU................................................... 134
C. Analisis ............................................................ 136
1. Strategi ....................................................... 136
2. Hasil ........................................................... 140
BAB. V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................... 142
B. Saran .................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 146
LAMPIRAN .................................................................................. 149
Aku yang kini berjuang sendiri
Dengan kenyataan dan mimpi
Dalam lembar-lembar karya ini
Belum bisa ku menarik nafas panjang
Dan melangkah dengan lenggang
Atas semua kisah yang menantang
Siapa... yang dapat membantu ku meringankan mimpi
Yang selalu terbesit berkali-kali
Ditengah himpitan yang pedih
Dalam perjuangan yang indah ini
Dalam hening di malam yang sepi
Aku hanya mampu mencurahkan isi hati
Dari setiap cerita yang ku miliki
Dengan merendah dan pasrah
Ku ungkapkan semua rasa yang ku punya
Pada Sang Penguasa
Rasa haru dan bahagia tak tertahankan
Rasa takut dan sedih yang terpaut
Tak pernah lenyap dalam benak
Seperti jam dinding yang terus berdetak
Terus mencoba semampu aku
Semua belum berlalu
Belum bisa melepas rasa haru dan bahagia ku
Belum bisa memecah rasa takut dan sedih ku
Semua belum usai dan tercapai
Akan harapan dan mimpi
Dalam perjuangan ku yang penuh misteri
Aku hanya mampu berencana
Untuk mewujudkan mimpi indah
Tapi... semua adalah rahasia Sang Penguasa
Jiwa ku melayang
Untuk sebuah kemenangan,,,
Mimpi dan harapan
Atau... tidak untuk apa-apa
Aku... tidak tahu
Tidak ada lagi yang bisa ku ungkap
Berdo’a, berusaha untuk yang terbaik
Meneruskan impian dan harapan dalam kehidupan
Terus terjaga dalam setiap jalannya harapan
BAB I
PENDAHULUAN
TENTANG:
Latar Belakang Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Metodelogi Penelitian
Tinjauan Pustaka
Sistematika Penulisan
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus
dipelihara oleh para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua
kalimat: hablum minallah wa hablum minan naas (Q.s. 3 : 11).1
Terjemahan harfiahnya adalah tali Allah dan tali manusia. Hubungan
itu dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukkan ikatan atau
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan antara manusia dengan
manusia, yang disebut terakhir ini meliputi juga hubungan antara
manusia dengan lingkungannya, termasuk dirinya sendiri. Kedua
hubungan tersebut harus berjalan secara serentak dan simultan. Kalau
dilukiskan, garis keatas (vertikal) menunjukkan hubungan manusia
yang bersifat langsung dan tetap dengan Tuhan. Garis mendatar,
horizontal, menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat, lingkungan dan dirinya sendiri, selama ia hidup
didunia ini, yang dituju adalah keselarasan dan kemantapan
1 Al-Buny D. Ahmad, Problematika Harta & Zakat (yogyakarta: Yayasan
Pendidikan al-Qur’an, 1975).
1
2
hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia, termasuk dirinya
sendiri dan lingkungannya.
Inilah aqidah dan ini pulalah wasilah (jalan) yang dibentangkan
oleh ajaran Islam bagi manusia, terutama manusia yang memeluk
ajaran agama Islam. Dengan berpegang teguh kepada aqidah atau
keyakinan itu, terbuka jalan untuk mencapai kebaikan hidup di dunia
ini dan kebaikan hidup di akhirat kelak, setelah manusia meninggalkan
dunia yang fana ini.2 Untuk mencapai tujuan itulah, di samping
syahadat, shalat, puasa, dan haji, diperlukan juga zakat.
Zakat merupakan rukun islam ke empat yang sangat penting
bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi umat.
Pembayaran zakat bukan hanya menunjukkan kesalehan individual
tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh
aghniya, orang yang dipandang kaya menurut aturan syara’ wajib
membayar zakat (muzaki) kepada orang-orang miskin sesuai pedoman
syar’i (fuqoro) yang diketegorisasikan dalam 8 (delapan) golongan
penerima (mustahik). Zakat merupakan sumber dana potensial dalam
program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat level bawah.3
Balasan Allah atas pembayar zakat, misalnya, akan diperoleh
manusia secara tidak langsung di dunia ini. Bentuknya bermacam-
2 Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 29.
3 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h. 1.
3
macam. Salah satu diantaranya adalah perasaan bahagia karena dengan
mengeluarkan zakat itu, ia telah ikut membahagiakan hidup orang lain
yang menderita. Di samping itu, seseorang yang mengeluarkan zakat
akan terdidik pula dengan sifat-sifat yang baik, di antaranya tidak
mementingkan diri sendiri, tetapi juga mengingat nasib dan
kepentingan orang lain yang hidup bersama dia dalam suatu
masyarakat. Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi
salah satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama
islam.
Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya
menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud,
bila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahiq untuk
keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan
oleh lembaga yang amanah dan professional. Untuk keperluan ini, UU
RI No. 38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud
kepedulian Pemerintah untuk mengupayakan kelembagaan
pengelolaan zakat dengan manajemen modern.4 Hal ini menunjukkan
pentingnya suatu lembaga zakat. Lembaga inilah, di samping membina
hubungan dengan Allah. Akan menjembatani dan memperdekat
hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata-
kata bahwa umat Islam itu bersaudara, saling bantu membantu dan
tolong menolong: yang kuat menolong yang lemah, yang kaya
4 Ibid, h. 1.
4
membantu yang miskin. Dengan zakat dapat digambarkan citra Islam
dan diwujudkan cita-cita kemasyarakan Islam.5
Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa,
Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia
mewajibkan kepada setiap muslim mengeluarkan zakat dari rezeki
yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga menganjurkan kepada
mereka untuk berse-dekah (shadaqah) dan ber infaq (infaq), yang
semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
warga masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam
kemiskinan dan kesusahan. Dari gambaran itulah Muhammadiyah
memandang perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan penggalian
dana yang bersumber dari zakat, infaq dan Shadaqah.
Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar,
mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama
Islam dan juga masih cukup banyak warga masyarakat yang belum
menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan
mereka terhadap ajaran agama. Meskipun Negara kita masih berada
dalam kondisi lemah ekonomi yang berkepanjangan, namun masih
cukup banyak warga masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan
rezeki melimpah.
5 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988), h. 30.
5
Dalam rangka membantu dan memberdayakan kaum miskin dan
mustadhafin, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan amal usaha
sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo,
poliklinik, balai kesehatan, dan sekolah-sekolah, yang dimaksudkan
untuk memberikan kemudahan bagi anak-anak keluarga miskin.
Badan-badan amal sosial tersebut didirikan dan dibesarkan dari dana
zakat, infaq dan shadaqah dari warga masyarakat dan para aghniya dari
kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah.
Kegiatan penggalian dana ZIS di lingkungan Muhammadiyah
selama ini masih bersifat parsial dan sporadis sehingga hasil yang
dicapai kurang optimal. Pemerintah bersama DPR telah membuat
Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai
dasar hukum untuk bergerak secara lebih intensif bagi organisasi
masyarakat dalam upaya menggali sumber dana ZIS, dengan
mendirikan lembaga-lembaga amil zakat. Melalui UU tersebut,
Pemerintah memberikan insentif kepada warga masyarakat pembayar
zakat dalam bentuk potongan pajak sebesar zakat yang dikeluarkannya
melalui Badan dan Lembaga Amil zakat.
Sehubungan dengan itu, dan dalam upaya untuk lebih
memperkuat badan-badan amal sosial Muhammadiyah dalam
membantu dan memberdayakan kaum miskin maka Pimpinan Pusat
Muhammadiyah memandang perlunya membentuk satu lembaga yang
6
LAZIS Muhammadiyah memiliki aspek legal dengan
pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional dalam
bentuk :
a. SK PP Muhammadiyah nomor : 103/KEP/I.0/K/2002 tanggal 04 Juli
2002.
b. SK Menteri Agama nomor : 457 tanggal 21 Nopember 2002.
LAZIS Muhammadiyah telah menargetkan jumlah dana Zakat
yang akan dikumpulkan melalui pelayanan-pelayanan LAZIS
Muhammadiyah dan juga melalui Jejaring LAZIS Muhammadiyah
yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah target yang akan dicapai
melalui pelayanan LAZIS Muhammadiyah tersebut akan diupayakan
khususnya dengan memudahkan muzaki membayar zakatnya melalui
gerai-gerai yang dibuka, maupun pelayanan lain.
Setiap donator atau muzaki membutuhkan pelayanan yang
berbeda dalam berdonasi, dan semua itu membutuhkan strategi dalam
menghimpun atau menggalang dana yang merupakan tulang punggung
kegiatan dalam menggalang dana agar segala kegiatan berjalan dengan
lancar. Atas dasar itulah LAZIS Muhammadiyah menyediakan
berbagai macam pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan para
donator yang berbeda pula, salah satunya adalah layanan jemput zakat.
secara khusus melaksanakan fungsi Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.
7
Dalam rangka memberikan kepuasan konsumen, perusahaan
atau sebuah lembaga perlu melakukan usaha pembinaan langganan,
melalui pengarahan tindakan strategi pemasaran yang tepat sesuai
dengan ciri atau sifat para pembeli/ konsumen tersebut. Untuk dapat
membina langganan atau pasarnya, maka perusahaan perlu
memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuannya, sehingga
terarah kepada pasar sasaran (target market) yang dituju.6
Layanan jemput zakat merupakan salah satu pelayanan yang
ada dalam strategi fundraising LAZIS Muhammadiyah, suatu
pelayanan yang menawarkan berbagai macam kemudahan dan
kepuasan yang berbeda dengan pelayanan LAZIS Muhammadiyah
yang lain dan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
penggalangan atau penghimpunan dana di LAZIS Muhammadiyah.
Sehingga melalui layanan jemput zakat dapat dilihat seberapa besar
pengaruhnya terhadap pasar sasaran yang dituju, atas dasar itulah
penulis ingin membuat penelitian skripsi yang berjudul “STRATEGI
PENGGALANGAN DANA MELALUI LAYANAN JEMPUT
ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH.”
6 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A, MANAJEMEN PEMASARAN Dasar,
Konsep, dan Strategi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 143
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas hanya lebih terfokus kepada
salah satu strategi pelayanan di LAZIS PP Muhammadiyah, yaitu
layanan jemput zakat.
2. Perumusan Masalah
Agar dalam pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka
dapatlah di kemukakan rumusan masalah terhadap judul ini.
dengan maksud untuk memudahkan penelitian dan mendapatkan
hasil kajian yang Komperehensif. Adapun masalah yang akan di
teliti dan di paparkan dalam skripsi ini adalah:
a. Bagaimana strategi fundraising yang dilakukan LAZIS
Muhammadiyah?
b. Bagaimana program layanan jemput zakat yang dilakukan
LAZIS Muhammadiyah?
c. Seberapa besar standar efektifitas program layanan jemput
zakat LAZIS Muhammadiyah dalam meningkatkan jumlah
Muzaki?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah Untuk
mengetahui langkah-langkah dan upaya apa saja yang dilakukan di
9
layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah, sehingga penulis dapat
membuktikan apakah layanan jemput zakat ini dapat berpotensi,
berperan besar atau tidak berpengaruh dalam penggalangan dana di
LAZIS Muhammadiyah. Ada beberapa tujuan lain yang mendasari
penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh LAZIS
PP Muhammadiyah dalam menggalang dana.
2. Untuk mengetahui bagaimana program layanan jemput zakat
yang dilakukan oleh LAZIS PP Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui seberapa besar program layanan jemput zakat
ini berkembang, maka perlu dilihat seberapa besar standar
keefektifitasan program ini dari berbagai faktor (intenal maupun
eksternal).
Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai alat ukur dalam perkembangan menggalang dana,
sehingga ketika terlihat kekurangan dalam layanan jemput zakat
diharapkan penelitian ini mampu membuat Antisipasi di tahun-
tahun berikutnya dalam menyusun strategi menggalang dana di
LAZIS Muhammadiyah.
2. Sebagai sampel bahwa LAZIS Muhammadiyah adalah salah satu
Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional yang terbaik di Indonesia,
dan sudah memiliki legalitas.
10
3. Sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana 1 (S1)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjuan pustaka
oleh penulis, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah
mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang
hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini
adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti
sekarang, tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu,
maka penulis perlu mempertegas perbedaan antar masing-masing
judul skripsi tersebut antara lain:
1. Penulis Selamet Fadilah (104053002064) yang berjudul Strategi
Penggalangan dan Pendistribusian Dana Komite Indonesia
Untuk Solidaritas Palestina, jurusan Manajemen Dakwah. Judul
skripsi tersebut membahas tentang strategi dalam penggalangan
dana komite indonesia, namun tujuan skripsi ini lebih kepada
strategi dalam penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah.
2. Penulis Elvi Alawiyah Yang Berjudul Administrasi Kantor
Penggalangan dan Pendayagunaan Dana Zakat pada Baitulmaal
Muamalat, jurusan Manajemen Dakwah. Perbedaan terletak pada
spesifikasi dalam administrasi penggalangan dan pendayagunaan
11
dana zakat, sedangkan skripsi ini lebih mengarah kepada strategi
dalam penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah.
3. Penulis Umroha Almaal (102053025761) yang berjudul Strategi
Fundraising Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli
Ummat, jurusan Manajemen Dakwah. Judul skripsi tersebut
membahas tentang strategi fundraising, sedangkan pada skripsi
ini penulis lebih mengarah kepada strategi penggalangan dana
dalam program layanan jemput zakat.
E. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
menggunakan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang
di kutip dari “metodologi penelitian kualitatif” metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dan perilaku yang dapat diamati.7
Deskriptif yaitu suatu metode yang membahas permasalahan
dengan cara memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan
pokok masalah secara teoritis.
2. Subjek dan objek penelitian
7 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2002), Cet Ke-17, Hal.3
12
Subjek penelitian ini adalah LAZIS PP Muhammadiyah,
sedangkan objek penelitiannya adalah bagaimana strategi
penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian: Sekretariat PP Muhammadiyah Jakarta;
Gedung dakwah Muhammadiyah. Jln Menteng Raya No 62. Jakarta
(lantai 3, kantor LAZIS Muhammadiyah).
4. Teknik pengumpulan data
Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan
judul skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Observasi
Agar lebih mudah mendapat data yang konkrit, sehingga
penulis mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung
kepada pihak yang bersangkutan yaitu LAZIS Muhammadiyah.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan peneliti
untuk memperoleh informasi dari sumber informasi. Interview
digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang atau
organisasi, dalam hal ini peneliti menggunakan sistem
wawancara langsung untuk melengkapi pengumpulan data yang
13
diperlukan, penulis mengadakan wawancara langsung dengan
tema yang diteliti.8
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan tertulis tentang berbagai
kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data di
peroleh melalui dokumen-dokumen yang berupa catatan formal,
dan juga buku-buku, artikel, majalah, Koran, dan bahan
informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah
penelitian serta dapat memperkaya dan mempertajam analisa
study ini, sumber- sumber data yang terdapat dalam penelitian ini
berasal dari sumber tertulis.9
5. Analisa data
Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode
deskriptif, metode deskriptif adalah langkah–langkah dalam
melakukan representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat
dalam masalah yang diselidiki, dengan kata lain, metode ini tidak
terbatas sampai pada pengumpulan data. Tetapi meliputi juga analisis
dan interpretasi tentang arti data itu.10
6. Teknik penulisan
8 Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis
(Jakarta: Bina Aksara,1985), h. 109-110 9 Meleong, (Metodologi Penelitian Kualitatif H. Abdurrahman,Tif ), h. 16 10 Soejono Dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan
Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ), h. 24
14
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku.
pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis dan disertasi), yang
disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh
CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami pengertian-pengertian
dan mempelajari penulisan penelitian skripsi. Penulisan skripsi ini
disusun secara sistematis menjadi lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari
sub bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan latar
belakang masalah, pembahasan dan pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjuan pustaka, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan
tentang:
Teori Strategi, yang menjelaskan tentang; pengertian,
proses dan faktor-faktor strategi.
15
Zakat, yang menjelaskan tentang; pengertian dan
definisi zakat, serta prinsip-prinsip zakat, tujuan,
hikmah, syarat, macam dan dalil-dalil tentang zakat.
Penggalangan Dana Zakat, yang menjelaskan tentang;
Strategi Penggalangan Dana Zakat, Teknik
Penggalangan Dana Zakat, Sumber-Sumber Dana
Zakat, dan Pola Penggalangan Dana zakat.
BAB III PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS
PP MUHAMMADIYAH
Bab ini menggambarkan dan menguraikan tentang
program layanan jemput zakat yang mencakup; latar
belakang, tujuan, dasar hukum, Rencana kerja, dan
Sistem program layanan jemput zakat. Serta
menggambarkan pula tentang profil LAZIS
Muhammadiyah.
BAB IV STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP
MUHAMMADIYAH
Bab ini menguraikan tentang strategi penggalangan
dana LAZIS Muhammadiyah, yang menjelaskan
bagaimana segmenting, targeting, dan juga positioning
dalam program layanan jemput zakat, serta hasil apa
16
saja yang diperoleh dalam menjalankan strategi
tersebut. Dan yang terakhir dalam bab ini yaitu analisis
penulis dalam meneliti berbagai kegiatan di LAZIS
Muhammadiyah.
BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan, dan saran saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI
PENGGALANGAN DANA ZIS
TENTANG:
Teori Strategi; Pengertian Strategi, Proses Strategi, Faktor-
faktor Strategi.
Zakat; Pengertian dan Definisi Zakat, Prinsip-
prinsip Zakat, Tujuan, Syarat, Macam, dan
Dalil Zakat.
Penggalangan Dana Zakat; Strategi
Penggalangan Dana Zakat, Tekhnik
Penggalangan Dana Zakat, Sumber-sumber
Dana Zakat.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI
PENGGALANGAN DANA ZIS
A. Teori Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi sebagai sebuah kata yang lebih tua dari istilah
manajemen. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Strategeia ini berasal dari kata Stratos yang berarti militer dan ag
yang berarti memimpin. Dalam koneks awalnya, strategi diartikan
Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam
membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan
perang.1
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau
kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi
terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang, tetapi
sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin.2
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu
organisasi diartikan sebagai kiat cara dan taktik utama yang
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 8
2 Ibid, h. 10
17
18
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen
yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan strategi
adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk
melaksanakan kegiatan tertentu.4
Untuk mengetahui lebih jelas megenai pengetian strategis,
penulis mengedepankan pengertian strategis yang dikemukakan
beberapa pakar, diantaranya:
a. Menurut Prof. Dr. A. M. Kardiman, strategi adalah penentuan
tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu
perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak
dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk
mewujudkan tujuan tersebut.5
b. Menurut Dr. Fuad Ansyari mengatakan bahwa: “Dalam
pengertian dasarnya strategi dan titik adalah metode titik untuk
memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk
pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan
memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang
non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara untuk
3 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000), Cet ke-1, h. 147
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199
5 A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), h. 58.
19
memenangkan persaingan antara kelompok-kelompok yang
berbeda orientasi hidupnya.“6
c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran
utama organisasi akan tercapai.7
d. Menurut Din Syamsudin, strategi mengandung arti diantaranya:
1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program
untuk mencapai tujuan.
3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.8
e. Menurut William F. Glueck, strategi merupakan sesuatu yang
dipersatukan, bersifat komprehensif terintegrasi yang
menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan
dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar
6 Fuad Amsari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung:
Mizan, 1990), h. 40 7 George Stainer dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta:
Erlangga, t.t), h. 20 8 Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani,
(Jakarta: logos, 2000), Cet ke-1, h. 127
20
perusahaan atau organisasi akan tercapai dengan pelaksanaan
yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.9
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat
menyimpulkan: ada beberapa rumusan-rumusan yang ada dalam
strategi, namun demikian tidak merubah ide-ide pokok yang terdapat
dalam pengertian semula diantaranya, yaitu:
1) Strategi merupakan satu kesatuan rencana yang terpadu untuk
mencapai tujuan organisasi.
2) Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan
lingkungan organisasi sehingga dapat di susun kekuatan
organisasi.
2. Proses Strategi
Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah
organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya,
bergerak berputus pada lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti
pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.10 Adapun proses strategi
terdiri dari tiga tahapan:
a. Perumusan Strategi
9 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2000), Cet ke-1, h. 4 10 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002),
h. 3
21
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif
memilih strategi untuk dilaksanakan.11 Dalam perumusan strategi
juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses
kegiatan.
Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan
menjadi kerangka kerja, diantaranya:
1) Tahap Input (masukan)
2) Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas
informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi.
3) Tahap Pencocokan
4) Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada
menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan
faktor-faktor eksternal dan internal.12
5) Tahap Keputusan
6) Menggunakan semacam teknik, di peroleh dari input sasaran
dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah
diidentifikasikan dalam tahap kedua.13
11 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 15. 12 Ibid, h. 183.
22
Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke depan dengan
tujuan, artinya peran perencanaan amatlah penting dan memiliki
andil yang besar.
b. Implementasi Strategi
Implementasi Strategi termasuk pengembangan budaya dalam
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif,
mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memanfaatkan sistem informasi yang masuk.14 Implementasi strategi
sering pula disebut sebagai tindakan dalan strategi, karena
implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi
yang telah dirumuskan menjadi tindakan.
Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan
sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi
merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasikan
strategi. Implementasi yang sukses membutuhkan dukungan disiplin,
motivasi dan kerja keras.
c. Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi.
Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi
yaitu:
13 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 198 14 Ibid, h. 5
23
1. Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman)
dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang
menjadi dasar asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan
faktor eksternal seperti tindakan yang harus dilakukan.
Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam
mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang
diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi
yang buruk dapat berakibat buruk pula pada hasil yang akan
dicapai.
2. Mengukur Prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang didapat). Menyelidiki penyimpangan dari
rencana, mengevaluasi prestasi individu dan menyimak kemajuan
yang dibuat ke arah penyampaian sasaran yang dinyatakan.
Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat di ukur dan
dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang lebih penting
dari pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang telah
terjadi.
3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana. Dalam mengambil tindakan korektif tidak
harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan
atau bahkan starategi baru dirumuskan. “... Tindakan korektif
diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang
24
dibayangkan semula untuk pencapaian yang direncanakan maka
disitulah tindakan korektif diperlukan.“15
Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik
untuk lebih mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari,
mengurangi, dan meringankan ancaman eksternal serta mampu
memperbaiki kelemahan internal. Segala kegiatan korektif harus
konsisten secara internal dan bertanggung jawab secara sosial.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan di masa depan.
Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka,
karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi akan
merugikan suatu hasil yang dicapai. Evaluasi strategi sangat penting
untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai. Evaluasi
strategi sangat diperlukan untuk organisasi dari semua kegiatan
dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu
tinjauan dan nilai-nilai yang merangsang kreatifitas.
3. Faktor-faktor Strategi
Kesadaran bagi setiap orang, baik sebagai individu atau
kelompok organisasi, baik organisasi social atau organisasi bisnis
tentang tujuan yang hendak dicapai akan berubah. Suatu usaha untuk
mencapai tujuan tersebut dan sebuah usaha-usaha yang mengarahkan
pada penyampaian tujuan disebut strategi.
15 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 104
25
Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan
organisasi kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus
memperhatikan faktor-faktor strategi, diantaranya:
a. Lingkungan
Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi dan selalu berubah.
Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala
sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak
hanya kepada cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan,
kebutuhan, dan pandangan kehidupan.
b. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan
kebijakan organisasi yang ada.
c. Kepemimpinan
S. P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni
seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil
keputusan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam menilai
perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau
internal berbeda.16
B. Zakat
1. Pengertian dan Definisi Zakat
16 S. P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet ke-2,
h. 9
26
Perkataan zakat berasal dari kata zakaa, artinya tumbuh dengan
subur. Makna lain kata zakaa. Dalam kitab-kitab hukum islam,
perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang
serta berkah. Dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta,
maka menurut ajaran islam, harta yang di zakati itu akan tumbuh
berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan
bagi hidup dan kehidupan yang punya). Jika dirumuskan, maka zakat
adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim
yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-
syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul, dan
kadar-nya. Menurut hadits, yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika
Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin jabal ke Yaman untuk
mewakili beliau menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi
menegaskan bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang-orang
kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya, antara
lain fakir dan miskin.17
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang,
setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang dikehendakinya
sendiri.18
Shadaqah atau sedekah adalah pemberian sukarela yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-
17 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 38
18Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 23
27
orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik
jenis, jumlah maupun waktunya. Lembaga sedekah sangat
digalakkan oleh ajaran Islam untuk menanamkan jiwa sosial dan
mengurangi penderitaan orang lain. Sedekah tidak terbatas pada
pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa
yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan
dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, termasuk dalam
kategori sedekah.19
2. Prinsip-prinsip Zakat
Menurut M.A. Mannan, zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:
a. prinsip keyakinan keagamaan (faith)
b. prinsip pemerataan (equite) dan keadilan
c. prinsip productivitas (productivity) dan kematangan
d. prinsip nalar (reason)
e. prinsip kebebasan (freedom)
f. prinsip etik (ethic) dan kewajaran.20
Prinsip (pertama) keyakinan keagamaan menyatakan bahwa
orang yang membayar zakat yakin bahwa pembayaran tersebut
merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga
kalau orang yang bersangkutan belum menunaikan zakatnya, belum
19 Ibid, h. 23 20 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988), h. 39
28
merasa sempurna ibadahnya. Prinsip (kedua) pemerataan dan
keadilan cukup jelas menggambarkan tujuan zakat yaitu membagi
lebih adil kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepada umat
manusia. Prinsip (ketiga) produktivitas dan kematangan menekankan
bahwa zakat memang wajar harus dibayar karena milik tertentu telah
menghasilkan produk terntentu. Dan hasil (produksi) tersebut hanya
dapat dipungut setelah lewat jangka waktu satu tahun yang
merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu. Prinsip
(keempat) nalar, dan (kelima) kebebasan menjelaskan bahwa zakat
hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani serta
rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk
membayar zakat untuk kepentingan bersama. Zakat tidak dipungut
dari orang yang sedang dihukum atau orang yang menderita sakit
jiwa. Akhirnya, (keenam) prinsip etik dan kewajaran menyatakan
bahwa zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa
memperhatikan akibat yang ditimbulkannya. Zakat tidak mungkin
dipungut, kalau karena pemungutan itu orang yang membayarnya
justru akan menderita.
3. Tujuan, Hikmah, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat
a. Tujuannya
29
Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini,
sasaran praktisnya. Tujuan tersebut, selain yang telah disinggung di
atas, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari
kesulitan hidup serta penderitaan
2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para
gharimin, ibnussabil dan mustahiq lainnya
3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat
Islam dan manusia pada umumnya
4) Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta
5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari
hati orang-orang miskin
6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin dalam suatu masyarakat
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta
8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban
dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya untuk
mencapai keadilan sosial.21
b. Hikmahnya
21 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988), h. 40
30
Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah (makna
yang dalam, manfaat) yang bersifat rohaniyah dan filosofis. Hikmah
itu digambarkan di dalam berbagai ayat al-Qur’an dan al-Hadits. Di
antara hikmah-hikmah itu adalah:
1) Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan
pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba,
dengki, iri, serta dosa
2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat
kemelaratan
3) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama
manusia
4) manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam
kebaikan dan takwa
5) Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial
6) Membina dan mengembangkan stabilitas sosial
7) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.22
c. Syaratnya
Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta
yang dipunyai oleh seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah:
22 Ibid, h. 41
31
1) Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam
kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun
kekuasaan menikmati hasilnya
2) Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami
berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau
usaha manusia
3) Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai oleh
seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh
diri sendiri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia
4) Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang
itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat)
maupun hutang kepada sesama manusia
5) Mencapai nisab. Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib
dikeluarkan zakatnya
6) Mencapai haul. Artinya harus mencapai waktu tertentu
pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan atau setiap kali
menuai atau panen.23
d. Macamnya
Sebagaimana telah disebut juga di atas, zakat terdiri dari (1)
Zakat maal atau zakat harta, dan (2) zakat fitrah. Yang dimaksud
dengan (1) zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang
23 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988), h. 41
32
(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-
orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam
jumlah minimal tertentu; (2) zakat fitrah adalah pengeluaran wajib
dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari
keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya idulfitri.24
e. Dalil-dalilnya
Yang dimaksud dengan dalil-dalil dalam hubungan ini adalah
dasar-dasar hukum zakat, baik yang terdapat dalam al-Qur’an
maupun yang terdapat dalam kitab-kitab hadits (al-Hadits). Dalil-
dalil yang terdapat dalam kedua sumber hukum Islam itu disebut
dalil-dalil naqli, sedangkan dalil-dalil yang lahir dari ijtihad manusia
dinamakan dalil aqli.25
Berikut ini, sebagai contoh, disebutkan beberapa dalil naqli
dan keutamaan zakat yang terdapat di dalam al-Qur’an, yaitu:
1) Perintah menunaikan. (Q.s. Al Baqarah : 43, 83, 110, 177).26
☺
⌧
⌧
24 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988), h. 42 25 Ibid, h. 42 26 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka, 2000), h. 249.
33
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku. (Q.s. Al Baqarah : 43)
☺
☺
⌧
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari
Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian
kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.s.
Al Baqarah : 83)
☺
34
☺ ☺
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang
kamu kerjakan. (Q.s. Al Baqarah : 110)
☺
☺
⌧ ☺
☺
☺
☺
☺
35
☺
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan memerdekakan
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.s. Al
Baqarah : 177)
36
2) Orang yang menunaikan – mendapat pahala dari Tuhan. (Q.s.
Al Baqarah : 277; An Nisaa : 162; Al A’raaf : 156; At Taubah :
71).27
☺
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal shaleh, mendirikan sembahyang
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.s. Al
Baqarah : 277)
☺
☺
27 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka, 2000), h. 249.
37
Artinya : Tetapi orang-orang yang mendalami ilmunya di
antara mereka dan orang-orang mu’min, mereka
beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu
(Al Qur’an), dan apa yang telah diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan
kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (Q.s.
An Nisaa : 162)
⌧
⌧ ☺
⌧
38
Artinya : Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini
dan di akhirat, sesungguhnya kami kembali
(bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-
Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.
Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat Kami.“ (Q.s.
Al A’raaf : 156)
☺
☺
☺
☺ ☺
⌧
⌧
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari
39
yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Q.s. At Taubah : 71)
3) Orang yang berhak menerima (Q.s. At Taubah : 60).28
☺
☺
☺
⌧ ⌧ ☺
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang
untuk dijalan Allah dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
28 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka, 2000), h. 249.
40
diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (Q.s. At Taubah : 60)
4) Keharusan ada pemungut (Q.s. At Taubah : 103).29
⌦ ☺
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya
do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Q.s. At Taubah : 103)
5) Bani Israil diperintah (Q.s. Al Maaidah : 12).30
⌧
☺
29 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.
30 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.
41
☺
☺ ⌧
Artinya : Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian
(dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara
mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika
kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu
mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik sesungguhnya Aku menghapus dosa-
dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan
ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-
sungai. Maka barangsiapa kafir diantaramu sesuadah
itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang
lurus.” (Q.s. Al Maaidah : 12)
42
Di samping yang terdapat di dalam al-Qur’an itu, dapat juga
dimajukan beberapa dalil naqli yang terdapat di dalam kitab-kitab
hadits, yakni (antara lain):31
1) Orang kaya yang bersyukur, lebih baik dari orang miskin yang
kufur;
2) Kemiskinan membawa orang kepada kekufuran yaitu sikap
mengingkari dan lupa pada kebenaran;
3) Menolong janda miskin sama (nilainya) dengan melakukan
jihad di jalan Allah; ...
4) Senyum (yang kau berikan) pada saudaramu, menganjurkan
berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan, menujukkan
jalan bagi orang yang sesat, menghilangkan gangguan duri dari
jalan, menuangkan air yang ada dalam embermu ke ember
saudaramu, menuntun orang yang lemah, adalah sedekah;
5) Sewaktu mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman, antara lain Nabi
Muhammad bersabda: “Allah mewajibkan mereka (orang
Yaman itu) menzakati harta kekayaan mereka. Zakat itu
diambil dari orang-orang kaya dan dibagi-bagikan kepada
fakir-miskin;
6) Ketika seorang menanyakan pendapat Muhammad mengenai
cara membelanjakan hartanya, Nabi menjawab: keluarkan zakat
31 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988), h. 43.
43
dari hartamu itu, sebab zakat adalah suci dan akan menyucikan
kamu. Dengan zakat kamu akan dapat menyambung tali
silahturahmi dengan kerabat, tetangga, peminta-minta, dan
menghormati hak orang-orang miskin;
7) Barangsiapa yang diberi Allah kekayaan, tetapi tidak
menunaikan zakatnya, pada hari kiamat kekayaannya itu akan
menjadi ular berbisa yang akan melilit tubuhnya, sambil
berkata: Akulah kekayaanmu dan akulah harta bendamu.
C. Penggalangan Dana Zakat
1. Strategi Penggalangan Dana Zakat
Penggalangan dalam kamus Indonesia-inggris adalah fund-
raising, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut fund-
raiser.32 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan;
mengumpulkan, perhimpunan, pengerahan1 Peter Salim; Salim’s
Ninth Collegiate Cet..33 Dan yang dimaksud dengan dana adalah
uang yang disediakan untuk suatu keperluan, biaya, pemberian,
hadiah, derma.34
32 Peter Salim. ’s Ninth Collegiate Indonesia-English Dictionary. (Jakarta;
Modern English Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 607. 33 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2002, edisi ke-
3, h. 612. 34 Ibid, h. 234.
44
Menggalang dana adalah sebuah proses, menggalang dana
bukan mengenai meminta uang tetapi lebih mengenai menjual ide
bahwa donor dapat mewujudkan perubahan masyarakat. Bila orang
telah menerima ide itu, maka mereka akan mau menyumbang.
Beberapa penggalangan dana tidak memanfaatkan peluang
untuk memperoleh dana. Beberapa lagi melakukannya, tetapi tidak
terlalu efektif. Tujuan menggalang dana adalah memperoleh, tetapi
sering dilupakan bahwa imbauan agar orang berbuat sesuatu,
permintaan agar orang menyumbang adalah bagian yang sangat
penting dari imbauan yang disajikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa
penggalangan dana adalah kegiatan penghimpunan dana yang mana
dalam kegiatan itu penggalangan dana menjual ide orang-orang yang
mempunyai daya kretifitas dan imajinasi yang tinggi, sehingga
mampu menghimpun beberapa dana dari donatur yang bisa
dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan organisasi penggalangan
dana.
Penggalangan dana atau fundraising berperan penting bagi
lembaga/ organisasi sosial dalam upaya mendukung jalannya
program dan menjalankan roda operasional yang telah digariskan.35
35 Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga
Pengelola Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h. 72.
45
Strategi menggalang dana adalah tulang punggung kegiatan
menggalang dana yang akan dilakukan, dan dalam penggalangan
dana juga diperlukan beberapa perumusan. Perumusan strategi dalam
hal ini adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman
eksternal, menetapkan kekuatan, kelemahan secara internal,
menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan
memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.36 Dalam
perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan,
memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam
suatu proses kegiatan.
Konsep strategi dapat dilihat dari dua prespektif yang berbeda:
Pertama, dari perspektif mengenai apa yang hendak dilakukan oleh
sebuah organisasi, apakah tindakan sejak semula dimaksudkan atau
tidak.37
Dari perspektif pertama, strategi diberi batasan berbagai
“program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan
organisasi dan melaksanakan misinya”. Kata program dalam definisi
ini berarti peran aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh
manajer dalam merumuskan strategi organisasi. Dari prespektif
kedua, strategi adalah “pola tanggapan organisasi yang sekali-kali
dilakukan terhadap lingkungan”. Dalam definisi ini setiap organisasi
36 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhard Lindo, 2002), h. 15.
37 J.A.F. Stoner, R.E. Freeman, Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Intermedia, 1994), h. 302.
46
mempunyai strategi meskipun tidak harus efektif, sekalipun strategi
itu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya, setiap
organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat
diamati dan dijelaskan. Pandangan seperti ini mencakup organisasi
yang para manajernya bersifat reaktif yang menanggapi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan jika ada kebutuhan untuk itu.
Perumusan sebuah strategi yang dilakukan secara aktif dikenal
sebagai perencanaan strategik atau lebih mutakhir, manajemen
strategik.38 Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam
merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:39
a. Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstern.
b. Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.
c. Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat
di dalam organisasi.
d. Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan
organisasi strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan
jangka panjang.
e. Strategi secara keorganisasian dipandang layak dan wajar.
Titik tolak dalam merumuskan strategi penggalangan dana
adalah tinjauan terhadap penentuan kebutuhan organisasi,
perkembangan organisasi, mengidentifikasi sumber daya, dan
38 J.A.F. Stoner, R.E. Freeman, Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Intermedia,
1994), h. 57. 39 Ibid, h. 57.
47
menilai peluang. Berikut akan diuraikan bagian-bagian dari
perumusan strategi penggalangan dana:
a. Menentukan kebutuhan.
Menentukan kebutuhan dapat dilakukan pada tingkat;40
1) Agar bisa terus melakukan kegiatan.
2) Meningkatkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang
terus bertambah.
3) Perkembangan organisasi di masa depan.
b. Perkembangan Organisasi
Di samping tugas-tugas menyangkut dana, sebuah organisasi
juga perlu membiayai kegiatan sendiri dan masa depannya. Ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:41
1) Pengembangan modal.
2) Dana Abadi (Corpus Fund).
3) Mengurangi hidup bergantung pada pihak luar dan
mengembangkan sumber dana independen.
4) Mengembangkan landasan keanggotaan dan pendukung.
5) Kemampuan berdiri sendiri untuk jangka panjang.
c. Mengidentifikasi Sumber Daya
40 Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002), h. 51. 41 Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002), h. 57.
48
Dalam menyusun strategi penggalangan titik tolak yang baik
adalah mengidentifikasi sumber-sumber dana yang mungkin dapat
digali:42
1) Dukungan dari perorangan, diajak menjadi anggota atau
memberi sumbangan.
2) Sumbangan besar selama hidup, dan warisan setelah
meninggal.
3) Dukungan dari kegiatan penggalangan, seperti meminta
sumbangan dari masyarakat, mengadakan malam hiburan,
dan acara massal lainnya.
4) Pemberian dalam bentuk barang (oleh perorangan atau
Lembaga Penggalang Dana).
5) Hibah dari lembaga pemerintah pusat maupun lembaga non
pemerintah.
6) Hibah dari lembaga donor internasional atau nasional.
7) Hibah dari yayasan international atau lokal.
d. Menilai Peluang
Butir-butir di atas adalah gambaran yang cukup lengkap
mengenai sumber dana yang dapat di gali, perlu diperhatikan
faktor-faktor berikut ini:43
1) Pengalaman di masa lalu.
42 Ibid, h. 57. 43 Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002), h. 60.
49
2) Pendukung yang sewajarnya.
3) Organisasi macam apa yang akan dibentuk .
4) Gaya dalam melakukan kegiatan.
5) Sumber daya dan keahlian yang dimiliki.
6) Sumber dana yang ada sekarang.
7) Peluang yang terbaik.
8) Siapa saja yang kita kenal.
e. Perspektif Jangka Panjang Penting
Beberapa sumber dana pada dasarnya bersifat jangka pendek.
Tetapi ada pula yang dapat dikembangkan menjadi mitra jangka
panjang. Misalnya, jika kita punya rencana untuk mengembangkan
organisasi untuk jangka panjang, maka kita perlu uang, tidak hanya
untuk tahun ini tetapi juga untuk tahun depan, tahun berikutnya,
dan tahun selanjutnya. Jika kita menggalang dan untuk jangka
pendek, kita mungkin berhasil menghimpun dana untuk tahun ini
dan tahun depan, tetapi setelah itu kita akan mengalami defisit.
Karena ketika kita menggalang dana untuk masa depan,
perhitungkan potensi setiap sumber untuk memberi dukungan
dalam jangka panjang.
f. Mengidentifikasi Hambatan
Hambatan akan selalu ada ketika kita melakukan sesuatu. Ada
hambatan yang timbul karena sifat organisasi dan apa yang
diperjuangkannya. Ada yang timbul dari dalam tubuh organisasi
50
sendiri, dan mungkin beberapa datang dari luar. Apapun sumber
hambatan, kita perlu memperhitungkan ketika menyusun rencana
menggalang dana.
g. Merumuskan Strategi
Proses perencanaan strategi akan mempertimbangkan semua
pilihan yang tersedia, membuat keputusan berdasarkan informasi
yang cukup lengkap mengenai pendekatan yang terbaik,
merencanakan langkah-langkah berikutnya, dan
mempertimbangkan dengan seksama sumber daya apa yang akan
diperlukan. Ada beberapa teknik sederhana yang dapat digunakan
untuk perencanaan strategis.
2. Tekhnik Penggalangan Dana Zakat
Zakat merupakan rukun islam keempat yang sangat penting
bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi ummat.
Pembayaran zakat bukan hannya menunjukkan kesalehan individual
tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat merupakan sumber
dana potensial dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
Potensi zakat untuk pembayaran ekonomi dengan berupa
menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan
terwujud, apabila penyaluran tidak langsung diberikan kepada
mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola, dan
51
didistribusikan oleh badan atau lembaga yang amanah dan
profesional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999
mengenai pengelolaan zakat merupakan wujud kepedulian
pemerintah untuk mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat
dengan manajemen modern.44
Teknik yang harus dibuat terkait dengan penghimpunan adalah
cara penerimaan dana. Penentuan cara penerimaan dana akan
berpengaruh secara signifikan terhadap efektifitas penghimpunan
dana. Penentuan cara penerimaan dana juga akan berpengaruh
terhadap biaya dalam penghimpunan dana karena setiap cara
penerimaan dana membutuhkan sarana/ alat dan pengendalian yang
berbeda.45 Berikut dibawah ini adalah teknik menggalang dana
zakat:
a. Membentuk Kelompok Penggalangan Dana
Salah satu cara lembaga zakat dalam menyelenggarakan
pemungutan (fund-raising) adalah dengan membentuk kelompok
penggalangan dana yang bertugas mencari, dan memungut zakat
dari para muzakki. Imam Nawawi mengatakan hendaklah para
imam (Pemimpin suatu lembaga) dan pelaksana serta orang yang
diserahi tugas membagikan zakat. Melakukan pencatatan para
mustahik untuk mengetahui jumlah dan ukuran kebutuhan mereka.
44 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, CED (Center For Enterpreneurship Development), Jakarta: 2005, h. 1.
45 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, CED (Center For Enterpreneurship Development), Jakarta: 2005, h. 22.
52
Sehingga seluruh zakat itu diselesaikan setelah diketahui
jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak mereka dan untuk
menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.46 Artinya
sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan dana, minimal
diketahui dahulu deskripsi atau gambaran peta mustahiq. Untuk
membentuk kelompok penggalangan dana kegiatan ini, tetapi
investasi ini akan membuahkan hasil yang memuaskan pula. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk
penggalangan dana, yaitu:47
1) Mencari orang
2) Mencari seseorang untuk menjadi pemimpin kelompok
3) Membentuk kelompok
4) Membantu kelompok mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang
tepat untuk menggalang dana
5) Mengawasi
b. Menyelenggarakan Acara Penggalangan Dana
Banyak macam acara menggalang dana yang dapat
menghimpun dana untuk tujuan amal, akan tetapi semuanya itu
menimbulkan resiko yang cukup besar. Namun apabila acara yang
diselenggarakan tersebut dengan baik, memang dapat
menghasilkan uang dalam jumlah besar, tetapi banyak acara yang
46 M. Djamal, Doa, 2004, h. 20. 47 Michael Norton, Menggalang Dana, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2002, h. 243.
53
memakan banyak biaya dan menyita tenaga dan hasilnya tidak
seberapa. Dalam hal ini perlu diperhatikan dalam
menyelenggarakan acara penggalangan dana adalah tujuan acara
tersebut. Tujuan acara yang jelas akan memudahkan si penggalang
dana untuk merumuskan dan mengidentifikasikan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Kontak Perusahaan
Dalam hal ini, para petugas pengumpul dana zakat mengontak
perusahaan-perusahaan untuk diajak bekerja sama atau untuk ikut
serta mendayagunakan dana perusahaan yang sudah terhimpun
dalam dana CSR (Corporate Social Responsibility), dari aktifitas
ini para pengumpul dana harus benar-benar dapat meyakinkan
perusahaan, dana yang dikelola dan didayagunakan itu dapat
didistribusikan kepada yang berhak dan tepat sasaran, serta
menjaga nama baik perusahaan yang mempercayakan dananya
untuk dikelola.48
d. Presentasi
Dalam aktifitas ini para pengumpul dana memberikan
penjelasan sedetail-detailnya tentang zakat. Agar para muzakki
memahami akan kewajibannya untuk mengeluarkan zakat. Teknik
seperti ini biasanya ditujukan untuk kalangan eksekutif, manajer-
manajer perusahaan, karyawan kantoran, dan lain-lain.
48 Google Searching: Yudhik93’s.wordpress.com
54
e. Direct Mail (Surat Langsung dan Pendekatan Pribadi)
Ken Burnett, penulis Relationship Fundraising menjelaskan
mengenai cara menggalang dana dengan menggunakan surat minta
sumbangan secara langsung. Mengirim surat permintaan kepada
anggota masyarakat adalah salah satu alat yang paling fleksibel dan
paling ampuh untuk menggalang dana. Program dana melalui surat
permintaan langsung dapat menghasilkan sumber dana yang tetap
bagi organisasi. Inti dari teknik ini adalah kemampuan untuk
mengirimkan surat pribadi dengan panjang, terserah kepada
organisasi kepada kelompok-kelompok sasaran tertentu pada waktu
yang ditetapkan sendiri.
f. Buletin dan Media Publikasi
LAZ (Lembaga Amil Zakat) dalam perjalanan dan
perkembangannya juga perlu untuk menerbitkan bulletin, buku,
kampanye zakat, spanduk, banner, menyewa space satu lembar
yang menjelaskan aktifitas dan kegiatan yang sedang dilaksanakan,
akan dilaksanakan dan yang sudah dilaksanakan dalam suatu surat
kabar nasional, dan lain-lain. Tujuannya agar masyarakat awam
tahu akan pentingnya berzakat.
g. Auto Debet
Dalam perjalanan dan perkembangan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) dewasa ini banyak lembaga yang sudah mempunyai
55
rekening sendiri di Bank Negeri maupun Swasta, tujuannya agar
muzakki mudah dalam menyalurkan zakatnya.
h. Mobile Zakat/ SMS
Beberapa LAZ saat ini sudah mempunyai fasilitas pembayaran
zakat melalui Short Massage Service (SMS), fasilitas ini
memberikan kemudahan bagi para pengguna penikmat telpon
selular untuk berinfaq dan berzakat, secara otomatis para penikmat
telepon selular yang menggunakan fasilitas ini akan berkurang
saldo pulsanya.
3. Sumber Dana Zakat
Mengenai sumber dana zakat disebutkan bahwa dewasa ini
(maksudnya di DKI Jaya), sumber zakat itu adalah:
a. Hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis,
seperti misalnya anggrek, rambutan, durian, papaya, dan
sebagainya.
b. Hasil peternakan dan perikanan seperti ayam, hasil empang, hasil
laut dan sebagainya.
c. Harta kekayaan dalam semua bentuk badan usaha, baik yang
dimiliki oleh perorangan maupun bersama-sama dengan orang
lain.
d. Hasil penyewaan atau pengontrakan rumah, bangunan, tanah,
kendaraan dan sebagainya.
56
e. Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain.
1) Zakat Perorangan
a) Emas, perak dan uang
Pembahasan zakat terhadap emas dan perak adalah zakat
perhiasan. Para ulama telah sepakat wajibnya zakat atas
perhiasan yang haram dipakai seperti perhiasan yang dipakai
laki-laki, atau bejana emas dan perak yang dijadikan tempa
makan dan minum. Sedangkan terhadap perhiasan yang dipakai
oleh kaum perempuan, jumhur ulama sepakat akan tidak
wajibnya zakat bagi perhiasan selain emas dan perak yang
dipakai perempuan seperti intan, mutiara, dan permata. Salah
satu alas an yang dikemukakan adalah bahwa benda-benda
tersebut tidak berkembang, tetapi sekedar kesenangan dan
perhiasan bagi kaum perempuan yang diizinkan Allah
sebagaimana tersebut dalam QS An-Nahl : 14.
☺
57
Artinya : Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan
(untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya
daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur. (QS An-Nahl : 14).
Untuk kondisi saat ini, dimana barang-barang perhiasan
bernilai ekonomis yang tinggi, yang nilainya sangat mahal dan
seringkali melebihi nisab emas, sudah selayaknya pendapat
terakhir ini harus diperhatikan. Hal lain yang berdekatan
dengan zakat emas dan perak adalah zakat uang. Zakat uang
nisab dan kadar zakatnya sama atau setara dengan nisab emas
yaitu 85 gram emas dan kadarnya 2,5%.
b) Zakat Hasil Pertanian
Para ulama sepakat tentang kewajiban zakat hasil
pertanian, sesuai dengan perintah Allah pada QS Al Baqarah
ayat 267.
☺
☺ ☺
58
☺
☺ ⌧
☺
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan Allah) sebagian hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu” (QS Al Baqarah : 267).
Pada hakikatnya bukan jenis tanamannya yang dikenakan
zakatnya, tetapi tanaman apapun merupakan karunia Allah.
Dengan perkembangan perekonomian sekarang, tanaman-
tananman yang belum dikenal pada zaman Nabi telah menjadi
komoditas yang sangat mengntungkan, misalnya di Indonesia
yaitu kelapa sawit, cengkeh, lada, kopi, buah-buahan, anggrek,
tanaman hias dan tanaman lainnya. Syarat zakat pertanian
pertama, berupa tanaman atau buah-buahan yang dapat
brkembang, sebab zakat adalah bagian dari barang tersebut atau
bagian dari jenisnya tanpa melihat kepemilikan tanahnya.
Kedua, nisabnya 5 ausaq berdasarkan Hadist Nabi : “Harta
yang kurang dari 5 ausaq tidak wajib untuk zakat.”
Sedangkan kadar zakat, menurut ketentuan tanaman yang
bergantung kepada tadah hujan, maka kadar zakatnya sebanyak
10%, sedangkan tanaman yang mempergunakan alat-alat yang
59
memerlukan biaya termasuk pemeliharaannya, kadar zakatnya
5%.
c) Zakat peternakan
Dalam berbagai hadis dikemukakan bahwa hewan ternak
yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan
tertentu ada tiga jenis hewan ternak yaitu unta, sapi, dan
domba. Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut di atas, yang kini
dalam perekonomian modern berkembang pesat, seperti
peternakan unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat
hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan, karena
memang sejak awal jenis peternakan ini sudah diniatkan
sebagai komoditas perdagangan. Nisab dan kadar zakat hewan
ternak berbeda-beda untuk setiap jenis dan jumlah ternak.
Untuk unta, nisabnya mulai dari 5 ekor unta dengan kadar
zakatnya untuk jumlah 5-9 ekor unta adalah 1 ekor kambing
yang berumur 2, sedangkan jika jumlahnya melebihi 121 ekor
maka kadar zakatnya 3 ekor anak unta betina berumur 2 tahun
atau lebih. Sedangkan sapi atau kerbau, nisabnya mulai 30-39
ekor yang kadar zakatnya 1 ekor sapi atau kerbau berumur 1
tahun. Untuk kambing, nisabnya mulai 40, dan kadar zakatnya
untuk jumlah 40-120 adalah 1 ekor anak kambing berumur 1
tahun. Hewan-hewan yang diperselisihkan oleh fuqoha
berkenaan dengan macamnya ada pula sifatnya. Yang
60
diperselisihkan macamnya adalah kuda, dimana jumhur ulama
menyatakan kuda tidak wajib dizakati. Mengenai sifat hewan
yang diperselisihkan ialah antara yang digembalakan dan tidak
digembalakan. Zakat peternakan ini hanya diperlakukan bagi
hewan-hewan yang sengaja diternakkan, tidak dengan maksud
diperjualbelikan. Sedangkan untuk hewan-hewan yang
dibudidayakan dengan maksud untuk diperjualbelikan
hewannya ataupun hasilnya seperti ayam (pedaging dan
petelur), bebek, sapi (perah dan potong), unta, kuda, biri-biri,
madu dan lain sebagainya dikenakan zakat perdagangan.
d) Zakat perdagangan
Hampir seluruh ulama sepakat bahwa perdagangan itu
setelah memenuhi syarat tertentu harus dikeluarkan zakatnya.
Yang dimaksud harta perdagangan adalah semua harta yang
bisa dipindah untuk diperjualbelikan dan bisa mendatangkan
keuntungan. Kewajiban zakat harta perdagangan ini
berdasarkan nash Al Qur’an, hadist dan ijma’. Firman Allah :
☺
☺ ☺
61
☺
☺ ⌧
☺
“… Dan keluarkan zakat dari hasil usahamu yang baik-baik…”
QS 2: 267.
Nash Al Qur’an ini bersifat umum, yang berarti zakat atas
semua harta yang dikumpulkan dengan cara bekerja yang hala,
termasuk berjual beli. Sedangkan dasar hadis diantaranya
adalah “riwayat dari abu Dawud dari Samurah bin Jundus, dia
berkata : Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk
mengeluarkan sadaqah dan zakat dari apa yang kita jual.
Syarat-syarat umum dari zakat harta perdagangan adalah
adanya nisab, sudah satu tahun, dan bebas dari hutang,
termasuk kebutuhan pokok. Sedangkan syarat praktisnya
adalah adanya niat memperdagangkan harta dagangan, dan niat
untuk memperoleh penghasilan.
e) Zakat profesi
Zakat profesi, atau lebih tepatnya zakat atas penghasilan
profesi, adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh siapa saja
yang telah memenuhi syarat-syaratnya.49
2) Zakat Perusahaan
49 KH. Hadi Permono SH.MA.Sumber-sumber penggalian zakat, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1992)
62
Pengusaha muslim setiap tahunnya diwajibkan menghitung dan
mengeluarkan zakat atas perusahaannya. Beberapa dalil syar’I
tentang zakat perusahaan:
☺
☺ ☺
☺
☺ ⌧
☺
“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil
bumi yang Kami (Allah) keluarkan untuk kalian.” (QS. Al
Baqarah: 267).
“Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami agar
mengeluarkan sedekah (zakat) dari segala yang kami maksudkan
untuk dijual.” (HR. Abu Daud).
Ketentuan-ketentuan zakat perusahaan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Nishab 85 gram emas
63
Kadar: 2,5% jika periode penghitungan mengikuti tahun
qamariyah; atau 2,578%. Jika periode penghitungan mengikuti
tahun syamsiyah (1 januari s.d 31 Desember).
b) Dasar perhitungan adalah dari laporan neraca tahunan, yaitu
aktiva lancar dikurangi kewajiban jangka pendek;
“Apabila telah sampai batas waktu untuk membayar zakat,
perhatiknlah apa yang engkau miliki baik uang ataupun barang
yang siap diperdagangkan, kemudian nilailah dengan nilai
uang. Demikian pula piutang. Kemudian hitunglah hutang-
hutangmu dan kurangkanlah atas apa yang engkau miliki,
kemudian zakatilah sisa dari selisih pengurangan tersebut.
(Riwayat Maimun bin Mihran yang diriwayatkan Abu Ubaid
dalam kitab Al Amwal).
Syarat-syarat sebuah perusahaan menjadi obyek zakat adalah:
1) Kepemilikan dikuasi oleh muslim baik individu maupun
patungan
2) Bidang usahanya halal
3) Dapat diperhitungkan nilainya
4) Dapat berkembang
5) Memiliki kekayaan minimal setara 85 gr emas
Para ulama kontemporer mengnalogikan zakat perusahaan
kepada zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan
ekonomi, kegiatan sebuah perusahan intinya berpijak pada kegiatan
64
trading atau perdagangan. Hal tersebut dikuatkan oleh keputusan
seminar zakat di Kuwait, tanggal 3 april 1984 tentang zakat
perusahaan sebagai berikut:
Zakat peusahaan disamakan dengan perdagangan apabila
kondisi-kondisi sebagai berikut terpenuhi:
1) Adanya peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat
perusahaan tersebut.
2) Anggaran Dasar perusahaan memuat hal tersebut.
3) RPUS mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu.
4) Kerelaan para pemegang saham menyerahkan pengeluaran
zakat sahamnya kepada dewan direksi perusahaan.
c) Zakat surat-surat berharga
Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan
bahkan berkaitan dengan kepemilikannya adalah saham.
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan
kepada manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan.
Zakat merupakan salah satu sumber dana bagi pembangunan
sarana maupun prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti
sarana pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi dan terlebih
lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dari sisi
pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik,
65
dimungkinkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan pendapatan.
Monzer Kahf menyatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan
Islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter, dan bahwa
sebagai akibat dari zakat, harta akan selalu beredar. Zakat, menurut
Mustaq Ahmad, adalah sumber utama kas negara sekaligus
merupakan soko guru dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al
Qur’an. Zakat akan mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu
tangan, dan pada saat yang sama mendorong manusia untuk
melakukan investasi dan mempromosikan distribusi. Zakat juga
merupakan institusi yang komprehensif untuk distribusi harta, karena
hal ini menyangkut harta setiap muslim secara praktis, saat hartanya
telah sampai atau melewati nishab. Akumulasi harta di tangan
seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang
Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :
☺
☺
66
⌧
“…agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu…” (QS. Al Hasyr, 59:7).
Zakat merupakan dana ummat yang harus menjadi solusi atas
segala persoalan yang berkaitan dengan ekonomi. Namun situasi dan
kondisi di negeri tercinta ini sungguh memprihatinkan. Sebab ummat
Islam yang disebut-sebut mayoritas tidak jadi solusi, ibu-ibu dan
pemuda kini banyak yang menjadi pengangguran dan tidak produktif.
Persoalannya terletak pada pengaturan dan pengelolaan sumber dana
ummat yang tidak profesional.
Sebaga contoh, berikut adalah salah satu sumber dana Bait al-
Maal adalah dana zakat yang dihimpun dan dipungut dari orang yang
berkecukupan (muzakki). Bagi seorang mukmin, zakat bukan hanya
amal kebajikan, tapi merupakan ibadah dan kewajiban. Sebagai amal
sosial, ibadah zakat juga terkait dengan pengawasan, akuntabilitas
dan juga pengelolaan manajerial. Pada dasarnya, zakat dipungut dan
dikelola oleh orang yang menjadi pemimpin kaum muslim dan
lembaga-lembaga yang berdasarkan syariat. Al-Qur’an
memanggilnya dengan sebutan, "Al 'Amilina 'Alaiha".
Berdasar Al-Quran para pengelola juga berhak atas pembagian
zakat. Ini membuktikan bahwa anggaran zakat dibedakan dengan
pembiayaan Negara. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
67
zakat itu diambil dari orang-orang kaya mereka (kaum Muslimin)
dan dibagikan kepada, fuqara' mereka,". Dengan ini, zakat adalah
kewajiban yang harus ditunaikan dan dipungut oleh para pengelola
bukan sumbangan bebas yang diserahkan atas kemauan seseorang.
BAB III
PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP
MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
TENTANG:
Program Layanan Jemput Zakat; Latar Belakang, Tujuan
dan Dasar Hukum, Rencana Kerja, Sistem Program Layanan
Jemput Zakat.
LAZIS PP Muhammadiyah; Sejarah dan
Landasan Hukum, Visi Misi dan Tujuan,
Struktur Organisasi, Program Kerja dan
Kegiatan.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]
BAB III
PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP
MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
A. Program Layanan Jemput Zakat
1. Latar Belakang
Setiap dekade mengharuskan manajemen suatu perusahaan atau
lembaga untuk memikirkan kembali sasaran, stategi dan taktiknya.
Perubahan yang sangat cepat dapat membuat prinsip-prinsip unggul
dalam menjalankan bisnis di masa lalu tidak berlaku lagi.1
Penurunan mutu lingkungan hidup memberikan peluang bagi
perusahaan yang dapat menciptakan cara-cara baru untuk
memelihara lingkungan hidup.2
Begitu pula dengan LAZIS Muhammadiyah, menyongsong
bulan Ramadhan 1430 H, LAZIS Muhammadiyah meluncurkan
program Z-Creative atau Zakat Creative. Pada hari Kamis tanggal
20 Agustus tahun 2009, Direktur LAZIS Muhammadiyah M. Khoirul
Muttaqin, mengungkapkan bahwa kita harus mendorong gerakan
1 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 2.
2 Ibid, h. 2.
66
67
zakat di tanah air agar tampil segar dan menyegarkan, cerah dan
mencerahkan. Melalui ide-ide cerdas dan kerja-kerja kreatif gerakan
zakat akan memberikan kontribusi kuat bagi kemandirian umat dan
pembangunan manusia. "Z-Creative" ini disempurnakan dengan
moto bernuansa spiritual, Change Our Life. 3
Zakat Creative yang digagas LAZIS Muhammadiyah kali ini
memiliki perbedaan dari program-program LAZIS Muhammadiyah
sebelumnya. Diharapkan dengan Zakat Crative ini bisa melanjutkan
keberhasilan penghimpunan zakat tahun 2008 yang meningkat
hingga 67% dibandingkan tahun sebelumnya. Keberhasilan
penghimpunan ini merupakan peningkatan kepercayaan (trust)
sebagai dampak penyaluran dana-dana kebajikan (ZIS) yang amanah,
profesional dan transparan.
Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi
kebutuhan para konsumen.4 Konsep dasarnya adalah nilai pelanggan,
setiap perusahaan atau lembaga akan membentuk suatu prakiraan
kemampuan setiap produk memenuhi kelompok kebutuhannya.
Perusahaan atau lembaga akan menentukan peringkat produk, dari
yang paling memenuhi sampai yang paling tidak memenuhi
3 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 2 4 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 10.
68
kebutuhannya. Nilai adalah perkiraan konsumen tentang kemampuan
total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya.5
Untuk itu, pencanangan Z-Creative ini diharapkan mampu
memberikan “nilai lebih” bagi muzaki dengan kemudahan dan
kepuasan menyalurkan dana kebajikannya, dan memberi implikasi
segar bagi mustahiq (penerima zakat) untuk kreatif membangun dan
mengembangkan kemandiriannya. Salah satu bentuk layanan dari
Zakat Creative ini berupa Layanan Jemput Zakat. Layanan jemput
zakat merupakan strategi yang ada pada fundraising LAZIS
Muhammadiyah, yang dibentuk mulai tahun 2002, tetapi keefektifan
layanan ini dimulai pada tahun 2003.6
Cara berpikir pemasaran mulai dengan kebutuhan dan
keinginan manusia. Manusia membutuhkan makanan, udara, air,
pakaian, dan rumah untuk hidup. Di luar ini manusia ingin rekreasi,
pendidikan maupun jasa lainnya. Mereka punya pilihan yang jelas
akan macam dan merek tertentu dari barang dan jasa pokok.7
Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan
barang dan jasa. Dalam hal ini akan menggunakan istilah produk
5 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 10.
6 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010.
7 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 8.
69
untuk mencakup keduanya. Definisikan produk sebagai sesuatu yang
dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.8
Sebenarnya, jasa juga diberikan oleh sarana lain seperti orang,
tempat, kegiatan, organisasi, atau gagasan.9 Kalau kita ingin
berzakat dan bingung untuk mendonasikannya kemana, kita dapat
pergi ke lembaga amil zakat untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan kita.
Dalam konteks ini, zakat merupakan bagian produk jasa dari
layanan, yang sebetulnya berkaitan dengan karakteristik donatur, di
LAZIS Muhammadiyah ada yang disebut dengan donatur
konvensional dan donatur yang mempunyai life style, yang dalam arti
secara luas :10
a. Mereka yang ingin berzakat dan memastikan bahwa zakat
mereka betul-betul diterima kepeda yang berhak menerima,
sehingga mereka ingin bertemu dengan pihak LAZIS
Muhammadiyah.
b. Mereka “yang mempunyai kebebasan waktu di rumah” dalam
konteks ini misalnya ibu-ibu rumah tangga atau mereka yang
tidak terlibat lebih banyak persoalan di luar.
8 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 9.
9 Ibid, h. 9 10 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010.
70
c. Mereka yang belum akrab dengan layanan LAZIS
Muhammadiyah yang lain. Karena layanan LAZIS
Muhammadiyah yang lain lebih banyak dikonsumsi oleh orang-
orang profesional, pekerja kantoran, dan mereka yang
mempunyai tingkat mobilitas tinggi yang sulit ditemui
dimanapun.
Dari penjelasan diatas, penulis dapat melihat bahwa program
layanan jemput zakat merupakan bentuk layanan yang cukup efektif
dan efisien untuk kriteria donatur di atas, apalagi bagi mereka yang
mempunyai keterbatasan waktu dan kesibukan. Langkah awal hanya
dengan menghubungi customer service, lalu selanjutnya pihak
LAZIS Muhammadiyah sendiri yang akan menjemput dan melayani
para donaturnya. Suatu bentuk layanan yang praktis dan para donatur
tidak perlu khawatir, karena transaksi dalam layanan ini bersifat
transparan. Untuk hal ini, akan dijelaskan lebih lanjut dalam sistem
program layanan jemput zakat itu sendiri.
2. Tujuan dan Dasar Hukum
Setiap perusahaan mempunyai tujuan dalam setiap produk yang
dibuat untuk dapat tetap hidup dan berkembang, tujuan tersebut
hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan
meningkatkan tingkat keuntungan/laba perusahaan. Usaha ini hanya
dapat dilakukan apabila perusahaan dapat mempertahankan dan
71
meningkatkan penjualannya, melalui usaha mencari dan membina
langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan ini hanya dapat
dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi
yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau peluang
yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan
perusahaan di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus
ditingkatkan.11
Untuk mencapai semua itu, LAZIS Muhammadiyah
membentuk beberapa bentuk segmen produk, yaitu salah satunya
adalah layanan jemput zakat yang bertujuan untuk memberi
kemudahan bagi para donatur public dalam menyalurkan donasinya
secara aman, nyaman, lifestyle dan mudah.12 Sehingga dari tujuan itu
diharapkan adanya konsep pelayanan donasi yang aplikatif dan
pastinya menciptakan rasa kepercayaan dari para donatur, karena
melihat dari visi LAZIS Muhammadiyah itu sendiri adalah menjadi
lembaga filantropi yang terpercaya.
Mengenai dasar hukum, secara Undang-undang tidak diatur,
karena program layanan jemput zakat ini pada dasarnya adalah suatu
transaksi dalam poses perpindahan dana dari muzakki kepada
lembaga amil, dan ini caranya bermacam-macam bukan hanya
11 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 167-168. 12 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Matrix Perencanaan Program dan
Kegiatan Fundraising LAZIS Muhammadiyah/ Tahun Program 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010).
72
dengan penjemputan saja tetapi bisa juga dengan cara rekening, auto
debet, dan sebagainya. Dan ini jelas membuktikan bahwa tidak ada
undang-undang yang mendasari program ini.13
Sedangkan secara agama pun tidak diatur, karena pada
dasarnya sebetulnya layanan jemput zakat ini merupakan suatu dasar
persoalan mekanisme kerja. Memang di Al-Qur’an dalam surat At-
Taubah ayat 103, yang berbunyi “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan ... “
telah ditekankan tentang keharusan adanya pemungut dalam
berzakat, tetapi tetap saja tidak bisa dijadikan sebagai landasan
hukum, karena itu merupakan skema perwajiban hukum zakat.14
3. Rencana Kerja
Berbicara tentang rencana kerja sebuah perusahaan atau
lembaga, berarti berkaitan juga dengan rumusan misi, karena falsafah
dari rumusan misi bertujuan agar rumusan misi yang dibuat
mengandung makna yang dalam dan bisa dimengerti bukan saja oleh
manajer puncak, karyawan, ataupun pemegang saham, tetapi juga
harus bisa dimengerti oleh masyarakat (konsumen) secara luas.
Rumusan misi yang mengandung filosofis ini juga akan membantu
13 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 14 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta 23 Februari
2010.
73
dalam membentuk budaya perusahaan yang baik dan menunjang
kinerja karyawannya.15
Hal terpenting yang menjadi perhatian adalah bagaimana dari
rumusan misi tersebut bisa menjadi inspirasi terbentuknya budaya
kerja yang diinginkan dan juga mampu memotivasi semangat kerja.
Umumnya rumusan misi berkisar pada kepedulian manusia, dan juga
sikap memanjakan para pelanggan.16
Rencana kerja dari layanan jemput zakat ini pada dasarnya
adalah untuk melayani penjemputan donatur, yang pertama di
wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Tanggerang, dan Depok. Yang kedua
di wilayah JABODETABEK (yang berkantor pusat di Jakarta/
Kantor perwakilan di Jakarta).17 Dan untuk daerah lain yang berada
di luar Jakarta untuk saat ini masih dalam tahap pelaksanaan yang
pada dasarnya jemput zakat seluruh Indonesia tetapi mekanismenya
melalui jejaring LAZIS Muhammadiyah yang berada di daerah,
jejaring itu posisinya berada di kabupaten atau kota di seluruh
Indonesia, dalam konteks ini adalah pimpinan daerah
muhammadiyah, hal ini terkait dengan waktu dan jangkauan yang
15 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 34. 16 Ibid, h. 34. 17 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Termo Reference (TOR) Program
dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010).
74
jauh bagi para donatur, disarankan untuk lebih menggunakan layanan
transfer via rekening atau auto debet agar lebih nyaman dan aman.18
Untuk ketentuan jumlah donasi yang akan dijemput, pada
waktu yang telah lalu jumlah donasi dibatasi untuk menjemput zakat
minimal 1 juta. Tetapi 2 tahun terakhir ini ada pemikiran dan
pertimbangan perubahan dalam ketentuan jumlah donasi bahwa
berapapun jumlah donasi para donatur yang ingin dizakatkan akan
dilayani dan dijemput.19
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat, dalam konteks ini
layanan jemput zakat memberikan sikap kepedulian dan
mengutamakan (memanjakan) para pelanggan yang terkait dengan
misi LAZIS Muhammadiyah “transparan dan akuntable, amanah
dan profesiaonal, tepat sasaran dan tepat guna.”
4. Sistem Program Layanan Jemput Zakat
Di bawah ini adalah langkah-langkah sistem mekanisme kerja
dalam program layanan jemput Zakat:20
a. Muzaki (donatur) yang ingin berdonasi dengan layanan jemput
zakat bisa menghubungi customer service di LAZIS
18 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 19 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 20 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010.
75
Muhammadiyah, dalam langkah awal ini muzaki bisa
menentukan waktu dan tempat proses penjemputan zakat.
b. Setelah penentuan waktu dan tempat penjemputan, dari pihak
LAZIS Muhammadiyah akan mengutus staf (amil) yang akan
menjemput.
c. Setelah muzaki mengkonfrimasi, dari pihak LAZIS
Muhammadiyah akan mengkonfrimasi ulang, dalam
pengkonfrimasian ulang ini akan dibicarakan berapa jumlah
donasi yang ingin dizakatkan oleh muzaki. Hal ini dilakukan
demi keamanan dan kenyamanan antara pihak muzaki dan
LAZIS Muhammadiyah.
d. Setelah pengkonfrimasian ulang barulah terjadi transaksi, setelah
transaksi pihak muzaki akan mendapat bukti berupa kwitansi.
Dan dari pihak amil (staf penjemput) akan melaporkan hasil
penjemputan zakat itu kepada kasir LAZIS Muhammadiyah.
e. Walaupun sudah dijemput, aspek perhatian dari LAZIS
Muhammadiyah belum berhenti sampai disini, banyak upaya-
upaya yang dilakukan untuk membangun komunikasi yang
intensif kepada muzaki dengan tujuan untuk menjalin kembali
hubungan interpersonal dan diharapkan agar muzaki menjadi
76
donatur yang loyal, berikut dibawah ini adalah bentuk upaya
yang dilakukan oleh customer service LAZIS Muhammadiyah:21
1) Mengirimi majalah MATAHATI Bulanan kepada donatur
(dan prospek donatur potensial)
2) Mengirimi surat ucapan terimakasih kepada setiap
donatur yang telah berdonasi, dan juga memberikan
ucapan dalam bentuk kartu, seperti ucapan Idul Fitri,
ucapan tahun baru muharom, ucapan ulang tahun, dan
naik pangkat
3) Membangun komunikasi kembali kepada donatur yang
telah lama tidak melakukan donasi lagi
4) Memberi informasi secara rutin kepada donatur dan
prospek donatur tentang program dan kegiatan LAZIS
Muhammadiyah melalui sms dan email (minimal setiap 2
minggu sekali)
5) Mengirimi sms terkait do’a-do’a dan kata-kata mutiara
kepada donatur setiap minggu
6) Mengadakan TEMU MUZAKI
7) Menfasilitasi terbentuknya Forum Komunikasi Donatur
LAZIS Muhammadiyah
8) Memberikan penghargaan, reward, dan cindera mata
21 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010
(Jakarta: LAZISMU, 2010).
77
9) Mengkoordinir layanan pengajian donatur.
Sistem ini akan berjalan berulang seperti ini untuk wilayah
jakarta dan sekitarnya, tetapi jangan khawatir bagi muzaki (donatur)
yang berada didalam atau luar Indonesia sistem seperti ini akan
diberlakukan Insya Allah pasca awal bulan maret ini, yang akan
dilakukan melalui konsep jejaring, dan melalui skema ini diharapkan
jika ada muzaki yang ingin berdonasi dari dalam atau luar Indonesia
pihak LAZIS Muhammadiyah bisa memberikan pelayanan yang
memuaskan bagi para muzaki.
Sistem layanan jemput zakat ini biasanya akan berjalan pada
bulan Ramadhan dan bulan-bulan yang lain, tetapi pada bulan-bulan
yang lain perolehan donasi tidak semaksimal pada bulan Ramadhan,
hal ini dikarenakan mungkin keinginan para muzaki yang ingin
mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya pada bulan Ramadhan,
atau mungkin pengetahuan mereka tentang ketentuan berzakat hanya
sebatas pada bulan Ramadhan saja. 22
Dapat dilihat dari penjelasan sistem program layanan jemput
zakat sebetulnya hampir sama dengan sistem pencatatan internal
yaitu siklus pesanan-sampai-pembayaran. Donatur mengirimkan
pesanan kepada LAZIS Muhammadiyah. LAZIS Muhammadiyah
mempersiapkan penjemputan dan mengirim para stafnya ke berbagai
22 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010.
78
wilayah untuk menjemput. Selesai transaksi antara staf LAZIS
Muhammadiyah dengan para donatur, setelah itu laporan yang akan
dikirimkan kepada para donatur.
B. LAZIS PP Muhammadiyah
1. Sejarah dan Landasan Hukum
Didepan kita terbentang dua layar besar, yaitu tantangan dan
harapan. Tidak ada pilihan, kita harus mengambil keduanya.
Ibaratnya, harapan adalah keindahan gunung dikejauhan, maka
tantangan adalah jalan dihadapan. Saat menuju gunung kita harus
melalui jalan itu, kadang lurus, berbelok, datar, bergelombang,
menurun, dan menanjak. Apapun adanya kita tetap harus
menempuhnya. Inilah seni kehidupan, disinilah sebenarnya “hidup
yang sebenar-benarnya!”.23
Begitu pula LAZIS Muhammadiyah, hari-harinya dirajut antara
dua benang yang saling berkelindan, yaitu harapan dan tantangan.
Harapan akan lahirnya peradaban zakat disatu sisi, namun disusul
sisi yang lain, kenyataannya betapa berliku jalan untuk
mewujudkannya. Berpacu harapan dan tantangan itu telah
23 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, h. 1
79
mencuatkan dinamika tersendiri dalam tubuh kelembagaan, dinamika
untuk bisa menatap hari esok yang lebih baik.24
Untuk mengetahui apa itu layanan jemput zakat, penulis perlu
meninjau aspek dari LAZIS Muhammadiyah itu sendiri. Dengan
mengetahui aspek tersebut penulis dapat memahami apa layanan
jemput zakat di LAZIS Muhammadiyah itu.
LAZIS Muhammadiyah adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ)
tingkat nasional yang biasa disebut sebagai Lembaga Filantropi
islam. Berdiri sejak tahun 2002, dengan SK Menteri Agama No.
457/21 November 2002, LAZIS Muhammadiyah berkhidmad dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengembangan sumber daya
insani dan pelayanan sosial dan dakwah.25
Dengan budaya kerja amanah, profesional, dan transparan
LAZIS Muhammadiyah berusaha mengembangkan diri menjadi LAZ
terpercaya. Dan seiring berjalannya waktu, kepercayaan masyarakat
itu semakin menguat. Dan dengan spirit kreatifitas dan inovasi,
LAZIS Muhammadiyah senantiasa mampu memproduksi program-
program yang tanggap terhadap perubahan dan kebutuhan sasaran
pendayagunaan.26
Dalam operasional programnya, LAZIS Muhammadiyah
didukung oleh “Jejaring Multi Lini” dan organisasi Muhammadiyah
24 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 1
25 Ibid, h. 1 26 Ibid, h. 1.
80
yang mengakar di 32 propinsi, menjadikan program-program
pendayagunaan LAZIS Muhammadiyah mampu menjangkau seluruh
wilayah Indonesia dengan cepat, terfokus dan tepat sasaran.
2. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi LAZIS Muhammadiyah adalah menjadi lembaga filantropi
islam yang terpecaya.27
b. Misi LAZIS Muhammadiyah adalah transparan dan akuntable,
amanah dan profesional, tepat sasaran dan tepat guna.28
c. Tujuan LAZIS Muhammadiyah adalah merubah mustahik agar
menjadi mustahik lagi, membentuk SDM yang mandiri dan
berdaya guna, mengentaskan manusia dari jurang kenistaan dan
mengangkatnya dalam derajat kemanusiaan. Semua itu didasari
dari gerakan LAZIS Muhammadiyah yang berusaha mewujudkan
visi mulia zakat melalui program-program kreatif yang bertujuan
membangun manusia kreatif, inovatif, dan produktif, dimana
dengan akal budinya mampu memberdayakan dan membangun
dirinya sendiri secara mandiri. 29
27 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010.
28 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010.
29 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 2
81
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi LAZIS Muhammadiyah30
Wali Amanah : Prof. Dr. H.M. Amin Rais, MA
Prof. Dr. H.A. Syafi’i Ma’arif, MA
Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA
Prof. H.A. Malik Fadjar, M.Sc.
Dewan Syariah : Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, MA
Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA
Prof. Dr. H. Fathurrahman Jamil, M.A.
Badan Pengawas : Drs. H.A. Dahlan Rais, M.Hum
Drs. H. Goodwil Zubir
Prof. Dr. H. Fasichulisan, Apt.
Badan Pengurus : Ketua : Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA
Wakil Ketua : H. Syafruddin Anhar, S.E, MM.
Wakil Ketua : Drs. H. Irsyadul Halim
Sekretaris : Ahmad Imam Mujadid Rais, S.Ip
Pelaksana Harian : Director : M. Khoirul Muttaqin
Financial Manager : Upik Rahmawati
Program Manager : Hari Eko Purwanto
Fundraising Manager : Nanang Q. el-Ghazal
Office Manager : Edy Surya
30 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 1
82
4. Program Kerja dan Kegiatan
Setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya dengan menggunakan atau mengkonsumsi produk
yang ada. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan
dengan menarik manfaat atau kegunaan suatu produk. Manfaat atau
kegunaan suatu produk dilihat dari ekonomi adalah ditimbulkan dari
kegunaan (utilitas) karena bentuk, kegunaan karena tempat,
kegunaan karena waktu, dan kegunaan karena pemilikan.31
Oleh karena itu, dalam konteks ini keberhasilan dari
pengelolaan zakat tentu bukan sekedar diukur dengan besaran dana
yang dapat terhimpun. Akan tetapi, lebih daripada itu, adalah
bagaimana proses pengelolaan zakat mampu menjadi instrument
penting dalam pemberdayaan masyarakat, menolong mereka yang
kesusahan, mengentaskan manusia dari jurang kenistaan dan
mengembalikan manusia pada harkat dan martabat kemanusiaannya.
Inilah tujuan utama perintah berzakat.
Dalam konteks ini Lembaga Amil Zakat memiliki posisi
strategis dalam mewujudkan peran peradaban zakat sesuai dengan
cita-cita agungnya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan analisa dan
kreatifitas kelembagaan yang dapat mendesain dan merencanakan
31 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 16.
83
program-program pendayagunaan agar dapat menopang dan
mendorong tujuan dan visi mulia zakat tersebut.
LAZIS Muhammadiyah menyusun program-program
pendayagunaan berdasarkan analisa kebutuhan sasaran, berorientasi
pada skala prioritas, dan bertumpu pada spirit kreatifitas dan inovasi
serta azas partisipatif dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-
prinsip syari’ah.32
Dalam rencana strategisnya (RENSTRA 2010), LAZIS
Muhammadiyah menyusun program-program pendayagunaan dalam
tiga kebijakan strategis, yaitu:33
a. Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM)
b. Bidang Pendidikan
c. Bidang Pelayanan Sosial dan Dakwah atau yang lebih dikenal
dengan program Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
Kebijakan strategis ini selanjutnya dijabarkan kedalam berbagai
program pendayagunaan yang Insya Allah lebih membumi dalam
konteks ke-Indonesia-an, melalui gerakan zakat kreatif demi
terwujudnya Indonesia kreatif.
a. Program-program di Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
1) Micro Finance Development (MFD)
32 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 3. 33 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 3.
84
Program Micro Finance Development (MFD) adalah
program pengembangan lembaga keuangan pedesaan yang
memiliki tugas dan fungsi utama melakukan pembiayaan/
permodalan kepada usaha mikro masyarakat.34 Lembaga
keuangan yang diberi nama Baitul Maal Muhammadiyah
(BMM) ini didesain secara khusus untuk melakukan
permodalan masyarakat melalui skema dana bergulir (revolving
fund sceme) dengan sistem pinjaman tanpa agunan dan tanpa
bunga (qordhul hasan). Inilah yang membedakan BMM dengan
lembaga keuangan mikro lainnya, yakni tanpa agunan dan
tanpa bunga.
Sebagai penunjang program operasional, BMM juga
melakukan aktifitas pendampingan dan konsultasi usaha hingga
kegiatan bina keluarga sakinah dan dakwah melalui channeling
pengajian Muhammadiyah. Dengan program ini ada tiga
manfaat sekaligus yang dapat dipetik: bina ekonomi, bina
keluarga dan bina agama.
Pertama kali diluncurkan tahun 2003, program Micro
Finance Development hingga saat ini telah berhasil mendirikan
98 BMM dan telah melayani lebih dari 24 ribu pelaku usaha
mikro desa yang terbesar hampir diseluruh wilayah Indonesia.
34 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 4
85
2) Youth Entrepreneurship/ YES!
Dengan motto “Yang Muda Yang Berdaya” program ini
bertujuan membangun etos kewirausahaan generasi muda
dalam 3 ranah strategis, Ranah kognitif yaitu membangun
mental dan spirit kewirausahaan, Ranah afektif berupa
pengembangan skill dan manajerial usaha, dan psikomotorik
dalam bentuk kemampuan untuk mendirikan dan mengelola
usaha.35
Kehadiran program ini adalah bentuk keprihatinan atas
tingginya angka pengangguran usia produktif. Salah satu
penyebabnya adalah lemahnya etos kewirausahaan. Selain
pengangguran, lemahnya etos kewirausahaan akan berujung
pada krisis kemandirian generasi muda.
Youth Entrepreneurship (YES!) didesain dalam
beberapa aktifitas program diantaranya; pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan, beasiswa kewirausahaan,
pendampingan dan fasilitasi pendirian usaha serta pengguliran
bantuan permodalan.
Salah satu kebijakan strategis dalam program ini adalah
pada pengembangan kewirausahaan kreatif. Dimana, peserta
35 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 5
86
program akan dididik dan didorong untuk mampu mendirikan
ragam usaha berbasis kreatifitas.
Pertama kali diluncurkan pada akhir tahun 2008, YES
program telah melatih dan memberikan modal usaha bagi 9
kelompok dan 12 orang dengan brand produk “KEDAI
KINGKONG” yang ada di 5 kota besar di pulau Jawa, serta
memberi permodalan untuk beberapa usaha komunitas dan
perseorangan yang lain.
3) Kampoeng Creative
Antara kampung dan kreatif mungkin mengesankan dua
kata yang kontradiktif. Kampung biasanya diidentikkan sebagai
kawasan yang kumuh dan tertinggal, sedangkan kreatif kerap
disandangkan pada kelompok eksklusif, terdidik dan berwajah
kota.
Mungkin banyak orang tidak membayangkan atau
bahkan enggan untuk menyatukannya. Namun, oleh LAZIS
Muhammadiyah dua kata itu akan disatukan kedalam program
pemberdayaan masyarakat dengan nama Kampoeng Creative.36
Kampoeng creative adalah program pemberdayaan
masyarakat berbasis komunitas. Bentuk program ini adalah
pengembangan klaster-klaster usaha di pedesaan dengan
36 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 5.
87
mengoptimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya lokal yang
ada.
Penamaan Kampoeng Creative sendiri disesuaikan
dengan orientasi program ini yang berupaya mendorong
pengembangan industri kreatif di pedesaan sebagai bagian dari
gerakan nasional Indonesia Kreatif.
Program yang mulai dirintis pada tahun 2009 ini
melaksanakan aktifitas program berupa: pembentukan
komunitas, fasilitasi, pendampingan dan permodalan.
4) Peternakan Masyarakat Mandiri
Program ini merupakan program kerja pada tahun 2010,
yang merupakan sebuah program peternakan masyarakat
mandiri yang berbasis pedesaan.
5) Pemberdayaan Usaha Mikro/ PRO-M!
Secara mekanisme untuk saat ini, program ini tidak
dilaksanakan kembali oleh LAZIS Muhammadiyah pusat,
tetapi nanti yang akan melaksanakan program ini adalah
jejaring.
Secara Umum, program ini memiliki kesamaan dengan
program Micro Finance Development (MFD), yaitu program
pembiayaan bagi usaha mikro. Namun demikian ada beberapa
perbedaan diantara keduanya. Micro Finance Development
lebih menekankan pada penguatan kelembagaan berupa
88
pengembangan lembaga keuangan pedesaan, permodalan
melalui skema pinjaman dan dengan prioritas sasaran
masyarakat desa. Sedangkan dalam program ini berupa
pendampingan usaha secara langsung, dimana permodalan
hanya menjadi salah satu instrument pendukung. Sasaran utama
program ini adalah masyarakat kota dan kawasan pinggiran.
Aktifitas dalam program ini diantaranya adalah layanan
konsultasi, fasilitasi, pendampingan dan permodalan usaha
(dengan skema revolving fund dan atau bantuan secara
langsung yang ditentukan menurut analisa kelayakan
bantuan).37
Program pendampingan usaha mikro ini dilaksanakan
sejak tahun 2003, dan hingga saat ini telah mampu melayani
dan memberikan bantuan kepada kurang lebih 800 pelaku
usaha mikro.
b. Program-program di Bidang Pendidikan
1) Beastudi SLTA (BeTA)
Pada tahun sebelumnya, program ini memang
dijalankan oleh LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi Secara
mekanisme kerja, program ini tidak dilaksanakan kembali oleh
37 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 6.
89
LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi untuk tahun 2010 sampai
tahun 2013 program ini akan dilaksanakan oleh jejaring.
Dari pengalaman di lapangan, LAZIS Muhammadiyah
menemukan fakta banyak siswa-siswi yang sedang menempuh
pendidikan di SLTA terancam putus sekolah ditengah jalan.
Salah satu faktornya adalah tiadanya lagi biaya untuk
melanjutkan sekolah hingga tuntas. Yang paling
memprihatinkan, tidak sedikit dari mereka yang justru memiliki
prestasi akademik diatas rata-rata.
Pengalaman tersebut oleh LAZIS Muhammadiyah
dimanifestasikan dalam program pengembangan beasiswa bagi
siswa-siswi SLTA. Program ini dikonsentrasikan untuk siswa-
siswi SLTA yang berprestasi dengan prioritas utama berasal
dari keluarga kurang mampu.38
Program beasiswa SLTA terdiri atas dua jenis yaitu
beastudi penuh selama tiga tahun dan beasiswa tahunan
(1tahun) yang dikhususkan bagi mereka yang sedang berada di
kelas 3. Seluruh beasiswa ini diwujudkan dalam bentuk
pemberian biaya SPP dan biaya sarana pendidikan.
38 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 7.
90
Program ini berjalan sejak tahun 2003, program ini
mampu memberi bantuan kepada 2.344 siswa-siswi dan telah
menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia.
2) 1000 Sarjana
Mampukah seseorang yang dikategorikan dhuafa dapat
menempuh pendidikan hingga bergelar sarjana? Tentu akan
sulit. Bagaimana mungkin meraih pendidikan tinggi sedang
untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup dasar sehari-hari
masih jauh dari kata cukup.
Namun demikian, kita tidak boleh menyerah. Selagi ada
tekad, InsyaAllah ada seribu jalan ke Roma. Salah satunya
adalah melalui Program 1000 Sarjana LAZIS Muhammadiyah
yang telah diluncurkan sejak tahun 2008 yang lalu, dan akan
terus dikembangkan hingga tahun 2010.
Program 1000 Sarjana adalah program beasiswa penuh
dan subsidi pendidikan bagi keluarga miskin yang akan atau
sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi baik di luar
maupun di dalam negeri.
Tujuan utama program ini adalah untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki
91
kecakapan hidup dan intelektualitas mampu berkarakter dan
berbudi pekerti yang tinggi.39
Selain itu, program ini juga memiliki tujuan jangka
panjang sebagai strategi besar memutus mata-rantai
kemiskinan. Mereka yang telah mengikuti program ini
diharapkan mampu untuk mengangkat keluarganya dari jurang
kemiskinan.
Hingga saat ini, program ini telah membantu biaya
pendidikan bagi 41 mahasiswa kurang mampu dan berprestasi
yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi di dalam
negeri hingga beasiswa ke luar negeri.
3) Pengembangan Pendidikan Terintegrasi
Program ini merupakan program kerja pada tahun 2010,
yang merupakan sebuah program untuk mengembangkan
pendidikan yang terintegrasi.
4) Edutainment Mobile
Sebetulnya Edutaiment Mobile ini merupakan program
pada tahun kemarin (2008-2009), yang menjalin kemitraan
dengan telkomsel. Walaupun program ini sudah tidak ada,
program ini akan tetap menjadi spirit dalam program
39 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 8.
92
pendidikan yang bernama pengembangan pendidikan
terintegrasi.
“Ceria belajar, belajar ceria” adalah motto program
Edutainment Mobile LAZIS Muhammadiyah. Program ini
mengusung model pendidikan alternatif yang memadukan
antara konsep pendidikan dan hiburan. Peserta didik dalam
program ini diajak belajar dalam situasi yang menghibur dan
sekaligus diajak belajar dari suatu hiburan yang mendidik.
Program ini dikemas dalam bentuk mobile dengan
menggunakan sarana kendaraan bermotor (mobil) yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar berupa
perpustakaan, peralatan audio visual, sarana permainan anak-
anak dan berbagai sarana hiburan lain yang mendidik.
Bentuk-bentuk aktifitas program Edutainment Mobile
antara lain; outdoor learning bagi para Taman Kanak-kanak,
Perpustakaan Keliling, Talk Show bagi pelajar SMP-SMU,
Nonton bareng, Pesantren Alam dan Sekolah Darurat
Bencana.40
Sasaran utama program ini adalah memberikan layanan
pendidikan bagi anak-anak yang berada di kawasan bencana
40 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 8.
93
alam serta daerah pinggiran dengan cakupan operasional
diseluruh wilayah Indonesia.
5) Bakti Guru
Sama seperti program Edutaiment Mobile yang
merupakan program kerja pada tahun kemarin (2008-2009),
dan seperti yang sudah dijelaskan pada program sebelumnya,
walaupun program ini sudah tidak ada tetapi program ini akan
tetap menjadi spirit dalam program pendidikan yang bernama
pengembangan pendidikan terintegrasi.
Menjadikan guru sebagai salah satu prioritas utama
program peduli pendidikan akan dapat membantu dalam
mengurai benang-kusut problem pendidikan di negeri ini, sebab
guru adalah garda terdepan yang menentukan hitam-putihnya
wajah pendidikan.
Komitment kepedulian terhadap guru oleh LAZIS
Muhammadiyah salah satunya diwujudkan kedalam program
Bakti Guru. Program ini merupakan turunan dari program
Peduli Guru yang diwujudkan dalam bentuk santunan hidup
dan telah berjalan sejak tahun 2004 dan telah memberikan
bantuan kepada 1.450 guru di seluruh Indonesia.41
Bakti Guru adalah program pengembangan dan
peningkatan kompetensi pengajaran guru melalui beasiswa
41 Ibid, h. 9.
94
studi lanjut, pelatihan, workshop, program beasiswa penelitian
dan fasilitasi kreatifitasi kegiatan guru.
Program ini ditujukan bagi guru-guru sains dan Bahasa
Inggris tingkat SD hingga SMU dengan sasaran utama guru
yang mengajar di sekolah-sekolah pedesaan dan wilayah
pedalaman.
6) Cinta Yatim
Pada tahun sebelumnya, program ini memang
dijalankan oleh LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi Secara
mekanisme kerja, program ini tidak dilaksanakan kembali oleh
LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi untuk tahun 2010 sampai
tahun 2013 program ini akan dilaksanakan oleh jejaring.
Pesan al-Qur’an untuk peduli terhadap anak yatim
sangat jelas. Kita diwajibkan untuk peduli dan sangat dilarang
untuk menelantarkan atau bahkan memanfaatkannya.
Kepedulian terhadap yatim piatu dapat kita wujudkan
dengan berbagai cara, mulai dari menyantuni, memelihara,
membuatkan panti asuhan dan sebagainya. Intinya adalah
bagaimana si Yatim dapat terjamin hak-hak hidupnya hingga
mereka mampu untuk hidup mandiri (akil baligh).
LAZIS Muhammadiyah memiliki kepedulian yang
sama. Melalui program Cinta Yatim, LAZIS Muhammadiyah
95
berupaya memberikan kepastian masa depan pendidikan bagi si
Yatim.
Secara garis besar, program ini adalah program jaminan
biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan Sekolah Dasar
(SD) hingga Lanjutan Atas (SMU) yang meliputi jaminan SPP,
biaya sarana prasarana sekolah (buku pelajaran dan seragam)
serta dalam kondisi tertentu mencakup juga jaminan biaya
hidup yatim selama menempuh pendidikan.42
Selain itu, program ini juga didukung dengan beberapa
aktifitas program diantaranya sekolah alam, pelatihan dan
beastudi kewirausahaan dan seleksi yatim kreatif. Dalam
pelaksanaannya LAZIS Muhammadiyah akan menggandeng
panti-panti asuhan yang ada.
c. Program-program di Bidang Pelayanan Dakwah
1) Peduli Da’i Mandiri/ Khusus Pedalaman (sinergi dengan
MTDK)
Menjadi da’i yang bertugas di pedalaman jelas membutuhkan
mental baja. Kalau bukan benar-benar panggilan hati, rasa-
rasanya agak sulit bagi seorang dai’i untuk mampu bertahan
lebih lama.
42 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 9.
96
Ragam tantangan dan ancaman adalah menu makanan
sehari-hari. Mulai dari beratnya medan dakwah, terbatasnya
sarana dan prasarana dakwah, ancaman fisik dari kelompok-
kelompok yang merasa terganggu dari aktifitas dakwah ini,
hingga yang paling memprihatinkan minimnya jaminan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
LAZIS Muhammadiyah, menganggap mereka ini adalah
para mujahid sejati yang menuntut prioritas kepedulian dari kita
semua. Bentuk perhatian dan kepedulian kepada da’i tersebut
oleh LAZIS Muhammadiyah diwujudkan dalam program Da’i
Mandiri.43
Da’i Mandiri adalah program fasilitasi juru dakwah
yang bertugas di kawasan pedalaman dan suku terasing dalam
bentuk bantuan sarana dakwah. Selain itu, program ini juga
memprioritaskan pada upaya pembangunan kemandirian
ekonomi da’i melalui bantuan permodalan usaha dan fasilitasi
usaha. Dengan program ini, diharapkan para da’i akan semakin
berkhidmad dalam gerakan pembinaan dan pelayanan umat.
Hingga saat ini, program yang dijalankan sejak tahun
2004 ini telah dapat memberi bantuan dana dan fasilitasi sarana
dakwah kepada 494 da’i.
43 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 11
97
2) Komunitas Hati (Pengajian Perkantoran)
Kehidupan kota besar, sebagaimana yang kita alami,
telah menggiring setiap penghuni didalamnya ada
persimpangan jalan.
Akselarasi dan dinamika dengan ragam
problematikanya telah memberikan dua pilihan pada manusia
untuk menentukan pijakan eksistensi dirinya yaitu melarutkan
diri dalam dunia gelap-gemerlap dan perilaku penyimpangan
kehidupan sosial atau pilihan hidup keranah kebajikan, dan
tentunya semua pilihan akan membawa konsekuensinya
masing-masing.
LAZIS Muhammadiyah sebagai lembaga yang concern
terhadap dakwah, berupaya berperan aktif dalam “penyajian
pilihan tersebut” melalui program Komunitas Hati, yaitu
sebuah program yang aktif melakukan pembentukan jama’ah
pengajian perkantoran dengan nama Komunitas Hati.44
Pengajian Komunitas Hati lebih diutamakan pada
pemilihan tema-tema sederhana, aktual dan tema motivasional.
Tujuan program ini adalah penyemaian nilai-nilai islam untuk
pengembangan pribadi unggul, berkarakter dan beretos kerja
tinggi.
44 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 11.
98
3) Tali Kasih
Sama seperti program yang sebelumnya, secara
mekanisme kerja saat ini, program ini tidak dilaksanakan
kembali oleh LAZIS Muhammadiyah pusat tetapi nantinya
akan lebih banyak dilaksanakan oleh jejaring.
Apa yang paling membahagiakan bagi seorang mu’alaf,
disaat awal ia mengikrarkan diri masuk islam? Salah satunya
adalah sambutan hangat dari saudara sesama muslim,
“marhaban ya saudaraku, kita adalah saudara, kita adalah
satu keluarga”.
LAZIS Muhammadiyah mewujudkan “sambutan
hangat” itu dalam bentuk program Tali Kasih, sebuah program
yang dikemas dalam bentuk pemberian “cindera mata” berupa
santunan karitas.45
Namun, karena diantara mu’alaf yang setelah ber-islam
banyak yang terputuskan dari keluarga “biologisnya” serta
terputus sumber mata ekonominya. Bantuan Tali Kasih yang
diberikan oleh LAZIS Muhammadiyah lebih banyak
diorientasikan untuk permodalan pengembangan usaha mualaf.
Selain diperuntukkan bagi mualaf, program tali kasih ini
juga diberikan kepada Ibnu Sabil dan fii Sabilillah dengan
45 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 12.
99
besar bantuan yang disesuaikan dengan analisa kelayakan
bantuan.
d. Program-program di Bidang Pelayanan Sosial atau yang lebih
dikenal dengan program Penolong Kesengsaraan Oemoem
(PKO).
1) Aksi Cepat Kemanusiaan
Bermula dari bencana Tsunami di Aceh tahun 2004,
LAZIS Muhammadiyah meluncurkan program baru atau lebih
tepatnya unit kerja baru bernama Aksi Cepat Kemanusiaan
(ACK), unit ini dibentuk terkait kebutuhan untuk menggalang
kepedulian dan membantu korban bencana secara cepat dan
tepatdan program ini sudah berjalan sampai sekarang..46
Melalui jaringan organisasi Muhammadiyah beserta
angkatan mudanya, ACK mampu menjadi garda depan dalam
memberikan bantuan evakulasi, tangggap darurat hingga tahap
rehabilitasi bencana Aceh.
Dalam perjalanannya seiring dengan banyaknya
bencana di Indonesia, LAZIS Muhammadiyah dengan
melakukan beberapa penataan sistem, secara resmi
meluncurkan unit kerja Aksi Cepat Kemanusiaan (ACK) yang
bertugas secara khusus untuk memberikan bantuan tanggap
46 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 12.
100
darurat dan rehabilitasi kepada korban bencana alam dan
bencana kemanusiaan seperti perang, kekeringan dan
kelaparan.
Hingga saat ini, ACK telah berperan aktif dalam
memberi kontribusi bantuan tanggap darurat kepada korban di
hampir semua bencana alam di Indonesia. Selain itu, ACK juga
berperan aktif dalam bantuan kemanusiaan di palestina.
2) Layanan Kesehatan Masyarakat
Agak sulit kiranya seseorang yang sakit, terlebih dalam
kondisi kurang mampu, harus berangkat sendiri ke Rumah
Sakit atau Puskesmas untuk berobat. Belum lagi kendala biaya,
transportasi atau bahkan mungkin birokrasi yang menjadikan
mereka terpaksa harus bertahan sakit di rumah.
Karena kesehatan adalah hak bagi semua orang. Perlu
kiranya ada terobosan baru layanan kesehatan yang mampu
menyapa, menjangkau dan hadir ditengah-tengah masyarakat
khususnya masyarakat mustad’afin.
Dalam konteks inilah LAZIS Muhammadiyah
meluncurkan program baru berupa program Layanan Kesehatan
Masyarakat.47
47 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 10
101
Program ini memprioritaskan untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat
miskin dengan sasaran utama di kawasan kumuh perkotaan,
kampung pelosok dan daerah bencana alam.
Dengan menggunakan fasilitas Layanan Kesehatan
Masyarakat, program ini dikemas menjadi “Puskesmas
Keliling” yang menjangkau kawasan sasaran secara terjadwal.
Adapun bentuk aktifitas program layanan kesehatan
masyarakat antara lain; pengobatan gratis keliling kampung,
layanan ambulan gratis, khitanan massal dan posko kesehatan
bencana.
e. Program-program Lainnya
Qurban Hebat
Qurban Hebat adalah program penggalangan dan
pendistribusian hewan qurban yang dilaksanakan pada setiap
hari raya Idul Adha dengan tujuan untuk memfasilitasi Ibadah
Qurban kaum muslimin secara efektif, efisien, nyaman dan
aman.48
Dengan dukungan jaringan Muhammadiyah yang
mengakar di 32 propinsi, menjadikan program qurban ini
senantiasa terdistribusi secara tepat dan merata se-nusantara.
48 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS
Muhammadiyah:2008), h. 13.
102
Titik tekan distribusi Qurban Hebat diprioritaskan untuk
kawasan pedalaman, kantong-kantong kemiskinan, daerah
rawan pangan dan kawasan rawan pemurtadan. Hal ini
dilakukan agar ibadah qurban memiliki nilai tambah bagi
pemberdayaan masyarakat. Program Qurban Hebat ini mulanya
dikembangkan dalam bentuk Tabung Qurban dan Ternak
Qurban.
BAB IV
STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP
MUHAMMADIYAH
TENTANG:
Strategi; Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Target
Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Positioning Layanan Jemput
Zakat LAZISMU.
Hasil; Hasil, Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Hasil
Target Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Hasil Positioning
Layanan Jemput Zakat LAZISMU.
Analisis; Strategi, Hasil.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]
BAB IV
STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT
LAZIS PP MUHAMMADIYAH
A. Strategi
1. Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZIS PP
Muhammadiyah
Dilihat dari pengertian segmentasi dalam pemasaran itu sendiri,
segmentasi adalah membagi kelompok pasar menjadi kelompok
pembeli yang dibedakan menurut kebutuhan, karakteristik atau
tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda.1
Dan pasar terdiri dari pembeli, dan pembeli yang berbeda-beda
dalam satu atau lebih hal. Mereka dapat berbeda dalam keinginan,
daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian, dan praktek
pembelian mereka. Setiap variable ini dapat digunakan untuk
mensegmentasi suatu pasar.2
Para pembeli umumnya berbeda antara satu dengan lainnya di
pasar, baik dalam motif dan perilaku maupun dalam kebiasaan
1 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 44. 2 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 316.
103
104
pembeliannya, yang semuanya menunjukkan ciri atau sifat pembeli/
konsumen tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pasar suatu
produk tidak homogen, tetapi heterogen pada kenyataannya. Dengan
dasar ini, maka amatlah sulit bagi suatu perusahaan untuk melayani
seluruh pasar yang ada, sehingga dapat memberikan kepuasan
konsumen yang berbeda-beda ciri atau sifatnya.3
Segmentasi pasar dimaksudkan sebagai kegiatan membagi
suatu pasar kedalam kelompok-kelompok yang berbeda. Masing-
masing kelompok tersebut terdiri dari konsumen yang mempunyai
ciri atau sifat yang sama atau hampir sama. Setiap kelompok
konsumen dapat dipilih sebagai suatu pasar sasaran (target market)
yang akan dicapai dengan strategi marketing mix yang berbeda. Jadi
segmentasi pasar merupakan suatu strategi pemasaran yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk membagi pasar kedalam
bagian-bagian sebagai pasar untuk membina bagian-bagian tertentu
guna dijadikan pasar sasaran yang akan dilayani.4
Layanan jemput zakat sendiri merupakan salah satu kelompok
pasar atau bagian dalam strategi fundraising LAZIS
Muhammadiyah.5 Jadi penelitian ini lebih cenderung membicarakan
satu segmen pemasaran dalam strategi operasional fundraising dalam
3 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 143. 4 Ibid, h. 144. 5 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010.
105
mengembangkan database donatur dan memaksimalkan pelayanan
donatur melalui fasilitas dan layanan kemudahan dalam berdonasi
yaitu salah satunya yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah
layanan jemput zakat di LAZIS Muhammadiyah.
Terdapat tiga alternatif bagi perusahaan dalam segmentasi
pasar, yaitu apakah perusahaan akan menggunakan pendekatan
pemasaran yang terdiferensiasi (dengan pembedaan), pendekatan
pemasaran yang tidak terdiferensiasi (tanpa pembedaan), atau
menggunakan pendekatan pemasaran yang terkonsentrasi.6 Dalam
konteks ini, LAZIS Muhammadiyah menggunakan pendekatan
pemasaran dengan pembedaan/ terdiferensiasi (a differentiated
marketing approach), yaitu termasuk sebuah pendekatan pemasaran
yang dalam sebuah perusahaan mengidentifikasikan beberapa
segmen dalam pasarnya dan menetapkan bauran pemasaran
(marketing mix) yang berbeda bagi setiap segmen.7
Penulis dapat mengungkapkan hal tersebut, karena berdasarkan
data strategi operasional fundraising LAZIS Muhammadiyah yang
dilihat dari termo reference program dan kegiatan divisi customer
care, LAZIS Muhammadiyah menetapkan bauran pemasaran yang
berbeda untuk setiap segmennya. Karena dalam penelitian ini penulis
hanya terfokus pada layanan jemput zakat saja, jadi dapat dilihat
6 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 44. 7 Ibid, h. 45
106
pada data tersebut LAZIS Muhammadiyah mengidentifikasi
beberapa segmen pelayanan, yaitu salah satunya layanan jemput
zakat, yang menggunakan bauran pemasaran (marketing mix) atau
tool yang berbeda dari segmen pelayanan yang lain, yaitu seperti:
do’a untuk muzaki, seragam lengkap, transportasi, peta, kwitansi,
brosure, buku, majalah, kemampuan menjawab tentang zakat,
program LAZIS Muhammadiyah dan perkembangannya, dan dari
semua itu memberikan pelayanan penjemputan zakat sesuai tepat
waktu.8
Sebelum membagi-bagi pasar pada segmen-segmen tertentu,
biasanya dilakukan riset pasar (market research) terlebih dahulu.
Dengan demikian, diharapkan dapat diketahui segmen-segmen
tertentu yang dapat dipenuhi kebutuhan dan keinginannya oleh
produsen/ perusahaan.9 Dalam konteks ini penulis melihat layanan
jemput zakat merupakan satu pelayanan di LAZIS Muhammadiyah
yang sangat menguntungkan bagi para donatur yang ingin berdonasi,
karena aksesnya yang mudah dijangkau dan cepat, sehingga akan
terasa sekali keefektifan dan keefisienannya.
Dalam menerapkan segmentasi pasar, sebenarnya para pemasar
memiliki tujuan yang berbeda-beda. Namun demikian, tetap saja ada
satu tujuan utama dalam segmentasi pasar yaitu untuk melayani
8 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010).
9 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 46.
107
konsumen secara lebih baik dan memperbaiki posisi kompetitif
perusahaan terhadap pesaing.10 Begitu pula dengan layanan jemput
zakat yang bertujuan untuk melayani konsumen secara lebih baik
dengan memfasilitasi dan memberikan pelayanan kemudahan dalam
berdonasi, yaitu melalui layanan jemput zakat.11
Tujuan utama layanan jemput zakat juga diiringi dengan
tujuan-tujuan lain yang sangat berkaitan dengan karakteristik para
donatur itu sendiri, tujuan tersebut yaitu:
a. Memberi kemudahan bagi para donatur dan public dalam
menyalurkan donasinya secara aman, nyaman, lifestyle, dan
mudah.12
b. Memberi layanan untuk membangun komunikasi intensif yang
interpersonal (tatap muka).13
c. Mengembangkan kepuasan donatur, dalam konteks ini
kepuasan itu terbagi dua, yaitu kepuasan dalam layanan jemput
zakat dan kepuasan layanan dalam bentuk spiritual, dalam
bentuk spiritual inilah yang sering muncul, dan biasanya rata-
rata muzaki ketika ingin dijemput didasari oleh layanan
10 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 46. 11 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Termo Reference (TOR) Program
dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010). 12 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 13 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
108
spiritual tersebut, karena petugas penjemput zakat dibekali
kemampuan untuk memberikan do’a kepada muzaki.14
1) Kriteria dan Syarat Segmentasi Pasar
Agar proses segmentasi tersebut dapat efektif dan bermanfaat
bagi perusahaan, maka segmen pasar harus memenuhi kriteria dan
syarat berikut:15
a) Dapat diukur (measurable), baik besarnya maupun luasnya
serta daya beli segmen pasar tersebut.
b) Dapat dicapai atau dijangkau (accessible), sehingga dapat
dilayani secara efektif.
c) Cukup luas (substantial), sehingga dapat menguntungkan jika
dilayani.
d) Dapat dilaksanakan (actionable), sehingga semua program
yang telah disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar
itu dapat efektif.
Faktor-faktor tersebut dapat membantu untuk menilai
kelayakan pasar dari produk perusahaan untuk disegmentasikan
atau tidak. Apabila telah dilakukan segmentasi atas pasar yang ada
untuk dilayani, maka dari segmen-segmen pasar yang telah
ditentukan tersebut dapat dipilih yang potensial di antaranya untuk
14 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 15 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 145.
109
dijadikan pasar sasaran (target market). Hal ini merupakan dasar
untuk menentukan strategi pemasaran yang bagaimana yang akan
dijalankan agar tujuan pemasaran dapat dicapai.16 Atas dasar
kriteria dan syarat segmentasi diatas, penulis dapat melihat bahwa
layanan jemput zakat merupakan satu segmen yang cukup layak
untuk disegmentasikan, sehingga dapat dijadikan sebagai pasar
sasaran (target market), karena layanan jemput zakat memenuhi
syarat dan kriteria tersebut.
2) Segmentasi Atas Jenis atau Tipe Pasar
Dalam usaha untuk memberi arah dalam pengembangan
pelayanan pemasaran dan perumusan strategi pemasaran secara
tepat, diperlukan kerangka analisis pasar dengan
mempertimbangkan ciri atau sifat para pembeli, sehingga dapat
ditentukan segmentasi pasar yang tepat, yang akan digunakan
sebagai dasar penetapan pasar sasaran. Jumlah pembeli yang terlalu
besar dan tersebar luas serta mempunyai beraneka ragam
kebutuhan dan keinginan, menyebabkan suatu perusahaan tidak
akan dapat dilayani semua pembeli yang terdapat dipasar. Oleh
karena itu, maka perusahaan perlu melakukan segmentasi pasar.17
16 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 146. 17 Ibid, h. 146.
110
Para pembeli yang terdapat di pasar dapat dikelompokkan,
kelompok mana akan mencerminkan jenis/tipe pasarnya. Pada
dasarnya pasar dapat dibedakan atau digolongkan ke dalam empat
jenis/tipe pasar, yang pembedaannya didasarkan atas peranan serta
motivasi para pembeli di dalamnya. Keempat jenis/ tipe pasar
tersebut adalah:18
a) Pasar konsumen (Consumer market)
b) Pasar produsen (Producer market)
c) Pasar pedagang (Reseller market)
d) Pasar pemerintah (Government market)
Dalam konteks ini, layanan jemput zakat termasuk kepada
jenis/ tipe pasar konsumen, karena pasar konsumen merupakan
pasar yang terdiri dari perorangan atau rumah tangga yang
membeli atau memperoleh produk (barang atau jasa) untuk
dikonsumsi atau dipakai sendiri dan tidak untuk diperdagangkan.19
Begitu pula dengan layanan jemput zakat yang terdiri atau
didalamnya terdapat para donatur yang mempunyai keluasan waktu
untuk berdonasi, contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga, para
pensiunan, para donatur yang posisi area daerah domisili dan
kerjanya dekat dengan kantor LAZIS Muhammadiyah dan para
donatur lainnya yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu
18 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 147-149. 19 Ibid, h. 147.
111
sibuk dalam kegiatan sehari-harinya yang memakai jasa layanan
jemput zakat.20
Para konsumen secara rasional akan membeli produk dengan
pertimbangan kualitas, yaitu dapat dipakai dengan baik, dapat
meningkatkan efisiensi atau harga yang paling murah. Unsur
kualitas merupakan faktor yang penting dalam proses pembelian
produk oleh si pembeli.21 Karena layanan jemput zakat merupakan
produk jasa, maka penulis berfikir bahwa unsur kualitas yang ada
pada layanan jemput zakat berada pada unsur pelayanannya. Para
donatur secara rasional akan memakai jasa layanan jemput zakat
dengan mempertimbangkan kualitas pelayanannya, yaitu
diharapkan dapat memberikan kepuasan bathin tersendiri.22
Dengan petimbangan kualitas tersebut, langganan yang sudah
biasa dengan suatu produk dengan merek tertentu tidak akan
mudah berpindah pada produk dengan merek lain.23 Hal itu yang
diupayakan oleh layanan jemput zakat, memberikan pelayanan
yang seoptimal mungkin, sehingga jemput zakat sesuai tepat pada
waktunya, dan para donatur akan merasa puas dalam kepastian.
Di samping itu, pembelian juga dipengaruhi oleh faktor lain,
seperti adanya hubungan baik, rasa harga diri, kepercayaan pada
20 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 21 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 147. 22 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 23 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 148.
112
penjual, ikut-ikutan, dan lain sebagainya.24 Selain memberikan
pelayanan yang optimal, layanan jemput zakat juga terus
memperhatikan faktor-faktor lain, seperti yang sudah disebutkan di
atas. Layanan jemput zakat terus memperhatikan hubungan baik
dengan para donaturnya, dengan cara membangun komunikasi
yang intensif kepada muzaki dengan tujuan untuk menjalin kembali
hubungan interpersonal dan diharapkan agar muzaki menjadi
donatur yang loyal.
Berikut dibawah ini adalah bentuk faktor lain yang dilakukan
oleh customer service LAZIS Muhammadiyah, sehingga para
donatur tertarik dan setia menggunakan jasa layanan jemput zakat:
a) Mengirimi majalah MATAHATI Bulanan kepada donatur (dan
prospek donatur potensial).25
b) Mengirimi surat ucapan terimakasih kepada setiap donatur
yang telah berdonasi, dan juga memberikan ucapan dalam
bentuk kartu, seperti ucapan Idul Fitri, ucapan tahun baru
muharom, ucapan ulang tahun, dan naik pangkat.26
24 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 148. 25 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010
(Jakarta: LAZISMU, 2010). 26 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
113
c) Membangun komunikasi kembali kepada donatur yang telah
lama tidak melakukan donasi lagi.27
d) Memberi informasi secara rutin kepada donatur dan prospek
donatur tentang program dan kegiatan LAZIS Muhammadiyah
melalui sms dan email (minimal setiap 2 minggu sekali).28
e) Mengirimi sms terkait do’a-do’a dan kata-kata mutiara kepada
donatur setiap minggu.29
f) Mengadakan TEMU MUZAKI.30
g) Menfasilitasi terbentuknya Forum Komunikasi Donatur LAZIS
Muhammadiyah.31
h) Memberikan penghargaan, reward, dan cindera mata.32
i) Mengkoordinir layanan pengajian donatur.33
3) Segmentasi Pasar Konsumen
Segmentasi pasar konsumen dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa variabel sebagai berikut:
1) Segmentasi Berdasarkan Geografi
27 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010
(Jakarta: LAZISMU, 2010). 28 Ibid. 29 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 30 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 31 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010
(Jakarta: LAZISMU, 2010). 32 Ibid. 33 Ibid.
114
Segmentasi pasar ini dilakukan dengan mengelompokkan
konsumen menjadi wilayah bagian pasar yang menurut skala
wilayah atau letak geografis.34 Secara geografis, layanan jemput
zakat terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:35
a) Tahun 2003 sampai dengan 2007, layanan jemput zakat
melayani penjemputan zakat untuk wilayah DKI Jakarta.
b) Tahun 2008 sampai dengan 2009, layanan jemput zakat
melayani penjemputan zakat untuk wilayah JABODETABEK.
c) Tahun 2010 sampai dengan seterusnya, layanan jemput zakat
melayani penjemputan di seluruh Indonesia melalui konsep
jejaring.
Dilihat dari penjelasan di atas, wilayah yang sudah dilayani
dalam layanan jemput zakat ini yaitu pada wilayah DKI Jakarta,
Tanggerang, Bekasi, dan Depok. Di wilayah JABODETABEK
(yang berkantor pusat di Jakarta/ kantor perwakilan di Jakarta).
Namun karena keterbatasan waktu dan jangkauan yang jauh,
layanan ini belum bisa dinikmati di luar Jakarta, namun tenang saja
secepatnya layanan ini akan bisa dinikmati di seluruh Indonesia
melalui konsep jejaring.36
2) Segmentasi Berdasarkan Demografi
34 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 155. 35 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 36 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
115
Segmentasi pasar ini dilakukan dengan mengelompokkan
konsumen menjadi bagian pasar menurut variabel-variabel
demografis, yaitu: umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,
jumlah anggota keluarga, pendidikan, kelas sosial, keturunan atau
suku bangsa, agama.37
Secara demografis, LAZIS Muhammadiyah tidak memilih-
milih, semua segmen demografis (tingkat pendidikan, pekerjaan,
dsb) semua sasaran LAZIS Muhammadiyah itu adalah bagian dari
segmentasi layanan jemput zakat itu sendiri. Dan itu merupakan
pelayanan dalam berzakat, jadi siapa pun yang ingin berzakat
khususnya dalam program layanan jemput zakat, pasti akan
dilayani, tetapi pastinya nanti dilihat dari geografisnya terlebih
dahulu.38
3) Segmentasi Berdasarkan Psikografis
Segmentasi psikografis mengacu kepada tingkah laku
masyarakat dan gaya hidup yang dianut.39 Segmen pasar ini
dilakukan dengan mengelompokkan konsumen atau pembeli
menjadi bagian pasar menurut variabel-variabel pola atau gaya
hidup (life style) dan kepribadian (personality).40
37 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 156-158. 38 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 39 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 47. 40 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, h. 158.
116
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, didalam layanan
jemput zakat terdapat para donatur yang mempunyai keluasan
waktu untuk berdonasi, contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga,
para pensiunan, para donatur yang posisi area daerah domisili dan
kerjanya dekat dengan kantor LAZIS Muhammadiyah dan para
donatur lainnya yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu
sibuk dalam kegiatan sehari-harinya yang memakai jasa layanan
jemput zakat.41
Melihat dari tingkat waktu yang pendek, mobilisasi, dan
kecukupan masyarakat yang semakin tinggi, membuat masyarakat
berfikir dan lebih menggunakan bentuk layanan yang memberikan
kemudahan dan lebih praktis diluar layanan jemput zakat, seperti:
transfer melalui rekening, auto debet, sms, M-ATM, dan
sebagainya. Sehingga layanan jemput zakat ini merupakan sebuah
segmen pasar masyarakat yang bergaya hidup produktif, yang lebih
sering digunakan oleh karakter donatur yang ada pada kota-kota
kecil di Indonesia.
4) Segmentasi Berdasarkan Manfaat
Bentuk segmentasi yang kuat adalah dengan
mengklasifikasikan pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka
41 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
117
cari dari suatu produk.42 Dari para donatur itu ada sebagian yang
yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam
kegiatan sehari-harinya, yang mencari kepuasan bathin tersendiri
dalam berdonasi, LAZIS Muhammadiyah memusatkan
perhatiannya dalam sebuah pelayanan yang cocok dengan para
donatur tersebut, yaitu layanan jemput zakat.
5) Segmentasi Berdasarkan Penggunaan
Segmentasi penggunaan membagi konsumen dalam pengguna
berat, pengguna menengah, dan pengguna ringan.43 Berikut dibawah
ini merupakan perhitungan persentase donatur melalui kas (layanan
jemput zakat), dengan cara membagi jumlah melalui kas (layanan
jemput zakat) dengan jumlah keseluruhan dari layanan-layanan yang
lain.44
Persentase donatur melalui kas = {jumlah melalui kas : total}*100%
(1) Tahun 2007 (122 : 1751)* 100% = 6.96%
(2) Tahun 2008 (280 : 2374)* 100% = 11.79%
(3) Tahun 2009 (261 : 2939)* 100% = 8.88%
Dapat dilihat jumlah persentase donatur yang menggunakan
jasa layanan jemput zakat kecil dibandingkan dengan layanan-
42 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 328.
43 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 51.
44 Wawancara Pribadi dengan Upik Rahmawati. Jakarta, 17 Maret 2010.
118
layanan yang lain. Karena masyarakat berfikir untuk lebih
menggunakan bentuk layanan yang memberikan kemudahan dan
lebih praktis diluar layanan jemput zakat, seperti: transfer melalui
rekening, auto debet, sms, M-ATM, dan sebagainya. Jadi dalam
konteks ini layanan jemput zakat termasuk tingkat pengguna
ringan.
6) Segmentasi Berdasarkan Promosional
Untuk menguji rasa ketertarikan para donatur, setiap segmen
pasti perlu menciptakan bentangan riwayat, dalam hal ini LAZIS
Muhammadiyah menggunakan semua media promo, seperti:
membuat iklan melalui media-media massa, media cetak, media
kampanye, brosur, direct mail, spanduk banner, dengan
mencantumkan nomer telepon LAZIS Muhammadiyah yaitu
layanan call center: 021 – 31 50 400 dan menginformasikan bahwa
LAZIS Muhammadiyah mempunyai layanan yang disebut layanan
jemput zakat.45
7) Segmentasi Berdasarkan Loyalitas
Pasar dapat disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen.
Beberapa konsumen benar-benar loyal terhadap satu macam
produk (hard-core loyals). Kelompok lainnya agak loyal, mereka
loyal terhadap dua produk atau menyukai suatu produk tetapi
kadang-kadang menggunakan produk lain (soft-core loyals).
45 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
119
Kelompok lainnya suka berpindah dari memfavoritkan satu produk
ke produk lain (shifting loyals). Kelompok terakhir tidak
menunjukkan loyalitas terhadap merek apapun, mereka menyukai
sesuatu yang baru muncul (switchers).46 Dalam konteks ini
loyalitas terhadap produk jasa dalam pelayanan LAZIS
Muhammadiyah masuk pada kelompok terakhir yaitu kelompok
dimana mereka menyukai sesuatu yang baru muncul (switchers),
seperti contohnya yang sedang marak saat ini adalah pelayanan
transfer melalui rekening, auto debet, sms, M-ATM, dan
sebagainya. Sehingga pada saat ini jumlah presentase donatur pada
layanan jemput zakat mengalami penurunan, tetapi walaupun
jumlah donatur atau muzaki dalam layanan jemput zakat menurun
diharapkan jumlah donatur dari layanan yang lain akan meningkat.
Dan ini merupakan tingkat keberhasilan di LAZIS
Muhammadiyah.47
2. Target Layanan Jemput Zakat LAZIS Muhammadiyah
Dalam penelitian ini penulis berfokus pada satu segmen
pelayanan, yaitu layanan jemput zakat. Ada beberapa karakteristik
yang dapat dilihat dari layanan jemput zakat, yaitu:
46 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 51-52. 47 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
120
a. Dapat diukur: ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat
diukur.48
Penetapan target dalam hal ukuran, daya beli, dan profil
segmen di LAZIS Muhammadiyah terbilang unik, karena dari tahun
ke tahun ukuran, dan daya beli keberhasilan atau target dari layanan
jemput zakat itu bukan kenaikan jumlah donaturnya, tetapi ini
berbanding terbalik dengan layanan segmen yang lain, yang memiliki
kenaikan dalam jumlah donaturnya, jadi asumsinya jika jumlah
donatur dalam layanan jemput zakat itu menurun, tetapi jumlah
donatur pada layanan segmen-segmen yang lain (via rekening, auto
debet, dsb) akan meningkat.49
Berikut dibawah ini merupakan perhitungan persentase donatur
melalui kas (layanan jemput zakat), dengan cara membagi jumlah
melalui kas (layanan jemput zakat) dengan jumlah keseluruhan dari
layanan-layanan yang lain. Sehingga dari perhitungan persentase
tersebut, penulis dapat melihat ukuran, dan daya beli dari layanan
jemput zakat.
Persentase donatur melalui kas = {jumlah melalui kas :
total}*100%. 50
1) Tahun 2007 (122 : 1751)* 100% = 6.96%
2) Tahun 2008 (280 : 2374)* 100% = 11.79%
48 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54.
49 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 50 Wawancara Pribadi dengan Upik Rahmawati. Jakarta, 17 Maret 2010.
121
3) Tahun 2009 (261 : 2939)* 100% = 8.88%
Dilihat dari tahun ke tahun, target pencapaian pada layanan
jemput zakat mengalami pasang surut tetapi bisa dibandingkan target
pencapaian pada layanan yang lain dari tahun ke tahun mengalami
titik kenaikan. Sehingga bahwa memang benar adanya ketika layanan
jemput zakat mengalami titik penurunan, tetapi dari sisi lain LAZIS
Muhammadiyah telah mencapai keberhasilannya, karena dapat
dilihat target pencapaian dari layanan-layanan lain yang mengalami
titik kenaikan.
b. Dapat dijangkau: segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani
secara efektif.51
Agar layanan jemput zakat dapat dijangkau dan dilayani secara
efektif, LAZIS Muhammadiyah akan membentuk layanan jemput
zakat menjadi sebuah pelayanan yang maksimal bagi jejaring LAZIS
Muhammadiyah, dengan pembentukan jejaring di kota-kota kecil di
Indonesia, layanan jemput akan terasa lebih mudah untuk dijangkau,
karena pada dasarnya karakteristik donatur layanan jemput zakat
berada pada kota-kota kecil di Indonesia. 52
Selain itu agar para donatur layanan jemput zakat dapat
dilayani secara efektif, LAZIS Muhammadiyah akan mengupayakan
agar penjemputan sesuai tepat waktu, dan akan memberikan
51 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 52 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
122
penghargaan berupa piagam kepada para donatur yang telah
berdonasi dengan berapapun jumlah yang telah mereka donasikan.
Dengan cara pelayanan seperti ini, orang yang telah berdonasi mulai
dari Rp.1000 sampai ratusan ribu atau lebih, pasti akan merasa betul-
betul dihargai.53 Jadi, bentuk pelayanan yang baik juga merupakan
salah satu target di LAZIS Muhammadiyah.
c. Cukup besar: segmen pasarnya cukup besar dan cukup memberi
laba apabila dilayani. Suatu segmen sebaiknya merupakan
kelompok yang homogen yang cukup bernilai untuk dilayani
dengan program pemasaran yang disesuaikan.54
Semakin berkembangnya teknologi pada saat ini, membuat
masyarakat menjadi lebih condong untuk melihat layanan lain yang
cenderung bersifat lebih praktis, contohnya seperti melalui layanan
rekening, yang memang di LAZIS Muhammadiyah sendiri memiliki
rekening hampir seluruh bank yang ada di Indonesia.55
Hal tersebut berdampak penurunan jumlah donatur pada
layanan jemput zakat, tetapi ini tidak akan menghilangkan layanan
jemput zakat dari pelayanan di LAZIS Muhammadiyah, karena pasti
masih ada donatur yang membutuhkan layanan jemput zakat. Karena
menurut penulis layanan jemput zakat memiliki ciri khas tersendiri
53 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 54 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 55 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
123
dari pelayanan yang lain, yaitu dari sistem penjemputannya. Dan hal
ini dapat membantu untuk memberikan laba apabila dilayani.
d. Dapat dilaksanakan: program yang efektif dapat dirancang untuk
menarik dan melayani segmen tersebut.56
Dalam hal ini, pada bulan Maret tahun 2010 layanan jemput
zakat akan membentuk dan memaksimalkan pelayanan jemput zakat
melalui program kerja jejaring diberbagai kota-kota kecil di
Indonesia, karena dengan program kerja seperti itu diharapkan dapat
memaksimalkan pelayanan penjemputan di kota-kota kecil yang
berada di Indonesia, yang pada tahun-tahun sebelumnya belum dapat
dilayani.57
3. Positioning Layanan Jemput Zakat LAZIS PP
Muhammadiyah
Setelah memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki,
perusahaan harus memutuskan positioning (pemosisian) apa yang
hendak ditempatkan dalam segmen tersebut. Positioning mencakup
perancangan dan penawaran citra perusahaan agar target pasar
mengetahui dan menganggap penting posisi perusahaan di mata
pesaing.58 Positioning tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan
56 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 57 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 58 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 58.
124
terhadap produk (barang atau jasa) tetapi apa yang pemasar lakukan
terhadap pikiran atau benak konsumen.59
Tujuan dilakukannya positioning ini adalah untuk membedakan
persepsi perusahaan berikut produk dan jasanya dari pesaing.
Positioning dalam produk jasa, atribut yang dikomunikasikan seputar
karakteristik dari jasa. Positioning merupakan konsep psikologis
yang terkait dengan bagaimana konsumen yang ada ataupun calon
konsumen dapat menerima perusahaan tersebut dan produknya
dibandingkan dengan perusahaan lain.60
Latar belakang pemikiran positioning adalah untuk
menciptakan citra diri (image) yang diharapkan, maksudnya adalah
langsung terkait dengan bagaimana konsumen yang berada di
segmen pasar tertentu atau spesifik itu mempersepsikan jasa
perusahaan.61 Jadi intinya penetapan posisi berarti memilih,
mengembangkan, dan mengkomunikasikan konsep penetapan posisi
yang dipilih.
Dalam hal ini LAZIS Muhammadiyah menempatkan layanan
jemput zakat pada tingkatan pelayanan, yaitu aktivitas program mulai
dari program layanan donatur yaitu customer care yang merupakan
salah satu bagian dari layanan jemput zakat, jadi layanan jemput
59 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 58. 60 Ibid, h. 58. 61 Ibid, h. 58.
125
zakat merupakan salah satu bagian dari customer care, yang sudah
membentuk sistem layanan terpadu.62 Berikut ini merupakan jenis
dan bentuk layanan donasi (customer care) di LAZIS
Muhammadiyah;
NO JENIS LAYANAN BENTUK KETERANGAN
1 Bank Rekening
Internet Banking
sms Banking
Auto Debet
All rekening
BCA
Mandiri
BNI
Mandiri
BCA
BCA, MANDIRI, NIAGA
2 Donasi Online Donationshop
Paypall
all produk LAZISMU
Sistemnya masih dalam
pengkajian
3 Tunai Jemput Zakat
Kantor Layanan
DKI Jakarta >> Pusat,
Bekasi, Tangerang, Depok,
>>> Kantor perwakilan
Diluar itu >> Jejaring
Kantor pusat
Kantor perwakilan
UPZ, jejaring
62 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 17 Maret 2010.
126
Kotak Infaq Sistem tradisional
4 sms sms Donasi Bekerja sama dengan
layanan donasi DepSos
Sumber: LAZIS Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 201063
Menurut Kotler, setidaknya ada tiga langkah dalam melakukan
positioning, yaitu:
1) Mengenali keunggulan-keunggulan yang mungkin dapat
ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing.64 Bidang-bidang
keunggulan yang dimiliki oleh layanan jemput zakat adalah:
1) Layanan jemput zakat memiliki kemampuan penting yang
dibutuhkan oleh sekelompok kosumen, yaitu kepuasan bathin
yang lahir dari sistem penjemputannya.
2) Dari kepuasan itu, yang membuat layanan jemput zakat
berbeda dengan pelayanan yang lain, seperti melalui
rekening, auto debet, dan sebagainya
3) Terciptanya hubungan komunikasi interpersonal dan
silahturahmi yang kuat antara donatur dengan LAZIS
Muhammadiyah.
2) Memilih keunggulan-keunggulan yang paling kuat atau
menonjol.65
63 LAZIS PP Muhammadiyah. Jenis dan Bentuk Layanan Donasi. 2010. 64 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59. 65 Ibid, h. 59.
127
Layanan jemput zakat merupakan pelayanan prima bagi para
donaturnya, kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh
layanan jemput zakat dalam berdonasi, membuat para donatur
merasakan kepuasan batin tersendiri.66
Sistem kerja yang berbeda yaitu dalam hal penjemputan
membuat para donatur tertarik untuk dilayani. Ditambah LAZIS
Muhammadiyah tidak pernah membatasi berapa jumlah donasi
yang harus dikeluarkan jika menggunakan layanan jemput zakat,
hal ini membuat para donatur semakin bebas dan mudah dalam
berdonasi dengan menggunakan layanan jemput zakat ini.67
Sistem kerja yang berbeda membuat layanan jemput zakat ini
selangkah lebih maju dari pelayanan-pelayanan yang lain,
terbangunnya komunikasi dan silahturahmi yang kental membuat
keakraban di antara donatur dan LAZIS Muhammadiyah.
3) Menyampaikan keunggulan secara efektif kepada target pasar.68
Perbedaan sistem kerja yang menciptakan rasa kepuasan dan
kemudahan dalam berdonasi inilah yang kemudian digali dan
dikomunikasikan kepada para donatur/ calon donatur. Melalui
berbagai media promosinya layanan jemput zakat sebagai
“pelayanan prima” terus diposisikan/ ditanamkan di benak
66 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, h. 16. 67 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 68 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59.
128
donatur. Sehingga para donatur dapat membedakan secara jelas
perbedaan layanan jemput zakat dengan pelayanan lainnya.
B. Hasil
1. Hasil Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZIS
Muhammadiyah
Penulis dapat mendeskripsikan hasil berdasarkan proses
segmentasi, dari segmen layanan jemput zakat yaitu:
a. Berdasarkan Kriteria dan Syarat Segmentasi Pasar: Layanan
jemput zakat merupakan satu segmen yang cukup layak untuk
disegmentasikan, sehingga dapat dijadikan sebagai pasar sasaran
(target market), karena layanan jemput zakat memenuhi syarat
dan kriteria segmentasi pasar, yaitu: dapat diukur (measurable),
dapat dicapai atau dijangkau (accessible), cukup luas
(substantial), dan dapat dilaksanakan (actionable).
b. Segmentasi Berdasarkan Jenis atau Tipe Pasar: Layanan jemput
zakat termasuk kepada jenis/ tipe pasar konsumen, karena pasar
konsumen merupakan pasar yang terdiri dari perorangan atau
rumah tangga yang membeli atau memperoleh produk (barang
atau jasa) untuk dikonsumsi atau dipakai sendiri dan tidak untuk
diperdagangkan.69 Begitu pula dengan layanan jemput zakat yang
69 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 147.
129
terdiri atau didalamnya terdapat para donatur yang mempunyai
keluasan waktu untuk berdonasi, contohnya seperti ibu-ibu
rumah tangga, para pensiunan, para donatur yang posisi area
daerah domisili dan kerjanya dekat dengan kantor LAZIS
Muhammadiyah dan para donatur lainnya yang mempunyai
keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam kegiatan sehari-
harinya yang memakai jasa layanan jemput zakat.70
c. Segmentasi Berdasarkan Pasar Konsumen
Segmentasi pasar konsumen dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa variabel sebagai berikut:
1) Segmentasi Berdasarkan Geografi: Secara geografis, layanan
jemput zakat terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:71
a) Tahun 2003 sampai dengan 2007, layanan jemput zakat
melayani penjemputan zakat untuk wilayah DKI Jakarta.
b) Tahun 2008 sampai dengan 2009, layanan jemput zakat
melayani penjemputan zakat untuk wilayah
JABODETABEK.
c) Tahun 2010 sampai dengan seterusnya, layanan jemput zakat
melayani penjemputan di seluruh Indonesia melalui konsep
jejaring.
2) Segmentasi Berdasarkan Demografi
70 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 71 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
130
Secara demografis, LAZIS Muhammadiyah tidak memilih-
milih, semua segmen demografis (tingkat pendidikan, pekerjaan,
dsb) semua sasaran LAZIS Muhammadiyah itu adalah bagian dari
segmentasi layanan jemput zakat itu sendiri. Dan itu merupakan
pelayanan dalam berzakat, jadi siapa pun yang ingin berzakat
khususnya dalam program layanan jemput zakat, pasti akan
dilayani, tetapi pastinya nanti dilihat dari geografisnya terlebih
dahulu.72
3) Segmentasi Berdasarkan Psikografis
layanan jemput zakat ini merupakan sebuah segmen pasar
masyarakat yang bergaya hidup produktif, yang lebih sering
digunakan oleh karakter donatur yang ada pada kota-kota kecil di
Indonesia.
4) Segmentasi Berdasarkan Manfaat
Dari para donatur itu ada sebagian yang yang mempunyai
keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam kegiatan sehari-
harinya, yang mencari kepuasan bathin tersendiri dalam berdonasi,
LAZIS Muhammadiyah memusatkan perhatiannya dalam sebuah
pelayanan yang cocok dengan para donatur tersebut, yaitu layanan
jemput zakat.
5) Segmentasi Berdasarkan Penggunaan
72 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
131
Dalam konteks ini loyalitas terhadap produk jasa dalam
pelayanan LAZIS Muhammadiyah masuk pada kelompok terakhir
yaitu kelompok dimana mereka menyukai sesuatu yang baru
muncul (switchers), seperti contohnya yang sedang marak saat ini
adalah pelayanan transfer melalui rekening, auto debet, sms, M-
ATM, dan sebagainya. Sehingga pada saat ini jumlah presentase
donatur pada layanan jemput zakat mengalami penurunan, tetapi
walaupun jumlah donatur atau muzaki dalam layanan jemput zakat
menurun diharapkan jumlah donatur dari layanan yang lain akan
meningkat. Dan ini merupakan tingkat keberhasilan di LAZIS
Muhammadiyah.73
2. Hasil Target Layanan Jemput Zakat LAZIS Muhammadiyah
Ada beberapa karakteristik yang dapat dilihat dari layanan
jemput zakat, yaitu:
a. Dapat diukur: ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat
diukur.74
Berikut dibawah ini merupakan perhitungan persentase donatur
melalui kas (layanan jemput zakat), dengan cara membagi jumlah
melalui kas (layanan jemput zakat) dengan jumlah keseluruhan dari
layanan-layanan yang lain. Sehingga dari perhitungan persentase
73 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 74 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54.
132
tersebut, penulis dapat melihat ukuran, dan daya beli dari layanan
jemput zakat.
Persentase donatur melalui kas = {jumlah melalui kas :
total}*100%. 75
4) Tahun 2007 (122 : 1751)* 100% = 6.96%
5) Tahun 2008 (280 : 2374)* 100% = 11.79%
6) Tahun 2009 (261 : 2939)* 100% = 8.88%
Dilihat dari tahun ke tahun, target pencapaian pada layanan
jemput zakat mengalami pasang surut tetapi bisa dibandingkan target
pencapaian pada layanan yang lain dari tahun ke tahun mengalami
titik kenaikan. Sehingga bahwa memang benar adanya ketika layanan
jemput zakat mengalami titik penurunan, tetapi dari sisi lain LAZIS
Muhammadiyah telah mencapai keberhasilannya, karena dapat
dilihat target pencapaian dari layanan-layanan lain yang mengalami
titik kenaikan.
b. Dapat dijangkau: segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani
secara efektif.76
Agar layanan jemput zakat dapat dijangkau dan dilayani secara
efektif, LAZIS Muhammadiyah akan membentuk layanan jemput
zakat menjadi sebuah pelayanan yang maksimal bagi jejaring LAZIS
Muhammadiyah, dengan pembentukan jejaring di kota-kota kecil di
75 Wawancara Pribadi dengan Upik Rahmawati. Jakarta, 17 Maret 2010. 76 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54.
133
Indonesia, selain itu agar para donatur layanan jemput zakat dapat
dilayani secara efektif, LAZIS Muhammadiyah akan mengupayakan
agar penjemputan sesuai tepat waktu, dan akan memberikan
penghargaan berupa piagam kepada para donatur yang telah
berdonasi dengan berapapun jumlah yang telah mereka donasikan.
c. Cukup besar: segmen pasarnya cukup besar dan cukup memberi
laba apabila dilayani. Suatu segmen sebaiknya merupakan
kelompok yang homogen yang cukup bernilai untuk dilayani
dengan program pemasaran yang disesuaikan.77
Semakin berkembangnya teknologi pada saat ini, membuat
masyarakat menjadi lebih condong untuk melihat layanan lain yang
cenderung bersifat lebih praktis, contohnya seperti melalui layanan
rekening, yang memang di LAZIS Muhammadiyah sendiri memiliki
rekening hampir seluruh bank yang ada di Indonesia.78
Hal tersebut berdampak penurunan jumlah donatur pada
layanan jemput zakat, tetapi ini tidak akan menghilangkan layanan
jemput zakat dari pelayanan di LAZIS Muhammadiyah, karena pasti
masih ada donatur yang membutuhkan layanan jemput zakat. Karena
menurut penulis layanan jemput zakat memiliki ciri khas tersendiri
dari pelayanan yang lain, yaitu dari sistem penjemputannya.
77 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 78 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
134
d. Dapat dilaksanakan: program yang efektif dapat dirancang untuk
menarik dan melayani segmen tersebut.79
Dalam hal ini, pada bulan Maret tahun 2010 layanan jemput
zakat akan membentuk dan memaksimalkan pelayanan jemput zakat
melalui program kerja jejaring diberbagai kota-kota kecil di
Indonesia.
3. Hasil Positioning Layanan Jemput Zakat LAZIS
Muhammadiyah
Dalam hal ini LAZIS Muhammadiyah menempatkan layanan
jemput zakat pada tingkatan pelayanan, yaitu aktivitas program mulai
dari program layanan donatur yaitu customer care yang merupakan
salah satu bagian dari layanan jemput zakat. Menurut Kotler,
setidaknya ada tiga langkah dalam melakukan positioning, yaitu:
a. Mengenali keunggulan-keunggulan yang mungkin dapat
ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing.80 Bidang-bidang
keunggulan yang dimiliki oleh layanan jemput zakat adalah:
1) Layanan jemput zakat memiliki kemampuan penting yang
dibutuhkan oleh sekelompok kosumen, yaitu kepuasan bathin
yang lahir dari sistem penjemputannya.
79 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 80 Ibid, h. 59.
135
2) Dari kepuasan itu, yang membuat layanan jemput zakat
berbeda dengan pelayanan yang lain, seperti melalui
rekening, auto debet, dan sebagainya
3) Terciptanya hubungan komunikasi interpersonal dan
silahturahmi yang kuat antara donatur dengan LAZIS
Muhammadiyah.
b. Memilih keunggulan-keunggulan yang paling kuat atau
menonjol.81
Layanan jemput zakat merupakan pelayanan prima bagi para
donaturnya, kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh layanan
jemput zakat dalam berdonasi, membuat para donatur merasakan
kepuasan batin tersendiri.82
Sistem kerja yang berbeda yaitu dalam hal penjemputan
membuat para donatur tertarik untuk dilayani. Ditambah LAZIS
Muhammadiyah tidak pernah membatasi berapa jumlah donasi
yang harus dikeluarkan jika menggunakan layanan jemput zakat,
hal ini membuat para donatur semakin bebas dan mudah dalam
berdonasi dengan menggunakan layanan jemput zakat ini.83
Sistem kerja yang berbeda membuat layanan jemput zakat ini
selangkah lebih maju dari pelayanan-pelayanan yang lain,
81Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59. 82 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, h. 16. 83 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010.
136
terbangunnya komunikasi dan silahturahmi yang kental membuat
keakraban di antara donatur dan LAZIS Muhammadiyah.
c. Menyampaikan keunggulan secara efektif kepada target pasar.84
Perbedaan sistem kerja yang menciptakan rasa kepuasan dan
kemudahan dalam berdonasi inilah yang kemudian digali dan
dikomunikasikan kepada para donatur/ calon donatur. Melalui
berbagai media promosinya layanan jemput zakat sebagai
“pelayanan prima” terus diposisikan/ ditanamkan di benak donatur.
Sehingga para donatur dapat membedakan secara jelas perbedaan
layanan jemput zakat dengan pelayanan lainnya.
C. Analisis
1. Strategi
LAZIS Muhammadiyah membentuk beberapa bentuk segmen
produk, yaitu salah satunya adalah layanan jemput zakat yang
bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para donatur public dalam
menyalurkan donasinya secara aman, nyaman, lifestyle dan mudah.85
Sehingga dari tujuan itu diharapkan adanya konsep pelayanan donasi
yang aplikatif dan pastinya menciptakan rasa kepercayaan dari para
donatur. Layanan jemput zakat berada pada posisi pelayanan di
84 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi
ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59. 85 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Matrix Perencanaan Program dan
Kegiatan Fundraising LAZIS Muhammadiyah/ Tahun Program 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010).
137
customer care, layanan ini memberikan pelayanan yang prima dan
menyajikan kemudahan dalam bezakat dan berinfaq bagi para
donaturnya.
Pada dasarnya layanan jemput zakat merupakan pelayanan
yang cukup menguntungkan bagi mereka yang mempunyai keluasan
waktu, dan membutuhkan kepusan batin tersendiri, serta sangat
cocok bagi mereka yang ingin menikmati kemudahan dan aman
dalam berzakat dan berinfaq, karena dalam layanan ini LAZIS
Muhammadiyah menyajikan berbagai macam manfaat dan
disempurnakan kembali dengan membangun hubungan silahturahmi
yang kental (komunikasi interpersonal) antara pihak LAZIS
Muhammadiyah dan para donaturnya.
Awal mulanya layanan jemput zakat hanya bisa dinikmati pada
wilayah-wilayah tertentu saja, tetapi mulai tahun 2010 sampai
dengan selanjutnya layanan jemput zakat bisa dinikmati di seluruh
Indonesia melalui pemaksimalan konsep jejaring, tepatnya di kota-
kota kecil. Namun hal ini berdampak pada sistem kerja layanan
jemput zakat LAZIS Muhammadiyah pusat yang akan diperkecil,
tetapi itu bukan merupakan permasalahan yang besar, karena pada
dasarnya kriteria donatur layanan jemput zakat lebih banyak berada
di kota-kota kecil, dimana mayoritas para penduduknya lebih banyak
memiliki keluasan waktu.
138
Layanan jemput zakat mempunyai daya tarik tersendiri dalam
sistem pelayanannya dibandingkan dengan layanan-layanan LAZIS
Muhammadiyah yang lain, sistem penjemputan yang ada pada
layanan ini menjadi perbedaan dan ciri khas yang terlihat jelas dari
layanan-layanan LAZIS Muhammadiyah yang lain. Tetapi
kemudahan itu berbanding terbalik dengan kenyataannya, kemjuan
teknologi yang semakin berkembang dan tingkat mobilitas yang
semakin tinggi (khususnya di Jakarta) membuat masyarakat semakin
enggan melihat sesuatu dari dalamnya, mereka hanya mau melihat
dari cover luarnya saja, kehidupan yang serba instan dan gaya hidup
yang modern membuat masyarakat beralih pada layanan-layanan
berdonasi yang lebih canggih, seperti melalui internet banking, sms
banking, atau auto debet.
Tetapi semua itu sebetulnya bukan masalah yang besar bagi
LAZIS Muhammadiyah, mengikuti perkembangan dunia yang
semakin maju membuat LAZIS Muhammadiyah semakin termotivasi
untuk mengembangkan layanan-layanan yang lain dan menuangkan
ide-ide kreatifitas mereka pada layanan-layanan itu, karena pada
dasarnya target keberhasilan penggalangan dana di LAZIS
Muhammadiyah bukan hanya dilihat pada satu segmen atau pada
layanan jemput zakat saja, tetapi pada semua segmen-segmen yang
ada didalam strategi fundraising itu sendiri. Jadi asumsinya, ketika
target dalam layanan jemput zakat menurun, secara otomatis target
139
pada layanan-layanan yang lain akan meningkat, dan hal ini
merupakan tingkat keberhasilan LAZIS Muhammadiyah.
Salah satu ciri khas atau daya tarik layanan jemput zakat bisa
dilihat dari aspek penjalinan hubungan silahturahmi yang kental atau
sebut saja membangun komunikasi secara interpersonal antara pihak
LAZIS Muhammadiyah dan para donaturnya, dan ketika masyarakat
mulai beralih menggunakan layanan-layanan yang lain yang lebih
canggih, pihak LAZIS Muhammadiyah tidak akan meninggalkan
ciri-ciri layanan jemput zakat begitu saja, pihak LAZIS
Muhamadiyah menarik ciri khas tersebut kemudian diaplikasikan dan
dikemas kembali ke dalam layanan-layanan yang lain.
Dalam upaya mengembangkan database donatur dan
memaksimalkan pelayanan donatur, LAZIS PP Muhammadiyah telah
membentuk berbagai macam strategi pelayanan penggalangan dana,
salah satunya adalah layanan jemput zakat yang telah dijelaskan
dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis dapat menilai
bahwa layanan jemput zakat merupakan pelayanan yang cukup
menguntungkan, karena berbagai macam kemudahan, keamanan, dan
kenyaman ditawarkan dalam layanan ini, sehingga menimbulkan rasa
kepuasan yang tersendiri di hati para donatur. Tetapi semua itu
berbanding terbalik dengan kenyataannya, kemajuan teknologi yang
semakin berkembang dan tingkat mobilitas yang tinggi (khususnya di
daerah Jakarta) membuat masyarakat beralih kepada pelayanan yang
140
lebih canggih. Tetapi menurut penulis semua itu bukanlah sesuatu
masalah yang besar, karena dalam hal ini layanan jemput zakat sudah
selangkah lebih maju dengan pelayanan yang lainnya, hal tersebut
dapat dilihat dari ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh layanan
jemput zakat yaitu dalam hal penjemputannya, sehingga dari hal itu
akan timbul silahturahmi dan komunikasi yang erat antara pihak
LAZIS Muhammadiyah dengan para donaturnya. Dan pastinya
layanan jemput zakat masih tetap dibutuhkan bagi donatur yang
memiliki keluasan waktu dan menginginkan kepastian, dan kepuasan
tersendiri.
2. Hasil
Dari strategi yang telah dirumuskan dan dijelaskan di atas,
diharapkan layanan jemput zakat dapat mencapai tujuannya.
Sehingga dengan cara apapun masyarakat akan berdonasi, baik itu
melalui internet banking, sms banking, dan lain sebagainya, pihak
LAZIS Muhammadiyah dapat mencapai tujuannya serta menambah
dan mempertahankan kesetiaan para donatur.
Dan dengan begitu LAZIS Muhammadiyah akan tetap
memperhatikan para donaturnya dengan cara tetap membangun
komunikasi antara pihak LAZIS Muhammadiyah dan para
donaturnya. Pihak LAZIS Muhammadiyah pun akan tetap menjalin
komunikasi secara interpersonal melalui pengiriman majalah sampai
141
kepada ucapan terimakasih, mengadakan berbagai macam acara
seperti acara temu muzaki, dan tetap menjalin komunikasi melalui
telepon dan sms.
Jadi hasil dari analisis ini adalah, layanan jemput zakat akan
terus diupayakan untuk dipertahankan, karena pelayanannya terhadap
kemudahan dan kebutuhan yang berbeda dengan layanan-layanan
yang lain, selain itu dalam ilmu pemasaran walaupun produk atau
layanan jemput zakat akan menurun dari tingkat penggunanya, pasti
produk itu masih tetap dibutuhkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
TENTANG:
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan skripsi ini telah diuraikan secara jelas
mengenai strategi penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah,
layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah, dan seberapa besar
tingkat efektifitas layanan jemput zakat dalam meningkatkan jumlah
donasi. Berikut di bawah ini adalah hasil kesimpulan dari penelitian
skripsi ini:
1. Strategi penggalangan dana yang dilakukan oleh LAZIS
Muhammadiyah melalui beberapa segmen jenis dan bentuk
layanan donasi, yaitu :
a. Bank, jenis layanan ini membentuk beberapa layanan dalam
berdonasi yaitu melalui rekening (ATM dan Tunai), internet
banking, sms banking, dan auto debet.
b. Donasi Online, jenis layanan ini membentuk beberapa layanan
dalam berdonasi yaitu melalui Donationshop (Konsep
berdonasi online berbasis produk) dan melalui Paypall.
142
143
c. Tunai, jenis layanan ini membentuk beberapa layanan dalam
berdonasi yaitu melalui jemput zakat, kantor layanan, dan kotak
infaq.
d. SMS, jenis layanan ini membentuk layanan dalam berdonasi
yaitu melalui sms donasi.
2. Layanan jemput zakat adalah salah satu segmen yang ada pada
strategi penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah dan
merupakan satu segmen pelayanan dari segmentasi pelayanan
LAZIS Muhammadiyah, yang berkaitan dengan consumer
characteristic dan pada dasarnya karakteristik dari donatur di
layanan jemput zakat adalah mereka yang mempunyai keluasan
waktu dirumah dan ingin kepastian yang dari kepastian itu akan
timbul rasa kepuasan. Pelaksanaan layanan jemput zakat terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu;
a. Tahun 2003 sampai dengan 2007, layanan jemput zakat
melayani penjemputan zakat untuk wilayah DKI Jakarta.
b. Tahun 2008 sampai dengan 2009, layanan jemput zakat
melayani penjemputan zakat untuk wilayah JABODETABEK.
c. Tahun 2010 sampai dengan seterusnya, layanan jemput zakat
melayani penjemputan di seluruh Indonesia melalui konsep
jejaring.
3. Besarnya tingkat efektifitas layanan jemput zakat dalam
meningkatkan jumlah donasi sangat kecil, karena dilihat pada
144
tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan layanan jemput zakat hanya
sebatas di daerah DKI Jakarta dan JABODETABEK, hal ini
membuat layanan jemput zakat kurang dikenal di masyarakat.
Dan perkembangan zaman yang semakin canggih, membuat
masyarakat berpaling pada layanan lain yang lebih canggih,
seperti transfer via rekening, auto debet, internet banking, sms
banking, dan lain-lain.
B. Saran
Saran-saran yang akan penulis ajukan selama menyusun skripsi
ini dan selama melaksanakan penelitian di LAZIS Muhammadiyah
adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan layanan jemput zakat lebih dipromosikan secara luas
lagi, karena pengetahuan masyarakat yang berada di kota-kota
kecil, contohnya seperti di Bogor, sangat kecil untuk mengetahui
tentang layanan berdonasi melalui layanan jemput zakat
2. Hubungan komunikasi antara para donatur dan pihak LAZIS
Muhammadiyah harus tetap dipertahankan, karena hal ini
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mempertahankan
kesetiaan para donatur.
3. Walaupun tingkat efektifitas layanan jemput zakat kecil, tetapi
diharapkan layanan ini dapat terus diupayakan untuk tetap
dipertahankan dan dikembangkan, karena menurut penulis
145
layanan jemput zakat mempunyai ciri khas tersendiri bila
dibandingkan dengan layanan-layanan yang lain.
Demikianlah saran-saran yang dapat penulis kemukakan.
Semoga dapat membantu memecahkan masalah yang terjadi di
Lembaga-lembaga Amil Zakat, khususnya di LAZIS
Muhammadiyah.
146
DAFTAR PUSTAKA
Al-Buny D, Ahmad. Problematika Harta & Zakat. (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan al-Qur’an, 1975).
Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf.
(Jakarta: Universitas Indonesia, 1988). Amirullah dan Cantika, Sri Budi. Manajemen Strategi. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2000). Amsari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia. (Bandung:
Mizan, 1990). Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan Strategi
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004). Asyarie, Sukmadjaja dan Yusuf, Rosy. Indeks Al-Qur’an. (Bandung:
Pustaka, 2000). Bariadi, Lili, dkk. Zakat dan Wirausaha. (Jakarta: Center For
Enterpreneurship Development, 2005). David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. (Jakarta: Prenhalindo, 2002). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Hidayati, Nurul. Metodelogi Penelitian Dakwah (Dengan Pendekatan
Kualitatif), Cetakan I. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006).
Kardiman, A.M. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta: Pronhallindo,
t.t.). Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa.
Cetakan X, (Flores: Nusa Indah, 1994). Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian, Edisi ke-8. Di Indonesiakan
147
oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995).
LAZIS Muhammadiyah. Profil LAZIS Muhammadiyah. (Jakarta:
LAZIS Muhammadiyah: 2008). ——————————. Job Discription Fundraising 2010 (Jakarta:
LAZISMU, 2010). ——————————. Matrix Perencanaan Program dan Kegiatan
Fundraising LAZIS Muhammadiyah/ Tahun Program 2010-2012. (Jakarta: LAZISMU, 2010).
——————————. Termo Reference (TOR) Program dan
Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010). Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. Manajemen Pemasaran Jasa,
Edisi ke-2. (Jakarta: Salemba Empat, 2006). Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya, 2002). Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi). (Jakarta: CeQDA UIN, 2007). Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000).
Norton, Michael. Menggalang Dana. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2002). Permono, Hadi. Sumber-sumber Penggalian Zakat. (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1992). Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkieflimansyah. Manajemen Strategi
Sebuah Konsep Pengantar. (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999).
Salim, Peter. ’s Ninth Collegiate Indonesia-English Dictionary,
(Jakarta; Modern English Press, 2000). Setyarso, Iqbal. Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah
Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera. (Jakarta: Khairul Bayan, 2008).
148
Siagian, S. P. Manajemen Modern. (Jakarta: Masagung, 1994). Soejono Dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan
Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ). Stainer, George dan Minner, John. Manajemen Strategik. (Jakarta:
Erlangga, t.t). Stoner, J.A.F. dan Freeman, R.E. Manajemen, Jilid I. (Jakarta:
Intermedia, 1994). Suharsimi, Ari Kunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis
(Jakarta: Bina Aksara,1985). Syamsudin, Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat
Madani, (Jakarta: logos, 2000). Wirata, I Made. Pedoman Penelitian, Skripsi, dan Tesis. (Yogyakarta:
Andi, 2006).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kelengkapan Dokumentasi Penelitian
1. Surat Pengajuan Judul Skripsi
2. Surat Penelitian dan Wawancara
3. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
4. Surat Keterangan Penelitian dari LAZIS PP Muhammadiyah
(LAZISMU)
5. Surat Ujian Skripsi
6. Transkip Nilai
Kelengkapan Dokumentasi dari LAZIS PP Muhammadiyah
(LAZISMU)
1. Daftar Pertanyaan (Wawancara) dengan Narasumber:
a. Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager
b. Ibu Upik Rahmawati Bagian Financial Director
2. Presentase Donatur Melalui Kas
3. Cover Majalah Media Profil LAZIS Muhammadiyah
4. Manivesto LAZIS Muhammadiyah
5. Sekilas Profil LAZIS Muhammadiyah
6. Struktur Organisasi LAZIS Muhammadiyah
7. Artikel Zakat Creative
8. Program-program Pendayagunaan LAZIS Muhammadiyah
9. Spanduk Ajakan Untuk Layanan Jemput Zakat Kilat
10. Tabel Jenis dan Bentuk Layanan Donasi
11. Visi dan Misi LAZIS Muhammadiyah
12. Cetak Biru LAZIS Muhammadiyah
13. Program dan Aktivitas Program Fundraising LAZISMU
14. Matrix Perencanaan Program dan Kegiatan Fundraising LAZISMU
15. Pengorganisasian Divisi Fundraising LAZISMU
16. Job Discription Fundraising LAZISMU
17. Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Costumer
Care
Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah
Dengan Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager
Pada Tanggal 23 Februari 2010
Dengan Initials N = Bapak Nanang dan P = Putri
P: “Bagaimana latar belakang dari layanan jemput zakat?“
N: “Layanan jemput zakat berdiri sejak tahun 2002, yang merupakan
pelayanan strategi fundraising LAZIS Muhammadiyah dan
berkaitan dengan karakteristik donatur yang mempunyai kebutuhan
seperti;
1. Mereka ingin berzakat dan memastikan bahwa zakat mereka
betul-betul diterima kepada yang berhak menerima, sehingga
ingin bertemu dengan pihak LAZIS Muhammadiyah.
2. Mereka yang mempunyai kebebasan waktu dirumah, biasanya
dalam konteks ini; ibu-ibu rumah tangga.
3. Mereka yang belum akrab dengan layanan LAZIS
Muhammadiyah yang lain.“
Dan disinilah layanan jemput zakat ini berperan dalam kehidupan
mereka.
P: “Apakah tujuan dan dasar hukum dari program layanan jemput
zakat?”
N: “Tujuan dari program layanan jemput zakat ini adalah memberi
kemudahan bagi para donatur public dalam menyalurkan donasinya
secara aman, nyaman, lifestyle dan mudah.”
P: “Bagaimanan sich rencana kerja layanan jemput zakat?“
N: “Rencana kerjanya yaitu melayani penjemputan donatur untuk
wilayah di daerah Jakarta dan sekitarnya, seperti; Tanggerang,
Bekasi, dan Depok.“
P: “Mengapa layanan ini hanya melayani di daerah Jakarta saja?“
N: “Karena terkait dengan waktu, dan jangkauan yang jauh, sehingga
lebih baik di transfer via rekening atau auto debet.“
P: “Untuk menggunakan layanan jemput zakat, dalam berdonasi,
dibataskan tidak berapa jumlah yang harus didonasikan?“
N: “Dulu dibatasi untuk jemput zakat minimal satu juta rupiah, tetapi
dua tahun terakhir ini ada pemikiran, walaupun ini memakan waktu
tetapi layanan selalu diutamakan dalam jemput zakat, berapapun
jumlah donasi itu, akan dijemput.“
P: “Lalu... sistem kerja dari layanan jemput zakat itu bagaimana?“
N: “mekanisme kerja dari layanan jemput zakat itu;
1. Muzaki menghubungi customer service di LAZISMU, untuk
menentukan waktu, kapan, dan dimana tempatnya.
2. Dari pihak LAZISMU akan mengutus staf yang akan
menjemput.
3. Setelah ada konfrimasi dari muzaki, pihak lazis akan
mengkonfrimasi ulang, dalam konfrimasi itu akan dibicarakan
berapa jumlah donasi yang akan dizakatkan. Hal ini dilakukan
demi kenyamanan dan keamanan antara pihak LAZISMU dan
muzaki.
4. Setelah proses transaksi, pihak muzaki akan mendapat
kwitansi, dan dari pihak amil juga akan melaporkan hasil
penjemputan zakat itu kepada kasir customer service
LAZISMU.
P: “Lalu... setelah itu, apakah sistem kerjanya cukup sampai disitu
saja?“
N: “Ya..... walaupun sudah dijemput, aspek perhatian LAZISMU
belum sampai disini saja, setelah mekanisme kerja yang saya
sebutkan tadi, dari pihak LAZIMU akan menghubungi pihak
muzaki untuk mengucapkan terimakasih, dan dari pihak muzaki
sendiri akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk ucapan
terimakasih. Untuk tahap selanjutnya, pelayanan ini akan
diberlakukan melalui konsep jejaring, dan melalui skema ini maka
jika ada donatur yang ingin berdonasi dari luar Jakarta atau
didalam atau di luar Indonesia, akan bisa kami layani. Dan sistem
ini akan berjalan berulang terus sepeti ini.“
P: “Lalu... ada tidak dasar hukum yang mendasari terbentuknya
layanan jemput zakat ini?“
N: “Hmmm... tidak ada, karena secara undang-undang tidak diatur,
karena ini suatu transaksi dalam proses perpindahan dana dari
muzaki kepada lembaga, dan ini caranya bermacam-macam, ada
yang dijemput atau dengan cara lain, jelas tidak ada undang-
undang yang mendasari. Dan secara agama juga, tidak... karena
dalam Al-Qur’an pun tidak ada yang mengatur sistem layanan
jemput zakat ini.“
P: “Lalu... strategi apa yang dipakai dalam layanan jemput zakat ini?“
N: “Disinilah tugas Muhammadiyah bagaimana agar branding
LAZISMU ini mengakar kuat di masyarakat, mulai dari menyusun
berbagai macam konsep strategi sampai kepada layanan dan
perhatian LAZISMU, strategi tersebut seperti;
1. Strategi umum Communication
2. Strategi komunikasi media
3. Strategi Penguatan Jejaring
4. Strategi penguatan customer service, dalam konteks ini terbagi
menjadi dua, yaitu; layanan dan perhatian donatur, dari dua hal
ini sehingga akan membangun komunikasi donatur.“
P: “Lalu.. proses segmentasi dari layanan jemput zakat ini seperti
apa?“
N: “Secara geografis kewilayahan itu ada beberapa tahapan DKI
Jakarta dan sekitarnya, dan seluruh Indonesia. Secara demografis,
LAZISMU tidak memilah-milih, semua segmen demografis, semua
sasaran LAZISMU itu adalah bagian dari segmentasi layanan
jemput zakat. Jadi siapapun yang ingin diprioritaskan kalau
memang masuk kepada bagian dari strategi segmentasi LAZISMU
itu masuk, dan memang itu sebetulnya tergantung kepada
kewilayahan.“
P: “Lalu... Target dari layanan jemput zakat sendiri itu apa?“
N: “Dari sisi persentase, semakin tinggi persentase orang yang ingin
berzakat di LAZISMU tetapi berkorelasi menurunnya orang
dengan layanan yang lain, jarak mekanisme dari tahun ketahun,
kesadaran pola orang berdonasidi LAZISMU itu adalah berzakat
akan menurun tetapi donasimelalui skema yang lain naik, nah.. jadi
keberhasilan LAZISMU itu adalah ketika layanan jemput zakat
menurun tetapi dari layanan lain meningkat. Selain itu target
layanan jemput zakat meliputi pelayanan kan terus juga
dikembangkan dan ditingkatkan, melalui bentuk perhatian, seperti
menulis tanggal lahir dari para donatur, nah... dari situ akan terlihat
kapan hari ulang tahun para donatur dan dari pihak LAZISMU
akan akan memberikan ucapan.“
P: “Lalu.. Posisi layanan jemput zakat ini seperti apa?“
N: “layanan jemput zakat ini merupakan sebuah pelayanan, yang
merupakan aktivitas program dari program layanan donatur, dari
customer care, customer care adalah satu bagian terbesar dari posisi
di fundraising, yaitu layanan jemput zakat.“
Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah
Dengan Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager
Pada Tanggal 9 Maret 2010
Dengan Initials N = Bapak Nanang dan P = Putri
P: “Hal apa sich yang dilakukan agar layanan jemput zakat ini terus
diminati dan berkembang, sehingga layanan jemput zakat ini
nantinya bisa mengembangkan profitabilitas?“
N: “layanan jemput zakat akan terus memberikan kemudahan,
kepuasan, dan komunikasi interpersonal, nah... ketiga hal ini yang
akan terus kami kembengkan, sehingga hal ini semakin bisa untuk
bisa dinikmati. Sehingga profitabilitasnya itu, layanan jemput zakat
akan dimaksimalisasikan melalui konsep jejaring.“
P: “Lalu awal mula atau riwayatnya dalam mengenalkan layanan
jemput zakat ini bagaimana?“
N: “Biasanya, disemua media promo kami, seperti iklan, media cetak,
brosur, direct mail, banner, itu selalu kami cantumkan nomor
telepone kantor kami, dan memberitahukan bahwa di kantor
LAZISMU ada layanan yang disebut dengan layanan jemput zakat
kilat.“
N: “Jadi intinya layanan jemput zakat ini akan terus kami pertahankan
karena memiliki kemudahan yang berbeda dengan layanan yang
lain, dan tetap komunikasi personal akan tetap kami jaga, tetapi ini
tidak mengubah target yang dicapai LAZISMU, yaitu ketika
layanan jemput zakat menurun, diharapkan dari layanan yang lain
akan meningkat.
Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah
Dengan Ibu Upik Rahmawati Bagian Financial Director, Berdasarkan
Jumlah Presentase Layanan Jemput Zakat.
Pada Tanggal 17 Maret 2010
Dengan Initials U = Ibu Upik dan P = Putri
P: “Melihat dari hasil persentase ini, saya kurang mengerti dari total,
ini total perolehan dari mana yach?!
N: “Och ini total dari kas dan dari bank….. Nah bisa dilihat khan dari
hasil semua itu peroleh kami melalui layanan jemput zakat naik
turun, dan cenderung dari layanan lain meningkat.“