onlysenja.files.wordpress.com  · web viewjenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif...

28
Budaya Patriarki Pada Film Beth Bukhori Santoso Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta E-mail : [email protected] Abstract BETH is a national independent movie which tells about two childrens named Beth (Ine Febriyanti and Pesta (Bucek Depp). Beth fell in love to Pesta who is a bad guy, however their relationship doesnt get permitt by Beth’s father. This situation makes two of them taking a risk to make their own way until Beth got pregnant. They are forced to separated, Beth is forced to take an abortion while Pesta is back to his dark world. Type of research is quantitative with content analysis. Researcher uses theIntercoder Coeficient Reliability formula from Holsti (1969) to test the validity. The purpose of the research is knowing how the women are described in the patriarchy culture in BETH movie. The result shows that the men in BETH movie dominate the women and women are underestimated. Other conclusion is, not just media, but also movies that

Upload: others

Post on 08-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Budaya Patriarki Pada Film Beth

Bukhori Santoso

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Yogyakarta

E-mail : [email protected]

Abstract

BETH is a national independent movie which tells about two childrens named

Beth (Ine Febriyanti and Pesta (Bucek Depp). Beth fell in love to Pesta who is a

bad guy, however their relationship doesnt get permitt by Beth’s father. This

situation makes two of them taking a risk to make their own way until Beth got

pregnant. They are forced to separated, Beth is forced to take an abortion while

Pesta is back to his dark world. Type of research is quantitative with content

analysis. Researcher uses theIntercoder Coeficient Reliability formula from Holsti

(1969) to test the validity. The purpose of the research is knowing how the women

are described in the patriarchy culture in BETH movie. The result shows that the

men in BETH movie dominate the women and women are underestimated. Other

conclusion is, not just media, but also movies that give their certain ideology and

message which reflect to people.

Keywoard : Patriarchy, Dominating, Characteristic

Page 2: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Abstrak

BETH adalah sebuah film nasional independen yang bercerita tentang dua anak

manusia bernama Beth (Ine Febriyanti) dan Pesta (Bucek Depp). Beth jatuh cinta

kepada Pesta seorang berandalan, Namun hubungan mereka tidak direstui oleh

ayah Beth. Keadaan ini membuat keduanya nekat sehingga akhirnya Beth hamil.

Mereka berdua dipaksa berpisah, Beth dipaksa menggugurkan kandungannya

sementara Pesta kembali ke dunia kelamnya. Jenis penelitian yang digunakan

adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan

Intercorder Coeficient Reliability dari Holsti (1969) untuk mengkaji keabsahan

data. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana isi gambaran

perempuan dalam budaya patriarki pada film BETH. Hasil penelitian ini

mengungkapkan bahwa karakter laki-laki pada film BETH mendominasi

perempuan dan perempuan dipandang sebelah mata. Disimpulkan juga bahwa

bukan hanya media, namun film juga bisa menyampaikan ideologi atau pesan

tertentu yang itu merupakan cerminan dari masyarakat.

Kata Kunci : Patriarki, Mendominasi, Karakteristik

Pendahuluan

Film bukanlah sekedar media yang merefleksikan realitas, justru

sebenarnya film merekontruksi realitas yang ada berdasarkan cara-cara tertentu.

Dengan kata lain sebenarnya film mampu untuk ’menghadirkan kembali’ realitas

melalui kode-kode, mitos-mitos dan ideologi-ideologi tertentu.

Page 3: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Sejarah beberapa film di Indonesia yang dimulai pada tahun 1926

menunjukkan bahwa beberapa narasi film nasional dikerjakan tanpa bersikap

obyektif yaitu berbicara tanpa adanya keberpihakkan atau keterpihakkan dan juga

terdapat adanya patriarki.

Juliet Mitchell yang dikutip dalam (Thompson, 2004) Mengemukakan

patriarki adalah relasi hirarkis antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki

lebih dominan dan perempuan menempatkan posisi yang subordinat. Menurutnya

laki-laki adalah semacam forum solidaritas antar laki-laki yang mempunyai

landasan material serta memungkinkan mereka untuk mengontrol perempuan.

Dalam tulisan tidak diterbitkan (skripsi), Krisna Mulawarman (Analisis Isi

Tentang Sosok Perempuan dalam Film Gadis Metropolis; Skripsi; 1999) yang

meneliti tentang perempuan dalam film Gadis Metropolis membuat kesimpulan

tentang bagaimana penerimaan 3 masyarakat akan gambaran karakteristik umum

perempuan dan laki-laki.

TABEL I. 1.

Gambaran Umum Masyarakat tentang Perbedaan Sifat dan

Karakteristik Antara Laki-laki dan Perempuan

Laki-laki Perempuan

1. Berada dalam wilayah publik

2. Tidak emosional

3. Rasional

1. Berada dalam wilayah

domestik

2. Emosional

Page 4: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

4. Kuat

5. Penolong

6. Agresif

7. Berupaya

8. Berani

9. Dewasa

10. Memiliki wewenang

11. Aktif

12. Keras

3. Irrasional

4. Lemah

5. Perlu ditolong

6. Pesimis

7. Pasrah

8. Takut

9. Jadi korban

10. Bergantung pada laki-laki

11. Pasif

12. Lembut

13. Penuh casi

14. Kurang dewasa

15. Kurang berwenang

(Sumber : Krisna Mulawarman dalam Analisis Isi Tentang Sosok Perempuan

dalam Film Gadis Metropolis; Skripsi; 1999)

Gambaran di atas menunjukkan bahwa masyarakat sudah terbiasa

mengkonsumsi gambaran perempuan sebagai sosok yang lemah dan hanya alat

pelengkap.

Untuk mengkaji mengenai hal ini penulis menggunakan salah satu materi

film yaitu BETH karya Aria Kusumadewa. Penelitian pada film Beth ini mengacu

pada penelitian yang telah disebutkan di atas milik Krisna Munawarman yang

telah memaparkan beberapa gambaran umum tentang perbedaan karakter laki-laki

dan perempuan. Namun bedanya dengan penelitian sebelumnya adalah tujuan

Page 5: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

penelitian. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi

penggambaran perempuan dalam budaya patriarki pada film BETH.

Keunggulan dari film ini sehingga menarik perhatian penulis untuk

mengulasnya adalah : Pertama, kondisi perfilman Indonesia yang semakin ke

depan semakin tidak memiliki tema yang bermakna. Kedua, keunggulan teknis

yang dimiliki film BETH sebagai film indie. Ketiga, pemilihan aktor dan aktris

yang tidak main-main seperti El Manik, Ine Febriyanti, Bucek Depp, Nurul

Arifin, Lola Amaria. Keempat, tema film yang terasa lebih mendalam

dibandingkan dengan film indie lainnya. Kelima, pernak-pernik dan penataan

ruang yang menguatkan isi pesan yang ingin disampaikan sang sutradara.

Penggunaan berbagai backsound juga sangat di perhitungkan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Jenis penelitian

kuantitatif dinilai oleh peneliti cocok untuk bisa mengetahui bagaimanakah isi

penggambaran perempuan dalam budaya patriarki pada film BETH. Metode yang

digunakan adalah analisis isi. Metode analisis isi adalah sebuah penelitian yang

seringkali terbukti mampu menguraikan aspek-aspek yang tidak nampak dan juga

memberi identifikasi secara sistematis dan obyektif tentang karakteristik

karakteristik khusus pada sampel. Sumber data primer penelitian adalah materi

film BETH. Adapun untuk data sekunder diambil dari studi pustaka, artikel,

majalah dan internet. Langkah – langkah dalam mengerjakan penelitian ini adalah

memformulasikan pertanyaan untuk riset, membuat definisi dari pertanyaan riset

Page 6: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

yang akan dianalisa, memilih sampel yang dianggap perlu, mengkodekan isi

sesuai dengan kategori yang sudah disusun, kemudian membuat analisa dari data

yang terkumpul.(Sakina & A., 2017)(Mulawarman, 1999)

Untuk mengkaji keabsahan data, peneliti memakai rumusan Intercorder

Coeficient Reliability dari Holsti (1969).

Bentuk rumusnya adalah sebagai berikut:

CR :2 M

N 1+N 2

CR : Coeficient Reliability

2M : Jumlah pertanyaan yang disetujui

N1 : Pengkoding 1 (peneliti)

N2 : Pengkoding 2 (pengkoding yang ditunjuk)

Patokan tingkat persetujuan bersama adalah pemberian angka yang

menunjukkan kesamaan sebanyak antara 70%-80%. Jika hal ini terpenuhi maka

tingkat keterpercayaan penelitian adalah memadai.

Hasil Penelitian dan Kesimpulan

BETH adalah sebuah film nasional independen yang bercerita tentang dua

anak manusia bernama Beth (Ine Febriyanti) dan Pesta (Bucek Depp). Beth yang

bernama lengkap Elizabeth adalah anak seorang Jenderal (El Manik) ternama

Page 7: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

yang juga taat beragama. Film yang berdurasi kira-kira 80 menit ini terdiri dari

sekian banyak scene, namun untuk penelitian kali ini penulis hanya mengambil 10

scene yang menurut penulis telah mewakili budaya patriarki pada film ini, sisanya

lebih banyak menonjolkan protes sosial kepada masyarakat dan lembaga

pemerintah.

Tabel di bawah adalah frekuensi kandungan pesan yang berkategori

budaya patriarki

Tabel II.1

Unit Analisis Kandungan Pesan pada Film BETH

Kategori F %Budaya Patriarki 7

7 100Sumber : Database

Terlihat frekuensi kandungan pesan yang berkategori budaya patriarki

ádalah sejumlah 7 kali dari 10 scene, dengan presentase 100%. Hal ini

membuktikan bahwa memang benar bahwa scene – scene yang penulis pilih

menunjukkan adanya budaya patriarki pada film BETH.

Tabel II.2

Unit Analisis Karakteristik Perempuan pada Film BETH

Kategori F %Tegak Tegas 1 14,3Patuh 2 28,5Lemah 1 14,3Tidak Berkuasa 1 14,3Emosional 1 14,3Tabah 1 14,3

7 100

Page 8: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Sumber : Database

Pada tabel hasil penelitian di atas, terlihat presentase tertinggi adalah

kategori patuh sebanyak 28,5%. Patuh adalah suka menuruti perintah yang

diberikan kepadanya, kemudian terdapat juga hasil dari karakteristik perempuan

yang tidak tegas sebanyak 14,3%. Hal ini menunjukkan pembuktian bahwa baik

dalam masyarakat maupun pada penggambaran di film perempuan memang

digambarkan lebih patuh.

Scene ini juga mewakilkan penggambaran dari beberapa kategori lainnya,

yaitu karakter perempuan yang lemah dan sekaligus tabah (14,3%). Perempuan

dalam adegan ini digambarkan lewat sosok Beth, Ibu Beth dan Suster Reihan.

Ketiga perempuan ini memiliki sikap yang tidak berkuasa dengan presentase

14,3%.

Tabel II.3

Unit Analisis Peran Perempuan pada film BETH

Kategori F %Budaya Patriarki 6 85,7Publik 1 14,3

7 100Sumber : Database

Anak perempuan dominasi ayahnya sendiri, hal ini ditunjang lewat hasil

penelitan yang memperlihatkan angka 85,7% untuk kategori domestik. Beberapa

suster yang memang terlihat berada pada wilayah publik (14,3%).

Page 9: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Tabel II.4

Unit Analisis Karakteristik Laki-laki pada Film BETH

Kategori F %Tegas 1 14,3Berpengaruh 1 14,3Kuat 2 28,5Berkuasa 2 28,5Agresif 1 14,3

7 100Sumber : Database

Pada tabel hasil penelitian diatas, ditemukan presentase untuk kategori

berpengaruh (14,3%), kuat (28,5%) dan berkuasa (28,5%). Kategori-kategori ini

memperlihatkan Berpengaruh artinya daya yang ada atau yang timbul dari

seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan bahkan perbuatan seseorang,

atau bisa disebut juga yang punya pengaruh.

Sepanjang film ini sosok atau karakter Jenderal Kusumadewa

digambarkan dengan sama rata, yaitu berpengaruh, kuat dan berkuasa. Dia cukup

berpengaruh dengan status Jenderal-nya sehingga mampu memerintah orang lain.

Scene ini juga mewakilkan penggambaran dari beberapa kategori lainnya, yaitu

karakteristik laki-laki yang tegas (14,3%).

Tabel II.5

Unit Analisis Peran pada Film BETH

Kategori F %Publik 7 100Domestic 0 0

1 100Sumber : Database

Peran yang ditunjukkan merupakan kategori publik, publik sendiri berarti jika

Page 10: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

dilihat dari hal pembagian tugas atau peran maka bisa diartikan adalah pekerjaan

yang berhubungan dengan khalayak luas atau umum, yang biasanya dilakukan

diluar rumah. Hal ini ditunjang lewat hasil penelitan yang memperlihatkan angka

100% untuk kategori publik.

Tabel II.6

Unit Analisis Tema pada Film BETH

Kategori F %Kekuasaan 2 28,5Ketergantungan 1 14,3Dominasi Laki-laki 2 28,5Kultur Sosial 1 14,3Penindasan 1 14,3

7 100Sumber : database

Pada unit analisis tema, terlihat frekuensi kategori dominasi laki-laki (28,5%),

disusul kemudian kekuasaan (28,5%) dan penindasan (14,3%).

Tabel II.7

Unit Analisis Konflik pada film BETH

Kategori F %Fisik 3 42,8Psikis 4 57,2

7 100Sumber : Database

Pada tabel unit analisis konflik terdapat dua kategori, fisik dengan

frekuensi kemunculan tiga kali (42,8%) dan psikis dengan frekuensi empat kali

kemunculan (57,2%). Konflik fisik adalah konflik yang berhubungan dengan

badan atau jasmani, kelihatan, tampak di permukaan, adanya kontak badan.

Untuk kategori psikis, psikis adalah yang berhubungan dengan batin atau

kejiwaan, dan tidak kelihatan, tidak tampak di permukaan. Pada film ini konflik

Page 11: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

CR=0,92 100%

CR= 92%

12

0,927 6 13

CR= 2 6

N1 N 2 CR= 2 M

N 1 & N 3

CR= 100%

27 14CR=

7 7

14

1

1 2

2MCR= N N

N 1 & N 2

yang bersifat psikis sebenarnya lebih banyak, ditunjang dengan hasil penelitian

sebanyak 57,2%.

Tabel II.8

Unit Analisis Solusi dalam Konflik pada Film BETH

Kategori F %Perempuan cenderung mengalah

5 71,4

Perempuan rela berkorban 1 14,3Perempuan tetap pada pendiriannya

1 14,3

7 100Sumber : Database

Pada tabel unit analisis solusi dalam konflik diatas terlihat solusi tertinggi adalah kategori dimana perempuan cenderung mengalah sebanyak 71,4%.

Uji Reliabilitas antar Pelaku Koding

Unit Analisis Kandungan Pesan

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MKandungan Pesan Budaya Patriarki 7 7 7 6 6

7 7 7 6 6

Unit Analisis Karakteristik Perempuan

Page 12: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MKarakteristik Perempuan Tidak tegas 1 1 1 1 1

Patuh 1 2 1 2 1Lemah 2 1 1 2 2Tidak Berkuasa 1 1 1 1 1Emosional 1 1 1 0 0Tabah 1 1 1 1 1

7 6 6 7 6

Unit Analisis Peran Perempuan

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MPeran Perempuan Domestik 6 7 6 7 6

Publik 1 0 0 0 07 7 6 7 6

Unit Analisis Karakteristik Laki-laki

N 1 & N 2

CR= N N

2M

1 2

CR= 7 6

13

0,92

26 12

CR= 92%

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 2 6 7 7 14

12

0,85

CR=0,85 100%

CR= 85%

CR= 0,85 100%

CR= 85%

0,85

6 127 7 14CR=

2

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 85%

26 12CR= 7 7

14

0,85

1 2

2MCR= N N

N 1 & N 2

Page 13: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 M

Karakteristik Laki-laki

Tegas 1 1 1 1 1Berpengaruh 1 2 1 2 1Kuat 2 2 2 2 2Berkuasa 2 1 1 2 1Agresif 1 1 1 0 0

7 7 6 7 5

Unit Analisis Peran Laki-laki

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MPeran Laki-laki Publik 7 7 7 7 7

Domestik 0 0 0 0 07 7 7 7 7

Unit Analisis Tema

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MKekuasaan 2 2 2 2 2

CR=0,72 100%

CR= 72%

0,72

5 107 7 14CR=

2

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 85%

26 12CR= 7 7

14

0,85

1 2

2MCR= N N

N 1 & N 2

N 1 & N 2

CR= N N

2M

1 2

CR= 7 7

14

1

27 14

CR= 100%

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 27 7 14

7 14 1

CR=1100%

CR= 100%

Page 14: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Tema

Ketergantungan 1 1 1 0 0Dominasi Laki-laki 2 2 2 2 2Kultur Sosial 1 1 1 1 1Penindasan 1 1 1 2 1

7 7 7 7 6

Unit Analisis Konflik

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 M

KonflikFisik 3 2 2 2 2Psikis 4 5 4 5 4

7 7 6 7 6

N 1 & N 2

CR= N N

2M

1 2

CR= 7 7

14

1

27 14

CR= 100%

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 27 7 14

6 12 0,85

CR=0,85 100%

CR= 85%

N 1 & N 2

CR= N N

2M

1 2

CR= 7 7

14 0,85

CR= 0,85 100%

26 12

CR= 85%

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 27 7 14

6 12 0,85

CR=0,85 100%

CR= 85%

Page 15: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Unit Solusi dalam Konflik

Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 M

Solusi dalam konflik

Perempuan cenderung mengalah

5 5 5 4 4

Perempuan rela berkorban 1 1 1 2 1Perempuan tetap padapendiriannya

1 1 1 1 1

7 7 7 7 6

Rincian Hasil Koding Unit Analisis dan Kategori

Unit Analisis KategoriN 1

(Angela)

N 2

(Adhe)

M N 3

(Dion)

M CR

Kandungan Pesan Budaya Patriarki 7 7 7 6 6 100

Karakteristik Perempuan

Tidak tegas 1 1 1 1 1

92

Patuh 1 2 1 2 1

Lemah 2 1 1 2 1

Tidak Berkuasa 1 1 1 1 1

Emosional 1 1 1 0 0

CR=0,85 100%

CR= 85%

12

0,857 7 14

CR= 2 6

N 1 & N 3

CR= 2M

N1 N3

CR= 100%

27 14CR=

7 7

14

1

1 2

2MCR= N N

N 1 & N 2

Page 16: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Tabah 1 1 1 1 1

Peran PerempuanDomestik 7 7 7 7 7

85Publik 1 0 0 0 0

Karakteristik Laki-laki

Tegas 1 1 1 1 1

85

Berpengaruh 1 2 1 2 1

Kuat 2 2 2 2 2

Berkuasa 2 1 1 2 1

Agresif 1 1 1 0 0

Peran Laki-laki Publik 7 7 7 7 7100

Domestik 0 0 0 0 0

Tema

Kekuasaan 2 2 2 2 2

100

Ketergantungan 1 1 1 0 1

Dominasi Laki-laki 2 2 2 2 2

Kultur Sosial 1 1 1 1 1

Penindasan 1 1 1 2 1

Konflik Fisik 3 2 2 2 2 85

Psikis 4 5 4 5 4

Solusi dalam konflik

Perempuan cenderungmengalah

5 5 5 4 4

100Perempuan relaberkorban

1 1 1 2 1

Perempuan tetappada pendiriannya

1 1 1 1 1

Pembahasan

Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Jenderal Kusumadewa

kepada Beth dan Ibunya dalam film ini sebenarnya dapat dianggap sebagai

‘gangguan’ yang mempengaruhi pola kehidupan dan pola interaksi antara sesama

Page 17: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

baik individu maupun kolektif.

Setting film ini adalah masa sekarang, maka tampilan patriarkinya pun

berbeda dengan film- film setting jaman dulu, yang (mungkin) gambaran

patriarkinya terlihat lebih jelas. Film yang menunjukkan suasana keluarga jaman

sekarang yang ternyata tidak mampu menghilangkan kepatriarkiannya, walaupun

diceritakan bahwa Beth dan keluarganya berasal dari kalangan berada yang

pastinya jelas mengenyam pendidikan yang layak, tapi agaknya hal ini tetap tidak

dapat menyembunyikan ketimpangan gender yang ada. Pada masa sekarang ini

banyak diasumsikan bahwa semakin banyak orang terdidik atau bersekolah

terutama mereka yang sempat duduk di perguruan tinggi, memiliki pandangan

yang luas, namun ternyata dalam film ini mencerminkan fenomena yang berbeda

dengan teorinya.

Pesan yang ditampilkan film ini masih berkisar tentang ketimpangan

gender dan penggambaran citra perempuan yang berat sebelah, dimana menurut

penulis tidak dapat dihapus dari masyarakat kita. Citra perempuan dalam film

Indonesia terlalu sering digambarkan sebagai manusia yang kurang akal, lekas

marah, mudah menangis, dan terlalu banyak bicara.

Kalaupun ada digambarkan yang mandiri maka penggambaran tersebut

ditampilkan sebagai conoh yang melawan kenyataan di tengah masyarakat.

Kemunculan citra yang positif hanya digambarkan sebagai yang bertanggung

jawab di rumah dan sudah pada tempatnyalah kalau perempuan bernaung dibawah

laki-laki.

Page 18: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Film ini mencerminkan keadaan masyarakat kita di era modern yang

ternyata masih menyimpan ketidakadilan gender. BETH bukanlah satu-satunya

film yang mencerminkan ketimpangan gender, masih banyak film-film lain

bahkan yang judulnya tidak mengandung gender sekalipun mengandurng unsur

yang memperlihatkan keadaan masyarakatnya. Walaupun pada akhirnya

diceritakan berbeda-beda sesuai dengan selera pribadi si sutradara dan juga

mnegandung pesan apa yang ingin disampaikan kepada penontonnya.

Pada teori sebelumnya yang menyatakan bahwa film memiliki dampak

kepada masyarakat luas, yang karena film merupakan media massa, begitu pula

yang terjadi pada film BETH. Pada akhir film ini kita bisa mendapati akhir yang

tragis dan menyesakkan dada. Kekejaman yang dilakukan oleh seorang ayah

disini seakan mau mengingatkan kepada penontonnya untuk tidak mengulangi

kejadian pada film dan juga supaya penonton lebih mawas diri, karena ternyata di

era yang modern ini masih terdapat perilaku yang tidak se modern jamannya.

Hal ini membuat penulis semakin yakin bahwa benar adanya bahwa setiap

film memiliki pesan tersendiri yang coba dibagikan oleh sutradara kepada

penontonnya. Selain itu tema yang seringkali sama adalah cerminan dari

masyarakatnya, jika masyarakat belum mampu merubah perilaku mereka, maka

film pun tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini disebabkan juga mental masyarakat

Indonesia yang masih sulit menerima film atau apa saja yang agak melenceng dari

yang seharusnya.

Kesimpulan

Page 19: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Berdasarkan pengkodingan dan hasil analisis, serta merujuk pada perumusan

masalah yang ada, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu:

Bahwa budaya patriarki yang diwakilkan lewat laki-laki yang patriarkis

memandang perempuan dengan sebelah mata pun di dalam film. Hal ini terbukti

pada penggambaran karakteristik perempuan yang dianggap tidak tegas (14,3%),

patuh (14,3%), tidak berkuasa (14,3 %), lemah (28,5%), tabah (14,3%), dan

sedikit emosional (14,3%). Semuanya berbanding terbalik pada karakteristik laki-

laki yang dinyatakan kuat (28,5%), berpengaruh (14,3%), berkuasa (28,5%), tegas

(14,3%), dan agresif (14,3%). Data di atas membuktikan bahwa pandangan

tentang citra perempuan sebagai makhluk yang tidak sebanding dengan laki-laki

masih melekat. Budaya Patriarki masih memandang kehadiran atau citra

perempuan belumlah mendongkrak sehingga masih diartikan sebagai warga kelas

dua.

Film yang berdurasi 84 menit ini bercerita tentang dominasi laki-laki

terhadap perempuan yang dari tujuh scene hampir seluruhnya mendukung bahwa

perempuan pada film ini memang sangat dimarginalkan oleh dominasi tadi.

Dominasi adalah masalah kekuasaan, siapa lebih berkuasa maka otomatis akan

mendominasi lainnya. Hal inilah yang dialami para perempuan, karena dianggap

powerless daripada laki-laki, maka mereka sering kali didominasi oleh laki-laki.

Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa selain sebagai media

yang selama ini dinilai lebih banyak menyampaikan ideologi atau pesan tertentu,

ternyata film juga merupakan cerminan dari suatu masyarakat tertentu.

Page 20: onlysenja.files.wordpress.com  · Web viewJenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan . Intercorder Coeficient. Reliability

Masyarakat yang memiliki kecenderungan untuk menilai gender dengan tidak adil

akan banyak mempengaruhi filmnya. Sementara masyarakat yang negaranya

adikuasa seperti Amerika Serikat, film- filmnya pun banyak menceritakan betapa

berkuasanya mereka, dan juga tentang perseteruannya dengan Rusia banyak

menghiasi perfilman mereka, sehingga tidak jarang negara saingannya ini

digambarkan sebagai yang jahat. Di Rusia pun sebaliknya, film-filmnya

menggambarkan Amerika sebagai musuh utama mereka. Sekali lagi penulis

tekankan bahwa tema perfilman banyak dipengaruhi oleh masyarakat yang

merupakan imbas dari keadaan negara saat itu, jika keadaan negara membaik dan

masyarakat juga berubah, maka barulah film Indonesia menjadi lebih kaya tema.

Daftar Pustaka

Mulawarman, K. (1999). Analisis Isi Tentang Sosok Perempuan dalam Film

Gadis Metropolis. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Sakina, A. I., & A., D. H. S. (2017). Menyoroti Budaya Patriarki Di Indonesia.

Share : Social Work Journal, 7(1), 71.

https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820

Thompson, J. (2004). Kritik Ideologi Global; Teori Kritis tentang Relasi Ideologi

& Komunikasi Massa. Yogyakarta: IRCiSuD.