wie man sprachen lehrt

22
PENGANTAR Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari- hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap. Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui

Upload: mufikaa-rosatii

Post on 12-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bagaimana belajar bahasa

TRANSCRIPT

PENGANTAR

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia, bagaimana orang belajar bahasa, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa, serta bagaimana bahasa mengalami transfer dan interferensi.

I. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa PrakemerdekaanPada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara. Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380

Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.

2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia

3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.

4. Bahasa resmi kerajaan.Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakanlingua francadi Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah bahasa Indonesia yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa PascakemerdekaanBerhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.

2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.

1. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesiaa. Budi Otomo.Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.b. Sarikat Islam.Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia

c. Balai Pustaka.Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.

d. Sumpah Pemuda.Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.

1. Sejarah Perkembangan EYDEjaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:

1. Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

1. Huruf untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mula dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaa.

2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa, dsb.

5. Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.

3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

1. huruf oe menjadi u, seperti pada goeroe guru.

2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan () ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.

4. awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan di pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan di- pada dibeli, dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.

3. Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

tj menjadi c : tjutji cucidj menjadi j : djarak jarakoe menjadi u : oemoem -> umumj menjadi y : sajang sayangnj menjadi ny : njamuk nyamuksj menjadi sy : sjarat syaratch menjadi kh : achir akhirawalan di- dan kata depan di dibedakan penulisannya. Kata depan di pada contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara di- pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

1. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa ReformasiMunculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):

1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);

2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.

Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:

1. Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya

2. Bahasa nasional;

3. Bahasa resmi

4. Bahasa budaya dan Bahasa ilmu

5. Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga

6. Pendidikan

II. Wie man Sprachen lehrt (Cara Belajar Bahasa)

Ketika belajar bahasa, akhirnya selalu saja yang menjadi masalah adalah mengenai Pembelajaran Kosakata. Setiap individu mengembangkan metode sendiri dan tidak lepas dari tata bahasa. Pada dasarnya ada tiga metode yang berbeda dari pembelajaran yaitu :

1. Metode Hanafi

Metode ini lebih mengutamakan pada tata bahasa dan pengucapan. Ketika belajar menggunakan metode ini, kata dan frase akan dipelajari untuk digunakan dalam situasi yang tepat.pengucapan dan tata bahasa secara otomatis akan diasimilasi oleh pelajar melaui berbicara untuk lebih memahami kemampuan bahasa. Metode ini umumnya dianggap sebagai cara termudah dan tercepat.

2. Metode Tradisional Metode ini hanya mempelajaritata bahasa dan beberapa kosakata. Seringkali pembelajaran semacam ini dilakukan dengan guru yang sudah menguasai bahasa. Metode ini sering membutuhkan waktu yang lama.

3. Metode Struktur (terjemahan dari Metode Pola)

Dengan metode ini, anda belajar dari dari sudut pandang matematika. Hal ini terkait dengan kata-kata matematis yang kemudian doproses dengan angka. Metode ini tidak dapat diterapkan untuk semua bahasa.Selain itu, menurut Serdar Sergezdan, mahasiswa FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Jurusan Bahasa Inggris, UNS asal Turkmenistan saat mengisi kelas 59 Akber Solo Be a Multilingual Speaker di IT Mall Solo Computer Center Point (CCP), Jumat (14/6), ada beberapa tips untuk mempelajari bahasa yaitu :

1. Pahami Tujuan Belajar Bahasa

Sebelum mulai mempelajari sebuah bahasa, tanyakan kepada diri sendiri apa tujuan atau alasan anda belajar bahasa itu. Misalnya, ketika ingin belajar Bahasa Jerman, apa alasannya? Apakah membutuhkannya untuk melanjutkan kuliah di luar negeri? Atau akan mengikuti wawancara di perusahaan Internasional dan bahasa yang dipakai adalah Bahasa Jerman?Tujuan atau alasan mempelajari sebuah bahasa akan menentukan cara atau metode untuk belajar juga sejauh apa anda perlu belajar sebuah bahasa.

Fokus pada speaking (kemampuan bicara) untuk berkomunikasi

Bila tujuan belajar bahasa asing karena ingin berwisata ke luar negeri, mungkin perlu menekankan pada kemampuan bicara dalam bahasa asing supaya bisa berkomunikasi secara lebih efektif.itu berarti penekanan proses belajar pada kemampuan speaking (bicara).

Namun menurut Serdar, bila seseorang belajar bahasa asing untuk melanjutkan studi atau akan mengajar,, maka dia perlu mengembangkan semua skill secara seimbang seperti kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis.2. Ganti Pola Berpikir

Belajar bahasa ternyata tidak sekedar belajar menghafal kata-kata dan merangkai kalimat, tapi juga belajar kebudayaan dan kehidupan masyarakat asli pemilik bahasa tersebut. Bila mempelajari bahasa di luar konteks budaya, maka akan terjadi kesalahpahaman dan kesulitan dalam penerapan penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari.

3. Buat Jembatan Bahasa

Menurut pengalaman Serdar, setelah mempelajari beberapa bahasa, dia mengetahui bahwa beberapa bahasa memiliki perbendaharaan kata yang sama. Bisa jadi bila kita ingin mempelajari sebuah bahasa asing, 30 persen kosakata yang ada sama dengan bahasa nasional atau bahasa ibu kita. Karena itu, dia menyarankan supaya kita membuat jembatan bahasa dengan cara mendaftar kata-kata yang sama atau serupa dari bahasa asing dan bahasa asli kita.

4. Tinggal di Negara pengguna bahasa asing itu

Serdar mengatakan bahwa salah satu cara paling efektif untuk belajar sebuah bahasa asing bukanlah dengan belajar grammar (tata bahasa) dari buku-buku atau menghafal kata-kata dari kamus, tapi dengan menggunakannya untuk berkomunikasi. Dan akan lebih efektif bla kita belajar di Negara yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa sehari-hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua :

Pembelajaran bahasa kedua akan lebih optimal apabila kita bisa memaksimalkan factor-faktor yang mempengaruhinya. Di bawah ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi pembeljaran bahasa kedua :

1. MotivasiMotivasi terbaik adalah motivasi diri sendiri. Hal-hal yang termasuk dalam motivasi adalah di bawah ini : Tujuan

Dorongan

Hasrat

Kemauan/keinginan

Alasan

2. Lingkungan

Lingkungan dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan formal dan informal. Pada tahun 2002, Krashen mengungkapkan bahwa lingkungan formal adalah lingkungan yang mencakup seperti :

Lingkungan tempat bersekolah dimana lingkungan itu dirancang

Lingkungan yang artifisial

Di lingkungan itu ada bagian pengajaran

Tempat dimana diarahkan untuk adanya kegiatan yang berlangsung sesuai dengan aturan

3. Usia

Pada tahun 1972, Lambert mengemukakan bahwa anak-anak punya kesempatan bahwa anak-anak punya kesempatan lebih terampil dan mampu untuk mempelajari bahasa. Sedangkan pada tahun 1981, Paivo menambahkan bahwa anak-anak mempelajari bahasa pada umur yang kritis.4. Kualitas Materi Pembelajaran dan Penyampaiannya

Ketika bahan untuk pembelajaran disampaikan sealami mungkin, anak akan lebih mudah menyerapnya. Adapun penyampaian secara formal akan lebih mempercepat penguasaan materi pembelajaran bagi anak meski mereka memiliki kemungkinan kurang bisa mengaplikasikan pemahamannya dalam interaksi dengan lingkuan secara langsung.

5. Bahasa Pertama

Bahasa kedua akan lebih mudah dipelajari oleh seseorang apabila masih mirip atau berkerabat dengan bahasa ibunya atau bahasa pertama yang dia kuasai.

1. Transfer

Penguasaan bahasa kedua (B2), terutama bahasa asing pada era globalisasi saat ini merupakan suatu kebutuhan, selain penguasaan bahasa pertama (B1). Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kebutuhan untuk menguasai bahasa asing. Sehingga orang tersebut mengalami apa yang dinamakan kedwibahasaan. Dimana kedwibahasaan merupakan penguasaan dan penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur. Dalam proses pembelajaran bahasa kedua atau ketiga tersebut, seringkali seseorang menggunakan B1 dan B2 secara bergantian, sehingga kedua bahasa tersebut mengalami kontak bahasa, sebagai akibat dari kedwibahasaan tersebut. Kontak bahasa yang dimaksud, misalnya kecenderungan penutur untuk menggunakan persamaan pada B1 dan B2 atau sebaliknya, atau mencampur penggunaan kedua bahasa tersebut. Penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lain disebut transfer. Transfer merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari persamaan dan perbedaan antara B2 dengan B1 yang sudah diperolehnya sejak kecil.

Transfer dapat terjadi karena faktor pembelajaran bahasa, dimana B1 mempengaruhi pembelajaran B2 penutur. Akan tetapi dapat pula terjadi sebaliknya. Sehingga ada istilah transfer negatif dan positif. Transfer positif menyebabkan terjadinya integrasi yang sifatnya menguntungkan kedua bahasa karena penyerapan unsur dari suatu bahasa yang dapat berintegrasi dengan sistem bahasa penyerap atau dengan kata lain antara B1 dan B2 memiliki banyak persamaan baik itu bentuk, arti, dll. Sebaliknya, transfer negatif akan melahirkan interferensi, yaitu penyimpangan dari norma-norma bahasa dalam bahasa yang digunakan sebagai akibat pengenalan terhadap bahasa lain, dengan kata lain antara B1 dan B2 memiliki perbedaan yang signifikan. Kecenderungan pembelajar untuk mentransfer sistem bahasanya sendiri ke dalam sistem bahasa yang sedang mereka pelajari dapat berupa sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal.

2. Interferensi

Interferensi digunakan pertama kali oleh Weinrich (1953) dalam buku Language in Contact dalam penelitian karya Ratih dwi, yaitu untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya kontak bahasa dengan unsur-unsur bahasa lain yang biasa dilakukan oleh dwibahasawan. Selanjutnya Weinrich menganggap interferensi sebagai gejala penyimpangan dari norma-norma kebahasaan yang terjadi pada penggunaan bahasa oleh seorang penutur sebagai akibat dari kontak bahasapertama (B1) dengan bahasa ke dua (B2), dalam hal ini bahasa asing.

Menurut Kleppin (dalam Ratih Dwi), faktor utama penyebab interferensi yaitu adanya perbedaan antara bahasa bahasa sumber (Ausgangsprache) dan bahasa sasaran (Zielsprache). Interferensi itu sendiri terjadi akibat pernbandingan atau pengidentifikasian pengguna bahasa pada unsur-unsur tertentu dari bahasa sumber, kemudian digunakan pada bahasa sasaran.

Jenis jenis Interferensi

Weinrich, dalam Ratih dwi membedakan interferensi mencadi 3 macam :

a. Interferensi FonologiInterferensi ini terjadi pada tataran bunyi. Ini terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah fonem pada sistem B2 pada sistem B1 dan kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem B1. Contoh : seorang penutur perancis mengucapkan huruf pada think dengan fonem /s/.

b. Interferensi Grammatikal

Interferensi grammatical terjadi ketika dwibahasawan mengidentifikasi morfem atau hubungan grammatical B2 dengan morfem atau hubungan grammatikal B1. Akan tetapi, morfem atau hubungan grammatical B2 tersebut tidak sama dengan B1 atau bahkan tidak terdapat pada B2.

Contoh yang diberikan Weinrich yaitu susunan kalimat yang salah dalam yesterday came he yang diidentifikasikan oleh penutur bahasa jerman dari struktur bahasa jerman gestern kommt er. Padahal susunan grammatika yang benar dalam bahasa inggris adalah he came yesterday.

c. Interferensi Leksikal

Interferensi leksikal terjadi ketika morfem B1 ditransfer ke morfem B2. Dimana morfem B2 dapat digunakan dalam fungsi baru berdasarkan morfem B1. Hal ini dapat dikombinasikan sewaktu-waktu. Dwibahasawan seringkali mentransfer bentuk kata, makna, distribusi bentuk kata, dan maknanya dari budaya dan bahasa B1 ke budaya dan bahasa B2. Contoh yang diberikan oleh Weinrich yaitu kata scycraper yang ditransfer ke dalam bahasa jeraman menjadi morfem Wolkenkratzer.

Latar Belakang Munculnya Interferensi

Latar belakang pemunculan interferensi bahasa dapat ditelusuri dari penutur dan bahasa yang dituturkannya. Weinreich (dalam Ratih Dwi) mendeskripsikan beberapa faktor yang dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya gejala interferensi, yaitu:

a. Kedwibahasaan para peserta tutur. b. Kurangnya loyalitas pemakaian bahasa penerima. c. Tidak cukupnya kosa kata penerima dalam menghadapi kemajuan dan pembaruan.d. Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan. e. Kebutuhan akan sinonim. f. Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa. Sumber : hestunodya.blogspot.com/2013/11/factor-faktor-yang-mempengaruhi.html (diakses pada 3 november 2014 pukul 06.15.

www.timlo.net/baca/74659/5-cara-cepat-belajar-bahasa-asing (diakses pada 3 november 2014 pukul 07.00)Dwi Ratih Kusumastuti.Analisis kesalahan Literatur.2009 tidak diterbitkan (diakses pada 3 november 2014 pukul 21.00 WIB )