wahabi ahlus sunnah palsu

142
Wahabisme : Memahami Akar, Model Dan Peran Ekstremisme Islam oleh Zubair Qamar, As-Sunnah Foundation of America Pengantar Gerakan paling semu para ekstremis Sunni sekarang ini adalah Wahabisme (yang juga dikenal sebagai Salafisme). Mungkin banyak orang berpikir bahwa teror Wahabi merupakan fenomena baru yang hanya mentargetkan non-Muslim saja, banyak orang akan 1

Upload: muhammad-aly-albadyu

Post on 05-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Agama

TRANSCRIPT

Page 1: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Wahabisme : Memahami Akar, Model Dan

Peran Ekstremisme Islam

oleh Zubair Qamar, As-Sunnah Foundation of America

Pengantar

Gerakan paling semu para ekstremis Sunni

sekarang ini adalah Wahabisme (yang juga dikenal

sebagai Salafisme). Mungkin banyak orang berpikir

bahwa teror Wahabi merupakan fenomena baru yang

hanya mentargetkan non-Muslim saja, banyak orang

akan terkejut jika mengetahui kalau kelompok muslim

Sunni ortodoks adalah target pembantaian pertama

yang disembelih oleh mereka di Saudi beberapa ratusan

tahun yang lalu. Untuk mengetahui secara detail tragedi

mengerikan itu seseorang hanya cukup membaca 1

Page 2: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

evolusi sejarah Arab Saudi - tragedi di mana ribuan

muslim Sunni dan Syiah tewas di tangan militan Wahabi.

Interpretasi ekstremis Wahabi, meskipun

sebelumnya terbatas pada sekelompok kecil orang di

Arabia, telah bertahan sampai hari ini di bawah

perlindungan, dukungan keuangan, dan pengawasan

dari organ-organ agama negara Saudi. Ini telah

mengubah Wahabisme - dan terkait kelompok Salafi

yang mendapat inspirasi dan dukungan dari mereka-

menjadi ancaman global yang harus diperhitungkan

oleh masyarakat dunia. Bagi seorang Wahabi-Salafi,

semua orang yang berbeda dengan mereka, termasuk

Muslim Sunni, Muslim Syiah, Kristen, dan Yahudi adalah

orang-orang yang menjadi sasaran pengkafiran mereka.

2

Page 3: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Apakah mayoritas Sunni mendukung

Wahabisme? Apakah Sunni dan Wahabi satu dan sama?

Apa Yang Dimaksud Dengan Wahabi?

Karena Wahabi mengklaim dirinya sebagai

"Sunni yang benar," adalah sulit bagi orang-orang yang

terbiasa dengan Wahabisme untuk membedakannya

dari Islam Sunni ortodoks. Jika Wahabi ditanya apakah

dia Sunni, dia akan selalu menjawab secara afirmatif.

Ketika ditanya apakah mereka Wahabi, mereka akan

menjawab dengan tegas "tidak" karena mereka

menganggap panggilan tersebut sebagai penghinaan

terhadap apa yang mereka percaya dan lakukan dalam

sebuah gerakan: "Kemurnian ibadah dan penghormatan

hanya kepada Allah saja. Para pembawa Islam otentik

3

Page 4: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dari zaman Nabi saw sampai sekarang "Memanggil

mereka dengan panggilan Wahabi untuk menyiratkan

bahwa mereka belajar dari ide-ide seorang pria

bernama Muhammad bin Abdul Wahhab, bukan dari Al-

Qur'an dan Sunnah - dua besar sumber Islam-. Terlepas

dari apa yang mereka pikirkan, mereka tidak mengikuti

sumber-sumber Islam yang otentik, tetapi mengikuti

interpretasi yang salah dari pendiri gerakan Wahabi

yang muncul di tahun 1700. Sunni dan kelompok lain

penentang Wahabi telah melabeli mereka dengan

sebutan Wahabi untuk membedakannya dari kaum

Sunni ortodoks.

4

Page 5: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Wahabi Sebagai Salafi: Kalimat Semantik yang Menipu

Wahabi sendiri telah membedakan dirinya dari

Sunni ortodoks dengan label Salafi, yang mengacu pada

kata salaf – Satu periode di mana kaum muslim awal

tinggal pada 300 tahun pertama setelah Hijrah, atau

pada periode hijrah Nabi Muhammad Saw dari Mekah

ke Madinah pada tahun 622, periode para sahabat,

periode mereka yang mengikuti para sahabat (disebut

Tabi'in), dan periode mereka yang mengikuti para Tabiin

(Taba al-Tabi'in) yang hidup pada periode Salaf sebagai

periode terbaik yang menggambarkan bagaimana

kehidupan muslim yang seharusnya, sebagaimana Nabi

Muhammad saw telah memuji kaum muslimin masa itu

sebagai generasi umat Islam terbaik. Oleh karena itu,

setiap muslim sejak zaman Nabi Muhammad Saw telah

5

Page 6: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

menjadinya sebagai perode ideal dimana mereka

dituntut mematuhi dan mengikuti jejak para penganut

salaf. Ini berarti bahwa ketika seorang Wahabi

menyebut dirinya Salafi, dia mengaku dirinya sebagai

pengikut sejati Islam yang murni. Ini, bagaimanapun

jauh dari kebenaran.

Muslim Sunni Ortodoks percaya bahwa mereka

adalah pembawa Islam yang sebenarnya murni karena

ada kesenjangan waktu antara periode mulia salaf dan

abad-abad berikutnya, posisi otentik kum Muslimin awal

diaku oleh para ulama dan menjadi acuan untuk

generasi kemudian, prosesnya dilakukan melalui cara

pelestarian yang teliti, sistematis, dan metodologis. Ini

merupakan rantai pengetahuan yang tidak terputus dari

zaman salaf sampai sekarang telah dilestarikan secara

6

Page 7: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

otentik oleh Sunni ortodoks. Oleh karena itu Sunni

Ortodoks adalah kelompok sunni yang memiliki akar

kepada salaf, dan sekarang mereka diwakili oleh empat

mazhab hukum Islam yang otentik: Madzhab Hanafi,

Syafi'i, Maliki, dan Hanbali.

Kaum Wahabi, dengan menyebut diri mereka

sebagai Salafi, tidak hanya mengklaim dirinya mengikuti

jejak kaum Muslim awal, tetapi juga menggunakan

semantik ini untuk pembodohan dan sebagai daya tarik

bagi kaum muslimin yang kurang informasi tentang

Wahabism. Wahabi berkata, "Anda harus mengikuti

umat Islam Salaf." (Ini sebuah proposisi yang tidak

diragukan lagi kebenarannya). Kemudian semantik

Wahabi berikutnya: "Karena itu Anda harus menjadi

Salafi dan jangan pernah menjadi yang lainnya. Ketika

7

Page 8: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Anda mengikuti jalan lain berarti Anda mengikuti jalan

yang berbeda dari umat Islam Salaf". Dengan semantik

yang menipu seperti itu, umat Islam yang kurang

informasi percaya bahwa Wahabi (yang mengaku Salafi )

benar-benar mewakili interpretasi murni kaum

muslimin Salaf awal. Setelah itu semua, kata Salafi

terdengar seperti salaf, sehingga harus benar-benar

menjadi wakil dari itu. Lebih jauh dari itu, bagi yang

kurang informasi hal itu lebih dari sekedar semantik dan

kepercayaan sebagaimana seorang Salafi percaya.

Kebenaran yang diakui secara resmi adalah bahwa

pemahaman Salafi (Wahabi) berbeda dan bertentangan

dengan pemahaman dan posisi kaum muslimin saleh

yang hidup di zaman Salaf- juga dengan mayoritas umat

Islam Sunni yang pernah hidup.

8

Page 9: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Berbagai Macam Wahabi-Salafi

Kelompok Wahabi-Salafi percaya bahwa

kelompo muslim Sunni telah salah langkah selama 1.000

tahun terakhir dan mereka bertujuan untuk membawa

kembali umat Islam keluar dari keadaan jahilliyyah

(seperti kondisi pra Islam, penj) yang telah ada sejak

zaman para Salaf. Bahkan mayoritas Muslim Sunni

ortodoks yang kuat hari ini memerintah sebuah

kerajaan yang membentang jauh ke setiap sudut dunia

mereka tetap masih jauh dari tradisi Salafi karena dasar-

dasar seperti sistem politik yang mereka anut

didasarkan pada sebuah inovasi tercela (bid'ah) dan

kekufiran.

Bagi kelompok Salafi, kehadiran dan kekuasaan

Sunni ortodoksi, dalam semua manifestasinya seperti

9

Page 10: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

yang digambarkan sepanjang sejarah Islam, sama tidak

murninya sebagai bukti meningkatnya hegemoni Eropa

dalam semua manifestasinya sejak runtuhnya

Kekaisaran Muslim Ottoman. Bagi kelompok Salafi yang

menjadi minoritas di dunia ini, dunia adalah tempat

tinggal penuh dengan penghujatan, diperintah dan

dikuasai oleh orang-orang kafir yang perlu mereka

reformasi melalui kedua cara baik kekerasan dan non-

kekerasan untuk menciptakan sistem dunia yang murni

Islam.

Wahabi - Salafi datang dalam berbagai strategi,

beberapa diantaranya denga wajah lebih ekstrim

daripada yang lain. Keragaman mereka ini disebabkan

karena perbedaan dalam pendekatan untuk membawa

umat Islam kembali ke keadaan Islam murni (keyakinan

10

Page 11: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

diperkuat) berdasarkan contoh dari para pendahulu

yang saleh (salafush shalih, penj). Harus ditekankan

bahwa meskipun semua Wahabi disebut Salafi, tidak

semua Salafi murni Wahabi. " Muslim Salafi " termasuk

orang-orang seperti Sayyid Qutb yang ingin membasmi

kebodohan (kejahiliyahan) dan membawa umat Islam

kembali ke keadaan kemurnian - yang mengingatkan

kemurnian kesucian umat Islam yang hidup pada

periode Salaf. Namun, semua Muslim Salafi, apakah

mereka Wahabi atau Qutbi sama-sama mengagumi

secara berlebihan model peran Muhammad bin Abdul

Wahhab dan Ahmad Ibn Taimiyyah, dimana kelompok

garis keras dan kaum revolusioner saat ini telah

terilhami olehnya. Oleh karena itu, meskipun tidak

semua Salafi Wahabi, mereka benar-benar sangat

11

Page 12: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

mengagumi model tokoh yang sama, model yang telah

ditolak dan dikutuk oleh para ulama Sunni ortodoks

untuk representasi mereka tidak autentik tentang Islam

murni. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa semua

Wahabi menganggap dirinya sebagai Salafi dan lebih

memilih untuk dipanggil dengan nama ini (dibandingkan

panggilan Wahabi), meskipun masih ada perbedaan

diantara kelompok Salafi.

Meskipun ada perbedaan pendekatan di antara

Salafi, mereka tetap bersekutu dalam upaya untuk

membuat visi Salafi menjadi kenyataan, yang satu

dengan cara lembut dan yang satunya dengan

kekerasan.

Contoh dari hal ini adalah Salafi Deobandis yang

berorientasi dan beraliansi dengan Wahabi. Aliansi

12

Page 13: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

antara Ikhwanul Muslimin (dan berbagai faksi dan

cabang di dalamnya) dan Wahabi di Arab Saudi

diperkuat selama tahun 1950 dan 1960-an dalam

perjuangan Ikhwanul Muslimin menentang rezim

Nasserist Mesir. Saudi telah memberikan perlindungan

bagi beberapa pemimpin Persaudaraan (Ikhwanul

Muslimin) dan juga memberikan bantuan kepada

mereka di negara-negara Arab lainnya. Aliansi Wahabi-

Salafi ini diperkuat sebagai respon terhadap

meningkatnya ancaman dari kelompok Syiah ketika

Ayatollah Ruhollah Khomeini dari Iran menggulingkan

Shah, sekutu AS pada tahun 1979.

Terakhir, aliansi terwujud dengan sendirinya

dalam perjuangan suci (jihad) menentang agresi

ateis/komunis Soviet di Afghanistan. Kelompok Salafi

13

Page 14: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dari semua kalangan bekerja sama sebagai "Sunni yang

benar" untuk melawan ancaman Syiah-Komunis.

Mereka menggunakan da'wah dengan cara membunuh

untuk membuat ideologi Salafi mereka menang.

Memang, Salafi telah menggunakan dakwah dengan

cara revolusioner untuk mengekspresikan pesan mereka

dengan menggunakan dua pendekatan politik dan non-

politis. Jadi yang disebut "Sunni teroris" saat ini adalag

gerakan teror yang dilakukan oleh Salafi radikal yang

ingin mengganti pemerintah "kafir" dengan

pemerintahan "ulama" yang mengikuti interpretasi dan

ideologi fanatik mereka. Cara pandang mereka pun

tersebar ke seluruh pelosok dunia, termasuk Bosnia,

Albania, Indonesia, Filipina, Uzbekistan, Inggris,

Malaysia, Afrika Selatan, Libanon, Afghanistan, dan

14

Page 15: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Pakistan. Kelompok Salafi telah menunjukkan

malapetaka dalam beberapa dekade terakhir.

Wahabi Sebagai Neo-Khawarij

Kaum Wahabi sangat terkenal berupaya

menghidupkan kembali cara-cara Khawarij. Khawarij

adalah mereka yang berasal dari masa kekhalifahan

Utsman dan Ali, di antara para sahabat yang paling

dekat dengan Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah

kelompok fanatik paling awal yang memisahkan diri dari

komunitas Muslim. Mereka muncul sebagai oposisi

terhadap Ali – Menantu Nabi Muhammad saw - karena

kesediaan beliau berdamai dengan Muawiyah,

Gubernur Damaskus pada waktu itu terkait

permasalahan kekhalifahan. Kaum Khawarij, yang

15

Page 16: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

berarti "mereka yang keluar," adalah sebutan yang

mereka sandang karena penghujatannya kepada Ali dan

Mu'awiyah -mereka dan para pengikutnya- mengatakan

bahwa Al Qur'an, dan bukan mereka, memiliki otoritas

tertinggi dalam hal ini. Ibn al-Jawzi, seorang ulama Sunni

ortodoks dalam bukunya Talbis Iblis di bawah judul

"Sebuah Perhatian dari Delusi Iblis pada Khawarij,"

mengatakan bahwa Dhul-Khuwaysira al-Tamimi adalah

Khawarij pertama dalam Islam dan bahwa adalah

kesalahan yang merasa puas dengan pandangannya

sendiri; setelah ia berhenti ia akan menyadari bahwa

tidak ada percontoham yang lebih tinggi selain dari

Rasulullah Saw". Selain itu, seorang ulama Sunni

ortodoks, Imam Abdul Qahir al-Baghdadi membahas

pemberontakan Khawarij dan pembantaian berdarah

16

Page 17: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

mereka terhadap puluhan ribu kaum muslimin dalam

salah satu bukunya. Dia secara eksplisit menyebutkan

Azariqa, salah satu gerakan Khawarij yang paling

mengerikan yang dipimpin oleh Nafi 'Ibn al-Azraq dari

suku Bani Hanifah, suku yang sama di mana seorang

pelaku bid'ah, Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah

Sang Pembohong) yang mengklaim kenabian. Mereka

sama-sama seperti Khawarij, jika Khawarij melemparkan

tuduhan penghujatan kepada Ali dan Mu'awiyah,

kelompok Wahabi melemparkan tuduhan dan

penghujatan kepada kelompok Sunni dan Syiah.

17

Page 18: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Al-Sa`ud dan Muhammad Ibn 'Abdul Wahhab - Pendiri

Wahabisme

Dinamai Wahabi karena disesuaikan dengan

nama pendirinya, Muhammad Ibn 'Abdul-Wahhab

(1703-1792), berbasis di wilayah yang sekarang dikenal

sebagai Arab Saudi. Tanpa orang ini, al-Sa`ud, salah satu

klan yang banyak tersebar di jazirah Arab tidak akan

memiliki inspirasi, akal, dan tekad untuk

mengkonsolidasikan kekuatan yang mereka lakukan dan

imbalan "jihad" terhadap orang-orang yang mereka

anggap sebagai "musyrik", yaitu orang-orang yang

menghubungkan kemitraan dalam beribadah kepada

Allah Yang Mahakuasa. Bagaimana keintim hubungan al-

Sa`ud dengan Muhammad bin Abdul Wahhab? Robert

Lacey secara fasih menggambarkan hubungan ini:

18

Page 19: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Al Sa`ud sebelumnya adalah sebuah klan kecil

seperti kebanyakan klain lainnya di Najd sebagai

penduduk kota dan petani, hidup merasa cukup nyaman

dari hasil perdagangan dan mungkin sedikit peternakan

kuda. Sampai [Muhammad bin Abdul Wahhab] datang,

mereka menggabungkan suku-suku padang pasir untuk

menyerang ke wilayah luar ketika mereka merasa kuat.

Mereka tidak mungkin membangun jalan kekaisaran

dan tidak mungkin dunia yang lebih luas akan pernah

mendengar mereka tanpa beraliansi dengan Sang Guru.

Al-Sa`ud yang berasal dari desa ad-Diriyah, yang

terletak di Najd, di bagian timur Saudi terletak di dekat

Riyadh modern, ibu kota Saudi. Leluhur dari Sau'd Ibnu

Muhammad, yang tidak terlalu banyak diketahui,

menetap di daerah agrikulturis dan secara bertahap

19

Page 20: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

jumlah mereka terus bertambah dari waktu ke waktu ke

dalam klan al-Sa`ud.

Muhammad bin Abdul Wahhab, dibesarkan di

Uyainah, sebuah oasis di selatan Najd dari suku Bani

Tamim. Dia berasal dari keluarga religius dan

meninggalkan Uyainah dalam mengejar pengetahuan

Islam. Dia melakukan perjalanan ke Mekah, Madinah,

Irak, dan Iran untuk memperoleh pengetahuan dari guru

yang berbeda-beda. Ketika ia kembali ke tanah airnya di

Uyainah, ia berkhotbah tentang apa yang dia yakini

sebagai Islam yang murni, yang pada kenyataannya apa

yang diyakininya itu adalah serangan kejam terhadap

kelompok muslim Sunni tradisional.

Seorang ulama Sunni ortodoks, Jamil Effendi al-

Zahawi mengatakan bahwa guru Ibnu `Abdul-Wahhab,

20

Page 21: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

termasuk dua guru dimana ia pernah belajar dengannya

di Madinah adalah Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-

Kurdi dan Syaikh Muhammad Hayat al-Sindi, keduanya

menyadari kalau Wahabi anti terhadap keyakinan Sunni

dan keduanya memperingatkan umat Islam darinya.

Gurunya, termasuk dua syeikh tersebut pernah berkata:

"Allah mungkin membiarannya sesat, bahkan ia akan

menyesatkan banyak orang”.

Selain itu, ayahnya sendiri Ibnu Abdul Wahhab

telah memperingatkan umat Islam darinya, seperti yang

dilakukan saudara kandungnya, Sulaiman Ibn Abdul-

Wahhab, seorang ulama Sunni ortodoks yang

menyangkal dia dalam sebuah buku berjudul al-Sawa'iq

al-Ilahiyya fi al-Radd `ala al-Wahabiyya [Bantahan

terhadap Wahabi"]. Pemikiran-pemikiran Ibnu Abdul

21

Page 22: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Wahhab telah banyak disangkal oleh para ulama Sunni

ortodoks. Mungkin buku yang paling terkenal hasil

karyanya adalah Kitab at-Tauhid (Kitab Keesaan Tuhan)

yang beredar luas di kalangan Wahabi di seluruh dunia,

termasuk di Amerika Serikat. Bukunya populer di

kalangan mereka sendiri, meskipun para ulama Sunni

ortodoks mengatakan bahwa di dalamnya tidak ada

yang ilmiah, baik dari segi isi dan maupun gaya

penyampaiannya.

Ibnu Taimiyyah : Role Model Pendiri Wahabi

Perlu memberikan gambaran tentang seorang

pria bernama Ahmed Ibn Taimiyyah (1263-1328) yang

hidup beberapa ratus tahun sebelum Muhammad ibn

'Abdul-Wahhab. Pendiri Wahabi yang mengaguminya

22

Page 23: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

sebagai model dan menganut ajarannya. Siapa

sebenarnya Ibnu Taimiyyah dan apa pendapat ulama-

ulama Sunni ortodoks tentangnya? Para ulama memiliki

pendapat yang beragam tentangnya tergantung pada

penafsirannya terhadap berbagai isu. Ia dianggap

menyimpang dari Islam Sunni terutama pada isu-isu

tertentu terkait keyakinan (`aqidah) dan ibadah

(`ibadah) membuatnya menjadi tokoh yang sangat

kontroversial di kalangan masyarakat Muslim.

Ibn Taimiyyah telah berhasil mencitrakan dirinya

sebagai pembawa Islam sesungguhnya dari tradisi umat

Islam saleh awal (salafush shalih), terutama di kalangan

kaum reformis revolusioner, sementara mayoritas Sunni

ortodoks telah menuduhnya melakukan bid'ah tercela,

beberapa diantara mereka menuduhnya kufur (kafir).

23

Page 24: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Karena itu sepatutnya kita bertanya mengapa Ibnu

Taimiyyah telah menerima penentangan begitu banyak

dari ulama-ulama Sunni terkemuka dimana mereka

dikenal dengan asketisme, kualitas dan kesalehannya.

Beberapa sikap anti-Sunni Ibnu Taimiyyah dan posisinya

yang kontroversial meliputi:

1) Klaimnya bahwa Asma Allah (nama-nama Allah) adalah

"literal", sehingga ia menghubungkan Allah dengan

atribut-atribut tertentu sehingga menjadi sebuah

anthropomorphist;

2) Klaimnya bahwa segala ciptaan (makhluk) ada secara

kekal di sisi Allah;

3) Sikap kerasnya menentang konsensus ilmiah pada

masalah perceraian;

24

Page 25: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

4) Penentangannya terhadap praktek tawassul di kalangan

Sunni ortodoks (memohon sesuatu kepada Allah dengan

menggunakan perantara (wasilah) individu saleh

tertentu);

5) Ia mengatakan bahwa memulai perjalanan untuk

mengunjungi itu Nabi Muhammad Saw menyebabkan

tidak diperbolehkannya menjamak shalat;

6) Ia mengatakan bahwa penyiksaan terhadap penghuni

neraka akan berhenti dan tidak berlangsung selamanya;

7) Ia mengatakan bahwa Allah memiliki batas (hadd) yang

hanya Dia yang Tahu;

8) Ia mengatakan bahwa Allah secara harfiah duduk di

Tahta (al-Kursi) dan telah meninggalkan ruang bagi Nabi

Muhammad Saw untuk duduk di samping-Nya;

25

Page 26: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

9) Ia mengatakan bahwa menyentuh makam Nabi

Muhammad Saw adalah politeisme (syirik);

10) Pernyataannya bahwa membuat permohonan di makam

Nabi Muhammad Saw untuk memohon kondisi lebih

baik dari Allah merupakan praktek bid`ah tercela;

11) Pernyataannya bahwa Allah turun dan membandingkan

"keturunan" Allah dengan nya, saat ia turun dari

mimbar saat memberikan khotbah (khutbah) kepada

kaum muslimin;

12) Ia mengklasifikasikan kesatuan dalam menyembah Allah

(tauhid) menjadi dua bagian: Tauhid al-rububiyya dan

Tauhid al-uluhiyya, yang tidak pernah dilakukan oleh

para penganut saleh salaf.

Meskipun Ibnu Taimiyyah itu tidak ortodoks, ia adalah

seorang pseudo-Sunni yang dijauhi masyarakat di Suriah

26

Page 27: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dan Mesir karena adanya konsensus ulama Sunni

ortodoks atas penyimpangan yang dilakukan juga atas

ajaran-ajarannya yang tetap beredar secara sembunyi-

sembunyi. Seorang ulama Sunni ortodoks mengatakan:

Memang, ketika seorang pedagang kaya dari Jeddah

mensponsori secara finansial [Keyakinan] Ibn Taimiyyah

pada awal abad ini dengan membiayai pencetakan Ibnu

Taimiyyah di Mesir berjudul Minhaj al-Sunnah al-

Nabawiyya dan karya lainnya, Mufti Mesir Muhammad

Bakhit al-Muti'i, memunculkan pertanyaan-pertanyaan

baru tentang validitas antropomorfisme, ia menulis: "Itu

adalah fitnah (Perselisihan) yang sudah terlupakan;

semoga Allah mengutuk orang yang kembali

menghidupkannya".

27

Page 28: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Penting untuk ditekankan bahwa meskipun

posisi Ibnu Taimiyyah dan Wahabi banyak identik,

mereka tetap bertentangan satu sama lain di beberapa

posisi. Sementara Ibnu Taimiyah menerima Sufisme

(Tasawwuf) sebagai ilmu yang sah dari Islam (karena

semua Muslim Sunni ortodoks mengakuinya), Wahabi

menolak dna menganggapnya sebagai sebuah inovasi

buruk terhadap agama (bidah). Sementara Ibnu

Taimiyah menerima legitimasi memperingati maulid

Nabi Muhammad Saw –sebagaimana diterima

keabsahannya oleh Muslim Sunni ortodoks - Wahabi

menolak dan mengkategorikannya sebagai inovasi

(bidah) yang wajib ditolak.

Ibnu Taimiyyah adalah sebuah inspirasi bagi

kelompok-kelompok Islam yang menyerukan revolusi.

28

Page 29: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Kepel mengatakan, "Ibnu Taimiyah (1268-1323) –

adalah referensi utama bagi gerakan Islam Sunni –

Pemikirannya banyak dikutip untuk membenarkan

pembunuhan terhadap Sadat pada tahun 1981 dan

bahkan mengutuk kepemimpinan Saudi dan

menyerukan penggulingan kekuasaan pada

pertengahan 1990 ".

Sivan mengatakan bahwa hanya enam bulan

sebelum Sadat dibunuh, mingguan Mayo memilih Ibnu

Taimiyah sebagai "Tokoh paling berpengaruh dan

merugikan bagi pemuda-pemuda Mesir." Sivan lebih

lanjut mengatakan bahwa Mayo menyimpulkan bahwa

"asosiasi Muslim banyak berkembang di universitas

[Mesir], di mana pandangan Ibn Taymiyyah

mendominasi dan telah melahirkan berbagai kelompok

29

Page 30: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

teroris." Memang, sebuah buku berjudul The Absent

Precept, yang ditulis oleh `Abd al-Salam Faraj –seorang

rohaniawan dan pemimpin atas pembunuh Sadat yang

diadili dan dieksekusi oleh pemerintah Mesir - sangat

mengacu pada pemikiran Ibnu Taimiyah dan beberapa

tulisan murid-muridnya. Tiga dari empat pembunuh

Sadat rela membaca sendiri karya-karya Ibnu Taimiyah.

Ibnu Taimiyyah juga tercatat menjadi favorit bagi

ekstremis Salafi lainnya, termasuk Syed Quthb Ikhwanul

muslimin. Salah seorang murid Ibnu Taimiyah, Ibnu

Qayyim al-Jawziyyah, apa pun pemikirannya sering

dikutip oleh kelompok Salafi.

Ibnu Taimiyyah Ber"Fatwa" Jihad Terhadap Umat

Islam

30

Page 31: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Hal yang juga terkenal tentang Ibnu Taimiyyah

adalah bahwa ia tinggal di masa pergolakan ketika

Mongol telah menaklukkan Bagdad dan menaklukkan

Kekaisaran Abassid pada tahun 1258. Pada tahun 1303,

ia diperintahkan oleh Sultan Mamluk untuk memberikan

fatwa (Dekrit keagamaan) untuk legalisasi jihad

melawan Mongol. Melancarkan perang suci terhadap

Mongol untuk tujuan menghilangkan ancaman terhadap

kekuasaan Mamluk adalah hal yang mudah. Pemimpin

Mongol Khan Mahmoud Ghazan telah masuk Islam pada

tahun 1295. Meskipun ia adalah Muslim yang tidak

mematuhi praktek hukum Islam, dan juga mendukung

hukum Mongol Yasa, ia dianggap murtad oleh dekrit

Ibnu Taimiyyah. Menurut Ibnu Taimiyyah, Hukum Islam

tidak hanya ditolak oleh Mongol karena kurangnya

31

Page 32: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

kepatuhan terhadap Islam, ia mendukung praktek

hukum "kafir" (hukum Mongol) Yasa sehingga ia

menjadi target pemusuhan. Jihad pun dilakukan dan

ancaman Mongol ke wilayah Suriah berhasil mereka

hentikan. Wahabi dan Salafi lainnya memvonis

Mahmoud Ghazan sebagai kafir (Kafir). Muslim Sunni

Ortodoks, bagaimanapun telah memuji Mahmoud

Ghazan sebagai seorang Muslim. Syaikh Muhammad

Hisham Kabbani menulis:

Bahkan, Ghazan Khan sangat percaya terhadap

Islam. Al-Dhahabi menceritakan bahwa ia menjadi

seorang Muslim di tangan para syekh sufi Sadr al-Din

Abu al-Majami 'Ibrahim al-Juwaini (d.720), salah satu

syeikh Dhahabi sendiri mengatakan selama

pemerintahannya ia memiliki masjid besar yang

32

Page 33: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dibangun di Tabriz di samping dua belas sekolah Islam

(madrasah), membangun banyak hostel (khaniqa),

benteng (Ribat), sebuah sekolah untuk ilmu sekuler, dan

observatorium. Ia memasok Mekah dan Madinah

dengan berbagai macam hadiah. Dia mengikuti salah

satu madzhab dari Ahl al-Sunnah [yang merupakan

Sunni ortodoks] dan menghormati para ulama. Dalam

catatan negara Dia adalah keturunan Nabi disebutkan

dihadapan pangeran dan putri raja, dan dia

memperkenalkan sorban sebagai tutup kepala di

pengadilan.

Muhammad bin Abdul Wahhab kemudian

mengikuti jejak Ibnu Taimiyyah dan melakukan ribuan

pembantaian terhadap umat Islam di Saudi.

33

Page 34: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Para Ulama Sunni Ortodoks Telah Mencap

Ibn Taymiyah Sebagai Pseudo-Sunni

Ulama Sunni Ortodoks yang membantah Ibnu

Taimiyyah dipenjara oleh fatwa (Dekrit keagamaan)

yang ditandatangani oleh empat hakim Sunni ortodoks

pada tahun 726 AH untuk memvonis posisi

penentangnya sebagai telah menyimpang dan tidak

ortodoks. Perhatikan bahwa empat hakim tersebut

masing-masing mewakili empat madzhab fiqih/hukum

Islam Muslim Sunni hari ini. Hal ini menggambarkan

bahwa Ibn Taimiyyah tidak mengikuti ajaran-ajaran

otentik dari Islam Sunni ortodoks yang diwakili oleh

empat madzhab fiqih/ yurisprudensi Sunni. Tidak ada

bukti yang menunjukkan bahwa ada "konspirasi"

34

Page 35: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

terhadap Ibnu Taimiyah untuk menyebutnya sebagai

Wahabi dan lainnya sebagai Salafi . Nama-nama empat

hakim tersebut adalah: Qadhi [Hakim] Muhammad bin

Ibrahim Ibnu Jama'ah, Abu-Syafi'i, Qadhi [Hakim]

Muhammad Ibn al-Hariri, Al-`Ansari, al-Hanafi, Qadhi

[Hakim] Muhammad bin Abi Bakr, al-Maliki, dan Qadhi

[Hakim] Ahmad Ibnu 'Umar, al-Maqdisi, al-Hanbali.

Beberapa ulama Sunni ortodoks yang

membantah Ibnu Taimiyah dan menyatakan bahwa ia

bertentangan dengan posisi Islam Sunni ortodoks

adalah: Taqiyy-ud-Din as-Subkiyy, Faqih Muhammad

Ibnu 'Umar Ibnu Makkiyy, Hafiz Salah-ud-Din al-' Ala'i,

Qadhi, mufassir Badr -ud-Din Ibn Jama'ah, Syaikh

Ahmad Ibn Yahya al-Kilabi al-Halabi, Hafiz Ibnu Daqiq

al-'Id, Qadhi Kamal-ud-Din az-Zamalkani, Qadhi Safi-ud-

35

Page 36: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Din al-Hindi, seorang Faqih (ahli fiqh) dan Muhaddits

(ahli hadis) `Ali bin Muhammad al-Baji asy-Syafi'i,

sejarawan Al-Fakhr Ibn al-Mu `allim al-Qurashi, Hafiz

Dhahabi, mufassir Abu Hayyan al-'Andalusi, dan seorang

Faqih Ibnu Batutah.

Najd- Sebuah Tempat Yang Tidak Begitu Suci

Najd, di Arab Saudi adalah tempat di mana

pendiri Wahabisme berasal. Sebagian besar lahannya

tandus dan kering yang dihuni oleh suku Badui tempat

hewan-hewan merumput. Persediaan air cukup jarang,

dan di sebuah wilayah yang memiliki iklim ekstrim panas

pada musim panas dan ekstrim dingin dan musim dingin

Najd bukanlah tempat yang nyaman untuk tempat

tinggal. Najd terkenal memiliki reputasi buruk di

36

Page 37: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

komunitas Sunni ortodoks sebagai tempat berasalnya

berbagai fitah, jauh sebelum Muhammad Ibn 'Abdul-

Wahhab datang. Seorang ulama Sunni ortodoks asal

Irak, Jamal Effendi al-Zahawi mengatakan:

Seorang penulis terkenal membuat catatan titik

kesamaan antara awal Ibn 'Abdul-Wahhab dan para

nabi-nabi palsu di masa-masa awal Islam seperti

Musailama al-Kadzdzab (Musailima sang pembohong),

Al-Aswad al-Anasi, Tulaiha al-Asadi dan lain-lain.

Fenari mengatakan bahwa meskipun Najd

adalah wilayah paling dekat dengan kota suci Mekah

dan Madinah, itu hanya sedikit disinggung oleh Nabi

Muhammad Saw dalam hadisnya. Dia mengangkat titik

lain yang menarik bahwa sementara suku-suku Arab

banyak dipuji oleh Nabi Muhammad Saw, Bani Tamim,

37

Page 38: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

suku paling terkenal di wilayah bagian tengah Saudi di

mana Muhammad Ibn 'Abdul Wahhab berasal- hanya

mendapat satu kali pujian. Selain itu, hadis-hadis shahih

lain mengatatkan "kritik secara eksplisit " jauh lebih

banyak terhadap Bani Tamim. Ibn al-Jawzi, seorang

ulama Sunni ortodoks telah mendokumentasikan

evolusi gerakan Khawarij dan menggambarkan

bagaimana suku dari Bani Tamim memainkan peran

utama di dalamnya. Imam Abdul Qahir juga menyatakan

bahwa Bani Tamim -dan suku-suku di bagian Arab

Tengah secara umum- memiliki keterlibatan cukup erat

dalam pemberontakan Khawarij melawan kaum

muslimin, kontribusi besar mereka cukup kontras

dengan kontribusi minimal dari anggota suku Madinah

dan Yaman. Hal ini berikut nama seorang pria dari Bani

38

Page 39: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Tamim, Abu Bilal Mirdas, yang meskipun ia menjadi

pemuja tanpa henti, ternyata ia orang Khawarij yang

paling barbar dan fanatik. "Dia dikenal sebagai orang

pertama yang mengatakan tahkim -penghakiman

hanyalah dari Allah sendiri' - di saat perang Shiffin, yang

kemudian menjadi slogan dakwah Khawarij." Hal ini

mengingatkan pada apa yang dikatakan Wahabi hari ini

-bahwa mereka benar-benar tidak mengikuti apa pun

kecuali Al-Qur'an dan Sunnah- meskipun itu hanyalah

tumpukan kata-kata tanpa makna yang tidak koheren.

Najda bin Amir yang berasal dari suku Bani Hanifah

adalah Khawarij, dan wanita yang paling terkenal di

antara kaum Khawarij adalah seorang wanita suku

Tamim bernama Qutam binti `Alqamah. Hal ini menarik

untuk dilihat bahwa semua jenis kefanatikan berasal

39

Page 40: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dari wilayah di mana Muhammad bin Abdul Wahhab

berasal.

Kelompok Wahabi Adalah Pelaku Serangan Terhadap

Kuburan Dan Pembantaian Masyarakat Muslim di

Riyadh Dan Karbala

Dengan semangat ganas dalam slogan

memperjuangkan misi "ilahi", yang ditujukan untuk

mengakhiri apa yang mereka anggap sebagai sampah

kotor politeistik. Tentara Wahabi Saudi yang dipimpin

oleh Muhammad bin Sa`ud pertama-tama mereka

hancurkan kuburan dan beberapa situs di dalam kota

Najdi dan beberapa desa yang digunakan untuk apa

yang mereka dianggap sebagai "praktek musyrik".

Gerakan Wahabi itu mengarahkan pendukungnya

berunjuk rasa di belakang perjuangan mereka,

40

Page 41: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

meningkatkan jumlah tentara mereka, dan sukses

mempersatukan sebagian besar rakyat Najd di bawah

bendera Wahabisme pada tahun 1765.

Serangan dan "jihad" kelompok Wahabi tidak

berhenti setelah kematian Muhammad Ibn Sa`ud pada

tahun 1765, tapi terus dengan tidak ada hentinya dan

dengan kekuatan barbar di bawah kepemimpinan

anaknya, Abdul Aziz mereka merebut kota Riyadh pada

tahun 1773. Muhammad bin Abdul Wahhab meninggal

pada tahun sebelumnya tetapi meninggalkan empat

putra yang terus menyebarkan Wahabisme dan

memperkuat aliansi Wahabi dengan keluarga Al-Sa`ud.

Kemudian, pada tahun 1801, tentara Wahabi bergerak

ke wilayah Karbala dengan kekuatan 10.000 orang dan

6.000 unta. Setelah mencapai kota Karbala, mereka

41

Page 42: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

tanpa ampun dan tanpa pandang bulu menyerang

penghuninya selama delapan jam dan berhasil

membantai sekitar 5.000 orang. Selain itu, mereka

menghancurkan Masjid Imam Hussein hingga rusak

parah, menjarah isi kota dan meninggalkan kota dengan

merampas harta kekayaan sebanyak muatan 200 unta.

Bencana ini telah melahirkan kebencian dan murka luar

biasa kelompok Islam Syiah dan Sunni kepada kelompok

Wahabi dengan terus mengutuk mereka sampai hari ini.

Muslim Syiah menganggap Imam Hussein, cucu Nabi

Muhammad saw sebagai salah seorang tokoh paling

suci dan makamnya salah satu situs paling suci di muka

bumi. Setiap tahun, ribuan Muslim Syi'ah berkumpul di

lokasi itu untuk memperingati kematian Imam Hussein

a.s. bahkan bagi saya sebagai seorang Sunni yang taat

42

Page 43: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

kunjungan ke Karbala membuat saya dipenuhi

kekaguman dan kekuatan spiritual. Kemurkaan muslim

Syiah tentu saja tidak berarti bagi banyak kaum Wahabi.

Syiah bersama dengan kaum Sunni telah diberi label

sebagai kelompok "terkutuk" karena melakukan

tawassul dan tabarruk. Apakah praktek-praktek ini?

Apakah mereka bagian dari Islam Sunni atau tidak?

Tawassul dan Tabarruk

Nuh Keller, seorang ulama ortodoks Sunni

ortodoks, mendefinisikan tawassul sebagai "memohon

kepada Allah melalui sebuah perantara, baik orang itu

masih hidup maupun sudah mati, atau melalui nama-

nama atau atribut Allah Swt ". Saya teringat melakukan

tawassul pada tahun 1989 di makam Imam Abu Hanifah,

43

Page 44: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

seorang ulama Islam yang mulia dan terkenal yang

ijtihadnya diikuti mayoritas Muslim Sunni. Meskipun

pada waktu itu saya tidak mempelajari banyak tentang

Islam dan praktik tawassul, saya telah diberitahu oleh

umat Islam terpercaya bahwa menggunakan orang

saleh sebagai perantara ketika meminta kepada Allah

Swt untuk suatu kebutuhhan adalah kesempatan berkah

yang tidak boleh saya lewatkan. Saya juga mengunjungi

makam ulama dan tokoh besar sufi, Abdul Qadir Jilani

dan melakukan tawassul di sana. Contoh tawassul yang

diucapkan di sana adalah: "Ya Allah, saya meminta

kepada-Mu untuk kesembuhkan penyakitku dengan

berkat status mulia Imam Abu Hanifah di sisi-Mu."

Ketika melakukan tawassul, meminta kepada

Allah melalui sebuah perantara Allah bukan berarti

44

Page 45: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

meminta kepada perantara tersebut. Perantara

hanyalah sarana untuk meminta sesuatu kepada Allah.

Meskipun bagi seorang muslim tidak menjadi sebuah

keharusan untuk menggunakan perantara seorang

individu saleh ketika meminta Allah, namun itu

dianjurkan karena itu adalah pernah dilakukan Nabi

Muhammad saw, para sahabat ra, dan para ulama besar

Islam ra. Hal ini tidak hanya kepada nabi dan orang suci

(di kuburan mereka) yang digunakan sebagai

sarana/wasilah untuk meminta kepada Allah, seorang

muslim juga dapat meminta kepada Allah dengan

bertabarruk melalui peninggalan milik orang-orang

saleh, dan bahkan dapat menggunakan tulisan ayat-ayat

pada Al-Qur'an milik mereka sebagai sarana untuk

meminta perlindungan kepada Allah Swt dari kejahatan.

45

Page 46: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Ini bukan berarti benda atau tulisan tersebut yang

memberikan perlindungan, tapi Allah lah yang

memberinya.

Wahabi Menolak Satu Jenis Tawassul Yang Diterima

Oleh Muslim Sunni Ortodoks

Meskipun Sunni, Syiah, dan Wahabi percaya

bahwa tawassul menggunakan nama atau atribut Tuhan

merupakan perbuatan baik, atau memohon syafaat

kepada seseorang yang masih hidup adalah

diperbolehkan, Wahabi menuduh Sunni (dan Syiah)

(Menghubungkan mitra dalam beribadah kepada Allah)

ketika melakukan tawassul melalui perantara orang

yang masih hidup atau sudah mati. Artinya, bagi

Wahabi bertawassul melalui perantara orang yang telah

46

Page 47: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

meninggal dan dikuburkan tidaklah diperbolehkan. Hal

ini penting untuk diketahui karena inilah alasan utama

mengapa Muhammad Ibn 'Abdul-Wahhab dan Al-Sa`ud

bekerja sama dalam melakukan pembantaian kepada

umat Islam di Jazirah Arab. Kaum muslimin telah

melakukan tawassul selama lebih dari 1.000 tahun,

namun Wahhab percaya itu merupakan perbuatan

buruk yang harus dibasmi oleh pedang. Apa yang

dilakukan Wahabi dalam kenyataannya mereka telah

membantai Muslim Sunni ortodoks, meskipun

bodohnya mereka percaya bahwa mereka berjuang

melawan komunitas jahat yang tidak layak untuk hidup.

Sebenarnya Wahabi tidak mengikuti jejak orang-orang

saleh Salaf, namun jejak Ibnu Taimiyah yang beberapa

ratus tahun sebelum mereka mengecam dan

47

Page 48: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

mengatakan bahwa tawassul sebagai perbuatan dosa.

Sekarang Wahabi melarang umat Islam melakukan

tawassul melalui perantara Nabi Muhammad Saw, dan

telah memberlakukan aturan ketat di sekitar kubur

beliau di Madinah, Arab Saudi. Karena alasan inilah

Wahabi melarang kaum muslimin mengunjungi makam

orang-oang muslim yang saleh, dan telah

menghancurkan tanda di atas kuburan mereka untuk

mencegah kaum muslimin mengetahui di titik-titik mana

saja orang-orang suci telah dimakamkan. Namun,

menarik untuk dicatat bagaimana sifat munafik

kelompok Wahabi ketika mereka telah menolak

menghancurkan makam Ibnu Taimiyyah di Damaskus,

Suriah untuk proyek pembuatan jalan. Entah bagaimana

48

Page 49: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

bagi mereka ini bukan "politeisme", tetapi ini adalah

"politeisme" bagi mayoritas umat Islam.

Kesalahan Wahabi Memahami Tawassul: Menyamakan

Media Tawasul Dengan Allah

Wahabi salah menuduh Sunni ortodoks

melakukan politeisme ketika mereka meminta sesuatu

kepada Allah menggunakan sebuah perantara/wasilah,

apakah perantara tersebut adalah seorang manusia

yang saleh yang sudah mati, bertabarruk dengan objek

tertentu, atau mencari perlindungan dari Allah dengan

menggunakan jimat yang ditulis dari ayat-ayat Al-Qur'an

(ruqya). Kelompok Wahabi percaya bahwa meminta

sesuatu kepada Allah melalui sebuah sarana/media

adalah sama dengan menyembah sarana itu sendiri.

Artinya, bagi orang yang melakukan tawassul melalui

49

Page 50: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

seorang saleh di kuburnya berarti ia meminta kepada

orang saleh itu dan bukan kepada Allah. Orang yang

melakukan tabarruk (mencari berkah, penj) melalui

benda-benda peninggalan Nabi Muhammad saw untuk

meminta berkat -dan bukan Tuhan-, dan orang yang

memakai ruqya untuk memohon perlindungan -dan

bukan Tuhan-. Ketika seorang muslim mengunjungi

makam Nabi Muhammad Saw dan meminta kepada

Sang Nabi (saw), "Wahai Nabi," wahai Rasulullah,

Wahabi menuduh orang seperti ini telah menyembah

Nabi saw. Mereka tidak mau menerima pemahaman

bahwa Nabi sendiri adalah sarana untuk meminta

kepada Allah Swt. Orang seperti ini menurut Wahabi

telah keluar dari agama Islam. Singkatnya, Wahabi

percaya bahwa orang tersebut menyembah makhluk

50

Page 51: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

bersama Allah, dan karenanya itu disebut politeisme -

menyertakan mitra dalam beribadah kepada Allah-.

Mantan mufti Arab Saudi -sekarang almarhum-,

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz telah membela Ibn

Abdul-Wahhab yang menuduh kemusyrikan sudah

sedemikian memuncak di kalangan umat Islam dan

menyerukan "jihad" kepada umat Islam yang

menurutnya telah tersesat karena "menyembah"

sesuatu selain Allah. Ia berkata:

Orang-orang Najd hidup dalam kondisi yang jauh

dari ciri-ciri kehidupan orang beriman. Politeisme telah

muncul dan menyebar luas di sana. Orang menyembah

kubah, pohon, batu, gua-gua atau orang yang mengaku

sebagai Auliya (wali) meskipun mereka mungkin

seorang gila dan bodoh.

51

Page 52: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Ada beberapa hal penting perlu dilakukan untuk

bangkit demi Allah dan mendukung Agama-Nya. Situasi

di Makkah dan Madinah serta Yaman ternyata sama

saja dimana orang-orang membangun kubah di atas

kuburan, memanggil orang-orang suci untuk memohon

bantuan, berbagai bentuk kemusyrikan telah

mendominansi ketiga wilayah itu. Namun demikian di

Najd keyakinan terhadap politeisme dan praktiknya

sudah jauh lebih intens.

Di Najd orang–orang menyembah berbagai

macam objek sembahan mulai dari gua-gua, kuburan

dan pohon juga kepada orang-orang gila dan berobsesi

yang disebut orang suci.

Ketika Sheikh [Ibn Abdul-Wahhab] melihat

bahwa kemusyrikan telah mendominasi banyak orang

52

Page 53: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dan tidak ada orang yang menunjukkan penolakan juga

tidak ada yang siap untuk memanggil mereka kembali

kepada Allah Saw, ia memutuskan untuk berjuang

sendiri dan bersabar di lapangan. Dia tahu tidak ada

jihad (perang suci) yang bisa dicapai tanpa kesabaran

dan penderitaan.

Sunni Ortodoks, bagaimanapun tidak pernah

mengaku telah menyembah sarana (dalam bertawassul,

penj), hanya Allah yang mereka sembah tidak yang lain.

Namun Wahabi tidak mentolerir alasan ini dan mereka

tetap membantai ribuan kaum muslimin yang mereka

lihat sebagai pelaku "musyrik" di Saudi. Kenyataan

sebenarnya, Muslim Sunni adalah orang-orang yang

mengikuti Islam dalam kemurniannya seperti yang

53

Page 54: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

diajarkan oleh para pendahulu yang saleh yang hidup

pada periode Salaf.

Wahabi Menghubungkan Tempat Dan Arah Kepada

Allah

Sementara menuduh kaum Muslim lain sebagai

musyrik, Wahabi sendiri telah membedakan dirinya dari

umat Islam lainnya dalam pemahaman mereka tentang

keyakinan (aqidah). Karena Wahabi bukan ortodoks

mereka memahami atribut-atribut Allah secara harfiah,

mereka percaya bahwa Allah memiliki atribut seperti

atribut manusia, dan untuk menyembunyikan

antropomorfismenya mereka mengatakan bahwa

mereka tidak tahu bagaimana Allah memiliki atribut

54

Page 55: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

tersebut. Sebagai contoh, Bilal Philips, penulis Wahabi

mengatakan:

Dia tidak memiliki tubuh jasmani dan Dia juga tidak

berbentuk. Dia memiliki bentuk yang cocok dengan

keagungan-Nya [tulisan miring dari saya], yang tidak

ada seorangpun mampu melihat atau memahaminya,

dan yang hanya akan terlihat oleh manusia di surga

(dengan tingkat keterbatasan manusia yang terbatas).

Membahas setiap bagian dari pernyataannya

akan menjelaskan bagaimana keyakinan Wahabi

sebenarnya. Bilal Philips mengatakan bahwa "Allah

memiliki bentuk..." artinya mereka meyakini bahwa

Allah pasti memiliki form (bentuk). Sekalipun Ia tidak

menentukan bagaimana bentuk yang dimaksud, dengan

mengatakan: "Dia [Allah] tidak memiliki tubuh

55

Page 56: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

jasmani ..." yang berarti bahwa Allah memiliki bentuk

yang tidak seperti bentuk-bentuk ciptaan-Nya, dan

kemudian berkata, " Ia memiliki bentuk yang cocok

dengan keagungan-Nya ..." Masalah dengan pernyataan

seperti itu untuk seorang Muslim adalah bahwa mereka

mengekspresikan antropomorfisme secara terang-

terangan. Apa yang dilakukan Bilal Philips di sini adalah

pernyataan bodoh menisbatkan "bentuk" kepada Allah.

Oleh karena itu, Bilal Philips percaya bahwa Allah

memiliki beberapa jenis bentuk, atau tubuh non-

jasmani. Dan tidak ada seorang ulama Sunni ortodoks

pun yang pernah mengatakan hal seperti itu.

Imam Ahmad Ibn Hanbal, salah seorang imam

mujtahid Sunni terbesar yang pernah hidup,

membantah pernyataan antropomorfik seperti itu lebih

56

Page 57: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dari seribu tahun sebelum Bilal Philips lahir. Seorang

ulama besar Sunni Ash`ari, Imam al-Baihaqi, dalam

bukunya “Manaqib Ahmad” berdaarkan sebuah riwayat

shahih bahwa Imam Ahmad mengatakan:

Seseorang melakukan perbuatan kafir jika dia

mengatakan Allah memiliki tubuh, bahkan sekalipun ia

mengatakan: “Allah memiliki tubuh tapi tubuh-Nya tidak

seperti tubuh-tubuh lainnya”, ia adalah kafir.

Imam Ahmad melanjutkan:

Kata tersebut diambil baik secara bahasa

maupun istilah (Islam). “Tubuh” menurut ahli bahasa

berarti suatu hal yang memiliki panjang, lebar,

ketebalan, bentuk, struktur, dan komponen. Sementara

menurut perspektif syariah masih belum ada. Oleh

karena itu, tidak valid dan tidak dapat digunakan.

57

Page 58: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Imam Ahmed adalah salah seorang saleh yang

hidup pada periode para salaf yang dipuji oleh Nabi

Muhammad Saw. Bagaimana Bilal Philips berani

mengklaim bahwa Wahabi mewakili pandangan para

salaf saleh? Dia tidak hanya bertentangan dengan

mereka namun dibantah keras oleh mereka. Para

pendahulu yang saleh telah membantah orang seperti

Bilal Philips di zaman mereka dahulu.

Antropomorfisme terang-terangan juga

diilustrasikan oleh juru bicara Wahabi, Ibnu Baz dalam

karya besar Imam Abu Ja'afar at-Tahawi disebut "aqidah

at-Tahawiyyah", suatu karya yang telah dipuji oleh kaum

Sunni ortodoks sebagai perwakilan model Sunni

ortodoks. Ibn Baz -sekarang almarhum- adalah seorang

mufti besar Arab Saudi.

58

Page 59: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Pasal 38 dari karya Imam Tahawi ini:

Dia (Allah) berada di luar batas yang dapat ditempatkan

pada-Nya, atau dibatasi, atau memiliki bagian atau

anggota badan. Juga Dia tidak dikandung oleh enam

arah sebagaimana dikandung oleh semua entitas yang

ada (diciptakan).

Ibnu Baz, dalam catatan kaki berkomentar:

Allah berada di atas batas yang kita tahu tetapi memiliki

batas yang hanya Dia yang tahu.

Dalam catatan kaki lain, ia berkata:

Hudud (batas), penulis [mengacu pada pernyataan

Imam Tahawi] berarti pengertiannya [batas] seperti

yang dipahami oleh orang-orang karena tidak ada

seorang pun kecuali Allah SWT yang tahu batas-Nya.

59

Page 60: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Ibnu Baz mencoba menipu untuk mewakili Imam Sunni

yang mulia al-Tahawi sebagai sebuah anthropomorphist

dengan menempatkan interpretasi sendiri

antropomorfik tentang kata-kata Imam Tahawi dalam

mulutnya. Harus ditekankan bahwa tidak satu ulama

Sunni ortodoks pun yang memahami pernyataan Imam

Tahawi sebagaimana diahami oleh Ibnu Baz.

Ibnu Baz juga menunjukkan antropomorfisme

dalam sebuah komentar terhadap seorang ulama besar

Sunni Ibnu Hajar al-'Asqalani. Ibnu Baz mengatakan:

Adapun Ahlulssunnah -ini adalah para sahabat dan

mereka yang mengikuti keutamaan para sahabat-

mereka menegaskan arah untuk Allah, dan itulah arah

yang dimaksud, percaya bahwa Allah Swt berada di atas

Arasy.

60

Page 61: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Ulama Wahabi lain –juga sudah meninggal-,

Muhammad Saleh Al-Utsaimin, terang-terangan

mengungkapkan keyakinan antropomorfismenya. Dia

mengatakan:

Pengertian Allah di atas takhta itu berarti bahwa

Dia duduk 'secara pribadi' pada Arasy-Nya.

Ulama besar Sunni Hanbali, Ibn al-Jawzi, ratusan tahun

lalu telah membantah anthropomorphists yang

mengatakan bahwa Allah berdiri pada Tahta secara

pribadi (bi dhatihi). Ia berkata:

Siapapun yang mengatakan: Dia berdiri pada

Tahta 'secara pribadi' (bi dhatihi), ia telah

menyalahartikan maksud ayat tersebut dengan persepsi

sensorik. Orang seperti itu tidak boleh mengabaikan

bahwa prinsip yang dibentuk oleh pikiran dimana

61

Page 62: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dengannya kita telah mengenal Allah. Jika Anda berkata:

Kami membaca hadis dan diam, tidak ada yang

mengkritik Anda, melainkan hanya mengajak mereka

menerima pengertian eksternal Anda yang mengerikan.

Oleh karena itu madzhab ini tidak membawa orang

kepada kehidupan para Salaf saleh – dimana Imam

Ahmad [Ibn Hanbal] - tidak termasuk di dalamnya. Anda

telah mengidentikkan madhab ini [atau madzhab

yurisprudensi/fiqh] sehingga tidak lagi berkata 'Hambali'

kecuali dalam arti 'anthropomorphist'.

Sulaiman Ibn Abdulllah Ibn Muhammad Ibn Abd

al-Wahhab, cucu pendiri gerakan Wahabi, mengatakan:

Setiap orang yang percaya atau mengatakan

bahwaAllah secara pribadi (bi dhatihi) ada di setiap

tempat, atau di satu tempat berarti dia adalah kafir

62

Page 63: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

(kafir). Ini adalah wajib untuk menyatakan bahwa Allah

adalah berbeda dari ciptaan-Nya, berdiri di atas Arsy-

Nya tanpa modalitas atau rupa atau exemplarity

apapun. Allah telah ada sebelum ada (tempat) itu Ia

adakan, maka Dia menciptakan tempat dan Dia suci dari

kebutuhan/kebergantungan pada tempat, sebagaimana

Dia sebelum menciptakan tempat

Sama seperti Bilal Philips menegaskan bentuk untuk

Allah dalam pikirannya, dan Ibnu Baz menegaskan batas

kepada Allah dalam pikirannya, al-Utsaimin menegaskan

bahwa Allah secara harfiah duduk 'secara pribadi' di

atas Arsy-pikirannya. Semua dari mereka telah setia

mengikuti jejak Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibn

'Abdul-Wahhab - dua lengkungan-bidat yang berperan

dalam menyebabkan kesengsaraan (fitnah) dan

63

Page 64: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

interpretasi ortodoks mereka dari sumber-sumber

Islam.

Anthropomorphists Wahabi mengatakan: Allah adalah

arah, Allah memiliki batas, Allah secara harfiah di atas

Arasy, dan bahwa Allah duduk 'secara pribadi' (bi

dhatihi) di Arsy. Seorang Muslim memahami bahwa

kenyataannya Arasy berada dalam arah tertentu dan

tempat tertentu. Dengan memahami Allah berada di

atas Arsy secara harfiah sebagaimana dipahami Wahabi,

mereka yang menghubungkan Allah dengan atribut

yang diciptakan-Nya, sebagai hasil atau kesimpulan itu

menyiratkan bahwa bagian dari penciptaan adalah kekal

dengan Allah. Ini bertentangan dengan apa yang telah

dikatakan Al-Qur'an dan juga hadits shahih yang

diriwayatkan oleh al-Bukhari. Ia mengatakan: Allah ada

64

Page 65: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

secara abadi dan tidak ada (yang abadi, penj) selain-

Nya].

Sunni Ortodoksi telah membersihkan Allah dari

segala arah dan tempat. Untuk seorang Sunni, Allah

selalu ada tanpa perlu tempat dan Dia tidak mengambil

tempat untuk diri-Nya setelah Ia membuatnya. Seorang

ulama Sunni Ortodoks mengatakan persis apa yang

dipahami oleh Nabi Muhammad Saw dan para

sahabatnya (ra). Imam Abu Hanifah, para Imam

mujtahid besar yang tinggal dalam jangka waktu salaf

berkata: "Allah tidak memiliki batas ...", titik. Dan inilah

yang mewakili Sunni ortodoksi.

Ulama Sunni Ortodoks Menentang Wahabisme

65

Page 66: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Saya mengakhiri artikel ini dengan sebuah daftar

ulama Sunni ortodoks yang membantah Wahabisme

dan memperingatkan umat Islam dari racunnya. Daftar

nama para ulama, bersama dengan nama buku-buku

mereka dan informasi terkait, yang dikutip dari seorang

ulama Sunni ortodoks, Muhammad Hisham Kabbani :

1. Al-Ahsa'i Al-Misri, Ahmad (1753-1826): naskah tidak

diterbitkan karena ada tekanan dari sekte Wahabi.

Anaknya Syaikh Muhammad bin Ahmad ibn 'Abd al-

Latif al-Ahsa'i juga menulis buku menyangkal

mereka.

2. Al-Ahsa'i, Al-Sayyid `Abd al-Rahman: menulis enam

puluh tujuh bait puisi yang dimulai dengan bait:

Badat fitnatun kal layli qad ghattatil aafaaqa # wa

66

Page 67: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

sha `` di fa kadat tublighul gharba wasy syaraqa

[Sebuah kebingungan muncul seperti malam yang

menutupi langit # Dan menjadi luas mencapai

hampir seluruh dunia]

3. Al-`Amrawi,` Abd al-Hayy, dan `Abd al-Hakim

Murad (Universitas Qarawiyyin, Maroko): Al-tahdhir

min al-ightirar bi ma ja'a fi kitab al-hiwar ["

Peringatan jangan Menjadi Tertipu Dengan isi Kitab

(oleh Ibnu Mani) Debat dengan al-Maliki (serangan

terhadap Ibn` Alawi al-Maliki oleh seorang penulis

Wahabi) "] (Fes: Qarawiyyin, 1984).

4. `Ata 'Allah al-Makki: Al-Sarim al-hindi fil` unuq al-

najdi ["Pedang-Pedang India untuk Leher Najdi "].

5. Al-Azhari, `Abd Rabbih bin Sulaiman al-Shafi` i

(Penulis al-Ushul Syarh Jami 'li Ahadis al-Rasul,

67

Page 68: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

sebuah buku dasar Ushul al-Fiqh: Fayd al-Wahhab fi

Bayan Ahl al-Haqq wa man dalla `an al-sawab, 4 jilid

[" Curahan anugrah Allah dalam Membedakan

Muslim sejati Dari Mereka yang menyimpang dari

kebenaran "].

6. Al-`Azzami,` Allamah al-Syaikh Salamah (wafat

1379H): Al-Barahin al-Sati `at.

7. Al-Barakat al-Shafi `i al-Ahmadi al-Makki,` Abd al-

Wahhab bin Ahmad: naskah tidak diterbitkan

karena ada penentangan dari sekte Wahabi.

8. al-Bulaqi, Mustafa al-Masri menulis sanggahan

untuk puisi San `a'i dimana ia puisi terakhir telah

memuji Ibnu` Abd al-Wahhab. Hal ini dalam

Samnudi "Sa`adat al-Darayn " terdiri dari 126 bait

yang dimulai dengan: Bi hamdi wali al-hamdi la al-

68

Page 69: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dhammi astabdi # Wa bil Haqqi la bil khalqi lil Haqqi

astahdi [Dengan kemuliaan Pemilik kemuliaan, tidak

ada kehinaan, apakah saya lakukan # Dan demi

Allah, tidak melalui makhluk, apakah saya mencari

bimbingan kepada Allah

9. Al-Buti, Dr Muhammad Sa `id Ramadhan

(Universitas Damaskus): Al-Salafiyyatu marhalatun

zamaniyyatun mubarakatun la madhhabun Islami

["Salafiyah adalah periode sejarah yang diberkati

bukan madzhab hukum Islam"] (Damaskus: Dar al-

fikr , 1988); Al-lamadhhabiyya akhtaru tawaran `Atin

tuhaddidu al-syariah al-Islamiyyah [" tidak ada

madhhab yang paling berbahaya dan mengancam

saat ini terhadap hukum Islam "] (Damaskus:

Maktabat al-Farabi, nd).

69

Page 70: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

10. Al-Dahesh ibn 'Abd Allah, Dr (Universitas Arab

Maroko), ed. Munazara `ilmiyya bayna` Ali bin

Muhammad al-Sharif wa al-Imam Ahmad bin Idris fi

al-Radd `ala Wahabiyyat Najd ["Debat Ilmiah Antara

Sharif Ali bin Muhammad dan Ahmad bin Idris

Terhadap Wahabi Najd "].

11. Dahlan, al-Sayyid Ahmad ibn Zayni (w. 1304/1886).

Mufti Mekah dan Syekh al-Islam (otoritas

keagamaan tertinggi di wilayah hukum Ottoman)

untuk wilayah Hijaz: al-Durar al-Saniyyah fi al-Radd

ala al-Wahabiyyah ["Mutiara Murni Menjawab

Wahabi"] pub. Mesir 1319 & 1347 H; Fitnat al-

Wahabiyyah ["Fitnah Kelompok Wahabi"]; al-Balad

al-Khulasat Kalam fi bayan Umara 'al-Haram

["Uraian Banding Mengenai Para pemimpin al-

70

Page 71: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Haram"], sebuah sejarah fitnah kelompok Wahabi di

Najd dan Hijaz.

12. al-Dajwi, Hamd Allah: al-Basa'ir li Munkiri al-

tawassul ka amthal Muhd. Ibnu Abdul Wahhab

["Berbagai Bukti Terhadap Mereka yang menolak

Tawassul Seperti Muhammad Ibnu Abdul Wahhab"].

13. Syaikh al-Islam Dawud bin Sulaiman al-Baghdadi al-

Hanafi (1815-1881 M): al-minha al-Wahbiyya fi Radd

al-Wahabiyya ["Keringanan Mengenai bantahan

terhadap Wahabi"]; Ashadd al-Jihad fi Ibtal Da`wa

al-Ijtihad ["Jihad dengan banyak kekerasan

Membuktikan Kepalsuan Mereka yang secara salah

mengklaim Ijtihad "].

14. Al-Falani al-Maghribi, al-Muhaddith Shalih: menulis

sebuah buku besar menyusun jawaban para ulama

71

Page 72: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

dari Empat Madzhab kepada Muhammad ibn 'Abd

al-Wahhab.

15. al-Habibi, Muhammad `Ashiq al-Rahman:` Adhab

Allah al-Mujdi li Junun al-Munkir al-Najdi ["Hukuman

Mengerikan Allah untuk kelompok Majdi (Wahabi,

penj) dari Najd"].

16. Al-Haddad, al-Sayyid al-'Alawi bin Ahmad bin

Hasan bin Al-Qutb. Sayyidi `Abd Allah ibn 'Alawi al-

Haddad Al-Shafi`i: al-Sayf al-batir li `unq al-munkir`

ala al-akabir ["Pedang Tajam untuk Leher para

penyerang ulama besar"]. Naskah dengan ketebaan

sekitar 100 folio ini tidak diterbitkan; al-zalam

Misbah al-anam wa jala 'fi Radd shubah al-tawaran `i

al-najdi al-Lati adalla biha al-' awamm ["Lentera bagi

Manusia dan Penerangan Kegelapan Mengenai

72

Page 73: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

sanggahan terhadap Kesalahan dari pemikiran-

pemikirna baru Najd (Wahabi, penj) dimana dia

telah menyesatkan Rakyat biasa "]. Diterbitkan

1325H.

17. Al-Hamami al-Misri, Syekh Mustafa: Ghawth

al-'ibad bi bayan al-Rashad ["Penolong Para Hamba

Allah dengan Penegasan hukum"].

18. Al-Hilmi al-Qadiri al-Sakandari, Syekh Ibrahim: Jalal

al-haqq fi Kashf ahwal al-khalq ashrar ["Keagungan

Al-Haq (Allah,penj) dalam menyingkap berbagai

rahasia makhluk] (pub. 1355H).

19. Al-Husayni, 'Amili, Muhsin (1865-1952). Kashf al-

irtiyab fi atba `Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab

["Menghilangkan Keraguan para Pengikut

73

Page 74: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Muhammad Ibn' Abd al-Wahhab "] [Yaman]:.

Maktabat al-Yaman al-Kubra, 198?.

20. Al-Kabbani, Muhammad Hisyam, Ensiklopedia

Ajaran Islam, vol. 1-7, As-Sunnah Foundation of

America, 1998.

_____, Islamic Beliefs and Doctrine According to Ahl as-

Sunna - A Repudiation of "Salafi" Innovations (Islam

Doktrin dan Keyakinan Menurut Ahl as-Sunnah –

Sebuah Penolakan Terhadap Inovasi kelompok "Salafi"),

ASFA, 1996.

_____, Innovation and True Belief: the Celebration of

Mawlid According to the Qur'an and Sunna and the

Scholars of Islam, (Inovasi dan Kepercayaan Yang Benar:

Perayaan Maulid Menurut Al-Qur'an dan Sunnah dan

Cendekiawan Islam,) ASFA, 1995.

74

Page 75: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

_____, Salafi Movement Unveiled (Gerakan Salafi

Dibongkar), ASFA, 1997.

21. Ibn `Abd al-Latif al-Shafi`i, `Abd Allah: Tajrid Sayf al-

jihad `ala mudda`i al-ijtihad [" Gambar pedang jihad

sesungguhnya melawan penuntut ijtihad palsu "].

22. Keluarga Ibnu `Abd al-Razzaq al-Hanbali dalam

Zubara dan Bahrayn memiliki kedua naskah dicetak

oleh para ulama dari Empat Madzhab dari Mekah,

Madinah, Al-Ahsa', al-Basrah, Baghdad, Aleppo,

Yaman dan daerah Islam lainnya.

23. Ibn `Abd al-Wahhab al-Najdi,` Allamah al-Syaikh

Sulaiman, kakak Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab:

al-Sawa'iq al-Ilahiyya fi al-Radd' ala al-Wahabiyya

["Kilat-Kilat Ilahi dalam menjawab kelompok Wahabi

"]. Ed. Ibrahim Muhammad al-Batawi. Kairo: Dar al-

75

Page 76: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

insan, 1987. dicetak ulang oleh Waqf Ikhlas,

Istanbul: hakikat Kitabevi, 1994. Prefaces oleh

Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al-Shafi `i

dan Syaikh Muhammad Hayyan al-Sindi (Syaikh

Muhammad bin` Abd al-Wahhab) yang menyatakan

bahwa Ibn `Abd al-Wahhab adalah" dall mudill

"("Sesat dan Menyesatkan ").

24. Ibnu Abidin al-Hanafi, al-Sayyid Muhammad Amin:

Radd al-Muhtar `ala al-Durr al-mukhtar, Vol. 3, Kitab

al-Iman, Bab al-bughat ["Jawaban untuk yang

Bingung: Sebuah Komentar terhadap buku " al-Durr

al-mukhtar", Kitab Iman, bab tentang Pemberontak].

Kairo: Dar al-Tiba `ah al-Misriyya, 1272 H.

25. Ibnu al-Hanbali Afaliq, Muhammad bin `Abdul

Rahman: Tahakkum al-muqallidin bi man idda`a

76

Page 77: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

tajdid al-din [Kesewenang-wenangan/pengendalian

kekuasa para pengikut orang yang mengklaim

sebagai Pembaharuan Agama]. Sebuah buku yang

sangat komprehensif menyangkal ajaran sesat

Wahabi dan berbagai pertanyaan yang sebagian

besarnya tidak dapat dijawab oleh Ibnu Abdul

Wahhab dan para pengikutnya.

26. Ibnu Dawud al-Hanbali, 'Afif al-Din `Abd Allah: as-

Sawa`iq wa al-ru`ud [" terjadilah kilat dan guntur "],

buku yang sangat penting terdiri dari 20 bab.

Menurut Mufti Yaman Syaikh al-'Alawi ibn Ahmad

al-Haddad, "Buku ini telah mendapatkan

persetujuan dari` ulama Basrah, Baghdad, Aleppo,

dan Ahsa' [semenanjung Arab]. Diringkas oleh

Muhammad bin Bashir kadi Ra al-Khayma di Oman. "

77

Page 78: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

27. Ibnu Ghalbun al-Libi juga menulis sanggahan dalam

empat puluh bait puisi al-San`ani di mana pada

bagian terakhir telah memuji Ibnu` Abd al-Wahhab.

Dalam `Sa Samnudi dimulai sebagai berikut:

Salami `ala ahlil isabati wal-Rushdi # Wa laysa `ala najdi

wa pria Halla fi najdi

[Salam saya kepada para pengikut kebenaran dan

petunjuk # dan bukan pada orang-orang Najd (Wahabi,

penj) maupun orang yang menetap di Najd]

28. Ibnu `Ulyawi Khalifa al-Azhari: Hadhihi` aqidatu al-

salaf wa al-khalaf fi Dhat Allahi ta `ala wa` sifatihi wa

alihi wa al-Jawab al-Shahih li ma waqa`a fihi al-khilaf

min al-furu` bayna al-da` li al-Salafiyah wa atba` al-

madzhab al-Arba`ah al-Islamiyyah ["Ini adalah

doktrin aqidah Salaf dan Khalaf tentang Dzat Alalh

78

Page 79: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Swt dan sifat-Nya, dna Jawaban yang benar

terhadap perselisihan yang ada terkait

permasalahan Furu`uddin (cabang-cabang Agama)

untuk para pengikut salafi dan para pengikut Empat

Madzhab Hukum Islam "] (Damaskus: Matba` di

Zaid bin Tsabit, 1398/1977.

29. Kawthari al-Hanafi, Muhammad Zahid. Maqalat al-

Kawthari. (Kairo: al-Maktabah al-Azhariyah li al-

Turats, 1994).

30. Al-Kawwash al-Tunisi, `Allamah Al-Syaikh Shalih:

Sanggahannya terhadap sekte Wahabi terkandung

dalam buku Samnudi berjudul:" Sa`adat al-darayn fi

al-Radd` ala al-firqatayn. "

79

Page 80: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

31. Khazbek, Syaikh Hasan Al-Maqalat al-Wafiyyat fi al-

Radd `ala al-Wahabiyyah [" Risalah Lengkap

Bantahan terhadap Kelompok Wahabi "].

32. Makhluf, Muhammad Hasanayn: Risalat fi hukmi al-

tawassul bil-anbiya wal-awliya ["risalah tentang

Hukum bertawassul kepada para nabi dan para

wali"].

33. Al-Maliki al-Husayni, Al-Muhaddith Muhammad al-

Hasan ibn 'Alawi: Mafahimu Yajibu an Tusahhah

["Berbagai Pemahaman yang perlu diluruskan"] 4th

ed. (Dubai: Hashr bin Muhammad Dalmuk, 1986);

Muhammad al-Insanu al-Kamil ["Muhammad,

Manusia Sempurna "] 3rd ed. (Jeddah: Dar al-

Shuruq, 1404/1984).

80

Page 81: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

34. Al-Mashrifi al-Maliki al-Jaza'iri: Izhar al-'uquq

mimman mana`a al-tawassul bil nabi wa al-wali al-

saduq ["Sebuah Paparan dari orang-orang yang

Melarang bertawassul kepada Nabi dan wali].

35. Al-Mirghani al-Ta'ifi, `Allamah` Abd Allah ibn

Ibrahim (w. 1793): Tahrid al-aghbiya 'ala al-

Istighatha bil-anbiya' wal-awliya ["Sebuah Provokasi

Terhadap Tawassul kepada para nabi dan para wali"]

(Kairo: al-Halabi, 1939).

36. Mu'in al-Haqq al-Dehlawi (w. 1289): Saif al-Jabbar

al-maslul `ala a`da 'al-Abrar ["Pedang Maha Kuasa

Yang diperintukkan untuk Musuh orang-orang

baik"].

81

Page 82: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

37. Al-Muwaysi al-Yamani, `Abdullah Ibn 'Isa: Naskah

tidak diterbitkan karena ada penentangan dari sekte

Wahabi.

38. Al-Nabhany al-Shafi`i, al-kadi al-Muhaddith Yusuf

bin Isma`il (1850-1932): Shawahid al-Haqq fi al-

istighatha bi sayyid al-Khalq (s) ["Bukti-Bukti

Kebenaran dalam mencari Syafaat dari Nabi Saw"].

39. Al-Qabbani al-Basri al-Shafi`i, Allamah Ahmad ibn

'Ali: Sebuah risalah denagnketebalan sekitar 10 bab.

40. Al-Qadumi al-Nabulusi al-Hanbali: `Abdullah: Rihlat

[" Journey "].

41. Al-Qazwini, Muhammad Hasan, (w. 1825). Al-

Barahin al-jaliyyah fi `raf tashkikat al-Wahabiyah

["Bukti0Bukti Yang Jelas tentang Kekeliruan Wahabi

82

Page 83: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

"]. Ed. Muhammad Munir al-Husayni al-Milani. 1st

ed. Beirut: Mu'assasat al-Wafa ', 1987.

42. Al-Qudsi: al-Suyuf al-Siqal fi A`naq al-ankara `ala al-

awliya ba`d al-intiqal ["Sebuah Pedang di leher

orang-orang yang Tidak menerima/Mengakui

Kedudukan Para Wali setelah mereka Meninggal

Dunia "] .

43. Al-Rifa `i, Yusuf al-Sayyid Hasyim, Presiden the

World Union of Islamic Propagation and

Information: `Adillat Ahl al-Sunnah wa al-Jama`at aw

al-Radd al-muhkam al-mani` ala munkarat wa

shubuhat Ibnu Mani `fi tahajjumihi` ala al-sayyid

Muhammad `Alawi al-Maliki al-Makki ["Berbagai

Bukti Ahlus Sunnah Waljama`ah sebagai sebuah

Penolakan kuat dan Tegas dari Ibnu Mani atas

83

Page 84: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

penyimpangan Muhammad `Alawi al-Maliki al-

Makki"] (Kuwait: Dar al-siyasah, 1984).

44. Al-Samnudi al-Mansuri, al-'Allamah al-Syaikh

Ibrahim: Sa`adat al-darayn fi al-Radd `ala al-

firqatayn al-Wahabiyya wa muqallidat al-zahiriyyah

["Sa`adat al-darayn: Sebuah Bantahan terhadap dua

sekte Wahabi dan Pengikut Zahiri "].

45. Al-Saqqaf al-Shafi `i, Hasan ibn 'Ali, Intitute Riset

Islam di Amman, Yordania: al-Ighatha bi al-adillat

istighatha wa al-Radd al-Mubin `ala munkiri al-

tawassul ["Argumen memohon Syafaat dan

bantahan yang Jelas bagi Mereka yang Menolak

Tawassul"]; Ilqam al Hajar li al-mutatawil` ala al-

Asha `ira min al-Bashar ["Rajam (Pelemparan Batu,

penj) bagi Mereka yang menentang Ash'aris "];

84

Page 85: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

Qamus al-Albani shata'im wa al-Alfaz al-munkara al-

Lati yatluquha fi al-haqq ulama wa fudalai'ha wa

ghayrihim ... ["Encyclopedia al-Albani tentang Orang

yang Mengingkari Hak dan Berbagai Keutamaan

para Ulama dan Selainnya ..."] Amman: Dar al-Imam

al-Nawawi, 1993.

46. Al-Sawi al-Misri: Hashiyat `ala al-Jalalayn ["

Komentar terhadap Tafsir Jalalain"].

47. Saif al-Din Ahmed bin Muhammad Al-Albani:

Sebuah Eksposisi Kesalahannya tentang berbagai Isu

Penting Lainnya, ed 2. (Jakarta: sn, 1994).

48. Al-Shatti al-Athari al-Hanbali, al-Sayyid Mustafa bin

Ahmad bin Hasan, Mufti Suriah: al-Nuqul al-

shar'iyyah fi al-Radd 'ala al-Wahabiyya ["Berbagai

Bukti Hukum Dalam Menjawab Wahabi" ].

85

Page 86: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

49. Al-Subki, al-hafiz Taqi al-Din (w. 756/1355): Al-

Durra al-mudiyya fi al-Radd `ala Ibn Taimiyah, ed.

Muhammad Zahid al-Kawthari ["Sebuah Penolakan

terhadap Ibnu Taimiyah"]; Al-rasa'il al-subkiyya fi al-

Radd `ala Ibn Taimiyah wa tilmidhihi Ibnu Qayyim al-

Jawziyyah, ed. Kamal al-Hut ["Sebuah Risalah

Sebagai Bantahan Terhadap Ibnu Taimiyah dan

Muridnya Ibnu Qayyim al-Jawziyyah"] (Beirut: `Alam

al-Kutub, 1983); Al-Sayf al-saqil fi al-Radd` ala Ibn

Zafil ["Pedang Mengilap Sebagi Jawaban/Bantahan

terhadap Ibnu Zafil (Ibnu Qayyim al-Jawziyyah)"

Kairo: Matba `di al-Sa` ADA, 1937; al-siqam Shifa 'fi

ziyarat khair al-anam ["Penyembuhan Orang Sakit

Dengan Mengunjungi Rasulullah Saw, Makhluk

Terbaik"].

86

Page 87: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

50. Sunbul al-Hanafi al-Ta'ifi, Allamah Tahir: Sima al-

Intisar lil awliya 'al-Abrar ["Menanti Kemenangan

Para Wali Allah Yang Bijak"].

51. Al-Tabataba'i al-Basri, al-Sayyid: juga menulis

balasan untuk puisi San`a'i yang dikutip dalam al-

Darayn. Setelah membacanya, San`a'i membalik

posisinya dan berkata:". Saya telah bertobat dari

apa yang saya katakan tentang Najdi "

52. Al-Tamimi al-Maliki, `Allamah Isma`il (wafat 1248),

Syaikh al-Islam di Tunis: menulis sanggahan

terhadap sebuah risalah Ibn `Abd al-Wahhab.

53. Al-Wazzani, al-Syaikh al-Mahdi, Mufti Maroko:

Menulis sebuah sanggahan terhadap larangan

bertawasul oleh Muhammad `Abduh.

87

Page 88: Wahabi Ahlus Sunnah Palsu

54. al-Zahawi al-Baghdadi, Effendi Jamil Sidqi (w.

1355/1936): Al-Fajr al-Shadiq fi al-Radd 'ala al-

tawassul munkiri wa al-khawariq ["Fajar Sejati dalam

Membuktikan Mereka yang tolak syafaat dan

Karamah para wali "]. 1323/1905 di Mesir.

55. Al-Zamzami al-Shafi`i, Muhammad Saleh, Imam di

Maqam Ibrahim di Mekkah, menulis buku dalam 20

bab sebagai bantahan yang merujuk kepada

pandangan al-Sayyid al-Haddad.

56. Ahmad, Qeyamuddin. Gerakan Wahabi di India. 2

rev. ed. Baru Delhi: Manohar, 1994.

88