warta vol.15 (1) 2009 penelitian dan pengembangan (ada blumea)
TRANSCRIPT
.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 1
KONSENTRAT PROTEIN KELAPA UNTUK PRODUK PANGAN
Sampai saat ini minyak kelapa merupakan produk utama yang diolah dari daging buah kelapa. Minyak kelapa merupakan pro-duk yang diperoleh dari peng-olahan kopra dengan cara kering (dry process of coconut ) ataupun langsung dari kelapa segar de-ngan cara basah (wet process of coconut). Proses pengolahan mi-nyak kelapa cara basah dapat menghasilkan produk akhir be-rupa minyak kelapa yang dikenal dengan sebutan minyak perawan, minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Selain VCO, juga diperoleh hasil ikutan berupa air kelapa, ampas kelapa, skim ke-lapa dan blondo.
eknologi pengolahan untuk
menghasilkan berbagai pro-
duk bernilai ekonomi dari
hasil ikutan VCO telah tersedia
seperti pengolahan nata de coco,
sirup dan minuman ringan, tepung
kelapa, kecap, anggur kelapa dan
lain-lain. Skim kelapa dan blondo
mengandung protein yang cukup
tinggi sehingga merupakan sumber
protein yang potensial untuk di-
proses lanjut menjadi konsentrat
protein kelapa. Konsentrat protein
kelapa (KPK) dapat digunakan
sebagai bahan tambahan sumber
protein dalam pengolahan berbagai
produk pangan antara lain produk
ekstrusi dan makanan bayi serta
sebagai stabilizer untuk menstabil-
kan sistem emulsi.
Pengolahan dan Karakteristik Konsentrat Protein Kelapa
Pengolahan konsentrat protein
kelapa
Konsentrat protein kelapa dapat diproses dari skim kelapa maupun blondo. Skim adalah lapisan bawah yang terbentuk pada saat dilakukan pendiaman santan untuk mendapat-kan krim. Blondo adalah lapisan kaya protein yang terbentuk ketika dilakukan proses pendiaman untuk mendapatkan (VCO) Virgin Coco-nut Oil (Gambar 1). Proses ekstraksi minyak cara basah dapat meng-hasilkan protein berkualitas lebih baik dibandingkan dengan peng-olahan cara kering. Protein kelapa tersebut dapat diolah menjadi kon-sentrat protein kelapa dengan meng-gunakan beberapa teknik pemisahan seperti pemanasan, presipitasi se-suai dengan titik isoelektris protein, sentrifugasi dan ultrafiltrasi.
Karakteristik konsentrat protein kelapa akan berbeda dengan per-bedaan metode preparasi yang di-lakukan. Konsentrat protein krim ke-lapa yang dibuat dengan cara peng-asaman santan, lalu disentrifugasi memiliki kadar air 3,58%, protein 88,94%, lemak 1,90%, abu 3,95%
T
Gambar 1. Skim kelapa dan blondo sebagai bahan baku untuk pengolahan
konsentrat protein kelapa
Volume 15, Nomor 1 April 2009
W A R T A BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
TERBIT TIGA KALI SETAHUN
ISSN 0853 - 8204
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN INDUSTRI
Dok : Ste
ivie
Kar
ouw
dan
Rin
den
gan
Bar
lina
(Bal
itka)
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 2
dan karbohidrat 1,64%. Sedangkan yang diproses dengan pembekuan kemudian dipanaskan pada suhu 40
oC mengandung kadar air 3,37%,
protein 75,27%, lemak 2,45%, abu 4,24% dan karbohidrat 14,67%. Konsentrat protein dari skim kelapa mengandung lemak 2,0%, air 8,5% dan abu 9,0% serta protein 33-35%. Kadar protein konsentrat skim dapat meningkat sampai 46,63%.
Kandungan asam amino konsentrat protein kelapa
Protein merupakan suatu zat ma-kanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Mo-lekul protein tersusun atas sejumlah asam amino sebagai bahan dasar yang saling berikatan satu sama lain. Asam amino dalam kondisi netral (pH isolelektrik, PI) berada dalam bentuk ion dipolar atau juga disebut ion zwitter. Sampai sekarang ini, dikenal 24 jenis asam amino, yang digolongkan menjadi dua kelompok yaitu asam amino eksogen dan asam amino endogen. Asam amino en-dogen dapat disintesis dalam tubuh, sehingga dikenal dengan sebutan asam amino non-essensial. Sedang-kan asam amino eksogen adalah asam amino yang tidak dapat di-sintesis dalam tubuh manusia, ka-rena itu disebut asam amino essen-sial, artinya harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Asam amino essensial di antaranya adalah lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin dan fenilalanin.
Berdasarkan kelarutannya, pro-tein dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu albumin, globulin, glutelin, prolamin, histin dan prolamin. Protein kelapa terdiri atas fraksi globulin 40,1%, albumin 21,0%, prolamin 3,3%, glutelin 19,2% dan senyawa bukan protein 4,8%. Konsentrat protein kelapa mengandung asam amino essensial yaitu isoleusin, leusin, lisin, meti-onin, phenilalanin, treonin dan valin. Kandungan asam amino pada daging buah kelapa akan berbeda pada umur buah yang berbeda. Pada daging buah kelapa hibrida Khina-1 ternyata kadar asam aminonya me-ningkat sampai umur buah 10 bulan, kemudian menurun saat mencapai umur buah 11 - 12 bulan. Khusus
asam amino essensial cenderung turun dari umur buah 10 bulan sam-pai umur buah 12 bulan. Komposisi asam amino konsentrat protein ke-lapa dibandingkan dengan konsen-trat protein kedelai disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, Asam amino glutamat merupakan asam amino dominan pada konsentrat protein kelapa disusul arginin, asam aspartat dan leusin. Meskipun tidak termasuk dalam asam amino essen-sial, tetapi asam amino glutamat sangat penting sebagai nutrisi untuk otak. Asam amino histidin dan arginin dikelompokkan dalam asam amino non essensial karena asam amino arginin tidak essensial bagi anak-anak dan orang dewasa, tetapi berguna bagi pertumbuhan bayi, sedangkan histidin essensial bagi anak-anak tetapi tidak essensial bagi orang dewasa.
Pemanfaatan Konsentrat Protein
Kelapa
Makanan bayi
Konsentrat protein kelapa (KPK)
telah dimanfaatkan dalam peng-
olahan makanan bayi dan diperoleh
2 formula yang cukup baik, yaitu
FORMULA-C (FC) dan FORMU-
LA-F (FF) setelah dibandingkan de-
ngan kasein dengan menggunakan
tikus percobaan. FC adalah makanan
bayi dari campuran KPK (kadar pro-
tein 31,49%) dan Tepung Beras
Instan (TBI) = 5,5 : 4,5. Sedangkan
FF adalah makanan bayi dari cam-
puran KPK (Kadar protein 46,63%)
dan Tepung Beras Instan (TBI) =
3,5 : 6,5. Selanjutnya pengujian mu-
tu protein makanan bayi dilakukan
secara in vivo dengan menggunakan
tikus percobaan selama 10 hari.
Pengujian mutu protein menghasil-
kan nilai NPR (Net Protein Rasio),
NB (Nilai Biologi), DC (Daya Cerna
Sejati) dan NPU (Net Protein Utili-
zation). Hasil pengujian mutu pro-
tein makanan bayi dari Formula C
dan Formula F dibandingkan dengan
kasein sebagai kontrol disajikan pa-
da Tabel 2. Berdasarkan hasil peng-
ujian in vivo tersebut, protein kelapa
memiliki mutu cukup baik diban-
ding kasein.
DAFTAR ISI
Informasi Komoditas Konsentrat protein kelapa untuk pro- duk pangan............................................... 1 Binahong (Anredera cordifolia) sebagai obat .......................................................... 3 Teknologi pengolahan citra digital untuk identifikasi mutu fisik produk tanaman perkebunan............................................... 6 Sembung (Blumea balsamifera) berkhasiat sebagai obat rematik................................. 9 Nematoda entomopatogen (Steinernema) sebagai agensia pengendali hama secara hayati........................................................ 11Nilai lebih jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai sumber energi flora...................... 12Tanaman asam kandis (Garcinia xantho chymus) dan manfaatnya .......................... 14Tanaman obat berkhasiat antikanker........ 17Potensi tanaman saga (Abrus precato- rius) sebagai pestisida nabati ................... 21Peluang budidaya dan manfaat jintan hitam (Nigella sativa) .............................. 23Prospek pengendalian Helopeltis antonii dengan menggunakan beberapa macam insektisida nabati ..................................... 25Panili budidaya dan kerabat liarnya ......... 26Ulat bertanduk pada tanaman asam jawa.......................................................... 28Tanaman inang serangga vektor penyakit kerdil pada tanaman lada.......................... 29
Berita
The 4th Meetimg of the Asian Cotton Research And Development Network Anyang Cina 23 - 26 September 2008 .... 32Pedoman bagi penulis .............................. 32
Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri me-muat pokok-pokok kegiatan ser-ta hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman perkebunan.
PENANGGUNG JAWAB : Kapuslitbang Perkebunan
M. SYAKIR
A. DEWAN REDAKSI Ketua Merangkap Anggota
AGUS KARDINAN
Anggota :
DONO WAHYUNO ENDANG HADIPOENTYANTI
DEDI SOLEH EFFENDI E. RINI PRIBADI M. DJAZULI
BAMBANG PRASTOWO
B. REDAKSI PELAKSANA
YUSNIARTI SUSILOWATI MALA DEWI
ELFIANSYAH DAMANIK
Alamat Redaksi dan Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Jl. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111
Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194
Sumber Dana :
DIPA 2OO9 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 3
Produk ekstrusi
Proses ekstrusi merupakan suatu teknik yang telah umum digunakan dalam pengolahan biji-bijian seperti gandum, sorgum, jagung dan beras serta bahan lain yang mengandung karbohidrat dengan menggunakan ekstruder. Saat ini hasil teknologi ekstrusi yang ditujukan untuk membuat produk makanan ringan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada-lah produk yang menggunakan satu macam bahan utama, misalnya gan-dum, beras serta sumber pati lain-nya. Kelompok kedua adalah pro-duk yang dibuat dari campuran ber-bagai sumber pati seperti ubi jalar atau yang dicampur dengan kacang-kacangan yang mengandung protein. Dengan mempertimbangkan kan-dungan protein yang ada pada konsentrat protein kelapa, maka konsentrat protein kelapa telah di-manfaatkan sebagai bahan tambahan sumber protein pada pengolahan produk ekstrusi dari campuran te-pung beras dan tepung jagung. Pe-nambahan KPK sebesar 2,5; 5,0 dan 7,5% dapat meningkatkan derajat pengembangan produk ekstrusi yang dihasilkan dibandingkan dengan tanpa penambahan KPK (kontrol).
Stabilizer untuk sistem emulsi
Konsentrat protein kelapa telah diujikan sebagai stabilizer untuk
menstabilkan sistem emulsi minyak dalam air (O/W) dan sebagai pem-banding digunakan whey protein isolat. Ternyata KPK dapat men-stabilkan sistem emulsi meskipun belum sebaik whey protein isolat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih terdapatnya partikel-partikel non protein seperti mineral, lemak dan karbohidrat. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan teknik ekstraksi dan pemurnian yang tepat untuk menghasilkan konsentrat protein kelapa dengan tingkat kemurnian yang lebih baik. KPK dengan karak-teristik tersebut, akan lebih tepat untuk dimanfaatkan sebagai stabili-
zer pada produk pangan seperti yogurt, salad dressing dan sauce.
Penutup
Konsentrat protein kelapa dapat
digunakan untuk keperluan seperti
makanan bayi, produk ekstrusi dan
stabilizer. Untuk sistem emulsi
pengembangan lebih lanjut produk
ini, dapat diberikan melalui sosiali-
sasi berupa desiminasi ke pengguna
dan dilakukan sebagai bentuk
kerjasama.
BINAHONG (Anredera cordifolia) SEBAGAI OBAT
Tanaman binahong (Anredera cor-difolia (Ten.) Steenis) adalah ta-naman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi. Di Indonesia ta-naman ini belum banyak dikenal, sedangkan di Vietnam tanaman ini merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana. Binahong tumbuh menjalar dan panjangnya dapat mencapai 5 meter, berbatang lunak berbentuk silindris dan pada ketiak daun terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar. Daunnya tung-gal dan mempunyai tangkai pendek, bersusun berselang-seling
dan berbentuk jantung. Panjang daun antara 5 - 10 cm dan mem-punyai lebar antara 3 - 7 cm. Seluruh bagian tanaman bina-hong dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun, umbi dan bunganya.
anaman binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) ter-
masuk dalam famili Basella-
ceae merupakan salah satu tanaman
obat yang mempunyai potensi besar
ke depan untuk diteliti, karena dari
tanaman ini masih banyak yang
perlu digali sebagai bahan fito
farmaka. Tanaman ini sebenarnya
berasal dari Cina dan menyebar ke
Asia Tenggara. Di negara Eropa
maupun Amerika, tanaman ini
cukup dikenal, tetapi para ahli di
sana belum tertarik untuk meneliti
serius dan mendalam, padahal
beragam khasiat sebagai obat telah
diakui. Di Indonesia tanaman ini dikenal
sebagai gendola yang sering diguna-kan sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman. Namun tanaman ini belum banyak dikenal dalam masyarakat Indonesia.
Tanaman merambat ini perlu
dikembangkan dan diteliti lebih
Tabel 1. Komposisi asam amino konsentrat protein kelapa dibandingkan de- ngan konsentrat protein kedelai
Jenis Asam Amino Konsentrat Protein .Kelapaa Konsentrat Protein Kedelai
b
Asam amino essensial : Isoleusin 3,4 5,2 Leusin 6,0 9,1 Lisin 3,8 7,1 Phenilalanin 3,5 5,7 Tirosin 1,6 3,7 Sistin 1,4 1,67 Metionin 1,5 1,54 Treonin 3,4 4,5 Triptofan 0,7 - Valin 4,9 5,2 Asam amino non essensial : Histidin 1,8 3,1 Arginin 11,7 8,5 Asam aspartat 8,3 13,5 Asam glutamat 19,3 21,0 Serin 4,7 5,9 Prolin 3,8 5,8 Alanin 4,3 5,1 Glisin 4,1 4,8
Keterangan : a) Rindengan (1988);
b) Jeunink dan Ceftel (1979)
Tabel 2. Mutu makanan bayi (formulasi konsentrat protein kelapa dan tepung beras instan) dibanding kasein
Jenis Formula NPR NB DC NPU Formula-C 3,41 96,47 93,79 90,51 Formula-F 3,60 96,46 94,57 91,26 Kasein 4,96 98,12 94,23 92,47
Sumber : Rindengan (1988) , Keterangan : NPR= Net protein rasio NB = Nilai Biologi DC = Daya curna NPU = Net protein utilization
T
Steivie Karouw dan Rindengan Barlina, Balitka
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 4
jauh. Terutama untuk mengung-
kapkan khasiat dari bahan aktif yang
dikandungnya. Berbagai pengala-
man yang ditemui di masyarakat,
binahong dapat dimanfaatkan untuk
membantu proses penyembuhan
penyakit-penyakit berat (http:/portal.
cbn. net.it.cbprtl/cybermed/detail).
Deskripsi dan klasifikasi tanaman
Binahong merupakan tanaman menjalar dan bersifat perennial (ber-umur lama), panjang dapat mencapai 5 m. Batang lunak, berbentuk silin-dris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang memben-tuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak ber-aturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, ber-tangkai sangat pendek, tersusun berseling, ber-warna hijau, bentuk jan-tung, panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berle-kuk, tepi rata, permuka-an licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berben-tuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ke-tiak daun, mahkota ber-warna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 - 1 cm, berbau ha-rum. Akar berbentuk rim-pang, berdaging lunak.
Tanaman ini diklasifi-kasikan dalam kelas ; Magnoliopsida, Sub-kelas ; Hamamelidae, Or-do ; Caryophyllales, Familia; Base-llaceae, Genus; AAnnrreeddeerraa,, Spesies; Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (http://www.plantamor. com)
Kandungan kimia
Setiap tanaman akan mempro-duksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu. Se-nyawa kimia ini lebih banyak fungsinya untuk bersaing dengan mahluk hidup lainnya. Senyawa ini disebut dengan metabolit sekunder.
Untuk mengungkapkan ada apa dibalik khasiat tanaman binahong maka perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai kandungan senyawa aktif. Dari hasil penelitian pendahuluan Universitas Gadjah Mada, dinyatakan bahwa pada kultur in vitro daun binahong terkandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin (http://fbau-gm. wordpress.com/tag/binahong). Senyawa-senyawa ini dapat berperan sesuai fungsinya masing-masing.
Kemampuan binahong untuk me-
nyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid. Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mi-kroorganisme seperti bakteri dan vi-rus. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Al-kaloid memiliki aktivitas hipogli-kemik. Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik membantu tubuh dalam proses sin-
tesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Sedangkan saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik dan mani-pulator fermentasi rumen.
Perbanyakan
Perbanyakan tanaman binahong dilakukan secara vegetatif dan ge-neratif dengan menggunakan akar rimpang dan biji. Perbanyakan dari rimpang akar dengan mencabut atau memisahkan rimpang dari pohon
induk, dipilih rimpang yang telah cukup tua. Rimpang ditanam pada media tanah yang telah dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Rimpang yang telah di tanam sebaiknya diberi naungan sampai 50%. Untuk perbanyakan me-lalui biji dapat dilakukan apabila bijinya telah ma-tang. Biji yang disemai-kan pada pembibitan se-telah memiliki 4 - 6 daun, umur tanaman kurang lebih 1 bulan sudah dapat dipindahkan ke lapangan. Sampai saat ini perbanya-kan tanaman umumnya lebih banyak mengguna-kan cara vegetatif dengan menggunakan rimpang karena lebih cepat tumbuh dan sifatnya sama dengan induknya. Binahong tum-buh baik pada tempat teduh dan agak lembab.
Manfaat Tanaman
Manfaat tanaman ini
sangat besar dalam dunia
pengobatan, secara em-
piris binahong dapat menyembuh-
kan berbagai jenis penyakit. Dalam
pengobatan, bagian tanaman yang
digunakan dapat berasal dari akar,
batang, daun, dan bunga maupun
umbi yang menempel pada ketiak
daun. Tanaman ini dikenal dengan
sebutan Madeira Vine dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. Percobaan pada tikus yang
S T O P P R E S !S T O P P R E S !S T O P P R E S !S T O P P R E S !
Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) telah disadari merupakan salah satu langkah prespektif untuk mengatasi masalah krisis
energi. Untuk mendukung pengembangan BBN tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, melalui Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan telah menyiapkan beragam teknologi pendukung, mulai dari penyediaan varietas unggul
tanaman penghasil BBN, teknologi budidaya, hingga penanganan pascapanen, dan pengolahannya.
Cukup banyak tanaman perkebunan yang mampu berperan sebagai penghasil minyak nabati seperti : Jarak pagar, jarak
kepyar, kamalakian, aren sawit, dan sebagainya. Terkait dengan potensi yang dimiliki oleh komoditas perkebunan serta memperhatikan perkembangan inovasi perkebunan yang ada
saat ini, maka Puslitbang Perkebunan akan memperkenalkan inovasi tersebut dalam kegiatan Pekan Teknologi Perkebunan yang dirancang sebagai forum komunikasi semua stakeholder perkebunan, terutama untuk penggalangan konsep dan strategi
percepatan implementasi teknologi BBN Tema yang akan diangkat ”Teknologi Perkebunan Menjawab Krisis Energi”
yang akan diselenggarakan 11-15 Agustus 2009 di Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor
Pekan Teknologi Perkebunan akan mencakup berbagai acara seperti :
- Peluncuran (Launching) buku, varietas dan produk - Simposium V Litbang Tanaman Perkebunan
- Pameran Teknologi dan Produk - Temu Bisnis/Diskusi panel
- Bazar dan Lomba Acara ini juga merupakan kegiatan dari rangkaian peringatan 35
tahun Badan Litbang Pertanian yang mengangkat tema ”Agroinovasi Penggerak Sistem Pertanian Industrial”
Panitia Pelaksana
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 5
disuntik dengan bahan ekstrak dari binahong dapat meningkatkan daya tahan tubuh, peningkatan agresivitas tikus dan tidak mudah sakit
Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah: kerusakan gin-jal, diabetes, pembengkakan jan-tung, muntah darah, tifus, stroke, wasir, rhematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahir-kan, menyembuhkan segala luka-luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, sem-belit, sesak napas, sariawan berat, pusing-pusing, sakit perut, menurun-kan panas tinggi, menyuburkan kan-dungan, maag, asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh.
Cara penggunaan
Cara paling mudah penggunaan binahong adalah dengan merebusnya atau sebagai campuran pada makan-an seperti mi atau dimakan langsung sebagai lalapan. Dari bahan segar dapat digunakan umbi yang baru diambil. Pemakaian secara oral dapat diramu sebagai berikut : umbi binahong sebanyak tiga potong, dengan ukuran kurang lebih 2 - 3 cm, dicuci bersih dengan air, kemudian direbus dengan 5 gelas, setelah dingin disaring dan hasilnya diminum 2 - 3 kali sehari. Cara ini untuk menyembuhkan luka bekas operasi, maag, typus, disentri, men-cegah stroke, asam urat dan sakit pinggang, untuk vitalitas tubuh di-tambah telur dan madu.
Untuk pemakaian luar, daun dan batang ditumbuk halus kemudian dioleskan pada bagian yang sakit, memar karena terpukul, kena api, rheumatik, pegal linu, nyeri urat, dan menghaluskan kulit.
Umbi binahong dapat dicampur bahan lain dengan cara direbus ber-sama daun sirih, temulawak dengan perbandingan 7 : 9 : 13 untuk pe-nyembuhan pembengkakan jantung, pembengkakan hati, kencing ma-nis, kerusakan ginjal dan radang usus besar. Untuk meningkat vitali-tas tubuh, batang binahong dapat dicampur dengan kencur dan di-rebus dari 3 gelas air menjadi 1 gelas kemudian diminum tiap malam
selama satu minggu, hasilnya badan akan menjadi segar.
Daun binahong dicuci bersih lalu
ditumbuk sampai halus kemudian
dioleskan atau dibalur pada seluruh
tubuh bayi, akan menurunkan panas
tinggi. Lebih baik lagi apabila ibu-
nya meminum jus daun binahong,
ini akan lebih cepat untuk penyem-
buhan bayi.
Bunga direbus dengan air satu gelas sampai menjadi seperempat gelas diminum bermanfaat untuk menyuburkan kandungan.
Selain penggunaan dalam bentuk
segar binahong juga dapat diguna-kan dalam bentuk olahan agar prak-tis penggunaannya seperti bentuk kering (simplisia), serbuk dan kap-sul.
Simplisia dihasilkan dari tanam-an segar yang dikeringkan baik de-ngan menggunakan matahari mau-pun oven sampai kadar airnya men-jadi 8 - 10%. Simplisia yang akan dikonsumsi ditimbang terlebih da-hulu sebanyak 5 g dan direbus de-ngan air sebanyak 3 gelas sampai menjadi 1 gelas lalu disaring dan airnya diminum.
Serbuk didapat dari simplisia yang digiling dengan menggunakan
grinder dengan ukuran 40 - 60 mesh. Penggunaan serbuk yaitu 1 sendok serbuk binahong diseduh dengan 1 gelas air panas mendidih dan setelah dingin baru diminun, ini dilakukan 3 kali sehari.
Kapsul dihasilkan dari serbuk bi-nahong yang dimasukkan ke dalam kapsul sebanyak 0,5g. Kapsul di-konsumsi 3 kali sehari sebanyak 2 - 3 kapsul sekali minum tergantung parahnya penyakit yang diderita. Ke-untungan penggunaan simplisia, ser-buk dan kapsul adalah dapat disim-pan lebih lama dan penggunaannya
kapan saja serta praktis (http://pra-yudi. wordpress.com).
Implikasi
Penggunaan tanaman obat untuk pengobatan berbagai jenis penyakit saat ini semakin berkembang. Penggunaan tanaman obat disam-ping harganya murah juga lebih mudah didapat dan tersedia di-banyak tempat, secara komparatif rata-rata lebih murah dan relatif memerlukan teknologi yang lebih sederhana (Ruslan Aspan 2004).
Dalam penggunaan dapat dibilang praktis hanya dengan cara dimakan langsung dalam keadaan mentah, direbus, atau dibuat sim-plisia yang dapat disimpan dan kapan saja dapat digunakan serta dapat dibuat dalam bentuk ekstrak dan kapsul.
Perkembangan pemanfaatan ta-naman obat mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Ini dapat dilihat dari jumlah produsen jamu, produksi dan nilai jual serta potensi pasar bahan baku yang sangat bagus (Sutjipto, 2004).
Penutup
Tanaman binahong mempunyai manfaat sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit berat. Dalam pengobatan yang di-gunakan adalah bagian, akar, ba-tang, daun, bunga serta umbi. Selain penelitian aspek budidaya yang tepat untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman binahong perlu penelitian untuk mengungkapkan secara jelas mengenai khasiat senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yang berkaitan dengan penyembuhan berbagai jenis penyakit.
Gambar : Tanaman binahong dan umbi yang keluar dari ketiak daun
Feri Manoi, Balittro
.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 6
TEKNOLOGI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK IDENTIFIKASI MUTU FISIK PRODUK
TANAMAN PERKEBUNAN
Dewasa ini sebagai akibat glo-balisasi persaingan di berbagai bidang semakin tajam. Termasuk pula bisnis bidang pertanian dan perkebunan menjadi bagian yang harus mampu menghadapi per-saingan tersebut. Perusahaan-perusahaan yang dahulu bersaing hanya pada tingkat lokal atau regional, kini harus pula bersaing dengan perusahaan dari seluruh dunia. Hanya perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau jasa berkualitas kelas dunia yang dapat bersaing dalam pasar global. Di dalam negeri, sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan status sosial di masyara- kat, maka pemahaman akan pentingnya mutu dan keamanan produk semakin tinggi. Konsumen di masa datang akan menuntut mutu dan kesegaran dari produk olahan hasil dari tanaman pangan maupun perkebunan khusus- nya produk makanan, minuman dan obat-obatan. Mereka akan semakin khawatir mengenai kesehatan dan gizi, keamanan produk dan berbagai cemar- an mikroba dan kimia yang mengganggu kesehatan atau menyebabkan penyakit. Kondisi ini akan mendorong berkembang-nya inovasi teknologi yang meng-hasilkan berbagai jenis dan ben-tuk produk olahan yang me-menuhi selera konsumen. Ter-capainya pengembangan berbagai inovasi teknologi ini memerlukan kemampuan rekayasa proses yang sesuai. Maju mundurnya perkem-bangan industri hasil tanaman perkebunan Indonesia di masa datang akan sangat ditentukan oleh peranan rekayasa proses dalam menciptakan berbagai inovasi teknologi tersebut. Ke-mampuan rekayasa proses ini akan dipengaruhi oleh keber-hasilan penelitian dan pengem-bangan serta dukungan kualitas sumberdaya manusianya.
alah satu mata rantai dalam
rangkaian sistem agribisnis
adalah identifikasi mutu.
Banyak cara dikembangkan untuk
mengidentifikasi mutu produk per-
kebunan baik secara fisik, mekanik
maupun elektronik dan mengguna-
kan bahan-bahan kimia di laborato-
rium. Untuk pengujian mutu fisik,
selama ini masih menggunakan cara-
cara visual (kasat mata) atau per-
alatan sederhana semi mekanis.
Cara-cara seperti ini sangat lambat
dan menyebabkan bias yang sangat
tinggi. Cara baru yang mudah,
murah dan cepat dalam pengo-
perasiannya adalah dengan meng-
gunakan teknologi pengolahan citra
digital. Teknologi Pengolahan Citra me-
rupakan bidang yang cukup berkem-bang saat ini semenjak orang mengerti bahwa komputer tidak hanya dapat menangani teks dan angka-angka, tetapi juga data citra. Dalam perkembangannya pengolah-an citra dapat digunakan dalam membedakan jenis produk karena teknologi ini memiliki kemampuan dalam menganalisis produk ber-dasarkan perbedaan intensitas war-na. Meskipun demikian teknolo- gi ini tidak dapat berdiri sendiri, masih membutuhkan perangkat pem-bantu lainnya sebagai alat pengam-bilan keputusan seperti jaringan syaraf tiruan atau menggunakan lo-gika fuzzy. Penggunaan teknologi ini memungkinkan produk perkebunan akan terjamin mutunya, serta ter-hindar dari berbagai bentuk cemaran karena memiliki tingkat konsistensi yang tinggi dalam sistem peng-awasannya.
A. Aspek Mutu dan Keamanan Produk Tanaman Perkebunan
Mutu
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali membicarakan masalah mutu, misalnya mengenai mutu sebagian besar produk buatan luar
negeri lebih baik daripada mutu pro-duk dalam negeri. Apa sesungguh-nya mutu itu ?. Pertanyaan ini sangat banyak jawabannya, karena makna-nya akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Mutu sendiri memiliki banyak kriteria yang berubah secara terus menerus.
Kramer dan Twigg (1970) men-
definisikan mutu sebagai gabungan
sifat-sifat yang membedakan suatu
produk dan memiliki arti penting
dalam penentuan tingkat penerimaan
pembeli. Dengan demikian, mutu
sebagai sasaran dirumuskan dari
perspektif konsumen, sehingga eks-
presi mutu memerlukan perbanding-
an antara kriteria dan realitas. Hal
tersebut berakibat pada perkembang-
an definisi mutu dan secara ringkas
disusun oleh Lidror dan Prussia
(1993) adalah sebagai berikut:
sejumlah atribut atau sifat-sifat yang
menggambarkan produk (McDer-
mont and Count, 1971), penyesuaian
terhadap tuntutan (Crosby, 1979),
penyesuaian terhadap kebutuhan
konsumen pada harga yang terbatas
(Groocock, 1986), kemampuan un-
tuk memberikan manfaat (Juran,
1988), dan penyesuaian terhadap ke-
butuhan antisipatif konsumen pada
harga yang terbatas (Lidror and
Prussia, 1990). International Organi-
zation for Standardization (ISO) di
Eropa mendefinisikan mutu adalah
derajat dalam keseluruhan karak-
teristik produk dalam memenuhi
tuntutan-tuntutan yang berasal dari
sasaran penggunaan.
Mutu hasil tanaman perkebunan khususnya untuk komoditas yang bahan utamanya hortikultura segar merupakan kombinasi dari karak-
teristik, atribut dan sifat-sifat yang memberikan nilai komoditas sebagai bahan makanan dan kesenangan (Kader, 1992). Tampilan yang baik merupakan atribut penyesuaian dari mutu hasil pertanian antara produ-sen dan konsumen. Jaminan kea-
S
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 7
manan hasil pertanian merupakan atribut mutu yang sangat penting bagi konsumen dan menjadi tang-gung jawab moral bagi produsen dan institusi yang terlibat dalam jaringan pemasaran sebelum sampai ke tangan konsumen.
Komponen Mutu
Komponen mutu digunakan untuk menilai suatu komoditas yang berkaitan dengan pemilahan dan pembakuan, tanggap terhadap ber-bagai faktor lingkungan dan per-lakuan pascapanen serta seleksi dalam program pemuliaan. Peran dari masing-masing atribut mutu bergantung pada komoditas dan dayaguna yang diharapkan. Rincian atribut mutu dimaksud khususnya untuk buah dan sayuran segar seperti pada Tabel 1.
Kramer dan Twigg (1983) meng-
klasifikasikan karakteristik mutu ba-
han pangan menjadi dua kelompok,
yaitu : (1) karakteristik fisik/tampak,
meliputi penampilan yaitu warna,
ukuran, bentuk dan cacat fisik;
kinestika yaitu tekstur, kekentalan
dan konsistensi; flavor yaitu sensasi
dari kombinasi bau dan cicip, dan
(2) karakteristik tersembunyi, yaitu
nilai gizi dan keamanan mikrobio-
logis. Berdasarkan karakteristik ter-
sebut, profil produk pangan umum-
nya ditentukan oleh ciri organoleptik
kritis, misalnya kerenyahan pada
keripik. Namun, ciri organoleptik
lainnya seperti bau, aroma, rasa dan
warna juga ikut menentukan. Pada
produk pangan, pemenuhan spesifi-
kasi dan fungsi produk yang ber-
sangkutan dilakukan menurut stan-
dar estetika (warna, rasa, bau, dan
kejernihan), kimiawi (mineral,
logam-logam berat dan bahan kimia
yang ada dalam bahan pangan), dan
mikrobiologi (tidak mengandung
bakteri Eschericia coli dan patogen).
Penilaian dan Pemeriksaan Mutu
Penilaian mutu dapat bersifat
merusak dan tidak merusak bahan
hasil pertanian yang dinilai. Pe-
nilaian tersebut berdasarkan skala
objektif berdasarkan pembacaan
peralatan dan bersifat subjektif ber-
dasarkan pertimbangan manusiawi
menggunakan skala hedonik. Peng-
ukuran dimensi, bobot, dan volume
suatu hasil pertanian pada umumnya
bersifat tidak merusak. Sedangkan
untuk penilaian tekstur, cita-rasa dan
nilai gizi biasanya bersifat merusak.
Penilaian mutu non-destruktif saat
ini sudah banyak dikembangkan,
salah satunya adalah dengan meng-
gunakan teknologi pengolahan citra
digital.
B. Pengendalian Mutu Tanaman Perkebunan dengan Pengola-
han Citra Digital
Pengolahan citra digital
Pengolahan citra (Image Pro-
cessing) merupakan proses peng-
olahan dan proses analisis citra yang
banyak melibatkan persepsi visual.
Proses ini mempunyai data masukan
dan informasi keluaran yang ber-
bentuk citra. Teknik-teknik peng-
olahan citra umumnya terdiri atas
penajaman citra, kompresi citra dan
koreksi citra yang tidak fokus. Be-
berapa penerapan teknik pengolah-
an citra antara lain Computer grap-
hic, Pattern recognition, Artificial
intelligence dan Psychophysics.
Dalam hal ini sistem visual
adalah sebuah proses untuk mem-
peroleh pengukuran atau abstraksi
sifat-sifat geometri dari citra. Kom-
ponen yang membentuk sistem
visual adalah komponen geometri,
pengukuran dan interpretasi.
Ada dua bagian pada proses
pembentukan citra, yaitu geometri
citra yang menentukan suatu titik
dalam pemandangan diproyeksikan
pada bidang citra dan fisik cahaya
yang menentukan kecerahan suatu
titik pada bidang citra sebagai fung-
si pencahayaan pemandangan serta
sifat-sifat permukaan.
Citra masukan diperoleh melalui
suatu kamera yang di dalamnya
terdapat suatu alat digitasi yang
mengubah citra masukan yang ber-
bentuk analog menjadi citra digital.
Dalam pengambilan citra, hanya
citra yang berbentuk digital yang
dapat diproses oleh komputer di-
gital, data citra yang dimasukkan
berupa nilai-nilai integer yang
menunjukkan nilai intensitas cahaya
atau keabuan setiap pixel. Citra di-
gital dapat diperoleh secara otomatis
dari sistem penangkap citra mem-
bentuk suatu matrik dimana elemen-
elemennya menyatakan nilai inten-
sitas cahaya pada suatu himpunan
diskrit pada titik. Sistem tersebut
merupakan bagian terdepan dari
suatu sistem pengolahan citra, seper-
ti terlihat pada Gambar 1 dan 2.
Komputer digital hanya dapat
memproses suatu citra dalam bentuk
digital, data citra yang dimasukkan
berupa nilai-nilai integer yang me-
nunjukkan nilai intensitas cahaya
atau tingkat warna tiap pixel. Citra
digital dapat diperoleh secara otoma-
tis dari sistem penangkap citra digi-
tal (frame grabber) yang melakukan
penjelajahan citra dan membentuk
suatu matrik dimana elemen-elemen-
nya menyatakan nilai intensitas
cahaya pada suatu himpunan diskrit
dari titik. Perangkat pengolahan citra
antara lain adalah kamera digital
(yang memiliki fasilitas macro),
komputer sebagai pemroses data
citra dan sample holder sebagai
tempat untuk menyimpan sampel
yang dilengkapi dengan sistem
penerangan dengan sistem cahaya
yang cukup dan merata.
Keuntungan menggunakan teknolo
logi pengolahan citra digital
Teknologi Pengolahan Citra Di-gital mempunyai kemampuan dalam
Tabel 1. Komponen mutu produk pertanian dan perkebunan
Atribut Utama Komponen
Tampilan Ukuran : dimensi, bobot, volume
Bentuk dan kondisi : diameter, panjang, lebar, kehalusan, kepadatan, keseragaman
Warna : keseragaman, intensitas
Kilap : sifat lapisan lilin
Cacat : morfologis, fisik dan mekanis, fisiologis, patologis, entomologis
Tekstur Kekokohan, kekerasan, kelembutan, kerenyahan, sifat berair (succulence, juiciness), terasa
bertepung, terasa berpasir, keliatan, terasa berserat.
Citarasa Kemanisan, keasaman, kesepetan, kepahitan, aroma, cita rasa asing dan bau asing.
Nilai gizi Karbohidrat (termasuk serat makanan), protein, lemak, vitamin, dan mineral
Keamanan Adanya toksikan alami, cemaran (residu kimia, logam berat), mikotoksin, kontaminan mikroba.
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 8
segmentasi citra, operasi citra biner, operasi morfologi, pelacakan tepi objek, analisis tekstur dan pengolah-an warna. Kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam pemisah-an latar belakang dengan objek, penghitungan indeks warna, peng-hitungan garis tengah, penghitungan keliling, sehingga untuk kepentingan identifikasi mutu hasil pertanian sangat mungkin bisa digunakan mengingat kemampuan seperti ini
- Tingkat ketepatan yang tinggi - Cepat dalam pengerjaannya - Relatif murah dalam pembiayaan - Tidak merusak bahan yang diuji
Hubungan pengolahan citra digital
dengan bidang lain
Untuk melengkapi teknologi pengolahan citra digital diperlukan pengetahuan tentang aplikasi atau tujuan dari penggunaan teknologi ini. Pengetahuan yang dapat mem-bantu dalam pengambilan keputusan digunakan oleh perancang sistem dalam banyak bentuk, baik secara implisit maupun eksplisit. Kehandal-an dan efisiensi dari sesuatu sistem biasanya ditentukan oleh kualitas pengetahuan yang digunakan oleh sistem. Masalah-masalah yang rumit kerap kali hanya dapat dipecahkan dengan mengidentifikasi sumber pengetahuan yang tepat dan meka-nisme yang cocok untuk digunakan
dalam sistem. Namun perlu diingat bahwa pemecahan suatu masalah harus mengutamakan kesederhanaan dan kemudahan, bila hasilnya ter-nyata kurang memuaskan, bisa di-gunakan pengetahuan yang lebih kompleks. Hal ini menjadi penting sebab dalam suatu sistem visual, bukan hanya akurasi yang menjadi bahan pertimbangan, tetapi juga kecepatan suatu proses untuk men-jamin kelancaran aliran data dan pengambilan keputusan. Pengguna-an pengetahuan yang kompleks akan membawa pada komputasi yang berat, yang pada akhirnya akan memperlambat proses.
Dalam perkembangannya, tekno-
logi pengolahan citra digital memer-
lukan dukungan perangkat lunak
yang lain sebagai sistem pengam-
bilan keputusan yang memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi, serta
mampu bekerja secara cepat. Salah
satu teknologi yang dapat membantu
dalam sistem pengambilan keputus-
an ini adalah dengan menggunakan
kecerdasan buatan (Artificial Intelli-
gent). Secara umum dapat dikatakan
bahwa kecerdasan buatan adalah
suatu ilmu tentang teknik komputasi
yang dapat diterapkan pada sistem
peralatan (mesin) sehingga bisa
bekerja secara cerdas seperti yang
dikerjakan oleh manusia. Kecerdas-
an buatan pada suatu sistem mem-
butuhkan kemampuan prediksi dan
pengendalian sistem secara interak-
tif, layaknya seseorang yang me-
miliki kecerdasan tertentu. Berbagai
kecerdasan buatan dapat dikategori-
kan dalam beberapa macam dimensi
menurut keunggulan spesifik yang
dimiliki.
Kecerdasan buatan yang dapat
dipadukan dengan pengolahan citra
digital antara lain Jaringan Syaraf
Tiruan (JST), Logika Fuzzy, Genetic
Algorithm dan lain sebagainya.
Penggunaan kecerdasan buatan ini
memungkinkan hasil yang diperoleh
memiliki tingkat akurasi yang tinggi
karena kemampuannya dalam meng-
olah data yang tidak linear.
Kategori mutu yang dapat diidenti fikasi dengan teknologi pengolahan citra digital
Sistem kerja pengolahan citra
digital, hanya akan menangkap citra
(Red, Green, Blue, Hue, Saturation
dan Intensity) dari permukaan objek-
nya saja, sehingga kategori mutu
yang bisa diidentifikasi dengan cara
ini hanya berupa mutu fisik dari
komoditas perkebunan yang diuji.
Beberapa ketegori mutu fisik yang
dapat diidentifikasi antara lain me-
nyangkut ukuran, bentuk, tingkat
kematangan, tingkat kerusakan, ce-
maran (jamur, residu, dll), ataupun
tekstur dari komoditi tersebut.
C. Aplikasi Teknologi Pengolahan Citra Digital pada Komoditas
Tanaman Perkebunan
Aplikasi Teknologi Pengolahan
Citra pada komoditas tanaman per-
kebunan belum berkembang. Hal
ini menjadi peluang untuk dikem-
bangkan mengingat banyak sekali
komponen mutu yang dapat diiden-
tifikasi dengan menggunakan tekno-
logi ini. Beberapa komoditas tanam-
an perkebunan baik yang berbentuk
buah, biji, batang, daun, akar atau-
pun rimpang dapat diidentifikasi
mutunya dengan menggunakan tek-
nologi ini. Sebagai contoh pada ko-
moditas tanaman perkebunan yang
berbentuk biji, melalui teknologi
ini dapat diidentifikasi tingkat ke-
Gambar 2. Teknik pengolahan citra digital
Gambar 1. Elemen-elemen dari sistem pengolahan citra
Citra
Masukan
Citra
Digital Komputer
Digital
Bingkai
Penyimpan Citra
Monitor
Peraga
Sensor Pengubah Analog
Ke Digital
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 9
utuhannya, tingkat kerusakannya
dan tingkat kematangannya. Untuk
komoditas yang bentuknya selain
biji juga dapat dilakukan hal yang
sama. Bahkan teknologi ini dapat
digunakan untuk menduga adanya
cemaran ataupun infeksi dari jamur
yang tidak diinginkan.
Penerapan teknologi pengolahan
citra pada komoditas perkebunan
sangat besar manfaatnya, mengingat
teknologi ini memiliki tingkat
ketepatan yang tinggi dan harga
relatif lebih murah. Selain itu cara
kerja teknologi ini sangat cepat dan
peralatan yang digunakannya sangat
sederhana. Pengembangan dari
penerapan teknologi ini dapat di-
gunakan dalam sistem sortasi non-
destruktif atau sortasi tanpa harus
merusak atau menyentuh komoditas-
nya.
Penutup
Penerapan teknologi pengolahan
citra untuk identifikasi mutu produk
tanaman perkebunan sangat ber-
peluang untuk dikembangkan me-
ngingat teknologi ini sangat se-
derhana tetapi memiliki daya guna
yang sangat tinggi. Tingkat kesulit-
an yang tertinggi pada pengem-
bangan teknologi ini adalah dalam
sistem pemprogramannya, meng-
ingat teknologi ini menggunakan
skrip-skrip pemrograman yang
melibatkan sistem kecerdasan
buatan, namun dalam penerapan dan
penggunaannya sangat mudah dan
sederhana. Pengembangan teknologi
ini dapat digunakan untuk keperluan
sortasi non-destruktif menjadi lebih
efisien.
SEMBUNG (Blumea balsamifera) BERKHASIAT SEBAGAI OBAT REMATIK
Tanaman sembung (Blumea balsa-mifera L.DC) adalah tanaman yang berpotensi untuk mengobati penyakit rematik. Penggunaan ta-naman sembung untuk keperluan pengobatan di kalangan masyara-kat masih dilakukan secara kon-vensional. Tanaman ini masih di-ambil dari alam, belum dibudi-dayakan, namun banyak dicari masyarakat, untuk bahan ramu-an obat tradisional. Tanaman sembung dapat digunakan sebagai obat luar, dan dapat direbus untuk diminum airnya. Bagian tanaman obat yang digunakan adalah daun dan akar muda dari tumbuhan yang belum berbunga, baik digunakan dalam bentuk segar atau yang telah dikering-kan. Biasanya penggunaan ta-naman obat ini sering dilaku- kan masyarakat secara tung- gal karena daun dan akarnya mengandung minyak atsiri terdiri dari borneol, lineol dan kamfer, deuretik glikosido, flavanol, dan tanin yang berfungsi untuk mengobati penyakit rematik, ekspektoran, dan antiseptik. Per- banyakan tanaman sembung dilakukan secara generatif melalui biji dan vegetatif dengan sobekan tanaman yang tumbuh dari akarnya.
embung (Blumea balsamifera
L. DC (Syn : Conza balsa-
mifera. L)) berasal dari Nepal,
menyebar luas dari India sampai
ke Cina Selatan. Di Indonesia
tanaman sembung biasa ditanam
sebagai tanaman obat tradisional.
Daun maupun akarnya berkhasiat
sebagai obat rematik. Nama lain
tanaman ini disebut sembung utan
(Sunda), sembung lelet, sembung
langu (Jawa), capa (Melayu) dan
sembung (Bali). Tanaman ini
diklasifikasikan dalam Bangsa:
Asterales, Suku: Compositae . Tanaman sembung tumbuh di
tempat terbuka maupun di tempat
agak teduh, dan tidak tahan terhadap
kekeringan. Tanaman banyak di-
temukan di daerah tropis sampai
sub tropis, tumbuh baik di dataran
rendah sampai 2.200 m di atas
permukaan laut dan pada tanah
berpasir atau tanah yang agak
lembab/basah.
Tanaman obat ini tersebar di
seluruh Indonesia dan belum di-
budidayakan secara optimal, di
Pulau Jawa tanaman sembung di-
temukan tumbuh secara liar di antara
pohon jati.
Karakteristik Tanaman
Sembung termasuk tanaman
semak, tinggi tanaman 1 - 4 m,
batangnya berbulu, berwarna abu-
abu, bau batangnya seperti bau
rempah. Daun tunggal, berbentuk
oval sampai lanset, bagian bawah
daun menyirip, panjang daun 25 -
40 cm dan lebar 10 - 20 cm,
berwarna hijau. Bunga majemuk,
berbentuk bundar, duduk atau
bertangkai, terbentuk di ketiak daun
dan ujung batang, dan berbentuk
sebagai malai, mahkota berwarna
putih kekuningan. Buahnya kotak,
berbentuk silindris, berambut dan
berwarna putih kecokelatan. Bijinya
berbentuk pipih berwarna putih dan
berukuran 8 - 10 atau kira-kira 1 mm
panjangnya dan berbulu. Sembung
berakar tunggang, berwarna putih
kotor. Tanaman sembung berasa
pedas, agak pahit, sifatnya hangat,
dan baunya seperti bau rempah-
rempah.
Perbanyakan tanaman dilakukan
dengan menggunakan biji atau
sobekan tanaman yang tumbuh
dari akarnya. Cara pemeliharaan
tidak sulit, perlu dijaga supaya
cukup air, dengan penyiraman yang
S
Agus Supriatna Somantri,
BBPP Pasca Panen Pertanian
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 10
teratur yaitu untuk menjaga
kelembaban. Pemupukan dasar
menggunakan pupuk organik (pupuk
kandang dan kompos). Sembung
menghendaki cukup matahari atau
sedikit terbuka.
Untuk pengobatan penyakit re-
matik, tanaman sembung sebaiknya
dipanen saat tanaman pada pertum-
buhan vegetatif (daun muda) belum
masuk fase pembungaan.
Penggunaan tanaman sembung
untuk pengobatan rematik.
Istilah rematik berasal dari kata
rheumaticas (bahasa Yunani) atau
rhematismas (bahasa Latin) yang
artinya cairan busuk yang berasal
dari otak yang menyebar ke sendi-
sendi dan menimbulkan sakit linu.
Penyakit rematik dapat menyerang
pada segala usia, umumnya pada
usia lanjut. Dalam anatomi tubuh
manusia persendian mempunyai
fungsi sangat penting untuk segala
aktivitas gerak yaitu duduk, jong-
kok, berjalan, dan mengangkut
berbagai bahan dan lain sebagainya.
Gejala penyakit rematik ditandai
dengan keluhan utama rasa sakit,
pegal linu dan rasa kaku, biasanya
terjadi pada gangguan gerak dan
lemah otot, dan kemudian menim-
bulkan pembengkakan sendi se-
hingga terjadi gangguan gerak dan
lemah otot. Apabila dibiarkan sam-
pai menahun maka penyakit tersebut
menjadi kronis. Penyakit rematik
disebut juga peradangan sendi
(arthritis) yang disebabkan adanya
penumpukan asam urat di dalam
darah yang lama kelamaan meng-
kristal yang berbentuk jarum-jarum
halus di persendian dan biasanya
menimbulkan rasa nyeri rematik
yang tak tertahankan. Penyakit ini
disebabkan 2 faktor yakni:
a. Faktor makanan karena adanya
akibat gangguan pencernaan yang
mengandung zat purin, sehingga
terjadi penumpukan kristal zat
asam urat di dalam sendi. Makan-
an yang banyak mengandung zat
purin yakni: jerohan ( hati, limpa,
ginjal, usus, otak), udang, cumi,
kepiting, ikan teri dan kacang-
kacangan.
b. Faktor lain yang berpengaruh
yaitu akibat kegemukan dan pe-
nyakit ginjal.
Sembung adalah salah satu
tanaman obat yang secara empiris
mampu mengatasi penyakit rematik,
selain itu dapat melancarkan sir-
kulasi, menghilangkan bekuan darah
dan pembengkakan.
Masyarakat penderita umumnya
berusaha mengobati dengan me-
manfaatkan obat tradisional ka-
rena cukup aman dan relatif mudah
tersedia. Biasanya penyembuhan
penyakit rematik membutuhkan
waktu yang cukup lama. Sebagai
pengobatan penyakit rematik, sem-
bung dapat digunakan herba segar
maupun bahan yang dikeringkan
(simplisia). Cara penggunaaannya
sangat mudah ambil tanaman
sembung sebanyak 15 - 30 g herba
segar atau 9 - 18 g herba kering
(simplisia) atau kemudian dicuci
bersih dan direbus dengan tiga gelas
air hingga menjadi satu gelas ke-
mudian disaring, dan air rebusannya
diminum sebanyak 2 kali sehari
setengah gelas sekali pagi dan sore.
Sebaiknya merebus daun sembung
dalam panci tertutup agar minyak
atsirinya tidak menguap atau dengan
cara dilumatkan menggunakan herba
tanaman sebanyak 3 - 4 lembar daun
segar bisa ditambah secukupnya
kapur sirih, setelah itu ditempelkan
pada bagian yang terkena penyakit
rematik, dilakukan secara teratur
sampai penyakit tersebut sembuh.
Bagian tanaman yang baik diguna-
kan sebagai obat adalah daun muda
atau akar muda dari tanaman yang
belum berbunga.
Fitokimia Tanaman.
Pada daun maupun akar tanaman
sembung terkandung senyawa-
senyawa yang bermanfaat bagi
pengobatan atau kesehatan manu-
sia. Di samping itu, tanaman
sembung juga dapat menyembuhkan
persendian sakit setelah melahirkan,
nyeri haid, influenza, demam, sesak
napas (asma), batuk, bronhitis, pe-
rut kembung, diare, sariawan, nyeri
dada akibat penyempitan pembuluh
darah koroner dan kencing manis
(diabetes melitus). Fungsi lain dapat
menambah nafsu makan, dan anti
bakteri. Menurut informasi lain,
sembung dinamakan folia blumea
(daun sembung), karena daunnya
mengandung minyak atsiri yang di
dalamnya mengandung borneol,
sineol, limone, asam palmitin dan
myrristin, alkohol sesquiterpen,
dimethylether, zat tanin pyro-
katechin dan glikogid. Senyawa-
senyawa tersebut mengandung
flavonil yang berkhasiat sebagai anti
radang. Menurut Plowman dan
Hambury pada daun Blumea
balsamifera, terdapat kandungan
senyawa minyak atsiri 0,1 - 0,5%,
Ngai-kamfer. Senyawa utama yang
terdapat dalam minyak atsiri
mengandung 1-borneol atau Ngai-
kamfer atau leuderol 1-borneol
berupa hablur yang bentuknya
kadang-kadang kecil yaitu dengan
titik lebur 203 - 2040C. (£)²°D=
360C - 37
0C (dalam etanol). Pada
senyawa tersebut ditemukan xau-
tuksilin atau brevitolin (C10 H12 O4)
berupa hablur dan berupa lembaran
(dalam etanol). Menurut catatan
(Laporan tahun 1895 Sland Plan-
tentuin), setelah diisolasi dari 139 kg
daun sembung diperoleh 122 ml
minyak atsiri, dan kemudian
diaplikasikan pada mencit untuk
melihat perbandingan antara LD50
dan dosis kecil yang menyebabkan
hipotermia = 6,268 (± 50 dan 3.000)
dan keduanya diamati dengan cara
pemberian IP. Dari hasil percobaan
tersebut didapat dosis optimum 800
mg/kg bobot badan dan ekstrak
etanol dari tanam obat sembung
yang berkhasiat sebagai tranquilizer.
Nursalam Sirait, Balittro
.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 11
NEMATODA ENTOMOPATOGEN (Steinernema)
SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAMA SECARA HAYATI
Anjuran untuk menerapkan pro-gram pengendalian hama terpadu (PHT) yang sudah dirakit khu-susnya untuk tanaman tembakau dan kapas, ternyata masih sulit untuk diadopsi oleh petani. Salah satu penyebabnya adalah masih kompleksnya teknologi PHT yang dianjurkan sehingga perlu di-sederhanakan. Secara teknis penggunaan insektisida cukup sederhana tetapi memiliki dampak negatif, sehingga perlu dicari alternatif yang lain. Dalam usaha inilah nematoda Steinernema sp. yang dapat menginfeksi serangga hama dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Orthoptera, Hemip-tera, dan beberapa ordo lainnya, terutama yang hidup di dalam tanah, menjadi salah satu kan-didat yang potensial untuk di-kembangkan sebagai bioinsek-tisida, karena efektivitasnya relatif sama dengan insektisida kimia dan lebih aman.
asil penelitian yang telah
dilakukan sampai saat ini.
telah ditemukan ±30 isolat
Steinernema sp dari berbagai daerah
pengembangan kapas dan tembakau
di Jawa dan Sumatera. Isolat Ab05
yang berasal dari Asembagus, Jawa
Timur, telah diidentifikasi sebagai
Steinernema carpocapsae. Dalam
usaha pemanfaatan S. carpocapsae
sebagai bioinsektisida, aspek yang
paling penting untuk dikuasai adalah
perbanyakan secara massal baik
secara in vivo maupun in vitro. Di
Amerika Serikat dan negara-negara
Eropa, perbanyakannya secara in
vivo Steinernema dilakukan pada
ulat Galleria mellonella.
Setelah terjadi kontak Seteiner-
nema masuk ke dalam serangga
inang. Infectif juvenil (IJ) memiliki
beberapa metode altematif untuk
masuk, yaitu melalui lubang alami,
mulut, spirakel dan anus. Di dalam
inang, IJ melepas kedua lapis
kutikulanya, secara aktif mempene-
trasi melalui dinding usus tengah
atau trakea (dinding saluran per-
nafasan) dan memasuki hemokoel
(rongga badan). IJ mengeluarkan
bakteri simbion Xenarhabdus
nematophilus melalui anus yang
dengan cepat berkembang biak
dalam inang dan membunuh se-
rangga inangnya secara septisemia
dalam waktu 48 jam. IJ meng-
konsumsi bakteri dan jaringan
serangga inangnya kemudian ber-
kembang menjadi dewasa dan
bereproduksi.
Nematoda Steinernema sp. me-
rupakan salah satu alternatif agensia
hayati untuk mengendalikan hama
secara non kimiawi selain
parasitoid, predator, cendawan,
virus dan bak-teri lainnya. Sebagai
bioinsektisida, entomopatogen ini
mempunyai be-berapa kelebihan,
yaitu efektif, per-sisten di dalam
tanah; dapat dipro-duksi secara
massal, diformulasi, dan
diaplikasikan secara konven-sional;
kompatibel dengan kompo-nen lain
dalam pengendalian hama terpadu
(PHT); serta tidak men-cemari
lingkungan. Kemungkinan
nematoda ini diproduksi secara
murah berpeluang sangat besar se-
cara in vivo dan in vitro. Beberapa
kelemahan nematoda Steinernema
sp. antara lain persistensinya yang
pendek bila diaplikasikan pada
kanopi, namun dapat ditanggulangi
dengan teknik formulasi.
Klasifikasi
Steinernema sp. adalah nemato-
da entomopatogenik obligat yang
termasuk dalam kelas Secementea,
ordo Rhabditida, famili Steinerne-
matidae. Sampai saat ini genus Stei-
nernema terdiri dari 16 spesies.
Spesies yang paling banyak diteliti
adalah Steinernema carpocapsae
Weiser karena potensinya yang
sangat besar dalam pengendalian
hama.
S. carpocapsae merupakan pe-
makan bakteri dan sekaligus bersim-
biosis secara mutualistik dengan
bakteri tersebut yang juga patogenik
terhadap serangga inangnya. Bakteri
tersebut adalah X. nematophillus
yang hidup pada saluran pencernaan
nematoda. X. nematophilus me-
rupakan bakteri gram negatif,
fakultatif anaerob, termasuk famili
Enterobacteriaceae.
Siklus Hidup
S. carpocapsae mengalami tiga
stadia perkembangan, yaitu telur,
juvenil (larva) dan dewasa. Dalam
perkembangannya juvenil meng-
alami ekdisis empat kali sehingga
terdiri dari empat instar, yaitu instar-
1 (J1) sampai dengan instar-4 (J4). S.
carpocapsae mempunyai stadia
resisten yang dalam bahasa Jerman
disebut dauer larvae atau dauer
yang berarti tahan atau permanen.
Sebutan yang lebih umum adalah
infektif juvenil atau IJ. J3 yang
masih terselubung di dalam kutikula
dari J2 adalah juvenil yang berperan
sebagai IJ. Jadi J3 atau IJ mempu-
nyai dua lapis kutikula. Kutikula
ganda ini mampu melindungi juvenil
nematoda terhadap faktor biotik.
Fase IJ tersebut adalah satu-satunya
instar juvenil yang dapat mempene-
H
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 12
trasi dan menginfeksi melalui
lubang tubuh inangnya (mulut, anus,
spi-rakel) atau penetrasi langsung
pada kutikula.
Secara detail siklus hidup S. car-
pocapsae. Pada waktu menginfeksi
inangnya, S. carpocapsae hanya
membentuk dua sampai tiga gene-
rasi, tergantung pada ukuran atau
volume inangnya. S. carpocapsae
dewasa dari generasi pertama,
biasanya dua sampai sembilan ekor
dalam satu inang. Betina biasanya
jauh lebih panjang dan besar dari-
pada yang jantan. Betina berukuran
10 - 12 mm dan jantan 1,2 - 2,0
mm. S. carpocapsae bersifat
amfimiktik, yaitu memerlukan
jantan dan betina untuk
bereproduksi pada seluruh generasi
dan tidak pernah bersifat
hermaproditik. Satu ekor betina
yang bertemu dengan jantan mampu
menghasilkan 2.000 hingga 10.000
telur. Telur menetas dan juvenil
berkembang menjadi dewasa di
dalam tubuh serangga inang. Bila
inangnya cukup besar, generasi
kedua ini belum beremigrasi atau
keluar dari inangnya. Jaringan
serangga inang dipakai oleh bakteri
simbion untuk berkembang biak
dan nematoda memanfaatkan bak-
teri serta hasil sampingannya se-
bagai makanan mereka. Bakteri
X. nematophilus juga menghasil-
kan beberapa antibiotik yang
berfungsi sebagai pelindung bagi
nematoda dari kontaminasi oleh
mikroorganisme lain. Ukuran gene-
rasi kedua ini hanya 2 - 9 mm dan
setiap betina hanya menghasilkan 90
- 100 telur. Telur menetas di dalam
serangga inang namun juvenil
yang dihasilkan meninggalkan inang
sebagai IJ untuk menginfeksi se-
rangga yang baru. Hal ini dilakukan
karena persediaan nutrisi pada
serangga inangnya sudah habis
untuk perkembangan tiga generasi
nematoda.
Matricidal endotoky dapat
terjadi pada kondisi tertentu, yaitu
pada betina dewasa yang lebih tua.
Peris-tiwa yang terjadi adalah telur
mene-tas di dalam tubuh betina dan
juvenil memakan tubuh induknya.
Infektif juvenil kemudian keluar
melalui lubang anterior dan
posterior dari kutikula yang tersisa
dari induknya.
Potensi sebagai nematoda entomo-
patogen
Nematoda S. carpocapsae per-
tama kali diisolasi di Jerman dan
dideskripsikan sebagai Aplectana
kraussei oleh Steiner pada 1923.
Setelah itu sejumlah spesies lain
diisolasi dan kelompok nematoda
ini kemudian dikenal sebagai
salah satu agensia pengendali
hayati yang paling berpotensi pada
program-program pengendalian
hama terpadu (PHT).
S. carpocapsae memiliki kisaran
inang yang luas, terutama serangga-
serangga Coleoptera yang berhabitat
di dalam tanah. Lebih dari 250
spesies serangga inang dari
beberapa ordo telah dilaporkan.
Lingkungan tanah merupakan
tempat yang paling baik untuk
terjadinya interaksi antara serangga
dengan nematoda, karena lebih dari
90% serangga menghabiskan
waktunya atau siklus hidupnya di
dalam tanah. Di samping itu tanah
merupakan habitat alami bagi
nematoda steinernematid.
Penutup
Efek patologis pada serangga
inang dapat terjadi secara eksternal,
internal, dan dalam bentuk perubah-
an prilaku. Efek eksternal dapat
berupa perubahan morfologi, se-
dangkan efek internal berupa ke-
lainan-kelainan fisiologi. Serangga
yang terinfeksi oleh nematoda sering
memperlihatkan prilaku abnormal
atau menjadi steril, berkurangnya
daya reproduktivitas dalam jumlah
besar dan tertundanya
perkembang-an. Secara umum,
serangga ter-sebut kehilangan
sedikit warnanya, lemah, dan
menjadi tidak efektif. Serangga
yang sudah mati biasanya basah,
karena seluruh jaringannya hancur,
kecuali kutikulanya yang masih
utuh.
NILAI LEBIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas) SEBAGAI SUMBER ENERGI FLORA
Pemerintah sudah mengambil ke-bijaksanaan untuk mengatasi kri-sis energi fosil dengan meningkat-kan kapasitas sumber energi flora, sebagai sumber energi terbarukan yang berasal dari tanaman. Jarak pagar dinilai potensial karena me-miliki nilai lebih dibanding dengan sumber penghasil bahan bakar flora lainnya. Sumber
energi flora jarak pagar terutama difokuskan untuk menggantikan minyak tanah. Secara teoritis dengan asumsi rata-rata pro-duktivitas tanaman jarak pagar 5 ton biji/hektar, dapat meng-hasilkan JCO sebanyak 1.500 liter. Maka setiap hektar jarak pagar dapat menggantikan konsumsi 2.499 liter minyak tanah (0,6 liter
JCO = 1,0 liter minyak tanah). Untuk menggantikan konsumsi minyak tanah yang saat ini sekitar 10 juta kilo liter/tahun, dibutuh-kan sekitar 4 juta hektar luas areal tanaman jarak pagar. Hal ini memungkinkan karena ada sembilan nilai lebih jarak pagar yang akan diuraikan, termasuk salah satunya potensi kesesuaian
Andi Muhammad Amir, Balittas
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 13
lahan untuk ekstensifikasi bisa mencapai 49,5 juta hektar.
ntuk menjamin pasokan ener-
gi dalam negeri guna men-
dukung pembangunan yang
berkelanjutan, pemerintah telah me-
nerbitkan Peraturan Presiden No.5
tahun 2006 tentang Kebijakan Ener-
gi Nasional, di antaranya menyebut-
kan kontribusi sumber energi flora
(bahan bakar nabati) dalam kon-
sumsi energi nasional ditargetkan
lebih dari 5% pada tahun 2025. Un-
tuk percepatan penyediaan dan pe-
manfaatan energi flora, telah keluar
pula instruksi Presiden No.1 tahun
2006. Dalam Inpres tersebut, Men-
teri Pertanian ditugaskan untuk; a).
Mendorong penyediaan bahan baku,
b). Melakukan penyuluhan dan
pengembangan, c). Memfasilitasi
penyediaan benih dan bibit tanaman
dan d). Mengintegrasikan kegiatan
pengembangan dan pasca panen ba-
han bakar nabati. Dewasa ini ma-
salah krisis energi sudah mengglo-
bal, Presiden Susilo Bambang Yudo-
yono dalam pertemuan KTT G.8 Out
Reach Countries pada 9 Juli 2008
sudah meminta perhatian yang serius
untuk mengatasi masalah krisis ener-
gi kepada para negara anggota.
Cukup banyak jenis komoditas
budidaya dan non budidaya yang
berpotensi untuk dimanfaatkan se-
bagai sumber bahan bakar energi
flora. Sebagai sumber energi terbaru-
kan, jarak pagar (Jatropha curcas
L.) dinilai potensial karena memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan
dengan sumber energi flora lainnya.
Nilai Lebih Jarak Pagar
Nilai plus dari tanaman jarak
pagar (J. curcas) tersebut adalah
sebagai berikut;
Energi purba
Dari segi sejarah, eksistensi
tanaman jarak pagar sebagai sumber
energi flora sudah diketahui. Pada
zaman dahulu, manusia purba
membakar biji jarak kering pada
sumbu obor untuk penerangan di
malam hari. Jadi boleh dikatakan
umur energi minyak jarak ini sudah
setua umur peradaban manusia.
Kelapa sawit, nipah, alang-alang
dan sumber energi flora lainnya
relatif lebih baru ditemukan, setelah
peradaban manusia semakin ber-
kembang.
Sudah memasyarakat
Khusus bagi penduduk Indonesia
pada masa penjajahan Jepang, mi-
nyak jarak dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pesawat terbang milik
pemerintah kolonial. Jarak pagar
tidak asing bagi masyarakat In-
donesia, terdapat hampir di seluruh
pelosok nusantara. Masing-masing
daerah mengenal jarak pagar dengan
nama daerah sendiri seperti; nawaih
nawas (Nangroe Aceh Darussalam),
jirak (Sumatera Barat), jarak kosta
(Jawa Barat), jarak cina (Jawa Te-
ngah), kalele (Madura), jarak pager
(Bali), kuman terna (Nusa Teng-
gara), lulunan (Pulau Alor), paku
kase (Pulau Roti), bintalo
(Gorontalo), wolando (Sulawesi
Utara), tanggang-tanggang kali
(Sulawesi Selatan), malate (Seram
Timur), balacai (Halmahera Utara)
dan bolacai hid (Ternate dan
Tidore).
Budidaya relatif mudah
Tanaman ini relatif lebih mudah
ditanam, baik secara monokultur
maupun polikultur. Umur tanaman
cukup panjang yaitu bisa mencapai
50 tahun. Dapat beradaptasi pada
lahan beriklim kering maupun lahan
marginal, dan juga dimanfaatkan se-
bagai tanaman konservasi lahan.
Jarak pagar merupakan tanaman
yang paling sedikit membutuhkan
curah hujan, dibandingkan dengan
tanaman lainnya yang juga potensial
menghasilkan energi flora. Jarak
pagar masih dapat tumbuh dengan
baik pada kisaran curah hujan 480
mm - 2.380 mm/tahun. Di daerah
yang mengalami musim kemarau
panjang jarak pagar beradaptasi
dengan cara meranggaskan daun-
daunnya.
Kesesuaian lahan luas
Berdasarkan peta Sumber Daya
Lahan dan Arah Tata Ruang Per-
tanian serta peta Sumber Daya Iklim
Skala 1 : 1.000.000, terdapat 49,5
juta hektar lahan yang sesuai untuk
pengembangan jarak pagar di
Indonesia. Kesesuaian lahan tersebut
di kelompokkan menjadi; sangat
sesuai (S1) ; cukup sesuai (S2) dan
sesuai marginal (S3). Masing-masing
luasnya adalah 14,3 juta ha, 5,5 juta
hektar dan 29,7 juta hektar. Suatu
potensi yang sangat besar bagi
ekstensifikasi areal tanam jarak
pagar. Apalagi sejauh ini berapa luas
areal tanaman jarak pagar secara
tepat belum diketahui, karena sesuai
dengan namanya jarak pagar, maka
benar-benar hanya berfungsi sebagai
tanaman pagar.
Sumber energi non pangan
Seperti halnya sumber energi non
budidaya (nipah, alang-alang dsb)
penggunaan yang cukup banyak
tidak akan menimbulkan masalah
pada ketahanan pangan. Jarak pagar
juga bukan merupakan sumber
bahan pangan, tidak seperti kelapa
sawit, ubi kayu, tebu, sorghum,
jagung, sagu dan aren yang juga
bisa diolah menjadi bahan bakar
energi flora, sehingga tidak akan
menganggu persediaan kebutuhan
pangan. Contoh dilema antara
kebutuhan energi dan pangan ada
pada tanaman tebu (gula). Tanaman
tebu akan sulit berperan sebagai
sumber energi flora, karena produksi
gula nasional hanya 2,8 juta ton jauh
lebih kecil dari konsumsinya sebagai
salah satu dari sembilan kebutuhan
pokok yang mencapai 3,7 juta ton.
Teknologi pengolahan sederhana
Proses pengolahan jarak pagar
menjadi minyak kasar (Jatropha
Crude Oil/JCO) pengganti minyak
tanah atau untuk bahan bakar bagi
peralatan memasak sangat seder-
hana. Alat pres mini Tipe Balittri II
merupakan salah satu pengupas biji
jarak kering untuk menghasilkan
Jatropha Crude Oil (JCO) dengan
rendemen di atas 30%. Pengolahan
jarak pagar untuk bahan bakar mesin
diesel pengganti solar juga tidak
U
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 14
memerlukan teknologi tinggi sehing-
ga biaya investasinya relatif lebih
murah. Apalagi pada daerah terpen-
cil akan sangat membantu para ne-
layan, seperti di kepulauan Sangihe-
Talaud, dimana harga solar bisa
mencapai Rp 10.000/liter dan bisa
mencapai Rp 20.000/liter di Wa-
mena.
Panen lebih cepat
Prioritas utama penghasil bio-
diesel adalah kelapa sawit, setelah
itu jarak pagar. Keunggulan jarak
pagar disamping tidak sebagai
komoditas pangan adalah bisa ber-
produksi lebih cepat. Umumnya
jarak pagar berbunga pada umur 6 -
8 bulan, dengan produktivitas op-
timum dan stabil sejak tanaman ber-
umur 5 tahun, yakni bisa mencapai
0,4 - 12 ton/ha/tahun. Kandungan
minyak dari biji jarak pagar rata-rata
1.500 liter/ha/tahun, lebih kecil dari
kandungan minyak kelapa sawit
sebesar 5.950 liter/ha/tahun. Kadar
atau rendemen minyak (trigliserida)
dalam inti biji sekitar 55 atau 33%
dari total berat biji, lebih besar dari
kelapa sawit yang hanya 20% dari
total berat biji. Hanya saja kelapa
sawit baru bisa berproduksi dan
dipanen pada umur 4 - 5 tahun.
Puslitbangbun sudah menghasil-
kan benih jarak pagar jenis IP.1P;
IP.1A: dan IP.1M. Benih jenis IP.1P
direkomendasikan untuk daerah
beriklim basah, IP.1A untuk daerah
beriklim kering dan IP.1M untuk
daerah beriklim sedang dan kering.
Serangan OPT minimal
Jarak pagar dipilih sebagai
tanaman pagar, tanaman pinggiran
jalan di desa, tanaman pembatas
kebun karena sifatnya yang tahan
gangguan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Tanaman ini bisa
tumbuh dengan baik karena hewan
ternak peliharaan seperti kambing,
domba, sapi dan lain sebagainya
tidak suka makan daun tanaman
jarak. Dalam media ‘’Info-Tek Jarak
Pagar’’ terbitan Puslitbangbun se-
dikit persentase informasi mengenai
serangan OPT terhadap jarak pagar.
Kalaupun ada serangan, karena
adanya perubahan ekosistim dari
semula areal tanaman ubi kayu, areal
tanaman tebu, areal tanaman ke-
lapa dikonversikan menjadi areal
tanaman jarak pagar, akibatnya be-
berapa OPT yang bersifat pholi-
phage beralih menyerang tanaman
jarak pagar (bukan inang utama).
Hama tungau spesies Acrocercops.
sp dan Selenothrips rubrocornis
pada musim kemarau dapat menim-
bulkan kerusakan daun mencapai
90%, tetapi hal ini perlu dicermati
lebih lanjut apakah kerusakan itu
100% dipengaruhi serangan hama
tungau, atau memang karena sifat
fisiologis jarak pagar, yang pada
musim kemarau menggugurkan
daun-daunnya untuk bisa tahan
terhadap kekeringan.
Temuan kompor protos
Hasil kerjasama Puslitbangbun
dengan Hohenheim University,
Stuttgart Jerman, sudah dicoba
kompor minyak nabati ‘’Protos’’
yang dapat menggunakan minyak
jarak kasar (JCO) sebagai bahan
bakarnya. Hasil uji di Pusat Peneliti-
an dan Pengembangan Tanaman
Perkebunan (Puslitbangbun) Bogor
menunjukkan volume pemakaian
minyak JCO dengan kompor ini
lebih hemat dibandingkan volume
pemakaian minyak tanah dengan
kompor minyak tanah konvensional.
Untuk jangka waktu pembakaran
yang sama, pemakaian 0,6 liter
minyak JCO dengan kompor minyak
nabati ‘’Protos’’, setara dengan
pemakaian satu liter minyak tanah
dengan kompor minyak tanah biasa.
Dengan demikian konsumsi rumah
tangga yang rata-rata memakai 6 - 7
liter minyak tanah/minggu dapat
ditekan menjadi 3,6 - 4,2 liter JCO/
minggu.
Penutup
Jarak pagar mempunyai nilai le-
bih, yaitu sebagai obat-obatan (her-
bal medicine), tanaman hias (be-
berapa spesies), pestisida nabati,
arang briket, sabun, pupuk kompos
dan lain sebagainya. Namun manfa-
at utama dan terpenting dari jarak
pagar hendaknya lebih difokuskan
untuk menggantikan peran minyak
tanah, meskipun peluangnya masih
perlu ditingkatkan lagi. Pengem-
bangan jarak pagar dalam praktek-
nya masih banyak menghadapi
kendala, di antaranya yaitu ke-
lembagaan, sinergisme antar insti-
tusi yang terkait dan lain sebagainya.
Sebagai saran dalam teknologi budi-
daya perlu terus dilakukan pencarian
jenis-jenis unggul.
TANAMAN ASAM KANDIS (Garcinia xanthochymus)
DAN MANFAATNYA
Tanaman asam kandis (Garcinia xanthochymus) banyak terdapat di negara-negara tropis, merupa-kan tanaman yang memiliki ba-nyak manfaat. Hingga saat ini ta-naman asam kandis belum dibudi-dayakan secara intensif maupun
ektensif, akan tetapi pemanfaatan buah dan kayunya terus berlang-sung sehingga keberadaan asam kandis mulai berkurang bahkan langka. Tanaman asam kandis tumbuh alami di hutan primer, buah rasanya asam, banyak me-
ngandung vitamin C, dapat di-makan dalam keadaan segar atau dalam bentuk olahan. Buah dapat dimanfaatkan sebagai rempah pada masakan yang berasal dari Sumatera seperti rendang, sate padang, gulai ikan, asam padeh
Michellia Darwis, Balittro
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 15
dan dapat dijadikan selai, cam-puran kari, cuka, acar serta ber-khasiat sebagai antikolesterol dan pelangsing. Buah keringnya di-gunakan untuk mengobati gang-guan empedu. Pemanfaatan lain adalah getahnya sebagai bahan pewarna. Batang tanaman asam kandis dapat dijadikan material bahan bangunan bahkan kulit ba-tang dilaporkan bermanfaat se-bagai anti kanker dan tidak meng-ganggu pertumbuhan sel. Tanam-an ini mempunyai potensi ekonomi yang dapat meningkatkan eko-nomi rakyat dan potensi ekologi yang sangat besar dalam konser-vasi lahan
anyak sekali jenis asam yang
ada di nusantara, seperti asam
gelugur yang diperoleh dari
sejenis jeruk keprok yang diiris tipis
kemudian dijemur sampai kering,
asam jawa, asam sunti yang di-
peroleh dari belimbing wuluh, dan
asam kandis yang diperoleh dari
kulit buah yang dikeringkan.
Asam kandis merupakan salah
satu tanaman rempah yang poten-
sinya perlu dikembangkan. Secara
botani asam kandis masih kurang
dikenal dan orang lebih banyak me-
ngetahui asam kandis dari buahnya
yang sudah diiris tipis dan sudah
dikeringkan yang digunakan untuk
bumbu masak.
Deskripsi tanaman
Asam kandis (Garcinia xantho-
chymus Hook. f) merupakan
tanaman yang berasal dari India,
sekerabat dengan manggis dan asam
gelugur. Tinggi tanaman dapat
mencapai sekitar 15 m. Di India
tanaman ini disebut kokkam, di
Malaysia disebut asam kandis, di
Thailand disebut mada-luang (Chia-
ng Mai), mada, chakassa, di Kali-
mantan disebut buran, di Lampung
disebut kunyi' talerang dan di
Sumatera Barat disebut asam kandih.
Asam kandis termasuk famili :
Clusiaceae, genus Garcinia, species
Garcinia xanthochymus. Sinonim :
Garcinia pictoria (Roxb.) D’Arcy,
Garcinia tinctoria (DC.) W. F.
Wight, Xanthochymus tinctorius DC.
Batang tanaman asam kandis
beralur, terkelupas (sekerabat de-
ngan manggis serta asam gelugur),
pendek dan lurus, kayunya berwarna
cokelat kelabu, bergetah putih,
lengket. Tajuknya berbentuk seperti
piramid, lebat dengan batang utama
tegak dan cabang-cabang tumbuh
mendatar, seperti pohon manggis.
Seluruh bagian tanaman tidak
berbulu.
Daun lanset memanjang, sempit,
panjang 12 - 24 cm dan lebar 4 - 7
cm. Daun muda berwarna hijau
muda, tulang utama menonjol
dengan banyak tulang daun kecil-
kecil pendek letaknya sejajar, setelah
tua daun berwarna hijau tua,
lembaran atas berkilap, panjang
tangkai daun 1 - 2,5 cm. Bunga ber-
warna putih, ada di ketiak daun
berjumlah 4 - 10 kuntum, berdia-
meter sekitar 1 cm, bunga betina
mempunyai kepala putik bercuping
5, daun mahkota dan daun kelopak
masing-masing terdiri dari 5 helai,
panjang gagang bunga 2 - 3,5 cm.
Pembungaan biasanya setelah masa
kering yang cukup panjang (minimal
tiga bulan) dan bisa berbunga dua
kali setahun, biasanya pembungaan
antara bulan Maret dan Mei.
Asam kandis merupakan tum-
buhan hutan yang kulit buahnya
seperti buah rambai tapi lebih tebal,
rasanya sangat asam, buahnya ber-
getah, berbentuk agak membulat,
meruncing, dengan diameter men-
capai 9 cm. Di dalam buah terdapat
biji 1 - 5 butir, dengan panjang
sekitar 2,5 cm, berwarna cokelat
terbungkus daging buah yang ber-
warna kuning-jingga dan meng-
hasilkan minyak.
Jenis Garcinia yang mirip de-
ngan G. xanthochymus adalah
Garcinia dulcis, kedua jenis ini
seringkali tertukar satu sama lain,
perbedaannya terletak pada daun dan
bulu yang tumbuh. Pada G.
xanthochymus daunnya lebih kecil
dan lebih sempit, dan seluruh
bagian tanamannya tidak berbulu.
Sedangkan pada G. dulcis daunnya
lebih besar dan lebar, pada ranting
dan lembaran bawah daun terdapat
bulu.
Kegunaan
Buah asam kandis rasanya asam,
banyak mengandung vitamin C,
dapat dimakan dalam keadaan segar
atau dalam bentuk olahan. Buah
dapat dimanfaatkan sebagai rempah
pada masakan yang berasal dari
Sumatera seperti rendang, sate
padang, gulai ikan, asam padeh dan
dapat dijadikan selai, campuran kari,
cuka, acar serta berkhasiat sebagai
antikolesterol dan pelangsing. Buah.
G. xanthochymus mengandung
komponen aktif biologi yang
diketahui dapat menghambat sintesa
lipid dan asam lemak (fatty acids)
dan menurunkan formasi LDL dan
triglyceride. Buah keringnya diguna-
kan untuk mengobati gangguan
empedu. Pemanfaatan lain adalah
getahnya sebagai bahan pewarna.
Batang tanaman ini lurus, keras,
berkualitas baik sehingga dapat di-
manfaatkan untuk material bangun-
an. Di daerah Lubuk Alung Kabupa-
ten Padang Pariaman Propinsi Su-
matera Barat banyak masyarakat
memanfaatkan kayu yang berasal
dari pohon asam kandis untuk
membangun rumah. Asam kandis
merupakan salah satu jenis kayu
rakyat yang dalam pengangkutannya
harus dilengkapi Surat Keterangan
Asal Usul (SKAU) seperti tanaman
jati, mahoni, akasia dan beberapa
tanaman lainnya.
Kulit batang asam kandis jantan
dilaporkan mengandung tetrapenilto-
luquinol yang bermanfaat sebagai
anti kanker dan tidak mengganggu
pertumbuhan sel (masih dalam tahap
penelitian).
Tanaman asam kandis memiliki
sistem perakaran tunggang yang kuat
sehingga dapat berfungsi sebagai
penahan longsor, erosi dan juga
sebagai penyimpan air. Selain itu
daunnya yang hijau dengan tajuk
B
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 16
yang bagus cocok digunakan sebagai
tanaman peneduh di perkotaan.
Budidaya dan Pasca Panen
Syarat tumbuh
Tanaman asam kandis biasanya
tumbuh di daerah tropis basah dan
kering. Di daerah-daerah tropis
tanaman ini dibudidayakan dan juga
ditemukan tumbuh liar. Di Indonesia
daerah penyebaran tanaman ini
adalah Kalimantan dan Sumatera.
Tanaman ini merupakan tanaman
tahunan, umumnya tumbuh pada
ketinggian di bawah 1.000 m di atas
permukaan laut, menyukai naungan
dan suasana lembab. Tanaman yang
berada di bawah naungan tumbuh
lebih baik dibanding tanaman yang
ditanam di tempat terbuka. Naungan
dibuat secara sederhana dengan
memagari tanaman dengan ranting-
ranting pohon dan di bagian atasnya
ditutupi dengan ranting-ranting
pohon yang berdaun.
Perkembang biakan tanaman a-
sam kandis secara generatif dengan
biji. Biji ini berfungsi sebagai ca-
dangan makanan dan sebagai saluran
makanan. Pada umumnya dari satu
biji tumbuh satu tunas, tetapi dapat
pula tumbuh 2 tunas.
Panen dan pasca panen
Pada umumnya musim berbuah
bulan Juli dan panen asam kandis
dilakukan pada buah yang sudah
masak, jatuh dari batangnya. Cara
pengolahan buah diiris-iris lalu
dijemur hingga kering sampai
berwarna kehitaman kemudian
disimpan. Penyimpanan dilakukan
dalam jangka waktu yang cukup
lama tanpa berkurang kualitasnya
dan dapat dijual. Di pasaran asam
kandis dapat diperoleh dalam bentuk
kering
Potensi untuk dikembangkan
Asia Tenggara merupakan pusat
gen utama Garcinia spp. Indonesia
yang terletak di Asia Tenggara dan
beriklim tropis merupakan salah satu
negara sumber plasma nutfah jenis
ini, namun amat disayangkan pene-
litian mengenai tanaman ini sedikit
sekali, budidayanya pun masih
sangat jarang, sehingga potensi yang
ada pada asam kandis kurang
berkembang.
Tanaman asam kandis mem-
punyai potensi ekonomi yang dapat
meningkatkan ekonomi rakyat dan
juga mempunyai potensi ekologi
yang sangat besar dalam konservasi
lahan. Contoh kasus pada daerah
Lubuk Alung Kabupaten Padang
Pariaman, dengan memanfaatkan
pohon asam kandis yang berasal dari
pohon yang dibiarkan tumbuh alami,
masyarakat daerah sekitar banyak
merasakan manfaatnya dalam
membantu perekonomian mereka.
Namun, amat disayangkan selama
ini tanaman asam kandis tidak
pernah dibudidayakan, sementara
pemanfaatannya terus berlangsung
baik buah maupun kayunya, ter-
utama untuk bumbu masakan.
Buah asam kandis sangat ber-
potensi untuk dikembangkan dan
dipasarkan pada pasar internasional,
karena jika buah yang sudah diiris
dan dikeringkan bersifat tidak volu-
meneous, tidak mudah busuk dan
rusak, tidak sehingga dapat tahan
lama.
Ketersediaan pasar
Perdagangan asam kandis biasa-
nya hanya di sekitar daerah produk-
si, belum diperdagangkan ke manca-
negara. Asam kandis dapat diperoleh
dalam bentuk kering. Ketersediaan
asam kandis di pasar makin
berkurang bahkan bisa dikatakan
langka hal ini dikarenakan budidaya
tanaman dengan nama spesies G.
xanthochymus ini masih sangat
kurang.
Penutup
Asam kandis merupakan tanaman
yang belum dibudidayakan secara
intensif maupun ekstensif. Peman-
faatan buah dan kayunya terus
berlangsung sehingga keberadaan
asam kandis mulai berkurang bahkan
langka.
Gambar 1. a) Daun dan buah asam
kandis yang masih muda, b) Daun,
buah dan penampang melintang buah
asam kandis, c) Buah asam kandis, d)
Kulit buah asam kandis yang telah
dikeringkan.
a
c
b
d
Sum
ber
: http //tro
pic
al.c
om
/cat
alog/u
id/ G
arci
nia
Xan
thuch
ym
us.htm
dan
http : //c
ookisla
nds. B
ishopm
use
um
.org
/spec
ies.as
p
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 17
Bagian batang dan buah tanaman
ini sudah dimanfaatkan oleh masya-
rakat akan tetapi buah merupakan
bagian terbesar. Buah mengandung
vitamin C dimanfaatkan sebagai
rempah pada beberapa masakan dari
Sumatera, selai, campuran kari,
cuka, acar, antikolesterol, mengobati
gangguan empedu dan pelangsing.
Tanaman asam kandis mempunyai
potensi ekonomi yang dapat
meningkatkan ekonomi rakyat
Penelitian untuk perbanyakan
dalam rangka konservasi, dan
pemanfaatan tanaman ini secara
optimal perlu segera dilakukan.
TANAMAN OBAT BERKHASIAT ANTIKANKER
Penyakit seperti kanker merupa-kan salah satu konsekuensi yang harus diterima ketika manusia mulai menjalani kehidupan yang tidak sehat dan rendahnya mutu lingkungan memicu gen-gen ter-tentu untuk berekspresi sehingga menyebabkan pembelahan sel terjadi terus menerus yang tidak terkontrol. Terdapat lebih dari 100 jenis kanker yang dinamai berdasarkan organ atau jenis sel tempat kanker tersebut bermula. Deteksi dini penyakit tersebut di-sertai dengan langkah-langkah pengobatan dapat membantu me-nyembuhkan kanker. Berbagai ri-set dilakukan untuk mencari cara menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Ilmuwan berlomba-lomba menemukan dan mengem-bangkan obat untuk mengatasi kanker. Di antaranya ialah me-manfaatkan bahan-bahan yang terkandung dalam tumbuhan ter-tentu. Umumnya, bahan alam an-tikanker memiliki kemampuan menghambat pembelahan sel atau bersifat sitotoksik dengan meng-ganggu proses-proses yang esen-sial. Penelitian yang dilakukan oleh Narenda Singh dan Henry Lai dari Universitas Washington, terungkap bahwa artemisinin yang terdapat dalam tumbuhan Artemisia mampu membunuh 75% sel kanker payudara yang memiliki kemampuan mengaku-mulasi zat besi tinggi dan hampir 100% dalam waktu 24 jam. Ke-aneka ragaman habitat dan orga-nisme memberi peluang besar akan peran bahan alam dalam berbagai disiplin ilmu pengeta-huan. Beberapa riset, menunjuk-kan ekstrak tanaman tertentu mampu menghambat pertumbuh-an sel kanker pada hewan uji.
Tanaman Jombang atau juga di-kenal sebagai Dandelion memiliki kemampuan tersebut sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman herbal antikan-ker. Kandungan bahan kimia ber-khasiat dalam tumbuhan men-dorong pemanfaatan secara besar-besaran baik oleh masyarakat maupun industri untuk kemudian dijadikan produk kesehatan dan sebagainya.
anker ialah istilah yang di-
gunakan untuk penyakit di-
mana sel-sel membelah
secara tidak terkontrol dan mampu
menyerang jaringan lainnya, baik
dengan cara invasi maupun
metastasis (migrasi). Sel-sel kanker
dapat menyebar ke bagian lain tubuh
melalui sistem peredaran darah dan
limfa.
Sel senantiasa membelah untuk
menjaga tubuh tetap sehat. Namun
ketika sel telah tua, sel-sel tersebut
akan mati. Kerusakan DNA menye-
babkan terjadinya mutasi yang ber-
dampak pada pertumbuhan dan pem-
belahan sel. Ketika seharusnya sel
menjadi tua dan mati, sel justru
membelah secara tidak terkontrol
yang mengakibatkan penumpukan
massa sel yang sebenarnya tidak
dibutuhkan oleh tubuh Berdasarkan asal sel kanker ber-
kembang, kanker dibagi menjadi be-
berapa tipe yaitu:
- Carcinoma, yaitu kanker yang di-
mulai dari kulit atau jaringan yang
melapisi organ internal
- Sarcoma, yaitu kanker yang di-
mulai di tulang, kartilago, lemak,
otot, pembuluh darah, atau jaring-
an penghubung dan penyokong
lainnya
- Leukemia, yaitu kanker yang di-
mulai dalam jaringan pembentuk
darah seperti sumsum tulang se-
hingga menyebabkan diproduksi-
nya sel darah abnormal dalam
jumlah besar
- Lymphoma dan myeloma, yaitu
kanker yang dimulai dari sel
dalam sistem imun
- Kanker sistem saraf pusat, yaitu
kanker yang terjadi pada jaringan
otak dan sumsum tulang belakang
(NCI 2008). Beberapa tumbuhan lain juga
memiliki aktivitas antikanker yang serupa sehingga tumbuhan tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk obat antikanker. Pemanfaatan tumbuhan sebagai sum-ber obat, harus diimbangi oleh usaha pelestarian karena apabila tidak ada usaha pelestarian maka tumbuhan tersebut akan punah akibat eksploi-tasi secara berlebihan.
Beberapa jenis tanaman obat berkhasiat anti kanker antara lain :
Adas (Foeniculum vulgare)
Famili : Umbelliferae, Habitus :
perdu, Jenis tanaman : tahunan. Ba-
tang : permukaan kasar, beruas-ruas;
cokelat; bulat. Daun: permukaan
licin; kedudukan berselang-seling;
majemuk; menyirip berbagi; ujung
runcing; pangkal runcing; tepi rata;
bentuk jarum; hijau muda. Adas merupakan tanaman da-
taran tinggi yang berasal dari Eropa Selatan dan Mediterania. Hampir seluruh bagian tanaman adas dapat dimanfaatkan. Bahan aktif yang ter-dapat dalam Adas ialah anethol,
K
Gusti Indriati dan
Chery Soraya A, Balittri
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 18
fenchone, estragol, pinene, limone-ne, dipentene, felagren, stigmasterin, anisaldehid dan umbeliferon. Stig-masterin pada adas ditemukan pada bagian akar dan biji. Sebagian besar bahan-bahan tersebut merupakan komponen minyak atsiri. Adas diindikasikan mempunyai aktivitas antikanker terutama kanker payu-dara, diafragma, gusi, hati, prostat, limpa, perut, tenggorokan, rahim, dan uvula. Umumnya pada tanaman obat jarang memiliki bahan senyawa tunggal sehingga sulit memastikan kandungan aktif mana yang ber-khasiat untuk pengobatan penyakit tertentu. Pada tanaman adas juga belum diketahui secara pasti kan-dungan bahan kimia yang memiliki aktivitas tinggi dalam melawan kanker.
Artemisia (Artemisia annua)
Famili : Compositae, Habitus : herba, Jenis tanaman : musiman. Batang : permukaan halus meng-kilap; hijau; persegi delapan. Ca-bang : monopodial; arah cabang bawah berbaring sorong, cabang atas ke atas; kedudukan spiral. Daun : permukaan halus; kedudukan berselang-seling; majemuk rangkap dua sampai tiga; menyirip berbagi; ujung runcing; pangkal runcing; hijau agak muda.
Artemisia juga merupakan ta-
naman dataran tinggi berasal dari
Cina. Tanaman ini menyebar ke
Vietnam kemudian Indonesia. Ta-
naman ini telah lama dimanfaatkan
oleh bangsa Cina sebagai obat herbal
di antaranya untuk mengobati de-
mam. Namun penelitian terbaru
menunjukkan bahwa Artemisia me-
miliki kegunaan lain yaitu sebagai
antimalaria dan antikanker. Kan-
dungan bahan aktif yang terdapat
dalam Artemisia ialah artemisinin,
artemether, dan artesunate. Artemi-
sinin merupakan metabolit sekunder
alami tumbuhan yang diidentifikasi-
kan sebagai sesquiterpene lactone
endoperoxide. Distribusi artemisinin
pada tanaman artemisia paling ba-
nyak terdapat pada daun yaitu se-
banyak 89%. Bagian tanaman paling
atas mengandung artemisinin dua
kali lipat dibandingkan dengan
bagian bawah.
Artemisinin bersifat sitotoksik
ketika bereaksi dengan zat besi.
Dibandingkan dengan sel normal, sel
kanker mengandung lebih banyak
zat besi yang digunakan untuk me-
lakukan pembelahan sel. Pemberian
artemisinin pada penderita kanker
dapat merusak sel kanker, tanpa
merusak sel normal di sekitarnya.
Bahan aktif lainnya yaitu artesunate
yang merupakan turunan artemisinin
diketahui memiliki aktivitas tinggi
melawan kanker usus besar dan leu-
kemia dengan besar rata-rata peng-
hambatan pertumbuhan sebesar 50%
pada konsentrasi masing-masing
2,13 dan 1,11 mikro M. Selain me-
miliki aktivitas antikanker, artesuna-
te juga memiliki aktivitas antitumor.
Chikori (Chicoryum intibus)
Famili : Compositae, Habitus :
herba, Jenis tanaman: musiman.
Umbi : permukaan kasar; cokelat,
membulat. Daun: permukaan atas
kasar berbulu, bawah halus; kedudu-
kan roset basal; tunggal; menyirip
melengkung; ujung membulat;
pangkal menyatu dengan tangkai;
tepi rata; bulat telur terbalik lanset;
warna hijau.
Tanaman Chikori diperbanyak
dengan umbi. Tanaman ini banyak
ditemukan di Inggris dan Irlandia.
Chikori memiliki kemampuan me-
lawan kanker payudara, wajah, gusi,
hati, mulut, limpa, perut, lidah dan
rahim. Bagian tanaman yang diguna-
kan sebagai obat ialah akarnya yang
banyak mengandung gula dan inulin.
Selain itu juga mengandung bahan
lainnya yang tidak diketahui secara
pasti dan memberikan rasa pahit.
Kandungan inulin tertinggi terdapat
pada bagian akar yaitu mencapai
70%. Inulin merupakan senyawa
kimia polifruktosa yang terdiri dari
30 fruktosa ditambah satu gugus
Tabel 1. Karakteristik kuantitatif beberapa tanaman obat berkhasiat antikanker
Jenis Tanaman
Parameter Adas Artemisia Chikori Evening
primrose
Ginseng
Korea
Jombang Komprey Pegagan Rosmeri St Jhon’s
wort
Tinggi (cm) 49,0 - 65,0 77,0 - 154,0 22,3 - 31,5 12,5 - 14,0 46,0 - 52,0 19,0 - 21,0 15,0 - 14,0 - 90,0 - 115,0 -
Diameter batang utama
(cm)
1,65 - 1,85 1,01 - 2,23 2,14 - 2,55 1,8 - 2,9 0,34 - 0,53 - - - 2,16 - 3,32 -
Diameter cabang (cm) - - - - - - - - 0,56 - 0,71 -
Panjang cabang (cm) - - - - - - - - - 14,0 - 15,7
Jumlah cabang - - - - 1 - 2 - - - - -
Jumlah bunga - - - - 3 - 7 - - - - -
Jumlah daun tiap cluster - - - - - - 13 - 65 - - -
Panjang daun (cm) 7,8 - 14,5 2,7 - 5,1 17,5 - 25,4 6,4 - 8,8 5,20 - 5,62 13,8 - 19,5 16,0 - 21,8 5,86 2,5 - 320 1,18 - 1,26
Panjang ruas batang (cm) - - - - - - - - 1,5 - 10,0 -
Lebar daun (cm2) 5,0 - 8,0 1,0 - 2,7 3,05 - 5,7 2,3 - 3,1 2,10 - 2,22 4,2 - 6,1 4,5 - 8,1 6,58 0,25 - 0,40 0,6 - 0,7
Tebal daun (mm) 0,05 - 0,25 0,10 - 0,15 0,15 - 0,25 0,2 - 0,25 0,24 - 0,26 0,15 0,3 - 0,5 0,26 0,15 - 0,25 0,05
Panjang petiol (cm) 0,5 - 1,0 0,2 - 0,8 3,6 - 7,1 2,0 - 5,6 - 5,7 - 11,7 3,0 - 10,5 28,86 - -
Lebar petiol (cm2) 0,14 - 0,51 - 0,8 - 1,0 - - - - 0,21 - -
Diameter petiol (cm) - - 0,16 - 0,26 0,22 - 0,35 - 0,11 - 0,22 0,24 - 0,51 - - -
Jari-jari petiol (cm) - - - 0,13 - 0,18 - 0,22 - 0,32 - - - -
Keterangan (-) Tida ada atau tidak diamati
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 19
glukosa. Pada inulin yang terkan-
dung dalam Chikori mengandung 18
fruktosa. Dalam tubuh kita, inulin
langsung diubah menjadi molekul
prebiotik yang memberi makan
bakteri-bakteri dalam saluran pen-
cernaan. Dengan demikian, mening-
katkan kesehatan saluran pencerna-
an. Sebuah penelitian yang diumum-
kan tahun 2002 menunjukkan bahwa
inulin dapat menurunkan risiko
kanker usus besar.
Evening Primrose (Oenothera biennis L. )
Famili : Onagraceae, Habitus :
herba, Jenis tanaman : musiman.
Batang: bulat. Daun: permukaan atas
berbulu halus, bawah licin sedikit
berbulu; kedudukan daun roset ba-
sal; tunggal; menyirip; ujung tumpul;
pangkal runcing; tepi rata; bulat telur
terbalik; warna daun atas hijau,
bawah hijau lebih muda.
Evening primrose adalah tanam-
an liar berbunga yang banyak di-
temukan di dataran Amerika Utara,
Eropa, dan beberapa tempat di Asia.
Kata evening diambil dari karakter
bunga yang hanya mekar di malam
hari. Bunga evening primrose ber-
warna kuning muda, minyak yang
memiliki khasiat pengobatan dieks-
traksi dari bijinya. Di masa lalu, pen-
duduk di Amerika Utara mengguna-
kan akarnya untuk mengobati wasir
perut, radang tenggorokan, memar.
Minyak evening primrose di
pasarkan dalam bentuk aslinya, dan
ada juga dikemas dalam softgel atau
kapsul. Unsur penyembuh pada mi-
nyak evening primrose terdapat pada
kandungan asam lemak esensial-
nya yaitu omega-6 atau asam gama-
linolenat (gamma-linolenic acid,
GLA) Minyak evening primrose me-
miliki konsentrat asam lemak esen-sial cukup tinggi, sebanyak 7 - 10% tersedia dalam bentuk GLA. Kadar GLA pada makanan umumnya kecil, sementara tubuh kita hanya mampu membuat GLA dari lemak makanan tertentu saja. Di pasaran ada be-berapa jenis minyak tumbuhan lain yang kadar GLA-nya lebih tinggi, tetapi efektivitas dan keamanannya
belum diteliti secara intensif seperti halnya minyak evening primrose.
Di dalam tubuh, GLA akan diproses menjadi prostaglandin, yaitu komponen mirip hormon yang berperan dalam banyak fungsi pada tubuh termasuk mengatasi peradang-an dan efeknya. Manfaat evening primrose: Meredakan nyeri/efek peradangan pada sindrom pramens-truasi (premenstrual syndrome, PMS-kadamr GLA pada penderita PMS umumnya rendah), haid, endo-metriosis, radang payudara, wasir, rematoid artritis, lupus. Membantu mengatasi ketagihan karbohidrat. Mencegah kerusakan saraf akibat diabetes (penelitian mengindikasikan terjadinya peremajaan syaraf-syaraf yang rusak pada kasus diabetes). Meredakan eksem/psoriasis (mengu-rangi ketergantungan pada obat-obatan steroid) dan mencegah pe-nuaan dini, eksim/psoriasis dan pro-ses penuaan ada hubungannya de-ngan berkurangnya kemampuan tu-buh mengubah lemak makanan men-jadi GLA. Mengatasi jerawat dengan cara mengikis timbunan lemak berlebihan dari dalam kulit (sebum). Mengurangi/mencegah rasa kebal dan kesemutan pada tangan/kaki dan mengatasi kepikunan pada Alzhei-mer’s dengan membantu melancar-kan transmisi simpul-simpul saraf. Memperlancar aliran darah: men-cegah impotensi dan intertilitas, mencegah penyumbatan pembuluh darah akibat kelebihan kolesterol, menyehatkan kulit, kuku, rambut.
Ginseng Korea (Panax ginseng)
Famili: Portulaceae Habitus: her-
ba, Jenis tanaman: musiman. Ba-
tang: permukaan licin dan keras;
hijau; bulat. Daun: permukaan atas
dan bawah halus; kedudukan
melingkar; tunggal; menyirip; ujung
runcing; pangkal agak membulat; ¾
bagian tepi daun ke ujung bergerigi
tajam kecil, ¼ bagian ke pangkal
daun rata; bulat telur; warna daun
atas hijau, bawah hijau agak putih.
Bunga: tipe tunggal; kelopak hijau,
terpisah; mahkota ungu, menyatu
pada pangkalnya; kepala sari ter-
pisah; bakal buah tenggelam.
Ginseng Korea (Toraji) memiliki
kemampuan melawan kanker payu-
dara, paru-paru, carcinoma dan
perut. Aktivitas antikanker ginseng
Korea didukung oleh kandungan ba-
han kimia di dalamnya yaitu saponi-
sida, triterpenat, panaksatriol, dan
ginsenosida. Minyak atsiri ginseng
Korea mengandung neoclovene, pa-
nasinsanol A, panasinsanol B, spa-
thulenol, neointermedeol, dan ginse-
nol, juga memiliki aktivitas
antitumor dan merupakan jenis obat
afrodisiaka.
Jombang (Taraxacum officinale)
Famili : Compositae, Habitus : herba, Jenis tanaman : musiman. Ba-tang: permukaan halus; hijau ke-merahan; setengah lingkaran. Daun: permukaan atas kasar, bawah licin; kedudukan roset basal; tunggal; menyirip; ujung membulat; pangkal meruncing; tepi bergerigi; lonjong; warna daun atas hijau, bawah hijau lebih muda. Bunga: tipe tunggal; mahkota kuning; kelopak hijau; war-na tangkai hijau muda, berongga; bakal buah menumpang; bentuk bola.
Jombang atau Dandelion merupa-kan tanaman herba yang tumbuh liar di lereng gunung atau sisi jalan yang berhawa sejuk. Tanaman menyebar melalui biji terbawa angin. Jombang diindikasikan dapat melawan kanker paru-paru, leher rahim, payudara, gusi, dan leukemia granulositik kronik. Herba tanaman ini baik dalam keadaan dikeringkan atau basah digunakan untuk mengobati kanker.
Dalam herba Jombang terkan-dung taraxasterol, taraxacerin, tara-xarol, kholine, inulin, pektin, kou-mestrol dan asparagin. Bagian lain tumbuhan seperti akar mengandung taraxol, taraxerol, taraxicin, tarxas-terol, beta-amyrin, stigmasterol, beta-sitosterol, choline, levuline, pektin, inulin, kalsium, kalium, glu-kosa dan fluktosa. Daun mengan-dung lutein, violaxanthine, plasto-quinone, tanin, karotenoid, kalium, natrium, kalsium, choline, copper, zat besi, magnesium, fosfor, silikon, sulfur dan vitamin (A, B1, B2, C dan D). Bunga Jombang mengandung arnidiol, asam folatβ-stig-mast-7-en α-sitoserol, 5 βflavoxanthin. Se-dangkan pollen mengandung vita-
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 20
min C. Ekstrak alkohol Jombang dapat melindungi kerusakan hati tikus yang diberi zat karsinogenik dan menghambat perkembangan sar-coma. Kandungan polisakarida ta-naman Jombang dapat menghambat perkembangan sel kanker paru-paru manusia yang ditransplantasikan pada tikus.
Komprey (Symphytum officinale)
Famili : Boraginaceae, Habitus : herba, Jenis tanaman : musiman. Batang : permukaan berbulu lebat; hijau; bentuk seperti bulan sabit. Daun: permukaan kasar dan tebal; kedudukan roset basal; tunggal; menjala; ujung runcing; pangkal meruncing; tepi rata; lanset; warna daun tua atas hijau, bawah hijau muda; warna daun muda hijau lebih muda.
Komprey merupakan sejenis bayam dan berasal dari Eropa. Bahan aktif yang terdapat dalam Komprey ialah allantoin, steroidal saponin, tanin, alkaloid pirolizidin, dan inulin. Allantoin merupakan bahan yang memiliki kemampuan proliferasi sel yang tinggi sehingga digunakan untuk mempercepat peng-gantian sel yang rusak. Dalam ke-dokteran biasa digunakan dalam kesehatan kulit dan kecantikan. Bahan ini aktif dalam konsentrasi rendah yaitu 0,1 - 2%.
Komprey dimanfaatkan untuk mengobati kanker paru-paru dan tulang. Pemanfaatan komprey tidak menyertakan bagian akar tanaman dan umumnya hanya digunakan sebagai obat eksternal saja. Dalam percobaan, komprey mengakibatkan peningkatan daya hidup tikus yang menderita tumor, menurunkan per-tumbuhan tumor, dan memiliki akti-vitas antimutageni. Meskipun demi-kian, bahan kimia dalam komprey yaitu alkaloid pirolizin dinyatakan berbahaya dan bersifat karsinogen pada manusia. Bila diberikan dalam dosis berlebih, bahan tersebut justru memicu pembentukan tumor spontan pada tikus. Pemerintah Kanada me-larang siapapun warganya untuk mengkonsumsi komprey dalam ben-tuk apapun. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah komprey men-cegah kanker, menyembuhkan kan-
ker, atau justru mengakibatkan kanker.
Pegagan (Centella asiatica L.)
Famili: Umbelliferae, Habitus: herba, Jenis tanaman: musiman. Aksesi 1 (Indonesia) Stolon: permukaan licin; hijau tua; bulat. Daun: permukaan atas dan bawah licin; tunggal; menjari; ujung bundar; pangkal terbelah lancip; tepi bergigi; bulat; warna daun atas dan bawah hijau. Aksesi 2 (Malaysia) Stolon: permukaan licin; warna batang atas merah, bawah putih dan hijau; bulat. Daun: permukaan atas dan bawah licin; kedudukan ber-selang-seling; tunggal; menjari; ujung membulat; pangkal membulat sedikit terbelah; tepi beringgit; bulat; warna daun atas hijau, bawah hijau muda.
Pegagan atau antanan merupakan herba yang menyukai tanah yang agak lembab dan mendapat sinar matahari yang cukup atau teduh dan dapat tumbuh sampai ketinggian 2.500 m dpl. Tanaman ini berasal dari Asia dengan iklim tropis. Pada daerah perkebunan, tanaman ini biasa dimanfaatkan sebagai penutup tanah. Pegagan yang diamati karak-ter morfologinya berasal dari dua lokasi yang berbeda, yaitu Indonesia dan Malaysia. Panampakan morfolo-gi kedua tanaman dengan aksesi yang berbeda tersebut juga menun-jukkan perbedaan yang nyata pada penampakan daunnya. Daun pega-gan Malaysia memiliki bentuk yang lebih bundar dan permukaannya halus sedangkan pegagan asal Indo-nesia memiliki bentuk daun yang tidak bundar penuh. Bagian pangkal daun terbelah membentuk sudut yang lancip. Permukaan daunnya sedikit lebih kasar dengan urat daun yang jelas.
Bahan aktif yang terdapat dalam pegagan terdiri dari triterpenoid gli-kosida, asiatosida, saponin, thanku-nisida, madecassosida, brahmosida, meso-inositol dan centellose yang dapat digunakan untuk mengobati kanker abdomen, rahim, dan usus besar. Aktivitas antitumor dan karsi-nogenik juga ditemukan pada tanam-an ini. Bahan yang diperkirakan bersifat karsinogen terhadap kulit
yaitu asiatosida. Karena itu, perlu pengelolaan yang tepat apabila ingin menggunakan tanaman obat ber-khasiat antikanker yang juga me-miliki aktivitas karsinogen.
Rosmeri (Rosmarinus officinalis)
Famili: Lamiceae, Habitus: perdu, Jenis tanaman: tahunan, Ba-tang: tua kasar dan berkayu, cokelat, bulat; muda halus dan berbulu, hijau kemerahan, bulat. Cabang: monopo-dial; arah ke atas. Daun: permukaan atas halus, bawah lengket; kedudu-kan spiral; tunggal; sejajar; ujung tumpul agak membulat; pangkal tumpul; tepi rata; bentuk garis; warna daun atas hijau, bawah hijau putih.
Rosmeri merupakan tanaman obat tahunan yang hidup di dataran tinggi. Sejak dahulu, manusia me-manfaatkan tanaman ini sebagai bumbu dan pemberi aroma pada masakan. Minyak atsiri pada Ros-meri mengandung bahan aktif karno-sol, rosmasol, isorixmasol, epiros-masol, rosmaridifenol, dan rosmari-quinon. Rosmeri juga dilaporkan mengandung linalool, burneol dan kamfor. Selain bahan-bahan kimia tersebut, pada Rosmeri juga ditemu-kan dua bahan kimia lain yang belum diketahui dan memiliki berat molekul 330,2 dan 302,2. Bahan pertama yang memiliki berat mole-kul 330,2 diduga merupakan hasil pemecahan rantai intramolekular karnosol. Bahan aktif dalam Ros-meri tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengobati kanker payudara, hati, mulut, kulit, dan limpa.
St Jhon’s wort (Hypericum perfo-
ratum)
Famili: Guttiferae, Habitus:
herba, Jenis tanaman : musiman. Ba-
tang: permukaan halus; hijau ke-
merahan; bulat. Daun: permukaan
atas kasar; kedudukan berhadapan;
tunggal; menyirip; ujung membulat;
pangkal tumpul; tepi rata; lonjong;
warna daun atas hijau tua, bawah
hijau lebih muda. St Jhon’s wort memiliki kan-
dungan bahan aktif hypericin, hyper-forin, tanin dan flavonoid. Flavonoid dalam St Jhon’s wort berguna dalam meningkatkan sistem imun tubuh.
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 21
Hal ini menyebabkan tanaman ter-sebut juga berpotensi untuk meng-obati penderita AIDS. Sementara hypericin dan hyperforin berguna dalam terapi pengobatan penyakit kanker terutama kanker payudara, limfe, indung telur (ovary), perut, dan rahim. Dalam terapi pengobatan kanker, hypericin berperan sebagai agen dalam terapi fotodinamik. Hy-pericin merupakan turunan senyawa anthraquinone berwarna merah yang dipercaya berfungsi sebagai anti-biotik dan inhibitor enzim kinase non-spesifik.
Pengelolaan Plasma Nutfah Tanam-
an Obat Berkhasiat Antikanker
Plasma nutfah merupakan sumber
genetik yang penting sebagai bahan
dasar dalam program pemuliaan
serta sumber bahan pangan, obat,
dan bahan baku industri. Indonesia
merupakan salah satu negara yang
memiliki keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia. Indonesia me-
miliki kekayaan plasma nutfah yang
melimpah terdiri dari hewan, tum-
buhan, dan mikroorganisme. Ber-
bagai potensi yang dimiliki sumber
plasma nutfah tersebut mem-
butuhkan usaha pengelolaan plasma
nutfah yang tepat agar kelestari-
an sumber genetik tersebut tetap
terjaga yang tujuannya ialah untuk
melestarikan dan mengelolanya se-
cara berkelanjutan serta memanfaat-
kannya untuk kesejahteraan bangsa
(Marum 2006). Pemanfaatan dan Potensi Pengem-bangan Tanaman Obat Berkhasiat Antikanker di Indonesia
Pemanfaatan tanaman obat tidak terlepas dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Melalui kegiatan penelitian diketahui kegunaan ta-naman tersebut bagi manusia sehing-ga dapat dilakukan usaha-usaha pe-manfaatan. Kegiatan penelitian ta-naman obat berkhasiat kanker yang dilakukan BALITTRO meliputi pengoptimalan kandungan bahan aktif dengan perlakuan tertentu, ke-tahanan tanaman, uji adaptasi, dan pengujian bahan aktif.
Pegagan merupakan salah satu
tanaman obat berkhasiat antikanker
yang banyak diteliti. Hal ini dipicu
oleh potensi tanaman ini yang sangat
besar. Di samping sebagai obat alter-
natif untuk mengobati kanker, pega-
gan juga berguna untuk meningkat-
kan daya ingat karena memiliki
aktivitas memorigenik, hepatitis, dan
wasir. Uji adaptasi pegagan telah
dilakukan untuk mendapatkan
varietas unggul. Artemisia juga merupakan
tumbuhan obat yang saat ini cukup banyak diteliti. Hasil penelitian yang telah dilakukan selanjutnya
disebarluaskan kepada masyarakat melalui kegiatan seminar atau me-lalui jurnal ilmiah, buletin, dan maja-lah populer. Pelaku industri jamu, farmasi, dan kosmetik adalah sebagian sasaran utama penyebar-luasan informasi hasil penelitian.
Dengan semakin tingginya ke-
sadaran masyarakat untuk kembali
menggunakan obat-obat berbahan
dasar alami, maka potensi pengem-
bangan tanaman obat menjadi se-
makin besar. Tidak hanya masyara-
kat Indonesia, masyarakat dunia juga
mulai memberi perhatian pada
tanaman-tanaman tertentu untuk
mengobati sejumlah penyakit. De-
ngan kekayaan alam yang dimiliki,
Indonesia berpeluang besar menjadi
negara terbesar dalam industri obat
tradisional dari tumbuh-tumbuhan.
Penutup
Beberapa tumbuhan obat yang
memiliki khasiat antikanker, di anta-
ranya Adas, Artemisia, Chikori, Eve-
ning primrose, Ginseng Korea (To-
raji), Jombang, Komprey, Pegagan,
Rosmeri, dan St Jhon’s wort. Ber-
dasarkan hasil penelitian, ekstrak
tumbuhan tersebut diketahui mampu
menghambat pertumbuhan sel kan-
ker.
POTENSI TANAMAN SAGA (Abrus precatorius) SEBAGAI PESTISIDA NABATI
Pestisida nabati sudah digunakan sejak dulu, namun dengan adanya kehadiran produk kimia di pasar-an yang memiliki keunggulan da-lam hal kecepatan dan efektivitas-nya maka penggunaan pestisida nabati dikesampingkan. Sampai saat ini telah terinventarisasi se-banyak 2.400 jenis tumbuhan yang terdiri dari 235 famili berpotensi sebagai bahan pestisida nabati, salah satunya adalah tanaman saga (Abrus precatorius Linn). Tanaman saga merupakan tanaman perdu, merambat, tum-buh liar di hutan, ladang atau pekarangan. Bagian tanaman yang biasa digunakan sebagai
pestisida nabati adalah bijinya. Biji terdapat di dalam buah, berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin, bentuknya bulat telur, kecil dan keras. Biji saga mengandung tan-nin, toksalbumin dan abrin, yang dapat diolah sebagai pestisida na-bati dalam bentuk tepung dengan menumbuk atau menggilingnya dan dapat digunakan untuk men-gendalikan hama gudang Sitophi-lus sp., nyamuk Aedes aegypty dan tikus.
estisida nabati adalah suatu
bahan aktif tunggal atau ma-
jemuk yang berasal dari tum-
buhan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan organisme peng-
ganggu tumbuhan, dapat berfungsi
sebagai penolak, penarik, antiferti-
litas (pemandul), pembunuh atau
bentuk lainnya.
Penggunaan pestisida nabati
bukan merupakan suatu konsep baru,
tapi hal ini sudah diupayakan sejak
dulu oleh nenek moyang untuk
menyikapi adanya gangguan hama
dan penyakit pada tanaman. Namun
dengan adanya kehadiran produk
kimia (pestisida sintetis) beredar di
pasaran yang memiliki keunggulan P
Cheppy Syukur, Balittro
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 22
dalam hal kecepatan dan efektivitas-
nya, sehingga penggunaan pestisida
nabati dikesampingkan. Namun
sekarang telah diketahui adanya efek
pestisida sintetis yang bisa meracuni
lingkungan mengembalikan ke-
sadaran kita untuk memanfaatkan
unsur-unsur dari alam dalam
membasmi organisme pengganggu
tanaman (OPT).
Secara umum pestisida nabati di-
artikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tum-
buhan, dan biasanya relatif mudah
dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Oleh
karena terbuat dari bahan alami/
nabati maka jenis pestisida ini ber-
sifat mudah terurai di alam sehingga
tidak mencemari lingkungan, relatif
aman bagi manusia dan ternak
peliharaan.
Sampai saat ini telah terinventari-
sasi sebanyak 2.400 jenis tumbuhan
yang termasuk kedalam 235 famili
berpotensi sebagai bahan pestisida
nabati.
Sejauh ini pestisida memiliki
kelemahan yaitu daya kerjanya re-
latif lambat sehingga tidak mem-
bunuh jasad sasaran secara langsung
(instant), tidak tahan disimpan, juga
tidak tahan terhadap sinar matahari,
dan kadang-kadang harus disemprot-
kan berulang-ulang sehingga kurang
praktis
Selain kelemahannya, pestisida
nabati juga memiliki keunggulan
yaitu: murah dan mudah dibuat oleh
petani, relatif aman terhadap ling-
kungan, tidak menyebabkan keracu-
nan pada tanaman, tidak menimbul-
kan kekebalan terhadap hama,
kompatibel dengan cara pengen-
dalian yang lain dan menghasilkan
produk pertanian yang sehat.
Pestisida nabati dapat membunuh
atau mengganggu serangan hama
dan penyakit melalui cara kerja yang
unik, yaitu dapat melalui perpaduan
berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja pestisida nabati sangat
spesifik, yaitu :merusak perkem-
bangan telur, larva dan pupa, dapat
menghambat pergantian kulit, meng-
ganggu komunikasi serangga, me-
nyebabkan serangga menolak ma-
kan, menghambat reproduksi serang-
ga betina, mengurangi nafsu makan
sehingga memblokir kemampuan
makan serangga, mengusir serangga;
dan menghambat perkembangan
patogen penyakit. Oleh karena itu
penggunaan pestisida nabati sangat
dianjurkan demi keamanan ling-
kungan dalam jangka panjang.
Saga merupakan salah satu ta-
naman yang berpotensi sebagai pes-
tisida nabati. Tanaman saga dikenal
ada dua jenis yaitu saga pohon
(Adenanthera pavonina) dan saga
merambat (Abrus precatorius Linn.).
Saga pohon umumnya digunakan
sebagai pohon peneduh sedangkan
saga merambat banyak digunakan
sebagai pengobatan alternatif herbal
seperti: amandel, radang mata,
sariawan dan beberapa penyakit lain-
nya. Saga rambat juga dapat diguna-
kan sebagai pestisida nabati.
Saga rambat disebut saga leutik
di Jawa Barat, saga telik di Jawa
Tengah dan saga ketek di Minang-
kabau.
Saga rambat mengandung tannin
dan toksalbumin sebagai insektisida
dan lain-lain. Bervariasinya kan-
dungan bahan aktif dari tanaman
yang sama dikarenakan tanaman
berasal dari tempat yang berbeda,
umur tanaman berbeda, jenis tanah
berbeda, iklim yang berbeda,
ketinggian yang berbeda, waktu
panen berbeda dan lainnya. Hal ini
mengakibatkan perlunya dilakukan
penelitian khusus lokasi di daerah
yang menggunakan pestisida nabati.
Deskripsi tanaman saga merambat
(Abrus precatorius)
Tanaman perdu, merambat,
tumbuh liar di hutan, ladang atau
pekarangan. Tumbuh baik di daerah
kering dengan ketinggian sampai
1.000 m di atas permukaan laut dan
di tempat yang agak terlindung.
Tinggi tanaman mencapai 2 - 5 m
dan batangnya kecil.
Tanaman saga termasuk famili
Leguminosae. Daun berukuran kecil-
kecil berwarna hijau, berbentuk bulat
telur menyerupai daun asam jawa
yaitu daun majemuk menyirip genap
(Abrupte pinnatus). dengan panjang
6.025 mm, lebar 3 - 8 mm, anak
daun 8 - 18 pasang. Bunga saga termasuk bunga
majemuk bentuk tandan, kecil-kecil dengan mahkota berbentuk kupu-kupu berwarna putih dan ungu muda, bagian bawah berkelamin dua, bagian atas hanya terdiri dari bunga jantan, kelopak bergerigi, pendek, berbulu, benang sari me-nyatu pada tabung, tangkai sari ± 1 cm, putik kepala sari kuning, tajuk bunga bersayap. Buahnya termasuk buah polong dengan panjang 2 - 5 cm, berwarna hijau setelah tua berwarna cokelat. Di dalam buah terdapat biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin bentuknya bulat telur, kecil dan keras.
Kandungan kimia saga: glisirhi-
zin, prekatorina, abrin, trigonelina,
kholina, zat beracun toksalbumin
glikosida dan hemoglutinin.
Daun, batang dan biji A. preca-
torius mengandung saponin dan
flavonoida, di samping itu batangnya
juga mengandung polifenol dan biji-
nya juga mengandung tanin, sedang-
kan akarnya mengandung alkaloida,
saponin dan polifenol.
Manfaat Saga (A. precatorius)
Bagian tanaman saga yang
dimanfaatkan sebagai insektisida,
fungisida adalah biji yang mengan-
dung bahan aktif tanin dan toksal-
bumin yang daya kerjanya seperti
racun ular. Biji dapat diolah sebagai
pestisida nabati dalam bentuk tepung
dengan menumbuk atau menggiling-
nya kemudian diaplikasikan pada
OPT. Biji saga dengan bobot 0,5 g
sudah bersifat racun bila tepungnya
bersentuhan dengan luka pada OPT.
Biji berbentuk tepung dicampur de-
ngan tepung terigu pada konsentrasi
5% dapat digunakan untuk mengen-
dalikan hama gudang Sitophilus sp.
selama 3 bulan. Apabilla biji saga
diekstrak dengan menggunakan air
dan aseton dapat bersifat racun perut
bagi serangga seperti nyamuk Aedes
aegypty. Di India biji saga telah
digunakan sebagai racun ternak dan
manusia (Hart, 1963).
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 23
Selain tanin dan toksalbumin, zat racun abrin juga ditemukan pada biji, apabila tertelan akan dengan mudah menyebabkan keracunan dan reaksi racunnya cepat, langsung didistribusikan ke jaringan, seperti sel-sel darah, sel-sel hati dan ginjal. (Hart, 1963). Hal tersebut telah diuji pada beberapa hewan seperti tikus dengan dosis 0,02 mg/kg, kuda 200 g menyebabkan kematian, tetapi pada sapi, kambing dan anjing lebih tahan.
Akar saga oleh sebagian ma-
syarakat di Afrika dan Madagaskar
digunakan sebagai racun, sedangkan
menurut Riana Savitri (1994) infus
daun saga dapat menghambat kuman
Staphylacoccus aureus, Streptococ-
cus betahernoliticus, dan Strepto-
coccus pneumoniae pada dosis 250
mg/ml; 125 mg/ml; 125 mg/ml
dengan diameter zona hambatan
berturut-turut 8,3 ; 9,4 dan 9,4 mm.
Penutup
Abrus precatorius (saga rambat)
merupakan tanaman perdu, tumbuh
baik di daerah kering hingga
ketinggian 1.000 m dpl. Biji saga
berbentuk bulat telur, kecil, keras
berwarna merah dengan titik hitam
mengkilat mengandung bahan aktif
tannin, toksalbumin dan abrin, Biji
saga ini berpotensi sebagai pestisida
nabati pada hama gudang Stophilus
sp, nyamuk Ades aegipty, tikus dan
beberapa hewan lainnya
PELUANG BUDIDAYA DAN MANFAAT JINTAN HITAM (Nigella sativa)
Jintan hitam, black seed, black cu-min, black caraway, habastussau-dah (Nigella sativa L., N. cretica Miller, N. indica Roxb.) merupa-kan tanaman semusim, famili Ra-nunculaceae. Tanaman asli dari daerah Asia Barat, dan banyak tumbuh di sekitar Laut Tengah. Secara tradisional, jintan hitam telah lama dikenal sebagai obat berbagai macam penyakit di banyak negara, termasuk Indone-sia. Dikalangan umat Islam, banyak yang meyakini bahwa jintan hitam adalah obat utama untuk menyembuhkan segala macam penyakit. Keyakinan ini bersandarkan pada sebuah hadist Rasulullah yang menerangkan tentang manfaat jintan hitam. Berbagai obat tradisional yang berbahan baku jintan hitam di pasaran telah banyak beredar. Bahan biji/bubuk dikemas dalam bentuk kapsul isi 25 - 30 kapsul/ kemasan, minyak jintan dengan kemasan botol. Selain industri jamu/obat tradisional, jintan juga digunakan dalam industri peluma-tan buah-buahan, industri kecap dan industri bumbu masak. Total pemakaian jintan dalam industri
besar dan menengah setahun adalah 144.817 kg dengan nilai 465 juta rupiah. Jintan banyak diimpor dari India dan Mesir serta negara timur tengah lainnya, total impor sebanyak 510.003 kg/ tahun senilai US$ 364.394. Se-bagian jintan di re-ekspor ke USA 259 kg (US$ 725). Sebagian lain-nya digunakan oleh industri rumahan atau industri kecil.
agian tanaman yang mem-
punyai nilai ekonomi tinggi
dan banyak digunakan adalah
biji, rasanya agak sedikit getir dan
pedas. Jintan kaya nutrisi, seperti
protein, lemak, karbohidrat, minyak
atsiri dan mineral. Tanaman ini juga
kaya anti oksidan yang berguna
untuk kesehatan. Kandungan anti-
oksidan pada jintan berbeda-beda,
dipengaruhi oleh daerah dimana
jintan ditanam (lingkungan).
Tanaman jintan berupa herba
tegak tinggi 20 - 30 cm (kadang
mencapai ±70 cm), susunan daun
berseling, warna daun hijau muda
dengan panjang 1 - 6 cm. Bunga ter-
bentuk pada ujung cabang (termi-
nal), panjang rangkaian 4 - 11 cm,
jumlah mahkota bunga 5 buah.
Bunga jintan berwarna hijau muda
sampai sedikit kemerahan waktu
muda dan kebiruan pada bunga tua,
terdapat madu pada bunganya,
penyerbukan tanaman dibantu oleh
serangga. Buah berbentuk kapsul,
terdiri dari beberapa biji. Bentuk biji
jintan membulat, berwarna hitam
atau abu-abu gelap, berukuran kecil
(1 - 5 mg/btr). Jintan dikembang-
biakkan dengan biji, tipe pertumbuh-
an biji epigeal. Benih jintan ter-
masuk benih ortodox, pada kondisi
suhu ruang, benih tahan disimpan
sampai 2 - 3 tahun. Benih jinten ber-
kecambah 14 - 16 hari setelah semai,
tanaman mulai inisiasi bunga 36 - 49
hst (hari setelah tanam). Mulai ini-
siasi sampai bunga dalam seluruh
rangkaian mekar dibutuhkan waktu 7
- 10 hari Biji dapat dipanen 33 - 35
hari setelah pembungaan. Total satu
musim tanam jintan adalah 70 - 100
hari. Pada daerah yang lebih panas,
B
Gusti Indriati dan Khaerati,
Balittri
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 24
pembungaan terjadi lebih cepat (8 -
10 minggu setelah tanam), pada
kondisi lebih kering umur tanaman
lebih pendek. Rangkaian bunga jin-
tan berupa malai, jumlah malai/
tanaman berkisar 8 - 22 buah dan
jumlah biji/malai 37 - 64 buah. Pada
awal pembungaan merupakan stadia
yang kritis terhadap kebutuhan air.
Pada stadia tersebut bila ke-
kurangan air, dapat menurunkan pro-
duksi hingga 50%. Produksi biji/
hektar sekitar 1.000 kg. Pada per-
tanaman tanpa pemupukan dengan
kerapatan tanam 180 tanaman/m2
dapat diperoleh hasil mencapai 786
kg biji, setara dengan minyak yang
diperoleh sebanyak 144 kg (rende-
men 183,3 g/kg) atau minyak atsiri
hasil penyulingan sebanyak 3 kg
(rendemen 3,9 g/kg).
Minyak jintan merupakan minyak
tak jenuh (unsaturated fatty oil),
banyak mengandung asam linoleat,
sehingga baik untuk pengganti mi-
nyak sayur dari tanaman lain seperti
minyak bunga matahari. Warna mi-
nyaknya lebih kuning, sifat minyak
lebih stabil, dan dapat disimpan
lebih lama karena adanya kandungan
polyphenolic. Selain untuk peng-
obatan, biji jintan juga banyak
dipakai untuk meningkatkan citarasa
makanan dan minuman.
Budidaya tanaman
Tanaman tumbuh pada kisaran
suhu 5 - 250C, tumbuh baik pada
suhu sekitar 140C, dan pH tanah 5,8.
Jarak tanam 15 x (25 - 40) cm.
Pupuk yang digunakan adalah 80 kg
N + 17,5 kg P + 33 kg K/ha.
Kedalaman tanam 5 cm. Setelah pe-
nanaman, dilakukan penyiraman
agar pertumbuhan bibit seragam.
Untuk hasil yang baik, pertanaman
di musim kering setidaknya disiram
seminggu sekali selama musim
tanam, atau setidaknya sampai stadia
pengisian benih.
Panen
Biji jintan dipanen dari tanaman
yang sudah mulai mengering, tetapi
belum kering benar. Buah jintan
bersifat dehiscent, sehingga bila di-
panen terlalu kering biji-biji sudah
akan keluar dari buah yang pecah
dengan sendirinya. Cara panen di-
lakukan dengan cara tanaman di-
cabut dari tanah atau dipotong pada
batangnya.
Pasca panen
Untuk memisahkan biji dari
tanaman dapat digunakan alat peron-
tok dan dibersihkan dengan blower
agar biji terpisah dari kotoran
serasah tanaman. Biji dikeringkan,
selanjutnya dapat disimpan berupa
biji dan langsung digunakan, atau
dipress langsung atau diekstrak
menggunakan pelarut untuk men-
dapatkan minyak. Biji dapat pula
disuling untuk mendapatkan minyak
atsiri. Rendemen minyak yang diper-
oleh (34,78%) lebih tinggi bila
menggunakan pelarut, sedangkan
dengan sistem press hanya diperoleh
rendemen 24,76%. Ekstraksi minyak
menggunakan pelarut akan diperoleh
warna minyak yang lebih terang
(kuning keemasan), sebaliknya de-
ngan sistem press, warna minyak
lebih gelap (kuning kecokelatan).
Komposisi fraksi sterol dalam
minyak yang diperoleh dari ekstraksi
dengan pelarut dan sistem press juga
berbeda (Tabel 1), penggunaan
sistem ekstraksi dengan pelarut
diperoleh mutu minyak yang lebih
baik. B-sitosterol menghambat ab-
sorbsi kolesterol tubuh, sehingga
baik untuk kesehatan.
Kandungan biji jintan
Kandungan biji jintan antara
lain adalah karbohidrat, protein,
minyak, dan berbagai mineral. Kom-
posisi tersebut bervariasi tergantung
tempat tanaman tumbuh. Biji asal
Tunisia mempunyai kadar minyak
lebih tinggi, sedangkan kandungan
mineralnya hampir sama (Tabel 2).
Minyak jinten banyak mengandung
lemak tak jenuh, dan baik untuk
kesehatan. Biji jintan asal per-
tanaman di Indonesia belum ada
hasil analisanya, namun di kalangan
Tabel 3. Komposisi kimia minyak atsiri jintan (mg/kg biji)
Daerah asal sampel biji diperoleh Komposisi kimia
Ethiopia India Saudi Arabia Syria Sudan
Selenium 0,114 - 0,339 0,13 - 0,30 0,02 - 0,33 0,01 - 0,40 0,10 - 0,16
DL-α-tocopherol 3,11 - 16,75 6,18 - 18,05 4,01 - 22,4 2,35 - 9,49 6,79 - 7,30
DL-δ-tocopherol 3,22 - 12,38 2,25 - 9,26 1,53 - 22,79 0 - 5,39 2,07 - 2,57
All-trans-retinol 0,16 - 0,26 0,21 - 0,36 0,13 - 0,29 0,16 - 1,57 0,14 - 0,16
Thymoquinone 1.138 - 5.983 900 - 4.256 2.250 - 1.923 0 - 3.916 1.196 – 1..344
Thymol 76 - 336 66 - 383 28 - 258 52 - 224 104 - 123
Sumber : Al-Saleh et. al. Level of selenium, tocopherol, thymoquinone and thymol of Nigella sativa seed. Journal of food composition and
analisis 19 (2006) ; 167-175.
Tabel 2. Kandungan biji jinten dan asam lemak biji jintan
Biji asal Tunisia Biji asal Iran Kandungan Biji asal Tunisia Biji asal Iran Macam asam lemak
g/100 g asam lemak total
Kadar minyak (%) 28,48 40,35
Protein kasar (%) 26,70 22,60 Myristic 0,35 0,41
Total karbohidrat (%) 40,00 32,70 Palmitik 17,20 18,40
Abu (%) 486,00 4,41 Palmitoleik 1,15 0,78
Potassium (mg/kg) 783,00 708,00 Asam stearat 2,84 3,69
Magnesium (mg/kg) 235,00 260,00 Asam oleat 25,00 23,70
Calcium (mg/kg) 572,00 564,00 Asam linoleat 50,31 49,15
Phosphor (mg/kg) 48,90 5,19 Asam lemak jenuh 22,70 25,50
Sodium (mg/kg) 20,80 18,50 Monounsaturated fatty acid 26,60 25,00
Iron (mg/kg) 8,650 9,42 Poly-unsaturated fatty acid 50,70 49,80
Zinc (mg/kg) 8,040 7,03
Mn (mg/kg) 4,430 3,37
Sumber : Salma et. al. 2007. Nigella sativa : Chemical composition and physicochemical characteristic of lipid fraction. Food Chemistry
101 : 673 - 681
Tabel 1. Fraksi sterol pada 2 metode ekstraksi minyak jintan.
Fraksi sterol (mg/100 g minyak)
Pengepresan langsung dengan alat hidrolik
Ekstraksi dengan pelarut petroleum ether 40 - 600C
Cholesterol 52 ± 9 94 ± 17
Campestrol 28 ± 6 59 ± 12
Stigmasterol 68 ± 11 124 ± 19
Β-Sitosterol 636 ± 35 960 ± 60
Β- Sitostanol 44 ± 10 67 ± 12
Sumber M. Bassim Atta. 2003. Some characteristic Nigella seed cultivated in Egypt and its lipid profile. Food Chemistry 83 - 63 - 68.
Dok : ( w
ww
.anci
ent hea
lingoil.c
om
/ass
ets/im
ages
/bla
ck_co
min
)
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 25
pengobat tradisional diyakini dan
terbukti khasiatnya lebih rendah dari
biji asal daerah Mediteranean.
Minyak atsiri
Biji jintan banyak mengandung
minyak atsiri, di antaranya adalah
trans-anetol, p-cymene, limonene,
carvone. Kandungan Thymoquinone
dalam minyak atsiri sebesar 18,4 -
24%. Kandungan selenium dan
thymoquinone biji jinten dari ber-
bagai daerah asal tanaman di-
budidayakan bervariasi (Tabel 3).
thymoquinone merupakan bahan
aktif yang mempunyai effefar far-
makologi di antaranya sebagai hepa-
totoxicity, cardiotoksik, anti-diabet,
ashma, mengobati kanker usus besar,
dan pembengkakan.
Kegunaan
Secara tradisional, di kawasan
Timur Tengah dan Asia Barat, jintan
banyak digunakan untuk pengobatan
hipertensi, diabetes, mengatasi pro-
blem pernafasan, sakit perut dan
saluran pencernakan, ginjal, dan
meningkatkan kekebalan tubuh.
Minyak jintan hitam dilaporkan
mempunyai sifat anti tumor, anti-
oksidan, anti inflamasi, anti bakteri
dan menstimulasi sistem imun tubuh.
Penggunaan jintan berlebihan
bersifat hypoglycaemic effect, me-
rubah metabolisme hemoglobin
sehingga menurunkan jumlah sel
darah putih (leucocyte). Adanya
selenium juga mempunyai efek
farmakologi. Selenoprotein penting
dalam fungsi enzym, berperan dalam
regulasi reaksi reduksi-oksidasi (re-
dox), berfungsi sebagai antioksidan,
menjaga integritas membran, me-
tabolisme energi dan menjaga agar
DNA tidak rusak. Pemakaian su-
plement mengandung selenium 200
ug setiap hari menghindarkan dari
resiko terserang kanker prostat,
lambung dan usus besar.
Secara umum, konsumsi jintan
hitam pada orang dewasa sebanyak 2
g (1 sendok teh) perhari, setara
dengan kandungan selenium 0,34 ug,
DL α-tokoferol 18,04 ug, DL-δ-
tocoferol 10,84 ug, all-trans-retinol
0,54 ug, thymoquinone 4449 ug dan
thymol 338 ug. Batas thymol pada
makanan berdasarkan Comittee of
Experts on Flavouring Subtances of
the Council of Europa adalah se-
besar 50 mg/kg. Tingkat toxicology
thymol 1.800 mg/kg (pada tikus).
Jintan juga banyak digunakan
sebagai bumbu pada masakan untuk
meningkatkan citarasa.
Penutup
Di Indonesia, jintan hitam belum
dibudidayakan. Secara komersial,
tanaman jintan berasal dari daerah
Mediteranean, oleh karena itu
pengembangan tanaman tersebut
hanya pada daerah tertentu yaitu di
daerah pegunungan dengan ke-
tinggian > 700 m dpl, seperti di
daerah Dieng, Lembang dan daerah
lainnya. Namun oleh karena mi-
nyaknya bernilai ekonomi tinggi,
pengembangan tanaman ini patut
diperhatikan.
PROSPEK PENGENDALIAN Helopeltis antonii DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA MACAM
INSEKTISIDA NABATI
Hama pengisap buah Helopeltis antonii (Heminoptera; Miridae) merupakan salah satu kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan
kerusakan dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah mau-
pun tunas-tunas muda. Serangan pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan terbentuk-
nya buah abnormal. Akibatnya daya hasil dan mutu kakao me-
nurun. Serangan berat H. antonii dalam satu musim dapat menu-runkan daya hasil rata-rata 42 % selama tiga tahun berturut-turut.
Gambar : Tanaman jintan hitam (Nigella sativa)
Sri Wahyuni, Balittro
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 26
elain menyerang buah H.
antonii juga menyerang pucuk.
Serangan berat dan berulang-
ulang pada pucuk dapat menekan
produksi kakao sekitar 36 - 75%. H.
antonii Signoret juga merupakan
salah satu hama yang sering me-
nimbulkan kerugian di beberapa
kebun teh. Populasi hama lebih dari
8 ekor/m2 (terdiri atas 2 ekor de-
wasa dan 6 ekor nimfa) atau inten-
sitas serangan 65,5% dapat me-
nurunkan produksi pucuk teh klon
Kiara-8 sebesar 87,6% selama 8
minggu (Dharmadi, 1989)
Serangan berat H. antonii pada
tanaman teh dapat menimbulkan
kerugian sekitar 50 - 100%. Untuk
menanggulangi serangan H. antonii
pada tanaman teh dan menekan
populasi dapat dilakukan dengan
pemangkasan tanaman, pengaturan
daur petik pucuk teh, penggunaan
klon unggul dan tanaman inang lain.
Selain pada kakao dan teh H.
antonii merupakan hama penting
pada tanaman jambu mete. Hama ini
menyerang pucuk, tangkai bunga,
dan buah muda. Daun yang terserang
H. antonii terhambat pertumbuhan-
nya dan menjadi kering. Serangan
pada bunga menyebabkan kegagalan
pembuahan. Buah yang terserang
menunjukkan gejala bercak-bercak
cokelat atau hitam akhirnya me-
ngering dan gugur. Pada tanaman
jambu mete, serangan sudah diang-
gap membahayakan bila daun-daun
muda sudah banyak yang terserang.
Penggunaan insektisida nabati ter-
hadap H. antonii
Berdasarkan hasil penelitian di
laboratorium Kelompok Peneliti
Hama dan Penyakit Balittro, eks-
trak tembakau konsentrasi 10%
dengan cara aplikasi disiram-
kan melalui akar tanaman jam-
bu mete efektif terhadap H. an-
tonii pada hari kelima setelah
infestasi, dengan tingkat kemati-
an 100%. Ekstrak mimba dengan
cara yang sama efektif terhadap
H. antonii pada hari kelima se-
telah investasi konsentrasi 2,5, 5,
dan 10% masing-masing dengan
tingkat kematian 82,5 dan 87,5%
(Mardiningsih et al; 2001). Dari
hasil penelitian ekstrak tembakau
dan ekstrak mimba dengan cara di-
siramkan melalui akar bibit tanaman
jambu mete dan berdasarkan hasil
analisa laboratorium BB Biogen,
bahwa insektida nabati tembakau
dan mimba bersifat sistemik. Ekstrak CNSL dengan cara apli-
kasi langsung pada serangga H. antonii dengan konsentrasi 1,25, 2,5 dan 5% efektif terahdap H. antonii pada hari ke lima sampai hari ke tujuh dengan tingkat kema-tian masing-masing 88, 90 dan 100%. Ekstrak CNSL yang diapli-kasi pada inang alternatif (buah mentimun) dengan konsentrasi 20% efektif terhdap H. antonii pada hari kelima setelah aplikasi dengan ting-kat kematian 80%. Ekstrak biji mim-ba dengan cara aplikasi pada bibit tanaman jambu mete konsentrasi 10% effektif terhadap H. antonii pada hari kedua setelah aplikasi dengan tingkat kematian 82,0% (Atmadja, 2005 )
Hasil penelitian selanjutnya yang
dilakukan terhadap H. antonii
dengan menggunakan minyak daun
cengkeh, gagang cengkeh dan bunga
cengkeh, konsentrasi minyak ter-
sebut masing-masing 4% dengan
cara aplikasi pada serangga efektif
terhadap H. antonii hari ke tiga sam-
pai hari ke empat setelah aplikasi
dengan tingkat kematian masing-
masing 92,5 - 95, 85 - 87,5, dan
82,5%. Penggunaan minyak selasih (Oci-
mum sp) terhadap H. antonii di-laboratorium, telah diuji beberapa jenis Ocimum yaitu Ocimum gra-tissimum, O. basilicum, dan O. mini-mum Ocimum. gratisimum kon-sentrasi 5% dan 10% efektif terhadap H. antonii dengan tingkat kematian masing-masing 86 dan 90%, O. basilicum efektif terhadap H. antonii konsentrasi 10% dengan tingkat kematian 83,3%, sedangkan O. minimum konsentrasi 10% hanya menimbulkan kematian 70% (Atmadja dan Suriati, 2007)
Penelitian insektisida nabati yang lainnya dilakukan dilabora-
torium Kelti Hama dan Penyakit Balittro terhadap H. antonii adalah jahe merah, pala dan minyak masoyi. Minyak jahe merah dan minyak pala diaplikasikan pada serangga dan pada inang alternatif (buah menti-mun) sedangkan minyak masoyi diaplikasikan pada serangga. Hasil penelitian menunjukkan, minyak jahe merah dan minyak pala kon-sentrasi masing-masing 6% efektif terhadap H. antonii dengan tingkat kematian 86,7 dan 86,7%; aplikasi pada serangga; 96,7 dan 83,3% apli-kasi pada inang alternatif, sedang-kan minyak masoyi konsentrasi 1 dan 2% efektif terhadap H. antonii dengan tingkat kematian masing-masing 87,5 dan 90% (Atmadja, 2008)
Di antara insektisida nabati yang diuji, insektisida nabati yang prospektif untuk digunakan adalah dari bahan tanaman cengkeh, selasih dan CNSL yang berasal dari kulit biji mete. Bahan tanaman tersebut banyak ditanam oleh petani per-kebunan sehingga mudah didapat dari alam dan dibuat sendiri.
Insektisida nabati dari bahan
tanaman tersebut bisa dibuat dengan
cara sederhana: daun cengkeh di
blender ditambah air dengan perban-
dingan satu bagian bahan tanaman
ditambah dua bagian air (pelarut)
kemudian disaring maka menjadi
insektisida nabati ekstrak sederhana.
Selasih banyak ditanam oleh petani,
contoh di daerah Sumedang petani
sudah bisa membuat minyak selasih
dengan cara penyulingan yang se-
derhana dengan cara dikukus seperti
penyulingan biasa, hasilnya bisa
digunakan sendiri oleh petani. Kulit biji mete bisa digunakan
sebagai insektisida nabati dipres, kulit biji mete dengan cara tersebut mengeluarkan minyak yang hasilnya mirip ekstrak CNSL. Dengan pembuatan insektida nabati seperti tersebut di atas maka petani bisa menyiapkan kebutuhan insektisida nabati untuk mengendalian H. antonii dalam skala luas di lapang.
Aplikasi insektida nabati di lapang pada pertanaman jambu mete dilakukan pada pagi hari, karena pada pagi hari sinar matahari belum terlalu panas terik, sehingga hama
S
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 27
H. antonii masih banyak berada di pertanaman tersebut dan insektisida nabati akan efektif. Aplikasi insektisida nabati pada siang hari kurang baik karena insektisida nabati mudah terdegradasi oleh sinar ultraviolet.
Penutup
Dari hasil penelitian beberapa insektisida nabati terhadap H.antonii yang dilakukan di laboratorium, insektisida yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah in-sektisida dari bahan tanaman ceng-
keh, selasih dan kulit biji mete, karena disamping efektif juga efisien dan bahan tanaman banyak ditanam oleh petani serta ramah lingkungan.
PANILI BUDIDAYA DAN KERABAT LIARNYA
Panili merupakan komoditas eks-por, 95% diusahakan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat dan sisanya oleh perkebunan swasta yang berpotensi besar untuk tetap dikembangkan. Indo-nesia memasok 30 - 40% dari im-por dunia. Tidak diragunakan lagi bahwa kebutuhan dunia akan panili sangat tinggi, seiring de-ngan meningkat dan berkembang-nya industri berbasis panili. Na-mun masyarakat awam/petani ka-dang sulit membedakan tanaman dan buah panili yang komersial budidaya dan liar sehingga sering tercampur.
anili (Vanilla planifolia An-
drews) banyak digunakan da-
lam industri makanan, minum-
an dan confectionary product yang
digunakan dalam bentuk utuh,
bentuk, ekstrak atau oleorisin. Untuk
keperluan farmasi digunakan dalam
bentuk tinture, sedang untuk parfum
dalam bentuk tinture dan absolut.
Bentuk produk yang dijual petani
umumnya berbentuk polong basah,
sedang yang dijual oleh eksportir ke
pasar internasional berbentuk polong
kering. Pada umumnya petani
kurang memahami perbedaan antara
panili budidaya komersial dengan
panili liar sehingga sering tercampur,
merusak harga panili di pasaran
bahkan tidak diterima di kalangan
eksportir.
Panili (V. planifolia ) termasuk
dalam famili Orchidaceae sama
dengan anggrek dan merupakan
tanaman tahunan yang berasal dari
Timur Laut Mexico, masuk ke
Indonesia pada tahun 1819. Jumlah
famili dari panili lebih dari 165 jenis.
Dari ratusan jenis panili yang ada
terdapat beberapa jenis panili liar
yang merupakan jenis asli Indonesia.
Di Palembang terdapat jenis Vanilla
palembanica, sedangkan di Jawa
ditemukan V. aphylla BL dan
Vanilla albida BL, Di Sumatera dan
Kalimantan ditemukan Vanilla
albida. Sedangkan panili yang
umum dibudidayakan dan komersial
hanya satu jenis yaitu Vanilla
planifolia dan perbanyakan biasanya
dilakukan secara vegetatif dengan
setek. Di Indonesia, panili telah
menyebar luas hampir di seluruh
wilayah dengan daerah sentra
produksi, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bali
dan Sulawesi Utara. Sedang daerah
pengembangannya telah menyebar
hampir di seluruh di Indonesia.
Deskripsi panili budidaya
Panili budidaya merupakan ta-
naman yang tumbuh merambat dan
berbatang basah berbentuk sulur,
bulat dan beruas dengan warna daun
hijau, bentuk bulat (teres) berukuran
panjang ruas 12 - 15 cm, diameter
1,17 - 1,25 cm. Akar serabut dengan
perakaran tipis dan pendek, pada
ruas ba-tang sering keluar akar
gantung. Daun berwarna hijau
dengan bentuk memanjang
(oblongus) ujung daun meruncing
(acumina-tus), pangkal tumpul
(obtusus), tepi rata (integer),
pertulangan sejajar (rectinervis).
Panjang daun 21 - 22 cm, lebar 4 - 7
cm dan tebal 1,77 cm. Bunga ber-
bentuk tandan, berwarna kuning.
Jumlah tandan bunga/tanaman 7 - 9.
Jumlah bunga/tandan 22 - 24. Buah
muda berwarna hijau, buah tua
berwarna hijau tua, dan warna buah
olahan berwarna cokelat ke-hitaman
dengan panjang polong 18 - 21 cm.
Aroma wangi khas panili.
Morfologi bunga, buah dan daun
panili budidaya (Vanilla planifolia)
Panili dapat diperbanyak dengan
biji, namun untuk penyerbukannya
diperlukan bantuan manusia dan
untuk mengecambahkan bijinya
harus dilakukan dengan teknik
khusus (kultur jaringan) karena tidak
mempunyai endosperm. Tanaman
panili pada umumnya diperbanyak
secara vegetatif yaitu dengan cara
setek batang (sulur), dan untuk dapat
tumbuh dengan baik harus ada
tanaman untuk melekat dan
merambat yaitu berupa pohon/tajar
hidup dari Glyricidia maculata
(gamal).
Deskripsi panili liar
V. aphylla (Syn V. griffithii Reichb
F) jenis panili liar yang banyak terdapat
di Indonesia. Jenis ini terdapat di
Malaysia, Indonesia (Jawa, Sumatera,
Kalimantan) pada ketinggian 200 - 900
m dpl. Batang agak kurus/kecil, daun
mempunyai tangkai daun yang
panjangnya 1,2 - 2,5 cm. Daun kecil
berbentuk elip, lonjong, bulat telur,
membulat dan meruncing pada bagian
dasarnya. Panjang daun 7,5 - 17,5 cm
dan lebarnya 1,8 - 4 cm, panjang daun
seludang 5 - 12 mm.
Bunga lebih kecil dari pada V.
planifolia berjumlah 6 - 12, panjang
kelopak dan mahkota bunga 4 cm,
berwarna hijau muda kekuningan,
P
Warsi Rahmat Atmadja,
Balittro
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 28
lebih kuning pada ujung-ujungnya.
Panjang bibir bunga 4,75 cm,
umumnya berwarna putih dan dasar
bunga bagian dalam berwarna ungu
tua. Bagian ujungnya berumbai
berbentuk trompet, lebar mulutnya
3,75 cm. Masa pembungaan dan
pembuahan hampir bersamaan wak-
tunya dengan V. planifolia, tetapi
hujan yang lebat pada bulan De-
sember dan Januari tidak mem-
pengaruhi pematangan buah,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mendapatkan jenis unggul baru.
Buah panili liar tidak me-
ngeluarkan aroma seperti buah
V. planifolia. Menurut Heyne
(1972) buah berair manis, enak
dimakan dan dapat menyuburkan
rambut. Karakteristik pada jenis ini
adalah tahan terhadap hujan lebat.
V. aphylla BL
Jenis V. aphylla selain di
Indonesia terdapat di Malaysia,
Myanmar, Thailand, Laos dan
Vietnam. Batang agak kurus
berbentuk segitiga, tidak berdaun,
batang muda berwarna agak merah
jambu dan bunga tua berwarna hijau.
Daun seludang berwarna hijau pucat
dan cepat jatuh. Batang dapat
berfotosintesa apabila cukup cahaya.
Tandannya mengeluarkan 3 bunga.
Mahkota dan kelopak berwarna hijau
kekuningan yang panjangnya ±3 cm
dan lebarnya 4,5 cm yang bergulung
mulai dari tengah. Bibir bersatu
dengan column, pada dasar bunga
membentuk corong ±1 cm. Bagian
tengahnya berwarna ungu, dengan 3-
4 alur merah pada setiap sisi, warna
bibir hijau muda. Buah berbentuk
silindris, dengan panjang 15 cm dan
lebar 12 mm.
Penutup
Standar mutu panili dapat
dipertahankan dengan cara memilih
benih yang sehat/baik dan benar
tidak tercampur panili liar, tepat
umur panen (9 bulan), pengolahan
cukup baik (dengan cara fermentasi).
Dengan mengetahui perbedaan
panili budidaya dengan panili liar
petani tidak akan dirugikan dalam
hal harga. Panili liar buahnya tidak
mengeluarkan aroma yang khas,
bentuk daun kecil, berbentuk elip,
lonjong dan bulat telur selain itu
panili liar dapat menurunkan mutu
panili Indonesia di pasaran dunia.
ULAT BERTANDUK PADA TANAMAN ASAM JAWA
Hampir seluruh bagian tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.) dapat dimanfaatkan untuk ber-bagai keperluan, terutama sebagai bahan berbagai obat tradisional. Ulat bertanduk merupakan se-rangga pemakan daun yang di-jumpai menyerang tanaman asam di Cimanggu, Bogor. Ulat ini ter-masuk spesies Polyura hebe (Lepi-doptera: Nymphalidae). Serangan-nya terjadi secara insidentil. Se-rangan berat oleh serangga ini menyebabkan tanaman asam yang masih kecil (tinggi 1 - 1,75 m) menjadi gundul. Parasitoid telur dari serangga ini berpotensi untuk mengendalikan P. hebe. Pengen-dalian dengan menggunakan in sektisida nabati dapat diguna- kan ekstrak mimba, piretrum, Bacillus thuringiensis dan cen-dawan Beauveria bassiana. Racun kontak diaplikasikan apabila terjadi ledakan populasi dan serangan yang berat.
sam jawa banyak digunakan
dalam industri minuman, es
krim, selai, manisan atau
gula-gula dan obat tradisional. Ta-
naman ini merupakan salah satu
komoditas ekspor. Di Indonesia,
asam tumbuh di dataran rendah pada
daerah yang musim kemaraunya
panjang dan kering. Tanaman ini
bisa berfungsi sebagai tanaman hias
dan pelindung. Hampir semua ba-
gian tanamannya dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Bunga
asam merupakan sumber madu.
Bijinya dapat digiling untuk ma-
kanan ternak, biji ini jika diolah
dapat digunakan untuk mengental-
kan sari buah; kayunya tahan rayap
sehingga banyak digunakan untuk
kerajinan dan untuk bahan perahu;
daun muda yang diseduh dengan
rimpang kunyit merupakan obat
rematik. Kulit pohon asam yang
direbus dengan adas pulawaras
digunakan sebagai obat rematik dan
asma; polong buah yang direbus
dengan daun saga menjadi obat
batuk kering. Buah yang telah masak
merupakan obat morbili, sariawan
dan jika dioleskan ke kulit kepala
dapat mencegah rambut rontok.
Buah yang disangrai dengan ketan
putih, kemudian ditumbuk halus dan
dicampur dengan air sampai me-
nyerupai adonan dapat meng-
haluskan kulit. Daging buahnya
digunakan sebagai bumbu masak,
obat sakit kulit dan pencahar lemah
(urus-urus).
Hama Pada Tanaman Asam
Salah satu hama yang menyerang
tanaman asam ialah ulat bertanduk
Polyura hebe, yang mempunyai
metamorfosis holometabola (sem-
purna) terdiri atas telur, larva, pupa
dan imago. Belum diketahui siklus
hidup (lama dari telur menjadi imago
dan mulai meletakkan telur lagi)
karena lama stadia telur belum
pernah diamati.
A
Laba Udarno dan Endang
Hadipoentyanti, Balittri dan
Balittro
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 29
Imago
Imago serangga ini berupa kupu-
kupu. Sayap depan berwarna hitam
kecokelatan dan hijau kekuningan,
ada satu noktah berwarna hijau
kekuningan. Sayap belakang juga
berwarna sama dan ada sepasang
ekor, pada bagian yang berwarna
hitam kecokelatan ada strip-strip
yang berwarna hijau kekuningan
(Gambar 1a). Panjang tubuh 2,1 cm
dan rentang sayap 6 cm.
Kupu-kupu terbang jauh, ter-
bangnya tidak teratur, sehingga sulit
untuk ditangkap. Imago ini mem-
punyai kebiasaan bertengger pada
daun yang tinggi atau cabang,
mensurvei tanah di bawah. Kupu-
kupu ini selanjutnya terbang dengan
cepat di sekitarnya, sering datang
lagi pada tempat bertengger yang
sama yang lebih disukai untuk
beristirahat. Spesies ini ditemukan
pada rembesan air di pinggir jalan,
daging bangkai, kotoran dan getah
pohon.
Telur
Telur P. hebe yang baru
diletakkan berwarna kuning, men-
dekati menetas, telur ini berbintik
hitam. Bintik hitam ini kelak akan
menjadi kepalanya. Telur berbentuk
bulat, diameter rata-rata 1,4 mm dan
diletakkan satu per satu pada
permukaan (Gambar 1b).
Larva
Larva/ulat yang baru menetas
dari telur, memakan kulitnya dahulu
sebelum makan daun asam. Larva
ini mempunyai panjang 4 mm,
kepalanya berwarna hitam dan
bertanduk yang bercabang empat.
Tubuhnya berwarna kuning, setelah
memakan daun berwarna hijau.
Sesudah berganti kulit, kepala
berwarna hijau dengan tanduk ber-
warna cokelat. Pada tubuh larva
yang sudah besar ada kombinasi
warna kuning berbentuk V pada
bagian dorsal tubuhnya, yaitu pada
ruas abdomen keenam dan ke-
delapan (Gambar 1c). Sedang pada
ruas abomen lainnya, kombinasi
warna kuning juga ada tetapi tidak
menyambung sehingga tidak mem-
bentuk huruf V. Larva P. hebe se-
lain mempunyai tiga pasang tungkai
asli juga mempunyai tungkai palsu
yaitu pada ruas abdomen keenam,
tujuh, delapan dan ruas terakhir.
Panjang tubuh larva ini maksimum
4 cm. Kepala dan tanduk pada larva
yang sudah besar berwarna hijau.
Prepupa
Setelah melewati masa aktif
makan, serangga ini memasuki masa
prepupa yaitu masa larva tidak lagi
aktif makan. Pada masa ini, larva
melingkarkan tubuhnya pada ranting
(Gambar 1d).
Pupa
Pupa berwarna hijau dan beralur
yang berwarna kuning, menggantung
pada ranting. Bentuk pupa seperti
buah mangga tetapi ukurannya kecil,
panjang 1,7 cm dan lebarnya 0,9 -
1,0 cm. Pada satu kelompok dapat
dijumpai 4 pupa, sehingga sekilas
tampak seperti sekumpulan buah
(Gambar 1e). Bekas kulit pupa yang
telah ditinggalkan oleh serangga
dewasa/imago keluar berwarna
cokelat. Lama masa pupa adalah 9 -
11 hari.
Serangan
Serangan berat oleh serangga ini
dapat membuat tanaman asam yang
masih kecil menjadi gundul. Ketika
dijumpai adanya dua ekor ulat ini
pada satu tanaman yang masih
kecil, dapat menyebabkan kehilang-
an daun sebesar 60%. Belum di-
ketahui penyebab meledaknya se-
rangan ulat ini. Keberadaan ulat ini
pada tanaman asam tidak tampak
dengan jelas karena warna ulat
seperti daun. Orang akan sadar
bahwa tanaman asamnya terserang
oleh ulat ini setelah melihat daunnya
habis.
Musuh Alami
Dari telur yang dikumpulkan dari
daun diketahui adanya musuh alami
yaitu parasitoid yang menyerang
telur dari ordo Hymenoptera. Telur
Gambar 1. Siklus hidup P. hebe (a) Imago, (b) Telur, (c) Larva,
(d) Prepupa dan (e) Pupa
Telur
Larva
Prepupa
Pupa
Imago
b
c
d
e
a b
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 30
yang terserang parasitoid ini ber-
warna kusam, tidak menetas menjadi
ulat dan keluarnya parasitoid lebih
lama dari pada keluarnya ulat kalau
telur tidak terparasit.
Tanaman inang
P. hebe ditemukan pada tanaman
leguminosae seperti Albizia falcata,
Adenanthera dan Parkia speciosa
(pete). Tanaman Albizia bisa hampir
gundul. Tanaman Albizia yang ter-
serang bisa tidak berdaun (meran-
ting).
Penyebaran
Serangan serangga ini terjadi di
Sumatera, Kepulauan Sunda (Jawa
Barat) dan Malaysia.
Strategi pengendalian
Seperti ulat Doleschallia polibete
pada tanaman daun ungu (han-
deuleum) yang juga termasuk famili
Nymphalidae, maka P. hebe ke-
mungkinan dapat dikendalikan de-
ngan insektisida nabati berupa
ekstrak mimba (75 ppm) dan pire-
trum (89,5 ppm) yang disemprotkan
pada daun di laboratorium. Selain
itu juga dengan menggunakan
larutan Bacillus thuringiensis 1 g/l di
lapang. Cendawan Beauveria bas-
siana dengan konsentrasi spora
108/ml juga dapat digunakan untuk
pengendalian di laboratorium. Da-
lam keadaan eksplosif, insektisida
sintetik berbahan aktif monokro-
tofos, klorpirifos, piretroid, diklor-
vos, piretroid, diklorvos dan diflu-
benzuron dapat digunakan.
TANAMAN INANG SERANGGA VEKTOR PENYAKIT KERDIL PADA TANAMAN LADA
Penyakit kerdil atau penyakit keriting merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman lada. Penyakit ini banyak di-jumpai di daerah sentra produksi lada, yaitu Bangka, Lampung, Ka-limantan Barat dan juga banyak ditemukan pada tanaman lada di Kebun Percobaan Sukamulya, Sukabumi. Penyebab dari penya-kit ini diantaranya adalah Piper Yellow Mottle Virus (PYMV) dan Cucumo Mottle Virus (CMV). Serangan kedua virus ini pada satu tanaman menyebabkan gejala serangan yang berat. Belum ada data yang pasti kerugian yang diakibatkan oleh penyakit ini. Pada tahun 1987 pernah dilapor-kan serangannya pada tanaman lada di Lampung mencapai 23,3% dan meningkat menjadi 30 - 40% pada tahun 1990. Virus yang sama sebelumnya telah diketahui me-nyerang tanaman lada di Malay-sia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Brazil.
i Kebun Percobaan Suka-
mulya telah dideteksi kebe-
radaan CMV dan PYMV di
hampir semua tanaman lada yang di-
budidayakan (LDL, Chunuk, Natar-1
dan 2, Petaling 1 dan 2) baik lada
perdu maupun lada dengan tiang
panjat. Penyakit ini dapat menye-
rang tanaman Piperaceae lainnya
yaitu rinu (Piper baccatum) dan
Piper colubrinum. Di kebun petak
pamer Balittro, terdapat tanaman
sirih (Piper betle) yang memperlihat-
kan gejala penyakit kerdil, walaupun
selama ini belum pernah dideteksi
adanya virus tersebut pada tanaman
sirih di Indonesia.
Penyebaran penyakit dapat me-
lalui bahan tanaman maupun serang-
ga vektornya. PYMV hanya dapat
ditularkan oleh serangga vektor dan
belum berhasil ditularkan secara
mekanik, sedangkan CMV dapat
ditularkan secara mekanik dan
serangga vektor. Dua jenis kutu pu-
tih, Planococcus minor dan Ferrisia
virgata merupakan serangga vektor
PYMV yang sangat efisien dalam
menularkan penyakit kerdil di In-
donesia ; dan A. gossypii merupakan
serangga vektor CMV.
Untuk penyakit yang penularan-
nya oleh serangga vektor, terjadinya
suatu penyakit tidak terlepas dari
adanya interaksi antara serangga,
vektor dan tanaman. Kisaran tanam-
an inang dari suatu serangga hama
ataupun vektor perlu diketahui ka-
rena tanaman tersebut dapat menjadi
sumber infestasi bagi tanaman yang
akan dibudidayakan. Dengan adanya
serangga vektor yang hidup pada
tanaman lain dan adanya sumber
tanaman sakit, maka penyebaran
penyakit akan dapat mudah terjadi.
Tanaman inang
Dalam kamus entomologi, ta-
naman inang diartikan sebagai
tanaman yang menjadi tempat yang
disukai oleh serangga untuk di-
kunjungi atau menetap dalam waktu
lama, sedangkan dalam kamus
umum pertanian tanaman inang ada-
lah tanaman yang diserang oleh
organisma (parasit) sebagai tempat
hidup atau tempat mencari makan.
Seringkali terdapat serangan serang-
ga hama pada tanaman tertentu
secara berulang, padahal tanaman
tersebut tidak selamanya terdapat di
lapang. Dengan demikian terdapat
tanaman lain yang dapat menjadi
inang (sebagai inang alternatif) dari
hama tersebut sebagai tempat ber-
kembang biak atau tempat mencari
makan baik berupa tanaman yang
dibudidayakan maupun tanaman liar
(gulma). Lama dan ketahanan hidup
serta keturunan yang dihasilkan
dapat berbeda dari satu tanaman ke
tanaman lain. Kemampuan yang de-
mikian akan lebih cepat/besar terjadi
pada tanaman yang menjadi inang
utamanya.
Berdasarkan jumlah tanaman
yang diserangnya, serangga perusak
D
Tri Lestari Mardiningsih,
Balittro
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 31
tanaman digolongkan sebagai mo-
nofag, oligofag dan polifag. Mono-
fag diartikan sifat dari serangga yang
makan hanya pada satu jenis ta-
naman atau satu genus tanaman saja,
contohnya kupu-kupu dan ngengat
yang bersifat monofag. Oligofag
adalah sifat serangga yang tanaman
inangnya terdiri dari berbagai genus
dalam satu famili, misalnya serangga
vektor penyakit bakteri pembuluh
kayu cengkeh, Hindola spp, hama
jahe, seperti Mimegralla coerulei-
frons dan Aspidiella hartii mem-
punyai tanaman inang yang sekeluar-
ga dengan jahe. Polifag adalah sifat
serangga yang mempunyai tanaman
inang yang banyak dari berbagai
famili, misalnya belalang dan aphid.
Kutu putih P. minor dan tanaman
inangnya
P. minor termasuk dalam famili
Pseudococcidae (ordo Hemiptera)
merupakan kutu putih berukuran
panjang 1 - 2 mm. Serangga dapat
dengan mudah dikembangbiakkan di
laboratorium pada kentang. Pada
umbi tersebut, serangga jantan
mempunyai 4 instar nimfa. Lama
hidup instar pertama, kedua, ketiga
dan keempat berturut-turut adalah 7
- 10 hari, 6 - 15 hari, 2 - 3 hari dan 2
- 6 hari. Sedang serangga betina
mempunyai 3 instar nimfa, lama
hidup instar pertama, kedua dan
ketiga berturut 7 - 13 hari, 5 - 12
hari dan 5 - 14 hari. Lama masa
imago jantan adalah 2 - 4 hari,
sedang imago betina dapat hidup
sampai 102 hari. Telur diletakkan
dalam kelompok di dalam jalinan
benang di bawah tubuh imago
betina. Nimfa instar pertama aktif
bergerak sebelum menemukan tem-
pat yang cocok untuk menghisap.
Serangga ini termasuk dalam
kategori polifag. Inangnya antara
lain jambu mente, jambu biji,
mangga, nenas, karet, alpukat,
kapas, lada, padi, stroberi, kapolaga,
jahe merah, teh, kakao, tomat,
kentang, rambutan, kelapa, melati,
nangka, kedelai, kacang tanah,
Gliricidia maculata, G. sepium,
semangka, mentimun, kol, ubu jalar,
ilang-ilang.
Kutu putih F. virgata dan tanaman
inangnya
F. virgata merupakan serangga
yang polifag dan tersebar luas di
daerah tropis. Serangga betina ini
mempunyai ciri khas bentuk oval,
mempunyai sepasang stripes dan
benang-benang lilin yang panjang,
berukuran panjang 2 - 4 mm. Seekor
betina dapat menghasilkan 200 -
450 telur. Siklus hidup berlangsung
selama 1 - 2 bulan. Tanaman inang
utamanya di Indonesia adalah lam-
toro dan menyebar ke tanaman kopi,
kakao, jeruk, dadap, dsb. Tanaman
inang lain dilaporkan adalah jute,
jambu mente, jambu biji, kapas,
tebu, tomat, ubi kayu, ubi jalar, sri-
kaya, mangga. Hasil observasi di
pertanaman di KP Cimanggu, selain
pada tanaman lada serangga ini
ditemukan pada sirih, jarak pagar,
pegagan, lada liar (rinu).
F. virgata menyerang daun,
ranting, buah lada. Pada tanaman
muda di persemaian atau rumah
kaca, serangga ini dapat menutupi
bagian tanaman dan berakibat daun/
ranting menjadi gugur. Dengan de-
mikian, selain berperan sebagai
serangga vektor, serangga ini ber-
peran pula sebagai serangga hama.
Serangga ini dikenal sebagai serang-
ga vektor Swollen Shoot Disease
dan badnavirus (CSSV) pada kakao.
Serangga pengisap A. gossypii dan
tanaman inangnya
A. gossypii yang dikenal sebagai
cotton atau melon aphid, juga me-
rupakan serangga yang polifag dan
bersifat kosmopolitan (tersebar di
seluruh dunia) dengan warna yang
bervariasi dari mulai hijau sampai
hitam atau kuning kecokelatan. Jenis
yang terdapat pada tanaman lada
berwarna hijau gelap, sedangkan
jenis serangga yang sama pada
tanaman tapak dara berwarna
kuning. Serangga tersebut berukuran
panjang 1 - 2 mm dan panjang
antena setengah dari panjang
tubuhnya.
Serangga ini berperan sebagai
hama tanaman dan serangga vektor.
Tanaman yang diserang mem-
perlihatkan gejala daun-daun meng-
gulung dan keriting serta per-
tumbuhan tanamannya terganggu.
A. gossypii dapat menularkan 50
jenis virus pada tanaman.
Tanaman inang dari serangga
ini antara lain mentimun, kapas,
jeruk, kopi, kakao, terong, cabe,
kentang. Hibiscus spp., melon,
kapas, legum dan tanaman Cucur-
bitaeae lainnya. Walaupun mem-
punyai banyak tanaman inangnya,
akan tetapi belum tentu serangga ini
dapat berkembangbiak pada ta-
naman inang lain di sekitarnya. Hal
ini telah dilaporkan bahwa A.
gossypii dapat menyerang tanaman
Tabel 1. Lama hidup serangga dewasa A. gossypii pada tanaman lada dan
tapak dara di laboratorium dan rumah kaca
Rata-rata Hasil Pengamatan
Tapak
dara
Lada
Lama hidup (hari)
serangga dewasa di
laboratorium
2,6
1,3
Lama hidup (hari)
serangga dewasa di
rumah kaca
6,4
2,8
Banyaknya
keturunan (ekor) di
laboratorium
2,1
0,0
Banyaknya
keturunan (ekor) di
rumah kaca
7,7
0,6
Tanaman obat berkhasiat antikanker
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 32
pada chrysanthemum dan mentimun
di rumah kaca di Inggris, tetapi
serangga yang menyerang chrysan-
themum tidak dapat mengkolonisasi
mentimun demikian pula sebaliknya
walaupun keduanya dapat dipelihara
pada tanaman kapas. Hal demikian
pula terjadi pada A. gossypii asal
tanaman tapak dara mudah
berkembangbiak dengan baik pada
tanaman tapak dara di laboratorium
maupun rumah kaca Balittro, tetapi
tidak dapat bertahan dengan baik
pada tanaman lada dan sulit
berkembangbiak (Tabel 1). A.
gossypii yang ditemukan pada lada
dan sampai saat ini masih sulit
dikembangbiakkan walaupun di-
letakan pada bibit lada sendiri di
rumah kaca. Walaupun ketahanan
hidup A. gossypii tanaman tapak
dara ini pendek, namun mampu
berperan sebagai vektor CMV pada
tanaman lada, sehingga dalam pe-
nularan CMV dapat digunakan A.
gossypii asal tapak dara walaupun
keberhasilan penularannya masih
rendah.
Penutup
Pengetahuan kisaran tanaman
inang dari serangga vektor penyakit
kerdil pada tanaman lada, berguna
untuk tujuan penelitian maupun
pembudidayaan tanaman lada. Saat
pelaksanaan penelitian seringkali
sulit untuk memelihara suatu
serangga hama/vektor pada inang
utamanya, sehingga perlu mencari
tanaman inang alternatif yang mudah
diperbanyak. Sebagai contoh P.
minor sulit dikembangbiakkan pada
tanaman lada, tetapi dengan
diketahuinya umbi kentang dapat
sebagai inang serangga tersebut,
maka perbanyakan dapat dilakukan
di laboratorium.
Ketiga serangga vektor penyakit
kerdil pada tanaman lada, P. minor,
F. virgata dan A. gossypii termasuk
serangga yang polifag, dapat me-
nyerang berbagai jenis tanaman
perkebunan lainnya. Beberapa jenis
gulma mungkin juga dapat menjadi
inang serangga tersebut, hanya saja
saat ini belum diketahui, sehingga
perlu dilakukan observasi lebih
lanjut.
Di antara tanaman inang dari F.
virgata; adalah G. septium dan G.
maculata yang digunakan sebagai
pohon panjat pada tanaman lada,
perlu diperhatikan pengaruhnya
terhadap penyebaran penyakit kerdil.
Diketahuinya keragaman tanam-
an inang dari serangga vektor
penyakit kerdil, maka sebelum pe-
nanaman lada seyogyanya diperhati-
kan keragaman tanaman yang ada
dan sedapat mungkin menghindari
penanaman di dekat tanaman yang
menjadi inang serangga vektor atau
memusnahkan tanaman inang ter-
sebut sebelum penanaman tanaman
lada.
alah seorang peneliti kapas yaitu Dr. Ir. Emy Sulistyowati, M.Ag dari Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat di Malang telah mengikuti ’4
TH
MEETING OF THE ASIAN COTTON RESEARCH AND DEVELOPMENT NETWORK’ yang dilaksanakan di Anyang, Cina pertemuan tersebut bertujuan untuk menjalin komunikasi dan kerjasama yang konstruktif mendukung program pengembangan kapas
nasional di Indonesia. Intisari dari pertemuan tersebut antara lain :
Program pertukaran plasma nut-
fah di antara negara-negara yang
tergabung dalam Asia Cotton Re-
search and Development Network
akan menjadi agenda organisasi da-
lam waktu dekat setelah formulanya
disusun. Untuk itu diperlukan per-
siapan administrasi berkaitan dengan
peraturan-pemasukan dan pengeluar-
an benih.
Beberapa teknik pemuliaan yang
dilakukan oleh pemulia-pemulia
kapas dari negara lain dapat diadopsi
untuk memperbaiki kinerja perbaik-
an varietas kapas nasional Indo-
nesia dengan demikian upaya pe-
nyedian varietas unggul kapas baru
beserta teknologi-teknologi pendu-
kungnya dapat diupayakan dengan
baik.
Pengembangan kapas transgenik
secara meluas di Cina dan India
perlu mendapatkan perhatian lebih.
Teknologi transgenik tersebut mam-
pu meningkatkan produksi kapas na-
sional di kedua negara tersebut.
Apabila Indonesia berkeinginan
untuk kembali menggunakan kapas
transgenik, maka perlu dilakukan
peninjauan kembali tentang peng-
gunaan teknologi ini dengan me-
lalukan analisa kebutuhan akan alter-
natif varietas transgenik untuk meng-
atasi masalah pengembangan kapas
yang ada. Alternatif pilihan kapas
transgenik cukup banyak, sehingga
harus dilakukan pengkajian yang
mendalam untuk menentukan trans-
gene yang sesuai dengan masalah
yang ada di masing-masing daerah
pengembangan; apakah transgenik
BT yang memberikan ketahanan
terhadap hama penggerek buah ka-
pas atau transgenik tahan herbisida
S
The 4TH MEETING OF THE ASIAN
COTTON RESEARCH AND DEVELOPMENT NETWORK,
ANYANG, CINA 23 - 26 September 2008
Rodiah Balfas, Balittro
BERITA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Potensi tanaman saga (Abrus precatorius) sebagai .....
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 1, April 2009 33
untuk mengatasi kekurangan tenaga
untuk persiapan lahan dan penyi-
angan gulma ataukah transgene
lainnya.
Pengembangan kapas organik di
Indonesia membutuhkan persiapan
yang cukup serius mengingat pem-
batasan-pembatasan dalam peng-
gunaan pupuk kimia dan pestisida.
Untuk itu diperlukan penelitian yang
mendukung program tersebut antara
lain untuk agensia pengendalian ha-
yati yang efektif dan budidaya yang
paling sesuai. Di Indonesia sudah
ada, instansi yang ditunjuk untuk
melalukan sertifikasi produk orga-
nik yaitu INOFICE (Indonesian
Organik Farming Certification),
yang berkedudukan di Jln Tentara
Pelajar No, 3. Bogor (Balittro).
Indonesia telah diusulkan sebagai
salah satu alternatif negara penye-
lenggara rencana pertemuan se-
lanjutnya, yaitu the 5th- Asia Cotton
Research and Development Network
pada tahun 2010 atau 2011.
PEDOMAN BAGI PENULIS
Pengertian : Warta merupakan in-
formasi teknologi, prospek komo-
ditas yang dirangkum dari sejumlah
hasil penelitian yang telah di-
terbitkan.
Bahasa : Warta memuat tulisan
dalam Bahasa Indonesia.
Struktur : Naskah disusun dalam
urutan sebagai berikut : judul tulisan
dalam Bahasa Indonesia (20 - 30
kata), pendahuluan, topik-topik yang
dibahas, penutup dan saran, serta
daftar pustaka
Bentuk Naskah : Naskah diketik di
atas kertas A4 putih pada satu per-
mukaan saja, dan bentuk huruf time
new romance ukuran 12 pt dengan
jarak 1,5 spasi. Pinggir kiri kanan
tulisan disediakan ruang kosong
minimal 3,5 cm dari pinggir kertas.
Panjang naskah sebaiknya tidak
melebihi 15 halaman termasuk tabel
dan gambar.
Judul Naskah : Judul tulisan me-
rupakan suatu ungkapan yang dapat
menggambarkan fokus masalah yang
dibahas dalam tulisan tersebut.
Pendahuluan : Berisi suatu pe-
ngantar atau paparan tentang latar
belakang topik, ruang lingkup ba-
hasan dan tujuan tulisan. Jika diper-
lukan disajikan pengertian-penger-
tian dan cakupan bahasan.
Topik bahasan : Informasi tentang
topik yang dibahas dan disusun de-
ngan urutan logika secara sistema-
tis.
Penutup dan Saran : Merupakan
inti sari pembahasan dan dapat berisi
himbauan tergantung dari materi
bahasan.
TIM Puslitbangbun
TIM Puslitbangbun