widji thukul minds
DESCRIPTION
widji thukul mind behind his poetryTRANSCRIPT
page 04page 02page 01 page 03 page 05
EKSPRESI KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU “DILARANG DI
BANDUNG” KARYA GRUP MUSIK SERINGAI
Oleh :
M. Yahya Rasyid
418080138
(Analisis Wacana Kritik Sosial Dengan Pendekatan
Model Van Dijk Dalam Lirik Lagu ”Dilarang Di Bandung” Karya Grup
Musik Seringai)
Latar Belakang Masalah
page 04page 02 page 03page 01 page 05
“Peringatan” adalah puisi yang ditulis oleh Wiji Thukul, puisi ini begitu populer dan juga begitu menakutkan Orde Baru dengan seluruh jajarannya. Karena selalu muncul dalam berbagai aksi parlemen jalanan atau aksi-aksi perlawanan lainnya
Pesan dari puisi tersebut dapat membuktikan bahwasanya kata-kata adalah alat pengkontruksi realitas yang sangat efektif.
“Hanya satu kata, lawan!” kalimat itu lebih familiar dibandingkan sosok Thukul yang menuliskan puisi perlawanan tersebut.
peneliti menggunakan teori wacana yang dikemukakan oleh Teun A. van Dijk
Rumusan Masalah Makro
page 01 page 02 page 03 page 04 page 05
Bagaimana Pemikiran Wiji Thukul Tentang Orde Barupada Puisi “Peringatan”
ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk?
page 01 page 02 page 03 page 04 page 05
1. Bagaimana dimensi teks pemikiran Wiji Thukul tentang Orde Baru pada Puisi
“Peringatan” ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk?
2. Bagaimana dimensi kognisi sosial pemikiran Wiji Thukul tentang Orde Baru
pada Puisi “Peringatan” ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk?
3. Bagaimana dimensi konteks sosial pemikiran Wiji Thukul tentang Orde Baru
pada Puisi “Peringatan” ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk?
Rumusan Masalah Mikro
page 01 page 02 page 03 page 04 page 05
Maksud Penelitian & Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian
Maksud PenelitianUntuk MengetahuiStruktur :• Teks• Kognisi Sosial• Konteks Sosial
menganalisis wacana tersembunyi yang terdapat pada teks puisi Peringatan karya Wiji Thukul dengan teoriWacana yang dikemukakanOleh Teun A. van Dijk
page 09page 07page 06 page 08 page 10
Kerangka Pemikiran
HegemoniHegemoni bisa didefinisikan sebagai dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman dan kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense).
Counter Hegemoni
Counter Hegemoni adalah hegemoni tandingan terhadap kelas
dominan, yang dilakukan oleh perwakilan politis atau kaum intelektual
dari subordinat yang didominasi
page 09page 07page 06 page 08 page 10
Kerangka Analisis Wacana Kritis
Dimensi teks,
yang diteliti adalah
bagaimana strategi
tekstual yang dipakai
untuk mengungkapkan
kegelisahan sosial atau
menggambarkan suatu
keadaan yang
menyelimuti rakyat
pada saat itu.
Kognisi sosial,
Seperti apa kognisi
Wiji Thukul, sehingga
dapat membuat struktur
naskah “Peringatan” yang
menunjukan sejumlah
makna mengenai
permasalahan sosial,
yang dikemas dengan
sedemikian rupa sehingga
menimbulkan dampak
kegelisahan sosial.
Konteks sosial, Pada konteks penelitian ini adalah wacana yang berkembang di masyarakat nusantara pada masa orde baru kemudian dikorelasikan dengan situasi rezim hari ini
page 09page 07page 06 page 08 page 10
Alur Model Kerangka Pemikiran
Naskah Puisi “Peringatan” (1986)
Dimensi Teks Dimensi Kognisi Sosial Dimensi Konteks Sosial
Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk
Pemikiran Wiji Thukul Tentang Orde Baru
Konsep Hegemoni Gramsci
Counter Hegemoni Counter Hegemoni
page 01 page 02 page 03
Penelitian ini dimaksudkan untuk
membongkar wacana tersembunyi
dibalik teks puisi.
Adapun objek yang diangkat adalah
sebuah teks puisi yang berjudul “Peringatan”
karya Wiji Thukul, yang diambil dari
“Aku Ingin Jadi Peluru”
page 09page 07page 06 page 08 page 10
Objek Penelitian
page 09page 07page 06 page 08 page 10
Naskah Puisi Peringatan
PERINGATAN
Jika rakyat pergiKetika penguasa pidato
Kita harus hati-hatiBarangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyiDan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiriPenguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluhItu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasaTidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbangSuara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamananMaka hanya ada satu kata: lawan!.
(Wiji Thukul, 1986)
page 14page 12page 11 page 13 page 15
Metode Penelitian
Desain PenelitianAnalisis Wacana Kritis (Teun A Van Dijk)
Metode PenelitianKualitatif
page 14page 12page 11 page 13 page 15
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Teks
Wawancara
Studi Kepustakaan
Internet Searching
Dokumentasi
page 14page 12page 11 page 13 page 15
Informan Penelitian
Reggi Kayong MunggaranAktivis PRD, LBH Bandung, Aksi Bandung
Rahmat JabarilAktivis & Seniman
Herry SutresnaAktivis & Seniman
page 01 page 02 page 03 page 14page 12page 11 page 13 page 15
Teknik Analisis Data
Penyeleksian Data
Klasifikasi Data
Merumuskan Hasil Penelitian
Menganalisis Hasil Penelitian
page 14page 12page 11 page 13 page 15
Uji Keabsahan Data
Triangulasi
Menggunakan Bahan Referensi
Mengadakan Member Check
page 19page 17page 16 page 18 page 20
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian untuk dokumentasi
dan studi pustaka dilakukan di Bandung.
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan,
terhitung mulai dari bulan Februari
2013 hingga Juli 2013.
page 19page 17page 16 page 18 page 20
Hasil Penelitian & Pembahasan
Hasil Analisis Dimensi Teks
• Tematik = perlawanan atas kekesalan rakyat pada penguasa• Skematik = - Lead : Peringatan
- Story : - Penggambaran apatisme rakyat - Penggarmbaran kecemasan dan kecurigaan rakyat terhadap penguasa
- Isyarat tentang terancamnya kebenaran - Puncak dan akumulasi dari apatisme dan kecemasan
rakyat • Semantik = - Latar : kata “Lawan!”
- Detil : tidak berlebihan - Maksud : memberi teguran pada penguasa
• Sintaksis = - Bentuk Kalimat : cenderung menggunakan kalimat aktif -Koherensi : tidak terlalu banyak menggunakan kata penghubung, tapi cenderung
menggunakan kata penjelas- Kata Ganti : tidak terlalu banyak menggunakan kata ganti
• Stilistik = - Leksikon = pemilihan kata sesuai dengan maksud hati yang hendak diutarakan• Retoris = - Grafis = “maka hanya ada satu kata: lawan”
- Metafora = tidak ada perumpamaan yang digunakan
page 19page 17page 16 page 18 page 20
Hasil Penelitian & Pembahasan
Hasil Analisis Kognisi Sosial
• Wiji Thukul merupakan seorang yang mampu menanamkan pemahaman dan
kesadaran
• Proses berpikir Wiji Thukul dialektis
• Wiji Thukul memenuhi syarat sebagai intelektual organik
• Wiji Thukul menyadari betul apa yang diarasakan rakyat sebenar-benarnya pada
jaman Orde Baru
• Nilai-nilai yang disusupkan oleh Thukul dalam teksnya diserap dan menjadi
pemahaman bersama (collective understanding)
page 01 page 02 page 03 page 19page 17page 16 page 18 page 20
Hasil Penelitian & Pembahasan
Hasil Analisis Konteks Sosial
• konstelasi politik yang terjadi pada saat puisi ini ditulis menunjukan dominasi rezim yang
sangat militeristik dan begitu massif
• Orde Baru menjadi rezim yang paling posesif dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia
• terjadi krisis multidimensional , Krisis ekonomi, Krisis sosial
• Indonesia pada periode antara tahun 1986-1998 sedang berada dalam sebuah fase yang
disebut oleh Gramsci sebagai situasi krisis hegemoni
• puisi “Peringatan” karya Wiji Thukul masih sangat relevan untuk digunakan sebagai simbol
perlawanan menghadapi ketidakadilan
• Perbedaan yang kentara antara rezim Orde Baru dengan Demokrasi adalah tidak lagi
berwajah otoriter , dan sifatnya yang tidak lagi sentralistik.
page 19page 17page 16 page 18 page 20
Kesimpulan
• Dimensi Teks = “Peringatan” adalah sebuah teks yang ditulis dengan tingkat kesadaran yang tinggi. Dibangun dengan sangat sederhana namun mampu menciptakan pengaruh yang besar terutama jika dibacakan dalam suasana aksi.
• Dimensi Kogisi Sosial = Wiji Thukul merupakan seorang yang mampu menanamkan pemahaman dan kesadaran yang baik terlepas dari kekurangannya sebagai seorang yang pelo, ia mampu membangun kesadaran melalui tulisannya yang sangat provokatif.
• Dimensi Konteks Sosial = Orde Baru menjadi rezim yang paling posesif dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Namun bukan berarti rezim hari ini lebih baik, kejahatan yang terjadi pada rezim hari ini hanya berubah bentuk dari semula yang didominasi oleh kekuasaan dengan senjata, hari ini dengan melempar intrik-intrik yang sebenarnya mampu memicu konflik yang lebih luas
• Puisi Peringatan akan terus hidup selama perjuangan melawan ketidakadilan masih terus berjalan.
page 22page 21
Saran
Bagi Akademik
Bagi Masyarakat
Terima Kasih
page 22