virus

Upload: silverius-seantoni-sabella

Post on 21-Jul-2015

117 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Terdapat dua hal mendasar terkait dengan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik yaitu kemampuan bakteri untuk berevolusi membentuk pertahanan diri terhadap antibiotik secara cepat dan kontribusi manusia dalam membantu bakteri tersebut untuk berevolusi lebih cepat. Kontribusi manusia menjadi faktor risiko penting dalam resistensi bakteri yaitu penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat terkait dengan penggunaan antibiotik yang irrasional. Konteks irrasional bermakna luas. Pertama, penggunaan antibiotik yang sering dalam pengobatan sehingga dapat mengurangi keefektifan dari antibiotik tersebut. Kedua, penggunaan antibiotik yang berlebihan. Beberapa contoh antibiotik yang relatif cepat kehilangan efektivitasnya setelah dipasarkan karena masalah resistensi adalah ciprofloxacin dan cotrimoxazole. Banyak dokter yang secara irrasional meresepkan antibiotik terhadap pasien bahkan ketika pasien itu sama sekali tidak membutuhkan antibiotik, misalnya saat terserang infeksi virus. Ketiga, penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama sehingga memberi kesempatan untuk tumbuhnya bakteri yang lebih resisten (first step mutant).

Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain bakteri mengalami resistensi dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan. Resistensi terhadap antibiotika adalah fenomena yang alami. Bila suatu antibiotika digunakan, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika tersbut memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat terus hidup daripada bakteri lain yang lebih rentan. Bakteri yang rentan akan dapat dibasmi atau dihambat pertumbuhannya oleh suatu antibiotika, menghasilkan suatu a tekanan selektif terhadap bakteri lain yang masih bertahan hidup untuk menciptakan turunan yang resisten terhadap antibiotika. Beberapa resistensi timbul tanpa adanya campur tangan manusia, bila suatu bakteri dapat memroduksi dan menggunakan antibiotika untuk melawan bakteri yang lain, sehingga menyebabkan timbulnya seleksi alam dalam tingkat yang lebih rendah untuk menimbulkan resistensi terhadap antibiotika. Namun demikian, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika dalam jumlah yang sangat tinggi sekarang ini disebabkan karena adanya penyalahgunaan dan penggunaan antibiotika secara berlebihan. Di beberapa negara dan melalui internet, antibiotik dapat dibeli tanpa adanya resep dokter. Pasien kadang-kadang minum antibiotik meskipun ia tidak membutuhkannya, untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus seperti selesma. Beberapa bakteri secara alami memang resisten terhadap antibiotike tipe tertentu. Namun, bakteri juga dapat menjadi resisten melalui dua cara: 1) dengan mutasi genetika atau 2) dengan mendapatkan resistensi dari bakteri lainnya. Mutasi, perubahan spontan yang jarang terjadi pada materi genetis bakteri, diperkirakan terjadi pada satu dari satu juta hingga satu dari sepuluh juta sel. Mutasi genetis yang berbeda akan menghasilkan tipe resistensi yang berbeda juga. Beberapa mutasi mengakibatkan bakteri dapat menghasilkan zat kimia (enzim) yang cukup untuk menonaktifkan antibiotika, sementara mutasi yang lain dapat menghilangkan sel yang menjadi target serangan antibiotika. Mutasi jenis lain menutup gerbang tempat masuknya antibiotika ke dalam sel, dan mutasi yang lain lagi menghasilkan mekanisme pemompa yang dapat mengirim

antibiotika keluar sel sehingga antibiotika tersebut tidak akan pernah dapat mencapai sasarannya. Bakteri bisa mendapatkan gen-gen resisten terhadap antibiotika dari bakteri lain dengan beberapa cara. Dengan melakukan proses perkawinan sederhana yang disebut konjugasi, bakteri dapat mentransfer materi genetik, termasuk kode-kode genetik yang resisten terhadap antibiotika (ditemukan dalam plasmids and transposons ) dari satu bakteri ke bakteri yang lainnya. Virus juga merupakan mekanisme lain untuk menularkan sifat resistensi diantara beberapa bakteri. Sifat resistensi turunan dari satu bakteri dikemas ke dalam bagian kepala virus. Kemudian virus tersebut menyuntikkan sifat resisten ke dalam bakteri baru yang diserangnya. Bakteri juga memiliki kemampuan untuk mendapatkan DNA, gratis yang masih polos dari lingkungan mereka. Bakteri yang mendapatkan gen-gen resisten, baik melalui mutasi spontasn atau melalui pertukaran genetis dengan bakteri lainnya, memiliki kemampuan untuk melawan satu atau lebih jenis antibiotika. Karena bakteri dapat mengumpulkan beberapa sifat resistensi seiring dengan berjalannya waktu, mereka dapat menjadi resisten terhadap beberapa jenis antibiotika yang berbeda. Bagaimana resistensi antibiotika dapat menyebar? Secara genetis, resistensi antibiotika menyebar melalui populasi bakteri baik secara vertikal, saat generasi baru mewarisi gen-gen yang resisten terhadap antibiotika, dan secara horisontal, saat bakteri berbagi atau saling menukar materi genetis dengan bakteri yang lain. Transfer gen secara horisontal dapat terjadi diantara spesies bakteri yang berbeda. Secara lingkungan, resistensi antibiotika menyebar saat bakteri tersebut bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain; bakteri dapat menyebar melalui pesawat udara, air dan angin. Orang dapat menyebarkan bakteri resisten pada orang lain; misalnya, melalui batuk atau kontak langsung dengan tangan-tangan yang tidak dicuci sebelumnya. Dapatkah bakteri kehilangan resistensi mereka terhadap antibiotika? Ya, sifat resistensi terhadap antibiotika dapat hilang, namun proses pembalikan seperti ini terjadi dalam waktu yang lebih lambat. Bila tekanan selektif yang terjadi karena adanya antibiotika dihilangkan, populasi bakteri dapat berpotensi berubah menjadi suatu populasi yang dapat merespons pemberian antibiotika. Sumber http://www.tufts.edu/med/apua/print/Q&A/Q&A_AR.html APUA: Alliance for the Prudent Use of Antibiotics http://www.apua.org Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus

mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Adapun sifat sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah : 1. Bahan genetic virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut. 2. Struktur virus secara relative sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam nukleat. 3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu dalam nucleus, sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup. 4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat infektif. 5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan system enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus. 6. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya. 7. Komponen komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama setelah dibebaskan. 8. Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung lipid, protein, dan bahan bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes. 9. Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenic yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid. Sistem Taksonomi Virus Universal Struktur Taksonomi secara umum adalah sebagai berikut: Order (-virales) Family (-viridae) Subfamily (-virinae) Genus (-virus) Species (-virus)

Di dalam setiap famili, subdivisi disebut genera yang biasanya berdasarkan pada perbedaan serologi dan fisikokimia.Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan genera bervariasi dari famili ke famili. Nama genus mempunyai akhiran virus. Pada 4 famili (Poxviridae, Herpesviridae, Parvoviridae, Paramyxoviridae), kelompok besar yang disebut sub famili didefinisikan dengan mempertimbangkan kompleksitas hubungan di antara anggota virus. Jenis jenis virus digunakan untuk mengelompokkan famili virus yang memiliki karakter yang umum. Hanya 1 jenis saat ini yang telah didefinisikan, yaitu Famili Mononegavirales, meliputi famili Filoviridae, Paramyxoviridae, dan Rhabdoviridae, Sejak tahun 1995, The International Committee on Taxonomy of Viruses telah mengumpulkan lebih dari 4000 virus binatang dan tumbuhan menjadi 71 famili, 11 subfamili, dan 164 genera, tetapi masih ada ratusan virus yang masih belum ditemukan, 24 famili virus diantaranya dapat menginfeksi manusia dan binatang. Dasar Klasifikasi 1. Morfologi virion, meliputi ukuran, struktur, dan anatomi, 2. Bagian bagian fisikokimia virion, meliputi banyaknya molekul, berat jenis, stabilitas pH,stabilisasi suhu dan tingkat pengaruhnya terhadap agen fisik dan kimiawi, khusunya eter dan detergen. 3. Bagian bagian gen virus 4. Bagian bagian protein virus 5. Replikasi virus 6. Bagian bagian antigen 7. Bagian bagian biologi Morfologi (Ukuran, struktur, dan anatomi virus) Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakanmikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Perbedaan virus dengan sel hidup Sel hidup: 1. memiliki 2 tipe asam nukleat sekaligus, 2. dapat mereproduksi semua bagian selnya, 3. memiliki system metabolisme Virus : 1. hanya memiliki 1 tipe asam nukleat,

2. tidak dapat mereproduksi semua bagian selnya, virus hanya mereproduksi materi genetik dan selubung proteinnya, 3. tidak memiliki system metabolisme , oleh karena itu virus tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa adanya sel inang. Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal atau ganda. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. DNA virus Replikasi genom DNA virus berlangsung di dalam inti sel tersebut. Jika sel mempunyai bagian yang peka rangsangan yang sesuai pada permukaannya, virus ini masuk sel melalui peleburan dengan selaput sel atau yang lebih dikenal endositosis. Kebanyakan DNA virus seluruhnya bergantung pada DNA dan RNA sel tuan rumah yang sintese permesinan, dan RNA yang memproses permesinan dalam sel tersebut. RNA virus RNA virus unik sebab RNA-lah pembawa informasi keturunan mereka. Replikasi RNA umumnya berlangsung di dalam sitoplasma itu. Struktur Virus memiliki keanekaragaman ukuran dan bentuk. Virus berukuran sekitar 100 kali lebih kecil dibanding bakteri.Beberapa virus telah dipelajari mempunyai suatu garis tengah antara 10 dan 300 nanometres. Beberapa filoviruses mempunyai total panjang mencapai 1400 nm, walaupun garis tengah mereka hanya sekitar 80 nm. Beberapa virus tidak dapat dilihat dengan suatu mikroskop cahaya dan hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Kapsid dibentuk dari subunit protein yang disebut capsomers. Virus dapat mempunyai suatu lipid amplop yang diperoleh dari selaput sel tuan rumah. Kapsid dibuat dari protein yang disandikan oleh genome. Bagaimanapun, kode virus kompleks untuk protein virus yang dibawa oleh genom membantu dalam konstruksi kapsid mereka. Protein dalam nukleus dikenal sebagai nukleoprotein, dan yang digunakan dalam pembentukan kapsid disebut nukleocapsid. Secara umum, ada empat bentuk partikel virus utama: Helical Contoh struktur heliks pada virus mosaik tembakau: RNA virus bergulung berbentuk garis sekerup / spiral selenoid yang disebabkan pengulangan sub-unit protein. Kapsid terdiri atas satu jenis capsomer berbadan tegap di sekitar suatu poros pusat untuk

membentuk suatu struktur seperti bentuk sekerup yang mungkin punya suatu rongga pusat. Icosahedral

Kebanyakan virus binatang adalah icosahedral atau near-spherical dengan icosahedral simetri. Suatu bidang dua puluh reguler adalah jumlah maksimum suatu kelopak tertutup dari sub-unit tersebut. Jumlah minimum capsomers yang diperlukan adalah duabelas, masing-masing terdiri atas lima sub-unit serupa. Banyak virus, seperti rotavirus, mempunyai lebih dari duabelas capsomers dan nampak berbentuk bola tetapi mereka mempertahankan simetri ini. Capsomers di apices dikelilingi oleh lima capsomers lain dan disebut pentons. Capsomers pada atas muka yang bersegi tiga adalah mengepung dengan enam capsomers yang lain dan yang disebut hexons.Contohnya adalah adenovirus.

Enveloped

Beberapa jenis amplop virus, terdapat di dalam suatu selaput sel, yaitu selaput eksternal yang melingkupi suatu sel tuan rumah yang terkena infeksi/tersebar, atau selaput internal seperti selaput nuklir atau reticulum endoplasmic, begitu mendapatkan lipid, maka virus akan membentuk bilayer yang dikenal dengan sebutan amplop. Selaput ini adalah protein yang membawa kode genetic dari genom tuan rumah ke genom virus. Complex

Struktur khas dari suatu bacteriophage Virus ini memiliki suatu kapsid yang tidak berbentuk seperti bentuk sekerup, walaupun semata-mata serupa dengan icosahedral, dan memiliki struktur ekstra seperti jas berekor protein atau suatu dinding sebelah luar yang kompleks. Beberapa bacteriophages mempunyai suatu struktur kompleks terdiri dari suatu icosahedral di depan dan diikuti suatu ekor seperti bentuk sekerup yang memiliki suatu pelat dasar bersudut enam dengan serat ekor protein yang menonjol.

Klasifikasi Virus Berdasarkan Fisikokimia

Asam Sensitivitas Simetri kapsid Nuklea terhadap Famili Virus dan amplop t eter Parvovirus DNA Icosahedral,tida k Resisten Beramplop Adenovirus

Diameter partikel Contoh Virus (nm) 18 26 Adenoassociated virus Papilloma virus Adenovirus

Papovavirus 45 55 70 90

DNA

Icosahedral, beramplop

Sensitif

Herpesvirus

Virus Herpes simplek, 100 150 Varicella-zoster, cytomegaloviru s, Smallpox (variola), vaccinia virus, 230 300 molluseum contagiosum virus 20 30 60 80 40 70 Enterovirus, rhinovirus Reovirus, Orbivirus Virus Rubella

DNA

Kompleks

Bervariasi Poxvirus

RNA

Icosahedral, tidak beramplop Icosahedral, beramplop Heliks, tidak beramplop

Picornavirus Resisten Reovirus Sensitif Sensitif Bunyavirus Togavirus

RNA RNA

California Arbovirus, 90 100 Bunyamwera Arbovirus 100 Coronavirus

Coronavirus

Orthomyxvir Virus Influenza 80 120 us A dan B Paramyxovir 100 200Parainfluenza us

Retrovirus

100 200

Animal tumor virus

Rhadbovirus 70 170 Virus Rabies Heliks, beramplop Lyphocytic 50 300 choriomeningiti s virus

RNA

Sensitif

Arenavirus

2.2 Klasifikasi Virus berdasarkan jenis asam nukleat (DNA atau RNA) 1. Virus RNA a. Famili : Picornaviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom. Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm. Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma. Spektrum hospes sempit. Contoh : virus polio b. Famili : Calicivirdae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal. Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas tiga jenis protein utama. Diameter virion 35-45 nm. Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma. Spektrum hospes sempit. Contoh : virus Sapporo c. Famili : Togaviridae Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer, yang bertindak sebagai cetakan RNA genom. Virion : berselubung, nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 60-70 nm. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel. Spektrum hospes luas. Contoh : virus Chikungunya, virus rubella d. Famili : Flaviviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA komplementer yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA genom. Virion : berselubung, simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 40-50 nm. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel. Spektrum hospes luas. Contoh : virus demam kuning e. Famili : Bunyaviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari tiga segmen. Pada proses replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer kemudian menjadi cetakan bagi RNA genom. Virion : berselubung, nukleokapsid bentuk helik, tersusun atas empat protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran Golgi. Contoh : virus ensefalitis California

f. Famili : Arenaviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari dua segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae. Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk virion pleomorfik. Diameter virion 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm). Replikasi di sitoplasma morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma. Spektrum hospes luas. Contoh : virus lymphotic g. Famili : Coronaviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, terdiri dari satu segmen. Replikasi RNA genom melalui pembentukan rantai RNA negatif yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi RNA genom. Sintesis RNA negatif disertai sintesis enam jenis mRNA. Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk pleomorfik. Diameter virion 80-160 nm. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran intrasitoplasma. Contoh : coronavirus manusia 229-E dan OC43 h. Famili : Rhabdoviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, satu segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae. Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 4-5 protein. Virion berbentuk seperti peluru dengan selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter dan panjang virion 70-85 nm dan 130-180 nm. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya di membran plasma atau intrasitoplasma, tergantung spesies virus. Contoh : virus stomatitis vesicularis i. Famili : Filoviridae

Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, segmen tunggal. Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tujuh protein utama. Berbentuk pleomorfik. Diameter virion 80 nm dan panjang mencapai 14.000 nm. Replikasi di sitoplasma. Contoh : virus Ebola j. Famili : Paramyxoviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk protein mRNA dibuat RNA cetakan RNA genom. Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 6-10 protein utama. Berbentuk pleomorfik. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi dan menginduksifusi sel. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma. Diameter virion 150-300 nm. Spektrum hospes sempit. Contoh : parainfluenza 1-4, viris parotitis k. Famili : Orthomyxoviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, segmen berganda (7 untuk influenza C dan 8 untuk influenza A dan B), polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan protein produk mRNA, RNa komplementer dibuat dan dijadikan cetakan pembuatan RNA genom. Sifat segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan. Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 7-9 protein utama. Bentuk pleomorfik. Selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm. Pada filamentosa panjangnya mencapai beberapa mikrometer. Replikasi RNA di inti dan sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran plasma. Contoh : virus Influenza A,B, dan C l. Famili : Reoviridae

Sifat penting : RNA : rantai ganda, segmen ganda (10 untuk reovirus dan obvirus, 11 untuk rotavirus, 12 untuk Colorado tick fever virus. Setiap mRNA berasal dari satu segmen genom. Sebagian mRNA dipakai untuk sintesis protein dan sebagian lagi dipakai sebagai cetakan untuk pembuatan rantai RNA pasangannya. Virion : tak berselubung, kapsidnya dua lapis dan bersimetri ikosahedral. Diameter virion 60-80 nm. Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma. Contoh : Reovirus 1-3 m. Famili : Retroviridae Sifat penting : RNA : rantai tunggal, terdiri dari dua molekul polaritas negatif yang identik. Replikasi dimulai dengan pemisahan kedua molekul RNA dan pembuatan rantai DNA dengan cetakan RNA tersebutdengan bantuan reverse transcriptase virion. Setelah molekul RNA-DNA terpisah, dibuat rantai DNA komplementer terhadap pasangan DNA yang sudah ada. DNA serat ganda kemudian mengalami sirkularisasi dan berintegrasi dengan kromosom hospes. Selanjutnya RNA genom dibuat dengan cetakan DNa yang sudah terintegrasi pada kromosom hospes. Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Virion tersusun atas 7 jenis protein utama. Diametr virion 80-130 nm. Morfogenesis virus melalui proses budding di membran plasma. Contoh : HIV 1 dan 2 2. Virus DNA a. Famili : Adenoviridae Sifat penting : DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA dan translasinya menjadi protein komplek. Virion : tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 70-90 nm. Virion tersusun atas paling tidak 10 protein. Replikasi dan morfogenesis di inti sel. Spektrum hospes sempit. Contoh : Adenivirus 1-49

b. Famili : Herpesviridae Sifat penting : DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek. Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 15-200 nm. Replikasi di intisel. Morfogenesis melalui proses budding di membran inti. Di dalam sitoplasma virion dibawa dalam vesikel-vesikelke membran plasma. Di membran plasma, membran vesikel fusi dengan membran plasma. Contoh : virus herpes simplex 1-2, virus B c. Famili : Hepadnaviridae Sifat penting : DNA : rantai ganda (bagian terbesar) dan rantai tunggal (bagian kecil, di ujung molekul DNA), segmen tunggal. Pada replikasi genom, bagian rantai tunggalnya harus dibuat rantai ganda. Transkripsi DNA menghasilkan mRNA untuk sintesis protein dan RNA lain sebagai cetakan bagi pembuatan DNA oleh reverse transcriptase. Virion : berselubung (HBsAg), diameter 42 nm. Tersusun atas selubung (HBsAg) dan nukleokapsid. Dalam nukleokapsid terdapat core (HBcAg) dan protein penting lain (HBeAg). Replikasi di hepatosit terjadi di inti sel sedangkan HBsAg dibuat di sitoplasma. Contoh : virus hepatitis B d. Famili : Papovaviridae Sifat penting : DNA : rantai ganda, segmen tunggal sirkuler. Replikasi DNA komplek dan selama replikasi bentuknya tetap sirkuler. Siklus replikasi DNA dapat melibatkan DNA genom yang episomal maupun yang berintegrasi dengan kromosom sel. Virion : tak berselubung, diameter 45 nm (polyomavirus) dan 55 nm (papillomavirus), tersusun atas 5-7 jenis protein utama. Replikasi dan morfogenesis di inti sel. Spektrum hospes sempit. Contoh : papilloma virus manusia e. Famili : Parvoviridae

Sifat penting : DNA : rantai tunggal, segmen tunggal. Genus Parvovirus lebih banyak mengandung rantai DNA polaritas negatif sedang dua genus lagi DNA polaritas negatif dan positifnya seimbang. Replikasi DNA komplek. Virion : tak berselubung, nukleokapsid bersimetri ikosahedral dan berdiameter 18-26 nm, tersusun atas tiga protein utama. Replikasi dan morfogenesis di inti sel dan memerlukan bantuan sel hospes. Spektrum hospes sempit. Contoh : parvovirus B-19 f. Famili : Poxviridae Sifat penting : DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek. Virion : berselubung, berbentuk seperti batu bata dan merupakan virus dengan dimensi terbesar. Tersusun atas lebih dari seratus jenis protein. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma yaitu dalam viroplasma (semacam pabrik virus). Hasil morfogenesis dapat berupa virion berselubung maupun tidak. Contoh : virus cacar sapi 2.3 Komponen kimia virus menurut kandungan protein Setiap makhluk hidup pada dasarnya tersusun oleh komponen-komponen kimiawi yang akan membantu kelangsungan hidupnya. Virus memliki komponen kimia berups protein, karbohidrat, dan lipid. Komponen kimis yang akan kita bahas hanya komponen protein saja. Protein dalam virus terdapat dalam bentuk asam nukleat, kapsid, enzim, dan protein lainnya. Asam Nukleat Virus hanya mengandung DNA atau RNA saja. Hal ini menjadi ciri khas virus dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Virus hanya memiliki satu asam nukleat, jadi berdasarkan hal ini, virus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis asam nukleat yang mungkin dimiliki, yaitu: v DNA berutasan tunggal v RNA berutasan tunggal

v DNA berutasan ganda v RNA berutasan ganda Pada virus tumbuhan baru dapat ditemukan RNA berutasan tunggal dan ganda serta DNA berutasan tunggal saja. Sedangkan pada hewan, keempat jenis asam nukleat telah ditemukan.Berdasarkan jenis asam nukleat yang terkandung dalam virus, kita dapat menggolongkan virus menjadi 3 yaitu virus RNA, virus DNA, dan virus yang tidak diklasifikasi. Beberapa famili virus yang tergolong virus RNA:

Piconarviridae Caliciviridae Togaviridae (penyakit cikungunya, rubella) Flaviviridae (virus demam kuning) Bunyaviridae (virus demam berdarah korea) Arenaviridae (virus lassa) Coronaviridae (coronavirus) Rhabdoviridae (virus rabies, virus mokola) Filoviridae (virus ebola, virus marburg) Paramixoviridae (virus paroritis, virus morbili) Orthomixoviridae (virus influenza) Reoviridae (virus kemorovo, rotavirus manusia) Retroviridae Beberapa famili virus yang tergolong virus DNA: o Adenoviridae (adenovirus 1-49) o Herpesviridae (virus herpes simpleks, virus epstein-barr) o Hepadnaviridae (virus hepatitis B) o Papovaviridae ( papilloma virus manusia, virus JK, virus BK) o Parvoviridae (parvovirus B19)

o Poxviridae (virus variola, virus vaccinia, virus cacar monyet) Virus yang tidak diklasifikasikan: o Virus penyebab encefalopati spongiformis o Virus hepatitis delta o Verus hepatitis C o Virus Norwalk penyebab diare o Atrovirus Pengertian tentang asam nukleat virus mempunyai arti penting untuk memahami proses perkembangbiakan virus, sifat biologik, dan sebagainya. Misalnya: v Ukuran asam nukleat dihubungkan dengan jumlah informasi genetik yang dibawanya v Segmentasi asam nukleat pada virus influenza dihubungkan dengan terjadinya genetika yang menimbulkan terjadinya antigenik, derajat homolog basa-basa asam nukleat dihubungkan dengan taksonomi virus. Kapsid Protein lain Pada adenovirus dan papovirus terdapat protein haemaglutinin yang dapat menggumpalkan sel darah merah berbagai spesies binatang. Enzim Banyak virus telah diketahui mengandung enzim-enzim yang berfungsi dalam replikasi komponen-komponen asam nukleatnya. Beberapa virion dapat mengandung suatu enzim khusus yang mengandung RNA virus model untuk mensintesis utasan RNA kedua yang dapat mengarahkan sel-sel inang untuk membuat virus. Virus tumor RNA mengandung suatu enzim yang mengsintesis utasan DNA dengan menggunakan genom RNA virus sebagai acuan. Beberapa virus yang mengandung enzim, dapat dikategorikan ke dalam tiga golongan: Neuromisida yang menghidrolisis galaktosa N asetil neuraminat. Enzim ini terdapat pada orthomixovirus yaitu pada salah satu tonjolan glikoproteinnya. Enzim ini berfungsi membantu penetrasi ke dalam sel. Beberapa jenis virion mengandung RNA polimerase. Jika genom virus merupakan genom yang langsung dapat bertindak sebagai mRNA, maka ekspresi genom dapat

berlansung.hal demikian dapat ditemukan pada picornavirus dan arbovirus. Tatapi jika genom virus berupa DNA atau RNA dengan polaritas negatif, maka sebelum genom tersebut diekspresikan dalam bentuk protein, terlebih dahulu harus ditranskripsikan menjadi RNA dengan polaritas positif. Dalam hal yang disebut terakhir, terdapat dua jenis enzim polimerase. Pertama, virus menggunakan polymerase yang terdapat di dalam sel hospes, seperti pada herpesvirus, adenovirus, dan papovavirus. Kedua, virion mengandung polymerase sendiri seperti pada poxvirus, myxovirus, rhabdovirus, dan retrovirus menpunyai enzim transkripsi terbalik yang berfungsi membentuk DNA dari cetakan RNA. Beberapa virion juga mengandung enzim yang bekerja pada asam nukleat. Adenovirus, poxvirus,, dan retrovirus misalnya mengandung enzim nuklease.

Patogenesis virus merupakan suatu tahap akhir terjadinya penyakit setelah infeksi virus. Patogenesis virus ini berakibat timbulnya suatu penyakit klinis atau subklinis (tidak bergejala) yang merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor dengan virus dan inang. Tahapan dalam patogenesis masuknya virus ke dalam tubuh inang pembawa sering terjadi melalui selaput lendir saluran napas dan dapat pula terjadi melalui selaput lendir pencernaan atau saluran kemih, namun terkadang dapat pula akibat suntikan langsung virus ke dalam aliran darah melalui suntikan atau gigitan serangga. Penyakit akibat petogenesis virus dapat berupa infeksi subklinik (bergejala) dan klinis: a. Penyakit patogenesis bergejala Disebut juga infeksi subklinik karena tidak tampak adanya gejala klinik. Sebagai besar infeksi virus hanya mengakibatkan infeksi subklinik dan dapat merangsang kekebalan humoral maupun seluler. b. Penyakit virus klinis Jenis penyakit patogenesis ini sering tergantung dari banyaknya virus yang masuk dan tidak selalu terjadi pada tiap infeksi sehingga bukan merupakan indeks infeksi virus yang tepat. Jenis penyakit ini jauh lebih jarang daripada infeksi subklinik dan

penyakit golongan ini berkaitan dengan organ sasaran tertentu untuk suatu virus tertentu. Jenis-jenis infeksipada tahapan patogenesis dibagi dalam tahap-tahap: a. Infeksi tidak nyata Infeksi jenis ini memiliki ciri dan sifat sebagai berikut: Terjadi bila jumlah sel yang terinfeksi tidak cukup banyak untuk dapat menimbulkan gejala klinik. Disebut pula penyakit subklinik. Dapat merangsang pembuatan antibodi yang cukup banyak sehingga tubuh menjadi kebal terhadap infeksi serupa berikutnya. Sering terjadi jika jumlahnya virus yang masuk hanya sedikit atu virus tidak dapat mencapai organ sasaran. b. Infeksi akut Terjadi jika gejala klinik penyakit hanya tampak dalam waktu yang pendek setelah masa inkubasi. Sembuh jika virus dapat dienyahkan dari dalam tubuh. Dibagi menjadi infeksi lokal atau menyebar, tergantung apakah virus langsung berada pada organ sasaran atau harus berjala dari tempat infeksi ke tempat organ sasaran. Dapat berkembang menjadi infeksi menetap atau laten. c. Infeksi menetap Virus infektif terus berada di dalam tubuh untuk jangka waktu lama. Mungkin ada gejala klinik atau tanpa gejala. Dapat berkembang menjadi pembawa virus atau karier. d. Infeksi laten Virus penginfeksi tetap berada di dalam tubuh dalam bentuk noninfektif tetapi secara periodik dapat diaktifkan kembali menjadi virus infektif yang menimbulkan penyakit klinis. Disebut juga penyakit kambuhan. e. Infeksi lambat

Masa inkubasi sangat lama. Selama masa inkubasi tidak tampak gejala klinis dan tidak terbentuk virus infektif. Sering berupa penyakit virus pada susunan saraf pusat yang bersifat kronis, progresif dan faal (misal penyakit Kuru). Pola penyakit yang ditimbulkan akibat infeksi patogenesis ini dapat berupa efek lokal dan menyebar : a. Infeksi virus penyakit dalam efek setempat Terjadi bila perkembangan virus dan kerusakan sel bersifat lokal pada tempat virus masuk dalam tubuh. Masa inkubasi pendek. Mungkin menunjukan gejala sistemik (demam) Tidak terjadi viremia (virion di dalam darah) Terjadi pada saluran nafas (influenza,batuk,pilek), saluran pencernaan (picornavirus dan rotavirus), saluran urogenital (kutil kelamin) dan mata (Adenovirus) Hanya merangsang respons imun yang lebih lemah dari pada infeksi yang menyebar b. Infeksi menyebar Virus menyebar dari tempat masuknya ke dalam tubuh menuju organ sasaran Masa inkubasi moderat (beberapa minggu) Gejala klinik utama diakibatkan oleh infeksi pada satu organ sasaran,meskipun terjadi pada organ lain