yang melaju diatas rel, baik yang mempur.yai jalur
TRANSCRIPT
Traksi atau tarikan biasanya dimaksudkan sebagai semua jenis kendaraan
yang melaju diatas rel, baik yang mempur.yai jalur tersendiri maupun yang
jalurnya membaur dengan kendaraan jalan raya. Dalam istilah di PERUMKA,
traksi ini biasanya diidentikkan dengan kereta api karena gerak kereta api
menggunakan gaya tarik yang berupa tarikan lokomotif. Untuk kendaraan
traksi yang dioperasikan dengan jalur yang membaur dengan jalan raya
biasanya disebut trem atau trem car.
Kendaraan traksi mempunyai karakteristik yang khas dalam hal mekanika
gerak dan pengaturan waktu tempuhnya, Mekanika gerak traksi menyangkut
akselerasi, resistansi kereta dan kemiringan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari usaha gerak (tractive effort) traksi. Dengan diketahuinya besar
usaha gerak dari traksi untuk tiap-tiap kondisi dapat dihitung besarnya energi
yang diperlukan untuk mengoperasikan traksi.
33
Traksi listrik adalah traksi yang digerakkan oleh motor listrik. Untuk
mensuplai daya pada kendaraan traksi ini digunakan rel ketiga (aliran rel) atau
dengan pantograph (aliran atas). Untuk kereta api dibawah tanah umumnya
digunakan rel ketiga dan untuk keadaan jalan kereta api di Indonesia
digunakan sistem aliran atas karena banyaknya rel yang memotong jalur
kendaraan lain.
1.1 Pengoperasian Kendaraan Traksi
Secara umum pengoperasian kereta untuk melayani transportasi
dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori. Pengelompokan tersebut
berdasarkan pada jenis layanan dan jarak tempuh dari angkutan kereta
tersebut.
1.1.1 Kereta untuk Angkutan Penumpang Antar Kota {Main Line
Passengger Traffic). Pengoperasian jenis ini ditekankan untuk
pengangkutan penumpang dengan jarak yang jauh dan tidak sering
berhenti. Kereta untuk pelayanan jenis ini mempunyai kecepatan yang
tinggi, yang kecepatan inaksimumnya dapat mencapai 160 km/jam atau
100 mil/jam.
1.1.2 Kereta untuk Angkutan Penumpang dalam Kota dan Sekitar
Kota (Sub Urban Passengger Traffic). Jenis layanan ini untuk daerah
atau rute lalu-lintas kereta yang padat dan sering berhenti. Untuk itu
diperlukan pengereman dan akselerasi yang cepat untuk mencapai
34
kecepatan rata-rata. Kecepatan maksimumnya lebih rendah daripada
main line passengger traffic, yaitu mencapai 120 km/jam atau 75
mil/jam. KRL Jabotabek termasuk dalam jenis layanan ini.
1.1.3 Kereta untuk Angkutan Barang Antar Kota (Main Line Freight
Traffic). Layanan jenis ini ditujukan untuk angkutan barang dengan jarak
yang jauh. Biasanya digunakan untuk pengangkutan barang-barang
dengan jumlah banyak, misalnya batu bara, bahan baku industri, hasil
produksi dan Iain-lain.
1.1.4 Kereta untuk Angkutan Barang dalam Kota ( Local Freight
Traffic). Layanan jenis ini diberikan untuk mengangkut barang disekitar
kota besar atau pusat industri. Misalnya untuk mengangkut barang dari
pelabuhan ke pusat industri atau sebaliknya dalam satu kota.
Jika dilihat dari sistem penggeraknya, KRL dapat dibagi menjadi dua
tipe, yaitu : Kereta Listrik Penggerak Tersebar dan Kereta Listrik
Penggerak Terpusat.
1.1.5 Kereta Listrik Penggerak Tersebar. Pada kereta listrik dengan
penggerak tersebar, satu unit kereta biasanya terdiri dari satu unit Motor
Car (MC), yaitu gerbong yang dilengkapi dengan motor listrik dan satu
unit Trailer Car (TC), yaitu gerbong gandengan biasa. Supaya daya
angkut dari KRL dapat diperbesar maka dua unit atau lebih disambung
35
menjadi satu dan sistem kontrolnya dijadikan satu sehingga kereta dapat
bergerak dengan karakteristik yang sama. Mesin penggerak diletakkan
dibawah dek (chasis) sehingga menghemat ruang untuk penumpang.
Kereta dengan sistem ini daya angkutnya terbatas sehingga dipakai untuk
rute yang pendek. Contoh dari kereta ini adalah KRL Jabotabek.
Kawat Kontak
> \
TC1
m oo MC1
oo no MC2
no oo TC2
oo no Rel
Gambar3.1
Kereta Listrik Penggerak Tersebar
1.1.6 Kereta Listrik Penggerak Terpusat. Pada kereta listrik dengan
penggerak terpusat, motor penggerak ditempatkan pada gerbong khusus
yang disebut dengan lokomotif listrik dan gerbong yang lainnya berupa
gerbong gandengan biasa. Sistem ini lebih fleksibel dan dapat
mengangkut muatan yang lebih banyak karena daya output motor
penggeraknya yang besar. Sistem ini banyak dipakai untuk perjalanan
jarak jauh atau angkutan antar kota dan untuk kereta barang. Contoh dari
kereta ini adalah kereta listrik Shinkansen di Jepang.
36
Kawat Kontak
>
LE TC1 TC2 TC...N
no m m m cTWT) m m Ral
Gam bar 3.2
Kereta Listrik Penggerak Terpusat
2. SISTEM KELISTRIKAN DAN TEGANGAN
Sistem kelistrikan pada KRL adalah menggunakan tenaga listrik DC 1500
V yang berasal dari sistem jaringan udara DC. Sistem udara DC ini dicatu dari
stasiun-stasiun penyearah yang kapasitasnya mencapai puluhan hingga mega
watt. Sistem KRL yang beroperasi di Jabotabek menggunakan catu daya DC
yang disalurkan melalui saluran udara 1500 V DC. Jaringan ini tidak akan
mengalami pemadaman karena dibuat khusus untuk kepentingan kereta rel
listrik . Tegangan pada saluran atas memiliki kwalitas rendah, artinya
tegangannya bisa berubah-ubah dari 1000 - 1800 V DC. Hal ini disebabkan
adanya pemakaian tegangan yang bervariasi, misalnya pada saat kereta akan
berangkat berarti menarik arus yang cukup besar, sehingga tegangan menjadi
turun, sebaliknya saat pengereman, kereta memberikan energi ke saluran yang
mengakibatkan tegangan menjadi naik.
37
OVCRMCAD ( - INC
T R R I L E R COR
voi-tncc iHQr
STrtTJC coNvcnrtR 3flflV/51Hi "NQ IIPVPC
I > I I I I I I I I I I I I I I I I I I
I I
M O T O R CPlR yaas,
A [] i] []
M/.MT(J(.UOii
&SIB2
i i i i
=0 I- INC VOLT fiCC SENSING
i i i
TRACTION INSTALLATION
L O W VOLinCC OCICCIIOM (fafSia
Gambar 3.3
Sistem Kelistrikan KRL
2.1 Suplai Tegangan Tinggi
1500 V DC tegangan tinggi dari overhead line masuk kereta melalui
pantograph. Pantograph berada di atap Ml mensuplai tegangan tinggi
untuk instalasi traksi Ml dan statik converter TCI. Pantograph diatap
M2 mensuplai tegangan tinggi untuk instalasi traksi M2 dan statik
converter TC2. Arus yang tidak dipakai dari instalasi tegangan tinggi
dibuang keluar ke rel lewat sikat-sikat pada dua gandar atau as roda dan
Ml dan M2. Berikut dari pantograph dipasang lightning arrester, yang
akan melindungi dari beban lebih atau petir. Antara pantograph dan
instalasi tegangan tinggi dipasang rangkaian pentanahan {grounded),
yang diperlukan untuk keperluan perawatan peralatan kereta.
Tegangan tinggi untuk statik converter TC1/TC2 diberi pembatas arus
sebagai pengaman (fuse) sebesar 50 A, yang diletakkan di ruangan
38
tegangan tinggi dibawah M1/M2. Statik converter menerima suplai
tegangan tinggi melalui sebuah penghubung {disconecting switch) yang
akan terhubung pada instalasi traksi dalam keadaan :
• Jalan atau Berhenti.
• Jaringan tegangan pada catenary overhead lebih besar daripada 1000
VDC.
• Tekanan pada pantograph lebih besar dari 4 bar.
• Tidak ada suplai daya luar yang di hubungkan.
• Dalam keadaan ini baterai tidak dalam keadaan kosong.
Ketika baterai kosong, hanya statik converter TC2 (baterai
charger) yang beroperasi dengan mengoperasikan tombol emergency
start, yang diletakkan di panel emergency start dalam tembok akhir dari
M2.
Tegangan tinggi untuk instalasi traksi di hidupkan dengan disconecting
switch yang ditutup ketika:
• Dalam kabin pengemudi, tombol Kontrol Arus dari Kontrol Utama
dalam posisi jalan, parkir atau perawatan.
• Tegangan saluran overhead lebih tinggi dari 1,000 V DC.
• Tekanan pantograph lebih tinggi dari 4 bar.
• Tidak ada pengereman darurat di minta.
• Tidak ada kesalahan diferensial di deteksi dalam tegangan tinggi untuk
instalasi traksi.
39
2.2 Suplai Tegangan Rendah
Suplai tegangan rendah untuk instalasi traksi disediakan oleh statik
converter : SCAP 25s. Ada dua statik converter : satu dibawah TCI dan
satu dibawah TC2. Statik converter mempunyai dua output:
• 220/380 V AC.
• 110VDC.
Output 220/380 V AC sama untuk kedua statik converter tetapi tidak
saling terhubung. Kekuatan maksimum output adalah 26 kW. 110 V DC
diambil dari 220/380 V AC output. Statik converter dari TCI 380 V AC
dan 110 V DC terdiri dari sebuah transformer dan sebuah diode bridge
(uncontrolled rectifier). Statik converter dm TC2 380 V AC dan 110 V
DC terdiri dari sebuah transformer dan sebuah thyristor bridge
(controlled rectifier). Kekuatan output maksimum dari thyristor bridge
adalah 7.4 kW.
Output tegangan rendah AC dari statik converter pada TCI 220/380 V
berfungsi untuk mensuplai peralatan :
• Kompresor TCI, 380 V AC,
• Ventilasi traksi ML 380 V AC,
• Ventilasi kereta TCI dan Ml, 220 V AC,
• Lampu utama, sisi kanan kereta TC depan kabin, 220 V AC.
Output tegangan rendah AC dari statik converter pada TC2 220/380 V
berfungsi untuk mensuplai peralatan :
• Kompresor TC2, 380 V AC,
40
• Ventilasi traksi M2, 380 V AC,
• Ventilasi kereta TC2 dan M2, 220 V AC,
• Lampu utama, sisi kiri kereta jika TC2 depan kabin, 220 V.
Selama perawatan kereta, 220/380 V AC dapat di suplai ke kereta dengan
suplai dari depo luar. Sebuah panel untuk suplai luar diletakkan dalam
ruang tegangan rendah dibawah TCI dan TC2, Kedua panel itu di
hubungkan ke suplai peralatan 220/380 V AC dan 110 V DC di seluruh
kereta.
Rangkaian 110 V DC, dengan suplai dari statik converter TCI, dalam
keadaan normal, dapat bervariasi antara 104 V DC dan 115V DC (110 V
± 5%). Statik converter TC2 mengisi baterai sampai tegangan 137,5 V
DC(110Vxl,25).
Untuk keadaan darurat traksi ada tiga kemungkinan yang terjadi:
1. Statik converter TC2 gagal
• Baterai tidak akan diisi.
• Statik converter TC2 akan tetap mensuplai lampu darurat, lampu
utama, lampu depan, lampu belakang, lampu samping dan hubungan
telepon antar gerbong.
2. Statik converter TCI gagal
• Statik converter TC2 dan baterai akan mengambil alih suplai untuk
pemakaianllOVDC.
• Baterai tidak lagi diisi
3. Kedua converter gagal
•11
Baterai mensuplai pemakaian 110 V DC dan jika terjadi tegangan
turun sampai 88 V DC maka semua pemakaian peralatan akan
dimatikan.
Pada gambar 3.4 ditunjukkan blok diagram statik converter
1500 V DC
Low Vuliage Cubicle
Fit.Input
Sialic Convener Cubicle
500 V dc
D C DC
SRPS Hatch
380 V ac
GTO Hatch
Diode Hatch (TCI). Thyristor Hie (TC2j
Trafo 3 fasa N R S T
Gambar 3.4
Blok Diagram Statik Converter
2.3 Sistem Tegangan Tinggi
Rangkaian kereta dilengkapi dengan dua unit traksi yang berdiri sendiri.
Unit traksi ini mengambil tegangan dari saluran 1500 V DC dan
mengubah energi listrik menjadi energi kinetik berupa pergerakan kereta.
Perangkat pendukung yang digunakan mulai dari penghubung sampai
menjadi pergerakan kereta adalah sebagai berikut:
42
2.3.1. Pantograph. Peralatan ini berfungsi sebagai kontak penghubung
antara instalasi traksi dengan Overhead Conductor. Tipe yang digunakan
adalah single arm dan diletakkan diatap MCI dan MC2, Tekanan udara
yang diperlukan untuk menaikkan pantograph adalah sebesar 4 bar. Jika
tekanan kurang dari 4 bar maka pantograph akan digerakkan oleh pompa
kaki supaya terhubung dengan saluran atas.
Gambar 3.5
Pantograph
Blok diagram sistem tegangan tinggi untuk menggerakkan motor mduksi
dapat dilihat pada gambar 3.6.
43
7 1500 V DC
Line / Switch
y. Braking Resistor
Line Line Filter Chopper
)
Braking Chopper
DC
T Intermediate
Voltage inverter
AC
Induction Motor
A
Gambar 3.6
Sistem Tegangan Tinggi
2.3.2. Line Switch. Berfungsi untuk menghubungkan rangkaian daya
kereta dengan jaringan 1500 V DC.
2.3.3. Line Filter. Merupakan series-resonance converter yang
pengoperasiannya berdasarkan pada terjadinya resonansi pada rangkaian
LC. Tujuan dari line f<lter unit adalah untuk memfilter arus line yang
masuk.
2.3.4. Line Chopper. Kegunaan dari komponen ini adalah untuk
merubah tegangan line (DC) tanpa regulasi menjadi tegangan DC dengan
regulasi atau variabel tegangan DC. Dalam beberapa pemakaian chopper
terdiri dari tiga jenis, yaitu ;
44
• Buck converter menghasilkan tegangan DC yang lebih kecil dari
tegangan input.
• Boost converter menghasilkan tegangan DC lebih besar daripada
tegangan input.
• Buck-boost converter merupakan gabungan dari keduanya.
Karena tegangan input dari saluran catenary lebih kecil dari tegangan
output untuk mensuplai inverter maka chopper yang dipakai disini
memakai jenis boost converter dengan input nominal 1500 V DC dan
tegangan output 2200 sampai 2500 V DC. Frekuensi pulsa line chopper
adalah 550 - 650 Hz. Rangkaian ini berfungsi juga untuk mengembalikan
energi saluran ke line dan membatasi arus saluran (saat pengemudian dan
pengereman). Saat pengereman tegangan yang dikembalikan ke line tidak
boleh lebih dari 1800 V DC dan jika tegangan lebih dari 1800 V DC
maka tegangan akan diberikan ke braking resistor untuk dibuang.
Rangkaian ekuivalen dari line chopper dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
p r w i
U1 D-DOWN 2\
S-DOWN
J i D-UP
/ S - U P
P5~ lc
Uc
Gambar 3.7
Rangkaian Ekuivalen Line Chopper
45
Ketika dalam mode UP, dioda dibias terbalik sehingga menyekat sisi
output dan sisi input mencatu energi pada induktor (arus jala-jala
mengalir dari jala-jala ke DC link). Sedangkan pada mode DOWN (energi
dikembalikan ke jala-jala), sisi output merupakan penjumlahan tegangan
induktor dan tegangan input dengan asumsi bahwa arus induktor mengalir
secara kontinu, maka :
* ltup " otdown — *odo\vn
dengan membagi dan menata ulang kedua sisi dengan T (tup + tdown),
didapat:
Vo_ JT_ Vi td own
dimana
tup = waktu saat mode UP
tdown ~ waktu saat mode DOWN
Vo = tegangan output
Dengan melihat bahwa
D = ^ tup + tdown
maka
Vo 1
Vi 1-D
Gambar 3.8 menunjukkan gambar diagram rangkaian line chopper dan
DC link. Gambar 3.9 menunjukkan penggunaan line chopper.
46
G l t « p u t !
Y
! »
Jta-I
Sitoot inrouon 0 6 t * C I 10(1
ffl
L i n t chopper UT I*«k
Gambar 3.8
Diagram rangkaian line chopper
U c o i l
1 l i n e
U l ine 5? A
l 1 c
2
"•"- to "n* I law
U C
" ^ - < f » » lAV
Gambar 3.9
Pengisian Capacitor
Saat step up GTO conduct, coil line chopper akan diisi ke tingkat yang
lebih tinggi. Setelah step up GTO tidak lagi conduct dan coil melepaskan
energi, daya diode lebih, sampai kapasitor DC link, Energi lebih ini
menaikkan potensial link menjadi 2200 V DC
Uc = Uinv = Uline + Ucoil
47
2.3.5. Braking Chopper. Fungsi braking chopper adalah :
1. Untuk membatasi potensial DC link, selama arus masuk dari circuit
breaker dan selama perubahan beban (menjaga kestabilan DC link).
2. Mengalihkan energi pengereman ke braking resistor, jika tidak dapat
dikembalikan ke saluran.
Braking chopper akan beroperasi jika tegangan DC link mencapai harga
maksimumnya (2300 V) yaitu dengan cara mengalirkan arus ke brake
resistor. Untuk dapat mengendalikan arus yang dialirkan, maka arus yang
dialirkan berupa pulsa sehingga dengan mengatur lebar pulsa tersebut
diperoleh arus yang terkendali. Rangkaian braking chopper ditunjukkan
pada gambar 3.10 dan rangkaian ekuivalennya dapat dilihat pada gambar
3.11
•T'-'VJIII
u i ( l l - n J O
\*
y
\& U t. ( i n v i Kit)
U< « 1 . fiy l « t l * t « <
Gambar 3.10
Diagram Rangkaian Braking Chopper
48
VB
l
IB s
R VB
Gambar 3.11
Rangkaian Ekuivalen Braking Chopper
2.3.6. Inverter. Menggunakan inverter dengan sistem pengendalian
VVVF. Pengendalian kecepatan dari motor induksi dengan
menggunakan power semikonductor mempunyai banyak kelebihan,
diantaranya adalah dimensinya yang kecil, time responnya yang cepat,
pengaturan yang mulus (smooth) tanpa step dan energi disipasinya relatif
kecil. Pada dasarnya pengendalian dengan VVVF (Variable Voltage
Variable Frekuensi) ini dimaksudkan untuk memperoleh harga fluk
magnetik yang konstan. Sesuai dengan karakteristik motor induksi yang
akan mempunyai torsi yang konstan jika fluk magnetnya juga konstan.
Pemakaian inverter dengan inverter tiga phasa, berfungsi merubah
tegangan DC menjadi tegangan AC tiga phasa dengan perubahan
terhadap amplitudo dan frekuensi. . Tegangan input berkisar antara 2200
V sampai 2500 V DC yang akan mensuplai motor induksi dengan
tegangan berkisar antara 0 sampai 1950 V AC. Sedangkan frekuensi yang
dapat dikeluarkan berkisar antara 0 sampai 150 Hz.
49
Dalam keadaan jalan, energi akan mengalir dari rangkaian melalui
inverter ke dalam motor sedangkan untuk keadaan pengereman energi
akan mengalir dari motor menuju rangkaian melalui inverter {generating
mode).
If
u c
Gat* p u l i e i ( r ) T V
v-5**-J 2i v^to-J 21 v^^- i 21
G»t« pu i ses ( s ) Y y
.0. t I
2i"*?>
Gate p u l s e s ( t J T Y
f
t
AC motor vo l t»g«
Gambar 3.12
Rangkaian Inverter 3 Phasa
Pengaturan untuk memperkecil komponen harmonisa dasar yang
timbul digunakan tipe PWM (Pulse Width Modulation) yang terdiri dari
dua cara, yaitu:
• Square Wave Modulation
• Sinusoidal Modulation
Sinusoidal Modulation digunakan ketika lebar pulsa yang terdapat
pada tegangan phasa bervariasi sebagai fungsi sinusoidal, agar tegangan
50
efektif yang kecil pada harga negatif dan positif dapat dimunculkan.
Sinusoidal modulation ini digunakan pada frekuensi inverter yang rendah.
2.4 Sistem Traksi
Masing-masing kereta seperti pada gambar 3.13 dilengkapi sistem traksi
yang terdin dari :
• Dua ruang converter traksi (satu dibawah masing-masing motor car);
• Delapan motor traksi (empat dibawah masing-masing motor car);
• Control utama di masing-masing kabin masinis.
MC2 y TC2
ft fl irner'» <ktk
DC DC
ContfClOj
•— torw^ini
<xi*ro*inj
Converting
AC AC
56 <565tr ~^>
4ri*v •« <fct*
Gambar 3.13
Sistem Traksi Kereta
Ruang converter traksi berisi peralatan control dan power elektronik
yang terdiri dan mikroprosesor dan lima High Power Drives (HPD) yang
terdiri dari :
51
• Satu modul Line Chopper,
• Satu modul Braking Chopper,
• Tiga modul inverter,
Gambar 3.14 menunjukkan lokasi ruang converter traksi yang terletak
dibawah motor car.
T i \ i — i
QDO
tu
mooQQODggoaQQooqq OOQ
^jj^±^^jji \m$$mmm^ Irtbp^^Z^tity
SK T r a c t i o n c o n v e r t e r c u b i c l e
Gambar 3.14
Ruang Converter Traksi
Pendingin converter traksi adalah ventilator. Untuk peravvatan, terdapat
switch pentanahan (switch pengaman) terletak di diding akhir dari motor
car dekat trailer car. Gambar 3.15 dan 3.16 menujukkan bagian-bagian
utama dari instalasi traksi.
52
tartning Switch .o Braking resisior(s)
2 IQOO nnaoQQmon OOQQOO mn
t o r s J T r a c t i o n mo
Trac I i on ,010tor s
High vo1tage Cub 1 c I e
Line F1 Iler Un 1t L1ne Chopper Co 1 1
Vent 1 I at ion Un1t
Power « I ec t ronics
Cont ro1 eleilr on ics
Gambar 3.15
Perlengkapan Traksi pada Motor Car
^ S j S S ^ n l o c a l S i g n a l i n g p f l n t l
Drivers d« t t
Gambar 3.16
Perlengkapan Traksi pada Trailer Car
2.4.1 Ruang Converter Traksi. Ruang converter traksi terdiri dari
power dan control elektronik yang merupakan bagian terpenting dari
sistem traksi. Dalam ruang converter traksi ini diletakkan inverter modul,
converter traksi, braking chopper modul dan perangkat power elektronik
lainnya. Pengontrolan power elektronik (GTO) dilakukan oleh kontrol
53
elektronik. Pada gambar 3.17 menunjukkan posisi peralatan power
elektronik dan kontrol elektronik pada traksi.
(SfHibbercircui t s j
Gambar 3.17
Posisi Peralatan Power Elektronik
2.4.2 Ruang Tegangan Tinggi. Di ruangan ini, peralatan tegangan tinggi
yang sangat penting untuk sistem traksi diletakkan. Peralatan traksi ini
terdiri dari :
1. Circuit Breaker
Switch circuit breaker merupakan instalasi "on" dan "off" traksi
dengan tegangan atas (+ 1500 V DC). Pengemudi dapat menghidupkan
circuit breaker dengan meletakkan kunci kontrol arus pada panel
kontrol utama dan meletakkan pada posisi "on". Selanjutnya, switch
kontrol arus harus diletakkan pada mode "Drive". Circuit Breaker
54
dapat terbuka oleh kontrol elektromk jika menunjukkan kesalahan
traksi.
2. Panel keamanan (untuk pengukuran dan deteksi)
Panel keamanan mengukur tegangan line dan melindungi instalasi
traksi dari tegangan line yang rendah ( < 950 volt ). Meter tegangan
tinggi diletakkan : satu meter tegangan pada kabin masinis dan satu
lag) disamping switch pentanahan bagian akhir dari motor car dekat
trailer car.
3. Filter anti gangguan
Memfilter tegangan line radio traffic pada frekuensi antara 100 kHz
sampai 100 MHz.
4. Perlengkapan short circuit
Untuk perlindungan teknisi dari tegangan tinggi dalam pekerjaan
perawatan.
5. Line filter kapasitor dan resistor
Termasuk line filter unit yang akan menyaring tegangan line dari
gangguan frekuensi tinggi.
6. Pengukur arus inverter traksi
Mengukur arus traksi dan nilai arus ditunjukkan pada meter arus di
ruangan masinis.
2.5 Traksi Motor.
Jenis motor yang digunakan adalah motor induksi sangkar bajing
(squirel cage) dengan tipe DMKT 55/18.5, yang dibagi menjadi empat
55
bagian utama yaitu : stator, rotor, bearings, carrying beam. Keuntungan
dari penggunaan motor ini adalah :
1. Dimensi kecil dengan daya tinggi.
2. Kokoh dan kompak, tanpa komutator sehingga mudah dan murah
dalam pemeliharaan.
3. Putaran yang diijinkan dapat lebih tinggi karena tidak mempunyai
komutator.
4. Mempunyai efisiensi tinggi.
5. Tahan terhadap goncangan dan tekukan.
6. Kemampuan pembebanan yang lebih tinggi, baik mekanis maupun
thermis, karena menggunakan rotor sangkar yang masiv dan tanpa
isolasi.
Satu set kereta (2 MC dan 2 TC) menggunakan 8 buah motor traksi
dengan masing-masing daya sebesar 155 kW. Delapan traksi motor
merubah energi elektrik menjadi energi percepatan elektrik (gaya rotasi
pergerakan roda) dan mengembalikan energi pengereman menjadi energi
listrik ke saluran atas. Dalam rangkaian traksi delapan motor traksi
diletakkan paaa motor bogies dibawah motor car (dua motor per bogie,
dua bogie per motor car dan dua motor car per rangkaian traksi). Saat
start, metode yang digunakan adalah star - delta untuk ke-4 motor dan
menggerakkan motor tersebut secara bersamaan.
Pengaturan saat kereta jalan adalah dengan cara mengatur frekuensi
dan tegangan yang diinputkan ke motor yang akan mengakibatkan motor
akan berputar. Motor ini kemudian dihubungkan ke gearbox yang akan
56
merubah kecepatan rotasi dari motor induksi menjadi kecepatan rotasi
roda kereta. Dari kecepatan rotasi roda kereta dapat ditentukan kecepatan
kereta dan dari kecepatan roda kereta dapat dilihat frekuensi dan
tegangan yang diinputkan ke motor. Untuk mengatur kecepatan sinkron
motor yang akan diputar terbalik (maju atau mundur) dapat dilakukan
dengan jalan membalik dua phasa diantaranya yang diinputkan ke motor
(R-S-T dibalik menjadi R-T-S, S-T-R dibalik menjadi S-R-T dan T-R-s
dibalik menjadi T-S-R).
3. SISTEM KONTROL TRAKSI
Sistem kontrol traksi ini menggunakan peralatan berupa kontrol elektronik
yang bekerja untuk menjamin agar peralatan-peralatan yang telah dipasang
dapat berfungsi dengan baik. Ada tiga komponen pengemudian yang
dikontrol oleh alat pengontrol ini, yaitu : inverter, line chopper, braking
chopper.
57
CIRCUIT *"\ BREAKER
Gambar 3.18
Kontrol Traksi
Lewat vehicle interface yang diletakkan dalam kabin kemudi dapat
diperoleh beberapa data dari kereta mengenai kecepatan berputar roda yang
terdiri dari gerak maju dan dalam posisi pengereman. Melalui digital drive
control, data-data yang diperoleh atau yang akan diberikan dirubah dalam
bentuk digital, yang selanjutnya akan mengontrol tiga komponen
pengemudian tersebut, yang meliputi akselerasi, pengereman ataukah dalam
kondisi emergency. Dalam keadaan pengereman dipakai Electro Dynamic
Brake, sedang dalam kondisi emergency brake atau pengereman darurat
digunakan Electro Pneumatic Brake.
58
3.1 Kontrol Elektronik
Kontrol elektronik akan mengatur, melindungi dan memonitor
fungsi dari sistem keseluruhan traksi. Sinyal-sinyal yang datang dan
masuk ke converter traksi dihubungkan pada pos 113/114 (XE-I03A)
pada PCB. Sinyal ini akan diperiksa dan diproses oleh mikroprosesor
pada pos 112 (XE-MPR4F). PCB ini bersama dengan PCB XE-
MPR4A+B (pos 108 + 109), mengatur converter traksi. PCB XE-TTI1A
(pos 111) mengatur circuit breaker yang akan dimatikan bila keadaan
darurat.
current signals from out the t ract ion converter
10 3A (1U+114)
MPR4F
(112)
MA CIS 1.111) Oil
l . l u U U I
i i l 'U t .w i
loinpcraturv
MPR4A+B (108*109)
LC-gjmma BC-gamma
\t i L v
JJ
GCB1A J^m detection v ' LC BC
control control
U b
I I
H-GH1A sr
MPHdA (110)
inverter pulse pat tern
'outt GIB1A detection i u'\ n
INV i .O l l lK . I
l ino I motor V
I r f o U r U
LC ST-INV detection detection
iC-pubes BC-pulses ST pulses INV pulses
ipeed
M Y Y? IC-STI ) INV 5 1 0
H
. 110 v
— « -
•5v .2-1 V
•24 V
.12 V
12 V
id v
JSkHJ
POWER SUPPLY
Gambar 3.19
Kontrol Elektronik Traksi
59
Untuk mengatur line chopper dan braking chopper diberikan oleh
mikroprosesor pada XE-MPR4A+B (pos 108 + 109) dan dibantu oleh
PCB XE-GCB1A (pos 104). Tegangan line (Ui), Tegangan DC-link (Uc),
dan tegangan pengereman (Ub) dan arus line (Ii) diukur oleh XE-GCB1A
dan diberikan ke mikroprosessor pada XE-MPR4A+B.
Untuk mengatur inverter diberikan oleh mikroprosessor XE-
MPR4A+B (pos 108 + 109) dan XE-MPR3A (pos 110) dan dimonitor di
PCB XE-GIBIA (pos 103). Mikroprosessor pada PCB XE-MPR3A
membangkitkan pulsa untuk mengatur inverter GTO dan XE-GIBIA
untuk mengukur arus motor. Pengendali line antar XE-GCB 1A dan P-
FAH2A dibuat dari fiber glas dan membangkitkan sinyal lampu kontrol.
LC control
BC control
INV control
P-GFI1A
ST-lC detection
ST-INV detection
LC-puhJvfj BC-pukes Sl'-pulses
A
it V
INV-ptilSt-,
Y Uxxxx S A
I luiucnoppoi liraiuvjcOTOpix siwol throuqn
Gambar 3.20
Kontrol Pada PCB P-GFI1A
60
Sinyal ini diubah dari elektrik ke lampu oleh opto-coupler pada
PCB P-GFI1A. Selama memfungsikan beberapa perangkat penting
instalasi traksi yang akan desampling sebanyak 200 sample/100ms dan
dicatat oleh pencatat kegagalan PCB XE-RPR1B (pos 107). Jika terjadi
kegagalan traksi, pulsa triger akan diberikan dan informasi kegagalan
tersebut akan disimpan selama mengalami kegagalan. Penyimpanan
informasi dapat divisualisasikan oleh penggunaan PC.
•5V •«-
.<8V •+-
4IMJW4 •«-
P-EVP2A
XE-SMSIA (101)
convei ler
I10H8VDC
PPSU2A
Gambar 3.21
Suplai Tegangan Kontrol Elektronik
Converter dilengkapi oleh PCB P-EVP2A yang akan mensuplai
peralatan elektronik didalam kaset, merubah tegangan 48 DC menjadi +5
VDC dan +24 VDC/-24VDC. Dalam mode suplai , PCB XE-SMSIA
61
(pos 101) menerima tegangan +24 VDC/-24 VDC dan merubah suplai
tersebut menjadi +12/-12 VDC (suplai PCB kaset). XE-SMS1A juga
memonitor semua suplai. Converter 110/48 VDC juga memberikan
suplai ke P-PSU2A dan unit ini akan merubah 48 VDC menjadi tegangan
AC 48 VAC/35 kHz
3.2 Digital Drive Controller
Digital Drive Controller merupakan pengemudian traksi dengan
menggunakan mikroprosesor untuk mengatur dan memonitor semua
peralatan traksi. Jika kecepatan kereta melebihi 10 km/jam, sinyal
kecepatan > 0 akan dibangkitkan dan pintu akan terbuka jika tanda ini
menunjukkan kecepatan = 0. Switch arah kemudi juga diblok oleh tanda
ini untuk mencegah perubahan operasi pada kecepatan tinggi.
Langkah-langkah dalam pengemudian traksi adalah sebagai berikut:
• Setelah Digital Drive Control telah ditentukan (Relsys = 1), line CB
tertutup.
• Jika arah telah ditentukan, (Dir a = 1 atau Dir B = 1), line chopper
diaktifkan. Line chopper menaikkan tegangan DC link sehingga
inverter dapat beroperasi.
• Jika tegangan yang diperlukan oleh inverter dalam DC link telah
dicapai, inverter akan diaktifkan. Inverter akan merubah tegangan DC
link menjadi tiga phasa.
02
• Jika tegangan DC link naik terlalu tinggi, misalnya selama
pengereman, braking chopper akan diaktifkan. Braking chopper akan
membuang energi DC link ke dalam braking resistor.
• Jika pilihan arah = 0 (Dir a = 0 atau Dir b = 0), line chopper dan
inverter akan dinonaktifkan. Jika sistem kontrol traksi yang
ditentukan adalah reset (Relsys = 0), line CB akan terbuka dan line
chopper serta inverter akan dinonaktifkan.
Jika sinyal kontrol yang tidak sah dideteksi oleh komponen power
elektronik , sinyal kontrol pada power elektronik akan dimatikan dan
kemudi akan dinonaktifkan. Jika kondisi kesalahan dideteksi dalam
sistem traksi, sistem traksi akan diproteksi. Jika kondisi kesalahan
dideteksi dalam satu dari beberapa power suplai maka semua power
suplai akan dimatikan.
Digital Drive Controller dan rangkaian power elektronik terdiri dari
fungsi-fungsi:
1. Kontrol Pusat : mengontrol CB, mengaktifkan dan
menonaktifkan line-chopper dan inverter,
2. Line chopper : menghasilkan tegangan DC link stabil
3. Braking chopper : mengurangi kelebihan energi DC link
4. Inverter : menghasilkan suplai motor tiga phasa
yang dapat diatur
5. Active Protections : mematikan GTO oleh shoot through
6. Passive Protections : proteksi cepat
7. Power Suplai : Sistem suplai kontrol traksi
63
3.2.1 Kontrol Pusat. Unit kontrol pusat mengatur penaktifan dan
penonaktifan dari : CB, linechopper dan inverter. Pengoperasian dari
kontrol pusat adalah sebagai berikut:
1. Setelah Sistem Kontrol Traksi (DDC) telah diaktifkan (Relsys = 1),
sistem diaktifkan dan CB ditutup.
2. Jika arah diberikan (Dira = 1 atau Dirb =1) , linechopper diaktifkan,
dan tegangan DC link meningkat.
3. Jika tegangan inverter yang dikehendaki telah dicapai, inverter akan
diaktifkan.
4. Jika arah tidak diberikan (Dira = 0 atau Dirb = 0), linechopper dan
inverter akan dinonaktifkan.
5. Jika sistem kemudi dinonaktifkan (Relsys = 0), CB dibuka dan
linechopper serta inverter dinonaktifkan.
3.2.2 Linechopper. Line chopper diaktifkan dengan kontrol
utama dan menjaga tegangan DC link yang konstan antara 2200 dan
2400, dari penvalaan dari dua GTO line chopper. Tegangan DC link yang
dikehendaki dihitung dari torsi setpoinl Tset dan kecepatan fm.
Frekuensi pulsa line chopper adalah sebesar 550 - 650 Hz.
3. 2.3 Braking chopper. Braking chopper diaktifkan oleh power suplai.
Jika braking chopper dihidupkan, arus akan mengalir ke braking resistor.
Waktu minimum untuk pergerakan brakingchopper sekurang-kurangnya
100 ms, untuk mencegah pembangkitan gangguan arus. Frekuensi pulsa
64
braking chopper GTO adalah sebesar 400 - 433 Hz dan kombinasi antara
inverter dan braking chopper tidak akan menghasilkan gangguan arus.
Untuk mencegah tegangan DC link meningkat terlalu tinggi, satu dari dua
braking chopper akan diaktifkan selama 20 ms jika tegangan DC link
melebihi 3000 V.
3.2.4 Inverter. Inverter akan merubah energi dari DC link menjadi
tegangan tiga phasa dengan frekuensi yang berubah-ubah finv dan
amplitudo Um. Untuk membangkitkan tegangan tiga phasa, inverter
mengandung switch ganda GTO untuk masing-masing phasa.
3.2.5 Active Protection. Fungsi dari aktive protection adalah untuk
menjaga traksi dari beberapa kerusakan, yang disebabkan kerusakan kecil
atau penyebab luar dan mematikan arus yang menuju GTO. Aktive
protection akan memonitor :
• Tegangan line chopper dan inverter GTO.
• Arus motor.
3.2.6 Passive Protection. Fungsi dari passive protection adalah menjaga
traksi dari beberapa kerusakan, yang disebabkan kerusakan kecil atau
penyebab luar. Jika kerusakan besar dideteksi, traksi akan dimatikan
selama-lamanya sampai kerusakan diperbaiki dan bila kerusakan kecil
dideteksi, traksi akan dimatikan sementara. Jika kerusakan kecil yang
sama dideteksi selama pada waktu yang sama dalam tenggang waktu
OS
tertentu maka disebut kerusakan besar dan traksi akan dimatikan
selamanya sampai kerusakan tersebut diperbaiki,
3.2.7 Power Suplai. Akan mensuplai elektronik dan pengemudian GTO
dengan tingkat suplai yang berbeda. Converter traksi disuplai 110 V DC.
Dalam convener traksi diberikan suplai dengan tingkatan yang berbeda :
• 110 V DC, untuk : kabel I/O dan menghasilkan 48 V DC;
• 48 V DC, untuk : deteksi temperatur, menghasilkan 5 V DC, ± 24 V
DC dan 35 kHz AC
• ± 24 V DC, untuk tegangan Ui, Uc dan Ub transducer; arus li, Iu dan
Iv transducer, dan menghasilkan ± 12 V DC.
• ± 12 V DC, untuk rangkaian dalam pcb.
• 5 V DC, untuk rangkaian dalam pcb
• 35 kHz untuk pengemudian GTO
3.3 Kontrol Arah
Pemilihan arah (Dira/Dirb) hanya dapat dirubah dari maju ke
mundur pada kecepatan nol. Jika tidak ada 'input jalan' atau 'input
pegereman' yang diberikan ketika kecepatan kereta 20 km/jam, traksi
akan berubah menjadi keadaan meluncur, sampai 'input jalan' dirubah
menjadi netral setelah penundaan sebentar (memberikan urutan stop dan
start line chopper ketika berubah dari jalan menjadi pengereman).
65
3.4 Kontrol Utama
Kontrol Utama terdiri dari tiga switch yang dapat diletakkan pada
berbagai posisi :
1. Switch Kontrol Arus
2. Switch Arah Kemudi
3. Kontrol Traksi
Kontrol utama ini dilengkapi dengan kedua kunci yaitu mekanik dan
elektrik. Kontrol utama hanya dapat dioperasikan dari kabin masinis dan
kontrol utama pada kabin (TC) yang lain secara otomatis dikunci pada
posisi 0.
Gambar 3.22
Kontrol Utama
67
Sebelum kontrol utama dioperasikan, kunci (DOM-400520) harus
dimasukkan untuk membuka kunci mekanik switch kontrol arus (item 1).
Switch kontrol arus, switch arah kemudi dan kontrol traksi satu sama lain
saling mengunci secara mekanik, menunjukkan bahwa urutan
pengoperasian sangat penting untuk mengoperasikan Kontrol Utama.
Langkah pertama : Switch kontrol arus
Langkah kedua : Switch arah kemudi
Langkah terakhir : Kontrol traksi
3.4.1 Switch Kontrol Arus (item 3). Switch kontrol arus mempunyai
beberapa posisi;
1. D adalah posisi jalan.
2. 0 adalah posisi netral.
3. P adalah posisi parkir.
4. C adalah posisi perawatan.
Switch kontrol arus diatur pada posisi jalan, parkir, atau perawatan
dengan menekan tombol 'Membuka Kontrol Arus' (item 2). Ketika
lampu laming dari tombol tersebut menyala (item 2), maka kontrol utama
dapat dioperasikan dan pada kabin yang lain kontrol utama diaktifkan.
Netral
Dalam posisi netral, sistem yang aktif {pantograph diturunkan) :
1. Meter tegangan rendah (tegangan baterai).
2. Hubungan kontrol arus.
3. Jam kabin.
68
Parkir
Posisi parkir adalah untuk parkir kereta saat malam [pantograph
ditinggikan). Dalam posisi ini sistem yang aktif:
1. Instalasi kompresor.
2. Hubungan kontrol arus.
dan sistem yang dapat aktif, tergantung dari posisi switch service panel A
danB:
1. Sinyal luar dan dalam.
2. Sistem intercom.
3. Kontrol pantograph.
4. Lampu ruangan dan ventilasi.
5. Lampu meja kabin dan jam.
Perawatan
Pada posisi ini sistem yang selalu aktif:
1. Instalasi kompresor.
2. Hubungan kontrol arus.
dan sistem yang dapat aktif, tergantung dari posisi switch service panel A
danB:
1. Kontrol pintu.
2. Sistem intercom.
3. Kontrol pantograph.
4. Lampu niangan dan ventilasi.
5. Lampu meja kabin dan jam.
69
3.4.2 Switch Arah Kemudi (item 4). Switch arah kemudi mempunyai
beberapa posisi:
1. F adalah posisi maju.
2. 0 adalah posisi netral.
3. B adalah posisi mundur.
Switch arah kemudi secara mekanik dihubungkan dengan switch kontrol
arus, jadi switch hanya dapat diletakkan pada posisi maju atau mundur
ketika switch kontrol arus pada posisi jalan. Ketika kereta melampaui
kecepatan 5 km/jam, switch kontrol arus secara elektrik terkunci pada
posisi maju atau mundur.
3.4.3 Kontrol Traksi (item 5). Kontrol traksi mempunyai beberapa
posisi:
1. 0 adalah posisi netral.
2. 1 sampai 7 adalah posisi kemudi.
Kontrol traksi secara mekanik dikunci pada posisi 0 ketika switch arah
kemudi pada posisi 0, dan hanya dapat dioperasikan ketika arah kemudi
telah ditentukan maju atau mundur. Posisi 1 untuk percepatan terendah
dan posisi 7 adalah percepatan traksi tertinggi.
3.5 Kontrol Torsi
Torsi motor akan dibuat nol jika kecepatan kereta mencapai
kecepatan 100 km/jam. Motor dapat menggunakan pengereman Electro
70
Dynamic. Ini dimungkinkan jika kecepatan lebih dari 5 km per jam dan
pengereman Pneumatical dimatikan.
3.6 Driver Controller
Untuk menjalankan traksi, sistem pengereman masing-masing
traksi akan diberi tekanan udara supaya rem darurat dilonggarkan dari
roda. Switch kontrol yang diperlukan dalam pengemudian kereta adalah
sebagai berikut:
1. Switch kontrol arus dengan 4 posisi: jalan, nol, parkir atau perawatan.
2. Switch arah kemudi, dengan 3 posisi: nol, maju, mundur.
3. Kontrol traksi dengan 8 posisi: 0 7.
4. Kontrol pengereman dengan 9 posisi: kunci, 0 7.
5. Kombinasi kontrol traksi / pengereman dengan 16 posisi : TR1 TR7,
netral, SB1....SB6, EM.
'Input jalan' hanya dapat diberikan jika kondisi start dipenuhi sebagai
berikut:
l.CBon.
2. Arah telah dipilih.
3. Torsi kemudi telah dipilih dengan kontrol traksi.
4. Tegangan 110 V diberikan.
5. Tekanan udara yang cukup untuk pengereman.
6. Tidak ada kondisi pengereman yang diberikan.
Kondisi pengereman diberikan satu dari kondisi berikut:
• Torsi pengereman telah dipilih dengan kontrol pengereman,
71
• Kontrol traksi tidak berada dalam posisi "nol", ketika indikasi tidak
ada pengereman darurat yang diberikan,
• Pengereman darurat "on" menunjukkan tidak ada pengereman darurat
yang akan dibangkitkan jika :
• Switch kontrol arus dalam kabin masinis dalam posisi jalan.
• Switch kontrol arus pada kereta yang lain dalam posisi nol.
• Tekanan udara yang cukup pada sistem pengereman pada masing-
masing kereta.
4. PENGATURAN MOTOR INDUKSI
4.1 Momen Putar
Momen putar untuk pengaturan motor induksi dibagi menjadi
momen putar daya {powering torque) dan momen putar rem {braking
torque) sesuai dengan besarnya hubungan antara frekuensi catu daya dan
frekuensi rotor.
Momen putar daya : Frekuensi catu daya > Frekuensi Rotor
Momen putar rem : Frekuensi catu daya < Frekuensi Rotor
Saat terjadinya momen putar rem, arah arus di dalam konduktor
sekunder adalah berlawanan dengan saat terjadinya momen putar daya.
Frekuensi arus rotor adalah fs, tetapi karena rotornya sendiri berputar
dengan fr, frekuensi arus rotor bertepatan dengan frekuensi catu daya f.
Gambar 3.23 memperlihatkan hubungan phasa untuk tegangan dan arus
pada waktu powering dan pada waktu pengereman regeneratif.
72
Tegangan input primer
\
Arus input primer
Powering ( Pendayaan 1̂
> Arus c':sitaii
Arus momen putar
Tegangan input primer Aius input pnmer
/
P-inqerenian ( Braking } (Regenerative)
Arus eksilasi Ants momen putar
Gambar 3.23
Hubungan Phasa Pada Waktu Powering dan Pengereman Regeneratif
Pada waktu pengereman (pengereman regeneratif) arus input mengalami
pergeseran phasa 180° terhadap tegangan (tegangan primer ; tegangan DC).
Dalam kata lain, karena arus mengalir ke arah berlawanan terhadap tegangan,
maka ini dikembalikan ke catu daya untuk pengereman regeneratif. Dengan
mengabaikan arus eksitasi, berlakulah sebagai berikut:
Daya input pada waktu powering
= tegangan kumparan medan x arus momen putar
Daya output pada waktu pengereman regeneratif
= tegangan kumparan medan x arus momen putar
73
4.2 Pengaturan Motor Dengan Inverter PWM
Inverter PWM tiga phasa yang digimakan untuk pengaturan motor
induksi Kereta Rel Listrik dapat dilihat pada gambar 3.24 yang terdiri
atas 6 lengan dioda paralel.
4.2.1 Tegangan dan Frekuensi. Bila GTO (Gate Turn Off) lengan atas
dihidupkan, tegangan output pada phasa tersebut menjadi tinggi,
dan jika GTO lengan bawah dihidupkan, tegangan output pada
phasa tersebut menjadi nol.
Gate pulses
VoJ
V * J
-ft- Lengan atas
S Lengan bawah
Lengan atas
Lengan bawah
Tegangan output
ON
OFF
OFF
ON
ON
OFF
Tegangan output
Gambar 3.24
Tegangan Output dari ON/OFF Lengan Atas dan Bawah
74
Penyalaan dan pemadaman berulang-ulang dengan 1 phasa yang
berselisih phasa 120° antara phasa-phasa, maka didapatlah output AC 3
phasa. Tegangan output menjadi gelombang berselang-selang
{intermittent, tetapi bila frekuensi output rendah, penyalaan dan
pemadaman GTO selama satu siklus meningkat untuk mengurangi
fluktuasi arus.
4.2.2 Pengaturan Pendayaan dan Pengereman Menggunakan
Inverter PWM. Suatu inverter PWM adalah converter DC/AC dengan
fungsi penurun {step-down) pada waktu pendayaan dan fungsi peningkat
{step-up) pada waktu pengereman. Laju pengubahan {conversion) pada
waktu penurunan atau peningkatan dapat diatur pada jangkauan lebar
pulsa dengan mengubah perbandingan ON/OFF GTO tiap lengan
1. Pendayaan
Bila tegangan yang lebih besar dari gaya elektromotif primer yang
diinduksi oleh lilitan stator motor induksi terjadi, maka arus akan
mengalir melalui motor induksi. Disini, inverter PWM akan menyediakan
perioda catu daya {chopper ON) dan waktu bebas roda {chopper OFF),
maka daya dicatu berselang-selang ke motor induksi.
2. Pengereman Regeneratif
Untuk mengembalikan daya yang dibangkitkan oleh motor induksi ke
catu daya (aliran atas), inverter akan menyediakan penyimpanan tenaga
{chopper ON) dan perioda pembangkitan tenaga {chopper OFF).
75
Urutan Pengaturan KRL
Pengoperasian KRL yang diatur inverter dari saat start sampai
berhenti adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan momen putar konstan.
Tegangan masuk kedalam motor dan arus mengalir melalui motor,
menyebabkan motor berputar dan kereta bergerak perlahan-lahan. Karena
percepatan kereta, inverter mulai mengatur momen putar konstan dengan
mempertahankan agar perbandingan antara tegangan output inverter (V)
terhadap frekuensi (f) konstan. Sejak kecepatan motor meningkat karena
kereta dipercepat, maka frekuensi inverter juga akan meningkat. Karena
frekuensi inverter meningkat, moda pulsa yang tepat untuk tiap nilai
frekuensi inverter yang ditetapkan sebelumnya seperti : 15 pulsa - 11
pulsa - 7 pulsa - 3 pulsa - 1 pulsa, diseleksi untuk mengatur tegangan
motor dan untuk memungkinkan akselerasi konstan.
2. Pengaturan daya konstan.
Jika seleksi moda modulasi berlanjut ke moda pulsa 1, inverter mengatur
tegangan yang diberikan pada motor hingga mencapai tegangan
maksimum. Bila tegangan motor telah mencapai tegangan maksimum,
maka terjadi pergeseran dari karakteristik momen putar konstan ke
karakteristik tegangan konstan. Lalu, intensitas fluks magnet (()>) menurun
karena meningkatnya kecepatan, serta momen putar yang dibangkitkan
pun menurun. Pada saat ini, inverter meningkatkan frekuensi slip (fs)
yang sesuai untuk meningkatkan kecepatan, untuk mempertahankan agar
dayanya konstan.
76
3. Pengaturan tegangan konstan.
Tegangan motor dan frekuensi slip (fs) telah mencapai maksimumnya.
Bila tegangan motor (V) dan frekuensi slip (fs) ditahan konstan, fluks
magnet antara rotor dan stator serta arus rotor (Ir) berangsur menurun
selama kecepatan meningkat. Momen putar motor menurun dan
berbanding terbalik terhadap kuadrat kecepatan (—).
4. Operasi luncur.
Selama peluncuran, pengiriman pulsa ke inverter berhenti. Untuk
mempersiapkan inverter bagi operasi pengaturan berikutnya, frekuensi
putaran motor (fr) secara konstan masuk ke inverter. Inverter akan
bekerja sebagai berikut: f̂ , = fr
5. Pengereman regeneratif.
Selama operasi pengereman regeneratif, perubahan moda modulasi
terjadi dalam urutan pulsa 1 - pulsa 3 - pulsa 7 - pulsa 11 - pulsa 15 -
pulsa 21. (kebalikan dari urutan untuk pengaturan powering). Selagi
V melakukan pengaturan — konstan, inverter mengatur momen putar
konstan untuk menghasilkan gaya rem regeneratif yang stabil. Selama
pengereman regeneratif frekuensi slip diatur sedemikian hingga selalu
negatif. Inverter akan bekerja dengan fmv = fr - fs dan motor asinkron
bekerja sebagai generator untuk membangkitkan momen putar
pengereman. Pengereman regeneratif ini berhenti bila kereta diperlambat
77
sampai kecepatan dimana arus regeneratif menjadi lebih kecil daripada
kerugian pengaturan.
Pcn>li)un
Powcnnj;
P<lttfWUf.Wt
Coakllitg ~
(I) Modal
Pengaturan nuxncn putar kotutan
(2) Modal]
Pengaturan Jaya
0) MoJa III
Ttavclmij IIHK:
(-0 Moda IV
7—^ Pengaturan tegangan I konstan konstan
Moda V
Pengaturan motion puur konsun
Gambar 3.25
Pengaturan Dan Pengoperasian Kereta
Pemeliharaan Motor Traksi
Pemeliharaan motor traksi dibagi menjadi tiga bagian
1. Pemeliharaan Harian
2. Pemeliharaan Periodik (tiap 3 bulan)
3. Overhaul (8 tahun sekali)
78
4.4.1 Pemeliharaan Marian. Pemeliharaan harian terdiri atas :
• Pemeriksaan saluran udara masuk dan udara keluar, untuk melihat
jangan sampai saluran ini tertutup.
• Pemeriksaan visual kabel dari kemungkinan kerusakan fisik kabel.
• Pemeriksaan pulse generator.
4.4.2 Pemeliharaan Periodik. Pemeliharaan periodik terdiri atas :
• Regreasing (pemberian gemuk) pada bantalan.
• Pemeriksaan kabel dan sekrup penghubung.
• Pemeriksaan sambungan kabel.
• Pemeriksaan kopling, poros, dan gearbox.
• Pemeriksaan suspensi motor.
• Pemeriksaan saluran udara masuk dan udara keluar.
• Pemeriksaan pulse generator
4.4.3 Overhaul. Overhaul terdiri atas :
• Penggantian semua komponen karet kopling dan poros.
• Melepaskan motor dari bogienya.
• Membongkar motor traksi.
• Membersihkan semua komponen motor.
• Membersihkan rotor dan stator.
• Memeriksa tahanan isolasi belitan stator.