web viewhormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh. ......
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, karena lebih dari
setengah penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok.
Seiring dengan meningkatnya laju pertambahan penduduk di Indonesia, maka
kebutuhan beras tiap tahunnya terus bertambah.“Pada tahun 2012, penduduk
Indonesia diperkirakan berjumlah 244,69 juta jiwa dan jumlah konsumsi beras
mencapai 33,60 juta ton, sedangkan pasokan beras pada saat ini telah
mencapai tingkat terendah yang disertai dengan kenaikan harga beras yang
cukup tinggi.” (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Berbagai upaya peningkatan produksi beras terus dilakukan, namun
terganjal oleh berbagai kendala, sepertikonversi lahan sawah subur yang
masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan
teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumber daya lahan (soil
sickness) yang berdampak pada penurunan produktivitas lahan (Nurlaili,
2011:22). Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan beras yang terus
meningkat diperlukan adanya suatu terobosan dalam bidang teknologi
pertanian yang mampu memberikan perbaikan dan efisiensi usaha.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: jarak tanam, intensitas cahaya, dan jenis tanaman.
Penanaman jenis unggul dengan jarak tanam yang tepat dan sesuai dengan
1
2
lingkungannya sangat menentukan keberhasilan penanaman. Penggunaan
jarak tanam yang sesuai tentu akan memberikan pengaruh terhadap kualitas
pertumbuhan tanaman padi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jarak tanam terhadap kualitas pertumbuhan tanaman
padi?
2. Bagaimana pengaturan jarak tanam yang tepat guna menghasilkan
tanaman padi yang berkualitas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap kualitas pertumuhan
tanaman padi.
2. Untuk mengetahui pengaturan jarak tanam yang tepat guna menghasilkan
tanaman padi yang berkualitas.
2
3
BAB II
PENGARUH JARAK TANAM
TERHADAP KUALITAS PERTUMBUHAN TANAMAN PADI
2.1 Padi sebagai Tanaman Pangan Utama
Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang dapat
menghasilkan karbohidrat dan protein.
Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman yang tergolong
pada tanaman C4 dimana untuk melangsungkan fotosintesisnya diperlukan
cahaya matahari yang memiliki intensitas tinggi. Untuk mendapatkan
cahaya matahari yang optimum yang diperlukan pada proses fotosintesis
tanaman pada pertanaman padi diperlukan pengaturan jarak tanam yang tepat.
Tanaman yang tumbuh baik mampu menyerap hara dalam jumlah
banyak. Ketersediaan hara dalam tanah berpengaruh terhadap aktifitas
tanaman termasuk fotosintesis. Sehingga dengan demikian, tanaman dapat
meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil tanaman (Yosida, 1981).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Padi
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri.
Faktor internal tersebut meliputi:
a) Gen
3
4
Gen merupakan substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari
induk (Campbell, 2010: 268). Gen mempengaruhi ciri dan sifat
makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit,
warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya.
b) Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan
berbagai fungsi di dalam tubuh.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berasal dari lingkungan.
Faktor eksternal meliputi:
1) Makanan atau nutrisi
Makanan merupakan unsur penting bagi kelangsungan
hidup makhluk hidup. Bagi tumbuhan, nutrisi yang diperlukan
berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air.
2) Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu ini
disebut suhu optimum. Pada suhu optimum, semua makhluk hidup
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tumbuhan
menunjukkan pengaruh yang lebih nyata terhadap suhu. Padi yang
ditanam pada awal musim kemarau (suhu udara rata-rata tinggi)
4
5
lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim
penghujan (suhu udara rata-rata rendah).
3) Cahaya matahari
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Tumbuhan sangat membutuhkan
cahaya matahari untuk fotosintesis.
4) Air dan kelembapan
Air dan kelembapan merupakan faktor penting
untukpertumbuhan dan perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup.
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam
udara atau tanah.Kondisi yang lembab banyak air yang dapat
diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit penguapan.
2.3 Pengaruh Jarak Tanam terhadap Kualitas Pertumbuhan Tanaman Padi
Penggunaan jarak tanam yang lebar memungkinkan cahaya matahari
yang masuk ke pertanaman padi akan lebih banyak sehingga proses
fotosintesis berjalan lebih optimum, yang akhirnya akan menghasilkan
pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi.
Nurlaili (2011:23) menyebutkan bahwa:
Energi matahari yang optimal untuk kebutuhan tanaman baik pertumbuhan dan produksi berkisar 350 cal/cm2– 400 cal/cm2 tiap hari (day light). Di daerah sub tropis, pencahayaan matahari lebih panjang daripada daerah tropis, dengan perbedaan 100 – 200 cal/cm2 tiap hari. Di daerah dataran tinggi lebih besar dibandingkan
5
6
dataran rendah, jugatergantung pada musim. Hari berawan juga lebih rendah daripada hari cerah.
Menurut Masdar (2007), jarak tanam yang memberikan hasil
terbaik terhadap beberapa variabel pertumbuhan tanaman padi yang
menggunakan System of Rice Intensification (SRI) adalah 30 cm x 30 cm.
Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa jarak tanam yaitu 20 cm
x 20 cm, 25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm.Adapun respon pertumbuhan
yang dipengaruhi oleh pengaturan jarak tanam sbb:
1. Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)
Tanaman yang menggunakan jarak tanam yang pendek
akan lebih awal lembaran daunnya saling menaungi. Akibatnya,
hanya sebagian saja daun tanaman pada jarak tanam tersebut
mengalami fotosintesis, sebagian lainnya terhalang karena dinaungi.
Menurut Salisbury and Ross (1985), masing-masing lembaran daun
yang saling menaungi akan berlangsung proses fotosintesis yang tidak
optimal.
Pada saat bersamaan, daun tanaman pada jarak tanam
relatif lebih renggang relatif masih leluasa memanfaatkan ruang,
dimana masing-masing daun tanaman tidak saling menaungi, sehingga
masing-masing daun tanaman bertentangga tidak saling menghalangi
proses fotosintesis pada masing-masing daun. Akibatnya LPT pada jarak
relatif lebih renggang menjadi semakin tinggi.Dengan demikian, semakin
renggang jarak tanam, akan semakin sedikit masing-masing lembaran
6
7
daun saling menaungi, sehingga menghasilkan LPT relatif semakin
tinggi.
2. Indeks Luas Daun
Indeks luas daun (ILD) merupakan rasio antara total luas daun
dengan luas lahan yang tertutupi oleh tajuk tanaman. Pada jarak tanam
terpendek tanaman padi mempunyai indeks luas daun
tertinggi.Tingkat ILD ini bisa dipahami sehubungan dengan jarak
lubang tugal pupuk dari masing-masing rumpun tanaman relatif pendek.
Dengan asumsi bahwa kecepatan awal pertumbuhan elongasi
jaringan akar pada masing-masing tanaan adalah homogen (Yosida,
1986). Dengan demikian sitem perakaran tanaman pada jarak tanam
yang terpendek akan lebih awal memanfaatkan pupuk.
3. Rasio Luas Daun (RLD)
Jarak tanam yang renggang ternyata berpengaruh terhadap
perkembangan rasio luas daun. Hal ini karena jarak tanam yang
renggang memberikan keleluasaan angin membantu percepatan proses
transpirasi (Yosida, 1986). Dalam hal ini jarak tanam yang renggang
tidak hanya memperbesar tingkat evaporasi, juga menaikan transpirasi
yang akhirnya meningkatkan produksi bahan kering.Dengan demikian
semakin renggang jarak tanam akan semakin memperbesar
jumlahbahan kering yang dihasilkan oleh daun.
7
8
4. Jumlah Anakan
Jarak tanam 30 cm x 30 cm adalah yang terbaik terhadap
jumlah anakan per rumpun. Hal ini disebabkan jarak tanam yang relatif
renggang tanaman lebih leluasauntuk mendapatkan nutrien dan cahaya
matahari sehingga tanaman tersebut akan lebihoptimal melaksanakan
metabolismenya dan akhirnya akan menghasilkan pertumbuhanyang baik
terlihat dari jumlah anakan yang diperoleh.
5. Rasio Evaporasi/Transpirasi
Pada jarak tanam 30 cm x 30 cm, rasioevaporasi/transpirasi
terkecil dibandingkan dengan jarak tanam lainnya.Semakin renggang
jarak tanam maka semakin kecil Rasio E/T. Hal ini diduga semakin
renggang jarak tanam laju transpirasi semakin tinggi karena semakin
banyak lembaran-lembaran daun yang berkontak langsung dengan
cahaya matahari.
6. Efisiensi Penggunaan Air
Jarak tanam berpengaruh terhadap nilai EPA, jarak tanam
30 cm x 30 cm ternyata mempunyai nilai EPA tertinggi. Diduga
hal ini terjadi karena tingkatevaporasi tertinggi terjadi pada jarak
tanam 30 cm x 30 cm (Gardner et al., 1985).
Nilai EPA paling rendah ditemui pada jarak tanam 20 cm
x 20 cm. Diduga, tanaman pada jarak tanam ini mengalami 2
penyebab percepatan pertumbuhan lembaran daun melebihi yang
dialami tanaman lainnya. Pertama, jarak tanam yang paling pendek
8
9
memungkinkan akar tanaman tersebut paling awal mencapai titik
tugal pupuk. Akibatnya pertumbuhan lembaran daun tanaman jarak
tersebut terpacu lebih awal. Kedua, pertumbuhan lembaran daun
yang terpacu lebih awal menyebabkan lembaran daun saling
menaungi lebih awal sehingga terjadi persaingan lebih awal pula
antar lembaran daun, yang menyebabkan merangsang daun tumbuh
menipis dan melebar yang akhirnya daun tanaman akan menutupi
seluruh ruang tersebut.
2.4 Pengaturan Jarak Tanam yang Tepat
a. Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah
tersusun dari kata lego (lega) dan dowo(panjang). Prinsip dari sistem
tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan
mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan
tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan (Aribawa, 2012: 2).
Dengan penerapan sistem tanam jajar legowo memungkinkan
cahaya yang masuk diantara barisan tanaman lebih banyak. Semakin
banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses
metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan
semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik
ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
b. Tujuan Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo
9
10
Adapun tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah:
1) Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan
pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman
yaitu dilakukan melalui barisan kosong.
2) Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama
hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka
tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka
kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan
penyakit dapat ditekan.
3) Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam
barisan.
4) Menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek
tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal
bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir.
c. Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo
Bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
bahwa modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa
dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak
tanam yang dipakai adalah 20 x 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5
x 22,55 cm atau 25 x 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan
ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
Pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 x
20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang
10
11
lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak
tanamnya bisa 25 x 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan
agar mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil penelitian Abdullah (2004) mendapatkan hasil padi dengan
sistem tanam legowo lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara petani
biasa.
Penerapan sistem tanam jajar legowo, yaitu dengan pengaturan
jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar diharapkan produktivitas
padi meningkat melalui peningkatan populasi tanaman. Di samping itu,
efisiensi dan efektivitas pertanaman padi di tingkat petani dapat tercapai.
Bahasan ini bertujuan untuk melihat pengaruh sistem tanam terhadap
peningkatan produktivitas tanaman padi.
Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo
akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan
tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat
menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir
dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan
demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang
terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
d. Tipe cara tanam sistem jajar legowo
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara
umum dapat dilakukan yaitu:
a) Jajar legowo (2 : 1)
11
12
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak
dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam
barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan
demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm
(antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman
dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem
jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah
kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai
pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih.
b) Jajar legowo (3 : 1)
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak
dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir
dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat
diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip
penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara
menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan
jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 :
1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm
(barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
12
13
c) Jajar legowo (4 : 1)
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap
empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo
seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi
menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi
dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah
populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan
pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak
tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 :
1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm
(barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
13
14
BAB III
KESIMPULAN
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaturan jarak tanam
(systemjajar legowo) sangat berpengaruh terhadap produksi
tanaman
.PengaturanJaraktanammerupakansalahsatuupayauntukmengoptimalkanpemanfaat
cahayamatahariolehtanaman.Cahaya matahari optimun yang diperoleh oleh
tanaman akan berpengaruh pada beberapa
parameterpertumbuhanyangpadaakhirnyaakanmemberikanproduktivitas
yangtinggibagitanaman.
Jaraktanam30cmx 30 cm untuktanamanpadi (Oryza
sativaL.)denganSystemofRiceIntensification (SRI) memberikan pengaruhterbaik
terhadappertumbuhan tanaman.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Iwan Jumrotul. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Teknik Pengendalian
Gulma pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L). Jurnal Produksi Tanaman.
Abdullah, B. 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUB lainnya. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Pengambangan Varietas Unggul Tipe Baru
(VUTB) Fatmawati dan VUB lainnya, 31 Maret 2004 di Balitpa,
Sukamandi.
Aribawa, IB., dan Kariada. 2005. Pengaruh Sistem Tanam terhadap pertumbuhan
dan hasil beberapa varietas padi sawah di subak Babakan Tabanan.
Proseding Seminar Nasional Optimalisasi Teknologi Kreatif dan
Stakeholder dalam Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian. Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bekerjasama dengan BPTP
Bali. Hlm. 159-163.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi. Badan Litbang
Pertanian. BBP2TP. Kementrian Pertanian.
Campbell, dkk. 2010. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Gardner, P.G., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1985. Physiology of Crop
Plants. 1 s t ed. Ames, Iowa: The Iowa State University Press.
15
16
Masdar. 2007. Interaksi Jarak Tanam dan Jumlah Bibit per Titik Tanam pada
Sistem Intensifikasi Padi terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman.
Jurnal Akta AgrosiaEdisi Khusus No. 1 hlm 92 – 98.
Nurlaili. 2011. Optimalisasi Cahaya Matahari pada Pertanaman Padi (Oryza
sativa L.System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan
Pengaturan Jarak Tanam. Agronobis, Vol. 3.
Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1985. Plant Physiology. Califonia: Wadsworth
Publishing Company. Belmont, California.
Yosida, S. 1986. Fundamental of rice crop physiology. Second edition. Los Banos
Laguna, Philippines: International Rice Research Institute.
Yosida, S. 1981. Fundamental of rice crop science. Second edition. IRRI. Manila,
Philippines.
16