zaid bin sabit

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abu al ‘Awar Said bin Zaid merupakan salah satu tokoh dalam islam, dan yang lebih istimewa beliau merupakan salah satu dari 10 sahabat Rasulullah SAW yang dijanjikan akan masuk surga, sesuai hadist Dari Abi Dzar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW masuk ke rumah Aisyah ra. dan beliau bersabda, “Wahai Aisyah, maukah kamu kuberikan kabar gembira? Ayahmu (Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.) di surga, temannya adalah Nabi Ibrahim as. Umar di surga dan temannya adalah Nabi Nuh as., Utsman di surga dan aku temannya. Ali di surga dan temannya adalah Yahya bin Zakaria. Thalhah di surga dan temannya Nabi Daud as. Az-zubair di surga dan temannya Nabi Ismail as. Sa’d bin Abi Waqqash di surga dan temannya Nabi Sulaiman bin Daud. Said bin Zaid di surga dan temannya Musa bin Imran. Abdurrahman bin Auf di surga dan temannya Isa bin Maryam. Abu Ubaidah bin Al- Jarrah di surga dan temannya Idris as. Wahai Aisyah, aku junjungan para nabi, ayahmu shiddiqin yang paling utama dan kamu adalah ummul mukminin.” Dan hal ini juga diterangkan di hadist-hadist yang lain. Abu al ‘Awar Said bin Zaid merupakan salah seorang yang pantas kita jadikan tauladan, terutama di zaman sekarang. Akan ada banyak hal yang bisa kita tiru dan kita amalkan di kehidupan sehari-hari dari beliau. 1

Upload: lisaliso

Post on 05-Dec-2014

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

just task

TRANSCRIPT

Page 1: Zaid Bin Sabit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abu al ‘Awar Said bin Zaid merupakan salah satu tokoh dalam islam, dan

yang lebih istimewa beliau merupakan salah satu dari 10 sahabat Rasulullah SAW

yang dijanjikan akan masuk surga, sesuai hadist Dari Abi Dzar ra. berkata bahwa

Rasulullah SAW masuk ke rumah Aisyah ra. dan beliau bersabda, “Wahai Aisyah,

maukah kamu kuberikan kabar gembira? Ayahmu (Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.) di

surga, temannya adalah Nabi Ibrahim as. Umar di surga dan temannya adalah

Nabi Nuh as., Utsman di surga dan aku temannya. Ali di surga dan temannya

adalah Yahya bin Zakaria. Thalhah di surga dan temannya Nabi Daud as. Az-

zubair di surga dan temannya Nabi Ismail as. Sa’d bin Abi Waqqash di surga dan

temannya Nabi Sulaiman bin Daud. Said bin Zaid di surga dan temannya Musa

bin Imran. Abdurrahman bin Auf di surga dan temannya Isa bin Maryam.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah di surga dan temannya Idris as. Wahai Aisyah,

aku junjungan para nabi, ayahmu shiddiqin   yang   paling utama dan kamu adalah

ummul mukminin.” Dan hal ini juga diterangkan di hadist-hadist yang lain.

Abu al ‘Awar Said bin Zaid merupakan salah seorang yang pantas kita

jadikan tauladan, terutama di zaman sekarang. Akan ada banyak hal yang bisa kita

tiru dan kita amalkan di kehidupan sehari-hari dari beliau. Selain itu kita sebagai

umat islam mengetahui dan mempelajari tokoh-tokoh dalam islam dan sahabat-

sahabat Rasul juga dirasakan sangat perlu. Ada ungkapan “bangsa yang besar

adalah bangsa yang menghormati sejarah bangsanya” bukan hanya dihormati

tetapi dipelajari, dan diamalkan hal-hal yang baik.

Selain itu kami membuat pembahasan tentang Abu al ‘Awar Said bin Zaid

juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di jurusan

Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

1

Page 2: Zaid Bin Sabit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Tokoh

Nama sahabat yang akan kita bahas bernama Abu al ‘Awar Said bin Zaid

bin Amr ra atau juga biasa disebut Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi.

Abul A'waar lahir di Mekah 22 tahun sebelum Hijrah. Sa’id lahir dan dibesarkan

dalam rumah tangga yang mencela dan mengingkari kepercayaan dan adat istiadat

orang-orang Quraisy yang sesat itu. Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang

sepanjang hidupnya giat mencari agama yang hak. Bahkan dia mati ketika sedang

berlari kepayahan mengejar agama yang hak. Ia cucu Nufail bin Abdul Uzza bin

Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adyy bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib.

Bertemu silisilah/ keturunan dgn Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Ka’b

bin Luayy.Ibunya: Fatimah binti Ba’jah bin Umayyah bin Khuwailid, dari Bani

Mulaih dari Khuzaah . Ayah beliau bernama Zaid bin Amru bin Nufail.

Ayah Said bernama Zaid bin Amru bin Nufail adalah sosok yang taat

kepada Allah, dia selalu berusaha untuk memberi tahu kaumnya untuk

menyembah Allah. Pada saat dia hendak pergi ke Mekkah untuk bertemu

Rasulullah SAW dan untuk memeluk islam, dia terbunuh sewaktu dalam

perjalanan. Lalu dia berdoa kepada Allah “Ya Allah, jika Engkau memang tidak

menghendaki kebaikan ini (agama Islam) untukku, maka janganlah Engkau

halangi anakku (Sa’id) darinya.”

Allah memperkenankan do’a Zaid. Serentak Rasulullah mengajak orang

banyak masuk Islam, Sa’id segera memenuhi panggilan beliau, menjadi pelopor

orang-orang yang beriman dengan Allah dan membenarkan kerasulan Nabi-Nya,

Muhammad saw.

Sa’id masuk Islam tidak seorang diri. Dia Islam bersama-sama isterinya,

Fathimah binti Al Khatthab, adik perempuan ‘Umar bin Khatthab. Karena pemuda

Quraisy ini masuk Islam, dia disakiti dan diani’aya, dipaksa oleh kaumnya supaya

kembali kepada agama mereka. Tetapi jangankan orang Quraisy berhasil

mengembalikan Sa’id suami isteri kepada kepercayaan nenek moyang mereka,

sebaliknya Sa’id dan isterinya sanggup menarik seorang laki-laki Quraisy yang

2

Page 3: Zaid Bin Sabit

paling berbobot baik fisik maupun intelektualnya masuk ke dalam Islam. Mereka

berdualah yang telah menyebabkan ‘Umar bin Khatthab masuk Islam.

Sa’id masih merahasiakan keimanannya dan dia sangat sabar menghadapi

siksaan yang berasal dari kaumnya, sehingga dia pun tidak diusir dari Makkah,s

eperti yang dialami  sebelumnya oleh orang tuanya. Akan tetapi kemudian, ‘Umar

mengetahui keimanan Sa’id. ‘Umar pun bermaksud membunuhnya, lalu dia

memukulnya hingga darah mengalir dari wajah Sa’id . Akan tetapi, kesabaran

Sa’id dalam menghadapi sikap ‘Umar inilah yang menjadi salah satu faktor

penyebab masuknya ‘Umarradhiallahu ‘anhu ke dalam Islam.

Sa’id pergi berhijrah ke Madinah bersama istrinya, Fathimah. Sebelum

terjadinya perang Badar, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam telah

memilihnya dan mengutusnya untuk pergi bersama Thalhah bin Ubaidillah

dengan tujuan agar dia mengetahui jumlah pasukan kaum musyrikin dan mematai

gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, Sa’id pun tidak ikut serta dalam peperangan

Badar. Akan tetapi, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberinya

bagian  ghanimah (harta rampasan) yang diperoleh dalam perang tersebut. Dia

dianggap seperti orang yang ikut serta dalam perang itu.

Setelah itu Sa’id ikut serta dalam setiap peperangan bersama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia bertempur dengan menggunakan

pedangnya dan beriman dengan menggunakan hatinya. Bahkan pada suatu hari dia

pernah berada bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di gua Hira’

dengan para shahabat lainnya. Ketika itu tiba-tiba gunung  Hira’ bergetar, maka

nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Tenanglah, wahai Hira’, karena

sungguhnya tidak ada yang berada di atasmu, kecuali seorang nabi, seorang yang

sangat jujur (ash-shiddiq), dan seorang syahid.”

Ketika orang-orang bertanya kepada Sa’id, “Siapa sajakah yang

bersamamu pada saat itu ?”

Sa’id pun menjawab, “Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Zubair, Thalhah,

‘Abdur Rahman bin ‘Auf, dan Sa’ad bin Malik.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda tentang Sa’id, “Sa’id

bin Zaid di surga.”

3

Page 4: Zaid Bin Sabit

Sa’id merupakan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar

gembira bakal masuk surga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoinya.

Dia memegang teguh janjinya kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi

wasallam untuk memerangi kaum musyrikin di negeri Persia, sehingga melalui

tangannya dan juga tangan shahabat-shahabatnya, Allah pun memadamkan api

yang  menjadi sesembahan kaum Majusi ; dan berkat perjuangannya pula para

penduduk Persia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Setelah penaklukan terhadap negeri Persia selesai, Sa’id tidak tinggal

diam. Dia mengangkat pedang dan barang-barangnya untuk pergi ke negeri-negeri

lain yang sedang di perangi oleh kaum muslimin. Kali ini sasarannya adalah

negeri Syam dimana pada saat itu sedang berlangsung pertempuran yang sangat

menentukan antara kaum  muslimin dengan bangsa Romawi, yaitu perang

Yarmuk.

Di atas kertas, nampaknya kemenangan lebih dekat kepada pasukan

Romawi, karena jumlah mereka sangat banyak, sementara jumlah kaum muslimin

sangat sedikit.

Kekalahan bangsa Romawi berarti jatuhnya negeri Syam secara

keseluruhan ke tangan kaum muslimin. Karenanya, kedua pasukan itu pun sama-

sama mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk menghadapi pertempuran ini.

Pasukan Romawi datang dengan jumlah personel seratus dua puluh ribu pasukan,

sedangan jumlah pasukan kaum muslimin hanya dua puluh empat ribu pasukan

saja. Kedua pasukan ini saling berhadap-hadapan.

Para pendeta dan uskup datang sambil membawa salib-salib mereka

sambil mengeraskan suara mereka untuk membaca doa-doa. Ketakutan pun

merasuk ke dalam hati kaum muslimin ketika pasukan Romawi mengulang-ulang

doa-doa tersebut. Suara mereka laksana gunung-gunung yang bergeser dari

tempatnya.

Pemimpin kaum muslimin yang bernama Abu Ubaidah bin Jarrah berdiri

untuk memberikan khutbah kepada kaum muslimin. Dia berkata, “Wahai hamba-

hamba Allah, tolonglah Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan

meneguhkan kaki-kaki kalian. Bersabarlah, sesungguhnya kesabaran akan

menyelamatkan kalian dari kekufuran dan akan menyebabkan kalian diridhai oleh

4

Page 5: Zaid Bin Sabit

Tuhan. Tetaplah kalian diam sampai aku memberikan perintah kepada kalian.

Ingatlah selalu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Diantara kaum muslimin, keluarlah seorang laki-laki. Dia berkata kepada

Abu Ubaidah, “Wahai Abu Ubaidah, sekarang aku akan pergi dengan harapan aku

dapat gugur sebagai syahid dan aku akan keluar untuk memerangi mereka.

Apakah kamu mempunyai pesan yang akan kamu kirimkan kepada Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam ?”

Abu Ubaidah menjawab, “Ya. Kirimkan salam dari kami untuk beliau, dan

katakan kepada beliau bahwa kami telah mengetahui bahwa apa yang dijanjikan

oleh Tuhan kami kepada kami adalah benar.”

Melihat itu, Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu pun berkata, “Ketika aku

melihat lelaki tersebut telah menaiki kudanya, menghunus pedangnya, dan

melesat menuju musuh-musuh Allah guna memerangi mereka, aku pun

meletakkan lututku ke tanah, lalu aku melemparkan anak panahku ke arah seorang

anggota pasukan berkuda dari bangsa Romawi. Saat itu Allah menghilangkan rasa

takut dari dalam hatiku. Maka, aku pun langsung masuk menembus barisan

musuh. Aku memerangi mereka hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan

kemenangan kepada kami.”

Abu Ubaidillah telah mengetahui dengan baik kesungguhan keimanan

Sa’id. Karenanya Abu Ubaidillah pun menyerahkan misi penaklukan Damaskus

kepada Sa’id, lalu dia menjadikan Sa’id sebagai wali (gubernur) disana. Ketika

semua orang yang hidup pada masanya sudah berpulang keharibaan  Allah, Sa’id

bin Zaid masih tetap hidup sampai masa Dinasti Bani Umayyah.

Pada masa Dinasti Bani Umayyah, Sa’id bin Zaid menangisi shahabat-

shahabat Islam yang telah meninggal sebelumnya. Tinggalah dia seorang diri

menyaksikan terjadinya fitnah (kerusuhan) dan menyaksikan bagaimana

kehidupan dunia dengan segala macam perhiasannya telah masuk ke dalam hati

kaum muslimin, maka Sa’id pun lebih memilih untuk kembali ke Madinah dan

tinggal disana. Pada waktu itu yang menjadi gubernur di Madinah adalah Marwan

bin Hakam bin ‘Ash.

Saat itu seorang wanita yang bernama Arwa binti Uwais keluar, lalu dia

berkata, “Sesungguhnya Sa’id telah mencuri tanahku dan telah memasukkannya

5

Page 6: Zaid Bin Sabit

ke bagian tanahnya.” Sungguh perkataan itu sangat menyakitkan hati Sa’id bin

Zaid, shahabat Rasulullah dan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar

gembira berupa surga. Karenanya, Sa’id pun berkata, “Ya Allah, jika dia

berbohong, maka hilangkanlah penglihatannya dan bunuhlah ia di tanahnya

sendiri.”

Seketika itu pula hujan turun dari langit sampai di perbatasan tanah yang

menurut wanita itu Sa’id telah melampaui batas tersebut. Seketika mata wanita itu

pun menjadi buta dan hanya selang beberapa hari, wanita itu terjatuh dalam

sebuah lubang  yang  berada di tanah miliknya hingga dia meninggal dunia.

Allah SWT  telah mengabulkan doa Sa’id bin Zaid yang terzalimi dan telah

dituduh sebagai seorang pembohong dan pendusta.

Pada suatu pagi penduduk Madinah dikagetkan oleh suara seorang pelayat

yang menangisi kepergian Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Peristiwa itu terjadi

pada masa kekhalifahan Muawiyah bin  Abi Sufyan, tepatnya pada tahun ke-51

Hijriyah. Beliau meninggal pada umur 73 tahun Dia di kuburkan oleh Sa’ad bin

Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu dan ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu.

Salam sejahtera baginya.

2.2 Pelajaran dari Beliau

Beliau sangat sabar dalam menghadapi siksaan dari kaumnya karena dia

memilih islam sebagai jalan hidupnya, begitu pula dengan sikap Umar

yang bahkan hendak membunuhnya. Namun, dari hal inilah Umar mulai

terbuka hatinya, dan ingin masuk islam juga. Kesabaran beliau harus kita

tiru terutama dalam menghadapi segala problema hidup, kita tidak boleh

menyerah layaknya beliau. Ingatlah Allah tidak akan member ujian

melebihi kemampuan orang itu.

Beliau selalu ikut serta berjuang dalam perang membela umat islam, guna

menyebar luaskan pengaruh islam ke dunia. Dalam zaman sekarang,

perasaan untuk membela agama sendiri harus ada di tiap umat, serta

menyebar luaskan agama dan dakwah. Bukan berarti harus selalu dalam

bentuk perang perwujudannya, tapi bisa dalam hal lain.

6

Page 7: Zaid Bin Sabit

Dalam peperangan beliau selalu menetapkan hatinya terhadap Allah, tidak

berkurang sedikitpun keimanannya. Dia berperang dengan pedangnya, dan

beriman dengan hatinya. Kita harus senantiasa memantapkan iman kita,

dan berserah diri kepada Allah dan berdoa setelah usaha yang kita

lakukan.

Sabar dan tawakkal kepada Allah, pada saat ada orang lain yang

memfitnahnya.

7

Page 8: Zaid Bin Sabit

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Abu al ‘Awar Said atau Said adalah tokoh yang dijanjikan surga diantara

10 sahabat Rasulullah yang lain. Kesabaran beliau dalam mempertahankan

kepercayaannya dan terhadap kerasnya fitnah yang menimpa patut kita tiru dalam

kehidupan sehari-hari. Begitu pula keberaniannya dalam berjihad membela agama

Allah patut kita tiru, mungkin dalam zaman sekarang tidak dengan perang tapi

bisa dengan saling membantu sesama lain, saling ingat-mengingatkan sesama

umat, menyebarkan dakwah, dan berpegang teguh terhadap agama, dsb.

3.2 Saran

Kita bisa menjadikan tauladan sosok Abu al ‘Awar Said dalam kehidupan

kita sehari-hari, tidak hanya sebatas beliau selain Rasulullah SAW ada banyak

tokoh-tokoh dalam islam yang bisa kita jadikan pelajaran dan tauladan di

kehidupan kita.

8

Page 9: Zaid Bin Sabit

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Bustaman.2008. Sa’id bin Zabid Sahabat Rasulullah.

http://hbis.wordpress.com/2008/05/21/sa%E2%80%99id-bin-zaid-shahabat-

rasulullah/. Diakses tanggal 10-11-2012. Pukul 23.00 WIB.

Rasyidin, Khulafaur. 2012. 10 Sahabat Rasulullah Yang Dijamin Masuk Surga Dan Didampingi Oleh Para Nabi Disurga, Beserta Profil Dan Biografi Kesepuluh Sahabat Sampai Pada Putera-Puteri Keturunan Mereka Pada Masa Berdirinya Ajaran   Islam . http://tausyah.wordpress.com/2012/09/17/10-sahabat-rasulullah-yang-dijamin-masuk-surga-dan-didampingi-oleh-para-nabi-disurga-beserta-profil-dan-biografi-kesepuluh-sahabat-sampai-pada-putera-puteri-keturunan-mereka-pada-masa-berdirinya-ajar/. Diakses tanggal 11-11-2012. Pukul 7:43 WIB.

Snowyautumn. 2011. 10 Nama-Nama Sahabat Rasullullah yang Dijamin

Masuk   Surga . http://snowyautumn.wordpress.com/tag/keistimewaan-10-

sahabat-yang-dijamin-masuk-surga/. Diakses tanggal 29-10-2012. Pukul 23.34

WIB.

9