muchammadridwansby.files.wordpress.com€¦ · web viewenvironmental infrasuctrure dan...
TRANSCRIPT
ENVIRONMENTAL INFRASUCTRURE dan PENGARUHNYATERHADAP SUSTAINABLE DEVELOPMENT
OLEH : MASFIAH DIANA F, MUCHAMMAD RIDWAN, YUSTINA ANDRIANI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Abstrak: Dalam suatu negara pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sangat penting. Namun dalam pelaksanaannya pembangunan selalu bersanding dengan lingkungan. Diharapkan dalam pembangunan selalu memperhatikan lngkungan atau pembangunan yang berwawasan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembangunan terhadap keadaan lingkungan di Surabaya. Surabaya sudah mulai menerapkan pembangunan yang berwawasan lingkungan namun faktanya masih dijumpai masalah lingkungan di Surabaya. Hal ini dikarenakan pembangunan environtment infrastructure di Surabaya masih belum mampu meredam masalah lingkungan yang sering terjadi di Surabaya.
LATAR BELAKANG
Selalu ada trade off dalam pembangunan. Di satu sisi pembangunan dapat
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun di sisi lain pembangunan yang
selama ini berjalan banyak yang menimbulkan kerusakan lingkungan kerusakan
lingkungan yang terjadi diantaranya adalah pencemaran air, tanah, dan udara,
bertambahnya konsentrasi gas rumah kaca, perubahan fungsi lahan, pengalihan DAS, dan
seterusnya. Jika hal ini terus berlanjut, dapat dipastikan bahwa lingkungan kita tidak akan
dapat memenuhi kebutuhan manusia lagi dalam kurun waktu 2 atau 3 generasi mendatang.
Kekhawatiran akan ketidakseimbangan alam dan manusia, membuat manusia
dituntut untuk berinovasi dalam menjaga sustainable yield serta absorptive capacity.
Berbagai kebijakan dan peraturan terus diterapkan seperti adanya undang – undang no 26
tahun 2007, undang-undang no 28 tahun 2002 dalam rangka menjaga keberlangsungan
hidup khalayak ramai. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah serta masyarakat,
diantaranya melalui penggunaan energi alternatif, pembatasan ekspolitasi lingkungan, dan
sebagainya. Diantara yang menarik perhatian adalah konsep environmental
infrastrucuture. Yakni sebuah konsep yang berusaha untuk menyatukan pembangunan
infrastruktur dan menjaga keberlangsungan lingkungan. Yakni adanya pembangunan
infrastruktur yang merupakan fasilitas untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
mendukung pembangunan berkelanjutan.
Dengan adanya pembangunan environmental infrastucuture diharapkan dapat
mengurangi kepelikan masalah pembangunan yang selama ini dikatakan menggusur peran
alam sehingga berbagai masalah alam pun bermunculan seperti banjir yang terjadi di
berbagai daerah, suhu udara yang semakin meningkat, polusi dan pencemaran di berbagai
bidang dan sederet masalah lingkungan lain yang terjadi.
Diantara daerah yang sedang gencar-gencarnya menerapkan environmental
infrastructure adalah Surabaya. Berbagai jalur hijau, taman terbuka, drainase, sanitasi, dan
kebijakan lain telah berusaha untuk diterapkan. Namun, Surabaya masih kerap ditimpa
masalah lingkungan seperti udara yang panas, emisi gas yang cukup tinggi, genangan air di
jalan raya ketika hujan. Semua hal ini tidaklah sesuai dengan ekspektasi dari
pembangunan environmental infrastructure. Hal apakah yang sebenarnya terjadi dia daerah
Surabaya sehingga pembangunan environmental infrastructure di daerah tersebut yang
seharusnya diiringi oleh perbaikan lingkungan, belum bisa diwujudkan???
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang baik dari
sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya keharmonisan dengan
alam (Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur yang
berwawasan lingkungan, maka dalam setiap tahapan pembangunan harus memperhitungkan
dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan
sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Berbagai upaya dilakukan untuk mengukur ketersediaan sumber daya, sehingga
banyak konsep pengukuran sumber daya bermunculan, diantaranya adalah konsep Rees
(1990). Yang membaginya ke dalam beberapa kompoonen.pertama untuk kelompok
sumber daya stok (tidak terbarukan) beberapa konsep pengukuran yang digunakan antara
lain :
1. Sumber daya hipotetikal. Adalah konsep pengukuran deposit yang belum
diketahui namun diharapkan ditemukan pada masa mendatang berdasarkan
survei yang dilakukan saat ini.
2. Sumber daya spekulatif. Konsep pengukuran ini digunakan untuk mengukur
deposit yang mungkin ditemukan pada daerah yang sedikit atau belum
dieksplorasi, dimana kondisi geologi memungkinkan ditemukannya deposit.
3. Cadangan kondisional (conditional reserves) adalah deposit yang sudah
diketahui atau ditemukan namun dengan kondisi harga output dan teknologi
yang ada saat ini belum bisa dimanfaatkan secara ekonomis.
4. Cadangan terbukti (proven resource) adalah sumber daya alam yang sudah
diketahui dan secara ekonomis dapat dimanfaatkan dengan teknologi, harga dan
permintaan saat ini.
Untuk sumber daya dapat diperbarui ada beberapa konsep yang pengukuran
ketersediaan yang serig digunakan. Pengukuran tersebut antara lain :
1. Potensi maksimum sumber daya
Konsep ini pada pemahaman untuk mengetahui potensi atau kapasitas sumber
daya guna menghasilkan barang dan jasa dalam jangka waktu
tertentu.pengukuran potensial maksimum lebih didasarkan pada kemampuan
biiofisik alam tanpa mempertimbangkan sosial ekonomi yang ada.
2. Kapasitas Lestari
Adalah konsep pengukuran berkelanjutan dimana ketersediaan sumber daya
diukur berdasarkan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan bagi generasi
kini maupun generasi mendatang.
3. Kapasitas Penyerapan
Adalah kemampuan sumber daya alam untuk dapat pulih untuk menyerap
limbah akibat aktivitas manusia.
4. Kapasitas daya dukungPengukuran kapasitas ini didasarkan pada pemikiran
bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu
pertumbuhan organisme
Indonesia adalah negara dengan nilai budaya dan nilai religi yang tinggi seharusnya
dapat melakukan pendekatan untuk menyelesaikan masalah lingkungan, salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah menerapkan “Tri Hita Karana” yakni sebuah
konsep yang mengambil 3 cara untuk mencapai keharmonisan yakni menjaga hubungan
baik antara manusia dengan tuhan (spirituality) manusia dengan manusia (humanity) serta
manusia dengan lingkungannya (ecological harmony). (Elgar, 2013)
Panayotou, T (2003), menggambarkan kaitan antara tahapan pembangunan ekonomi
dengan degradasi lingkungan dalam bentuk kurva Kuznet yang dikenal sebagai
Environmental Kuznet Curve – EKC yang dibagi atas tiga tahap, mengilustrasikan bahwa
pada tahap pertama, pembangunan ekonomi akan diikuti oleh peningkatan kerusakan
lingkungan yang disebut sebagai pre-industrial economics, tahap kedua dikenal sebagai
industrial economics, dan tahap ketiga, dikenal sebagai post-industrial economics (service
economy). Industrialisasi berawal dari industri kecil dan kemudian bergerak ke industri
berat. Pergerakan ini akan meningkatkan penggunaan sumberdaya alam, dan peningkatan
degradasi lingkungan. Setelah itu industrialisasi akan memperluas perannya pada
pembentukan produk nasional domestik yang semakin stabil. Adanya investasi asing juga
telah mendorong terjadinya transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri.
Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian suatu negara akan menyebabkan
terjadinya peningkatan polusi di negara tersebut. Pada tahap berikutnya transformasi
ekonomi akan terjadi berupa pergerakan dari sektor industri ke sektor jasa. Pergerakan ini
akan diikuti oleh penurunan polusi yang sejalan dengan peningkatan pendapatan. Selain itu
peningkatan permintaan akan kualitas lingkungan berjalan seiring dengan peningkatan
pendapatan. Pada gilirannya peningkatan pendapatan akan diikuti oleh peningkatan
kemampuan masyarakat untuk membayar kerugian lingkungan yang ditimbulkan oleh
kegiatan ekonomi.
Environmental Kuznets Curve ini dikenal sebagai teori pertama yang
menggambarkan bagaimana hubungan antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan
degradasi lingkungan sebuah negara. Menurut teori ini ketika pendapatan suatu negara
masih tergolong rendah, maka perhatian nagara tersebut akan tertuju pada bagaimana cara
meningkatkan pendapatan negara, baik melalui produksi, investasi yang mendorong
terjadinya peningkatan pendapatan dengan mengesampingkan permasalahan kualitas
lingkungan. Akibatnya pertumbuhan pendapatan akan diikuti oleh kenaikan tingkat polusi
dan kemudian menurun lagi dengan pertumbuhan yang tetap berjalan. Teori ini
dikembangkan atas dasar permintaan akan kualitas lingkungan yang meningkatkan
pengawasan sosial dan regulasi pemerintah sehingga masyarakat akan lebih sejahtera
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian bersifat kualitatif yakni dengan memberikan kuisioner dan juga
wawancara kepada masyarakat Surabaya asli maupun masyarakat luar Surabaya yang
mengetahui keadaan situasi dan kondisi di Surabaya untuk mendukung hasil maka
dimasukkan pula beberapa data pendukung yang diperlukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur yang dikenal sebagai Kota Pahlawan
Letak : 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit BT (Bujur Timur)
Ketinggian : 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah), kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air laut
Batas Wilayah : Sebelah Utara : Selat MaduraSebelah Timur : Selat MaduraSebelah Selatan : Kabupaten SidoarjoSebelah Barat : Kabupaten Gresik
Luas Wilayah : 32.637,30 HaJumlah Kecamatan
: 31
Jumlah Desa /Kelurahan
: 160
Kelembapan Udara
: rata-rata minimum 50% dan maksimum 92%
Tekanan Udara : rata-rata minimum 1942,3 Mbs dan maksimum 1012,5 MbsTemperatur : rata-rata minimum 23,6 °C dan maksimum 33,8 °CMusim kemarau : Mei – OktoberMusim hujan : Nopember – April
Curah Hujan : rata-rata 165,3 mm, curah hujan diatas 200 mm terjadi pada bulan Januari s/d Maret dan Nopember s/d Desember
Kecepatan Angin : rata-rata 6,4 Knot dan maksimum 20,3 KnotArah Angin Terbanyak
: Januari : BaratFebruari : Barat-Barat LautMaret : Barat-Barat LautApril : Barat-Barat LautMei : TimurJuni : TimurJuli : TimurAgustus : TimurSeptember : TimurOktober : TimurNopember : Timur-BaratDesember : Barat-Barat Laut
Penguapan Panci Terbuka
: rata-rata 143,2
Struktur Tanah : terdiri atas tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, di bagian barat terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi
Topografi : 80% dataran rendah, ketinggian 3-6 m, kemiringan < 3 %20% perbukitan dengan gelombang rendah, ketinggian < 30 m dan kemiringan 5-15%
Surabaya merupakan daerah yang pesat dalam pembangunan namun di sisi lain juga sudah mulai peduli dengan masalah lingkungan. Sudah mulai tampak berbagai usaha untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan pada era sebelumnya. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan beberapa peraturan yang tertuang dalam perda dan juga dengan mengadakan pembangunan secara langsung berbagai infrastruktur yang mendukung jalannya penananganan masalah lingkungan. Seperti beberapa peraturan terbaru yang diluncurkan oleh pemerintah Kota Surabaya yakni Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyediaan Ruang Bagi Pedagang Kaki Lima di Pusat Perbelanjaan Dan Pusat Perkantoran di Kota Surabaya. Nomor 8 Tahun 2014 tentang Penataan Toko Swalayan di Kota Surabaya. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445), Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4116), Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2004 Nomor 1/E).
Salah satu tujuan dari kedua peraturan tersebut adalah supaya pelaksanaan tata lingkugan semakin mudah dan kepedulian kepada lingkungan semakin meningkat.
PERATURAN TERKAIT LINGKUNGAN HIDUP
No. KOMPONEN BENTUK PERATURAN DAN ATAU PEDOMAN TEKNIS
NOMOR DAN TANGGAL
PENGESAHANTENTANG
1.Pengolahan Lingkungan
Hidup
Perda No. 4 Tahun 2010 Ijin Gangguan
Perda No. 2 Tahun 2004 Pengelolaan Kualitas Air dan pengandalian Percemaran Air
Perda No. 16 Tahun 2003 Pengelolaan Air Bawah TanahPerda No. 3 Tahun 2008 Pengendalian Pencemaran Udara
Perda No. 5 Tahun 2008 Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Rokok
Perda No. 3 Tahun 2007 Rencata Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Perda - Review UU No. 26 Th. 2007 -
Review RTRW Kota Surabaya Berdasarkan UU No. 26 Tahun
2007
Peraturan Walikota No. 22 Tahun 2006 Pelaksanaan Perda Kota Surabaya No. 1 Tahun 2004
Peraturan Walikota No.5 Tahun 2009 Pelaksanaan Perda Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
2.Pengelolaan kebersihan/
sampah
UU No. 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah
Perda No. 4 Tahun 2000 Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
Perda No. 7 Tahun 2002 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Perda No. 18 Tahun 2000 Ijin Pemotongan Pohon
3. RTH Instruksi Walikota No. 5 Tahun 2003 Pelaksanaan Program Satu Jiwa Satu Pohon (Sajisapo)
Upaya pemerintah Surabaya untuk menuju kota yang ramah lingkungan dan peduli
dengan pengadaan ruang terbuka hijau, transportasi massa, pengelolaan sampah, sanitasi
Ruang terbuka hijau yang ideal paling sedikit 30% dari luas wilayah kota (UU No.26 tahun
2007, pasal 29 ayat 2). Ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain,
olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur
nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.
Jumlah Emisi Karbon Total Surabaya Bagian Timur (Surabaya Utara dan Timur)
NO. Jenis Jalan Emisi Rata-rata (kg/jam.km)
Panjang Jalan (km)
Emisi Total (kg/jam)
1. Arteri Primer 986,01 26,024 25.659,832. Arteri Sekunder 1.173,52 48,97 57.467,303. Kolektor Primer 498,83 3,63 1.810,744. Kolektor Sekunder 1.126,58 46,262 52.118,035. Lokal 815,51 1.552,88 1.266.388,40
Total 1.677,76 1.403.444,30
Jumlah Emisi Karbon Total Surabaya Bagian Barat (Surabaya Pusat, Barat dan Selatan)
NO. Jenis Jalan Emisi Rata-rata (kg/jam.km)
Panjang Jalan (km)
Emisi Total (kg/jam)
1. Arteri Primer 2.014,92 54,03 108.866,102. Arteri Sekunder 1.401,16 27,98 39.204,463. Kolektor Primer 1.237,01 58,73 72.649,604. Kolektor Sekunder 927,87 50,76 47.098,685. Lokal 210,95 935,78 197.402,80
Total 1.127,28 465.221,70
Oleh sebab itu untuk mengimbangi emisi gas yang ada di Surabaya, dibangunlah
ruang terbuka hijau dengan berbagai komponen yang berbeda. Setiap komponen
diharapkan dapat menyerap emisi gas sehingga polusi akibat kendaraan maupun industri di
Surabaya dapat diminimalisir.
Luas ruang terbuka hijau di Surabaya.
No Jenis RTH Luas (Ha)1 Taman dan Jalur Hijau Kota 70,252 Taman Bermain Anak 10,863 Lapangan Olahraga 33,684 Makam 157,515 Verivikasi (Penyerahan Aset) 35,96
Jumlah 308,26
Komponen ruang terbuka hijau
No. Tipe PenutupanDaya serap
gas CO₂ (kg/ha/jam)
Daya serap gas CO₂
(ton/ha/th)1. Pohon 129,92 569,072. Semak Belukar 12,56 553. Padang Rumput 2,74 124. Sawah 2,74 12
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luas total ruang terbuka hijau di Kota
Surabaya adalah sebesar 308,26 Ha. Jika dibandingkan dengan luas Kota Surabaya yang
memiliki luas sebesar 32.637,06 Ha, maka luas ruang terbuka hijau masih jauh dari luas
ideal yang ditetapkan dalam UU No.26 Tahun 2007 Pasal 29 ayat 2. Dalam Undang-
undang tersebut dijelaskan bahwa luas ideal ruang terbuka hijau di suatu kota adalah 30%
dari luas wilayah kota. Jika dilakukan perhitungan, luas ruang terbuka hijau di Kota
Surabaya hanya sekitar 1% dari luas wilayah Kota Surabaya. Agar luas ruang terbuka hijau
di Kota Surabaya ideal, maka diperlukan penambahan atau perluasan ruang terbuka hijau
seluas 9.482,85 Ha.
Daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan pohon adalah sebesar 569,07 ton/ha/th.
Daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan semak adalah sebesar 55 ton/ha/th. Daya serap gas
CO 2 untuk tipe tutupan rumput adalah sebesar 12 ton/ha/th. Di wilayah Surabaya Pusat
luas tutupan pohon adalah sebesar 3,44 Ha, sedangkan luas tutupan semak adalah sebesar
0,79 Ha dan luas tutupan rumput adalah sebesar 2,82 Ha. Dari data tersebut dapat dihitung
daya serap total dengan mengkalikan daya serap gas CO 2 tipe tutupan vegetasi dengan
luas tutupan vegetasi.
Selain mengadakan ruang terbuka hijau, hal lain yang berusaha diterapkan di
Surabaya adalah adanya mass transportation. Sehingga dapat mengurangi jumlah
kendaraan pribadi yang ada di jalanan Surabaya, mengingat kepadatan jalanan di Surabaya
utamanya di jalan-jalan protokol, sudah mencapai titik yang cukup ekstrim.
Data Lalu-Lintas Harian di Surabaya.
NO NAMA JALAN VOLUME LHR RATA-
RATA/ TAHUN
2013 Tahap 1
2013 Tahap 2
2014 Tahap 1
2014 Tahap 2
1. Ahmad Yani 133.200,60 117.771,60 176.038,50 163.555,4
0 -0,31%
2. TO. Wilangon 21.178,40 37.319,20 36.670,20 39.386,00 13,49%3. Perak Barat 50.784,50 51.838,20 56.349,00 27.244,00 -7,97%4. Perak Timur 27.485,50 26.848,00 29.210,00 24.162,10 8,35%5. Lakarsantri 22.486,20 15.230,90 26.661,50 19.145,70 1,18%
6. Mastrip (Karangpilang) 32.014,30 27.218,50 39.455,60 22.518,20 5,10%
7. Wonokromo 174.489,30 129.682,20 177.121,80 155.765,8
0 2,14%
8. Mayjen Sungkono 149.134,50 44.379,60 97.899,10 82.046,30 -1,53%9. Gemblongan 52.784,50 37.314,20 49.167,30 47.079,60 -3,41%10. Bubutan 38.778,20 32.658,20 43.346,10 50.617,00 -1,15%11. Kedungdoro 39.738,40 49.070,70 49.070,10 43.560,10 4,54%12. Tandes 38.778,20 38.108,70 29.883,80 35.328,20 1,75%13. Kertajaya 66.490,80 68.062,00 59.736,10 70.327,70 0,62%14. Gubeng 42.712,50 40.893,80 65.474,60 77.958,70 -5,95%15. Embong Malang 56.424,10 59.703,90 55.479,90 50.577,80 8,30%
16. Urip Sumoharjo 165.255,40 124.114,30 110.123,70 99.992,00 9,49%
17. Dupak 55.143,90 63.014,70 63.014,70 70.059,40 22,93%18. Prof. Dr. Mustopo 56.352,80 75.138,90 85.514,00 84.898,00 1,76%19. Diponegoro 59.099,40 61.301,80 94.050,40 63.455,50 1,07%20. Raya Rungkut 30.240,90 43.512,50 28.871,10 31.950,60 0,85%21.. Raya Arjuno 42.786,40 39.858,60 65.624,80 46.377,20 3,58%22. Pemuda 67.332,80 14,9 63.741,60 62.944,50 -10,35%23. Panglima Sudirman 78.778,10 73.905,80 80.587,20 69.672,10 8,90%24. Indrapura 27.323,60 51.172,80 50.035,80 31.255,30 16,79%25. Basuki Rahmat 52.415,90 79.670,90 79.670,90 71.234,70 6,88%26. Kedung Cowek 40.439,00 43.117,60 19.744,00 40.891,50 10,38%
RATA-RATA 3,75%
Oleh sebab itu pemerintah Kota Surabaya selalu berusaha untuk menmperbaiki
transportasi massa baik secara kualitas maupun kuantitas. Berbagai program untuk
mendukung pertumbuhan transportasi massa dan kenaikan jumlah minat pengguna
transportasi massa terus dilakukan. Dengan tersedia transportasi massa diharapkan
masyarakat Surabaya dapat mengurangi konsumsi menggunakan kendaraan pribadi dan
beralih ke transportasi massa sehingga dapat mengurangi tingkat polusi yang disebabkan
oleh kendaraan bermotor.
Data Jumlah Transportasi Massa di Surabaya
NO NAMA KENDARAAN JUMLAH
1 MIKROLET 4721
2 TAKSI 4893
3 BUS KOTA 274
4 ANGGUNA 341
TOTAL 10.229
Langkah lain yang diterapkan oleh pemerintah Kota Surabaya adalah dengan
adanya pengelolaan sampah dan sanitasi. Untuk pengelolaan sampah, Surabaya
menerapkan sistem pengolahan sampah berbasis masyarakat. Dimana sampah tidak serta
merta dibuang dan ditumpuk lantas dikumpulkan di TPA (tempat pembuangan akhir)
namun juga dimanfaatkan. Dalam program ini, masyarakat dituntut untuk aktif berperan
serta dalam pengelolaan sampah. Program ini mengedepankan proses pengurangan dan
pemanfaatan sampah (minimalisasi sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk
mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari
proses produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah. Keuntungan
dari metode ini adalah: mengurangi ketergantungan terhadap TPA (tempat pembuangan
akhir), meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan, dan terciptanya peluang
usaha bagi masyarakat. Metode minimalisasi sampah mencakup tiga usaha dasar yang
dikenal dengan 3R, yaitu reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali), dan recycle
(mendaur ulang).Untuk sampah basah dijadikan kompos yang dapat dijadikan sebagai
kompos maupun dijual kepada pedagang bunga. Sedangkan untuk sampah kering dijadikan
sebagai kerajinan tangan yang dapat dijual pula. Untuk sanitasi pemrintah Surabaya sudah
berupaya untuk menganggarkan dana untuk drainase, higiens, air limbah, dan juga air
minum. Setiap tahunnya pemerintah kota Surabaya menganggarkan sekitar 600 juta utuk
sanitasi. Berbagai program dicanangkan, seperti program pemipaan limbah dan saluran air
bawah tanah.
Selain itu Surabaya juga menerapkan pengelompokkan daerah industri. Yakni
adanya daerah industri di Rungkut. Adanya kawasan industri ini dimaksudkan untuk
meminimalisir pencemaran akibat industri di semua daerah Surabaya. Selain itu Surabaya
juga sudah mulai mengurangi penerimaan izin untuk mendirikan industri, utama industri
yang bersifat pabrikan karena kedepannya, Surabaya akan dikembangkan sebagai kawasan
dengan leading sector jasa, bukan industri. Selain itu pada beberapa jalan, selalu diadakan
car free day. Setiap 1 minggu sekali tepatnya pada hari minggu pagi, beberapa ruas jalan di
Surabaya ditutup dikarenakan adanya car free day, sehingga sejenak udara di Surabaya
dapat refresh.
Contoh kegiatan pembangunan berwawasan lingkungan di Surabaya
Sebuah pembangunan akan berhasil manakala terjadi kesamaan tujuan dan
informasi antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian diambil
berdasarkan pernyataan pemerintah dan juga penilaian ataupun pernyataan dari masyarakat.
Agar dapat ditemui titik tengah permasalahan, mengapa Surabaya yang pemerintahnya
gencar melakukan kepedulian lingkungan, melalui green economy maupun program-
program lainnya belum mampu membawa Kota Surabaya menjadi Kota yang non-problem
dengan lingkungan.
Hasil yang ditemukan di lapangan mengatakan bahwa, masyarakat masih banyak
yang belum memahami dan mengerti akan fungsi penyediaan environmental infrastructure
yang disiapkan pemerintah. Sehingga tersedia infrastruktur tidak disertai dengan keinginan
masyarakat maupun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Masih
banyak ditemui masyarakat yang melakukan pembangunan gedung tidak sesuai ketentuan
pemerintah, tidak menaati dan tidak berpartisipasi dalam program pemerintah.
Kurangnya dukungan dari masyarakat ini disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya adalah fasilitas yang disediakan kurang memadai, sulitnya proses untuk
mengikuti program yang dilaksanakan, dan juga problematika lain yang paling penting
adalah tidak adanya kesamaan informasi antara yang pemerintah sampaikan dengan yang
diterima oleh masyarakat.
Permasalahan lingkungan di Surabaya, dapat diatasi dengan beberapa cara.
Diantaranya adalah, meningkatkan RTH hingga mencapai standar yang ditetapkan,
peningkatan kualitas bahan bakar, hanya mengizinkan kendaraan yang lolos uji kelayakan
untuk beroperasi di jalan raya. Di beberapa titik terdapat permasalahan parkir on-street.
Hampir sebagian besar jaringan jalan arteri primer di Surabaya sudah melampaui standar
kapasitas dalam perundang-undangan. Hal ini telah memperparah kemacetan di jalan-jalan
arteri Kota Surabaya. Salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota
Surabaya adalah pengaturan waktu awal kegiatan (WAK). Pengaturan diterapkan antara
jadwal masuk kerja kantor dengan jadwal masuk sekolah. Jadwal masuk sekolah lebih
dahulu dibandingkan dengan jadwal masuk kerja kantor. Dengan program ini diharapkan
kemacetan di waktu pagi bisa diatasi. Begitu pula dengan pembagian jam pulang sehingga
kemacetan di waktu sore juga dapat diminimalisir.
Selain poin-poin di atas, perlu diperhatikan poin lainnya yakni, pemerataan
pembangunan, dan pengimplementasian program pada semua daerah di Surabaya. Seperti
pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang baru berada di sebagian wilayah Surabaya
sebaiknya dikembangkan ke seluruh wilayah bagian Surabaya. Pemenuhan sanitasi juga
harus meliputi seluruh bagian Surabaya karena berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Surabaya tahun 2012 lalu, ada 160 kelurahan yang ada di Surabaya. Ternyata ada 134
kelurahan yang warganya masih buang air besar sembarangan. Sedangkan kelurahan yang
benar-benar bebas dari berak sembarangan hanya berjumlah 26 kelurahan. Kelurahan yang
bebas BABS diantaranya adalah Kelurahan Manukan Kulon, Beringin, Peneleh, Kandangan
serta Sono Kwijenan.
KESIMPULAN
Pembangunan tidak selalu mengorbankan lingkungan. Alangkah baiknya jika setiap
pembangunan selalu memperhatikan lingkungan. Dengan adanya pembangunan yang
berwawasan lingkungan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian tanpa harus
mengorbankan lingkungan. Kota Surabaya sudah mulai menerapkan pembangunan yang
berwawasan lingkungan, salah satunya adalah pembangunan RTH yang bertujuan guna
menurunkan tingkat polusi udara, pengeloaan sampah yang bertujuan meminimalisir polusi
tanah, pengelolaan limbah yang bertujuan untuk menurunkan tingkat polusi air. Dan juga
infrastruktur yang dibangun untuk memperhatikan lingkungan. Namun pengadaan semua
fasilitas tersebut tidak akan ada efeknya apabila tidak ada peran serta dari masyarakat.
Dari keadaan Surabaya dapat diketahui bahwa penyediaan infrastruktur dan fasilitas
berbasis lingkungan yang ada di Surabaya, belum memnuhi standard pembangunan yang
ditetapkan dan juga belum ada dukungan berupa partisipasi penuh dari masyarakat.
Sehingga pembangunan fasilitas belum dapat menurunkan kerusakan lingkungan.
Daftar Pustaka
Adiastari, Ratri. 2012. Kajian Mengenai Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi
Karbon di Kota Surabaya.
Elgar, Edward. 2013. Regulating Disasters, Climate Change and Environmental Harm :
Lessons from the Indonesian Experience.
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan: teori dan aplikasi.
Jakarta.
Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dalam Usaha Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum Edisi III 2006. Jakarta.
Panayotou, T., “Empirical tests and policy anaiysis of environmental degradation at
different stages of economic development,” Working Paper WP238, Technology
and Employment Programme (Geneva: International Labor Office, 1993).
Surabaya.go.id