shp

8
- 1 - EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP KADAR SOD DAN MDA JARINGAN PANKREAS TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN Bagoes Ario Bimo*, Zainul Fadli**, Erna Sulistyowati** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang **Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang ABSTRAK Pendahuluan: Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural merupakan derivat pirimidin sederhana. Komponen dari aloksan dapat merusak sel-sel pada pankreas dan menimbulkan keadaan stres oksidatif yang mengakibatkan antioksidan dalam sel pankreas menurun pada tikus. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dinyatakan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kadar SOD dan penurunan kadar MDA jaringan pankreas tikus wistar yang diinduksi aloksan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. 25 Tikus Wistar putih jantan dengan berat badan antara 180-250 gr dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif diberikan diet normal tanpa perlakuan induksi aloksan dan pemberian eksrak kayu manis. Kelompok 2 sebagai kelompok kontrol positif diberikan induksi aloksan. Kelompok 3-5 diberikan induksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB dan diberikan ekstrak kayu manis dengan dosis 25, 50, 100% yaitu sebanyak 0.5, 1, 2 ml/tikus/hari selama 14 hari terus menerus. Kadar SOD dan MDA di amati menggunakan spektrofotometer. Analisa pada penelitian ini menggunakan ANOVA dan tes post hoc dengan p<0.05. Hasil: Ketiga dosis dari penelitian ini yaitu 0.5, 1, 2 ml/tikus/hari memiliki efek yang sama. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) terbukti dapat meningkatkan kadar SOD pada kelompok 3-5 dibandingkan kelompok 2 dengan p=0,044, p=0,043, p=0,024 dan dapat menurunkan kadar MDA pada kelompok 3-5 dibandingkan kelompok 2 dengan p=0,003, p=0,007, dan p=0,010. Kesimpulan: Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat berpegaruh terhadap peningkatan kadar SOD dan penurunan kadar MDA yang diinduksi aloksan. Kata Kunci: Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii), aloksan, SOD dan MDA jaringan pankreas. PENDAHULUAN Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural merupakan derivat pirimidin sederhana (Nugroho dkk. 2004). Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada binatang percobaan (Watkins et al. 2008). Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang percobaan (Anindhita, 2009). Komponen dari aloksan dapat merusak sel-sel pada pankreas dan mengakibatkan diabetes pada tikus (Schwarcz, 2003). Aloksan dapat menyebabkan Diabetes Melitus tergantung insulin pada binatang tersebut (diabetes induksi aloksan) dengan karakteristik mirip Diabetes Melitus tipe 1 pada manusia (Anindhita, 2009). Hiperglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel melalui jalur autooksidasi glukosa, glikasi protein, serta aktivasi jalur metabolisme poliol yang akan mempercepat pembentukan senyawa oksigen reaktif. Hal itu merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai kondisi stress oksidatif.(Nuttal SL,1999). Stress oksidatif memiliki dampak negatif yaitu mengakibatkan peroksidasi lipid pada membrane sel dengan hasil pembentukan Malondialdehide (MDA). Pada kondisi tersebut antioksidan gagal mempertahankan sistem perlindungan tubuh melalui efek penghambat pembentukkan radikal bebas. (Kaleem, 2006). Salah satu antioksidan yang berperan sebagai sistem perlindungan tubuh yaitu superoksida dismutase (SOD) (Nayak 2001). Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil yaitu terjadinya penurunan kadar SOD dan peningkatan kadar MDA pada saat kondisi hiperglikemia (El-Sayed et al. 2009). Antioksidan diperlukan Untuk meredam kerusakan oksidatif pada jaringan pankreas (Setiawan, 2005). Kayu manis (Cinnamomum burmannii) adalah salah satu tanaman yang memiliki beberapa efek farmakologi. Beberapa peneliti menyatakan bahwa komponen aktif yang terdapat pada kulit kayu manis dapat berfungsi sebagai

Upload: bagoes-ario-bimo

Post on 09-Aug-2015

109 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

- 1 -

EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP KADAR SOD DAN

MDA JARINGAN PANKREAS TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Bagoes Ario Bimo*, Zainul Fadli**, Erna Sulistyowati**

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang

**Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang

ABSTRAK

Pendahuluan: Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural merupakan derivat pirimidin sederhana.

Komponen dari aloksan dapat merusak sel-sel pada pankreas dan menimbulkan keadaan stres oksidatif yang

mengakibatkan antioksidan dalam sel pankreas menurun pada tikus. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum

burmanii) dinyatakan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kadar SOD dan penurunan kadar

MDA jaringan pankreas tikus wistar yang diinduksi aloksan.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. 25 Tikus Wistar putih jantan dengan

berat badan antara 180-250 gr dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif

diberikan diet normal tanpa perlakuan induksi aloksan dan pemberian eksrak kayu manis. Kelompok 2

sebagai kelompok kontrol positif diberikan induksi aloksan. Kelompok 3-5 diberikan induksi aloksan dengan

dosis 150 mg/kg BB dan diberikan ekstrak kayu manis dengan dosis 25, 50, 100% yaitu sebanyak 0.5, 1, 2

ml/tikus/hari selama 14 hari terus menerus. Kadar SOD dan MDA di amati menggunakan spektrofotometer.

Analisa pada penelitian ini menggunakan ANOVA dan tes post hoc dengan p<0.05.

Hasil: Ketiga dosis dari penelitian ini yaitu 0.5, 1, 2 ml/tikus/hari memiliki efek yang sama. Ekstrak kayu

manis (Cinnamomum burmanii) terbukti dapat meningkatkan kadar SOD pada kelompok 3-5 dibandingkan

kelompok 2 dengan p=0,044, p=0,043, p=0,024 dan dapat menurunkan kadar MDA pada kelompok 3-5

dibandingkan kelompok 2 dengan p=0,003, p=0,007, dan p=0,010.

Kesimpulan: Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat berpegaruh terhadap peningkatan kadar

SOD dan penurunan kadar MDA yang diinduksi aloksan.

Kata Kunci: Ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii), aloksan, SOD dan MDA jaringan pankreas.

PENDAHULUAN

Aloksan adalah suatu substrat yang secara

struktural merupakan derivat pirimidin sederhana

(Nugroho dkk. 2004). Aloksan merupakan bahan

kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes

pada binatang percobaan (Watkins et al. 2008).

Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk

menghasilkan kondisi diabetik eksperimental

(hiperglikemik) pada binatang percobaan (Anindhita,

2009). Komponen dari aloksan dapat merusak sel-sel

pada pankreas dan mengakibatkan diabetes pada tikus

(Schwarcz, 2003). Aloksan dapat menyebabkan

Diabetes Melitus tergantung insulin pada binatang

tersebut (diabetes induksi aloksan) dengan

karakteristik mirip Diabetes Melitus tipe 1 pada

manusia (Anindhita, 2009).

Hiperglikemia dapat menyebabkan

kerusakan sel melalui jalur autooksidasi glukosa,

glikasi protein, serta aktivasi jalur metabolisme poliol

yang akan mempercepat pembentukan senyawa

oksigen reaktif. Hal itu merupakan awal kerusakan

oksidatif yang dikenal sebagai kondisi stress

oksidatif.(Nuttal SL,1999). Stress oksidatif memiliki

dampak negatif yaitu mengakibatkan peroksidasi

lipid pada membrane sel dengan hasil pembentukan

Malondialdehide (MDA). Pada kondisi tersebut

antioksidan gagal mempertahankan sistem

perlindungan tubuh melalui efek penghambat

pembentukkan radikal bebas. (Kaleem, 2006). Salah

satu antioksidan yang berperan sebagai sistem

perlindungan tubuh yaitu superoksida dismutase

(SOD) (Nayak 2001). Pada penelitian sebelumnya

didapatkan hasil yaitu terjadinya penurunan kadar

SOD dan peningkatan kadar MDA pada saat kondisi

hiperglikemia (El-Sayed et al. 2009).

Antioksidan diperlukan Untuk meredam

kerusakan oksidatif pada jaringan pankreas

(Setiawan, 2005). Kayu manis (Cinnamomum

burmannii) adalah salah satu tanaman yang memiliki

beberapa efek farmakologi. Beberapa peneliti

menyatakan bahwa komponen aktif yang terdapat

pada kulit kayu manis dapat berfungsi sebagai

- 2 -

antioksidan dalam melawan bahaya radikal bebas

dalam membran sel (Jayaprakash , 2003).

Pada kulit kayu manis menghasilkan minyak atsiri

yang berfungsi sebagai antioksidan (El-Baroty, 2010).

Polyphenol pada Kulit kayu manis mengandung

rutin, quercetin, kaempferol, isorhamnetin and

catechin (Nachom et al. 2010). Kandungan-

kandungan tersebut merupakan flavonoid yang paling

penting (Panickar et al. 2009). Oleh karena itu,

peneliti ingin mengetahui efek penggunaan

Cinnamomum burmannii terhadap salah satu

komplikasi dari hiperglikemia, yaitu adanya peurunan

kadar SOD dan peningkatan MDA pankreas.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dengan metode

Eksperimental laboratorium, menggunakan desain

true eksperimental dengan kontrol (post test only

Control Group Design). Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui manfaat dari pemberian ekstrak

Cinnamomum burmannii terhadap kadar SOD dan

MDA jaringan pankreas pada hewan coba tikus putih

(rattus norvegicus) jantan hiperglikemia yang telah

diinduksi aloksan.

Prosedur Kerja

Pengelompokan Hewan Coba

Tikus akan diadaptasikan didalam kandang

selama 14 hari, dan diberikan makan dan minum

sesuai standar. Kemudian dibagi menjadi 5

kelompok, yaitu:

1. Kelompok 1 (kontrol negatif) : Hewan coba

diberikan diet normal tanpa perlakuan

induksi aloksan dan pemberian ekstrak kayu

manis

2. Kelompok 2 (kontrol positif) : Hewan coba

di induksi aloksan

3. Kelompok 3: Hewan coba di induksi aloksan

+ ekstrak kayu manis 0,5 ml

4. Kelompok 4: Hewan coba di induksi aloksan

+ ekstrak kayu manis 1 ml

5. Kelompok 5 : Hewan coba di induksi

aloksan + ekstrak kayu manis 2 ml

Pemeliharaan Hewan Coba

Seluruh hewan coba dipelihara dalam kandang

Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya. Masing – masing kandang

berisi 5 ekor tikus. Pembersihan kandang dan

penggantian sekam dilakukan setiap satu hari sekali

untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dari

urine tikus yang mengandung glukosa.

Proses Ekstraksi Kayu Manis

Kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang

telah dikeringkan kemudian dihaluskan hingga

menjadi serbuk kayu manis. Sebanyak 10 gram

serbuk kayu manis dilarutkan dalam 100 ml air.

Kemudian disimpan dalam waterbath pada suhu 60ºC

selama 2 jam. Larutan yang didapat disaring dengan

kertas saring. Ekstrak yang didapatkan kemudian

didilusi dengan air dengan perbandingan 1:10.

Perlakuan

Tikus dipuasakan selama 16-18 jam, namun

diberi minum secara bebas. Kemudian diinjeksi

dengan aloksan 150 mg/kgBB yang dilarutkan dalam

Normal Saline 0,9 %, secara intraperitoneal. Setelah 6

jam induksi aloksan, dilakukan injeksi glukosa 10 %

sebanyak 4 cc secara intraperitoneal. Air minum

diganti dengan larutan glukosa 5 % pada tempat

minum tikus selam 24 jam pasca induksi aloksan.

Setelah 72 jam induksi aloksan, glukosa darah diukur

dengan glukometer. Kriteria inklusi adalah tikus

dengan glukosa darah > 180 mg/dl. Ekstrak kayu

manis diberikan secara oral (sonde) setelah 72 jam

pasca induksi aloksan (hari ke-4) sampai hari ke-18.

Pembedahan

Sebelum dibedah tikus terlebih dahulu dibius

denga eter. Pertama, gunakan handscoon dan siapkan

alat-alat pembedahan. Masukkan tikus kedalam

toples besar yang tealh diisi denga kapas eter

hingga keadaan tikus lemas. Letakkan tikus di

parafin. Selanjutnya bedah bagian dada hingga ke

perut tikus menggunakan alat bedah minor. Ambil

organ pankreas kemudian bungkus dengan kertas

alumunium foil.

Pemeriksaan SOD dan MDA Hepar

Pankreas yang telah dibungkus kemudian

dipotong dengan menggunakan mikrotom.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar SOD dan

MDA jaringan pankreas dengan diamati

menggunakan spektrofotometer.

Teknik Analisa Data

Sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu

dilakukan pengolahan data melalui editing, coding,

entry data dan tabulating. Setelah data selesai

diperoleh, data diolah dengan mengggunakan metode

uji One Way Anova untuk menguji hipotesis yang

ada. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan

menggunakan Post Hoc Test untuk menguji pengaruh

antar kelompok. Hasil dikatakan bermakna bila

p<0,05. Uji statistik tersebut dilakukan dengan

program SPSS secara komputerisasi.

- 3 -

HASIL PENELITIAN

Penelitian Efek Ekstrak Kayu Manis

(Cinnamomum burmannii) Terhadap Kadar Sod

Dan Mda Jaringan Pankreas Tikus (Rattus

norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan.

Karakteristik Populasi Penelitian ini menggunakan hewan coba

tikus wistar jantan dengan berat badan antara 180-250

gram. Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, dimana

masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.

Kemudian hewan coba ini diadaptasikan selama 7

hari dan setelah itu diberikan perlakuan masing-

masing berdasarkan kelompoknya. Keterangan lebih

lanjut mengenai karakteristik populasi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Populasi

Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar Glukosa

Darah Tikus

Gambar 1. menunjukkan kadar glukosa darah

kelompok 2 meningkat 5 kali yaitu sebesar 551.2

mg/dl pada hari ke-4 dan 4 kali yaitu sebesar 431.4

mg/dl pada hari ke-18 dibandingkan dengan kontrol

normal (p<0,05).

Gambar 1. Grafik Kadar Glukosa Darah Tikus Dengan

Perlakuan Induksi Aloksan (mg/dL)

Pengaruh Aloksan Terhadap Kadar SOD

Jaringan Pankreas Tikus

Kadar SOD jaringan pankreas pada

kelompok 1 dibandingkan dengan kelompok 2 dapat

dilihat seperti pada Tabel 2 dan Gambar 2

Tabel 2. Tabel Rerata Kadar SOD Jaringan Pankreas Tikus

dengan Perlakuan Induksi Aloksan (µg/mL)

Keterangan :

# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2 (LSD Post Hoc

Test)

* p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1 (LSD Post Hoc Test)

Gambar 2. Histogram Kadar SOD Jaringan Pankreas yang

Diinduksi Aloksan

Tabel 5.3 dan Gambar 5.3 menunjukkan

kadar SOD menurun kira-kira 30% pada kelompok 2

dibandingkan dengan kelompok 1 dengan p=0,00

(p<0,05).

Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar MDA

Jaringan Pankreas Tikus.

Kadar MDA pada kelompok 1 dibandingkan

dengan kelompok 2 ditunjukkan dalam tabel 3 dan

gambar 3.

Tabel 3. Tabel Rerata Kadar MDA Jaringan Pankreas Tikus

dengan Perlakuan Induksi Aloksan (µg/mL)

Keterangan :

# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2 (LSD Post Hoc

Test) * p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1 (LSD Post Hoc

Test)

- 4 -

Gambar 3. Histogram Kadar MDA Jaringan Pankreas Yang

Diinduksi Aloksan

Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan kadar

MDA pada kelompok 2 meningkat hampir 2 kali lipat

dibandingkan dengan kelompok 1 dengan p=0,003

(p<0,05).

Efek Ekstrak Cinnamomum burmanii Terhadap

Kadar SOD Jaringan Pankreas Tikus Yang

Diinduksi Aloksan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar SOD

jaringan pankreas tikus yang diinduksi aloksan

kemudian disuplementasi ekstrak Cinnamomum

burmanii selama 14 hari, diperoleh data seperti pada

tabel 4 dan gambar 4. Tabel 4. Rerata Kadar SOD Jaringan Pankreas Tikus yang

diinduksi Aloksan dan disuplementasi Ekstrak Cinnamomum

burmanii (µg/mL)

Keterangan :

# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2

(LSD Post Hoc Test)

* p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1

(LSD Post Hoc Test)

Gambar 4. Histogram Rerata kadar SOD Jaringan Pankreas

Tikus yang diinduksi aloksan kemudian diberi suplementasi

C.burmanii

Suplementasi ekstrak Cinnamomum

burmanii secara signifikan mampu meningkatkan

kadar SOD pada kelompok 3-5 dibandingkan dengan

kelompok 2 dengan p=0,044, p=0,043, p=0,024.

Pengaruh Ekstrak Cinnamomum burmanii

Terhadap Kadar MDA Jaringan Pankreas Tikus

Yang Diinduksi Aloksan Kadar MDA jaringan pankreas tikus yang

diinduksi aloksan kemudian diberi ekstrak

Cinnamomum burmanii selama 14 hari dapat dilihat

pada tabel 5 dan grafik 5.

Tabel 5. Rerata Kadar MDA Jaringan Pankreas Tikus yang

diinduksi Aloksan dan disuplementasi Ekstrak Cinnamomum

burmanii (µg/mL)

Keterangan :

# p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 2 (LSD Post Hoc Test)

* p < 0.05 Berbeda signifikan dengan kelompok 1 (LSD Post Hoc

Test)

Gambar 5. Histogram Rerata kadar MDA Jaringan Pankreas

Tikus yang diinduksi aloksan kemudian diberi suplementasi

C.burmanii

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5 tersebut

diatas suplementasi ekstrak Cinnamomum burmanii

secara signifikan mampu menurunkan kadar MDA

jaringan pankreas tikus sekitar 50% pada kelompok

3-5 dibandingkan dengan kelompok 2 dengan

p=0,003, p=0,007, dan p=0,010. Hal tersebut

menandakan suplementasi ekstrak C.burmannii pada

ketiga dosis tersebut memiliki efek yang sama dalam

menurunkan kadar MDA.

PEMBAHASAN

Karakteristik Populasi

Hewan coba yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tikus putih Rattus novergicus

strain wistar, berjenis kelamin jantan berusia 2,5-3

bulan dan berat badan 180-250 gram dalam kondisi

sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif.

Penggunaan tikus jenis ini, dengan pertimbangan

- 5 -

mudah diperoleh, mudah dibiakkan, tahan terhadap

kondisi laboratorium dan berbagai perlakuan serta

mempunyai sensitifitas tinggi terhadap obat (Ghosh,

1971). Selain itu, tikus wistar mempunyai

kemampuan metabolik relatif cepat sehingga lebih

sensitif bila digunakan dalam penelitian yang

berhubungan dengan metabolik tubuh (Djunaidi,

2010).

Pada penelitian ini dilakukan induksi

aloksan dosis tunggal 150 mg/KgBB intraperitonial.

Kadar glukosa darah meningkat setelah 72 jam pasca

induksi aloksan. Hal ini berdasarkan dengan

penelitian sebelumnya aloksan diinduksikan pada

tikus dengan dosis tunggal 150 mg/KgBB secara

intraperitoneal yang mengakibatikan hiperglikemia

pada tikus (Diniz et al, 2008). Hiperglikemia terjadi

akibat aloksan yang merusak sel β pankreas (Chair,

2008).

Pada penelitian ini, setelah tikus dibedah

segera jaringan pankreas diangkat dan disimpan di

tempat yang dingin serta telah dipisahkan dari

jaringan adiposa (El-Sayed et al., 2009). Sebelum

pengambilan jaringan pankreas, tikus dipuasakan

selama 12 jam dan hanya diberikan air (Djunaidi,

2010). Untuk memudahkan dalam pengambilan

sampel, dilakukan anestesi menggunakan cloroform

pada hewan coba.

Suplementasi Ekstrak Cinnamommum burmannii

Pemilihan dosis pada penelitian didasarkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Kannapan et al.,

pada tahun 2006. Dosis ekstrak kayu manis

(C.zeylanicum) yang digunakan pada penelitian

tersebut adalah 2 ml dan 0,2 ml selama 60 hari dan

dosis yang memiliki efek paling efektif adalah 2 ml.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dosis 0,5

ml, 1 ml, dan 2 ml dengan tujuan mengetahui apakah

ekstrak C.burmannii memiliki efek yang efektif

dalam rentang dosis tersebut. Lama suplementasi

adalah 14 hari, hal ini dilakukan karena peneliti ingin

mengetahui efek ekstrak C.burmannii pada kondisi

paparan akut. Sedangkan ekstrak kasar dipilih untuk

mengetahui efek farmakologi komponen bioaktif

kompleks yang terkandung di dalam C.burmannii dan

ekstrak kasar C.burmanii paling banyak digunakan

oleh masyarakat.

air atau aquades digunakan sebagai pelarut

dalam proses ekstraksi pada penelitian ini. Hal ini

dikarenakan ekstrak kayu manis yang memiliki efek

toksisitas yang rendah bila dilarutkan dengan air

dibanding ekstrak kayu manis yang dilarutkan dengan

pelarut lain (Andersona et al., 2004). Kayu manis

yang dilarutkan dalam petroleum eter dan ekstrak

kloroform memiliki efek sitotoksisitas yang tinggi

karena didalamnya terkandung essential oil berupa

trans cinnamaldehyde (Sharififar et al., 2009). Selain

itu, dengan pelarut air seluruh komponen bioaktif

yaitu polifenol yang terkandung dalam C.burmannii

diharapkan mampu larut dalam air selama proses

ekstraksi, seperti isoharmentin, kaempferol,

quercetin, rutin, cinnamate, terutama komponen yang

memiliki insulin like activity, yakni doubly linked

procyanidin type A polymers yang merupakan bagian

dari catechin. Komponen essential oil seperti trans

cinnamaldehyde, terpenes, aldehydes, dan eugenol

muncul dalam level yang rendah atau sama sekali

tidak ada dalam ekstrak C.burmannii yang dilarutkan

dengan air, sehingga tidak bersifat toksik bagi tubuh

(Andersona et al., 2004; Al-Numair et al., 2007).

Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar SOD

Induksi aloksan secara intraperitoneal

dengan dosis 150 mg/BB dosis tunggal mampu

menurunkan kadar SOD jaringan pankreas tikus pada

kelompok kontrol aloksan. Hal ini disebabkan

tingginya kadar Reaktif Oksigen Spesies (ROS) yang

harus diredam oleh SOD (Lenzen, 2007).

Peningkatan kadar ROS akibat induksi

aloksan disebabkan karena terjadinya reaksi redoks

didalam sel beta pankreas. Terbentuknya senyawa-

senyawa radikal ROS yang merusak sel beta pankreas

sehingga akan menurunkan produksi insulin dan

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia). Hiperglikemia dapat meningkatkan

radikal bebas melalui tiga mekanisme yaitu

autooksiasi glukosa, glikasi enzimatik, dan jalur

poliol sorbitol (Setiawan dkk, 2005). Terjadinya

peningkatan kadar ROS didalam jaringan pankreas

tersebut mengakibatkan pertahanan antioksidan

enzimatik didalam sel akan menurun. Salah satu

antioksidan enzimatik tersebut adalah SOD yang

mengalami penurunan kadar akibat digunakan untuk

meredam efek ROS yang meningkat jumlahnya

dalam darah (Lenzen, 2007).

Efek Induksi Aloksan Terhadap Kadar MDA

Induksi aloksan dengan dosis 150 mg/KgBB

dosis tunggal secara intraperitonial meningkatkan

kadar MDA tikus sebesar 2 kalinya pada kelompok

kontrol aloksan secara signifikan apabila

dibandingkan dengan kontrol normal. Hal ini

disebabkan, induksi aloksan secara intraperitonial

akan menyebabkan defisiensi insulin (Diniz et al,

2008) akibat dari rusaknya sel beta pankreas. Induksi

aloksan dosis tunggal dapat menimbulkan kondisi

hiperglikemia akibat kurangnya produksi insulin. Hal

ini bisa dilihat adanya peningkatan kadar glukosa

darah tikus setelah diinduksi aloksan. Kondisi ini

disebabkan aloksan menghambat glukokinase

sehingga menghambat sekresi insulin. Selain itu di

dalam pankreas, aloksan akan membentuk radikal

bebas yang menyebabkan destruksi spesifik pada sel

β pankreas sehingga terjadi penurunan produksi

insulin (Lenzen, 2007).

- 6 -

Penurunan produksi insulin akibat

kerusakan sel beta pancreas karena induksi aloksan

menyebabkan terjadinya kondisi hiperglikemia,

dimana kondisi tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya kematian sel. Peningkatan glukosa

ekstraseluler mengakibatkan terjadi reaksi glikasi

(reaksi non enzimatik antara glukosa dengan protein)

dan membentuk basa schiff, kemudian menjadi

produk amadori dan akhirnya membentuk protein

yang sangat toksik, disebut advanced glycation end

product (AGEs). Adanya proses autooksidasi pada

hiperglikemi dan reaksi glikasi ini memicu

pembentukan radikal bebas khususnya radikal

superoksida (O2-), dan oksidan hidrogen peroksida

(H2O2) melalui reaksi Haber-Weis dan Fenton akan

membentuk radikal hidroksil (OH-). Radikal bebas

dapat merusak membran sel, dan mengubah lipid

menjadi lipid peroksida atau MDA (Yasa et al.,

2007).

Efek Suplementasi Ekstrak Cinnamommum

burmannii Terhadap Kadar SOD

Pada kelompok yang disuplementasi ekstrak

C.burmanii dosis 0,5 ml, 1 ml dan 2 ml menunjukkan

peningkatan kadar SOD yang bermakna bila

dibandingkan dengan kontrol aloksan. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak C.burmanii

dengan dosis-dosis tersebut mampu meningkatkan

kadar SOD jaringan pankreas pada tikus

hiperglikemia

Senyawa polifenol dalam C.burmanii diduga

mampu menghambat terbentuknya ROS di sel β

pankreas dan ROS yang dihasilkan pada kondisi

hiperglikemia. Peningkatan radikal bebas akibat

proses autooksidasi dan glikasi protein pada kondisi

hiperglikrmia menyebabkan penurunan kadar SOD,

sehingga dengan dihambatnya pembentukan radikal

bebas oleh senyawa polifenol dalam C. burmanii

dapat meningkatkan kadar SOD (Sriram, 2011).

Senyawa polifenol memiliki kemampuan sebagai

scavenger radikal bebas. Polifenol mampu bertindak

sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan

elektron atau atom H+ dari Hydroxil ke radikal bebas

sehingga reaksi oksidasi berantai pembentukan

radikal bebas akan berhenti (Mudgal et al, 2010).

Kemampuan senyawa polifenol yang terkandung di

dalam C.burmannii tersebut dapat meningkatkan

kadar antioksidan enzimatik SOD dengan cara

menghambat pembentukan radikal bebas.

. Dari hasil penelitian ini, tidak didapatkan

perbedaan yang signifikan antar dosis perlakuan

ekstrak C.burmanii dalam meningkatkan kadar SOD

jaringan pankreas tikus. Pemberian dosis minimal 0,5

ml ekstrak C.burmannii cukup efektif meningkatkan

kadar SOD jaringan pankreas tikus hiperglikemia.

Efek Suplementasi Ekstrak Cinnamommum

burmannii Terhadap Kadar MDA

Pada kelompok perlakuan yang

disuplementasi ekstrak C.burmanii dosis 0,5 ml, 1 ml

dan 2 ml menunjukkan penurunan kadar MDA yang

signifikan bila dibandingkan dengan kontrol aloksan.

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

C.burmanii dengan dosis tersebut mampu

menurunkan kadar MDA jaringan pankreas pada

tikus hiperglikemia.

Senyawa polifenol dalam C. burmanii

merupakan antioksidan yang akan menghambat

proses inisiasi, dan propagasi pada proses oksidasi

pembentukan radikal bebas. Polifenol mampu

menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme

penangkapan radikal (radical scavenging) dengan

cara menyumbangkan satu elektron pada elektron

yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga

jumlah radikal bebas menjadi berkurang karena

terjadi hambatan produksi lipid peroxly. Dengan

mekanisme tersebut, kandungan polifenol C.

burmanii mampu menurunkan kadar MDA yang

tadinya meningkat akibat radikal bebas yang

terbentuk pada kondisi hiperglikemia (Sriram et al,

2011).

Selain itu pada penelitian in vitro,

kandungan polifenol dalam cinnamomum juga dapat

meregulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis

(Sriram dan Subramanian, 2011).

Phosphoenolpyruvate carboxykinase (PEPCK) adalah

enzim kunci pada proses glukoneogenesis. Senyawa

kimia polifenol mampu menghambat ekspresi gen

PEPCK, sehingga menghambat terjadinya

glukoneogenesis pada hepar (Dmitry et al, 2007),

sehingga dengan kemampuan tesebut

glukoneogenesis tidak akan terbentuk, dengan

keadaan seperti itu peningkatan kadar ROS yang

terbentuk akibat kondisi hiperglikemia dapat

dihambat, sehingga di dalam penelitian ini didapatkan

penurunan salah satu petanda stress oksidatif akibat

terjadinya hiperglikemia yaitu MDA.

Dalam penelitian ini, tidak ditemukan

perbedaan yang signifikan antara pemberian ektrak C.

burmanii dosis 0,5 ml, 1 ml, dan 2 ml terhadap kadar

MDA. Pemberian ekstrak C.burmanii dosis 0,5 ml

secara efektif mampu menurunkan kadar MDA

jaringan pankreas tikus.

KESIMPULAN

1. Induksi aloksan mampu menurunkan kadar SOD

dan meningkatkan kadar MDA jaringan pankreas

tikus.

2. Suplementasi ekstrak C.burmannii mampu

meningkatkan kadar SOD dan menurunkan kadar

MDA jaringan pankreas pada tikus hiperglikemia

yang diinduksi aloksan.

- 7 -

3. Suplementasi ekstrak C.burmannii dosis 0,5 ml, 1

ml dan 2 ml memiliki kemampuan yang sama

dalam meningkatkan kadar SOD dan menurunkan

kadar MDA jaringan pankreas pada tikus

hiperglikemia yang diinduksi aloksan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, guna pengembangan lebih lanjut, maka

peneliti menyarankan :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang

kandungan dan jumlah kadar bahan aktif yang

terkandung dalam C.burmannii.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek

polifenol yang terdapat pada C.burmannii

terhadap kadar SOD dam MDA jaringan pankreas

pada tikus hiperglikemia.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

berbagai variasi dosis yang berbeda untuk

mengetahui efektifitas ekstrak C.burmannii

terhadap kadar SOD dan MDA jaringan pankreas

tikus hiperglikemia.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada hewan

coba yang diberi perlakuan induksi aloksan

dengan metode berbeda seperti pada kondisi

kronik atau hiperglikemi kronik (>14 hari) sebagai

model perlakuan untuk mengetahui efek ekstrak

Cinnamomum burmanni pada paparan kronis.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Numair, K.S., Ahmed, S.B., Ahmad, D., Al-Assaf,

A.H. 2007. Nutritive value, levels of polyphenols

and anti-nutritional factors in sri lankan

cinnamon (Cinnamomum zeyalnicum) and

chinese cinnamon (Cinnamomum cassia),

Research Bulletin 154 : 5-21

Andersona, R.A., Broadhurst, C.L., Polansky, M.M.,

Schmidt, W.F., Khan, A., Schoene, N.W.,

Graves, D.J. 2004. Isolation and

characterization of polyphenol type-A polymers

from cinnamon with insulin-like biological

activities, Journal of Agricultural and Food

Chemistry 52 (1) : 65-70

Diniz S.F, F.P.L.G. Amorim, F.F. Cavalcante-Neto,

A.L. Bocca, A.C. Batista, G.E.P.M. Simm and

T.A. Silva. 2008. Alloxan Induced Diabetes

Delays Repair in Rat Model of Closed Tibial

Fracture. Brazilian Journal of Medical and

Biological Research 41: 373-379.

Djunaidi Faisal Randi. 2010. Efek Suplementasi

Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Kadar

Low Density Lipoprotein (LDL) dan High

Density Lipoprotein (HDL) Kolesterol Tikus

Putih (Rattus novergicus) Jantan dengan Diet

Aterogenik Sub. Akut. Skripsi, PPD UNISMA

Malang. hal: 60

El-Baroty G. S., El-Baky H. H. Abd, Farag R. S. and

Saleh M. A. 2010. Characterization of

antioxidant and antimicrobial compounds

of cinnamon and ginger essential oils.

Department of Biochemistry, Faculty of

Agriculture, Cairo University, Cairo, Egypt.

El-Sayed M., Abo-Salem O.M., Aly H.A. and

Mansour AM. 2009. Potential Antidiabetic

And Hypolipidemic Effects Of Propolis

Extract In Streptozotocin-Induced Diabetic

Rats. Faculty of Pharmacy Al-Azhar

University, Nasr-City, Cairo.

Endang. 2005. Laporan Penentuan Kadar MDA

.http://www.scribd.com/doc/11495362/Laporan-

Penentuan-Kadar-MDA (12 Juni 2011)

Guyton AC And JE Hall. 2002. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Alih Bahasa : Irawati Setiawan.

Edisi Kesembilan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC; Jakarta. 1103-1109

Halliwell B, Aruoma OI. 1991. DNA damage by

oxygen-derived species. Its mechanism and

measurement in mammalian systems. FEBS

Letter 281:9-19.

Halliwell B, Aruoma OI. 1997. Free radicals and

antioxidants: the need for in vivo markers

of oxidative strees. Di dalam: Aruoma OI,

Cuppett SL, editor. Antioxidant

Methodology in vivo and in vitro Concepts.

Illinois: AOCS Press. hlm. 1-22.

Halliwel, Barry dan John M.C Guttiredge. 1999. Free

Radical In Biology and Medicine. New

York: Oxford University Press.

Hall C. 2001. Sources of natural antioxidants:

oilseeds, nuts, cereals, legumes, animal

products and microbial sources. Di dalam:

Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon M, editor.

Antioxidants in food. Cambridge England:

Woodhead Publishing Limited. hlm. 159-

209.

Halliwell B, Gutteridge JMC. 2001. Free radicals in

biology and medicine. London: Oxford

University Press.

Hattori, S., K. Yosioka, M. Honda Ito and Japanese

Society for Pediatric Nephrology. 2002. The

1998 report of Japanese national registry data

- 8 -

on pediatric end stage renal disease patients.

Pediatr. Nephrol., 17:456-461

Jadhav, G. B; Upasani, C. D; Patil, R. A. 2008. The

Aim of This Review, a Summary of The

Intake, Absorption, Conjugation, Toxicity,

and Putative Biological Action of

Flavonoids, was to Obtain a Further.

Kaleem, M., Asif, M., Ahmed, Q.U., Bano, B., 2006.

Antidiabetic and antioxidant activity of

Annona squamosa extract in streptozotocin-

induced diabetic rats. Singapore Medical

Journal 47, 670–675.

Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. 2007. Buku

Ajar Patologi Robbins Volume 1. Penerbit buku

kedokteran EGc. Jakarta.

Moussa, S.A. 2008. Oxidative Stress In Diabetes

Mellitus. Department of Biochemistry Cairo.

Egypt.

Nachom, S., Chaiwanichsiri. S, Chinprahast N., and

Kongpensook V. Effect Of Extraction Time On

Antioxidant Capacities Of Cinnamon

(Cinnamomum zeylanicum.) Chulalongkorn

University: Bangkok

Nayak DU. 2001. Antioxidant vitamin and

enzymatic and synthetic oxygen-derived free

radical scevengers in the prevention and

treatment of cardiovascular disease. Heart

Disease-Pubmed 3(1):28-45.

Nugroho BA, Puwaningsih E. Perbedaan diet

ekstrak rumput laut (Eucheuma sp) dan

insulin dalam menurunkan kadar glukosa

darah tikus putih ( Rattus norvegicus )

hiperglikemik. Media Medika Indonesia Vol.

41 No. 1, 2006 : 23-30.

Nuttall, S. L., Dunne, F., Kendall, M. J. and Martin,

U. (1999) Age-independent oxidative stress in

elderly patients with non-insulin dependent

diabetes mellitus. Q. J. Med. 92, 33–38.

Prince, Sylvia A, Lorraine M, Wilsoon. 2006.

Patofisiologi Volume 1 dan 2. EGC :

Jakarta.

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi. EGC :

Jakarta

Setiawan, B. dan Suhartono E. 2005. Stres Oksidatif

dan Peran Antioksidan

pada Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru

Sriram P.G, dan Subramanian S. 2011. Fisetin,

Bioflavonoid Ameliorates Hyperglycemia in

STZ Induced Experimental Diabetes in Rats. Department of Biochemistry, University of

Madras, Guindy Campus, Chennai 600 025,

India. Volume 6, Issue 1, January – February ;

Article-016

Watkins D, Cooperstein SJ, Lazarow A. Effect of

alloxan on permeability of

pancreatic islet tissue in vitro. [Internet]. 2008

[cited 2009 February 18].

Available from:

http://ajplegacy.physiology.org/cgi/content/abstract/2

07/2/436

Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal

bebas. Kanisius. Jakarta.

Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K.

2003. Immunohistoche-mical study of

superoxide dismutase (SOD) in the liver of

diabetic. Experiment Macaca fascicularis Hayati

10:61-65.

Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K.

2003. Immunohistoche-mical study of

superoxide dismutase (SOD) in the liver of

diabetic. Experiment Macaca fascicularis Hayati

10:61-65.

Yasa IWPS, Suastika K, Djelantik AAGS dan Astawa

INM. 2007. Hubungan Positif antara Ulkus

Kaki Diabetik dengan Presentase Sel

Bermarkah CD4+ Pembawa

Malondialdehid. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sutirta_yasa_pd

f.pdf (17 Juni 2011)

Yuriska F, Anindhita.2009. Efek Aloksan Terhadap

Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar. Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang