file · web viewdiperhatikan struktur ekonomi perekonomian hindia belanda dimasa itu ada...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Perekonomian suatu negeri pada umumnya ditentukan oleh tiga hal. Pertama,
kekayaan tanahnya. Kedua, kedudukannya terhadap negeri lain dalam lingkungan
internasional. Ketiga, sifat dan kecakapan rakyatnya serta cita-citanya.Terhadap Indonesia
harus ditambah satu pasal lagi: yaitu sejarahnya sebagai tanah jajahan. Oleh karena Indonesia
meringkuk dalam penjajahan Belanda, lebih dari tiga abad lamanya, maka keadaan
perekonomiannya seluruhnya tidak sebagaimana mestinya menurut faktor-faktor yang
tersebut di atas.Indonesia tanahnya kaya, menghasilkan bagi dunia luaran beratus juta saban
tahun.Tetapi rakyat Indonesia sendiri hidup miskin dan sengsara di tengah-tengah
kekayaannya yang melimpah. Kedudukannya di tengah-tengah jalan perhubungan di muka
daratan besar Asia dan diapit pula oleh dua lautan besar, Lautan Hindia dan Lautan Teduh,
sebetulnya memperkuat hubungan ekonominya dengan negeri-negeri di Asia Timur dan
sekitar Pasifik. Tetapi penjajahan Belanda membelokkan perhubungan Indonesia ke Barat
yang lebih jauh, dan dikungkung oleh kepentingan perekonomian Nederlan.
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan,
dimana cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak serta bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Untuk itu,
perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yang diatur
lebih lanjut dalam undang-undang.
Dari isi pasal Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 tersebut tentu koperasi
mengandung cita-cita yang baik untuk kepentingan bersama untuk mewujudkan
kesejahteraan.Selain hal tersebut masih banyak cita-cita dari koperasi yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
Pemberdayaan koperasi secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu
menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi
nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan,
mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.
Pemberdayaan koperasi juga akan meningkatkan pencapaian sasaran di bidang pendidikan,
kesehatan, dan indikator kesejahteraan masyarakat Indonesia lainnya.
Dengan demikian pembangunan koperasi perlu diteruskan, karena pembangunan
adalah proses, memerlukan waktu dan ketekunan serta konsistensi dalam
pelaksanaan,berkesinambungan untuk mengatasi semua masalah yang muncul seperti
masalah kemiskinan , jumlah pengangguran. yang semakin banyaknya bagi masyarakat yang
secara individual tidak mampu untuk mencukupi berbagai kebutuhan pokoknya sendiri
karena pendapatannya yang terlalu rendah. Perlu dipahami bahwa fungsi utama dari gotong
royong seperti ini bagi warganya adalah untuk mempertahankan / terjaminnya keselamatan
atau “survival”, sewaktu-waktu apabila kesejahteraan ekonominya terancam bahaya, maka
teraminnya keselamatan sangat tergantung kepada hubungan sosialnya dengan warga-warga
yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pasal 33 UUD 1945
Ide yang tertanam dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 mempunyai sejarah
panjang. Sejak dari penjajahan Belanda, cita-cita koperasi sudah dipandang sebagai jalan
yang terbaik untuk membangun berangsur-angsur ekonomi rakyat yang lemah. Diperhatikan
struktur ekonomi perekonomian Hindia Belanda dimasa itu ada 3 lapisan ekonomi:
1. Lapisan atas yaitu perekonomian kaum penjajah, kaum kulit putih terutama golongan
Bangsa Belanda.
2. Lapisan ekonomi ke 2 yaitu yang menjadi perantara dan hubungan dengan
masyarakat. Indonesia ada kira-kira 90% ditangan orang Tionghoa dan orang Asia
lainnya.
3. Lapisan ke 3 yaitu perekonomian kecil seperti pertanian kecil, pertukangan kecil,
perdagangan kecil dll. Masyarakat Ibdonesia sebagai buruh dari perekonomian kecil
Di dalam keadaan ekonomi colonial, dimana pergerakan kemerdekaan mencita-
citakan Indonesia merdeka yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur dikemudian hari,
hiduplah keyakinan bahwa bangsa Indonesian dapat mengangkat dirinya keluar dari lumpur,
tekanan dan hisapan, apabila ekonomi rakyat disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
koperasi. Dengan koperasi yang meletakkan titik berat pada usaha bersama, orang belajar
mengenal diri sendiri, percaya pad diri sendiri, belajar melaksanakan dasar self-help dan
otoaktiva beserta solidaritas, setia kawan dan tolong menolong.
Seperti diketahui Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 bunyinya adalah sebagi
berikut:
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”
“cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh Negara”
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Hubungan antara anggota-anggota koperasi satu
sama lain harus mencerminkan orang-orang bersaudara, satu keluarg. Rasa solidarits dipupuk
dan diperkuat. Anggota didik menjadiorang yang mempunyai individualita, insyaf akan harga
diri.
Dalam mengasuh anggota koperasi selalu diutamakan cinta kepada masyarakat yang
kepentingannya harus didahulukan dari kepentingan diri ssendiri.Anggota koperasi harus
mempunayi tanggung jawab moril dan social.
Dikuasai oleh Negara dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tidak berari
Negara sendiri menjadi –penguasa, usahawan atau ondenemer.Lebih tepat dikatakan bahwa
kekuasaan Negara terdapat pada membuat peraturan guna melancarkan jalur
ekonomi.Kerjasama dan tolong menolong yang menjadi pembawaan kooperasi member
jaminan bagi kedudukanya dan perkembangannya.
Apabila menurut pasal 33 UUD 1945 koperasi mulai membangun dari
bawah,melaksanakan dahulu yang kecil, yang rapat pertalianya dengan keperluan rakyat
sehari hari dan kemudian berangsur angsur meningkat keatas, pemerintah membangun dari
atas ,melaksanakan yang besar besar,seperti membangun tenaga listrik,persediaan air
minum,menggali saluran pengairan,membuat jalan jalan perhubungan guna lancarnya jalan
ekonomi,menyelenggarakan berbagai macam produksi yang menguasai hidup orang banyak.
Cita cita yang tertanam dalam Pasal 33 UUD 1945 ialah produksi yang besar besar
sedapat dapatnya dilaksanakan oleh pemerintah dengan bantuan capital pinjaman dari
luar.Pokoknya modal asing yang bekerja di Indonesia itu membuka kesempatan bekerja bagi
pekerja Indonesia sendiri.
Cara begitulah dahulu memikirkan betapa melaksanakan pembangunan ekonomi
dengan dasar pasal 33 UUD 1945.Terutama digerakan tenaga tenaga Indonesia yang lemah
dengan jalan koperasi, kemudian diberi kesempatan kepada golongan swasta untuk
menyerahkan pekerjaan dan capital nasional. Apabila tenaga nasional dan capital nasioanl
tidak mencukupi ,kita pinjam tenaga asing dan capital asing untuk melancarkan produksi.
Keuntungan bagi kita bekerja dengan mereka adalah supaya pekerja pekerja kita yang
menganggur atau belum bekerja memperoleh pekerjaan,tanah kita yang subur dipelihara dan
ditingkatkan kesuburanya,dan hutan kita yang ditebang dibarui dengan menanam gantinya.
Dalam pada itu ada baiknya diperingatkan disini,bagaimana kita memahamkan koperasi
seperti yang terpancang dalam pasal 33 UUD 1945 .
Cita cita koperasi Indonesia menetang individualism dan kapitalisme secara
fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang
kolektif ,berakar pada adat istiadat hidup Indonesia yang asli,tetapi ditumbuhkan pada tingkat
yang lebih tinggi,sesuai dengan tuntutan zaman modern. Semangat kolektivisme Indonesia
yang akan dihidupkan kembali dengan koperasi mengutamakan kerjasama dalam suasana
kekeluargaan antara manusia pribadi,bebas dari penindasan dan paksaan.
Berdasarkan pengalaman diamasa hindia belanda ,bahwa koperasi konsumsi selalu
rubuh karena kurang kepandaian dan kurang modal, maka membangun koperasi kembali
berdasarkan pasal 33 UUD 1945 dimulai dengan koperasi kredit. Anggota koperasi kredit
hampir rata rata saudagar kecil , yang modal usahanya kecil pula. Dengan jalan simpan
pinjam ,dikumpulkan modal sdikit demi sdikit. Pinjaman diberikan bergiliran antara anggota
dalam jangka yang tidak terlalu lama.Rata rata seorang pendapat kredit selam tiga bulan.
Termasuk juga rencana permulaan dahulu,bahwa koperasi produksi dibangun berangsur
angsur. Koperasi produksi meliputi koperasi pertanian , koperasi perikanan, koperasi
peternakan berbagai rupa, koperasi pertukangan, koperasi kerajinan yang lambat laun
menjadi koperasi industry.
Suatu idealisme yang lekat pada koperasi adalah bahwa pengurus koperasi tidak
mendapat gaji. Ia hanya memperoleh ongkos transport atau uang siding, setiap kali ia
menghadiri siding. Siding itu barangkali hanya terjadi sekali seminggu atau sekali du minggu,
atau tiap kali apabila ada masalah masalah luar biasa yang harus dipecahkan.Pada koperasi
yang mendapat gaji ialah mereka yang terus menerus bekerja bagi koperasi sebagai direktur
suatu perusahaan koperasi dan buruh buruh.Gaji yang dibayar oleh koperasi tidak boleh lebih
rendah dari gaji yang dibayar oleh perusahaan swasta biasa kepada pegawainya.Tujuan
koperasi ialah membela kepentingan hidup dan memperbesar kemakmuran.
Demikian cita cita perkembangan koperasi sebagai soko guru ekonomi Indonesia
dalam pasal 33 UUD 1945 .koperasi harus melaksanakan , supaya produsen memperoleh
harga yang setinggi tingginya dari penghasilanya dan konsumen membayar harga serendah
mungkin dari produk yang dibeli. Tidak seperti yang banyak terjadi dimasa sekarang;
produsen menjual hasil jerih payahnya dengan harga yang sangat rendah , konsumen
membayar harga yang semahal mahalnya. Bagian yang terbesar dari harga penghasilan
dipungut oleh saudagar perantaraan antara produsen dan konsumen.Jarak harga antara daerah
produksi dan daerah konsumsi harus ditekan serendah rendahnya oleh perkembangan
koperasi.
Kedudukkan koperasi sebagai salah satu sector ekonomi nasional diarahkan pada
berbagai tujuan, baik tujuan khusus maupun tujuan umum.Peranan Koperasi dalam
perekonomian nasional adalah sebagai berikut.
a. Membantu meningkatkan penghasilan dan kemakmuran anggota khususnya dan
masyarakat umumnya.
b. Membantu meningkatkan kemampuan usaha, baik perorangan maupun masyarakat
c. Membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan.
d. Membantu usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat.
e. Menyelanggarakan kehidupan ekonomi secara demokratis.
f. Membantu pembangunan dan pengembangan potensi ekonomi anggota khususnya
dan masyarakat umumnya.
g. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional.
Cita-cita ekonomi kerakyatan, berarti rakyat yang menggerakkan perekonomian,
seluruh rakyat, bukan cuma rakyat konglomerat.Artinya, koperasi dan UKM perlu dijadikan
raja di tanah air kita sendiri.
B. Implikasi Pasal 33 UUD 1945
Pembangunan koperasi mengalami kemajuan yang cukup mengembirakan jika diukur
dengan jumlah koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usaha. Pada masa sekarang
secara umum koperasi mengalami perkembangan usaha dan kelembagaan yang
mengairahkan.Namun demikian, koperasi masih memiliki berbagai kendala untuk
pengembangannya sebagai badan usaha.Hal ini perlu memperoleh perhatian dalam
pembangunan usaha koperasi pada masa mendatang.
Pada masa ini pembangunan koperasi kurang mendapat perhatian karena koperasi
kurang memperlihatkan kinerja dan citra yang lebih baik dari masa sebelumnya.Keadaan ini
merupakan salah satu bukti bahwa komitmen pemerintah masih kurang dalam pembangunan
koperasi. Pembangunan adalah suatu proses yang harus berkelanjutan dan tersistem.
Pertanyaan berikutnya bagaimana prospek koperasi pada masa datang.Jawabannya adalah
sangat prospektif jika koperasi yang mempunyai jatidiri . Koperasi yang mempraktekkan
prinsip-prinsip koperasi dalam organisasi dan usahanya. Koperasi sebagai badan usaha,
organisasi dan kegiatan usahanya harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip koperasi.
Oleh karena itu orang seringkali bersedia untuk mengorbankan kepentingan-
kepentingan ekonominya untuk dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan warga-
warga yang lain. Dalam masyarakat yang demikian sebaiknya koperasi dikembangkan di
samping organisasi-organisasi sosial / gotong royong yang telah ada, sehingga tidak perlu
hanya ada satu bentuk kerja sama saja. Dalam masyarakat yang demikian koperasi harus
berkembang tidak hanya sebagai wadah kerja sama, melainkan juga sebagai “pusat
pngembangan dan pusat pelayanan” (development centre and service centre) bagi anggota-
anggotanya, khususnya untuk memperoleh barang-barang sarana produksi ddan barang-
barang konsumsi yang perlu didatangkan dari luar, untuk memperoleh kredit dan untuk
menjual hasil produksi mereka ke luar daerah.
1. Koperasi dalam Ekonomi Indonesia
a. Perkembangan Koperasi di Indonesia
Koperasi menurut Undang-Undang Nomor 12 ahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Berbeda dengan
organisasi sosial/gotong royong, maka koperasi adalah organisasi ekonomi, sehingga
harus bekerja atas dasar norma-norma ekonomi, harus berusaha untuk memperbesar
volume usaha dan mencari keuntungan.Namun, sebagai organisasi ekonomi yang
berwatak sosial maka dalam jejek usahanya koperasi harus mengutamakan pelayanan
kepada anggota-anggotanya, karena memang untuk memperoleh pelayanan sehari-hari
itulah yang tertarik untuk menjadi anggota koperasi. Perlu dipahami pula bahwa
koperasi tidak untuk memperoleh kemajuan dan perkembangan ekono mi
sebagaimana halnya orang yang bergabung dalam organisasi-organisasi ekonomi yang
lain.
Pola kehidupan organisasi sosial/goong royong pada umumnya adalah konsumtif
sedangkan pola kehidupan dalam koperasi dan organisasi – organisasi ekonomi yang
lain adalah produktif. Meskipun koperasi seringkali disebut juga sistem kerja sama
gotong royong tetapi jelas perbedaannya dengan gotong royong murni yaitu bahwa
dalam koperasi ada apa yang disebut alat perlengkapan koperasi yang meliputi: Rapat
Anggota, Pengurus, Badan Pemeriksa dan Manajer. Dengan perkataan lain, dalam
organisasi koperasi ada pembagian tugas dan ada pula peraturan/tat kerja tertulis yang
berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Di samping itu usaha koperasi
dilaksanakan atas dasar-dasar prinsip-prinsip perusahaan. Prinsip-prinsip perusahaan
yang dimaksud ialah antara lain: bekerja atas dasar norma-norma ekonomi, berusaha
untuk memperbesar volume usaha dan mencari untung.
Di dalam gotong royong murni pembagian tugas dan tata kerja tertulis serta sifat
perusahaan seperti itu tidak ada. Sifat saling menolong dalam koperasi baru akan
nampak jelas apabila organisasi koperasi dibandingkan dengan organisasi-organisasi
ekonomi yang lain. Ciri-ciri koperasi tersebut ialah:
1. Kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Anggota
2. Satu anggota satu suara
3. Keuntungan (SHU) dibagi antara anggota-anggota menurut besarnya jasa
masing-masing
4. Koperasi mengutamakan pelayanan kepada anggota
5. Koperasi melakukan pendidikan bagi anggota
6. Koperasi mengusahakan terjalinnya kerja sama antar koperasi
b. Masyarakat Bukan Ekonomi Lemah
Orang yang sudah berkecukupan kehidupan ekonominya, lebih mengutamakan
privacy, lebih memakai perhitungan dalam menggunakan uang dan waktunya, dan
kurang mengandalkan daripada tetangga-tetangganya dalam mengatasi masalah-
masalah ekonominya.Karena itu, kalau masyarakat yang demikian, gotong royong
murni kurang subur hidupnya.Sering dikatakan orang, bahwa gotong royong murni
adalah anaka kandung kemiskinan.
Dalam masyarakat yang hidup di atas garis kemiskinan terdapat usaha-usaha
perorangan dan usaha-usaha kerja sama dalam organisasi-organisasi ekonomi seperti
misalnya: PT. CV dan Asosiasi. Kegiatan-kegiatan ekonomi seperti inilah yang disebut
dengan satu istilah sektor ekonomi swasta.Dalam masyarakat tersebut terdapat pula
koperasi.Di samping sektor ekonomi swasta dan koperasi terdapat perusahaan-
perusahaan negara. Di dalam masyarakat yang demikian koperasi dapat bermanfaat
bagi pengusaha-pengusaha untuk:
1. Mempertahankan diri apabila usahanya terancam kemunduran, antara lain karena
tersedak dalam persaingan.
2. Meningkatkan usaha masing-masing dengan cara bekerja sama.
Bagi masyarakat sebagai keseluruhan koperasi dapat dijadikan sarana pertumbuhan
ekonomi tanpa mengarah kepada terjadinya persaingan yang saling mematikan.
Untuk selanjutnya penulis bermaksud untuk menguraikan tentang peranan yang
dapat dimainkan oleh koperasi dalam memajukan ekonomi baik bagi masyarakat
sebagai keseluruhan ( secara makaro) mauapun bagi perseorangan (keluarga). Agar
supaya menjadi jelas maka bentuk – bentuk usaha lainnya tersebut di atas akan
digunakan sebagai pembanding.
Dalam dunia yang semakin majuini sulitlah bagi usaha – usaha perseorangan untuk
dapat berkembang atau untuk dapat menghindarkan diri dari kegagalan – kegagalan
apabila tidak menjalin kerjasama dengan pengusaha – pengusaha yang lain. Koperasi
atau asosiasi adalah wadah – wadah yang tepat untuk melakukan kerjasama antara
pengusaha – pengusaha tersebut karena kedua bentuk organisasi ekonomi itu memang
bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada angota – angotanya dalam rangka untuk
memajukan usaha milik para anggotanya. Manfaat yang dapat diperoleh pengusaha –
pengusaha dengan bergabubg dalam organisasi tersebut ialah:
1. Kemajuan usaha yang berarti juga memperbesar pendapatan/ laba sebagai akibat
adanya kerjasama
2. Khusus bagi anggota koperasi masih ada kesempatan untuk mendapatkan bagian
dari keuntungan atau SHU ( sisa hasil usaha) pada akhir tahun buku.
Kalau dalam koperasi pengusaha – pengusaha dapat memperoleh pelayanan dan
kemudahan – kemudahan untuk mengembangkan usaha mereka masing – masing, maka
dengan bekerja sama dalam PT dan CV pelayanan demikian tidak dapat diperoleh.
Dalam PT dan CV pengusaha – penguasaha dapat melakukan usaha bersama hanya
dengan cara membeli saham. Manfaat yang diperoleh dari PT dan CV ialah bahwa pada
akhir tahun buku mereka dapat memperoleh bagian keuntungan ( deviden).
Dengan demikian maka bagi pengusaha – pengusaha adalah lebih baik kalau
bekerjasama dalam koperasi, sedngkan bagi orang – orang yang bukan pengusaha dan
ingin memeproleh pembagian keuntntungan dengan mudah dapat menanamkan
modalnya pada PT atau CV atau mendepositokan uangnya di bank.
Di samping manfaat bagi para anggota maka usaha – uasaha ekonomi tersebut di
atas juga membawa manfaat bagi masyarakat sebagai keseluruhan (secara makro) yaitu:
1. Memberi sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi
2. Khusus koperasi dan perusahaan negara dimaksudkan juga untuk memperoleh
pemerataan dalam pembangunan beserta hasil – hasilnya, yaitu khususnya
memeratakan pembangunan ke daerah – daerah dan kelompok – kelompok
masyarakat yang kurang menarik bagi pengusaha – pengusaha swasta.
Perusahaan negara mempunyai tugas antara lain untuk:
1. Memperlancar pembangunan nasional/daerah
2. Stabilisasi harga dan tariff
3. Menyediakan barang/jasa ke tempat – tempat tertentu dengan jumlah mutu dan
harga yang dikehendaki
4. Menyediakan sejumlah dana untuk keperluan pembangunan nasional/daerah
5. Memperbesar kekayaan negara
Tugas tersebut dapat juga dilaksanakan melalui koperasi – koperasi.Yang perlu
dicatat disini ialah bahwa tugas – tugas seperti itu seharusnya dibicarakan di dalam
rapat anggota terlebih dahulu sehingga tidak semata – mata merupakan tugas yang
seolah – olah dipaksakan dari luar.
Dalam negara – negara sosialis, termasuk juga di Indonesia, perusahaan negara dan
koperasi dianggap perlu ada karena, seperti yang telah dikemukakan di atas, ada daerah
– daerah dan kelompok – kelompok masyarakat yang kurang menarik bagi sektor
swasta untuk digarap. Dengan demikian maka asas pemerataan, termasuk juga melalui
delapan jalur pemerataan, tidak terjamin pelaksanaannya melalui usaha – usaha swasta
saja karena motivasi usaha swasta ialah profit hunting. Dengan adanya perusahaan
negara diberi tugas – tugas seperti yang telah disebutkan di atas.Dengan adanya
koperasi di kalangan masyarakat golongan ekonomi lemah maka pelaksanaan asas
pemerataan dapat lebih terjamin lagi karena golongan masyarakat dan daerah – daerah
yang tidak menarik bagi sektor swasta untuk digarap tersebut berhimpun sendiri
menjadi kesatuan – kesatuan dalam bentuk koperasi.Dengan jalan demikian mereka
menjadi lebih mampu untuk menangani usaha – usaha yang besar dan menguntungkan
bagi mereka.
Di samping itu koperasi dapat merupakan sarana yang berdaya guna untuk
menyalurkan berbagai bantuan – bantuan pemerintah kepada pengusaha – pengusaha
golongan ekonomi lemah. Perlu disebutkan di sini bahwa masalah pemerataan dewasa
ini, baik di dalam hubungan antar negara maupun bagi masing – masing negara,
merupakan masalah yang hangat menyangkut “ tata ekonomi internasional baru”( the
new international economic order) yaitu suatu konsepsi yang mengetengahkan
pentingnya usaha pemerataan kemakmuran sebagai syarat utama untuk terjaminnya
keamanan dan stabilitas internasional maupun nasional.
c. Kerjasama Koperasi dengan Sektor Swasta
Kerjasama antara koperasi dengan bentuk-bentuk organisasi ekonomi yang lain
dapat dilakukan dengan jalan:
1) Kerjasama dalam bentuk usaha patungan
2) Kerjasama antara bisnis yaitu antara bisnis koperasi dengan bisnis organisasi
ekonomi lain, hal mana dapat juga terjadi antara bisnis koperasi yang satu
dengan koperasi yang lain.
Meskipun koperasi dan sector swasta sebagai organisasi ekonomi mempunyai
persamaan, tetapi seringkali dikatakan, untuk membedakan antara kedua bentuk
organisasi ekonomi tersebut bahwa koperasi adalah kumpulan orang-orang sedangkan
swasta (misalnya PT atau CV) adalah kumpulan modal.Hal itu berarti bahwa yang
berhimpun dalam koperasi adalah orang-orang sebagai anggota koperasi, sedangkan
kewajiban membayar simpanan dimaksudkan bukan saja sebagai usaha pembentukan
modal koperasi tetapi juga agar anggota koperasi merasa ikut bertanggung jawab
terhadap jalannya koperasi tersebut dan untuk selanjutnya diharapkan partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan koperasi.Ini berarti bahwa anggota koperasi di samping berhak
memperoleh pelayanan pula kewajiban untuk ikut memperlancar jalannya koperasi.
Di samping itu koperasi mengutamakan pemberian pelayanan untuk
mengembangkan dan membina usaha-usaha anggota.Jadi, mencari untung bukanlah
satu-satunya tujuan bagi usaha koperasi.Oleh karena itu pulalah maka keuntungan atau
sisa hasil usaha koperasi di bagi menurut besarnya jasa masing-masing anggota.Jasa
anggota diukur dengan besarnya transaksi usaha yang dilakukan koperasi terhadap
anggota.
Untuk mencegah terjadinya salah pengertian, perlu ditegaskan di sini bahwa yang
dibagi menurut besarnya jasa hanyalah keuntungan yang diperoleh dalam bisnis
koperasi sedangkan keuntungan yang diperoleh dari usaha masing-masing anggota
tidak diganggu tetapi sebaliknya malahan ditingkatkan melalui pemberian pelayanan
oleh koperasi.
Demikian pula, dalam menentukan kebijaksanaan dalam koperasi berlaku prinsip
‘satu orang satu suara’ (one man one vote).
Sebaliknya, dalam sector swasta yang dihimpun adalah modal karena berbeda
dengan dalam koperasi, terdapat ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
Dalam menjalankan usahanya tidak diperlukan partisipasi anggota/pemegang
saham.Keuntungan perusahaan dibagi menurut besarnya saham masing-masing
peserta.Peserta ikut serta tidak mendapat pelayanan sehari tetapi untuk mendapatkan
bagian keuntungan/deviden saja.Dalam menentukan kebijaksanaan usaha tidak berlaku
‘satu orang satu suara’ tetapi besarnya hak suara ditentukan oleh besarnya saham yang
dimiliki peserta.Jadi dalam swasta kekuatan modallah yang menentukan.
Karena perbedaan antara kedua organisasi ekonomi itulah maka pada dasarnya usaha
koperasi tidak boleh dilakukan dalam bentuk PT sebagai saham maka kemungkinan
dapat terjadi bahwa koperasi tidak dapat membawakan suara anggota-anggotanya,
terutama apabila saham koperasi tersebut terlalu kecil.Kalau demikian maka jalannya
usaha tersebut tidak ada kaitannya dengan pelayanan terhadap anggota.Namun
demikian, dengan mengingat hal tersebut dan untuk memperoleh pertumbuhan modal
yang lebih cepat maka koperasi dapat saja menanamkan sebagian modalnya di dalam
suatu PT atau dalam usaha-usaha lain yang semata-mata bersifat komersial.Bagian
modal lainnya ditanam dalam usaha yang bertujuan untuk member pelayanan kepada
anggota-anggota.Karena itu perlu diadakan pembatasan mengenai besarnya prosentase
modal milik suatu koperasi yang boleh ditanam dalam PT. hal yang perlu diingat ialah
bahwa PT milik koperasi tersebut sedapat mungkin perlu diusahakan agar bergerak di
bidang-bidang tertentu yang ada kaitannya dengan usaha anggota. Dengan demikian
meskipun tujuannya komersial tetapi usaha PT tersebut masih juga dilakukan dalam
rangka membantu untuk mengembangkan usaha anggota.
Bentuk kerjasama yang lain yaitu kerjasama bisnis koperasi dengan bisnis non-
koperasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya bahwa koperasi yang
bertindak sebagai pengecer barang-barang kebutuhan pokok atau sarana produksi
pertanian mendapat alokasi barang-barang tersebut dari penyalur-penyalur swasta atau
perusahaan negara, sehingga koperasi tersebut tidak perlu mendatangkan sendiri
barang-barang tersebut dari tempat asalnya.
2. Koperasi Indonesia: Bersama Dalam Kemakmuran dan Makmur Dalam
Kebersamaan (Wahju Sukotjo)
a. Peranan dan Fungsi Koperasi
Di dalam UU No. 12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian disebutkan
dalam pasal 4, bahwa fungsi Koperasi Indonesia adalah:
1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat,
2. Alat pendemokrasian ekonomi nasional,
3. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia,
4. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata-laksana perekonomian rakyat.
Dalam Pidato Kenegaraan tanggal 13 Maret 1983, koperasi Indonesia dilukiskan
sebagai salah satu tiang penyangga perekonomian nasional kita. Atau juga
disebutkan bahwa: “Di dalam jangka panjang koperasi harus menjadi soko-guru
perekonomian nasional kita” (Pidato Kenegaraan tanggal 15 Agustus 1981).
b. Pertumbuhan Koperasi yang Kuat, Sumbangan dan Bagian Koperasi yang
Bertambah Besar dan Dampak Koperasi yang Makin Terasa
Bagaimanapun untuk dapat menjadi urat nadi, tulang punggung, tiang penyangga
ataupun soko-guru perekonomian nasional, maka koperasi Indonesia:
Pertama-tama, harus dapat bertumbuh besar, kuat dan cepat.
Kedua, sumbangan dan begitu pula bagian koperasi dalam perekonomian nasional
harus makin bertambah besar, dan peranannya semakin bertambah penting.
Ketiga, pertumbuhan yang kuat, sumbangan serta bagian yang makin besar dan
peranan koperasi yang makin penting tentu akan kurang artinya kalau dampak
koperasi tidak semakin terasa, baik secara intern di dalam koperasi sendiri, sebagai
manfaat koperasi bagi para anggotanya, maupun secara ekstern terasa sebagai
manfaat dan kegunaan koperasi bagi perekonomian nasional serta masyarakat luas.
Secara singkat, koperasi sebagai soko-guru perekonomian nasional bergantung
pada: (1) co-operative growth, (2) co-operative share (in the economy), dan (3) co-
operative effect.
1. Pertumbuhan koperasi
Pertumbuhan koperasi dapat kita artikan sebagai adanya akumulasi baik di dalam
sumber daya produksi dan permodalan koperasi maupun akumulasi dalam sumber
daya manusia.
Atau kalau disederhanakan, maka pertumbuhan koperasi tergantung pada, di satu
pihak, adanya akumulasi sumberdaya produksi dan modal koperasi dan, di lain
pihak, adanya akumulasi sumberdaya manusia koperasi.
2. Uraian akumulasi sumberdaya modal koperasi
Akumulasi modal koperasi berarti, antara lain, bahwa:
a. Skala usaha koperasi bertambah besar, sehingga lebih ekonomis;
b. Cara produksi koperasi semakin maju dan digunakan sebagai teknologi maju;
c. Volume usaha koperasi meningkat;
d. Tingkat pertumbuhan koperasi semakin cepat;
e. Permodalan sendiri koperasi bertambah besar;
f. Tabungan koperasi meningkat; dan sebagainya.
3. Uraian akumulasi sumberdaya manusia dan koperasi
Akumulasi sumberdaya manusia pada koperasi, antara lain, berarti:
a. Jumlah dan mutu anggota koperasi meningkat;
b. Partisipasi dan kemampuan anggota meningkat;
c. Pengawasan terhadap jalannya usaha koperasi oleh anggota meningkat;
d. Pendidikan dan keterampilan anggota meningkat;
e. Perkaderan (generasi muda) koperasi meningkat;
f. Efisiensi usaha dan manajemen koperasi meningkat;
g. RAT dan audit koperasi meningkat;
h. Kemandirian koperasi meningkat.
4. Sumbangan dan bagian koperasi dalam perekonomian serta perumbuhan
struktur ekonomi
Koperasi sebagai soko-guru perekonomian nasional bergantung pada: (1)
sumbangan dan bagian koperasi dalam ekonomi dan (2) perubahan pada struktur
ekonomi.
5. Sumbangan dan bagian koperasi dalam perekonomian dan peranan koperasi
Peranan, sumbangan dan bagian koperasi dalam perekonomian yang semakin
besar dan semakin penting tersebut dapat terjadi secara (1) sektoral, (2) regional
ataupun (3) sebagai bagian dalam pemilikan dan atau penyertaan modal koperasi
dalam perusahaan.
6. Sumbangan dan bagian koperasi secara sektoral
Co-operative share secara sektoral dapat meliputi sektor-sektor:
a. Pertanian secara luas (pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan);
b. Pertambangan, terutama pertambangan rakyat dan pendulangan;
c. Perindustrian dan konstruksi, terutama industri kecil dan kerajinan rakyat;
d. Jasa, seperti: (a) perdagangan, (b) angkutan dan perhubungan, (c) perkreditan,
perbankan dan asuransi, (d) pelayanan tenaga kerja;
e. Sektor kelompok konsumen dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu
seperti: (a) wanita, (b) mahasiswa, (c) pelajar, (d) para santri dan sebagainya.
7. Sumbangan dan bagian koperasi secara regional
Co-operative share secara regional dapat meliputi hal-hal berikut, yaitu:
a. Dalam suatu wilayah jumlah penduduk yang menjadi anggota koperasi
bertambah besar;
b. Dalam suatu wilayah jumlah desa yang tergabung dalam koperasi bertambah
besar;
c. Dalam suatu wilayah pelayanan koperasi semakin besar dan meluas;
d. Dalam suatu wilayah bidang usaha koperasi makin besar;
8. Sumbangan dan bagian koperasi dalam pemilikan dan permodalan
perusahaan
Co-operative share dalam pemilikan dan penyertaan modal dalam perusahaan
dapat berarti:
a. Pemilikan saham dalam perusahaan oleh koperasi bertambah besar;
b. Suara dan pengawasan atas jalannya usaha perusahaan oleh koperasi
bertambah.
9. Pertumbuhan struktural dalam perekonomian yang memperjelas wujud
demokrasi ekonomi perekonomian nasional
Pertumbuhan struktural dalam ekonomi, antara lain, dengan:
a. Integrasi koperasi yang makin baik, secara horisontal maupun secara vertikal;
b. Semakin terpadunya jaringan koperasi atau co-operative network ke dalam
perekonomian nasional;
c. Semakin utuhnya ekonomi koperasi sebagai satu sistem, baik sistem produksi,
pemasaran, keuangan/perbankan maupun sistem pengawasan/audit koperasi;
d. Meningkatnya kerjasama koperasi, badan usaha milik negara dan swasta yang
menunjang demokrasi ekonomi, yang berarti menunjang koperasi tanpa
mengorbankan asas dan sendi dasarnya;
e. Meningkatnya peranan dan fungsi koperasi karyawan.
10.Dampak koperasi baik ke dalam koperasi sendiri secara intern maupun ke
luar koperasi secara ekstern
Dampak koperasi secara mikro: ke dalam koperasi sendiri terasa sebagai manfaat
koperasi bagi kesejahteraan para anggotanya yang dapat diperinci, antara lain,
sebagai berikut:
a. Meningkatnya manfaat koperasi bagi anggota;
b. Meningkatnya pelayanan koperasi kepada anggota;
c. Meningkatnya demokrasi ekonomi dalam koperasi;
d. Meningkatnya wibawa anggota koperasi;
e. Meningkatnya hubungan keanggotaan dalam koperasi;
f. Meningkatnya “hubungan kerja koperasi”;
g. Meningkatnya peranan wanita dalam koperasi.
Dampak koperasi secara makro: secara ekstern terasa manfaat koperasi bagi
perekonomian nasional dan masyarakat luas, antara lain sebagai berikut:
a. Koperasi makin memasyarakat dan makin melembaga dalam perekonomian;
b. Meningkatnya manfaat koperasi bagi masyarakat lingkungannya;
c. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap asas dan sendi dasar koperasi serta
tata-kerja koperasi;
d. Meningkatnya produksi, pendapatan, kesempatan kerja dan kesejahteraan
melalui koperasi;
e. Meningkatnya pemerataan dan keadilan melalui koperasi.
c. Pertumbuhan Koperasi (Co-operative Growth), Sumbangan dan Bagian
Koperasi dalam Perekonomian Nasional (Co-operative Share) dan Dampak
Koperasi ke dalam dan ke luar (Co-operative Effect) menurut kenyataan
dewasa ini
1. Pertumbuhan koperasi yang besar, kuat dan cepat
Tolok-ukur tunggal bagi pertumbuhan atau keberhasilan koperasi masih sukar
ditentukan.Seiring pertumbuhan koperasi diukur atau ditunjukkan perkembangan
pada jumlah koperasi, tetapi pengukuran seperti itu belum dapat menunjukkan
keadaan atau pertumbuhan yang sebenarnya secara akurat dan memerlukan
penjelasan-penjelasan tambahan.Demikian pula halnya dengan jumlah anggota
koperasi.Sedangkan tolok-ukur tunggal yang banyak digunakan untuk perusahaan-
perusahaan bukan koperasi, seperti keuntungan atau sisa-hasil-usaha pada koperasi,
juga bukanlah ukuran yang cocok untuk begitu saja dipakai.Alhasil, tolok-ukur
tunggal yang ideal untuk pertumbuhan koperasi belum dapat diujudkan sekarang,
termasuk ukuran-ukuran seperti pendapatan per kapita anggota koperasi dan
sebagainya.
2. Akumulasi sumberdaya manusia pada koperasi
Pertumbuhan koperasi dari segi akumulasi sumberdaya manusia pada koperasi
kiranya lebih sukar didapat dan dikuantitatifkan.Memang sekarang sedang
diusahakan mengadakan pengukuran mengenai keberhasilan koperasi, antara lain,
dengan membuat skorsing dari tingkat partisipasi anggota koperasi.
Pendidikan anggota koperasi memang nampak meningkat, bila ditilik dari
bertambahnya jumlah sarjana, sarjana muda, dan lulusan SLTA yang memasuki
koperasi akhir-akhir ini.Begitu pula dengan perkaderan koperasi dapat dikatakan
meningkat, bila dilihat dari berkembangnya Koperasi Mahasiswa, misalnya.
Efisiensi usaha dan manajemen koperasi secara tidak langsung nampak dari
meningkatnya sistem manajemen pada koperasi, begitu pula nampak dari adanya
pergeseran perhatian pada koperasi, yaitu: kalau mula-mula (umpamanya
generasinya Bapak Hatta) lebih menekankan pada ideologi koperasi, maka generasi
berikutnya sudah dapat lebih memperhatikan efisiensi usaha koperasi dan generasi
sekarang ini perhatian sudah dapat dicurahkan kepada hal-hal yang lebih mendetail
dan lebih teknis operasional yang spesialistis, karena sekarang ini sudah banyak
sarjana teknis dan spesialisasi yang masuk koperasi, seperti sarjana-sarjana teknik
dan insyinyur-listrik serta bukan sarjana-sarjana ekonomi tetapi juga sarjana
ekonomi perusahaan dan akuntan dan banyak sarjana spesialisasi lainnya.
Kemandirian koperasi, secara negatif kiranya dapat diukur dari semakin
berkurangnya pembinaan, bimbingan dan bantuan Pemerintah atau pohak luar
lainnya kepada koperasi.
Secara negatif, mutu koperasi sebenarnya juga dapat diukur dari berkurangnya
jumlah tunggakan kredit ataupun junlah dari kredit macet pada koperasi.Jumlah
tunggakan pinjaman koperasi dan jumlah kredit macet koperasi tahun-tahun
belakangan ini memang nampak sangat berkurang.
3. Sumbangan dan bagian koperasi dalam perekonomian nasional
Angka-angka mengenai “co-operative share” ini pastilah tidak mudah
didapat.Secara kasar atau garis telah dicoba untuk mengukur co-operative share
dalam keseluruhan pendapatan nasional.Oleh karena itu untuk melihat “co-
operative share” ini secara sektoral. Misalnya di sektor pertanian khususnya
pangan dan lebih khusus lagi di bidang pengadaan pangan padi dan beras,
d. Dampak Koperasi Baik ke dalam bagi Kesejahteraan Anggota Sendiri maupun
ke luar Terhadap Perekonomian dan Masyarakat Luas
Dampak koperasi yang terasa sebagai manfaat koperasi baik bagi para anggota
koperasi maupun terasa manfaatnya ke luar kepada keseluruhan ekonomi dan
masyarakat adalah hal yang terpenting dari faktor-faktor penentu koperasi sebagai
Soko-guru Perekonomian Nasional, tetapi jelaslah co-operative effectini adalah yang
paling sukar pula diukur.
Adalah tugas kita bersama untuk berangsur-angsur tapi tanpa henti mengusahakan
agar dapat diperoleh tolok ukur yang baik untuk mengetahui dengan lebih pasti
mengenai dampak koperasi ini yang berarti tentang manfaat koperasi bagi anggotanya
sendiri maupun bagi masyarakat luas.
Tetapi kalau pertumbuhan koperasi dapat diketahui, kalau sumbangan dan bagian
koperasi dalam perekonomian nasional dapat diketahui dan kalau juga dampak
koperasinya dapat diketahui baik secara intern maupun secara ekstern dan apabila
kesemuanya adalah baik dan dapat memenuhi agar koperasi bisa menjadi soko-guru
perekonomian bangsa, maka pada saat itulah kita dapat mencapai tujuan atau idam-
idaman kita yaitu: Koperasi sebagai perwujudan dari Demokrasi Ekonomi atau dengan
kata lain perwujudan dari Bersama Dalam Kemakmuran dan Makmur Dalam
Kebersamaan.
C. Ekonomi Indonesia di Masa Datang
1. Ekonomi Indonesia di Masa Mendatang (Moh. Hatta)
Dasar politik perekonomian Republik Indonesia terpancang dalam undang-
undang dasar, dalam bab “Kesejahteraan Sosial”, pasal 33, yang begini bunyinya.
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sebagai penduduk pulau-pulau yang tersusun di tengah-tengah jalan perhubungan
pelayaran, sepatutnya orang Indonesia menjadi bangsa pelajar yang kuat bertindak
dan kuat merantau.Memang begitu sifatnya di masa dahulu kala, sebelum orang
Belanda datang menjajah.Tetapi penjajahan Belanda, yang bermula dengan
menanam kekuasaan monopoli dalam segala rupa, memusnahkan segala aktivitas
orang Indonesia.Rakyat Indonesia tertunda hidupnya ke desa, hidup dengan segala
genap.Rakyat Indonesia kehilangan sifatnya yang sediakala.Hanya cita-cita untuk
menjadi bangsa yang merdeka kembali berdasarkan segala bangsa, tetap ada
padanya. Fiil tuan rumah yang baik hati dan halus budi tidak lenyap dari kebudayaan
Indonesia.
Wujud penjajahan Belanda tidak lain melainkan menjadikan Indonesia sebagai
sumber keuntungan semata-mata. Dahulu sumber itu dikuasai dengan sistem
monopoli.VOC dan cultuurstelsel.Sejak munculnya kapitalisme liberal sesudah
tahun 1870 Indonesia dipandang semata-mata sebagai suatu onderneming besar,
untuk menghasilkan barang-barang bagi pasar dunia.Dasar ekonominya ialah export-
economie.Pasar di dalam negeri diabaikan semata-mata, sebab tidak mendatangkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Oleh karena Indonesia dipandang sebagai suatu onderneming besar, maka
masyarakat Indonesia dipandang semata-mata sebagai daerah persediaan buruh yang
murah.Soal menimbulkan tenaga pembeli rakyat dengan sendirinya tersingkir dari
perhitungan.Ini kelanjutan dari sistem kapitalisme, yang mendasarkan perekonomian
Indonesia kepada export-economie.
Sistem ini memutar ujung jadi pangkal.Dasar tiap-tiap perekonomian ialah
mencapai keperluan hidup rakyat.Mana yang tidak dapat dihasilkan sendiri,
didatangkan dari luar negeri, diimpor.Barulah datang ekspor untuk pembayar impor
tadi.
Sebaliknya yang kita dapati di Indonesia, beratus tahun lamanya.Ekspor
diutamakan, barulah datang impor sebagai tukaran ekspor tadi.Impor itu sebagian
besar mengandung barang keperluan perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang
barat yang ada di sini.Keperluan rakyat yang diimpor terutama pakaian.Oleh karena
impor ini adalah bayaran ekspor sebagian, maka di Indonesia sampai waktu yang
akhir tidak boleh diadakan pabrik kain.
Kita tahu, bahwa politik export-economie itu kandas takkala kapitalisme liberal
berangsur lenyap dan aliran “neo-mercantilisme” bertambah kuat.Tetapi segala
perubahan hanya merugikan bagi Indonesia.Muslihat perekonomian yang dirancang
oleh pemerintah Nederlan dengan semboyan “kerja bersama dalam perekonomian”
antara Nederlan dan Indonesia sebagai daerah ekonomi industri negerinya.
Demikianlah faktor-faktor yang harus menentukan perekonomian Indonesia, tidak
bisa bekerja atas pengaruh penjajahan Belanda.Tetapi faktor-faktor itu masih ada;
hanya faktor yang ketiga yaitu kecakapan rakyat serta cita-citanya yang lemah
duduknya karena penindasan yang tiga abad lamanya. Manakala kita pandai
memimpin kemauan rakyat yang meluap-luap di waktu sekarang untuk mengekalkan
Indonesia merdeka, ke jalan pembangunan masyarakat yang teratur, kita pasti akan
sanggup menghidupkan tenaga produktif rakyat, yang terpendam sekian lama dalam
sejarah.
Menurut arahnya, dasar perekonomian di masa datang akan semakin jauh dari
dasar individualisme, dan semakin dekat kepada kolektivisme, yaitu sama sejahtera.
Memang kolektivismelah yang sesuai dengan cita-cita hidup Indonesia. Sudah dari
dahulu kala masyarakat Indonesia seperti juga dengan masyarakat Asia lainnya
berdasar kepadakolektivisme itu, yang terkenal sebagai dasar tolong-menolong. Pun
dalam hukum adat Indonesia tidak ada perpisahan yang tepat seperti dalam hukum
Barat antara yang disebut publiek recht dan privaat recht. Berbagai hal yang disebut
dalam hukum barat masuk bagian hukum prive, di Indonesia sering diurus oleh desa.
Pembangunan ekonomi Indonesia sesudah perang haruslah didasarkan kepada
cita-cita tolong-menolong itu. Sudah tentu pada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih
teratur, dengan mempergunakan hasil kemajuan teknik modern! Kalau diperhatikan
benar-benar, ada tiga soal yang bersangkut dengan pembangunan perekonomian
Indonesia yang kita hadapi sekarang.
1. Soal ideologi. Bagaimana mengadakan susunan ekonomi yang sesuai dengan
cita-cita tolong-menolong?
2. Soal praktek. Politik perekonomian apakah yang praktis dan perlu dijalankan
dengan segera di masa yang akan datang ini?
3. Soal koordinasi. Bagaimanakah mengatur pembangunan perekonomian
Indonesia, supaya pembangunan itu sejalan dan bersambung dengan
pembangunan di seluruh dunia?
Dasar perekonomian yang sesuai dengan cita-cita tolong-menolong ialah
kooperasi.Seluruh perekonomian rakyat harus berdasar kooperasi.Kooperasi
mendahulukan keperluan bersama dan membelakangkan kepentingan orang-
seorang.Seterusnya kooperasi mengandung dasar pendidikan kepada anggotanya
bersama.Di atas bangunan-bangunan kooperasi itu diadakan pimpinan dari
pemerintah, untuk mengkoordinir segala usaha produktif bagi keselamatan
masyarakat.
Kalau kita hendak membangunkan perekonomian rakyat di atas kooperasi, dari
semulanya hendaknya terang bagi kita, daerah manakah dalam perekonomian yang
boleh diselenggarakan oleh orang-seorang dan manakah yang harus diusahakan oleh
badan-badan kolektif. Pada umumnya segala usaha yang hanya dapat dikerjakan
bersama-sama oleh orang banyak, mestinya memakai bangun kooperasi.Jika tidak,
tentu lambat laun timbul juga semangat kapitalisme dengan akibat pemerasan dan
penindasan orang banyak yang lemah oleh satu golongan kecil yang cerdik dan
bermodal.
Tetapi tidak segala usaha harus dilakukan secara kooperasi.Usaha-usaha yang
dapat dikerjakan oleh orang-seorang dengan tiada menguasai hidup orang banyak
bolehlah terus dikerjakan oleh orang-seorang itu. Kecuali kalau kepentingannya
sendiri menghendaki perikatan dalam satu badan dengan orang lain yang serupa
persoalannya. Perusahaan kecil sebagai tukang membetulkan yang rusak, dagang
kecil seperti kelontong yang masuk kampung keluar kampung memikul barang
dagangannya, warung yang dikemudikan sendiri dengan bantuan keluarga saja, pada
dasarnya dibolehkan berdiri sebagai usaha sendiri.Paksaan berkooperasi kepada
perusahaan-perusahaan kecil yang tersebar letaknya tidak pada tempatnya, malahan
melanggar dasar kooperasi.Oleh karena masyarakat Indonesia pusatnya di desa,
maka bangunan kooperasi model baru hendaklah dimulai di desa pula. Tiap-tiap
desa hendaknya merupakan satu susunan kooperasi! Kalau dasarnya sudah kokoh,
maka susunan kooperasi ke atas bisa teratur baik.
Bagi siapa yang sanggup melepaskan pandangan dari dasar individualisme dan
liberalisme, soal mendirikan industri dengan bangun kooperasi tinggal lagi sebagai
soal didikan dan bantuan pemerintah.Yang terutama bagi industri ialah pimpinan
yang cakap, yang penuh rasa tanggung jawab.Kecakapan itu bergantung kepada
orangnya, tidak kepada stelsel perekonomiannya. Apabila terdapat orang yang cakap
memimpin, yang besar pula minatnya kepada kooperasi, maka kooperasi industri itu
akan hidup dan maju jalannya. Malahan lebih baik jalannya daripada industri
kapitalis biasa, oleh karena orang yang bekerja di dalamnya semuanya mempunyai
perhatian kepada industrinya.Perusahaan itu mereka yang punya.Dalam bekerja
kaum buruh adalah buruh, yang harus tunduk kepada disiplin bekerja. Tetapi di luar
pekerjaan ia orang yang ikut mempunyai perusahaan tersebut.
Yang susah untuk membangunkan industri secara kooperasi ialah perkara kapital.
Kaum buruh yang akan serta jadi yang empunya tidak mempunyai modal. Dari
mereka tidak dapat diharapkan kapital perusahaan.Dalam hal ini pemerintahlah yang
harus memberi uang muka sebagai pinjaman, yang dapat diangsur berdikit-dikit oleh
perusahaan tadi.Angsuran itu dapat dilakukan dengan modal yang didapat dari
cicilan uang andil yang dibeli oleh kaum buruhnya dan dari keuntungan habis
tahun.Pemerintah daerah sendiri pun bisa serta sebagian pada kapital kooperasi
industri itu.
Pendek kata, industri mungkin didasarkan kepada kooperasi, malahan lebih
baik.Kesukaran yang dihadapi bukanlah soal dasar, soal prinsipil, malahan soal
praktis, yaitu soal memperoleh kapital permulaan.
2. Membangun Koperasi Sebagai Soko Guru Perekonomian Indonesia
a. Perekonomian Indonesia Disusun Berdasarkan Pancasila
Kalimat pertama pada salah satu pasal utama mengenai ekonomi pada UUD
1945 mengatakan :” Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
asas kekeluargaan”. Perkataan disusun mengisyaratkan adanya tindakan aktif, yaitu
menyusun melalui rencana. Sesuai dengan sila-sila daripada Pancasila dan isi pasal-
pasal di dalam maupun diluar BAB Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan
kehidupan perekonomian, maka secara garis besar Ekonomi Pancasila adalah ekonomi
yang berorientasi pada Sila-sila daripada Pancasila, yaitu berorientasi pada :
Ketuhanan Yang Maha Esa (Adanya etik moral agama, bukannya Materialisme),
Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan/ eksploitasi,
modernisasi), Persatuan (Kekeluargaan, Kebersamaan, gotong royong, tidak saling
mematikan, bantu-membantu antara yang kuat dan yang lemah, nasionalisme dan
patriotisme ekonomi), Kerakyatan ( demokrasi ekonomi, mengutamakan ekonomi
rakyat dan hajat hidup orang banyak), serta keadilan sosial (Persamaan, kemakmuran
masyarakat yang utama, bukan kemakmuran orang-seorang).
Dalam memberi tekanan utama pada keadilan/pemerataan, tidak berarti
pertumbuhan diabaikan. Mengutamakan aspek keadilan/pemerataan, tidak berarti
harus bersikap anti pertumbuhan. Pertumbuhan adalah syarat yang harus dipenuhi
untuk memberi isi dan makna pada pemerataan.
Dalam ekonomi Pancasila, keadilan sosial adalah sekaligus titik-tolak,
mekanisme pengontrol, dan tujuan pembangunan Nasional.
1. Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 Sebagai Dasar Penajabaran
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 adalah pedoman utama bagi orientasi dan
penjabaran penyusunan (perencanaan membangun) perekonomian Indonesia.
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menggariskan :
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Ayat (1) pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 tidak dapat dipisahkan pengaruhnya
terhadap ayat (2) dan ayat (3). Ayat (1) pasal ini tetap melandasi dan mewarnai
bangun-bangun atau bentuk-bentuk usaha lain yang ada, yang hakekat dari
peranannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk ayat (2) dan ayat (3). Artinya di dalam
kegiatan usaha swasta, apakah itu berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau lainnya,
apakah itu asing, domestik pribumi maupun domestik non-pribumi, harus dihidupkan
pula semangat usaha bersama dan berasaskan kekeluargaan.
Usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan ialah koperasi. Hal ini dijelaskan dalam
penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “Bangun Perusahaan yang
sesuai dengan itu ialah koperasi” . Penjelasan ini harus dipertahankan sebagai “das
sollen”, agar semangat usaha bersama dan hakikat usaha dengan asas kekeluargaan
tidak gampang memudar sebagai cita-cita dan bahkan harus menjadi alat pengikat
cita-cita sosialisme yang kita kehendaki.
Pada masa-masa lampau perkataan koperasi sebagai soko-guru (tulang punggung)
perekonomian bangsa sering terdengar, terlepas dari berbagai kegagalan yang ada
dalam pertumbuhannya. Perkataan soko-guru atau tulang punggung ini hampir tidak
terdengar lagi, di dalam GBHN 1978 dan 1983 perkataan soko-guru atau tulang
punggung khusus bagi koperasi tidak ada.
Dari pandangan hdup bangsa Indonesia yang sosialistis kita temukan semangat
kolektivitas atau dasar koperasi sosial. Di atas koperasi sosial yang lama dibentuk
menjadi bangun yang kita kenal sekarang : Koperasi. Akar pandangan hidup
kekolektivan inilah yang memperkuat sifat koperasi sebagai soko-guru perekonomian
bangsa.
2. Semangat Kebersamaan
Di dalam bangun usaha, misalnya saja Perseroan Terbatas (PT). PT jelas adalah
kumpulan modal, dan bukan kumpulan orang. Kebersamaan tidak saja dalam bentuk
gotong royong, sama-sama bertanggung jawab, atau “melu handarbeni”, tetapi juga
dalam bentuk ikut memiliki modal bersama.
Unsur usaha bersama perlu dihidupkan pula pada PT, sehingga dapat tertahan dan
terkendali sifat kapitalisme yang muncul dari dalamnya. Dengan semangat usaha
bersama ini buruh-buruh dan karyawannya harus dapat ikut memiliki saham
perusahaan. Dengan demikian modal PT merupakan modal bersama, betapapun
mungkin masih akan pincang komposisinya pada tahap-tahap tertentu. Sistem
pengupahan dan penggajian perlu diatur sehingga sebagian upah dan gaji dapat
diarahkan kepada kepemilikan saham oleh buruh dan karyawannya. Ada saham yang
sebagian di “go public” kan, sehingga dapat mulai memperluas arti : “milik sosial”
atau pemerataan pemilikan, sebagai lawan dari konsentrasi atau meningkatkan fungsi
kapital itu sendiri. Ada pula sebagian saham ditinggalkan buat buruh dan karyawan.
Uang lembur, hadiah lebaran, THR, kenaikan upah dan gaji seta lain-lain insentif
bahkan tanda jasa untuk buruh dan karyawan, dapat dibayarkan dalam saham atau
pecahan-pecahannya. Sistem pemberian kesempatan ikut memiliki saham oleh buruh
dan karyawannya dapat sekaligus bersifat mendidik mereka tidak boros, tidak
konsumtif dan mampu memahami arti menabung. Dalam kenyataan baru beberapa
perusahaan yang mulai “ merintis” semangat kebersamaan ini. Disamping itu perlu
dirintis pemberian saham untuk buruh dan karyawan yang diatur mulai sistem “Equity
Laon” dari atau atas jaminan perusamaan.
3. Asas Kekeluargaan
Di dalam bangun non koperasi misalnya PT perlu ditumbuhkan koperasi oleh para
buruh, karyawan dan majikan, sehingga terciptalah asas kekeluargaan di dalam suatu
bangunan kapitalistik ini. Hubungan antara buruh, karyawan dan majikan sebagai
anggota koperasi satu sama lain dapat lebih nyata terjalin sebagai hubungan orang
perorang. Hubungan antar mereka sebagai anggota koperasi satu sama lain
mencerminkan orang-orang bersaudara, bukan hubungan antar alat-alat atau faktor-
faktor produksi. Buruh dan karyawan bukan faktor produksi tetapi adalah partner
berproduksi. Mereka adalah “Partner In Progress”.
Sesuai dengan bunyi ayat 1 pasal 33 UUD 1945 bahwa: “Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”: mengisyaratkan
interpretasi, jika ada perusahaan/ usaha ekonomi yang tidak melaksanakan usaha
bersama dan asas kekeluargaan, maka perusahaan/ usaha ekonomi itu bukan
merupakan bagian dari perekonomian Nasional, dengan segala konsekuensi dalam hak
dan kewajibannya.
4. Hajat Hidup Orang Banyak dan Dikuasai Oleh Negara
Mengenai ayat 2 dan ayat 3 pasal 33 UUD 1945 Kalimat” Meguasai Hajat Hidup
Orang Banyak”(yang tidak lain dan tidak bukan adalah “ basic need” ) dan
“digunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat” adalah ekspresi daripada
adanya orientasi kerakyatan dan keadilan sosial yang kuat. Yang penting dan menjadi
tjuan utama adalah pengamanan kepentingan negara dan kepentingan rakyat banyak.
Di sinilah titik tolak perlunya ekonomi perencanaan, suatu sistem ekonomi yang
terpimpin yang tidak menyerahkan diri terhadap jalannya kekuatan-kekuatan ekonomi
pasar bebas yang tidak dapat menjamin terselenggaranya masyarakat yang adil dan
makmur. Etatisme yang dikehendaki ayat 2 dan ayat 3 UUD 1945, etatisme yang
aternalistik yang menghendaki negara sebagai pengangkat martabat, pendorong
perkembangan dan pertumbuhan (Agent Of Development), pengaman kepentingan
rakyat banyak, ataupun sebagai pelindung seluruh tumpah darah.
5. Ekonomi Perjuangan
Perjuangan untuk merealisasi cita-cita kemerdekaan sehingga tercapai Indonesia yang
benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Ekonomi Pancasila sejalan
dengan perjuangan kedaulatan politik, menetapkan dasar pembangunan ekonomi
nasional melalui perjuangan kedaulatan ekonomi. Economic Sovereignty adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari political Soveregnty. Dalam ekonomi
Pancasila maka relevanlah tuntutan-tuntutan “ menjadi tuan di negeri sendiri”, sebagai
ekspresi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa yang berkepribadian. Demokrasi politik
dan demokrasi ekonomi dalam arti luas, memberi isi pada arti perjuangan ekonomi
pancasila, melepaskan dominasi ekonomi asing dan sistem ekonomi yang dibawanya,
serta menegakkan ekonomi Nasional yang berorientasi pada kepentingan Nasional
secara dinamis dan kepentingan rakyat banyak.
6. Koperasi Sebagai Soko Guru Atau Tulang Punggung
Koperasi merupakan soko guru atau tulang punggung perekonomian Indonesia karena
koperasi mengisi baik tuntutan konstitusional maupun secara strategis mengisi
tuntutan pembangunan dan perkembangannya. Koperasi merangkum aspek
kehidupannya yang sifatnya menyeluruh, substantip makro dan bukan hanya partial
mikro.
b. Mengapa Koperasi Adalah Soko Guru Perekonomian Nasional ?
Karena koperasi memiliki merits sebagai berikut :
1. Koperasi merupakan wadah penampung pesan politik bangsa terjajah yang miskin
ekonominya dan didominasi oleh sistem ekonomi penjajah. Koperasi menyadarkan
kepentingan bersama, menolong diri sendiri secara bersama dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kemampuan produktif. Dengan demikian koperasi menjadi penting
sebagai organisasi perekonomian rakyat dalam perlawanannya terhadap penindasan
sistem modal asing, kolonial dan pemerintah kolonial.
2. Koperasi adalah bentuk usaha yang tidak hanya menampung tetapi juga
mempertahankan serta memperkuat identitas dan budaya bangsa Indonesia.
Kepribadian bangsa bergotong royong dan kekolektivan akan tumbuh subur di dalam
koperasi. Selanjutnya koperasi sendiri akan lebih terbangun dengan lebih menguatnya
budaya itu.
3. Koperasi adalah wadah yang tepat untuk membina golongan ekonomi kecil/
pribumi. Kelompok ekonomi kecil/pribumi adalah masalah makro, bukan masalah
partial didalah kehidupan ekonomi kita, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam
hubungan ini koperasi memupuk kekuatan ekonomi bersama antar yang lemah untuk
menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang merugikan dan mematikan yang kecil-
kecil. Koperasi disini lebih daripada memupuk kemandirian dan meningkatkan
kemampuan produktif anggotanya melalui swakarsa dan swadaya saja, tetapi terutama
memupuk kesadaran ekonomi dan solidaritas.
4. Koperasi adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial, sebagai wahana sosial
ekonomi kesokoguruan koperasi bersifat menyeluruh (Substantif Makro) karena
koperasi dapat hidup di dalam bangun-bangun usaha lain yang non koperasi. Koperasi
dapat hidup pula, baik di dalam bangun usaha swasta seperti PT, CV,dll, di dalam
bangun usaha negara maupun di dalam instansi lain(kantor pemerintah).
5. Koperasi adalah wahana yang tepat untuk merealisasi ekonomi Pancasila terutama
karena terpenuhinya tuntutan kebersamaan dan asas kebersamaan serta asas
kekeluargaan. Dalam keseluruhan koperasi adalah kemakmuran rakyat sentris.
c. Prakondisi Untuk Peranan Koperasi Menjadi Soko Guru Perekonomian
Prakondisi tersebut antara lain:
1. Adanya tekad politik yang konsekwen dari seluruh pelaku ekonomi untuk
melaksanakan pesan konstitusional menyusun Ekonomi Pancasila.
2. Berhasilnya dipupuk dan ditingkatkan kesadaran akan makna koperasi dan
kesadaran untuk berkoperasi, sehingga koperasi bukan lagi merupakan usaha dari
“atas” tetapi merupakan “gerakan spontan massa”. Hingga saat ini masih banyak
koperasi didirikan karena perintah pejabat dan mencari fasilitas.
3. Koperasi harus dapat masuk ke dalam perekonomian nasional secara integratif,
sehingga koperasi tidak saja menjadi obyek pembinaan ekonomi tetapi juga harus
mampu menjadi subyek yang ikut menentukan kegiatan perekonomian secara
strategis. Adanya koperasi harus merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan oleh
bangun-bangun usaha non koperasi lainnya. Dengan bangun usaha lain koperasi harus
mempunyai hubungan interdependensi yang menentukan. Dengan kata lain, koperasi
harus mempunyai ruang gerak yang seluas-luasnya. Koperasi harus meluas tidak
hanya dalam kuantitas dan kualitas secara tradisional, tetapi juga secara dimensional
menguasai pula sektor-sektor kegiatan perekonomian dalam tingkatan makro-
ekonomi. Prakondisi konsepsional demikian ini, tentu saja menuntut berbagai
prakondisi teknis praktis lebih lanjut. Di dalam banyak hal, secara tidak sadar koperasi
melakukan “isolasi” terhadap ruang gerak sendiri, baik yang berdasar pada teritori,
ketentuan legal, kebijaksanaan, pola pikir maupun sikap protektif dari pemerintah.
Isolasi ini menghambat pengintegrasian koperasi ke dalam perekonomian nasional.
4. Dengan semangat kebersamaan dan kekeluargaan sesuai dengan Ekonomi Pancasila
dalam skala makro-ekonomi, dengan prinsip kehidupan gotong royong, saling
menunjang dan isi mengisi, maka sktor koperasi yang dalam kenyataan masih lemah
dan tertinggal dari sektor – sektor lainnya, harus secara integratif ditarik maju dan
masuk ke dalam proses perekonomian nasional secara intensif. Pengaturan yang tepat
dari pemerintah dan kesadaran dari sektor-sektor non koperasi, dapat dihindarkan
perjuangan itu menemui rintangan dan merupakan pemborosan nasional belaka.
Pengintegrasian ini akan meningkatkan ketahanan nasional.
5. Semua peraturan perundangan yang sejiwa dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945 harus dilaksanakan secara konsekwen. Sebaliknya semua peraturan perundangan
yang bertentangan dengan jiwa dan penjabaran pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
khusunya pembangunan dan pengembangan koperasi secepatnya dicabut.
6. Koperasi harus dapat melaksanakan kebijaksanaan komersialnya secara cukup
fleksibel sebagaimana perusahaan swasta lainnya. Antara lain koperasi tidak hanya
menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang komoditi tertentu saja (tanpa
kemungkinan diversifikasi) dengan harga komoditinya yang ditentukan pula (oleh
pemerintah). Wilayah kerja koperasi pun sebaiknya tidak dibatasi. Pada hakikatnya
pembatasan ini akan mengurangi kesempatan berpengalaman dan memegari peranan.
7. Tersedianya bantuan teknis dan dapat ditingkatkannya kemampuan teknis
operasional koperasi. Prakondisi teknis itu meliputi antara lain : finansial/perkreditan,
keahlian management, logistik dan tehnik kerjasama.
8. operasi sebagai sektor kehidupan ekonomi yang masih lemah perlu mendapat
perlindungan sebagaimana perlindungan terhadap “infant industries” yang diberikan
dengan tetap memberikan persyaratan yang mendidik dan memperhitungkan
“Efficiency Lost” yang terjadi.
d. Tahap-Tahap Pembinaan Koperasi
Dalam usaha meningkatkan pengembangan koperasi, perlu dibedakan berbagai tahap
pembinaan, Untuk usaha menumbuhkan koperasi ataupun untuk meningkatkan
koperasi yang berbeda tingkat perkembangannya, diperlukan sistem tahap pembinaan
yang berbeda pula.
Tahap-tahapan itu adalah:
1. Tahap Peningkatan Kesadaran
a. Tahap Citra: yaitu tahapan untuk memberikan citra positif mengenai koperasi.
Citra kegagalan koperasi pada masa lampau yang menjerakan masyarakat harus
dapat dihapuskan dengan memamerkan koperasi-koperasi yang berhasil dewasa
ini.
b. Tahap Membentuk Kesadaran :yaitu tahapan pembinaan untuk
membentuk/meningkatkan kesadaran berkoperasi. Dalam tahapan ini masyarakat
harus dapat disadarkan bahwa koperasi disamping merupakan “jalan terbaik” untuk
mencapai keadilan dan kemakmuran umum, juga merupakan bentuk usaha yang
sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia.
2 Tahap Pemerintah Menuntun Dari Atas Secara Penuh
Pemberian ijin yang diperlukan dan kemudahan fisik, bantuan penyusunan program
bimbingan pengelolaan, pembiayaan, bantuan kredit, jatah dan lain-lain sampai
koperasi dapat beroperasi merupakan tahapan “tuntas” ini. Sistem pembinaan tahapan
ini terutama diberikan untuk mendorong koperasi baru atau koperasi yang belum
mampu.
3. Tahap de-officialisasi
Tahapan dimana Pemerintah mulai mengurangi berbagai bantuannya dengan tetap
menjaga kemungkinan kegagalan dalam mencapai kemandirian. Campur tangan
Pemerintah makin tidak langsung dan konsultatif.
4. Tahap Kemandirian/otonomi
Dalam tahapan ini campur tangan Pemerintah hanya dalam tingkat
monitoring/pengamanan melalui kebijaksanaan makro. Pada tingkat ini koperasi
benar-benar mandiri, dapat berswadaya, ber-swakarya dan berswasembada melalui
swakarsanya.
e. Penentu Keberhasilan Koperasi
1. Tolak Ukur
Masalah tolak ukur keberhasilan pembinaan dan keberhasilan koperasi (tolak ukur
keberhasilan Pembangunan Nasional justru telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu
jika koperasi belum berkembang maju, maka Pembangunan Nasional belum dapat
dikatakan berhasil. Tolak ukur harus dikaitkan dengan misi utama pembangunan
koperasi menuju kepada koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
2. Pembinaan
a. Campur tangan pemerintah di dalam pembinaan harus elektif, terbatas pda hal-hal
maupun pada koperasi-koperasi yang benar-benar diperlukan sehingga tidak
menimbulkan penghamburan dana dan daya pemerintah serta tidak mengambil oper
pekerjaan pimpinan koperasi. Jangan sampai Pemerintah yang akhirnya berkoperasi
sedang pimpinan / anggota menjadi pihak yang pasif.
b. Campur-tangan pemerintah harus taktis-strategis, yaitu campur tangan secara khas
yang diarahkan kepada peningkatan kesadaran berkoperasi. Koperasi adalah persatuan
orang bukan persatuan modal. Jadi, target pembinaannya adalah pada orangnya, dan
orang ini akan tetap bersekutu secara dinamis dan progresif jika kesadarannya yang
terbina.
c. Di dalam setiap tahapan sistem pembinaan campur-tangan pemerintah harus secara
khas diarahkan kepada peningkatan kemandirian manusia-manusianya. Peningkatan
kesejahteraan harus tiba bersama-sama kemampuan kemandirian.
d. Bantuan teknis dari pemerintah berupa tenaga ahli atau tenaga administrasi
(pegawai negeri) yang diberikan kepada koperasi-koperasi, perlu disertai dengan
peringatan dan keberhati-hatian. Di lain pihak orang pemerintah tidak gampang
bersikap rendah hati, sikap “sok kuasa”, sikap suka memerintah, jika muncul dapat
menghancurkan iklim berkoperasi. Sikap feodalistis-birokratis ini akan bertentangan
dengan jiwa koperasi. Jika tidak berhati-hati dapat terjadi bahwa yang berkoperasi
adalah pemeintah sendiri.
e. Kepada para pegawai negeri dapat diharapkan adanya kesadaran dan kemandirian
lebih tinggi daripada masyarakat umumnya. Oleh karena itu adalah taktis-strategis
untuk membina koperasi ercontohan.
f. Di dalam setiap bangun usaha non-koperasi, harus selekasnya dapat didirikan
koperasi bagi karyawannya. Dengan kepemimpinan dan kemampuan management
yang ada di dalam perusahaan –perusahaan yang bersangkutan., koperasi antar
karyawan itu akan dapat “ketularan” keahlian manajemen itu.
g. Pemeritah harus mengikutsertakan dan memanfaatkan gerakan-gerakan
perkoperasian yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat pecinta koperasi.
Partisipasi mereka akan banyak membantu pamarintah dalam membina koperasi.
h. Koperasi juga dapat tumbuh melalui kerjasama, saling pengertian dan saling
menguntungkan dalam sistem “ anak angkat dan bapak angkat” antara pengusaha
besar dan pengusaha kecil. Untuk meringankan beban Pemerintah dalam membina
koperasi, maka pengusaha besar dapat dimanfaatkan untuk membina koperasi.
i. Dalam usaha meningkatkan pemerataan usaha melalui koperasi, orientasi
pembangunan harus tetap pada mementingkan “hajat hidup orang banyak” atau
mengutamakan pandangan kesejahteraan rakyat. Jangan sampai peningkatan koperasi
tidak seiring atau merugikan masyarakat luas (konsumen). Semua kepentingan
(kepentingan konsumen, kepentingan produsen dan kepentingan program pemerintah)
harus sama-sama dilindungi melalui kacamata mengutamakan hajat hidup orang
banyak itu.
j. Kesadaran akan perlunya berkoperasi (baik karena adanya suruh an konstitusional
maupun karena adanya manfaat sosial ekonomis dan strategis) perlu ditingkatkan
melalui pameran-pameran keberhasilan dan penyebaran pengalaman keberhasilan.
Peranan TV dan RRI dan lain media massa dalam hal ini perlu ditingkatkan.
Disamping itu jiwa dan kecintaan berkoperasi sebagai orientasi hidup bangsa
indonesia, harus dilembagakan melalui sistem pendidikan nasional kita.
BAB III
PENUTUP
Koperasi memiliki posisi yang kuat, yaitu pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat
1 yang menyebutkan, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan”. Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling
cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi.Gagasan dan harapan Bung Hatta
tentang koperasi adalah sebuah lembaga swadaya, self-help, bagi lapisan masyarakat yang
lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar.Sebuah gagasan yang menempatkan
koperasi sebagai institusi yang mampu menjadi saka guru (pilar) perekonomian bangsa.Itulah
cita-cita koperasi yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945.
Seringkali ditemukan orang mengenal keberhasilan koperasi-koperasi di negara-
negara dengan sistem kapitalisme.Keberhasilan tersebut adalah keberhasilan koperasi
masing-masing (per-koperasi mengenai kuantitasnya) dan bukan keberhasilan perkoperasian
sebagai alat strategi pembangunan nasional. Keberhasilan perkoperasian di Indonesia yang
seharusnya dicapai, sesuai dengan maksud yang terkandung dalam undang-undang dasar
1945, menyangkut kedua-duanya yaitu keberhasilan masing-masing koperasi mengenai
kualitasnya maupun keberhasilan perkembangan perkoperasian sebagai alat strategi
pembangunan nasional, termasuk keberhasilan perkoperasian dikalangan masyarakat yang
hidup dibawah garis kemiskinan. Koperasi terdapat dimana-mana dan terjalin satu sama lain
oleh cooperative network.
Oleh karena itu dikalangan anak-anak remaja perlu sekali pengetahuan tentang
Perkoperasian ini ditanamkan agar sejak masa muda mereka itu telah mengenal dan
menegtahui tentang seluk beluk Koperasi dalam rangka pendidikan mereka dibangku
sekolah. Dengan demikian sebagai generasi penerus, mereka nantinya dapat diharapkan untuk
melanjutkan dan menyebarkan cita-cita Koperasi ini kepada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Edi Swasono, Sri. 1985. Membangun Sistem Ekonomi Nasional: Sistem Ekonomi dan
Demokrasi Ekonomi. Jakarta: UI Press
Edi Swasono, Sri. 1985. Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta: UI Press
TUGAS KELAS
KOPERASI INDONESIA: KONSEP DAN IMPLIKASI
PASAL 33 UUD 1945Disusun Guna Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : Sukidjo, M. Pd
Disusun Oleh :
1. Lilis Endah Wijayanti (08404241011)
2. Diah Indraswati (08404241019)
3. Nining Ratnawati (08404241022)
4. Abu Salman (08404241023)
5. Riandita Pratiwi (08404241037)
6. Susanti (08404241045)
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI (A)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011