y ï - ptsmi.co.id · pengelolaan limbah berkelanjutan adalah pendekatan stratejik yang mencakup...
TRANSCRIPT
Q3
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
2
pah mereka telah terpecahkan. Bagi sebagian besar pemimpin eksekutif daerah, SWM adalah tentang pengumpulan
sampah. Selama sampah telah ditumpuk dan dikumpulkan, saat itu masalah telah "tidak terlihat dan tidak perlu
dipikirkan". Semestinya permasalahan sumber keuangan yang terbatas, infrastruktur yang tidak memadai dan ku-
rangnya keahlian teknis lokal dapat menjadi peluang bagi investasi sektor swasta. Lanskap limbah telah berubah
seiring liberalisasi pasar yang secara tradisional merupakan sektor layanan publik menjadi pasar privatisasi melalui
kemitraan publik swasta yang aktif.
Indonesia dan Filipina serta sebagian Cina dan India adalah negara-negara di Asia yang menghadapi tantangan
terbesar pengelolaan limbah, berdasarkan pada proyeksi laju produksi limbah dan kemampuan relatif untuk me-
nangani masalah tersebut. Limbah padat rumah tangga di Indonesia sebagian besar ditimbun tanpa penanganan
(treatment) dan tidak juga dibakar. Tempat pembuangan sampah (landfills) merupakan sumber utama gas metana
yang dianggap bertanggung jawab atas sekitar 20% peningkatan pemanasan global. TPS/TPA juga merupakan sum-
ber gas karbon dioksida, yang bersama-sama dengan metana keduanya adalah 'gas rumah kaca'. Oleh sebab itu,
pilihan atas pengelolaan limbah yang akan
menurunkan emisi CH4 dan N2O akan dipandang se-
bagai pilihan yang sangat menyenangkan. Proyek-
proyek yang menerapkan komitmen pengurangan
atau pembatasan emisi dibawah protokol Kyoto
dapat dipertimbangkan sebagai solusi, misalnya
proyek gas dari sampah ke energi (atau limbah ke en-
ergi) dan pencernaan anaerobik, dimana proyek
memberikan pendapatan sekaligus mengurangi gas
rumah kaca. Upaya peningkatan kapasitas TPA un-
tuk mengolah limbah membutuhkan perencanaan dan manajemen limbah padat (SWM) di masa depan, misalnya
untuk TPA Bantar Gebang yang mengelola sampah Jakarta telah akan melebihi kapasitasnya pada tahun 2019
mendatang.
Jenna R. Jambeck, asisten profesor teknik lingkungan dari Universitas Georgia, melalui penelitian tahun 2015
memperkirakan bahwa rumah tangga atau penduduk di Indonesia dapat menghasilkan sampah sebanyak 0,52 kg/
jiwa/hari. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2015, setiap orang Indonesia secara rata-rata
menghasilkan sampah 0,76 kg/hari. Dengan menggunakan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) di tahun 2013 mengenai proyeksi jumlah penduduk Indonesia di tahun 2018 ini sebanyak 265,05 juta
jiwa, maka di akhir tahun ini Indonesia akan menghasilkan 201.438 ton/hari limbah padat di seluruh wilayah
34Indone
Gambar 1. Limbah Padat Kota di Asia
Sumber: World Bank Straits times graphics
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
3
Indonesia seluas 1.905.570 km2 yang secara administratif dibagi dalam 34 provinsi. Permasalahan ini akan semakin
akut mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari hampir 17.504 pulau.
Dikutip dari Geotimes.co.id, jumlah total sampah yang dihasilkan di Indonesia secara keseluruhan mencapai 175.000
ton per hari atau 0,7 kilogram per orang atau sekitar 64 juta ton/tahun (Geotimes, 2015) dan hampir 10% dian-
taranya merupakan sampah plastik. Menurut Indonesia Solid Waste Association (InSWA), produksi sampah plastik di
Indonesia sekitar 5,4 juta ton per tahun dan menjadikan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar
kedua di dunia setelah Tiongkok. Banyak sampah plastik yang akhirnya dibuang ke laut. Setiap tahun sedikitnya 12,7
juta metrik ton sampah plastik di seluruh dunia yang dibuang ke laut.
Direktorat Jendral Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK memperkirakan pada tahun 2019 produksi sampah
secara keseluruhan di Indonesia akan mencapai 68 juta ton sampah per tahun, dan sampah plastik diperkirakan
akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sam-
pah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga (Jakstranas). Pemerintah pun menetapkan target terbaru
terkait pengelolaan sampah, yakni pengurangan sampah hingga 30 persen dan pengelolaan sampah hingga 70 per-
sen pada 2025. Saat ini, realisasi pengurangan sampah hanya mencapai kisaran 2,12 persen, masih jauh dibawah
target 30 persen .
Gambar 2. Jumlah sampah plastik dunia per negara, 2014
Sumber: Jambeck et al.2015
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
4
Dari 175.000 ton per hari sampah yang dihasilkan tersebut didominasi oleh sampah rumah tangga (44,5%) yang se-
bagian besar merupakan sampah makanan. Bekas sisa makanan atau dapur ini berpotensi untuk dikomposkan. Ke-
menterian LHK menyebutkan bahwa pengelolaan sampah tersebut dilakukan dengan cara diangkut dan ditimbun di
TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%) seperti
misalnya dibuang ke sungai atau laut, dibiarkan begitu saja di lahan kosong, dsb. Limbah domestik menjadi
penyumbang terbesar (60-90%) pencemaran air sungai di Pulau Jawa dan Sumatera. Pengelolaan sampah masih
terkonsentrasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa melalui proses 3R (reduce, recycle, reuse) di sumber
dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
LIMBAH PADAT KOTA
Gambar 3. Sumber dan Jenis Limbah Padat Kota
Sumber Limbah Penghasil khas limbah Jenis/Komponen limbah padat Perumahan Tempat tingal tunggal atau banyak
keluarga Limbah makanan, kertas, karton, plastik, tekstil, kulit, sampah pekarangan, kaca, kayu, logam, abu, limbah khusus (spt barang besar, elektronik konsumen, baterai, barang putih, minyak, ban), dan limbah berbahaya rumah tangga
Komersial Toko, hotel, restoran, pasar, gedung perkantoran, dsb.
Kertas, karton, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah khusus, limbah berbahaya
Industrial Manufaktur ringan dan berat, fabrikasi, lokasi konstruksi, pembangkit listrik dan pabrik kimia
Sampah rumah tangga, limbah makanan, kemasan, material konstruksi dan bahan penghancur, limbah berbahaya, abu, limbah khusus
Kelembagaan Sekolah, pusat pemerintahan, penjara, rumah sakit
Kertas, karton, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah khusus, limbah berbahaya (sama seperti Komersial)
Jasa Perkotaan Pembersihan jalan, lansekap, taman, pantai, air dan instalasi pengolahan air limbah, tempat rekreasi lainnya
Sampah jalan; lumpur; hiasan lanskap dan pohon; sampah umum dari taman, pantai, dan tempat rekreasi lainnya
Konstruksi dan pembongkaran
Situs konstruksi baru, perbaikan jalan, lokasi renovasi, pembongkaran bangunan
Beton, baja, kayu, kotoran, dll.
Proses Manufaktur berat dan ringan, pabrik kimia, kilang, pembangkit listrik, ekstraksi dan pengolahan mineral
Limbah proses industri, material bekas, produk yang tidak spesifik, slog, residu atau tailing
Semua hal di atas harus dimasukkan sebagai "sampah kota."
Pertanian Tanaman, kebun anggur, kebun buah, perusahaan susu, tempat makan, peternakan
Limbah makanan yang rusak, limbah pertanian, limbah berbahaya (mis: Pestisida)
Sumber: World Bank.
Limbah didefinisikan sebagai segala jenis sampah dan kotoran dari instalasi pengolahan limbah, pabrik pengolahan
air bersih, atau fasilitas pengendalian pencemaran udara dan bahan lainnya, termasuk padat, cair, semi padat, dan
gas yang dihasilkan dari kegiatan industri, komersial, pertambangan dan pertanian yang dilakukan oleh manusia
(Moeller, 2005). Laju produksi limbah dipengaruhi oleh pembangunan sosial ekonomi, tingkat industrialisasi, dan
iklim. Secara umum, semakin besar kemakmuran ekonomi dan semakin tingginya persentase penduduk perkotaan,
semakin besar jumlah sampah yang dihasilkan.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
5
Figure 4. Produksi dan Volume Sampah yang Terangkut per hari menurut kota tahun 2016
Limbah berpotensi merusak lingkungan melalui pencemaran terhadap tanah, air, dan udara. Indonesia dengan
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia saat ini menghadapi masalah serius dalam penanganan limbah padat
terutama yang dihasilkan oleh rumah tangga. Hal ini menjadi masalah besar bagi kota-kota besar yang padat
penduduknya seperti Jakarta, Surabaya, Bandung seiring meningkatnya jumlah penduduk di daerah tersebut.
Produksi sampah per hari yang cukup tinggi terjadi di Pulau Jawa, antara lain Jakarta, Surabaya, dan Semarang,
sedangkan di luar Pulau Jawa, antara lain Banjarmasin, Samarinda, Denpasar, dan Makassar. Dibutuhkan kesiapan
aparat terkait agar sampah yang diproduksi setiap hari dapat dikelola dengan baik. Persentase volume sampah yang
terangkut per hari memberi gambaran kesiapan masing-masing daerah dalam menangani sampah yang dihasilkan.
Produksi sampah yang tinggi bila tidak disertai dengan penanggulangan yang baik akan menimbulkan polusi.
Produksi dan volume sampah rumah tangga yang dapat terangkut per hari di ibukota provinsi seluruh Indonesia
tahun 2016 disajikan pada Gambar 4 dibawah ini.
No Kota Perkiraan Produksi
Sampah Per Hari (m3) Volume Sampah yang
Terangkut Per Hari (m3) Persentasi Sampah
Terangkut (%)
1 Banda Aceh 800,97 703,45 87,82
2 Medan 1.700,00 1.564,85 92,05
3 Padang 520,00 505,20 97,15
4 Pekan Baru 872,02 331,28 37,99
5 Jambi 1.517,10 924,74 60,95
6 Palembang Tidak ada data
7 Bengkulu 1.072,87 449,57 41,90
8 Bandar Lampung 1.287,02 1.158,32 90,00
9 Pangkal Pinang 426,40 346,26 81,21
10 Tanjung Pinang 672,07 272,77 40,59
11 DKI Jakarta 7.099,08 6.016,30 84,75
12 Bandung 1.469,00 1.100,00 74,88
13 Semarang 5.080,51 4.445,00 87,49
14 Yogyakarta 904,80 787,20 87,00
15 Surabaya 9.710,61 5.237,70 53,94
16 Serang 1.638,00 848,00 51,77
17 Denpasar 3.719,00 3.625,00 97,47
18 Mataram 300,00 196,65 65,55
19 Kupang 655,00 504,00 76,95
20 Pontianak 1.709,50 1.486,00 86,93
21 Palangkaraya 800,00 425,00 53,13
22 Banjarmasin 3.471,00 3.331,50 95,98
23 Samarinda 3.212,66 2.002,34 62,33
24 Tanjung Selor Tidak ada data
25 Manado Tidak ada data
26 Palu 920,00 600,00 65,22
27 Makasar 5.931,40 5.623,61 94,81
28 Kendari 221,91 166,09 74,85
29 Gorontalo 486,24 335,00 68,90
30 Mamuju 383,00 208,00 54,31
31 Ambon 146,00 131,00 89,73
32 Ternate 60,64 43,23 71,29
33 Monokwari 272,79 165,00 60,49
34 Jayapura Tidak ada data
Meningkatnya limbah padat antara lain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, urbanisasi, perkembangan indus-
tri, dan modernisasi. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan terhadap makanan dan kebutuhan lainnya, se-
hingga jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia dan rumah tangga setiap harinya terus meningkat.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
6
Pengelolaan limbah berkelanjutan adalah pendekatan stratejik yang mencakup semua sumber dan aspek
pengelolaan limbah mulai dari produksi, segregasi dan transfer ke pengolahan, pemulihan dan pembuangan dalam
suatu sistem yang terpadu, dengan penekanan pada partisipasi pemangku kepentingan dan pemulihan sumber
daya. Pendekatan berkelanjutan mengadopsi hirarki limbah sebagai kerangka kerja yang bermanfaat dengan
Gambar 5. Hirarki pengelolaan sampah
Rekomendasi pengelolaan limbah :
Mengurangi – inisiatif minimalisasi sampah/limbah oleh perusahaan dan rumah tangga untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan
Penggunaan kembali – menggunakan kembali limbah dan menghindari pemrosesan ulang dengan menggunakan energi
Daur ulang – memproses kembali limbah untuk digunakan lebih lanjut
Pemulihan energi – menghasilkan energi dari limbah dengan menggunakan berbagai teknologi seperti insinerasi
Pembuangan – membuang sampah di lokasi TPA
Permasalahan sampah atau limbah bukan hanya semata-
mata masalah pembuangan bahan atau materi namun
merupakan bagian tak terpisahkan dari diskusi sosial
ekonomi, tata kelola dan lingkungan atas isu-isu urban-
isasi dan keberlanjutan. Pengelolaan limbah berkelanju-
tan merupakan pendekatan strategis dalam suatu sistem
terpadu yang mencakup semua aspek dan sumber
pengelolaan limbah mulai dari produksi limbah, pemisa-
han dan pemindahan ke bagian treatment, pemulihan
dan pembuangan dengan penekanan sistem pada
partisipasi seluruh pemangku kepentingan dan pemulihan
sumber daya.
Pendekatan berkelanjutan mengadopsi hirarki limbah sebagai kerangka kerja yang sangat berguna dengan merang-
king opsi-opsi pengelolaan limbah menurut dampaknya terhadap lingkungan dan mengelola secara holistik semua
aspek isu-isu lingkungan, sosial dan tata-kelola di seluruh rantai nilai limbah untuk menghindari biaya yang besar
sehingga pendekatan ini akan memberikan peluang untuk menghasilkan keuntungan finansial yang lebih besar.
Rantai nilai limbah dapat diwakili oleh empat komponen utama yaitu pengumpulan, pemilahan dan daur ulang,
treatment dan pembuangan.
Hirarki pengelolaan sampah mencerminkan keberlanjutan masing-masing opsi pengelolaan sampah. Sampah
apapun harus ditangani dengan menggunakan opsi setinggi mungkin dari hirarki tersebut agar dapat se-
berkelanjutan mungkin. Sebagian besar waktu dan upaya harus digunakan untuk mencegah adanya sampah sejak
awal. Jika tidak dapat dicegah, gunakan kembali. Jika tidak dapat digunakan kembali, lakukan daur ulang. Jika tidak
dapat mendaur ulang, lakukan pemulihan dan seterusnya. Membuang limbah harus menjadi pilihan terakhir.
PENGELOLAAN SAMPAH KOTA
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
7
Pengumpulan sampah merupakan aktivitas pengumpulan limbah padat dari titik produksi (perumahan, industri
komersial, institusional) ke titik pengolahan atau pembuangan. Limbah padat kota dikumpulkan dengan beberapa
cara:
1. Rumah-ke-Rumah: Pengumpul limbah mengunjungi setiap rumah untuk mengumpulkan sampah. Penduduk
umumnya membayar biaya untuk layanan ini.
2. Pengangkatan di Tepi Jalan: Penduduk meninggalkan sampah mereka langsung di luar rumah mereka sesuai
dengan jadwal penjemputan sampah yang ditetapkan dengan pihak berwenang setempat.
3. Tempat Sampah Komunitas: Penduduk membawa sampah mereka ke tempat sampah komunitas yang
ditempatkan pada titik-titik tetap di lingkungan atau disekitar tempat tinggal. MSW kemudian diambil oleh
pemerintah setempat (kotamadya), atau pihak yang ditunjuk, sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
4. Dikirim Sendiri: Penduduk mengirimkan limbah langsung ke tempat pembuangan atau stasiun penyerahan,
atau dengan menyewa operator pihak ketiga (atau pemerintah daerah).
5. Layanan yang Dikontrak atau Didelegasikan: Institusi bisnis mengontrak perusahaan (atau pemkot dengan
fasilitas kota) yang mengatur jadwal pengumpulan sampah dan biaya penagihan kepada pelanggan.
Pemerintah kota sering memberi lisensi kepada operator swasta dan bisa menunjuk lokasi pengumpulan
sampah untuk mendorong efisiensi pengumpulan.
Data menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat pengumpulan sampah di suatu negara terkait langsung dengan
tingkat pendapatan nasional. Negara-negara yang berpenghasilan rendah memiliki tingkat pengumpulan sampah
yang rendah sementara negara-negara yang berpenghasilan tinggi memiliki tingkat pengumpulan sampah yang
lebih tinggi juga. Negara-negara berpenghasilan tinggi cenderung memiliki efisiensi pengumpulan sampah yang
lebih tinggi meskipun dengan lebih sedikit anggaran pengelolaan limbah padat yang dialokasikan ke pengumpulan.
Di negara-negara berpenghasilan rendah, layanan pengumpulan merupakan bagian terbesar dari anggaran
pengelolaan limbah padat kota (dalam banyak kasus antara 80% hingga 90%), namun tingkat pengumpulan sampah
cenderung jauh lebih rendah, yang mengarah pada frekuensi pengumpulan dan efisiensi yang lebih rendah. Di
negara-negara berpenghasilan tinggi, meskipun biaya pengumpulan sampah dapat mencapai kurang dari 10% dari
anggaran kota, rata-rata tingkat pengumpulan biasanya lebih dari 90% dimana metode pengumpulannya cenderung
dimekanisasi, efisien, dan sesering mungkin. Meskipun total anggaran koleksi meningkat tiap tahun namun pro-
porsinya cenderung lebih rendah karena item anggaran lainnya meningkat.
Gambar 6. Isu Lingkungan Sosial dan Tata Kelola disepanjang rantai nilai limbah
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
8
Indonesia adalah penghasil emisi terbesar keenam di sektor limbah (Kunzler, M., 2010) sehingga sangat diperlukan
evaluasi emisi GRK dari berbagai sistim pengelolaan limbah (SWM) yang ada di Indonesia dan merumuskan strategi
mitigasi emisi gas rumah kaca yang sesuai.
Total emisi GRK di Indonesia dari semua sektor pencemar
(emitter) pada tahun 2010 adalah sebesar 1.377.982 Kilo ton
CO2e. Emisi sektor limbah berkontribusi sekitar 11,4% terhadap
total emisi gas rumah kaca Indonesia (SNC, 2010). Sektor
pengelolaan limbah sangat penting bagi pemerintah daerah ka-
rena terkait erat dengan aspek lingkungan dan kesehatan. Tidak
hanya itu, potensi mitigasi dari sektor limbah dan kaitannya
dengan tujuan pembangunan menjadikan sektor limbah sangat
berperan untuk mendesain NAMAs (Nationally Appropriate
Mitigation Actions) Indonesia.
NAMAs adalah kebijakan dan langkah-langkah terkait iklim di negara berkembang dalam berbagai sektor ekonomi
(termasuk transportasi dan limbah). NAMAs dapat menarik dukungan keuangan tambahan atau bantuan teknis dari
donor internasional dengan syarat bahwa tindakan terse-
but:
Menyebabkan pengurangan emisi gas rumah kaca
(GHG) yang substansial dan dapat dikuantifikasi,
yang berkontribusi terhadap upaya mitigasi peru-
bahan iklim global;
Memiliki dampak positif pada kondisi pembangunan
berkelanjutan lokal di negara ybs dan sektor yang
dicakup oleh NAMA;
Selaras dengan kerangka kebijakan nasional, kelem-
bagaan dan peraturan .
Gambar 8. Target penurunan emisi GRK nasional
Sumber: Rencana Aksi Nasional penurunan emisi Gas Rumah Kaca
Target penurunan emisi GRK 2020 (Gton CO2e)
Sektor NAMAs
NAMAs dengan bantuan
26% 41%
Hutan dan Lahan Gam-but
0,672 1,039
Limbah 0,048 0,078
Energi dan Transportasi 0,036 0,056
Pertanian 0,008 0,011
Industri 0,001 0,005
Total 0,767 1,189
Gambar 9. Proyeksi Emisi GRK Indonesia
Gambar 7 menunjukkan persentase pengumpulan sampah rata-rata berdasarkan pendapatan suatu negara.
Gambar 7. Tingkat Pengumpulan Sampah berdasarkan Pendapatan
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
9
Semua jenis polusi baik polusi udara, tanah dan air disebabkan oleh
pengelolaan limbah padat yang tidak tepat. Pembuangan sampah
secara sembarangan akan mencemari persediaan air permukaan dan
tanah. Di daerah perkotaan, saluran pembuanganan limbah padat
menciptakan genangan air untuk pembiakan serangga dan mengaki-
batkan banjir selama musim hujan. Pembakaran limbah yang tidak
terkendali dan insinerasi yang tidak benar berkontribusi secara sig-
nifikan terhadap polusi udara perkotaan. Gas rumah kaca dihasilkan
dari penguraian limbah organik di tempat pembuangan akhir, dan
pencemaran lindi yang tidak diolah di sekitar tanah dan badan air.
Dampak negatif lingkungan ini hanyalah hasil dari pembuangan limbah padat; dan tidak merupakan degradasi ling-
kungan akibat dari ekstraksi dan pengolahan bahan pada awal siklus hidup produk. Faktanya, sebanyak 95 persen
dampak lingkungan suatu benda terjadi sebelum ia dibuang sebagai limbah atau MSW.
Menurut Panduan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) 2006 dari UNEP, sumber emisi dari sektor
limbah ditemukan dalam empat kategori utama: limbah padat, pengolahan biologis limbah padat, pembakaran dan
pembakaran terbuka limbah dan pengolahan air limbah dan pembuangan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
11.
Gambar 10. Penyumbang Emisi GRK menurut sector
di tahun 2000
Sumber: Second National Communication (SNC)
Gambar 11. Kategori sumber emisi GRK di sektor limbah
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
10
Pendorong utama pentingnya pengelolaan limbah secara berkelanjutan adalah :
1. Pertumbuhan penduduk yang cepat
2. Meningkatkan daya beli membuat layanan pengelolaan limbah menjadi lebih terjangkau
3. Urbanisasi dan industrialisasi yang cepat menyebabkan degradasi lingkungan
4. Peraturan lingkungan yang lebih ketat untuk merespon polusi domestik
5. Respon global terhadap perubahan iklim melalui adaptasi, mitigasi dan penetapan harga karbon
6. Komitmen dan investasi pemerintah Asia yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas layanan sampah
7. Meningkatnya kapasitas perusahaan pengelolaan sampah domestik dan industri yang terkait untuk
mengembangkan pasar lokal
8. Kebijakan ekonomi yang lebih terbuka memungkinkan kesenjangan pasokan domestik dapat diatasi
dengan mendorong partisipasi swasta dan investasi asing
Limbah dapat dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan jenis dan karakter, metode pengaturan serta or-
ganisasi pengelolaannya (lih. Gambar 11). Secara umum, sumber utama pengelolaan limbah GRK dikategorikan se-
bagai berikut:
1. Limbah Padat
i. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
• TPA yang dikelola dengan baik
• TPA yang dikelola dengan buruk (pembuangan
terbuka)
• Tempat pembuangan sampah dikategorikan
antara dikelola dengan baik dan dikelola
dengan buruk
ii. Pengolahan Biologis
iii. Insinerasi dan pembakaran terbuka
• Insinerasi
• Pembakaran terbuka
iv. Penanganan dan pengolahan limbah padat industri (termasuk lumpur)
2. Limbah cair
i. Pengolahan dan pembuangan limbah cair domestik
ii. Pengolahan dan pembuangan limbah cair industri
3. Limbah lainnya
i. Limbah klinis dan limbah B3
ii. Limbah pertanian
Disclaimer
All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were
written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can
not be held responsible from any inaccuracy contained in the material.
PT SMI follows all internal and external guidelines and regulations that govern the evaluation process on
determining the financing feasibility of an infrastructure project. Every decision to finance or not to finance a
project is therefore based on a responsible and thorough due diligence process.
Any complaint in the process of financing irregularities can be submitted to:
Ms. Ramona Harimurti, Corporate Secretary PT SMI
Tel : +62 21 808 252 88
Fax : +62 21 808 252 58
Email : [email protected]
Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to
ensure that complaints are addressed appropriately.
***