documentbj

30
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan. Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan. I.2 Tujuan Praktikum Menentukan kerpatan Bulk, kerapatan Mampat, dan kerapatn sejati dari asam borat dan menentukan bobot jenis dari sirup (Marjan Melon), alkohol 70%, gliserin, dan minyak dan dengan menggunakan piknometer.

Upload: restuan

Post on 15-Feb-2015

70 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mmmmm

TRANSCRIPT

Page 1: Documentbj

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara

massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis

adalah perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi

rapat jenis tidak memiliki satuan.

Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon

farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian

dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan

mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot

jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak

dengan zat lainnya.Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot

jenis maka percobaan ini dilakukan.

I.2 Tujuan Praktikum

Menentukan kerpatan Bulk, kerapatan Mampat, dan kerapatn sejati dari asam

borat dan menentukan bobot jenis dari sirup (Marjan Melon), alkohol 70%, gliserin,

dan minyak dan dengan menggunakan piknometer.

Page 2: Documentbj

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding

dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific

gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu

(biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya

25o/25o (Anonim, 2008).

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot

jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada

perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume

dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah

perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air

dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat,

tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,

dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (Ditjen POM,1995 ; 1030).

Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam

decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama

kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah

diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau

udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut

cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai

standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Hermann J.Roth, 1988).

Page 3: Documentbj

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa

dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang

cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai

perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu

40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel H.C, 1989 ; 65).

Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran

pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.

Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.

Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu,

dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)

(Martin, A., 1993).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi;

yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.

Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap

kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak

dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat

lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, A.,

1993).

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis

yaitu : (Lachman, 1994 ; 77)

1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan

tertutup.

Page 4: Documentbj

2. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi

termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efektif

Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.

Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan

relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk

pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan

farmasi (R. Voigt, 1994 ; 464-465).

Metode penentuan untuk cairan (R. Voigt, 1994 ; 466) :

Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa

cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah

untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan

bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume

piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes

yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar

berat volume cairan yang terdesak.

Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung

pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan

dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-

Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.

Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala

Page 5: Documentbj

(timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung

gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan

pelelehan.

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang

diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat

ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan

yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.

Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah

karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H.,

1985).

II.2 Uraian Bahan

1 Asam Borat(FI III ; 49)

Nama Resmi : Acidum Boricum

Nama Lain : Asam Borat

RM/BM : H3BO3 / 61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik

mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak

berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian

manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian

air mendidih. Dalam 16 bagian etanol (95%)

P dan dalam 5 bagian gliserol P.

Page 6: Documentbj

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Antiseptikum ekstern

2 Air suling (FI III ; 96)

Nama Resmi : Aqua destillata

Nama Lain : Aquadest

RM / BM : H2O / 18,02

Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan uji

3 Minyak kelapa(FI III;456)

Nama Resmi : Oleum Cocos

Nama Lain : Minyak kelapa

Bobot jenis : 0,845 – 0,905 g/ml

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning

pucat; bau khas, tidak tengik

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada

suhu 600C; sangat mudah larut dalam

kloroform P dan juga mudah larut dalam

Page 7: Documentbj

eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk.

Kegunaan : sebagai sampel

4 Alkohol (FI III ; 65)

Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain : Etanol, etil alkohol

BM/RM : 46, 07 / C2H6O

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan

pelarut. Menghasilkan bau yang khas dan

rasa terbakar pada lidah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan

dari api

Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas

ukur.

5 Gliserin (FI III ; 271)

Nama Resmi : Glycerolum

Nama Lain : Giserol, Gliserin

RM/BM : C3H8O3 / 92,10

Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak

Page 8: Documentbj

berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa

hangat. Hidroskopik. Jika disimpan

beberapa pada suhu rendah dapat

memadat membentuk massa hablur tidak

berwarna yang tidak melebur hingga suhu

mencapai lebih kurang 20o.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan

etanol (95%) P; praktistidak larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam

minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

6 Sirop (FI III ; 31 )

Nama resmi : Sirupi

Sinonim : Sirop

RM/BM : C12H22O11 /

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat

sejuk.

7 Parafin Cair (FI III ;

474)

Nama Resmi : Paraffinum Liquidum

Page 9: Documentbj

Nama Lain : Parafin Cair

Bobot jenis : 0,870 – 0,890 g/ml

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak

berfluoresensi; hampir tidak berbau;

hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam

etanol (95%) P; larut dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya.

Kegunaan : Laksativum

II.3 Prosedur Kerja

Analitik (bobot b gram). Menentukan Bj menggunakan Piknometer

- Bersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air

dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest, bilas dengan pelarut

alkohol pekat.

- Piknometer panaskan pada suhu 100o C selama 1 jam, kemudian

masukkan kedalam eksikator sampai dingin. Timbang dalam neraca

analitik ( bobot a gram).

- Isikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer hingga penuh.

- Seluruh piknometer mencapai derajat 20 derajat menggunakan

thermometer.

Page 10: Documentbj

- Setelah suhu mencapai tepat 25 derajat segera piknometer ditutup dan

lap dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang secara

teliti menggunakan neraca

- Hitung bobot jenis = (b-a) gram/volume ml.

Page 11: Documentbj

BAB III

CARA KERJA

III.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

Piknometer 25 ml

Gelas ukur 50 ml

Gelas kimia 25 ml

Erlenmeyer 100 ml

Timbangan analitik

Corong

Batang pengaduk

Pipet tetes

Sendok tanduk

Lap kasar

Bahan yang digunakan

Asam borat

Parafin cair

Minyak kelapa

Gliserin

Alkohol 70%

Sirup (Marjan Melon)

Aquadest

Kertas timbang

Aluminium foil

Page 12: Documentbj

III.2 Langkah Percobaan

III.2.1 Menentukan Kerapatan Bulk

Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas

ukur 50 ml.

Ukur volume zat padat

Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan berikut:

Kerapatan Bulk=Bobot zat padat ( g )Volume Bulk (mL )

III.2.2 Menentukan Kerapatan Mampat

Timbang zat padat sebanyak 10 gram.

Masukkan ke dalam gelas ukur.

Ketuk sebanyak 100 kali ketukan

Ukur volume yang terbentuk

Hitung kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan berikut:

Kerapatan Mampat=Bobot zat padat ( g )

Volume Mampat (mL )

III.2.3 Menentukan Kerapatan Sejati

Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1).

Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya.

Timbang piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya (W3).

Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer yang berisi zat

padat, kocok-kocok dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung

udara di dalamnya.

Page 13: Documentbj

Timbang piknometer yang berisi zat padat dan parafin cair beserta

tutupnya (W4).

Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada

gelembung di dalamnya.

Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2).

Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan berikut:

ρPadatan=(W 3−W 1)

(W 2−W 1 )−(W 4−W 3)

III.2.4 Menentukan Bobot Jenis Cairan

Gunakan piknometer yang bersih dan kering.

Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar

piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).

Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan

yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat

pengukuran air suling, dan ditimbang (W3).

Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan berikut:

Dt=W 3−W 1W 2−W 1

Page 14: Documentbj

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Perhitungan

a. Pengukuran Kerapatan Zat

Kerapatan Bulk

Bobot zat (g) 10 g

Volume Bulk (ml) 13 ml

Kerapatan Bulk (g/ml) 0, 7692 g/ml

Perhitungan :

Kerapatan Bulk=Bobo t zat padat ( g )Volume Bulk (mL )

=1013

=0 , 7692 g /mL

Kerapatan Mampat

Bobot zat (g) 10 g

Volume Mampat (ml) 11 ml

Kerapatan Mampat (g/ml) 0, 9090 g/ml

Perhitungan :

Kerapatan Mampat=Bobot zat pada t (g )Volume Bulk (mL )

=1011

=0 , 9090 g/mL

Kerapatan Sejati

Bobot Piknometer Kosong (g) / W1 32, 6643 g

Bobot piknometer + zat cair (g) / W2 53, 6261 g

Bobot piknometer + zat padat (g) / W3 41, 5140 g

Bobot jenis zat padat + cair (g/ml) / W4 57, 3702 g

Page 15: Documentbj

Perhitungan :

ρPadatan=(W 3−W 1)

(W 2−W 1 )−(W 4−W 3)

¿(41,5140−32,6643)

(53,6261−32,6643 )−(57,3702−41,5140)

¿8,8497

20,9618−15,8562

¿8,84975,1056

¿1,733 g/ml

Bobot Jenis Cairan

No. SampelBerat Piknometer

Kosong (g)

Berat Piknometer +

sampel (g)

1. Air suling 32,7211 57,6036

2. Alkohol 70% 28,30 51,282

3. Gliserin 15,621 47,272

4. Minyak Kelapa 9,630 32,953

5. Sirup (Marjan Melon) 32,7211 66,5178

Perhitungan :

1. Alkohol 70%

Page 16: Documentbj

Dt=W 3−W 1W 2−W 1

¿51,282−28,30

52,4639−28,30

¿22,982

24,1639

¿0,951 g/ml

2. Gliserin

Dt=W 3−W 1W 2−W 1

¿47,272−15,621

41,1948−15,621

¿31,651

25,5738

¿1,2376 g/ml

3. Minyak Kelapa

Dt=W 3−W 1W 2−W 1

¿32,953−9,63035,121−9,630

¿23,32325,491

¿0,9149 g/ml

4. Sirup (Marjan Melon)

Dt=W 3−W 1W 2−W 1

¿66,5178−32,721157,6036−32,7211

¿33,796724,8825

Page 17: Documentbj

¿1,358 g/ml

IV.2 Pembahasan

Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding

dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC), sedangkan rapat

jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu

(dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25º/25º). Berat jenis didefenisikan

sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat

itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus.

Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih

cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan

relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni

bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat jenis merupakan bilangan murni

tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan

dengan menggunakan rumus yang cocok.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan

digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan

senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat

terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut

suatu zat.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu piknometer. Piknometer

digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk

erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.

Page 18: Documentbj

Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan

dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk

mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk

menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan

tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil

penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot

jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik

seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa

yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang

ada di dalam piknometer itu sendiri.

Piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong.

Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan

aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain (alkohol 70%,

gliserin, minyak kelapa, dan sirup). Pengisiannya harus melalui bagian dinding

dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses

pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Kemudian piknometer

yang berisi sampel ditimbang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya

dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula

halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku

sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan

suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).

2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot

Page 19: Documentbj

jenisnya juga menjadi lebih besar.

3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh

tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot

molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini

dapat dilihat dari rumus :

V = k x d x t

Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi

semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.

Setelah melakukan percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk alkohol 70% adalah

0,951 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,2376 g/ml, bobot jenis untuk minyak kelapa

adalah 0,9149 g/ml dan bobot jenis sirup (Marjan Melon) adalah 1,358 g/ml. Untuk percobaan

penentuan kerapatan diperoleh hasil, yaitu untuk kerapatan Bulk adalah 0,7692 g/ml , untuk

kerapatan Mampat adalah 0,9090 g/ml, dan untuk kerapatan sejati adalah 1,733 g/ml. Terdapat

penyimpangan dalam percobaan ini. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena

penyimpangannya itu sendiri masih relatif kecil sehingga dapat diabaikan.

Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :

1. Kesalahan pembacaan skala pada alat

2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot

jenisnya

3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat

4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer

5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik air

dalam piknometer setelah dipanaskan.

Page 20: Documentbj
Page 21: Documentbj

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Pada percobaan kerapatan Bulk dengan sampel asam borat didapatkan

kerapatannya adalah 0,7962 g/ml.

2. Pada percobaan kerapatan mampat yang juga menggunakan sampel asam

borat kerapatan yang didapatkan adalah 0,9090 g/ml.

3. Pada percobaan kerapatan sejati digunakan parafin cair dan asam borat,

kerapatan sejati yang didapatkan adalah 57,3702 g/ml.

4. Pada percobaan bobot jenis untuk beberapa cairan hasil yang diperoleh adalah

bobo jenis alkohol 70% adalah 0,951 g/ml, bobot jenis, gliserin adalah 1,2376

g/ml, bobot jenis minyak kelapa adalah 0,9149 g/ml, dan bobot jenis sirup

adalah 1,358 g/ml.

IV.2 Saran

Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue atau

kain, jangan menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak

yang terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan

menambah berat piknometer.

Page 22: Documentbj

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UNHAS: Makassar.

Ansel H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press:

Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II edisi II. UI Press: Jakarta.

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada

University Press: Jogjakarta.

Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th Ed., Collier

Mac Inc., New York.

Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), “Analisis Farmasi”, UGM-Press,

Yogyakarta, 466-468

Voigt, R., (1994), “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Edisi V, UGM-Press,

Yogyakarta, 65