zumrotin khasanah

99
GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DI RS MEDIKA PERMATA HIJAU TAHUN 2009 LAPORAN MAGANG OLEH : Zumrotin Khasanah NIM : 105101003312 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Upload: albarra-indra

Post on 16-Feb-2015

95 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Zumrotin Khasanah

GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

DI RS MEDIKA PERMATA HIJAU

TAHUN 2009

LAPORAN MAGANG

OLEH :

Zumrotin Khasanah

NIM : 105101003312

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

Page 2: Zumrotin Khasanah

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, tak lupa juga sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah laporan ini dapat terselesaikan untuk memenuhi mata kuliah magang.

Semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi institusi tempat magang

dan bagi para pembaca laporan ini.

Tak lupa juga penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan magang dan terselesaikannya laporan ini, terima

kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Prof. DR. dr M.K Tajuddin, Sp.And selaku Kepala Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Febrianti Msi, selaku dosen pembimbing magang dari Program Studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yuli Amran SKM, MKM selaku penanggung jawab mata kuliah magang

Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Mba Mina Purnama, BS selaku pembimbing lapangan dari Instalasi Gizi Rumah

Sakit Permata Hijau.

6. Seluruh staf catering PT. Indocater yang telah banyak membantu dalam

pengambilan data dan membimbing dalam kegiatan magang

Page 3: Zumrotin Khasanah

7. Seluruh staf HRD Rumah Sakit Medika Permata Hijau

8. Kedua orang tua dan saudara yang telah memerikan doa dan dukungan dalam

pelaksanaan magang ini.

9. Teman-teman seperjuangan “yuni dan mimi” yang telah banyak membantu

dalam kegiatan magang ini, “dilla, witri, risti, lies, lisdha” dan teman-teman lain

yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan semangat dan

dukungannya.

Penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

membutuhkan saran dan kritik yang membangun. Atas kerja sama semua pihak penulis

ucapkan terima kasih

Ciputat, 17 April 2009

Penulis

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

Magang, Maret 2009

Zumrotin Khasanah, NIM :105101003312

Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di Rumah Sakit Medika Permata Hijau

Tahun 2009

xii + 90 halaman, 3 tabel, 6 gambar, 20 lampiran.

Page 4: Zumrotin Khasanah

ABSTRAK

Pelayanan gizi di ruang rawat adalah serangkaian proses kegiatan yang dimulai

dari perencanaan hingga evaluasi diit pasien di ruang rawat. Pelayanan gizi rawat inap

sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik. Salah satu rumah sakit yang

menyediakan pelayanan gizi rawat inap adalah Rumah Sakit Medika Permata Hijau.

Tujuan pelaksanaan magang ini adalah diketahuinya gambaran umum pelayanan gizi

rawat inap Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Kegiatan magang dilakukan pada bulan

Februari – Maret 2009.

Pada tahun 2009, Rumah sakit permata hijau beroperasi dengan 92 tempat tidur.

Ketenagaan yang dimiliki rumah sakit medika permata hijau meliputi pegawai medis,

para medis dan non medis. Jenis pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Permata Hijau

antara lain Unit Gawat Darurat, Laboratorium, Radiologi, Fisioterapi, Kardiologi,

Poliklinik, dan bedah.

Untuk menunjang pelayanan gizi rawat inap di rumah sakit tersebut terdapat

instalasi gizi yang dibawahi oleh seorang koordinator instalasi gizi. Sejak tahun 2006,

untuk pelayanan makanan yang berada di instalasi gizi Rumah Sakit Medika Permata

Hijau diserahkan kepada pihak ketiga dengan cara semi out-sourcing yaitu PT Indocater.

Koordinator instalasi gizi bertugas mengkoordinasikan dengan pihak catering. Dalam

hal sarana dan prasarana masih kurang koordinasi dan pengawasan penggunaan dan

inventori peralatan. Ketenagaan yang ada di catering PT Indocater berjumlah 30 orang

yang mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing yang terdapat dalam standar

tugas, namun standar tugas yang digunakan kurang sesuai dengan kondisi yang ada.

Kegiatan pengkajian status gizi yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik,

pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi. Pengkajian status

gizi masih terdapat kekurangan yaitu terutama dalam pengukuran antropometri yang

hanya dilakukan pada pasien tertentu yang seharusnya pengukuran antropometri semua

pasien baru masuk, hasil pengkajian status gizi belum dituliskan pada formulir

skrining/pengkajian status gizi

Intervensi nutrisi yang dilakukan antara lain penentuan diet, pengadaan makanan,

penyuluhan/konseling gizi, dan pencatatan gizi. Kegiatan intervensi nutrisi masih

terdapat kekurangan yaitu ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan,

belum adanya buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet dan lainnya.

Kegiatan yang dilakukan pada proses pemantauan pelayanan gizi pasien meliputi

pemantauan diet, konsumsi makanan meliputi bentuk makanan, asupan makanan,

alergi/pantangan terhadap makanan yang diberikan, terjadi atau tidaknya mual dan

muntah, hasil laboratorium, komplain terhadap makanan meliputi penampilan, cita rasa

dan kebersihan serta pemantauan status gizi. Evaluasi pelayanan gizi yang dilakukan

adalah hasil dari pemantauan pemberian makan pada pasien untuk menilai tingkat

kesembuhan pasien dan kesesuaian diet yang dilakukan pasien berdasarkan penyakitnya

dan apabila terdapat komplain makanan baik dari pasien maupun karyawan. Evaluasi

yang belum dilaksanakan adalah evaluasi status gizi.

Dari kegiatan magang ini, rekomendasi yang dapat diberikan adalah penetapan

standar tugas karyawan harus disesuaikan dengan kondisi di catering dan rumah sakit

agar pelaksanaan tugas sesuai dengan standar yang digunakan sehingga pelaksanaannya

Page 5: Zumrotin Khasanah

dapat berjalan dengan lancar, koordinasi dalam hal pengawasan dan inventori peralatan

lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi sehingga penggunaan peralatan lebih efektif

agar tidak tercampurnya peralatan makan pasien dan non pasien yang bisa dilakukan

dengan penambahan peralatan makan, pembedaan penempatan peralatan makan serta

pembuatan peraturan penggunaan peralatan makan pasien, pengkajian gizi sebaiknya

dilakukan secara sistematis terutama dalam pengukuran antropometri yang tidak hanya

dilakukan pada pasien tertentu tetapi semua pasien baru masuk, hasil pengkajian gizi

dituliskan pada formulir skrining/pengkajian gizi oleh ahli gizi rumah sakit untuk

mengetahui status gizi pasien dan menentukan apakah pasien memerlukan terapi gizi

atau tidak, ketelitian dalam hal perhitungan kebutuhan bahan makanan perlu

ditingkatkan agar tidak terdapat kekurangan makanan pada saat makanan akan disajikan,

pada pencatatan gizi perlu dibuat buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet,

termasuk catatan makanan sisa yang tida dihabiskan, laporan harian tentang kegiatan

penyuluhan, formulir pengkajian status gizi pasien serta mengeftifkan formulir yang

sudah digunakan agar dapat dijadikan bahan untuk mengevaluasi kegiatan yang

dilakukan serta pemantauan dan evaluasi status gizi perlu dilakukan untuk mengetahui

perkembangan status gizi pasien serta tingkat kesembuhan pasien dilihat dari status gizi

berdasarkan diet yang diberikan.

Daftar bacaan : 10 (1986-2008)

Page 6: Zumrotin Khasanah

DAFTAR ISI

DATA PRIBADI

ABSTRAK ………………………………………………………………………..

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………….

i

iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… v

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………

vi

i

ix

x

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………....

1.2 Tujuan………………………………………………………………………….

1.2.1 Tujuan Umum……………………………………………………………...

1.2.2 Tujuan Khusus……………………………………………………………..

1.3 Manfaat………………………………………………………………………...

1

3

3

3

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit…………………………………………………..

2.1.1 Definisi…………………………………………………………………….

2.1.2 Visi…………………………………………………………………………

2.1.3 Misi………………………………………………………………………...

2.1.4 Tujuan……………………………………………………………………...

2.1.5 Ruang Lingkup…………………………………………………………….

2.1.6 Ketenagaan…………………………………………………………………

2.1.7 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit…………………………………

2.1.8 Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit…………………………………….

2.1.9 Standar Pelayanan Rumah Sakit …………………………………………..

2.2 Pelayanan Gizi Rawat Inap…………………………………………………….

2.2.1 Tujuan……………………………………………………………………...

6

6

6

6

7

8

8

9

12

20

20

20

Page 7: Zumrotin Khasanah

2.2.2 Sasaran……………………………………………………………………..

2.2.3 Kegiatan……………………………………………………………………

2.2.4 Prosedur Kerja Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap………………………..

2.2.5 Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap………….

2.2.6 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Rawat……………………..

21

21

27

28

29

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1 Alur

Kegiatan………………………………………………………………….

3.2 Jadwal

Kegiatan……………………………………………………………….

30

31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum RS Medika Permata

Hijau…………………………………

4.1.1 Analisis Situasi Internal……………………………………………………

4.2 Gambaran Umum Instalasi

Gizi……………………………………………….

4.2.1 Struktur Organisasi………………………………………………………...

4.2.2 Ketenagaan…………………………………………………………………

4.2.3 Pelayanan Gizi Rawat Inap………………………………………………..

4.2.4 Sarana dan Prasarana………………………………………………………

4.3 Pengkajian Status Gizi Pada Pelayanan Gizi Rawat

Inap…………………….

4.3.1 Pemeriksaan Fisik………………………………………………………….

4.3.2 Pengukuran Antropometri………………………………………………….

4.3.3 Pemeriksaan Laboratorium………………………………………………...

4.3.4 Riwayat Gizi……………………………………………………………….

4.4 Intervensi Gizi Pada Pelayanan Gizi Rawat

Inap……………………………...

4.4.1 Penentuan Diet……………………………………………………………..

4.4.2 Pengadaan Makanan ………………………………………………………

40

43

46

46

47

49

55

56

57

57

58

59

62

62

64

79

80

81

Page 8: Zumrotin Khasanah

4.4.3 Penyuluhan/Konseling Gizi……………………………………………….

4.4.4 Pencatatan Gizi…………………………………………………………….

4.5 Monitoring dan Evaluasi

………………………………………………………

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan……………………………………………………………………

….

5.2 Saran………………………………………………………………………….

..

86

88

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

LAMPIRAN

90

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1

3.1

4.1

Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap…………………….

Jadwal Kegiatan Pengalaman Kerja Lapangan di Instalasi Gizi RS

Medika Permata Hijau………………………………………………

Jadwal Pembagian Makan Di Ruang Rawat Dan Clear Up Makan

Pasien………………………………………………………………

27

31

77

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1

3.1

4.1

4.2

4.3

4.4

Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit…………………………...

Alur Kegiatan Magang di RS Medika Permata Hijau tahun 2009…..

Struktur Organisasi RS Medika Permata Hijau……………………..

Struktur Organisasi Instalasi Gizi RS Medika Permata Hijau………

Alur Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap………………………….

Alur Kerja Pelayanan Makanan Pasien RS. Medika Permata Hijau...

9

30

43

46

50

66

Page 9: Zumrotin Khasanah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12

Lampiran 13

Lampiran 14

Lampiran 15

Surat Keterangan Magang

Pemesanan Makanan Pasien Baru (PMPB)

Pengkajian Keperawatan

Konsultasi Gizi

Daftar Permintaan Makan Pasien

Stiker Makanan Pasien

Menu Requisition

Store Room Requisition (SRR)

Purchase Requisition (PR)

Purchase Order (PO)

Daily Receiving Report (DRR)

Formulir Perubahan Diet.

Sensus Manajemen Pasien

Daftar Komplain

Standar Tugas Pokok

Page 10: Zumrotin Khasanah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu gizi (nutrition science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu

tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata gizi berasal dari

bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan

makanan dan sisi lain dengan tubuh manusia (Almatiser, 2004).

Harus disadari bahwa gizi mempunyai peran yang tidak kecil terhadap tingkat

kesembuhan dan lama perawatan pasien di rumah sakit yang akan berdampak pada

meningkatnya biaya perawatan (Usman, 2008). Untuk itu di rumah sakit diperlukan

suatu pelayanan kesehatan yang bisa mempercepat tingkat kesembuhan dan agar

penyakit tidak kambuh lagi yaitu pelayanan gizi.

Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah pelayanan yang diberikan di rumah

sakit bagi pasien rawat jalan dan pasien rawat inap, untuk memilih/memperoleh

makanan yang sesuai guna mencapai syarat gizi yang maksimal (Depkes RI, 1990).

Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan, antara lain pelayanan gizi rawat inap

dan rawat jalan. Sasaran kegiatan pelayanan gizi rumah sakit adalah pasien yang berobat

jalan atau rawat tinggal, keluarga dan lingkungan pasien, petugas rumah sakit (Depkes

RI, 1990).

Pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang

diderita (Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006).

Page 11: Zumrotin Khasanah

Tahapan yang harus ditempuh dalam pelayanan gizi rawat inap maupun rawat

jalan meliputi (1) assesment nutrisi (nutrition assesment) untuk mengetahui apakah

pasien memerlukan asuhan gizi secara khusus, (2) diagnosa nutrisi (nutrition diagnosis)

atau perencanaan pelayanan gizi berdasarkan hasil asesmen, (3) intervensi nutrisi

(nutrition intervention) (4) monitoring dan evaluasi (nutrition monitoring and

evaluation) (Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006).

Keempat tahapan ini merupakan tahapan yang harus ditempuh dalam menangani

masalah gizi dan hal ini akan memberikan arah kepada ahli gizi kemana pasien/klien

harus ditangani. Masing-masing tahapan harus dilalui secara terstruktur dan sistematik

(Usman, 2008).

Pelayanan gizi di ruang rawat adalah serangkaian proses kegiatan yang dimulai

dari perencanaan hingga evaluasi diit pasien di ruang rawat. Pelayanan gizi rawat inap

sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik (Depkes, 2006b). Kegiatan pelayanan gizi

di ruang rawat meliputi membaca catatan medik pasien dan menganamnese makanan

pasien bila diperlukan, merancang diit bersama pasien menurut ketetapan diit dari dokter

ruangan, penyuluhan/konsultasi gizi bagi pasien yang memerlukan, pemesanan makanan

ke dapur utama, monitoring dan evaluasi diit, pengiriman daftar permintaan makanan ke

ruangan, melakukan pengawasan, pencatatan, pelaporan ke unit terkait (Depkes,1990).

Kegiatan pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang

meliputi pengkajian status gizi, penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam/jenis diet

sesuai dengan penyakit dan cara pemberian makanan, konseling gizi, serta evaluasi dan

monitoring pelayanan gizi (Depkes, 2006a).

Page 12: Zumrotin Khasanah

Pelayanan gizi yang berdaya guna dan terpadu dapat dijalankan apabila semua

tenaga rumah sakit baik medik, paramedik, dan non medik memiliki pengetahuan gizi

praktis. Pemberian penyuluhan dan konsultasi gizi yang yang terarah sesuai dengan

keadaan, kebutuhan dan kemampuan pasien serta lingkungannya, dapat merubah sikap

dan kebiasaan makanannya. Pemberian makanan/terapi diet yang tepat sesuai dengan

kebutuhan gizi akan mempercepat pulihnya status gizi pasien, yang berarti daya tahan

tubuh meningkat. Daya tahan tubuh yang meningkat akan mencegah penyakit untuk

kambuh kembali. (Depkes RI, 1990)

Salah satu rumah sakit yang menyediakan pelayanan gizi rawat inap adalah

Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Melalui kegiatan magang ini penulis ingin

mengetahui gambaran pelayanan gizi rawat inap di Rumah Sakit Medika Permata Hijau

tahun 2009.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pelayanan gizi rawat inap di RS Medika Permata Hijau

tahun 2009.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum RS Medika Permata Hijau tahun 2009.

2. Diketahuinya gambaran umum instalasi gizi di RS Medika Permata Hijau

tahun 2009.

3. Diketahuinya gambaran asesmen atau pengkajian gizi pada pelayanan gizi

rawat inap RS Medika Permata Hijau tahun 2009.

Page 13: Zumrotin Khasanah

4. Diketahuinya gambaran intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap RS

Medika Permata Hijau

5. Diketahuinya gambaran monitoring dan evaluasi pada pelayanan gizi rawat

inap RS Medika Permata Hijau tahun 2009.

1.3 MANFAAT

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Mengerti dan memahami berbagai masalah kesehatan secara nyata di institusi

kerja sebagai bagian dari kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.

2. Mampu mengaplikasikan berbagai teori yang didapatkan selama kuliah.

3. Mampu mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi dunia kerja.

4. Mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim (team work) untuk memecahkan

berbagai masalah kesehatan sesuai dengan bidang institusi kerja tempat magang.

1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma

Perguruan Tinggi yaitu; akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat.

2. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan institusi

magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara

substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetitif

yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga

terampil dari lapangan dalam kegiatan magang.

1.3.3 Bagi Tempat Magang

Page 14: Zumrotin Khasanah

Dapat membantu kegiatan di institusi magang, khususnya dalam mencari solusi

masalah kesehatan secara proporsional sehingga dapat memecahkan masalah yang ada

di institusi magang.

Page 15: Zumrotin Khasanah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit

2.1.1 Definisi

Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk

memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan,

untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi

kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif

(Depkes, 2006a).

2.1.2 Visi

Visi pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang bermutu di rumah

sakit yang bersifat paripurna sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakit (Depkes, 2006a).

2.1.3 Misi

Misi pelayanan gizi rumah sakit sejalan dengan misi rumah sakit. Misi pelayanan

gizi rumah sakit adalah

1. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan

kepuasan klien/pasien untuk menunjang aspek promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif serta meningkatkan kualitas hidup.

2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.

3. Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) terapan (Depkes , 2006a).

2.1.4 Tujuan

a. Tujuan Umum :

Page 16: Zumrotin Khasanah

Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan

gizi rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta

merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk menigkatkan dan

mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit (Depkes, 2006a).

b. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi

yang mencakup :

1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan

anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)

2. Penyelenggaraan kajian dietetic dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan

pola makan

3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan pasien

4. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah

pemberian serta cara mengolah bahan makanan

5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai dengan

perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium

6. Penterjemahkan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan

kebutuhan dan keadaan pasien

7. Penyelenggaraan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetic

8. Penciptaan standar diet khusus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit

9. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada

klien/pasien dan keluarganya (Depkes, 2006a)

Page 17: Zumrotin Khasanah

2.1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :

1. Asuhan gizi pasien rawat jalan

2. Asuhan gizi pasien rawat inap

3. Penyelenggaraan makanan

4. Penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006a)

2.1.6 Ketenagaan

Kebutuhan tenaga yang diperlukan meliputi kepala unit pelayanan gizi,

koordinator unit-unit, supervisor, pelaksana meliputi juru masak, perbekalan/gudang,

pranata computer, ketatausahaan, penyaji makanan, pekarya. Jumlah tenaga yang

diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit sesuai dengan kapasitas tempat

tidur dan ruangan (Depkes, 2006a).

Page 18: Zumrotin Khasanah

2.1.7 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dapat dilakukan berdasarkan mekanisme di

bawah ini :

Gambar 2.1 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Sumber : Depkes, 2006

Pasien masuk RS

Ruang rawat inap Rawat jalan

Pasien berisiko

masalah gizi

Terapi

Diet

Pengkajian Diet

Perencanaan

makanan biasa

Perencanaan

makanan khusus

Pengolahan makanan biasa

dan makanan khusus

Penyajian makanan biasa

dan makanan khusus

Pemantauan asupan

makanan Pemantauan asupan

makanan

Masalah

gizi

Penyesuaian Diet

Konseling gizi bagi pasien pulang

Tindak lanjut Stop

Kunjungan Rumah

Dirawat

Penyuluhan gizi

umum

Konseling gizi

(Klinik Gizi)

Tahap Penapisan

Tahap Pengkajian

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak Ya

Ya Ya

Dukungan gizi

Tah

ap i

mple

men

tasi

/

inte

rven

tven

si

Ya

Tah

ap

Pem

anta

uan

Page 19: Zumrotin Khasanah

Pasien masuk ke rumah sakit dapat dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Pasien Rawat Inap

Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,

antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan

apakah pasien memerlukan terapi diet atau tidak (Depkes, 2006a).

Pada tahap implementasi/intervensi :

a. Bila tidak memerlukan terapi diet :

1) Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan.

2) Dari tempat pengolahan makanan di distribusikan ke ruang perawatan. Di

ruang perawatan makanan disajikan ke pasien.

3) Selama dirawat, pasien yang berminat mendapatkan penyuluhan mengenai

gizi umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan dan lingkungannya.

4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium dan

lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan

makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia

memerlukan penyesuaian diet atau tidak.

5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.

6) Bila memerlukan terapi diet, prosesnya sama dengan bila ia semula

memerlukan terapi diit (Depkes, 2006a).

b. Bila memerlukan terapi diet :

1) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet, yang sesuai

dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan.

Page 20: Zumrotin Khasanah

2) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar

diperoleh penyesuain paham tentang dietnya, pasien dapat menerima serta

menjalankan diet.

3) Makanan khusus dipesankan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari

tempat pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di

ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.

4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan

lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan

makanannya. Hasil penilainan tersebut membuka kemungkinan apakah ia

memerlukan penyesuaian diit atau tidak.

5) Bila penyesuaian diit ini berupa perubahan makanan biasa, proses

selanjutnya sama dengan butir a.

6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses selanjutnya

lihat pada butir b.

7) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan

pulang pasien memperoleh penyuluhan/konseling gizi tenteng penerapan diet

di rumah.

8) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan

gizi rawat jalan.

9) Bila tidak, kegaitan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirunjuk ke

puskesmas atau institusi kesehatan lainnya untuk pembinaan selanjutnya

(Depkes, 2006a).

Page 21: Zumrotin Khasanah

2. Pasien Rawat Jalan

Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter

lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.

a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan

gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya

mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan

lingkungannya.

b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk

memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan

dokter. Proses selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut (Depkes,

2006a).

2.1.8 Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

1. Asuhan gizi

1) Pengertian

Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.

Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan,

secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan (care) yang pada pelaksanaannya

dikenal sebagai pelayanan (service). Ketiga jenis asuhan tersebut adalah a) Asuhan

Medik, b) Asuhan Keperawatan, dan c) Asuhan Gizi (Depkes, 2006a).

2) Tujuan

Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara

optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun

Page 22: Zumrotin Khasanah

konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

kerja sama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan urutan kegiatan

yang dikelompokkan menjadi lima (5) kegiatan, yaitu:

a. Membuat diagnosis masalah gizi

b. Menentukan kebutuhan terapi gizi. Dalam pelaksanaan asuhan gizi, penentuan

terapi gizi pasien perlu mempertimbangkan tiga (3) macam kebutuhan yaitu a)

penggantian (replacement), b) pemeliharaan (maintenance), dan c) penambahan

akibat kehilangan (loss) yang berkelanjutan dan untuk pemulihan jaringan

dengan berpedoman kepada: tepat zat gizi (bahan makanan), tepat formula, tepat

bentuk, tepat cara pemberian, serta dosis dan waktu.

c. Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral, enteral, dan

parenteral) sesuai kebutuhan.

d. Melaksanakan pemberian makanan

e. Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan (Depkes, 2006a)

2. Penyelenggaraan Makanan

1) Pengertian

Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan menu sampai dengan distribusi makanan kepada konsumen,

dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang

tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan dan pelaporan (Depkes, 2006a).

Page 23: Zumrotin Khasanah

2) Tujuan

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk

menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan

serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang

membutuhkannya. (Depkes, 2006a)

3) Sasaran

Sasaran penyelengggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen/pasien

maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit juga dilakukan

penyelenggaraan makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga

pasien). Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan (input)

meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode, peralatan, sedangkan standar

proses meliputi penyusunan anggaran belanja bahan makanan, perencanaan menu,

perencanaan kebutuhan bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan dan

penyimpanan bahan makanan, serta pengolahan makanan dan pendistribusian

makanan. Sedangkan standar keluaran (output) adalah mutu makanan dan kepuasan

konsumen (Depkes, 2006a).

4) Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit

a. Penyelenggaraan Makanan Sistem Swakelola

Jika penyelenggaraan makanan dilakukan dengan sistem swakelola maka

instalasi atau unit pelayanan gizi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua

kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Depkes, 2006a).

Page 24: Zumrotin Khasanah

b. Penyelenggaraan Makanan Sistem out-sourcing

Sistem out-sourcing yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan

perusahaan jasa boga atau catering. Sistem out-sourcing dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu semi outsourcing dan full outsourcing. Pada sistem semi outsourcing,

pengusaha jasa boga selaku penyelenggara makanan menggunakan sarana dan

prasarana milik rumah sakit, sedangkan pada sistem full outsourcing pengusaha jasa

boga tidak menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit melainkan milik

perusahaannya sendiri (Depkes, 2006a).

Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi-outsourcing maupun

full outsourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah perencana menu, penentuan

standar porsi dan pemesanan makanan. Selain itu, pada sistem ini ahli gizi

berkewajiban untuk mengawasi kualitas dan kuantitas makanan yang dipesan sesuai

dengan spesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam kontrak (Depkes,

2006a).

5) Mekanisme kerja penyelenggaraan makanan

a. Perencanaan anggaran belanja makanan

Penyusunan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan

anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi

konsumen/pasien yang dilayani (Depkes, 2006a). Adanya rencana anggaran belanja

berfungsi untuk mengetahui perkiraan jumlah anggaran bahan makanan yang

dibutuhkan selama periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dsb). Kegiatan

perencanaan anggaran belanja bahan makanan diperlukan sebagai dasar penyusunan

Page 25: Zumrotin Khasanah

biaya untuk pengadaan bahan makanan dalam bentuk rencana anggaran (RAB)

bahan makanan (Depkes, 2007).

b. Perencana menu

Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah

untuk memenuhi selera konsumen/pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi

pronsip gizi seimbang (Depkes, 200a).

Hal yang dipertimbangkan dalam perencanaan menu ada dua faktor yaitu

faktor konsumen, meliputi kecukupan/kebutuhan gizi, food habit dan preference,

karakteristik/keadaan bahan makanan tertentu dan faktor manajemen meliputi tujuan

institusi, dana/anggaran, ketersediaan bahan makanan di pasar, fasilitas fisik dan

peralatan (Depkes, 2007).

c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan

Ketepatan dalam merencanakan bahan makanan sangat membantu kelancaran

terlaksananya pengadaan bahan makanan yang lancar dan baik. Langkah perhitungan

kebutuhan bahan makanan antara lain menyusun macam bahan makanan yang akan

dibeli apakah termasuk bahan makanan kering dan bahan makanan segar,

menghitung kebutuhan semua bahan makanan satu persatu sesuai dengan jumlah

konsumen rata-rata dan dimasukkan ke dalam formulir kebutuhan bahan makanan

(Depkes, 2007).

d. Pemesanan dan pembelian bahan makanan

Pemesanan dapat dilakukan sesuai dengan kurun waktu tetentu (harian,

mingguan, bulanan). Pengadaan bahan makanan dapat dilakukan melalui dua cara

yaitu membeli sendiri bahan makanan yang diperlukan di pasar atau took-toko dan

Page 26: Zumrotin Khasanah

melalui pemasok bahan makanan, biasanya pengadaan bahan makanan untuk

penyelenggaraan makanan rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku

(Moehyi, 1992). Persyaratannya adalah adanya kebijakan rumah sakit tentang

pengadaan bahan makanan, adanya surat perjanjian antara rumah sakit dengan

rekanan/pemasok, adanya spesifikasi bahan makanan, adanya daftar pesanan bahan

makanan, tersedianya dana (Depkes, 2007).

Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan.

Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (Depkes, 2006a).

e. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan

Prinsip dalam penerimaan bahan makanan adalah jumlah yang diterima harus

sesuai dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi

yang disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang tercantum dalam

faktur pembelian harus sama dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam

perjanjian jual beli. Langkah penerimaan bahan makanan adalah bahan makanan

diperiksa sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi bahan makanan, bahan

makanan basah langsung didistribusikan ke bagian pengolahan, bahan makanan

kering disimpan di gudang/penyimpanan kering, bahan makanan yang tidak

langsung dipergunakan saat itu dilakukan penyimpanan di ruang pendingin

(freezer/chiller) (Depkes, 2007).

Sesuai dengan jenis bahan makanan gudang bahan makanan dibedakan

menjadi dua yaitu gudang bahan makanan kering syarat penyimpanannya adalah

bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan ataupun

urutan pemakaian bahan makanan, menggunakan bahan yang diterima terlebih

Page 27: Zumrotin Khasanah

dahulu (FIFO = First In First Out) untuk mengetahui bahan makanan yang diterima

diberi tanda tanggal penerimaan, pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta

berbagai pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan termasuk kartu stok

bahan makanan harus segera diisi dan gudang bahan makanan segar (Depkes,

2006a).

Penyaluran bahan makanan berdasarkan permintaan harian. Prasyarat

penyaluran bahan makanan yaitu adanya bon permintaan bahan makanan,

tersedianya kartu stock/buku catatan keluar masuknya bahan makanan (Depkes,

2007).

f. Persiapan bahan makanan

Bahan makanan yang akan dimasak harus disiapkan terlebih dahulu.

Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan

makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,

mengupas, mengocok, merendam, mengiris, memberi bentuk, memberi lapisan,

menggiling, mencincang atau melakukan berbagai hal lain yang diperlukan sebelum

bahan makanan dimasak (Depkes, 2006a dan Moehyi, 1992).

g. Pengolahan makanan

Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak)

bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman

untuk dikonsumsi (Depkes, 2006a). Kegiatan mengolah makanan merupakan

kegiatan yang terpenting dalam proses penyelenggaraan makanan karena cita rasa

makanan yang dihasilkan akan ditentukan oleh proses pemasakan. Semakin banyak

jumlah porsi makanan yang harus dimasak. Semakin sukar untuk mempertahankan

Page 28: Zumrotin Khasanah

cita rasa makanan seperti yang diinginkan. Dalam kegiatan ini sangat penting artinya

standar resep, standar bumbu, standar prosedur pemasakan dan standar waktu

(Moehyi, 1992).

h. Pendistribusian makanan

Makanan yang telah dimasak harus segera dibagikan kepada konsumen.

Distribusi makanan merupakan rangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai

dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani. Macam distribusi

makanan yaitu a. sentralisasi adalah suatu cara mengirim hidangan makanan dimana

telah diporsi untuk setiap pasien. Hidangan telah diporsi di dapur pusat. b.

Desentralisasi adalah pengiriman hidangan dengan menggunakan alat-alat yang

ditentukan dalam jumlah porsi lebih dari satu, kemudian di ruang distribusi disajikan

untuk setiap pasien. Sistem desentralisasi mempunyai syarat yaitu adanya pantry

yang mempunyai alat-alat pendingin, pemanas, dan alat-alat makan (Depkes, 2007).

3. Penelitian dan pengembangan gizi

a. Pengertian

Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di rumah sakit atau unit pelayanan

gizi atau pusat pelayanan gizi rumah sakit merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang

dilaksanakan secara terencana dan terus ,menerus seperti halnya kegaiatn gizi lainnya,

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit (Depkes, 2006a).

b. Tujuan

1) Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS

2) Evaluasi kegiatan PGRS

Page 29: Zumrotin Khasanah

3) Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru (Depkes, 2006a)

c. Ruang lingkup penelitian

1) Mandiri

2) Kerja sama dengan unit lain dan instansi terkait, baik di dalam maupun di

luar unit pelayanan gizi

3) Luar rumah sakit (Depkes, 2006a)

2.1.9 Standar Pelayanan Rumah Sakit

Sesuai dengan arah peningkatan rumah sakit, maka standardisasi pelayanan

kesehatan di rumah sakit diutamakan RS Kelas B dan RS Kelas C yang meliputi

standardisasi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik,

perawatan dan pelayanan administrative melalui gawat darurat, rawat jalan dan rawat

inap (Depkes, 1986).

2.2 Pelayanan Gizi Rawat Inap

Pelayanan gizi di ruang rawat adalah serangkaian proses kegiatan yang dimulai

dari perencanaan hingga evaluasi diit pasien di ruang rawat. Pelayanan gizi rawat inap

sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik (Depkes, 2006b).

2.2.1 Tujuan

a. Tujuan Umum : Memberikan terapi diit yang sesuai dengan kondisi pasien dalam

upaya mempercepat penyembuhan (Depkes, 1990).

b. Tujuan Khusus : Menyediakan makanan yang sesuai dengan penyakit pasien

Meningkatkan perubahan sikap selama dirawat

Meningkatkan peran serta masyarakat/keluarga dalam

penyembuhan pasien

Page 30: Zumrotin Khasanah

Menurunkan pasien relaps/kambuh (Depkes, 1990)

2.2.2 Sasaran

Sasaran pelayanan gizi rawat inap adalah pasien rawat inap dan keluarganya

2.2.3 Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi di runag rawat adalah sebagai berikut :

a. Membaca catatan medik pasien dan menganamnese makanan pasien bila

diperlukan

b. Merancang diit bersama pasien menurut ketetapan diit dari dokter ruangan

c. Penyuluhan/konsultasi gizi bagi pasien yang memerlukan

d. Pemesanan makanan ke dapur utama

e. Monitoring dan evaluasi diit

f. Pengiriman daftar permintaan makanan ruangan

g. Melakukan pengawasan, pencatatan dan pelaporan ke unit terkait (Depkes,

1990)

Pelayanan gizi pada pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama

perawatan yang meliputi :

a. Pengkajian status gizi

Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk menentukan

status gizi pasien, mengidentifikasi gizi (kurang atau lebih), untuk menentukan

preskripsi diet atau rencana diet, dan menu makanan yang harus diberikan

kepada pasien (Depkes, 2006a).

Page 31: Zumrotin Khasanah

Pengkajian status gizi dapat dilakukan dengan cara :

1) Antropometri

Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa tinggi badan,

panjang badan, berat badan, tinggi lutut, tebal lemak bawah kulit, lingkar

lengan atas, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2006a).

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari

berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2001).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah melihat dan mengamati gejala gangguan

gizi baik sign (gejala yang dapt diamati) dan symptom (gejala yang tidak

dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi) (Supariasa dkk,

2001). Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak

subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik

dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan

dengan gangguan gizi atau untuk menentukan sebab akibat antara status gizi

dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet (Depkes, 2006b).

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda-tanda klinis kurang

gizi (sangat kurus, pucat atau bengkak), atau gizi lebih (gemuk atau sangat

gemuk/obesitas), sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem

gastrointestinal, sistem metabolik/endokrin dan sistem neurologik/psikiatrik

(Depkes, 2006a).

Page 32: Zumrotin Khasanah

3) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah untuk mendeteksi

adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta

menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk

menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Data

pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit

misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolesterol

total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatin, asam urat, trigliserida, dan feses

(Depkes dan Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia,

2006).

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mendukung diagnosa

penyakit dan untuk menentukan terapi gizi antara lain

a) Darah : contoh darah lengkap, Hb, kolesterol total, HDL, LDL, Glukosa

darah, ureum, creatinin, asam urat dan trigliserida serta kadar vitamin dan

mineral lain.

b) Urin : contoh urin lengkap, glukosa/kadar gula, albumin.

c) Feces : contoh feces (tinja), fungsi pencernaan, lemak, cacing (Depkes,

2006b).

4) Anamnesis riwayat gizi

Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan

sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan

frekuensi makan, serta pantangan/alergi terhadap makanan. Asupan zat gizi

diukur dengan menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya

Page 33: Zumrotin Khasanah

dianalisis zat gizinya dengan menggunakan Daftar Analisa Bahan Makanan

atau Daftar Bahan Makanan Penukar (Depkes, 2006a).

Untuk menghitung konsumsi makanan dapat dilakukan secara

kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui pola

makan dan metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah asupan makanan per

hari. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode food recall, food

record, serta food weighing. Metode kualitatif dilakukan dengan menanyakan

frekuensi makan dan riwayat pola makan (Depkes, 2006b).

Analisis asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara

asupan dengan kebutuhan zat gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap

akan dianamnensis untuk mengetahui asupan zat gizi, pola makan, bentuk

dan frekuensi makan, serta pantangan makan. Kajian data gizi dapat juga

dilakukan menggunakan perangkat lunak (software), contohnya nutriclin

yang dapat memberi informasi tentang status gizi, hasli anamnesis

dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) (Depkes, 2006a).

Data riwayat gizi yang diperlukan meliputi food recall 24 jam

terakhir, frekuensi konsumsi makanan, catatan konsumsi makanan selama 3

hari, penggunaan suplemen zat gizi, pengetahuan tentang gizi, sikap terhadap

makanan, alergi terhadap makanan, aktifitas fisik, dan penggunaan obat

(Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006).

Page 34: Zumrotin Khasanah

b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya

Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada pasien atas dasar status gizi,

pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan

kebutuhan untuk penggantian zat gizi (replacement), kebutuhan harian,

kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta tambahan untuk pemulihan

jaringan atau organ yang sedang sakit. Perhitungan ini dapat menggunakan

software seperti Nutriclin (Depkes, 2006a).

c. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya dan cara

pemberian makanan

Setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, dietisien akan

mempelajari menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan

menerjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang

akan diberikan dalam bentuk/konsistensi (biasa, lunak, cair, dsb) sesuai

kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan

jumlah bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut

diperlukan penyesuaian, maka dietisienakan mengkonsultasikannya kepada

dokter (Depkes, 2006a).

d. Konseling gizi

Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat

rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, tindak

lanjut. Tujuan dari konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan

Page 35: Zumrotin Khasanah

pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui : a. Penjelasan diet yang perlu

dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses penyembuhan. b.

Kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan. c. Pemecahan

masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut. Penyuluhan dan

konsultasi gizi dapat diberikan secara perorangan maupun kelompok,

berdasarkan kesamaan terapi diet pasien (Depkes, 2006a).

e. Evaluasi dan monitoring pelayanan gizi

Tujuan pemantauan/monitoring adalah untuk menentukan seberapa jauh

rencana diet sudah dibuat dan tujuan dari terapi gizi medis sudah tercapai.

Pementauan dilakukan untuk mengukur status gizi dan kesehatan pasien apakah

sudah sesuai dengan rencana diet yang diberikan berdasarkan diagnosis gizi,

rencana intervensi dan dampaknya. Dietisien harus terus berkomunikasi dengan

dokter penanggung jawab pasien agar setiap perubahan rencana diet dapat terus

dipantau dan dilaksanakan secara tepat (Depkes, 2006b).

Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik kondisi yang ada pada

saat ini dengan kondisi sebelunya, tujuan intervensi atau standar baku yang telah

ditentukan. hasil evaluasi menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan pelayanan

gizi rawat inap (Depkes, 2006b).

Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah

memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses

penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain

perubahan diet bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan

Page 36: Zumrotin Khasanah

yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis defekasi, hasil laboratorium dan

lain-lain. Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan secara rutin,

sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak pemantauan berat

badan sebaiknya dilakukan setiap hari (Depkes, 2006a).

2.2.4 Prosedur Kerja Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap

Di bawah ini terdapat tabel prosedur kerja asuhan gizi ruang rawat inap.

Tabel 2.1 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap

No Kegiatan Mekanisme Unsur terkait PJ

1. Penentuan status gizi

a. Klinis

b. Deteksi

c. Antropometri

diukur BB dan TB

d. Laboratorium

e. Anamnesis riwayat

gizi

Dilakukan untuk setiap

pasien baru dan dimonitor

setiap hari

Dilakukan pada saat pasien

baru masuk

Penimbangan dilakukan

seminggu sekali

Glukosa darah, Hb, Urin

lengkap, feses

Wawancara

Dokter

Dokter

Perawat/Dietisie

n/Nutrisionis

Dokter/Analis

Dietisien/Nutrisi

onis

Dokter

Dokter & kep.

ruangan

Kepala

ruangan

Dokter/Analis

Dietisien/Nutr

isionis

Page 37: Zumrotin Khasanah

2. Intervensi

a. Klinis

b. Diet

Mengetahui semua gejala

penyakit (hipoglikemia,

hipotermia, dehidrasi,

infeksi, dll)

1) Menentukan diet

2) Pemantauan

3) Konsumsi makanan

4) Status gizi

5) Penyuluhan gizi

6) Pemberian diet

7) Persiapan pulang

8) Pencatatan gizi

Dokter/Perawat

Dokter/Dietisien

/Nutrisionis/Pera

wat

Dokter

Dietisien/Pera

wat

3. Pelaporan

Berdasarkan rekam medik

Ruang rawat jalan

Ruang rawat inap

Dokter/Dietisien

/Nutrisionis/Pera

wat

Dokter/Dietisi

en/Kepala

ruangan

Sumber : Depkes, 2006a

Page 38: Zumrotin Khasanah

2.2.5 Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap

a. Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan

makanan sisa yang tidak dihabiskan.

b. Formulir permintaan makanan untuk pasien baru

c. Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang

d. Formulir perubahan diet

e. Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore

f. Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan (Depkes, 2006a)

2.2.6 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Rawat

a. Bangunan : luas 3 x 4 m atau 2 x 2 ½ m

b. Peralatan : kompor gas, water heater (aliran air panas dan dingin), bak cuci

ganda, meja distribusi, lemari makan gantung, lemari alat-alat, alat pemanas

makanan (panci-panci, wajan, dll), alat pengaduk dan penggoreng, alat makan

(piring, gelas, sendok, mangkuk, dll), lemari pendingin, microwave (untuk kelas

utama), blender, sarana kebersihan dan tempat sampah bertutup serta papan tulis

(Depkes, 2006a).

Page 39: Zumrotin Khasanah

BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1 ALUR KEGIATAN

Di bawah ini adalah alur kegiatan selama pelaksanaan magang di Rumah Sakit

Medika Permata Hijau.

Gambar 3.1 Alur Kegiatan Magang di RS Medika Permata Hijau tahun 2009

Pengajuan izin magang Penerimaan Magang

Perkenalan dengan pihak RS

Medika Permata Hijau

Proses adaptasi di tempat magang

Observasi, pengambilan serta

pengumpulan data

pelayanan gizi rawat inap

dan rumah sakit

Penyusunan Laporan

Presentasi Laporan

Page 40: Zumrotin Khasanah

3.2 JADWAL KEGIATAN

Jadwal kegiatan yang dilakukan selama Pengalaman Kerja Lapangan di Instalasi

Gizi RS Medika Permata Hijau.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengalaman Kerja Lapangan di Instalasi Gizi RS Medika

Permata Hijau

No Hari/Tanggal Kegiatan

1. Senin, 9-Februari-09 Perkenalan dengan staf RS Medika Permata Hijau serta

bagian Instalasi Gizi serta mengetahui gambaran umum

penyelenggaraan makanan pasien

2. Selasa, 10-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan snack pagi

pasien

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien

Ikut serta dalam pemantauan konsumsi makan dan konseling

pasien serta konsultasi gizi sebelum pasien pulang

Pengecekkan daftar permintaan makanan pasien (DPMP)

3. Rabu, 11-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan snack pasien,

makan siang pasien

Diskusi dengan bagian gudang, supervisor kitchen

Mengisi stiker makanan pasien berdasarkan DPMP

Ikut serta dalam pengecekkan snack siang untuk pasien

Diskusi dengan pembimbing lapangan tentang kegiatan

pelayanan gizi rawat inap dan ahli gizi catering tentang

Page 41: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

pengadaan makanan untuk pasien serta mengambil data Job

Description tenaga pelayanan gizi

4. Kamis, 12-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien, serta snack pasien

Mengisi sticker makanan pasien berdasarkan DPMP

Diskusi dengan pembimbing lapangan tentang pengkajian

gizi

Mengambil data Job Description tenaga pelayanan gizi, SOP

pengadaan bahan makanan

5. Jum’at, 13-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan snack pasien

serta makan siang pasien

Ikut dalam persiapan makan siang karyawan

Mengisi sticker makanan pasien berdasarkan DPMP

Ikut dalam persiapan dan pengemasan makan sore pasien

Diskusi dengan pembimbing lapangan tentang intervensi

pelayanan gizi rawat inap

6. Senin, 16-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien, karyawan, serta snack pasien

Melakukan pengecekkan daftar snack pagi untuk pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Ikut serta dalam konseling gizi ke pasien serta melihat

Page 42: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

pelayanan yang ada di RS Medika Permata Hijau

7. Selasa, 17-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien, serta snack pasien

Melakukan pengecekkan daftar snack pagi untuk pasien

Ikut serta dalam konseling gizi ke pasien rawat inap dan

diskusi dengan perawat tentang pengukuran antropometri

dan riwayat gizi serta mengambil data pengkajian

keperawatan

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Melakukan pengecekkan jumlah porsi makanan berdasarkan

DPMP

Diskusi dengan pembimbing lapangan tentang kegiatan

pemantauan pelayanan gizi rawat inap

Diskusi dengan ahli gizi catering

8. Rabu, 18-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien, serta snack pasien

Mengisi sticker makanan pasien berdasarkan DPMP

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Merapikan dokumen instalasi gizi

9. Kamis, 19-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien, snack pasien serta makan sore pasien

Page 43: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

Menghitung kebutuhan makan pasien berdasarkan jenis

makanan

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Mengambil data profil rumah sakit

10. Jum’at, 20-Februari-09 Konsultasi dengan dosen pembimbing fakultas

11. Senin, 23-Februari-09 Persiapan bahan makanan untuk esok hari, pembuatan snack

pasien

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang

pasien, serta snack pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Mengisi sticker makanan pasien

Diskusi dengan ahli gizi catering mengenai pembatalan

pesanan makanan, pasien yang akan pulang dan mencatat

standar makanan cair RS

Diskusi dengan ahli gizi rumah sakit mengenai konseling

gizi dan pencatatan gizi

Mengecek DPMP

12. Selasa, 24-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, makan siang karyawan, serta snack

pasien

Mengecek daftar snack pagi pasien

Page 44: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Mencatat SOP pemberian makan pasien rencana pulang dan

perpindahan kamar

13. Rabu, 25-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan bahan makanan esok hari

Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

14. Kamis, 26-Februari-09 Ikut serta dalam persiapan bahan makanan esok hari

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Mengecek daftar snack pagi pasien

Observasi kegiatan expo pemeriksaan kesehatan (konsultasi

gizi)

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Mengisi sticker makanan pasien

15. Jum’at, 27-Februari-09 Membuat makanan cair pasien ICU

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Mengisi sticker makanan pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Page 45: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

Konsultasi dengan pembimbing fakultas

16. Minggu, 1-Maret-09 Ikut serta dalam persiapan bahan makanan esok hari

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Ikut kegiatan pastry

Mengisi sticker makanan pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

17. Senin, 2-Maret-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, buah serta snack pasien

Pengecekkan daftar snack pagi untuk pasien

Mengisi sticker makanan pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

18. Selasa, 3-Maret-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, buah serta snack pasien

Pengecekkan daftar snack pagi untuk pasien

Mengisi sticker makanan pasien

Ikut dalam konseling gizi dan diskusi dengan perawat

tentang sarana di ruang rawat dan mengambil data form chek

list pasien pulang

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Diskusi dengan cook tentang pengolahan makanan

Page 46: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

Diskusi dengan pembimbing lapangan tentang mekanisme

pelayanan gizi

19. Rabu, 4-Maret-09 Diskusi dengan ahli gizi tentang pemberian makanan pasien

berdiet rendah garam dan pediatrik

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Ikut dalam pendistribusian makanan pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang dan makan

sore karyawan

Diskusi dengan dokter gizi tentang penentuan diet,

pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang terapi nutrisi

20. Kamis, 5-Maret-09 Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Pengecekkan daftar snack pagi untuk pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

21. Jum’at, 6-Maret-09 Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Konsultasi hasil magang dengan pembimbing fakultas

Page 47: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

22. Senin, 9-Maret-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

23. Selasa, 10-Maret-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta snack pasien

Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

24. Rabu, 11-Maret-09 Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien serta snack pasien

Pengecekkan daftar snack

Konsultasi hasil magang dengan pembimbing lapangan

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

25. Kamis, 12-Maret-09 Ikut dalam kegiatan pastry

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, buah serta snack pasien

Mengisi sticker makanan pasien berdasarkan DPMP

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

26. Jum’at, 13-Maret-09 Konsultasi hasil magang dengan pembimbing lapangan

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

Page 48: Zumrotin Khasanah

No Hari/Tanggal Kegiatan

makan sore pasien, buah serta snack pasien

Mengisi sticker makanan pasien

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

27. Senin, 16-Maret-09 Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta memasukkan kedalam trolley

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan snack pasien dan

buah

Ikut dalam persiapan dan melayani makan siang karyawan

Diskusi dengan supervisor kitchen, administrasi, dan unit

manajer tentang istilah yang terdapat di job description

28. Selasa, 17-Maret-09 Ikut dalam persiapan bahan makanan

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan makan siang dan

makan sore pasien, serta memasukkan ke dalam trolley

Ikut serta dalam persiapan dan pengemasan snack pasien

Mengambil kekurangan data seperti job description asisten

unit manager, jenis pelayanan rumah sakit

Page 49: Zumrotin Khasanah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM RS MEDIKA PERMATA HIJAU

a. Latar Belakang

Pada tahun 1995, Rumah Sakit Medika Permata Hijau (d/h Rumah Sakit

Ananda) diambil alih oleh Kumpulan Perubahan Johor Sdn. Bhd yang merupakan anak

perusahaan dari Johor Corporation, Malaysia dibawah nama PT. Khidmat Perawatan

Jasa Medika.

Sesuai dengan yang telah direncanakan, rumah sakit ini mulai beroperasi penuh

pada tanggal 1 Desember 1995 dengan 100 tempat tidur lengkap dengan fasilitas Unit

Gawat Darurat dan laboratorium yang beroperasi 24 jam.

Seiring dengan krisis ekonomi yang melanda dunia khususnya Indonesia,

RSMPH menutup 2 wingnya sebagai usaha untuk bertahan yang juga diiringi dengan

melakukan efisiensi karyawan. Mulai tahun 1997 RSMPH membuka hanya 72 tempat

tidur hingga tahun 2006 yang pada akhirnya RSMPH beroperasi dengan 83 tempat tidur.

Untuk tahun 2009 RSMPH beroperasi dengan 92 tempat tidur.

b. Visi

Mewujudkan rumah sakit yang unggul dalam pelayanan didukung oleh

manajemen dan sumber daya manusia yang professional menuju Indonesia sehat 2010.

Page 50: Zumrotin Khasanah

c. Misi

1. Pelayanan yang berkualitas

2. Profesionalisme dan keahlian manajemen dalam pelayanan kesehatan

3. Fasilitas dan peralatan yang lengkap serta sumber daya manusia yang mampu

memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya.

d. Budaya Organisasi

1. Keamanan

2. Sopan santun

3. Integritas

4. Profesionalisme

5. Perbaikan yang kesinambungan

e. Budaya Kerja

1. Sopan

2. Empati

3. Nyaman

4. Yakin

5. Unggul

6. Mutu

f. Ketenagaan

Sampai tahun 2006 jumlah karyawan yang bertugas di RS. Medika Permata

Hijau adalah 183 orang dengan perincian paramedis perawatan berjumlah 74 orang,

paramedis non perawatan berjumlah 38 orang dan non medis berjumlah 71 orang.

Page 51: Zumrotin Khasanah

g. Peralatan Medis

Peralatan medis yang digunakan sebagai penunjang pelayanan seperti adanya

USG, EEG, EKG, treadmil, hemodialisa, ECHO, spirometry, laser terapy, audiometry,

CTG, dan transvaginal.

h. Perizinan dan Status Hukum

Instrument legal RS. Medika Permata Hijau yang dikelola PT. Khidmat

Perawatan Jasa Medika (PT. KPJ) baik berupa akta pendirian yang telah mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman maupun dokumen pendirian badan hukum lainnya

seperti NPWP, surat keterangan domisili, dan lain-lain sudah lengkap.

Izin operasional dari dinas proponsi DKI Jakarta telah diperoleh meskipun masih

dalam bentuk perizinan sementara. Sedangkan perizinan tetap masih dalam proses

pengajuan kepada Departemen Kesehatan.

4.1.1 Analisis Situasi Internal

a. Struktur Organisasi

Di bawah ini adalah struktur organisasi Rumah Sakit Medika Permata Hijau,

instalasi gizi berada di bawah manajer pelayanan dan penunjang medis.

Page 52: Zumrotin Khasanah

Gambar 4.1 Struktur Organisasi RS Medika Permata Hijau

Sumber : Program Kerja RS. MPH, 2008

DIREKTUR PT KPJM

DIREKTUR

KOMITE MEDIS KOMITE PENGADAAN

MANAJER PELAYANAN &

PENUNJANG MEDIS

MANAJER UMUM &

KEUANGAN

KABID

PENUNJANG KABID

INST.

FARMASI INST.

RAWAT INAP

INST.

RADIOLOGI INST. OK & ICU

INST. REHAB

MEDIK

INST.

LABORATORIUM

KABAG UMUM KABAG

KEUANGAN

SUB BAG PERSONALIA

& OUTSOURCING SUB BAG PENYUSUNAN

ANGGARAN

SUB BAG MANAJEMEN

PASIEN SUB BAG

PERBENDAHARAAN

SUB BAG I.T SUB BAG AKUNTANSI

& TATA REKENING

SUB BAG PEMASARAN

SUB BAG HUMAS

SUB BAG PENGADAAN

& PEMELIHARAAN

INST. REKAM MEDIK

INST. GIZI

INST. GAWAT DARURAT

INST. RAWAT JALAN

Page 53: Zumrotin Khasanah

b. Kapasitas Tempat Tidur dan Jenis Pelayanan

Saat ini RSMPH dapat beroperasi dengan jumlah 92 tempat tidur, dengan

rincian sebagai berikut:

a) Super VIP : 2 tempat tidur

b) VIP : 14 tempat tidur

c) Kelas I : 22 tempat tidur

d) Kelas II : 16 tempat tidur

e) Kelas III : 9 tempat tidur

f) Maternity : 3 tempat tidur

g) Kamar bayi : 13 tempat tidur

h) Pediatrik : 9 tempat tidur

i) ICU : 3 tempat tidur

j) Isolasi : 1 tempat tidur

Adapun fasilitas/pelayanan yang ada di Rumah Sakit Medika Permata Hijau adalah

1. Unit Gawat Darurat

2. Laboratorium

3. Radiologi

4. Fisioterapi

5. Kardiologi

6. Poliklinik, meliputi

a) Poli umum

b) Poli anak

c) Poli kebidanan dan kandungan

Page 54: Zumrotin Khasanah

d) Poli paru

e) Poli jantung

f) Poli mata

g) Poli THT

h) Poli gigi

i) Poli syaraf

j) Poli jiwa

k) Poli gizi

l) Poli kulit dan kelamin

m) Poli perawatan wajah

n) Haemodialisa

7. Bedah

a) Bedah umum

b) Bedah syaraf

c) Bedah Urologi

d) Bedah anak

e) Bedah mulut

f) Bedah tulang

g) Bedah plastik

h) Bedah tumor

i) Digestif

Menurut Depkes (1986), standardisasi pelayanan kesehatan di rumah sakit

diutamakan Rumah Sakit Kelas B dan Rumah Sakit Kelas C yang meliputi standardisasi

Page 55: Zumrotin Khasanah

pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi medik, perawatan dan pelayanan

administrative melalui gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap.

Jenis pelayanan yang terdapat di RS Medika yaitu pelayanan medis dan

penunjang medis yang meliputi instalasi rawat inap, OK dan ICU, farmasi, laboratorium,

rehabilitasi medis, radiologi, rekam medik, gizi, rawat jalan yang dilengkapi dengan

fasilitas-fasilitas di atas. Hal ini sudah sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit tipe

C meliputi pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, rehabilitasi medis, perawatan

dan pelayanan adminnistrasi melalui gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap.

4.2 GAMBARAN UMUM INSTALASI GIZI RS MEDIKA PERMATA HIJAU

4.2.1 Struktur Organisasi

Di bawah ini adalah struktur organisasi instalasi gizi RS Medika Permata Hijau

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RS Medika Permata Hijau

Sumber : Instalasi Gizi RSMPH dan PT Indocater

Manajer Pelayanan dan Penunjang Medik

Kord Instalasi Gizi

KaBid Penunjang Medik

Asst. Manager

Kepala ahli gizi Kitchen Supervisor Sr. Administration Head Waitress

Store Keeper

Dietician Helper

Dietician Waitress

Cook

Cook Helper

Steward

Page 56: Zumrotin Khasanah

Untuk menunjang kegiatan di instalasi gizi RS Medika Permata Hijau mulai

tahun 2006 pelayanan makanan untuk pasien, karyawan dan cafetaria diserahkan kepada

pihak ketiga yaitu PT. Indocater yang dilakukan dengan cara out-sourcing yaitu semi

outsourcing. Sarana dan prasarana yang digunakan sebagian milik rumah sakit dan

sebagian milik catering. Berdasarkan Depkes (2006), sistem out-sourcing yaitu

penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasa boga atau catering.

Pada sistem semi out-sourcing, pengusaha jasa boga selaku penyelenggara makanan

menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit, sedangkan pada sistem full out-

sourcing pengusaha jasa boga tidak menggunakan sarana dan prasarana milik rumah

sakit melainkan milik perusahaannya sendiri.

Penggunaan cara semi out-sourcing sudah tepat dilakukan, jika dibandingkan

dengan sistem sebelumnya yang dikelola sendiri oleh rumah sakit terdapat kendala yaitu

tidak teraturnya dalam proses pelayanan makanan, dengan bekerja sama dengan catering

PT Indocater yaitu dengan cara semi out-sourcing diharapkan dalam hal pelayanan

makanan kepada konsumen dan penggunaan sarana dan prasarana terdapat koordinasi

yang baik antara pihak catering dan rumah sakit sehingga pelaksanaannya terarah dan

teratur yang disertai dengan pengawasan yang baik pula.

4.2.2 Ketenagaan

Untuk menunjang berjalannya instalasi gizi rumah sakit terdapat seorang

koordinator instalasi gizi yang bertugas sebagai ahli gizi rumah sakit. Ahli gizi rumah

sakit berada dibawah kepala manajer pelayanan dan penunjang medis dan secara tidak

langsung diawasi oleh Kabid penunjang medik. Selain itu untuk

Page 57: Zumrotin Khasanah

pengadaan/penyelenggaraan makanan ke pasien pihak rumah sakit bekerja sama dengan

pihak ketiga yaitu catering PT Indocater yang berkoordinasi dengan ahli gizi rumah

sakit. Ketenagaan yang ada di catering PT Indocater berjumlah 30 orang yang dilakukan

dengan sistem shift kerja dengan perincian sebagai berikut :

a. Asisten manager : 1 orang

b. Supervisor Kitchen : 1 orang

c. Administrasi : 1 orang

d. Kepala ahli gizi : 1 orang

e. Head Waiter/ess : 1 orang

f. Dietician : 2 orang

g. Dietician helper : 4 orang

h. Storage/ gudang : 1 orang

i. Cook : 2 orang

j. Cook helper : 7 orang

k. Waiter/ess : 6 orang

l. Steward : 5 orang

Menurut Depkes (2006), kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk menunjang

kegiatan pelayanan gizi yang ada di rumah sakit meliputi kepala unit pelayanan gizi,

koordinator unit-unit, supervisor, pelaksana meliputi juru masak, perbekalan/gudang,

pranata komputer, ketatausahaan, penyaji makanan, pekarya. Jumlah tenaga yang

diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit sesuai dengan kapasitas tempat

tidur dan ruangan.

Page 58: Zumrotin Khasanah

Tenaga yang ada untuk menunjang kegiatan pelayanan gizi rawat inap di rumah

sakit ini antara lain koordinator gizi rumah sakit, asisten manager, administrasi, bagian

gudang, kepala ahli gizi ahli gizi, pembantu ahli gizi, supervisor dapur, ahli masak,

pembantu ahli masak, penyaji masak, dan pekarya sesuai dengan kebutuhan rumah

sakit. Apabila disesuaikan dengan standar Depkes, tenaga yang tidak ada yaitu kepala

unit pelayanan gizi, untuk mengatasi hal tersebut koordinator gizi rumah sakit

berkoordinasi dengan asisten manager catering, sedangkan pranata komputer dirangkap

tugasnya oleh bagian ketatausahaan, namun sejauh ini tidak terdapat masalah walaupun

terdapat tenaga yang merangkap tugasnya. Tenaga pelaksana berjumlah 31 orang untuk

melayani 92 tempat tidur serta rata-rata jumlah pasien per hari sekitar 50-60 orang,

tenaga yang dibutuhkan untuk saat ini sudah dirasa cukup. Untuk menunjang kegiatan

pelayanan gizi di ruang rawat inap dilengkapi dengan fasilitas seperti hot trolley,

microwave dan peralatan masak lain untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan. Apabila

rumah sakit tersebut menginginkan perubahan tipe rumah sakit pada saat ini menjadi

lebih baik, jika terdapat perangkapan tugas sedangkan terdapat peningkatan jumlah

kapasitas tempat tidur dan jumlah pasien per hari kemungkinannya dapat mengganggu

kelancaran pelaksanaan tugas, untuk itu rumah sakit sebaiknya melengkapi kebutuhan

tenaga yang dibutuhkan.

4.2.3 Pelayanan Gizi Rawat Inap

Pelayanan gizi rawat inap yang terdapat di Rumah Sakit Medika Permata Hijau

dapat digambarakan melalui alur kegiatan yang berada di bawah ini :

Page 59: Zumrotin Khasanah

Gambar 4.3 Alur Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap Instalasi Gizi RSMPH

Sumber : Instalasi Gizi Rumah Sakit Medika Permata Hijau

Gambar 4.3 menerangkan alur kegiatan pelayanan gizi rawat inap yang ada di

instalasi gizi Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Pasien masuk rumah sakit dan

ditempatkan di ruang rawat inap. Setiap pasien baru akan dilakukan pengkajian yang

meliputi pemeriksaan fisik, pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium, serta

riwayat gizi. Pemeriksaan fisik dilakukan oleh dokter dengan memeriksa anggota tubuh

sesuai kebutuhan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk mendiagnosis

penyakit dan menentukan terapi obat serta diet pasien. Pengukuran antropometri

dilakukan oleh perawat pada pasien anak dan pasien dewasa yang berkeadaan khusus,

Pasien pulang

Pengkajian gizi

Penentuan diet

Pengadaan makanan pasien

Penyuluhan/konseling gizi

Pasien masuk ruang rawat inap

Monitoring dan Evaluasi

Pencatatan gizi

Perlu penyesuaian

Page 60: Zumrotin Khasanah

pengukuran meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, serta tinggi lutut. Untuk

menunjang pemeriksaan masalah gizi secara biokima dilakukan pemeriksaan

laboratorium berdasarkan anjuran dari dokter sesuai kondisi pasien. Pada pasien juga

dilakukan wawancara riwayat gizi yang dilakukan oleh perawat dan ahli gizi rumah sakit

mengenai pola makan dan frekuensi makan.

Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, dokter akan menentukan diet pasien

berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut. Dokter menggunakan formulir pemesanan

makanan pasien baru (PMPB ) untuk menuliskan jenis diet dan konsistensi makanan

pasien. Setelah itu perawat akan memesankan makanan pasien baru ke dapur. Pengadaan

makanan pasien di ruang rawat dimulai dari perencanaan anggaran bahan makanan

sampai distribusi makanan ke pasien, pengadaan makanan tersebut bekerja sama dengan

catering PT Indocater. Perencanaan anggaran dilakukan setiap tahun oleh asisten

manager catering untuk mengetahui perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk

melayani makan pasien. Setelah diketahui anggarannya, supervisor dapur, kepala ahli

gizi catering dan ahli gizi rumah sakit melakukan perencanaan menu, siklus menu yang

digunakan yaitu 10 hari + 1. Setiap menu baru akan dilakukan tes panel yang

melibatkan supervisor dapur, kepala ahli gizi catering dan pihak RS yang diwakili oleh

ahli gizi RS. Dari menu yang sudah ditetapkan, supervisor dapur akan menghitung

kebutuhan bahan makanan yang dibantu oleh ahli masak dengan perkiraan berdasarkan

jumlah rata-rata pasien. Dari bahan makanan yang sudah diketahui kebutuhannya

berapa, petugas gudang akan melakukan pemesanan dan pembelian bahan makanan

melalui supplier yang sudah ditetapkan catering PT Indocater. Bahan makanan yang

sudah dipesan, akan diantarkan oleh supplier berdasarkan kesepakatan. Bahan makanan

Page 61: Zumrotin Khasanah

yang diterima oleh petugas gudang yang dibantu oleh pembantu ahli gizi catering dan

pembantu ahli masak akan dilakukan pengecekkan sesuai dengan pesanan dan jumlah

serta kualitasnya. Bahan makanan kemudian disimpan oleh petugas gudang ke dalam

gudang penyimpanan berdasarkan jenisnya ke gudang bahan makanan kering dan

gudang bahan makanan basah dengan menggunakan system FIFO, gudang tersebut

selalu dilakukan pengecekkan suhunya serta dijaga kebersihan dan keamanannya oleh

petugas gudang. Petugas gudang mencatat semua pemesanan dan penerimaan barang

dengan membuat PR (Purchase Requisition), UR (Unit Requisition), PO (Purchasing

Order), dan DRR (Daily Receiving Report). Setiap barang yang keluar dari gudang

dilakukan pemesanan dengan mengisi formulir permintaan barang/store room

requisition (SRR). Pemesanan barang ke gudang dilakukan oleh ahli gizi yang dibantu

pembantu ahli gizi dan ahli masak, kemudian barang yang sudah diterima dilakukan

pengecekkan.

Ahli gizi catering yang dibantu oleh pembantu ahli gizi membuat sticker, daftar

snack, buah, susu, dan menu requisition yang diserahkan ke ahli masak, melakukan

pemesanan makanan pasien berdasarkan daftar permintaan makanan pasien yang dibuat

oleh perawat, ahli gizi mencatat semua pesanan makan pasien baik secara langsung

maupun telepon. Ahli masak dan pembantu ahli masak melakukan persiapan bahan

makanan sesuai siklus menu berdasarkan pemesanan dari ahli gizi dan pembantu ahli

gizi catering. Bahan makanan yang tidak melalui proses persiapan disimpan sesuai

dengan jenisnya oleh ahli masak. Ahli masak dan pembantunya melakukan pencucian

bahan makanan yang kemudian dilakukan pengolahan makanan sesuai dengan pesanan

yang diterima. Supervisor dapur bertanggung jawab pada proses pengolahan makanan.

Page 62: Zumrotin Khasanah

Ahli gizi catering dan pembantunya membuat makanan cair pada pasien yang berdiet

khusus sesuai dengan rujukan dokter gizi. Hasil masakan dilakukan test oleh ahli gizi

rumah sakit, kepala dan ahli gizi catering. Apabila sudah sesuai, kemudian makanan

diporsi oleh ahli gizi catering dan pembantunya. Sebelum makanan disajikan ahli gizi

rumah sakit dan ahli gizi catering melakukan pengecekkan makanan apakah sudah

sesuai dengan diet dan kelasnya berdasarkan DPMP, ahli gizi rumah sakit juga

memastikan bahwa tampilan menu dan mutu makanan dalam kondisi baik. Sebelum

makanan didistribusikan, waiter melakukan persiapan peralatan makan pasien dan

membersihkan peralatan distribusi. Waiter melakukan distribusi makanan sampai ke

tangan pasien dan melakukan pemesanan makanan pilihan pada pasien kelas I, VIP, dan

super VIP. Waiter melakukan pembersihan peralatan makan pasien di ruang rawat yang

kemudian dibawa ke dapur untuk dibersihkan oleh steward. Peralatan yang sudah bersih

kemudian disimpan oleh steward.

Ahli gizi RS mendatangi setiap pasien baru untuk memberitahukan diet yang

dijalani oleh pasien. Ahli gizi RS melakukan konseling gizi pada pasien dan

menanyakan kepada pasien dan keluarga mengenai pelayanan makan serta keluhan

tentang makanan yang disajikan. Pencatatan gizi dilakukan oleh perawat dan ahli gizi

RS. Perawat melakukan pengisian daftar permintaan makan pasien yang dilakukan

setiap hari. Ahli gizi melakukan penghitungan dan rekapan porsi makan pasien dan non

pasien setiap bulan, membuat laporan mengenai keluhan pelayanan makan. Monitoring

dan evaluasi dilakukan pada pasien yang sudah mendapatkan pelayanan makan.

Monitoring yang dilakukan yaitu pemantauan diet, pemantauan konsumsi makan yang

dilakukan oleh ahli gizi RS apabila terdapat perubahan ahli gizi RS akan

Page 63: Zumrotin Khasanah

mengkonsultasikan dengan dokter melalui perawat karena yang berhak mengganti

adalah dokter. Untuk pemantauan status gizi dilakukan oleh dokter gizi pada pasien yang

berkeadaan khusus. Evaluasi dilakukan oleh dokter dan ahli gizi RS mengenai hasil

pemantauan diet dan konsumsi makan pasien serta evaluasi mengenai pelayanan makan

yang dilakukan oleh ahli gizi RS bersama pihak catering. Apabila terdapat penyesuaian

maka dilakukan pengkajian lagi. Pada pasien yang akan pulang ahli gizi melakukan

konseling gizi untuk memberikan leaflet diet, daftar penukar bahan makanan serta

memberitahukan makanan yang tidak boleh dimakan oleh pasien sesuai dengan diet

yang akan dijalani oleh pasien di rumah.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa jika dibandingkan dengan standar

tugas (lampiran 15) yang ada di RS dan catering tersebut, terdapat tugas-tugas yang

belum terlaksana yaitu ahli gizi RS tidak selalu mendampingi distribusi snack dan

makanan pasien terutama pasien VIP dikarenakan ahli gizi RS mempunyai tugas dalam

waktu bersamaan seperti mengurusi pemesanan makanan apabila ada rapat atau

pertemuan. Ahli gizi RS tidak selalu menginventarisasi alat-alat makanan bersama ahli

gizi catering yang dibantu waiter dan steward secara berkala disebabkan inventarisasi

peralatan dilakukan malam hari. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari karena semua

peralatan terkumpul di dapur sehingga mudah dilakukan inventarisasi peralatan. Ahli

gizi RS belum mengawasi dan menilai pendayagunaan peralatan yang ada di gizi secara

efektif dan efisien. Hal ini disebabkan kurangnya pengawasan oleh ahli gizi RS sehingga

masih ada penggunaan peralatan yang kurang efektif. Oleh karena itu ahli gizi perlu

mengefektifkan dan mengefisienkan jadwal kerja dan tugasnya serta selalu

berkoordinasi dengan pihak catering agar tugas-tugasnya dapat terlaksana dengan baik.

Page 64: Zumrotin Khasanah

Selain itu ahli gizi perlu meningkatkan pengawasan penggunaan peralatan. Adapun

tugas yang tidak sesuai dengan standar adalah dalam pembuatan menu dan standar resep,

ahli gizi catering seharusnya bersama souse chef, ahli masak dalam membuat permintaan

kebutuhan bahan makanan seharusnya membantu Chef De Party (CDP) namun tugas

ini dilakukan bersama supervisor dapur. Hal ini disebabkan catering ini berada di

lingkup yang kecil, sehingga tidak terdapat souse chef. Hal ini menimbulkan

ketidakefektifan pelaksanaan tugas yang ada dikarenakan standar tugas yang digunakan

kurang sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan. Sebaiknya standar tugas yang

digunakan disesuaikan dengan kondisi di lapangan agar pelaksanaan tugasnya berjalan

dengan lancar dan teratur.

4.2.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di instalasi gizi antara lain dapur, ruang

administrasi, cafeteria, gudang bahan makanan kering, gudang bahan makanan basah

(chiller), meja, kursi, toilet, tempat sampah, ruang pencucian peralatan, ruang

penerimaan bahan makanan, meja persiapan bahan makanan, ruang pengolahan

makanan yang dilengkapi exhause fan, pastry, freezer, hot trolley, trolley, rak piring,

peralatan masak seperti kompor gas, panci, blender, baskom, oven, bread toaster, baki,

gelas, piring, plato, sendok, cangkir, mangkuk sup, tatakan manguk, alat pengaduk dan

penggoreng, microwave, dll.

Sarana yang tersedia di ruang rawat untuk menunjang pelayanan gizi adalah

timbangan, pita meteran, pita LILA dan papan daftar pasien yang mencantumkan nomor

kamar, nama pasien, umur, tanggal dan jam masuk, dokter penanggung jawab, diet,

Page 65: Zumrotin Khasanah

keterangan dan cairan. Empat unit microwave juga tersedia untuk memanaskan makanan

pasien tetapi untuk ruang kelas tiga dan kelas dua tidak terdapat microwave.

Sarana dan prasarana yang tersedia di instalasi gizi RSMPH untuk menunjang

pelayanan gizi rawat inap masih ada kekurangan antara lain peralatan makan jumlahnya

masih kurang dan terkadang peralatan makan pasien sering digunakan untuk non pasien

hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dan pengawasan penggunaan peralatan

yang dilakukan rumah sakit dengan catering. Apabila terdapat penggunaan peralatan

makan secara bersamaan dapat mengurangi kehigienisan peralatan yang digunakan yang

dapat mengakibatkan terjadinya penularan penyakit sehingga dapat mengganggu

kesehatan non pasien. Peralatan yang digunakan seharusnya diinventori setiap bulannya

oleh ahli gizi rumah sakit dan pihak catering yaitu kepala waiter, waiter. Namun

kenyataannya inventori peralatan belum berjalan dengan baik yaitu hanya dilakukan

oleh kepala waiter saja. Oleh sebab itu, dalam hal sarana dan prasarana perlu

penambahan peralatan makan, membedakan penempatan peralatan makan antara pasien

dan non pasien di tempat yang berbeda dan terdapat peraturan penggunaan peralatan

makan pasien agar tidak terjadi penyalahgunaan peralatan, selain itu koordinasi yang

baik antara ahli gizi rumah sakit dengan pihak catering dalam pengawasan penggunaan

peralatan yang digunakan melalui inventori peralatan.

4.3 PENGKAJIAN STATUS GIZI PADA PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Pengkajian status gizi yang dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan klinis,

pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi.

Page 66: Zumrotin Khasanah

4.3.1 Pemeriksaan Fisik

Pasien yang baru masuk diperiksa secara klinis oleh dokter. Hasil pemeriksaan

tersebut digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit yang kemudian digunakan

untuk rencana diet pasien. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan bagian tubuh sesuai

dengan kebutuhan pemeriksaan, apakah muka pucat, ada oedeme, ada demam atau tidak

dan lainnya. Dokter menentukan rencana diet sementara untuk pasien apakah

memerlukan terapi diet atau tidak mengunakan Form Pemesanan Makanan Pasien Baru

(PMPB) yang terdapat di lampiran 2.

Menurut Depkes (2006a) pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya

kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan

hubungan sebab akibat antara status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat

dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi: tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat

atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/obesitas), sistem

kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem metabolik/endokrin

dan sistem neurologik/psikiatrik.

Dalam pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter penanggung jawab sudah

tepat, pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit berdasarkan kelainan klinis pasien yang

berhubungan dengan masalah gizi, menentukan obat yang digunakan serta menentukan

rencana diet pasien.

4.3.2 Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri pada pasien anak dilakukan oleh perawat pada saat

pasien baru masuk ruang rawat inap, untuk pasien dewasa pengukuran antropometri

Page 67: Zumrotin Khasanah

hanya dilakukan pada pasien yang berkeadaan khusus dan yang menderita asites.

Pengukuran antropometri meliputi penimbangan berat badan, pengukuran panjang badan

panjang, dan tinggi lutut. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk menghitung dosis

obat dan sewaktu-waktu bila diperlukan digunakan untuk penilaian status gizi.

Menurut Depkes (2006a) setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa

Tinggi Badan (TB), Panjang Badan (PB), Berat Badan (BB), Tinggi lutut, tebal lemak

bawah kulit (skin fold technic), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan lain sesuai dengan

kebutuhan. Menurut Supariasa dkk (2001) antropometri sangat umum digunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.

Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Pengukuran antropometri yang dilakukan masih kurang tepat dalam

pelaksanaannya yaitu pengukuran hanya dilakukan kepada pasien anak dan pasien

dewasa yang berkeadaan khusus serta hanya sewaktu-waktu digunakan untuk penilaian

status gizi. Pengukuran antropometri dilakukan untuk menunjang penentuan status gizi

pasien yang bisa berpengaruh terhadap peningkatan kesembuhan. Oleh sebab itu,

sebaiknya pengukuran antropometri dilakukan pada setiap pasien yang baru masuk

tidak hanya pada pasien anak dan pasien dewasa yang berkeadaan khusus untuk

mengetahui status gizi pasien.

4.3.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan anjuran dokter penanggung

jawab pasien. Pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa penyakit yang diderita pasien

Page 68: Zumrotin Khasanah

serta menunjang pemeriksaan masalah gizi secara biokimia. Biasanya pemeriksaan yang

dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar Hb, gula darah, status

albumin, protein, hipoalbumin, ureum, creatinin, kolesterol, fungsi hati, fungsi ginjal dan

lainnya. Hasil pemeriksaan digunakan untuk penentuan dan perubahan diet.

Menurut Depkes (2006a) pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi

adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta

menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaaan ini dilakukan juga untuk

menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.

Menurut Depkes (2006a) dan Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien

Indonesia (2006) data pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi

dan penyakit misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin,

kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida, feces,

jaringan yang berkaitan dengan status protein, penyakit ginjal, hati, jantung, dan

sebagainya.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan kepada pasien sudah tepat yaitu untuk

mendukung diagnosa penyakit dan menegakkan masalah gizi dalam hal menentukan

serta merubah diet pasien sesuai dengan kondisi pasien

4.3.4 Riwayat Gizi

Setiap pasien baru dikaji kebutuhan pasien akan dietnya, diberitahukan diet yang

sedang dijalani dan mencatat semua makanan pantangan/yang dihindari. Anamnesa

riwayat gizi dilakukan oleh perawat menggunakan isian form pengkajian keperawatan

(terdapat dalam lampiran 3) mengenai riwayat kesehatan yang meliputi penyakit yang

pernah dialami, alergi, kebiasaan merokok, minum kopi, obat, alcohol, pola nutrisi,

Page 69: Zumrotin Khasanah

frekuensi makanan, jenis makanan, nafsu makan, perubahan BB dalam 3 bulan terakhir

yang ditanyakan pada saat pasien baru masuk ruang rawat.

Pada pasien yang baru masuk, ahli gizi juga melakukan anamnesis riwayat gizi

dengan menanyakan pola dan frekuensi makan pasien serta alergi/pantangan terhadap

makanan. Semua data hasil pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan hasil anamnesis riwayat gizi yang dilakukan oleh ahli gizi tidak

dicatat menggunakan formulir.

Apabila ada pasien yang mengalami masalah gizi yang memerlukan diet khusus,

maka dokter penanggung jawab pasien akan berkonsultasi dengan dokter gizi rumah

sakit. Dokter gizi akan melakukan anamnesis riwayat gizi pada pasien yang mengalami

masalah gizi meliputi riwayat makan/pola makan sebelumnya, kesukaan terhadap

makanan, berapa banyak makanan yang dimakan. Asupan zat gizi diukur oleh dokter

gizi dengan perkiraan dari pola makan pasien yaitu frekuensi makan dan makanan yang

dikonsumsi, disesuaikan dengan angka kebutuhan gizi. Untuk mengukur asupan

makanan pasien tidak dilakukan dengan menggunakan food model dikarenakan kondisi

di ruang rawat yang tidak memungkinkan.

Menurut Depkes (2006a) dan Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien

Indonesia (2006) setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan

sebelum dirawat. Data riwayat gizi meliputi food recall 24 jam terakhir, catatan

konsumsi makanan selama 3 hari, penggunaan suplemen zat gizi, asupan zat gizi,

pengetahuan tentang gizi, sikap terhadap makanan, pola makan, bentuk dan frekuensi

makan, aktifitas fisik, pantangan/alergi terhadap makanan serta penggunaan obat.

Page 70: Zumrotin Khasanah

Menurut Depkes (2006b) untuk menghitung konsumsi makanan dapat dilakukan

secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui pola

makan dan metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah asupan makanan per hari.

Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode food recall, food record, serta food

weighing. Metode kualitatif dilakukan dengan menanyakan frekuensi makan dan riwayat

pola makan.

Menurut Depkes (2006a) asupan zat gizi diukur dengan menggunakan model

makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan menggunakan

Daftar Analisa Bahan Makanan atau Daftar Bahan Makanan Penukar. Semua data

antropometri, klinis, dan biokimia yang didapat dicatat pada formulir pencatatan gizi.

Kajian gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak (software),

contohnya Nutriclin yang dapat memberi informasi tentang status gizi, hasil anamnesis

dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG).

Anamnesis riwayat gizi sebaiknya dilakukan secara penuh oleh ahli gizi rumah

sakit bukan perawat. Untuk menghitung konsumsi makanan pasien dilakukan secara

kualitatif saja oleh ahli gizi dengan menanyakan frekuensi makan dan riwayat pola

makan. Untuk penghitungan secara kuantitatif belum dilakukan. Untuk mendapatkan

hasil penghitungan asupan makanan yang tepat pada pasien sebaiknya dilakukan

penghitungan secara kuantitatif misalkan dengan food recall, lalu dihitung asupan zat

gizinya berdasarkan Daftar Analisa Bahan Makanan atau Daftar Bahan Makanan

Penukar yang kemudian dibandingkan asupan dengan kebutuhan zat gizi.

Semua data antropometri, klinis, laboratorium dan hasil wawancara riwayat gizi

tidak dilakukan pencatatan dalam formulir. Apabila tidak dilakukan pencatatan maka

Page 71: Zumrotin Khasanah

keadaan gizi pasien tidak dapat dibandingkan dari keadaan sebelumnya untuk

mengetahui perkembangan keadaan pasien. Keadaan gizi pasien dapat berpengaruh

terhadap peningkatan kesembuhan pasien. Sehingga ahli gizi perlu melakukan

skrining/pengkajian gizi yang meliputi semua data antropometri, klinis dan laboratorium

serta hasil wawancara riwayat gizi pada pasien baru masuk untuk mengetahui keadaan

gizi pasien terutama status gizi dan menentukan apakah memerlukan terapi gizi atau

tidak yang dituliskan pada formulir, bisa menggunakan formulir skrining/pengkajian

gizi.

4.4 INTERVENSI GIZI PADA PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Kegiatan intervensi/implememtasi gizi yang dilakukan pada pasien antara lain

penentuan diet, pengadaan makanan, konseling gizi, dan pencatatan gizi.

4.4.1 Penentuan Diet

Penentuan kebutuhan gizi pertama kali dilakukan oleh dokter rumah sakit.

Penentuan kebutuhan gizi diberikan berdasarkan pemeriksaan klinis, antropometri dan

hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Dokter menghitung perkiraan kebutuhan energi

dan menuliskan jenis diet yang akan dijalani oleh pasien serta konsistensi makanan yaitu

ML (Makanan Lunak), MS (Makanan Saring), MC (Makanan Cair), NT (Nasi Tim), MB

(Makanan Biasa). Jenis diet pasien ditulis dalam formulir Permintaan Makan Pasien

Baru (PMPB). Perkiraan kebutuhan energi dilakukan pada pasien yang menderita

diabetes melitus.

Untuk pasien yang berkeadaan khusus seperti dalam keadaan koma, penentuan

diet dan kebutuhan gizi dihitung oleh dokter gizi rumah sakit. Diet pasien ditulis dalam

formulir konsultasi (terdapat dalam lampiran 4) yang berisi jadwal pemberian makanan,

Page 72: Zumrotin Khasanah

diet pasien, konsistensi makanan serta porsi makanan. Hal yang dipertimbangkan dalam

penetuan kebutuhan gizi pasien adalah kondisi pasien, penyakit yang diderita, fungsi

organ tubuhnya, kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan

tambahan karena kehilangan seta untuk pemulihan jaringan atau organ. Ahli gizi

melakukan evaluasi penentuan kebutuhan gizi dan diet pasien berdasarkan keadaan

pasien, apabila dirasakan perlu penyesuaian maka ahli gizi rumah sakit akan

mengkonsultasikannya dengan dokter.

Menurut Depkes (2006a) setelah dokter menentukan diet pasien tersebut,

dietisien akan mempelajari serta menyusun rencana diet. Bila diet tersebut sudah sesuai,

selanjutnya dietician akan menerjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta

frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai

bentuk/konsistensi (biasa, lunak, cair dsb), sesuai dengan kebutuhan dengan

memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang

digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut perlu dilakukan penyesuaian, maka

dietisien akan mengkonsultasikannya kepada dokter.

Menurut Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia (2006),

dalam keadaan khusus, diet disusun secara individual dengan mencantumkan kebutuhan

energi dan zat-zat gizi, bentuk makanan, frekuensi dan jadwal pemberian, serta besar

porsi. Selain diolah sendiri, makanan dapat diolah dari formula-formula khusus yang

diperoleh dari makanan kemasan yang banyak beredar di pasaran.

Penentuan diet sudah tepat, diet pertama kali ditentukan oleh dokter yang juga

mencantumkan konsistensi makanan, pencantuman kebutuhan energi dan zat-zat gizi

Page 73: Zumrotin Khasanah

dilakukan pada pasien yang berkeadaan khusus, makanan dengan formula khusus ada

yang diolah sendiri dan ada yang menggunakan formula khusus yang beredar di pasaran.

4.4.2 Pengadaan Makanan

Setelah dokter menentukan diet pasien, maka akan dipesankan makanan ke dapur

instalasi gizi. Dalam proses pemesanan makanan pasien, sehari sebelumnya perawat

mengisi Daftar Permintaan Makanan Pasien (DPMP) terdapat dalam lampiran 5. Apabila

perawat sedang sibuk, maka pengisian daftar permintaan makanan pasien diisi oleh

waiter bersamaan dengan pendistribusian makan pasien. Waiter akan membawa DPMP

ke dapur untuk dilaporkan ke kepala ahli gizi catering. DPMP berisi nama pasien,

kelas/lantai, ruangan, diit pasien, pantangan/alergi, waktu makan yang terdiri dari

breakfast (makan pagi), snack pagi, lunch (makan siang), snack sore, dan diner (makan

malam). Kemudian ahli gizi catering mengambil stiker menu sesuai jumlah pasien pada

DPMP dan dapat ditambah sewaktu-waktu apabila ada pasien baru sesuai dengan

informasi dari perawat. Dietician mengisi data pasien pada form stiker menu (terdapat

dalam lampiran 6) sesuai data pada DPMP yaitu nama pasien, no. kamar, no. tempat

tidur, diet pasien, dan hal-hal khusus (bila ada). Stiker menu yang telah diisi kemudian

diperiksa apakah ada kekeliruan dalam pengisian karena diet sewaktu-waktu dapat

berubah dan ada penambahan pasien baru.

Kemudian dipisahkan stiker menu berdasarkan waktu makan yaitu pagi berwarna

putih, siang berwarna merah, serta kuning untuk sore hari. Selanjutnya dibuat menu

requisition (terdapat dalam lampiran 7) berdasarkan pilihan yang dipilih (Indonesia,

Chinese, dan Western Food), menu requisition diperiksa apakah sudah sesuai dengan

Page 74: Zumrotin Khasanah

jumlah dan diet pasien. Kemudian diserahkan untuk pemesanan makanan pasien sesuai

dengan jumlah pasien dan diet pasien. Untuk pasien yang berdiet khusus dibedakan

pengolahan makanannya seperti diet rendah garam, diabetes melitus. Sebelum makanan

disajikan ke pasien, makanan diproses melalui serangkaian kegiatan. Adapun alur kerja

pelayanan makanan pasien adalah sebagai berikut di bawah ini.

Page 75: Zumrotin Khasanah

Gambar 4.4 Alur Kerja Pelayanan Makanan Pasien RS. Medika Permata Hijau

Sumber : Instalasi Gizi, 2009

Perawat

Mengisi form daftar permintaan makan pasien (DPMP)

Pasien baru mengisi form Pemesanan Makan Pasien

Baru (PMPB)

(pesanan dapat didahului melalui telepon dan ditindak

lanjuti dengan mengisi form)

Waiter/Order taker

Melakukan pengambilan pesanan makanan ke pasien

Membuat list permintaan jenis makanan dari pasien

melaporkan/menyerahkan kepada AG Catering

Ahli Gizi Catering

Membuat stiker, daftar snack, daftar buah,

daftar susu, dan menu requisition.

Ahli Gizi Rumah Sakit

Mengecek daftar permintaan makan pasien (DPMP)

Memeriksa/verifikasi rekapitulasi makan pasien dan

non pasien

Melakukan tester makanan

Memeriksa makanan pasien sebelum distribusi Produksi/kitchen

Memasak makanan sesuai siklus menu dan

menu requisition

Memproses ulang makanan yang tidak

sesuai (setelah ditester)

Melakukan pemorsian makanan

Ahli gizi catering dan rumah sakit

Melakukan tester makanan sebelum

pemorsian bersama cook

Dietician helper dan cook

Melakukan pemorsian makanan sesuai sticker

Ahli gizi catering dan rumah sakit

Mengecek kesesuaian makanan dengan DPMP

Menandatangani form check list

Waiter

Membawa makanan ke lantai perawatan

Membawa log book serah terima makanan

Waiter

Mengantar makanan ke pasien sesuai sticker

Waiter

Clear-up/peralatan makan setelah 1.5 jam penyajian

Perawat

Mengecek jumlah makanan sesuai DPMP

Menandatangi log book serah terima makanan

Menentukan diet pasien berdasarkan serangkaian

pemeriksaan

Menuliskan diet dan konsistensi makanan pasien

pada Pemesanan Makan Pasien Baru (PMPB)

Dokter

Page 76: Zumrotin Khasanah

Kegiatan Pengadaan Makanan Pasien

1. Perencanaan Anggaran

Perencanaan anggaran dilakukan pada saat pembuatan kontrak kerja antara pihak

rumah sakit dengan catering. Perencanaan anggaran dilakukan setiap tahun yang

dianggarkan oleh asisten manager catering. Dalam perencanaan anggaran hal yang

diperhatikan/dipertimbangkan adalah jumlah pasien, harga-harga terakhir. Penganggaran

berdasarkan jenis bahan makanan seperti makanan pokok dengan makanan pokok, lauk

dengan lauk dan sebagainya.

Menurut Depkes (2006a, 2007) penyusunan anggaran belanja makanan adalah

suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan

makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani. Adanya rencana anggaran belanja

berfungsi untuk mengetahui perkiraan jumlah anggaran bahan makanan yang dibutuhkan

selama periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dsb). Kegiatan perencanaan anggaran

belanja bahan makanan diperlukan sebagai dasar penyusunan biaya untuk pengadaan

bahan makanan dalam bentuk rencana anggaran (RAB) bahan makanan.

Perencanaan anggaran bahan makanan yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebutuhan bahan makanan yang dibutuhkan selama periode tertentu yaitu perode 1

tahun. Perencanaan tersebut digunakan untuk mengetahui perkiraan anggaran bahan

makanan pasien selama periode 1 tahun dengan mempertimbangkan jumlah pasien dan

perkembangan harga.

2. Perencanaan Menu

Menu dibuat oleh ahli gizi rumah sakit, ahli gizi catering, dan supervisor

catering. Menu yang dibuat setiap enam bulan sekali. Siklus menu yang digunakan

Page 77: Zumrotin Khasanah

adalah siklus sepuluh (10) hari + 1 (untuk setiap tanggal 31). Dalam pembuatan

perencanaan menu terdapat standar porsi dan standar resep, serta standar bumbu.

Yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan menu adalah kebutuhan gizi

pasien yang disesuaikan dengan dietnya, biaya, dan kebiasaan makan pasien dalam hal

kesukaan makan pasien terhadap menu makanan. Apabila terjadi perubahan menu akan

dilakukan test panel yang melibatkan pihak catering yaitu kepala ahli gizi dan supervisor

dapur serta pihak rumah sakit yang diwakilkan oleh ahli gizi rumah sakit.

Menurut Depkes (2006a) perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan

menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien, dan kebutuhan zat gizi

yang memenuhi pronsip gizi seimbang. Menurut Depkes (2007) hal yang

dipertimbangkan dalam perencanaan menu ada dua faktor yaitu faktor konsumen,

meliputi kecukupan/kebutuhan gizi, food habit dan preference, karakteristik/keadaan

bahan makanan tertentu dan faktor manajemen meliputi tujuan institusi, dana/anggaran,

ketersediaan bahan makanan di pasar, fasilitas fisik dan peralatan.

Dalam perencanaan menu sudah baik yaitu terdapatnya siklus menu, standar

porsi, standar resep, serta standar bumbu. Perencanaan menu mempertimbangkan

kebutuhan gizi paien, dana, kesukaan makan pasien terhadap menu makanan.

3. Perhitungan Kebutuhan Bahan

Makanan

Kebutuhan bahan makanan dihitung berdasarkan jumlah rata-rata pasien.

Supervisor dapur menghitung kebutuhan bahan makanan yang dibantu oleh ahli masak

dapur. Supervisor dapur juga melakukan inventori bahan makanan yaitu menghitung

bahan makanan yang masih tersedia. Dalam memperhitungkan kebutuhan bahan

Page 78: Zumrotin Khasanah

makanan pasien masih kurang dalam ketelitiannya karena terkadang masih ada makanan

pasien yang kurang pada saat makanan diporsi, meskipun segera ditangani dengan

memasak kekurangan porsi makanan.

Menurut Depkes (2007) ketepatan dalam merencanakan bahan makanan sangat

membantu kelancaran terlaksananya pengadaan bahan makanan yang lancar dan baik.

Langkah perhitungan kebutuhan bahan makanan antara lain menyusun macam bahan

makanan yang akan dibeli apakah termasuk bahan makanan kering dan bahan makanan

segar, menghitung kebutuhan semua bahan makanan satu persatu sesuai dengan jumlah

konsumen rata-rata dan dimasukkan ke dalam formulir kebutuhan bahan makanan.

Dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan masih terdapat kekurangan yaitu

supervisor dapur masih kurang ketelitiannya dalam memperhitungkan kebutuhan bahan

makanan yang akan diolah. Sehingga pada saat makanan diporsi terdapat kekurangan

yang dapat mengganggu kelancaran tugas di dapur dan pembagian makanan pasien.

Oleh karena itu perlu ditingkatkan lagi ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan

makanan yang dilakukan oleh supervisor dapur.

4. Pemesanan dan Pembelian Bahan

Makanan

Pemesanan dan pembelian bahan makanan dilakukan melalui tender melalui

supplier-supplier. Untuk bahan makanan segar seperti sayuran diantarkan oleh supplier

setiap hari, untuk bahan-bahan yang awet/dry goods diantarkan oleh supplier setiap 2

minggu. Supplier tidak berdasarkan kontrak kerja namun berdasarkan kontrak harga,

apabila harga tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan maka akan dicari supplier lain.

Setiap supplier menyerahkan surat penawaran, kemudian purchasing officer/bagian

Page 79: Zumrotin Khasanah

administrasi melakukan survey ke tempat supplier. Apabila terdapat kekurangan bahan

makanan maka petugas gudang akan segera membeli langsung ke pasar.

Menurut Moehyi (1992) pemesanan dapat dilakukan sesuai dengan kurun waktu

tetentu (harian, mingguan, bulanan). Pengadaan bahan makanan dapat dilakukan melalui

dua cara yaitu membeli sendiri bahan makanan yang diperlukan di pasar atau toko-toko

dan melalui pemasok bahan makanan, biasanya pengadaan bahan makanan untuk

penyelenggaraan makanan rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut

Depkes (2007) persyaratan pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah adanya

kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan, adanya surat perjanjian antara

rumah sakit dengan rekanan/pemasok, adanya spesifikasi bahan makanan, adanya daftar

pesanan bahan makanan, tersedianya dana. Menurut Depkes (2006a) bagian gudang

menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan. Bagian pengolahan mengambil

bahan makanan yang dipesan.

Pemesanan bahan makanan dilakukan sudah sesuai dengan kurun waktu tertentu,

untuk sayuran pemesanannya secara harian selain sayuran waktunya 2 minggu.

Pemesanannya melalui pemasok bahan makanan, namun ada bahan makanan yang tidak

dipesan melalui pemasok, biasanya membeli sendiri di pasar/toko-toko. Pemesanan

bahan makanan yang dilakukan kurang efektif, apabila terdapat kekurangan bahan

makanan harus segera dibeli di pasar. Namun pada pelaksanaannya pembelian barang di

pasar tidak terdapat masalah karena selain letak pasar yang dekat dengan rumah sakit

juga dapat dilakukan untuk melakukan survey harga bahan makanan.

Page 80: Zumrotin Khasanah

5. Penerimaan, Penyimpanan, dan

Penyaluran Bahan Makanan

Bahan makanan yang datang diterima oleh bagian gudang yang dibantu oleh

pembantu ahli masak dan ahli gizi catering, kemudian dilakukan pengecekkan apakah

sudah sesuai dengan pesanannya dalam hal jumlah dan kualitasnya. Bahan makanan

yang sudah dilakukan pengecekkan kemudian dipilah untuk bahan makanan kering

disimpan di gudang bahan makanan kering, sedangkan bahan makanan segar/basah

disimpan di dalam chiller dan freezer. Penyimpanan bahan makanan di gudang selalu di

cek suhunya, untuk bahan makanan segar yang disimpan di chiler setiap hari dilakukan

pengecekkan suhunya, yaitu sekitar suhu 100C. Penyimpanan bahan makanan dilakukan

dengan cara FIFO (First In First Out), bahan makanan yang diterima lebih dulu

digunakan terlebih dahulu. Bahan makanan yang datang tidak dituliskan tanggal

kedatangannya.

Setiap barang yang keluar dari gudang setiap bagian (ahli masak dan ahli gizi)

melakukan pemesanan bahan makanan dengan mengisi form permintaan barang/Store

Room Requisition/SRR (lampiran 8) kemudian dievaluasi/dicek oleh supervisor kitchen

apakah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Setelah disetujui, bagian gudang menerima

SRR tersebut dan barang siap dikeluarkan dari gudang. Apabila barang yang diminta

tidak terdapat di gudang/stok habis maka bagian gudang akan membuat Purchase

Requsition/PR (lampiran 9). Setelah disetujui maka dibuat Purchasing Order/PO

(lampiran 10), kemudian barang yang diminta datang dan dibuatlah Daily Receiving

Report/DRR (lampiran 11).

Page 81: Zumrotin Khasanah

Menurut Depkes (2007) prinsip dalam penerimaan bahan makanan adalah jumlah

yang diterima harus sesuai dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus sesuai

dengan spesifikasi yang disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang

tercantum dalam faktur pembelian harus sama dengan harga bahan makanan yang

tercantum dalam perjanjian jual beli. Langkah penerimaan bahan makanan adalah bahan

makanan diperiksa sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi bahan makanan, bahan

makanan basah langsung didistribusikan ke bagian pengolahan, bahan makanan kering

disimpan di gudang/penyimpanan kering, bahan makanan yang tidak langsung

dipergunakan saat itu dilakukan penyimpanan di ruang pendingin (freezer/chiller)

Menurut Depkes (2006a) Sesuai dengan jenis bahan makanan gudang bahan

makanan dibedakan menjadi dua yaitu gudang bahan makanan kering syarat

penyimpanannya adalah bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut

macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan, menggunakan bahan yang

diterima terlebih dahulu (FIFO = First In First Out) untuk mengetahui bahan makanan

yang diterima diberi tanda tanggal penerimaan, pemasukan dan pengeluaran bahan

makanan serta berbagai pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan termasuk

kartu stok bahan makanan harus segera diisi dan gudang bahan makanan segar.

Menurut Depkes (2007) penyaluran bahan makanan berdasarkan permintaan

harian. Prasyarat penyaluran bahan makanan yaitu adanya bon permintaan bahan

makanan, tersedianya kartu stock/buku catatan keluar masuknya bahan makanan.

Penerimaan bahan makanan sudah baik dengan terdapatnya petugas penerima

bahan makanan, serta bahan makanan yang diterima selalu dicek jumlah yang diterima

sesuai dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang

Page 82: Zumrotin Khasanah

disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang tercantum dalam faktur

pembelian harus sama dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam perjanjian

jual beli. Penyimpanan bahan makanan juga sudah tepat dengan terdapatnya gudang

bahan makanan kering dan gudang bahan makanan basah yang selalu dicek suhunya.

Penyimpanan menggunakan system FIFO, namun yang perlu diperhatikan adalah

menuliskan tanggal kedatangan barang. Untuk penyaluran bahan makanan juga sudah

tepat yaitu setiap bahan makanan yang keluar dari gudang dicatat dan setiap bagian yang

membutuhkan bahan makanan mengisi form permintaan dalam SRR.

6. Persiapan Bahan Makanan

Sebelumnya makanan dipesan oleh ahli gizi catering dalam menu requisition

berdasarkan DPMP yang diisi oleh perawat. Ahli gizi catering dan pembantunya juga

membuat sticker, daftar snack, buah, susu. Bahan makanan yang sudah diterima

dilakukan pengecekkan oleh ahli masak. Pada proses persiapan bahan makanan, bahan

makanan dibersihkan, dikupas, dipotong dll. Untuk bahan makanan segar seperti sayuran

biasanya yang datang pada hari ini digunakan untuk hari besoknya dan dipesan sehari

sebelumnya. Bahan makanan segar seperti sayuran dilakukan persiapan untuk hari

besoknya yang kemudian disimpan di chiler. Terdapat pengaturan pemotongan bahan

makanan seperti untuk cah dan untuk sup potongan bahan makanan berbeda. Untuk

penggunaan peralatannya tidak dibedakan, misalkan talenan digunakan secara

bersamaan.

Menurut Depkes (2006a) dan Moehyi (1992) bahan makanan yang akan dimasak

harus disiapkan terlebih dahulu. Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan

dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain

Page 83: Zumrotin Khasanah

membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam, mengiris, memberi

bentuk, memberi lapisan, menggiling, mencincang atau melakukan berbagai hal lain

yang diperlukan sebelum bahan makanan dimasak.

Persiapan bahan makanan sudah tepat dilakukan yaitu sebelum makanan dimasak

disiapkan terlebih dahulu, terdapat pengaturan pemotongan bahan makanan, namun

dalam persiapan bahan makanan belum memperhatikan pemisahan peralatan. Pemisahan

peralatan hanya untuk bahan makanan tertentu saja seperti daging. Sebaiknya

pengaturan penggunaan peralatan lebih diperhatikan lagi dan pengawasan untuk

memisahkan peralatan yang digunakan.

7. Pengolahan Bahan Makanan

Proses pengolahan makanan menjadi tanggung jawab supervisor dapur.

Pengolahan bahan makanan diperhatikan sesuai dengan pesanan makan pasien yang

disesuaikan dengan diet pasien. Misalkan ada yang diet rendah garam maka dalam

pengolahan dipisahkan dahulu yang rendah garam baru ditambahkan garam untuk diit

yang biasa. Dalam pengolahan makanan juga diperhatikan masalah penggunaan bumbu

seperti kecap dan gula, untuk yang berdiet rendah garam menggunakan kecap rendah

natrium, untuk yang berdiet DM menggunakan gula pengganti. Sebelum bahan makanan

diolah terlebih dahulu direbus beberapa menit lalu diangkat dan didinginkan. Ahli gizi

dan pembantu ahli gizi catering bertanggung jawab dalam pembuatan sonde voiding dan

makanan cair pada pasien berkeadaan khusus. Setiap makanan yang diolah akan dites

terlebih dahulu oleh ahli masak. Hasil masakan dites oleh ahli gizi RS, kepala dan ahli

gizi catering.

Page 84: Zumrotin Khasanah

Menurut Depkes (2006a) dan Moehyi (1992) pengolahan bahan makanan

merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi

makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Kegiatan

mengolah makanan merupakan kegiatan yang terpenting dalam proses penyelenggaraan

makanan karena cita rasa makanan yang dihasilkan akan ditentukan oleh proses

pemasakan. Semakin banyak jumlah porsi makanan yang harus dimasak. Semakin sukar

untuk mempertahankan cita rasa makanan seperti yang diinginkan. Dalam kegiatan ini

sangat penting artinya standar resep, standar bumbu, standar prosedur pemasakan dan

standar waktu.

Pengolahan makanan sudah baik yaitu dengan membedakan makanan pasien

yang memerlukan diet dengan makanan biasa, penggunaan bumbu juga diperhatikan,

serta cita rasa makanan sebelum disajikan juga diperhatikan.

8. Pendistribusian Makanan

Distribusi makanan yang dilakukan di RS Medika Permata Hijau adalah dengan

sistem sentralisasi yaitu penyaluran makanan yang dipusatkan di dapur utama. Semua

makanan yang dikeluarkan oleh catering sebelumnya diperiksa dahulu oleh dietician

catering berdasarkan DPMP. Sebelum pemorsian, dietician catering dan rumah sakit

melakukan tes cita rasa, apabila cita rasa makanan sudah dirasa pas, maka dapat dimulai

pemorsian. Pemorsian dibedakan berdasarkan diitnya, namun ada beberapa hal yang

belum diperhatikan yaitu makanan untuk pasien anak-anak dan dewasa porsi tidak

dibedakan.

Setelah makanan diporsi lalu ditaruh di tempat makan yang sudah dibedakan

sesuai dengan kelas tempat tidur masing-masing pasien, untuk kelas S.VIP, VIP, kelas I,

Page 85: Zumrotin Khasanah

kelas maternity menggunakan peralatan yang berbeda dan lauk yang disajikan terdapat

penambahnya kecuali kelas maternity. Untuk kelas II, III memakai plato. Makanan

ditaruh ke atas tray makan pasien yang telah diberi sticker makanan yang berisikan

tanggal, nama, kamar, kelas, diit, pantangan, dan menu pilihan. Makanan untuk pasien

yang berdiet khusus juga dibuatkan sticker makanan yang jumlah dan waktu

pemberiannya sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter gizi.

Setelah makanan diporsi, dihias dengan garnish untuk memperindah penampilan

dan ditutup dengan plastik (wrapping), makanan dimasukan ke hot trolley. Makanan

yang akan disajikan ke pasien, terlebih dahulu dicek oleh dietician catering dan ahli gizi

rumah sakit berdasarkan diet dan kelas pada DPMP. Ahli gizi RS juga memastikan

bahwa makanan yang akan disajikan tampilan dan mutunya dalam keadaan baik. Setiap

tray diperiksa kesesuaiannya mulai dari nama pasien, diet, menu pilihan. Apabila

terdapat kesalahan maka langsung segera diganti atau disesuaikan. Setelah semua tray

diperiksa, makanan diangkut menggunakan hot trolley untuk pasien kelas II, kelas III,

pediatric dan maternity. Sedangkan untuk pasien kelas S.VIP, VIP, dan kelas I

menggunakan trolley terbuka dikarenakan hot trolley untuk kelas tersebut tidak bisa

diangkut ke kamar pasien. Makanan disajikan oleh waiter/ess sesuai dengan nama,

kamar dan kelas yang terdapat dalam sticker makanan. Bila memungkinkan,

pendistribusian untuk pasien VIP dan S.VIP didampingi oleh ahli gizi rumah sakit.

Page 86: Zumrotin Khasanah

Di bawah ini adalah jadwal pembagian makan di ruang rawat dan clear up makan pasien.

Tabel 4.1 Jadwal Pembagian Makan Di Ruang Rawat dan Clear Up Makan

Pasien

No. Uraian Pembagian makan pasien Clear up alat kotor

1. Sarapan Pagi Pk 06.00 – 08.00 Pk 08.00 – 09.00

2. Selingan Pagi Pk 09.00 – 10.00

3. Makan Siang Pk 11.30 – 13.00 Pk 13.00 – 14.00

4. Selingan Sore Pk 14.00 – 15.00

5. Makan Sore Pk 17.30 – 18.30 Pk 18.30 – 19.30

6. Minuman Malam Pk 20.00 – 21.00 Pk 21.00 (sweeping terakhir)

Sumber : Instalasi Gizi, 2009

Setelah makanan disajikan, sticker makanan pasien diambil dan dikumpulkan,

lalu diserahkan ke dietician catering.

Pemberian makanan yang berdiet khusus dipisahkan dengan menu makanan

biasa, untuk pemberian makanan formula khusus berdasarkan anjuran dokter gizi yang

bisa diracik sendiri atau berasal dari formula komersial. Untuk formula komersial

terdapat standarnya.

Menurut Depkes (2007) makanan yang telah dimasak harus segera dibagikan

kepada konsumen. Distribusi makanan merupakan rangkaian kegiatan penyaluran

makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani.

Macam distribusi makanan yaitu a. Sentralisasi adalah suatu cara mengirim hidangan

makanan dimana telah diporsi untuk setiap pasien. Hidangan telah diporsi di dapur

pusat. b. Desentralisasi adalah pengiriman hidangan dengan menggunakan alat-alat yang

Page 87: Zumrotin Khasanah

ditentukan dalam jumlah porsi lebih dari satu, kemudian di ruang distribusi disajikan

untuk setiap pasien. Sistem desentralisasi mempunyai syarat yaitu adanya pantry yang

mempunyai alat-alat pendingin, pemanas, dan alat-alat makan.

Menurut Depkes (2006a) sistem sentralisasi mempunyai keuntungan dan

kelemahan dalam pelaksanaannya. Keuntungannya yaitu tenaga lebih hemat sehingga

lebih hemat biaya dan pengawasan, pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan

teliti, makanan dapat disampaikan langsung ke pasien dengan sedikit kemungkinan

kesalahan pemberian makanan, ruangan pasien terhindar dari keributan pada waktu

pembagian makanan serta bau masakan, dan pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih

cepat. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat, peralatan dan perlengkapan

makanan yang lebih banyak, adanya tambahan biaya untuk peralatan, perlengkapan serta

pemeliharaan, makanan sampai ke pasien sudah agak dingin, makanan mungkin sudah

tercampur serta kurang menarik, akibat perjalanan dari dapur utama ke dapur ruangan.

Distribusi makanan yang dilakukan dengan sistem sentralisasi sudah tepat

dilakukan meskipun memiliki keuntungan dan kelemahannya, keuntungannya antara lain

pekerjaan lebih cepat, hemat dan mudah diawasi, untuk mengatasi kekurangan seperti

makanan yang sampai ke pasien sudah agak dingin disiasati dengan menggunakan

trolley pemanas pada saat makanan didistribusikan sehingga makanan yang disajikan

dalam keadaan hangat.

4.4.3 Penyuluhan/Konseling Gizi

Konseling gizi dilakukan di ruang rawat inap oleh ahli gizi kepada pasien yang

membutuhkan terapi gizi. Konseling dilakukan dengan bed side teaching atau pasien

berada di atas tempat tidur. Ahli gizi mendapatkan informasi tentang pasien baru dan

Page 88: Zumrotin Khasanah

pasien lama beserta diagnosa awal dari dokter penanggung jawab melalui sensus. Sensus

tersebut dibuat oleh bagian pendaftaran yang dinamakan sensus manajemen pasien

(lampiran 13).

Konseling dilakukan setelah 1-2 hari pasien dirawat. Sebelum melakukan

konseling, ahli gizi rumah sakit mempelajari keadaan pasien dengan membaca file

rekam medis, serta hasil laboratorium. Konseling yang dilakukan meliputi penjelasan

diet yang dijalankan pasien sesuai dengan penyakit yang diderita pasien, termasuk

mengenai makanan yang harus dihindari/tidak boleh dimakan. Sarana yang digunakan

dalam konseling gizi di ruang rawat meliputi leaflet, kadang digunakan food model.

Sebelum pasien pulang, apabila ada pasien yang dianggap butuh konseling maka

akan dilakukan konseling oleh ahli gizi rumah sakit mengenai diet yang dijalankan,

makanan yang boleh dan yang tidak boleh dimakan. Pasien diberikan leaflet tentang diet

yang dijalaninya serta daftar bahan makanan penukar.

Menurut Depkes (2006a) sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih

dahulu dibuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi,

tindak lanjut. Tujuan dari konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan

pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui : a. Penjelasan diet yang perlu dijalankan

oleh pasien, yang diperlukan untuk proses penyembuhan. b. Kepatuhan pasien untuk

melaksanakan diet yang telah ditentukan. c. Pemecahan masalah yang timbul dalam

melaksanakan diet tersebut. Penyuluhan dan konsultasi gizi dapat diberikan secara

perorangan maupun kelompok, berdasarkan kesamaan terapi diet pasien.

Konseling gizi yang dilakukan dengan menjelaskan diet yang dijalani pasien

makanan yang harus dihindari serta mengatasi masalah dalam pelaksanaan diet terutama

Page 89: Zumrotin Khasanah

dalam konsumsi makan. Namun, hasil konseling pasien belum dibuat laporan konseling

pasien harian. Sebaiknya perlu dibuat laporan konseling harian agar dapat dijadikan

bahan untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan yang dapat diketahui

tingkat keberhasilannya.

4.4.4 Pencatatan Gizi

Pencatatan gizi yang dilakukan antara lain menghitung jumlah porsi makanan

pasien berdasarkan kelas ruangan. Penghitungan tersebut dilakukan bersama bagian

administrasi catering yang akan dilaporkan kepada manajer pelayanan dan penunjang

medik.

Formulir yang digunakan untuk pencatatan pelayanan gizi antara lain formulir

permintaan makanan untuk pasien baru, formulir perubahan diet, dan formulir daftar

permintaan makanan pasien serta daftar komplain pelayanan makanan (terdapat dalam

lampiran 14).

Menurut Depkes (2006a) pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat

inap meliputi buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan

makanan sisa yang tidak dihabiskan, formulir permintaan makanan untuk pasien baru,

formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang, formulir perubahan diet, formulir

permintaan makan pagi, siang dan sore, serta laporan harian tentang kegiatan

penyuluhan

Dalam pencatatan gizi masih terdapat kekurangan yaitu belum terdapatnya buku

catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan makanan sisa yang

tida dihabiskan, laporan harian tentang kegiatan penyuluhan, formulir pengkajian status

Page 90: Zumrotin Khasanah

gizi pasien. Untuk formulir perubahan diet penggunaannya masih kurang efektif, yaitu

perubahan diet yang diinformasikan oleh perawat dituliskan di DPMP bukan di tuliskan

di formulir perubahan diet, formulir tersebut digunakan apabila diperlukan saja.

Seharusnya perawat mengganti perubahan diet pasien menggunakan formulir perubahan

diet tidak hanya melalui telepon saja. Pencatatan gizi yang digunakan menggunakan

formulir berguna sebagai bahan monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan

pelayanan gizi di ruang rawat. Apabila tidak dilakukan pencatatan gizi maka dapat

menghambat pelaksanaan pelayanan gizi. Sebaiknya pencatatan gizi yang masih kurang

seperti yang disebutkan di atas agar dilengkapi yang dapat dijadikan bahan untuk

memantau dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

4.5 MONITORING DAN EVALUASI PADA PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Kegiatan yang dilakukan pada proses pemantauan pelayanan gizi pasien meliputi

pemantauan pemberian makanan yang mencakup antara lain pemantauan diet, konsumsi

makan pasien meliputi bentuk makanan, asupan makanan, alergi/pantangan terhadap

makanan yang diberikan, terjadi atau tidaknya mual dan muntah, komplain terhadap

makanan meliputi penampilan, cita rasa dan kebersihan serta pemantauan status gizi.

Kegiatan pemantauan tersebut dilakukan oleh ahli gizi rumah sakit dan dokter

penanggung jawab setiap hari sesuai dengan kondisi pasien. Kegiatan pemantauan yang

dilakukan antara lain :

a. Pemantauan Diet

Apabila ahli gizi rumah sakit merasa diet yang diberikan oleh dokter penanggung

jawab tidak sesuai dengan kondisi pasien, ahli gizi akan menginformasikannya kepada

Page 91: Zumrotin Khasanah

perawat untuk kemudian dikonsultasikan kepada dokter penanggung jawab dengan

melihat file pasien dan dialog dengan pasien. Perubahan diet dilihat dari pemeriksaan

laboratorium dan perkembangan keadaan pasien. Perubahan diet adalah hak dari dokter

yang bertanggung jawab. Dokter memberitahukan perubahan diet pasien kepada

perawat, kemudian perawat memberi informasi tersebut ke bagian dapur (ahli gizi

catering) secara tertulis dengan mengisi formulir perubahan diet terdapat di lampiran 12.

Namun, kenyataan di lapangan, perubahan diet lebih sering dilakukan secara lisan atau

dengan menggunakan telepon. Perawat melalui telepon memberitahukan informasi

tentang pasien pulang, pidah kamar dan perubahan diet pasien.

Ahli gizi catering merubah diet pasien pada DPMP (Daftar Permintaan Makan

Pasien) dan copy stiker makanan pasien, serta membatalkan diet yang lama. Perawat

mengingatkan dietician agar segera merubah diet pasien pada DPMP dapur maupun

pada stiker menu asli yang digunakan untuk mempersiapkan dan mendistribusikan

makanan.

b. Pemantauan Konsumsi Makanan

Pemantauan konsumsi makan pasien, dipantau setiap hari ahli gizi berdasarkan

sensus pasien manajemen pasien, diperhatikan juga perubahan diitnya dan kondisi

pasiennya. Ahli gizi rumah sakit biasanya menanyakan bagaimana dengan makanan

yang disajikan kepada pasien apakah ada masalah atau tidak, apakah ada keluhan

makanan yang disajikan dari rasa, penampilan dan kebersihannya, kemampuan

mencerna makanan apakah terjadi mual dan muntah, alergi/pantangan makanan. Apabila

terdapat pasien yang mengalami masalah dalam pengkonsumsian makanan maka akan

Page 92: Zumrotin Khasanah

segera ditangani dengan merubah konsistensi makanan agar mudah dalam mencerna

makanan yang dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

c. Pemantauan Status Gizi

Pemantauan status gizi biasanya dilakukan oleh dokter gizi, pemantauan

diberikan kepada pasien yang mempunyai diet khusus. Apabila dirasa status gizi pasien

mengalami perubahan dan perlu disesuaikan dietnya, maka dokter gizi akan segera

memperbaiki diet pasien dan akan menginformasikan ke ahli gizi catering di dapur.

Pemantauan status gizi perlu dilakukan pada pasien yang berdiet khusus, sesuai dengan

kebutuhan dan kondisinya.

Menurut Depkes (2006a) tujuan pemantauan/monitoring adalah untuk

menentukan seberapa jauh rencana diet sudah dibuat dan tujuan dari terapi gizi medis

sudah tercapai. Pemantauan dilakukan untuk mengukur status gizi dan kesehatan pasien

apakah sudah sesuai dengan rencana diet yang diberikan berdasarkan diagnosis gizi,

rencana intervensi dan dampaknya. Dietisien harus terus berkomunikasi dengan dokter

penanggung jawab pasien agar setiap perubahan rencana diet dapat terus dipantau dan

dilaksanakan secara tepat.

Pemantauan yang dilakukan sudah baik dari pemantauan diet, konsumsi

makanan pasien yang dilakukan setiap hari oleh ahli gizi rumah sakit dan

dikoordinasikan dengan dokter rumah sakit dan perawat. Namun apabila ada perubahan

seperti perubahan diet, perubahan konsistensi makanan sebaiknya perawat tidak hanya

memberikan informasi melalui telepon tetapi dengan mengisi formulir perubahan diet

yang diberikan ahli gizi catering dan rumah sakit, sehingga perubahan tersebut tidak

dituliskan di DPMP melainkan di formulir perubahan diet. Untuk pemantauan status gizi

Page 93: Zumrotin Khasanah

dan berat badan sebaiknya dilakukan oleh ahli gizi secara rutin sesuai dengan kebutuhan

dan kondisinya untuk mengetahui perkembangan status gizi pasien.

Evaluasi Pelayanan Gizi

Evaluasi pelayanan gizi yang dilakukan adalah hasil dari pemantauan pemberian

makan pada pasien untuk menilai tingkat kesembuhan pasien dari kesesuaian diet yang

diberikan pasien berdasarkan penyakit, kondisi pasien dan hasil pemeriksaan

laboratorium. Evaluasi dilakukan juga apabila terdapat komplain makanan baik dari

pasien maupun karyawan. Komplain tersebut dibuat dalam daftar komplain makanan

yang dibuat oleh ahli gizi rumah sakit yang akan dilaporkan ke manajer pelayanan dan

penunjang medik setiap bulannya dan ditindak lanjuti bersama pihak catering untuk

menilai pelayanan makan yang diberikan kepada konsumen.

Menurut Depkes (2006b) evaluasi adalah membandingkan secara sistematik

kondisi yang ada pada saat ini dengan kondisi sebelumnya, tujuan intervensi atau standar

baku yang telah ditentukan. Hasil evaluasi menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan

pelayanan gizi rawat inap. Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien

adalah memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses

penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain

perubahan diet bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang

diberikan, mual, muntah, keadaan klinis defekasi, hasil laboratorium dan lain-lain.

Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan secara rutin, sesuai dengan

kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak pemantauan berat badan sebaiknya

dilakukan setiap hari.

Page 94: Zumrotin Khasanah

Evaluasi yang dilakukan adalah hasil pemantauan pemberian makan pada pasien

untuk menilai tingkat kesembuhan pasien berdasarkan kesesuaian diet yang diberikan

pasien berdasarkan penyakitnya serta evaluasi terhadap komplain pelayanan makanan

baik dari pasien maupun karyawan. Hasil evaluasi yang dilakukan digunakan untuk

mengetahui perbandingan kondisi pasien setelah mendapatkan pelayanan gizi dengan

kondisi sebelumnya dan mengetahui tingkat keberhasilan pelayanan gizi yang diberikan.

Evaluasi status gizi belum dilakukan dikarenakan pengukuran antropometri yang

dilakukan belum berjalan dengan baik yang hanya dilakukan pada pasien tertentu saja.

Evaluasi status gizi perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan status gizi awal

pasien dengan status gizi setelah dilakukan pelayanan gizi untuk mengetahui berhasilnya

pelayanan gizi yang diberikan serta mengetahui tingkat kesembuhan pasien dilihat dari

status gizinya. Evaluasi sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan yang dapat

menjadi keberhasilan pelaksanaan pelayanan gizi rawat inap.

Page 95: Zumrotin Khasanah

BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Rumah Sakit Permata Hijau terletak di kawasan Jakarta Barat tepatnya di

Permata Hijau. Pada tahun 2009, Rumah sakit permata hijau beroperasi dengan 92

tempat tidur. Ketenagaan yang dimiliki rumah sakit medika permata hijau meliputi

pegawai medis, para medis dan non medis. Jenis pelayanan yang terdapat di Rumah

Sakit Permata Hijau antara lain Unit Gawat Darurat, Laboratorium, Radiologi,

Fisioterapi, Kardiologi, Poliklinik, dan bedah.

Kegiatan pelayanan gizi rawat inap yang ada di Rumah Sakit Medika Permata

Hijau meliputi pengkajian status gizi, intervensi gizi, serta evaluasi dan monitoring

pelayanan gizi. Untuk menunjang pelayanan gizi rawat inap di rumah sakit tersebut

terdapat instalasi gizi yang dibawahi oleh seorang koordinator instalasi gizi. Sejak tahun

2006, untuk pelayanan makanan yang berada di instalasi gizi Rumah Sakit Medika

Permata Hijau diserahkan kepada pihak ketiga dengan cara semi out-sourcing yaitu PT

Indocater. Koordinator instalasi gizi bertugas mengkoordinasikan dengan pihak catering.

Ketenagaan yang ada di catering PT Indocater berjumlah 30 orang yang mempunyai

tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Kegiatan pengkajian status gizi yang dilakukan meliputi pengukuran

antropometri yang dilakukan pada pasien anak dan pasien dewasa yang menderita asites

dan berkeadaan khusus, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter penanggung

jawab, pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berdasarkan anjuran dokter untuk

Page 96: Zumrotin Khasanah

menunjang pemeriksaan masalah gizi secara biokimia, dan riwayat gizi yang dilakukan

untuk mengetahui asupan zat gizi, pola dan konsumsi makan serta alergi/pantangan

terhadap makanan.

Intervensi nutrisi yang dilakukan antara lain penentuan diet yang dilakukan oleh

dokter penanggung jawab, pengadaan makanan mulai dari perencanaan anggaran sampai

pendistribusian makanan ke pasien yang dilakukan dengan cara sentralisasi,

penyuluhan/konseling gizi, dan pencatatan gizi. Masih terdapat kekurangan yaitu belum

terdapatnya buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet. Pencatatan gizi dapat

dijadikan bahan untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan pada proses pemantauan pelayanan gizi pasien meliputi

pemantauan diet, konsumsi makanan meliputi bentuk makanan, asupan makanan,

alergi/pantangan terhadap makanan yang diberikan, terjadi atau tidaknya mual dan

muntah, hasil laboratorium, komplain terhadap makanan meliputi penampilan, cita rasa

dan kebersihan serta pemantauan status gizi. Evaluasi pelayanan gizi yang dilakukan

adalah hasil dari pemantauan pemberian makan pada pasien untuk menilai tingkat

kesembuhan pasien dan kesesuaian diet yang dilakukan pasien berdasarkan penyakitnya

dan apabila terdapat komplain makanan baik dari pasien maupun karyawan. Evaluasi

yang belum dilaksanakan adalah evaluasi status gizi.

5.2 SARAN

1. Penetapan standar tugas karyawan harus disesuaikan dengan kondisi di catering

dan rumah sakit agar pelaksanaan tugas sesuai dengan standar yang digunakan

sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.

Page 97: Zumrotin Khasanah

2. Koordinasi dalam hal pengawasan dan inventori peralatan lebih diperhatikan dan

ditingkatkan lagi sehingga penggunaan peralatan lebih efektif agar tidak

tercampurnya peralatan makan pasien dan non pasien yang bisa dilakukan

dengan penambahan peralatan makan, pembedaan penempatan peralatan makan

serta pembuatan peraturan penggunaan peralatan makan pasien.

3. Pengkajian gizi sebaiknya dilakukan secara sistematis terutama dalam

pengukuran antropometri yang tidak hanya dilakukan pada pasien tertentu tetapi

semua pasien baru masuk, hasil pengkajian gizi dituliskan pada formulir

skrining/pengkajian gizi oleh ahli gizi rumah sakit untuk mengetahui keadaan

gizi terutama status gizi pasien dan menentukan apakah pasien memerlukan

terapi gizi atau tidak.

4. Ketelitian dalam hal perhitungan kebutuhan bahan makanan perlu ditingkatkan

agar tidak terdapat kekurangan makanan pada saat makanan akan disajikan.

5. Dalam pencatatan gizi perlu dibuat buku catatan harian pasien tentang

perkembangan diet, termasuk catatan makanan sisa yang tida dihabiskan, laporan

harian tentang kegiatan penyuluhan, formulir pengkajian status gizi pasien dan

mengefektifkan formulir yang sudah digunakan agar dapat dijadikan bahan untuk

mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

6. Pemantauan dan evaluasi status gizi perlu dilakukan untuk mengetahui

perkembangan status gizi pasien serta tingkat kesembuhan pasien dilihat dari

status gizi berdasarkan diet yang diberikan.

Page 98: Zumrotin Khasanah

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

2. Departemen Kesehatan RI. 1986. Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Kelas B (Sub

Kelas B1). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

3. .1990. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Gizi

Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

4. .2006a. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

5. .2006b. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

6. .2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

7. Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2006. Penuntun Diet

Khusus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

8. Moehyi, Sjamien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga.

Jakarta: Bhratara.

9. Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

10. Usman. 2008. Saatnyakah Kita Terapkan NCP. Diambil tanggal 3 Februari 2009

dari http://gizikom.wordpress.com/2008/05/30/saatnyakah-kaita-terapkan-ncp/

Page 99: Zumrotin Khasanah

DATA RIWAYAT HIDUP

DATA PERSONAL

Nama : Zumrotin Khasanah

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Kebumen, 17 Desember 1987

Alamat rumah : Desa Jogomertan No.06 RT/RW:03/04, Petanahan

Kebumen

Alamat sekarang : Jl. ASPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No.95F,

Kertamukti, Pisangan, Ciputat, Tangerang

Agama : Islam

No.handphone : 085693827713

Semester : VII (Tujuh)

DATA PENDIDIKAN

1992-1993 : TK DHARMA WANITA

1993-1999 : SDN 2 JOGOMERTAN

1999-2002 : SLTPN 1 KLIRONG, KEBUMEN

2002-2005 : SMAN 2 KEBUMEN

2005-sekarang : Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

Anggota Remaja Masjid Al Hikmah

Anggota PMR SLTPN 1 KLIRONG

Pembina PRAMUKA SLTPN 1 KLIRONG

Tim Mading Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

PENGALAMAN KERJA

PBL 1 di Puskesmas Pasar Kemis, Tangerang

PBL 2 di Desa Wanakerta, Puskesmas Pasar Kemis, Tangerang