wawasan budaya nusantara - · pdf filepulau lombok adalah sebuah pulau di kepulauan sunda...
TRANSCRIPT
i
WAWASAN BUDAYA NUSANTARA
“SUKU SASAK”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara
Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn
Disusun oleh :
DECY PERMATASARI
OGY PRABU SANTOSA
NIM 14148141
NIM 14148156
PRODI TELEVISI DAN FILM
JURUSAN SENI MEDIA REKAM
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2015
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... I
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Geografis dan Kependudukan ................................................................................................ 1
1.2 Pengaruh Agama Islam .......................................................................................................... 2
BAB II WUJUD BUDAYA ........................................................................................................ 3
2.1 Budaya Ide / Konsep ............................................................................................................. 3
2.2 Budaya Tindakan .................................................................................................................. 6
2.3 Budaya Artefak ................................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Geografis dan Kependudukan
Gambar 1.1 Letak Geografis Pulau Lombok
(Sumber: https://lombokd3a.wordpress.com/about/)
Lombok merupakan salah satu tujuan wisata terdekat dengan Bali, sehingga dikenal
pelancong dari penjuru dunia. Lombok terkenal dengan pantainya yang indah, bahkan lebih
indah dari Bali. Banyak wisatawan asing yang menjadikan Lombok satu paket dengan
liburannya ke Bali. Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa
Tenggara yang terpisahkan oleh Laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera Hindia di sebelah
selatan. Secara geografis Lombok terletak antara 115o - 119
o Bujur Timur dan 8
o -9
o Lintang
Selatan. (Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2015).
Pulau yang mendapat julukan Pulau Seribu Masjid ini terbagi menjadi 2 wilayah
propinsi, yaitu Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Menurut data resmi
indonesiadata.co.id yang ditulis oleh M Nasharuddin Latief, Propinsi Nusa Tenggara memiliki
total wilayah seluas 67,290.42 km2 dengan masing-masing luas Propinsi Nusa Tenggara Barat
18,572.32 km2 dan Propinsi Nusa Tenggara Timur 48,718.1 km
2.
Banyak terdapat suku-suku yang mendiami kepulauan Nusa Tenggara ini, seperti Suku
Sasak, Suku Mbojo (Bima), Dompu, Samawa (Sambawa), Jawa dan Hindu (Bali Lombok) (unj-
pariwisata.blogspot.co.id). Akan tetapi paling banyak didominasi oleh Suku Sasak. Makalah
yang kita bahas ini adalah tentang budaya Suku Sasak. Sebagian besar penduduk Suku Sasak
2
bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian mereka adalah padi sawah, padi ladang,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan sorgum. Selain bertani, masyarakat Sasak
juga berternak sapi, kerbau dan unggas.
1.2 Pengaruh Agama Islam
Sebelum agama Islam masuk kedalam Pulau Lombok, masyarakatnya khususnya Suku
Sasak masih menganut berbagai kepercayaan seperti animisme, dinamisme dan Hindu. Menurut
Ahmad Abd. Syakur (2002:521), diperkirakan masuknya Hindu ke Pulau Lombok karena
hadirnya Majapahit. Kemudian pada akhir abad 16 banyak para pendatang dari Pulau Jawa yang
bermigrasi ke Pulau Lombok sambil menyebarkan agama Islam oleh Sunan Prapen putra Sunan
Giri yang berkuasa di Giri Jawa Timur pada waktu itu, sehingga agama masyarakat Sasak
berubah yang sebelumnya beragama Hindu menjadi agama Islam. Sampai saat ini penduduk
Pulau Lombok khususnya Suku Sasak memeluk agama Islam. Sebagian pemeluk agama Hindu
pada masyarakat Sasak adalah para penduduk keturunan Bali. Selain itu juga terdapat agama lain
seperti Kristen dan Budha yang dipeluk oleh masyarakat dari berbagai suku dan etnis yang
bermukim dipulau ini.
3
BAB II
WUJUD BUDAYA SASAK
2.1 Budaya Ide/Konsep
2.1.1 Tradisi Kawin Lari (Merarik)
Gambar 2.1 Tradisi kawin lari (merarik) yang masih dipegang teguh masyarakat Sasak
(Sumber: http://www.bsukses.com/2015/03/tradisi-unik-di-pulau-seribu-masjid.html)
Salah satu adat istiadat yang sampai sekarang ini masih dipegang teguh oleh masyarakat
Sasak adalah kawin lari. Dalam Suku Sasak pernikahan dengan cara kawin lari ini disebut
dengan merari’. Menurut Muhammad Harfin Zuhdi yang dikutip oleh Bustami Saladin dalam
tesisnya “Tradisi Merari’ Suku Sasak di Lombok dalam Perspektif Hukum Islam”, secara
etimologis kata merari’ diambil dari kata “lari”. Merari’ang berarti melai’ang atau dalam bahasa
Indonesia disebut melarikan. Dan oleh sebab itu merari’ dalam istilah Bahasa Indonesia disebut
dengan istilah kawin lari. Secara terminologis, merari’ mengandungdua arti. Pertama, lari atau
melarikan. Ini adalah arti yang sebenarnya.Kedua, keseluruhan pelaksanaan perkawinan menurut
adat Sasak.
Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan, biasanya masyarakat Suku Sasak
menyiapkan bahan-bahan khusus. Bahan-bahan ini nantinya diserahkan calon mempelai pria
kepada calon mempelai wanita sebagai sanjikrama (hadiah kawin lari). Bahan-bahan tersebut
antara lain koin tembaga cina kuno (biasanya diganti dengan uang rupiah karena semakin sulit
didapatkan), uang tunai, kerbau atau sapi, kain putih, tombak bambu, dan beras benang
(http://melayuonline.com/).
4
2.1.2 Peresean
Gambar 2.2 Peresean seni budaya tradisional asli Pulau Lombok (Sumber : https://doenklombok.wordpress.com/tradisi/peresean/)
Suku Bangsa Sasak memiliki banyak nilai-nilai budaya bangsa yang masih dipertahankan
hingga saat ini. Salah satu budayanya yang merupakan peninggalan nenek moyang Suku Sasak
adalah tradisi peresean. Budaya Peresean ini merupakan sebuah pertarungan, dimana pemainnya
saling pukul dengan menggunakan sebuah tongkat dari rotan sebagai alat pemukul dan sebuah
perisai sebagai pelindung yang oleh masyarakat Sasak biasa disebut ende.
Tradisi peresean berawal saat Pulau Lombok masih berbentuk kerajaan. Peresean
menjadi salah satu cara untuk memilih prajurit disana. Calon prajurit akan diadu ketangkasannya
terlebih dahulu atau melakukan upacara adat dari luapan emosi para prajurit kerajaan setelah
mengalahkan lawan di medan perang (id.lombokindonesia.org).
Ada beberapa versi mengenai asal usul tradisi peresean. Versi pertama, menyatakan
bahwa konon peresean berasal dari legenda Ratu Mandalika yang bunuh diri karena melihat dua
orang saling berkelahi hingga mati untuk memperebutkan cintanya. Sedangkan versi yang
lainnya lagi menyatakan bahwa peresean timbul dari pelampiasan emosional para raja Sasak
ketika akan dan atau telah selesai menghadapi peperangan melawan musuh-musuhnya. Peresean
juga digunakan sebagai ajang untuk memupuk rasa keberanian dan ketangguhan seseorang
dalam menghadapi sebuah pertarungan. Darah yang menetes ke bumi dalam pertarungan
peresean diyakini oleh masyarakat Suku Sasak sebagai simbol turunya hujan, sehingga semakin
banyak darah yang menetes karena sabetan rotan, maka semakin lebat pula hujan yang akan
turun.Namun seiring dengan perkembangan zaman, peresean telah berkembang menjadi suatu
atraksi budaya sebagai ajang promosi untuk memikat para wisatawan, baik lokal maupun
5
mancanegara. Selain itu, juga untuk memeriahkan dalam peringatan hari-hari besar nasional atau
daerah.
2.1.3 Strata
Gambar 2.3 Pembagian Strata pada Masyarakat Sasak Lombok
(Sumber : http://mysukararavillage.blogspot.co.id/)
Seperti halnya adat istiadat Bali yang mengelompokkan masyarakatnya dengan sistem
kasta/tingkatan sosial, Suku Sasak juga masih pempertahankan adat istiadatnya dengan
pengelompokan lapisan sosial masyarakat. Pengelompokkan lapisan sosial masyarakatnya
didasari dengan tingkat kebangsawannya dan statusnya dalam hal menikah atau belum.
Menurut Candra Karismawan (http://unj-pariwisata.blogspot.co.id/) secara umum di
Lombok terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat, yaitu : Golongan Ningrat. Sebutan
keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini. Nama depan
keningratan ini adalah “lalu” untuk orang-orang ningrat pria yang belum menikah. Sedangkan
apabila merka telah menikah maka nama keningratannya adalah “mamiq”. Untuk wanita ningrat
nama depannya adalah “lale”, bagi mereka yang belum menikah, sedangkan yang telah menikah
disebut “mamiq lale”. Yang kedua adalah golongan Pruangse. Kriteria khusus yang dimiliki oleh
golongan ini adalah sebutan “bape”, untuk kaum laki-laki pruangse yang telah menikah.
Sedangkan untuk kaum pruangse yang belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali nama
kecil mereka. Golongan yang ketiga adalah Bulu Ketujur. Golongan ini adalah masyarakat biasa
yang konon dahulu adalah hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok. Kriteria
khusus golongan ini adalah sebutan “amaq” bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan
perempuan adalah “inaq”.
6
Selain itu Candra Kharismawan juga mengungkapkan, sistem kekerabatan di Lombok
Selatan pada umumnya adalah berdasarkan prinsip Bilateral yaitu menghitung hubungan
kekerabatan melalui pria dan wanita. Kelompok terkecil adalah keluarga batih yang terdiri
dari Ayah, Ibu, dan Anak. Ada beberapa istilah yang sering digunakan pada masyarakat
Lombok Selatan :
1. Inaq adalah panggilan ego kepada ibu.
2. Amaq adalah panggilan ego kepada bapak.
3. Ari adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau adik laki-laki.
4. Kakak adalah panggilan ego kepada saudara sulung laki-laki ataupun perempuan.
5. Oaq adalah panggilan ego kepada kakak perempuan atau laki-laki dari ibu dan ayah.
6. Saiq adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau laki-laki dari ayah atau ibu
7. Tuaq adalah panggilan ego kepada adik laki-laki dari ayah atau ibi.
8. Pisak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ibu.
9. Pusak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ayah.
2.2 Budaya Tindakan
2.2.1 Prosesi Kawin Lari Merarik
Dalam adat perkawinan daerah, terdapat tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam
prosesi perkawinan. Tahapan-tahapan ini biasanya dilaksanakan dengan syarat-syarat tertentu
sesuai dengan adat istiadat masing-masing daerah. Bustami Saladin (2013) dalam penelitiannya
mengenai “Tradisi Merarik Suku Sasak di Lombok dalam Perspektif Hukum Islam”
mengemukakan bahwa dalam proses adat merarik terdapat enam tahapan yang dilakukan
masyarakat Lombok. Adapun tahapan-tahapan tersebut pertama midang. Tradisi ini sebenarnya
bukanlah asli dari adat Sasak, biasanya dilakukan oleh pemuda yang sedang pacaran. Midang
adalah salah satu cara untuk pertemuan dan berbicara langsung dengan pacar, tujuannya untuk
mempererat tali silaturahmi. Tahap kedua adalah memaling (mencuri). Tradisi ini adalah proses
membawa lari seorang gadis tanpa sepengetahuan orangtuanya dengan tujuan untuk segera
dinikahi, ini adalah inti dari adat kawin lari karena kawin lari didalam masyarakat Lombok lebih
populer dengan sebutan memaling. Tahap selanjutnya adalah nyebo’, beselabar, besejeti, dan
kreme gubuq. Tahap berikutnya adalah bekawin (akad nikah). Bekawin bukan hanya sebagai adat
tapi merupakan bagian dari syarî’ah. Sah atau tidaknya proses bekawin ini tidak ditentukan oleh
7
adat atau tradisi, tetapi sudah diatur dalam syarî’ah mengenai rukun dan syaratnya. Tahap
selanjutnya adalah bekuade dan begawe bajang. Bekuade dan begawe bajang hampir sama
dengan acara resepsi, hanya saja bekuade/bagawe bajang ini hanya dihadiri oleh para pemuda
yang merupakan teman dan sahabat si pengantin lelaki yang berasal dari kampung yang sama.
Selanjutnya adalah tahap selametan. Berikutnya adalah sorong serah dan nyongkolan. Inti dari
kedua tradisi ini adalah acara perkenalan antar dua keluarga besar yaitu keluarga dari pengantin
lelaki dan keluarga dari pengantin perempuan.
2.2.2 Tari Mpaa Lenggogo
Gambar 2.4 Tari-tarian dari Nusa Tenggara Barat
(Sumber : http://www.gnpmusic.co.id/?page=artikel.html&artikel=Tarian%20Daerah )
Tari adalah Gerak Tubuh yang mengikuti irama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu. Di Pulau Lombok sendiri terdapat salah satu tarian yang terkenal di daerah tersebut, dan
sampai sekarang tarian tersebut pun tetap ada bahkan akan terus digunakan sampai akhir
perkembangan zaman yang ada yaitu tari mpaa lenggogo.
Menurut Agus Deden (http://budaya-indonesia.org/) tari mpaa lenggogo adalah tarian
khas dari budaya NTB tersendiri, dimana tarian mpaa lenggogo merupakan sebuah tarian guna
menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Tarian ini juga dipertunjukkan pada upacara-
upacara sunathan atau upacara perkawinanan keluarga dengan strata tinggi dalam suku maupun
daerah. Tarian di daerah ini sendiri hampir sama dengan tarian didaerah Jawa, dikarenakan
adanya beberapa gerakan yang penuh dengan tanda tanya dan masih menyimpan misteri pada
beberapa gerakan yang dilakukan oleh penari itu sendiri. Terkadang kita bisa tertegun takjub
akan beberapa gerakan tarian yang dilakukan tanpa sadar oleh para penarinya karena sering
adanya kekuatan mistis pada beberapa tarian tersebut.
8
2.2.3 Tari Tendang Mendet
Tendang mendet merupakan seni budaya yang berbentuk tarian dan masih sangat di
tradisikan hingga saat ini dan bahkan sangat di junjung tinggi dalam kebenarannya dan popular
pada daerah. Tari mendet atau tarian perang merupakan salah satu tarian yang ada sejak pada
jaman kerajaan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap tarian tendang
mendet dan diiringi dengan gendang beleq serta syair-syair yang menceritakan tentang
perjuangan dan keperkasaan. Tari tendang mendet adalah suatu atau sebuah sambutan maupun
tanda terimakasih yang diwujudkan dalam bentuk tari-tarian di Suku Sasak.
Tari Tendang Mendet berasal dari kata “Mendet” yang artinya kegembiraan atau
keberhasilan penduduk Desa Sembahulun dalam memperjuangkan dan mempertahankan bibit
padi merah dari berbagai macam hama tanaman dan peperangan melawan jin – jin jahat.
Kepercayaan suku terhadap tarian mendet sangat tinggi karena kebenaran yang dilihat benar
terjadi di daerah, maka dari itu tendang mendet masih sangat popular (http://budaya.kampung-
media.com/).
Masyarakat Suku Sasak dalam melakukan tarian tendang mendet terdapat syarat dan
makna dalam gerak. Tari tendang mendet terdiri dari 7 penari tombak, satu orang pembawa
tulup dan satu orang pembawa tameng dan pedang berarti jumlah personil penari tendang
mendet adalah sembilan orang atau bisa juga 9 orang pembawa tombak sehingga jumlah
penarinya menjadi sebelas orang. Sedangkan penari pembawa tameng menggambarkan seorang
pimpinan atau panglima perang dan pembawa tulup menggambarkan seorang patih dari
pemimpin perang. Sedangkan penari pembawa tombak lainnya merupakan prajurit perang.
2.2.4 Bahasa Sasak
Selain Bahasa Indonesia, bahasa sehari-hari yang digunakan Suku Sasak adalah Bahasa
Sasak. Bahasa Sasak ini juga dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, propinsi Nusa
Tenggara Barat. Bahasa Lombok adalah salah satu keragaman bahasa Indonesia yang memiliki
dialek dan aksen yang unik dan mepopuler di suku Lombok. Bahasa ini mempunyai gradasi
sebagaimana Bahasa Bali dan Bahasa Jawa. Bahasa Sasak mirip dan serumpun dengan Bahasa
Bali. Bahasa Lombok berartikan lurus namun pemikiran atau pemahaman orang lain yang pernah
mendengar percakapan sesama orang Lombok, terkadang mengartikan bahwa perkataannya
9
kasar, jelek dan lainnya. Bagi orang Lombok, Bahasa Lombok bukanlah bahasa yang aneh dan
jadul, menurut mereka Bahasa Lombok itu baik, sopan, halus dan mempunyai arti mendalam.
Beberapa kosakata bahasa Sasak misalnya adalah:
1. Tiang = saya
2. Balé = rumah
3. Kodeq = kecil
4. Tampi aseh = terima kasih
5. Papuk nine = nenek
Bahasa Sasak biasanya dibagi menjadi lima dialek menurut:
1. Kuto-Kute (Utara),
2. Ngeto-Ngete (Timur laut)
3. Meno-Mene (Tengah)
4. Ngeno-Ngene (Timur tengah, Barat tengah)
5. Meriaq-Mriku (selatan tengah)
(http://kamus.sasak.org/)
2.2.5 Memaos
Tradisi sastra lisan yang serupa dengan bekayat (Sasak) juga ditemukan diberapa daerah,
seperti macapatan di Jawa, mabasan di Bali, dan randai di Minang, bahkan di Lombok sendiri
ada istilah memaos. Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan
masa lampau, satu kelompok pepaos adalah pembaca cerita terdiri dari 4-6 orang, satu orang
sebagai pembaca cerita, satu orang sebagai pejangga dan satu orang sebagai pendukung vokal.
Menurut Miftahul Khair (http://www.kompasiana.com/) tujuan pembacaan cerita ini
untuk mengetahui kebudayaan masa lampau dan menanamkan nilai-nilai budaya generasi
penerus. Kesenian memaos ini keberadaannya hampir punah sehingga perlu diangkatnya kembali
aset budaya daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata budaya.
Syarat dan ketentuan Memaos adalah kelompok yang sangat siap dari segi apapun dalam
memaoskan.
10
2.3 BudayaArtefak
2.3.1 Rumah Adat Loka Samawa
Pada umumnya fungsi dari rumah loka samawa sama dengan rumah adat maupun rumah
biasa yaitu sebagai tempat tinggal, perlindungan dan binatang buas maupun yang lainnya.
Namun rumah loka samawa memiliki keyakinan lain. Rumah ini memiliki posisi penting dalam
kehidupan manusia, tidak hanya sebagai tempat secara individu dan keluarga secara jasmani,
tetapi juga dalam pemenuhan kebutuhan jiwa atau spiritual. Orang Sasak masih melestarikan
rumah loka samawa hingga sampai saat ini dan sangat percaya akan mitologi maupun nilai-nilai
estetik yang ada pada rumah adat Suku Sasak.
Gambar 2.5 Rumah Adat Loka Samawa
(Sumber : http://holobis.net/index.php?action=page_display&PageID=42)
Berdasarkan nilai estetika dan kearifan Suku Sasak mengenal beberapa jenis bangunan
adat yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja namun selain menjadi tempat tinggal
juga menjadi tempat ritual adat dan ritual keagamaan. Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami
dan berdinding anyaman bambu (bedek). Bahan pembuat rumah adat suku Sasak
diantaranya kayu penyanggga, bambu, bedek untuk dinding, jerami dan alang-alang untuk atap,
kotoran kerbau atau kuda sebagai bahan campuran pengeras lantai, getah pohon kayu
banten dan bajur, abu jerami sebagai bahan pengeras lantai. Waktu pembangunan, biasanya
berpedoman pada papan warige dari primbon (http://www.wisatadilombok.com/).
Tidak semua masyarakat Suku Sasak mampu menentukan hari baik untuk membangun
rumah adat. Biasanya mereka bertanya kepada pimpinan atau kemuka adat disana. Situs resmi
wisata Pulau Lombok (http://www.wisatadilombok.com/) menyatakan bahwa orang Sasak
meyakini waktu yang baik memulai membangun rumah adalah bulan ketiga dan keduabelas
dalam penanggalan Sasak, yakni Rabiul Awal dan Dzulhijjah. Pantangan yang dihindari untuk
11
membangun rumah adalah pada Muharram dan Ramadhan. Menurut kepercayaan Suku Sasak,
rumah yang dibangun pada bulan itu cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit,
kebakaran, sulit rezeki dan lain-lain. Orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan
arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dulu ada. Menurut mereka, melanggar
konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari berbagai macam
diantaranya Bale Tani, Bale Jajar, Barugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonder, Bale Beleq
Bencingah dan Bale Tajuk. Nama bangunan disesuaikan dengan fungsi masing-masing.
2.3.2 Pakaian Adat Lombok
Gambar 2.6 Pakaian Adat Suku Sasak di Nusa Tenggara Barat
(Sumber : http://tasik-cyber.blogspot.co.id/2014/08/gambar-dan-nama-pakaian-adat.html)
Indonesia memiliki kekhasan bukan dari rumah adat, bahasa dan lainya namun pakaian
adat juga menjadi salah satu keragamaan Indonesia. Budaya lombok memiliki kekhasan dan
keunikan tersendiri, contohnya adalah busana atau pakaian adat Sasak Lombok. Pakaian adat
biasanya digunakan saat ada upacara keagamaan atau menyambut hari besar (http://kebudayaan
Indonesia.net/). Secara umum pakaian adat Suku Sasak dibedakan menjadi dua, yaitu pakaian
adat perempuan dan laki-laki. Pakaian adat Sasak bagi perempuan disebut Lambung. Yaitu baju
hitam tanpa lengan dengan kerah berbentuk hurup “V” dan sedikit hiasan di bagian pinggir baju.
Pakaian ini menggunakan bahan kain pelung, ditambah selendang yang menjuntai di bahu kanan
bercorak ragi genep yang merupakan jenis kain songket khas Sasak, sepadu dengan sabuk
anteng (ikat pinggang) yang dililitkan dan bagian ujungnya yang berumbai dijuntaikan di
pinggang sebelah kiri. Bawahannya memakai kain panjang sampai lutut atau mata kaki dengan
12
bordiran di tepi kain dengan motif kotak-kotak atau segitiga. Untuk pakaian adat laki-laki,
terdapat Capuq/Sapuk (batik, palung, songket). Makna menggunakan Capuq atau Sapuq
merupakan mahkota bagi pemakainya sebagai tanda kejantanan serta menjaga pemikiran dari
hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jenis dan
cara penggunaan sapuq pada pakaian adat Sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan
sapuq untuk ritual agama lain.
2.3.4 Alat Musik Gendang Beleq
Gambar 2.7 Alat musik tradisional Suku Sasak
(Sumber : http://arsipbudayanusantara.blogspot.nl/2014/01/macam-macam-tradisi-dan-budaya-di-
lombok.html)
Pulau Lombok terutama suku sasak tidak hanya memiliki alam yang indah, keragaman
budaya dan tradisi tapi juga keragaman kesenian dan kebudayaan.Salah satunya gendang beleq.
Alat musik kebanggaan masyarakat Sasak ini dimainkan dengan cara ditabuh dan dimainkan
secara berkelompok. Alat musik kebanggaan masyarakat Sasak ini dimainkan dengan cara
ditabuh dan dimainkan secara berkelompok. Gendang beleq yang terdiri dari dua kata merupakan
penggabungan Bahasa Indonesia dan Sasak. “Beleq” dari bahasa Sasak berarti besar. Ada dua
buah gendang beleq yang disebut gendang mama ( laki-laki) dan gendang nina
(perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika. Gendang beleq biasa dimainkan bersamaan
dengan alat musik lainnya seperti gong, terumpang, pencek, oncer, dan seruling. Dengan suara
yang ramai, pertunjukan gendang beleq sangat menghibur (http://melayuonline.com).
Pada awalnya, gendang beleq hanyalah alat musik yang mengiringi prajurit saat akan
berjuang ke medan perang. Suara yang dihasilkan dipercaya membuat para prajurit menjadi lebih
berani untuk berkorban membela kerajaan. Tapi seiring berjalannya waktu,
13
gendang beleq digunakan sebagai hiburan yang dipertunjukan pada acara kebudayaan, kesenian,
atau perayaan pernikahan adat. Pemain gendang beleq (sekaha). Dengan menggunakan baju adat
tradisional Lombok beserta sapo (ikat kepala khas Lombok), sekaha memukul gendang yang
menghasilkan irama menghibur. Gendang Beleq memiliki nilai filosofis dan juga disakralkan
oleh masyarakat Suku Sasak. Masyarakat Sasak menilai Gendang Beleq memiliki nilai
keindahan, ketekunan, kesabaran, kebijakan, ketelitian, dan kepahlawanan. Nilai-nilai tersebut
selalu diharapkan menyatu dengan hati masyarakat Suku Sasak.
2.3.5 Tulup
Gambar 2.8 Senjata Tradisional Suku Sasak
(Sumber : http://budaya-indonesia.org/Tulup/)
Tulup pada umumnya senjata tradisi Indonesia bagian pedalaman, namun nenek moyang
Suku Sasak yang mendiami pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, juga mengenal tulup sebagai
alat berburu binatang di hutan yang kemudian sering digunakan untuk mencari nafkah untuk
keluarga dan terutama para pria di Suku Sasak, dimana tulup diartikan sebagai sumpit. Alat ini
di gunakan untuk berburu babi dan kera yang banyak berkeliaran di hutan-hutan Lombok. Begitu
juga tulup dianggap senjata yang sakral atau mistis. Hal ini didasarkan bahwa berburu adalah
mata pencarian mereka sedangkan tulup adalah alat mencari rezeki, untuk itu tulup perlu dihargai
dan dihormati. Persakralan terhadap tulup mereka ekspresikannya dengan memberi doa atau
jampi-jampi pada tulup mereka. Selain untuk penghormatan dan permohonan kepada yang
kuasa, doa dan jampi-jampi di tunjukan agar tulup dapat menghasilkan banyak binatang buruan.
Maka dari itu tidak heran jika oleh beberapa pemburu, tulup beserta ancar (puluru tulup) dan
terontong (tempat penyimpanan ancar) selalu di gantung diatas tembok rumah mereka
(Wiramaja et al ., 1993).
Bahan atau komponen yang digunakan pada pembuatan tulup Sasak :
1. Kayu meranti untuk membuat gagang tulup
14
2. Pelepah pohon enau (pinang atau aren) untuk membuat batang dan mata ancar ( peluru
tulup)
3. Getah pohon tatar untuk membuat racun
4. Bambu untuk membuat terontong (tempat menyimpan ancar)
Bahan yang diatas akan diolah pembuatannya menjadi tulup dengan alat seperti:
1. Kapak untuk memotong kayu
2. Pusut (seperti bor) untuk membuat lubang
3. Meja atau pangot (pisau) untuk menghaluskan
Cara menggunakannya pun sama dengan tulup biasa yang ada pada daerah nusantara lainya.
2.3.6 Tenun
Gambar 2.9 Tradisi menenun Suku Sasak
(Sumber : http://www.toyotaindonesiamanufacturing.co.id/imajinesia/gallery-detail/fauzan.fauzan)
Salah satu yang menjadi ciri khas dari suku sasak di Lombok – Nusa Tenggara Barat
adalah para wanita Suku Sasak yang pandai menenun. Hasil tenun yang terkenal yaitu Tenun
Ikat yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil wanita Suku Sasak. Kedewasaan wanita suku
sasak di lihat dari keterampilan menenun. Bagi masyarakat Suku Sasak, wanita yang siap untuk
berkeluarga dapat dilihat dari seberapa pandai wanita tersebut membuat kain tenun ikat. Wanita
Suku Sasak yang sudah pandai menenun, dia sudah dianggap menjadi wanita dewasa dan layak
berkeluarga. Keahlian menenun juga akan berdampak baik bagi kehidupan keluarga nantinya,
dengan pandai menenun, wanita suku sasak dapat membantu perekonomian keluarga yang
biasanya para lelaki suku sasak hanya mendapatkan uang dari hasil berkebun atau berladang.
15
Kain tenun yang dihasilkan oleh suku sasak, Lombok – Nusa Tenggara Barat dibuat
dengan cara-cara yang masih sangat tradisional. Alat-alat tradisional yang mereka pakai masih
tetap sama seperti apa yang digunakan oleh nenek moyang mereka. Bahan-bahan yang
digunakam juga berasal dari alam. Mereka menggunakan benang-benang yang berasal dari serat-
serat tumbuhan seperti serat nanas, serat pisang, kapas dan dari kulit kayu (http://unj-
pariwisata.blogspot.com/). Warna-warni dari kain berasal dari warna alami tanpa ada campuran
bahan kimia, namun dengan itu membuat kualitas kain tenun ikat yang dihasilkan masyarakat
Suku Sasak memiliki kualitas yang buruk, justru karena keunikan dan kekhasannya yang berasal
dari alam, kain tenun hasil masyarakat Suku Sasak bernilai kualitas dan harga tinggi.
Pada awalnya, kerajinan tenun ikat digunakan untuk busana pesta, busana pemimpin adat,
maupun busana kaum bangsawan. Seiring perkembangan jaman, kedudukan tenun ikat ini
meluas menjadi salah satu komoditi dari suku Sasak. Selain sebagai mata pencaharian sehari-
hari, kegiatan menenun ini juga mereka jadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan yang
berkunjung, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara sangat meminati kain tenun
ikat buatan masyarakat Suku Sasak. Suku Sasak tidak sungkan – sungkan mengajari dan
membiarkan melakukannya dan mengajarkan cara menenun, karena setelah mencoba, pasti akan
menghargai karya tenun mereka dengan harga yang pantas, karena proses penenunan tidak hanya
memakan waktu lama tapi juga fisik yang kuat.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa
Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di
sebelah timur dari Sumbawa. Samudra Indonesia di sebelah utara dan Samudra Hindia
disebelah selatan.
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak
merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam. Sehingga seluruh tatanan kehidupan mulai dari adat istiadat, tradisi
dan lainnya berpegang pada ajaran Islam, namun walau begitu terkadang juga masih
bercampur dengan kepercayaan lokal Suku Sasak.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya kita dapat lebih gencar lagi dalam pembuatan karya
ilmiah atau penelitian tentang kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, karena hal
tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak upaya untuk melestarikan budaya yang ada
Nusantara. Jangan sampai budaya yang kita miliki diakui oleh pihak lainnya dengan alasan
akibat kelalaian dan sikap ketidakpedulian kita terhadap budaya sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari buku/makalah/jurnal :
Ahmad Abd. Syakur. 2002. Islam dan Kebudayaan Sasak. Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga
Bustami Saladin. 2013. Tradisi Merarik Suku Sasak di Lombok dalam Perspektif Hukum Islam.
Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabaya
Depdikbud. 1977. Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Bara. Jakarta : Balai Pustaka
Erni Budiwanti. 2000. Islam Sasak: Wetu Telu versus Wetu Lima. Yogyakarta : LKIS
Lalu Wiramaja et al., 1993. Senjata Tradisional di Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
M. Junus Melatoa. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa Sasak di Indonesia. Jakarta: Depdikbud
CV.Eka Putera
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1978. Adat Istiadat Daerah Nusa
Tenggara Barat. Jakarta : Balai Pustaka
Anggun Zamzani. 2009. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Lombok Abad XVI-XVIII
(Sebuah Kajian Sejarah Lokal dan Pembelajaran dalam IPS Sejarah). Malang : Skripsi,
Jurusan Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang.
Sumber dari internet :
Letak Geografis daerah Nusa Tenggara Barat : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara
Barat, tersedia online di http://ntb.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/113, diakses tanggal 23
September 2015
2013. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin : Badan Pusat Statistik
Provinsi Nusa Tenggara Barat, tersedia online di http://ntb.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/67, diakses tanggal 23 September 2015
Candra Karismawan. 2012. Sistem Mata Pencaharian Suku Sasak : Universitas Negeri Jakarta,
tersedia online di: http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/bab-v-sistem-mata-
pencahariansistem.html, diakses tanggal: 19 September 2015
18
Ahmad Salehudin. Merarik Upacara Pernikahan Khas Sasak, Nusa Tenggara Barat, tersedia
online di http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2227/merarikupacara-pernikahan-khas-
sasak-nusa-tenggara-barat, diakses tanggal 20 September 2015
http://indonesiadata.co.id/main/index.php/nusa-tenggara-barat, diakses tanggal 4 Oktober
2015 pukul 15:20 wib
http://indonesiadata.co.id/main/index.php/nusa-tenggara-timur, diakses tanggal 4 Oktober
2015 pukul 15:55 wib
KM Sajang Bawak Nao. 2014. Sinopsis Tari Tandang Mendet Desa Sembahulun, tersedia online
di http://budaya.kampung-media.com/2014/12/18/sinopsis-tari-tandang-mendet-desa-
sembahulun-7080, diakses tanggal 5 Oktober 2015 pukul 09:01 wib
Bahasa Sasak Sehari-hari, tersedia online di http://kamus.sasak.org/index.php?a=
viewpage&id=5, diakses tanggal 4 Oktober 2015
Miftahul Khair. 2015. Tradisi yang Tak Terkikis Waktu “Budaya Permainan Masyarakat Sasak
yang Bertahan Dari Masa Ke-Masa”, tersedia online di http://www.kompasiana.com/
miftahul_khair/tradisi-yang-tak-terkikis-waktu-budaya-permainan-masyarakat-sasak-yang-
bertahan-dari-masa-ke-masa_553018576ea83431258b45ab, diakses tanggal 5 Oktober
2015
Pakaian Adat Suku Sasak Nusa Tenggara Barat, tersedia online di
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1106/pakaian-adat-suku-sasak-nusa-tenggara-
barat, diakses tanggal 5 Oktober 2015
2008. Gendang beleq: musik melayu suku sasak, tersedia online di
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2519/gendang-beleq-musik-perang-suku-sasak,
diakses tanggal 4 Oktober 2015
2014. Adu Kejantanan di Tradisi Pperesean. http://id.lombokindonesia.org/adu-kejantanan-di-
tradisi-presean/, diakses tanggal 6 Oktober 2015
2013. Keunikan Rumah Adat Dusun Sade Lombok, tersedia online di
http://www.wisatadilombok.com/2013/06/keunikan-rumah-adat-dusun-sade-lombok.html,
diakses tanggal 4 Oktober 2015
19
Sumber Gambar:
http://www.bsukses.com/2015/03/tradisi-unik-di-pulau-seribu-masjid.html, diakses pada tanggal
5 Oktober 2015
https://lombokd3a.wordpress.com/about/, diakses pada tanggal 5 Oktober 2015
https://doenklombok.wordpress.com/tradisi/peresean/, diakses pada tanggal 5 Oktober 2015
http://mysukararavillage.blogspot.co.id/, diakses pada tanggal 5 Oktober 2015
http://holobis.net/index.php?action=page_display&PageID=42, diakses pada tanggal 5 Oktober
2015
http://www.gnpmusic.co.id/?page=artikel.html&artikel=Tarian%20Daerah, diakses pada tanggal
5 Oktober 2015
http://tasik-cyber.blogspot.co.id/2014/08/gambar-dan-nama-pakaian-adat.html, diakses pada
tanggal 5 Oktober 2015
http://arsipbudayanusantara.blogspot.nl/2014/01/macam-macam-tradisi-dan-budaya-di-
lombok.html, diakses pada tanggal 5 Oktober 2015
http://budaya-indonesia.org/Tulup/, diakses pada tanggal 5 Oktober 2015