yanzhufreeeeee

Upload: yan

Post on 08-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

geohidro

TRANSCRIPT

  • JTM Vol. XIX No.4/2012

    207

    STUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN

    FORMASI TAPAK DAERAH RAJAWANA DAN SEKITARNYA

    KECAMATAN KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA,

    JAWA TENGAH

    Indra Kurniawan1, Aswan

    2*, dan Gentur Waluyo

    3

    1Alumni Jurusan Teknik Geologi, Universitas Jenderal Soedirman,

    2Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung,

    3Program Studi Teknik, Fakultas Sains dan Teknik, Geologi Universitas Jenderal Soedirman

    Sari

    Studi mengenai lingkungan pengendapan Formasi Tapak di Daerah Rajawana dan sekitarnya, Kecamatan Karangmoncol,

    Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah masih sangat jarang dilakukan. Studi lingkungan pengendapan ini menjadi penting,

    karena Formasi Tapak mempunyai ciri yang hampir sama dengan Formasi Kalibiuk di lapangan. Hal lainnya, kedua unit

    batuan ini menurut beberapa peneliti memiliki hubungan menjari atau berubah fasies dengan interval umur yang sama,

    yaitu Pliosen Awal sampai Pliosen Tengah. Ciri utama litologi kedua satuan batuan ini adalah: terdiri dari batupasir halus

    berwarna abu-abu terang sampai kehijauan dengan sisipan lempung dan di beberapa tempat berupa perselingan,

    mengandung cangkang fosil moluska baik utuh maupun pecah-pecah dan pada beberapa tempat terdapat fosil jejak berupa

    Thalasinoides, Planolites, dll. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan lapangan pada

    daerah penyebaran Formasi Tapak menurut peta geologi yang dikeluarkan oleh Pusat Survey Geologi, Bandung (PSG).

    Pengamatan lapangan meliputi pengamatan: ciri litologi, struktur sedimen, pengukuran penampang stratigrafi serta

    kandungan makro fosil. Pengamatan laboratorium juga dilakukan selain pengamatan lapangan, yaitu berupa analisis

    foraminifera bentonik untuk penentuan lingkungan batimetri. Berdasarkan kenampakan struktur sedimen wavy, flasher, dan

    lenticular serta suksesi Satuan Batulempung Batupasir Formasi Tapak yang memperlihatkan penghalusan ke atas, serta hasil analisis lingkungan batimetri, dapat disimpulkan bahwa Satuan Batulempung Batupasir Formasi Tapak pada daerah penelitian diendapkan pada Zona Intertidal (Tidal Mixed Flat.)

    Kata kunci : Karangmoncol, lingkungan pengendapan, formasi tapak, tidal mixed flat

    Abstract

    Few of the paleodepositional study of Tapak Formation around Rajawana area and surroundings, Karangmoncol District,

    Purbalingga Regency, Central Jawa have been done. Paleodepositional study is necessary due to the almost similar field

    characteristics of Tapak Formation and Kalibiuk Formation. Moreover, some authors concluded that these two lithologic

    units are interfiguring with the same age interval of early Pliocene to middle Pliocene. The main characteristic of these

    lithologic units are: light into greenish grey of fine sandstone with claystone interbedded, and also locally intercalation,

    content of mollusks shell fossils where spottedly fragmented and trace fossils such as Thalasinoides, Planolites, etc. Method

    performed in this study were field observation around Tapak Formation distribution area based on geological map

    published by Geological Survey Institute, Bandung (PSG). Field study concerned about observation of lithologic

    characteristics, sedimentary structure, stratigraphic measuring section, and macro fossils content. Laboratory analysis also

    done to predict paleodepositional bathymetric zone based on benthic foraminifers analysis. According to appearance of

    wavy, flasher, and lenticular sedimentary structures, and fining upward succession of Tapak Formation Claystone Sandstone unit, supported by bathymetric analysis, concluded that Tapak Formation Claystone Sandstone in this area deposited in Tidal Mixed Flat Zone.

    Keywords : Karangmoncol, paleodepositional, tapak formation, tidal mixed flat

    *Jl. Jalan Ganesa 10 Bandung 40132, Tel. (022) 250 2197, Fax. (022) 250 2201, Email: [email protected]

  • Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

    208

    I. PENDAHULUAN Saat ini bidang ilmu geologi mulai memiliki

    peranan sangat penting dikalangan masyarakat,

    khususnya informasi mengenai kondisi geologi

    yang berkembang di daerah tersebut. Dari

    perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan

    mendorong para ahli untuk melakukan penelitian

    secara regional.

    Daerah Rajawana dipilih karena daerah ini pada

    umumnya di dominasi oleh batuan sedimen yang

    dibagi menjadi beberapa formasi, khususnya

    Formasi Tapak yang merupakan bahasan khusus

    dari penelitian ini. Batuan Formasi Tapak pada

    daerah penelitian memiliki perlapisan yang sangat

    baik dan segar. Hal tersebut dapat memudahkan

    pada saat mengamati struktur dan tekstur sedimen

    untuk menganalisis lingkungan pengendapan

    Formasi Tapak. Selain itu, berdasarkan publikasi

    peneliti-peneliti terdahulu belum ada referensi

    terperinci tentang lingkungan pengendapan

    Formasi Tapak di daerah penelitian. Studi

    lingkungan pengendapan ini menjadi penting,

    karena Formasi Tapak mempunyai ciri yang

    hampir sama dengan Formasi Kalibiuk di lapangan.

    Kemiripan ciri litologi kedua unit batuan ini

    menyebabkan keduanya sulit dibedakan baik di

    lapangan maupun berdasarkanhasil analisis

    laboratorium. Hal lainnya, kedua unit batuan ini

    menurut beberapa peneliti memiliki hubungan

    menjari atau berubah fasies dengan interval umur

    yang sama, yaitu Pliosen Awal sampai Pliosen

    Tengah. Ciri utama litologi kedua satuan batuan ini

    adalah: terdiri dari batupasir halus berwarna abu-

    abu terang sampai kehijauan dengan sisipan

    lempung dan di beberapa tempat berupa

    perselingan, mengandung cangkang fosil moluska

    baik utuh maupun pecah-pecah dan pada beberapa

    tempat terdapat fosil jejak.

    Hal - hal tersebut yang mendasari penulis untuk

    melakukan penelitian pada daerah Rajawana dan

    sekitarnya, Kecamatan Karangmoncol Kabupaten

    Purbalingga Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1).

    Berdasarkan peta-peta geologi yang diterbitkan

    oleh Pusat Survei Geologi Bandung, daerah

    penelitian (Gambar 2) merupakan gabungan dari

    tepi-tepi Peta Geologi Lembar Purwokerto - Tegal

    (Djuri dkk., 1996) serta Lembar Banjarnegara -

    Pekalongan (Condon dkk., 1996).

    Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai

    lingkungan pengendapan Formasi Tapak yang

    tersingkap di daerah Karangmoncol dan sekitarnya

    berdasarkan bukti-bukti di lapangan dan hasil

    analisa laboratorium.

    Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian

    (Peta Provinsi Jawa Tengah, Bakosurtanal (2012))

  • Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,

    Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

    209

    Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian

    II. GEOLOGI UMUM Daerah penelitian berada pada Subcekungan

    Bobotsari. Geologi daerah penelitian (Gambar 2)

    merupakan bagian dari peta geologi Lembar

    Purwokerto Tegal (Djuri dkk., 1996) dan Lembar Banjarnegara - Pekalongan (Condon dkk., 1996).

    Berdasarkan Djuri dkk. (1996), secara regional

    stratigrafi di daerah penelitian terbagi menjadi

    beberapa formasi, yaitu satuan tertua adalah

    Formasi Halang berumur Miosen Akhir-Pliosen

    Awal, dengan tebal sekitar 800 m. Diatasnya

    menindih secara selaras Formasi Tapak yang

    tersusun oleh batulempung secara dominan,

    kadang-kadang napal tidak berlapis, atau

    batugamping dengan sisipan batupasir, sedangkan

    Anggota Batugamping yang tersusun oleh lensa-

    lensa batugamping berwarna kelabu kekuningan,

    dan Anggota Breksi yang tersusun oleh breksi

    gunung api dan dibeberapa tempat terdapat urat

    kalsit. Diatasnya menindih secara selaras Formasi

    Kalibiuk yang tersusun atas batulempung dan

    kadang kadang napal kebiruan dengan kandungan fosil moluska. Pada bagian tengah ditemukan

    sisipan lensa-lensa batupasir kehijauan dengan

    kandungan moluska yang melimpah.

    III. DASAR TEORI Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk

    pada energi gelombang laut pasang surut dengan

    amplitudo yang besar, umumnya terjadi pada pantai

    dengan permukaan air yang sangat besar/luas. Luas

    dari daerah tidal flat ini berkisar antara beberapa

    kilometer sampai 25 km (Walker dan James, 1992).

    Pengendapan pada tidal channel umumnya sangat

    dipengaruhi oleh arus pasang surut sendiri,

    sedangkan pada daerah datar di sekitarnya (tidal flat),

    pengendapannya akan dipengaruhi pula oleh aktivitas

    dari gelombang yang diakibatkan oleh air ataupun

    angin. Suksesi endapan pada lingkungan tidal flat

    umumnya memperlihatkan sistem progadasi dengan

    penghalusan ke atas sebagai refleksi dari batupasir

    pada pasang surut rendah (subtidal) ke lumpur pada

    pasang surut tinggi (supratidal dan intertidal bagian

    atas).

    Berdasarkan pada elevasinya terhadap tinggi

    rendahnya pasang surut, lingkungan tidal flat dapat

    dibagi menjadi tiga zona (Dalrymple dkk., 1990

    dalam Walker dan James, 1992), yaitu Zona Subtidal,

    Zona Intertidal, dan Zona Supratidal (Gambar 3).

    IV. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survei

    berupa pemetaan geologi permukaan. Penelitian ini

    dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap penelitian

    lapangan dan tahap penelitian laboratorium.

  • Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

    210

    Gambar 3. Diagram blok system pengendapan Tidal Flat

    (Dalrymple et al. 1990 dalam Walker dan James, 1992)

    Pada tahap penelitian lapangan dilakukan observasi

    singkapan batuan dengan mengamati ciri-ciri

    litologi termasuk struktur sedimennya. Di lapangan

    juga dilakukan Pengukuran Penampang Stratigrafi

    (PPS) untuk mengamati adanya perubahan litologi

    secara stratigrafi, baik vertikal maupun horizontal.

    Penelitian laboratorium meliputi analisis

    foraminifera bentonik dan planktonik untuk

    penentuan lingkungan pengendapan dan umur

    batuan.

    V. SUSUNAN BATUAN Penyebaran Formasi Tapak mendominasi daerah

    penelitian dengan luas 60% dari seluruh luas

    daerah penelitian. Kontak antara Formasi Tapak di

    daerah penelitian dengan satuan yang dibawahnya

    (Formasi Halang) adalah selaras (Djuri dkk.,1996)

    dan (Condon dkk.,1996). Sementara bagian atas

    Formasi Tapak ditindih secara selaras oleh Formasi

    Kalibiuk, namun kontak yang jelas diantara kedua

    satuan ini tidak dijumpai di daerah penelitian.

    Perubahan dari Formasi Tapak menjadi Formasi

    Kalibiuk merupakan perubahan yang berangsur

    sehingga kontak diantara kedua satuan ini tidak

    terlihat dengan tegas, bahkan di beberapa tempat

    perubahannya bersifat menjari.

    Formasi Tapak menurut Djuri dkk. (1996) pada

    Peta Geologi Lembar Purwokerto-Tegal merinci

    bahwa Formasi Tapak terdiri dari batupasir berbutir

    kasar, berwarna kehijauan dan konglomerat,

    setempat breksi andesit. Di bagian atas terdiri dari

    batupasir gampingan dan napal berwarna hijau

    yang mengandung kepingan moluska.

    Condon dkk. (1996) pada Peta Geologi Lembar

    Banjarnegara-Pekalongan merinci bahwa Formasi

    Tapak terdiri dari batupasir gampingan dan napal

    berwarna hijau yang mengandung pecahan-pecahan

    moluska.

    Formasi Tapak ini terdiri dari dua anggota, yaitu

    Anggota Breksi Formasi Tapak yang tersusun oleh

    breksi gunung api dan dibeberapa tempat terdapat

    urat kalsit, serta Anggota Batugamping Formasi

    Tapak yang tersusun oleh lensa-lensa batugamping

    berwarna kelabu kekuningan.

    Berdasarkan pengamatan lapangan di lokasi

    penelitian yang disesuaikan dengan penyebaran

    Formasi Tapak dalam Peta Geologi Lembar

    Purwokerto-Tegal (Djuri dkk., 1996) dan Peta

    Geologi Lembar Banjarnegara-Pekalongan

    (Condon dkk., 1996) termasuk dalam Satuan

    Batulempung-Batupasir.

    VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan pengendapan Formasi Tapak menurut

    peneliti terdahulu Oostingh (1935) dalam Casdira

    (2007) mengemukakan bahwa sebagian moluska

    berasal dari lingkungan air payau (brackish water),

    sebagian lagi berasal dari tidal zone. Berdasarkan

    Darman (1991) dalam Casdira (2007)

    mengemukakan bahwa satuan ini diendapkan pada

    lingkungan litoral - neritik. Hal ini ditandai dengan

    ditemukannya Nonion sp., Bolivina sp. dan

    Quinqueloqulina. Sedangkan Oostingh (1935)

    dalam Casdira (2007), menyatakan bahwa

    lingkungan pengendapan Formasi Tapak adalah

    lingkungan transisi, analisis tersebut didasarkan

    pada kandungan moluska.

  • Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,

    Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

    211

    Metode yang digunakan untuk menganalisis

    lingkungan pengendapan Formasi Tapak dalam

    penelitian ini adalah dengan melakukan

    pengukuran penampang stratigrafi, karakteristik

    lithofasies, serta struktur sedimen. Kemudian

    menentukan lingkungan pengendapannya secara

    terperinci menggunakan diagram blok sistem

    pengendapan Tidal Flat (Dalrymple dkk., 1990

    dalam Walker dan James, 1992). Berdasarkan dari

    hasil analisis komposit kolom stratigrafi terukur

    Sungai Karang dan Sungai Grantung (Gambar 4a-

    4d), didapatkan 7 (tujuh) jenis litofasies yaitu

    Litofasies Batupasir Konglomeratan, Litofasies

    Batupasir Lapisan Silang Siur Sejajar, Litofasies

    Batulempung Karbonan, Litofasies Batupasir

    Laminasi Sejajar, Litofasies Batupasir Wavy,

    Litofasies Batulempung Flaser, dan Litofasies

    Batupasir Lenticular.

    Gambar 4a. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian paling atas)

  • Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

    212

    Gambar 4b. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian kedua)

  • Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,

    Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

    213

    Gambar 4c. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian ketiga)

  • Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

    214

    Gambar 4d. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian paling bawah)

    Dari hasil analisis komposit kolom stratigrafi

    terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung

    didapatkan litologi batulempung dan batupasir

    yang terkadang bersisipan dengan batugamping,

    litologi tersebut memperlihatkan suksesi

    menghalus dan menebal ke atas.

    Bagian bawah berupa perselingan batulempung dan

    batupasir berbutir kasar-sedang dengan sisipan

    batugamping dan dominasi batulempung, pada

    bagian tengah masih didapatkan litologi yang sama

    yaitu perselingan batulempung dan batupasir

    berbutir sedang-halus dengan sisipan batugamping,

    tetapi pada bagian ini ketebalan batupasir

    cenderung sedikit menebal, semakin ke atas

    kandungan batupasir semakin menipis dan

    menghalus, sedangkan kandungan batulempung

    semakin menebal. Ukuran butir batupasir antara

    pasir halus sampai pasir kasar, dengan struktur

    sedimen yang sering muncul adalah paralel

    lamination, cross lamination, wavy, graded

    bedding, lenticular, dan flaser. Pada bagian tengah

    juga ditemukan nodul-nodul batulempung pada

    batupasir.

    Formasi Tapak terdiri dari perselingan

    batulempung dan batupasir dengan sisipan

    batugamping yang memperlihatkan struktur

  • Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,

    Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

    215

    sedimen khas tidal flat, yaitu wavy (Foto 1), flaser

    (Foto 2), dan lenticular (Foto 3). Fasies seperti ini

    menunjukan adanya fluktuasi yang konstan dengan

    kondisi energi pasang surut. Endapan ini

    ditafsirkan sebagai endapan tidal mixed flat pada

    Zona Intertidal. Selain itu didapatkan pecahan

    cangkang moluska, diinterpretasikan sebagai akibat

    energi yang kuat dari arus pasang surut pada Zona

    Intertidal (Foto 4).

    Foto 1. Singkapan litofasies batupasir wavy

    Foto 2. Singkapan litofasies batulempung flaser

    Foto 3. Singkapan litofasies batupasir lenticular

    Sw

    Sw

    Ff

    Ff

    Sl

    Sl

  • Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

    216

    Foto 4. Pecahan cangkang moluska pada Formasi Tapak

    VII. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

    1. Formasi Tapak di daerah penelitian terdiri dari perselingan batulempung-batupasir dengan

    sisipan batugamping.

    2. Pada Formasi Tapak dijumpai adanya fosil moluska, tetapi kurang terawetkan dengan

    baik/pecah-pecah yang diinterpretasikan akibat

    pengaruh energi yang kuat pada daerah pasang

    surut.

    3. Lingkungan pengendapan Formasi Tapak di daerah penelitian diendapkan pada Zona

    Intertidal sebagai endapan tidal mixed flat.

    4. Lingkungan pengendapan Zona Intertidal atau endapan tidal mixed flat dicirikan dengan

    suksesi vertikal cenderung menghalus ke atas,

    hadirnya struktur sedimen yang khas dalam

    asosiasi ini yaitu flaser, wavy, dan lenticular.

    5. Selain struktur sedimen yang khas, keterdapatan pecahan-pecahan cangkang moluska

    diinterpretasikan sebagai akibat energi yang

    kuat dari arus pasang surut pada Zona Intertidal.

    UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

    kasih kepada Kepala dan Pengelola Laboratorium

    Geologi Unsoed yang telah memberikan kesempatan

    untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga

    disampaikan kepada segenap staf pengajar

    Universitas Jenderal Soedirman yang telah banyak

    memberikan masukan, saran, bimbingan, dan diskusi

    mengenai geologi daerah penelitian. Ucapan

    terimakasih juga kami sampaikan kepada Prof. Dr.

    Yahdi Zaim (Prodi Teknik Geologi-FITB-ITB) yang

    telah banyak memberikan masukan mengenai

    Formasi Tapak pada khususnya dan stratigrafi

    Cekungan Banyumas pada umumnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bakosurtanal, 2012. Peta Provinsi Jawa Tengah. 2. Casdira, 2007. Kajian Rembesan Hidrokarbon

    dan Sistem Petroleum Daerah Bantarkawung

    dan Sekitarnya, Kabupaten Brebes, Jawa

    Tengah. Skripsi. Program Studi Teknik Geologi

    ITB. Tidak Dipublikasikan.

    3. Condon, W.H., Pardyanto, L., Ketner, K.B., Amin, T.C., Gafoer, S., dan Samodra, H., 1996,

    Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan

    Pekalongan, Jawa, Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi, Bandung.

    4. Djuri, H., Samodra, H., Amin, T.C., dan Gafoer, S., 1996. Peta Geologi Lembar

    Purwokerto dan Tegal, Jawa, Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Geologi, Bandung.

    5. Walker, R.A., 1984. Facies Models, Geological Association of Canada Publication, Bussiness

    and Economic Service, Canada.

    6. Walker, R.G., dan James, 1992. Facies Model, Response to Sea Level Change, Geological

    Association of Canada, Canada.