fhabpfpikub.files.wordpress.com · web view1.2 maksud dan tujuan maksud dari praktikum ini adalah...
TRANSCRIPT
BUKU KERJA PRAKTIKUMFISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
HEMATOLOGI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari cara penilaian darah. Nilai
hematologi berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan dan sebagai acuan nilai
awal atau kontrol dalam suatu penelitian. Adanya gangguan metabolisme,
penyakit, kerusakan struktur atau fungsi organ, pengaruh agen atau obat, dan
stres dapat diketahui dari perubahan profil darah. Keadaan komposisi darah putih
dan darah merah dari organisme dapat dijadikan acuan untuk menilai kondisi
kesehatan organisme tersebut (Fitria dan Sarto, 2014).
Peran utama darah secara umum adalah mengintegrasikan fungsi
tubuh dan memenuhi kebutuhan jaringan khusus. Peran ini dilakukan melalui
transportasi, regulasi dan mekanisme perlindungan. Darah mengirimkan oksigen,
nutrient dan produk sisa dari satu tempat ke tempat lain. Regulasi dilakukan
melalui buffer dalam darah, protein plasma dan transpor panas. Fungsi darah
dalam pertahanan meliputi antibodi dan fagosit untuk melindungi tubuh terhadap
penyakit serta faktor dalam homeostasis (Tambayong, 2000).
Sistem pertahanan alami seperti makrofag dapat dikatakan sebagai kunci
terpenting dalam merespon patogen yang masuk tanpa menunggu waktu
adaptasi. Sel fagosit melakukan kerjanya tanpa memerlukan spesifikasi antigen
dan tidak memerlukan waktu yang banyak. Sel fagosit pada udang diperankan
oleh hemosit terutama sel hyalin. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis
mikroba yang masuk ke dalam tubuh saat terjadinya infeksi (Rozik, 2014).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pewarnaan
struktur darah secara umum pada ikan serta mengetahui mekanisme dan
alat-alat yang berkenaan dengan peredaran darah.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat
melakukan pengamatan sel darah, menghitung sel darah dan mengetahui
struktur sel darah.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi Hematologi dilaksanakan
pada hari Sabtu, 17 Oktober 2020 melalui video conference Google Meet.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hematologi
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya (Arifin, et al., 2012). Pengertian hematologi
menurut Fitria, et al. (2016), adalah ilmu yang mempelajari pemeriksaan kondisi
sel-sel darah perifer dalam kondisi normal maupun patologis. Pemeriksaan darah
dapat menunjukkan kondisi kesehatan hewan.
2.2 Pengertian Darah
Darah adalah cairan yang terkandung dalam sistem kardiovaskular.
Unsur cairan darah adalah plasma dan unsur-unsur pembentuk darah yang
meliputi eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah antara lain
oksigenasi jaringan, gizi jaringan, pemeliharaan keseimbangan asam-basa dan
pembuangan produk limbah metabolisme dari jaringan (Noercholis, et al., 2013).
2.3 Komponen Darah
Handayani dan Haribowo (2008), menyatakan bahwa komponen
penyusun darah adalah sebagai berikut:
a. Plasma darah (cairan)
b. Sel-sel darah (komponen seluler)
Sel-sel darah meliputi eritrosit (sel darah merah), trombosit (keping darah)
dan leukosit (sel darah putih). Leukosit dibagi menjadi dua:
1. Granulosit merupakan sel darah putih yang memiliki butir atau granula
dalam sitoplasma. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.
2. Agranulosit merupakan sel darah putih yang tidak memiliki butir-butir atau
granula. Agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit.
Sumardjo (2008), menyatakan bahwa darah tersusun atas dua komponen
yaitu sebagai berikut:
1. Substansi padat, volumenya terdiri atas 45% yang terdiri atas sel-sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan sel pembeku
(trombosit).
2. Substansi cair, volumenya sekitar 55% yang disebut plasma darah.
Sebagian besar plasma darah (90 – 92%) tersusun atas air dan bahan-
bahan kimia terlarut lainnya.
2.4 Fungsi Darah
Handayani dan Haribowo (2008), menyatakan bahwa fungsi darah dalam
tubuh adalah sebagai berikut:
a. Transportasi yaitu untuk mengambil O2, mengangkut CO2 dan
mengedarkan sari-sari makanan serta hormon.
b. Termoregulasi sebagai pengatur suhu tubuh, yaitu menyebarkan panas
ke seluruh tubuh.
c. Imunitas mengandung antibodi yaitu sebagai pertahanan tubuh terhadap
serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantara leukosit dan
antibodi atau zat-zat anti racun.
d. Homeostasis sebagai pengatur keseimbangan zat, pH dan regulator.
Penelitian lain mengenai fungsi darah menurut Sumardjo (2008), antara
lain:
a) Alat transportasi berbagai jenis bahan kimia, seperti transportasi bahan
makanan yang akan diserap pada usus ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan serta sisa metabolisme ke organ ekskretori.
b) Sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh
sel darah putih.
2.5 Sistem Peredaran Darah pada Hewan Akuakultur
Sistem peredaran pada hewan akuakultur terdapat dua macam yaitu:
a. Sistem Peredaran Darah Terbuka
Sistem peredaran darah terbuka yaitu sistem peredaran darah yang tidak
melalui pembuluh darah. Hewan yang memiliki sistem peredaran darah terbuka
yaitu crustacea, contohnya udang windu (Penaeus monodon). Udang windu
(Penaeus monodon) memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan darah
dan sel darahnya masing-masing dikenal dengan istilah hemolim dan hemosit.
Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah
putih pada vertebrata dan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu sel
hyalin semigranular dan granular. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis
sehingga jumlah total sel hyalin berubah-ubah agar diperoleh keadaan
homeostasis (Rozik, 2014).
b. Sistem Peredaran Darah Tertutup
Sistem peredaran darah tertutup yaitu sistem peredaran darah yang
melewati pembuluh darah. Ikan memiliki sistem peredaran darah tunggal yakni
sirkulasi peredaran darah hanya satu kali melewati jantung. Mekanisme
peredaran darah tunggal pada ikan yaitu darah dari jantung dipompa ke insang
untuk melakukan pertukaran gas kemudian dialirkan ke berbagai organ tubuh,
selanjutnya darah akan kembali ke jantung (Mahyuddin, 2008).
2.6 Proses Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah menurut Tangkery, et al. (2013), yaitu ketika
terjadi luka akan mengakibatkan trombosit pecah. Pecahnya trombosit
mengakibatkan aktifnya enzim trombokinase. Enzim ini bekerja dengan batuan
ion Ca⁺ dan vitamin K yang mengubah protrombin menjadi trombin. Hasil
perubahan tersebut merangsang proses pembentukan benang-benang fibrin
yang disebut dengan fibrinogen. Benang-benang fibrin tersebut akan membuat
luka tertutup.
2.7 Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat yang dapat mencegah terjadinya pembekuan
darah. Antikoagulan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Buatan
Antikoagulan buatan menurut Lessy, et al. (2013), yaitu sebagai berikut:
EDTA (Etilen Diamine Tetra Acid)
Na-sitrat
Na-fis
Heparin
2. Alami
Antikoagulan alami contohnya yaitu:
Lintah (hirudin) (Widaswara, et al., 2012).
Lamprey (Li, et al., 2018).
Kelelawar (draculin) (Low, et al., 2013).
2.8 Pola Termoregulasi
Pola termoregulasi menurut Merta, et al. (2016), dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Poikiloterm (berdarah dingin), yaitu suhu tubuhnya mengikuti suhu
lingkungan. Contoh: Ikan.
2. Homoiterm (berdarah panas), yaitu tidak dapat menyesuaikan diri
dengan suhu lingkungan. Contoh: Mamalia.
2.9 Perbedaan Sistem Imun Ikan dan Udang
a. Sistem Imun pada Ikan
Ikan memiliki sistem imun yang spesifik dan non spesifik. Sistem imun
spesifik pada ikan memiliki sel B dan sel T. Sistem imun non spesifik berupa sel-
sel fagositik (leukosit, granulosit dan agranulosit). Mekanisme kerja limfosit untuk
sistem kekebalan tubuh menurut Utami, et al. (2013), yaitu dengan cara
mengenali antigen melalui reseptor spesifik pada membran sel. Kerja limfosit T
terjadi ketika tubuh atau jaringan terpapar oleh antigen, maka limfosit T tidak
mampu mengenali antigen tanpa melalui reseptor spesifik. Sel reseptor spesifik
akan membuat sel T lebih cepat mengenali antigen yang ada sehingga langsung
memberikan reaksi kekebalan dan menstimulasi sel B untuk mengeluarkan
antibodi alami. Antibodi alami dalam tubuh tersebut berguna untuk melawan
antigen atau penyakit.
b. Sistem Imun pada Udang
Sistem imun pada udang tidak sama dengan sistem imun ikan. Sistem
imun pada udang menurut Ramadhani, et al. (2017), bertumpu pada sistem imun
non spesifik atau innate. Hal ini dikarenakan udang diyakini tidak memiliki
reseptor pengingat terhadap patogen, namun sistem imun non spesifik tersebut
cukup efektif sebagai pertahanan utama. Pertahanan tersebut terdapat pada
hemosit yang berperan dalam sistem imun seluler dan hormonal. Sistem
pertahanan ini akan aktif ketika menerima rangsangan berupa protein dan
karbohidrat seperti lipopolisakarida, peptidoglikan, dan β-glukan yang dimiliki
oleh bakteri, jamur, dan protozoa.
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsinya
a. Pengambilan Sampel Darah
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang pengambilan sampel darah adalah:
Lap basah :
Nampan :
Ember :
Botol vial :
Beaker glass :
Sprayer :
Kamera digital :
Akuarium :
b. Pembuatan Film Darah Tipis
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
hematologi tentang pembuatan film darah tipis adalah:
Object glass :
Pipet tetes :
Nampan :
Kamera digital :
Washing bottle :
Mikroskop binokuler :
c. Perhitungan Eritrosit
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang perhitungan eritrosit adalah:
Haemocytometer :
Pipet toma 0,5 ml :
Cover glass :
Mikroskop binokuler :
Nampan :
Handtally counter :
Kamera digital :
d. Perhitungan Leukosit
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang perhitungan leukosit adalah:
Haemocytometer :
Pipet toma 0,5 ml :
Cover glass :
Mikroskop binokuler :
Nampan :
Handtally counter :
Kamera digital :
e. Perhitungan Hemoglobin
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang perhitungan hemoglobin adalah:
Washing bottle :
Tabung sahli :
Sahlimeter :
Pipet sahli :
Kotak standar warna sahli :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Haemocytometer :
3.1.2 Bahan dan Fungsinya
a. Pengambilan Sampel Darah
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang pengambilan sampel darah adalah:
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) :
Alkohol 70 % :
Na-sitrat :
Tisu :
Kertas label :
Kapas :
Spuit 3 ml :
Tube 1,5 ml :
Trash bag :
Na Fis :
b. Pembuatan Film Darah Tipis
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang pembuatan film darah tipis adalah:
Giemsa :
Methanol :
Akuades :
Sampel darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus):
Tisu :
Kertas label :
Spuit 3 ml :
Tube 1,5 ml :
c. Perhitungan Eritrosit
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang perhitungan eritrosit adalah:
Larutan Hayem :
Akuades :
Sampel darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus):
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Na-sitrat :
d. Perhitungan Leukosit
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang perhitungan leukosit adalah:
Larutan Turk :
Akuades :
Sampel darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus):
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Na-sitrat :
e. Perhitungan Hemoglobin
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Hematologi tentang perhitungan hemoglobin adalah:
HCl 0,1 N :
Akuades :
Sampel darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus):
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Air :
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pengambilan Sampel Darah
Spuit 3 ml
-Diaseptiskan dengan alkohol 70%-Dibilas dengan antikoagulan (Na-sitrat) 0,1 ml
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
-Diaseptiskan bagian yang akan disuntik dengan alkohol 70%-Diambil darahnya dari linea lateralis-Darah dimasukkan ke dalam tube
Hasil
3.2.2 Pembuatan Film Darah Tipis
Darah Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)
-Diteteskan pada objek glass (1 tetes)-Diratakan dengan metode smear-Difiksasi dengan methanol (5-6 tetes) selama 5 menit-Diwarnai dengan pewarna giemsa (1-2 tetes) selama 1-2 menit-Dibilas dengan aquades-Dikeringkan selama 2 menit-Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x-Didokumentasikan
Hasil
3.2.3 Perhitungan Eritrosit
Darah Ikan Lele (Clarias gariepinus)
-Diambil dengan pipet toma sampai skala 0,5-Dicampur dengan larutan hayem sampai skala 101-Dihomogenkan-Dibuang 3 tetes pertama-Diteteskan ke haemochytometer-Ditutup dengan cover glass-Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x-Dihitung eritrosit dengan rumus
= n x 104 (sel/mm3)
Keterangan:n: jumlah eritrosit di kotak yang diambil104: Faktor koefisien
Hasil
3.2.4 Perhitungan Leukosit
Darah Ikan Lele (Clarias gariepinus)
-Diambil dengan pipet toma sampai skala 0,5-Dicampur dengan larutan turk sampai skala 11-Dihomogenkan-Dibuang 3 tetes pertama-Diteteskan ke haemochytometer-Ditutup dengan cover glass-Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x-Dihitung leukosit dengan rumus
= n x 50 (sel/mm3)
Keterangan:n: jumlah leukosit di kotak yang diambil50: faktor koefisien
Hasil
Keterangan
Luas bidang pandang eritrosit
Luas bidang pandang leukosit
Gambar. Luas Bidang Pandang pada Mikroskop
3.2.5 Perhitungan Hemoglobin
Tabung Sahli
-Ditambahkan HCl 0,1 N sampai skala 2
Darah Ikan Lele (Clarias gariepinus)
-Diambil menggunakan pipet sahli sampai skala 0,02 ml-Dimasukkan ke dalam tabung sahli-Dihomogenkan sampai berwarna coklat kehitaman-Ditambahkan akuades hingga warnaya sama dengan indikator warna pada sahlihaemometer
Satuan hasil G%
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengambilan Sampel Darah
4.2 Pembuatan Film Darah Tipis
4.3 Perhitungan Eritrosit
4.4 Perhitungan Leukosit
4.5 Perhitungan Hemoglobin
4.6 Faktor Koreksi
4.7 Manfaat di Bidang Perikanan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H., W. Nofiza dan Elisma. 2012. Pengaruh pemberian jus buah naga Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose terhadap jumlah hemoglobin, eritrosit dan hematokrit pada mencit putih betina. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.17(2): 118-125.
Fitria, L. dan M. Sarto. 2014. Profil hematologi tikus (Rattus norvegicu sberkenhout, 1769) Galur wistar jantan dan betina umur 4, 6, dan 8 minggu. Biogenesis. 2(2): 94-100.
Fitria, L., L. L. Illiy dan I. R. Dewi. 2016. Pengaruh antikoagulan dan waktu penyimpanan terhadap profil hematologis tikus (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) galur wistar. Biosfera. 33(1): 22-30.
Handayani, W. dan A. S. Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika: Jakarta.
Lessy, A., D. S. Paransa dan G. Gerung. 2013. Uji aktivitas antikoagulan pada sel darah manusia dari ekstrak alga coklat Turbinaria ornate. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 2(1): 21-27.
Li, B., M. Gou, J. Han, X. Yuan, Y. Li, T. Li, Q. Jiang, R. Xiao and Q. Li. 2018. Proteomic analysis of buccal gland secretion from fasting and feeding lampreys (Lampetra morii). Proteome Science. 16(9): 1-9.
Low, D. H. W., K. Sunagar, E. A. B. Undheim, S. A. Ali, A. C. Alagon, T. Ruder, T. N. W. Jackson, S. P. Gonzalez, G. F. King, A. Jones, A. Antunes dan B. G. Fry. 2013. Draculas’s children: molecular evolution of vampire bat venom. Journal of Proteomics. 89: 95-111.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya: Jakarta. 172 hlm.
Merta, W. I., A. R. Syachruddin, I. Bachtiar dan Kusmiyati. 2016. Perbandingan antara frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung. Biota. 1(3): 126-131.
Noercholis, A., M. A. Muslim dan Maftuch. 2013. Ekstraksi fitur roundness untuk menghitung jumlah leukosit dalam citra sel darah ikan. Jurnal EECCIS. 7(1): 35-40.
Ramadhani, I. S., E. Harpeni, Tarsim dan L. Santoso. 2017. Potensi sinbiotik lokal terhadap respon imun non spesifik udang vaname Litopenaeus vannamei (Boone, 1931). Depik. 6(3): 221-227.
Rozik, M. 2014. Pengaruh Imunostimulan OMP terhadap sel hyaline dan hispatologi hepatopankreas udang windu (Penaeus monodon Fabricius) pasca uji tantang dengan Vibrio harveyi. Journal of Tropical Fisheries. 10(1): 750- 755.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 650 hlm.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi: Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 211 hlm.
Tangkery, R. A. B., D. S. Paransa dan A. Rumengan. 2013. Uji aktifitas antikoagulan ekstrak mangrove Aegiceras corniculatum. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1(1): 7-14.
Utami, D. T., S. B. Prayitno, S. Hastuti dan A. Santika. 2013. Gambaran parameter hematologis pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi vaksin dna Streptococcus iniae dengan dosis yang berbeda. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2(4): 2-20.
Widaswara, H., E. Purwanti dan B. Utoyo. 2012. Pengaruh terapi lintah terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di klinik terapi medis purba Kawedusan kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 8(3): 153-158.
BUKU KERJA PRAKTIKUMFISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
SISTEM SARAF
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel saraf adalah sel yang berfungsi untuk menghantarkan rangsang, baik
dari luar maupun dalam tubuh. Sel saraf dalam keadaan istirahat, berada pada
keadaan polar, yaitu keadaan dimana sel saraf sedang tidak menghantarkan
rangsang. Keadaan ini ditandai dengan adanya muatan yang lebih negatif disisi
dalam membran dan lebih positif disisi luar membran. Keadaan semacam itu,
membran saraf bersifat impermeable terhadap ion natrium dan permeable
terhadap ion kalium, serta memperlihatkan adanya perbedaan potensial antara
bagian luar dan dalam membran (Isnaeni, 2006).
Perbedaan potensial tersebut disebabkan oleh adanya distribusi ion
natrium dan kalium yang tidak seimbang diantara kedua sisi membran saraf. Ion
natrium yang terdapat di luar sel jumlahnya lebih banyak daripada yang terdapat
di dalam sel. Sel saraf dalam keadaan istirahat, membran akson bersifat
impermeable terhadap ion natrium sehingga sejumlah besar ion natrium akan
tetap berada di luar sel. Hal ini menjadi faktor penentu adanya keadaan yang
lebih positif di luar sel dibanding di dalam sel. Perbedaan potensial ini akan
mempengaruhi transmisi sinaps (Isnaeni, 2006).
Persinaps merupakan bagian terminal akson yang terdapat banyak
vesikula sinaptik. Persinaps menghasilkan enzim kolinesterase pada bagian
celah sinaptik dan membran pascasinaptik (membran sel berikutnya yang
menerima impuls). Enzim kolinesterase tersebut berfungsi untuk merombak
asetikolin secara cepat sehingga impuls saraf dapat dihantarkan pada sel neuron
berikutnya (Hidayati, et al., 2015).
Proses transmisi sinaps terkadang mengalami gangguan sehingga
penghantaran impuls menjadi tidak normal. Beberapa jenis bahan yang
diketahui dapat mengganggu transmisi sinaps antara lain pestisida, bisa ular dan
obat bius. Pestisida memiliki banyak jenis, salah satu diantaranya adalah golongan
organofosfat, misalnya diazinon yang merupakan antikolin esterase. Keracunan
diazinon ditandai dengan gejala kejang otot, sedangkan obat bius bisa membuat
hewan mengalami ganguan fungsi saraf sehingga tidak dapat merasakan sakit
meskipun bagian tubuhnya diiris (Isnaeni, 2006).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
rangsangan terhadap saraf yang dikendalikan oleh otak.
Tujuannya untuk mengetahui kerja otak dalam mengadakan koordinasi
terhadap organ tubuh ikan dan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing
bagian otak.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi Sistem Saraf dilaksanakan
pada hari Sabtu, 17 Oktober 2020 melalui video conference Google Meet.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Saraf
Saraf adalah sistem koordinasi pada makhluk hidup yang terdiri atas sel
neuron. Sel saraf (neuron) merupakan sel fungsional dan utama pada sistem
saraf yang bekerja untuk menyampaikan sinyal atau impuls dari satu sel ke sel
lainnya, sehingga menghasilkan gerak potensial. Hal ini menunjukkan bahwa sel
saraf menjalankan fungsi dalam koordinasi tubuh (Djuwita, et al., 2012).
2.2 Fungsi saraf
Fungsi saraf menurut Isnaeni (2006), adalah untuk mengkoordinasikan
tindakan, mengirimkan sinyal ke bagian-bagian tubuh dan menghantarkan impuls
dari lingkungan menuju otak untuk diolah. Selain itu, fungsi saraf dibagi menjadi
dua, yaitu reseptor dan efektor. Reseptor berfungsi untuk mengenali rangsang
tertentu dari luar atau dalam, sedangkan efektor merupakan sel atau organ yang
menghasilkan tanggapan terhadap rangsang.
2.3 Sistem Saraf Tangga Tali
Sistem saraf pada crustacea menurut Wulandari, et al. (2015), termasuk
ke dalam sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali adalah sepasang
simpul saraf dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang
melintang seperti tangga. Serabut saraf membentuk simpul yang disebut
ganglion pada setiap segmen tubuh. Ganglion terdapat di kepala (otak) yang
terhubung dengan indra peraba, indra penglihatan, dan indra keseimbangan.
2.4 Neuron
Fungsi neuron menurut Satyanegara (2014), dibagi menjadi dua yaitu:
a. Apparance : menghantarkan impuls saraf dari reseptor ke otak.
b. Epperance : menghantarkan impuls saraf dari otak ke afektor.
Neuron menurut Isnaeni (2006), ditinjau dari fungsinya dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a) Neuron sensorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari
daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf otak (otak dan sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis).
b) Neuron motorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari
pusat saraf ke daerah tepi (perifer tubuh).
c) Interneuron atau saraf penghubung, ialah sel saraf yang terdapat di pusat
saraf yang menjadi penghubung antara neuron sensorik dan neuron
motorik.
2.5 Pembagian Saraf
Pembagian saraf berdasarkan keberadaannya menurut Pearce (2016),
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Saraf pusat, dibagi menjadi 2 yaitu otak dan medulla spinalis yang
berfungsi mengatur rangsangan.
2. Saraf tepi, merupakan saraf pada tepian tubuh yang menerima
rangsangan. Saraf tepi terdiri dari 2 bagian yaitu sel otonom dan sel
somatik. Sel otonom yaitu saraf yang bekerja secara tidak sadar,
contohnya otot polos dan otot jantung. Sel somatik yaitu saraf yang
bekerja secara sadar, contohnya otot lurik.
2.6 Pembagian Otak Ikan
2.6.1 Embrio
Pembagian otak ikan saat embrio Menurut Evans (1998), dibagi menjadi
tiga yaitu prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon.
Prosencephalon merupakan bagian otak depan yang berfungsi untuk penciuman.
Mesencephalon adalah otak bagian tengah yang berfungsi untuk pengelihatan.
Rhombencephalon otak bagian belakang untuk keseimbangan dan koordinasi.
2.6.2 Dewasa
Pembagian otak ikan saat dewasa menurut Yamamoto (2009), dibagi
menjadi tiga, yaitu prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon.
Prosencephalon dibagi menjadi dua yaitu telencephalon untuk pembau dan
diencephalon untuk hormon dan organ pineal (pigmen). Mesencephalon
berfungsi sebagai penglihatan. Rhombencephalon dibagi menjadi dua yaitu
pertama, metencephalon (terdapat pada cerebellum atau otak kecil) yang
berfungsi mengatur koordinasi otot, keseimbangan tubuh, orientasi berenang dan
maintenance musculator. Kedua, myelencephalon (medulla oblongata) sebagai
pusat saraf sensorik, mengatur osmoregulasi dan repirasi, keseimbangan
berenang, indera peraba dan perasa.
2.7 Gerak Biasa dan Gerak Reflek
Mekanisme gerak biasa menurut Wulandari (2009) adalah:
Mekanisme gerak reflek menurut Wulandari (2009) adalah:
Rangsangan Indra Neuron sensorik
Otak dan sumsum tulang
belakang
NeuronSel organInterneuron
Rangsangan Reseptor Neuron sensorik
Sumsum tulang
belakang
Neuron motorik
Efektor Gerak
2.8 Bagian Saraf
Gambar 1. Bagian-bagian saraf (Achyani, 2011)
Neuron menurut Sitorus (2014), terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
a. Badan Sel (Perikarion)
Bagian sel ini menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus),
berjumlah satu atau lebih yang dikelilingi sitoplasma granuler.
b. Dendrit
Dendrit berfungsi untuk meneruskan rangsang dari organ penerima
rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.
c. Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang
berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang
spesifik, yaitu sebagai berikut:
Neurofibril, merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-
serabut halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas pokok untuk
meneruskan impuls.
Selubung Mielin, bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel
Schwann. Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang
berfungsi untuk melindungi akson. Bagian ini juga memberikan nutrisi
dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari
akson.
Nodus Ranvier, merupakan bagian akson yang menyempit serta tersusun
atas sel-sel pipih dan tidak dilapisi selubung mielin. Bagian tersebut
menyebabkan akson terlihat berbuku-buku.
2.9 Fungsi Organ Ikan
Fungsi organ ikan menurut Maia dan Wilga (2013), yaitu:
a. Sirip dorsal : untuk pergerakan naik turun.
b. Sirip ventral : untuk keseimbangan saat berhenti.
c. Sirip anal : untuk gerakan mundur dan menggulung.
d. Sirip pectoral : untuk keseimbangan saat belok.
e. Sirip caudal : untuk mengemudi.
f. Linea lateralis : untuk sensor arus, lingkungan dan keseimbangan.
2.10 Fungsi Organ Udang
Fungsi organ pada udang menurut Kurniawan dan Hartono (2006),
adalah:
a. Capit : untuk mencari makan.
b. Uropod : untuk gerakan mendorong dan loncat.
c. Kaki jalan : untuk berjalan.
d. Telson : untuk keseimbangan.
e. Antena : untuk sensor jarak jauh.
f. Antenula : untuk sensor jarak dekat.
g. Kaki renang : untuk tempat telur.
2.11 Anestesi
Anestesi menurut Kaya dan Louhenapessy (2016), merupakan kondisi
tidak sadar yang dihasilkan oleh proses terkendali dari sistem saraf pusat yang
mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya
respon gerak dari rangsangan tersebut. Prinsip anestesi adalah menurunkan
metabolisme suatu organisme sehingga dalam kondisi lingkungan yang minimum
mampu mempertahankan hidupnya lebih lama (hibernasi). Macam-macam bahan
anestesi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bahan Anestesi Alami
Minyak cengkeh (Kaya dan Louhenapessy, 2016).
Ekstrak biji buah keben (Ikhsan, et al., 2017).
Ekstrak daun picung (Munandar, et al., 2017).
Biji teh (Sahrial, et al., 2017).
Ekstrak bunga kecubung (Sholichah, et al., 2017).
2. Bahan Anestesi Buatan
Propofol (Tabahhati, et al., 2011).
Ketamin (Tabahhati, et al., 2011).
MS 222 (Yanto, 2009).
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi
a. Sistem Saraf Ikan
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem Saraf tentang sistem saraf ikan adalah:
Toples Kapasitas 3L :
Seser :
Nampan :
Penggaris 30 cm :
Sectio set :
Lap basah :
Ember :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Botol Vial :
b. Sistem Saraf Crustacea
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem Saraf tentang sistem saraf crustacea adalah:
Toples Kapasitas 3L :
Seser :
Nampan :
Penggaris 30 cm :
Sectio set :
Lap basah :
Ember :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Botol Vial :
3.1.2 Bahan dan Fungsi
a. Sistem Saraf Ikan
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem Saraf tentang sistem saraf ikan adalah:
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) :
Minyak cengkeh :
Tisu :
Kertas label :
Air Tawar :
Trash bag :
b. Sistem Saraf Crustacea
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem Saraf tentang sistem saraf crustacea adalah:
Lobster air tawar (Cherax quandricarinatus) :
Minyak cengkeh :
Tisu :
Kertas label :
Air Tawar :
Trash bag :
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Sistem Saraf Ikan
-Disiapkan 9 buah-Diisi air ¾ bagian
9 ekor ikan nila (Oreochromis niloticus)
-Dimasukkan ke dalam masing-masing toples-Diadaptasikan selama 15 menit
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pertama
-Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan-Diamati tingkah laku sebagai ikan kontrol
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ke-2, ke-3, ke-4
-Ditetesi minyak cengkeh dengan perlakuanToples 1 : 1 tetesToples 2: 3 tetesToples 3 : 5 tetes
-Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan-Diamati tingkah laku
Tolples 1: ditusuk mataTolples 2: ditusuk linea lateralisTolples 3: dipotong sirip analTolples 4: dipotong sirip caudal
Tolples 5: dipotong sirip pectoral-Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan-Diamati tingkah laku
Hasil
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9
Toples 3 liter
3.2.2. Sistem Saraf Crustacea
-Disiapkan 9 buah-Diisi ¾ bagian
9 ekor Lobster air tawar (Cherax quandricarinatus)
-Dimasukkan ke dalam masing-masing toples-Diadaptasikan selama 15 menit
Lobster air tawar (Cherax quandricarinatus) pertama
-Diberi kejuran arus, bunyi dan sentuhan-Diamati tingkah laku sebagai udang kontrol
Lobster air tawar (Cherax quandricarinatus) ke-2, ke-3, ke-4
-Ditetesi minyak cengkeh dengan perlakuan: Tolples 1: 1 tetesTolples 2: 3 tetesTolples 3: 5 tetes
-Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan-Diamati tingkah laku
Lobster air tawar (Cherax quandricarinatus) ke-5, ke-6,, ke-7, ke-8,ke-9
Tolples 1: dipotong capitTolples 2: dipotong telson dan kaki renangTolples 3: dipotong mataTolples 4: dipotong kaki jalanTolples 5: dipotong antena dan antenula
-Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan-Diamati tingkah laku
Hasil
Toples 3 Liter
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sistem Saraf Ikan
4.2 Sistem Saraf Crustacea
4.3 Faktor Koreksi
4.4 Manfaat di Bidang Perikanan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achyani, R. 2011. Mekanisme pengaturan sistem saraf pada tubuh ikan dilingkungan perairan yang terkontaminasi oleh sianida. Jurnal Harpodon Borneo. 4(2): 51-61.
Djuwita, I., V. Riyacumala, K. Mohamad, W. E. Prasetyaningtijas dan Nurhidayat. 2012. Pertumbuhan dan sekresi protein hasil kultur primer sel-sel serebrum anak tikus. Jurnal Veteriner. 13(2): 125-135.
Evans, D. H. 1998. The Physiology of Fishes Second Edition. CRC Press: New York. 282 hlm.
Hidayati, I., Abdullah dan M. Sabri. 2015. Identifikasi miskonsepsi system saraf pada buku teks biologi kelas IX. Jural Biotik. 3(1): 39-44.
Ikhsan, N. I., M. U. K. Agung, S. Astuty dan Rosidah. 2017. Pengaruh anestesi granul ekstrak biji buah keben terhadap kelangsungan hidup benih gelondongan ikan bandeng (Chanos chanos) pada transportasi tanpa media air. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(1): 34-41.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius: Yogyakarta. 113 hlm.
Kaya, A. O. W. dan J. M. Louhenapessy. 2016. Pengaruh konsentrasi minyak cengkeh untuk anestetik ikan bawal tawar (Colossoma macropomum) dan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). Majalah BIAM. 12: 15-19.
Kurniawan, T. dan R. Hartono. 2006. Pembesaran Lobster Air Tawar secara Cepat. Penebar Swadaya: Bogor. 64 hlm.
Maia, A and C. A. Wilga. 2013. Function of dorsal fins in bamboo shark during steady swimming. Zoology. 116: 224-231.
Munandar, A., F. R. Indaryanto, H. N. Prestisia dan N. Muhdani. 2017. Potensial ekstrak daun picung (Pangium edule) sebagai bahan pemingsanan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada transportasi sistem kering. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 6(2): 107-114.
Pearce, E. C. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia: Jakarta. 325 hlm.
Sahrial, Emanauli dan M. Arisandi. 2017. Karakteristik fisikokimia minyak biji teh (Camelliasinensis) dan potensi aplikasinya. Jurnal Agroindustri. 7(2): 111-115.
Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf. PT Gramedia: Jakarta. 718 hlm.
Sholichah, I. G. N. Sudisma dan A. A. G. J Wardhita. 2017. Efek trias anestesi ekstrak daun kecubung (Dhatura metel L.,) pada tikus putih (Rattus norvegicus). Indonesia Medicus Veterinus. 6(5): 399-408
Sitorus, E. R. 2014. Peningkatan hasil belajar ipa kompetensi dasar system koordinasi dan alat indera manusia melalui metode pembelajaran resitasi pada peserta didik. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan. 1(2): 183-202.
Tabahhati, S., U. Budiono dan M.S. Harahap. 2011. Perbedaan pengaruh pemberian propofol dan etomidat terhadap agregasi trombosit. Jurnal Anestesi Indonesia. 3(1): 1-9.
Wulandari, D. A., L. D. Saraswati dan Martini. 2015. Pengaruh variasi warna kuning pada Fly grill terhadap Kepadatan lalat (studi di tempat pelelangan ikan Tambak lorok kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(3): 130-141.
Wulandari, I. P. 2009. Pembuatan alat ukur kecepatan respon manusia berbasis mikrokontroller at 89s8252. Jurnal Neutrino. 1(2): 208-219.
Yamamoto, N. 2009. Studies on the teleost brain morphology in search of the origin of cognition. Japanese Psychological Research. 51(3): 154-167.
Yanto, H. 2009. Pengggunaan MS-222 dan larutan garam pada transportasi ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii Blkr.) ukuran sejari. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 16(1): 47-54.